konsep hadhanah dalam undang-undang keluarga …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/skirpsi kaq syuk -...

67
KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM DI MALAYSIA(KAJIAN PEMIKIRAN MAZHAB HANAFI DAN SYAFI’I) Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Syarat- syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu(S.1) Dalam Ilmu Syariah Oleh: NURUL SYUHADAH BINTI WAHAB NIM:SPM150013 JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1439 H/2017 M

Upload: others

Post on 19-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG

KELUARGA ISLAM DI MALAYSIA(KAJIAN

PEMIKIRAN MAZHAB HANAFI DAN SYAFI’I)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-

syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu(S.1) Dalam

Ilmu Syariah

Oleh:

NURUL

SYUHADAH BINTI

WAHAB

NIM:SPM150013

JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SULTHAN THAHA

SAIFUDDIN JAMBI

1439

H/2017 M

Page 2: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati
Page 3: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati
Page 4: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati
Page 5: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

MOTTO

Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul

dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu,

sedang kamu mengetahui.1

1 Usman el-Qurtuby, Al-Qur’an Cardoba Al-Quran Tajwid dan Terjemahan,(Bandung:Cardoba

International Indonesia,2014),hlm 180.

Page 6: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

ABSTRAK

Pernikahan dan perwujudannya merupakan hasrat alami manusia yang terbaik

dengan naluri. Hal ini merupakan salah satu berkah terbesar dari Allah SWT,

keinginan untuk membangun keluarga, inilah yang menghindarkan kaum muda

dari fantasi terhadap mimpi-mimpi yang tidak masuk akal dan segala kecemasan

batin, tetapi jika ada konflik dalam keluarga, rumah tangga akan berubah menjadi

penjara. Dari sebuah rumah tangga segala persoalan kehidupan timbul, bila

perselisihan suami istri itu menimbulkan permusuhan dan menimbulkan bibit

kebencian antara keduanya sehingga tidak ada jalan lain, sedangkan ikhtiar untuk

perdamaian tidak dapat disambung lagi maka perceraianlah jalan satu-satunya

yang menjadi pemisah diantara mereka. Apabila terjadi perceraian maka siapakah

yang berhak mengasuh anak-anak(hadhanah). Bagaimana pandangan dan

argument mazhab Hanafi dan mazhab Syafi‟I serta konsepsi hadhanah dalam

Undang-undang Keluarga Islam di Malaysia akibat perceraian orang tua dan

bagaimana relavensinya dengan aturan hukkum keluarga yang terjadi di Malaysia.

Penyusun ingin menjawab rumusam masalah yaitu pandangan mazhab Hanafi dan

Syafi‟I tentang hadhanah serta apakah konsepsi hadhanah dalam Undang –

undang Keluarga Islam di Malaysia. Penyusun menggunakan jenis penelitian

pustaka (library research) menelusuri atau mengkaji berbagai buku dan tulisan

yang berkaitan dengan obyek yang diteliti.

Page 7: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini

Untuk orang-orang yang kucintai

Almarhum Ayahanda Wahab bin Md Yob –Al-Fatihah- dan ibunda Asmah Binti

Arop yang telah mendidik dan mengasuh anaknda dari kecil hingga dewasa

dengan penuh kasih sayang, agar kelak anaknda menjadi anak yang berbakti

kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa, dan dapat

meraih cita-cita.

Tidak lupa kepada seluruh ahli keluarga, terima kasih di atas segala perhatian dan

dorongan yang diberikan, semoga segala sesuatu yang terjadi di antara kita

merupakan rahmat dan anugerah dari-Nya, serta

menjadi sesuatu yang indah buat selama-lamanya.

Tidak lupa kepada kedua-dua pembimbing saya yaitu

Bapak Drs. H. Hasbi Ash-Shiddiqi, M.A dan bapak Fuad Rahman, S.Ag.,M.Ag

karena banyak ilmu yang dicurahkan dan banyak memberi tunjuk ajar kepada saya

erti daya dan upaya untuk menghadapi cabaran hidup.

Serta tidak lupa pula terima kasih juga untuk insan yang tercinta yaitu sahabat-

sahabat serta teman-temanku lain yang tergabung dalam Persatuan Kebangsaan

Pelajar-pelajar Malaysia di Indonesia Cabang Jambi, serta teman-teman dari

Indonesia maupun teman-teman yang berada

di Malaysia, yang setia telah memberikan semangat dan dorongan di kala

suka maupun duka, semoga persahabatan kita tetap terjalin dengan baik

dan semoga ini semua menjadi kenangan yang terindah dalam hidupku.

Terima kasih atas segalanya.

Page 8: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadrat Allah

SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. shalawat dan salam turut dilimpahkan

kepada junjungan besar Nabi Muhammad saw. yang sangat dicintai.

Alhamdulillah dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis senantiasa diberi

nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang diberi judul “ Konsepsi Hadhanah dalam Undang-undang Keluarga

Islam Malaysia (Kajian Pemikiran Mazhab Hanafi dan Syafi’i) ”.

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan

ilmu syariah dalam bagian hukum. Juga memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Perbandingan Mazhab

pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,

Indonesia.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis akui tidak terlepas dari menerima

hambatan dan halangan baik dalam waktu pengumpulan data maupun

penyusunannya. Situasi yang ditempuhi dengan pelbagai ujian dari awal hingga ke

akhir menambahkan lagi daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari

dengan penjadualan. Dan berkat kesabaran dan dukungan dari berbagai pihak,

maka skripsi ini dapat juga diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah jutaan terima

kasih kepada semua pihak yang turut membantu baik secara langsung maupun

secara tidak langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

Page 9: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi, Indonesia.

2. Bapak Dr. H. Sua‟aidi Asyari, MA., Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang

Akademik, Dr. H Marwazi selaku Wakil Rektor Bidang Administrasi

Umum, Perancanaan dan Keuangan dan Ibu Dr. Hj. Fadhilah Jamil, M.Pd.,

selaku Wakil Rektor Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan UIN

STS Jambi, Indonesia.

3. Bapak Prof. Dr. A. Husein Ritonga M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah

IAIN STS Jambi, Indonesia.

4. Bapak Drs. Bakhtiar Hasaan, M.HI selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Dr. H Muhammad Fadhil, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang

Administrasi Umum, Perancanaan dan Keuangan dan Bapak H. Hermanto,

M.HI, Ph.D selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Kerjasama di

lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Indonesia.

5. Ibu Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI selaku Ketua Jurusan Perbandingan

Mazhab Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Drs. H. Hasbi Ash-Shiddiqi, M.A selaku Pembimbing I dan bapak Fuad

Rahaman, S.Ag.,M.Ag selaku pembimbing II skripsi ini yang telah banyak

memberi masukan, tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah mengajar sepanjang perkuliahan, asisten

dosen serta seluruh karyawan dan karyawati yang telah banyak membantu

dalam memudahkan proses menyusun skripsi di Fakultas Syariah UIN

STS Jambi, Indonesia.

Page 10: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan

jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data, penyusunan

maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada bahan skripsi ini.

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat memberikan kontribusi

pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran, nasihat dan kritik demi kebaikan

skripsi ini. Semoga apa yang diberikan dicatatkan sebagai amal jariyah di sisi

Allah SWT dan mendapatkan ganjaran yang selayaknya kelak.

Jambi, Oktober 2017

Penulis,

NURUL SYUHADAH BINTI WAHAB

NIM: SPM 150013

Page 11: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………………… iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ……………………………………….. iv

SURAT PERNYATAAN ………………………………………………........ v

MOTTO ..........……………………………………………………………...... vi

ABSTRAK … ………………………………………………………………… vii

PERSEMBAHAN ……… …………………………………………………… viii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ix

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. xii

TRANSLITERASI ………………………………………………………….. xiv

DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………… xv

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………. 7

C. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 7

D. Tinjauan Pustaka………………….………………………….. 8

E. Metode Penelitian……………………………………………. 8

F. Sistematika Penulisan………………………………………… 9

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG HADHANAH

A. Pengertian Hadhanah …………………………........ 11

B. Dasar Hukum Hadhanah ………………………......……... 12

C. Syarat-Syarat Hadhanah………… ………………………… 13

D. Batas Umur Hadhanah………. ……………………….......... 16

E. Urutan Orang Yang Berhak Hadhanah….…………………. 18

F. Upah Hadhanah…….. ..........……………………………… 20

Page 12: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

BAB III: SEJARAH PERKEMBANAGAN MAZHAB HANAFI DAN

MAZHAB SYAFI’I SERTA SEJARAH PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG ISLAM DI MALAYSIA

A. Mazhab Hanafi………………………………………….. 20

1. Kelahiran Imam Hanafi…………………………………. 20

2. Pendidikan………………………………………............ 20

3. Pemikiran……………………………………………….. 21

4. Perkembangan……………………………………………23

B. Mazhab Syafi’i.......………………………………………. 23

1. Kelahiran Imam Syafi‟i……………………………….. 23

2. Pendidikan……………………………………………. 24

3. Pemikiran……………………………………………… 25

4. Perkembangan……………………………………….. 27

C. Sejarah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysia 28

BAB 1V: PEMBAHASAN

A. Hadhanah Menurut Hanafiyyah………………………….. 32

B. Hadhanah Menurut Syafi‟iyyah…………………….... 33

C. Persamaan Dan Perbedaan Pendapat Tentang

Hadhanah…………. ………………………………………...39

D. Konsepsi Hadhanah Dalam Undang-Undang Keluarga Islam

Malaysia………………………………………….……….. 44

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………… 49

B. Saran-Saran ………………………………………………. 51

Page 13: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

C. Kata Penutup …………………………………………….. 52

DAFTAR PUSTAKA

CURICULUM VITAE

Page 14: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan peristiwa dimana seorang laki-laki dan perempuan

yang tadinya haram untuk dicampuri menjadi halal. Setiap kehidupan berumah

tangga, tentunya seorang suami istri menginginkan adanya keturunan dari

hubungan mereka yang dijadikan sebagaigenerasi penerus dalam kehidupan

berumah tangga dan seterusnya.

Perkawinan tidak selamanya berjalan mulus sesuai harapan, ada kalanya

dalam perkawinan didapati kerikil-kerikil bahkan badai yang siap menghampiri

kapan saja ia mau. Untuk melalui tantangan hidup berumah tangga tersebut,

dibutuhkan mental, kesiapan dan kerjasama yang erat dalam mempertahankan

perkawinannya. Namun apabila tetap dipertahankan akan menimbulkan mudharat

yang lebih banyak maka diingatkan dalam sebuah hadis:”Sesuatu yang halal

(dibolehkan) yang paling tidak disukai Allah ialah perceraian.”(HR Abu daud

dan ibnu majah)2

Dalam perceraian tidak semudah membalikkan telapak tangan, di situ

terdapat akibat hukum diantaranya masa iddah bagi istri dan hak pemeliharaan

terhadap anak-anak mereka yang belum mumaiyyiz. Salah satu kewajiban orang

tua terhadap anaknya adalah memeliharanya dengan baik dan penuh dengan kasih

sayang. Permeliharaan tersebut biasa bersifat moril ataupun matrill. Kewajiban

tersebut merupakan kewajiban bersama antara suami istri, dan kewajiban tersebut

tidak gugur meskipun keduanya telah putus perkawinannya. Pemeliharaan tersebut

disebut hadhanah.3

Hadhanah merupakan salah satu akibat dari putusnya perkawinan antara

suami dan istri. Hadhanah diartikan memelihara, mendidik, mengasuh, mengatur,

segala kepentinngan atau urusan anak-anak yang belum mumayyiz( belum dapat

membedakan baik dan buruknya sesuatu atau tindakan bagi dirinya).4

2 Satria Evenddi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Konteporer,(Jakarta:

Kencana, 2004),hlm.167 3 Supriatna, Fiqh Munakahat II, (Yogyakarta:Teras),hlm. 80.

4 Tuham,dkk,Fikih Munakahat,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),hlm.215.

Page 15: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Dasar hukum hadhanah ialah firman Allah SWT: QS.An. Nisa‟(4):9:

“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir

terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa

kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. 5

Dan surat al-anfal(8):27:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan

RasulNya, dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercaya

kepadamu, sedang kamu mengetahui”.6

Dari keterangan di atas , pada dasarnya kewajiban mengasuh anak adalah

orang tuanya. Namun, apabila perceraian telah terjadi antara suami dan istri yang

telah berketurunan yang berhak mengasuh anak pada dasarnya adalah istri, dan

ibu anak-anak. Apabila ibu anak tidak ada, yang berhak adalah neneknya, yaitu

ibu dari ibu anak dan seterusnya ke atas, apabila tidak ada beralih kepada ibu ayah

dan seterusnya ke atas.7

Apabila kerabat-kerabat tersebut tidak ada, hakim menunjuk siapa yang

akan mengasuhnya. Tertib urutan kerabat mengasuh anak dengan

mempertimbangkan bahwa pendidikan anak adalah amat penting untuk

mempersiapkan hari depan yang baik. Oleh karenanya, diutamakan mana yang

lebih mempunyai perhatian, terhadap hari depan anak dalam ukuran yang normal.

5 An- Nisa‟ ayat 9, Al-Quran dan Terjemahannya, (Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi

Restu, 1976), hlm. 77 6 Al-Anfal ayat 27, Al-Quran dan Terjemahannya, (Departemen Agama RI, Jakarta: Bumi

Restu, 1976), hlm, 180 7 Syaikh Hasan Ayyub, Fikih keluarga,(Jakarta:Pustaka Al- Kautsar,1999),hlm.158-159.

Page 16: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Urutan tersebut di atas tidak mutlak sebab yang menjadi titik berat

pertimbangan hadhanah akan berhasilnya pendidikan anak untuk

mempersiapkannya manusia bertabiat shaleh. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Ahmad,

Abu Dawud, dan Al-hakim dari Abdullah bin Amr yang mengatakan:

”Engkau(istri) lebih berhak mengasuh anakmu selagi kau belum menikah

dengan laki-laki lain.”Maksud hadis ini, tidak sendirinya apabila ibu anak

menikah dengan laki-laki lain maka hak mengasuh anak berpindah kepada

neneknya (ibunya ibu) sesuai dengan urutan tersebut di atas.

Tangggung jawab dan rasa kasih sayang ayah kepada anak tidak kurang

dari ibu. Oleh karenanya, letak urutan ayah tidak selalu harus selalu jauh seperti

urutan atas.Tidak ada keberatannya apa pun apabila ibu yang lebih berhak

mengasuh anak itu telah kawin dengan laki-laki lain, maka hak mengasuh anak

berpindah kepada ayah. Hal itu sesuai pula dengan hadis Nabi s.a.w. riwayat

Ahmad,Abu Dawud,Turmidzi,Nasai, dan Ibn Majah dari Abu Hurairah yang

menyuruh kepada anak ,”Wahai anak, ini ayahmu dan ini ibumu, pilihlah kepada

siapa engkau akan ikut?” maka, anak itu pun memilih ikut ibunya, kemudian

mengajaknya pulang.8

Menurut riwayat Imam Malik dalam kitabnya Muwatha‟ dari Yahya bin

Sa„id berkata Qasim bin Muhammad bahwa Umar bin Khattab mempunyai

seorang anak, namanya Ashim bin Umar, kemudian ia bercerita. Pada suatu

waktu Umar pergi ke Qurban dan menemui anaknya sedang bermain –main di

dalam masjid. Umar mengambil anaknya dan meletakkan di atas kudanya. Saat

itu juga datanglah nenek si anak, Umar berkata “anakku”.Wanita itu berkata pula

“anakku”. Maka dibawalah perkara itu kepada Abu Bakar. Abu Bakar member

keputusan bahwa anak Umar itu ikut ibunya, dengan dasar di kemukakannya,”

ibu lebih cenderung kepada anak, lebih halus, lebih pemurah, lebih penyantun,

lebih baik dan lebih penyanyang. Ia lebih berhak atas anaknya selama ia belum

kawin dengan laki-laki lain.”9

Dalam hadis juga ada yang menjelaskan bahwa orang yang paling berhak

melakukan hadhanah baik masih terikat dengan perkawinan atau ia dalam masa

8 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkahwinan Islam,(Yogyakarta:UIn Press 1999,hlm.

101-102. 9 Zakiah,Darajat, Ilmu fiqh,(Jakarta: Dana Bakhti Wakaf,1995),hlm.158-159.

Page 17: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

iddah raj‟I,talak bain atau telah habis masa iddah adalah ibu.10

Jika ibu tidak ada,

yang berhak menjadi hadhin adalah ibu dari ibu(nenek) dan seterusnya ke

atas,kemudian barulah ibu dari bapak(nenek dan seterusnya ke atas,) jika pihak

perempuan tidak ada, maka yang melaksanakan hadhanah adalah pihak laki-laki.

Di samping itu anak juga memiliki hak memilih hadhin apakah dengan ibunya,

bapaknya, atau keluarga lainnya.

Dilihat dari keterangan di atas, para ulama berbeda pendapat tentang siapa

yang berhak terhadap hak hadhanah, apakah yang berhak terhadap hadhanah itu

hadhin atau mahdhun(anak). Pengikut mazhab Hanafi, berpendapat bahwa

hadhanah itu hak anak, sedangkan menurut Syafi‟I, Ahmad, sebagian pengikut

mazhab Maliki berpebdapat bahwa hadhinlah yang berhak terhadap hadhanah.

Ulama Hanafi berpendapat bahwa hadhanah adalah haknya hadhin(orang

yang memelihara) karena ia berhak menggunakan haknya meski tanpa pengganti.

Jika hadhanah menjadi hak hadhin, tentunya hadhanah tidak akan gugur

penggugurnya. Pendapat ini juga didukung oleh mazhab Malikiyyah dalam

pendapat yang masyur.

Ulama lain berpendapat bahwa hadhanah adalah hak orang yang di

pelihara. Jika ia menggunakannya maka gugurlah hak hadhanah.

Adapun menurut pendapat ulama yang ahli dalam bidangnya, hadhanah itu

berkaitan dengan tiga hak secara bersamaan yaitu hak orang yang memelihara,

hak orang yang dipelihara dan hak ayah atau yang bertindak sebagai walinya.

Jika ketiganya mampu di gabungkan maka wajib dilakukan. Namun jika

bertentangan maka yang di dahulukan adalah orang yang di pelihara.11

Jika diambil pendapat pertama yang menyatakan bahwa mahdhuun yang

berhak seperti anak dapat menentukan pilihan apakah ia akan anak dididik dan di

pelihara dengan baik atau tidak. Jika ia menginginkannya tentu hal itu baik

baginya, sebaliknya jika ia tidak bersedia dididik oleh hadhin, maka hadhin tidak

berhak memaksanya, karena hadhanah itu hak si anak. Sebaliknya juka di kutip

dari pendapat yang kedua yang menyatakan bahwa hadhanah itu hak mahdhin,

maka hal itu berarti bahwa hadhin mempunyai hak pilih dalam melaksanakan

haknya itu. Sebaliknya juka haadhin tidak bersedia melaksanakan hadhanah itu

10

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga,(Jakarta:Pustaka Al- Kautsar,1999)hlm.392 11

Wahbah Azzuhaili , Fiqih Islam Waadillatuhu jilid 10,(Jakarta:Gema insane,2011, hlm

60

Page 18: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

adalah haknya, ia boleh memilih untuk melakukan atau tidak melakukannya.

Seandainya terjadi demikian maka di khawatirkan anak akan terlunta-lunta

pendidikan dan pemeliharaannya.

Jika diperhatikan maksud ayat-ayat Al Quran dan hadis, maka dipahamkan

bahwa, hadhanah itu disamping hak haadhin. Allah SWT memerintahkan kepada

orang-orang yang beriman agar memelihara keluarganya dari api neraka dengan

mendidik dan memeliharanya agar menjadi orang yang melaksanakan perintah-

perintah Allah dan menjauhi larangannya. Anak termasuk salah satu anggota

keluarga . Jadi terpeliharanya dari api neraka merupakan hak anak yang wajib

dilaksanakan oleh orang tuanya.

Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang Yang beriman, peliharalah diri mu dan keluarga mu dari api

neraka Yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjagaan malaikat-

malaikat Yang kasar dan keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa

yang diperintahnya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” 12

Menurut Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Malaysia kanak-kanak

ialah orang yang di bawah umur delapan belas tahun. Peruntukan ini terpakai

bagi maksud penjagaan ke atas diri dan harta seseorang sebagaimana peruntukan

berikut:

Bagi maksud penjagaan ke atas diri dan harta, seseorang hendaklah

disifatkan sebagai kanak-kanak melainkan dia telah genap umur delapan belas

tahun.

Peruntukan yang sama maknanya juga disebut dalam seksyen 2, Akta

Penjagaan Kanak-kanak 1961 memberi takrif kanak-kanak sebagai seorang yang

belum mencapai umur dewasa. Seksyen 2(2) menyatakan jika orang itu ialah

islam, dia adalah dewasa apabila dia mencapai umur delapan belas tahun.

12

At tahrim ayat 9

Page 19: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Namun begitu, bagi maksud hak hadhanah, Enakmen Undang-undang

Keluarga Islam menjelaskan bahwa tempoh hak hadhanah tamat setelah kanak-

kanak itu mencapai umur tujuh tahun, jika kanak-kanak itu lelaki dan Sembilan

tahun jika kanak-kanak itu perempuan, melainkan jika peradilan memerintahkan

sebaliknya.

Hak hadinah bagi menjaga seorang kanak-kanak adalah tamat setelah

kanak-kanak itu mencapai umur tujuh tahun, jika kanak –kanak itu laki-laki. Dan

umur Sembilan tahun jika kanak-kanak itu perempuan.Tetapi Mahkamah boleh

atas permohonan hadinah, membenarkan dia menjaga kanak-kanak itu sehingga

kanak-kanak itu mencapai umur Sembilan tahun jika kanak-kanak itu laki-laki dan

umur sebelas tahun jika kanak-kanak itu perempuan.

Ini bermakna kanak-kanak bagi maksud hadhanah hendaklah berumur

tujuh tahun jika kanak-kanak itu laki-laki dan Sembilan tahun jika kana-kanak itu

perempuan. Terdapat persamaan tentang had umur kanak-kanak yang belum

mumayyiz dan termasuk dalam maksud hadhanah di antara hokum syarak dan

enakmen undang-undang keluarga islam Malaysia yaitu antara tujuh hingga

Sembilan tahun. Namun umur dewasa yang ditetapkan Enakmen Undang-undang

Keluarga Islam Malaysia yaitu delapan belas tahun berbeza dengan umur dewasa

yang di tetapkan oleh hukum syarak yaitu sampai baligh. Dalam Undang-undang

Keluarga Islam Malaysia, tidak menggunakan penentuan baligh secara tabi‟I bagi

mengiktiraf bahwa seseorang itu telah baligh atau dewasa. Sebaliknya,penetapan

umur menyeluruh ke atas semua kanak-kanak. Diperuntukkan umur delapan belas

tahun sebagai umur dewasa atau baligh dan ini termasuklah anak tidak sah taraf

dan anak yatim.

Namun realitas yang terjadi di Malaysia, Pengadilan tidak memutuskan

hadhanah kepada ibu sahaja. Tetapi hadhanah juga di beri kepada orang lain

selain ibu yang mana pengadilan melihat kelayakan hadhanah yang ada didalam

diri si penjaga atas faktor-faktor kemaslahatan terhadap anak-anak. Pembahasan

inilah yang penulis ingin kaji secara lebih mendalam dan lebih terperinci, tentang

konsepsi hadhanah dalam pengadilan Agama di Malaysia dengan pandangan

Mazhab Syafi‟I dan mazhab Hanafi tentang hadhanah. Contohnya dalam masalah

kelayakan si pengasuh untuk mendapatkan hak asuh apakah memenuhi syarat

sebagai seorang pengasuh (hadhin). Adapun tujuan penulis memilih untuk

mengkaji mazhab Imam Hanafi ini, karena secara umumnya mazhab Hanafi

seringkali mempunyai perbedaan yang sangat jelas dengan mazhab Syafi‟I .Bukan

hanya itu saja, penulis juga ingin mengkaji sejauh mana mazhab Syafi‟i telah

Page 20: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

dijadikan dasar atau sumber utama terhadap perlembagaan Peradilan Agama di

Malaysia.

Dengan demikian penulis bermaksud meneliti tentang konsepsi hadhanah

mengikut undang- undang keluarga Islam Malaysia dan meneliti pendapat mazhab

Hanafi serta mazhab Syafi‟I mengenai hak hadhanah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini adalah:

1. Apa konsepsi hadhanah menurut Undang-undang keluarga Islam

Malaysia?

2. Bagaimana pemikiran Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟I tentang

hadhanah?

3. Apakah persamaan dan perbedaan hadhanah menurut Mazhab Hanafi dan

mazhab Syafi‟i?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsepsi hadhanah dalam Undang-undang keluarga

Islam di Malaysia. Yang mana mazhab Syafi‟I sebagai dasar atau

sumber hukum di Malaysia.

2. Untuk mengetahui pandangan mazhab Hanafi dan mazhab Syafi‟I

tentang hadhanah.

3. Untuk memahami persamaan serta perbedaan hukum hadhanah menurut

mazhab Hanafi dan mazhab Syafi‟i.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam rangka mendukung tujuan penelitian skripsi ini, penulis mencoba

mengembangkan tulisan ini dengan didukung oleh tulisan-tulisan dari penulis lain.

Adapun beberapa penelitian tentang Hadhanah yang lainya, yaitu:

Page 21: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Najibah Mat Zain membahas “Undang-Undang Keluarga Islam”. Dalam

bab hadhanah, peneliti menyimpulkan bahwa hadhanah menjadi salah satu

masalah yang sering ditimbulkan oleh pasangan yang berpoligami, bercerai

ataupun jika salah seorang dari suami istri tersebut ada yang meninggal. Oleh

karena itu, menurut Undang-Undang Keluarga Islam di Malaysia, hak asuh anak

akan diputuskan oleh hakim Pengadilan Agama menurut ketentuan peraturan

daerah dan mengikut adat masyarakat melayu setempat.

Fiqhul Islami Wa Adillatuhu oleh Doktor Wahbah Az-Zuhaili,membahas,

“Hukum Hadhanah”. Penelitian ini menceritakan perbandingan antara mazhab-

mazhab dan kelayakan orang yang berhak mendapat hak asuh anak dalam islam.

Zakiah Derajat dalam bukunya Ilmi Fiqh jilid 2 yang membahas tentang

hadhanah. Zakiya Derajat mengungkapkan bahwa hadhanah merupakah pendidik

dan pemeliharaan anak sejak dari lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus

dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak itu. Dijelaskan juga, yang berhak

mengasuh anak haruslah orang yang mempunyai kasih sayang lebih yaitu

perempuan atau istri. Selain itu dalam bukunya terdapat pendapat mazhab Hanafi

yang mengemukakan hadhanah adalah hak anak dan mazhab Syafi‟I berpendapat

hadhanah adalah hak hadhin.13

E. Metode Penelitian

1.Jenis Penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu suatu bentuk

penelitian yang sumber dtanya di peroleh dari data-data kepustakaan. Penelitian

ini di fokuskan untuk menelusuri dan menelaah literature-literatur dan bahan-

bahan pustaka lainnya yang relevan dengan masalah-masalah yang diangkat.

Data-data akan dikumpulkan dan dikelompokan sesuai dengan model pendekatan

yang dipilih.

2.Jenis Data Dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif yaitu jenis data yang

berupa pendapat, konsep atau teori yang menguraikan dan menjelaskan masalah

yang berkaitan hak asuh anak menurut Mazhab Hanafiyah dan Syafi‟iyah

bersumber kitab-kitab utama di dalam mazhabnya. Di antaranya ialah kitab Al-

Hidayah karangan Imam Al-Marghinani. Begitu juga dengan Pengadilan Agama

13

Zakiyah Derajat,Ilmu Fiqh,(Jakarta:Dana Bhakti Wakaf,1995,)hlm.158

Page 22: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Malaysia yaitu Undang-Undang Keluarga Islam di Malaysia karangan Najibah Md

Zain. Sumber data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu

data primer dan sekunder. Data primer merupakan data pokok yang bersumber

yang bersumber dari buku-buku seperti Jurnal Hukum, fiqih empat mazhab dan

lain-lain.

3.Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui studi kepustakaan

yakni dengan cara membaca , menelaah buku-buku yang berkaitan dengan

masalah penelitian dan mencatatnya.

4.Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, dianalisis secara deskriptif kualitatif dan

komperatif.Yaitu menguraikan seluruh permasalahan yang ada dengan jelas dan

dikemukakan perbedaan dan persamaan tersebut. Kemudian ditarik kesimpulan

secara deduktif, yakni menarik suatu simpulan dari penguraian bersifat umum

ditarik ke khusus. Sehingga penyajian hasil penelitian ini dapat dipahami dengan

mudah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara umum dan mempermudahkan

pembahas, maka penulis membagi pembahasan dalam beberapa bagian yang

terdiri dari:

BabI: Pendahuluan yang memuat beberapa sub bab, yaitu latar belakang

masalah,perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II: Tinjauan umum tentang hadhanah,terdiri dari: pengertian

hadhanah, dasar-dasar hukum tentang hadhanah, rukun , syarat dan sebab

terjadinya hadhanah.

Bab III: Sejarah perkembangan Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi,I

Bab IV: Analisis terhadap hak hadhanah terdiri dari :analisis terhadap

pemikiran mazhab Hanafi dan mazhab Syafi‟I serta konsepsi hadhanah didalam

undang-undang keluarga Islam Malaysia.

Page 23: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Bab V: Penutup, terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

Kemudian pada akhir skripsi terdiri dari daftar pustaka, dan daftar riwayat hidup.

Page 24: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HADHANAH

A.Pengertian Hadhanah

Secara etimologi, hadhanah berasal dari akar bahasa Arab ضن يحضن حضنا-ح

yang berarti mengasuh,merawat,memeluk. Selain kata dasar tersebut, menurut

Sayyid Syabiq dasar dari kata hadhanah dapat disandarkan pada kata al-hidn yang

berarti rusuk, lambung sebagaimana dinyatakan dalam sebuah uraian14

yang

artinya adalah “Burung itu mengempit telur dibawah sayapnya begitu pula dengan

perempuan (ibu) yang mengempit anaknya sedangkan secara terminology, para

tokoh islam memberikan berbagai definisi berkenaan dengan arti hadhanah. Salah

satu pengertian hadhanah tersebut diberikan oleh Sayid Sabiq yang mengartikan

hadhanah sebagai melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, laki-laki

atau perempuan atau yang sudah besar, tetapi belum tamyiz,atau yang kurang

akalnya, belum dapat membedakan antara yang baik dan buruk, belum mampu

dengan bebas mengurus diri sendiri dan belum tahu mengerjakan sesuatu untuk

kebaikannya dan memelihara dari sesuatu yang menyakiti dan membahayakannya,

mendidik serta mengasuhnya, baik fisik maupun mental atau akalnya agar mampu

menempuh tantangan hidup serta memikul tanggung jawab.

Di samping pengertian di atas, Muhammad Syarbani, dalam kitab al-Iqna,

mendefinisikan hadhanah sebagai usaha mendidik atau mengasuh anak yang

belum mandiri atau mampu dengan perkara-perkaranya yaitu dengan sesuatu yang

baik baginya, mencegahnya dari sesuatu yang membahayakannya walaupun dalam

keadaan dewasa yang gila seperti mempertahankan dengan memandikan

badannya, pakaiannya, menghiasinya, member minyak padanya, dan

sebagainya.15

Sesuatu yang pemeliharaan dalam hal ini meliputi berbagai hal,

masalah ekonomi, pendidikan, dan segala menjadi kebutuhan anak. Dalam konsep

islam, tanggung jawab ekonomi berada di pundak suami sebagai kepala rumah

tangga, meskipun dalam hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa istri dapat

membantu suami dalam menanggung kewajiban ekonomi tersebut karena itu yang

terpenting adalah adanya kerja sama dan tolong- menolong antara suami istri

dalam memelihara anak dan menghantarkannya hingga anak tersebut dewasa.

14

As Sayyid Sabiq Muhammad,2005, Fiqh Sunnah di terjemah oleh Nor Hasanuddin

Aisyah Saipudin Malaysia: Al hidayah, hlm. 160 15

Syarbani Muhammad,Al-Iqna,Beirut, Dar Alfikr, hlm,489

Page 25: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Menurut ahli fiqh sebagaimana dikutip oleh Abu Bakar al Jabir,

memberikan arti hadhanah sebagai usaha memelihara anak dari segala macam

bahaya yang mungkin menimpanya, menjaga kesehatan jasmani maupun

rohaninya, mengusahakan pendidikannya hingga ia sanggup berdiri sendiri

menghadapi kehidupan sebagai seorang muslim.

B. Dasar Hukum Hadhanah

1.Al-Quran

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pemeliharaan anak merupakan

tanggung jawab kedua orang tuanya(suami istri). Untuk masalah biaya

pemeliharaan dan pendidikan anak merupakan tanggung jawab ayahnya,(suami),

sedangkan hak memelihara terletak di tangan istri seperti halnya firman Allah

SWT :

16

Isteri-isteri kamu adalah sebagai kebun tanaman kamu, oleh itu datangilah kebun

tanaman kamu menurut cara Yang kamu sukai dan sediakanlah (amal-amal Yang

baik) untuk diri kamu; dan bertaqwalah kepada Allah serta ketahuilah

Sesungguhnya kamu akan menemuiNya (pada hari akhirat kelak) dan berilah

khabar gembira Wahai Muhammad) kepada orang-orang Yang beriman.

Ayat di atas menganjurkan kedua orang tua untuk memperhatikan anak-

anaknya maka kewajiban suami, selain menjadi kepala keluarga imam dalam

rumah tangganya, juga berkewajiban memenuhi kebutuhan istri dan anak-

anaknya.

2.Hadith

Mengasuh anak-anak yang masih kecil hukumnya adalah wajib, sebab

mengabaikannya berarti menghadapkan anak- anak yang masih kecil kepada

16

Al- Baqarah, ayat 233, hlm, 37.

Page 26: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

bahaya kebinasaan. Dalam hal pemeliharaan anak(hadhanah), nabi menunjuk

ibulah yang paling berhak memelihara anak sesuai dengan sabdanya yang berarti:

Seorang wanita datang menemui Rasulullah s.a.w. lalu berkata: Wahai

Rasulullah sesungguhnya perutkulah yang dahulu menjadi tempat anakku ini(saat

dalam usia kandungan),lalu air susukulah yang menjadi asupannya(dalam usia

penyusuan) dan pangkuankulah tempat tumpuannya. Sesungguhnya kini ayah

anak ini telah menthalakku dan ingin mengambil anak ini dari asuhanku

bagaimana menurut tuan ? Lalu nabi bersabda: engkau lebih berhak mengasuh

anak ini sebelum engkau bersuami lagi. Kandungan dari hadith di atas

menunjukkan apabila terjadi perceraian antara suami istri dan meninggalkan anak,

sela ibunya belum menikah lagi, maka ibu di utamakan untuk mengasuhnya,

sebab ibu lebih mengetahui dan lebih mampu mendidik anak-anaknya.17

C. Syarat-Syarat Hadhanah

Bagi seorang hadhinah(pengasuh) yang menangani dan menyelenggarakan

kepentingan anak kecil yang asuhnya yaitu adanya kecukupan dan kecakapan

yang memerlukan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat tertentu ini tidak di

penuhi satu saja maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan

hadhanahnya.Adapun syarat-syaratnya itu adalah: berakal sehat,dewasa(baligh),

mampu mendidik, amanah dan berbudi, islam, keadaan wanita(ibu) belum kawin,

merdeka.18

Adapun lebih jelasnya syarat-syarat hadhanah di atas adalah sebagai

berikut: Pertama mestilah berakal sehat,jadi bagi orang yang kurang akal atau gila,

keduanya tidak sah dan tidak boleh menangani hadhanah karena mereka tidak

dapat mengurusi dirinya sendiri, sebab orang yang kurang akal dan gila tentulah ia

tidak dapat mengurusi dirinya dan orang lain.19

Syarat kedua adalah

dewasa(baligh), bagi anak kecil tidak ada hak untuk menjadi hadhinah(pengasuh),

karena ia sendiri masih membutuhkan wali, sedangkan hadhinah seperti wali

dalam perkawinan maupun harta benda. Adapun untuk mengetahui orang yang

sudah sampai umur dewasa itu dapat diketahui dengan salah satu tanda sebagai

berikut:

17

Abdurrahim, Abu Nafis, Fiqh Wanita Empat Mazhab,Khazanah Intelektual 2010, hlm,

351. 18

Ahnan, Mahtuf, Risalah Fikih Wanita, (Surabaya,terbitan terang) hlm, 385. 19

As Sayyid, Sabiq Muhammad, 2005, Fiqh Sunnah di terjemah oleh Nor Hasanuddin

Aisyah Saipudin Malaysia: Al hidayah, hlm. 166

Page 27: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

a) Telah berumur 15 tahun atau sudah keluar mani

b) Be rmimpi bersetubuh

c) Mulai keluar haid bagi perempuan

Adapun syarat ketiga, mampu mendidik, tidak boleh menjadi pengasuh

bagi orang yang buta atau rabun, sakit menular atau sakit yang melemahkan

jasmaninya untuk mengurus kepentingannya(anak), tidak berusia lanjut yang

bahkan ia sendiri perlu diurus, bukan orang yang mengabaikan urusan rumah

tangga sehingga merugikan anak kecil yang diasuh atau bukan orang yang

ditinggal bersama orang yang sakit menular atau bersama orang yang suka marah

kepada anak-anak, sekalipun kerabat anak kecil itu sendiri, sehingga akibat dari

kemarahannya itu tidak bisa memperhatikan kepentingan anak secara sempurna

dan menciptakan suasana tidak baik bahkan bisa-bisa sifat yang semacam itu

tertanam dalam sifat anak.

Syarat keempat, amanah dan berbudi, maksudnya adalah dapat dipercaya

pemeliharaan dan pendidikannya terhadap anak yang di pelihara. Oleh sebab

itu,bagi hadhinah (pengasuh) yang khianat tidak boleh diberi beban untuk

memelihara anak. Amanah ialah menahan diri dari melakukan sesuatu yang tidak

halal dan tidak terpuji. Dengan demikian jika seorang tidak memiliki jiwa amanah

maka ia tidak memiliki hak untuk memelihara atau mengasuh anak. Khianat

adalah tidak melaksanakan sebagaimana mestinya apa-apa yang dipercayakan

baik dengan jalan menyalahi maupun mengabaikannya sehingga rusaklah apa

yang dipercayakan(amanah-kan) itu. Tidaklah sah lagi bagi hadhinah(pengasuh)

yang khianat karena bisa menjadikan terlantarnya anak dan bahkan nantinya anak

dapat meniru atas kelakuan seperti orang yang curang.

Syarat kelima mestilah islam, anak kecil muslim tidak boleh diasuh oleh

pengasuh yang non-muslim sebab hadhinah merupakan masalah perwalian,

sedangkan Allah SWT tidak memperbolehkan orang mukmin di bawah perwalian

orang kafir sebagaimana firman Allah SWT dibawah ini:

Page 28: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

20

(Mereka Yang munafik itu ialah) orang-orang Yang sentiasa menunggu-nunggu

(berlakunya sesuatu) kepada kamu; maka kalau kamu mendapat kemenangan dari

Allah (dalam sesuatu peperangan), berkatalah mereka (kepada kamu): "Bukankah

Kami turut berjuang bersama-sama kamu? (oleh itu Kami juga berhak menerima

bahagian dari harta rampasan perang)". dan jika orang-orang kafir pula

mendapat bahagian (yang menguntungkan Dalam peperangan), berkatalah

mereka (kepada orang-orang kafir itu): "Bukankah Kami turut membantu kamu

dan mempertahankan kamu dari (serang balas) orang-orang Yang beriman

(dengan mendedahkan rahsia perpaduannya)?" maka Allah akan menghakimi di

antara kamu semua pada hari kiamat; dan Allah tidak sekali-kali akan memberi

jalan kepada orang-orang kafir untuk membinasakan orang-orang Yang beriman.

Jadi hadhanah seperti perwalian dalam perkawinan atau harta benda dan

juga di takutkan bahw anak kecil yang di asuhnya itu akan dibesarkan dengan

agama pengasuhnya, di didik dengan agamanya. Hal ini merupakan bahaya yang

paling besar bagi anak tersebut, diriwayatkan juga dalam sebuah hadith yang

mana huraian dari hadith tersebut diceritakan oleh Rafi‟ bin Sinan bahwasanya ia

masuk islam tetapi istrinya enggan masuk islam, maka Rasulullah SAW

mendudukkan ibu di satu pojok dan bapak di satu pojok dan anak didudukkan

diantara keduanya, lalu anak itu condong kepada ibunya, maka Nabi bersabda

wahai Tuhan berilah hidayah kepadanya, lalu anak itu condong kepada bapaknya,

lalu bapaknya mengambil anak itu”.

Berdasarkan nash-nash di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa

seorang hadhinah yang kafir tidak boleh memelihara anak Muslim, karena

masalah agama di sini sangat penting. Adapun syarat keenam keadaan wanita

tersebut tidak bersuami. Tetapi jika wanita itu berkawin dengan laki-laki lain yang

masih dekat kerabatnya dengan si anak kecil tersebut, seperti paman dari

ayahnya,maka hadhanahnya tidak hilang, karena paman itu masih berhak atas

masalah hadhanah dan juga karena hubungannya dan kekerabatannya dengan anak

kecil tersebut sehingga dengan begitu akan bisa bersikap mengasihi serta

memperhatikan haknya, maka akan terjalinlah hubungan yang sempurna di dalam

menjaga si anak kecil itu, antara ibu dengan suami yang baru.

20

An nisa‟(5): hlm,141

Page 29: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Merdeka adalah syarat ketujuh, sebab seorang budak biasanya sangat sibuk

urusan-urusan dengan tuannya, sehingga ia tidak ada kesempatan untuk mengasuh

anak kecil, maka yang terjadi adalah terlantarnya asuhan karena bagaimanapun

sang budak harus bekerja dan mengabdi pada tuannya. Ketidak optimalan

pengasuhan terhadap anak, akan terjadi tidak sempurnanya pemeliharaan atau

asuhan sebagaimana mestinya.

D. Batas Umur Hadhanah

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan hadhanah

adalah kegiatan mengasuh, memelihara dan mendidik anak hingga dewasa dan

mampu berdiri sendiri. Dari pengertian hadhanah tersebut telah dapat dipahami

bahwa masa atau batas umur hadhanah adalah bermula dari saat ia lahir yaitu saat

di mana atas diri seorang anak mulai memerlukan pemeliharaan, perawatan

maupun pendidikan, kemudian berakhir bila si anak tersebut telah dewasa dan

dapat berdiri sendiri, serta mampu mengurus sendiri kebutuhan jasmani maupun

rohaninya.

Ketentuan yang jelas mengenai batas berakhirnya masa hadhanah tidak

ada, hanya saja ukuran yang dipakai adalah tamyiz dan kemampuan untuk berdiri

sendiri. Jika anak telah dapat membedakan mana sebaiknya yang perlu

dilaksanakan dan mana yang perlu ditinggalkan, tidak membutuhkan pelayanan

perempuan dan dapat membutuhi kebutuhan pokoknya sendiri, maka masa

hadhanah adalah sudah habis atau selesai.21

Menurut ulama‟ Syafi‟iyyah:”Masa pemeliharaan anak (hadhanah)

tidak ditentukan, akan tetapi anak kecil tetap pada ibunya sampai tamyiz dan

mampu memilih salah satu dari kedua orang tuanya. Maka ketika ia sampai pada

usia dapat memilih, ia disuruh memilih antara ibu atau ayahnya, apabila anak laki-

laki memilih ibu, maka ia tinggal bersama ibunya di malam hari dan pada ayahnya

di siang hari. Yang demikian itu agar terjamin pendidikannya. Apabila anak

perempuan memilih ibunya maka baginya tinggal bersama ibunya di malam hari

maupun siang hari. Apabila anak kecil itu memilih tinggal bersama ayah ibunya,

maka diundi di antara mereka. Dan apabila ia diam tidak memilih salah satu dari

mereka maka ia berada pada ibunya.”22

21

As Syyid Sabiq Muhammad,1983, Fiqh Sunnah,(Malaysia,Al-Hidayah), hlm, 173. 22

Jawad, Muhammad,Mugniah Al Ahwal Ashakhsiah, Beurut,2013,hlm, 417.

Page 30: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Menurut ulama‟ Hanafiyyah: Masa hadhanah itu tujuh tahun bagi anak

laki-laki dan sembilan tahun bagi anak perempuan.

Menurut ulama‟Malikiyyah:” Masa hadhanah itu mulai anak lahir sampai

baligh dan bagi anak perempuan sampai ia kawin”

Menurut ulama‟ Hanabillah: “Masa hadhanah itu tujuh tahun bagi anak

laki-laki dan anak perempuan,dan sesudahnya anak itu disuruh memilih di antara

kedua orang tuanya. Maka ia bersama dengan orang yang ia pilih dari mereka.”23

Dari pendapat beberapa ulama di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa masa hadhanah itu mulai sejak lahir dan berakhir apabila anak sudah

dewasa dan mampu berdiri sendiri serta mampu mengurusi sendiri kebutuhan

pokoknya. Jadi dalam hal ini adanya perbedaan pendapat hanyalah mengenai

batasan dewasa(mampu berdiri sendiri) dan batasan usia tamyiz. Mereka berbeda

pendapat mengenai hal ini karena memang tinkat kedewasaan dan kemampuan

berdiri sendiri serta usia tamyiz semestinya tidak bisa ditentukan.

Secara pasti dengan menggunakan standar usia, mengingat banyaknya

faktor yang dapat mempengaruhinya, seperti pendidikan, kebiasaan, lingkungan

dan sebagainya. Kesimpulan lain yang dapat penulis petik dari pendapat tersebut

adalah bahwa dalam hal terjadinya penceraian, maka hadhanah terbagi menjadi

dua bagian, yaitu sebelum tamyiz, dimana bagi seorang anak ibunyalah yang

berhak untuk menangani masalah hadhanah selama ibunya belum menikah dengan

orang lain. Dan setelah anak tersebut tamyiz sampai ia dewasa, atau mampu

berdiri sendiri. Dalam usia tamyiz itulah bagi diri si anak mempunyai hak

kebebasan untuk memilih antara ikut ayah atau ibunya, karena dalam usia

tersebut, anak sudah mempunyai kecenderungan untuk memilih siapa yang lebih

ia senangi. Hal tersebut berdasarkan apa yang pernah dilakukan Rasulullah SAW

di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan bahwa suatu ketika datang seorang

wanita kepada Rasulullah SAW lalu berkata: wahai Rasulullah, suamiku hendak

membawa pergi anakku, padahal dialah yang biasa mengambilkan air untukku

dari sumur Abu Uthbah dan dia benar-benar member manfaat padaku. Bagaimana

ini? Nabi s.a.w. lalu berkata kepada sang anak: ini ayahandamu dan ini ibundamu.

Maka peganglah tangan siapa diantara keduanya yang enkau kehendaki, ternyata

23

Ibid, hlm, 417.

Page 31: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

anak tersebut lalu memilih memegang tangan ibundanya, sehingga ibundanya pun

lantas membawa anak tersebut.24

Dari hadith tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masa

hadhanah(pemeliharaan anak) yang belum mumayyiz menjadi kewajiban bagi ibu

selagi belum menikah lagi. Apabila anak tadi sudah mumayyiz, maka diberi

kebebasan untuk memilih di antara keduanya (ayah\ibu), siapa baginya yang

merasa dapat memelihara,member keamanan, dan mengayomi baginya (anak).

E.Urutan Orang yang Berhak Hadhanah

Pengasuhan di samping hak dari anak asuh juga merupakan hak dari

pengasuh. Anak asuh berhak mendapatkan pengasuhan dari pengasuhnya karena

ia memerlukan pemeliharaan, bimbingan, petunjuk, pelajaran dan sebagainya yang

sangat di perlukan untuk menghadapi kehidupan terutama sebagai seorang muslim

pada masa yang akan datang. Demikian pula halnya pengasuh ia berhak atas

pengasuhan anak asuhnya karena ia termasuk orang yang menginginkan

kebahagiaan dan kemaslahatan anaknya pada masa yang akan datang. Sebagian

ahli Fiqh berpendapat bahwa pengasuhan anak yang paling baik adalah apabila

dilaksanakan oleh kedua orang tuanya yang masih terikat oleh tali perkawinan.25

Apabila kedua orang tuanya sudah bercerai maka dikembalikan pada

peraturan yang ada. Dalam hadhanah ibu adalah orang yang pertama kali

mempunyai hak. Dalam hal tersebut dapat dimaklumi, karena pada diri seorang

ibu terdapat sifat-sifat tertentu yang pada umumnya tidak dimiliki oleh seorang

ayah, atau setidaknya para ibu memiliki kelebihan dari sifat-sifat tertentu, di

bandingkan dengan yang ada pada diri seorang ayah. Sifat-sifat yang penulis

maksudkan adalah seperti sifat perasa, halus, lembut, kasih sayang, lebih mesra,

dan sabar.

Tugas mengasuh lebih diutamakan pada ibunya sampai anak itu

mumayyiz. Setelah anak mumayyiz maka anak tersebut diserahkan kepada pihak

yang lebih mampu, baikdari segi ekonomi maupun dari segi pendidikan diantara

keduanya. Jikalau keduanya mempunyai kemampuan yang sama maka anak itu

diberi hak untuk memilih yang mana diantara kedua antara ibu dan ayahnya yang

ia sukai untuk tinggal bersama. Atas dasar inilah, maka para ahli fiqh

24

Abdurrahim, Abu Nafis,2010, Fiqh Wanita Empat Mazhab,khazanah intelektual, hlm,

352 25

Mukhtar, Kamal, 1974, Asas-asas HukumIslam tentang perkahwinan(Jakarta:Bulan

Bintang) hlm, 131

Page 32: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

memperlihatkan bahwa kerabat ibu lebih didahulukan daripada kerabat ayah

dalam menangani masalah hadhanah.

Berikut ini pendapat beberapa ahli fikih mengenai urutan orang-orang yang

berhak dalam hadhanah, dengan ketentuan apabila orang yang menepati urutan

terdahulu terdapat suatu halangan yang mencegahnya dari hak hadhanah, maka

hak tersebut berpindah kepada orang yang menepati urutan yang berikutnya.

Menurut Ulama‟ Syafi‟iyyah: “Ibu, kemudian ibunya ibu, seterusnya

hingga ke atas dengan syarat mereka itu ada hubungan waris, kemudian ayah,

kemudian ibunya ayah, selanjutnya kerabat dari pihak ibu, dan kemudian disusuli

kerabat dari pihak ayah.

Menurut Ulama‟ Hanafiyyah: “Pindahnya hak hadhanah dari ibu kepada

ibunya ibu, kemudian ibuya ayah, kemudian saudara perempuan sekandung,

kemudian saudara perempuan seibu, kemudian saudara perempuan seayah,

kemudian anak perempuan saudara perempuan seibu demikian itu hingga sampai

kepada bibi(dari ibu) dan bibi(dari ayah).

Menurut Ulama‟ Malikiyyah: “Pindahnya hak hadhanah dari ibu kepada

ibunya ibu, jika tidak ada kemudian bibi dari ibu sekandung kemudian dari ibu

yang seibu, kemudian bibinya ibu dari arah ibu, kemudian bibinya ibu dari ayah,

kemudian ibu ibunya ayah, kemudian ibunya ayahnya ayah dan seterusnya.26

F. Upah Hadhanah(Mengasuh Anak)

Ibu tidak berhak atas upah hadhanah, seperti upah menyusui, selama ia

masih menjadi istri dari ayah anak kecil itu, atau selama masih dalam iddah.

Karena dalam keadaan tersebut ia masih mempunyai nafkah sebagai istri atau

nafkah masa iddah.27

Allah SWT berfirman: di dalam surah at Thalaq ayat 6. Ayat tersebut

menerangkan bahwa bagi perempuan selain ibunya, boleh menerima upah

hadhanah sejak saat menangani hadhanah anak tersebut, seperti halnya perempuan

26

Jawad, Muhammad,Mughniah Al Ah wal Ashakhsiah,2013(Beirut: Dar Al-Ilmi

Almalaliyyah), hlm, 415. 27

Abdul Rahman,:2012 , Fiqh Munakahat Indonesia Kencana, hlm, 186

Page 33: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

penyusu yang bekerja menyusui anak kecil dengan bayaran (upah). Kemudian

juga dapat kita pahamkan bahwa ayahlah yang wajib membayar upah

penyusuan(berdasarkan ayat tersebut di atas), maka begitu pula halnya dengan

upah hadhanah yaitu menjadi kewajiban ayah.

Berikut ini pendapat ulama‟ mengenai upah hadhanah:

Menurut Ulama‟ Syafi‟iyyah:

Bagi hadhinah(orang yang merawat atau mengasuh anak) berhak mendapat

upah atas pekerjaannya (melakukan hadhanah) atau selainnya.

Menurut Ulama‟ Hanafiyyah:

Pengasuh wajib memperoleh manakala sudah tidak ada lagi ikatan antara

ibu dan ayah si anak, dan tidak pula dalam masa iddah dalam talak raj‟i.

Demikian pula halnya bila ibunya berada dalam keadaan iddah dari talak bain atau

fasakh nikah yang masih berhak atas nafkah dari ayah si anak. Upah bagi orang

yang mengasuh wajib diambilkan dari harta si anak bila dia mempunyai harta dan

bila tidak, upah itu menjadi tanggungan orang yang berkewajiban memberi nafkah

padanya.28

28

Jawad, Muhammad,Mugniah Al Ahwal Ashakhsiah, Beurut,2013,hlm, 418

Page 34: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

BAB III

SEJARAH PERKEMBANGAN MAZHAB HANAFI DAN

MAZHAB SYAFI’I SERTA SEJARAH PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG ISLAM DI MALAYSIA

A. Mazhab Hanafi

1. Kelahiran Imam Hanafi

Imam Abu Hanifah merupakan salah seorang imam yang empat dalam

islam.Ia lahir dan meninggal lebih dahulu daripada para imam yang lain. Imam

Hanafi lahir di kota Kufah pada tahun 80H(699 M). Nama sebenar beliau ialah

Nu‟man bin Tsabit bin Zauth bin Mali. Ayah beliau berketurunan dari bangsa

parsi yang sudah menetap di Kufah. Beliau diberi gelar Abu Hanifah, karena di

antara putranya ada yang bernama Hanifah. Ada lagi menurut riwayat lain beliau

bergelar Abu Hanifah, karena begitu taatnya beliau beribadah kepada Allah,

karena Hanif di dalam bahasa arab bermaksud condong atau cenderung kepada

yang benar. Menurut riwayat lain pula, beliau diberi gelar Abu Hanifah karena

begitu dekatnya beliau dengan tinta, karena Hanif bermaksud tinta dalam bahasa

Iraq. Mazhab Hanafi lahir di bandar Kufah, Iraq. Pada masa zaman khalifah al-

Rasyidin, pemerintah Khalifah Umar telah menghantar seorang sahabat Rasulullah

s.a.w bernama Abdullah bin Mas‟ud, juga dikenali juga sebagai seorang periwayat

hadith yang masyhur, bahkan seorang yang banyak mengetahui tentang hukum

fiqh.Di antara para sahabat Rasulullah s.a.w, Ibn Mas‟ud mempunyai aliran

perundangan tersendiri, selain daripada Ibn Abbas, Ibn Umar dan Ibn „Amr.

2. Pendidikan

Beliau sempat belajar dengan beberapa orang sahabat Nabi Muhammad

s.a.w. termasuklah Anas bin Malik ,Abdullah bin Abi Aufa, Sahal bin Abi Saad,

Abdullah bin Al-Harith dan Abdullah bin Anas. Kecintaan beliau terhadap ilmu

telah membawa beliau untuk menuntut ilmu dengan 200 orang ulama termasuk

para sahabat dan tabiin. Ilmu yang di pelajari beliau termasuklah ilmu tauhid,

ilmu al-Quran, dan ilmu hadis selain mahir dalam bidang sastera. Beliau pernah

berguru dengan Hamad bin Sulaiman selama 20 tahun sebelum mengambil alih

tempat gurunya itu setelah gurunya itu meninggal dunia. Beliau banyak

menghabiskan masa di masjid untuk menyampaikan ilmu pengetahuan terutama

berkenaan bidang agama kepada orang ramai. Beliau juga terkenal dengan

Page 35: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

kebijaksanaan beliau dalam membezakan hadith sahih dan juga sebaliknya karena

beliau sangat berhati-hati dalam menentukan sesuatu hukum mengikut martabat

hadith. Imam Abu Hanifah terkenal sebagai ahli fikir dalam islam karena

menggunakan akal fikirannya dalam memutuskan sesuatu hukum apabila sesuatu

hukum tidak terdapat di dalam al-Quran. Berbekalkan kebolehan yang dimiliki

beliau, beliau berjaya menyusun ilmu-ilmu berkenaan hokum fiqh sehingga

menjadi bab-bab seperti yang terdapat pada masa kini dan beliau merupakan

ulama pertama yang menyusun kitab fikah secara tersusun mengikut bab dan

fasal.

Beliau juga menyusun kitab “Al-Faraid”(harta pusaka) dengan lengkap.

Cara pemikiran beliau mempengaruhi anak-anak muridnya yang menyebarkan

ilmu mengikut aliran pendapat melalui kuliah dan penulisan. Beliau acapkali

menegah murid- muridnya bertaklid tetapi menggalakkan menggunakan akal

fikiran mengenai sesuatu hukum dan menegah umat islam beramal dengan

perkara-perkara bidaah dalam ibadat.

3. Pemikiran

Maksud pemikiran ahli ra‟yi ialah pemikiran yang berasaskan logikal dan

analogi, berbanding pemikiran berasaskan sumber nash. Lawan kepada pemikiran

aliran ahli al-ra‟yi adalah ahli al-hadith. Ahli al-hadith lebih menggunakan sumber

daripada sirah dan sejarah Rasulullah berbanding mengutamakan penggunaan

interpretasi akal. Antara sebab yang dilihat mengapa Imam Abu Hanifah lebih

banyak menggunakan kaidah qiyas dan istihsan(perubahan hukum) ialah karena

kedudukannya di Kufah adalah jauh dengan Mekah dan Madinah yang merupakan

pusat pengajian Sunnah dan Hadith Rasulullah. Oleh karena itu, menurut kaidah

Imam Abu Hanifah, seandainya terdapat dalil yang kurang diyakini datang

daripada Rasulullah, beliau lebih mengutamakan qiyas, atau kaidah analogi.

Kaidah analogi ialah melakukan persamaan antara hokum bagi perkara

baru yang tidak disebutkan oleh nash(al-quran atau hadith) berasaskan hukum

perkara yang disebut oleh nash karena terdapat persamaan „llah antara kedua-dua

kes tersebut. Qiyas bukan mencari persamaan hukum moden dengan hukum

zaman dahulu. Tapi mencari persamaan hukum moden, dengan „illah daripada

dalil. Qiyas perlu „illah daripada dalil, bukan dari hukum hasil ijtihad. Madzhab

Hanafi mempolopori aliran tersendiri dalam ushul fiqh, bahkan menjadi pelopor

kepada kaidah fiqhiyyah sebelum madzhab lain mengikutinya. Bahkan majoriti

sarjana aliran Hanafi mendakwa Imam Hanafi terlebih dahulu menulis buku

Page 36: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

tentang Ushul Fiqh sebagai disiplin ilmu sebelum karya agung Imam al-Syafi‟I,

al-Risalah, tetapi ini gagal di buktikan karena tidak ada bukti kuat.

Apapun,aliran Hanafiyah mempunyai pendekatan berbeda dengan aliran

majoritas sarjana ushul fiqh. Aliran ini menggunakan hukum cabang dan pendapat

Imam Abu Hanifah lantas menjadikannya sebagai teori yang boleh menjadi asas

kepada penyelidikan yang baru. Kaidah ini adalah kaidah induktif iaitu

mengumpulkan bukti-bukti untuk mencipta teori umum. Berasaskan teori ini, Ibn

Khaldun menganggap kaidah Hanafiyah sebagai praktikal dan lebih mudah

difahami berbanding teori Ushul Fiqh aliran Syafi‟iyah dan

mutakallimun(termasuklah aliran muktazilah),walaupun majoritas sarjana Ushul

Fiqh tidak menolak bahwa teori majoritas lebih fundamental, berbanding aliran

Hanafiyyah.29

Pendekatan induktif ini bukan satu perkara yang asing kepada aliran

Hanafiyyah karena Qawaid Fiqhiyyah juga mula terbentuk melalui sarjana

madzhab Hanafi seperti Ibn Nujaym al-Qawaid Fiqhiyyah atau islamik ini ialah

kaidah umum yang boleh di pakai untuk mencari hukum baru contohnya,”

keyakinan tidak dapat dihapuskan dengan sangkaan” atau “Sesuatu perkara itu

dinilai berasaskan objektifnya” dan banyak lagi cabang-cabagnya yang mula

dipopularkan oleh mazhab Hanafi seterusnya di kembangkan oleh ramai mazhab

lain. Kaidah-kaidah sebegini sebenarnya disusun berasaskan kepada pemerhatian

yang mendalam dan menyeluruh, terhadap pelbagai hukum fekah.

4. Perkembangan Mazhab

Perkembangan mazhab Hanafi dalam sejarah Islam banyak disebarkan

oleh pengikut-pengikut Imam Hanafi. Menurut riwayat, bahwa para sahabat yang

membukukan mazhab beliau ada empat puluh orang. Diantara murid-murid Abu

29

Muhammad, Abu Zuhrah, Abu Hanifah Hayatuhu Wa ashruhu Arauhu wafiqhuhu, Dar

Al-Fikr Al Arabi,hlm, 14-26

Page 37: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Hanifah yang paling masyhur adalah Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan,Hasan

bin Ziyad dan Zufar.30

B. Mazhab Syafi’i

1. Kelahiran Imam Syafi’i

Imam Syafi‟I dilahirkan digaza pada bulan rajab tahun 150 H(767 M).

Menurut suatu riwayat, pada tahun itu juga wafat Imam Abu Hanifah. Imam

Syafi‟i wafat di Mesir pada tahun 204 H(819 M). Nama Imam Syafi‟i adalah Abu

Abdillah Muhammad ibn Idris ibn Abbas ibn Said ibn Yazid ibn Hasyim ibn Abd

al- Muthalib ibn Abd al-Manaf ibn Qushay al-Quraisyiy. Abd al-Manaf ibn

Qushay kakek kesembilan dari Imam Syafi‟I adalah Abd Manaf Ibn Qushay kakek

ke empat dari nabi Muhammad SAW. Jadi nasab Imam Syafi‟i bertemu dengan

nasab nabi Muhammad SAW pada Abd Manaf.31

Adapun nasab Imam Syafi‟i bin Fatimah binti Abdullah ibn Hasan ibn

Husen ibn Ali ibn Abi Thalib.32

Dengan demikian, maka ibu Imam Syafi‟i adalah

cucu dari Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, menantu nabi Muhammad S.A.W. dan

Khalifah yang keempat yang terkenal dalam sejarah ditemukan bahwa Said ibn

Yazid kakek Imam Syafi‟I yang kelima adalah sahabat nabi Muhammad S.A.W.

Ketika ayah dan ibu Imam Syafi‟I pergi ke negeri Syam dalam suatu urusan,

lahirlah Imam Syafi‟I di Ghaza atau Asqalan. Ketika ayahnya meninggal, ia masih

kecil. Ketika baru berusia dua tahun, Imam Syafi‟I kecil di bawa ibunya ke

Makkah. Di besarkan ibunya dalam keadaan fakir.

2. Pendidikan

Imam Syafi‟I, pada usia 7 tahun sudah dapat menghafal Al-Quran. Ia

mempelajari Al-Quran pada Ismail ibn Qasthanthin, qari kota Makkah. Sebuah

riwayat mengatakan bahwa Imam Syafi‟I pernah khatam Al-Quran dalam bulan

ramadhan sebanyak 60 kali. Imam Syafi‟I pergi ke Makkah menuju suatu dusun

Bani Huzail untuk mempelajari bahasa Arab karena disana terdapat pengajar-

pengajar bahasa arab yang fasih dan asli. Imam Syafi‟I tinggal di huzail selama

30

http://ideolog.my\v3\modules\ 31

Huzaemah Tahido Yanggo,Pengantar Perbandingan Mazhab(terbitan gaung

persada,2011)hlm.134. 32

Abdul Aziz Asy-Syinawi,Biografi Empat Imam Mazhab (Jakarta:Beirut

Publishing,2013)hlm.386.

Page 38: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

kurang lebih 10 tahun. Disana ia belajar sastra Arab sampai mahir dan banyak

menghafal syiir-syiir dari Imru‟u al-Qais, Zubaer,dan Jahir. Dengan mempelajari

sastra Arab, ia terdorong untuk memahami kandungan Al-Quran dan bahasa Arab

yang fasih dan murni. Imam Syafi‟I menjadi orang yang terpecaya dalam soal

syi‟ir-syi‟ir kaum Huzael.33

Sebelum menekuni fikih dan hadith, imam Syafi‟I tertarik pada

puisi,syi‟ir ,sajak dalam bahasa Arab. Ia belajar hadis dari imam Malik di

Madinah dalam umur 13 tahun. Dia telah menghafal kitab al- Muwatha‟.

Sebelumnya imamSyafi‟I hadith kepada Sufyan ibn Uyainah salah seorang ahli

hadith di Makkah.

Menurut Khudhary , sebelum Imam Syafi‟I pergi ke Baghdad beliau telah

mempelajari hadis dari dua ahli hadis kenamaan yaitu Sufyan ibn Uyainah di

Makkah dan imam Malik di Madinah. Keduanya merupakan guru imam Syafi‟I

yang terbesar, sekali pun ada guru-guru yang lainnya. Menurut Ahmad Amin

dalam Dhuha al-Islam, Imam Syafi‟I belajar fikih dengan Muslim ibn Khalid al

Zanji seorang mufti Makkah. Kemudian beliau ke Madinah menjadi murid imam

Malik serta mempelajari al-Muwatha‟ yang telah dihafalnya sehingga imam Malik

melihat bahwa imam Syafi‟I termasuk orang yang cerdas dan kuat ingatannya.

Oleh sebab itu Imam Malik sangat menghormati dan dekat dengannya.

Menurut ibn Hajar Asqalany, Selain kepada Muslim Ibn Khalid al-Zanjiy,

Malik dan Sufyan ibn Uyainah, Imam Syafi‟I belajar pula kepada Ibrahim ibn said

ibn Salim al Qadah, al Dawardir, Abd Wahab al Thaqafi ibn Ulayyah Abu

Dhamrah hatim ibn Ismail, Ibrahim ibn Muhammad ibn Abi Yahya, Ismail bin

Ja‟far, Muhammad ibn Khalid al-Jundy, Umar ibn Muhammad ibn Ali ibn Syafi‟I

,Athaf ibn Khalid al Mahzumy, Hisyam ibn Yusuf al Shan‟ny dan sejumlah ulama

lainnya imam Syafi‟I belajar kepada imam Malik di Madinah sampai imam Malik

meninggal. Setelah itu dia pergi merantau ke Yaman. Di yaman pernah mendapat

tuduhan dari Khalifah Abbasiyah (penguasa waktu itu) bahwa al Syafi‟I pernah

berbai‟at „Alawy atau dituduh sebagai Syi‟iy. Karena tuduhan itu maka ia

dihadapkan kepada Harun Arrasyid, Khalifah Abbasiyah. Ternyata Harun

Arrasyid membebaskannya dari tuduhan tersebut. Peristiwa itu terjadi pada tahun

184 H. ketika imam Syafi‟I di perkirakan berusia 34 tahun.

33

Huzaemah Tahido Yanggo,Pengantar Perbandingan Mazhab(terbitan gaung

persada,2011)hlm.136

Page 39: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Tahun 195H, al-Syafi‟I pergi ke Baghdad dan menetap di sna 2 tahun.

Setelah itu ia kembali lagi ke Makkah. Pada tahun 198H, pergi ke Mesir dan

menetap di Mesir sampai wafat pada tanggal 29 Rajab sesudah menunaikan shalat

„isyak. Imam Syafi‟I di kuburkan di suatu tempat di Qal‟ah, yang bersama Mishru

Al Qadimah.

Ibn Hajar mengatakan pula, bahwa ketika kepimpinan fikih di Madinah

berpuncak pada tahun imam Malik, imam Syafi‟I pergi ke Madinah untuk belajar

kepadanya. Dan ketika kepimpinan fikih di Iraq berpuncak pada Abu Hanifah dan

imam Syafi‟I belajar fikih di Iraq kepada ibn Al Hasan Al Syaibany( salah seorang

murid imam Hanifah). Oleh sebab itu pada imam Syafi‟I berhimpun pengetahuan

fikih Ashbab al hadith(imam Malik) dan fikih Ashbab al ra‟yi (Abu Hanifah) .

3. Pemikiran

Pemikiran fikih mazhab Syafi‟I di awali oleh imam Syafi‟I, yang hidup di

zaman pertentangan antara aliran ahlul hadits(aliran yang cenderung berpegang

pada teks hadits) dan Ahlul Ra‟yi(aliran yang cenderung berpegang kepada akal

pikiran atau ijtihad). ImamSyafi‟I belajar kepada imam malik sebagai tokoh ahlul

hadits dan imam Muhammad bin Hasan Asy Syaibani sebagai tokoh ahlul Ra‟yi

yang juga murid imam Abu Hanifah. Imam Syafi‟I kemudian merumuskan aliran

atau mazhabnya sendiri, yang dapat dikatakan berada di antara kedua kelompok

tersebut.Imam Syafi‟I menolak metode istihsan dari imam Abu Hanifah maupun

metode mashalih mursalah dari imam Malik. Namun demikian mazhab Syafi‟I

menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang imam Malik. Meskipun

berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan imam Syafi‟I sebagai

ulama‟ fikih ,ushul fikih, dan hadits di zamannya membuat mazhabnya

memperoleh banyak pengikut dan kealimannya diakui oleh berbagai ulama‟ yang

hidup sezaman dengannya.

Dasar-dasar mazhab Syafi‟I dapat dilihat dalam kitab ushul fikih Ar risalah

dan kitab fikih al Umm. Di dalam buku-buku tersebut imam Syafi‟I menjelaskan

kerangka dan prinsip mazhabnya, serta beberapa contoh merumuskan hokum

far‟iyyah atau hukum yang bersifat cabang.

1. Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan

bahwa yanga dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi‟I pertama

sekali selalu mencari alasannya dari al Quran dalam menetapkan

hukum islam.

Page 40: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

2.. Sunnah , dari rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak

ditemukan rujukan dari al Quran. Imam Syafi‟I sangat kuat pembelaannya

terhadap sunnah sehingga dijuluki Nashir Assunnah(pembela sunnah

nabi).

3. Ijma‟, atau kesepakatan para sahabat nabi yang tidak dapat perbedaan

pendapat dalam satu masalah.Ijma‟ yang diterima imam Syafi‟I sebagai

landasan hokum adalah ijma‟ para sahabat bukan kesepakatan seluruh

mujtahid pada masa tertentuterhadap suatu hokum karena menurutnya hal

seperti ini tidak mungkin terjadi.

4. Qiyas, yang dalam Ar risalah disebut sebagai ijtihad apabila dalam ijma‟

tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi imam Syafi‟I menolak dasar

istihsan dan istihlah sebagai salah satu cara manetapkan hokum islam.

Qaul Qadim dan Qaul Jadid. Imam Syafi‟I pada awalnya pernah tinggal

menetap di Baghdad. Sela tinggal disana ia mengeluarkan ijtihad-ijtihadnya yang

biasa disebut dengan istilah Qaul Qadim(pendapat yang lama). Ketika kemudian

pindah ke Mesir karena munculnya aliran mu‟tazilah yang telah berhasil

mempengaruhi kekhalifahan , ia melihat kenyataan dan masalah yang berbeda

dengan yang sebelumnya yang ditemui di Baghdad. Ia mungkin mengeluarkan

ijtihad –ijtihad baru yang berbeda yang biasa disebut dengan istilah Qaul

Jadid(pendapat yang baru). Imam Syafi‟I berpendapat bahwa tidak semua qaul

jaded menghapus qaul qadim. Jika tidak ditegaskan penggantiannya dan terdapat

kondisi yang cocok, baik dengan qaul qadim ataupun dengan qaul jaded , maka

dapat digunakan salah satunya. Dengan demikian terdapat beberapa keadaan

yang memungkinkan kedua qaul tersebut dapat digunakan dan keduanya tetap

dianggap berlaku oleh para pemegang mazhab Syafi‟i.

4. Perkembangan

Penyebar luasan pemikiran mazhab Syafi‟I berbeda dengan mazhab Hanafi

dan Mazhab Maliki ,yang banyak dipengaruhi oleh kekuasaan kekhalifahan.

Pokok pikiran dan prinsip dasar mazhab Syafi‟I terutama disebar luaskan dan

dikembangkan oleh para muridnya. Murid-murid utama imam Syafi‟I di Mesir

yang menyebar luaskan dan mengembangkan mazhab Syafi‟I pada awalnya

adalah Yusuf bin Yahya al-Buwaiti(w.846),Abi Ibrahim Ismail binYahya Al

Muzani(w.878),Ar-Rabi bin Sulaiman al- Marawi(w.884). Imam Ahmad bin

Hanbal yang terkenal sebagai ulama‟ hadits terkemuka dan pendiri fiqh mazhab

Hambali, juga pernah belajar kepada imam Syafi‟I. Selain itu masih banyak

Page 41: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

ulama‟-ulama‟yang terkemudian yang mengikuti dan terut menyebarkan mazhab

Syafi‟I , antara lain, Imam Abu al-Hasan al-Asy‟ari, Imam Bukhari, Imam

Muslim, Imam Nasa‟I , Imam Baihaqi, Imam Turmidzi, Imam Ibn Majah dan

lainnya.

Menurut Abu Bakar al Baihaqi dalam kitab Ahkam Al-Quran, bahwa

karya Imam Syafi‟I cukup banyak, baik dalam bentuk risalah maupun dalam

bentuk kitab. Al Qadhi imam Abu Hasan ibn Muhammad al Maruzy mengatakan

bahwa Imam Syafi‟I menyusun 113 buah kitab tentang tafsir, fikih adab dan lain-

lain.

Kitab-kitab Imam Syafi‟I baik yang di tuliskan sendiri didiktikan kepada

muridnya maupun dinisbahkan kepadanya, antara lain sebagai berikut:34

a) Kitab al-Risalah, tentang usul fiqh

b) Kitab al-Umm, sebuah kitab fikih yang du dalamnya dihubungkan

sejumlah kitabnya.

c) Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa Abi Laila

d) Kitab Ikhtilaf Malik wa Syafi‟i

e) Kitab Jami‟ Al Ilmi

f) Kitab Al Radd „Ala Muhammad ibn Al Hasan

g) Kitab Siyar al Auza‟iy

h) KItab Ikhtilaf al Hadith

i) KItab Ibthalu al Istihsan

j) Kitab Al Musnad, berisi hadith-hadith yang terdapat dalam kitab Al

Umm yang dilengkapi dengan sanad-sanadnya.

Kitab-kitab Imam Syafi‟I di kutip dan dikembangkan oleh para muridnya

yang tersebar di Makkah Irak, Mesir dan lain-lain. Kitab Ar Risallah merupakan

kitab yang memuat usul fiqh . Dari kitab al Umm dapat diketahui bahwa setiap

hokum far‟I yang di temukannya tidak lepas dari penerapan hokum fikih. Imam

Syafi‟I ketika datang ke Mesir pada umumnya dikala itu penduduk Mesir

mengikut Mazhab Hanafi dan mazhab Maliki . Kemudian setelah ia membukukan

kitabnya (qaul Jadid) . Ia mengajarkan di masjid „Amr ibn „Ash , maka mulai

berkembanglah pemikiran mazhabnya di Mesir. Apalagi dikala itu yang menerima

pelajaran darinya banyak dari kalangan ulama, seperti Muhammad ibn Abdullah

ibn Abd Alhakam, Ismail ibn Yahya, al Buwhaitiy, al Ribi‟, al jiziy,Asyhab ibn al

34

Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab,(Ciputat, Gaung

Persada,2011), hlm. 150.

Page 42: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Qasim dan ibn Mawaz. Mereka adalah ulama yang berpengaruh di Mesir. Inilah

yang mengawali tersiarnya mazhab Syafi‟I sampai ke seluruh pelosok.

C. Sejarah Pelaksanaan Undang-Undang Islam Di Malaysia

Pelaksanaan undang-undang Islam di Malaysia saat ini harus dipahami

berdasarkan perkembangan undang-undang Negara, terutama zaman sebelum

merdeka yaitu zaman penjajahan Inggris. Pengalaman-pengalaman mereka

menjajah Negara ini dan seterusnya memperkenalkan beberapa undang-undang

tertulis yang mana sebagiannya telah dipertahankan hingga hari ini juga harus

diteliti, karena ia mempunyai hubungan dalam konteks perkembangan dalam

pelaksanaan undang-undang Islam. Beberapa istilahyang berkaitan, misalnya

istilah “undang-undang Islam” dan istilah “pengatur” atau “administrator”

undang-undang ada hubungannya dengan pelaksanaan undang-undang itu sendiri.

Secara umum, istilah “pengaturan” atau “administrasi” undang-undang

lebih mendekati kepada urusan politik yang membawa maksud bagaimana

mengurus sesuatu perkara yang merujuk kepada kehendak dan kepentingan

masyarakat itu sendiri atau dengan kata lain dapat dipahami sebagai “kekuatan

kebijaksanaan melalui otoritas pemerintah yang du buat secara resmi”.Peraturan-

peraturan yang diperlakukan itu membawa kebaikan jika dirujuk berdasarkan

semangat atau ruh syariat itu sendiri.Sebab itu, pada kenyataannya ketentuan

hokum yang dibuat semasa penjajahan Inggris berkaitan dengan pelaksanaan

hokum syari‟at di Negara ini sebagiannya telah dilanjutkan setelah merdeka

hingga kini.Walaupun konsep atau niat asal pembuatan undang-undang tersebut

lahir secara kebetulan semata-mata untuk menjaga kepentingan atau maslahah

masyarakat yang mereka kelola.

Sebagaimana dimaklumi, penjajahan Inggris di Tanah Melayu bermula di

negeri-negeri yang di katagorikan sebagai Negeri-negeri Selat dan kemudiannya

di Negeri-negeri Melayu yang mana diistilahkan sebagai negeri –negeri Melayu

Bersekutu dan negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu. Sejarah menuliskan bahwa

sebagian kekuasaan pemerintahan mereka ditentukan melalui otoritas Sultan

sebagai kepala Negara dan kepala agama di Negara masing-masing. Sedangkan

kekuasaan eksekutif di tangan mereka. Ini dapat dilihat setelah Perjanjian Pangkor

1874, dan kemudian banyak mempengaruhi system pemerintahan Negara ini

setelah merdeka termasuk undang-undang administrasi urusan agama Islam di

negeri-negeri. Pengalaman dan efisiensi administrasi mereka sanagat efektif sekali

mempengaruhi hal-hal yang berhubungan dengan administrasi urusan agama

Page 43: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Islam sampai hari ini. Umum memahami bahwa antara perkara yang disetujui

dalam perjanjian tersebut ialah mereka tidak mencampuri dalam urusan yang

berkaitan dengan agama Islam. Namun, hamper semua negeri-negeri melayu

memiliki suatu undang-undang administrasi Islam yang hampir seragam yang di

tujukan kepada persoalan undang-undang diri bagi orang-orang Islam di negeri

masing-masing. Misalnya undang-undang pendaftaran pernikahan dan perceraian

orang-orang Islam serta undang-undang pembentukan dan yurisdiksi (hak hukum)

hakim pengadilan. Mereka beranggapan bahwa mereka tidak mencampuri urusan

agama tetapi sebagai pihak yang memiliki kekuasaan eksekutif yang mutlak.

Maka menjadi tanggung jawab mereka untuk menjaga kepentingan public terlepas

dari masalah agama. Sebab itu, mereka berhasil memperkenalkan undang-undang

administrasi untuk tujuan koordinasi semua undang-undang yang mereka

perkenalkan. Bahkan dalam soal yang menyentuh secara spesifik tentang undang-

undang syariah yaitu dalam menentukan interpretasi sesuatu hal sebagai hukum

syari‟ah atau adat Melayu dimana memiliki keterkaitan dengan soal deskripsi atau

persoalan yang tidak jelas. Maka peraturan tertulis di perkenalkan untuk member

kekuatan kepada Dewan Negara( State Council) mengkonfirmasi sesuatu hal yang

di bangkitkan itu berkaitan dengan hukum syari‟ah atau adat Melayu.

Secara umum, pada fase pemerintahan mereka undang-undang substantive

yang diperkenalkan dapat dibagikan kepada tiga hal yaitu undang-undang

keluarga, harta dan kesalahan-kesalahan terhadap agama. Pertama, isi undang-

undang keluarga meliputi hal yang terkait dengan permulaan untuk pernikahan.

Misalnya pertunangan, ingkar janji pertunangan dan mahar, saat akad misalnya

talak biasa, khulu’ dan fasakh.

Sementara kedua, perkara yang berkaitan dengan harta adalah difokuskan

kepada harta warisan, wasiat dan harta wakaf orang-orang Islam yang banyak

berkaitan dengan undang-undang tertulis lainnya. Dan bukan perkara yang

berkaitan dengan administrasi urusan agama islam misalnya Ordinan Harta Pusaka

Kecil(Pembagian). Dimana kekuasaan diberikan kepada Pegawai Pemungut Hasil

Tanah untuk mengurus dan menyelesaikan sengketa dan setiap banding tentang

sengketa tersebut akan dilakukan di Pengadilan Sipil (Pengadilan Tinggi). Hingga

kini sengketa kasus tersebut di buat di Pengadilan Sipil dimana biasanya hukum

syariah akan diperhitungkan jika tidak menyentuh hokum tertulis atau sesuai

dengan hokum tertulis yang dipakai.

Page 44: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Ketiga, hal yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap agama yang

dimulai dari kesalah-kesalan. Misalnya tidak mendaftarkan pernikahan dan

perceraian, melaksanakan akad nikah tanpa izin atau tidak sesuai hukum. Hingga

kesalahan-kesalahan yang berhubungan dengan moral, contohnya melakukan zina,

khalwat, meminum minuman keras, ataupun hal-hal yang berkaitan akidah seperti

tidak melaksanakan shalat Jum‟at tanpa udzur syar‟I, tidak membayar zakat, tidak

berpuasa di bulan Ramadhan dan lain sebagainya.

Ketepatan memperkenalkan sitem undang-undang melalui pembentukan

Majelis Negara yang bertindak sebagai badan pemutus tindakan-tindakan

eksekutif. Selain berfungsi sebagai badan yang mengesahkan suatu tindakan

melalui peraturan-peraturan tertulis, yang mana diperkenalkan dengan

prinsip”duluan mengikat” banyak mempengaruhi interprestasi status dan referensi

undang-undang Syari‟ah atau hokum Islam jika kasus tersebut dibicarakan di

Pengadilan Sipil. Pemakaian undang-undang umum Inggris (English Comman

Law) dan peraturan ekuitinya yang diberlakukan di Negeri-negeri Melayu

Bersekutu pada tahun 1937 melalui peraturan Hukum Sipil, serta melebar ke

Negara lain pada tahun 1951 yang kemudian dikenal sebagai Ordonansi Undang-

undang Sipil 1956. Telah dengan sendirinya memperkuat administrasi undang-

undang perdata dan sedikit banyaknya mempersempit penafsiran hokum Islam.35

Kasus-kasus yang diputuskan sepanjang penjajahan, dimana melibatkan

soal adat Melayu dan undang-undang syari‟ah juga mempengaryhu ketentuan

konstitusi yang dibuat kemudian. Selanjutnya mempengaruhi perkembangan

administrasi urusan agama Islam di negara ini. Biasanya hakim Inggris tidak

dapat membedakan antara perkara hokum syaria‟ah dan adat Melayu atau adat

Melayu yang sesuai dengan hukum syari‟ah begitu juga sebaliknya. Dapat

disimpulkan bahwa kebanyakan penilaian dibuat dengan banyak

memperhitungkan aspek prosedural dan aspek deskripsi. Yang jika dipenuhi maka

barulah membahas undang-undang Syari‟ah atau yang diistilahkan sebagai hukum

Islam.

Bisa dikatakan semua kasus yang diputuskan dan terkait dengan

pemakaian hukum Islam telah melibatkan kasus-kasus perdata. Yang relative

dapat ditafsirkan sebagai hal yang memiliki berkaitan dengan hukum atau

kewajiban bagi diri sendiri untuk orang-orang yang menganut agama Islam dan

sama sekali tidak melibatkan undang-undang pidana umum. Bahkan kesalahan-

35

Md.Supi, Siti Shamsiah, 2005,Asas dan Kerangka Perundangan Negara Islam

Malaysia, Percetakan Zainon Kasim sdn bhd, hlm, 29.

Page 45: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

kesalahan yang ada di tafsirkan sebagai pelanggaran agama atau kesalahan

melanggar ketentuan undang-undang administrasi urusan agama. Oleh sebab itu,

walaupun dalam sejarah peradilan di tanah Melayu telah tercatat menggunakan

undang-undang Islam dan bukan merupakan sesuatu yang asing lagi untuk

digunakan sebagai hukum negeri tetapi sebenarnya ia hanya merujuk kepada

hukum bagi diri sendiri. Pengalaman-pengalaman ini serupa dengan laporan

komisi yang mengusulkan, bagaimanakah bentuk dan isi Konstitusi Federal yang

sesuai untuk sebuah Negara yang akan merdeka pada tahun 1957 itu.36

36

Kias.edu.myperundanagan.htm

Page 46: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

BAB IV

PEMBAHASAN

HAK HADHANAH MENURUT HANAFIYYAH DAN

SYAFI’IYYAH SERTA KONSEPSI HADHANAH

DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM

MALAYSIA

A. Hadhanah menurut Hanafiyah

Pengertian hadhanah menurut mazhab Hanafi yaitu mendidik anak yang

belum dapat mengurus diri sendiri dalam batasan umur tertentu oleh orang yang

berhak terhadapnya, yaitu dari kalangan keluarganya.37

1. Orang yang Berhak atas Pengasuhan dari Pihak Perempuan

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa hak dan tanggung jawab memelihara

anak hasil daripada perceraian adalah hak bersama saudara-saudara perempuan

dari ibu anak tersebut yaitu dengan didahulukan oleh ibu dan ibu kepada

ibunya(nenek). Jika tidak ada nenek dari pihak ibunya, maka hak itu berpindah

kepada nenek dari pihak bapaknya(ibu dari bapak anak tersebut). Kemudian

saudara perempuan dari ibu anak tersebut yang seibu sebapak, diikuti saudara

perempuan seibu, saudara perempuan sebapak, anak perempuan daripada saudara

perempuan seibu dan seterusnya. Jika tidak ada juga dari pihak ahli waris atau

pihak yang dinyatakan, maka harus dicari wanita-wanita yang ada hubungan darah

dari ibu atau bapak anak itu.38

Kemudian menurut Hanafiyyah dalam qaul jadid, yang berhak mengurus

anak adalah nenek dari ayah, kemudian neneknya ayah, dan buyutnya ayah.39

Didalam salah satu riwayatnya: ibu lebih berhak atas anaknya hingga anak

itu besar dan dapat berdiri sendiri dalam keperluan makan, minum, pakaian,

beristinjak, dan berwudhu‟. Setelah itu bapanya berhak memeliharanya hingga ia

dewasa, dan tidak diberi pilihan .

37

Umar Abidin Muhammad Amin,2003, Hashiah Ibnu Abidin, Dar Alamul Kutub, hlm

252. 38

Ibnu Najim, Zainuddin, Al Bahrul Raiq Shahru Kanzu Daqaiq, hlm, 182 39

Wahbah Zuhaili,2011 Fiqhul Islami Waadillatuhu (Indonesia,Gema Insani), hlm, 62

Page 47: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

2. Orang yang Berhak atas Pengasuhan dari Pihak Laki-laki

Apabila anak yang hendak dipelihara tidak memiliki ,kerabat wanita yang

berhak memeliharanya seperti dalam urutan di atas, hak mengasuh dan

memelihara dilimpahkan kepada kerabat laki-laki terdekat sesuai urutan ahli

warisnya yang mahram yaitu ayah,kakek samapi ke atas, kemudian saudara dan

anak-anaknya sampai ke bawah. Setelah itu para paman dan anak-anaknya. Jika si

anak tidak memiliki kerabat laki-laki, hak untuk memeliharanya dilimpahkan

kepada kerabat lain yang masih ada hubungan keluarga seperti paman, dari jalur

ibu, anak paman dari jalur ibu, pamannya ibu, dan paman kandung. Alasannya

karena mereka mempunyai hak untuk menikahkan sehingga mereka juga berhak

untuk memelihara.

Berbeda halnya jika ada dua orang dalam satu tingkat kekerabatan seperti

ada dua paman misalnya, maka yang didahulukan adalah yang lebih wara‟.

Kemudian yang lebih tua tetapi tidak fasik atau bodoh dan tidak memberikan hak

bagi anak paman yang tidak amanah untuk memelihara putrid yang cantik.

Atau jika si anak sudah tidak memiliki ahli waris, maka hak

memeliharanya akan dilimpahkan kepada sanak kerabat dari jalur laki-laki dan

perempuan beserta anak-anak mereka. Kemudian kepada saudara laki-laki dari ibu

yaitu paman. Setelah itu hakim memilih atau menyerah anak yang akan dipelihara

kepada orang yang ia pilih dan ia percaya.40

3. Syarat-syarat umum untuk Laki-laki dan Perempuan

Baligh, berakal, memiliki kemampuan untuk mendidik anak yang

dipelihara, mempunyai sifat amanah, tidak mensyaratkan beragama Islam.

Ulama‟ Hanafiyyah tidak mensyaratkan orang yang memelihara anak

harus beragama Islam. Menurut mereka,non muslim dari ahli kitab atau bukan

ahli kitab boleh menjadi hadhinah atau pemelihara. Baik ibu sendiri maupun orang

lain.

40

Ibid,2011, hlm, 64.

Page 48: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Rasullulah SAW sendiri pernah memberikan kebebasan kepada seorang

anak antara ikut ayahnya yang muslim atau ibunya yang musyrik. Dan ternyata

anak tersebut lebih condong kepada ibunya. Rasulullah SAW, lantas berdoa “ Ya

Allah , berilah petunjuk kepada anak itu dan luruskan hati anak itu agar ikut pada

ayahnya.” Karena pemeliharaan anak itu berkaitan dengan kasih sayang dan kasih

sayang tidak berkaitan dengan perbedaan agama.

Akan tetapi, mereka berbeda pendapat mengenai lamanya anak yang

dipelihara oleh hadhinah dari wanita non muslim. Hanafiyyah berpendapat bahwa

anak tersebut ikut bersama ibunya hingga anak itu mampu memiirkan masalah

agama, yaitu pada usia tujuh tahun. Atau jika memang agama si anak terancam

karena bersama hadhinah non muslim. Yaitu hadhinah mulai menanamkan

pendidikan agama yang ia peluk kepada si anak, mengajak anak ke tempat

peribatannya, mengajarkan anak untuk minum minuman keras,dan makan daging

babi.

Seorang hadhin harus beragama Islam, berbeda dengan hadhinah karena

pemeliharaan itu salah satu bentuk kekuasaan terhadap jiwa dan ini haruslah

dalam bingkai persamaan agama. Selain itu, menurut mereka hak memelihara itu

dibangun berdasarkan hak kewarisan. Dan harta warisan itu tidak diberikan

kepada orang yang berlainan agama. Jika si anak beragama nasrani atau yahudi ,

kemudian ia mempunyai dua sauadara yang satu muslim dan yang lain non

muslim.Maka hak untuk mengurusnya atau hak hadhanahnya jatuh ke tangan

saudaranya yang non muslm. Kemudian jika ibu itu murtad hilanglah

kelayakannya sehingga ia kembali Islam.41

4. Syarat-syarat khusus untuk hadhinah

Ia belum menikah lagi dengan laki-laki lain atau laki-laki yang terhitung

kerabat, namun bukan mahram. Harus memiliki hubungan mahram dengan anak

yang dipeliharanya . Seperti ibu si anak, saudara perempuan si anak, dan nenek si

anak. Tidak pernah berhenti memeliharanya meskipun tidak di beri upah

41

Al-Marghinani, abi Bakar Burhanuddin, 1471H, Al- Hidayah Sharhu Bidayah Al-

Mubtadi, Riyadh,hlm, 371.

Page 49: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

hadhanah, karena memng ekonomi ayah si anak sedang kesulitan sehingga tidak

mampumembayar upah hadhanah. Jika ekonomi ayah si anak sedang sulit hingga

tidak mampu untuk membayar upah hadhanah, anaknya, lantas perempuan yang

jadi hadhinah itu berhenti dari tugasnya dan digantikan dekat lainnya maka

haknya sebagai hadhinah gugur. Hadhinah tidak tinggal bersama orang yang

dibenci oleh anak asuhnya, meskipun orang itu kerabat dekat si anak sendiri.

Karena hal ini akan menimbulkan dampak negatif pada diri anak asuh.42

5. Hal-hal yang Berkaitan dengan Syarat Hadhanah

a. Gugurnya Hak Hadhanah

Perginya hadhin ke tempat yang jauh, yaitu hak mengasuh anak dianggap

gugur jika hadhinah yang berstatus janda pergi ke tempat lain yang jauh,

sehingga ayah dari anak yang diasuh tidak dapat menyambangi anaknya dalam

jangka waktu setengah hari dan kemudian kembali lagi sampai ke rumah.

Adapun bagi hadhinah selain ibu, maka haknya gugur hanya dengan berpindah

tempat. Mengidap penyakit yang membahayakan seperti gila, lepra, dan kusta.

Hadhinah bersifat fasik atau pengetahuan agamanya kurang. Hak seorang

hadhinah akan gugur jika ia sudah menikah lagi. Jika suami dari hadhinah itu

ialah seorang yang mahram, maka haknya untuk mendapatkan hak asuh tidak

gugur.43

b. Kembalinya Hak dalam Hadhanah

Jika hak hadhanah seseorang gugur karena ada penghalang, kemudian

penghalang itu lenyap, maka hak hadhanah itu kembali lagi padanya. Baik

penghalang itu karena terpaksa seperti sakit atau penghalang utu keinginan

sendiri seperti menikah, berpergian dan fasik. Akan tetapi hal itu harus langsung

tanpa menunda-nunda waktu bagi perempuan yang dicerai bain walaupun belum

selesai mas iddahnya.

6.Apakah Seorang Ibu Bisa Dipaksa untuk Mengurus Hadhanah

Seorang ibu atau yang lainnya jika menolak maka tidak bisa dipaksa untuk

mengurus hadhanah anaknya. Sebagaimana halnya juga tidak dipaksa jika

42

Ibid,2011,hlm, 68 43

Ibid,2011, hlm, 70

Page 50: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

menolak untuk menyusui. Kecuali jika radha‟ hukumnya wajib baginya, karena

memang si anak tidak mau menyusu selain dari air susunya atau sang ayah dari

si anak tidak memiliki harta. Bisa juga karena tidak ada orang lain yang mampu

mengurus hadhanah kecuali dia sendiri.

Seorang ibu bisa dipaksa untuk mengurus hadhanah anaknya secara

mutlak dan ia tidak memiliki hak untuk menggugurkannya meski dengan khulu‟

kepada suaminya. Dengan syarat ia mengurus anaknya atau suami yang

mensyaratkan agar si anak bersamanya, maka khulu‟ nya sah menurut

Hanafiyyah. Namun syaratnya batal. Hadhinah nya berhak mengambil anak

tersebut dari suami.44

7. Upah Hadhanah, Tempat Tinggal dan Keperluan Lain

Seorang hadhin tidak berhak untuk mendapat upah hadhanah jika

statusnya sebagai istri atau dalam masa iddah cerai. Baik cerai bain maupun

cerai raj‟i. Karena ia masih berhak mendapatkan nafkah sebagai istri maupun

ketika dalam masa iddah dan selama nafkah itu cukup untuk keperluan hadhanah.

Adapun setelah selesainya masa iddah maka hadhinah berhak meminta

upah hadhanah karena terhitung upah pekerjaan .

Seorang hadhinah yang statusnya bukan istri juga berhak untuk

mendapatkan upah hadhanah , namun upah itu belum termasuk upah menyusui

dan nafkah untuk anak.45

8. Hukum Menjenguk Anak

Jika si anak berada dalam asuhan hadhinah, maka ayah dari anak

tersebutberhak untuk menjenguknya. Caranya, hadhinah bisa membawa anak

tersebut keluar agar ayahnya dapat melihat anaknya setiap hari. Begitu juga

sebaliknya. Batas maksimal yaitu satu kali dalam seminggu.

9. Lamanya Masa Hadahanah dan Hukum setelah Selesainya Masa

Hadhanah

44

Ibrahim, Sirajuddin Umar, 2002, An-Nahrul Faiq Sharhu Kasru Al-Daqaiq, Dar Al

kutub Al-Alamiah, hlm 499. 45

Wahbah Zuhaili 2011, Fiqhul Islami Waadilatuh, diterjemahkan oleh Abdul Hayyi A-

kattani Indonesia Gema Insani, hlm 70.

Page 51: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Seorang hadhinah, baik itu ibu kandung maupun ibu lain yang lebih berhak

atas anak hingga ia tidak lagi membutuhkan bantuan dari wanita tersebut. Artinya

ia mampu mengurus sendiri keperluan makan, minum, pakaian, dan bersuci. Yaitu

kira-kira usia anak itu mencapai usia tujuh tahun.

Ibu dan nenek lebih berhak mengurus anak perempuan hingga mencapai

usia haid atau usia remaja karena setelah usia itu ia membutuhkan pengetahuan

tentang adab-adab wanita. Adapun setelah dewasa, maka ia lebih membutuhkan

penjagaan serta pengawasan. Dan sang ayah lebih mampu dalam hal ini daripada

ibu. Usia dewasa bagi perempuan adalah Sembilan tahun .46

10. Hak Untuk Membuat Pilihan

Seorang anak tidak diminta untuk memilih, karena ia belum bisa

menentukan pilihan dengan akal sehatnya. Sehingga terkadang ia lebih memilih

ikut dengan orang yang biasa bermain bersamanya.

11. Hukum yang Timbul Setelah Selesainya Masa Hadhanah

Jika masa hadhanah anak telah selesai maka ia dikembalikan kepada ayah

atau kakeknya. Mulai saat itu sang ayah berhak mengurus sang anak hingga usia

baligh kemudian diberi pilihan. Apakah ia ingin hidup sendiri atau bersama salah

satu dari kedua orang tuanya. Terkecuali jika si anak memiliki keterbatasan

mental.

Setelah anak baligh sang ayah tidak wajib memberikan nafkah kepadanya,

namun tetap bisa mengurus segala keperluannya. Sang ayah tidak wajib

memberikan nafkah kepada putrinyajika ia menolak tinggal bersama ayahnya.

12. Upah Tempat Tinggal Hadhanah dan Upah Pembantu

Memberikan upah tempat tinggal untuk hadhanah bagi seorang hadhin

(pengasuh) dan madhun(yang di asuh) jika memang keduanya tidak memiliki

tempat tinggal termasuk nafkah wajib untuk si kecil. Kewajiban itu dibebankan

kepada orang yang berkewajiban memberikan nafkah kepadanya sesuai dengan

46

Ahmad Burhanuddin, 2004, Al-Muhit Al-Burhan Fil Fiqhi Annumani, hlm 174.

Page 52: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

kondisi ekonomi sang ayah. Selain itu, wajib memberikan upah untuk pembantu

jika memang si kecil membutuhkannya.

13. Orang yang Dibebani Menanggung Nafkah Hadhanah

Nafkah atau biaya hadhanah diambil dari harta anak yang diasuh . Namun

jika ia tidak memiliki harta, maka nafkahnya dibebankan kepada ayah dari anak

tersebut atau kepada orang yang wajib menafkahinya.47

B..Hadhanah menurut Syafi’iyyah

Pengertian hadhanah menurut mazhab Syafi‟I yaitu melakukan

pemeliharaan anak yang masih kecil laki-laki atau perempuan atau yang sudah

besar belum mumayyiz tanpa kehendak dari sesiapapun,menjaga dari sesuatu yang

menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani dan rohani agar mampu berdiri

sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawabnya48

1. Orang yang Berhak atas Pengasuhan dari Pihak Perempuan

Mazhab Syafi‟I berpendapat bahwa hak dan tanggung jawab memelihara

anak hasil daripada perceraian adalah ibu, ibunya ibu, ibunya ayah, saudara

perempuan, bibi dari pihak ibu, bibi dari pihak ayah, anak perempuan dari saudara

laki-laki, anak perempuan dari saudara perempuan dan kerabat yang masih

menjadi mahram bagi si anak yang mendapatkan bagian warisan ashabah sesuai

dengan urutan pembagian harta warisan. Pendapat Mazhab Syafi‟I sama dengan

pendapat mazhab Hanafi.49

2. Orang yang Berhak atas Pengasuhan dari Pihak Laki-laki

47

Wahbah Zuhaili ,2011, Fiqhul Islami Waadillatuh, diterjemahkan oleh Abdul Hayyi

Al-kattani, Indonesia, Gema Insani, hlm. 74 48

ASayyid Sabiq Muhammad, 2099, Fiqih Sunnah Juz 8,(Bandung,Al-Ma‟ruf,hlm.179 49

Ibid, 2011,hlm. 63

Page 53: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Jika anak yang hendak dipelihara tidak memiliki kerabat wanita yang

berhak memeliharanya seperti urutan di atas, hak mengasuh dilimpahkan kepada

kerabat laki-laki terdekat sesuai urutan bagian warisnya mahram yaitu ayah, kakek

sampai ke atas, kemudian saudara dan anak-anaknya sampai ke bawah. Kemudian

para paman dan anak-anaknya.

Akan tetapi, tidak menyerahkan putri yang cantik kepada lelaki yang

bukan mahram seperti anak paman misalnya, karena tidak berhak untuk

memelihara putri yang cantik menurut kesepakatan ulama‟ karena menjaga agar

tidak terjadi fitnah, namun ia boleh memelihara bayi.50

3. Syarat-syarat Umum untuk Laki-laki dan Perempuan

Baligh,berakal, memiliki kemampuan untuk mendidik anak yang

dipelihara, mempunyai sifat amanah, dan beragama Islam.51

4. Syarat-syarat Khusus untuk Hadhinah

a) Perempuan yang sudah bercerai namun masih punya anak kecil boleh

memelihara anaknya dengan syarat ia belum menikah lagi dengan laki-

laki lain atau laki-laki yang terhitung kerabat,namun bukan mahram.

b) Harus memiliki hubungan mahram dengan anak yang dipeliharanya.

Seperti ibu si anak, saudara perempuan si anak dan nenek si anak.

c) Hadhinah tidak tinggal bersama orang yang dibenci oleh anak asuhnya,

meskipun orang itu kerabat dekat si anak sendiri. Karena hal ini akan

menimbulkan dampak negative pada diri anak asuh. Ulama‟ Syafi‟iyah

mensyaratkan, jika anak yang dipelihara itu sedang masa menyusu

50

Ibid, 2011, hlm. 64 51

Wahbah Zuhaili, 2011, Fiqhul Islami Waadilatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyi

Al-Kattani, Indonesia, Gema Insani, hlm. 67

Page 54: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

maka hadhinah harus menyusuinya,dan jika ASI-nya tidak keluar atau

ia menolak untuk menyusui maka haknya mengasuh gugur.52

5. Hal-hal yang berkaitan dengan syarat hadhanah

a. Gugurnya hak hadhanah

1. Perginya hadhin ke tempat yang jauh. Ulama‟ Syafi‟iyyah

berpendapat bahwa hak seseorang untuk mengasuh anak menjadi

gugur jika ia pergi ke tempat yang membahayakan atau pergi

dengan niat untuk pindah, baik jaraknya dekat maupun jauh.

2. Mengidap penyakit membahayakan.

3. Fasik atau pengetahuan agamanya kurang

4. Sudah menikah lagi. Menurut Syafi‟iyyah hak seseorang untuk

memelihara anak gugur jika orang tersebut kafir.

b. Kembalinya hak hadhanah

Ulama‟ Syafi‟iyyah berpendapat bahwa wanita yang dicerai masih berhak

mengurus hadhanah anaknya secara langsung sebelum selesai iddahnya dengan

syarat mendapat izin atau ridha dari suami. Namun jika suami tidak memberi izin

maka wanita itu tidak berhak atas hadhanah anaknya.

c. Apakah seorang ibu boleh dipaksa untuk mengurus

hadhanah?

Tidak boleh di paksa kecuali radha‟(menyusui) karena anak itu tidak mau

menyusui selain susunya.53

d. Upah Hadhanah, Tempat Tinggal dan Keperluan Lain

Seorang hadhin tidak berhak meminta upah hadhana, baik statusnya

sebagai ibu maupun selainnya karena seorang ibu berhak mendapat nafkah jika

statusnya masih seorang istri. Adapun jika statusnya selain ibu dari si anak maka

nafkahnya ditanggung ayahnya. Akan tetapi jika anak yang dipelihara

52

Ibid, 2011, hlm. 69 53

Ibid,2011 , hlm. 72

Page 55: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

membutuhkan bantuan lain, seperti memasak dan mencuci pakaian maka hadhin

berhak mendapat upah.54

e. Hukum Menjenguk Anak

Ulama‟ Syafi‟iyyah berpendapat anak yang sudah mumayyiz jika memilih

tinggal bersama ayahnya maka sang ibu tetap boleh menjenguknya. Akan tetapi

seorang ayah berhak melarang anak perempuannya untuk menjenguk ibunya jika

memang ia memilih tinggal bersamanya. Tujuannya agar tetap dalam penjagaan

dan tidak tampak oleh orang lain. Dan yang lebih berhak untuk keluar menjenguk

dalam hal ini adalah ibu karena ia lebih tua dan berpengalaman.

Seorang ayah tidak boleh melarang ibu dari anaknya untuk menjenguk

atau menemui buah hatinya sendiri baik lelaki maupun perempuan. Karena dengan

melarang berarti sang ayah memutuskan tali silaturahim antara keduanya. Akan

tetapi waktu berkunjung tidak boleh terlalu lama, dan jika tidak ia

memperbolehkannya masuk maka ia harus membawa anaknya keluar agar ibunya

dapat melihatnya.

Masa berkunjung adalah dua hari sekali, tidak setiap hari, kecuali jika

rumahnya dekat dan tidak ada apa-apa jika ia masuk ke rumah itu setiap hari.

Jika anak yang diasuh, baik lelaki maupun perempuan sedang dalam

keadaan sakit maka sang ibu yang lebih berhak untuk merawatnya, karena ia lebih

lembut dan sabar dalam menghadapinya daripada sang ayah. Perawatan dilakukan

di rumah sang ayah jika ia rela, namun jika tidak maka perawatan bertempat di

rumah sang ibu. Dalam dua hal tersebut yang perlu dijaga adalah agar sampai

tidak terjadi khalwat antara keduanya.

6..Lamanya Masa Hadhanah dan Hukum setelah Selesainya Masa Hadhanah

Ulama‟ Syafi‟iyyah berpendapat jika suami istri bercerai dan punya anak

yang sudah mumayyiz baik laki-laki maupun perempuan menginjak usia tujuh

atau delapan tahun dan kedua orang tuanya sama-sama layak untuk mengurus

hadhanahnya baik dalam masalah agama, harta, maupun kasih sayang. Kemudian

keduanya saling berebut untuk mengasuh anak tersebut maka si anak dipersilakan

54

Wahbah Zuhaili,2011, Fiqhul Islami Waadilatuh, di terjemahjan oleh Abdul Hayyi Al-

kattani, Indonesia, Gema Insani, hlm. 73

Page 56: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

untuk memilih salah satu diantara keduanya. Siapa saja yang dipilih maka dialah

yang berhak untuk mengasuh anak tersebut.

C. Persamaan dan Perbedaan Hadhanah Menurut Mazhab Syafi’I dan

Mazhab Hanafi

1. Persamaan

a) Persamaan pandangan tentang hadhanah antara Mazhab Hanafi dan

Mazhab Syafi‟I adalah apabila berlakunya perceraian antara suami dan

istri, maka hak hadhanah diberikan kepada ibu dari anak tersebut.

Kemudian ibu dari pihak ibunya(nenek).

Namun, perbedaan antara kedua pandangan ini ialah susunan orang

yang berhak mendapatkan hak hadhanah setelah ibu kepada

ibunya(nenek). Menurut Mazhab Hanafi hak ini diberikan kepada ibu dari

pihak ayahnya. Di mana Mazhab Syafi‟I hak hadhanah setelah ibu dari

pihak ibunya(nenek) kepada ayah anak tersebut kemudia barulah ibu dari

pihak ayahnya.

Adapun urutan terakhir bagi orang yang berhak menerima hak

hadhanah dilihat dari Mazhab Syafi‟I ialah pewaris laki-laki yang boleh

menjadi warisnya sebagai ashobah. Sedangkan Mazhab Hanafi tidak

memberikan kepada siapapun pewaris laki-laki.

b.) Persamaan antara kedua pandangan ini juga adalah hak hadhanah akan

gugur dari ibunya jika ibu anak itu telah menikah dengan laki-laki yang

tidak ada hubungan atau pertalian dengan anak tersebut. Namun hak

hadhanah akan di berikan kembali kepada ibunya jika pernikahannya

dibubarkan atau diputuskan.

Page 57: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

2. Perbedaan

a) Mazhab Syafi‟I memberikan syarat bagi si pengasuh(hadhin) haruslah

beragama islam karena dukhawatirkan terjadi fitnah dalam agama. Adapun

didalam Mazhab Hanafi, tidak memberikan syarat bagi si pengasuh harus

beragama Islam untuk memiliki hak hadhanah bagi pengasuh yang

musyrik ataupun ahli kitab yaitu majusi. Mereka berhak untuk mendapat

hak hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz. Selain itu mereka

berpendapat bahwa kasih sayang itu tidak hanya kepada orang Islam saja

dan kasih sayang juga tidak akan berubah hanya karena perbedaan

agama.55

b) Di dalam Mazhab Syafi‟I jika anak telah mencapai umur

kedewasaan(mumayyiz) maka anak itu berhak memilih antara ibu atau

ayahnya. Dalil yang digunakan dalam pandangan ini adalah hadith Nabi

SAW yang diriwayatkan oleh Rafi‟ bin Sinan dan juga sabda nabi yang

memiliki maksud: boleh dipilih antara ibu dan ayah dari anak itu.

c) Untuk memutuskan dalam penjagaan siapakah seorang anak layak

diserahkan, pertimbangan yang utama adalah kebaikkan anak itu.

Mazhab Hanafi juga berpendapat bahwa seorang anak tidak diberi hak

untuk memilih dengan siapakah anak tersebut akan tinggal bersama karena

dikhawatirkan pilihan anak itu hanyalah mengikuti hawa nafsunya yang di

sebabkan masih pendek akalnya. Mereka berpendapat seperti ini dengan

dalil yang merujuk kepada perbuatan para sahabat Rasulullah SAW bahwa

mereka tidak memberikan pilihan kepada anak untuk memilih.

d) Hak hadhanah untuk menjaga seorang anak akan selesai setelah anak itu

mencapai usia tujuh tahun, jika anak tersebut laki-laki. Dan usia sembilan

tahun, jika anak tersebut perempuan. Adapun Mazhab Hanafi, hak

hadhinah untuk menjaga seorang anak akan selesai setelah anak itu

mencapai umur tujuh tahun, jika anak tersebut laki-laki. Sedangkan untuk

anak perempuan setelah cukup umur (haidh).

D. Konsepsi Hadhanah dalam Undang-undang Keluarga Islam Malaysia

55

Marghinani t:th 371

Page 58: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Dalam Akta Undang-undang Keluarga Islam 1984(AUKI), hak asuh anak

atau hadhanah diberikan kepada ibu karena ibu adalah orang yang paling dekat

dengan anak dan orang yang menyusuinya dengan penuh kasih sayang dan

kesabaran, lemah lembut dan lebih berpengalaman dalam menguruskan anaknya.

Berdasarkan seksyen(pasal) 81 tentang orang yang berhak menjaga anak:

Seksyen 81(1) Tertakluk dalam seksyen 82, ibu adalah yang paling berhak

dari segala orang bagi menjaga anak kecilnya dalam masa ibu itu masih dalam

perkawinan dan juga selepas perkawinannya dibubarkan.

Walaupun hak hadhanah pada asasnya dimiliki oleh ibu, namun hak

tersebut bisa di pindahkan kepada selain ibunya apabila ibunya tidak memiliki lagi

kelayakan dalam mendapatkan hak tersebut. Persoalan yang timbul, siapakah

setelah ibu yang layak untuk mendapatkan hak penjagaan ketika ibu telah tiada

atau tidak layak atau tidak menginginkan untuk mendapatkan hak asuh anak.

Pengadilan agama Malaysia memberikan hak ini kepada nenek sebelah ibu

kemudian barulah hak ini di berikan keppada bapak dan seterusnya mengikut

susunan seperti dalam (AUUKI). Susunan ini berdasarkan kepada putusan yang

telah dibuat oleh Sayyidina Abu Bakar dalam memutuskan kasus Sayyidina

Umar dan bekas ibu mertuanya.

Seksyen 81(2) memperuntukan perkara yang sama yaitu:

“Hak hadhanah selepas ibu adalah nenek sebelah ibu dan selepas itu barulah

bapak dan seterusnya mengikut susunan keutamaan yang berikut: Nenek sebelah

ibu hingga ke atas bapak, nenek sebelah bapak hingga ke atas, saudara

perempuan seibu sabapak, saudara perempuan seibu, saudara perempuan

sebapak, anak perempuan bagi saudara perempuan seibu sebapak, anak

perempuan bagi saudara perempuan seibu, anak perempuan bagi saudara

perempuan sebapak, ibu saudara sebelah ibu, ibu saudara bapa, waris lelaki yang

menjadi ashobah, dengan syarat jagaan orang demikian tidak menjejaskan

kebajikan anak itu.”

Pada dasarnya apabila terjadi perceraian, sudah seharusnya Islam

meletakkan ibu sebagai golongan paling utama yang berhak mendapat hak

Page 59: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

hadhanah anak yang belum mumayyiz kemudian disusuli dengan susunan hak

penjagaan, apabila si ibu tidak layak. Namun dalam keadaan yang tertentu,

susunan penjaga tidak diaplikasikan apabila berlaku kesusahan dengan maslahat

anak tersebut, dalam keadaan ini maslahat anak perlu di utamakan sepeti yang

diperuntukan dalam seksyen 86(2):

“Untuk memutuskan dalam jagaan siapakah seseorang anak patut

diletakkan, pertimbangan yang paling utama adalah kebajikan anak itu.”

Justru itu, peradilan mempunyai kuasa dalam menentukan perintah hak

hadhanah sekiranya pperadilan melihat ibu dan orang yang diberi hak asuhan

tidak layak mendapat hak hadhanah. Bagi mengaplikasikan kebajikan anak

tersebut seksyen 86(1) member kuasa kepada peradilan syariah dengan

menyatakan:

“Walau apa pun seksyen 81, peradilan bisa pada bila-bila masa dengan

perintah memilih untuk meletakkan seseorang anak dalam jagaan salah seorang

daripada orang yang tersebut dalam seksyen itu, atau jika ada hal keadaan yang

luar biasa yang menyebabkan tidak diingini bagi anak itu diamanahkan kepada

salah seorang daripada orang-orang itu, peradilan boleh dengan perintah

meletakkan anak itu dalam jagaan mana-mana orang lain atau mana-mana

persatuan yang tujuannya adalah termasuk kebajikan anak.”

Sehubungan dengan itu, Pengadilan agama bisa tidak mebgikut susunan

hak penjagaan ini karena faktor utama dalam penentuan hak hadhanah terhadap

anak yang belum mumaiyyiz adalah dengan melihat kepada faktor yang paling

utama yaitu kebajikan anak itu sendiri disebabkan ibu yang mendapat hak tersebut

telah gagal melaksanakan dengan baik hinga mengabaikan hak anak tersebut,

maka peradilan dapat memerintahkan hak hadhanah itu ditarik semula karena

maslahah anak tersebut.

Peradilan Agama Malaysia juga menetapkan bahwa apabila seorang anak

telah mencapai usia mumayyiz atau tujuh tahun,anak ini akan diberi pilihan sama

ada untuk tinggal bersama ibunya , bapanya atau dengan mana-mana orang-orang

yang berhak mendapatkan hak hadhanah yang lain. Hak untuk membuat pilihan

ini dapat terjadi dalam dua keadaan. Keadaan pertama adalah apabila terjadi

perceraian dan anak yang dipertikaikan telah mencapai usia tujuh tahun dan ke

atas, peruntukan ini berdasarkan pandangan Imam Syafi‟i.

Page 60: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Walaupun begitu, pengadilan akan memberikan kesempatan kepada anak

yang dipermasalahkan untuk membuat pilihan. Keadaan kedua berlaku apabila

anak yang di pertikai telah tinggal dengan salah seorang daripada kedua ibu

bapanya semenjak masih kecil setelah berlakunya perceraian. Apabila usia anak

ini mencapai usia tujuh tahun dan pihak yang tidak mendapat hadhanah

memohon untuk mendapatkan hadhanah, pada waktu ini anak tersebut akan

diberi pilihan untuk menentukan dengan siapakah dia lebih nyaman dan tenteram

untuk tinggal bersama.

Menurut Ibn Qudamah, apabila seorang anak itu masih kecil, keperluannya

kepada ibu atau seorang penjaga perempuan adalah lebih baik daripada apabila

anak ini mencapai umur yang lebih dewasa.

Bertepatan dengan seksyen 84(2) yang menyatakan: Jika anak itu telah

mencapai umur kecerdikan(mumayyiz), maka anak itu adalah berhak memilih

untuk tinggal sama ada dengan ibunya atau bapaknya, melainkan jika peradilan

memerintahkan selainnya.

Namun perlu diingatkan di sisni bahwa hak yang diberikan kepada anak

untuk memilih tidaklah sampai menjejaskan kebajikannya untuk dibesarkan

menjadi seorang yang berguna, seperti yang diceritakan bahwa Ibn Taimiyyah

telah menceritakan kepada muridya dalam sebuah kasus, seorang anak telah

diberi pilihan untuk tinggal bersama ibu atau ayahnya dan dia telah memilih

ayahnya. Hakim bertanya kepada anak ini mengapa dia memilih untuk tinggal

bersama ayahnya dan ia menjawab ibunya menyuruh dia pergi ke sekolah setiap

hari sedangkan ayahnya membenarkan dia bermain dengan rakannya.56

Dalam kasus ini hakim tidak menurut kehendak anak itu untuk tinggal

bersama bapaknya karena ternyata kebajikan anak ini akan terlantar karena itu,

dapatlah disimpulkan di sini bahwa hak untuk memilih yang diberikan kepada

anak bukanlah suatu hak yang mutlak tetapi bergantung kepada kebaikan anak

tersebut.

Para ulama‟ juga menggariskan tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum

seorang anak diberi hak untuk membuat pilihan, yaitu :

56

As Sayyid,Sabiq Muhammad,2009, Fiqh Sunnah di terjemah oleh Nor Hasanuddin

Aisyah Saipuddin Malaysia, Al Hidayah

Page 61: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

a) Kedudukan orang yang hendak dipilih haruslah dari kalangan ahli

hadhanah.

b) Haruslah memenuhi segala syarat bagi seorang yang mau mendapatkan

hak hadhanah.

c) Anak itu haruslah mempunyai upaya membuat pilihan.

Namun bagi seseorang yang ingin mendapatkan hak hadhanah haruslah

memiliki syarat-syarat yang ditetapkan oleh peradilan syariah, yang mana syarat-

syarat tersebut telah digariskan oleh syariat Islam sendiri. Namun jika ia tidak

terpenuhi maka gugurlah hak hadhanah darinya.

Page 62: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Negara ini telah

menerapkan sebagian hukum Islam dengan aspek tertentu, negeri-negeri

dalam Federasi telah melaksanakan undang-undang Islam. Hukum Islam

yang dikelola terus berkembang dibandingkan sebelum Negara mencapai

kemerdekaan. Banyak reformasi yang telah dilakukan oleh otoritas agama,

baik ditingkat Feeral maupun di tingkat pemerintah Negara bagian yang

sejalan dengan perkembangan masyarakat Islam di Negara ini. Dari waktu

ke waktu beberapa perubahan dibuat oleh Badan Legislatif Negeri masing-

masing sesuai dengan kepentingan dan untuk kebaikan masyarakat sejauh

yang diizinkan oleh Konstitusi Federal. Usaha-usaha untuk merampingkan

administrasi undang-undang Islam di negeri-negeri sedang dan terus

dilakukan. Sebagai sebuah negara dalam Federasi harus memperhitungkan

persyaratan Pasal 38(2)(b) Konstitusi Federal untuk dilaksanakab oleh

masing-masing Negara.

Dalam pembahasan ini juga telah membahaskan tentang hak asuh

anak(hadhanah) setelah berlakunya perceraian suami istri, yang mana hak

tersebut telah ditetapkan di dalam nash-nash al-quran dan hadith-hadith

nabawi yang mana keduanya telah memberikan keutamaan terhadap ibu

dari anak tersebut.

Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi‟I juga mengutamakan serta

memberikan hak asuh anak kepada ibu setelah berlakunya perceraian

kemudian di susuli oleh pengasuh-pengasuh yang mempunyai kelayakan

untuk mendapatkan hak asuh anak mengukut susunan yang ditetapkan oleh

kedua-dua pandangan tersebut apabila gugur hak asuh anak dari ibu anak

tersebut.

Untuk mendapatkan hakasuh anak(hadhanah) bagi si pengasuh

mestilah mempunyai kelayakan yaitu dengan memenuhi syarat-syarat yang

di tetapkan oleh mazhab Hanafi dan mazhab Syafi‟I. Perbedaan yang besar

atau yang lebih ketara antara kedua pandangan ini adalah syarat-syarat

Page 63: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

yang melayakkan bagi si pengasuh untuk mendapat kelayakan hak asuh

anak(hadhanah).

Setelah meneliti pembahasan ini, penulis menyetujui dan

mentarjihkan Akta Undang-undang Keluarga Islam Malaysia karena

mereka mengutamakan konsep kemaslahatan dan memberikan hak asuh

anak(hadhanh) kepada pengasuh lebih-lebih lagi dalam permasalahan

agama yaitu Islam merupakan syarat yang penting untuk mendapatkan

hadhanah supaya anak yang di asuh tersebut di besarkan dalam suasana

Islam yang diredhoi Allah SWT dan juga mengaplikasikan konsep

maslahah tersebut berlandaskan Maqasid Al-syariah. Jelas di sini Undang-

undang Keluarga Islam Malaysia menjadikan Mazhab Syafi‟I sebagai

rujukan dan panduan yang mana mazhab Syafi‟I menjadi pegangan oleh

majoritas umat Islam di Malaysia.

Page 64: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

SARAN

Saran penulis kepada ibu dan bapak yang telah bercerai untuk mengambil

berat dan memberi perhatian sepenuhnya kepada anak-anak mereka supaya anak-

anak tersebut membesar dalam suasana yang baik dan harmoni. Penulis juga

menyarankan kepada Pengadilan Agama untuk lebih menitik beratkan

kemaslahatan agama dalam memberikan hak hadhanah.

KATA PENUTUP

Dengan ucapan Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT

tuhan sekalian alam, karena di atas petunjuk serta keridhaannya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan segenap usaha yang maksimal sekali, meskipun

ada beberapa rintangan dan hambatan itulah yang memotivasi diri penulis untuk

meraih kesuksesan serta keunggulan untuk masa akan datang dan dianggap

sebagai pembakar semangat serta tangga untuk mrnggorak langkah untuk

mencapai kemanisan berjuang di medan menuntut ilmu.

Dalam hal ini, penulis sangat menyadari bahwa setiap apa yang dilakukan

oleh manusia tidak semua sempurna begitu juga dengan skripsi ini, ianya masih

jauh lagi untuk mencapai kesempurnaanya dan masih ada banyak lagi kekeliruan

dan kekhilafan dalam penulisan ini. Jadi penulis harap kepada semua pihak dapat

memberi kritik yang konkruktif untuk menyempurnakan skripsi ini demi

mengeksitensikan persetujuan.

Untuk itu, penulis berdoa ke hadrat illahi dan berharap kehadiran skripsi

ini dapat member manfaat kepada perkembangan ilmu Islam, masyarakat, nusa

dan bangsa. Dan juga sebagai memenuhi persyaratan bagi memperoleh gelar

sarjana Strata satu (S.1) dalam ilmu Syariah Jurusan Perbandingan Mazhab.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri karena tidak ada dan

upaya melainkan atas izin dan ridhanya. Semoga karya ini menjadi amalan ibadah

bagi penulis dan kiranya selalu mendapat keridhaan dari yang Maha Mulia, Amin

Ya Rabbal‟alamin.

Page 65: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Per Kata, Terjemahan resmi Departemen Agama Republik

Indonesia,

Al-Qur‟an Al-Hidayah, Tangrang Selatan :Kalim, 2011

Abdurrahim,Abu Nafis, Fiqh Wanita Empat Mazhab,Khazanah Intelektual ,2010

Ahmad, Burhanuddin, Al-Muhit Al- Burhan Fil Fiqhi Annumani, 2004

Akta Undang-Undang Keluarga Islam(Wilayah-Wilayah Persekutuan), Akta 303,

1984

Alkaf, Abdullah Zaki, Fiqih Empat Mazhab, Indonesia Hasyimi, 2013

Ariff, Salleh Rosman, Isu Wanita dalam Perundangan Islam,UTM, 2008

As-Sayyid, Sabiq Muhammad, Fiqh Sunnah di terjemah oleh Nor

Hasanuddin,Aisyah Saipuddin, Malaysia, Al-Hidayah 2009

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqhul Islami Waadillatuhu, di terjemahkan oleh Abdul

Hayyi Al-Kattani Indonesia, Gema Insani, 2011

Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat, Indonesia Kencana, 2012

Ibrahim, Sirajuddin Umar, An-Nahrul Faiq Sharhu Kasru Al-Daqaiq, Dar Alkutub

Al-Alamiah, 2002

Ismail Kamus, Indahnya Hidup Bersyariat,Malaysia, Telaga Biru SDN BHD,

2009

Al-Jabir, Abu Bakar, Minhajul Muslim, Dar Ash Shuruq

Ahnan, Mahtuf, Risalah Fiqih Wanita, Surabaya, Terbit Terang

Al-Ghanimi ,Abdul Ghani, Al- Lubah fi Sharhi Al Kitab ,Beirut Maktabah

Alamiah

Al-Jabir, Abu Bakar, Minhajul Muslim, Dar al Syuruq

Jawad, Muhammad, Mughniah Al-Ahwal Ashaksiah, Beirut, Dar Al-Ilmi Al-

Malayiyah

Mahmud, Ahmad, Bulughul Maram di terjemahkan oleh Machfuddin Aldip,

Semarang ,Karya Toha, 2012

Page 66: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati

Muhammad, Abu Zuhrah, Abu Hanifah Hayatuhu wa Ashruhu Arauhu

Wafiqhuhu,Dar Al-Fikr Al-Arabi

Syarbani, Muhammad, Al-Iqna, Beirut,Dar Al-fikr

Ibnu Najim, Zainuddin, Al- Bahrul Raiq Shahru Kanzu Daqaiq

Page 67: KONSEP HADHANAH DALAM UNDANG-UNDANG KELUARGA …repository.uinjambi.ac.id/2639/1/Skirpsi Kaq Syuk - Copy... · 2020. 4. 24. · Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kamu mengkhianati