kelainan kelenjar sebasea dan ekrin
DESCRIPTION
Kelainan Kelenjar Sebasea Dan EkrinTRANSCRIPT
Kelainan Kelenjar Sebasea & Ekrine
Acne Vulgaris
Hidradenitis Supurativa
Dermatitis Perioral Miliaria
OUTLINE
1 432
Acne VulgarisPenyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan bersifat self-limiting.
Etiologi
Inflamasi kronik dari folikel kelenjar sebasea,
yang mungkin disebabkan oleh :
•Perubahan pola keratinisasi dalam folikel,•Produksi sebum yang meningkat,•Terbentuknya fraksi asam lemak bebas,•Peningkatan jumlah flora folikel,•Terjadinya respon hospes,•Peningkatan kadar hormon androgen, anabolic, kortikosteroid, gonadotropin, serta ACTH,•Stres psikis.•Faktor lain : Usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim
PatofisiologiPatogenesis dari acne vulgaris adalah multifaktorial, 4 yang utama adalah :
1. Hiperploriferasi folikel epidermal
2. Produksi kelenjar sebacea yang berlebihan
3. Inflamasi
4. Keberadaan dan aktivitas dari Propionibacterium acne.
Hiperploriferasi folikel epidermal
Stimulus : stimulasi androgen seperti dihidrotestosteron (DHT), penurunan asam linoleic, peningkatan aktifitas IL-1 dan 5- reductase, dan berlebihnya bakteri P acnes.
Epitel dari folikel atas rambut :
infundibulum
hiperkeratotik + Î kohesi dari keratinosit
sumbatan pada ostium
folikel
keratin, sebum, dan bakteri berakumulasi
di dalam folikel
dilatasi folikel rambut atas
Mikro komedo
Produksi kelenjar sebacea berlebihan
Kuantitas produksi sebum lebih banyak daripada normal, namun kualitas sebum sama.
Komponen sebum : trigliserida
asam lemak bebas (o/ P. acnes)
Komponen sebum : Lipoperoksida
Stimulus :
• Hormon androgen meningkatkan proliferasi dan diferensiasi sebosit• Hormon estrogen dapat menurunkan produksi hormon androgen dan
menurunkan aktivitas kelenjar sebaceous• Stress peningkatan kortikotropin releasing hormone meningkatkan
aktivitas sebosit dan keratinosit. • Terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi
meningkatkan IGF-1 meningkatkan aktivitas androgen proacne.
Inflamasi
Dulunya diduga inflamasi mengikuti pembentukan komedo, namun terdapat butki terbaru bahwa inflamasi dermal dapat mendahului oleh formasi komedo.
Keberadaan dan aktivitas dari Propionibacterium acne.
P. Acne adalah bakteri gram positif, anaerobik yang ditemukan pada folikel kelenjar sebacea normal.
Pasien dengan acne memiliki konsentrasi p. Acne lebih tinggi daripada orang normalNamun jumlah dari p. Acne tidak menentukan keparahan dari penyakit ini. Respon inflamasi tergantung dari strain p. Acne yang dominan terdapat pada folikel dan imunitas host.
Dinding bakteri P. acne mengandung antigen karbohidrat yang menstimulasi perkembangan antibodi. Antibodi antipropiobakterium inflamasi
Peningkatan respon inflamasi tipe IV
Peningkatan produksi lipase, protease, hyalurodinase, faktor kemotaktik meningkatkan kinerja neutrofil meningkatkan inflamasi
Epidemiologi
Hampir tiap orang pernah menderita penyakit ini, sehingga sering dianggap kelainan kulit yang fisiologis
Pada wanita dapat terjadi sejak 1 tahun sebelum pubertas dan biasanya berupa komedo
Prevalensi acne terbanyak pada remaja pertengahan sampai akhir (85%) :
Umur 14-17 tahun pada wanita,
Umur 16-19 tahun pada pria
Dapat menetap hingga usia 30 tahun/lebih
Keparahan lesi dipengaruhi faktor genetik. Pasien dengan riwayat keluarga, genotipe XXY memiliki kecenderungan menderita acne vulgaris yang parah
Acne nodulsistik lebih banyak ditemukan pada pasien berkulit putih dibanding berkulit hitam
Lesi predominan : komedo dan papul, jarang terjadi lesi beradang
Klasifikasi(Pillsburry)1. Grade 1 : Komedo di muka
2. Grade 2 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di wajah
3. Grade 3 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di wajah, dada, dan punggung.
4. Grade 4 : Akne konglobata
Epidemiologi
Hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, sehingga sering dianggap sebagai kelainan kulit yang fisiologis
Umumnya insiden terjadi pada :
• Umur 14-17 tahun pada wanita, • Umur 16-19 tahun pada pria
Dapat menetap hingga usia 30 tahun/lebih
Klasifikasi(pillsburry)
Grade 1 : Komedo di
muka
Grade 2 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di wajah
Grade 3 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih
dalam di wajah, dada, dan punggung.
Grade 4 : Akne
konglobata
Anamnesis
Keluhan adanya bintik hitam pada daerah wajah yang diikuti dengan munculnya bintik-bintik lainnya.
Kebiasaan makan-makanan berlemak
Adanya faktor resiko psikologis spt stress, dan banyak tekanan
1. Gambaran klinis :
• Lesi polimorfi papul, pustul, nodul, dan jaringan parut (hipotrofik/hipertrofik)
• Lesi beradang : postul, nodul, kista• Lesi tidak beradang : komedo terbuka, tertutup, papul.• Komedo tertutup : bintik berwarna putih• Komedo terbuka : bintik berwarna hitam, menutupi pori-pori wajah• Predileksi : wajah, leher, lengan, dada dan punggung.
2. Pemeriksaan Ekskohleasi sebum (pengeluaran sumbatan sebum dengan ekstraktor)• Massa padat spt lilin • Massa lunak seperti nasi dengan ujung berwarna hitam
DIAGNOSIS
3. Histopatologis
•Sel radang kronis di sekitar folikel polisebasea dengan massa sebum di dalam folikel
Penegakan diagnosis cukup dengan
gambaran klinis
DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
• S. Aureus folliculitis, • pseudofolliculitis
barbae rosacea, • perioral dermatitis.
Lesi pada wajah
:• Malassezia folliculitis,• “hot-tub”
pseudomonas folliculitis,
• S. Aureus folliculitis
Tubuh :
TERAPI
SISTEMIK • Eritromisin 4x250 mg/hari• Doksisiklin 50 mg/hari• Tetrasiklin 250 mg – 1 gr/hari• Trimetropin 3x100 mg/hari
1. Antibiotika :
• Estrogen 50 mg/hari
2. Hormonal : • Prednison 7.5 mg/hari• Dexametason 0.25 – 0.5 mg/hari
3. Isonetinoin 0.5 -1 mg/kgBB/hari
4. Kortikosteroid sistemik
TERAPI
TOPIKAL
• Bahan iritan penglupas kulit• Antibiotika topical• Anti radang topical hidrokortison 1-2.5%• Lainnya etil laktat 10%
BEDAH
• Bedah scalpel, listrik, kimia, beku, dermabrasi
Algoritma Terapi
Ringan Sedang
Comedonal Papular/pustular
Pertama Retinoid topical/kombinasi
Retinoid topical/antimikroba topical/kombinasi
Kedua Dapsone topical/ asam azelaic/ asam salisilat
Dapsone topical/ asam azelaic/ asam salisilat
Perempuan - -
Tambahan Ekstraksi komedo Terapi laser/cahaya, terapi fotodinamik
Tidak sembuh dengan penanganan
Cek kepatuhan pengobatan
Cek kepatuhan pengobatan, singkirkan kemungkinan folikulitis,pada wanita singkirkan kemungkinan POS, tumor ovary/adrenal, pada laki – kali singkirkan hyperplasia adrenal kongenital
Maintenance
Retinoid topical ± benzoyl peroxide
Retinoid topical ± benzoyl peroxide
Berat
Papular/pustular
Nodular Conglobata/ fulminans
Pertama Antibiotik oral + retinoid topical ± BPO
Antibiotik oral + retinoid topical ± BPO
Isotretinoin oral ± kortikosteroid oral
Kedua - Isotretinoin oral/antibiotic oral + retinoid topical ± BPO/asam azelaic/ kombinasi
Antibiotik oral dosi tinggi + retinoid topical BPO
Perempuan Kontraseptif oral / antiandrogen
Tambahan Ekstraksi komedo, terapi laser/cahaya, terapi fotodinamik
Ekstraksi komedo, kortikosteroid intra lesi, terapi laser/cahaya, terapi fotodinamik
kortikosteroid intra lesi, terapi laser/cahaya, terapi fotodinamik
Tidak sembuh dengan penanganan
Cek kepatuhan pengobatan, singkirkan kemungkinan folikulitis, pada wanita singkirkan kemungkinan POS, tumor ovary/adrenal, pada laki – kali singkirkan hyperplasia adrenal kongenital
Maintenance Retinoid topical ± benzoyl peroxide
Penyakit kelenjar apokrin yang ditandai dengan adanya supurasi.
Hidradenitis Supurativa
Etiologi
Etiologi :
kelainan struktut adneksa,
genetic,
infeksi bakteri,
obesitas.
Bakteri : Staphylococcus Aureus
Anamnesis
Keluhan munculnya benjolan pada daerah lipatan kulit seperti ketiak.
Nyeri
Dimulai pada masa pubertas
Wanita > pria
Gejala klinis
Predileksi : aksila, daerah payudara, region anogenital, & inguinal
• fibrosis, • sinus tract, • skar hipertropik
Lesi awal : abses/nodul eritema dengan cairan purulent/seropurulen disertai gejala nyeri yang intermitten
Gejala khas : komedo terbuka
Lesi lanjut :
DDx : Skrofuloderma, furunkel, karbunkel
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bakteriologis :
S. Aureus,
Streptococci,
E.coli,
Proteus mirabilis, dan
Pseudomonas aeruginosa
Histopatologis :
Lesi awal :
sumbatan keratin pada folikel rambut, dilatasi duktus, tanda-tanda radang
Lesi lanjut :
Kerusakan kelenjar apokrin, fibrosis, dan hyperplasia sinus
TERAPI
Lesi awal
Nodul : triamcinolone intralesi (3-5 mg/ml)
Abses : insisi & drainase
Lesi lanjut
Antibiotik oral : eritromisin, tetrasiklin, minosiklin
Kortikosteroid oral untuk kasus yang berat
Dermatitis Perioral
Etiologi
Akibat pemakaian obat-obatan steroid topical, krim wajah, faktor hormonal dan lingkungan.
Obat – obatan : steroid topikal
Anamnesis
Keluhan berupa bintik-bintik pada daerah bibir.
Riwayat menggunakan obat-obatan ataupun krim wajah sebelum munculnya gejala.
Cenderung ditemukan pada wanita usia muda dan anak : 7 bulan hingga 13 tahun
Berupa papul dan pustule yang eritema
Lokasi : daerah dagu ataupun bibir atas dan mulut. Dapat juga di periorbital dan perinasal
Ukuran +1-3 mm
Tanpa disertai komedo
Batas bibir dengan ruam kulit dipisahkan oleh daerah kulit yang normal.
Ada sensasi terbakar.
GEJALA KLINIS
DIAGNOSIS BANDING
Acne vulgaris
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis kontak alergi
Rosacea
Folikulitis
TERAPI
Topikal
Penghentian penggunaan steroid topikal
Immunomodulator topical
Mosturizer
Sistemik
Antibiotik :
Tetrasiklin/ eritromisin 1 gr/hari dosis dewasa
Doksisiklin 100 mg/hari
Prognosis
Dapat terjadi selama beberapa minggu sampai bulan
Bersifat rekuren
Kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier. Sering juga disebut biang keringat, keringat buntel, liken tropikus, atau prickle heat.
Miliaria
Etiologi
Penyumbatan pada saluran keringat sehingga cairan dari kelenjar ekrin tertahan di lapisan epidermis maupun dermis.
Predileksi :
Daerah yang tertutup pakaian, tempat tekanan, atau geseka dengan pakaian.
Anamnesis
Keluhan :
Gatal yang disertai vesikel atau bintil,
terutama muncul saat berkeringat,
pada lokasi predileksi, kecuali miliaria profunda.
Faktor resiko :
Tinggal di daerah tropis, panas, kelembaban tinggi
Pemakaian pakaian yang ketat, tidak menyerap keringat
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik
Miliaria Kristalina
Miliaria Rubra
Miliaria Profunda
Miliaria Pustulosa
KLASIFIKASI
1. Miliaria kristalina
Obstruksi superfisial di stratum korneum
Vesikel miliar (1-2 mm), sub korneal tanpa tanda inflamasi, mudah pecah dengan garukan, dan deskuamasi dalam beberapa hari.
Predileksi pada badan yang tertutup pakaian.
Gejala subjektif ringan dan tidak memerlukan pengobatan. Cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.
Miliaria Kristalina
2. Milaria rubra
Jenis tersering, vesikel miliar atau papulo vesikal di atas dasar eritematosa sekitar lubang keringat, tersebar diskret.
Tatalaksana cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis dan menyerap keringat.
Gejala subjektif gatal dan pedih pada di daerah predileksi.
Miliaria Rubra
3. Miliaria profunda
Merupakan kelanjutan miliaria rubra, berbentuk papul putih keras berukuran 1-3 mm, mirip folikulitis, dapat disertai pustul.
Predileksi pada badan dan ekstremitas.
Miliaria Profunda
4. Miliaria pustulosa
Berasal dari miliaria rubra, dimana vesikelnya berubah menjadi pustul.
Miliaria Pustula
Campak / morbili.
Folikulitis.
Varisela.
Kandidiasis kutis.
Erupsi obat morbiliformis.
Komplikasi : Infeksi sekunder
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan Komprehensif
Prinsip:
mengurangi pruritus, menekan inflamasi, dan membuka retensi keringat.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah:
Melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu:
Memakai pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat.
Menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan
Menjaga kebersihan kulit
Mengusahakan ventilasi yang baik
Farmakoterapi
a. Topikal
Bedak kocok: likuor faberi atau bedak kocok yang mengandung kalamin dan antipruritus lain (mentol dan kamfora) diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu.
Lanolin topikal atau bedak salisil 2% dibubuhi mentol ¼-2 % sekaligus diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Terapi berfungsi sebagai antipruritus rubra untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya miliaria profunda.
b. Sistemik (bila gatal dan bila diperlukan)
Antihistamin sedatif: hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama 7 hari, atau
Antihistamin non sedatif: loratadin 1x 10 mg per hari selama 7 hari.
Pada umumnya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.
Konseling & Edukasi Edukasi dilakukan dengan memberitahukan keluarga agar dapat membantu pasien untuk:
Menghindari kondisi hidrasi berlebihan atau membantu pasien untuk pakaian yang sesuai dengan kondisinya.
Menjaga ventilasi udara di dalam rumah.
Menghindari banyak berkeringat.
Memilih lingkungan yang lebih sejuk dan sirkulasi udara (ventilasi) cukup.
Mandi air dingin dan memakai sabun.
Sarana dan Prasarana Lup
Prognosis umumnya bonam, pasien dapat sembuh tanpa komplikasi.
TERIMA KASIH