kriteria prioritisasi rencana dan program · • sinkronisasi program antar infrastruktur (fungsi,...
TRANSCRIPT
Kriteria PrioritisasiRencana dan Program
R i d o M I c h w a n
PELATIHAN PENENTUAN PRIORITISASI KETERPADUAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK
PENGEMBANGAN WILAYAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
P O KO K B A H A S A N :
ou
tlin
e PendekatanPembangunan Infrastruktur PUPR dengan PengembanganWilayah
Kriteria PenentuanPrioritisasi
Kriteria KeterpaduanProgram Infrastruktur
Kondisi PenentuPenerapan Kriteria
01 02
03 04
Dengan Pengembangan Wilayah
Pendekatan KeterpaduanPembangunan Infrastruktur PUPR
01
4
Berbagai Tantangan Pembangunan yang menjadi Acuan Arah Kebijakan
Pengembangan Infrastruktur PUPR
Kementerian Pekerjaan Umumdan Perumahan Rakyat
Tahun
Ra
nk
ing
Indeks Daya Saing (GCI) Indonesia
Indeks Daya Saing Infrastruktur Indonesia
GCI 2017-2018Rankings
Indonesia 36Singapore 3
Malaysia 23Thailand 32
Vietnam 55Philippines 56
Isu Strategis Kewilayahan 2020-2024
Sumber: Bappenas (2018)
Di akhir tahun 2024 harus terwujud rakyat yang mandiri, maju, adil, dan makmur (UU 17/2007)
Sumber : Bappenas (2018)
RPJM I
(2005-2009)
RPJM II
(2010-2014)
RPJM III
(2015-2019)RPJM IV
(2020-2024)
Menata kembali dan
membangun Indonesia di
segala bidang yang ditujukan
untuk menciptakan Indonesia
yang aman dan damai, yang
adil dan demokratis dan yang
tingkat kesejahteraan
rakyatnya meningkat
Memantapkan penataan
kembali Indonesia di segala
bidang dengan menekankan
upaya peningkatan kualitas
SDM termasuk
pengmbangan kemampuan
ilmu dan teknologi serta
penguatan daya saing
perekonomian
Memantapkan pembangunan
secara menyeluruh di
berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya
saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan
sumber daya alam dan
sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan
IPTEK yang terus meningkat
Mewujudkan masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur
melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian
yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetititf di berbagai
wilayah yang didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing
Empat fokus tahapan RPJMN 2020-2024:
1. Kelembagaan politik dan hukum
2. Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat
3. Struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai
dengan daya saing perekonomian yang kompetitif
4. Terjaganya daya dukung dan daya tampung lingkungan
dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan
dicapai melalui :
• Struktur Perekonomian yang Kokoh;
• Keunggulan Kompetitif Wilayah;
• SDM Berkualitas.
REPUBLIK INDONESIA
Makroekonomi
Pengembangan
Wilayah(Dukungan Infrastruktur)
Funding +
Financing
H.I.T.S(Holistik-Integratif-
Tematik-Spasial) 1. Funding –Pengembalian Investasi (Pemerintah, Swasta)
2. Financing – Skema Pembiayaan (RM, PLN, SBSN, BUMN, Swasta)
3. Five Case Model4. PPP (4 Pilar)5. PINA
Kerangka Infrastruktur RPJMN 2020-2024… mendukung pengembangan wilayah melalui penyediaan infrastruktur untuk
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi …
9
Pengembangan Wilayah
Pelayanan Dasar (Termasuk Daerah 3 T) 1. Air Baku
2. Air Minum
3. Sanitasi
4. Perumahan
5. Keselamatan Transportasi
6. Ketahanan Kebencanaan
Infrastruktur
Pusat Pertumbuhan (Konektivitas)1. Sektor Pertanian – Waduk dan
Irigasi
2. Sektor Industri – Pelabuhan,
Jalan, KA
3. Sektor Jasa/Pariwisata –
BandaraPerkotaan1. Pengembangan Kawasan
Perkotaan Berkelanjutan (Smart City)
2. Transportasi
Makroekonomi
1. Pertumbuhan ekonomi2. Stok Infrastruktur3. Perkiraan kebutuhan
infrastruktur
Funding + Financing
Infrastruktur Pendukung• TIK
• Energi• Ketenagalistrikan
Sumber : Bappenas (2018)
10
Karakteristik Perkembangan Wilayah
Wilayah dengan kekurangan infrastruktur dan pelayanan dasar: a.l.
- Daerah tertinggal, terluar, terisolir
- Daerah kepulauan
- Daerah minus
- Daerah perbatasan
- Sebagian besar daerahperdesaan
WILAYAH TERTINGGAL
Wilayah dengan skala ekonomi wilayah dan lokal yang berpotensi ekonomi tinggi: a.l.
- Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
- Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
WILAYAH MENENGAH
Wilayah dengan potensi dan daya ungkit pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi; a.l.
- Perkotaan(Metropolitan)
- Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
- Kawasan EkonomiKhusus (KEK)
- Kawasan Industri (KI)
- Kawasan StrategisPariwisata Nasional (KSPN)
WILAYAH MAJU
Sumber : Bappenas (2018)
11
Strategi Pengembangan Wilayah Maju, Menengah, dan Tertinggal
Sumber : Bappenas (2018)
1. Wilayah dengan potensi dan daya
ungkit pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi (wilayah maju)
3. Wilayah dengan kekurangan
infrastruktur dan pelayanan dasar
(wilayah tertinggal)
2. Wilayah dengan skala ekonomi wilayah
dan lokal yang berpotensi ekonomi
tinggi (wilayahmenengah)
Pengembangan Pusat-Pusat
Kegiatan Wilayah/Lokal
(PKW/PKL)
Pengembangan daerah tertinggal, terdepan, terluar
(3T).
Percepatan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI),
Kawasan Strategis Pariwisata nasional
(KSPN), Pusat Kegiatan
Nasional (PKN)
Investor:Level
internasional dan nasional
Investor:Level provinsi, dan kab/kota(enterpreneur
ship lokal)
APBN, APBD
1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah2. Percepatan pembangunan konektivitas
dan kemaritiman3. Peningkatan kemampuan SDM dan
IPTEK4. Penyederhanaan regulasi dan kebijakan5. Peningkatan iklim investasi dan iklim
usaha
1. Pengembangan potensi ekonomi lokal yang inklusif
2. Pengembangan UMKM3. Percepatan pembangunan aksesibiltas,
konektivitas, kemaritiman4. Penyiapan tenaga kerja lokal5. Pemakaian teknologi tepat guna
1. Pemenuhan SPM (Standar Pelayanan Minimum) untuk pelayanan dasar utamanya pendidikan, kesehatan, transportasi, air minum, energi listrik, perkim.
2. Penyiapan modal sosial dan pengembangan SDM3. Percepatan pembangunan aksesibilitas (darat dan
laut)4. Penguatan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah5. Peningkatan nilai tambah SDA dan Pengembangan
UMKM
Pembangunan infrastruktur PUPR difokuskan
pada 35 Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS) yang mencakup 97 kawasan strategis,
untuk meningkatkan daya saing dan
mengurangi disparitas antar wilayah
Esensi:
1.pengembangan wilayah terpadu dengan
“market driven”.
2.daya dukung dan daya tampung lingkungan
3.memfokuskan pengembangan infrastruktur
menuju wilayah strategis
4.mendukung percepatan pertumbuhan
kawasan-kawasan pertumbuhan di WPS
5.mengurangi disparitas antar kawasan di
dalam WPS.
Untuk itu diperlukan:
• Keterpaduan Perencanaan antara
Infrastruktur dengan pengembangan
kawasan strategis dalam WPS.
• Sinkronisasi Program antar infrastruktur
(Fungsi, Lokasi, Waktu, Besaran, dan Dana).
• Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan.
Perkotaan
Industri
Metropolitan
PerkotaanPariwisata
Pelabuhan
Bandara
KawasanPerkotaan
Kawasanperdesaan
Arus PerdaganganEkspor &
Antarwilayah
Sekolah
Pasar
RumahSakit
Pasar
SekolahRumah Sakit
Pasar
PembangkitListrik
IPAL
ESENSI WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS
35Wilayah
PengembanganStrategis (WPS)
14
17 KAWASAN INDUSTRI PRIORITAS +
12 KAWASAN EKONOMI KHUSUS
10 KAWASAN STRATEGIS
PARIWISATA NASIONAL
40 KAWASAN
PERDESAAN PRIORITAS NASIONAL
18 PROVINSI LUMBUNG PANGAN
PerbatasanNasional di
Kalimantan, NTT, dan Papua serta
10 PKSN
KONEKTIVITAS MULTIMODA
12 + 10KAWASAN STRATEGIS
METROPOLITAN + KOTA BARU
Cth : DanauToba, Tj.LesungCandiBorobudur, Mandalika
Cth : Sei Mangkei, Ketapang, Bitung
Cth : Kubu (Sungai Ambawang), Muncar(Banyuwangi), Komodo (Labuan Bajo)
Cth : Sumatera Utara, JawaBarat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan
Cth : Bimindo (Baru), Mebidangro, Mamminasata
DUKUNGAN INFRASTRUKTUR
PUPR
PELABUHAN(Cth : Bitung, TanjungPriok, Kuala Tanjung)
PELABUHAN PERIKANAN(Cth : Kendari, Cilacap, Bitung)
BANDARA(Cth: Sam Rat, Hasanuddin,Kertajati)
KERETA API (Cth : Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Double track Jawa)
ASDP(Cth : Bakauheni, Merak, Ketapang, Lembar,Liang)
KETERPADUAN INFRASTRUKTUR PUPR
DENGAN PRIORITAS NASIONAL 2015-2019
Jalan danJembatan
S
D
A
Perumahan
CiptaKarya
Struktur Organisasi Kementerian PUPR
PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PUPR
• PROGRAM SUMBER DAYA AIR: • Reguler: Bendungan, Bendung, Sistem Irigasi, Sistem Pengairan Rawa, Pengendalian Banjir, Penyediaan air baku,
• Khusus Masyarakat: P3TGAI (Program Percepatan Pembangunan Tata Guna Air Irigasi)
• PROGRAM BINA MARGA• Reguler: Pembangunan dan preservasi jalan dan jembatan
• Khusus Masyarakat: Pemeliharaan rutin
• PROGRAM CIPTA KARYA• Reguler: Penyediaan air minum, pengelolaan persampahan, pengelolaan sistem sanitasi, pengembangan kawasan
permukiman, penataan bangunan, pengelolaan bangunan negara dan rumah dinas
• Khusus Masyarakat: Pamsimas, Sanimas, PISEW, Perbaikan kawasan kumuh; Perbaikan GBK dan Jaka Baring (Asian Games 2018)
• PROGRAM PENYEDIAAN PERUMAHAN• Reguler: Penyediaan perumahan Umum, Perumahan khusus, rumah susun, PSU.
• Khusus Masyarakat: Bantuan Subsidi Perumahan Swadaya
17
RUANG LINGKUP PEKERJAAN/ PROGRAM UTAMABIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KEM
ENTE
RIA
N P
UP
R
Bidang Sumber Daya Air
Ketahanan Pangan, Ketahanan Air,
Penyediaan Air Baku (Bendungan, bendung dll), Pengembangan Irigasi dan Pengendalian Banjir, P3TGAI
Bidang Bina Marga
Peningkatan Konektivitas dan Kelancaran Arus Orang dan Barang1. Jalan dan Jembatan (Pembangunan, Preservasi, Jmbt&Trwng)2. Jalan Tol
Bidang Cipta Karya
1. Pencapaian sasaran SDG’s (air minum dan sanitasi) & NUA2. Peningkatan Kualitas Permukiman dan Penataan Bangunan3. Mendukung Pengurangan Kemiskinan
Bidang Perumahan Rakyat
Pembangunan Berkelanjutan Perumahan Rakyat: 1. Penyediaan dan perbaikan perumahanan untuk MBR2. Pembiayaan Perumahan melalui Subsidi
Bidang WAS, Mnjmn,
Keterpaduan, JaKonLitbang, SDM
Keterpaduan Pembangunan, Pengawasan, Jasa Konstruksi, Penelitian dan Pengembangan, Kelembagaan dan SDM
18
RUANG LINGKUP PEKERJAAN/ PROGRAM UTAMA NONBIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
NO
N P
UP
R
Sistem Jaringan Perhubungan
1. Sistem Angkutan Massal Berbasis Jalan; Sistem Jaringan Jalur 2. Kereta Api Sistemjaringan angkutan sungai, danau dan penyebrangan (ASDP).
3. Tatanan Kepelabuhanan
4. Tatanan Kebandarudaraan
Sistem Pembangkit ESDM1. Sistem Jaringan Transmisi Listrik2. Sistem Jaringan Pipa Migas
Sistem Lainnya Jaringan Sistem Komunikasi
Rencana Rinci Tata Ruang dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang, Sistem PerencanaanPembangunan Nasional & MP DP Infrastruktur PUPR
Rencana Pembangunan Rencana Tata Ruang WIlayah Rencana Rinci Tata Ruang
RPJP Nasional
RPJM Nasional
RPJP Provinsi
RPJM Provinsi
RPJP Kabupaten/Kota
RPJM Kabupaten/Kota
RTRW Nasional
RTRW Provinsi
RTRW Kabupaten
RTRW Kota
RTR Pulau/KepulauanRTR Kawasan Strategis Nasional
RTR Kawasan Strategis Provinsi
RDTR KabupatenRTR Kawasan Strategis Kabupaten
RDTR KotaRTR Kawasan Strategis Kota
MP & DP KETERPADUAN INFRASTRUKTUR DENGAN PENGEMBANGAN WILAYAH (20 & 5 TAHUN)
Kebijakan Nasional, Kebijakan PUPR, RTRWN
RTRW Pulau/Kepulauan, Rencana IndukPengembangan Infrastruktur (RIPI)
Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Prioritas
Kawasan Dalam WPS (Perkotaan dan Kawasan Strategis Prioritas
Area Inkubasi prioritas
KriteriaPenerapan Kriteria
KRITERIA PRIORITAS PROGRAM/KEGIATAN
Input: RTRW Pulau, RIPI
Output: WPS Prioritas
Output: Kawasan Prioritas
Output: Area Inkubasi Prioritas
Jaknas Direktif), RPJPN, RPJMN,
RTRWN, RTRWP, Kebijakan PUPR
(Direktif, Renstra)MP & DP
BM
SDA
CK
PR
PENGAWASAN
PENGELOLAAN
SDM
LITBANG
PEMBIAYAAN
KETERPADUAN
KRITERIA PRIORITAS WPS,KAW, AREA
PrioritisasiKriteria Penentuan
02
Kriteria Ekonomi
Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pendapatan per Kapita
Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Pengangguran
Pasar Modal
Lembaga Keuangan (Bank dan Non Bank)
Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB)DEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTERPRETASI
Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
• PDRB atas dasarharga berlaku
• PDRB atas dasarharga konstan
BPS Provinsi,Kabupaten,Kota,Kecamatan,
Tahunan Untuk menentukan kebijakanpembangunan ekonomiwilayah dan implikasinyakebutuhan infrastruktur
Penggunaan:Mendesak Perbaikan(Pemerintah)Rendahnya PDRB dan %-asePertumbuhannya rendah, Perlu Kombinasi APBN/D danKPBUMenengah PDRB dan %-asePertumbuhannya sedang, KPBUTinggi PDRB dan %-asePertumbuhannya cepat,
Sumber : Muta’ali (2015)
PDRB Jumlah nilai tambah yang dihasilkan olehseluruh unit usaha dalam suatu daerahtertentu, atau
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomipada suatu daerah
HARGA BERLAKU (Berdasarkan harga
tahun berjalan)
MengetahuiKemampuan Sumber
Daya Ekonomi
Mengetahui Pergeseranekonomi
Mengentahui Strukturekonomi
HARGA KONSTAN (Berdasarkan hargasatu tahun tertentu)
MengetahuiPertumbuhan ekonomisecara riil dari tahun ke
tahun
Mengetahuipertumbuhan ekonomiyang tidak dipengaruhi
oleh faktor hargaDepartemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, http://www.bi.go.id/ atau http://www.bps.go.id/
26
Y = Income = PDRB
C = Konsumsi
G = Belanja Pemerintah
GFCF (Gross Fixed Capital Formation) = Pembentukan modal tetap bruto
∆ Invent = Perubahan inventori
X = Ekspor
M = Impor
Y = C + G + GFCF+ ∆ Invent + X – M di mana:
Peta PDRB Indonesia Tahun 2016
Interpretasi PDRB
Sumber :id.wikipedia.org
Tabel PDRB per ProvinsiTahun 2017
Interpretasi PDRBNo Provinsi
Produk Domestik Regional Bruto
Per Kapita (Ribu Rupiah)
1 DKI JAKARTA 157684.47
2 KALIMANTAN TIMUR 126654.72
3 KEP. RIAU 79799.73
4 KALIMANTAN UTARA 78914.52
5 RIAU 70805.98
6 PAPUA BARAT 62168.72
7 PAPUA 45578.69
8 JAMBI 38849.52
9 JAWA TIMUR 37720.42
10 KEP. BANGKA BELITUNG 34949.31
11 KALIMANTAN TENGAH 34378.38
12 SUMATERA UTARA 34183.58
13 BALI 34137.11
14 SUMATERA SELATAN 34056.48
15 SULAWESI SELATAN 33244.98
16 BANTEN 32933.36
17 SULAWESI TENGAH 32886.36
18 SULAWESI UTARA 32301.68
19 SULAWESI TENGGARA 31908.56
20 KALIMANTAN SELATAN 29580.08
21 SUMATERA BARAT 29308.34
22 JAWA BARAT 27956.16
23 LAMPUNG 26618.65
24 JAWA TENGAH 26097.67
25 KALIMANTAN BARAT 25201.57
26 DI YOGYAKARTA 24533.91
27 DI ACEH 23367.00
28 SULAWESI BARAT 22060.72
29 BENGKULU 21755.00
30 GORONTALO 21480.01
31 MALUKU UTARA 19192.97
32 NUSA TENGGARA BARAT 19098.68
33 MALUKU 15941.06
34 NUSA TENGGARA TIMUR 11875.26Sumber :bps.go.id
Pendapatan Per-KapitaDEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTEPRETASI
Pendapatan perkapitamerupakan pendapatanyang diterima oleh masing-masingpenduduk, diperolehdengan membagipendapatanregional/produkregional neto denganjumlah pendudukpertengahan tahun
• PDB• PDRB• Jumlah Penduduk
BPSWorld Bank
ProvinsiKabupatenKota
Tahunan Semakin tinggi PDRB/kapitasemakin tinggi tingkatperekonomian wilayah dan semakin maju, kebutuhaninfrastruktur lebih tinggi
Sumber : Muta’ali (2015); https://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan_per_kapita
Pendapatan Per-Kapita
Sumber : caraharian.com/rumus-pendapatan-perkapita
Penghitungan Pendapatan per-kapita :
Dua cara untuk menghitung pendapatan per kapita :
1. Berdasarkan harga yang sedang berlaku, jika kita menghitung berdasarkan harga yang berlaku maka hasilnya
disebut pendapatan per kapita nominal.
2. Berdasarkan harga tetap (konstan), hasilnya disebut pendapatan per kapita riil.
Pendapatan per kapita nominal adalah pendapatan per kapita yang tidak memperhitungkan tingkat kenaikan harga
atau inflasi. Sedangkan pendapatan per kapita riil adalah pendapatan per kapita yang sudah memperhitungkan
tingkat kenaikan harga atau inflasi.
Interpretasi
Sumber : https://id.wikipedia.org
Pendapatan Per Kapita Tiap Negara Tahun 2017 :
Pertumbuhan EkonomiDEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTEPRETASI
Pertumbuhan ekonomiadalah sebagai kenaikankapasitas dalam jangkaPanjang dari negara yang bersangkutanuntuk menyediakanberbagai barangekonomi kepadapenduduknya (Todaro dan smith, 2004)
Komponen utamayang memperngaruhipertumbuhanekonomi yaituakumulasi modal (capital accumulation), pertumbuhanpenduduk (growth in population) dan kemajuan teknologi(techonologicalprogress). (Todaro dan smith, 2004)
BPSWorld BankADB
NasionalProvinsiKabupatenKota
Tahunan Semakin tinggi tingkatpertumbuhan ekonomi makasemakin cepat proses pertambahan output wilayahsehingga prospekperkembangan wilayahsemakin baik kebutuhaninrastruktur lebih tinggi
Sumber : Muta’ali (2015)
Pertumbuhan ekonomi
Sumber : www.ilmu-ekonomi-id.com
Penghitungan Pendapatan per-kapita :
Pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan cara membandingkan Gross National Product (GNP) tahun tertentu dengan tahunsebelumnya, sehingga dapat diketahui berapa pertumbuhannya. Perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan nilaiProduk Domestik Bruto (PDB), yaitu PDB berdasarkan harga konstan, karena pengaruh perubahan harga atau inflasi dihilangkan.
Keterangan :Gt : Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan )PDB(t) : Produk domestik bruto periode t (berdasarkan harga konstan)PDB (t-1) : Produk domestic bruto periode sebelumnya
Jika interval waktunya lebih dari satu periode, maka perhitungan pertumbuhan ekonominya menjadi sebagai berikut :
Keterangan :PDB(t) : Produk domestik bruto periode tPDB (o) : Produk domestik bruto periode awalr : Tingkat pertumbuhant : Jarak periode
Interpretasi
Sumber : https://id.wikipedia.org
Pertumbuhan Ekonomi TiapNegara Tahun 2017 :
Interpretasi
Sumber : bps.go.id
Persentase Pertumbuhan PDRB (atas dasar harga konstan 2010 ) tahun 2011-2017 :
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
ACEH 1.13 1.74 0.56 -0.43 -2.61 1.39 2.32
SUMATERA UTARA 5.11 4.96 4.65 3.88 3.81 3.94 3.95
SUMATERA BARAT 4.88 4.88 4.69 4.53 4.23 4 4.06
RIAU 2.78 1.06 -0.14 0.13 -2.24 -0.23 4.06
JAMBI 5.82 5.06 4.92 5.49 2.44 2.65 4.06
SUMATERA SELATAN 4.73 5.23 3.78 3.3 2.98 3.64 4.06
BENGKULU 4.97 4.98 4.28 3.74 3.44 3.64 4.06
LAMPUNG 5.16 5.09 4.48 3.85 3.95 4.02 4.06
KEP. BANGKA BELITUNG 4.52 3.18 2.92 2.43 1.89 1.95 4.06
KEP. RIAU 3.53 4.27 3.97 3.49 3.03 2.17 4.06
DKI JAKARTA 5.51 5.34 4.92 4.81 4.84 4.85 4.06
JAWA BARAT 4.78 4.82 4.7 3.52 3.52 4.16 4.06
JAWA TENGAH 4.4 4.47 4.27 4.46 4.68 4.52 4.06
DI YOGYAKARTA 3.94 4.11 4.23 3.95 3.75 3.87 4.06
JAWA TIMUR 5.66 5.9 5.37 5.18 4.8 4.96 4.06
BANTEN 4.53 4.4 4.31 3.24 3.24 3.14 4.06
BALI 5.31 5.63 5.4 5.47 4.8 5.12 4.06
NUSA TENGGARA BARAT -5.29 -2.92 3.73 3.78 20.2 4.51 4.06
NUSA TENGGARA TIMUR 3.85 3.67 3.65 3.32 3.22 3.48 4.06
KALIMANTAN BARAT 3.68 4.13 4.32 3.37 3.28 3.64 4.06
KALIMANTAN TENGAH 4.45 4.36 4.89 3.81 4.64 4.06 4.06
KALIMANTAN SELATAN 4.91 3.99 3.43 3.01 2.08 2.71 4.06
KALIMANTAN TIMUR 3.63 2.73 0.15 -0.58 -3.37 -2.48 4.06
KALIMANTAN UTARA - - - 4.11 -0.43 -0.05 4.06
SULAWESI UTARA 4.87 5.6 5.17 5.14 5 5.09 4.06
SULAWESI TENGAH 7.91 7.67 7.77 3.37 13.68 8.29 4.06
SULAWESI SELATAN 6.86 7.63 6.43 6.39 6.08 6.35 4.06
SULAWESI TENGGARA 8.18 9.22 5.2 4.03 4.68 4.36 4.06
GORONTALO 5.91 6.14 5.94 5.57 4.57 4.9 4.06
SULAWESI BARAT 8.59 7.15 4.89 6.79 5.3 4.04 4.06
MALUKU 4.4 5.22 3.37 4.77 3.66 3.94 4.06
MALUKU UTARA 4.41 4.64 4.09 3.29 3.94 3.67 4.06
PAPUA BARAT 0.91 0.93 4.6 2.71 1.56 1.96 4.06
PAPUA -6.19 -0.28 6.45 1.68 5.36 7.16 4.06
Provinsi[Seri 2010] Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Persen)
Tingkat PengangguranDEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTEPRETASI
Tingkat PengangguranTerbuka (TBT) Persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja
Variabel untuk menyusun indikator ini juga diperoleh dari Sakernas dan Sensus Penduduk
BPSWorld Bank
NasionalProvinsiKabupatenKota
Tahunan TPT yang tinggi menunjukkanbahwa terdapat banyakangkatan kerja yang tidakterserap pada pasar kerja. Misal: TPT 6%, artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun keatasyang tersedia untukmemproduksi barang dan jasa(angkatan kerja) sebanyak 6 orang merupakanpengangguran.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tingkat Pengangguran
Sumber : www.ilmu-ekonomi-id.com
Penghitungan Tingkat Pengangguran Terbuka :
Definis Tingkat Pengangguran Terbuka (TBT) merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatankerja :
Kegunaan TPT adalah mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran
Interpretasi
Pasar ModalDEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTEPRETASI
Kegiatan yang bersangkutan denganPenawaranUmum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitandengan Efek yang diterbitkannya, sertalembaga dan profesiyangberkaitan dengan Efek
Instrument keuangan (produk) yang diperdagangkan di Pasar Modal Indonesia:• Saham• Surat Utang
(Obligasi)• Reksa Dana• Exchange Traded
Fund (ETF)• Derivatif
• Bursa EfekIndonesia
• OtoritasJasaKeuangan
Nasional - Perkembangan pasar modal lebih pada skala nasional atauregional. Kemungkinanmemberikan KPBU lebih besar
Sumber : UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
S U M B E R P E N D A N A A N K E G I A T A N P E R U B A H A N I K L I M
• APBN/ APBD
• Insentif fiskal (Tax Holiday,
tax allowance,
Pembebasan PPN untuk
barang modal, PPh DTP
Geothermal,
Pembebasan Bea Impor
Barang Modal)
• Green Sukuk
• Global Environment
Facility (GEF)
• Green Climate Fund
(GCF)• Adaptation Fund
• Bilateral and Multilateral
agency
• Lainnya
• Swasta Murni
• Skema PPP
• Corporate Social
Responsibility (CSR)
Sumber : Workshop Pendanaan Perubahan Iklim, BKF, Januari 2017
PEMERINTAH INTERNASIONAL SWASTA
• GCF adalah entitas pelaksana dari mekanisme keuangan United
Nations Framework Convention On Climate Change (UNFCCC) dan
mulai beroperasi pada tahun 2015
• Misi signifikan target pencapaian target yang disepakati masyarakat
internasional untuk menanggulangi perubahan iklim.
• Board Member GCF sebanyak 24 anggota, terdiri dari negara maju
dan negara berkembang
P E N D A N A A N D A R I I N T E R N A S I O N A L
GREEN CLIMATE FUND (GCF)
• Target pengumpulan dana yang telah disetujui oleh negara-negara maju mulai tahun 2020
sebesar USD 100 miliar/ tahun
MOBILISASI
DANA
Mitigasi• Sektor energi: pembangkit dan
distribusi
• Kehutanan dan sektor berbasis
lahan lainnya
• Transportasi
• Bangunan hijau, perkotaan, sertaindustry and appliances
PROPORSI DAN
LINGKUP
PENDANAAN
Adaptasi
• Kesehatan dan Ketahanan pangan dan air
• Mata Pencaharian Penduduk dan
Komunitas/Masyarakat
• Ekosistem dan Jasa Lingkungan
• Infrastruktur lingkungan
• Proporsi pendanaan untuk mitigasi sebesar 50% dan adaptasi sebesar 50%
• Proporsi pendanaan adaptasi sebesar 50% untuk SIDS, LDCS, Afrika dan 50% untuk negara
berkembang
P E N D A N A A N D A R I I N T E R N A S I O N A L
GREEN CLIMATE FUND (GCF)
P E N D A N A A N D A R I A P B N
GREEN SUKUK (SUKUK HIJAU)
Green Sukuk selain merupakan salah satu inovasi pembiayaan untuk
perubahan iklim yang berbasiskan syariah juga merupakan salah satu skema
pembiayaan proyek APBN yang mendukung kegiatan perubahan iklim yang
bertujuan untuk mengurangi emisi karbon serta memenuhi beberapa tujuan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals).
penerbitan Green Sukuk pertama kalinya di dunia dilakukan oleh
pemerintah negara (sovereign) pada tanggal
1 Maret 2018
Lembaga KeuanganDEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU FUNGSI DAN PERAN
INTERPRETASI
Semua badan yang melaluikegiatan kegiatannya di bidangkeuangan, menarik uang daridan menyalurkannya ke dalammasyarakat
• Sistem Moneter• Otoritas Moneter
( Bank Sentral )• Bank Pencipta
Uang Giral ( Bank Umum )
• Luar sistem moneter• Bank Perkreditan
Rakyat• Lembaga
Pembiayaan• Perusahaan
Asuransi• Dana Pensiun• Pasar Modal• Pasar Valuta Asing• Perusahaan Reksa
dana
OJK - - • Pengalihan Aset (Assets Transmutation)
• Likuiditas (liquidity)• Realokasi Pendapatan (Income
Reallocation)• Transaksi (Transaction)
• Kelengkapan kelembagaankeuangan di suatu daerahmenunjukkan tingkat kebutuhanakan infrastruktur
Sumber : Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967
Kriteria Sosial Budaya
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Tingkat Kemiskinan
Koefisien GINI
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)DEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTERPRETASI
Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah suatuproses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (”a process of enlarging peoples’s choices”). fokus pembangunan suatu negara adalah manusia sebagai aset negara yang sangat berharga. Definisi pembangunan manusia: ekonomi, social, budaya
▪ IPM mengukurpencapaian hasilpembangunan darisuatudaerah/wilayahdalam tiga dimensidasar pembangunanyaitu:
▪ lamanya hidup, pengetahuan/tingkatPendidikan dan standar hidup layak
▪ IPM merupakanindeks harapanhidup, indekspendidikan (harapandan Rata-rata Lama Sekolah) dan indeksstandar hidup layak(pengeluaran per bulan)
BPS ▪ Nasional▪ Provinsi▪ Kabupaten/
Kota
Tahunan Angka IPM memberikan gambarankomprehensif mengenai tingkatpencapaian pembangunan manusiasebagai dampak dari kegiatanpembangunan yang dilakukan oleh suatu negara/daerah.
Kondisi tahun 2017: TertinggiProvinsi: DKI Jakarta 80,06Kabupaten: Kab Sleman 82,85Kota: Kota Yogyakarta 85,49
TerendahProvinsi: Papua 59,09Kabupaten: Kab. Nduga 27,87Kota: Kota Sabulussalam (DI Aceh) 62,88
Indonesia 70,81
Sumber: BPS 2018
Sumber : Muta’ali (2015)
Keterangan Nilai IPM
Warna Rentangan Kategori[3]
≥80,00 Sangat tinggi
75,00–79,99Tinggi
70,00–74,99
65,00–69,99Sedang
60,00–64,99
≤59,99 Rendah
INTERPRETASI IPM
Daftar Provinsi di Indonesia Menurut IPM dan Komponennya
Peringkat
Nama
IPM Komponen IPM
2017 Perubahan NilaiPerubahan Umur Harapan Hidup
Harapan Lama Sekolah
Rata rata Lama Sekolah
Pengeluaran Per bulan
Nilai Perubahan Nilai Perubahan Nilai Perubahan Nilai Perubahan
29 ▲ (1) Nusa Tenggara Barat 66,58 ▲ 0,77 65,55 ▲ 0,07 13,46 ▲ 0,30 6,90 ▲ 0,11 9.877 ▲ 302
32 Nusa Tenggara Timur 63,73 ▲ 0,60 66,07 ▲ 0,03 13,07 ▲ 0,10 7,15 ▲ 0,13 7.350 ▲ 228
30 ▼ (1) Kalimantan Barat 66,26 ▲ 0,38 69,92 ▲ 0,02 12,50 ▲ 0,13 7,05 ▲ 0,07 8.472 ▲ 124
21 Kalimantan Tengah 69,79 ▲ 0,66 69,59 ▲ 0,02 12,45 ▲ 0,12 8,29 ▲ 0,16 10.492 ▲ 337
22 Kalimantan Selatan 69,65 ▲ 0,60 68,02 ▲ 0,10 12,46 ▲ 0,17 7,99 ▲ 0,10 11.600 ▲ 293
3 Kalimantan Timur 75,12 ▲ 0,53 73,70 ▲ 0,02 13,49 ▲ 0,14 9,36 ▲ 0,12 11.612 ▲ 257
20 Kalimantan Utara 69,84 ▲ 0,64 72,47 ▲ 0,04 12,79 ▲ 0,20 8,62 ▲ 0,13 8.643 ▲ 209
7 Sulawesi Utara 71,66 ▲ 0,61 71,04 ▲ 0,02 12,66 ▲ 0,11 9,14 ▲ 0,18 10.422 ▲ 274
26 Sulawesi Tengah 68,11 ▲ 0,64 67,32 ▲ 0,01 13,04 ▲ 0,12 8,29 ▲ 0,17 9.311 ▲ 277
14 Sulawesi Selatan 70,34 ▲ 0,58 69,84 ▲ 0,02 13,28 ▲ 0,12 7,95 ▲ 0,20 10.489 ▲ 208
19 Sulawesi Tenggara 69,86 ▲ 0,55 70,47 ▲ 0,01 13,36 ▲ 0,12 8,46 ▲ 0,14 9.094 ▲ 223
28 Gorontalo 67,01 ▲ 0,72 67,14 ▲ 0,01 13,01 ▲ 0,13 7,28 ▲ 0,16 9.532 ▲ 357
31 Sulawesi Barat 64,30 ▲ 0,70 64,34 ▲ 0,03 12,48 ▲ 0,14 7,31 ▲ 0,17 8.736 ▲ 286
25 Maluku 68,19 ▲ 0,59 65,40 ▲ 0,05 13,91 ▲ 0,18 9,38 ▲ 0,11 8.433 ▲ 218
27 Maluku Utara 67,20 ▲ 0,57 67,54 ▲ 0,03 13,56 ▲ 0,11 8,61 ▲ 0,09 7.792 ▲ 247
33 Papua Barat 62,99 ▲ 0,78 65,32 ▲ 0,02 12,47 ▲ 0,21 7,15 ▲ 0,09 7.493 ▲ 318
34 Papua 59,09 ▲ 1,04 65,14 ▲ 0,02 10,54 ▲ 0,31 6,27 ▲ 0,12 6.996 ▲ 359
- - Indonesia 70,81 ▲ 0,63 71,06 ▲ 0,16 12,85 ▲ 0,13 8,10 ▲ 0,15 10.664 ▲ 244
Daftar Provinsi di Indonesia Menurut IPM dan Komponennya
Peringkat
Nama
IPM Komponen IPM
2017Peruba
hanNilai
Perubahan Umur Harapan Hidup Harapan Lama SekolahRata rata Lama
SekolahPengeluaran Per
bulan
Nilai Perubahan Nilai Perubahan NilaiPerubaha
nNilai Perubahan
11 Aceh 70,60 ▲ 0,60 69,52 ▲ 0,01 14,13 ▲ 0,24 8,98 ▲ 0,12 8.957 ▲ 189
12 ▼ (1) Sumatera Utara 70,57 ▲ 0,57 68,37 ▲ 0,04 13,10 ▲ 0,10 9,25 ▲ 0,13 10.036 ▲ 292
9 Sumatera Barat 71,24 ▲ 0,51 68,78 ▲ 0,05 13,94 ▲ 0,15 8,72 ▲ 0,13 10.306 ▲ 180
6 Riau 71,79 ▲ 0,59 70,99 ▲ 0,02 13,03 ▲ 0,17 8,76 ▲ 0,17 10.677 ▲ 212
16 Jambi 69,99 ▲ 0,37 70,76 ▲ 0,05 12,87 ▲ 0,15 8,15 ▲ 0,08 9.880 ▲ 85
23 Sumatera Selatan 68,86 ▲ 0,62 69,18 ▲ 0,02 12,35 ▲ 0,12 7,99 ▲ 0,16 10.220 ▲ 285
18 Bengkulu 69,95 ▲ 0,62 68,59 ▲ 0,03 13,57 ▲ 0,19 8,47 ▲ 0,10 9.778 ▲ 286
24 Lampung 68,25 ▲ 0,60 69,95 ▲ 0,01 12,46 ▲ 0,11 7,79 ▲ 0,16 9.413 ▲ 257
16 ▲ (1)Kepulauan Bangka Belitung
69,99 ▲ 0,44 69,95 ▲ 0,03 11,83 ▲ 0,12 7,78 ▲ 0,16 12.066 ▲ 106
4 Kepulauan Riau 74,45 ▲ 0,46 69,48 ▲ 0,03 12,81 ▲ 0,15 9,79 ▲ 0,12 13.566 ▲ 207
1Daerah Khusus Ibukota Jakarta
80,06 ▲ 0,46 72,55 ▲ 0,06 12,86 ▲ 0,13 11,02 ▲ 0,14 17.707 ▲ 239
10 Jawa Barat 70,69 ▲ 0,64 72,47 ▲ 0,03 12,42 ▲ 0,12 8,14 ▲ 0,19 10.285 ▲ 250
13 Jawa Tengah 70,52 ▲ 0,54 74,08 ▲ 0,06 12,57 ▲ 0,12 7,27 ▲ 0,12 10.377 ▲ 224
2Daerah Istimewa Yogyakarta
78,89 ▲ 0,51 74,74 ▲ 0,03 15,42 ▲ 0,19 9,19 ▲ 0,07 13.521 ▲ 292
15 Jawa Timur 70,27 ▲ 0,53 70,80 ▲ 0,06 13,09 ▲ 0,11 7,34 ▲ 0,11 10.973 ▲ 258
8 Banten 71,42 ▲ 0,46 69,49 ▲ 0,03 12,78 ▲ 0,08 8,53 ▲ 0,16 11.659 ▲ 190
5 Bali 74,30 ▲ 0,65 71,46 ▲ 0,05 13,21 ▲ 0,17 8,55 ▲ 0,19 13.573 ▲ 294
Provinsi/Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
ACEH 67,09 67,45 67,81 68,30 68,81 69,45 70,00 70,60
Simeulue 60,60 61,03 61,25 61,68 62,18 63,16 63,82 64,41
Aceh Singkil 62,36 63,13 64,23 64,87 65,27 66,05 66,96 67,37
Aceh Selatan 61,22 61,52 61,69 62,27 62,35 63,28 64,13 65,03
Aceh Tenggara 63,82 64,27 64,99 65,55 65,90 66,77 67,48 68,09
Aceh Timur 61,75 62,35 62,93 63,27 63,57 64,55 65,42 66,32
Aceh Tengah 69,17 70,00 70,18 70,51 70,96 71,51 72,04 72,19
Aceh Barat 66,05 66,47 66,66 66,86 67,31 68,41 69,26 70,20
Aceh Besar 69,76 69,94 70,10 70,61 71,06 71,70 71,75 72,00
Pidie 66,75 66,95 67,30 67,59 67,87 68,68 69,06 69,52
Bireuen 66,42 67,03 67,57 68,23 68,71 69,77 70,21 71,11
Aceh Utara 63,56 64,22 64,82 65,36 65,93 66,85 67,19 67,67
Aceh Barat Daya 60,91 61,75 62,15 62,62 63,08 63,77 64,57 65,09
Gayo Lues 60,93 61,91 62,85 63,22 63,34 63,67 64,26 65,01
Aceh Tamiang 64,67 64,89 65,21 65,56 66,09 67,03 67,41 67,99
Nagan Raya 63,57 64,24 64,91 65,23 65,58 66,73 67,32 67,78
Aceh Jaya 64,75 65,17 66,42 66,92 67,30 67,53 67,70 68,07
Bener Meriah 67,29 68,24 69,14 69,74 70,00 70,62 71,42 71,89
Pidie Jaya 68,38 68,69 68,90 69,26 69,89 70,49 71,13 71,73
Kota Banda Aceh 80,36 80,87 81,30 81,84 82,22 83,25 83,73 83,95
Kota Sabang 69,70 70,15 70,84 71,07 71,50 72,51 73,36 74,10
Kota Langsa 71,79 72,15 72,75 73,40 73,81 74,74 75,41 75,89
Kota Lhokseumawe 71,55 72,35 73,55 74,13 74,44 75,11 75,78 76,34
Kota Subulussalam 58,97 59,34 59,76 60,11 60,39 61,32 62,18 62,88
Tren Indeks
Pembangunan Manusia
(IPM) Menurut
Kabupaten/Kota
Provinsi Aceh, 2010-2017
Tingkat KemiskinanDEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTERPRETASI
Kemiskinan dibagi menjadidua yaitu kemiskinanabsolute dan relatif. Kemiskinan absolut dapatdiukur dengan angka atauheadcount tentangseberapa banyak orang yang berada di bawah gariskemiskinan absolute. Kemiskinan relatif adalahsuatu kondisi perbandinganantara kelompokpenghasilan dalammasyarakat (Todaro dan smith, 2003)
• Indikator kemiskinanmenggunakan kriteriagaris kemiskinan(poverty line) untukmengukurkemiskinan absolute
• Menurut BPS, gariskemiskinan terdiridari 2 komponenyaitu garis kemiskinanmakanan (food line) dan garis non makanan
▪ BPS▪ World
Bank
▪ Global▪ Regional▪ Nasional▪ Provinsi▪ Kabupaten
/Kota▪ Kecamata
n▪ Desa/Kelur
ahan
Tahunan ▪ Jumlah dan presentasependuduk miskin (headcount index) : nilainya antara 0-100%, menunjukkan proporsipenduduk miskin di suatuwilayah. Presentase pendudukmiskin yang tinggi menunjukkantingkat kemiskinan yang tinggi
▪ Indeks kedalaman kemiskinan(poverty gap index), semakintinggi nilai indeks, semakin jauhrata-rata pengeluaranpenduduk miskin dari gariskemiskinan
▪ Indeks keparahan kemiskinan(poverty severity index), semakin tinggi ketimpanganpengeluaran diantara pendudukmiskin
Sumber : Muta’ali (2015)
Penghitungan Presentase Kemiskinan :
Konsep presentase kemiskinan : Head Count Index (HCI-P0), adalah persentase penduduk yang berada dibawah GarisKemiskinan (GK)
Tingkat Kemiskinan
Sumber data : Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel ModulKonsumsi dan Kor
Rumus penghitungan :
Keterangan :α = 0z = garis kemiskinan.yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < zq = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.n = jumlah penduduk.
Tingkat Kemiskinan
6.996-9.305
10.365-12.6739.306-10.364
12.674-17.707
Peta Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Menurut Provinsi, 2017 (Ribu Rupiah/Tahun)
Koefisien GINIDEFINISI DATA-DATA SUMBER
DATA LEVEL WAKTU INTERPRETASI
Gini index adalahukuran ketimpanganpendapatan agregatyang angkanya berkisarantara 0 (nol) (pemerataan sempurna) hingga 1 (satu) (ketimpangansempurna).Dikembangkan olehstatistikusItalia, Corrado Gini, dandipublikasikan padatahun 1912 dalamkaryanya, Variabilità e mutabilità.
- • BPS• World
Bank
Nasional Tahunan Nilai rasio gini berkisar antara 0 hingga 1, idealnya adalahsemakin mendekati satu. Dukungan penyediaaninfrastruktur PUPR melaluiAPBN dibutuhkan terkait padatingkat Gini rasio. Makin rendah nilai Gini, akan makinmembutuhkan dukunganterhadap kelancaranpenanggulangan kemiskinan
Sumber : Muta’ali (2015)
• Pada gambar diatas, besarnya ketimpangandigambarkan sebagai daerah yang diarsir. Sedangkan Koefisien Gini atau Gini Ratio adalahrasio (perbandingan) antara luas bidang A yang diarsir tersebut dengan luas segitiga BCD.
Pengertian Indeks Gini
Luthfi Muta’ali, Teknik Analisis Regional; https://www.dictio.id/t/apakah-yang-dimaksud-dengan-koefisien-gini/8371
GINI Ratio Menurut
Kabupatendan Kota
Gini Ratio Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2016
Kabupaten/Kota Gini Ratio
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bogor 0.41 0.42 0.42 0.39 0.42 0.4
Sukabumi 0.3 0.35 0.35 0.32 0.36 0.33
Cianjur 0.29 0.33 0.33 0.28 0.28 0.36
Bandung 0.36 0.36 0.36 0.37 0.4 0.4
Garut 0.3 0.34 0.34 0.33 0.31 0.35
Tasikmalaya 0.37 0.33 0.33 0.29 0.3 0.3
Ciamis 0.31 0.31 0.31 0.31 0.33 0.33
Kuningan 0.33 0.36 0.36 0.37 0.34 0.33
Cirebon 0.27 0.36 0.36 0.28 0.33 0.36
Majalengka 0.31 0.39 0.39 0.34 0.35 0.36
Sumedang 0.33 0.37 0.37 0.33 0.35 0.37
Indramayu 0.28 0.29 0.29 0.28 0.29 0.26
Subang 0.28 0.33 0.33 0.31 0.33 0.35
Purwakarta 0.34 0.39 0.39 0.37 0.35 0.36
Karawang 0.33 0.34 0.34 0.3 0.34 0.34
Bekasi 0.33 0.36 0.36 0.33 0.35 0.31
Bandung Barat 0.29 0.37 0.37 0.33 0.34 0.36
Pangandaran - - - - 0.36 0.34
Kota Bogor 0.39 0.45 0.45 0.36 0.47 0.43
Kota Sukabumi 0.34 0.4 0.4 0.36 0.43 0.42
Kota Bandung 0.41 0.42 0.42 0.48 0.44 0.44
Kota Cirebon 0.38 0.41 0.41 0.4 0.41 0.4
Kota Bekasi 0.37 0.37 0.37 0.33 0.41 0.39
Kota Depok 0.36 0.4 0.4 0.37 0.4 0.4
Kota Cimahi 0.34 0.37 0.37 0.39 0.4 0.42
Kota Tasikmalaya 0.37 0.4 0.4 0.37 0.49 0.42
Kota Banjar 0.37 0.39 0.39 0.32 0.42 0.37
JAWA BARAT 0.422 0.423 0.423 0.433 0.433 0.423
JumlahPendudukMiskinIndonesia 2017
Provinsi
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi (Ribu Jiwa)
JumlahPerkotaan Perdesaan
2017 2017
Semester 2 (September) Semester 2 (September)ACEH 166.77 829.80 996.57
SUMATERA UTARA 663.27 1,326.57 1,989.84
SUMATERA BARAT 114.59 359.99 474.58
RIAU 176.98 496.39 673.37
JAMBI 118.49 278.61 397.10
SUMATERA SELATAN 379.72 1,086.76 1,466.48
BENGKULU 97.15 302.62 399.77
LAMPUNG 211.97 1,083.74 1,295.71
KEP. BANGKA BELITUNG 23.04 76.20 99.24
KEP. RIAU 96.77 128.43 225.20
DKI JAKARTA 393.13 393.13 786.26
JAWA BARAT 2,391.23 3,774.41 6,165.64
JAWA TENGAH 1,815.58 4,197.49 6,013.07
DI YOGYAKARTA 298.39 466.33 764.72
JAWA TIMUR 1,455.45 4,405.27 5,860.72
BANTEN 415.67 699.83 1,115.50
BALI 96.07 176.48 272.55
NUSA TENGGARA BARAT 368.55 748.12 1,116.67
NUSA TENGGARA TIMUR 119.04 1,134.74 1,253.78
KALIMANTAN BARAT 83.89 388.81 472.70
KALIMANTAN TENGAH 48.34 137.88 186.22
KALIMANTAN SELATAN 66.21 194.56 260.77
KALIMANTAN TIMUR 102.39 218.67 321.06
KALIMANTAN UTARA 21.81 48.56 70.37
SULAWESI UTARA 59.95 194.85 254.80
SULAWESI TENGAH 81.56 423.27 504.83
SULAWESI SELATAN 166.50 825.97 992.47
SULAWESI TENGGARA 67.96 313.16 381.12
GORONTALO 21.23 200.91 222.14
SULAWESI BARAT 30.02 149.47 179.49
MALUKU 47.83 320.42 368.25
MALUKU UTARA 12.93 78.28 91.21
PAPUA BARAT 19.02 212.86 231.88
PAPUA 41.06 910.42 951.48
INDONESIA 10,272.55 26,582.99 36,855.54
Kriteria Lingkungan
Emisi Karbon/Gas Rumah Kaca/PerubahanIklim
Daya Dukung
Kebencanaan
Komitmen Presiden melalui NDC pada COP-21 (2015)Menurunkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2030
29% 29%
12%
41%Upaya sendiri
Upaya sendiri dan dukungan internasional
Revisi Perpres
61/ 2011
Acuan Rencana Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian PUPR (hingga 2030)
1. Menunjang kelancaran tugas Kementerian Pekerjaan Umum danPerumahan Rakyat dalam penanganan dan antisipasi dampakperubahan iklim, serta
2. Kelancaran koordinasi antar unit kerja di lingkungan KementerianPekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang tugas dan fungsinyaberhubungan dengan penanganan perubahan iklim.
Emisi Karbon/Gas Rumah Kaca dan Perubahan Iklim
Terwujudnya Indonesia Asri dan Lestari, memberdayakan SDA dan Lingkungan Hidup untukkemajuan Indonesia. Pendayagunaan Kawasan Budi Daya dengan Meningkatkan Daya Dukung,Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (CO), Mitigasi Bencana (longsor, banjir, gempa bumi, gunungMeletus
Kegiatan yang mendukung penururan emisi karbon/gas rumah kaca perlu lebih diprioritaskan
Daya Dukung
Sumber : Muta’ali (2015)
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, daya dukung lingkunganhidup diartikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia danmakhluk hidup lain.
Daya Dukung Bio Ekologi
Daya Dukung JasaEkosistem
Daya DukungLingkungan
BerdasarkanValuasi Ekonomi
Daya TampungLingkungan denganPendekatan Baku Mutu Lingkungan
D e f i n i s i
D a y a D u k u n g Te r d i r i A t a s :
Konsep daya dukunglingkungan yang popularyaitu Ecological Footprint(tapak ekologi). Tapakekologi mengukurpermintaan penduduk atasalam dalam satuan metrikyaitu area globalbiokapasitas.
Keuntungan yangdiperoleh dari alam yangsifatnya bukan barangmelainkan fungsilingkungan seperti tataair, iklim, air bersih,biodiversitas, keindahan,kesejukan dsb.
Penentuan daya dukungdan daya tampinglingkungan hidup jugadapat dilakukan melaluipendekatan valuasiekonomi. Prinsip inididasarkan pada kaidah“service-to-value”.
Baku mutu lingkungan adalah
ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atau harus
ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya
tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
Konsep Ecological Footprint
Daya Dukung
Sumber : Muta’ali (2015)
NO INDEK RUMUS SATUAN
INTERPRETASI
1 Daya Dukung BioEkologi(Ecological Footprint)
DDB = BKT / JET
DDB = Daya Dukung Biologi
BKT = BioKapasitas Total (Ha/Kapita)
JET = Nilai Jejak Ekologi Total
Hektar
2 Daya Dukung JasaEkosistem
3 Daya Dukung LingkunganBerdasarkan ValuasiEkonomi
4 Daya TampungLingkungan denganPendekatan Baku MutuLingkungan
Ecological Footprint; adalah alat bantu untukmengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan
menampung limbah dari populasi manusiadihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya
dinyatakan dalam hektar.
DAYA DUKUNG BIOLOGI (DDB)
Kebutuhan Lahan danPenduduk Optimal
JejakEkologi
(JET)
Bio Kapasitas
(BKT)
DDB = BKT / JET
DDB = Daya Dukung Biologi
BKT = BioKapasitas Total (Ha/Kapita)
JET = Nilai Jejak Ekologi Total
Kemampuan ekosistem menyediakan danmemproduksi bahan alami serta
menyerap materi limbah yang dihasilamanusia (supply-side
Interpretasi• Hasil penelitian Globalfootprint Network (GFN) tahun 2006 dengan populasi penduduk dunia 6,6
milyar jiwa, menunjukan
• total biocapacity (kapasitas produksi secara hayati) adalah 11,9 milyar global hektar (gha) atau 1,8 gha perkapita, sedangkan total jejak ekologi adalah 17,1 milyar gha atau 2,6 gha perkapita. (Note: Gha = Global Hectare yang di Indonesia disetarakan sebutannya dengan Hektar)
• Hal ini berarti rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,8 gha, yang berarti diperlukan 1,44 planet bumi untuk menopang kehidupan manusia. Penggunaan bumi berdasarkan jejak ekologitahun 2006 adalah jejak karbon (carbon footprint) sebanyak 9,1 milyar gha, jejak pertanian(cropland footprint) 3,7 gha, jejak hutan (forest footprint) 1,8 gha, jejak penggembalaan(grazingfootprint) 1,4 gha, jejak perikanan (fisheries footprint) 0,6 gha dan jejak terbangun (build footprint) 0,4 gha (Globalfootprint network, 2006).
• Hal ini juga telah memperhitungkan pola-pola tingkah laku manusia yang baik di bidang makanan, tempat tinggal, emisi karbon, energi yang dipakai dan yang diperbaharui, tingkah laku manusiaterhadap air, pola tingkah laku terhadap barang-barang yang ada di lingkungannya, dll.
• Kebutuhan sumber daya makin meningkat, efisiensi dan efektifikat penyediaan infrastrukturadalah untuk meningkatkan daya dukung lingkungan
https://nnnnhayati.wordpress.com/2013/09/10/cara-menghitung-tapak-ekologi-tapak-ekologi-indonesia/
66
Menurut data yang diperoleh dari http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_ecological_footprint , nilai tapak ekologi Indonesia adalah 1,21 gha/ orang dan biokapasitasnya 1,35 gha/orang. Berarti rata-rata setiap individu yang ada di Indonesia membutuhkan lahan produktif seluas 1,21 hektar yang didalamnyajuga terdapat air yang dapat digunakan manusia untuk memproduksi sesuatu yang berguna untukkebutuhan hidupnya serta untuk mengolah limbahnya sendiri.
Amerika memiliki nilai tapak ekologi semesar 9.7 gha/orang , eropa sebesar 4.7 gha/orang, china 1.6 gha/orang, India 0.8 gha/orang , dan Jepang 4.8 gha/orang ( sumber : Miller Jr., G.T. & S.E. Spoolman. Living in the Environment. 17th. Edition. Brooks/Cole: Belmont, CA, USA. 2012 ).
Normalnya, nilai tapak ekologi maksimal yang masih diizinkan agar bumi bekerja secara normal adalah 1 gha/ orang. Dengan nilai 1 gha/orang maka dibutuhkan 1 bumi untuk melakukan produksi danmemanfaatkan hasilnya tanpa menghabiskan modal alam. Berdasarkan data diatas, India termasuk Negara yang nilai tapak ekologinya bagus.
Biokapasitas: adalah kemampuan ekosistem untuk menyediakan dan
memproduksi bahan alami serta menyerap materi limbah yang dihasilkan olehmanusia (supply-site)
BKi = (0,88 x LPLi x FPi)/JP
BKt = σ𝑖−1𝑘 𝐵𝐾𝑖
BKt = Bio-Kapasitas lahan Total (Ha/Kapita)BKi = Bio-Kapasitas lahan i (Ha/Kapita)LPLi = Luas Penggunaan Lahan i (Ha)0,88 = Konstanta, 12%nya digunakan untuk menjamin keberlangsungan biodiversitas
(WCED, 1987; WWF, ZSL, dan GFN, 2006, Habert, Krausmann, 2001, Weckemagel, et al, 1998)
FPi = Faktor Produksi i (Ferguson, 1998)JP = Jumlah Penduduk (jiwa)
Muta’ali, 2015
Analisis Matematis Dengan Pendekatan JejakEkologi (Global Footprint Network (GFN) dan World
Wildlife Fund (WWF)
• JEi =JP x KJEi x EFi
• JEt= σ𝑖=1𝑘 JE𝑖
• Keterangan: • JEt = Nilai Jejak Ekologi Total
• JEi = Nilai Jejak Ekonomi untjuk penggunaan lahan i hektar
• JP= Jumlah Penduduk (jiwa)
• KJEi = Nilai Kebutuhan lahan i, untuk memenuhi kebutuhan konsumsipenduduk per kapita (Ha/Kapita). Sumber: WWF (2002), WWF , ZSL dan GFN (2006)
• EFi = Faktor Ekuivalen WWF , ZSL dan GFN
Muta’ali, 2015
Faktor Ekuivalen dan Faktor Produksi Menurut Penggunaan lahan
No Penggunaan Lahan KJEi EFi FPi Keterangan
1 Lahan Pertanian 0,29 0,94 0,94
2 Hutan 0,14 1,71 1,71
3 Padang Rumput/Peternakan/Ladang
0,02 1,31 1,31
4 Perairan 0,18 0,35 0,81
5 Lahan Terbangun 0,06 1,02 1,02
6 Hutan Produksi 0,05 1,89 1,71
Sumber : WWF, SL, & GFN (2006) dan Ferguson (1998) dengan modifikasi oleh Rachmawati Tika dan Mutaáli, Lutfi (2013)
Island/
Archipelago
TE
(gha/People)
BK
(gha/People)
ED
(gha/People)Category
Sumatera 1.56 1.96 0.40 Surplus
Jawa 1.01 0.20 -0.81 Defisit
Bali 1.76 0.24 -1.52 Defisit
Kalimantan 1.26 4.05 2.79 Surplus
Sulawesi 1.46 1.63 0.17 Surplus
Nusa Tenggara 0.45 0.47 0.02 Surplus
Maluku 1.20 1.25 0.05 Surplus
Papua 0.79 7.43 6.64 Surplus
Indonesia 1,07 1,12 0,05 Surplus
Jejak Ekologi (Ecological Footprint) Analysis in the feetPalm of Indonesia 2010
Ecological footprint is an overview of the use of natural resources and
environment that needed to support the life of every person for
1 year. For the current condition of Indonesia on average each
person consume 1.07 gha / person, while carrying an average
of 1.12 gha / person. In Java and Bali Ecological footprint
already exceeded the carrying capacity of the existing.
Daya Dukung Lingkungan
70
Kebencanaan
Sumber : Muta’ali (2015)
INDEK RUMUS SATUAN Interpretasi
Indek Kawasan Rawan BencanaPotensial
= Luas Area KRBiLuas Wilayah
Rasio Kawasan bencana untuk di hindari
Indek Kawasan Rawan BencanaAktual
= Luas Area TerdampakLuas KRBi
Rasio
Indek Potensi Kerusakan di Kawasan Rawan Bencana
= Jumlah PendudukLuas KRBi
Jiwa/km2
= Jumlah RumahLuas KRBi
Rumah/km2
Keterangan :KRBi : Kawasan Rawan Bencana untuk jenis bencana ii : Jenis bencana (Gerakan tanah/longsor, banjir, gelombang pasang, bencana alam geologi, gunung berapi, gempa bumi, zona,
patahan aktif, tsunami, abrasi, gas beracun)
Kriteria Pertahanan dan Keamanan
Perbatasan Darat
Pulau Terluar
LANDASAN KEBIJAKAN PERBATASAN DAN PULAU TERLUAR
UU 17 Tahun 2007
RPJPN : Arah kebijakanpembangunan perbatasanoutward looking
UU 26 Tahun 2007
Penataan Ruang WilayahNasional, mencakup ruangdarat, ruang laut, dan ruangudara
UU 43 Tahun 2008
Mengatur pengelolaan danpemanfaatan wilayah negaradan kawasan perbatasan
PP 26/2008 (direvisioleh PP 13/2017)
Penetapan Kawasan Perbatasan sebagai Kawasan Strategis Nasional
UU 23 Tahun 2014
Pemerintah pusat memilikikewenangan penuh dalampengelolaan kawasanperbatasan
Perpres RTR KPNPerpres No.179/2014Perpes No.31/2015,Perpres No.32/2015,Perpres No.33/2015,Perpres No.34/2015,
Nawacita
Pemerataan pembangunanantarwilayah terutama desa,kawasan Timur Indonesia, danKawasan Perbatasan.
Perpres 2/2015
Mewujudkan halaman depannegara sebagai pintu gerbangaktivitas ekonomi danperdagangan. Penetapan 10PKSN
Inpres 6/2015
Prioritas pembangunan 7 PosLintas Batas Negara : Aruk,Entikong, Badau, Wini,Mota’ain, Motamasin danSkouw
Perpres 58/2017 (Perubahan atas Perpres 3/2016)
Pemerintah melakukan percepatan ProyekStrategis Nasional (PSN) yang dilaksanakan olehPemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atauBadan Usaha (Pembangunan Pos Lintas BatasNegara (PLBN) merupakan PSN)
Kondisi Daerah
Ddaerah perbatasan, pesisir, dan kepulauan belum berkembang, Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut umumnya
jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga. Beberapa wilayah perbatasan masih sangat jauh
tertinggal dibandingkan dengan wilayah negara tetangga. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut umumnya jauh
lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga.
Kondisi Pembangunan Infrastruktur
Kebutuhan pembangunan infrastruktur yang terus meningkat. Kondisi infrastruktur yang ada tidak dapat dipelihara dengan baik sehingga
banyak terjadi kerusakan. Tingkat kerusahan jaringan pengairan dan transportasi cukup parah. Penyediaan perumahan serta air minum dan
penyehatan lingkungan menjadi terhambat.
Kondisi Wilayah dan Tata Ruang
Wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi SDA yang cukup besar serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi
pertahanan dan keamanan negara. pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia sulit berkembang terutama karena lokasinya sangat terisolasi dan
sulit dijangkau, diantaranya banyak yang tidak berpenghuni atau sangat sedikit jumlah penduduknya serta belum banyak tersentuh oleh
pelayanan dasar dari pemerintah.
Kondisi Pertahanan dan Keamanan
Potensi dan ancaman (terorisme, konflik komunal, kejahatan transnasional, kejahatan) terhadap kekayaan negara terutama di wilayah yurisdiksi
laut Indonesia dan wilayah perbatasan, serta berkembangnya variasi tindak kriminal konvensional
KONDISI DAN PERMASALAHAN KAWASAN PERBATASAN DAN PULAU TERLUAR DALAM RPJPN 2005-2025
Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional di perbatasan tersebut ditempuh melalui 3 (tiga) dari 8 (delapan) misi pembangunan
nasional, yaitu :
1. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
Pembangunan infrastruktur yang maju seperti pelayanan transportasi di daerah perbatasan, terpencil, dan perdesaan dikembangkan
sistem transportasi perintis yang berbasis masyarakat (community based) dan wilayah.
2. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
Kawasan perbatasan dan dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga.
Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan
kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau-pulau kecil di perbatasan.
3. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari, Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional
Dalam kawasan perbatasan diarahkan untuk melakukan upaya pengamanan wilayah kedaulatan yurisdiksi dan aset Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pengembangan wilayah-wilayah tertinggal, yaitu wilayah–wilayah yang miskin sumber daya dan atau memiliki wilayah geografis terisolir,
termasuk kawasan di pulau-pulau terpencil dilakukan melalui
1. penyediaan sarana dan prasarana, terutama perhubungan dan telematika, melalui penyediaan angkutan perintis, pelayanan
universal service obligation bagi pembangunan telematika;
2. penciptaan insentif usaha untuk pemanfaatan sumber daya alam; dan
3. pengembangan sumberdaya manusia. Kawasan perbatasan dikembangkan sebagai serambi depan negara untuk memudahkan
masyarakat setempat memanfaatkan peluang yang ada di perbatasan dan untuk mencegah aktivitas illegal antar negara.
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN DAN PULAU TERLUAR DALAM RPJPN 2005-2025
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN DAN PULAU TERLUAR DALAM UU WILAYAH NEGARA (UU 43/2008)
• Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang
batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan
Perbatasan berada di kecamatan.
• Pengaturan Wilayah Negara bertujuan menjamin keutuhan Wilayah Negara, kedaulatan negara, dan
ketertiban di Kawasan Perbatasan serta mengatur pengelolaan dan pemanfaatan Wilayah Negara
dan Kawasan Perbatasan, termasuk pengawasan batas-batasnya. Batas Wilayah Negara, meliputi
(1) di darat berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste (2) di laut
berbatas dengan Wilayah Negara: Malaysia, Papua Nugini, Singapura, dan Timor Leste; dan (3) di
udara mengikuti batas kedaulatan negara di darat dan di laut, dan batasnya dengan angkasa luar
ditetapkan berdasarkan perkembangan hukum internasional.
• Dalam pengelolaan Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan, Pemerintah Provinsi
berwenang melakukan koordinasi pembangunan di Kawasan Perbatasan, melakukan pembangunan
Kawasan Perbatasan antarpemerintah daerah dan/atau antara pemerintah daerah dengan pihak
ketiga; dan melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Perbatasan yang
dilaksanakan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Program InfrastrukturKriteria Keterpaduan
03
KERANGKA BERPIKIRPengukuran Evaluasi Kinerja Program Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR (tahun ke-n)
Keterpaduan Spasial (Antar Daerah)
Keterpaduan Antar Sektor
Keterpaduan Antar Level Pemerintahan
Keterpaduan Perencanaan
Keterpaduan Pelaksanaan
Keterpaduan/SinkronisasiProgram
Pemerintah Pusat, PemProv, dan PemKab/PemKot
Sumber Daya Air,Bina Marga, Cipta Karya
dan Penyediaan Perumahan
Dalam Kawasan,Antarkawasan Dalam WPS, dan AntarWPS
KeterpaduanInfrastruktur PUPR
Meningkatnya KehandalanInfrastruktur PUPR untuk
Kesejahteraan Masyarakat
Jenis: 1.Hard component (program fisik)
Type:2. Program dari dokumen RPJMN, RTRWN, RENSTRA & Ctt Kaki Renstra, Program Arahan Pengembangan Wilayah MP/DP
79
RANCANGAN RENSTRA-KL 2010-2014
RANCANGAN RENSTRA-SKPD
RANCANGANRPJMN 2010-2014
RANCANGANRPJMD
RENSTRA-KL
RENSTRA-SKPD
MUSRENBANG DAERAH
MUSRENBANG NASIONAL
2 B
ULA
N
RANCANGAN AKHIRRPJMN 2010-2014
3 B
ULA
N
RPJPN2005-2025
RPJPD2005-2025
RANCANGAN AWAL RPJMN 2010-2014
RANCANGAN AWAL RPJMD
KO
RD
& K
ON
S.
VISI, MISI, PROGRAMPRESIDEN YANG TERPILIH
VISI, MISI, PROGRAMKEPALA DAERAH YANG
TERPILIH
RANCANGANAKHIRRPJMD
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Dia
cu
Dip
erh
atik
an
PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL| UU NO. 25/2004|
80
SINERGI & SINKRONISASI PEMBANGUNAN PUSAT DAN DAERAH
RPJMN
*) WPS = PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS
RPJP(UU 25/2004)
RTRWN(UU 26/2007 dan PP
26/2008
RENSTRA K/L(SEKTOR)
RTRW PULAU PROV/KAB/KOTA
WPS & KAWASAN PROV/KAB/KOTA
RKP RKP
RENCANA
INVESTASI DAN
BISNIS BADAN
USAHA (KPBU/PINA)
WPS + ANTAR WPS, KAWASAN, ANTAR KAWASAN
81
• RPJPN• RPJMN• RTRWN• Ren.
IndukPulau
MP (10 thn)-DP (5 thn)
• WPS• Antar WPS• Kawasan• Antar
Kawasan
PROGRAM 5 TAHUN/RENSTR
A
• APBN• APBD• KPBU• Swasta
PROGRAM 3 TAHUNAPBN• Fungsi
• Lokasi• Besaran• Readiness
criteria
PROGRAM TAHUNAN
• ReadinessCriteria FS, Dokling, Lahan, DED
• DirektifPresiden• Menteri• DPR/DPD• RPJMN dan
RKP
Budget Constrain
Proses DIPA
• New Development (Belanja tidak mengikat)
• Kegiatan Lanjutan
Pelaksanaan
Kegiatan Prioritas yang belum tersedia dananya
Keterpaduan Rencana Sinkronisasi Program Sinkronisasi Pelaksanaan
WPS danKawasanStrategis
KebutuhanOptimal Tahunan
PROSES PERENCANAAN DAN PEMROGRAMAN
BOBOTKETERPADUANPROGRAM
KriteriaKondisi Penentu
04
POLA PIKIR PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS
PROFIL INFRASTRUKTUR
PUPR PULAU/ KEPULAUAN
KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR
PUPR JANGKA MENENGAH DAN
PANJANG
ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
PUPR
PROGRAM PRIORITAS INFRASTRUKTUR PUPR JANGKA MENENGAH
DAN PANJANG
RIPI PUPR P. SUMATRA
RIPI PUPR P. JAWA-BALI
RIPI PUPR P. KALIMANTAN
RIPI PUPR KEP. NUSTRA
RIPI PUPR P. SULAWESI
RIPI PUPR KEP. MALUKU
RIPI PUPR P. PAPUA
RPJP, RTRWN, RTR PULAU, RENCANA SEKTORAL
INTEGRASI RIPI PUPR PULAU/KEPULAUAN
KELUARAN
Program Jangka Pendek dan Program Tahunan
FungsiVolume, LokasiWaktu, Biaya, Kewenangan
Readiness Criteria
PENGEMBANGAN ALUR PIKIR PENENTUAN PROGRAM PRIORITAS
Daftar ArahanProgram MP20(NPWK, WPS PT,WPS SB,
WPS PB)
PDRB
Pertumbuhan Ekonomi
EKONOMI
Kesenjangan pendapatan
LINGKUNGAN
Emisi Karbon/GRH
Daya Dukung
Perbatasan Darat
Kebencanaan
SOSBUD
DAFTAR PROGRAM
PRIORITAS 5 tahunan yang
terpadu
MODEL OPTIMASI
IPM
Tingkat Kemiskinan
KRITERIA
KemampuanAnggaran dan
Skema Pembiayaan
KETERPADUAN RENCANA 20 dan 5
TAHUN WPS (Kriteria: fungsi,
waktu, lokasi, besaran, anggaran,
skema pembiayaan)
Arah Kebijakandan Strategi
Nasional
KETERPADUAN RENCANA 20 dan 5
TAHUN KPS (Kriteria: fungsi,
waktu, lokasi, besaran, anggaran,
skema pembiayaan)
KETERPADUAN ANTAR WPS
DALAM PULAU DAN NASIONAL 20 dan 5 tahun (Kriteria:
fungsi, waktu, lokasi, besaran,
anggaran, skema pembiayaan)
Daftar ArahanProgram DP5
HANKAM DAN NKRI
Koefisien GINI
Pulau Terluar
Program 3 tahunan dan
tahunan (kriteria:
fungsi, lokasi, waktu,
besaran, anggaran, RC, kewenangan)
Pengangguran
TERIMA KASIH
IlustrasiLampiran
REPUBLIK INDONESIA
88
Sebaran Kawasan Prioritas Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan Industri
Kawasan Ekonomi Khusus
Kawasan Pariwisata
Koridor MP3EI
Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Jalan Nasional
Rencana Jalan Tol
Pelabuhan Utama
Pelabuhan Lokal/Regional
Aerocity/ Aerotropolis
Mebidangro – Kuala Tanjung
Jabodetabek - Cirebon
Gerbangkerto Susila - Malang
Manado - Bitung
Sumber : diolah dari Bappenas (2018)
Patung Raya Agung –Pangkal Pinang
Pontianak - Sambas
Palangkaraya -Banjarbakula
Mamminasata
Kupang
Ternate - Morotai
Sorong – Raja Ampat
Wilayah Pengembanganarahan Bappenas
Wilayah Pengembanganarahan BPIW
Wilayah Pengembangan Strategis No 2
WPS2MEDAN-TEBINGTINGGI-
DUMAI-PEKANBARU
B-2
WPS 2
KOTA METROPOLITAN MEBIDANGRO, CALON METRO PEKANSIKAWAN
KOTA OTONOM PEKANBARU, TEBING TINGGI, PEMATANG SIANTAR DAN DUMAI
KOTA BARU SEI MANGKEI
KEK SEI MANGKEI
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL DANAU TOBA
KAWASAN INDUSTRI KUALA TANJUNG
KAWASAN PRIORITAS PERDESAAN NASIONAL DOLOK MASIHUL
KONEKTIVITAS PELABUHAN SAMUDERA BELAWAN DAN KUALA TANJUNG
PUSAT-PUSATE STRATEGIS DALAM WPS PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU 2METRO MEDAN – TEBING TINGGI – DUMAI - PEKANBARU
90
Kawasan Strategis PariwisataDANAU TOBA - SAMOSIR
• Kab Balige (PKW)• KSPN Danau Toba• KSN Danau Toba
Kawasan Pertumbuhan BaruSEI MANGKE KUALA TANJUNG• Kota Tebing Tinggi (PKW)• Pelabuhan Kuala Tanjung• KI Kuala Tanjung• KI Sei Mangke• KEK Sei Mangke• Kota Baru Sei Mangke
Kawasan Industri DUMAI• Kota Dumai (PKN dan
PKSN)• KSPN Rupat• Pelabuhan Dumai• KI Dumai (Pelintung)• KI Lubuk Gaung
Kawasan MegapolitanMEBIDANGRO • Kota Medan (PKN)• Kota Binjai (PKN)• Kab Deli Serdang (PKW)• Kab Karo (PKW)• KI Medan• KI Medan Star Industrial
Park• Pelabuhan Belawan• KI Lamhotma Belawan• KI & Pergudangan Pantai
Labu• KSN Mebidangro• KI Tanjung Morowa (KI
Star)• KI Hamparan Perak• KI Binjai• KPS Dolok Masihul, Kab
Serdang Bedagai• Bandara Kualanamu
Kawasan Pertumbuhan UtamaPEKANSIKAWAN (PEKANBARU, SIAK, KAMPAR, PELALAWAN)• Kota Pekanbaru (PKN)• Kab Siak (PKW)• Kab Kampar (PKW)• Kab Pelalawan (PKW)• KI Tanjung Buton• KI Penayan
5
Terbangunnya keterkaitan rantai pasok
antar kawasan
Berkembangnya pusat pertumbuhan
baru Sei Mangkei dan Dumai
Perkembangan wilayah yang inklusif
Keseimbangan
antar wilayah
1
2
3
Meningkatnya konektivitas wilayah4
Ultimate
KONSEP
PENGEMBANGAN WPS
WPS2
MEDAN-TEBINGTINGGI-DUMAI-PEKANBARU
Barang Mentah
Barang Mentah
Kondisi saat ini rantai nilai komoditas di WPS MEDAN TEBING TINGGI DUMAI PEKANBARU
• Penguatan backbone• Peningkatan system logistic• Peningkatan aksesbilitas
• Ketahanan air
• Ketahanan energi
• Penguatan sistemjaringan primer-sekunder-tersier
• Integrasi infrastrukturtransportasi
Peningkatan standarpelayanan sarana
perkotaan terutama
medukung fungsi jasadan perdagangan
Peningkatan standar
pelayanan sarana danprasarana di perdesaan
terutama dalam mendukungfungsi kawasan produksi dan
ketahanan pangan
• Peningkatan standar pelayanansarana dan prasarana di permukiman
• Penyediaan rumah layak huni untuk
mendukung pengembangankawasan strategis
Peran Strategi
PengembanganInfrastruktur Wilayah
PengembanganInfrastruktur
1Mendukung Kawasan
Strategis Nasional
2Mendukung Pembangunan
Kawasan Perkotaan
• Pengembangan sumber air baku di Kawasan Ekonomi Khusus,
kawasan pariwisata, kawasan perkotaan dan kawasan industri.
• Pengendalian daya rusak pada kawasan pantai
• Pembangunan prasarana pengendali banjir
• Peningkatan aksesbilitas di kawasan strategis pariwisata dan
kawasan ekonomi
• Peningkatan konektivitas pada kawasan
• Penataan kawasan pariwisata
• Pengembangan kualitas perumahan pada kawasan strategisnasional dan kawasan industri
• Pengembangan jaringan air bersih pada kawasan strategisnasional dan kawasan ekonomi
• Mengembangkan Sumber Air Baku di Kawasan Ekonomi Khusus,
kawasan pariwisata, kawasan perkotaan dan kawasan industri.
• Pengendalian daya rusak pada kawasan pantai
• Pembangunan prasarana pengendali banjir
• Pengembangan kualitas perumahan pada kawasan perkotaan
skala nasional dan regional
• Pengembangan Pengelolaan persampahan skal regional
STRATEGI
WPS2MEDAN-TEBINGTINGGI-
DUMAI-PEKANBARU
3Pembangunan Komunitas
4Pembangunan Konektivitas
Antar Kawasan
5 Penguatan Hinterland
• Pembangunan prasarana pengendali banjir
• Penyediaan prasarana sumber air baku di IKK
• Peningkatan kualitas perumahan pada kawasan pesisir
• Penataan kawasan perkotaan
• Pengembangan Infrastruktur Permukiman
• Peningkatan konektivitas kawasan ekonomi dan kawasan
industri menuju pelabuhan
• Peningkatan konektivitas dari kawasan perdesaan menuju
kawasan ekonomi khusus
• Pengembangan konektivitas antar kawasan pada kawasan
strategis nasional perkotaan dengan kawasan ekonomi dan
kawasan perkotaan baru
• Peningkatan aksesbilitas di kawasan perdesaan
• Pengembangan kawasan perdesaaan sebagai kawasan
sumber bahan baku
WPS2MEDAN-TEBINGTINGGI-
DUMAI-PEKANBARU
Infrastruktur
Sumber Daya Air
Infrastruktur
Bina Marga
Ruas Jalan Nasional Prov Riau1. Batas Prov. Sumut - Bagan Batu2. Bagan Batu - Simpang Balam
3. Simpang Balam - Simpang Batang4. Simpang Batang - Batas Kota Dumai
5. Jalan Pinang Kampai (Dumai)6. Duri - Kandis7. Kandis - Batas Kab. Bengkalis
8. Sp. Palas - Bts Kab/Bts. Kota (Pkbaru/Siak)9. Jalan Siak II (Pekanbaru)
10.Batas Kab. Kampar - Sikijang Mati
Waduk/Embung Prov Riau1. Waduk Krenceng 2. Embung Rupat
3. Bendung Tampan
Bendungan Prov Sumut:
1. Lau Simeme2. Sigura-Gura
3. Siruar4. Tangga
Embung Prov Sumut:1. Sinapi Samsoir2. Binanga Bolon Samosir
3. Ular Serdang Begadai4. Belutu Serdang Begadai
5. Perkotaan Batubara6. Sungai Padang Serdang
Begadai
7. Bandar Sidoras Deli Serdang
1. Bts. Prov Ceh – Simpang Pangkalan Susu
2. Simpang Pangkalan Susu –
Tanjung Pura3. Bts Kota Binjai – Bts. Kota Medan
4. Bts Kota Medan – Lubuk Pakam
5. Medan – Belawan6. Akses Tol Medan – Belawan
7. Bts Kota Medan – Karo 8. Sei Rampah – Bts Kota Tebing
Tinggi9. Bts Kota Tebing Tinggi – KP. Binjai
10.KP. Bingjai – Kab. Batu Bara11.Bts Kab. Serdang Begadai –
Tanjung Kasau
12.Limah Puluh – Sei Bejangkar13.Aek Kanopan – Bts Kota Rantau
Prapat14.SP. Kawat – Aek Kanopan –
Rantau Prapat – Aek Nabara –
SP. Kota Pinang1
1. Jamin Ginting (medan) –Mariam Ginting
2. Kabanjahe – Merek
3. Bts Kab. Karo – Saribu Dolok –Tiga Runggu – Tanjung dolok
2
1. Pematang Siantar –Prapat – Bts – Kab. Tobasa
2. Bts. Kab. Simanlungun –Silimbat – Tapanuli Utara
3. Prapat – Pelabuhan Aji 4. Jl. Lingkar Luart Prapat5. Jl Lingkar Danau Toba
3
4
WPS2MEDAN-TEBINGTINGGI-
DUMAI-PEKANBARU
Infrastruktur
Cipta KaryaInfrastruktur
Perumahan
SPAM Prov Riau1. IKK Kandis
2. IKK Koto Gasib3. IKK Tualang4. IKK Minas5. IKK Sunagi Apit6. IKK Mempura
7. IKK Siak8. Cab. Sei. Pakning9. Cab. Duri10. Cab. Bengkalis11. IKK Payung Sekaki
12. IKK Tampan13. IKK Rumbai14. IKK Dumai Barat&Dumai
Timur15. Kec. Dumai Kota & Kec.
Dumai Timur16. IKK Medang Kampai
Rokan Hilir:
1. Rumah Khusus2. Rusunawa
Kota Pekanbaru :
Rusunawa Pekanbaru
65IPAL/IPLT Prov Riau:1. Kawasan Perum
Kartama Raya2. Kawasan Kota
Pekanbaru3. Kawasan Kota Dumai4. RSH Mandau
TPA Sampah Prov Riau:1. Muara Fajar
Pekanbaru2. Mekar Sari Dumai3. T Bagan Besar
Pekanbaru4. Bagan Batu Siak
5. Tj. Belit Siak6. Ujung Batu Siak7. Merempan Hulu8. Bukit Ganjau
SPAM Prov Sumut1. Kawasan Guru Kinayan
2. Kawasan Guru Benua3. Kawasan Kota Dumai4. RSH Mandau 5. SPAM Regional
Mebidang
Kota Medan:
1. Rumah Kayu Putih2. Rusunawa Sei Mati
1Kota Tebing Tinggi:
Rusunawa Tebing Tinggi
Kota Binjai:
Rusunawa BInjai
Asahan:
Rusunawa Asahan
2 3
4
IPLT Prov Sumut:1. Binjai
2. Tanjung Slamet Deli Serdang
3. Tanjung Pinggir Pematang Siantar
4. Asahan
TPA Sampah Prov Sumut:1. Sei Rengas Asahan
2. Pematang Terap Serdang Begadai
3. Terjun Medan4. Mencirim Kota Binjai
12
3
5
6
WPS2MEDAN-TEBINGTINGGI-
DUMAI-PEKANBARU
3. Rencana Aksi Nasional Mitigasi Perubahan Iklim(Perpres 61/2011)
Latar Belakang Penggantian Perpres 61/2011(Paparan Rapat-3 PAK RPERPRES Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon
Dinamika nasional yang mengindikasikan bahwa Perpres 61/2011 sudah tidak relevan dengan kondisisaat ini, antara lain:
a. Telah ditetapkan Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019.
b. Adanya penggabungan dan penggantian nama beberapa kementerian dan lembaga.
c. Perpres No.61 tahun 2011, fokus kepada penurunan emisi di tingkat nasional dan provinsi, sementara kab/kota dan pelaku usaha belum terakomodir.
d. Belum adanya pengaturan dan mekanisme Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi PelaksanaanRencana Pembangunan
e. Sedang dilakukannya kaji Ulang RAD-GRK.
f. Diterbitkannya Perpres 59/2017 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Dinamika internasional yang mengindikasikan bahwa Perpres 61/2011 sudah tidak relevan dengankondisi saat ini, antara lain:
a. Artikel 3.4 UNFCCC → Penanganan perubahan iklim harus terintegrasi kedalam perencanan pembangunan nasional.
b. Paris Agreement → Penanganan perubahan iklim dilaksanakan harus dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan upaya penanggulangan kemiskinan (komitmen Indonesia disampaikan pada dokumen Nationally Determined Contribution sesuai dengan UU 16/2016) tentang
c. Sustainable Development Goals → memenuhi target Indonesia ke-13 yang termuat dalam penanganan perubahan iklim secara berkelanjutan sampai dengan tahun 2030.
1.Menjaga keseimbangan antara pencapaian pertumbuhanekonomi, penurunan kemiskinan, dan penurunan emisi gas rumah kaca dalam pembangunan nasional.
2.Memenuhi komitmen Indonesia dalam rangka menurunkanemisi GRK 26% di tahun 2020 dan 29% di tahun 2030dengan usaha sendiri dan 41% dengaan bantuaninternasional tanpa menurunkan target pencapaianpertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan.
3.Mendukung pencapaian target pembangunan berkelanjutanIndonesia.
Tujuan RPerpres PPRK(Paparan Rapat-3 PAK RPERPRES Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon
COP 13 menurunkan Perpres61/2011 dan Perpres 71/2011
Perpres 61/2011• Sasaran dan Target Penurunan
GRK pada 5 Bidang (dalam Mton CO2e)• Pertanian 8 (CM1), 11
(CM2);• Kehutanan dan Lahan
Gambut 672 (CM1), 1390 (CM2);
• Energi dan Transportasi 38 (CM1), 56 (CM2),
• Industri 1 (CM1), 5 (CM2);• Pengelolaan Limbah 48
(CM1), 78 (CM2)
Perpres 71/2011• Inventarisasi GRK• Skema Pelaporan GRK K/L dan
Pemerintah Daerah
COP 21
1. Mengurangi emisi hingga mencapai ambang batas kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2°C dan diupayakan ditekan hingga 1,5°C
2. Sistem penghitungan emisi karbon dan pengurangan emisi secara transparan
3. Memperkuat Kemampuan negara-negara untuk mengatasi dampak perubahan iklim
4. Memperkuat upaya pemulihan akibat perubahan iklim
5. Bantuan pendanaan bagi negara-negara untuk membangun ekonomi hijau dan berkelanjutan
• Mengurangi emisi hingga mencapai ambang batas kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2°C dan diupayakan ditekan hingga 1,5°C
• Sistem penghitungan emisi karbon dan pengurangan emisi secara transparan
• Memperkuat Kemampuan negara-negara untuk mengatasi dampak perubahan iklim
• Memperkuat upaya pemulihan akibat perubahan iklim
• Bantuan pendanaan bagi negara-negara untuk membangun ekonomi hijau dan berkelanjutan
First Nationally Determined Contribution (NDC)
1. Komitmen Para Pihak untukmencapai titik puncak emisi GRKsecepat mungkin dan melakukanupaya penurunan emisi secaracepat melalui upaya mitigasi
2. Kewajiban negara majumenyediakan sumber pendanaanuntuk membantu negaraberkembang dalam melaksanakanmitigasi dan adaptasi
3. Pengakuan pentingnyameminimalkan dan mengatasikerugian dan kerusakan akibatdampak buruk perubahan iklim
4. Target reduksi emisi GRK (dalamMton CO2e):- Energi 314 (CM1), 398 (CM2)- Limbah 11 (CM1), 26 (CM2)- IPPU 2,75 (CM1), 3,25 (CM2)- Pertanian 9 (CM1), 4 (CM2)- Kehutanan 497 (CM1), 650
(CM2)
Penjabaran Rencana Aksi Nasional Mitigasi Perubahan Iklim