kompos

19
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2 Jurusan Teknik Lingkungan – FALTL – Universitas Trisakti Gasal 2014/2015 KELOMPOK 6 1. Bella Nita (082.12.012) 2. Hilmi Fauzi (082.12.027) Asisten : Haekal Harana Abduh KADAR AIR, KADAR ABU, dan pH KOMPOS I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang tinggi dan perilaku konsumtif masyarakat menjadi salah satu penyebab tingginya timbulan sampah dalam satu kota. Sampah merupakan sisa dari kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat. Saat ini sampah bukan lagi barang yang tidak berguna melainkan dapat diolah kembali sehingga masih memiliki nilai ekonomis. Pengolahan sampah tersebut dapat menjadi energi alternative, bahan baku industri, dan juga sebagai kompos.

Upload: bella-nita

Post on 29-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan laboratorium kimia

TRANSCRIPT

Page 1: kompos

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2

Jurusan Teknik Lingkungan – FALTL – Universitas Trisakti

Gasal 2014/2015

KELOMPOK 6

1. Bella Nita (082.12.012)

2. Hilmi Fauzi (082.12.027)

Asisten : Haekal Harana Abduh

KADAR AIR, KADAR ABU, dan pH KOMPOS

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk yang tinggi dan perilaku konsumtif masyarakat menjadi

salah satu penyebab tingginya timbulan sampah dalam satu kota. Sampah

merupakan sisa dari kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang

berbentuk padat. Saat ini sampah bukan lagi barang yang tidak berguna melainkan

dapat diolah kembali sehingga masih memiliki nilai ekonomis. Pengolahan

sampah tersebut dapat menjadi energi alternative, bahan baku industri, dan juga

sebagai kompos.

Pemanfaatan sampah menjadi kompos dapat menjadi salah satu solusi

dalam pengurangan timbulan sampah demi kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Kompos merupakan humus yang prosesnya dipercepat dengan pengaturan bahan-

bahan kompos sehingga kandungan hara di dalamnya lebih tinggi dibanding

dengan jumlah humus. Pengomposan adalah penguraian bahan organik oleh

sejumlah besar mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan

berudara dengan hasil akhir berupa humus.

Pada proses pengomposan, hal yang perlu diperhatikan adalah suhu,

kelembaban udara, oksigen, dan keseimbangan nutrisi. Proses pengomposan

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utama adalah kandungan air dan pH

Page 2: kompos

kompos, sehingga dalam percobaan ini akan dilakukan pengukuran kandungan air

(kadar air), kadar abu, serta pH untuk memastikan kompos yang baik untuk

tanaman.

1.2 Tujuan Percobaan

Praktikum ini bertujuan untuk menentukkan kadar air dan kadar abu

dengan menggunakan metode gravimetri dan pengukuran pH pada kompos

menggunakan alat pH meter.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kompos adalah hasil pembusukan sisa-sisa tanaman yang disebabkan oleh

aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos ditentukan oleh besarnya

perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen. Jika C/N rasio tinggi maka itu

berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Bahan kompos

dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibanding dengan

C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara

12-15. Bahan kompos seperti sekam, jerami padi, batang jagung, dan serbuk

gergaji memiliki C/N rasio antara 50-100. Daun segar memiliki C/N rasio sekitar

10-20. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio hingga 12-15

sampai dengan proses penguraian sempurna, tanaman akan bersaing dengan

mikroorganisme tanah untuk memperebutkan unsur hara. Karena itu, disarankan

untuk menambah pupuk buatan apabila bahan kompos yang belum terurai

sempurna terpaksa digunakan. Kandungan unsur hara dalam kompos sangat

bervariasi. Tergantung dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan

kompos. Kandungan unsur hara kompos adalah, Nitrogen sebesar 0,1-0,6%,

Fosfor 0,1-0,4%, Kalium 0,8-1,5%, Kalsium 0,8-1,5%. Ciri fisik kompos yang

baik adalah berwarna coklat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan

pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Penggunaan dosis tertentu pada pupuk

kompos lebih berorientasi untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah daripada

untuk menyediakan unsur hara (Wahdaniyah, 2014)

Pengomposan merupakan teknik pengolahan sampah organik yang

biodegradable, sampah tersebut dapat diurai oleh mikroorganisme atau cacing

Page 3: kompos

(vermicomposting) sehingga terjadi proses pembusukan, kompos yang dihasilkan

sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah karena kandungan unsur hara dan

kemampuannya menahan air (Damanhuri 2003).

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)

atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses aerobik, dimana mikroba menggunakan

oksigen dlam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga

terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun proses

ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang

tidak sedap (Selintung,2014).

Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat.

Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah dengan

kotoran hewan. Ada juga yang menambah bahan makanan dan zat pertumbuhan

yang dibutuhkan mikroorganisme sehingga selain dari bahan organik,

mikroorganisme juga mendapatkan bahan tersebut dari luar. Laju dekomposisi

bahan organik juga tergantung dari sifat bahan yang akan dikomposkan. Sifat

bahan tanaman tersebut diantaranya jenis tanaman, umur, dan komposisi kimia

tanaman. Semakin muda umur tanaman maka proses dekomposisi akan

berlangsung lebih cepat. Hal ini disebabkan kadar airnya masih tinggi, kadar

nitrogennya tinggi, imbangan C/N yang sempit serta kandungan lignin yang

rendah (Selintung,2014).

Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi aktivitas

mikroorganisme. Kisaran pH yang baik yaitu sekitar 6,5 - 7,5 (netral). Oleh

karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi tambahan kapur atau abu

dapur untuk menaikkan pH. Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH

yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6,5

sampai 7,5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses

pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH

bahan itu sendiri (Mandasari, 2009).

Page 4: kompos

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

Tabel 3.1.1 Alat Percobaan

No Nama Alat Gambar

1 Cawan

2 Oven

3 Tanur

2 Desikator

Page 5: kompos

No Nama Alat Gambar

3 Neraca Anakitik

5 pH meter

6 Gelas kimia

Tabel 3.1.2 Tabel Bahan Percobaan

No Nama Alat Gambar

1 Kompos

2 Aquadest

Page 6: kompos

IV. CARA KERJA

4.1 Kadar Air

Skema 4.1 Cara Kerja Pengujian Kadar Air Kompos

Siapkan Cawan Porselin

Timbang berat awal cawan

Siapkan 10 gr Kompos dan masukkan kedalam

Cawan

Masukkan cawan ke desikator

Lalu masukkan kedalam oven dengan suhu

100°C selama ± 2 jam

Timbang sebagai berat cawan + kompos basah

Timbang kembali sebagai berat cawan +

kompos kering

Catat hasil yang didapatkan dan lakukan perhitungan

Page 7: kompos

4.2 Kadar Abu

Skema 4.2 Cara Kerja Pengujian Kadar Abu Kompos

Siapkan Cawan Porselin

Timbang berat awal cawan

Siapkan 10 gr Kompos dan masukkan kedalam

Cawan

Masukkan cawan untuk proses pendinginan di

desikatorLalu masukkan kedalam

oven dengan suhu 650°C selama ± 2 jam

Timbang sebagai berat cawan + kompos

kering

Timbang kembali sebagai berat cawan +

kompos kering

Catat hasil yang didapatkan dan lakukan perhitungan

Page 8: kompos

4.3 pH Kompos

Skema 4.3 Cara Kerja Pengujian pH Kompos

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 5.1 Penentuan Kadar Air, Kadar Abu Kompos

No PercobaanBobot A

(gram)

Bobot B

(gram)

Bobot C

(gram)

Bobot D

(gram)

Kadar

(%)

1. Kadar air 46,1266 56,1619 54,3012 - 81

2. Kadar abu 46,1266 56,1619 - 49,6053 34

Siapkan 10 gr Kompos yang telah ditimbang di

neraca analitik

Masukkan kompos kedalam gelas kimia

ukuran 250 ml

Tambahkan 100 ml Aquadest kedalam

gelas kimia

Catat hasil yang didapatkan

Lakukan pengukuran menggunakan pH

meter

Lakukan Pengocokkan

selama 30 menit menggunakan

spatula

Page 9: kompos

Tabel 5.2 Penentuan pH Kompos

No Jenis Pupuk pH

1. A 6,66

2. B 6,69

Tabel 5.3 Kadar Air dan Abu, pH Kompos dari Setiap Kelompok

Jenis Pupuk Kelompok Kadar Air Kadar Abu pH

A

1 48% 15% 6,56

2 50% 14% 6,38

3 40% 13% 6,11

4 43% 14% 6,19

5 37% 15% 7,61

B

6 81% 33% 8,29

7 81% 34% 6,44

8 83% 34% 6,47

9 86% 38% 6,52

10 80% 32% 6,38

11 81% 33% 8,15

VI. RUMUS DAN PERHITUNGAN

6.1 Rumus

- Kadar air

¿ C−AB−A

×100 %

- Kadar Abu

¿ D−AB−A

× 100 %

Keterangan

A : Berat cawan kosong (gram)

B : Berat cawan + kompos basah (gram)

C : Berat cawan + kompos kering (gram)

D : Berat cawan + abu kompos (gram)

Page 10: kompos

6.2 Perhitungan

- Kadar air

¿ 54,3012 g−46,1266 g56,1619 g−46,1266 g

×100 %

¿81 %

- Kadar abu

¿ 49,6053 g−46,1266 g56,1619 g−46,1266 g

×100 %

¿34 %

VII. PEMBAHASAN

Percobaan yang dilakukan yaitu penentuan kadar air, kadar abu, dan pH

pada kompos dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri

digunakan untuk penentuan kadar air dan kadar abu, sedangkan penentuan pH

menggunakan pH meter. Kompos yang digunakan sebanyak ± 10 g. Sebelum

melakukan penimbangan terhadap kompos, dilakukan terlebih dahulu

penimbangan cawan porselin yang akan digunakan. Cawan porselin tersebut telah

dikeringkan di dalam oven selama 15 menit pada suhu 1000C. Pengeringan

dilakukan untuk meminimalkan kesalahan positif saat penimbangan akibat lemak

yang tertempel pada cawan porselin.

Penentuan yang pertama dilakukan adalah penentuan kadar air. Penentuan

kadar air dilakukan dengan pengeringan kompos selama 2 jam di dalam oven pada

suhu 100 oC. Perlakuan ini berfungsi untuk menghilangkan air dan senyawa

volatil (mudah menguap) dengan cara pemanasan. Hasil percobaan diperoleh

kadar air sebesar 47,02 %. Kadar air suatu bahan menunjukkan kandungan air

bebas dalam bahan tersebut yang berikatan hidrogen dengan sesama molekul air

bebas. Kadar air optimal pada kompos adalah 45 % sampai 55 %. Kadar air pada

hasil percobaan masih dalam kisaran kadar air optimal. Apabila kadar air melebihi

60 %, maka volume udara berkurang serta menimbulkan bau yang dihasilkan dari

kondisi anaerob, dan dekomposisi diperlambat. Kadar air menjadi kunci proses

dalam pengomposan yang mengacu pada porositas antar partikel dalam ruang

Page 11: kompos

kompos, apabila kandungan air terlalu tinggi atau pun rendah akan mengurangi

proses pengomposan (Kusuma M, 2012).

Penentuan selanjutnya adalah penentuan kadar abu. Penentuan kadar abu

dilakukan dengan menggunakan tanur pada suhu 650 oC selama 2 jam. Hasil

percobaan diperoleh kadar abu sebesar 8,77 %, sehingga senyawa volatil sebesar

91,23 %. Kadar abu merupakan ukuran dari jumlah mineral dalam bahan pangan

yang terdapat dalm kompos. Kadar abu suatu bahan merupakan residu senyawa

oksida dan garam yang tersisa dari pengeringan suatu bahan pada temperatur yang

tinggi. Pada penentuan kadar abu, air dan bahan volatil diuapkan kemudian zat-zat

organik dibakar hingga menghasilkan CO2, H2O, dan N2. Pada percobaan

digunakan juga desikator. Desikator berfungsi untuk mendinginkan cawan agar

tidak kontak dengan udara luar yang mengakibatkan bertambahnya bobot cawan

dengan menempelnya uap air dari luar apabila tidak di dalam desikator.

Penentuan selanjutnya adala pengukuran pH. Pengukuran pH dilakukan

dengan menambahkan akuades ke dalam kompos, kemudian dikocok selam 30

menit untuk kedua jenis kompos, yaitu kompos A dan B. Hasil percobaan

diperoleh hasil pH untuk kompos jenis A sebesar 8,82 dan kompos jenis B sebesar

7,95. Pengomposan akan berjalan optimum pada rentang pH yang optimum bagi

mikroorganime, yaitu sebesar 6,5 sampai 7,5. Hasil percobaan menunjukkan

bahwa pH pada kedua jenis kompos melewati nilai pH optimum. Hasil ini dapat

disebabkan oleh proses pengomposan sendiri yang menyebabkan perubahan pada

bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam

secara temporer atau local akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman).

Sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang megadung nitrogen akan

meningkatkan pH pada fase - fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah

matang biasanya mendekati netral. Pengukuran pH karena kandungan nitrogen

anorganik dan organik hasil sintesa protein dipengaruhi oleh kadar air (Kusuma

M, 2012).

VIII. SIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil kadar air sebesar 47,02 %

dengan kadar air optimum sebesar 45 -55 %, hasil menunjukkan bahwa kompos

Page 12: kompos

baik untuk digunakan dan hasil kadar abu sebesar 8,77 %. pH kompos jenis A

sebesar 8,82 dan B sebesar 7,95 dengan rentang pH optimum sebesar 6,5-7,5,

sehingga pH kompos perlu di tambahkan senyawa asam agar dapat digunakan

sebagai kompos yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Wahdaniyah, Nurmillah. 2014. Kadar Air Pupuk ZA. Diakses pada

http://kimiaterpadusmakma201429.blogspot.com (diakses tanggal 1

Desember 2014 Pukul 07:12)

Damanhuri, E dan Padmi, T. 2006. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Institut

Teknologi Bandung, Bandung.

Selintung, Mery. 2014. Studi Karakteristik Sampah Pada Tempat Pembuangan

Akhir di Kabupaten Maros.Universitas Hasanudin.

Mandasari, 2009. Pencetakan Kompos Berbagai Bentuk Dengan Menggunakan

Jenis Kompos yang Berbeda. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara: Medan

Standar Nasional Indonesia Nomor SNI-19-7030-2004 tentang Spesifikasi

Kompos Dari Sampah Organik Domestik, Badan Standar Nasional (BSN).

LAMPIRAN

Tabel standar kualitas Kompos SNI: 19-7030-2004 (Kusuma M, 2012)

No Parameter Satuan Minimum Maksimum

1 Kadar air %   50

2 temperatur     subur air tanah

3 Warna     kehitaman

4 Bau     berbau tanah

5 Ukuran partikel Mm 0,55 25

6 Kemampuan ikat air % 58  

7 PH   6.8 7,49

Page 13: kompos

8 Bahan asing %   1,5

9 Unsur makro      

10 Bahan organik % 27 58

11 Nitrogen % 0,40  

12 Karbon % 9,80 32

13 Fosfor % 0,10  

14 C/Nrasio   10 20

15 Kalium % 0,20  

16 Unsur mikro      

17 Arsen mg/kg   13

18 Cadmium (Cd) mg/kg   3

19 Cobal (Co) mg/kg   34

20 Chromium (Cr) mg/kg   210

21 Tembaga (Cu) mg/kg   100

22 Mercuri (Hg) mg/kg   0:08

23 Nikel (Ni) mg/kg   62

24 Timbal (Pb) mg/kg   150

25 Selenium (Se) mg/kg   2

26 Seng (Zn) mg/kg   500

27 Unsur lain      

28 Calsium %   25.5

29 Magnesium (Mg) %   0.6

30 Besi (Fe) %   2

31 Alumunium (al) %   2.2

 32 Mangan (Mn) %   0.1

 33 Bakteri      

 34 Fecal Coli MPN/gr   1000

 35 Salmonella sp. MPN/gr   3