ketikan kepdas
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
Contoh : “Mengapa anda tidak melakukan ….”
“Bila saya adalah Anda saya akan ….”
“Akan lebih baik Anda ….”
2. Berupaya untuk menenteramkan hati, di mana perawat memberikan informasi tidak
berdasarkan fakta tetapi lebih bertujuan untuk memberikan perasaan senang.
Contoh : “Tidak perlu cemas, tidak apa-apa kok ….”
“Jangan bersedih, semua orang dapat mengalami ….”
3. Mengalihkan pembicaraan mengenai hal-hal yang mengancam kepada hal-hal yang
kurang mengancam. Hal ini dapat terjadi karena perawat tidak bersedia atau tidak siap
untuk mendengarkan ungkapan perasaan menyakitkan yang dialami klien.
Contoh : “Kita bicara soal ini lain kali saja.”
4. Membuat penilaian terhadap perilaku klien berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh
perawat.
Contoh : “Anda salah, Anda malas untuk berobat.”
5. Menunjukkan perilaku yang berfokus pada diri perawat.
Contoh : “Dapatkah Anda ulangi, saya tidak mendengar.”
6. Memberikan pengarahan atau petunjuk yang harus diikuti dengan mengabaikan
kemampuan klien, dan menganggap klien tidak mampu untuk mengatasi ,asalahnya.
Contoh : “Bukan begitu caranya, mestinya Anda melakukan ….”
7. Mengajukan pertanyaan yang berlebihan tanpa memperhatikan perasaan klien.
8. Memberikan komentar klise atau stereotype, yaitu memberi komentar dengan kata-kata
secara spontan tanpa tujuan yang jelas.
Contoh : “Hati-hati kalau tidak teratur makan ….”
“Disuntik ya, tidak sakit kok!”
G. KOMUNIKASI ASERTIF
Komunikasi asertif adalah komunikasi yang menyatakan diri secara langsung, jujur, dan tidak
melanggar hak dan tanggung jawab orang lain.
Menurut Chenevert (1978), komunikasi asertif dibedakan menjadi dua bagian, yaitu hak
dan tanggung jawab individu (lihat table 6.1)
Ada beberpa cara agar komunikasi asertif ini dapat berjalan dengan baik, yaitu :
a. Merefleksikan apa yang dikatakan.
b. Mengulangi pertanyaan dengan tegas dan terus –menerus.
c. Menunjukkan asumsi selengkapnya melalui komunikasi verbal/nonverbal.
d. Menyatakan kembali dengan bahasa asertif, artinya bukan bahasa aggressor.
e. Mengajukan pertanyaan, yang berguna untuk menyadarkan reaksi yang agresif dari orang
lain.
Tabel 6.1 Hak dan tanggung jawab dalam komukasi asertif.
Hak Tanggung jawab
Bicara
Menerima
Mengahadapi masalah
Memeperoleh kenyamanan
Bekerja
Berbuat kesalahan
Tertawa
Berteman
Mengkritik
Memperoleh imbalan
Menjadi mandiri
Menangis
dicintai
Mendengar
Memberi
Menyelesaikan masalah
Mengamankan orang lain
Berbuat baik
Memperbaiki kesalahan
Menggembirakan orang lain
Menjadi teman
Memberi hadiah
Memberi imbalan atas karya orang lain
Dapat bergantung pada orang lain
Mengeringkan air mata
mencintai
H. KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
Komunikasi merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam menjali hubungan.
Teknik komunikasi yang digunakan secara tepat dapat menciptakan hubungan terapeutik, dan
apabila tidak tepat akan menimbulkan masalah bagi klien dan perawat. Dalam teknik
berkomunikasi ini, ada tiga keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan terapeutik
antara perawat dank lien.
1. Kehadiran atau Keberadaan Perawat
Kehadiran berarti kebersamaan fisik dan psikologis dalam berkomunikasi dengan klien. Hal
itu antara lain mencakup mendengarkan dan mengamati, serta memberikan perhatian
perhatian terhadap ucapan dan perilaku klien. Kehadiran fisik adalah perhatian yang
diberikan melalui pikiran dan perasaan.
a. Kehadiran fisik mempunyai peran yang penting dalam komunikasi interpersonal karena
tubuh dapat memperkuat pesan yang disampaikan dalam bentuk kata-kata. Akan tetapi,
keberadaan tubuh juga dapat membingungkan bahkan mengubah pesan yang sampai ke
penerima menjadi kebalikannya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perwat agar klien mengerti atau
merasakan bahwa perawat secara fisik terlibat dalam interaksi atau perawat benar-benra
memperhatikan klien.
1) Perawat menghadapi klien dengan jujur atau terbuka melalui sikap yang menunjukkan
perhatian. Misalnya perawat berkata, “Saya bersedia mendengarkan Anda atau membantu
Anda,”dengan tubuh berhadapan muka, menghadap kea rah klien.
2) Perawat menggunakan postur tubuh terbuka, yaitu tangan dan kaki terbuka, tidak
menyilang, tidak melipat tangan atau meletakkan tangan di belakang. Postur tubuh
terbuka menunjukkan seseorang siap mendengarkan atau membantu klien.
3) Sikap condong perawat kea rah klien merupakan tanda kehadiran, kesediaan, dan
keterlibatan perawat untuk berusaha memahami klien.
4) Perawat memandang klien atau mengadakan kontak mata dengan klien. Hal itu
menunjukkan minat perawat untuk mendengarkan dan memperhatikan klien.
5) Perawat bersikap rileks, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang rileks dan menjaga
privacy.
b. Kehadiran psikologis, yaitu mendengarkan secara aktif yang berarti mendengarkan
dengan telinga, pikiran, dan perasaan, kata-kata yang diucapkan klien dan perilaku
nonverbal klien. Selama mendengar aktif, perawat mengikuti apa yang dibicarakan klien
dan memperhatikan perilaku klien serta memberi tanggapan dengan tepat.
2. Perilaku Nonverbal
Beberapa macam perilaku nonverbal dapat memengaruhi hubungan perawat dengan
klien. Perilaku nonverbal tersebut adalah sebagai berikut.
a. Aktivitas fisik, meliputi gerkan tubuh, ekspresi wajah, sikap atau postur tubuh, kontak
mata, dan gerkan mata serta sentuhan.
b. Vokalisasi, meliputi bahasa yang digunakan dengan pengaturan tekanan suara atau nada
bicara dan kecepatan bicara.
c. Jarak antarpembicara, jarak anatar perawat dank lien dalam membina hubungan
interpersonal adalah 45-120 cm sehingga memungkinkan kontak mata dan sentuhan.
3. Keterampilan Memberi Respons
Keterampilan ini digunakan oleh perawt untuk menyampaikan pengertian kepada klien,
memberikan umpan balik, dan memperjelas pemahaman perawat tentang pembicaraan dan
perilaku klien. Untuk dapat memberikan respons yang tepat, diperlukan kemampuan perawat
yang mendasari hubungan perawat dengan klien. Kemampuan perawat tersebut meliputi hal-
hal sebagai berikut :
a. Empati, yaitu merasakan apa yang dialami klien.
b. Kesetiaan, yaitu bersikap terbuka, jujur, dan tulus.
c. Kesiapan diri, yaitu peka dan mau menyediakan diri untuk membantu klien.
d. Bersikap objektif dan konkret, yaitu berdasarkan kenyataan.
e. Meneriam klien dengan menghargai, menghormati, dan memperhatikannya.
f. Bersikap asertif, yaitu dapat mengemukakan ketidaksesuaian pendapat tanpa
menyinggung perasaan, menyakiti hati, atau merugikan orang lain.