kuliah 12 – 13 mekanisme patogenesis

38
FARMASI – UHAMKA 2013 Priyo Wahyudi Kuliah 12 – 13 MEKANISME PATOGENESIS

Upload: jaclyn

Post on 24-Feb-2016

293 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kuliah 12 – 13 MEKANISME PATOGENESIS. FARMASI – UHAMKA 2013. Priyo Wahyudi. Definisi. Patogen = penyebab penyakit Patogenik = bersifat menyebabkan penyakit Patogenesis = proses terjadinya penyakit - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

FARMASI – UHAMKA2013

Priyo Wahyudi

Kuliah 12 – 13 MEKANISME PATOGENESIS

Page 2: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Definisi• Patogen = penyebab penyakit• Patogenik = bersifat menyebabkan penyakit• Patogenesis = proses terjadinya penyakit• Patogenisitas = kemampuan menyebabkan penyakit ; umumnya

dipakai untuk menggambarkan perbedaan kemampuan menyebabkan penyakit antara dua spesies yang berbeda

• Virulensi = kemampuan menyebabkan penyakit ; umumnya dipakai untuk menggambarkan perbedaan kemampuan menyebabkan penyakit antara dua strain dalam satu spesies

• Virulensi juga sering dikatakan sebagai tingkat patogenisitas (degree of pathogenicity)

Page 3: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Dasar Patogenesis

Untuk dapat menyebabkan penyakit mikroba harus:1. Mempunyai suatu reservoir sebelum dan sesudah infeksi

(manusia, binatang, lingkungan dll),2. Meninggalkan reservoir dan mendapatkan akses pada inang

baru3. Mengkoloni tubuh inang4. Membahayakan / merusak sel inang

Faktor virulensi yang mempengaruhi patogenesis:1. Faktor virulensi pada kolonisasi2. Faktor virulensi untuk merusak

Page 4: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Mekanisme Patogenesis

Page 5: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Portals of Entry: How the agents enter the body

Page 6: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

MEKANISME PATOGENESIS

a. Faktor virulensi pada kolonisasi (adesi, invasi, komplemen, antibodi, kehidupan intrasel)

b. Faktor virulensi pada kerusakan (toksin, protease, autoimun)

Page 7: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Faktor virulensi pada kolonisasi adesi , invasi , komplemen , antibodi,

kehidupan intrasel

Page 8: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Faktor virulensi pada kolonisasi

1. Kemampuan untuk kontak dengan sel inang2. Kemampuan untuk adhere (menempel) pada sel inang dan

bertahan dari physical removal3. Kemampuan menginvasi sel inang4. Kemampuan berkompetisi dengan Fe dan nutrien lainnya5. Kemampuan untuk tahan terhadap sistem imun: fagositosis

dan komplemen6. Kemampuan mengevasi sistem imun adaptif

Page 9: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

1. Kemampuan untuk kontak dengan sel inang

• Lapisan mukosa dan epitel sel usus secara konstan menolak bakteri untuk kolonisasi

• Motilitas menjadi penentu keberhasilan bakteri untuk kontak dengan sel inang, terhindar dan bertahan dari proses penolakan fisik

• Flagella menjadi alat bantu utama

Helicobacter pylori: dengan flagella mampu berenang melewati lapisan mukosa sel dan menempel pada sel epitel dari membran mukosa. Untuk bertahan dari pH yang sangat asam H. pylori menghasilkan acid-inhibitory protein.

Page 10: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

2. Kemampuan untuk adhere (menempel) pada sel inang

• Physical removal (imun inate): gerakan silia pada sel epitel kulit dan membran mukosa, batuk, bersin, muntah, diare. Penhilangan bakteri melaui cairan saliva, darah, mukosa dan urin

• Bakteri akan menempel pada sel inang dan bertahan dari physical removal, dengan bantuan: Pili , Adhesin dan Kapsul (biofilm)

Page 11: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Pili (fimbriae)

• Pili struktur menyerupai rambut yang tidak berfungsi untuk motilitas

• Pili membuat mikroba mampu menempel (adhere) pada reseptor sel target, yang dilanjutkan dengan kolonisasi serta bertahan dari physical removal

• Jenis bakteri yang berpili:– Neisseria meningitidis – Neisseria gonorhoeae– Escherichia coli– Vibrio cholerae– Pseudomonas aeruginosa

Page 12: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Pili

Page 13: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Adhesin

• Adhesin: protein pada dinding sel bakteri yang berikatan dengan reseptor spesifik pada permukaan sel inang; membuat bakteri dapat adhere (menempel) dengan erat, untuk mulai kolonisasi dan bertahan dari physical removal

Streptococcus pyogenes (group A beta streptococci) menghasilkan adhesin: Protein F, berikatan dengan fibronectin

pada sel epitel. Lipoteichoic acid, berikatan dengan

fibronectin sel epitel M-protein

Page 14: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Adhesin

• Treponema pallidum memproduksi adhesin untuk berikatan dengan fibronectin pada sel epitel

• Borrelia burgdorferi• Bordetella pertussis menghasilkan adhesin:

– Filamentous hemagglutinin – Pertussis toxin – Pertactin

• Neisseria gonorrhoeae menghasilkan adhesin Opa (protein II) • Salmonella• Pseudomonas aeruginosa • Helicobacter pylori • Streptococcus pneumoniae

Page 15: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Kapsul (Biofilm)

• Banyak flora normal menghasilkan matriks polisakarida kapsular atau glycocalyx membentuk biofilm Biofilm terdiri atas lapisan-lapisan populasi bakteri yang menempel pada sel inang dan menyatu dalam suatu massa kapsular

Glycocalyx berfungsi: Bertahan dari

fagositosis Menempel pada sel

inang, bertahan dari physical removal

Streptococcus mutans menyebabkan caries gigi

Page 16: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Kapsul (Biofilm)

Page 17: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

3. Kemampuan menginvasi sel inang• Beberapa bakteri menghasilkan molekul adhesin yang

disebut invasin• Invasin adalah protein yang terdapat pada dinding sel bakteri,

yang menfasilitasi penetrasi ke dalam sel inang

Penetrasi bakteri pada sel via Invasin Beberapa bakteri menghasilkan molekul adhesin

yang disebut invasin yang mengaktifkan mekanisme pertahanan diri sel inang, yang justru menyebabkan sel bakteri dapat masuk ke dalam sel inang akibat Fagositosis.

Bakteri selanjutnya menghasilkan protein sistem sekresi tipe III, yang menyebabkan sel inang menelan bakteri masuk ke dalam sel ditempatkan dalam vakuola. Namun sel bakteri tidak dihancurkan, bahkan dibebaskan sehingga dapat berkembang biak di sitoplasma sel inang

Page 18: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Invasin Bacteria Involved Activity

Hyaluronidase Streptococci, staphylococci and clostridia Degrades hyaluronic of connective tissue

Collagenase Clostridium species Dissolves collagen framework of muscles

Neuraminidase Vibrio cholerae and Shigella dysenteriae Degrades neuraminic acid of intestinal mucosa

Coagulase Staphylococcus aureus Converts fibrinogen to fibrin which causes clotting

Kinases Staphylococci and streptococci Converts plasminogen to plasmin which digests fibrin

Leukocidin Staphylococcus aureus Disrupts neutrophil membranes and causes discharge of lysosomal granules

Streptolysin Streptococcus pyogenes Repels phagocytes and disrupts phagocyte membrane and causes discharge of lysosomal granules

Hemolysins Streptococci, staphylococci and clostridia 

Phospholipases or lecithinases that destroy red blood cells (and other cells) by lysis

Lecithinases Clostridium perfringens Destroy lecithin in cell membranes

Phospholipases  Clostridium perfringens Destroy phospholipids in cell membrane

Anthrax EF  Bacillus anthracis One component (EF) is an adenylate cyclase which causes increased levels of intracellular cyclic AMP 

Pertussis AC Bordetella pertussis One toxin component is an adenylate cyclase that acts locally producing an increase in intracellular cyclic AMP

Invasin

Page 19: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Model Invasin: Shigella melewati membran mukosa dan menginvasi sel epitel mukosa kolon

• Shigella pertama-tama menyeberang mukosa dengan melewati sel khusus yaitu sel M. Setelah melewati sel M, Shigella akan ditelan oleh makrofag. Namun makrofag mengalami apoptosis, sehingga bakteri bebas di dalam sitoplasma.

• Selanjutnya Shigella menggunakan invasin untuk memasuki sel epitel dari dalam (sisi sitoplasma). Invasin akan menyebabkan polimer actin pada dinding sel inang menelan sel Shigella masuk ke dalam selnya dan menempatkannya dalam sebuah vesikel endositik (mirip sel fagositik).

• Shigella yang bebas akan berkembangbiak dan menyebar ke sel di sampingnya, melalui suatu proses unik disebtu actin-based motility. Pada proses ini, filamen-filamen actin berpolimerisasi pada membran bakteri, membentuk struktur seperti ekor komet yang panjang mencapai sitoplasma sel inang yang baru

• Setelah mencapai sitoplasma sel inang baru, filamen actin akan mendorong Shigella masuk ke sel baru tersebut

Page 20: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

4. Kemampuan berkompetisi dengan Fe dan nutrien lainnya

• Keberhasilan patogen menginvasi jaringan ditentukan pada kemampuan berkompetisi dengan flora normal dan jaringan inang untuk mendapatkan nutrien yang terbatas (contoh Fe)

• Patogen berkompetisi untuk mendapatkan nutrien dengan mensintesis:– komponen dinding sel atau sistem transpor spesifik yang akan mengikat nutrien

yang jumlahnya terbatas – menghasilkan eksotoksin

• Patogen menghasilkan pengkelat besi disebut siderophor. Sementara sel inang akan menghasilkan pengkelat besi seperti transferrin, lactoferrin, ferritin dan hemin, sehingga jumlah Fe sangat rendah.

• Contoh: Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae, Yersinia pestis, Borrelia burgdorferi mampu menyerap Fe dari pengkelat besi sel inang

Page 21: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Siderofor

Page 22: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

5. Kemampuan bertahan dari fagositosis dan komplemen

• Beberapa patogen bertahan dari sistem imun alami:– Penelanan fagositik (attachment dan ingestion)– Penghancuran fagositik dan lisis serum

Page 23: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Bertahan dari Fagositosis

Blocking Fusion of Lysosome and Phagosome

Bacteria Escaping from a Phagosome

Page 24: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

6. Kemampuan mengevasi sistem imun adaptif (imunoglobulin)

• Imunoglobulin G (IgG) berfungsi untuk mengikat antigen (protein atau polisakarida bakteri) pada sel fagosit

• Ujung Fab menempel pada bakteri• Bagian Fc menempel pada reseptor fagosit• Begitu juga dengan komplemen C3b. Ada yang berikatan dengan protein permukaan

bakteri dan ada yang berikatan dengan reseptor C3b sel fagosit.• IgG dan C3b dikenal sebagai OPSONIN dan proses yang meningkatkan pelekatan

disebut OPSONISASI

Page 25: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Faktor virulensi pada kerusakan toksin, protease, autoimun

Page 26: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Faktor virulensi pada kerusakan

1. Kemampuan menghasilkan protein/komponen dinding sel yang menempel pada sel inang, sehingga menyebabkan sel inang untuk menghasilkan dan mengeluarkan sitokin dan kemokin (bahan inflamasi)

2. Kemampuan menghasilkan toksin3. Kemampuan menginduksi respon autoimun

Page 27: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

1. Kemampuan menghasilkan protein/komponen dinding sel yang menempel pada sel inang, sehingga menyebabkan sel inang untuk

menghasilkan dan mengeluarkan sitokin dan kemokin

• Langkah awal tubuh melindungi dari infeksi adalah mendeteksi kehadiran mikroba, melalui pengenalan molekul unik dari mikroba (pathogen-associated molecular patterns) seperti: peptidoglikan, asam tekoat, LPS, mycolic acid dan mannosa

• Terjadinya pengikatan dengan pattern-recognition receptor dari permukaan sel pertahanan tubuh merangsang tubuh menghasilkan dan mengeluarkan berbagai protein yang disebut Sitokin.

• Sitokin akan mempromote sistem imun alami seperti: inflamasi, fagositosis, aktivasi jalur complement dan aktivasi jalur koagulasi.

• Sitokin: tumor necrosis factor-alpha (TNF-alpha), interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-8 (IL-8) dikenal sebagai proinflammatory cytokines yang mempromot inflamasi.

• Beberapa sitokin juga dikenal sebagai Kemokin. Contohnya IL-8 . Kemokin akan mempromot suatu respon inflamasi dengan membuat sel darah putih meninggalkan pembuluh darah, masuk ke jaringan sekitar secara kemotaktis.

• Sitokin juga mengaktifkan jalur complement dan jalur koagulasi

Page 28: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Harmful Effects of Lipopolysaccharide (LPS; Endotoxin)Released from the Gram-Negative Cell Wall

• Lisisnya bakteri G- melepaskan (LPS; endotoxin). LPS akan berikatan dengan LPS-binding protein dalam darah, yang akan diikat oleh reseptor (CD14) yang berada di permukaan makrofag.

• Hal tsb mentrigger makrofag untuk mengeluarkan berbagai bahan sitokin : mencakup IL-1, IL-6, IL-8, TNF-alpha dan PAF.

• Sitokin akan berikatan dengan reseptor sitokin yang tdpt pada sel target, merangsang produksi mediator inflamasi seperti prostaglandin dan leukotrein, yang akan mengaktivasi jalur komplemen dan koagulasi

• Produksi berlebih dari clotting factors dapat menyebabkan terjadinya ARDS dan DIC .

• Produksi berlebih dari prostaglandin leukotrein dan complemen dapat merusak vascular endothelium sehingga terjadi shock dan MOSF.

• (PAF = platelet-activating factor; ARDS = acute respiratory distress syndrome; DIC = disseminated intravascular coagulation; MOSF = multiple organ system failure.)

Page 29: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

2. Kemampuan menghasilkan toksin• Toksin pada bakteri ada 2:

1. Endotoksin, merupakan LPS bagian dari membran luar dinding sel bakteri Gram-negatif

2. Eksotoksin, merupakan protein yang dikeluarkan sel ke lingkungan

PROPERTY ENDOTOXIN EXOTOXIN

CHEMICAL NATURE Lipopolysaccharide(mw = 10kDa) Protein (mw = 50-1000kDa)

RELATIONSHIP TO CELL Part of outer membrane Extracellular, diffusible

DENATURED BY BOILING No Usually

ANTIGENIC Yes Yes

FORM TOXOID No Yes

POTENCY Relatively low (>100ug) Relatively high (1 ug)

SPECIFICITY Low degree High degree

ENZYMATIC ACTIVITY No Usually

PYROGENICITY Yes Occasionally

Page 30: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Source: Gram –

Relation to microbe: Present in LPS of outer membrane

Chemistry: Lipid

Fever? Yes

Neutralized by antitoxin? No

LD50: Relatively large

Endotoxins

Page 31: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Exotoxin

Source: Mostly Gram +

Relation to microbe: By-products of growing cell

Chemistry: Protein

Fever? No

Neutralized by antitoxin? Yes

LD50: Small

Page 32: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Endotoksin

Binding of LPS to Neutrophils and Release of Killing Agents

Release of LPS (Endotoxin) from the Gram-Negative Cell Wall

Page 33: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Eksotoksin• Eksotoksin terdiri atas:

1. Superantigen (Type I toxin),2. A-B toxin and other toxin that interfere with host cell function (Type

III toxins),3. Exotoxins that damage host cell membranes (Type II toxins)

The Fab portion of the antibodies made against epitopes of the binding site of an exotoxin blocks the exotoxin from

binding to the host cell membrane. As a result, the toxin can not enter the cell and cause harm.

A-B toxins consist of two parts, an A (active) component and a B (binding) component. The B component of the

exotoxin binds to a receptor on the surface of a susceptible host cell. The exotoxin now enters the host cell, in this case by endocytosis, and causes harm by inactivating a host cell

target protein through ADP-ribosylation

Page 34: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

ToksinNAME OF TOXIN BACTERIUM

INVOLVEDACTIVITY

Anthrax toxin (EF) Bacillus anthracis Edema Factor (EF) is an adenylate cyclase that causes increased levels in intracellular cyclic AMP in phagocytes and formation of ion-permeable pores in membranes (hemolysis) 

Adenylate cyclase toxin Bordetella pertussis Acts locally to increase levels of cyclic AMP in phagocytes and formation of ion-permeable pores in membranes (hemolysis)

Cholera enterotoxin Vibrio cholerae ADP ribosylation of G proteins stimulates adenlyate cyclase and increases cAMP in cells of the GI tract, causing secretion of water and electrolytes

E. coli LT toxin Escherichia coli Similar to cholera toxin

Shiga toxin Shigella dysenteriae Enzymatically cleaves rRNA resulting in inhibition of protein synthesis in susceptible cells

Botulinum toxin Clostridium botulinum Zn++ dependent protease that inhibits neurotransmission at neuromuscular synapses resulting in flaccid paralysis

Tetanus toxin Clostridium tetani Zn++ dependent protease that inhibits neurotransmission at inhibitory synapses resulting in spastic paralysis

Diphtheria toxin Corynebacterium diphtheriae

ADP ribosylation of elongation factor 2 leads to inhibition of protein synthesis in target cells

Pertussis toxin Bordetella pertussis ADP ribosylation of G proteins blocks inhibition of adenylate cyclase in susceptible cells

Staphylococcus enterotoxins*

Staphylococcus aureus Massive activation of the immune system, including lymphocytes and macrophages, leads to emesis (vomiting)

Toxic shock syndrome toxin (TSST-1)*

Staphylococcus aureus Acts on the vascular system causing inflammation, fever and shock

Erythrogenic toxin (scarlet fever toxin)*

Streptococcus pyogenes Causes localized erythematous reactions

Page 35: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

3. Kemampuan menginduksi autoimun

• Autoimunitas adalah suatu kesalahan respon sistem pertahanan tubuh yang menyerang tubuh sendiri dan kadang ditrigger oleh bakteri tertentu

• Bakteri dapat menyebabkan autoimun dengan menginduksi produksi antibodi-antibodi yang bereaksi silang (cross-reacting antibodies) dan auto-reactive cytotoxic T-lymphocytes (CTL)

• CRA dan CTL menghasilkan respon thdp antigen bakteri, dan bereaksi silang dengan epitop pada sel inang. Hasilnya, CRA dan CTL akan menghancurkan sel inang yang ditemuinya

• Lebih lanjut lagi, saat CRA mengaktifkan jalur komplemen klasik, akan menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih parah.

• Rheumatic fever disebabkan oleh Streptococcus pyogenes terjadi saat CRA dan CTL yang distimulasi oleh antigen S. pyogenes bereaksi silang denfan jaringan jantung dan jaringan ikat menyebabkan kerusakan jantung dan jaringan ikat.

Page 36: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Kemampuan menginduksi autoimun

Opsonization During Type-II Hypersensitivity

IgG reacts with epitopes on the host cell membrane. Phagocytes then bind to the Fc portion of the IgG and discharge their lysosomes.

IgG or IgM reacts with epitopes on the host cell membrane and activates the classical complement pathway. Membrane attack complex (MAC) then causes lysis of the cell.

MAC Lysis During Type-II Hypersensitivity

Page 37: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Kemampuan menginduksi autoimun

ADCC Lysis During Type-II Hypersensitivity

Antibodies react with epitopes on the host cell membrane and NK cells bind to the Fc of the antibodies. The NK cells then lyse the cell with pore-forming perforins and cytotoxic granzymes.

ADCC Apoptosis by NK Cells

The NK cell releases pore-forming proteins called perforins, proteolytic enzymes called granzymes, and chemokines. Granzymes pass through the pores and activate the enzymes that lead to apoptosis of the infected cell by means of destruction of its structural cytoskeleton proteins and by chromosomal degradation. As a result, the cell breaks into fragments that are subsequently removed by phagocytes. Perforins can also sometimes result in cell lysis.

Page 38: Kuliah  12 – 13  MEKANISME PATOGENESIS

Portals of Exit

• Respiratory tract– Coughing and sneezing

• Gastrointestinal tract– Feces and saliva

• Genitourinary tract– Urine and vaginal secretions

• Skin• Blood

– Biting arthropods and needles or syringes