kinetika_corneliaclaudya_12.70.0024_e3

Upload: james-gomez

Post on 04-Nov-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Vinegar merupakan salah satu produk dari fermentasi alkohol yang kemudian difermentasi lagi sehingga menjadi vinegar dengan kandugan asam asetat minimal 4 gram/100 ml. Ranganna (1978) menambahkan cider merupakan minuman alkohol dengan kadar yang rendah serta diproduksi dengan fermentasi dari buah atau bahan lainnya yang memiliki kandungan pati dengan atau tidak ditambahkan gula oleh khamir. Bahan yang mengandung karbon dan nitrogen dibutuhkan selama proses fermentasi (Winarno et al., 1980).

TRANSCRIPT

18

1. hasil pengamatan

1.1. Tabel Hasil PengamatanHasil pengamatan kinetika pada minuman vinegar yaitu sari apel dengan penambahan Saccharomyces cereviceae dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengamatan Kinetika pada Minuman VinegarKelPerlakuanWaktu mo tiap petakRata-rata/ mo tiap petakRata-rata/ mo tiap ccOD (nm)pHTotal Asam

1234

E1Sari Apel + S. cereviceaeN054675,52,2 x 1070,22193,58,640

N247586889084,753,39 x 1081,22403,439,216

N4811121425135,2 x 1070,92433,438,640

N7214565222361,44 x 1081,19903,829,024

N965526263332,51,3 x 1081,51893,4711,328

E2Sari Apel + S. cereviceaeN0111211910,794,3 x 1070,18333,59,792

N248961947379,253,17 x 1081,00813,539,024

N488339504353,752,15 x 1081,55543,479,600

N722854192832,251,29 x 1081,19073,728,832

N9622231437249,6 x 1071,41503,4710,368

E3Sari Apel + S. cereviceaeN01181312114,4 x 1070,17373,479,408

N244447474846,51,86 x 1081,02123,708,448

N48106104122137117,254,69 x 1081,09973,469,024

N723656544748,251,93 x 1081,44803,849,024

N965162514156 x 1070,38463,478,830

E4Sari Apel + S. cereviceaeN0136647,252,9 x 1070,17983,479,216

N247251525156,52,26 x 1080,94433,539,024

N481318404328.51,14 x 1081,04063,459,216

N7281108145111111,254,45 x 1081,28703,619,408

N962730303229,751,19 x 1080,55483,439,024

E5Sari Apel + S. cereviceaeN01014713114,4 x 1070,17143,469,600

N2497103965888,53,54 x 1081,12813,469,216

N4811487989097,253,89 x 1080,91643,209,216

N7255807055652,6 x 1081,06643,408,832

N966983857878,753,5 x 1080,50263,498,640

Pada Tabel 1, dapat dilihat hasil yang diamati meliputi jumlah mikroorganisme setiap petak, rata-rata per jumlah mikroorganisme setiap petak, rata-rata per jumlah mikroorganisme tiap cc, OD, derajat keasaman (pH), dan total asam. Hasil yang didapatkan bersifat fluktuatif yang berarti tidak sama setiap kelompok, ada yang mengalami peningkatan, penurunan, bahkan tanpa perubahan. Pada hasi rata-rata per jumlah mikroorganisme tiap petak, jumlah paling banyak terdapat pada kelompok E3 waktu ke-48 sebesar 117,25 sedangkan paling rendah pada kelompok E1 waktu ke-0 sebesar 5,5. Pada hasil rata-rata per jumlah mikroorganisme tiap cc ditemukan hasil berbanding lurus dengan rata-rata per jumlah mikroorganisme tiap petak yaitu paling besar pada kelompok E3 senilai 4,69 x 108 dan paling kecil pada kelompok E1 dengan nilai 2,2 x 107. Keduanya ditemukan pada waktu yang sama dengan rata-rata per jumlah mikroorganisme tiap petak. Nilai OD paling besar terdapat pada kelompok E2 waktu ke-48 dengan nilai 1,5554 nm dan paling rendah pada kelompok E5 waktu ke-0 dengan nilai 0,1714 nm. Hasil dari pH yang didapatkan ditemukan nilai paling besar kelompok E3 waktu ke-72 sebesar 3,84. Nilai pH paling kecil didapat pada kelompok E5 waktu ke-48 senilai 3,20. Pada hasil total asam didapatkan nilai terbesar pada kelompok E1 waktu ke-96 dengan nilai 11,328 dan nilai paling kecil terdapat pada kelompok E3 waktu ke-24 dengan nilai 8,448.

2

1.2. Grafik Hasil Pengamatan1.2.1. Grafik Hubungan Absorbansi dan WaktuHubungan antara nilai absorbansi dan waktu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Hubungan Absorbansi dan Waktu

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa hasil yang didapatkan adalah fluktuatif. Paling dominan adalah pada kelompok E2 yang mengalami peningkatan hingga waktu ke-72 dan mengalami penurunan setelahnya. Pada kelompok yang lain hampir seluruhnya mengalami peningkatan dan penurunan secara bergantian.

1.2.2. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan WaktuHubungan antara jumlah sel dan waktu fermentasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan Waktu

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil dari semua kelompok kembali fluktuatif. Paling tampak dominan terdapat pada kelompok E3 yang mengalami peningkatan pada waktu ke-48 dan setelahnya selalu mengalami penurunan jumlah sel. Penurunan jumlah sel juga dialami oleh kelompok E1 waktu ke-48 yang selanjutnya selalu menurun hasilnya. Namun untuk kelompok lainnya menghasilkan jumlah sel yang mengalami peningkatan dan penurunan jumlah secara bergantian.

1.2.3. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan pHHubungan antara jumlah sel dan pH yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan pH

Pada Gambar 3, dapat dilihat bahwa jumlah sel dan pH tidak terlalu memiliki hubungan. Jumlah sel paling banyak didapatkan pada kelompok E3 pada pH 3,5.

1.2.4. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan AbsorbansiHubungan antara jumlah sel dengan nilai absorbansi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan Absorbansi

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai absorbansi (OD) tidak terlalu memiliki hubungan dengan jumlah sel mikroorganisme yang terhitung. Jumlah sel diketahui paling banyak pada kelompok E3 pada nilai absorbansi kurang lebih bernilai 1. Kelompok lainnya dihasilkan grafik yang fluktuatif.

1.2.5. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan Total AsamHubungan dari jumlah sel mikroorganisme yang terhitung dengan total asam dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Hubungan Jumlah Sel dan Total Asam

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hasilnya memiliki hubungan yang cukup dapat terbaca. Hampir semua kelompok menghasilkan hasil yang fluktuatif namun pada kelompok E3 paling tampak jelas mengalami peningkatan jumlah sel mikroorganisme pada total asam 9, selanjutnya pada total asam yang semakin meningkat didapatkan hasil jumlah sel mikroorganisme yang menurun pula.

5

2. pembahasan

Minuman vinegar digunakan sebagai bahan penyedap makanan yang berfungsi untuk memperbaiki flavor dari makanan. Selain itu, vinegar juga mampu digunakan sebagai minuman yang sebelumnya telah dilakukan proses aging. Hal inilah yang memberikan keistimewaan pada vinegar karena melalui proses ini akan menyebabkan rasa dan flavor yang baik (Kwartiningsih & Sri Mulyanti, 2005; Macrae et al., 1993 dalam Oguntoyinbo et al.,2011). Vinegar merupakan salah satu produk dari fermentasi alkohol yang kemudian difermentasi lagi sehingga menjadi vinegar dengan kandugan asam asetat minimal 4 gram/100 ml. Ranganna (1978) menambahkan cider merupakan minuman alkohol dengan kadar yang rendah serta diproduksi dengan fermentasi dari buah atau bahan lainnya yang memiliki kandungan pati dengan atau tidak ditambahkan gula oleh khamir. Bahan yang mengandung karbon dan nitrogen dibutuhkan selama proses fermentasi (Winarno et al., 1980). Selain itu selama proses fementasi dibutuhkan pemecahan gula yang berubah menjadi alkohol dan CO2 oleh mikroorganisme yang digunakan selama fermentasi.

2.1. Langkah Kerja2.1.1. Pembuatan Minuman VinegarLangkah awal yang dikerjakan adalah membuat sari apel menggunakan juicer. Menurut Sari et al (2012), apel (Malus sylverstris Mill) mempunyai nilai ekonomis yang salah satunya adalah dapat dibuat menjadi sari apel. Sari apel adalah produk dengan umur simpan rendah apabila disimpan dalam suhu ruang sehingga dilakukan pengawetan dengan cara thermal untuk menonaktifkan mikroorganisme patogen sari buah tersebut. Menurut Ikhsan (1997), buah apel dihancurkan untuk mengeluarkan gula yang terkandung didalamnya sehingga mempermudah mikroorganisme penyebab fermentasi untuk menguraikan.

6

Gambar 6. Apel dihancurkan untuk mendapatkan sarinya

Setelah dihancurkan menggunakan juicer, diambil sarinya sebanyak 250 ml untuk setiap kelompok. Kemudian tutup botol menggunakan plastik dan diikat dengan karet. Langkah selanjutnya adalah sari buah tersebut disterilisasi dengan suhu 100oC selama 30 menit dan didinginkan.ba

Gambar 7. Botol ditutup dengan menggunakan plastik (a) Disterilisasi (b)

Setelah itu ditambahkan dengan biakan yeast secara aspetis barulah dilakukan inkubasi dengan perlakuan shaker (penggoyangan). Lalu sari buah diambil sebanyak 20 ml dari waktu ke-0 sampa waktu ke-96 sebanyak 20 ml setiap harinya untuk dilakukan uji biomassa, total asam, pH, dan absorbansi. Menurut Zubaidah (2010), prinsip dari pembuatan cuka merupakan fermentasi alkohol dan asam asetat yang dalam proses pembuatannya melibatkan aktivitas Saccharomyces cereviceae yang akan mengubah gula sederhana menjadi alkohol. Perlakuan secara aseptis yang dilakukan bertujuan untuk mencegah biakan cemaran yang ada serta mencegah infeksi bakteri merugikan (Dwidjoseputro, 1994). Pengadukan yang dilakukan berfunsgi untuk menurunkan ukuran gelembung udara yang didapatkan dari area antar permukaan yang lebih besar untuk mengurangi difusi serta untuk mempertahankan kondisi lingkungan stabil pada wadah fermentasi (Stanburry & Whitaker, 1984). Selama shaking yang dilakukan pada praktikum ini, botol hanya ditutup menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet gelang. Hal ini kurang sesuai dengan pernyataan Rahman (1992) bahwa seharusnya selama proses ini diberi penutup yang tidak menghambat aliran udara dan mampu menjaga sterilisasi dari media.

Saccharomyces merupakan salah satu jenis yeast yang memiliki bentul sel bulat, oval, atau memanjang serta membentuk pseudomiselium. Biasanya digunakan pada industri pangan yaitu Saccharomyces cereviceae. Starter ini berfungsi untuk menggandakan dan mendominasi bentuk gula menjadi alkohol yang memiliki suhu optimal 22-27oC (Astawan & Astawan, 1991). Bhushan & Joshi (2006) menambahkan bahwa fermentasi bakers yeast dipengaruhi oleh adanya oksigen terlarut saat adanya agitasi, tipe, dan konsentrasi sumber karbon, suhu, dan derajat keasaman.

ba

Gambar 8. Penambahan yeast (a) Shaker (b)

2.1.2. Pengukuran Biomassa menggunakan Haemocytometerba

Gambar 9. Plat Haemocytometer (a) Pembersihan Haemocytometer (b)

Haemocytometer adalah suatu alat yang dibuat dengan teliti dimana lebar dan kedalaman garis yang diketahui dengan pasti mampu membentu perhitungan jumlah sel dalam suatu media cair. Alat ini memiliki dua bagian ruang yang mempunyai garis mikroskopis yang tergores pada permukaan kaca. Tiap bagian haemocytometer dibagi menjadi 9 kotak besar yang dibatasi oleh 3 garis setiap sisinya. Disetiap sisinya memiliki terdapat kotak kecil yang dibatasi oleh 1 garis sebanyak 16 buah. Sela yang masuk ke dalam perhitungan adalah sel yang terdapat pada 4 kotak besar yang berdekatan Chen & Chiang (2011). Setelah cider diteteskan pada plat, diamati pada mikroskop yang nantinya akan tampak sejumlah bulatan berwarna putih sel-sel yeast. Sel yang tampak akan terlihat tumbuh secara tunggal ataupun berpasangan. Dalam proses pertumbuhannya yeast akan menghasilkan enzim yang berguna untuk hidrolisa disakarida. Kandungan disakarida ini berasal dari kandungan gula dari sari apel (Matz, 1992).

Gambar 10. Salah Satu Hasil Haemocytometer dibawah Mikroskop

2.1.3. Penentuan Total Asam Selama FermentasiPada praktikum ini, sampel diambil sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan dengan indikator pp sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N. Titrasi dihentikan saat larutan sampel berubah menjadi warna coklat seperti teh.

Gambar 11. Hasil Titrasi untuk Menentukan Total Asam

Menurut Day & Underwood (1992) titrasi merupakan proses pengukuran dari volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen. Penambahan titran dapat dihentikan dengan menggunakan indikator. Indikator akan memberikan perubahan warna saat mengalami kelebihan titran. Titik pada titrasi yang mengalami perubahan warna saat pemberian indikator biasa disebut dengan titik akhir titrasi. Petrucci (1987) menambahkan bahwa mencapai titik ekuivalen maka dibutuhkan banyak asam pada vinegar. PP memiliki range derajat keasaman 8,0-9,6 (alkalimetri) yang biasa digunakan untuk pengukuran karena larutan standartnya yaitu NaOH yang termasuk dalam senyawa basa.

2.1.4. Pengukuran pH Minuman VinegarLarutan diambil sebanyak 10 ml kemudian dilakukan uji pH menggunakan pHmeter. pH adalah konsentrasi dari ion hidrogen dari sebagian besar larutan (Tranggono et al., 1989). Selain itu menurut Martoharsono (1994) pH merupakan ukuran kekuatan suatu asam. Tujuan dari pengukuran derajat keasaman ini adalah untuk mengetahui tingkat keasaman dari minuman vinegar yang dihasilkan.

Gambar 12. Pengujian derajat keasaman dengan pHmeter

2.1.5. Penentuan Nilai Absorbansi (OD) Menggunakan SpektofotometerSampel diambil sebanyak 3 ml untuk dilakukan pengukuran nilai OD menggunakan spektofotmeter dengan panjang gelombang 660 nm. Menurut Sevda, S et al (2011) panjang gelombang yang digunakan sudah tepat karena panjang gelombang 660 nm biasa digunakan untuk Saccharomyces cereviceae.

2.2. Hasil Pengamatan2.2.1. Hubungan Absorbansi dan WaktuTerjadi pertumbuhan mikroorganisme selama terjadi fermentasi yang ditandai dengan warna larutan menjadi keruh. Semakin keruh media cair yang didapatkan maka jumlah sel mikroorganisme semakin banyak. Nilai absorbansi sendiri menujukkan fase pertumbuhan dari mikroba tersebut (Laily et al., 2004). Nilai absorbansi (OD) akan stabil pada fase adaptasi serta mengalami peningkatan pada fase eksponensial sehingga peningkatan jumlah sel ini akan menyebabkan kekeruhan. Namun saat memasuki fase stasioner akan mengalami penurunan jumlah sel yang akan mempengaruhi kekeruhan (Hoseney, 1994). Berdasarkan hasi grafik yang didapatkan kelompok E2 mengalami peningkatan sampai waktu ke-72 sedangkan kelompok lainnya mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak stabil. Peningkatan disebabkan oleh sel yeast yang berada pada fase eksponensial sedangkan penurunan disebabkan oleh yeast memasuki fase stasioner dan fase kematian. Fase kematian dapat terjadi karena produk metabolit toksik sehingga akan meracuni sebagian sel (Mahreni & Sri, 2011). Pada kelompok yang mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak stabil tidak sesuai dengan teori ini karena seharusnya mengalami peningkatan terlebih dahulu dan semakin lama akan mengalami penurunan karena kematian yeast.

2.2.2. Hubungan Jumlah Sel dan WaktuPada hasil pengamatan dapat dilihat bahwa hanya pada kelompok E1 dan E3 yang mengalami peningkatan jumlah sel kemudian mengalami penurunan. Pada kelompok lainnya dihasilkan peningkatan dan penurunan yang tidak stabil. Pada kelompok E1 dan E3 telah sesuai dengan pernyataan Shuler (1989) bahwa mula-mula yeast aka nada pada fase adaptasi yang berguna untuk menyesuaikan diri dengan keadaan media disekitarnya dimana fase ini berjalan dengan cepat. Pada fase ini akan ada peningkatan jumlah biomassa tanpa peningkatan densitas sel. Selanjutnya masuk ke dalam fase log dimana pada fase ini sel telah beradaptasi dengan lingkungan dan akan melakukan penggandaan cepat yang mengakibatkan jumlah sel dan densitasnya akan ikut meningkat secara eksponensial. Fase berikutnya adalah fase deklerasi atau pertumbuhan yeast yang melambat yang terdiri dari fase stasioner dan kematian. Kesalahan yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan dalam penghitunga menggunakan haemocytometer.

2.2.3. Hubungan Jumlah Sel dan pHHasil yang didapatkan dalam praktikum ini kurang dapat terbaca, hanya pada kelompok E3 terdapat banyak jumlah mikroorganisme pada pH 3,5. Menurut Samsuri et al (2007) waktu optimum pada kinerja yeast dan enzim adalah 48 jam. Peningkatan pH disebabkan oleh fermentasi yang menghasilkan senyawa asam seperti asam asetat, asam format, dan asam levilunat. Seharusnya hasil dari fermerntasi adalah etanol. Asam asetat yang terkandung didalam minuman vinegar ini dapat disebabkan oleh kontaminasi Acetobacter. Penyebab lain bisa disebabkan oleh Lactobacillus yang mengkontaminasi sehingga mengubah glukosa menjadi asam laktat. Perubahan ini mampu menghambat pertumbuhan dari yeast. Thirumalavan et al (2008) menambahkan bahwa waktu generasi yeast akan meningkat pada pH rendah yaitu 4-5.

2.2.4. Hubungan Jumlah Sel dan AbsorbansiHasil pengamatan pada praktikum ini menunjukkan kurang adanya hubungan antara jumlah sel dan nilai absorbansi. Menurut Hoseney (1994), semakin tinggi nilai absorbansi (OD) akan menunjukkan sampel yang semakin keruh serta dapat menjadi indikator pertumbuhan mikroorganisme semakin tinggi. Jika pertumbuhan yang ada semakin tinggi dapat disimpulkan bahwa jumlah sel juga ikut meningkat. Nilai OD menunjukkan fase pertumbuhan dari bakteri sehingga nilai OD akan tetap pada fase adaptasi namun kekeruhan akan tetap meningkat saat fase eksponensial. Hal ini terjadi karena penambahan jumlah sel. Pada fase stasioner kekeruhan akan menurun yang diikuti dengan bobot biomassa yang mengalami penurunan (Laily et al., 2004). Kegagalan dalam praktikum ini dapat disebabkan karena pengukuran spektofotometer seperti kuvet yang tergores atau kotor, penempatan kuvet yang kurang tepat, dan adanya gelembung gas dalam larutan yang mengakibatkan pengukuran menjadi tidak akurat (Pomeranz & Meloan, 1987).

2.2.5. Hubungan Jumlah Sel dan Total AsamPada hasil praktikum yang didapatkan jumlah sel akan meningkat dan diikuti dengan peningkatan total asam. Hal ini telah sesuai dengan teori Samsuri et al (2007) dimana semakin banyak jumlah mikroorganisme akan meningkat pula total asam yang terukur karena adanya fermentasi yang menghasilkan beberapa jenis asam dan bukan hanya satu jenis asam saja. Titrasi sebaiknya dilakukan secara perlahan agar larutan titran yang digunakan tidak menempel pada dinding buret. Namun titrasi dengan cepat dapat dilakukan apabila pembacaan volume titran tetap ditunggu beberapa saat hingga tercapai titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan supaya larutan titran yang menempel pada dinding dibiarkan turun perlahan. Pembacaan volume dari titran dilakukan dengan membaca bagian meniscus cekung dari larutan.12

3. kesimpulan

Minuman vinegar apel dihasilkan dari fermentasi yeast yaitu Saccharomyces cereviceae yang akan mengubah gula menjadi alkohol. Haemocytometer merupakan alat yang digunakan dengan teliti sehingga lebar serta kedalaman garis telah diketahui secara yang membantu perhitungan jumlah sel dalam suatu media cair. Jumlah sel meningkat seiring dengan lama waktu inkubasi. Penurunan jumlah sel disebabkan oleh yeast masuk dalam fase deklerasi (pertumbuhan lambat). Semakin tinggi nilai absorbansi maka jumlah sel juga semakin banyak. Jumlah mikroorganisme didalam cider akan mengalami peningkatan seirin dengan ph yang juga mengalami peningkatan. Jumlah sel juga berbanding lurus dengan nilai OD yaitu semakin tinggi jumlah sel maka nilai OD juga ikut tinggi.

Semarang, 9 Juli 2015PraktikanAsisten Dosen Bernadus Daniel H. Metta Meliani Chaterine MeilaniCornelia Claudya Gunawan12.70.0024

4. daftar pustaka

Astawan,MA & M,Astawan.(1991).Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Edisi Pertama.CV Akademika Pressindo.Jakarta.

Bhushan, S. and V. K. Joshi.(2006). Bakers Yeast Production under Fed Batch Culture from Apple Pomace.Journal of Scientific & Industrial Research. Vol 65, pp 72-76.

Chen, Y. W. and Chiang, P. J. (2011). Automatic Cell Counting for Hemocytometers through Image Processing. World Academy of Science, Engineering and Technology, Vol.58:pp.719-722.

Dwijoseputro, D. (1994). Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Hoseney, R. C. (1994). Pasta and Noodles Principles of Cereal Science & Technology Second Edition. American Association of Cereal Chemists. Minnesota.

Ikhsan, M. B. (1997). Pengaruh Media Starter dan Cara Penambahan Gula Terhadap Kualitas Anggur Pisang Klutuk. Stiper Farming. Semarang.

Kwartiningsih, E dan Ln. N. Sri Mulyati. (2005). Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar. Ekuilibrium 4(1) : 8-12.

Laily, N., Atariansah, D. Nuraini, S. Istini, I. Susanti, dan L. Hartono. (2004). Kinetika Fermentasi Produksi Selulosa Bakteri oleh Acetobacter pasterianum pada Kultur Kocok.

Macrae, R.; Robinson, R. K. and Sadler, M. J. (1993). Encyclopeadia of Food Science and Technology and Nutrition. 2nd Edition. Academic Press. pp 4773-4778.

Mahreni dan Sri S. (2011).Kinetika Pertumbuhan Sel Sacharomyces cerevisiae dalam Media Tepung Kulit Pisang. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses. ISSN:1411-4216.

Martoharsono, S. (1994). Biokimia Jilid 1. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Nusantara, Yogyakarta.

Matz, S. A. (1992). Bakery Technology and Engineering, 3rd edition. Van Nostrand Reinhold. New York.

Oguntoyinbo, S.I., Babajide, J. M., Adenekan, M. K., Ajayi, J.O. and Kareem, S.O., Ayelaagbe, I.O.O., Atanda, O.O., Bodunde, G. (2011). Chemical Properties of Vinegar 14

Produced from Sweet Orange Peels (Citrus Sinensis) Journal of Agriculture and Veterinary Sciences Vol 3.

Petrucci, R & Suminar. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi IV Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Pomeranz, Y. and Meloan, C. E. (1987). Food Analysis Theoryland Practice. An AVI Book. New York.

Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.

Ranganna. (1978). Analysis of Fruit and Vegetable Product. The AVI Publ. Co. Inc.

Samsuri M., Gozan, M., R. Mardias., M.Baiquini., H.Hermansyah., A.Wijanarko., B.Prasetya, dan M. Nasikin. (2007). Pemanfaatan Sellulosa Bagas untuk Produksi Ethanol Melalui Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak dengan Enzim Xylanase. Makara, Teknologi, Vol.11, No.1, April 2007: 17-24.

Sari, E.K.N, Bambang S., dan Sumardi H.S. (2012). Proses Pengawetan Sari Buah Apel (Mallus sylvestris Mill) Secara Non-Termal Berbasis Teknologi Oscillating Magnetting Field (OMF). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 2 (Agustus 2012) 78-87.

Sevda, S. and Rodrigues L. (2011). Fermentative Behavior of Saccharomyces Strains During Guava (Psidium Guajava L) Must Fermentation and Optimization of Guava Wine Production. Journal Food Process Technol,Vol. 2,Issue.4:pp.1-9.

Shuler, L. M. (1989). Bioprocess Engineering Basic Concepts. Prentice Hall International Inc. London.

Stanburry, P. F. and Whitaker, A. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York.

Thirumalavan, K. (2008). Batch Fermentation Kinetics of Pullulan from Aureobasidium pullulans Using Low Cost Substrates. Biotechnology, Vol.7,No.2:pp.317-322.

Tranggono; B. Setiaji; Suhardi; Sudarmanto; Y. Marsono; A. Murdiati; I. S. Utami & Suparmo. (1989). Petunjuk Laboratorium Biokimia Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Winarno, F.G.; S. Fardiaz dan D. Fardiaz. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Zubaidah, E. (2010). Kajian Perbedaan Kondisi Fermentasi Alkohol dan Konsentrasi Inokulum Pada Pembuatan Cuka Salak (Salacca zalacca). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian Vol. 11 No. 2 (Agustus 2010) 94 100.16

5. lampiran

5.1. Perhitungan Perhitungan Kelompok E1Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

Volume petak = 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1 mm= 0,00025 mm3= 0,00000025 cc= 2,5 x 10-7 ccN0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

17

Perhitungan Kelompok E2Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

Perhitungan Kelompok E3Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

Perhitungan Kelompok E4Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam = mg/ml

Perhitungan Kelompok E5Perhitungan Rata-rata / MO tiap cc

N0N24N48N72N96

Perhitungan Total AsamTotal Asam =N0Total Asam =mg/mlN24Total Asam =mg/mlN48Total Asam = mg/mlN72Total Asam = mg/mlN96Total Asam =mg/ml

5.2. Jurnal5.3. Laporan Sementara