ketikan tpa.doc

16
Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm - 50 cm dalam keadaan padat (kelulusan maksimum 1x10 -4 cm/det). Lapisan ini dilakukan setelah telah terjadi tiga lapis sel harian. Lapisan antara ini dapat dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun. - Lapisan Lapisan Akhir (Final Cover) Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi. Ketebalan minimumyang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat (kelulusan maksimum 10 -7 cm/det). Tanah penutup akhir ini juga akan berfungsi sebagai tempat dari akar tumbuhan oenutup. Lpaisan penutup akhir terdiri dari: a) Lapisan pendukung, berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan bukit. Tebal hingga 10 cm dan dapat

Upload: rossy-silalahi

Post on 08-Nov-2015

232 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm - 50 cm dalam keadaan padat (kelulusan maksimum 1x10-4 cm/det). Lapisan ini dilakukan setelah telah terjadi tiga lapis sel harian. Lapisan antara ini dapat dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun.

- Lapisan Lapisan Akhir (Final Cover)

Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi. Ketebalan minimumyang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat (kelulusan maksimum 10-7 cm/det). Tanah penutup akhir ini juga akan berfungsi sebagai tempat dari akar tumbuhan oenutup. Lpaisan penutup akhir terdiri dari:

Lapisan pendukung, berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan bukit. Tebal hingga 10 cm dan dapat menggunakan tanah sekiar lokasi.

Lapisan kedap, berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau air permukaan lainnya. Terdiri dari tanah lempung atau bentukannya dengan persyaratan yang sama dengan pembentukan lapisan dasar. Memiliki ketebalan lapisan 50 cm.

Lapisan penutup, berfungsi untuk menunjang perkembangan tumbuhan penutup bukit. Kualitas tanah penutup yang diharapkan adalah mudah dalam pengerjaan, ikatan partikel cukup baik dan kuat. Untuk bahan yang sesuai adalah campuran pasir, lanau, dan lempung dan prosentase perbandingan lanau, lempung dan pasir yang hampir sama. Tanah ini harus memiliki kapasitas kelembaban (moisture holding capacity) yang tinggi. Tebal lapisan minimal 15 cm. Sebaiknya lapisan ini diberikan tambahan kandungan bahan organik (pupuk). Namuun demikian, pada pasca operasi direncanakan penanaman pohon dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus mencapai (1,5 - 2 m) agar kondisi pohon cukup kuat dan pertumbuhan akarnya tidak terganggu oleh gas yang terperangkap dalam lapisan sampah.

Gambar 7.4. Detail lapisan penutup akhir (controlld landfill)

Gambar 7.5 Detail lapisan penutup akhir (sanitary landfill)

- Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya dilakukan secara bertahap sel demi sel sehinga setelah sel lapisan pertama selesai maka dapat dilanjutkan dengan membuat lapisan selanjutnya di atasnya.

- Lakukan pencatatan terhadap jenis, frekuensi, dan ketebalan tanah penutup reguler pada sel-sel urugan/timbunan sampah.

- Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan kemiringan dasar menuju pengumpul aliran drainase. Upayakan agar air run-off ini tidak bercampur dengan saluran penampung lindi yang keluar secara lateral.

Lapisan tanah penutup hendaknya :

- Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti tergerus hujan, tergerus akibat operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkut sampah dan operasi alat berat yang lalu di atasnya.

- Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.

- Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu berturut-turut dari bawah ke atas:

- Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara). Bila sel harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari satu bulan, maka dibutuhkan penutp antara setebal 30 cm dengan pemadatan.

- Sistem penutup akhir pada sanitary landfill terdiri atas bebrapa lapis berturur-turut yaitu:

- Di atas timbunan sampah : lapisan tanah pentup reguler (lebih dari satu harian atau antara). Bila sel harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari1 bulan, maka dibutuhkan penutup antara seyebal 30 cm dengan pemadatan.

- Lapisan karpet kerikil berdiameter 30 - 50 mm sebagai penangkap gas horizontal setebal 20 cm, yang berhubungan dengan perpipaan penangkap gas vertikal

- Lapisan tanah liat setebal 20 cm dengan permebilitas maksimum sebeasr 1 x 10-7 cm/det.

- Lapisan karpet kerikil under-drain penangkap air infiltrasi terdiri dari media kerikil berdiameter 30 - 50 mm setebal 20 cm, menuju sistem drainase. Bilamana diperlukan di atasnya dipasang lapisan geotekstil untuk mencegah masuknya tanah di atasnya.

- Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm.

Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan kemiringan maksimum 1 : 2 untuk menghindari terjadinya erosi.

Kemiringan dan kondisi tanah penutup harus dikontrol setiap hari untuk menjamin peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan dan perbaikan pada lapisan ini.

Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan reruntuhan bangunan sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup.

Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area penimbuhan yang tidak akan digunakan lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60 cm.

Rasio tanah penutup secara keseluruhan sebesar 15-20% dari sampah yang diingankan dan mempunyai grading dengan kemiringan iak lebih dari 300 untuk mencegah terjadinya erosi.

Pada aera yang telah dilaksanakan penutupan final diharuskan ditanami pohon yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.

Kegiatan operasional penimbunan sampai dengan penutupan akhir dicatat pada Formulir-03

PENGOPERASIAN ALAT BERAT

Berbagai kegiatan operasional penimbunan sampah di lahan penimbunan terdiri dari beberapa kegiatan di bawah ini sesuai dengan kebutuhan peralatannya:

Penghamparan, kegiatan operasi penimbunan sampah diawali dengan kegiatan penghamparan sampah yang bertujuan untuk memindahkan sampah menuju ke dalam lokasi kerja penimbunan yang terdiri dari sub pekerjaan pengambialn dan sub penyebaran sampah (feding dan spreading-in). Jenis kegiatan ini dilakukan oleh alat berat bulldozer.

Perataan/penataan, perataan atau penataan sampah yang sudah berada di lokasi penimbunan dilakukan oleh alat berat bulldozer.

Pemadatan, alat yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan sampah yaitu bulldozer dengan cara berikut:

Lapisan timbunan sampah dipadatkan dengan cara digiling sebanyak 5-7 kali sehingga didapatkan kepadatan optimum 600-650 kg/m3.

Operasi kerja bulldozer haru diatur dengan baik agar tidak menganggu lalu lintas operasi pengangkutan.

Penutupan lapisan sampah, penutupan lapisan sampah dilakukan setiap akhir operasi pada sel harian yaitu sebagai berikut:

Pada akhir penimbunan sampah harus dilakukan penutupan timbunan tersebut dengan tanah urugan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Tanah penutup disiapkan dan diambil dari bukit sebagai quary (sumber material) dari lokasi TPA. Pengangkutan tanah penutup dilakukan dengan menggunakan dump truck.Penggalian dan penumpukan tanah penutup menggunakan excavator.

Setelah lapisan tanah penutup dihamburkan kemudian langsung dipadatkan dengan roller 2-3 sehingga diperoleh kepadatan dan ketebalan.

Adapun beberapa ketentuan tenis dalam penggunaan alat berat ini adalah sebgai berikut:

Kebutuhan alat berat untuk sebuah TPA akan bervariasi sesuai denhan perhitungan desain dari sarana landfill ini.Jumlah PendudukSampah HarianPeralatanPerlengkapan

Ton/hariJumlahJenisBerat (kg)

100000>260>2Tractor, Crawler atau Rubber-tired Scraper, dragline, water truck.>22500Dozer blade froud and loader Bulicalm Trush Blade.

Alat berat yang digunakan untuk operasi penimbunan sampah hendaknya selalu siap dioperasikan setiap hari.

Katalog dan tata-cara pemeliharaan harus tersedia di lapangan dan diketahui secara baik oleh petugas yang diberi tugas.

Melakukan inentarisasi dan teliti kembali spesifikasi teknis dan fungsi alt-alat berat yang tersedia:

- Loader atau bulldozer atau landfill compactor berfungsi untuk mendorong, menyebarkan, menggilas, memadatkan lapasitas altivis lapisan sampah. Gunakan blade sesuai spesifikasi pabrik guna memnuhi kebutuhan kapasitas aktivitas.

- Excavator untuk penggalian dn peletakan tanah penbucket 0,5 - 1,5 mutup ataupun memindahkan sampah dengan spesifikasi yang diisyarakatkan dengan bucket 0,5-1,5 m2.

- Dump truck untuk mengangkut tanah penutup (bila diperlukan) dengan volume 8 - 12 m3.

Penggunaan dan pemeliharaan alat-alat berat harus sesuai dengan spesifikasi teknis dalam rekomendasi pabrik. Karena alat-alat tersebut pada dasarnya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, maka penggunaan pada sampahakan mengakibatkan terjadinya korosi yang berlebihan atau bantalan/sepatu whell atau bylldozer macet karena terselip ptongan jenis sampah tertentu yang diurug.

Untuk mengurangi resiko kerusakan tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah:

- Kedisiplinan pemnafaatan jalur track pada lahan dan bidang kerja TPA yang telah disiapkan, jalan operasional, dan tanah penutup.

-Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan memelihara alat-alat berat.

Peningkatan management after-sales service system dengan alokasi dana yang memadai untuk melakukan pemeliharaan secar rutin dan periodik:

- Penyediaan garasi/bengkel beratap dan peralatan ynag diperlukan

- Pembersihan dan pemeliharaan alat-alat berat harian

- Servis alat-alat bulanan

- Penyediaan minyak pelumas/oli

- Pembelian dan pemasangan spare-part (alokasi budget tahunan)

- Hubungan on-line dengan supplie/dealer alat-alat berat dan pelatihan diusahakan

Untuk operator/mechanic untuk pemahaman lebih lanjut mengenai spesifikasi teknis, penggunaan dan pelaksanaan perwatan kendaraan secara rutin dan berkala

- Penyiapan record konsumsi bahan bakar, penggunaan minyak pelumas, dan data-data terkait dengan pemeliharaan rutin berkala.

Gambar 8.1 Jenis alat berat untuk mendukung operasional TPA

PENANGANAN LINDI

Penanganan lindi untuk TPA di Indonesia minimal mnerapkan konsep konvensional seperti skema berikut:

9.1 Pengumpul Lindi

Pengadaan sistem pengolahan lindi (leachate) sangat diperlukan untuk mengurangi bahan pencemaran terhadap badan air pencemar. Untuk meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan lindi, ada beberapa cara yang dapat digunakan, antara lain:

- Penggunaan lapisan tanah penutup, baik lapisan tanah penutup harian, awal maupun akhir.

- Pemakaian lapisan dsar/liner untuk mencegah lindi berinfiltrasi ke air tanah/

Lateral drainage aliran lindi perlu disipkan, khususnya bila timbunan sampah berada di atas tanah (above ground)) agar lindi ynag muncul dari sisi timbunnan sampah tidak bercampur dengan air permukaan. Drainase yang terkumpul melalui drainase khusus ini dialirkan menuju pengolah lindi.

Penyediaan sarana pengolah lindi yang dihasilkan, termasuk diantaranya:

- Pemasangan saluran lindi di lapisan dasar

- Pemangunan saluran drainase

- Penerapan pengolah lindi

Saluran pengumpulan lindi dirancang dan dibuat sedemikian rupa dengan setengan sisi atas dilubangi (perforasi) dengan diameter dan jarak tertentu.

Gambar 9.2. Pipa pengumpulan lindi perforated

9.2 Pengolahan Lindi

Drain pengumpul leachate, sistem pengunpul leachate, bak kontrol dan bak penampung, pipa inlet ke instalasi, dan instalasi pengolah lindi (IPL) agar sistem yang ada sesuai dengan perkembangan sampah yan masuk.

Lakukan evaluasi desain, konstruksi, mapun operasional IPL terutama terkait dengan konsep pola aliran antar kolam harus dipastikan terlebih dahulu bahwa aliran lindi pada masing-masing kolam dapat mengalir secara laminer (tercampur) baru kemudian mengalir ke kolam berikutnya, sangat dihindari pengaliran lindi hanya secara lateral yang mana hanya mengalirkan aliran lindi pada bagian permukaan saja.

Pada pengolahan secara biologi, lakukan seeding dan aklimatisasi terlebih dahulu sesuai SOP IPL, sebelum dilakukan proses pengolahn leachate sesungguhnya. Langkah ini lemungkinan besar akan terus dibutuhkan, bila terjadi perubahan kualitas dan beban seperti akibat hujan atau akibat perubahan sampah yang masuk, atau akibat tidak berfungsinya sistem IPL, biologis ini, sehingga merusak mikroorganisme semula.

Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya dilakukan secara bertahap sel demi sel, sehingga setelah sel lapisan pertama selesai maka dapat dilanjutkan dengan membuat lapusan selanjutnya di atasnya.

Lakukan pencatatan terhadap jenis, frekuensi, dan ketebalan tanah penutup reguler pada sel-sel urugan/timbunan sampah.

Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan kemiringan dasar menuju pengumpul aliran drainase. Upayakan agar air run-off ini tidak bercampur dengan saluran penampung lindi yang keluar secara lateral.

Lapisan tanah penutup hendaknya:

- Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti ergerus hujan, tergerus akibat operasi rutin, kususnya akibattruk pengangkut sampah dan operasi alat berat yang lalu di atasnya.

- Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.

Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu berturur-turut