konsep nusyuz dalam al-quran : studi...

88
KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL-MARAGHI DAN TAFSIR AL-MISBAH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam (Ilmu Al-Quran dan Tafsir) Fakultas Ushuluddin Oleh WILDAYATI NIM: UT.160106 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020/2021

Upload: others

Post on 19-Jan-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI KOMPARATIF

TAFSIR AL-MARAGHI DAN TAFSIR AL-MISBAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

dalam (Ilmu Al-Quran dan Tafsir)

Fakultas Ushuluddin

Oleh

WILDAYATI

NIM: UT.160106

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2020/2021

Page 2: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

i

Page 3: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

ii

Page 4: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

iii

Page 5: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

iv

MOTTO

… …

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut

cara yang ma‟ruf”. (QS. Al-Baqarah: 2281

1Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Mushaf Al-Quran Tajwid dan Penerjemah Al-

Quran (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014), 36.

Page 6: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

v

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,

kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini guna memperoleh gelar strata satu (S1). Shalawat beriringan salam tak lupa

pula kukirimkan kepada baginda Rasulullah Saw.

karya ini kupersembahkan kepada orang-orang terkasih dan tersayang

yang telah banyak membantu, meluangkan waktu, dan memberikan motivasi

kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dan juga merupakan

rasa ucapan terimakasih saya pada mereka. Mereka adalah:

Ayahku tercinta Syafruddin,

Ibundaku termulia Saaddah,

Kakandaku tersayang:

Nashri dan

Syafrin

Dosen Pembimbingku terhormat

Drs. H. Abd Latif, M.Ag

A. Mustaniruddin, S.Ud.,M.Ag

Dan semua Dosen fakultas Ushuluddin serta teman-teman dan rekan-rekan

seperjuangan.

Page 7: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

vi

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang memprihatinkan dan

memerlukan perhatian, yaitu kesalahan suami dalam bertindak ketika menghadapi

istri yang Nusyuz sehingga berujung pada kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini

mendorong penulis untuk mengemukakan kembali bagaimana seharusnya

tindakan yang dilakukan oleh suami ketika menghadapi istri yang Nusyuz

berdasarkan Al-Quran dengan mengemukakan penyelesaian terhadap Nusyuz istri

khususnya perbandingan antara Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah.

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah (library research)

dalam tekhnis deskriptif kualitatif eksploratif, dengan menekankan pada sumber

tertulis terutama Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah. Penelitian ini

menggunakan tekhnik pengumpulan data dokumentasi dengan menerapkan

tekhnik analisis data kerangka berfikir metode komparatif yaitu dengan

menentukan objek, menjelaskan konteks, melakukan kajian perbandingan,

mencari argument dibalik perbedaan dan menyampaikan kesimpuan.

Hasilnya penulis menemukan bahwa ketika menghadapi istri yang Nusyuz

berdasarkan QS.An- Nisa‟:34 menurut Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah

suami dapat melakukan beberapa langkah, pertama, menasehati atau memberi

nasehat kepada istri dengan kata yang lemah lembut kedua, menunjukkan

ketidaksenangan suami terhadap sikap istri dengan cara seperti, tidak menggauli

istri atau menghindari berhubungan seks, tidak ada cumbu dan menghindari hal-

hal yang biasanya dilakukan suami kepada istri misalnya merayu istri, ketiga,

pisah ranjang atau memisahkan diri dari tempat tidur, keempat, bermusyawarah

antara pihak suami dan istri, kelima, jika semua yang di atas tidak dapat merubah

sikap Nusyuz istri maka suami boleh memukul dengan kata lain memang sudah

tidak ada jalan lain lagi bagi suami dengan pukulan yang dibenarkan dalam Islam.

Page 8: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunianya berupa kesehatan,

kesempatan dan kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul, “Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran (Studi Komparatif Tafsir

Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah)”

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi

Muhammad Saw, seluruh keluarga beserta para sahabat beliau, yang senantiasa

istiqomah dalam memperjuangkan agama Islamn, semoga kita menjadi hamba-

hamba pilihan seperti mereka Amiin ya Rabbal „aalamin.

Selanjutnya penulis menyadari dalam proses penyelesaian skripsi ini,

penulis telah dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang telah membantu

penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga yang telah menjaga,

mendidik, menyayangi dan senantiasa mengsupport serta mendoakan penulis

sehingga karya ini dapat disesaikan.

Dan pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan rasa terima kasih

yang sebesar-besar kepada:

1. Bapak Drs. H. Abdul Latif, M.Ag selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan kontribusi dan waktu demi terselesaikannya Penulisan Skripsi

ini.

2. Bapak A. Mustaniruddin, S.Ud.,M.Ag selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan saran dan waktu demi terselesaikannya Penulisan

Skripsi ini.

Page 9: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

viii

3. Bapak Bambang Husni Nugroho, S.Th.I.,M.H.I selaku ketua jurusan Ilmu

Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS

Jambi.

4. Bapak H. Husin Abd. Wahab, Lc.,MA.,PH.D selaku pembimbing

akademik yang senantiasa selalu memberi saran, semangat dan waktunya

demi terselesaikannya Skripsi ini.

5. Bapak Dr. Halim, S.Ag.,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi.

6. Bapak Dr. Masiyan M.Ag selaku Wakil dekan bidang Akademik Fakultas

Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

7. Bapak Dr. Edy Kusnaidi, M. Fil.I. selaku Wakil dekan bidang

Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan Fakultas Ushuluddin dan

Studi Agama UIN STS Jambi.

8. Bapak Dr. M.Led Al-Munir, M.Ag selaku Wakil dekan bidang

Kemahasiswaan dan bidang Kerjasama luar Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN STS Jambi.

9. Prof. Dr. H. Suaidi Asy‟ary, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE.M.EI, Bapak Dr. As‟ad Isma, M.Pd, Bapak

Bahrul Ulum, S.Ag.,MA, selaku Wakil Rektor I, II, dan III Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

11. Para Dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN STS Jambi.

12. Bapak Ibuk Karyawan dan Karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN STS Jambi.

13. Ayah, Ibu, Kakak, Keluarga Besar, Sahabat-sahabat seperjuangan dan

teman-teman mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir, yang

senantiasa memberikan dukungan dan semangat demi kelancaran

penulisan Skripsi ini.

Page 10: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

ix

Page 11: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

NOTA DINAS ................................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS SIKRIPSI ................................ ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ........................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8

C. Batasan Masalah ............................................................................ 8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 8

E. Tinjauan Puataka ........................................................................... 9

F. Metode Penelitian .......................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14

BAB II BIOGRAFI MUSTAFA AL-MARAGHI DAN M. QURAISH

SHIHAB

A. Biografi Mustafa Al-Maraghi........................................................ 15

1. Riwayat Hidup Mustafa Al-Maraghi ........................................ 15

2. Karya-karya Mustafa Al-Maraghi ............................................ 17

3. Metode Penafsiran .................................................................... 18

4. Corak Penafsiran ..................................................................... 20

B. Biografi M. Quraish Shihab .......................................................... 21

1. Riwayat Hidup M. Quraish Shihab .......................................... 21

2. Karya-karya M. Quraish Shihab ............................................... 23

3. Metode Penafsiran .................................................................... 25

4. Corak Penafsiran ...................................................................... 26

Page 12: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

xi

BAB III FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA NUSYUZ DAN KONSEP

NUSYUZ MENURUT PARA PAKAR ISLAM

A. Faktor Penyebab Terjadinya Nusyuz ............................................ 28

B. Pengertian Nusyuz ........................................................................ 37

C. Bentuk-bentuk Nusyuz ................................................................. 40

BAB IV PENAFSIRAN TAFSIR AL-MARAGHI DAN TAFSIR AL-

MISBAH TENTANG AYAT NUSYUZ

A. Menurut Tafsir Al-Maraghi ........................................................... 49

B. Menurut Tafsir Al-Misbah ............................................................ 55

C. Penyelesaian Suami Terhadap Istri yang Nusyuz Perspektif Tafsir Al-

Maraghi dan Tafsir Al-Misbah ...................................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 67

B. Rekomendasi ................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICULUM VITAE

Page 13: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Alfabet

n = ى gh = غ sh = ش kh = خ a= أ

f = w = ف ṣ = ص d = د b = ب

q = h = ق ḍ = ض dh = ذ t = ت

‟= ء k = ك ṭ = ط r = ز th = خ

l = y = ل ẓ = ظ z = ش j = ج

m = م „ = ع s = ض ḥ = ح

B. Vokal dan Harkat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

Ā ىا A ا

ī ا

aw ا Á ا U ا

Ū ا I ا

ay ا

C. Syaddah atau Tasydid

Syaddah dilambangkan dengan tanda (-), dalam alih aksara ini

dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi hal itu tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah huruf syamsiyyah.

Page 14: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran al-Karim adalah “Kalamullah” atau perkataan Allah SWT., yang

penuh dengan kesucian. Ia berisi pesan-pesan kehidupan untuk umat manusia sebagai

bentuk sifat-Nya yang “Rahmān” dan “Rahīm”, cinta kasih-Nya kepada mereka yang

tak terhingga.2 Al-Quran dituturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. melalui

perantara malaikat Jibril. Kitab ini bukan hanya sekedar bacaan wajib bagi setiap

muslim namun, kitab ini juga mengatur pola hidup manusia agar bisa menemukan jati

diri sesungguhnya dan mencari kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Terkait dengan itu

pula tidak terlepas dari petunjuk hidup manusia, Al-Quran juga telah memberi

petunjuk dalam menjalani kehidupan rumah tangga.3

Lelaki dan perempuan harus mampu bekerja sama dan hidup harmonis. Salah

satu bentuk kerja sama dan perwujudan dari kehidupan harmonis itu adalah ikatan

pernikahan atau berumah tangga. Manusia akan merasa sepi jika hidup sendiri itulah

kekuasaan Illahi.4Sebagaimana Allah SWT., berfirman:

“Dan segala sesuatu telah kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu

mengingat (kebesaran Allah)”. (QS. Adz-Dzariyat: 49)5

2Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Quran:Memahami Tema-tema Penting

Kehidupan Dalam Terang Kitab Suci (Jakarta: PT Qaf Media Kreativa, 2017), 13. 3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

(Sarjana Strata I Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2017), 4. 4M. Quraish Shihab, Perempuan: dari Cinta Sampai Seks, dari Nikah Mut‟ah

Sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru (Tangerang: PT. Lentera Hati,

2018), 126. 5Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Mushaf Al-Quran Tajwid dan Penerjemah

Al-Quran (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014), 41.

Page 15: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

2

Berbicara mengenai rumah tangga, Al-Quran telah menganugerahkan kepada

suami untuk menjadi seorang pemimpin dalam keluarga dan menempatkan suami

sebagai penanggung jawab keluarga.6 Sepintas terlihat bahwa tugas kepemimpinan

ini merupakan keistimewaan dan menjadikan “derajat suami lebih tinggi” dari istri.7

Al-Quran telah mengisyaratkan hal tersebut Allah SWT., berfirman:

… …

”Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut

cara yang ma‟ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan

daripada istrinya”. (QS. Al-Baqarah: 228).8

Pernikahan bukanlah hal yang sepele. Setelah mengikat perjanjian pernikahan

yang kuat, sepasang suami istri secara langsung menjadi satu kesatuan, padahal

sebelumnya masing-masing dalam keadaan sendiri. Pada hakekatnya, suami istri

adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan karena dalam sepanjang kehidupan rumah

tangga, keduanya memikul tanggung jawab dan cita-cita bersama. Islam melindungi

ikatan pernikahan dengan berbagai jaminan, sekaligus menjadikannya sebagai

perbuatan yang sangat agung dan sakral. Inilah yang membuat ikatan pernikahan itu

sangat berbeda dengan segala bentuk ikatan yang ada. Al-Quran menempatkan ikatan

pernikahan itu sebagai perjanjian yang berat, dari segala bentuk ikatan apapun.9

Namun demikian, yang namanya kehidupan pasti akan mengalami yang

namanya masalah. Begitu juga ketika berumah tangga salah satu masalah yang sering

terjadi dalam kehidupan rumah tangga adalah sikap Nusyuz.

6Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Quran: Memahami Tema-tema Penting

Kehidupan Dalam Terang Kitab Suci, 246. 7M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Quran: Nasehat Perkawinan Untuk Anak-anakku

(Tangerang: Lentera Hati, 2015), 189. 8Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Mushaf Al-Quran Tajwid dan Penerjemah

Al-Quran (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014), 36. 9Saughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, Diterjemahkan dari buku aslinya yang

berjudul „‟Nusyuz‟‟ oleh Ghanim Shaleh (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 15.

Page 16: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

3

Nusyuz dapat dikatakan bahwa suatu kondisi yang tidak menyenangkan yang

timbul dari suami atau istri atau dapat dikatakan bahwa suatu kondisi yang tidak baik

dalam kehidupan rumah tangga yang tidak sesuai dengan tuntunan agama

ditimbulkan baik dari suami maupun istri seperti sikap saling membenci,

membangkang, tidak taat, bersikap sombong dan tidak menjalankan hak-hak sebagai

suami istri.10

Kata Nusyuz dalam Al-Quran disebutkan sebanyak 2 kali yakni terdapat

dalam QS. An-Nisa‟: 34 dan QS.An-Nisa‟: 128.

Sikap Nusyuz memang sering dikaitkan dengan pihak istri. Banyak sekali

contoh Nusyuz istri yang bisa dilihat baik melalui kehidupan masyarakat sekitar

maupun pemberitaan media elektronik seperti televisi, media cetak dan lain

sebagaianya, seperti istri yang melakukan pembangkangan, penganiayaan bahkan

sampai kepada pembunuhan terhadap suami.

Lihat saja yang terjadi baru-baru ini yakni beredar video penganiayaan M

diinisialkan namanya terhadap suaminya HT. dalam video berdurasi 2 menit 14 detik

itu M sempat menyatakan bahwa suaminya tersebut mengalami stroke sehingga

kesulitan beraktifitas secara normal. Dia tampak kesal karena harus melayani seluruh

kebutuhan suami seperti buang air besar. Pelaku juga sempat menyebutkan

konpensasi 1 miliar jika sang suami ingin bercerai dengan dirinya. Dalam video itu,

pelaku meminta agar ada orang yang bisa menjaga laki-laki itu. Dibagian akhir video

viral itu pelaku mendekati korban dan memukulnya berkali-kali dengan tongkat

korban hanya meraung kesakitan. Korban pun tampak sempat mengeluarkan darah di

bagian wajahnya.11

Selain itu, ada juga kasus pembunuhan yang dilakukan oleh istri kepada suami

dan anak tirinya. Aulia Kesuma dan anak kandungnya Geovani Kelvin dijadikan

sebagai tersangka atas pembunuhan suaminya, Edi Candra Purnama alias Pupung dan

anak tirinya M. Adi Pradana alias Dana. Keduanya didaqwa melakukan pembunuhan

10

Saughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 26. 11

Antara,” Viral KDRT Terhadap Suami, Keluarga Korban Laporkan Pelaku”,

diakses melalui alamat https://metro.tempo.co , tanggal 17 Maret 2020.

Page 17: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

4

berencana. Jaksa mengungkapkan Aulia tega membunuh suami dan anak tirinya

karena kesal dengan suaminya yang tidak ingin mengikuti permintaannya untuk

menjual rumah dikawasan Lebak Bulus, Jaksel untuk melunasi hutang. Karena itu,

dia tega merencanakan niat jahat untuk membunuh suami dan anak tirinya.

Aulia Kesuma awalnya sempat menyewa dukun santet untuk menghabisi

nyawa kedua korban. Namun upaya itu tidak berhasil. Dia lalu memutuskan mencari

cara lain untuk menghabisi nyawa kedua korban. Strategi pembunuhan pun dirancang

dengan apik oleh Aulia. Aulia mengetahui proses pembunuhan ini, dia juga yang

membagi tugas para eksekutor. Dalam peristiwa ini, terdaqwa Sugeng yang dibayar

Aulia berperan untuk membakar mayat Dana dan mayat Pupung, Kelvin bertugas

mengajak Dana mabuk hingga tertidur, Supriyanto bertugas mengecek mobil dan

bensin Pupung. Rencana pembunuhan pun dimulai Aulia dengan memberikan jus

yang dicampur obat tidur kepada Pupung. Kemudian Kelvin bertugas menemui Dana

di kamarnya sambil mencekoki Dana dengan alkohol agar tertidur pulas. Akhirnya

Dana dan Pupung pun tidur, saat tidur mereka dibekap dengan handuk yang telah

dibasahi dengan alkohol agar mereka tidak bisa bernapas, dan juga menginjak leher

Dana dan Pupung. Proses pembunuhan itu tidak berjalan mulus karena Pupung

sempat sadar dan melakukan perlawanan, namun Sugeng kemudian mencekik

Pupung hingga tewas. Setelah keduanya dipastikan tewas, Aulia dan Kelvin

kemudian melilit mayat Dana dan Pupung dengan sprei. Sugeng juga meletakkan

mayat Dana di kamar Pupung kemudian membakar sprei itu dengan obat nayamuk.

Namun alih-alih terbakar api justru membakar garasi rumahnya. Pada hari

berikutnya, dimulai lagi dengan membawa mayat Dana dan Pupung ke Jalan Raya

Cidahu, desa Pondokkaso Tengah, Suka Bumi, Jawa Barat. Di tempat itu, Aulia dan

Kelvin membakar mayat Dana dan Pupung.12

Dari contoh di atas bukan hanya memperlihatkan bagaimana sikap Nusyuz

istri tehadap suami tetapi juga memperlihatkan kedurhakaan istri yang luar biasa

12

Ahmad Bil Wahid, “Pembantu Aulia Kesuma Didawqa Beri Sarana Pembunuhan

Berencana”, diakses melaui alamat https://www.detik.com, tanggal 17 Maret 2020.

Page 18: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

5

terhadap suami. istri yang seharusnya menyayangi dan taat kepada suami disegala

keadaan malah sebaliknya. Apapun alasannya istri tidak dibenarkan melakukan

kekerasan apalagi sampai menghilangkan nyawa suami.

Selain Nusyuz istri, suami juga bisa sampai melakukan sikap Nusyuz

sebagaimana Allah juga berfirman tentang Nusyuz suami dan penyelesiannya yang

terdapat dalam QS. An-Nisa‟: 128:

“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari

suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang

sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia

itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan

memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah

adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa‟:128).13

Secara ringkas Nusyuz suami mengandung arti kesombongan seorang suami

dengan melecehkan hak-hak istri, perlakuan kasar dan sudah melampaui batas, tidak

memberi nafkah sandang, pangan dan papan, suami tidak memperlakukan istrinya

secara baik, tidak melindungi dan bertanggung jawab terhadap istrinya, membiarkan

istri tanpa perhatian semestinya dan lain-lain.14

Pada dasarnya, Islam telah mengatur sedemikian rupa kehidupan rumah

tangga agar suami maupun istri menghindari hal-hal yang tidak baik dalam berumah

tangga. Namun, bukan berarti tanpa masalah, akan tetapi setiap masalah pasti ada

jalan keluar. Begitu pula ketika suami menghadapi Nusyuz istri. Maka dari itu, suami

13

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Mushaf Al-Quran Tajwid dan

Penerjemah Al-Quran (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014), 99. 14

Saughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 29.

Page 19: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

6

sebagai pemimpin diharapkan bisa menyelesaikan masalah termasuk ketika

menghadapi Nusyuz istri, penyelesaian yang sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

Penyelesaian Nusyuz itu sendiri dimaksudkan agar suami bisa bertindak bijak dan

tidak terjadi penyimpangan dan kesewenang-wenangan suami maupun tindakan

berlebihan suami dalam menyikapi masalah Nusyuz istri. Selain itu, dengan adanya

penyelesaian suami terhadap istri yang Nusyuz bertujuan agar tidak berkembang

luasnya tindakan-tindakan yang dapat merugikan istri, khususnya dikalangan mereka

yang tidak memiliki moral. Sebab terkadang banyak juga ditemukan suami yang

bukannya menyelesaikan masalah Nusyuz istri dengan tepat akan tetapi malah

menyelesaikannya dengan tindakan Nusyuz pula seperti melakukan kekerasan

terhadap istri.

Bagaimana tidak, fakta yang tengah terjadi saat ini menggambarkan

bagaimana kesalahan seorang suami dalam bertindak ketika menyelesaikan masalah

Nusyuz istri. Banyak suami yang mengabaikan bagiamana seharusnya tindakan yang

dilakukan ketika Nusyuz istri terjadi. Hal ini bukan tanpa dasar dan sekedar omongan

belaka, dapat dilihat dari fakta-fakta yang ada, berapa banyak istri yang menjadi

korban kekerasan oleh suami atau di sebut dengan KDRT. Kekerasan dalam rumah

tangga ini bisa berupa kekerasan fisik, seksual, psikologis, maupun dalam bentuk

penelantaran rumah tangga.15

Lihat saja menurut catatan Komnas Perempuan dari tahun ketahun angka

kekerasan terhadap perempuan ini terus meningkat. Hal ini dapat difahami

berdasarkan data, yang didapat melalui pendataan yang dimana pada tahun 2001

mencatat sebanyak 3160 kasus kekerasan dan kemudian mengalami peningkatan pada

tahun 2002 menjadi 5163 kasus kekerasan terhadap perempuan. Dari 14.020 kasus

kekerasan terhadap perempuan ini, sebanyak 4.310 adalah kasus kekerasan yang

terjadi dalam rumah tangga. Selanjutnya pada tahun 2007 Komnas Perempuan

menerima dan mencatat kasus kekerasan sekitar 26.000 laporan kasus kekerasan

15

Ahmad Zahro, Menuju Fiqh Keluarga Progresif (Yogyakarta: Kaukaba

Dipantara, 2015), 122.

Page 20: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

7

terhadap perempuan. Jumlah kasus ini naik menjadi 100 persen pada tahun 2008

menjadi meningkat sekitar 56.000 kasus.Kasus yang paling menonjol atau yang

paling utamanya adalah kasus KDRT.16

Dengan demikian, penyelesaian terhadap istri yang Nusyuz sangat perlu

dilakukan. Maka, Al-Quran yang merupakan kitab suci dan petunjuk bagi umat Islam

telah memberikan solusi kepada suami ketika menghadapi istri yang Nusyuz, yang

terdapat dalam QS. An-Nisa‟: 34

… …

“Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan Nusyuznya, Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.”

(QS. An-Nisa‟: 34)17

Namun, ketika menfsirkan ayat di atas yakni tentang penyelesaian suami

terhadap istri yang Nusyuz, terjadi perbedaan di beberapa kalangan mufassir di

antaranya Mustafa Al-Maraghi dan M. Quraish Shihab dalam tafsirnya, Tafsir Al-

Maraghi dan Tafsir Al-Misbah. Sehingga atas dasar perbedaan itulah penulis tertarik

untuk mengangkat judul skripsi “Konsep Nusyuz dalam Al-Quran (Studi

Komparatif Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah).

B. Rumusan Masalah

Adapun pokok permasalahan yang ingin penulis angkat dalam penelitian ini

adalah: Bagaimana Konsep Nusyuz dalam Al-Quran (Studi Komparatif Tafsir Al-

Maraghi dan Tafsir Al-Misbah)? Pokok permasalahan ini lebih jauh dapat penulis

rumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apa faktor penyebab terjadinya Nusyuz?

16

Ahmad Zahro, Menuju Fiqh Keluarga Progresif, 123. 17

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: PT

Syaamil Cipta Media, 2005), 84.

Page 21: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

8

2. Bagaimana konsep Nusyuz menurut Para Pakar Islam?

3. Bagaimana penafsiran Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah tentang ayat

Nusyuz?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah ialah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang

lingkup masalah yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian itu lebih bisa fokus

untuk dilakukan.

Oleh karena itu, Penelitian ini penulis batasi dengan QS. An-Nisa‟: 34

tentang langkah suami dalam penyelesaian suami terhadap istri yang Nusyuz

perspektif Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah. Adapun literatur-literatur dan

data-data pendukung lainnya, hanyalah sebagai penguat penafsiran ini.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat

sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana konsep Nusyuz dalam

Al-Quran Perspektif tafsir Al-Maraghi dan tafsir Al-Misbah antara lain:

a. Untuk mengetahui apa faktor penyebab terjadinya Nusyuz

b. Untuk mengetahui bagaimana konsep Nusyuz menurut para pakar Islam

c. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian suami terhadap istri yang Nusyuz

perspektif Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah?

2. Kegunaan Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan

sebagai berikut:

a. Memberikan konstribusi keilmuan terhadap masyarakat khususnya di tengah

masyarakat Islam agar menjadikan Al-Quran sebagai landasan utama dalam

bertindak.

Page 22: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

9

b. Untuk Mengetahui tentang bagaimana penyelesaian terhadap kasus Nusyuz

khususnya Nusyuz istri terutama bagi laki-laki (suami) agar tidak bertindak

semena-mena.

c. Memberikan sumbangan pemikiran yang berharga dalam memperkaya

khazanah Al-Quran dan keilmuan Islam serta diharapkan dapat menjadi salah

satu bahan masukan dalam bidang akademis, khususnya Ilmu Al-Quran dan

Tafsir.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian kepustakaan pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan gambaran

tentang hubungan topik penelitian yang akan diajukan dengan penelitian yang sejenis

yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sehingga tidak terjadi pengulangan

yang tidak perlu, atau melarikan karya orang lain yang disebut dengan plagiat.

Dalam hal ini, sepanjang penelusuran penulis, penelitian secara cermat

tentang Konsep Nusyuz dalam Al-Quran khazanah penafsiran yang mengangkat sisi

perbandingan atau perbedaan antara para mufassir yakni dengan menggunakan

metode komparatif, masih sangat sedikit sekali ditemukan.

Di antara karya ilmiah yang membahas tentang masalah Nusyuz adalah buku

yang berjudul jika suami istri berselisih yang ditulis oleh Shaugi Algadri

diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul Nusyuz oleh Ghanim Shaleh. Buku ini

secara umum membahas tentang Nusyuz dalam pandangan Islam serta cara

penyelesaiannya dengan mengemukakan pendapat para ulama baik ulama fiqh

maupun ulama tafsir.18

Selanjutnya adalah Jurnal yang berjudul “Penyelasaian Kasus Nusyuz

Menurut Perspektif Ulama Tafsir”, yang ditulis oleh Hiswar, jurnal ini membahas

18

Saughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih,15.

Page 23: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

10

pendapat banyak mufassir tentang Nusyuz dan cara maupun penindakan terhadap istri

yang Nusyuz.19

Selanjutnya skripsi yang disusun oleh Zulfan yang berjudul “Konsep Nusyuz

Dalam Al-Qur‟an”. Pembahasan di skripsi ini lebih menerangkan mengenai konsep

Nusyuz menurut tafsir al-Ahkam Karya Syaikh Abdul Halim Hasan.20

Selanjutnya skripsi yang disusun oleh Ardawati yang berjudul “Persepsi

Masyarakat Tentang Nusyuz Serta Pengaruh Terhadap Penceraian”. Skripsi ini

menjelaskan mengenai konsep Nusyuz yang terjadi di masyarakat, didukung dengan

data di lapangan dan pendapat ulama dan mufassir.21

Selanjutnya jurnal yang ditulis oleh Sri Wahyuni yang berjudul “Konsep

Nusyuz dan Kekerasan Terhadap Isteri Perbandingan Hukum Positif dan Fiqh”

skripsi ini lebih berfokus pada bagaimana konsep Nusyuz menurut pemahaman para

ulama fuqaha disertai juga dengan penjelasan UU yang mengatur tentang transgender

dan kekerasan dalam rumah tangga.22

Selanjutnya adalah jurnal yang ditulis oleh Nor Salam yang berjudul “Konsep

Nusyuz Dalam Perspektif Al-Quran Sebuah Kajian Maudu‟i” penelitian ini

menjelaskan bagaimana konsep Nusyuz baik dari pihak istri maupun Nusyuz dari

pihak suami dengan kajian tematik, yang memasukkan semua ayat-ayat Al-Quran

yang berkaitan dengan Nusyuz.23

Selanjutnya adalah skripsi yang ditulis oleh Aisyah Nurlia yang berjudul

“Nusyuz Suami Terhadap Istri Dalam Perspektif Hukum Islam” skripsi ini

19Hiswar,“Penyelasaian Kasus Nusyuz Menurut Perspektif Ulama Tafsir”, Jurnal

Ilmiah Keislaman (2012), 16.

20

Zulfan,“Konsep Nusyuz Dalam Al-Qur‟an menurut tafsir al-Ahkam Karya Syaikh

Abdul Halim Hasan”, Skripsi (Medan: Program Sarjana Strata 1 Universitas Islam Negeri

Sumatera Utara 2017), 9.

21

Ardawati,“Persepsi Masyarakat Tentang Nusyuz Serta Pengaruh Terhadap

Penceraian”, Skripsi (Aceh: Program Sarjana Starta 1 Universitas Islam Negeri ar-Raniry

2018), 14. 22

Sri Wahyuni,”Konsep Nusyuz dan Kekerasan Terhadap Isteri Perbandingan

Hukum Positif dan Fiqh”, Jurnal (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008), 20. 23

Nor Salam,”Konsep Nusyuz Dalam Perspektif Al-Quran Sebuah Kajian Maudu‟i”

Jurnal (Pasuruan: Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Yasini Pasuruan, 2015), 48.

Page 24: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

11

menjadikan suami sebagai pelaku Nusyuz artinya penelitiannya berfokus terhadap

Nusyuz seorang suami kepada istri yang di dalamnya dijelaskan bagaimana bentuk

Nusyuz seorang suami terhadap istri yang disertai dengan contoh kasus-kasus yang

terjadi di tengah kehidupan masyarakat.24

Dari beberapa kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas, dapat terlihat jelas

bahwa belum ada karya-karya yang sama persis dengan yang akan penulis teliti dan

tentu memiliki perbedaan, terutama dari segi metode, penulis menggunakan metode

komparatif yakni membandingkan antara dua tafsir yaitu tafsir Al-Maraghi dan tafsir

Al-Misbah.

F. Metode Penelitian

Metode berasal dari bahasa Yunani “ methodos” yang berarti “cara atau

jalan”. Dalam pemakaian bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang

teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan.25

Dalam pemakaian bahasa indonesia kata tersebut mengandung arti cara yang teratur

dan berfikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan

sebagainya.26

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif,

metode ini biasa disebut juga dengan metode muqarran, yaitu salah satu metode yang

membandingkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki redaksi berbeda padahal isi

kandungannya sama atau tafsir ini bisa juga dilakukan dengan cara membanding-

bandingkan antara aliran-aliran tafsir atau membandingkan antara mufassir satu

dengan mufassir lainnya.27

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat difahami bahwa metode

komparatif adalah metode yang membandingkan ayat Al-Quran yang memiliki

24

Aisyah Nurlia,”Nusyuz Suami Terhadap Istri Dalam Perspektif Hukum

Islam”,Skripsi (Lampung: Program Sarjana Strata 1 Universitas Bandar Lampung, 2018), 9. 25

Nashruddin Baidan dan Ermawati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)13. 26

Ibid., 13. 27

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 383.

Page 25: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

12

redaksi berbeda namun maksudnya sama atau metode ini dapat juga diartikan sebagai

metode yang membandingkan antara tafsir mufassir satu dengan mufassir lainnya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kepustakaan yaitu

penelitian yang semua datanya berasal dari data-data tertulis seperti buku, naskah,

dokumen, dan lain-lain yang berkenaan dengan Al-Quran dan tafsirannya.28

1. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data yang berasal dari

dokumen. Sumber data dokumen adalah berbagai referensi maupun data-data

yang digunakan sebagai bahan rujukan yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah sumber data

dokumenter yang berupa dokumen perpustakaan tertulis, seperti kitab, buku

ilmiah dan referensi tertulis lainnya.

b. Jenis Data

Secara umum jenis data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data primer yaitu data pokok yang memberikan data kepada peneliti dalam

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah

tafsir Al-Misbah dan tafsir Al-Maraghi.

2. Data sekunder adalah sumber data yang merupakan referensi penunjang

maupun pelengkap terhadap data primer. Dalam penelitian ini yang menjadi

sumber data pendukung antara lain, seperti internet, jurnal, artikel dan buku-

buku yang berkaitan dengan penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, ialah peneliti

mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan melakukan penelusuran

28

Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir , 27-28.

Page 26: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

13

kepustakaan serta mengkaji dan menela‟ah berbagai referensi yang bersumber dari

berbagai tulisan-tulisan seperti, buku-buku, skripsi dan sebagainya.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun data pokok

permasalahan yang sedang diteliti, selanjutnya data yang terkumpul tersebut

dianalisis sehingga dapat memberikan pengertian dan kesimpulan sebagai jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menjadi objek penelitian.

3. Metode atau Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, kemudian akan dianalisa dengan

kerangka berfikir metode komparatif yaitu dengan cara mengemukakan penafsiran

ayat Al-Quran kemudian membandingkan beberapa teori dan pendapat dari mufassir

yang hendak dibandingkan untuk diambil kesimpulan.

Adapun langkah-langkah metodenya sebagai berikut:

a. Menentukan objek , yaitu menetapkan ayat, hadis, atau penafsiran yang akan

dikaji.

b. Mendudukkan pemahaman terhadap objek kajian sesuai dengan konteksnya.

Kedudukan terkait dengan tema atau masalah yang dibicarakan, seperti

konteks pemaknaan atau pemahaman umum terhadapnya dan sebagainya.

c. Melakukan kajian perbandingan, yaitu mengkaji secara mendalam dua atau

lebih dari objek yang diperbandingkan untuk melihat segi-segi persamaan

ataupun perbedaan.

d. Mencari atau menelusuri argumen dibalik persamaan atau kemiripan,

perbedaan atau perlawanan yang terkandung di dalamnya.

e. Menjelaskan makna, menghadirkan temuan, dan menyampaikan kesimpulan

dari kajian perbandingan yang telah dilakukan.29

29

Zulheldi, 6 langkah Metode Tafsir Maudhu‟i (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2017), 27-28.

Page 27: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

14

G. Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini tersusun secara sistematis, peneliti merumuskan

sistematika penulisan kedalam beberapa bab, antara lain sebagai berikut:

Bab satu membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian

serta sistematika penulisan.

Bab dua membahas tentang biografi Mustafa Al-Maraghi dan M. Quraish

Shihab, yang meliputi latar belakang, karya-karyanya, metode dan corak penafsiran.

Bab tiga berisi tentang faktor penyebab terjadinya Nusyuz, konsep Nusyuz

menurut para pakar Islam, yang meliputi tentang pengertian Nusyuz dan bentuk-

bentuk Nusyuz.

Bab empat berisi penafsiran Tafsir Al-Maraghi dan Tafsir Al-Misbah tentang

ayat Nusyuz.

Bab lima berisi penutup penelitian yang terdiri dari dua sub-bab yaitu

kesimpulan dan rekomedasi penelitian.

Page 28: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

15

BAB II

BIOGRAFI MUSTAFA AL-MARAGHI DAN M. QURAISH SHIHAB

A. Biografi Mustafa Al-Maraghi

1. Riwayat Hidup Mustafa Al-Maraghi

Nama lengkap Al-Maraghi adalah Ahmad Mustafa Ibn Mustafa Ibn

Muhammad Ibn „Abd Al-Mun‟im Al-Qadi Al-Maraghi. Ia lahir pada tahun 1300

H/1883M di kota Al-Maraghah, provinsi Suhaj, kira-kira 700 km arah selatan kota

Kairo. Menurut Abdul Aziz Al-Maraghi, yang dikutip oleh Abdul Djalal, kota Al-

Maraghah adalah ibukota kabupaten Al-Maraghah yang terletak di tepi Barat Sungai

Nil, berpenduduk sekitar 10.000 orang, dengan penghasilan utama gandum, kapas

dan padi. Ahmad Mustafa Al-Maraghi berasal dari kalangan ulama yang taat dan

menguasai berbagai bidang ilmu agama.30

Hal ini dapat dibuktikan, bahwa lima dari

delapan orang putera laki-laki Syekh Mustafa Al-Maraghi (ayah Ahmad Mustafa Al-

Maraghi) adalah ulama besar yang cukup terkenal, yaitu:

1. Syekh Muhammad Mustafa Al-Maraghi yang pernah menjadi Syekh Al-Azhar

dua periode tahun 1928-1930 dan 1935-1945.

2. Syekh Muhammad Mustafa Al-Maraghi, pengarang Tafsir Al-Maraghi.

3. Syekh Abdul Aziz Al-Maraghi, Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Al-

Azhar dan Imam Raja Faruq.

4. Syekh Abdullah Mustafa Al-Maraghi, Inspektur Umum pada Universitas Al-

Azhar.

5. Syekh Abdul Wafa Mustafa Al-Maraghi, Sekretaris Badan dan

Pengembangan Universitas Al-Azhar.31

30

Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi ( Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1996), 15. 31

Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi, 16.

Page 29: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

16

Di samping itu, ada empat orang putera Ahmad Mustafa Al-Maraghi menjadi

hakim, yaitu:

1. M. Aziz Ahmad Al-Maraghi, Hakim di Kairo.

2. A. Hamid Al-Maraghi, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Penasehat

Menteri Kehakiman di Kairo.

3. Asim Ahmad, Hakim di Kuwait dan Pengadilan Tinggi di Kairo.

4. Ahmad Midhat Al-Maraghi, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil

Menteri Kehakiman di Kairo.32

Jadi, selain Al-Maraghi merupakan keturunan ulama yang menjadi ulama, ia

juga berhasil mendidik putera-puteranya menjadi ulama dan sarjana yang senantiasa

mengabdikan dirinya untuk masyarakat, dan bahkan mendapat kedudukan penting

sebagai hakim pada pemerintahan Mesir.

Orang-orang yang memakai sebutan Al-Maraghi tidak terbatas pada anak

cucu Syekh Abd. Mun‟im Al-Maraghi saja. Sebab menurut keterangan kitab

“Mu‟jam al-Mu‟allifin” karangan Syekh Umar Rida Kahalah menyatakan ada 13

orang yang dinisbahkan dengan nama Al-Maraghi di luar keluarga dan keturunan

Syekh Abd. Mun‟im Al-Maraghi, yaitu ulama atau sarjana yang ahli dalam berbagai

ilmu pengetahuan yang dihubungkan dengan kota asalnya Al-Maraghah.33

Ketika Ahmad Mustafa Al-Maraghi memasuki usia sekolah, beliau

dimasukkan oleh orang tuanya ke Madrasah di desanya untuk belajar Al-Quran. Pada

usia 13 tahun beliau sudah hafal Al-Quran, di samping itu beliau juga mempelajari

ilmu-ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu Syari‟ah di Madrasah sampai beliau

menamatkan pendidikan peringkat menengah.34

Pada tahun 1314H/1897M oleh kedua orang tuanya ia disuruh meninggalkan

kota Al-Maraghah untuk pergi ke Kairo menuntut ilmu pengetahuan di Universitas

32

Ibid., 16. 33

Ibid., 16. 34

Yuni, Safitri Ritonga,”Studi Agama: Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Mustafa

Al-Maraghi”, Skripsi (Riau: Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau, 2014), 13.

Page 30: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

17

Al-Azhar. Di sini ia mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan agama, seperti

bahasa Arab, balaghah, tafsir, ilmu Al-Quran, hadis, ilmu hadis, fiqih, usul fiqih,

akhlak, ilmu falaq dan sebagainya. Di samping itu, ia juga mengikuti kuliah di

Fakultas Dar al-Ulum Kairo yang dahulu merupakan Perguruan Tinggi tersendiri, dan

kini menjadi bagian dari Cairo University.35

Setelah Syekh Ahmad Mustafa Al-Maraghi menamatkan studinya di

Universitas Al-Azhar dan Dar al-Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru di

beberapa sekolah menengah. Kemudian ia diangkat menjadi Direktur Madrasah

Mu‟allimin di Fayum, sebuah kota setingkat kabupaten, kira-kira 300 km sebelah

barat daya kota kairo. Pada tahun 1916 ia diangkat menjadi dosen Universitas

terkenal Al-Azhar, selain itu ia juga giat mengarang buku-buku ilmiah salah satunya

ialah Ulum al-Balaghah dan karya terbesar beliau adalah Tafsir Al-Maraghi yang

terdiri dari 30 juz. Pada tahun 1920 ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen

Bahasa Arab dan ilmu-ilmu Syari‟ah Islam di Dar al-Ulum sampai tahun 1940.36

Pada tahun 1952M/1371H di tempat kediamannya di Jalan Zulfikar Basya

Nomor 37 Hilwan ia meninggal dunia dan di kuburkan di pemakaman keluarganya di

Hilwan, kira-kira 25 km di sebelah selatan kota Kairo.37

2. Karya-karya Mustafa Al-Maraghi

Selain melahirkan sebuah karya terbesarnya Tafsir Al-Maraghi, ternyata ia

juga memiliki karya lain diantaranya ialah:

1. Tafsir Al-Maraghi merupakan karyanya yang terbesar

2. Ulum al-Balaghah

3. Hidayahnya al-Thalib

4. Tahzib al-Taudhih

5. Buhut wa Ara‟

6. Tarikh „Ulum al-Balaghah wa Ta‟rif Rijaliha

35

Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi, 17. 36

Ibid., 17-18. 37

Ibid., 18.

Page 31: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

18

7. Mursyid al-Tullab

8. Al-Mujaz fi Al-Adab al-Arabi

9. Al-Mujaz fi Ulum al-Ushul

10. Al-Diyanat wa al-Akhlak dan lain-lain38

3. Metode dan Corak Penafsiran

a. Metode Penafsiran

Ketika menafsirkan Al-Quran Al-Maraghi juga memiliki metode tersendiri

sebagaimana ia telah menjelaskan di dalam tafsirnya, Tafsir Al-Maraghi sebagai

berikut;

1. Menyampaikan Ayat-ayat di Awal Pembahasan.

Pada setiap pembahasan ia memulai dengan satu, dua lebih ayat-ayat

Al-Quran, yang ia susun sedemikian rupa hingga memberikan pengertian

yang menyatu.

2. Penjelasan Kata-kata.

Kemudian ia memberikan penjelasan-penjelasan kata secara bahasa,

jika memang terdapat kata-kata yang dianggap sulit dipahami oleh pembaca.

3. Pengertian Ayat Secara Ijmal.

Kemudian, ia pun menyebutkan makna ayat-ayat secara ijmal dengan

maksud memberikan pengertian ayat-ayat di atasnya secara global, sehingga

sebelum memasuki pengertian tfsir yang menjadi topik utama, para pembaca

telah terlebih dahulu mengetahui makna ayat-ayat secara ijmal.

4. Asbabun-Nuzul (Sebab-sebab Turun Ayat).

Kemudian, ia menyertakan bahasan asbabun-nuzul jika terdapat

riwayat sahih dari hadis yang menjadi pegangan para mufassir.

38

Yuni, Safitri Ritonga,”Studi Agama: Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Mustafa

Al-Maraghi”, Skripsi (Riau: Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau, 2014),17.

Page 32: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

19

5. Mengesampingkan Istilah-istilah yang Berhubungan dengan Ilmu

Pengetahuan.

Di dalam tafsirnya, Al-Maraghi sengaja mengesampingkan istilah

yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Misalnya, Ilmu Sharaf, Nahwu,

Balaghah dan lain sebagainya, walaupun masuknya ilmu-ilmu tersebut di

dalam tafsir sudah terbiasa di kalangan mufassir terdahulu. Dan dengan

masuknya ilmu-ilmu itu justru merupakan suatu penghambat bagi pembaca di

dalam mempelajari kitab-kitab tafsir.

6. Gaya Bahasa Para Mufassir.

Sebagaimana kitab-kitab tafsir terdahulu di susun dengan gaya bahasa

yang sesuai dengan para pembaca ketika itu yang mudah di mengerti oleh

mereka. Kebanyakan mufassir, di dalam menyajikan karya-karyanya itu

menggunakan gaya bahasa yang ringkas. Karena pergantian masa selalu

diwarnai di bidang paramasastra, tingkah laku dan kerangka berpikir

masyarakat, sudah barang tentu wajar bahkan wajib bagi mufassir zaman

sekarang untuk melihat keadaan pembaca dan menjauhi pertimbangan

keadaan masa lalu.

7. Pesatnya Sarana Komunikasi di Masa Moderen.

Masa sekarang ini ternyata mempunyai ciri tersendiri. Masayarakat

lebih cenderung menggunakan gaya bahasa sederhana yang dapat di mengerti

maksud dan tujuannya. Terutama ketika bahasa itu di pergunakan sebagai alat

komunikasi sehingga melahirkan kejelasan pengertian. Karenanya, Al-

Maraghi sebelum ia melakukan pembahasan, terlebih dahulu membaca

seluruh kitab-kitab tafsir terdahulu yang beraneka kecenderungannya dan

masa ditulisnya. Sehingga ia memahami secara keseluruhan isi kitab-kitab

tersebut. Kemudian ia berusaha untuk mencernanya, dan ia sajikan dengan

gaya bahasa yang bisa diterima di masa sekarang. Itulah cara ia menafsirkan

Al-Quran.

Page 33: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

20

8. Seleksi Terhadap Kisah-kisah yang Terdapat di Dalam Kitab-kitab Tafsir.

Kebanyakan muffasir terdahulu menyampaikan sejarah umat-umat

sebelum kenabian Muhammad yang tertimpa azab Allah adalah akibat

perbuatan dosa dan noda. Para mufassir juga menggambarkan proses kejadian

langit dan bumi. Padahal bangsa Arab ketika itu belum ada yang

berkemampuan memberikan interpretasi terhadap masalah-masalah umum

seperti yang disinggung di dalam Al-Quranuul-Karim. Sebab, mereka adalah

orang-orang yang hidup terisolasi di gurun sahara, jauh dari informasi ilmu

bahkan banyak di antara mereka yang masih buta huruf. Karenanya Al-

Maraghi dalam tafsirnya menganggap langkah paling baik jika pembahasan

ayat-ayat nanti tidak menyebutkan masalah-masalah yang berkaitan erat

dengan cerita-cerita orang terdahulu. Kecuali jika cerita-cerita tersebut tidak

berentangan dengan pinsip-prinsip agama yang sudah tidak diperselisihkan,

karena ia yakin cara inilah yang paling baik dan bisa dipertanggung jawabkan

di dalam menafsirkan Al-Quran. Sudah barang tentu, hasilnya pun akan

banyak dirasakan kalangan masyarakat berpendidikan yang biasanya tidak

mudah percaya terhadap sesuatu tanpa argumentasai dan bukti.

9. Jumlah Jus Tafsir ini.

Kitab tafsir ini disusun menjadi 30 Jilid. Setiap jilid terdiri 1 juz Al-

Quran. Hal ini ia maksudkan agar mempermudah para pembaca, di samping

mudah dibawa kemana-mana, baik ketika menempati suatu tempat atau

berpergian, di stasiun kereta api atau tempat-tempat lainnya.39

b. Corak Penafsiran

Corak penafsiran adalah kecenderungan seorang mufassir dalam memahami

ayat Al-Quran. Dilihat dari segi isi ayat Al-Quran dan kecendeungan penafsirannya,

terdapat sejumlah corak penafsiran Al-Quran seperti tafsir falsafi (tafsir filsafat),

39

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjamah Tafsir Al-Maraghi, Diterjemahkan dari

buku aslinya yang berjudul Tafsir Al-Maraghi oleh Bahrun Abu Bakar, Lc dan Drs. Hery

Noer Aly, Juz V (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), 17-21.

Page 34: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

21

tafsir ilmi (tafsir ilmiah akademik), tafsir tarbawi (tafsir pendidikan), tafsir akhlaqi

(tafsir moral), tafsir fiqhi (tafsir hukum).40

Corak dari tafsir Al-Maraghi ini sendiri bercorak al-Adabi al-Ijtima‟i yaitu

corak penafsiran Al-Quran yang menitikberatkan pada persoalan-persoalan

kemasyarakatan dan kebahasaan yang mengutamakan keindahan gaya bahasa. Tafsir

jenis ini lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang ada kaitnnya dengan

perkembangan kebudayaan yang sedang berlangsung.41

B. Biografi M. Quraish Shihab

1. Riwayat Hidup M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 februari 1944.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, dia melanjutkan

pendidikan menengahnya di Malang, sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul-

Hadits Al-Faqihiyyah. Pada 1958, dia berangkat ke Kairo, Mesir dan di terima di

kelas II Tsanawiyyah Al-Azhar. Pada 1967, dia meraih gelar Lc (S-1) pada fakultas

Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhar. Kemudian dia

melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada 1969 meraih gelar MA

untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-Quran dengan tesis berjudul Al-I‟jaz Al-Tasyri‟iy

li Al-Quran Al-Karim.42

Ayahnya, Prof. KH. Abdurrahman Shihab adalah seorang Ulama dan guru

besar di bidang tafsir. Abdurrahman Shihab di pandang sebagai salah seorang tokoh

pendidikan yang memiliki reputasi baik di kalangan masayarakat Sulawesi Selatan.43

Sekembalinya ke ujung Pandang, M. Quraish Shihab dipercayakan untuk

menjabat sebagai wakil rektor bidang Akademis dan kemahasiswaan pada IAIN

Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu, ia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di

40

Muhammad, Amin Suma, Ulumul Qur‟an, 395. 41

Abd, Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir (Penerbit Teras: 2010), 151. 42

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994), xx. 43

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, 6.

Page 35: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

22

dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia

Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian

Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental.44

Selama di Ujung Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian;

antara lain penelitian dengan tema “ Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di

Indoesia Timur”(1975) dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978). Pada 1980,

Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikannya di tempat yang

sama, Universitas al-Azhar . pada 1982, dengan disertasi berjudul Nadzm Al-Durar li

Al-Biqa‟iy, Tahqiq wa Dirasah, ia berhasil meraih gelar Doktor dengan yudisum

Summa Cum Laude45

dengan prestasinya itu, ia tercatat sebagai orang pertama di

Asia Tenggara yang meraih gelar Doktor dalam ilmu-ilmu Al-Quran di Universitas

Al-azhar.46

Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, M. Quraish Shihab ditugaskan di

Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selang 3 tahun kemudian yaitu pada tahun 1993, ia diangkat menjadi Rektor IAIN

Syarif Hidayatullah menggantikan Ahmad Syadall. Selain itu, di luar kampus ia juga

dipercaya untuk menduduki berbagai jabatan, antara lain; Ketua Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pusat (sejak 1984), Anggota Lajnah Pentashihan Al-Quran Depag

(sejak 1984), Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1989), dan Ketua

Lembaga Pengembangan.47

Tidak hanya itu, pada masa pemerintahan B.J. Habibie, M. Quraish Shihab

mendapat kepercayaan sebagai duta besar RI di Mesir, merangkap untuk Negara

Jiboutidan Somalia. Ketika menjadi duta besar inilah M. Quraish Shihab menulis

44

Ibid., 6. 45

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat, xx. 46

Ibid., xx. 47

Ibid., xx.

Page 36: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

23

karyanya Tafsir Al-Misbah, lengkap 30 juz sebanyak 15 Jilid. Tafsir Al-Misbah

merupakan karya lengkap yang ditulis oleh putra Indonesia.48

Beliau juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Lebih dari 40 buku yang

telah lahir di tangannya, dan ada sekitar 5 karya yang sudah diterbitkan. Dua di antara

karyanya yang mencatat sukses adalah “Membumikan” Al-Quran: Fungsi dan Peran

Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Mizan Mei 1992) dan Lentera Hati: Kisah dan

Hikmah Kehidupan (Mizan, Februari 1994).49

Selain itu, ada juga yang paling

legendaris adalah “Membumikan Al-Quran” (Mizan 1966), dan “Tafsir Al-Misbah” (

15 Jilid, Lentera Hati, 2003). Sosok M. Quraish Shihab juga sering tampil di berbagai

media untuk memberikan siraman rohani dan intelektual. Aktivitas utamanya

sekarang beliau adalah seorang dosen (guru besar) Pasca Sarjana Universitas Islam

Negeri (UIN) Jakarta dan direktur Pusat Studi Al-Quran (PSQ) Jakarta.50

2. Karya-karya M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab tidak hanya merupakan seorang tokoh pakar di bidang

Tafsir yang berasal dari Indonesia namun, disisi lain ia juga di kenal sebagai seorang

tokoh yang mampu melahirkan karya-karya tulis yang telah banyak di terbitkan.

Hingga saat ini, karyanya masih banyak sekali di minati oleh masyarakat, maka tidak

heran jika karyanya ada di seluruh Indonesia. Antara lain karya M. Quraish Shihab

ialah;

1. Tafsir Al-Manar: Keistimewaan dan Kelemahnnya

2. Filsafat Hukum Islam

3. Mahkota tuntunan Illahi: Tafsir Surat Al-Fatihah

4. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peranan Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat

5. Studi kritik Tafsir al-Mannar

48

Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Quran M. Quraish Shihab” Jurnal

Tsaqafah, 6, NO. 2 (2010), 249. 49

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung, Mizan Pustaka, 1996), xx. 50

M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Quran (Bandung:

Penerbit Mizan Pustaka, 2000), 6.

Page 37: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

24

6. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan

7. Untaian Permata Buat Anakku: Pesan Al-Quran untuk Mempelai

8. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudu‟i Atas Berbagai Persoalan Umat

9. Hidangan Ayat-ayat Tahlil

10. Tafsir Al-Quran Al-Karim: Tafsir Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan

Turunnya Wahyu

11. Mukjizat Al-Quran ditinjau dari Berbagai Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah

dan Pemberitaan Ghaib

12. Sahur Bersama M. Quraish Shihab

13. Menyikap Ta‟bir Illahi: al-Asma‟ al-Husna dalam Perspektif Al-Quran

14. Haji Bersama Quraish Shihab: Panduan Praktis Untuk Menuju Haji Mabrur

15. Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdhah

16. Yang Tersembunyi Jin Syetan dan Masyarakat: dalam Al-Quran dan as-

Sunnah serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini

17. Fatwa-Fatwa Seputar Al-Quran dan Hadits

18. Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab

19. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume I, II, III

20. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume IV

21. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume V,

22. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume VI

23. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume VII

24. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume VIII

25. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume IX

26. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume X

27. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume XI

28. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume XII

29. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume XIII

30. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume XIV

31. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Volume XV

Page 38: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

25

32. Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Syurga dan Ayat-ayat Tahlil

33. Panduan Shalat Bersama Quraish Shihab

34. Kumpulan Tanya Jawab Bersama Quraish Shihab

35. Logika Agama: Kedudukan Wahyu dan Batas-batas Akal dalam Islam

36. Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer Pakaian

Perempuan Muslimah

37. Dia di Mana-mana “Tangan” Tuhan di Balik Setiap Fenomena

38. Perempuan, dari Cinta Sampai Sexs, dari Nikah Mut‟ah Sampai Nikah

Sunnah, dari Biasa Lama Sampai Bias Baru

39. Menjemput Maut Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT

40. Pengantin Al-Quran Kalung Permata Buat Anakku

41. Secercah Cahaya Illahi, Hidup Bersama Al-Quran

42. Ensiklopedia Al-Quran Kajian Kosa Kata, Jilid I, II, III

43. Al-Lubab: Makna dan Tujuan Pelajaran dari Al-Fatihah dan Juz Amma51

3. Metodologi dan Corak Penafsiran

a. Metode

Dalam menulis tafsir, metode tulisan M. Quraish Shihab lebih bernuansa

kepada metode tafsir tahlili. Metode tahlili ialah metode yang berusaha menjelaskan

kandungan ayat-ayat Al-Quran dari berbagai seginya, sesuai dengan pandangan,

kecendrungan, dan keinginann mufassirnya yang dihidangkannya secara runtut sesuai

dengan perurutan ayat-ayat di dalam Mushaf.52

Adapun langkah-langkah penulisan tafsir Al-Misbah adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan Nama-nama Surat.

Sebelum memulai pembahasan yang lebih mendalam, M. Quraish

Shihab mengawali penulisannya dengan menuliskan nama surat dan

menggolongkan ayat-ayat pada Makiyyah dan Madaniyyah.

51

Atik Wartini, “Tafsir Feminis M. Quraish Shihab: Telaah Ayat-ayat Gender dalam

Tafsir Al-Misbah”, Jurnal Palastren, 6, NO. 2 (2013), 478-482. 52

Zulheldi, 6 Langkah Metode Maudu‟i, 1.

Page 39: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

26

2. Menjelaskan Isi Kandungan Ayat.

Setelah menjelaskan nama surat, kemudian ia mengulas secara global

isi kandungan surat diiringi dengan riwayat-riwayat dan pendapat-pendapat

para mufassir terkait ayat tersebut.

3. Mengemukakan Ayat-ayat di Awal Pembahasan.

Setiap memulai pembahasan, M. Quraish Shihab mengemukakan satu,

dua atau lebih ayat-ayat Al-Quran yang mengacu pada satu tujuan yang

menyatu.

4. Menjelaskan Pengertian Ayat Secara Global.

Ia menyebutkan ayat-ayat secara global, sehingga sebelum memasuki

penafsiran yang menjadi topik utama, pembaca terlebih dahulu mengetahui

makna-makna secara umum

5. Menjelaskan Kosa Kata.

Selanjutnya, M. Quraish Shihab menjelaskan pengertian kata-kata

yang sulit dipahami oleh pembaca.

6. Menjelaskan Sebab-sebab Turunnya Ayat.

Terhadap ayat yang mempunyai Asbab an-Nuzul dari riwayat sahih

yang menjadi pegangan para ahli tafsir, maka M. Quraish Shihab menjelaskan

lebih dahulu.

7. Gaya Bahasa

M. Quraish Shihab menyadari bahwa penulisan tafsir Al-Quran selalu

dipengaruhi oleh tempat dan waktu dimana para mufassir berada.

Perkembangan masa penafsiran selalu diwarnai dengan ciri khusus, baik sikap

maupun kerangka berfikir. Oleh karena itu, ia merasa berkewajiban untuk

memunculkan sebuah karya tafsir yang sesuai alam pikiran saat ini.

b. Corak penafsiran

Yang dimaksud dengan corak penafsiran adalah kecenderungan seorang

mufassir dalam memahami ayat Al-Quran. Dilihat dari segi isi ayat Al-Quran dan

kecendrungan penafsirannya, terdapat sejumlah corak penafsiran Al-Quran seperti

Page 40: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

27

tafsir falsafi (tafsir filsafat), tafsir ilmi (tafsir ilmiah akademik), tafsir tarbawi (tafsir

pendidikan), tafsir akhlaqi (tafsir moral), tafsir fiqhi (tafsir hukum).53

Menurut

Quraish Shihab, corak-corak penafsiran yang dikenal selama ini antara lain; corak

sastra bahasa, corak filsafat dan teologi, corak penafsiran ilmiah, corak fiqh atau

hukum, corak tasawuf dan corak al-Adabi al-Ijtima‟I (sosial kemasyarakatan).54

Corak dari Tafsir Al-Misbah ini sendiri sama dengan corak Tafsir Al-Maraghi

yang dimana bercorak al-Adabi al-Ijtima‟i yaitu corak penafsiran Al-Quran yang

menitikberatkan pada persoalan-persoalan kemasyarakatan dan kebahasaan.55

M. Quraish Shihab lebih banyak menekankan sangat perlunya memahami

wahyu Allah secara kontekstual, maka pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dan

dapat difungsikan dengan baik dalam dunia nyata. Corak-corak tafsir yang

berorientasi pada kemasyarakatan akan cenderung mengarahkan pada masalah-

masalah yang berlaku atau terjadi dimasyarakat. Penjelasan-penjelasan yang

diberikan dalam banyak hal selalu dikaitkan dengan persoalan-persoalan yang sedang

diamati ummat, dan uraiannya diupayakan untuk memberikan solusi atau jalan keluar

dari masalah-masalah tersebut. Dengan demikian, diharapkan bahwa tafsir yang telah

dituliskan mampu memberi jawaban terhadap segala sesuatu yang bahwa Al-Quran

memang sangat tepat untuk dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk.56

53

Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur‟an, 395. 54

Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Quran M. Quraish Shihab” Jurnal

Tsaqafah, 6, ,NO. 2 (2010), 249. 55

Abdul, Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir , 151. 56

Abdul Manan Syafi‟I, Wanita Dalam Perspektif Muffasir (Jakarta: Penerbit Gaung

Persada Press Group, 2014), 81-82.

Page 41: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

28

BAB III

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA NUSYUZ DAN KONSEP NUSYUZ

MENURUT PARA PAKAR ISLAM

A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Nusyuz

Di dalam menjalani kehidupan berumah tangga, kadang kita merasakan

kenikmatan, kedamaian dan kebahagiaan. Tetapi bisa saja kita tiba-tiba dipaksa

menghadapi berbagai macam masalah yang mengganggu kehidupan rumah tangga

kita dan menghancurkan kebahagiaan selama ini dirasakan. Menghadapi semua

seperti ini sangat diperlukan seorang yang bijaksana dan kerjasama agar dapat

mengendalikan masalah dan menyelesaikannya dengan sebaik-baiknya. Perselisihan

antara suami istri adalah perkara yang biasa dan tidak dapat dihindari.57

Sangat langka dan hampir tidak ada dalam kenyataan, sebuah keluarga dapat

hidup selalu dalam keadaan tenang, tentram, dan langgeng, terhindar dari masalah.

Oleh karena itu, suami istri dituntut untuk selalu siap dan mampu menerima

kenyataan itu, tanpa harus menyerah pada keadaan serta harus benar-benar menyadari

bahwa perselisihan dengan segala bentuknya itu, sangat tidak baik karena dapat

mengotori jiwa dan menghancurkan kebahagiaan rumah tangga. Karena itu, kita

wajib berupaya menghindari segala perselisihan dengan berbagai cara. Akan tetapi

kita juga jangan terlalu pesimis bila perselisihan itu harus terjadi karena setiap

penyakit pasti ada obatnya dan setiap luka pasti ada penyembuhnya.58

Agama Islam sangat memperhatikan hubungan suami istri sekaligus

meletakkan konsep dasar yang menjamin kelestarian hubungan, memperkuat serta

melindungi hubungan suami istri dari kehancuran. Suami istri diarahkan oleh Islam

untuk selalu memperhatikan hak masing-masing dan didorong untuk berupaya

57

Abu Ihsan Al-Atsari Al- Maidan dan Ummu Ihsan Siti Choiriyah, Surat Terbuka

Untuk Para Suami (Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2009), 196. 58

Syaughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 44.

Page 42: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

29

membangun kehidupan rumah tangga dengan dasar cinta dan kasih sayang. Oleh

karena itu, hendaklah kita menyadari bahwa kebahagiaan hanya terletak pada

kepatuhan kita melaksanakan segala petunjuk agama yang diwajibkan Allah SWT,.59

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada dasarnya, tujuan utama pernikahan

adalah membina rumah tangga sakinah, dan ini tidak dapat diraih kecuali kalau

fungsi-fungsi keluarga dapat dilaksanakan suami istri. Adapun yang termasuk dalam

salah satu fungsi itu ialah seperti fungsi keagamaan. Sebuah keluarga yang sakinah

haruslah dibangun di atas pondasi yang kukuh. Tidak ada pondasi yang lebih kukuh

untuk kehidupan bersama atau dalam membangun rumah tangga yang sakinah kecuali

didasari dengan nilai-nilai agama. Karena itu nilai-nilai tersebut harus menjadi

landasan utama dalam membangun rumah tanga yang sakinah.60

Agama adalah ketentuan-ketentuan Allah yang membimbing dan

mengarahkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia berperan ketika

pemeluknya memahami, menghayati, dan mengamalkan ketentuan itu dengan baik

dan benar. Agama akan lumpuh serta fungsi dan peranannya hilang jika pemahaman,

penghayatan dan pengalaman itu tidak diperhatikan atau diabaikan dalam kehidupan

pemeluknya.61

Namun Seringkali dalam membangun kehidupan rumah tangga antara suami

dan istri tujuan tersebut masih belum bisa tercapai dengan baik. Kata sakinah terambil

dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf-huruf sin, kaf, dan nun yang mengandung

makna ketenangan atau dari antonim kegoncangan. Kata ini tidak digunakan kecuali

untuk menggambarkan ketenangan dan ketentraman setelah sebelumnya ada gejolak,

apapun bentuk gejolak tersebut. Disepakati oleh pakar-pakar Islam adalah bahwa

pernikahan mestinya melahirkan ketenangan batin. Guna terciptanya ketenangan itu

Allah memberikan manusia rasa “cinta dan kasih”.Potensi cinta kasih, mawaddah dan

59

Ibid, 36. 60

M. Quraish Shihab, Perempuan: dari Cinta Sampai Seks, dari Nikah Mut‟ah

Sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru, 135-138. 61

Ibid., 150.

Page 43: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

30

rahmah yang dianugerahkan Allah kepada pasangan suami istri adalah untuk satu

tugas yang berat tetapi mulia.62

Perlu diingat bahwa sakinah bukan sekedar apa yang terlihat pada ketenangan

lahir yang tercermin pada raut wajah saja. Akan tetapi sakinah akan terlihat pada

kecerahan raut wajah yang disertai kelapangan dada, sikap yang lembut yang

ditimbulkan dari ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati

antara suami istri serta bergabungnya kejelasan pandangan itulah makna sakinah

secara umum dan makna-makna tersebut diharapkan dapat terlaksanakan disetiap

rumah tangga yang hendak mencapai keluarga yang sakinah.63

Sakinah tidak datang

begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Ia harus diperjuangkan, dan yang

pertama lagi utama adalah menyiapkan hati. Memang Al-Quran menegaskan bahwa

pernikahan diisyaratkan untuk menggapai sakinah. Namun, itu bukan berarti bahwa

setiap pernikahan otomatis melahirkan keluarga yang sakinah.64

Seperti yang tercantum dalam QS. Ar-Rum: 21.

“Dan di antara tanda-tanda-Nya adalah Dia menciptakan untuk kamu pasang-

pasangan dari jenis kamu sendiri supaya kamu tenang kepadanya, dan dijadikan-

Nya di antara kamu Mawaddah dan Rahmat. Sesungguhnya, pada yang demikian

itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(QS. Ar-Rum: 21) 65

62

M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Quran: Nasehat Perkawinan Untuk Anak-

anakku, 108 dan 110. 63

M. Quraish Shihab, Perempuan: dari Cinta Sampai Seks, dari Nikah Mut‟ah

Sampai Nikah Sunnah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru, 152-153. 64

Ibid., 157. 65

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Mushaf Al-Quran Tajwid dan

Penerjemah Al-Quran (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014), 406.

Page 44: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

31

Realitasnya hubungan suami dan istri sering mengalami pasang surut.

Adakalanya baik dan tak jarang pula berselisih. Apalagi pernikahan adalah

bergabungnya dua individu yang sama-sama memiliki cara berfikir yang berbeda

pula.66

Tidak dapat disangkal lagi bahwa nilai-nilai dan pikiran seseorang

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam tingkah lakunya. Jika demikian upaya

untuk menyamakan pendapat sangat diperlukan oleh setiap pasangan yang memiliki

pandangan yang berbeda, karena sejak awal dikatakan bahwa mereka berdua secara

bersama-sama harus dapat menciptakan kebahagiaan dalam pernikahan. Suami dan

istri harus dapat berpijak pada landasan yang kokoh dan menuju kearah yang sama.

Suami dan istri harus mampu mewujudkan kemampuan menyesuaikan diri karena

kini mereka secara bersama menghadapi sesuatu yang berbeda dengan apa yang

mereka alami sebelum ikatan pernikahan itu dinyatakan.67

Jika memang ada di dunia ini rumah tangga yang tak pernah mengalami

masalah tentu yang paling bisa di contoh ialah rumah tangga Nabi Muhammad Saw.

sebab beliau adalah manusia yang paling sempurna, paling bertaqwa dan paling bagus

akhlaknya. Namun kita tahu rumah tangga beliaupun juga tidak bersih dari

permasalahan. Demikian pula rumah tangga kita perselisihan antara suami istri adalah

perkara yang biasa. Sebab, dari sekian banyak manusia yang ada di atas muka Bumi

ini, tentu tidak ada seorang manusia yang cocok seratus persen dengan orang lain.

Walau bagaimanapun kemiripan dan kedekatan serta kesepahaman tetap saja ada

perbedaan antara keduanya. Keadaan tersebut dapat pula diperparah oleh dugaan

sebagian muda-mudi yang beranggapan bahwa kehidupan sesudah pernikahan sama

saja dengan kehidupan sebelumnya. Mereka menduga bahwa masa sesudah

66

Ahmad Zahro, Menuju Fiqh Keluarga Progresif, 105. 67

M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Quran: Nasehat Perkawinan Untuk Anak-

anakku, 179.

Page 45: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

32

pernikahan sama dengan masa pacaran yang penuh dengan kebebasan dan lain

sebagainya.68

Maka dari itu, penyebab timbulnya kondisi yang tidak kita harapkan dalam

rumah tangga seperti sikap Nusyuz baik dari pihak istri maupun suami sangat banyak

sekali bahkan tidak jarang ditimbulkan oleh suami maupun istri itu sendiri. Nusyuz

dapat tumbuh dengan cepat karena adanya perbedaan sikap moral dan pandangan

hidup antara suami dan istri. Umumnya yang sering kali melakukan tindakan Nusyuz

ialah istri. Maka, Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya

Nusyuz istri sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan istri menanggung beban kehidupan rumah tangga.

Nusyuz seorang istri bisa terjadi salah satunya karena ketidakmampuan

istri menanggung beban kehidupan rumah tangga dan ketidak tahuannya akan

hak-hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh hukum agama.

2. Berangan-angan akan hidup dalam rumah tangga yang berkecukupan.

Ada kemungkinan juga bahwa seorang istri sebelum memasuki

jenjang rumah tangga, dalam benaknya sudah berangan-angan akan hidup

dalam rumah tangga yang berkecukupan, penuh dengan bunga-bunga

kebahagiaan dan keceriaan. Dia tidak pernah membayangkan bagaimana

beratnya tanggung jawab dan beban yang harus dipikul seorang suami dan

betapa berat serta amat dibutuhkannya peran seorang istri untuk ikut

meringankan beban suami.

3. Kurangnya pengarahan dari keluarga terhadap anak-anak gadisnya.

Kurangnya pengarahan dari keluarga terhadap anak-anak gadisnya

sebelum mereka berumah tangga, tidak jarang membuat seorang istri memiliki

keinginan untuk mengendalikan suami. Oleh karena itu, seringkali istri

berusaha menjadikan dirinya berada di atas suami dalam menjalankan roda

68

Abu Ihsan Al-Atsari Al- Maidan dan Ummu Ihsan Siti Choiriyah, Surat Terbuka

Untuk Para Suami, 195.

Page 46: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

33

kehidupan rumah tangga, bahkan dia berupaya untuk selalu mempengaruhi

dan mengajari keluarga suami.

4. Sifat dan bawaan wanita.

Sebagian kaum wanita seringkali terlalu cepat mengambil keputusan,

tanpa pertimbangan yang cukup dan memadai. Di samping itu wanita juga

kerap kali dihantui perasaan gelisah dan putus asa hanya disebabkan oleh

masalah-masalah kecil yang timbul sehingga membuat situasi dan kondisi

keluarga menjadi mencekam, sekaligus mengubah keluarga ibarat neraka yang

menakutkan.

5. Efek pergaulan lingkungan.

Nusyuz istri bisa juga terjadi karena akibat pergaulan yang kurang

baik, terutama bagi wanita yang belum matang dalam pergaulan dan tidak

memiliki kemampuan berfikir bebas yang rasional.

Pada akhirnya, pengaruh-pengaruh teman dan lingkungan yang tidak

baik itu akan berimbas kepada sikap dan pola pikir seorang istri, yang pada

gilirannya akan menjadi pemicu timbulnya pertentangan, penyimpangan,

perasaan sempit yang menekan dan penyesalan terhadap kehidupan, sekalipun

segala yang dibutuhkan tersedia di rumahnya.

6. Sifat pelit dan kikir suami yang berlebihan.

Penyebab lain yang bisa menimbulkan Nusyuz seorang istri ialah

justru disebabkan oleh suaminya sendiri. Misalnya pelit, kikir terlalu

memaksakan kehendak, cepat naik pitam, condong berlaku keras dan kasar

bahkan kejam, tidak bisa mendengar pendapat istri dan sulit

bermusyawarah.69

69

Ibid., 40.

Page 47: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

34

Maka jauhkanlah sifat kikir itu. Sifat seperti itu dibenci manusia dan

hina di hadapan Allah. Terlebih kikir dalam dalam urusan nafkah kepada

keluarga.70

7. Suami yang tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya.

Nusyuz bisa juga karena seorang suami tidak memberikan nafkah

terhadap istrinya. Sebagaimana diketahui bahwa memberikan nafkah terhadap

istri merupakan tanggung jawab utama seorang suami.

Oleh karena itu jadilah seorang suami yang memiliki hati yang lunak

dan sifat pemurah. Penuhilah keinginan istri dan anak-anak selama masih

dalam batas kewajaran. Sesungguhnya memberikan nafkah kepada keluarga

memiliki keutamaan yang besar. Apabila dilakukan dengan ikhlas semata-

mata mengharap ridha dari Allah SWT., maka Allah akan menggantikannya

dengan pahala yang tak terkira.71

8. Suami yang tidak perhatian dan menebarkan kebahagiaan.

Suami yang demikian bisa juga menjadi faktor penyebab istri menjadi

Nusyuz merasa tidak adanya kenyamanan terhadap suami. Padahal Islam

mengajarkan kebajikan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suami idaman selalu

memenuhi seruan agama ini. Dia memuliakan istrinya, kedua orang tua, serta

kerabat dan sahabat-sahabatnya, sebagaimana ia suka istrinya melakukan itu

untuknya. Dengan perilaku itu terciptalah dalam keluarga besarnya

persaudaraan yang hangat, yang dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah

tangga.72

Selain itu hendaknya juga seorang suami bersikap hangat dan mesra

terhadap istrinya meskipun berada di tengah kesibukan. Rasulullah Saw.

adalah teladan utama dalam hal ini. Di tengah kesibukan tugas dan tanggung

jawab yang begitu berat, beliau selalu menciptakan kebahagiaan bagi istri,

70

Ibid., 81. 71

Ibid., 80. 72

Ibid., 169

Page 48: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

35

memberikan suasana segar suka dan cita dengan lemah lembut dan penuh

kemesraan. Dalam berbagai kondisi, beliau adalah sebaik-baik suami yang

selalu menciptakan suasana yang mesra baik ketika berpergian, di rumah,

menjelang tidur, saat menyantap hidangan dan bahkan ketika mandi atau bisa

juga dengan memanggil istrinya dengan panggilan kesukaannya, sebagai

ungkapan kasih sayang terhadap istrinya. Hal ini akan menumbuhkan

kebahagiaan dari seorang istri.73

Namun jika sebaliknya, maka tidak heran

akan menimbulkan sikap Nusyuz terhadap suami.

9. Suami yang tidak memahami kondisi kejiwaan istri.

Seorang suami yang baik akan selalu berusaha memahami kondisi

kejiwaan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Sehingga hal itu dapat

membantunya dalam memilih sikap yang tepat dengan mereka. Namun

terkadang seorang suami melupakan hal itu, sehingga secara tidak sadar dapat

memicu kekesalan istri yang akhirnya menimbulkan sikap Nusyuz seorang

istri.74

10. Suami tidak mendidik istri.

Sikap Nusyuz seorang istri kepada suami bisa terjadi juga karena tidak

adanya pendidikan yang diberikan oleh suami sehingga istri tidak memahami

apa dan bagaimana seharusnya bersikap terhadap suami. Maka dari itu, suami

sebagai pemimpin yang bertanggung jawab menyelamatkan diri dan

keluarganya dari keburukan hidup di dunia maupun di akhirat. Karena itu,

islam memerintahkan kepada suami untuk memberikan pengajaran dan

nasehat kepada istrinya. Dengan pengajaran dan nasehat itu diharapkan rumah

tangga mereka akan terhindar dari keadaan yang tidak diharapkan.75

11. Tidak menjaga kecemburuan seorang istri.

73

Ibid., 169. 74

Ibid., 178. 75

Ibid., 87.

Page 49: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

36

Tidak menjaga kecemburuan seorang istri, tidak bisa menciptakan

keluarga yang harmonis atau suami tidak memenuhi kebutuhan istri bukan

saja materi tetapi terkadang yang paling dibutuhkan seorang istri adalah non

materi.

12. Disebabkan oleh orang terdekat.

Sikap Nusyuz pada istri juga bisa disebabkan oleh orang terdekat

seperti dari teman dan keluarga suami yang kurang baik, yang selalu berusaha

menebarkan bibit-bibit perpecahan antara suami istri.76

13. Faktor ekonomi.

Dalam berumah tangga faktor ekonomi sering sekali menjadi

permasalahan besar karena merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus

dipenuhi oleh suami sebagai kepala rumah tangga. Namun terkadang dari

seorang suami sering kali belum bisa memenuhi hal itu sepenuhnya atau

kurang mencukupi sementara kebutuhan istri menuntut hal itu sehingga tidak

jarang akhirnya tindakan istri kepada suami berujung pada tindakan Nusyuz.

14. Faktor pangkat atau jabatan.

Misalnya pangkat istri lebih tinggi dari suami atau gaji istri lebih

tinggi dibandingkan suami sehingga membuatnya merasa lebih mulia

dibanding suami yang pada akhirnya secara tidak langsung membuatnya

melakukan perbuatan Nusyuz.

Memang banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya Nusyuz seorang

istri namun, bila disimpulkan secara keseluruhan maka hal di ataslah yang sering dan

umum terjadi dalam rumah tangga yang secara tidak langsung menjadi penyebab

timbulnya Nusyuz seorang istri.

76

Syaughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 39-40.

Page 50: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

37

B. Pengertian Nusyuz Menurut Para Pakar Islam

Dalam rumah tangga Nusyuz sering sekali muncul, padahal tujuan dasar setiap

pembentukan rumah tangga, yaitu di samping untuk mendapat keturunan yang shaleh,

adalah untuk dapat hidup tentram, adanya suasana sakinah yang disertai rasa kasih

sayang. Ikatan pertama pembentukan rumah tangga telah dipatri oleh ijab kabul yang

dilakukan waktu akad nikah. Kalimat ijab kabul sangat mudah untuk diucapkan oleh

calon suami dan wali calon istri.77

Oleh karena itu, meskipun pada mulanya antara suami istri penuh kasih

sayang seolah-olah tidak akan pernah pudar namun pada kenyataanya rasa kasih

sayang itu bila tidak dirawat bisa menjadi pudar, bahkan bisa hilang berganti dengan

kebencian atau disebut Nusyuz. Sikap Nusyuz ini sendiri secara kuantitasnya lebih

sering ditimbulkan dari pihak istri.78

Nusyuz secara bahasa berasal dari bahasa Arab dan memiliki banyak arti

seperti Nasyazun-Nisyāz yang berarti “tempat yang tinggi”, sedangkan Nāsyiza-

Nāsyizatan berarti yang durhaka kepada suaminya”.79

Bentuk jamaknya adalah ansyāz atau nasyāz. Ada pula yang berpendapat, bila

kata satuannya berasal dari an-nasyzu, maka bentuk jamaknya adalah nusyūz dan bila

berasal dari an-nasyāzu, maka bentuk jamaknya adalah ansyāz atau nisyāz. Dalam

kitab Mukjam Muqayis al-Lughah menyebutkan bahwa nasyaza yang terdiri dari

huruf-huruf: nun, sin, zay, adalah anak kata yang berarti „tinggi‟. Adapun an-nusyuz

berarti „ketinggian‟. Ada pula yang mengartikannya „kaget„. Seorang perempuan

yang meremehkan suaminya disebut nasyizan, karena saat itu yang bersangkutan

mengangkat dan meninggikan dirinya terhadap suaminya dan tidak mau

menaatinya.80

77

Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer: Analisis

Yuridis Prudensi Dengan Pendekatan Ushuliyah (Jakarta: Prenada Media, 2004), 98. 78

Syaughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 26. 79

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah, 2015), 452. 80

Syaughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 23-24.

Page 51: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

38

Dengan merujuk pada kitab-kitab bahasa, dapat disimpulkan bahwa kata

nasyaza memiliki beberapa pengertian antara lain: meninggikan diri, menentang,

menolak, tidak patuh, melawan, melampaui batas, mengganggu, benci, marah,

berselisih, tidak sepaham, minggat, mengurangi, menyusahkan, meresahkan, tidak

jujur, meremehkan, menghindar, sombong, meyimpang, dan lain-lain.81

Menurut istilah Nusyuz memiliki banyak defenisi di antaranya Nusyuz ialah

keadaan dimana suami atau istri meninggalkan kewajiban bersuami istri sehingga

menimbulkan ketegangan hubungan rumah tangga keduanya.82

Menurut Hussein Bahreisj Nusyuz ialah sikap membangkang atau durhaka

dari istri kepada suaminya bahkan membantah dan tidak taat kepada suaminya atau

terjadi penyelewengan-penyelewengan yang tidak dibenarkan oleh saminya kepada

isrinya. Sedangkan tindakan-tindakan istri bisa berbentuk menyalahi tata cara yang

telah diatur oleh suaminya dan dan dilaksanakan oleh istri dengan sengaja, untuk

menyakiti hati suaminya.83

Disebut pula “istri Nusyuz terhadap suaminya” yang

berarti sang istri sangat membenci suaminya dan meninggikan diri terhadap

suaminya.84

Selain defenisi di atas, para ulama fuqaha juga mendefenisikan Nusyuz

sebagai berikut ini:

1. Ulama mazhab Hanafi mendefenisikan Nusyuz secara umum, yang berarti

saling membenci.

2. Ulama mazhab maliki berpendapat bahwa Nusyuz adalah saling menganiaya

antara suami istri.

3. Imam Qurtubi dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa Nusyuz itu adalah

kebencian suami istri atau salah satu dari keduanya terhadap pasangannya.

4. Ulama Syafi‟iyah mengatkan bahwa Nusyuz itu adalah pertentangan antara

suami istri.

81

Ibid., 25. 82

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 248. 83

Ibid., 248. 84

Syaughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 25.

Page 52: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

39

5. Ulama mazhab Hambali berpendapat bahwa Nusyuz adalah kebencian dan

pergaulan yang buruk antara suami istri.85

Dari defenisi-defenisi di atas, ternyata para ulama tidak jauh berbeda dalam

mengartikan Nusyuz, bahkan defenisi yang satu dengan yang lainnya hampi-hampir

mirip. Nusyuz sangat mungkin terjadi pada kehidupan istri, baik timbul dari pribadi

istri maupun suami, yang tercermin pada adanya kebencian, perselisihan,

pertengkaran dan permusuhan yang mengarah pada perampasan hak yang dapat

menimbulkan bahaya bagi keluarga. Dari sini dapat dikatakan bahwa Nusyuz adalah

suatu kondisi yang tidak menyenangkan yang timbul dari istri atau suami.86

Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab tafsir Jalalain beliau mengatakan bahwa

Nusyuz adalah pembangkangan mereka (istri) terhadap (suami).87

Sedangkan menurut

Allamah Kamal Faqih Nusyuz berarti kaum wanita yang menolak melaksanakan

kewajiban-kewajiban mereka.88

Nusyuz menurut Mustafa Al-Maraghi ialah wanita

yang bersikap sombong dan tidak menjalankan hak-hak suami-istri menurut cara

yang di ridhai suami.89

Nusyuz menurut M. Quraish Shihab ialah pembangkangan

istri terhadap hak-hak yang dianugerahkan Allah kepada suami.90

Dari pernyataan di atas mengenai pengertian Nusyuz, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Nusyuz ialah suatu kondisi yang tidak baik dan tidak sesuai

dengan tuntunan agama yang ditimbulkan oleh suami maupun istri seperti sikap

saling membenci, melampaui batas, membangkang, meninggikan diri, angkuh, tidak

taat, bersikap sombong dan tidak menjalankan hak-hak sebagai suami istri.

85

Ibid., 248. 86

Ibid., 248. 87

Bahrun Abu Bakar, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul, Jilid I

diterjemahkan dari judul aslinya oleh Imam Jalaluddin Al-Maahilli dan Imam Jalaluddin As-

Suyuthi (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), 345.

88

Allamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju

Cahaya Al-Quran, Jilid IV Diterjemahkan dari kitab aslinya yang berjudul “Nurul Qur‟an”

oleh Ahsin Muhammad (Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2004), 27. 89

Mustafa Al-Maraghi, Terjamah Tafsir Al-Maraghi, Juz V, 43. 90

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keselarasan Al-Quran,

Jilid 2 (Tangerang: Lentera Hati), 423.

Page 53: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

40

C. Bentuk-bentuk Nusyuz Istri

Dalam Islam memang telah ditetapkan bahwa seorang istri wajib mentaati

suami selagi apa yang diperitahkan suami tidak betentangan dengan ajaran agama

Islam.

Suami merupakan jalan bagi istri untuk menuju syurga. Namun banyak istri

yang meremehkan hak suami dan tidak memberikan perhatian kepadanya. Seakan-

akan membahagiakan suami dan mentaatinya hanya pelengkap kehidupan rumah

tangga bukan merupakan hal pokok. Sedikit sekali istri-istri yang berhasil

membahagiakan suami dan menunaikan haknya dengan sebaik-baiknya.91

Bahkan tidak jarang seorang istri membangkang akan perintah suami

sehingga berujung pada perbuatan Nusyuz. Nusyuz istri bisa berbentuk perkataan,

perbuatan sekaligus secara bersamaan.

Adapun bentuk-bentuk Nusyuz istri yang berupa perkataan antara lain sebagai

berikut:

1. Perubahan tutur sapa seorang istri kepada suaminya yang semula lemah

lembut, tiba-tiba berubah menjadi kasar dan tidak sopan.

2. Bila dipanggil oleh suaminya ia tidak menjawab, atau menjawab dengan nada

terpaksa atau pura-pura tidak mendengar dengar mengulur-ulur jawaban.

3. Bersuara keras dan berbicara dengan nada tinggi atau dengan sengaja

berbicara kepada laki-laki lain yang bukan mahramya, baik secara langsung

maupun secara tidak langsung lewat telepon atau surat bersurat, dengan tujuan

yang tidak dibenarkan oleh ajaran agama. Jika seorang istri melakukan

perbuatan perbuatan tersebut, maka dia telah berlaku tidak sepantasnya

terhadap suaminya.

4. Mencaci maki, berkata kotor, melaknat, menuduh suami berbuat mesum, dan

menumpahkan kekurangan suami, baik yang terlihat maupun yang tidak

terlihat.

91

Fahrur Mu‟is dan Ummu Najib Abdillah, Menjadi Istri Penuh Pesona, 45.

Page 54: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

41

5. Istri menyebarkan berita-berita buruk tentang suaminya kepada sanak family

dan kerabat tanpa sebab, atau bercerita dengan menggunakan bahasa yang

menjerumus pada pelecehan suami yang membuka aibnya.

6. Permintaan cerai tanpa alasan yang dibenarkan agama, atau dengan alasan

yang dibuat buat yang menyudutkan suami.

7. Tidak menepati janji terhadap suami juga termasuk dalam kategori Nusyuz

istri terhadap suami.92

8. Tidak menyimpan rahasia rumah tangga, dan rahasia suaminya sekalipun

kepada ibu bapaknya atau anak kandung sendiri.93

Adapun Nusyuz istri dengan perbuatan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Istri yang tidak taat kepada suami.

Sebagaimana diketahui bahwa, seorang istri wajib mentaati suaminya

kecuali taat atas kemaksiatan kepada Allah. karena suami merupakan jalan

menuju syurga bagi seorang istri dan hendaknya seorang istri menjaga agar

suaminya selalu ridha kepadanya agar keberlangsungan kebahagiaan rumah

tangga tetap terjaga. Selain itu, sepatutnya pula ia berusaha mendatangkan

keridhaan suaminya tatkala ia marah. Kalau kesalahan itu berasal dari sang

istri, hendaknya ia meminta maaf kepada suaminya.94

Sebagimana Allah

berfirman:

… …

“maka wanita-wanita yang baik itu ialah yang menaati suaminya dan

menjaga hal-hal yang tersembunyi dengan cara yang dipeliharakan oleh

Allah SWT”. (QS.A-N-Nisa‟: 34).95

92

Syaughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 31-32. 93

Datuk Tombak Alam, Rumah Tanggaku Syurgaku (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), 24. 94

Fahrur Mu‟is dan Ummu Najib Abdillah, Menjadi Istri Penuh Pesona, 49. 95

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Mushaf Al-Quran Tajwid dan

Penerjemah Al-Quran (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014), 84.

Page 55: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

42

Istri wajib merasa malu terhadap suami, tidak boleh menentang, harus

menundukkan muka dan pandangannya di hadapan suami, taat kepada suami

ketika diperintah apa saja selain maksiat, diam ketika suami berbicara, berdiri

ketika suami datang dan pergi, menampakkan cintanya terhadap suaminya

apabila suami mendekatinya, menampakkan kegembiraan ketika suami

melihatnya dan lain sebagainya.96

2. Membuka aurat dirinya kepada orang lain.

Aurat yang seharusnya hanya boleh diperlihatkan kepada suaminya

kecuali kepada yang mahramnya seperti kakak, ayah dan lain-lain, namun

dalam artian sesuatu yang biasa tampak padanya seperti rambut dan kaki

serta tangan, jika diperlihatkan kepada orang lain selain mahramnya maka

sikap tersebut sudah merupakan bentuk Nusyuz istri. dan berpergian di jalan-

jalan umum dengan tidak megindahkan norma-norma agama serta menerima

tamu yang tidak disenangi oleh suaminya.97

3. Keluar rumah tanpa seizin suami.

Di dalam islam istri wajib taat kepada suaminya oleh karena itu,

seorang istri wajib berada dalam rumahnya dan tidak boleh keluar rumah

tanpa seizin suami dan diantara hak-hak suami ialah melarang istri keluar dari

tempat tinggal yang sudah diberikan oleh suami maka ia tidak boleh keluar

tanpa seizin suami. Baik keluar untuk berkunjung kerumah orang tuaanya atau

yang lainnya bahkan keluar untuk kemasjid sekalipun. Hal ini dikarenakan

hak suami adalah kewajiban istri dan kewajiban tidak boleh ditinggalkan oleh

sesuatu yang bukan wajib. Akan tetapi, memang dimakruhkan atas suami

melarang istrinya untuk berkunjung kepada bapak, ibu atau kedua orang

96

Tim Penyusun, Buku II: Kembang Setaman Perkawinan: Analisis Kritis Kitab

„Uqud Al-Lujjayn (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2005), 158. 97

Amir Hamzah Fachrudin, Ensiklopedia Wanita Muslimah, Diterjemahkan dari

buku aslinya yang berjudul “Mausu‟ah Al-Mar‟atul Muslimah” yang ditulis oleh Haya binti

Mubarak Al-Barik (Jakarta: Darul Falah, 1426 H), 127.

Page 56: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

43

tuanya sekaligus. Karena hal ini dapat memutuskan ikatan tali silaturrahmi,

dan dapat menimbulkan perselisihan.

Allah SWT., telah memerintahkan suami agar memperlakukan istrinya

dengan cara yang baik dan melarang istri untuk berkunjung kepada orang

tuanya bukanlah sebuah perlakuan yang baik. Jika pun memang istri hendak

keluar dari rumahnya, maka ia harus keluar dalam keadaan yang diajarkan

oleh syariat, yaitu harus menutup seluruh anggota tubuhnya yang mana ia

tidak boleh diperlihatkan kepada laki-laki asing, selain dari pada wajah dan

kedua telapak tangan. Ia juga tidak boleh keluar dengan menggunakan

wewangian atau dengan bergaya yang dapat menggoda lelaki.98

Jika istri

keluar tanpa izin suami seperti hal yang dibenarkan agama, maka ia mendapat

kutukan dari para malaikat rahmat dan azab hingga ia meminta maaf atau

hingga ia kembali kerumahnya, sekalipun larangan suami terhadap istrinya itu

merupakan perbuatan yang zalim.99

4. Tidak memelihara dirinya dari fitnah, menjaga harga diri, serta memelihara

kehormatan dirinya, serta nama baik suami dan memelihara harta benda hak

milik suaminya.100

5. Menolak ketika diajak tidur oleh suami.

Menolak ketika diajak tidur oleh suami tanpa alasan yang dibenarkan

agama serta menampakkan wajah cemberut tanda tidak sudi disentuh atau

dicium, serta menutup pintu kamar serta menerima ajakan suami tapi dengan

keterpaksaan dan sebagainya.101

6. Lari meninggalkan rumah tanpa alasan yang diakui oleh ajaran agama.

7. Menolak berpergian bersama.

98

Muhammad Ra‟fat „Utsman, Fikih Khitbah dan Nikah (Depok: Fathan Media

Prima: 2017), 167-168. 99

Tim Penyusun, Buku II, Kembang Setaman Perkawinan: Analisis Kritis Kitab

„Uqud Al-Lujjayn, 17. 100

Datuk Tombak Alam, Rumah Tanggaku Syurgaku, 24. 101

Ibid., 33.

Page 57: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

44

Menolak berpergian bersama suami tanpa alasan yang jelas atau tanpa

sebab yang mengharuskan dan mengkhianati suami, baik yang berkaitan

dengan harga diri atau harta.102

8. Enggan berhias atau memakai parfum untuk suaminya.

Suka berhias keluar rumah sementara enggan berhias atau memakai

parfum untuk suaminya maka ia sudah melakukan Nusyuz. Bagaimana tidak

di antara hak suami ialah istri berdandan karenanya dengan berbagai

perhiasan yang menarik setiap perhiasannya suami merasa senang atau cukup.

Sesuatu yang tidak diragukan lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan

menambah kecintaan suami.103

Oleh karena itu, istri yang tidak mau berhias

atau sembarangan ketika bersama suami maka ini termasuk salah satu perilaku

Nusyuz yang dilakukan oleh istri.

9. Meninggalkan kewajiban terhadap Allah SWT., maka termasuk Nusyuz

kepada suami.104

10. Berpuasa sunnah tanpa seizin suami.

Istri tidak boleh berpuasa sunnah selain puasa Arafah dan Asyura

kalau tidak mendapat izin suaminya. Oleh karena itu, jika ia hendak berpuasa

maka ia harus meminta izin kepada suaminya. Kalau ternyata istri berpuasa,

maka ia hanya mendapat lapar dan dahaga, sedangkan puasanya tidak akan

diterima.105

11. Menolak suami mengajak berhubungan badan

Menolak suami mengajak berhubungan badan kecuali dengan alasan

yang dibenarkan agama seperti ketika suami belum membayar mahar kepada

102

Ibid., 33. 103

Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas, Fiqh

Munakahat: Khitbah, Nikah, dan Talak, Diterjemahan dari buku aslinya yang berjudul “Al-

Usratu Wa‟ahkaamuhaa Fii Tasyri‟I Al-Islaami” oleh Abdul Majid Khon (Jakarta: Imprint

Bumi Aksara, 2019), 228. 104

Ibid., 33. 105

Tim Penyusun, Buku II: Kembang Setaman Perkawinan: Analisis Kritis Kitab

„Uqud Al-Lujjayn, 170.

Page 58: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

45

istri. Sebab, perempuan berhak menolak ajakan hubungan badan sampai

suami membayarkan mahar yang telah ditentukan olehnya kepada istrinya

atau walinya. Contohnya akan membayar mahar dengan mobil, atau

membayar maharnya pada saat akad nikah. Maka apabila belum dibayar, istri

berhak menolak ajakan hubungan badan.106

12. Tidak mau mengikuti tempat suami tinggal.

Tidak mau mengikuti tempat suami tinggal sementara tempat tinggal

yang disediakan oleh suami layak untuk ditempat tinggali adalah merupakan

sikap Nusyuz istri kepada suaminya.

Semua yang tersebut di atas atau yang sejenisnya bila dilakukan oleh seorang

istri, maka ia termasuk dalam perilaku Nusyuz.

106

Muhammad Ra‟fat „Utsman, Fikih Khitbah dan Nikah , 129.

Page 59: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

46

BAB IV

PENAFSIRAN TAFSIR AL-MARAGHI DAN TAFSIR AL-MISBAH

TENTANG AYAT NUSYUZ

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa, dalam berumah tangga

Allah telah memberikan tugas kepada seorang suami untuk menjadi pemimpin dalam

keluarga atau dalam sebuah rumah tangga.

“Kaum laki-laki adalah itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah

telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita)”.

(QS. An-Nisa‟)107

Kata rijāl digunakan dalam ruang lingkup keluarga untuk menegaskan bahwa

pada dasarnya suami yang pada dasarnya lelaki secara fisik/ lahiriah lebih kuat untuk

mengayomi, mengurusi, melindungi dan bertanggung jawab atas istrinya yang

perempuan.Kaum lelakilah yang pantas menjadi kepala keluarga dalam kehidupan

rumah tangga.108

Dengan adanya kepemimpinan itu diharapkan kepada suami bisa

memberikan solusi terbaik ketika rumah tangganya dilanda perselisihan.

Al-Quran telah menjadikan lelaki (suami) sebagai penanggung jawab bagi

istrinya adalah sebuah pemilihan yang sangat tepat. Pilihan ini bukan berdasarkan

jenisnya. Ulama klasik seperti Ar-Razi memberikan contoh bahwa kaum lelaki pantas

untuk menduduki jabatan kepala rumah tangga karena dalam sejarah keagamaan yang

dipilih Allah sebagai Nabi/Rasul adalah kaum lelaki. Merekalah yang pantas

menghadapi kaum yang pembangkang, yang sangat keras menentang ajakan Nabi. Di

107

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Mushaf Al-Quran Tajwid dan

Penerjemah Al-Quran (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014), 84. 108

Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Quran: Memahami Tema-Tema Penting

Kehidupan dalam Terang Kitab Suci, 245.

Page 60: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

47

samping alasan fisik Al-Quran menempatkan lelaki sebagai pemimpin ialah karena

usahanya yaitu kaum lelaki (suami) berkewajiban memberikan nafkah kepada

istrinya. Perlu dikemukakan disini ialah bahwa status suami sebagai “pemimpin” atas

istrinya bukan berarti suami bisa saja memperlakukan istri seenaknya. Oleh karena

itu, suami berperan utama sebagai penyelesai ketika permasalahan dalam rumah

tangga terjadi.109

Maka apabila terjadi perselisihan di antara suami istri hendaklah suami dan

istri tidak membiarkan perselisihan itu berlarut-larut sampai esok hari. Karena, itu

akan membuka kesempatan bagi setan menghembuskan kebencian dan permusuhan

dalam hati antara suami dan istri, sehingga permasalahan pun semakin membesar.

Ketahuilah bahwa mendiamkan permasalahan secara mutlak bukanlah sikap yang

tepat. Apalagi jika keduanya mengambil langkah membisu dan enggan berbicara.

sebab sikap diam merupakan salah satu kesalahan dan kekeliruan fatal yang

menghalangi kebahagiaan rumah tangga. Ia dapat mengganggu perjalanan hubungan

suami istri yang harmonis.110

Akan tetapi, sebagai suami istri yang telah bertekad membangun rumah

tangga bahagia atau keluarga yang sakinah tidak perlu terlalu khawatir atau takut

menghadapi kehidupan baru yang memang pasti berbeda dengan kehidupan serta

kebiasaan masa sebelum menikah.111

Ketika menghadapi perselisihan dalam rumah tangga suami dituntut bersikap

cerdas dan bijak dalam menyikapinya. Hendaklah keduanya menyadari bahwa

sebagian masalah itu timbul akibat perbedaan watak dan tabia‟at pada masing-masing

pihak dan menyelesaikan masalah ini hendaknya memiliki kesabaran, kelembutan

109

Ibid., 246-247. 110

Abu Ihsan Al-Atsari Al- Maidan dan Ummu Ihsan Siti Choiriyah, Surat Terbuka

Untuk Para Suami, 196-197. 111

M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Quran: Nasehat Perkawinan Untuk Anak-

anakku, 181.

Page 61: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

48

dan kesantunan karena watak dan tabiat tidak mungkin dapat diperoleh dalam

hitungan hari ataupun bulan.112

Seorang suami dituntut untuk bersikap dan bertindak dengan penuh kearifan

dan bijaksana dalam menghadapi masalah yang timbul dalam rumah tangganya. Bila

terjadi perubahan sikap dari istri, maka seharusnya si suami berupaya mencari dan

meneliti penyebab perubahan tersebut, dan seharusnya suami bersikap terbuka dan

berterus terang dalam membicarakan perubahan tersebut kepada istrinya, karena

dengan begitu sangat besar kemungkinan sang istri bersedia mengungkapkan segala

penyebab yang sebelumnya tidak disadari oleh suami. Apabila penyebab perubahan

tersebut itu adalah karena adanya ketidakberesan yang merusak moral, lalu diikuti

dengan penyewelengan, maka Islam menganjurkan kepada suami untuk mengambil

tiga tahap penyelesaian113

Banyak ulama yang memberikan pendapatnya terhadap bagaimana tindakan

yang seharusnya dilakukan seorang suami ketika menghadapi istri yang Nusyuz yang

pastinya berdasarkan Al-Quran. Dikatakan bahwa ketika menghadapi istri yang

Nusyuz maka langkah yang bisa ditempuh oleh suami ialah, pertama: memberikan

nasehat dengan bijak dan disampaikan dengan baik. Jika hal itu bermanfaat, itulah

yang dikehendaki. Namun, jika sang istri masih juga Nusyuz suami bisa juga

menempuh jalan kedua: meninggalkan istrinya di tempat tidur.114

Hal ini diharapkan bisa memberikan efek positif. Seorang perempuan yang

diperlakukan seperti ini di tempat tidur bisa dipastikan merasakan sesuatu yang tidak

wajar dalam kehidupan rumah tangga. Istri yang cerdas dan shalehah akan

menangkap dengan cepat isyarat itu. Namun jika hal itu masih belum bisa

mengentikan istri dari Nusyuz maka suami berhak melakukan hal ketiga: memberikan

pelajaran yang sedikit lebih keras lagi yaitu memukul. Pemukulan sebagaimana

112

Abu Ihsan Al-AtsariAl- Maidan dan Ummu Ihsan Siti Choiriyah, Surat Terbuka

Untuk Para Suami, 196-197. 113

Syaughi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 46. 114

Ahsin Sakho Muhammad, Keberkahan Al-Quran: Memahami Tema-Tema Penting

Kehidupan dalam Terang Kitab Suci, 249-250.

Page 62: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

49

dalam ayat, adalah maksimal yang bisa dilakukan seorang suami, bukan berarti

suami bisa dengan seenaknya memukul istri. Memukul istri diperbolehkan selama

tidak menyakitkan, tidak keras, dan tidak dilakukan di muka atau kepala. Hal

pemukulan secara fisik sebenarnya hanya salah satu cara menghentikan Nusyuznya

istri. Masih banyak cara lain selain memukul.115

Para ulama memberikan pandangannya masing-masing ketika menghadapi

permasalahan istri yang Nusyuz.

Maka dari itu, Al-Maraghi dan M. Quraish Shihab juga memberikan

pandangan yang berbeda mengenai bagaimana penyelesaian seorang suami ketika

menghadapi istri yang Nusyuz berdasarkan QS. An-Nisa‟: 34: sebagaimana yang

telah mereka ungkapkan dalam tafsirnya masing-masing beserta penjelasannya di

dalam tafsir Al-Maraghi dan tafsir Al-Misbah, dengan mengutip ayat Al-Quran

sebagai landasan utama.

A. Tafsir Al-Maraghi

… …

“Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan Nusyuznya, Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.”

(QS. An-Nisa‟:34)116

Ayat di atas merupakan ayat Al-Quran yang berbicara mengenai Nusyuz serta

penyelesaiannya. Maka ketika menafsirkan ayat ini Al-Maraghi berkata:

Wanita-wanita yang kalian khawatirkan akan bersikap sombong dan tidak

menjalankan hak-hak suami istri menurut cara yang kalian ridhai, maka hendaknya

kalian memperlakukan mereka dengan cara-cara sebagai berikut:

115

Ibid., 249-250.

116Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: PT

Syaamil Cipta Media, 2005), 84.

Page 63: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

50

Hendaknya kalian memberikan nasehat yang menurut pandangan kalian dapat

menyentuh hati mereka. sebab di antara kaum wanita ada yang cukup dengan

diingatkan akan hukuman dan kemurkaan Allah. Di antara mereka ada yang hatinya

tersentuh oleh ancaman dan peringatan akan akibat yang buruk di dunia, seperti

ditahan untuk mendapatkan beberapa kesenangannya, misalnya pakaian, perhiasan

dan lain sebagainya. Ringkasnya, orang yang berakal tidak akan kekurangan nasehat

yang mempunyai tetmpat tertinggi di dalam kalbu istrinya itu. Tetapi jika pemberian

nasehat tidak berguna bagi istrinya itu, maka hendaklah ia mencoba cara kedua.117

Memisahkan diri dari tempat tidur dengan sikap berpaling. Adat telah berlaku,

bahwa berkumpul di pembaringan dapat menggerakkan perasaan-perasaan suami

istri, sehinggga jiwa masing-masing terasa tenang dan hilanglah berbagai goncangan

jiwa yang terjadi sebelum itu. Perlakuan suami seperti ini akan menarik istri untuk

bertanya tentang sebab-sebab suami meninggalkannya dari tempat tidur. Tetapi jika

cara ini tidak berhasil pula, maka suami boleh menggunakan cara berikutnya.118

Suami boleh memukul, asalkan pukulan itu tidak menyakiti atau melukainya,

seperti memukul dengan tangan atau dengan tongkat kecil.119

Diriwayatkan dari muqatil tentang sebab-sebab turunnya ayat ini bahwa sa‟ad

bin Rabi‟ dia termasuk salah satu seorang pemimpin kaum diperlakukan Nusyuz oleh

istrinya. Habibah binti Zaid bin Abu Zuhair, kemudian ia menempelengnya. Maka

berangkatlah bapaknya bersama dia kepada Nabi Saw., dia berkata, “ aku telah

menidurkan putriku (Habibah) bersamanya (Sa‟ad), lalu dia menempelengnya.120

Nabi Saw. bersabda :

117

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz V, 43. 118

Ibid., 43. 119

Ibid., 43. 120

Ibid., 44.

Page 64: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

51

ل ص ح ق ح ل ص ف قا ل ال ب ه ا ل ح ق ح ص ع أ ب ف ث ه س ص ا, ف ج ي ش ا ه ع ج ل ن : إ ز س ل الله ع

: أ ز ق ا ل لن س ل الله ع ل ا ة ف ح ل ا ص ل الله اذ ص أ ا ئ ل أ ج ا ب س ا ج ا ا ذ اد أ ز سا اد أ ه

س الله خ اد أ ز ال ر سا, الله أ ه

“ biarlah dia mengqisas suaminya “ maka pergilah Habibah bersama bapaknya

untuk mengqisas suaminya. Kemudian Nabi Saw. Bersabda. “kembalilah, ini

Jibril datang kepadaku.” Allah menrunkan ayat ini, lalu Nabi Saw.

membacanya. Nabi Saw. bersabda, “ aku menghendaki suatu perkara dan

Allah menghendaki suatu perkara, sedangkan apa yang dikehendaki Allah itu

lebih baik.”121

Sebagian kaum muslimin enggan mengikuti tradisi Prancis enggan menerima

syariat tentang memukul istri yang berlaku Nusyuz. Akan tetapi mereka tidak enggan

bila istri mereka melakukan Nusyuz dan sombong. Dalam keadaan seperti ini, suami

yang sebenarnya kepala keluarga itu diinjak dan dijadikan orang yang dipimpin istri

terus berlaku Nusyuz, sehingga ia tidak lunak lagi dengan nasehat suaminya, dan

tidak peduli suaminya berpaling meninggalkannya. Jika hal ini telah terasa berat bagi

mereka, maka ketahuilah bahwa orang-orang prancis sendiri memukul istri mereka

yang terpelajar dan berpendidikan. Bahkan, hal ini dilakukan oleh orang-orang

bijaksana, kaum cendekia, para raja dan pemerintah mereka. Jadi memukul istri itu

suatu perkara yang sangat penting, terutama di dalam agama bagi seluruh lapisan

masyarakat, baik di desa maupun di kota. Bagimana mungkin hal ini akan diingkari,

sedangkan akal dan fitrah menyerukannya apabila dekadensi moral telah merajalela,

suami tidak mempunyai cara lain selain memukul, dan istri tidak dapat meninggalkan

Nusyuznya kecuali dengan pukulan.122

Akan tetapi, jika mereka itu baik dan para istri mau mendengarkan nasehat

atau menjadi baik karena dipisahkan dari tempat tidurnya, maka hendaknya cukup

dengan cara yang demikian. Sebab kita diperintahkan untuk berlaku lembut pada istri,

121

Ibid., 44. 122

Ibid., 44-45.

Page 65: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

52

tidak menganiaya mereka, menahan mereka dengan cara yang ma‟ruf atau

menceraikan dengan cara yang ma‟aruf pula. Banyak hadis yang mewasiatkan kaum

wanita di antaranya ialah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah

Bin Zam‟ah.ia berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:

ا ف ع ا ج ب د ث ن ض س ب ال ع وا ض أ ج ك س ن إ ه ك د س ب أ ح .أ ض م س ا ل آخ

“Apakah salah seorang di antara kalian memukul istrinya seperti seorang

hamba dipukul, kemudian ia menidurinya di waktu malam”.123

Maksud hadis di atas bahwa suami membutuhkan hubungan yang khusus

dengan istrinya, dan itu merupakan tuntutan fitrah, yaitu hubungan sosial yang paling

kuat antara dua jenis manusia. Setelah itu, betapa tidak pantasnya suami menjadikan

istrinya yang merupakan belahan jiwanya itu sebagai hamba yang dipukulnya dengan

tangan atau cambuk. Suami yang mulia tentu tidak akan mau melakukan hal seperti

ini.124

Ringkasnya, memukul merupakan tindakan perbaikan yang pahit yang tidak

dikehendaki oleh suami yang baik dan mulia. Akan tetapi, tindakan ini tidak bisa

dihilangkan dari kehidupan suami istri, kecuali jika memang suami dan istri telah

terdidik dan masing-masing mengetahui hak-haknya. Agama mempunyai pengaruh

besar terhadap jiwa-jiwa yang menjadikannya selalu ingat akan Allah di setiap

kondisi serta takut akan perintah dan larangan-Nya.125

Senada dengan Al-Maraghi, Ibnu Katsir dalam tafsirannya juga berpendapat

yang hampir sama dengan tafsir Al-Maraghi “bila kamu mengkhawatirkan Nusyuz

dari pihak-pihak istri-istrimu, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah dirimu di

tempat tidur mereka, jika nasehatmu tidak di acuhkan dan janganlah diajak bicara

tanpa memutus pernikahanmu dengan mereka dan jika semuanya ini tidak efektif

123

Ibid., 45. 124

Ibid., 45. 125

Ibid., 46.

Page 66: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

53

maka bolehlah kamu memukul mereka dengan pukulan yang tidak merusak bagian-

bagian tubuhnya terutama wajah dan kepalanya“.126

Begitu juga dengan Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain yang mengatakan bahwa

(dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan Nusyuz) yakni pembangkangan mereka

terhadap kamu, misalnya adanya ciri-ciri atau gejala-gejalanya (maka nasehatilah

mereka itu) dan ingatkan supaya mereka takut kepada Allah (dan berpisahlah dengan

mereka di atas tempat tidur) maksudnya memisahkan kamu tidur keranjang lain jika

mereka memperlihatkan pembangkangan dan pukullah mereka yakni pukullah yang

tidak melukai jika mereka masih belum sadar juga.127

Memang adakalanya perbaikan itu terpaksa harus dilakukan dengan sedikit

kekerasan, karena pada kenyataannya memang ada model manusia yang tidak dapat

diluruskan dengan nasehat yang baik atau dengan tutur kata yang lemah lembut.

Orang seperti ini adalah model manusia yang sudah kebal dengan kata-kata yang

halus dan lembut. Pukulan sama sekali tidak dimaksudkan untuk menghina dan

merendahkan, menganiaya dan sebagainya, tetapi semata-mata bertujuan hanya untuk

mendidik, memperbaiki, menyadarkan istri yang disertai dengan rasa cinta yang

dalam dari seorang pendidik, bukan pukulan keras yang dapat lebih memperumit

keadaan, bukan pukulan yang menghancurkan cinta dan kasih sayang. Sekalipun itu

terlalu sulit untuk dilakukan.128

Oleh karena itu, para ulama mendefenisikan pukulan dengan pengertian

umum, yakni suatu perbuatan yang menyakitkan, yang berkaitan dengan badan, baik

yang meninggalkan bekas atau tidak, tanpa melihat alat yang digunakan untuk itu.

Pukulan dibagi menjadi dua yaitu, pukulan yang mencederai dan pukulan yang ringan

dan tidak mencederai .menurut Islam, pukulan yang keras dan berat, yang mampu

mematahkan tulang atau menghilangkan nyawa, membuat cidera, melukai dan yang

126

Abu Fida Isma‟il Ibnu Katsir, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir,

Diterjemahkan dari buku aslinya yang berjudul “Tafsir Ibnu Katsir”oleh H. Salim Bahreisy

dan H. Said Bahreisy (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2004), 396. 127

Bahrun Abu Bakar, Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul , Jilid I,

345. 128

Syaugi Algadri, Jika Suami Istri Berselisih, 53-54.

Page 67: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

54

membawa cacat. Pukulan seperti ini diharamkan. Adapun pukulan yang ringan dan

tidak berbahaya adalah salah satu bentuk pukulan yang tidak melukai dan tidak

berakibat hilangnya nyawa atau cedera, tidak melukai atau patah tulang, dan tidak

menimbulkan cacat. Menurut hukum agama, bentuk pukulan semacam ini boleh

dilakukan bila terjadi penyimpangan, pendurhakaan, penentangan dari istri yang

sudah tidak lagi menerima nasehat dan petunjuk, dan tidak jera dengan sikap dingin

dan tidak acuh suami.129

Adh-Ḍhahak berpendapat bahwa seseorang suami wajib mengendalikan

istrinya dan menyuruhnya untuk taat kepada Allah SWT., bila dia menolak, maka

suami mempunyai wewenang untuk mendidik mereka dengan pukulan yang tidak

keras, karena seorang suami memiliki kelebihan dari istri dalam hal tanggungjawab

dan menjamin keadaan. Dalam kitab al-Ifshah karya Ibnu Hubairah diterangkan

bahwa para ulama berpendapat, suami dibolehkan memukul istrinya bila dia

mendapat istrinya melakukan pembangkangan, tetapi itu dilakukan setelah istri diberi

nasehat, lalu dijauhkan dari tempat tidur.130

Akan tetapi apabila para istri mau mendengarkan nasehat atau menjadi baik

karena dipisahkan dari tempat tidurnya, maka hendaknya cukup dengan cara yang

demikian. Sebab suami diperintahkan untuk berlaku lembut terhadap istri, tidak

menganiaya mereka, menahan mereka dengan cara yang ma‟ruf atau menceraikan

dengan cara ma‟ruf pula.131

129

Ibid., 54-55. 130

Ibid., 55-56. 131

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz V, 45.

Page 68: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

55

B. Tafsir Al-Misbah

Sama halnya Al-Maraghi, M. Quraish Shihab juga menafsirkan QS. An-

Nisa‟:34 tentang Nusyuz serta cara penyelesaiannya.

… ...

“Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan Nusyuznya, Maka nasehatilah

mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.” (QS.

An-Nisa‟:34)132

Ketika menafsirkan ayat di atas M. Quraish Shihab berkata:

Karena tidak semua istri taat kepada Allah demikian juga suami maka ayat ini

memberi tuntunan kepada suami, bagaimana seharusnya bersikap dan berlaku

terhadap istri yang membangkang. Jangan sampai pembangkangan mereka berlanjut,

dan jangan sampai juga sikap suami berlebihan sehingga menyebabkan runtuhnya

kehidupan rumah tangga.133

Petunjuk Allah itu adalah: wanita-wanita yang kamu khawatirkan, yakni

sebelum terjadi Nusyuz mereka, yaitu pembangkangan terhadap hak-hak yang

dianugerahkan Allah kepada kamu wahai para suami maka nasehatilah mereka, pada

saat yang tepat dan dengan kata-kata yang menyentuh, tidak menimbulkan

kejengkelan dan bila nasehat belum mengakhiri pembangkangannya maka

tinggalkanlah mereka bukan dengan keluar dari rumah tetapi di tempat pembaringan

kamu berdua dengan memalingkan wajah dan membelakangi mereka, kalau perlu

tidak mengajak bicara paling lama 3 hari berturut-turut untuk menunjukkan rasa kesal

dan ketidak butuhanmu terhadap mereka, jika sikap mereka berlanjut dan kalau ini

pun belum mempan, maka demi memelihara keutuhan rumah tanggamu maka

132

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: PT

Syaamil Cipta Media, 2005), 84. 133

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,

Jilid 2, 429.

Page 69: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

56

pukullah mereka, tetapi pukulan yang tidak menyakitkan agar tidak mencederainya

namun menunjukkan sikap tegas. Ketiganya dihubungkan satu dengan yang lain

menggunakan huruf () wauw yang biasa diterjemahkan dengan dan. Huruf itu tidak

mengandung perurutan sehingga dari segi tinjauan kebahasaan dapat saja yang kedua

didahulukan sebelum yang pertama. Namun demikian, penyusunan langkah-langkah

itu sebagaimana bunyi teks memberi kesan bahwa itulah perurutan langkah yang

sebaiknya ditempuh.134

Firman-Nya: ( ي س ج ا ) yang diterjemahkan tinggalkanlah mereka adalah

perintah kepada suami untuk meninggalkan istri didorong oleh rasa tidak senang pada

kelakuannya. Ini dipahami dari kata hajar, yang berarti meninggalkan tempat atau

keadaan yang tidak baik atau yang tidak disenangi menuju ketempat atau keadaan

baik atau lebih baik. Jelasnya kata ini digunakan untuk sekedar meninggalkan

sesuatu, tetapi di samping itu juga mengandung dua hal lain. Yang pertama bahwa

sesuatu yang ditinggalkan itu buruk atau tidak disenangi, dan yang kedua ia

ditinggalkan untuk menuju ketempat dan keadaan yang lebih baik.135

Jika demikian, melalui perintah ini, suami dituntut untuk melakukan dua hal

pula. Pertama, menunjukkan ketidaksenangan atas sesuatu yang buruk dan telah

dilakukan oleh istrinya, dalam hal ini adalah Nusyuz dan kedua, suami harus berusaha

untuk meraih dibalik pelaksanaan perintah itu sesuatu yang baik atau lebih baik dari

keadaan semula.136

Selanjutnya kata ( ع ا ج ض yang diterjemahkan ditempat pembaringan, di (ف ا لو

samping menunjukkan suami tidak meninggalkan istri dari rumah, bahkan tidak juga

di kamar tetapi di tempat tidur. Ini karena ayat ini menggunakan kata ف yang berarti

di tempat tidur bukan kata هي yang berarti dari tempat tidur yang berarti

meninggalkan dari tempat tidur. Jika demikian suami hendaknya jangan

134

Ibid., 430. 135

Ibid., 430. 136

Ibid., 430.

Page 70: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

57

meninggalkan rumah, bahkan tidak meninggalkan kamar tempat suami istri biasanya

tidur, sebab kejauhan dari pasangan yang sedang dilanda kesalahpahaman dapat

memperlebar jurang perselisihan. Perselisihan hendaknya tidak diketahui oleh orang

lain, bahkan anak-anak dan anggota keluarga di rumah sekalipun. Karena semakin

banyak yang mengetahui semakin sulit memperbaiki, kalaupun kemudian ada

keinginan untuk meluruskan benang kusut, boleh jadi harga diri di hadapan mereka

yang mengetahuinya akan menjadi aral penghalang.137

Keberadaan di kamar membatasi perselisihan itu, dan karena keberadaan di

dalam kamar adalah untuk menunjukkan ketidaksenangan suami atas kelakuan

istrinya, maka yang ditinggalkan adalah hal yang menunjukkan ketidaksenangan

suami itu. Kalau seorang suami berada di dalam kamar dan tidur bersama, tetapi tidak

ada cumbu, tidak ada kata-kata manis, tidak ada hubungan seks, maka itu telah

menunjukkan bahwa istri tidak lagi berkenan di hati suami. ketika itu wanita akan

merasakan bahwa senjata ampuh yang dimilikinya yaitu daya tarik kecantikannya

tidak lagi mempan untuk membangkitkan gairah suami. nah, ketika itulah diharapkan

istri dapat menyadari kesalahannya. Ketika itulah diharapkan keadaan yang lebih baik

yang merupakan tujuan hajr dapat dicapai.138

Kata ( ي س ب ض ) yang diterjemahkan dengan pukullah mereka, terambil dari

kata dharaba yang mempunyai banyak arti. Secara bahasa jika dipahami dengan arti

memukul maka, tidak selalu dimaksudkan dalam arti menyakiti atau melakukan suatu

tindakan keras dan kasar. Orang yang berjalan kai atau musafir dinamai oleh bahasa

dan Al-Quran س ب ض ض .yang secara harfiah berarti memukul di bumi ى ف ال ز

Karena itu perintah di atas, di pahami oleh ulama berdasarkan penjelasan Rasul saw.

bahwa yang dimaksud memukul adalah memukul yang tidak menyakitkan. Perlu

dicatat bahwa ini adalah langkah terakhir bagi pemimpin rumah tangga (suami) dalam

upaya memelihara kehidupan rumah tangganya. Sekali lagi jangan pahami kata

137

Ibid., 431. 138

Ibid., 431.

Page 71: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

58

“memukul” dalam arti “menyakiti” jangan juga diartikan sebagai sesuatu yang

terpuji. Muhammad Saw. mengingatkan agar “jangan memukul wajah dan jangan

pula menyakiti.” Di lain kali beliau bersabda, ”Tidakkah kalian malu memukul istri

kalian, seperti memukul keledai?” malu bukan saja karena memukul, tetapi juga malu

karena gagal mendidik dengan nasehat dan cara yang lain.139

Perlu juga disadari bahwa dalam kehidupan rumah tangga pasti ada saja

sedikit atau banyak yang tidak mempan baginya nasehat atau sindiran. Nah, apakah

ketika itu, pemimpin rumah tangga bermasa bodoh, membiarkan rumah tangganya

dalam suasana tidak harmonis, ataukah dia harus mengundang orang luar atau yang

berwajib untuk meluruskan yang menyimpang di antara keluarganya? Di sisi lain

harus disadari bahwa pendidikan dalam bentuk hukuman tidak ditujukan kepada anda

wahai kaum hawa yang menjalin cinta kasih dengan suami, tidak juga kepada yang

tidak membangkang perintah suaminya, perintah yang wajib diikuti. Tetapi ia

ditujukan kepada yang membangkang. Anda jangan berkata bahwa jumlah mereka

tidak banyak, karena kalaupun yang membangkang dan tidak mempan baginya

alternatif pertama dan kedua di atas, jumlahnya tidak banyak, apakah salah atau tidak

bijaksana bila agama menyediakan tuntunan pemecahahan, bagi yang jumlahnya

sedikit itu? Jangan pula berkata bahwa memukul tidak relevan lagi dewasa ini, karena

pakar-pakar pendidikan masih mengakuinya untuk kasus-kasus tertentu bahkan di

kalangan militer pun masih dikenal bagi yang melanggar disiplin, dan sekali lagi

harus diingat bahwa pemukulan yang diperintahkan di sini adalah yang tidak

mencederai dan tidak menyakitkan. Nah, jika demikian adakah pemecahan lain yang

dapat dikemukakan demi mempertahankan keharmonisan rumah tangga lebih baik

dari memukul yang tidak mencederai setelah nasehat dan meninggalkannya di tempat

tidur tidak berhasil? Kalau ketiga langkah ini belum juga berhasil, maka langkah

selanjutnya adalah apa yang diperintahkan ayat berikut.140

139

Ibid., 431. 140

Ibid., 431.

Page 72: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

59

Sementara, ulama memahami perintah menempuh langkah pertama dan

kedua ditujukan kepada suami, sedangkan langkah ketiga yakni memukul ditujukan

kepada penguasa. Memang tidak jarang ditemukan dua pihak yang diperintah dalam

satu ayat (bacalah kembali penjelasan tentang ayat 229 dari surah Al-Baqarah) atas

dasar ini ulama besar Aṭa‟ berpendapat bahwa suami tidak boleh memukul istrinya

paling tinggi hanya memarahinya. Ibn al-Arabi mengomentari pendapat Aṭa‟ itu

dengan berkata, “pemahamannya itu berdasar adanya kecaman Nabi Saw. kepada

suami yang memukul istrinya, seperti sabda beliau: “orang-orang terhormat tidak

memukul istrinya”. Sejumlah ulama sependapat dengan Aṭa‟ dan menolak atau

memahami secara metafora hadis-hadis yang membolehkan suami memukul istrinya.

Betapapun kalau ayat ini dipahami sebagai izin memukul istri bagi suami, maka harus

dikaitkan dengan hadis-hadis Rasul Saw. di atas, yang mensyaratkan tidak

mencederainya, tidak juga pukulan itu ditujukan kepada kalangan yang menilai

pemukulan itu sebagai suatu penghinaan atau tindakan yang tidak terhormat.

Agaknya untuk masa kini, dan di kalangan keluarga terpelajar, pemukulan bukan lagi

satu cara yang tepat, karena itu tulis Muhammad Ṭahir Ibn „Āsyur, “pemerintah jika

mengetahui bahwa suami tidak menempatkan sanksi-sanksi agama ini di tempatnya

yang semestinya, dan tidak mengetahui batas-batas yang wajar, maka dibenarkan bagi

pemerintah untuk menghentikan sanksi ini dan mengumumkan bahwa siapa yang

memukul istrinya, maka dia akan dijatuhi hukuman.141

141

Ibid., 432.

Page 73: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

60

C. Penyelesaian Suami Terhadap Istri yang Nusyuz Perspektif Tafsir Al-Maraghi

dan Tafsir Al-Misbah

Menurut Tafsir Al-Maraghi

Dari penafsiran Al-Maraghi di atas maka penyelesaian suami terhadap istri

yang Nusyuz adalah sebagai berikut:

1. Memberi Nasehat

Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh suami ketika menghadapi

istri yang Nusyuz menurut Al-Maraghi ialah dengan nasehat. Nasehat disini

berarti menurut Al-Maraghi ialah nasehat yang menurut pandangan suami

dapat menyentuh hati mereka (istri). Sebab di antara kaum wanita ada yang

cukup diingatkan akan hukuman dan kemurkaan Allah. Di antara mereka ada

yang hatinya tersentuh oleh ancaman dan peringatan akan akibat yang buruk

di dunia, seperti ditahan untuk mendapatkan beberapa kesenangannya

misalnya, pakaian, perhiasan dan lain sebagainya. Orang yang berakal tidak

akan kekurangan nasehat yang mempunyai tempat tertinggi di dalam kalbu

istrinya.142

2. Memisahkan Diri Dari Tempat Tidur

Jika cara yang pertama yakni dengan cara menasehati tidak berguna

bagi istrinya Al-Maraghi memberikan cara kedua yakni memisahkan diri dari

tempat tidur. Adat telah berlaku, bahwa berkumpul di pembaringan dapat

menggerakkan perasaan-perasaan suami istri, sehingga jiwa masing-masing

terasa tenang dan hilanglah berbagai goncangan jiwa yang terjadi sebelum itu.

Maka dengan meninggalkan istri dari tempat tidur akan menarik istri untuk

bertanya tentang sebab-sebab suami meninggalkannya dari tempat tidur.143

3. Memukul

142

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz V, 43. 143

Ibid., 43, 44.

Page 74: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

61

Suami boleh memukul asalkan pukulan itu tidak tidak menyakiti atau

melukainya, seperti memukul dengan tangan atau dengan tongkat kecil.144

Sebagaimana juga telah dijelaskan di atas bahwa pukulan yang tidak sampai

melukai ataupun menyakiti adalah pukulan yang ringan yakni salah satu

bentuk pukulan yang tidak melukai dan tidak berakibat hilangnya nyawa atau

cedera, tidak melukai atau patah tulang, dan tidak menimbulkan cacat.

Menurut hukum agama, bentuk pukulan semacam ini boleh dilakukan bila

terjadi penyimpangan, pendurhakaan, penentangan dari istri yang sudah tidak

lagi menerima nasehat dan petunjuk, dan tidak jera dengan sikap dingin dan

tidak acuh suami.145

Akan tetapi, jika mereka itu baik dan para istri mau mendengarkan

nasehat atau menjadi baik karena dipisahkan dari tempat tidurnya, maka

hendaknya cukup dengan cara yang demikian. Sebab kita diperintahkan untuk

berlaku lembut pada istri, tidak menganiaya mereka, menahan mereka dengan

cara yang ma‟ruf atau menceraikan dengan cara yang ma‟aruf pula.

Menurut Tafsir Al-Misbah

sedangkan dari penfsiran Tafsir Al-Misbah di atas penyelesaian suami

terhadap istri yang Nusyuz berdasarkan QS.An- Nisa‟:34 ialah sebagai berikut:

1. Memberi Nasehat

Untuk langkah pertama M. Quraish Shihab sependapat dengan Al-

Maraghi yang dimana langkah pertama yang bisa dilakukan oleh suami ketika

menghadapi istri yang Nusyuz ialah memberi nasehat kepada istri.146

Dari para sahabat Nabi dan tabi‟in begitu juga para ulama berikutnya

hingga hari ini, telah sepakat bahwa memberikan nasehat kepada istri yang

menyimpang atau berlaku Nusyuz adalah perintah agama yang harus

144

Ibid., 43-44. 145

Ibid., 54-55. 146

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keselarasan Al-Quran,

Jilid 2, 430.

Page 75: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

62

dilaksanakan, dan tidak seorangpun yang berbeda pendapat dalam hal ini. Ini

berarti, metode pertama ini didukung oleh ijma‟. Di samping itu, secara akal

sehatpun metode ini sangat efektif dan relevan pada saat ini.147

Nasehat ini sendiri maksudnya ialah mengingatkan istri dengan penuh

ikhlas, setulus hati terhadap perbuatan dan sikap yang tidak baik dari istrinya

itu, agar hati istri menjadi lunak, lalu menyadari kekeliruannya.148

2. Meninggalkan Keadaan Yang Buruk Ketempat Atau Keadaan Yang

Lebih Baik

Jika Al-Maraghi mengatakan bahwa langkah yang bisa dilakukan oleh

suami setelah memberi nasehat kepada istri tidak dihiraukan maka suami

dianjurkan meninggalkan istri dari tempat tidur atau pisah ranjang, maka M.

Quraish Shihab mengatakan bahwa, suami bukan meninggalkan istri dari

tempat tidur akan tetapi meninggalkan keadaan yang buruk dilakukan oleh

istri menuju ketempat atau keadaan yang lebih baik, selain itu suami juga

dituntut untuk menunjukkan ketidaksenangan atas sikap istrinya itu bukan

meninggalkan istri dari tempat tidur. Sebagaimana kata Wahjurūhunna yang

diterjemahkan dengan perintah kepada suami untuk meninggalkan istri

didorong oleh rasa tidak senang pada kelakuannya. Ini difahami dari kata

hajar, yang berarti meninggalkan tempat atau keadaan yang tidak baik atau

tidak disenangi menuju ketempat atau keadaan yang lebih baik. Jelasnya, kata

ini mengandug dua hal yaitu sesuatu yang ditinggalkan oleh suami iu adalah

hal yang buruk dan tidak disenangi kedua ditinggalkan untuk menuju

ketempat atau keadaan yang lebih baik. Maka dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa pertama, suami dituntut untuk menunjukkan ketidaksenangan atas

147

Syaughi Algadri, ,Jika Suami Istri Berselisih, 48. 148

Ibid., 46-47.

Page 76: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

63

sesuatu yang buruk dilakukan oleh istrinya, kedua, suami dituntut untuk

meraih kembali keadaan yang baik bahkan lebih baik dari sebelumnya.149

di samping menunjukkan ketidaksenangan atas istri, suami juga tidak

meninggalkan istri dari rumah, bahkan tidak juga di kamar tetapi di tempat

tidur. Ini karena ayat ini menggunakan kata ف yang berarti di tempat tidur

bukan kata yang berarti dari tempat tidur yang berarti meninggalkan dari هي

tempat tidur. Jika demikian suami hendaknya jangan meninggalkan rumah,

bahkan tidak meninggalkan kamar tempat suami istri biasanya tidur, sebab

kejauhan dari pasangan yang sedang dilanda kesalahpahaman dapat

menambah perselisihan yang terjadi. Maka dari itu suami hendaknya masih

tetap tidur bersama dengan istri namun yang ditinggalkan bukanlah istri

melainkan yang ditinggalkan oleh suami adalah sikap istri atau hal yang

diperbuat oleh istri dengan menunjukkan sikap ketidaksenangan suami

terhadap istri seperti dengan tidak mencumbui istri maupun menggauli istri

termasuk menghindari kata-kata manis terhadap istri yang biasanya terucap

untuk merayu istri. Ketika itulah diharapkan istri dapat menyadari

kesalahannya. 150

3. Bermusyawarah

Memang kebanyakan dari mufassir pada dasarnya menyebutkan

bahwa langkah terakhir yang bisa dilakukan oleh suami ketika menghadapi

istri yang Nusyuz adalah memukul, hal ini didasari apabila memang tindakan

yang berupa menasehati serta pisah ranjang juga tidak mampu menyadarkan

istri maka, langkah selanjutnya yang bisa diambil oleh suami berdasarkan

kalimat yang terdapat di dalam QS. An-Nisa‟: 34 yakni kata waḍribūhunna

yang di terjemahkan dengan memukul tak terkecuali M. Quraish Shihab.

149

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keselarasan Al-Quran,

Jilid 2, 430. 150

Ibid., 431.

Page 77: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

64

Menurut M. Quraish Shihab kata waḍribūhunna dalam QS. An-Nisa‟:

34 yang diterjemahkan dengan pukullah mereka, terambil dari kata ḍaraba

yang mempunyai banyak arti. Secara bahasa jika dipahami dengan arti

memukul maka, tidak selalu dimaksudkan dalam arti menyakiti atau

melakukan suatu tindakan keras dan kasar. Karena itu, perintah di atas

dipahami oleh ulama berdasarkan penjelasan Rasul Saw. bahwa yang

dimaksud memukul adalah memukul yang tidak menyakitkan.151

Namun meskipun demikian, M. Quraish Shihab mengemukakan

bahwa ada jalan terbaik yang bisa dilakukan oleh suami untuk

mempertahankan keharmonisan rumah tangga yang lebih baik dari memukul

setelah nasehat dan meninggalkannya ditempat tidur tidak berhasil ialah apa

yang diperintahkan ayat berikutnya yakni QS. An-Nisa‟: 35 yang

menganjurkan suami dan istri untuk bermusyawarah dengan mempertemukan

antara pihak suami dan istri sehingga disitulah permasalahan atau perselisihan

antara suami dan istri diharapkan bisa kembali membaik.152

Inilah yang

dianjurkan oleh M. Quraish Shihab sebagai langkah terakhir dan yang terbaik

dari memukul. Artinya dari tafsiran ini dapat dipahami bahwa M. Quraish

Shihab berpendapat bahwa musyawarah adalah jalan terbaik dan penyelesai

dari sikap Nusyuz istri setelah tidak ditemukan jalan keluar bagi suami.

Selain itu, yang memperkuat pendapat M. Quraish Shihab ialah M.

Quraish Shihab menambahkan dengan mengutip pemahaman ulama yang

memahami perintah menempuh langkah pertama dan kedua ditujukan kepada

suami, sedangkan langkah ketiga yakni memukul ditujukan kepada penguasa.

Selain itu ia juga mengutip pendapat ulama besar Aṭa‟ yang berpendapat

bahwa suami tidak boleh memukul istrinya paling tinggi hanya

memarahinya.153

151

Ibid., 431 152

Ibid., 432. 153

Ibid., 432.

Page 78: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

65

Bagi M. Quraish Shihab meskipun ayat ini difahami sebagai izin

memukul istri bagi suami, maka harus dikaitkan dengan hadis-hadis Rasul

Saw. yang mengisyaratkan suami untuk tidak mencederainya tidak juga

pukulan itu ditujukan kepada kalangan yang menilai pemukulan sebagai suatu

penghinaan atau tindakan yang tidak terhormat.154

Perbedaan maupun persamaan antara penafsiran Al-Maraghi dan Tafsir Al-

Misbah di atas bukanlah hal yang tidak wajar. Jika ditelusuri ke belakang, adanya

perbedaan maupun persamaan itu sendiri tidak luput latar belakang diantaranya ialah

tempat dan waktu dari muffasir itu sendiri. Selain itu, dari segi metode keduanya

ketika menafsirkan Al-Quran. Al-Maraghi sendiri ketika menafsirkan Al-Quran

menyajikan tafsir sebagaimana kitab-kitab tafsir terdahulu di susun dengan gaya

bahasa yang sesuai dengan para pembaca ketika itu yang mudah di mengerti oleh

mereka. Kebanyakan mufassir, di dalam menyajikan karya-karyanya itu

menggunakan gaya bahasa yang ringkas. Karena pergantian masa selalu diwarnai di

bidang sastra, tingkah laku dan kerangka berpikir masyarakat, sudah barang tentu

wajar bahkan wajib bagi mufassir zaman sekarang untuk melihat keadaan pembaca

dan menjauhi pertimbangan keadaan masa lalu155

M. Quraish Shihab sendiri lebih banyak menekankan sangat perlunya

memahami wahyu Allah secara kontekstual, maka pesan-pesan yang terkandung di

dalamnya dapat difungsikan dengan baik dalam dunia nyata. Corak-corak tafsir yang

berorientasi pada kemasyarakatan akan cenderung mengarahkan pada masalah-

masalah yang berlaku atau terjadi dimasyarakat. Penjelasan-penjelasan yang

diberikan dalam banyak hal selalu dikaitkan dengan persoalan-persoalan yang sedang

diamati ummat, dan uraiannya diupayakan untuk memberikan solusi atau jalan keluar

dari masalah-masalah tersebut. Dengan demikian, diharapkan bahwa tafsir yang telah

154

Ibid., 432. 155

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz V, 17-21.

Page 79: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

66

dituliskan mampu memberi jawaban terhadap segala sesuatu yang bahwa Al-Quran

memang sangat tepat untuk dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk.156

M. Quraish Shihab menyadari bahwa penulisan tafsir Al-Quran selalu

dipengaruhi oleh tempat dan waktu dimana para mufassir berada. Perkembangan

masa penafsiran selalu diwarnai dengan ciri khusus, baik sikap maupun kerangka

berfikir. Oleh karena itu, ia merasa berkewajiban untuk memunculkan sebuah karya

tafsir yang sesuai alam pikiran saat ini. Oleh karena itu tidak heran jika terjadi

perbedaan maupun ada kesamaan antara kedua tafsir ini sebab, keduanya ketika

menafsirkan Al-Quran sama-sama menyesuaikan dengan keadaan, pola pikir dan

gaya hidup masyarakat pada saat itu, jika demikian tentu antara pola pikir dan cara

pandang mereka ketika menfsirkan Al-Quran berbeda.

156

Muhammad Iqbal, “Metode Penafsiran Al-Quran M. Quraish Shihab” Jurnal

Tsaqafah, 6, ,NO. 2 (2010), 249.

Page 80: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

Pertama, Faktor Penyebab terjadinya Nusyuz ialah:

1. Karena ketidakmampuan istri menanggung beban kehidupan rumah tangga,

2. Kurangnya pengarahan dari keluarga terhadap anak-anak gadisnya sebelum

mereka berumah tangga.

3. Selain itu Nusyuz istri juga bisa disebabkan karena ditimbulkan oleh sifat dan

bawaan wanita.

4. Akibat efek pergaulan lingkungan yang kurang baik.

5. Sifat pelit suami dan kikir yang berlebihan, terlalu memaksakan kehendak,

cepat naik pitam, condong berlaku keras dan kasar bahkan kejam, tidak bisa

mendengar pendapat istri dan sulit bermusyawarah.

6. Suami yang tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya seperti tidak

memberikan nafkah terhadap istrinya.

7. Suami yang tidak perhatian.

8. Suami yang tidak memahami kondisi kejiwaan istri.

9. Suami tidak mendidik istri.

10. Karena orang terdekat lainnya seperti dari teman dan keluarga suami yang

kurang baik.

11. Tidak menjaga kecemburuan seorang istri.

12. Tidak bisa menciptakan keluarga yang harmonis atau suami tidak memenuhi

kebutuhan istri bukan saja materi tetapi terkadang yang paling dibutuhkan

seorang istri adalah non materi.

Page 81: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

68

Kedua, Nusyuz memiliki banyak arti namun secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa Nusyuz ialah sikap suami istri yang membangkang, membenci,

saling mengabaikan dan sikap lainnya yang tidak sesuai dengan ketentuan yang Allah

ridhai.

Bentuk Nusyuz seorang istri ada dua yaitu, Nusyuz dengan perkataan dan

Nusyuz dengan perbuatan. Nusyuz dengan perkataan antara lain:

1. Perubahan tutur sapa seorang istri kepada suaminya yang semula lemah

lembut, tiba-tiba berubah menjadi kasar dan tidak sopan bersuara keras dan

berbicara dengan nada tinggi atau dengan sengaja.

2. Bila dipanggil oleh suaminya ia tidak menjawab, atau menjawab dengan nada

terpaksa atau pura-pura tidak mendengar dengar mengulur-ulur jawaban.

3. Berbicara kepada laki-laki lain yang bukan mahramya baik secara langsung

maupun secara tidak langsung lewat telepon atau surat bersurat, dengan tujuan

yang tidak dibenarkan oleh ajaran agama.

4. Mencaci maki, berkata kotor, melaknat, menuduh suami berbuat mesum, dan

menumpahkan kekurangan suami, baik yang terlihat maupun yang tidak

terlihat.

5. Istri menyebarkan berita-berita buruk tentang suaminya kepada sanak family

dan kerabat tanpa sebab, atau bercerita dengan menggunakan bahasa yang

menjerumus pada pelecehan suami yang membuka aibnya.

6. Permintaan cerai tanpa alasan yang dibenarkan agama

7. Tidak menepati janji terhadap suami.

8. Tidak menyimpan rahasia rumah tangga, dan rahasia suaminya sekalipun

kepada ibu bapaknya atau anak kandung sendiri.

Adapun Nusyuz istri yang berbentuk perbuatan secara umum dapat

disimpulkan antara lain:

1. Istri yang tidak taat kepada suami.

2. Membuka aurat di depan yang bukan mahramnya.

Page 82: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

69

3. Berpergian di jalan-jalan umum dengan tidak megindahkan norma-norma

agama.

4. Menerima tamu yang tidak disenangi oleh suaminya.

5. Keluar rumah tanpa seizin suami.

6. Tidak memelihara dirinya dari fitnah, tidak menjaga harga diri, tidak

memelihara kehormatan dirinya, nama baik suami serta memelihara harta

benda hak milik suaminya.

7. Lari meninggalkan rumah tanpa alasan yang diakui oleh ajaran agama.

8. Menolak berpergian bersama suami dan mengkhianati suami baik yang

berkaitan dengan harga diri atau harta.

9. Enggan berhias atau memakai parfum untuk suaminya serta meninggalkan

kewajiban terhadap Allah SWT.,

10. Berpuasa sunnah tanpa seizin suami.

11. Menolak suami mengajak berhubungan badan .

12. Tidak mau mengikuti tempat suami tinggal sementara tempat tinggal yang

disediakan oleh suami layak untuk di tempat tinggali.

dan segala sesuatu yang dilakukan oleh istri terhadap suami yang menyalahi

kuadratnya sebagai istri serta perbuatannya tidak diridhai oleh suami dan tentunya

keluar dari ketentuan hukum atau petunjuk Al-Quran atau yang sejenisnya maka ia

termasuk dalam perilaku Nusyuz.

Ketiga, dari penafsiran Al-Maraghi dan tafsir Al-Misbah maka dapat

disimpulkan bahwa, ketika menghadapi istri yang Nusyuz, maka suami dapat

menyelesaikannya dengan melakukan beberapa langkah yakni, pertama, menasehati

atau memberi nasehat kepada istri dengan kata yang lemah lembut kedua,

menunjukkan ketidaksenangan suami terhadap sikap istri dengan cara seperti, tidak

menggauli istri atau menghindari berhubungan seks, tidak ada cumbu dan

menghindari hal-hal yang biasanya dilakukan suami kepada istri misalnya merayu

istri, ketiga, pisah ranjang atau memisahkan diri dari tempat tidur, keempat,

bermusyawarah antara pihak suami dan istri, kelima, memukul namun dengan

Page 83: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

70

pukulan yang dibenarkan dalam Islam sebagaimana yang telah dijelaskan

sebelumnya.

B. Rekomendasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti merekomendasikan

bahwa, bagi suami istri ataupun bagi yang ingin membangun rumah tangga

hendaknya memahami betul mengenai penyebab ataupun faktor-faktor yang

menyebabkan timbulnya Nusyuz sehingga memberikan dorongan kepada keduanya

untuk menjauhi segala bentuk tindakan yang menimbulkan sikap Nusyuz.

Selain itu, ketika masalah Nusyuz terjadi seperti, sikap Nusyuz istri, maka

suami harus menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan tuntunan Al-Quran

seperti yang telah dijelaskan di atas bukan malah sebaliknya, sehingga suami tidak

bertindak semena-mena terhadap istri seperti melakukan tindakan kekerasan, serta

penyimpangan lainnya dalam penyelesaian masalah tersebut, dan akhirnya kekerasan

dalam rumah tangga terutama terhadap perempuan dapat berkurang.

Page 84: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

71

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Alam, Datuk Tombak. Rumah Tanggaku Syurgaku. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990)

Al-Mahalliy, Jalalud-din dan Jalalud-din As-Suyuthi. Terjemah Tafsir Jalalain

Berikut Asbaabun Nuzul , Juz V Jilid I. ( Bandung: Sinar Baru Offset, 1990)

Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Terjamah Tafsir Al-Maraghi, Juz V, Diterjemahkan

dari buku aslinya yang berjudul Tafsir Al-Maraghi oleh Bahrun Abu Bakar, Lc

dan Drs. Hery Noer Aly. (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993)

Al-Maidan, Abu Ihsan Al-Atsari dan Ummu Ihsan Siti Choiriyah. Surat Terbuka

Untuk Para Suami. (Bogor: Pustaka Darul Ilmi, 2009)

Algadri, Saughi. Jika Suami Istri Berselisih, Diterjemahkan dari buku aslinya yang

berjudul „‟Nusyuz‟‟ oleh Ghanim Shaleh. (Jakarta: Gema Insani Press, 1998)

Azam, Muhammad Al- Maidan Abdul Aziz dan Abdul Wahhab Sayyed Hawas. Fiqh

Munakahat: Khitbah, Nikah, dan Talak, Diterjemahan dari buku aslinya yang

berjudul “Al- Usratu Wa‟ahkaamuhaa Fii Tasyri‟I Al-Islaami” oleh Abdul

Majid Khon. (Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2019)

Baidan, Nashruddin dan Erwati Aziz. Metodologi Khusus Penelitian Tafsir

.(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)

Bakar, Bahrun Abu. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul , Jilid I

diterjemahkan dari judul aslinya oleh Imam Jalaluddin Al-Maahilli dan Imam

Jalaluddin As-Suyuthi. ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1990)

Effendi, Satria. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer: Analisis

YuridisPrudensi Dengan Pendekatan Ushuliya. (Jakarta: Prenada Media, 2004)

Fachrudin, Amir Hamzah. Ensiklopedia Wanita Muslimah, Diterjemahkan dari buku

aslinya yang berjudul “Mausu‟ah Al-Mar‟atul Muslimah” yang ditulis oleh

Haya binti Mubarak Al-Bari. (Jakarta: Darul Falah, 1426 H)

Page 85: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

72

Faqih, Allamah Kamal. Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju

Cahaya Al-Quran,Jilid IV Diterjemahkan dari kitab aslinya yang berjudul

“Nurul Qur‟an” oleh Ahsin Muhammad. (Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2004)

Katsir, Abu Fida Isma‟il Ibnu. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Diterjemahkan

dari buku aslinya yang berjudul “Tafsir Ibnu Katsir”oleh H. Salim Bahreisy

dan H. Said Bahreisy. (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2004)

Sakho, Muhammad Ahsin. Keberkahan Al-Quran:Memahami Tema-tema Penting

Kehidupan Dalam Terang Kitab Suci (Jakarta: PT Qaf Media Kreativa, 2017)

Salam, Nor. “Konsep Nusyuz Dalam Perspektif Al-Quran: Kajian Tafsir Maudu‟i”

Jurnal. Jurnal Syariah dan Hukum, 7, NO.1 (2015)

Salim, Abd Muin. Metodologi Ilmu Tafsir ( Penerbit Teras: 2010)

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan keselarasan Al-Quran,

Volume 2. (Tangerang: Lentera Hati 2002)

Shihab, M. Quraish. Pengantin Al-Quran: Nasehat Perkawinan Untuk Anak-anakku.

(Shihab Tangerang: Lentera Hati, 2015)

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat. (Bandung: Mizan, 1994)

Shihab, M. Quraish. Perempuan: dari Cinta Sampai Seks, dari Nikah Mut‟ah Sampai

Nikah Sunnah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru. (Tangerang: PT. Lentera

Hati, 2018)

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran. (Bandung, Mizan Pustaka, 1996)

Shihab, M. Quraish. Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Quran. (Bandung:

Penerbit Mizan Pustaka, 2000)

Sudarsono. Pokok-pokok Hukum Islam. (Jakarta: Rineka Cipta, 1992)

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur‟an. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014)

Syafi‟i, Abdul Manan. Wanita Dalam Perspektif Muffasir. (Jakarta: Penerbit Gaung

Persada Press Group, 2014)

Tafsir Al-Quran Al-Karim. (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)

Page 86: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

73

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran. Al-Quran dan Terjemahnya. (Jakarta: PT

Syaamil Cipta Media, 2005)

Tim Penterjemah dan Penafsir Al-Quran. Mushaf Al-Quran Tajwid dan Penerjemah

Al-Quran. (Jakarta: Penerbit Abyan., 2014)

Tim Penyusun, Buku II: Kembang Setaman Perkawinan: Analisis Kritis Kitab „Uqud

Al-Lujjayn. (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2005)

Utsman, Muhammad Ra‟fat. Fikih Khitbah Dan Nikah. (Depok: Fathan Media Prima:

2017)

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. (Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wa

Dzurriyyah, 2015)

Tafsir Al-Quran Al-Karim. (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)

Zaini, Hasan. Tafsir Tematik Ayat-Ayat Kalam Tafsir Al-Maraghi. ( Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 1996)

Zahro, Ahmad. Menuju Fiqh Keluarga Progresi. (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,

2015)

Zulheldi. 6 langkah Metode Tafsir Maudhu‟i. (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2017)

B. Skripsi

Ardawati.“Persepsi Masyarakat Tentang Nusyuz Serta Pengaruh Terhadap

Penceraian”, Skripsi. (Aceh: Program Sarjana Starta 1 Universitas Islam Negeri

ar-Raniry 2018)

Nurlia, Aisyah.”Nusyuz Suami Terhadap Istri Dalam Perspektif Hukum

Islam”,Skripsi. (Lampung: Program Sarjana Strata 1 Universitas Bandar

Lampung, 2018)

Ritonga, Yuni Safitri.”Studi Agama: Metode dan Corak Penafsiran Ahmad Mustafa

Al-Maraghi”, Skripsi. (Riau: Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau, 2014)

Page 87: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

74

Wulandari, Hesti.“Nusyuz Suami”, Skripsi. (Jakarta: Program Sarjana Strata 1

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2010)

Zulfan. “Konsep Nusyuz Dalam Al-Qur‟an menurut tafsir al-Ahkam Karya Syaikh

Abdul Halim Hasan, ”Skripsi. (Medan: Program Sarjana Strata 1 Universitas

Islam Negeri Sumatera Utara 2017)

C. Jurnal

Hiswar. “Penyelasaian Kasus Nusyuz Menurut Perspektif Ulama Tafsir”, Jurnal

Ilmiah Keislaman. (2012)

Iqbal, Muhammad. “Metode Penafsiran Al-Quran M. Quraish Shihab” Jurnal

Tsaqafah, 6, ,NO. 2. (2010)

Wartini, Atik. “Tafsir Feminis M. Quraish Shihab: Telaah Ayat-ayat Gender dalam

Tafsir Al-Misbah”, Jurnal Palastren, 6, NO. 2. (2013)

Wahyuni, Sri. ”Konsep Nusyuz dan Kekerasan Terhadap Isteri Perbandingan Hukum

Positif dan Fiqh”, Jurnal. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008)

D. Web-site

Antara,” Viral KDRT Terhadap Suami, Keluarga Korban Laporkan Pelaku” (diakses

melalui alamat https://metro.tempo.co , tanggal 17 Maret 2020).

Ahmad Bil Wahid, “Pembantu Aulia Kesuma Didawqa Beri Sarana Pembunuhan

Berencana” (diakses melaui alamat https://www.detik.com, tanggal 17 Maret

2020).

Page 88: KONSEP NUSYUZ DALAM Al-QURAN : STUDI ...repository.uinjambi.ac.id/3328/1/UT.160106_WILDAYATI_ILMU...3Zulfan, “Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir: Konsep Nusyuz Dalam Al-Quran”, Skripsi

75

CURICULUM VITAE

Informasi Diri

Wildayati dilahirkan di desa Koto Salak, Kecamatan Danau kerinci,

Kabupaten Kerinci, Jambi pada07 juli 1997. Putri dari Syafruddin dan Saadah.

Riwayat Pendidikan

Wildayati memperoleh Sarjana Agama dari Universitas Islam Negeri Sultan

Thaha Saifuddin Jambi pada 2020, ijazah Madrasah Aliyah Swasta (MAS)

diperolehnya pada 2016, Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada 2013 dan dia

memperoleh ijazah Sekolah Dasar (SD) pada 2010.