kontrak sosial: wakaf, zakat, infaq dan shadaqoh

31
KONTRAK SOSIAL: WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH Makalah disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Fiqh Muammalat al-Maliyah Oleh: SALMAN MUNTHE NIM: 93314050529 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Amiur Nuruddin, M.A. PROGRAM DOKTOR EKONOMI SYARI`AH

Upload: salman-munthe

Post on 02-Aug-2015

285 views

Category:

Economy & Finance


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

KONTRAK SOSIAL: WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

Makalah disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Fiqh Muammalat al-Maliyah

Oleh:

SALMAN MUNTHENIM: 93314050529

Dosen Pembimbing:Prof. Dr. Amiur Nuruddin, M.A.

PROGRAM DOKTOR EKONOMI SYARI`AHPROGRAM PASCASARJANA

UIN SUMATERA UTARAMEDAN

2015

Page 2: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

Kontrak Sosial: Wakaf, Zakat, Infaq dan Shadaqoh1

Salman Munthe2

[email protected]

A. Pendahuluan

Alquran berbicara tentang wakaf, zakat, infak dan shadaqoh ini yang

diistilahkan dengan filantrofi Islam (islamic philanthrophy) yang penting untuk

diberdayakan dalam kepentingan ummat, dalam sejarah perkembangan agama islam,

wakaf, zakat, infak dan shdaqoh berperan dalam mendirikan masjid, pesantren,

majelis taklim, sekolah, rumah sakit, panti asuhan dan lembaga sosial lainnya.3 Jadi

Masalah kemiskinan masih menjadi masalah dunia saat ini tidak perlu di khawatirkan.

Karena tujuan pembangunan Millenium (MDGs) menyatakan pemberantasan

kemiskinan pada tahun 2015. Banyak program telah dilakukan oleh pemerintah

Indonesia, namun jumlah penduduk miskin di negeri ini masih Rp. 31.700.000 jiwa

(BPS, 2012). Zakat merupakan instrumen ekonomi Islam yang relevan dengan

pengurangan kemiskinan. Beberapa penelitian telah dilakukan dan direkomendasikan

untuk mengelola alokasi zakat produktif bagi masyarakat miskin agar mereka tidak

tetap dalam kondisi tidak berdaya dalam ekonomi, (Adiwijaya, 2008)4.

B. Wakaf, Zakat, Infaq dan Shadaqoh

Wakaf secara etimologi berasal dari bahasa arab "waqafa" yang berarti

berhenti, menahan, atau diam. Oleh karena itu, tempat parkir disebut mauqif karena di

situlah berhentinya kendaraan, demikian juga padang Arafah disebut juga Mauqif di

mana para jamaah berdiam untuk wukuf. Secara teknis syariah, wakaf berarti aset

atau harta seseorang atau kaum muslimin yang diperuntukkan untuk kemaslahatan

umum (public property) dan diambil benefit atau keuntungannya sedangkan

1 Makalah ditulis untuk memenuhi tugas mata Kuliah Fiqh Muammalat al-Maliyah, 20152 Mahasiswa Program Doktor Ekonomi Syariah UIN-Sumatera Utara 20143 H.M. Athoillah. Hukum Wakaf (hukum wakaf benda bergerak dan tidak bergerak dalam fikih dan

peraturan perundang undangan di indonesia. Yrama Widya. 2014, h. 14 Zainal Alim Adiwijaya, SME Empowerment Model Through Qardul Hasan Financing : Case Study

at Regional Amil Zakah (BAZDA) in Central Java Indonesia. Proceeding - Kuala Lumpur International Business, Economics and Law Conference 4 (KLIBEL4) Vol. 1. 31 May – 1 June 2014. Hotel Putra, Kuala Lumpur 2014 h. 221

1

Page 3: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

pokoknya yang ditahan.5 Wakaf akan valid sebagai amal jariyah setelah benar-benar

pemiliknya menyatakan aset yang diwakafkannya tersebut telah menjadi aset publik

dan ia bekukan haknya untuk kemaslahatan umat. Wakaf tidak akan bernilai amal

jariyah sampai benar-benar didayagunakan secara produktif sehingga berkembang

atau bermanfaat tanpa menggerus habis aset pokoknya. Semakin banyak hasil wakaf

yang dinikmati oleh yang berhak menerima wakaf maka semakin besar pula reward

(pahala) yang akan diterima oleh wakif dari Allah.

Wakaf merupakan salah satu lembaga penting dalam sistem sosio-ekonomi

Islam. Wakaf memainkan peranan penting sepanjang sejarah Islam, khususnya

semasa kekholifahan Utsmani (1516-1800 M). Banyak lembaga, organisasi bahkan

fasilitas infrastruktur yang dibangun dari properti wakaf. Posisi pentingnya wakaf

adalah pada bentuk properti yang didonasikan dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai

macam keperluan yang berkaitan dengan kepentingan umum.6

Seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat yang cenderung

berhadapan dengan kehidupan global, maka hal-hal yang spesifik pengembangan

ekonomi yang mensejahterakan umat menjadi incaran. Dalam Islam, pemberdayaan

ekonomi bukan hanya bisa dilakukan melalui zakat, infaq atau shadaqah, melainkan

bisa juga melalaui wakaf yang dinilai sebagai alternatif yang cukup memadai. Pada

akhir abad ke-19, di beberapa negara muslim seperti Aljazair, Mesir, Arab saudi,

Yordania, bahkan negara Singapura dan Srilanka yang notabene bukan tergolong

negara muslim, telah mengembangakan sistem pengelolaan wakaf secara profesional.

Bahkan Akhir-akhir ini telah muncul wacana baru dalam menggali potensi ummat

yang bisa didayagunakan untuk membangun solidaritas masyarakat melalaui konsep

wakaf .

Dalam hal lain begitu pentingnya dalam kehidupan sosial masyarakat akan

keberadaan Zakat, sehingga dalam makalah ini sengaja penulis beri pengertian zakat

yaitu tumbuh dan berkembang dan bertambah7 dan merupakan ibadah maaliyyah

ijtima’iyyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan,

baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat.

Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun islam yang ketiga,

sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadits nabi Muhammad SAW., sehingga

5 Faisal Haq dan Saiful Anam, Hukum Wakaf dan Perwakafan di Indonesia, Pasuruan, Garoeda, 1993, hlm. 6 Proceding Simposium Ekonomi Islamy, Kontribusi Pengembangan Wakaf (tunai) di Indonesia, 494.7 Abdullah Syah. Butir-Butir Fiqh Zakat. Medan, Wal Ashri Publishing. H. 30

2

Page 4: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

keberadaaannya dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidh-dharuurah atau diketahui

secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keimanan seseorang8. Di

dalam Al-Qur’an terdapat dua puluh tujuh ayat yang mengajarkan kewajiban shalat

dengan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata. Dalam Al-Qur’an terdapat pula

berbagai ayat yang memuji orang-orang yang secara sungguh-sungguh

menunaikannya, dan sebaliknya memberikan ancaman bagi orang yang sengaja

meninggalkannya. Karena itu, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq bertekad memerangi

orang orang yang shalat yang tidak mau mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini

menunjukkan bahwa perbuatan meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan

jika hal ini dibiarkan, maka akan memunculkan kedurhakaan dan kemaksiatan lain.

Zakat merupakan kewajiban yang tercantum dalam Al Qur’an. Artinya jika

kita mengerjakannya, kita dapat pahala. Jika tidak, akan mendapat dosa.

�ع�ين� ) اك �ع�وا م�ع� الر ك �اة� و�ار� ك �وا الز �ق�يم�وا الصالة� و�آت (٤٣و�أ “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang

yang ruku’.” (Al Baqarah: 43)9

�ق�يم�وا �ف�اء� و�ي ن �ه� الد'ين� ح� ل�ص�ين� ل ه� م�خ� �د�وا الل �ع�ب �ي �ال ل وا إ �م�ر� و�م�ا أ'م�ة� ) �ق�ي �ك� د�ين� ال �اة� و�ذ�ل ك �وا الز �ؤ�ت (٥الصالة� و�ي

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan

supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah

agama yang lurus.” (Al Bayyinah: 5 )10

Kata infaq dalam bahasa Arab biasanya diartikan dengan sedekah. Yaitu

memberikan sesuatu kepada orang lain karena berharap imbalan dari Allah Swt.

Sebagaimana kata “nafkah” (nafaqah, derivatif infaq) berarti memberikan belanja

kepada kerabat atau keluarga yang menjadi tanggungan. Hakekat kata infaq dalam

bahasa Arab (anfaqa-yunfiqu-infaqan) memiliki arti lebih luas dari sekedar sedekah

atau memberi uang belanja kepada keluarga.

8 Didin Hafidhudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Gema Insani Press, Jakarta, 2002, h. 19 Alqur`an dan Terjemahan; Yayasan Penyelanggara Penerjemah Alqur`an /Penafsir Alqur`an Revisi Terjemahan Oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alqur`an Departmen Agama Republik Indonesia10 Ibid

3

Page 5: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

Kata infaq anonoim dari kata iktinaz (kanz), yang berarti modal mati yang

tidak dikembangkan dalam bentuk usaha atau yang tidak disedekahkan. “Dan orang-

orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah,

maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang

pedih.”11 Infaq berarti membelanjakan harta atau modal baik dalam bentuk investasi,

produksi, konsumsi, maupun donasi. Tak sekedar sedekah yang bersifat sekarela.

Infaqu al maal (membelanjakan harta) menjadi fungsi dan tujuan utama

kepemilikan harta atau modal. Allah Swt bangga dan cinta kepada hamba-hamba-Nya

yang mensyukuri nikmat harta dengan berinfaq (investasi, produksi, konsumsi,

donasi). Maka dijumpai banyak ayat maupun hadits yang mendorong kaum muslimin

untuk berinvestasi, untuk konsumsi memenuhi kebutuhannya, maupun anjuran untuk

bersedekah.

Nilai suatu harta dalam Islam tak semata ditentukan oleh banyaknya

(kuantitas) harta itu atau pengembalian yang diterima, melainkan juga oleh manfaat

yang dimiliki oleh harta itu, baik manfaat bagi pemilik maupun orang lain. Karena itu,

baik konsumsi, maupun donasi yang secara lahir mengurangi harta akan menjadikan

suatu harta bernilai. Terdapat perbedaan pandangan kapitalisme dengan Islam dalam

persoalan ini. Bagi kapitalisme, menyumbangkan harta adalah kemiskinan, karena

mengurangi jumlah harta, sementara Islam menganggap bahwa dalam infak (sedekah)

ada berkah dan jaminan pelipatgandaan oleh Allah Swt. “Syaitan menjanjikan

(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan

(kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan

Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” “Dan barang apa saja

yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki

yang sebaik-baiknya.”12

Kapitalisme menganggap bahwa sedekah akan mengurangi harta, sementara

Islam menganggap bahwa sedekah akan memberi manfaat maknawi dan materi bagi

pelakunya. “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan

kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan

perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka

11 Husein Ghanim, al Iqtishad al Islamy: Thabi`atuhu wa Majalatuhu, Dar al Wafa`, Kairo, Cet. I, 1411-1991, hal.30-36.

12 Yusuf Qardhawi, Daur al Qiyam wa Akhlaq fi al Iqtishad al Islamy, Maktabah Wahbah, Kairo, Cet. I, 1415-1995, hal. 43.

4

Page 6: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah

Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

Bila infaqu al maal menjadi fungsi utama kepemilikan, maka menimbun harta

dan menariknya dari peredaran usaha, bertolak belakang dengan maqashid al Khaliq,

tujuan Allah dalam menganugerahkan harta kepada hamba-Nya. Infaq sejalan dengan

sunnatullah, sementara iktinaz (penimbunan harta) berlawanan dengan sunnatullah,

dan sekaligus kejahatan sosial. “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak

dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,

(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih…”13

Dengan harta yang dimiliki seseorang bebas membelanjakannya. Ia bebas

berinvestasi, bebas berproduksi, bebas mengkonsumsi, atau mendonasikan kepada

orang lain. Kebebasan berinfak ini menjadi prinsip dalam ekonomi Islam. Akan tetapi

kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan mutlak tanpa nilai. Melainkan

kebebasan yang terbingkai oleh kaidah dan aturan, sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara moral kepada Allah dan juga sosial. Tiga aspek

ekonomi Islam yang meliputi ilahiyah (ketuhanan), ta`amuliyah akhlaqiyah

(moralitas dalam hubungan dengan sesama) dan bi-ah (lingkungan) menjadi nilai-

nilai yang membingkai kebebasan itu.

C. Zakat dan Wakaf Dalam Undang Undang

1. Zakat

Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur sosial Islam.

Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Dengan

terlaksananya lembaga zakat dengan baik dan benar, diharapkan kesulitan dan

penderitaan fakir miskin dapat berkurang. Di samping itu dengan pengelolaan zakat

yang profesional, berbagai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang аdа

hubungannya dengan mustahiq juga dapat dipecahkan. Menurut Mannan (2007:191)

zakat secara terperinci dinyatakan bahwa zakat dalam bentuknya yang bebagai

merupakan cukai harta umum karena ia menyusutkan nilai segala jenis harta yang

wujud ketika itu14.

Zakat аdа dua macam, yaitu zakat mal (harta) dan zakat fitrah. Zakat mal

13 Al Mundziri, Al Muntaqa min al Targhib wa al Tarhiib, hadits no. 390; Yusuf Qardhawi, ha; 51.14 Muhammad Abdul Mannan. Ekonomi Islam Teori dan Praktis (Asas-Asas Ekonomi Islam) Jilid ke 2 bahgian III, AS Noordeen Kuala Lumpur. 2007 h. 191

5

Page 7: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

adalah bagian dari harta kekayaan seseorang atau badan hukum yang wajib diberikan

kepada orang-orang tertentu setelah mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah

dimiliki selama jangka waktu tertentu pula. Sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang

diwajibkan раdа akhir puasa Ramadhan. Hukum zakat fitrah wajib atas setiap orang

Islam, kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka. 

Zakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan di kalangan umat Islam sendiri,

dari golongan umat yang kaya kepada golongan umat yang miskin, agar tidak terjadi

jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin, serta untuk menghindari

penumpukan kekayaan раdа golongan kaya saja.

Untuk melaksanakan lembaga zakat itu dengan baik dan sesuai dengan fungsi

dan tujuannya, tentu harus аdа aturan-aturan yang harus dilakukan dalam

pengelolaannya. Pengelolaan zakat yang berdasar раdа prinsip-prinsip pengaturan

yang baik jelas akan meningkatkan manfaatnya yang nyata bagi kesejahteraan

masyarakat. Sehubungan dengan pengelolaan zakat yang kurang optimal, раdа

tanggal 23 September 1999 Presiden RI, B.J. Habibie mengesahkan Undang-undang

Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Untuk melaksanakan Undang-

undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Zakat tersebut, Menteri Agama RI menetapkan

Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 199915.

Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya tergantung раdа banyaknya zakat

yang terkumpul, tetapi sangat tergantung раdа dampak dari pengelolaan zakat tersebut

dalam masyarakat. Zakat baru dapat dikatakan berhasil dalam pengelolaannya,

apabila zakat tersebut benar benar dapat mewujudkan kesejahteraan dan keadilan

sosial dalam masyarakat. Keadaan yang demikian sangat tergantung dari manajemen

yang diterapkan oleh `amil zakat dan political will dari pemerintah. Penyusun banyak

menemukan literatur yang berkaitan langsung dengan pokok masalah terkait. Baik itu

berupa buku-buku ilmiah, tesis, artikel dan lain sebagainya. Untuk pembahasan yang

berkaitan dengan pengelolaan zakat penyusun menemukan diantaranya buku yang

berjudul Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara dan Membangun Ekonomi

Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta, keduanya merupakan karya dari Djamal Doa,

mantan anggota DPR RI periode 1999-2004 komisi V dan anggota panitia anggaran.

Kedua buku ini fokus kajiannya berkisar pada pengelolaan zakat oleh negara sebagai

salah satu alternatif pemasukan negara. Menurut beliau, ketika melayangkan surat

terbuka untuk Presiden Megawati mengatakan bahwa apabila zakat dikelola oleh

15 Didin Hafidhuddin. Zakat dalam perekonomian modern. Gema insani. 2007. H. 5

6

Page 8: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

negara secara profesional maka dapat membantu dan bisa dipergunakan untuk

kepentingan khusus seperti pendidikan, membantu ekonomi lemah, bantuan sosial dan

lain-lain sesuai dengan delapan asnaf. Selain itu buku yang berjudul Masail Fiqhiyah

karya Masjfuk Zuhdi. Dalam buku tersebut dibahas tentang permasalahan zakat

konsumtif dan zakat produktif dan juga mengenai pengelolaan zakat dan dampaknya

terhadap pemerataan pendapatan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Selain karangan Djamal Doa dan Masjfuk Zuhdi di atas, penyusun juga

menemukan buku Pedoman Zakat 9 Seri yang diterbitkan oleh proyek peningkatan

sarana keagamaan Islam Zakat dan Wakaf milik Departemen Agama (Depag) Ditjen

Bimas Islam dan Urusan Haji. Dalam buku tersebut dijelaskan secara terperinci

tentang pengelolaan zakat secara profesional dan sistematis. Selain itu perlu

menelaah buku yang berjudul Pengembangan Zakat & Infaq Dalam Usaha

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat karya Sahri Muhammad. Dalam buku

tersebut dijelaskan tentang pengelolaan zakat secara profesional dalam membangun

kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya buku karya Hafidhuddin salah seorang ulama pakar zakat

Indonesia yang berjudul Zakat Dalam Perekonomian Modern. Dalam buku tersebut

disimpulkan bahwasanya pemerintah diharapkan memiliki kemauan politik yang kuat

untuk menindak lanjuti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, sehingga kedua undang-

undang tersebut benar-benar diterapkan.

2.Wakaf

Sebagai salah satu lembaga sosial Islam, wakaf erat kaitannya dengan sosial

ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang hukumnya

sunnah, namun lembaga ini dapat berkembang dengan baik di beberapa negara

misalnya Mesir, Yordania, Saudi Arabia dan Bangladesh. Hal ini barangkali karena

lembaga wakaf ini dikelola dengan manajemen yang baik, sehingga manfaatnya

sangat dirasakan bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam

bentuk suatu usaha, yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang

memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi sosial

khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang

7

Page 9: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Apabila peruntukan wakaf

hanya terbatas раdа hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf yang dapat dikelola

secara produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan dapat terealisasi secara optimal.

Agar wakaf di Indonesia dapat memberdayakan ekonomi umat, maka perlu

dilakukan paradigma baru dalam pengelolaan wakaf. Wakaf yang selama ini hanya

dikelola secara konsumtif dan tradisional, sudah saatnya kini wakaf dikelola secara

produktif. Di beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Turki, dan

Bangladesh, wakaf selain berupa sarana dan prasarana ibadah dan pendidikan, juga

berupa tanah pertanian, perkebunan, flat, uang saham, real estate dan lain-lain yang

semuanya dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya benar-benar dapat

dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat.

Wakaf uang dan wakaf produktif penting sekali untuk dikembangkan di

Indonesia di saat kondisi perekonomian yang kian memburuk. Wakaf tunai

mempunyai peluang yang unik bagi terciptanya investasi di bidang keagamaan,

pendidikan, dan pelayanan sosial. Sebagaimana sudah kita ketahui bersama bahwa

lembaga wakaf sebagai salah satu pilar ekonomi Islam sangat erat kaitannya dengan

masalah sosial ekonomi masyarakat. Cukup banyak negara yang wakafnya sudah

berkembang, menyelesaikan masalah sosial ekonomi mereka dengan wakaf.

Sayangnya pemahaman umat Islam di Indonesia tehadap wakaf selama berabad-abad

sangat terbatas раdа wakaf benda tidak bergerak khususnya wakaf berupa tanah.

Bahkan sebelum tanggal 27 Oktober 2004, benda wakaf yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan hanyalah tanah milik, yakni diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Wakaf benda bergerak

khususnya uang baru dibicarakan oleh umat Islam di Indonesia sekitar akhir tahun

2001. Alhamdulillah раdа tanggal 11 Mei 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama

Indonesia (KF-MUI) telah menetapkan fatwa tentang wakaf uang, yang isinya adalah

sebagai berikut :

a. Wakaf uang (Cash Wakaf / Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan

seseorang, kelompok orang, lembaga, atau badan hukum dalam bentuk uang

tunai.

Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.

Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).

8

Page 10: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

b. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang

dibolehkan secara syar'i.

c. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,

dihibahkan, dan atau diwariskan.

Dengan dikeluarkannya fatwa MUI tersebut, maka penerapan wakaf uang di

Indonesia sudah tidak bermasalah lagi, apalagi dalam Undang-undang Nomor 41

Tahun 2004 tentang Wakaf, wakaf uang sudah diatur tersendiri. Yang menjadi

masalah bagaimanakah penerapan wakaf khususnya wakaf uang di Indonesia, karena

wakaf uang ini penting sekali untuk dikembangkan di Indonesia di saat kondisi

perekonomian yang kian memburuk. Wakaf uang dapat dipergunakan untuk

menyelesaikan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang terjadi di Indonesia.

Begitu pentingnya wakaf untuk memberdayakan masyarakat, maka Undang

undang Wakaf yang mendukung pengelolaan wakaf secara produktif sangat

diperlukan. Oleh karena itu, sudah selayaknya umat Islam menyambut baik lahirnya

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf16. Dalam Undang-undang

Wakaf tersebut sudah dimasukkan rumusan konsepsi Fiqih wakaf baru di Indonesia

yang antara lain meliputi benda yang diwakafkan (mauquf bih); peruntukan wakaf

(mauquf `alaih); sighat wakaf baik untuk benda tidak bergerak maupun benda

bergerak seperti uang dan saham; kewajiban dan hak, nadzir wakaf, dan lain-lain

yang menunjang pengelolaan wakaf produktif. Benda wakaf (mauquf bih) yang

diatur dalam Undang-undang tentang Wakaf itu tidak dibatasi benda tidak bergerak

saja, tetapi juga benda-benda bergerak lainnya yang tidak bertentangan dengan

syari'at Islam. Dalam rangka pengelolaan dan pengembangan wakaf inilah perlunya

pembinaan nadzir. Untuk itu di dalam Undang-undang 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

diamanatkan perlunya dibentuk Badan Wakaf Indonesia. Salah satu tugas dan

wewenang Badan Wakaf Indonesia adalah melakukan pembinaan terhadap nadzir

dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf.

D. Jaminan Sosial Untuk Keseimbangan Pertumbuhan Perekonomian

Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) adalah pengembangan inisiatif

didirikan pada tahun 2000 oleh perwakilan dari 189 negara menandatangani deklarasi

16 H.M. Athoillah. Hukum Wakaf (hukum wakaf benda bergerak dan tidak bergerak dalam fikih dan peraturan perundang undangan di indonesia. Yrama Widya. 2014, h. 258

9

Page 11: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

yang dikenal sebagai deklarasi milenium. Deklarasi tersebut berisi delapan poin yang

harus dicapai pada tahun 2015, yang meliputi penghapusan kemiskinan, pendidikan

untuk semua, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, perjuangan melawan

HIV / AIDS, malaria dan penyakit lainnya, penurunan angka kematian anak,

perbaikan kesehatan reproduksi, perlindungan lingkungan dan kemitraan global untuk

pembangunan. Sebagai salah satu negara yang meratifikasi kesepakatan global,

Indonesia harus serius melakukan upaya agar delapan tujuan MDGs dicapai17.

Yang pertama dari delapan poin adalah masalah pengentasan kemiskinan.

Melaui Zakat, infak dan shodaqoh dan instrumen ekonomi Islam yang menarik untuk

digunakan sebagai model pengentasan kemiskinan. Zakat sebagai instrumen

pengentasan kemiskinan memiliki banyak keunggulan dibandingkan instrumen fiskal

konvensional yang ada sekarang. Pertama, penggunaan zakat telah jelas dalam

alquran (QS At Taubah: 60), di mana harta untuk 8 (ashnaf), yaitu: orang fakir,

miskin, amil zakat, mu'allaf, budak, debitur , orang yang melakukan jihad fi sabilillah,

dan ibnu sabil. Jumhur 8 ahli hukum sepakat bahwa di luar kelas ini, tidak sah untuk

menerima zakat. Dan tidak ada - satu pihak memiliki hak untuk mengganti atau

mengubah ketentuan ini. Tak satu pun dari instrumen fiskal konvensional yang

memiliki karakteristik yang unik seperti ini. Karena harta akan lebih efektif untuk

mengentaskan kemiskinan karena alokasi dana yang sudah ditetapkan dan diyakini

ditargetkan lebih baik. Kedua, zakat memiliki tarif rendah dan tetap dan tidak pernah

berubah karena sudah diatur dalam syariah. Hal ini hanya 2,5% dari properti yang

dimiliki oleh muzakki, orang diwajibkan untuk membayar zakat. Ketiga, zakat

dikenakan secara luas dan mencakup berbagai kegiatan ekonomi. Keempat, zakat

adalah pajak spiritual yang harus dibayar oleh setiap muslim dalam kondisi apapun.

Oleh karena itu, penerimaan zakat cenderung stabil. Ini akan menjamin keberlanjutan

program penanggulangan kemiskinan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Zakat merupakan kewajiban bagi semua Muslim yang mampu atau telah

mencapai nisab dalam miliknya. Dalam konsep amal adalah hubungan vertikal

maupun horisontal. Dalam hubungan horisontal, tujuan zakat bukan hanya bersimpati

orang miskin konsumtif, tetapi memiliki tujuan yang lebih permanen adalah untuk

17 Zainal Alim Adiwijaya, SME Empowerment Model Through Qardul Hasan Financing : Case Study at Regional Amil Zakah (BAZDA) in Central Java Indonesia. Proceeding - Kuala Lumpur International Business, Economics and Law Conference 4 (KLIBEL4) Vol. 1. 31 May – 1 June 2014. Hotel Putra, Kuala Lumpur 2014 h. 223

10

Page 12: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

mengentaskan kemiskinan (Qadir, 2001). Distribusi amal zakat kini terutama

berkembang, dari semula berorientasi untuk memenuhi kebutuhan (konsumen)

sekarang sampai dengan amal sebagai sumber produktif dana yang bahkan dapat

meningkatkan perekonomian lebih lanjut. Di Indonesia, zakat produktif disahkan oleh

MUI pada tahun 1982. Juga didukung oleh deskripsi zakat, yang dikumpulkan oleh

Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat (BAZ), dapat diberikan untuk

tujuan memenuhi kebutuhan konsumen kehidupan sehari-hari dan juga dapat

meningkatkan kerja produktif yang dilakukan oleh mustahik18.

Lembaga penyelenggara zakat harus mampu memberikan bukti yang jelas

tentang penyaluran dana produktif yang ditargetkan dan perjuangan sukses melawan

kemiskinan. Hal ini untuk menjaga kepercayaan publik atau mendorong kredibilitas

BAZ dan LAZ dalam mengelola dana masyarakat.

Penyelenggara zakat kecamatan dan kabupaten merupakan bagian yang

terintegrasi dari program BAZ nasional yang berkaitan dengan pengumpulan dan

distribusi zakat. Program distribusi zakat yang dilakukan oleh papan ini juga lengan

program yang diluncurkan oleh BAZNAS disesuaikan dengan kearifan lokal,

termasuk distribusi zakat produktif.

Berdasarkan hasil penelitian dari Adiwijaya, 2008 menunjukkan bahwa Bazda

manajer di kota Semarang setuju dengan alokasi dana dalam bentuk zakat produktif,

tapi perlu manajemen yang profesional dan Syariah kepatuhan. Adiwijaya 2009

menemukan hasil penelitian tentang tata kelola yang baik dari Bazda adalah

transparansi dan akuntabilitas. Hal ini penting karena faktor kepercayaan dari para

pemangku kepentingan, terutama bagi muzaki sebagai penyandang dana, banyak

tergantung pada transparansi dan akuntabilitas Bazda. Selain itu, itu juga dibutuhkan

manajemen Bazda yang berguna untuk mengurangi kemiskinan. Ini berarti bahwa

pengentasan kemiskinan harus dirasakan di masyarakat dan dirasakan oleh

masyarakat. Adiwijaya, 2010 menghasilkan sebuah penelitian bahwa orang miskin

akan tetap miskin bahkan jika mereka diberikan bantuan uang tunai tetapi miskin akan

menjadi kaya jika mereka bekerja, diberdayakan melalui kekuatan mereka sendiri.

Dalam pemberdayaan masyarakat miskin, modal kerja yang diperlukan, dan juga

pembinaan dan mentoring untuk berhasil. Semua temuan dari studi ini dapat

dilakukan dengan Bazda karena sumber dana yang terkumpul dari masyarakat amal,

sumbangan dan shodaqoh.

18 Dididin Hafidhuddin. Panduan peraktis tentang zakat infaq sedekah. Gema Isani. 2008.

11

Page 13: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

E. Kedudukannya Dalam Permberdayaan Ekonomi Umat

Secara umum bentuk filantrofi dalam islam dituangkan pada konsep zakat dan

shadaqah. Tujuan untuk membangun kebersaaan dan mengurangi kesenjangan sosial

tidak terlepas dari sistem distribusi. Menurut Antonio (dalam Linge, 2014; 17) pada

dasarnya dalam islam terdapat dua sistem mekanisme pasar serta sistem distribusi

secara komersial dan mengikuti mekanisme pasar serta sistem distribusi yang

bertumpu pada aspek keadilan sosial masyarakat19. Tujuan keadilan sosio ekonomi

dan pemerataan pendapatan / kesejahteraan, dianggap sebagai bagian tak terpisahkan

dari filsafat moral Islam. Demikian kuatnya penekanan Islam pada penegakan

keadilan sosio ekonomi. Maka, adalah sesuatu yang keliru, klaim kapitalis maupun

sosialis yang menyatakan bahwa hanya mereka yang menjunjung tinggi nilai-nilai

keadilan.

Harus kita bedakan bahwa konsep kapitalis tentang keadilan sosio ekonomi

dan pemerataan pendapatan, tidak didasarkan pada komitmen spiritual dan

persaudaraan (ukhuwah) sesama manusia. Komitmen penegakan keadilan sosio

ekonomi lebih merupakan akibat adanya  tekanan dari kelompok. Secara konkrit,

misalnya  sistem kapitalisme yang berkaitan dengan uang dan perbankan, tidak

dimaksudkan untuk mencapai tujuan–tujuan keadilan sosio ekonomi yang

berdasarkan nilai spritual dan persaudaraan  universal. Sehingga, tidak aneh, apabila

uang masyarakat yang ditarik oleh bank konvensional (kapitalis) dominan hanya

digunakan oleh para pengusaha besar (konglomerat).

Kemanfaatan dari lembaga perbankan tidak dinikmati oleh rakyat kecil yang

menjadi mayoritas penduduk sebuah negara. Fenomena ini terlihat sangat jelas terjadi

di Indonesia. Akibatnya yang kaya semakin kaya dan miskin makin miskin.

Ketidakadilan pun semakin lebar. Sebagaimana disebut di atas, konversi ekonomi

Barat (terutama kapitalisme) kepada penegakan keadilan sosio ekonomi, merupakan

tekanan-tekanan kelompok masyarakat dan tekanan-tekanan politik. Maka, untuk

mewujudkan keadilan sosio-ekonomi itu mereka mengambil beberapa langkah,

terutama melalui pajak dan transfer payment.

Meskipun ada usaha melalui instrumen pajak, namun langkah-langkah ini

menurut Milton Friedman, terbukti tidak cukup efektif untuk mengatasi ketidak

19 Abdiansyah Linge. Wakaf dan Filantropi Lainnya. Makalah Mata Kuliah Tafsir Hadis Tematik. Tidak dipublikasikan, UIN Sumatera Utara. 2014, h. 5

12

Page 14: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

adilan, karena nyatanya pajak selalu menguntungkan pengusaha, dan para penjabat

pajak bersama kelompok-kelompoknya. Konsep sosio ekonomi dalam Islam berbeda

secara mendasar dengan konsep keadilan dalam kapitalisme dan sosialisme. Keadilan

sosio ekonomi dalam Islam, selain didasarkan pada komitmen spritual, juga

didasarkan atas konsep persaudaraan universal sesama manusia.

Alqur`an secara eksplisit menekankan pentingnya keadilan dan persaudaraan

tersebut. Menurut M. Umer Chapra, sebuah masyarakat Islam yang ideal mesti

mengaktualisasikan keduanya secara bersamaan, karena keduanya merupakan dua sisi

yang tak bisa dipisahkan. Dengan demikian, kedua tujuan ini terintegrasi sangat kuat

ke dalam ajaran Islam sehingga realisasinya menjadi komitmen spritual (ibadah) bagi

masyarakat Islam.20

Komitmen Islam yang besar pada persaudaraan dan keadilan, menuntut agar

semua sumber daya yang menjadi amanat suci Tuhan, digunakan untuk mewujudkan

maqashid syari’ah, yakni pemenuhan kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan

dasar (primer), seperti sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan.

Persaudaraan dan keadilan juga menuntut agar sumberdaya didistribusikan secara adil

kepada seluruh rakyat melalui kebijakan yang adil dan instrumen zakat, infak,

sedekah, pajak, kharaj, jizyah, cukai ekspor-impor dan sebagainya.

Aspek Tauhid yang menjadi fondasi utama ekonomi Islam, mempunyai

hubungan kuat dengan konsep keadilan sosio-ekonomi dan persaudaraan. Ekonomi

Tauhid yang mengajarkan bahwa Allah sebagai pemilik mutlak dan manusia hanyalah

sebagai pemegang amanah, mempunyai konsekuensi, bahwa di dalam harta yang

dimiliki setiap individu terdapat hak-hak orang lain yang harus dikeluarkan sesuai

dengan perintah Allah, berupa zakat, infak dan sedekah dan cara-cara lain guna

melaksanakan pendistribusian pendapatan yang sesuai dengan konsep persaudaraan

umat manusia.  Sistem keuangan dan perbankan serta kebijakan moneter, misalnya,

dirancang semuanya secara organis dan terkait satu sama lain untuk memberikan

sumbangan yang positif bagi pengurangan ketidakadilan dalam ekonomi dalam

bentuk pengucuran pembiayaan (kredit) bagi masyarakat dan memberikan pinjaman

lunak bagi masyarakat ekonomi lemah melalui produk qardhul hasan.

Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan cita-cita keadilan sosial ekonomi,

Islam secara tegas mengecam konsentrasi asset kekayaan pada sekelompok tertentu

20 M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (The Future of Economics), Jakarta; Gema Isnani, 2006. h.

13

Page 15: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

dan menawarkan konsep zakat, infak, sedeqah, waqaf dan institusi lainnya, seperti

pajak, jizyah, dharibah, dan sebagainya.

Al-Quran dengan tegas mengatakan, “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS.Al Hasyr, 59 :7 )21,

د6ون� ر� �م ت�77 �م� ث ه� م�الق�يك �ن77 ه� ف�إ ون� م�ن�77 ر6 �ف�77 ذ�ي ت �م�و�ت� ال �ن ال ق�ل� إ�ع�م�ل�ون� ) �م� ت �ت �ن �م�ا ك �م� ب �ك 'ئ �ب �ن ه�اد�ة� ف�ي �ب� و�الش �غ�ي � ال �م �ل�ى ع�ال (٥٩إ

Artinya: “Di antara harta mereka terdapat hak fakir miskin, baik peminta-minta maupun yang orang miskin malu meminta-minta” (QS. Al Ma`aarij, 70 : 2422).

( Lم�ع�ل�وم Nه�م� ح�ق� م�و�ال� ذ�ين� ف�ي أ (٢٤و�ال

Berdasarkan prinsip ini, maka konsep pertumbuhan ekonomi dalam Islam

berbeda dengan konsep pertumbuhan ekonomi kepitalisme yang selalu menggunakan

indikator PDB (Produk Dosmetik Bruto) dan per kapita. Dalam Islam, pertumbuhan

harus seiring dengan pemerataan. Tujuan kegiatan ekonomi, bukanlah meningkatkan

pertumbuhan menurut konsep ekonomi kapitalisme. Tujuan ekonomi Islam lebih

memprioritaskan pengentasan kemiskinan dan pengurangan pengangguran.

Islam dan ajarannya menekankan keseimbangan antara petumbuhan dan

pemerataan. Pertumbuhan an sich bukan menjadi tujuan utama, kecuali dibarengi

dengan pemerataan. Dalam konsep Islam, pertumbuhan dan pemerataan merupakan

dua sisi yang tak terpisahkan,. Berdasarkan prinsip ini, maka paradigma tricle down

effect, yang dikembangkan pihak Barat  dan pernah diterapkan di Indonesia selama

rezim orde baru, bertentangan dengan konsep keadilan ekonomi menurut

Islam.Selanjutnya, sistem ekonomi kapitalis dicirikan oleh menonjolnya peran

perusahaan swasta (private ownership) dengan motivasi mencari keuntungan

maksimum, harga pasar akan mengatur alokasi sumber daya, dan efisiensi. Sistem ini

pun selalu gagal dalam membuat pertumbuhan dan pemerataan berjalan seiring.

Sistem ekonomi kapitalis yang bebas nilai pada akhirnya menghasilkan

manusia yang tamak, boros dan angkuh. Sistem kapitalis juga telah melahirkan

21 Alqur`an dan Terjemahan; Yayasan Penyelanggara Penerjemah Alqur`an /Penafsir Alqur`an Revisi Terjemahan Oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alqur`an Departmen Agama Republik Indonesia22 Ibid

14

Page 16: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

sejumlah bankir hebat, beberapa industriawan yang kaya raya, sejumlah pengusaha

yang sukses. Di balik keberhasilannya, sistem ekonomi ini telah mengakibatkan

banyak konsumen yang tidak mampu memenuhi kebutuhan minimumnya.

Kesenjangan antara masyarakat kaya dan miskin terjadi terjadi secara tajam.

Perusahaan-perusahaan yang lemah akan tersingkir dan tersungkur. Perlu ditegaskan,

bahwa melekatnya hak orang lain pada harta seseorang, bukanlah dimaksudkan untuk

mematahkan semangat karya pada setiap individu atau menimbulkan rasa malas bagi

sebagian orang. Juga tidak dimaksudkan untuk menciptakan kerataan pemilikan

kekayaan secara kaku.

Dalam perspektif ekonomi Islam, proporsi pemerataan yang betul-betul sama

rata, sebagaimana dalam sosialisme, bukanlah keadilan, malah justru dipandang

sebagai ketidakadilan. Hal ini menggambarkan bahwa Islam menghargai prestasi, etos

kerja dan kemampuan seseorang dibanding orang yang malas.

Dasar dari sikap yang koperatif ini tidak terlepas dari prinsip Islam yang

menilai perbedaan pendapatan sebagai sebuah sunnatullah. Landasannya, antara lain

bahwa etos kerja dan kemampuan seseorang harus dihargai dibanding seorang

pemalas atau yang tidak mampu berusaha.

Bentuk penghargaannya adalah sikap Islam yang memperkenankan

pendapatan seseorang berbeda dengan orang lain, karena usaha dan ikhtiarnya.

Firman Allah, “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?.”. (QS An nahl. 16 :71)23.

ذ�ين� ا ال77 ق� ف�م�77 ز� �ع�ضT ف�ي ال77ر' �م� ع�ل�ى ب ك �ع�ض�77 ل� ب ه� ف�ض77 و�الل77�ه�م� ف�ه�م� ف�ي77ه� ان �م�77 �ي �ت� أ �ك ا م�ل ق�ه�م� ع�ل�ى م�77 اد'ي ر�ز� ر� �وا ب�77 ل ف�ض77'

�ج�ح�د�ون� ) ه� ي �ع�م�ة� الل �ن ف�ب� و�اءL أ (٧١س�

“Namun, orang yang diberi kelebihan rezeki, harus mengeluarkan sebagian hartanya untuk kelompok masyarakat yang tidak mampu (dhu’afa). Sehingga seluruh masyarakat terlepas dari kemisikinan”.

23 Alqur`an dan Terjemahan; Yayasan Penyelanggara Penerjemah Alqur`an /Penafsir Alqur`an Revisi Terjemahan Oleh Lajnah Pentashih Mushaf Alqur`an Departmen Agama Republik Indonesia

15

Page 17: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

Konsep keadilan sosio-ekonomi yang diajarkan Islam menginginkan adanya

pemerataan pendapatan secara proporsional. Dalam tataran ini, dapat pula dikatakan

bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi yang dilandaskan pada kebersamaan.

Sehingga timbul anggapan disebagian masyarakat yang menyatakan bahwa prinsip

keadilan sosio-ekonomi Islam mempunyai kemiripan dengan sistem sosialisme.

Bahkan pernah ada pendapat yang menyatakan bahwa sistem sosialisme itu jika

ditambahkan dan dimasukkan unsur-unsur Islam ke dalamnya, maka ia menjadi

Islami.

Pendapat dan pandangan yang menyatakan kemiripan  sistem keadilan sosio

Islam dengan sosialisme tidak sepenuhnya benar, malah lebih banyak keliruannya.

Prinsip ekonomi sosialisme, yang menolak kepemilikan individu dan menginginkan

pemerataan pendapatan, jelas berbeda dengan prinsip ekonomi Islam. Sosialisme

sama sekali tidak mengakui hak milik individu.

F. Kesimpulan

Kontrak sosial baik berupa wakaf, zakat, infaq dan shadaqoh yang dibungkus

dalam fhilantropy, sudah selayaknya menjadi salah satu instrumen untuk

mengentaskan kemiskinan di bumi ini, tidak keberatan jika dalam kesimpulan ini

lebih percaya diri untuk tetap mendukung pemerintah untuk terus membenahi sistem

pengelolaan fhilantropy yang jauh sebelumnya model ini sudah digunakan oleh

ummat-ummat sebelum kita, olehnya tidak berlebihan dalam makalah ini banyak

beragumen bahwa kemiskinan itu dapat dipecahkan dengan model fhilantropy yang

modelnya tentu dibenahi dengan manajemen yang profesional, insya Allah hal ini

dapat terwujud, Amin.

Daftar Pustaka

Abu Zahra. Tanzim al lstam-li-'lmujtama'; Abu Saud, M, Main Features of Islamic Economy (Arabic).

Adiwijaya, Alim. Zainal. SME Empowerment Model Through Qardul Hasan Financing : Case Study at Regional Amil Zakah (BAZDA) in Central Java Indonesia. Proceeding - Kuala Lumpur International Business, Economics and

16

Page 18: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

Law Conference 4 (KLIBEL4) Vol. 1. 31 May – 1 June 2014. Hotel Putra, Kuala Lumpur 2014 h. 221

Ahmad Junaidi & Thobieb Al Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta, MA Press, 2006.

AI-Qardawi, Yusuf.: Fiqh al-Zakat, p. 43,. Vol. I and p. 851, Vol. 11: 1969.

Athoillah, H.M. Hukum Wakaf (hukum wakaf benda bergerak dan tidak bergerak dalam fikih dan peraturan perundang undangan di indonesia), Bandung. Penerbit. Yrama Widya. 2014.

Chapra, Umer. M. Islam dan Tantangan Ekonomi. Penerbit. Jakarta: Gema Insani, Edisi ke 2, 2006.

Depag, Peraturan Perundangan Perwakafan, Jakarta, 2006.

Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Prekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press. 2002

Harian Umum Republika, Mempertegas Pembangunan Ekonomi Kerakyatan, Nopember 2001.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38865/5/Chapter%20l.pdf, diakses pada: Minggu, 10 April. 2015, pukul 14:50 wib

http://www.maidam.gov.my/zakat/index.php/kutipan-zakat/jenis-jenis-zakat, diakses pada: Minggu, 10 April. 2015, pukul 14:35 wib

Ibn-'Ashur, M. T., Principles of Social Organisation in Islam (Arabic), pp. 190-1970, Maktabah al-Rasmiyeh, Tunis, 1964.

Lewis, W. A., The Theory of Economic Growth, London: 1963

Linge, Abdiansyah. Wakaf dan Filantropi Lainnya. Kumpulan Makalah tidak dipublikasikan, Program Doktor Ekonomi Syariah UIN Sumatera Utara. 2014.

Mannan, Muhammd. Abdul. Ekonomi Islam Teori dan Praktis (Asas-Asas Ekonomi Islam). Kuala Lumpur. Penerbit A.S. Noordeen. 2007

Mawdud Economic Problem of Man and its Islamic Solution. Maktabah Jamaat-ilslamic Delhi.

Misyuraidah.. Fiqh. Palembang: Grafika Telindo Press. 2013

Muslim, Shahih Musli, Dar Ath Thiba'ah al Amirah, 1329 H

Nahdh Misr and Abu Yusuf, Al-Kharaj, Al-Matba' al-Salafiya.

Perwakafan di Yordania, Uswatun Hasanah, www.modalonline.com, 21 April 2004

17

Page 19: KONTRAK  SOSIAL:  WAKAF, ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

Qutb, Syed: Social Justice in Islam (Arabic Ghazali, M, Islam and Economic Organisation (Arabic), Cairo; Copyright © Rumah Zakat Indonesia 11

Rasjid, Ssulaiman. Fiqh Islam, Cet-49. Bandung: Sinar Baru Algesindo. 2010

Suara Hidayatullah, , Sukuk dan Pemberdayaan Wakaf, Juni 2007

Syah, Abdullah. Butir - Butir Fiqh Zakat. Medan, Wal Ashri Publishing, Cetakan Pertama. 2007.

Taimiyah, Ahmad bin, Majmu' al Fatawa, Ar Riyadh, 1382 H

Todaro. P. Michael & Smit. C. Stephen. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Cetakan ke-11 Jilid 2. 2011.

Zadi, A. M., "The Role of Zakat in the Islamic System Economics of Curing the Poverty Dilemma" in AMSS

18