kerajaan aceh

18
DI SUSUN OLEH: ADIEL EDO (02) AMIRA MARSYA (05) CLAUDIA DIAH (10) DHEA ANANDA (12) EVAN ALBIN (14) KERAJAAN ACEH

Upload: dechan

Post on 26-Jul-2015

111 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

D I S U S U N O L E H :A D I E L E D O ( 0 2 )

A M I R A M A R S YA ( 0 5 )C L A U D I A D I A H ( 1 0 )D H E A A N A N D A ( 1 2 )

E VA N A L B I N ( 1 4 )

KERAJAAN ACEH

Kerajaan Aceh

Faktor Pendukung

Kemunduran

Perekonomian

Kebudayaan

Awal Mula

Kejayaan

Letak Kerajaan

Pemerintahan

Peninggalan Sultan

AWAL MULA

Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524 wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh diikuti dengan Aru.

Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1571.

Secara geografis letak kerajaan Aceh sangat strategis yaitu di Pulau Sumatera bagian utara dan dekat dengan jalur pelayaran perdagangan internasional pada masa itu, yaitu di sekitar Selat Malaka.

LETAK KERAJAAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERAJAAN ACEH MENJADI KERAJAAN YANG BESAR

a) Ibu kota Aceh sangat strategis, teletak di pintu pelayaran India Dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, Cina dan Jawa.

b) Pelabuhan Aceh (Ulee Lhee) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang dan terlindung oleh Pulau Weh, Pulau Nasi dari ombak besar.

c) Jatuhnya Malaka ke tangan Potugis menyebabkan pedagang islam banyak yang singgah di Aceh, apalagi sehingga jalur pelayaran pindah melalui pantai barat Sumatra.

SULTAN-SULTAN

1. Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530 M)2. Sultan Shalahuddin (1530-1537 M)3. Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Qahar (1537-1568 M)4. Sultan Ali Raiayat Syah (1567-1575 M)5. Sultan Muda (1575-1576 M)6. Sultan Alauddin Mukmin Syah (1576 M) = 100 Hari7. Sultan Zainal Abidin (1576-1577 M)8. Sultan Alauddin Mansyur Syah (1577-1585 M)9. Sultan Ali Riayat Syah Indrapura (Raja Buyung, 1585-1588 M)10. Sultan Riayat Syah (Zainal Abidin,1588-1604 M)11. Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M)12. Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M)13. Sultan Iskandar Tsani (Aluddin Mughayat Syah, 1636-1641 M)14. Sultanah Tajul Alam Syafiatuddin Syah (1641-1676 M)

KEJAYAAN

Kesultanan Aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) atau Sultan Meukuta Alam yang diangkat dengan mufakat yang sesuai dengan hukum adat yang berlaku pada saat itu. Pada mada kepemimpinannya, Kerajaan Aceh berhasil menahlukkan Pahang yang merupakan sumber timah utama.

Pada tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut,. Sayangnya, ekspedisi ini gagal, meskipun di tahun yang sama Aceh menduduki Kedah dan banyak membawa penduduknya ke Aceh.

Sultan Iskandar Muda

Iskandar Muda

S u l t a n I s ka n d a r M u d a b e r h a s i l m e n a n a m ka n j iwa ke a ga m a a n ya n g t i n g g i p a d a m a sya ra ka t A c e h , s e h i n g ga p a d a s a a t p e m e r i n t a h a n nya , A c e h b a nya k m e l a h i r ka n u l a m a - u l a m a ya n g m a m p u m e nye b a r ka n a ga m a i s l a m d i N u s a n t a ra .

Hamzah Fansuri

Abdurrauf As-Singkili

Nuruddin Ar-Raniry

SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN ACEH

Sultan Aceh merupakan raja dari Kerajaan Aceh. Sultan diangkat maupun diturunkan atas persetujuan oleh tiga Panglima Sagoe dan Teuku Kadi Malikul Adil (Mufti Agung kerajaan Pada saat itu). Sultan baru sah jika telah membayar "Jiname Aceh" (mas kawin Aceh), yaitu emas murni 32 kati, uang tunai seribu enam ratus ringgit, beberapa puluh ekor kerbau dan beberapa gunca padi.

Lambang kekuasaan tertinggi yang dipegang Sultan yaitu keris dan cap. Tanpa Keris tidak ada pegawai yang dapat mengaku bertugas melaksanakan perintah Sultan. Tanpa cap tidak ada peraturan yang mempunyai kekuatan hukum.

PEREKONOMIAN

Aceh banyak memiliki komoditas yang diperdagangkan diantaranya:•Minyak tanah dari Deli,•Belerang dari Pulau Weh dan Gunung Seulawah,•Kapur dari Singkil,•Kapur Barus dan menyan dari Barus.•Emas di pantai barat,•Sutera di Banda Aceh.

Selain itu di ibukota juga banyak terdapat pandai emas, tembaga, dan suasa yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Sedang Pidie merupakan lumbung beras bagi kesultanan.[Namun di antara semua yang menjadi komoditas unggulan untuk diekspor adalah lada.

KEBUDAYAAN

KasustraanArsitektur

MiliterKarya

Agama

Tidak terlalu banyak peninggalan bangunan zaman Kesultanan yang tersisa di Aceh karena telah terbakar pada masa Perang Aceh-Belanda.

Perlu dicatat bahwa pada masa Kesultanan bangunan batu dilarang karena ditakutkan akan menjadi benteng melawan Sultan.

Peninggalan arsitektur pada masa kesultanan yang masih bisa dilihat sampai saat ini antara lain Benteng Indra Patra, Masjid Tua Indrapuri, Komplek Kandang XII, Pinto Khop, Leusong dan Gunongan beserta Taman Ghairah.

ARSITEKTUR

KESUSATERAAN

Sebagaimana daerah lain di Sumatera, beberapa cerita maupun legenda disusun dalam bentuk hikayat. Hikayat yang terkenal diantaranya adalah Hikayat Malem Dagang yang berceritakan tokoh heroik Malem Dagang dalam settingan penyerbuan Malaka oleh Angkatan Laut Aceh.

Salah satu karya kesusateraan yang paling terkenal adalah Bustanus Salatin (taman para raja) karya Syaikh Nuruddin Ar-Raniry. Selain Ar-Raniry terdapat pula penyair Aceh yang agung yaitu Hamzah Fansuri dengan karyanya antara lain Asrar al-Arifin (Rahasia Orang yang Bijaksana), Sharab al-Asyikin (Minuman Segala Orang yang Berahi), Zinat al-Muwahidin (Perhiasan Sekalian Orang yang Mengesakan), Syair Si Burung Pingai, Syair Si Burung Pungguk, Syair Sidang Fakir, Syair Dagang dan Syair Perahu.

KARYA AGAMA

Para ulama Aceh banyak terlibat dalam karya di bidang keagamaan di Asia Tengga. Syaikh Abdurrauf menerbitkan terjemahan dari Tafsir Alqur'an Anwaarut Tanzil wa Asrarut Takwil, karangan Abdullah bin Umar bin Muhammad Syirazi Al Baidlawy ke dalam bahasa jawi.

Kemudian ada Syaikh Daud Rumy menerbitkan Risalah Masailal Muhtadin li Ikhwanil Muhtadi yang menjadi kitab pengantar di dayah sampai sekarang. Syaikh Nuruddin Ar-Raniry setidaknya menulis 27 kitab dalam bahasa melayu dan arab. Yang paling terkenal adalah Sirath al-Mustaqim, kitab fiqih pertama terlengkap dalam bahasa melayu.

MILITER

Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa teknisi dan pembuat senjata ke Aceh. Selanjutnya Aceh kemudian menyerap kemampuan ini dan mampu memproduksi meriam sendiri dari kuningan.

KEMUNDURAN

Faktor Kemunduran: Tidak ada raja yang mampu

mengendalikan daerah yang telah dikuasai oleh Kerajaan Aceh Darussalam.

Daerah-daerah kekuasaan banyak yang melepaskan diri.

Mundurnya perdagangan di Selat Malaka karena selat tersebut sudah dikuasai Belanda.

Adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan, sehingga tejadi perpecahan.

Menguatnya kekuasaan Belanda sehingga beberapa wilayah kekuasaan Aceh lepas.