konsep dasar penyakit osteomalasia
DESCRIPTION
goodTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. DEFINISI
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak
memadainya mineralisasi tulang. (Brunner & Suddarth).
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan oleh
kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak
yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang anak-
anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap (komplit).
II. EPIDEMIOLOGI
Insidensi dari penyakit osteomalasia belum jelas diketahui, namun diperkirakan
sekitar 5 % orang dewasa dapat mengalami osteomalasia yang bersifat kronik
sedangkan pada anak – anak belum diketahui data yang jelas. Osteomalasia
terjadi sekitar 60% Berasal dari penderita gagal ginjal kronik.
III. ETIOLOGI
Penyebabnya utamanya adalah defisiensi vitamin D yaitu ditandai dengan
keadaan kekurangan vitamin D (calcitrol), dimana terjadi peningkatan absorbsi
kalsium dari sistem pencernaan dan penyediaan mineral dari tulang. penyediaan
calsium dan phosfat dalam cairan eksta seluler lambat atau rendah. Tanpa
adekuatnya vitamin D, kalsium dan fosfat tidak dapat dimasukkan ke tempat
klasifikasi tulang. Selain itu osteomalasia disebabkan oleh asidosis tubulus ginjal.
1
IV. PATOFISIOLOGI
Ada 2 hal yang menyebabkan terjadinya osteomalasia, yaitu defisit vitamin D dan
asidosis tubulus ginjal. Karena adanya defisit vitamin D, maka absorpsi kalsium
untuk pembentukan tulang menurun sehingga pasokan kalsium dan fosfat dalam
cairan ekstra sel rendah yang menyebabkan defisit mineralisasi sehingga terjadi
proses kalsifikasi tidak efektif. Selain itu, osteomalasia juga disebabkan oleh
asidosis tubulus ginjal oleh karena GGK. Akibat adanya asidosis tubulus ginjal,
kalsium yang tersedia digunakan untuk menetralkan semua asidosis. Dan
hormon paratiroid yang menyebabkan terjadinya pelepasan kalsium. Pelepasan
kalsium yang terus-menerus menimbulkan demineralisasi. Demineralisasi dan
proses kalsifikasi yang tidak efektif menimbulkan osteomalasia yang
menyebabkan tulang menjadi rapuh. Dan dari struktur tulang yang rapuh akan
mengakibatkan perlunakan dan pelemahan kerangka tulang. Akibatnya akan
terasa nyeri tekan pada tulang, perlengkungan tulang yang mengakibatkan cara
jalan bebek dan pincang serta kompresi tulang. Kompresi tulang akan
menyebabkan rusaknya bentik tubuh ( kifosis ) dan perubahan perkembangan
tulang sehingga menjadi pemendekan tulang.
V. PATHWAY
(Terlampir)
VI. TANDA DAN GEJALA
a. Nyeri tulang
b. Nyeri punggung bagian bawah
c. Kifosis
d. Nyeri tekan tulang
e. Cara berjalan seperti bebek atau pincang
f. Nyeri otot
g. Kelemahan otot
h. Tungkai melengkung
2
VII. MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan dari osteomalasia
adalah nyeri tulang dan nyeri tekan tulang. Sebagai akibat dari defisiensi
kalsium, biasanya terdapat kelemahan otot, pasien kemudian nampak
terhuyung-huyung atau cara berjalan loyo/lemah atau berjalan seperti bebek
atau pincang. Pada penyakit yang telah lanjut, tungkai menjadi melengkung
(karena berat tubuh dan tarikan otot). Vertebra yang melunak mengalami
kompresi sehingga mengakibatkan pemendekan tinggi badan dan kelainan
bentuk thoraks (kifosis). Sakrum terdorong kebawah dan kedepan, dan pelvis
tertekan kelateral. Kedua deformitas tersebut menerangkan bentuk khas pelvis
yang sering mengakibatkan perlunya dilakukan seksio sesaria pada wanita hamil
yang terkena penyakit ini. Kelemahan dan ketidakseimbangan meningkatkan
risiko jatuh dan fraktur.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Deformitas skelet
b. Deformitas vertebra dan deformitas lengkungan tulang panjang
c. Penampakan pasien jadi tidak normal dan jalannya membebek
d. Terjadi kelemahan otot
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pada sinar-x jelas terlihat demineralisasi tulang secara umum.
b. Pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang kompresi
tanpa batas vertebra yang jelas.
c. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan kadar kalsium dan fosfor yang
rendah dan peningkatan moderat kadar alkali fosfatase.
d. Kalsium urine dan ekskresi kreatinin rendah.
e. Biopsy tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid.
3
X. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk penyakit osteomalasia adalah mengoreksi
terlebih dahulu penyebabnya. Bila osteomalasia diakibatkan oleh kesalahan
diet, maka perlu diberikan diet kaya protein, kalsium, dan vitamin D tinggi.
Suplemen vitamin D harus diresepkan . Vitamin D akan meningkatkan
konsentrasi kalsium dan fosfor dalam cairan ekstrasel dan maka tersedia ion
kalsium dan fosfor untuk meneralisasi tulang.
Bila osteomalasia diakibatkan oleh malabsporpsi penambahan dosis
vitamin D selain suplemen kalsium biasanya diresepkan. Pemajanan sinar
matahari sebagai radiasi ultraviolet untuk mentranformasi bahan kolestrol (7-
dehidrokolestrol) yang tersedia di kulit menjadi vitamin D perlu dianjurkan.
Sering, masalah skelet yang berhubungan dengan osteomalasia
sembuh sendiri bila kekurangan nutrisi atau proses patologis yang
mendasarinya telah ditangani secara adekuat. Pemantauan jangka panjang
pasien diperlukan untuk meyakinkan stabilisasi atau kekambuhan
osteomalasia. Berbagai deformitas ortopedik persisten mungkin perlu
ditangani dengan brace atau pembedahan (dapat dilakukan osteotomi untuk
mengoreksi deformitas tulang panjang) .
4
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Data subyektif :
a. Pasien mengeluh nyeri tulang pada punggung bawah dan ekstremitas
disertai dengan nyeri tekan
Data obyektif :
b. Pada pemeriksaan sinar X terlihat demineralisasi tulang
c. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan kadar kalsium dan fosfor
yang rendah dan meningkatkan moderat kadar alkali fosfatase
d. Biopsi tulang menunjukkan peningkatan jumlah osteoid
e. Pada pemeriksaan vertebra memperlihatkan adanya patah tulang
kompresi tanpa batas vertebra yang jelas
f. Deformitas skelet, deformitas vertebra dan deformitas lengkungan
tulang panjang
g. Pasien jalan seperti bebek atau pincang.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya penekanan pada tulang
ditandai dengan pasien tampak meringis
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas tulang ditandai
dengan kifosis
c. Resiko cedera berhubungan dengan lemas otot,mudah fraktur
d. Resiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
tulang
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
program tindakan
III.INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Dx 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan terjadinya penekanan pada
tulang ditandai dengan pasien tampak meringis
5
Tujuan : setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan nyeri
pasien berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
Pasien terlihat rileks
Intervensi :
1. Pantau TTV pasien
R/ : untuk mengetahui kondisi pasien secara umum.
2. Kaji skala nyeri (skala 0-10)
R/ : membantu dalam menentukan kebutuhan menagement nyeri.
3. Dorong penggunaan teknik menegement stress, misalnya
relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi,
pedoman imajinasi, hipnosis diri dan pengendalian nafas.
R/ : meningkatkan relaksasi, memeberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping..
4. Kolaborasi :
Berikan obat analgesic sesuai indikasi
R/ : membantu mengurangi nyeri yang dirasakan pasien
b. Dx 2 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas tulang
ditandai dengan kifosis
Tujuan : setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan pasien
mengungkapkanterjadi peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit.
Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan perubahan gaya hidup
Pasien memiliki koping yang baik
Intervensi :
1. Kaji tingkat persepsi pasien terhadap perubahan pada dirinya
R/ : Mengetahui persepsi pasien terhadap perubahan yang terjadi
pada dirinya.
6
2. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan
R/ : berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau
kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
3. Berikan motivasi, penjelasan dan semangat pada pasien
R/ : Membangun motivasi dan nilai positif pada pasien
4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorong usaha
untuk berfikir positif
R/ :Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
5. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang
dapat membantu koping
R/ : membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang
dapat meningkatkan perasaan harga diri
6. Kolaborasi
Rujuk ke bagian Psikiatri
R/ : Membantu meningkatkan koping positif pada pasien.
c. Dx 3 : Resiko cedera berhubungan dengan lemas otot, mudah fraktur
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan risiko cedera pada pasien
tidak terjadi
Kriteria hasil :
Tidak adanya perdarahan
Intervensi :
1. Pantau perubahan tanda-tanda vital dan warna kulit, mis : TD, denyut
nadi, pernapasan, pucat kulit atau perubahan warna.
R/ : timbulnya perdarahan atau hemoragik dapat menunjukkan
kegagalan sirkulasi atau syok.
2. Sarankan untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan dan batasi
aktivitas yang berlebihan.
7
R/ : Pembatasan aktivitas dilakukan agar tulang tidak bekerja terlalu
berat karena dapat meningkatkan kontraksi otot sehingga
dimungkinkan akan memperparah deformitas.
3. Mempertahankan lingkungan yang aman
R/ : mengurangi cedera yang tidak disengaja yang bisa
menyebabkan perdarahan
d. Dx 4 : Resiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
tulang
Tujuan : Setelah dilakukan askep diharapkan pasien tidak mengalami
gangguan mobilisasi fisik.
Kriteria Hasil
Klien dapat melakukan ROM aktif
Klien dapat berpindah tanpa bantuan alat
1. Lakukan imobilisasi
R/ : Imobilisasi dapta mengurangi pergerakan dareah cedera
sehingga tidak terjadi kerusakan yang berlanjut, hal ini juga dapat
membantu menopang berat badan tubuh.
2. Jelaskan pada pasien tentang pentingnya pembatasan aktivitas
R/ : Berikan HE tentang betapa pentingnya dalam pembatasan
aktivitas pada pasien cedera karena dapat meningkatkan
pemahaman klien untuk peningkatan daya kooperatif.
3. Latih pasien untuk ROM dan berpindah maksimal 2x dalam sehari
R/ : Latihan ROM dapat mencegah penurunan masa otot, kontraktur
dan peningkatan status vaskularisasi. Sehingga tidak timbul
komplikasi yang tidak diharapkan.
e. Dx 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
program tindakan
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 2x20 menit diharapkan klien
dan keluarga mengerti dan paham tentang penyakit yang di derita klien.
Kriteria Hasil :
8
Klien dan keluarga tidak cemas dan bingung.
1. Kaji tingkat pemahaman klien dan keluarga tentang penyakit yang
diderita
R/ : Untuk mengetahui seberapa tingkat pemahaman klien tentang
penyakit yang di derita
2. Beri HE tentang penyakit yang di derita klien (pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, dan pencegahan)
R/ : Agar klien lebih mengetahui penyakit yang diderita dan
kecemasan klien dapat berkurang.
3. Kaji ulang tingkat pemahaman klien dan keluarga tentang HE yang
diberikan
R/ : Sebagai tolak ukur dari tingkat pemahaman dan fokus pasien
saat diberikan HE.
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat.
V. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Nyeri pasien terkontrol atau hilang.
2. Pasien mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit.
3. Risiko cedera pada pasien tidak terjadi.
4. Gangguan mobilitas fisik pada pasien tidak terjadi.
5. Pengetahuan dan pemahaman klien meningkat tentang penyakit yang
diderita.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan
tidak memadainya mineralisasi tulang. (Brunner & Suddarth).
Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang dikarakteristikkan
oleh kurangnya mineral dari tulang (menyerupai penyakit yang menyerang anak-
anak yang disebut rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis
dan terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang menyerang
anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap
(komplit).
3.2 Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
mahasiswa mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan
teman-teman sesama mahasiswa. Selain itu penyakit osteomalasia ini sangat
berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan pola hidup sehat agar
kesehatan kita tetap terjaga.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta:
EGC
2. Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan Keperawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC
3. NANDA, 2009-2010, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,
Philadelphia, USA
4. Price, A. Sylvia. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Edisi
4. Jakarta: EGC
11