daftar isi - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan_tahunan_2016.pdf ·...

52

Upload: nguyenkhue

Post on 01-Mar-2018

232 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas
Page 2: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. i DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii

BAB I. Pendahuluan ............................................................................................ 1

Latar Belakang Pembangunan Perkebunan ............................................ 1

II. Kontribusi Perkebunan Terhadap Perekonomian Nasional.. …………….. 5

2.1. Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2011-2015……… 5 2.2. Kinerja Mikro Pembangunan Perkebunan Tahun 2011-2016........... 9

2.2.1. Luas Areal Perkebunan .................................................... . 9 2.2.2. Produksi Perkebunan .......................................................... 10

III. Kinerja Program Pembangunan Perkebunan............................................. 14

Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012-2016............................ 14 3.1. Realisasi Program Ditjen Perkebunan............................................... 14 3.2. Realisasi Anggaran per Belanja ........................................... ......... 16 3.3. Realisasi Anggaran per Satker ........................................................ 16

3.3.1. Satker Provinsi .................................................................... 17 3.3.2. Satker Kabupaten dan Kota ............................................... 19 3.3.3. Satker Pusat dan UPT Pusat .............................................. 21

3.4. Realisasi Anggaran Berdasarkan Output Komoditas ……………….. 22 3.4.1. Realisasi Pengembangan Kakao.......................................... 22 3.4.2. Realisasi Pengembangan Teh............................................... 23 3.4.3. Realisasi Pengembangan Kelapa Sawit................................ 24 3.4.4. Realisasi Pengembangan Tanaman Sagu............................ 25 3.4.5. Realisasi Pengembangan Tanaman Karet............................ 25 3.4.6. Pengembangan Tanaman Kelapa......................................... 26 3.4.7. Realisasi Pengembangan Tanaman Kopi............................ 27 3.4.8. Realisasi Pengembangan Tanaman Jambu Mete.................. 28 3.4.9. Realisasi Kegiatan Pengembangan tanaman kapas........... 28 3.4.10. Realisasi Pengembangan Tanaman Nilam.......................... 29 3.4.11. Realisasi Pengembangan Tanaman Tembakau................... 29 3.4.12. Realisasi Pengembangan Tanaman Lada............................ 30 3.4.13. Realisasi Pengembangan Tanaman Pala............................... 30 3.4.14. Realisasi Pengembangan Tanaman Cengkeh........................ 31 3.4.15. Realisasi Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan................ 31

3.5. Realisasi Anggaran Per-Output…………………................................. 32 3.6. Integrasi Tanaman Perkebunan dan Jagung............. ..................... . 35 3.7. Responsif Gender/Pengarus Utamaan Gender (PUG)...................... 36

Latar Belakang................................................................................. 36 Succes Story PUG Ditjen Perkebunan................................................ 37

IV. Permasalahan dan Rencana Tindak Lanjut.... ......................................... 39 4.1. Permasalahan Yang Dihadapi ......................................................... 39

4.1.1. Permasalahan Administrasi..................................................... 39

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 i

Page 3: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

4.1.2. Permasalahan Teknis ............................................................. 40 1. Perencanaan......................................................................... 40 2. Pengorganisasian.................................................................. 40 3. Pelaksanaan.......................................................................... 41 4. Pengawasan.......................................................................... 42

4.2. Upaya Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah ................................... 42 4.2.1. Upaya Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah Administrasi... ... 42 4.2.2. Upaya Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah Teknis ............... 44

1. Perencanaan......................................................................... 44 2. Pengorganisasian.................................................................. 44 3. Pelaksanaan.......................................................................... 45 4. Pengawasan.......................................................................... 45

V. PENUTUP ................................................................................................ 47

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 ii

Page 4: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan tahun 2011-2015 ......... 5 Tabel 2. Devisa dan Penerimaan Negara dari Produk Perkebunan ............ 7 Tabel 3. Luas Areal Perkebunan tahun 2011-2016......................................... 9 Tabel 4. Produksi Komoditas Perkebunan tahun 2010 - 2016 .................... 10 Tabel 5. Produktivitas Komoditas Perkebunan tahun 2011-2016 ................ 12 Tabel 6. Kegiatan dan Anggaran Program Tahun 2012-2016 ..................... 14 Tabel 7. Realisasi anggaran & fisik berdasarkan kegiatan utama TA. 2016 15 Tabel 8. Realisasi per Akun Belanja TA. 2016 ........................................... . . 16 Tabel 9. Realisasi Anggaran per Satker Provinsi ……………………………... 17 Tabel 10. Realisasi Anggaran per Satker Kabupaten/Kota ………………….... 19 Tabel 11. Realisasi Anggaran Satker Pusat dan UPT Pusat ...………………… 21 Tabel 12. Realisasi Pelaksanaan Komoditas Kakao …………………………… 22 Tabel 13. Realisasi Pengembangan Teh……………………………………… . .. 23 Tabel 14. Realisasi Pengembangan Kelapa Sawit ……… ........................... . 24 Tabel 15. Realisasi Pengembangan Sagu.......................................................... 25 Tabel 16. Realisasi Pengembangan Karet......................................................... 25 Tabel 17. Realisasi Pengembangan Kelapa...................................................... 26 Tabel 18. Realisasi Pengembangan Tanaman Kopi...................... ....... ........... 27 Tabel 19. Realisasi Pengembangan Tanaman Jambu Mete............................ 28 Tabel 20. Realisasi Kegiatan Pengembangan tanaman kapas...................... .. 28 Tabel 21. Realisasi Pengembangan Tanaman Nilam...................... ................ 29 Tabel 22. Realisasi Pengembangan Tanaman Tembaka.................................. 29 Tabel 23. Realisasi Pengembangan Tanaman Lada........................................ 30 Tabel 24. Realisasi Pengembangan Tamanan Pala.......................................... 30 Tabel 25. Realisasi Pengembangan Tanaman Cengkeh................................. 31 Tabel 26. Realisasi Pengembangan Kemiri Sunan........................................... 32 Tabel 27. Realisasi Anggaran Per Output........................................................... 32

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2014 iii

Page 5: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Pembangunan Perkebunan

Pengembangan perkebunan terus dilakukan melalui berbagai kebijakan dengan tujuan akhir adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang dapat mensejahterakan pekebun sebagai pelaku usaha perkebunan dan rakyat secara luas. Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) 2005-2025 bahwa tahun 2015-2019 memasuki periode jangka menengah tahap III yang difokuskan dalam memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Implementasi fokus perencanaan jangka menengah tersebut diakomodir dalam dokumen Rencana Strategis.

Rencana Strategis Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan nasional sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 sesuai amanat Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019. Arah kebijakan umum pembangunan nasional tahun 2015-2019 adalah 1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan; 2) meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam yang berkelanjutan; 3) mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan; 4) meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam dan penanganan perubahan iklim; 5) penyiapan landasan pembangunan yang kokoh; 6) meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan; dan 7) mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan 9 Agenda Prioritas NAWACITA sebagai jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Pada tahun 2015-2019, sub sektor perkebunan masih menjadi sub sektor penting dalam peningkatan perekonomian nasional. Peran strategis sub sektor perkebunan baik secara ekonomis, ekologis maupun sosial budaya ini digambarkan melalui kontribusinya dalam penyumbang PDB; nilai investasi yang tinggi dalam membangun perekonomian nasional; berkontribusi dalam menyeimbangkan neraca perdagangan komoditas pertanian nasional; sumber devisa negara dari komoditas ekspor; berkontribusi dalam peningkatan penerimaan negara dari cukai, pajak ekspor dan bea keluar; penyediaan bahan pangan dan bahan baku industri; penyerap tenaga kerja; sumber utama pendapatan masyarakat pedesaan, daerah perbatasan dan daerah tertinggal; pengentasan kemiskinan; penyedia bahan bakar nabati dan bioenergy yang bersifat terbarukan, berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca serta berkontribusi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan mengikuti kaidah-kaidah konservasi. Sejalan dengan berbagai kontribusi sub sektor

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 1

Page 6: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

perkebunan tersebut maka segala bentuk usaha budidaya perkebunan harus mengedepankan keseimbangan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan alat/sarana prasarana input produksi melalui kegiatan penyelenggaraan perkebunan yang memenuhi kaidah pelestarian lingkungan hidup. Hal tersebut dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan.

Undang-Undang nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan menyatakan bahwa perkebunan adalah segala kegiatan pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan dan pemasaran terkait tanaman perkebunan. Dengan pengertian yang luas tersebut, penyelenggaraan perkebunan mengemban amanat dalam mendukung pembangunan nasional. Amanat tersebut mengharuskan penyelenggaraan perkebunan ditujukan untuk (1) meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; (2) meningkatkan sumber devisa negara; (3) menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha; (4) meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan pangsa pasar; (5) meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku industri dalam negeri; (6) memberikan perlindungan pada pelaku usaha perkebunan dan masyarakat; (7) mengelola dan mengembangkan sumber daya perkebunan secara optimal, bertanggung jawab dan lestari; dan (8) meningkatkan pemanfaatan jasa perkebunan.

Amanat pembangunan nasional dalam 9 Agenda Prioritas NAWACITA yang wajib dilaksanakan Ditjen. Perkebunan dalam pengembangan perkebunan tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 mencakup 2 agenda prioritas diantaranya 1) meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional dengan sub agenda prioritas akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan agroindustri berbasis komoditas perkebunan; dan 2) mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dengan sub agenda peningkatan kedaulatan pangan. Selain itu, agenda prioritas terkait membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah (perbatasan, daerah tertinggal dan daerah kawasan timur Indonesia) dan desa dalam kerangka negara kesatuan menjadi salah satu arah kebijakan yang akan diprioritaskan Ditjen. Perkebunan melalui kegiatan tematik.

Sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan agroindustri adalah peningkatan produksi komoditas andalan dan prospektif ekspor perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao, teh, kopi dan kelapa serta mendorong berkembangnya agroindustri di perdesaan. Sedangkan sasaran pokok sub agenda prioritas peningkatan kedaulatan pangan adalah tercapainya peningkatan ketersediaan pangan dari tebu yang bersumber dari produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi gula rumah tangga dan industri rumah tangga.

Secara umum pengembangan komoditas perkebunan difokuskan pada 16 komoditas unggulan yaitu Tebu, Kelapa Sawit, Karet, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Teh, Pala, Cengkeh, Jambu Mete, Sagu, Kemiri Sunan, Kapas, Tembakau dan Nilam. Penentuan komoditas tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang jenis komoditas tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 2

Page 7: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

serta Keputusan Menteri Pertanian nomor 3399/Kpts/PD.310/10/2009 tentang perubahan lampiran I dari Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Arah pengembangan komoditas-komoditas tersebut dicapai melalui program peningkatan produksi komoditas perkebunan berkelanjutan dengan implementasi kegiatan seperti rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan benih bermutu, pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan, pembangunan dan pemeliharaan kebun sumber benih, penanganan pascapanen, pengolahan, fasilitasi pemasaran, standarisasi mutu, pembinaan usaha dan perlindungan perkebunan serta pemberian pelayanan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan yang masih dalam tahap inisiasi tetap dikembangkan dan difasilitasi Ditjen. Perkebunan yang diarahkan untuk pemenuhan standar pelayanan minimum (SPM) yang meliputi penyediaan benih/ varietas unggul, pembangunan/ pemeliharaan kebun sumber benih (demplot, kebun induk, kebun entres dan lain-lain), pengendalian OPT, penanganan pascapanen, pemberdayaan pekebun, peningkatan kapasitas sumber daya insani (SDI) dan penguatan kelembagaan. Sedangkan dalam tahap penumbuhan/ pengembangan selain penguatan aspek budidaya dan perlindungan perkebunan juga difasilitasi aspek pengolahan, standarisasi mutu dan pemasarannya.

Arah kebijakan pembangunan nasional dalam dokumen RPJMN 2015-2019 diimplementasikan dalam 11 (sebelas) sasaran strategis Kementerian Pertanian. Sesuai tugas pokok dan fungsinya, Ditjen. Perkebunan bertanggungjawab dalam mendukung pencapaian 7 (tujuh) sasaran strategis yang terbagi kedalam 3 (tiga) sasaran strategis utama dan 4 (empat) sasaran strategis pendukung. Sasaran strategis Ditjen. Perkebunan juga mengacu pada Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045 yang fokus dalam hal optimalisasi sumber daya alam (sumber daya lahan, sumber daya genetika dan sumber daya iklim); pengembangan sumber daya insani yang kompeten dan berkarakter (insan berkualitas, modal sosial dan modal politik) pertanian; sistem inovasi science and bio-engineering; infrastruktur pertanian/ perkebunan; sistem usaha tani bio/agro industri dan bio/agro-services terpadu; klaster rantai nilai bio-industri; dan lingkungan pemberdayaan bio-bisnis melalui pendekatan Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan.

Sasaran strategis utama Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 yang selaras dengan kebijakan Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 (edisi revisi) adalah mendukung: 1) pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional; 2) peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan daya saing sub sektor perkebunan yang difokuskan pada pengembangan produk segar dan olahan dari 16 komoditas unggulan perkebunan; 3) pemenuhan penyediaan bahan baku bio-energy dan pengembangan fondasi sistem pertanian bio-industry dengan fokus pengembangan komoditas kelapa sawit baik melalui kegiatan budidaya dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas maupun melalui kegiatan integrasi tanaman perkebunan dengan ternak dan tumpang sari dengan komoditas pertanian lainnya serta penyediaan benih kemiri sunan. Sedangkan sasaran strategis pendukung Ditjen. Perkebunan tahun 2015-2019 adalah mendukung: 1) Peningkatan kualitas sumber daya insani perkebunan; 2) Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunan; 3) Akuntabilitas kinerja aparatur

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 3

Page 8: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

pemerintah yang baik dengan menerapkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, integritas/ komitmen, kejujuran, konsistensi dan bebas KKN di lingkungan organisasi Ditjen. Perkebunan; dan 4) Peningkatan pendapatan keluarga pekebun yang merupakan resultan dari pencapaian sasaran strategis lainnya.

Sasaran strategis tersebut, dituangkan dalam dokumen Renstra Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 edisi revisi yang substansinya secara garis besar meliputi 1) kondisi umum yang meliputi kinerja pendanaan, makro dan mikro pembangunan perkebunan; 2) potensi dan tantangan; 3) arah kebijakan, sasaran strategis dan strategi Direktorat Jenderal Perkebunan; 4) visi, misi dan tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan; 5) program, implementasi agenda prioritas NAWACITA dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan; 6) proyeksi kebutuhan investasi dan ketersediaan APBN Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 dalam ruang lingkup kerangka pendanaan; 7) kerangka regulasi dan kerangka kelembagaan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019; dan 8) dukungan Kementerian/Lembaga dalam pembangunan perkebunan tahun 2015-2019. Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2015-2019 ini diharapkan dapat menjadi acuan perancangan/ perencanaan dan pedoman pelaksanaan kebijakan di bidang perkebunan secara nasional baik pusat maupun daerah, menjangkau kemitraan lintas bidang, lintas sektor, lintas program, lintas pelaku dan lintas Kementerian/Lembaga dalam membuka ruang solusi yang lebih lapang seiring dengan semakin luasnya rentang potensi, kelemahan, peluang, tantangan dan permasalahan yang melingkupi penyelenggaraan perkebunan saat ini dan kedepan termasuk dalam menghadapi dinamika lingkungan strategis yang berimplikasi terhadap pengembangan sub sektor perkebunan tahun 2015-2019.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 4

Page 9: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

BAB II KONTRIBUSI PERKEBUNAN TERHADAP PEREKONOMIAN NASIONAL

Sub sektor perkebunan memainkan peranan penting dalam 3 aspek pembangunan nasional yaitu ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Konstribusi sub sektor perkebunan dalam ketiga aspek dalam jangka menengah II secara makro/mikro selama periode 2010-2014, sebagai berikut:

2.1. Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan Tahun 2011-2015 PDB perkebunan medio 2010-2014 masih mengalami pertumbuhan positif, baik pada harga berlaku maupun harga konstan. Trends positif berlaku juga pada pendapatan tenaga kerja, ekspor dll. Memasuki pembangunan perkebunan jangka menengah III, pada 2 (dua) tahun pertama Berikut gambaran kinerja makro pembangunan perkebunan yang telah dicapai selama periode 2010-2014 dan 2015-2016, sebagai berikut:

Tabel 1. Kinerja Makro Pembangunan Perkebunan tahun 2011-2015.

NO. INDIKATOR REALISASI

2011 2012 2013 2014 2015

1. Harga Berlaku (Rp. Milyar) 303.403 323.362 358.172 398.261 411.863

2 Harga Konstan (Rp. Milyar) 281.465 301.020 319.533 338.502 350.490

3. Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar) 29,36 25,77 22,63 22,84 20,72

4. Investasi (Rp. Triliun) 1,98 1,49 1,77 1,32

5. Jumlah Petani & Tenaga Kerja (juta orang) 20,94 21,12 22,51 22,16 22,09

6. Pendapatan Pekebun (US$/KK) 1.702 1.832 1.886 1.891 7. Ekspor

a. Volume (ribu ton) 21.682 24.431 26.310 29.130 b. Nilai (US$ milyar) 32,22 29,96 26,77 26,78

8. Impor a. Volume (ribu ton) 21.682 24.431 26.310 29.130 b. Nilai (US$ milyar) 32,22 29,96 26,77 26,78

9. Neraca Perdagangan Perkebunan (US$ milyar)

29,36 25,77 22,63 22,84

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016.

Tabel 1. memperlihatkan bahwa capaian pertumbuhan PDB perkebunan selama 2011-2015 berdasarkan harga berlaku dan harga konstan, menunjukkan pola pertumbuhan yang positif. Tumbuhnya PDB perlkebunan ini didukung oleh meningkatnya kapasitas produksi dan ekspor komoditas sawit, kopi, lada, tembakau, dll. Meskipun ada penurunan kecil dari produksi karet karena terdampak penurunan harga. Industri perkebunan kelapa sawit nasional memiliki potensi yang sangat besar.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 5

Page 10: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Peranan perkebunan dalam perekonomian nasional adalah sebagai penyumbang devisa nomor 2 terbesar setelah hasil tambang sekaligus sebagai tempat jutaan rakyat Indonesia menggantungkan nasib. Berdasarkan data produksi CPO nasional mencapai 31,5 juta ton dan PKO sebesar 3 juta ton sehingga total keseluruhan produksi minyak sawit Indonesia adalah 34,5 juta ton. Sementara, harga CPO global rata-rata sepanjang 2016 tercatat sebesar USD 700 per metrik ton atau naik 14 persen dibanding harga rata-rata 2015. Untuk ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunannya) tahun lalu sebesar 25,1 juta ton, dan menyumbangkan devisa senilai USD 18,1 miliar.

Berdasarkan lapangan usaha, keterlibatan tenaga kerja perkebunan berbanding lurus dengan pertumbuhan PDB yaitu masih menunjukkan pertumbuhan positif. Sampai akhir 2015 tercatat ada 22,09 juta orang yang terlibat dalam usaha perkebunan turun sedikit dari tahun 2014. Kemampuan sub sektor perkebunan dalam menarik minat tenaga kerja sebagian besar dipengaruhi penyerapan tenaga kerja dari komoditas kelapa sawit yang memberikan potensi ekonomi yang cukup tinggi bagi masyarakat pekebun namun juga tidak terlepas dari komoditas lain seperti kakao setelah ada program gernas kakao.

Ekspor komoditas perkebunan secara volume sampai dengan 2015 masih tumbuh positif namun secara nilai turun karena dipengaruhi oleh rendahnya harga 2 komoditas penyumbang ekspor terbesar yaitu sawit dan karet. Baru dipertengahan tahun 2016 harga 2 komoditas tersebut mengalami peningkatan signifikan namun data belum dapat direkam. Impor komoditas perkebunan sebagai subtitusi terhadap produk perkebunan tertentu yang belum dapat dipenuhi dari dalam negeri yang sangat dibutuhkan pabrikan nasional namun jumlah dan nilainya kecil. Hanya gula refinasi yang masih banyak diimpor karena produk gula dalam negeri belum mencukupi kebutuhan nasional, hal ini dipengaruhi oleh produktivitas tebu yang rendah rata-rata dibawah 70 ton/hektar dengan rendemen kisaran 6-7% dan juga dipengaruhi oleh tidak efisiennya PG di Indonesia yang rata-rata merupakan PG peninggalan masa kolonial.

Pertumbuhan pendapatan pekebun selama 2011-2015 menunjukan trend positif namun perlu ada peningkatan produksi dan produktivitas untuk menghindari kehilangan potensi pendapatan pekebun melalui peremajaan dan intensifikasi tanaman, serta inovasi teknologi budidaya perkebunan. Saat ini pada pengusahaan kelapa sawit, luas lahan sawit milik pekebun mencapai 3,8 juta ha atau 41 persen dari total luas kebun kelapa sawit nasional yaitu 11,3 juta ha. Seluas lebih 2,5 juta ha kebun kelapa sawit petani sudah perlu diremajakan karena berumur tua dan/atau produktivitasnya rendah yakni sekitar 2-3 ton CPO/Ha/Tahun. Sebagian besar dari 2,5 juta Ha tersebut adalah milik petani swadaya yang tidak mempunyai biaya dan memerlukan pendampingan teknis agronomi yang baik serta manajemen. proses peremajaan tersebut harus dilaksanakan dalam bentuk kemitraan dengan perusahaan. Program peremajaan ini akan meningkatkan produksi lahan petani menjadi 5-6 ton CPO/Ha/Tahun tanpa pembukaan lahan kelapa sawit baru. Kecenderungan pendapatan petani 2014-2015 menurun karena disebabkan harga ke 2 produk pertkebunan tersebut menurun tajam di pasar internasional sehingga mempengaruhi harga jual getah karet dan TBS ditingkat petani.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 6

Page 11: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Hal yang menggembirakan di sub sektor perkebunan adalah masuknya investasi yang meskipun menunjukkan pola negatif di mulai dari tahun 2011, kondisi ini dipengaruhi oleh moratorium investasi di bidang perkelapa sawitan. Di luar perkelapa sawitan masih tumbuh karena didukung oleh iklim usaha perkebunan yang mendukung usaha budidaya perkebunan, jaminan pasar dan besarnya dukungan pemerintah melalui regulasi investasi.

Penerimaan negara lainnya seperti cukai hasil tembakau dan bea keluar CPO selama 5 tahun mengalami pola pertumbuhan yang meningkat signifikan. Laju pertumbuhan cukai hasil tembakau sampai dengan tahun 2015 sebesar 15,28%, sedangkan untuk bea keluar CPO dan turunannya sebesar 49,66%. Industri Hasil Tembakau mempunyai peran cukup besar terhadap penerimaan negara melalui pajak dan cukai, penyerapan tenaga kerja, penerimaan ekspor dan perlindungan terhadap petani tembakau dan dampak ganda lainnya. Namun disisi lain, industri hasil tembakau juga memberikan efek negatif bagi aspek kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, setiap kebijakan terhadap industri hasil tembakau sepatutnya mempertimbangkan beberapa aspek yang saling bertolak belakang tersebut. Dalam hal ini, pemerintah telah memiliki Roadmap Industri Hasil Tembakau yang disusun para stakeholder yang berkepentingan. Dalam road map tesebut, arah kebijakan Industri Hasil Tembakau tahun 2015-2020 diprioritaskan pada aspek kesehatan masyarakat, tenaga kerja dan penerimaan negara.

Tabel 2. Devisa dan Penerimaan Negara dari Produk Perkebunan

No Nama Komoditas TAHUN

2011 2012 2013 2014 2015*)

1 Ekspor Perkebunan (Juta US$)

32.222,54

29.956,14 26.767 26.780 23.934

2 Cukai Hasil Tembakau (Juta Rp.) 73.258.780

90.510.910 103.600.867 116.284.000 126.747.000

3 Bea Keluar CPO dan Turunannya (Juta Rp.)

13.334.859

17.563.575

14.909.869 9.116.239 524.358

4 Bea Keluar Biji Kakao (Juta Rp.)

354.001

123.071 231.481 182.006 66.221

Sumber : - Ditjen. Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan RI (diolah Ditjen. Perkebunan)

- Buku Statistik Indonesia (BPS RI)

Pada tabel 2 menunjukkan trends nilai ekspor dalam US$ terus menurun, Tahun 2011 nilai ekspor mencapai lebih US$32 milyar namun di akhir Tahun 2015 hanya kurang dari US$24 milyar namun dari volume masih tumbuh positif, penurunan nilai ekspor dipengaruhi oleh harga jual produk komoditas utama sawit dan karet turun tajam sejak Tahun 2012.

Penerimaan cukai rokok/tembakau meningkat cukup besar, sesuai tabel diatas terlihat di akhir 2015 mencapai lebih dari Rp126 milyar meningkat hampir 2 kali lipat dibanding akhir 2011. Cukai yang dipungut akan dikembalikan ke masyarakat/wilayah penghasil tembakau melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) sesuai Peraturan Presiden Nomor 162 Tahun 2014

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 7

Page 12: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 adalah sebesar Rp2,411 triliun.

DBH-CHT mulai diberikan pada tahun 2008 dengan realisasi sekitar 200 milyar rupiah dan sampai dengan tahun 2016 mengalami peningkatan realisasi sebesar 2,79 triliun rupiah atau mengalami pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 67,4%. Pada tahun 2016, telah terbit Permenkeu nomor: 28/PMK.07/2016 tanggal 19 Februari 2016 tentang Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Bagi Hasil-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT). Pada Bab II penggunaan DBH-CHT (pasal 2) menyatakan prinsip penggunaan DBH-CHT ditentukan sebagai berikut: a. Paling sedikit 50% untuk mendanai program/ kegiatan yang terdiri dari

peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai dan pemberantasan barang kena cukai illegal.

b. Paling banyak 50% untuk mendanai program/ kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.

Program peningkatan kualitas bahan baku dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian dalam hal ini dilaksanakan oleh Ditjen. Perkebunan. Program peningkatan kualitas bahan baku meliputi kegiatan standarisasi kualitas bahan baku, pembudidayaan bahan baku berkadar nikotin rendah, penyediaan sarana laboratorium uji dan pengembangan metode pengujian, penanganan panen dan pasca panen bahan baku, pembinaan dan fasilitasi pembentukan dan/ atau pengesahan badan hukum kelompok tani tembakau serta pengembangan bahan baku alternative untuk tembakau Virginia.

Bea keluar dan CPO Supporting Fund merupakan satu paket pungutan terhadap kegiatan ekspor sawit. Apabila harga rata-rata CPO di bawah harga referensi atau patokan (treshold), maka eksportir akan dikenakan CPO Supporting Fund sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan. Tapi jika harga CPO di atas treshold, maka selisihnya menjadi penerimaan bea keluar, sedangkan yang di bawah itu masuk jadi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) BLU Sawit. Landasan kebijakan pemerintah dalam mengendalikan ekspor minyak sawit adalah dengan mengenakan pajak ekspor dalam bentuk Bea Keluar. Tujuan utamanya untuk menjaga stabilitas harga di pasaran domestik. Kebijakan Bea Keluar mampu mengubah komposisi produksi dan ekspor kelapa sawit Indonesia. Dominasi ekspor produk hulu secara bertahap digantikan produk hilir kelapa sawit sehingga nilai tambah pengolahan produk perlahan dapat dinikmati stakeholder kelapa sawit domestik.

Kecenderungan penurunan penerimaan negara dari BK kakao dipengaruhi oleh melemahnya harga internasional untuk komoditas kakao sehingga ekspor kakao cenderung menurun. Disamping itu kakao Indonesia kurang dapat bersaing di pasar Internasional, pekebun kakao Indonesia lebih suka menjual kakao basah karena margin harga yang tidak jauh berbeda dengan kakao fermentasi. Pesaing bisnis kakao adalah Pantai Gading dan Ghana memiliki kualitas kakao lebih baik dan mudah diterima di pasar internasional, sehingga harga kakao dunia-pun terbentuk dari produk kedua negara ini.

Menilik pada kebijakan pemerintah tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar menetapkan BK biji kakao yang diatur

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 8

Page 13: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 75/PMK.011/2012 mengatur mengenai tarif Bea Keluar (BK) sebesar 0-15% atas ekspor biji kakao dengan melihat patokan harga referensi biji kakao dunia. Untuk harga referensi sampai dengan US$ 2.000 tidak dikenakan tarif BK (0%), harga referensi US$ 2.000-2.750 ditetapkan tarif BK sebesar 5%, harga referensi US$ 2.750-3.500 ditetapkan tarif BK sebesar 10% dan harga referensi lebih dari US$ 3.500 ditetapkan tarif BK sebesar 15%. Kebijakan ini diambil untuk menghambat ekspor biji mentah dan mendorong hilirisasi industri kakao. Dengan demikian diharapkan industri kakao nasional lebih berdaya saing dan memberikan nilai tambah lebih bagi ekonomi nasional.

2.2. Kinerja Mikro Pembangunan Perkebunan Tahun 2011-2016 Pengembangan perkebunan terus dilakukan melalui berbagai kebijakan dengan tujuan akhir adalah meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang dapat mensejahterakan pekebun sebagai pelaku usaha perkebunan dan rakyat secara luas Berikut ini adalah kinerja mikro pembangunan yang telah dicapai dalam upayanya mengembangkan komoditas perkebunan selama tahun 2010-2016, sebagai berikut:

2.2. 1. Luas Areal Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan dari tahun ke tahun semakin meningkat terus terutama didukung oleh perkembangan pesat luas areal kelapa sawit karena bisnis CPO sangat menguntungkan, berikut data luas areal periode 2011-2016.

Tabel 3. Luas Areal Perkebunan tahun 2011-2016

No Komoditas Luas Areal (Hektar) Laju

Pertumb. (%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

I. TAN. TAHUNAN 1. Karet 3.456.127 3.506.201 3.555.946 3.606.245 3.621.103 3.639.000 1,02%

2. Kelapa Sawit 8.992.824 9.572.715 10.465.020 10.754.801 11.260.277 11.914.499 5,45%

3. Kelapa 3.767.704 3.781.649 3.654.478 3.609.812 3.585.599 3.566.103 -1,11%

4. Kopi 1.233.698 1.235.290 1.241.712 1.230.495 1.230.001 1.228.512 -0,09%

5. Kakao 1.732.641 1.774.464 1.740.612 1.727.437 1.709.284 1.701.351 -0,38%

6. Jambu Mete 575.841 575.920 554.315 531.154 522.863 515.348 -2,26%

7. Lada 177.490 177.787 171.920 162.751 167.590 168.080 -1,14%

8. Cengkeh 485.191 493.887 501.378 510.174 535.694 542.281 2,19%

9. Teh 123.938 122.206 122.035 118.899 114.891 117.268 -1,13%

10. Sagu 102.601 127.157 128.106 135.484 196.415 213.280 12,89%

11. Pala 122.396 134.709 140.424 158.326 168.904 169.285 6,20%

12. Kemiri Sunan 944 995 1.057 1.062 1.135 1.132 3,53%

II. TAN. SEMUSIM

13. Tebu 451.788 451.255 469.227 478.108 454.171 445.520 -0,33% 14. Kapas 10.238 9.565 8.738 3.670 6.118 5.919 -23,59% 15. Tembakau 228.770 270.290 192.809 215.865 209.095 206.337 -3,74% 16. Nilam 28.615 31.155 28.226 20.714 18.626 18.562 -10,01%

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016. Ketreangan: * angka sementara

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 9

Page 14: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Tabel 3. masih ada penambahan luas pada komoditas utama dan 3 komoditas lainnya ditandai dengan laju pertumbuhan yang positif. Laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit mencapai lebih 5%. Pertumbuhan ini didorong komoditas kelapa sawit masih jadi primadona investasi, terlihat dari banyaknya PMA/PMDN yang mengajukan izin investasi perluasan areal maupun bukaan baru, selain itu juga didorong oleh investasi perseorangan/kelompok/kebun rakyat dengan luas areal kurang dari 25 hektar.

Selain komoditas kelapa sawit, komoditas perkebunan lain yang juga menunjukkan pola pertumbuhan positif seperti pala, kemiri sunan, sagu, cengkeh, dan karet. Sedangkan sampai dengan akhir tahun 2016, diperkirakan komoditas kelapa, jambu mete, lada, teh, jarak pagar, tembakau, nilam, kopi, kakao dan kapas menunjukkan pola negatif. Berbagai faktor menjadi penyebab terjadinya penurunan luas areal komoditas-komoditas tersebut, salah satu diantaranya adalah konversi ke komoditas lain yang lebih ekonomis.

2.2. 2. Produksi Perkebunan Perkembangan produksi 16 komoditas utama perkebunan secara umum cenderung fluktuatif, berikut data produksi 5 tahun terakhir.

Tabel 4. Produksi Komoditas Perkebunan tahun 2010 - 2016.

No Komoditas Produksi (ton) Laju

Pertumb. (%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

1. Karet (karet kering)

2.990.184 3.012.254 3.237.433 3.153.186 3.145.398 3.157.780 1,03%

2. Kelapa Sawit (CPO)

23.096.541 26.015.518 27.782.004 29.278.189 31.070.015 33.229.381 6,99%

3. Kelapa (kopra) 3.174.379 3.189.897 3.051.585 3.005.916 2.920.665 2.890.735 -1,90%

4. Kopi (kopi berasan)

638.647 691.163 675.881 643.857 639.412 639.305 -0,07%

5. Kakao (biji kering) 712.231 740.513 720.862 728.414 593.331 656.817 -2,19%

6. Jambu Mete (gelondong kering)

114.789 116.915 116.113 131.302 137.580 130.072 2,30%

7. Lada (lada kering) 87.089 91.039 91.039 87.448 81.501 82.167 -1,25%

8. Cengkeh (bunga kering)

72.207 99.890 109.694 122.134 139.641 139.522 11,86%

9. Teh (daun kering) 150.776 145.575 145.460 154.369 132.615 144.015 -1,27%

10. Sagu 85.960 132.309 155.061 310.656 423.946 440.516 26,05%

11. Pala 19.877 25.321 28.167 32.729 33.711 34.408 10,10%

12. Kemiri Sunan (biji kering)

0 0 0 3 6 6 16,67%

13. Tebu (gula) 2.267.887 2.591.687 2.551.026 2.579.173 2.497.997 2.222.971 -0,73%

14. Kapas (serat berbiji)

2.275 2.948 1.871 761 759 715 -37,40%

15. Tembakau (daun kering)

214.524 260.818 164.448 198.301 193.790 196.154 -4,98%

16. Nilam (minyak nilam)

2.866 2.648 2.082 2.103 1.986 1.954 -8,39%

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 10

Page 15: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Produksi karet masih tumbuh 1,03% meskipun dalam 3 tahun terakhir masih dibawah tingkat produksi tahun 2013, penurunan produksi disebabkan rendahnya harga karet tahun 2014/2015, kondisi ini mulai pulih tahun 2016 dimana harga karet sudah kembali pada posisi normal meskipun produksi belum mampu menyamai tahun 2013 namun jika harga terus stabil tingkat produksi diperkirakan akan dapat melampui. Berbeda dengan produksi sawit, meskipun harga terbilang sangat rendah namun tidak mempengaruhi tingkat produksi, hal ini disebabkan oleh dominannya pasokan dari korporasi yang memiliki tingkat produktivitas jauh lebih tinggi dibanding petani. Selain karet dan kelapa sawit, dari 16 komoditas utama perkebunan yang mengalami trend pertumbuhan positif adalah jambu mete, cengkeh, sagu, pala, dan kemiri sunan.

Produksi tembakau menunjukkan besarnya kekuatan sumber daya pekebun dalam mengembangkan suatu komoditas yang dapat memberikan jaminan harga yang remuneratif meskipun dibatasi oleh berbagai peraturan dan tanpa adanya bantuan input produksi dari APBN. Namun demikian, peran Pemerintah dalam upaya peningkatan produksi tembakau, masih tetap dilakukan terutama dalam hal pembinaan dan pengawalan serta pemberdayaan petani baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Adanya alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) kepada daerah penghasil tembakau, memungkinkan Pemerintah Daerah membina para pekebun tembakau di wilayahnya secara lebih intensif.

Usaha perkebunan kelapa sawit, meskipun didominasi oleh perusahaan perkebunan besar (±59%) namun kontribusi perkebunan rakyat dalam peningkatan produksi kelapa sawit nasional tidak dapat diabaikan. Laju peningkatan produksi rata-rata selama periode 2010-2014 dapat lebih ditingkatkan apabila berbagai permasalahan yang dihadapi oleh pekebun kelapa sawit, seperti dominannya tanaman tua di pertanaman dan buruknya infrastruktur, dapat diselesaikan dalam skala yang lebih luas. Fasilitasi Direktorat Jenderal Perkebunan melalui APBN untuk pengembangan komoditas kelapa sawit dilakukan melalui kegiatan demplot model peremajaan kelapa sawit, penanganan OPT, perluasan areal di daerah perbatasan/ daerah tertinggal, pergantian benih tidak bersertifikat dengan benih unggul bermutu dan bersertifikat dalam skala terbatas, serta mendorong lebih banyak pekebun untuk dapat memanfaatkan fasilitas subsidi bunga perbankan yang disalurkan melalui program skim Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dalam rangka pengembangan usaha perkebunan kelapa sawitnya.

Fasilitasi Direktorat Jenderal Perkebunan untuk komoditas cengkeh, karet, jambu mete dan lada selama 5 tahun ini cukup berhasil. Hal ini dibuktikan sampai dengan tahun 2014, laju pertumbuhan produksi rata-rata keempat komoditas tersebut mencapai 1-8%. Selama ini kegiatan peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi dan perluasan tanaman cengkeh, jambu mete dan lada serta kegiatan peremajaan, intensifikasi dan perluasan tanaman karet di wilayah khusus (perbatasan, daerah tertinggal, pasca bencana dan pasca konflik) cukup mengangkat tingkat produksi tanaman.

Dalam usaha perkebunan tebu, selama periode 2010-2014 terjadi peningkatan produksi tebu yang cukup signifikan. Rasionalisasi atau penataan varietas tebu untuk mendapatkan komposisi varietas tebu unggul dan penerapan sistem

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 11

Page 16: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

tebangan Manis, Bersih dan Segar (MBS) menjadi salah satu pengungkit peningkatan produksi tebu. Peran pemerintah pusat dalam APBN diwujudkan dalam bentuk penyediaan benih unggul bermutu melalui pembangunan Kebun Benih Induk (KBI) dan Kebun Benih Datar (KBD) menggunakan teknik kultur jaringan, bantuan alat dan mesin pertanian, bongkar ratoon, rawat ratoon dan perluasan areal pada daerah potensial pengembangan tebu.

Komoditas kemiri sunan, kapas, jarak pagar, kakao, kopi, kelapa dan teh menunjukkan laju pertumbuhan produksi dengan pola negatif yang cukup tinggi sampai dengan tahun 2014 yaitu berturut-turut sebesar -37,50%, -23,65%, -10,43%, -3,16%, -1,44%, -1,28% dan -0,28%. Untuk Kemiri Sunan, secara umum hal ini disebabkan kegiatan pengembangan Kemiri Sunan selama periode 2010-2014 baru dimulai rintisannya tahun 2011 dan diarahkan pada perluasan areal penanaman sehingga diproyeksikan baru berproduksi pada tahun 2015. Adapun biji kemiri sunan dari pohon-pohon kemiri sunan yang tumbuh secara alami tidak dipanen karena fasilitas unit pengolahannya belum cukup tersedia.

Untuk komoditas kapas, rendahnya trend produksi antara lain disebabkan jaminan pasar dan harga yang kurang bersaing untuk menarik minat petani dalam membudidayakan kapas. Untuk komoditas jarak pagar, masih diperlukan penelitian lebih lanjut agar dapat dihasilkan varietas unggul baru, teknik budidaya jarak pagar yang produktivitasnya tinggi dan mekanisme usahanya ditingkat petani yang dapat menghasilkan keuntungan. Pada komoditas kakao, walaupun program Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas) Kakao cukup memberikan dampak bagi kinerja komoditas kakao tetapi persoalan serangan OPT dan banyaknya tanaman tua/ rusak menjadi faktor penyebab terbesar dari penurunan produksi. Kendala lahan dan produktivitas masih menjadi simpul kritis pengembangan kopi ditengah meningkatnya permintaan dunia akan biji kopi berkualitas. Untuk komoditas kelapa, banyaknya tanaman tua/ rusak dan rendahnya produktivitas, persoalan lahan cukup berpengaruh terhadap penurunan produksi. Kendala peningkatan produksi komoditas teh sebagian besar disebabkan produktivitas menurun akibat banyaknya tanaman tua/rusak sehingga kedepan perlu adanya kegiatan peremajaan tanaman.

Tabel 5. Produktivitas Komoditas Perkebunan tahun 2011-2016

No Komoditas Produktivitas (Kg/Hektar) Laju

Pertumb. (%) 2011 2012 2013 2014 2015 2016*

I. TANAMAN TAHUNAN

1. Karet 1.071 1.073 1.083 1.053 1.036 1.045 -0,50%

2. Kelapa Sawit 3.526 3.722 3.536 3.601 3.625 3.763 1,23%

3. Kelapa 1.158 1.157 1.130 1.136 1.110 1.103 -0,98%

4. Kopi 702 745 739 716 707 706 0,07%

5. Kakao 821 850 880 803 775 785 -1,02%

6. Jambu Mete 367 364 359 416 430 414 2,18%

7. Lada 784 771 776 921 828 833 0,81%

8. Cengkeh 238 325 350 391 441 424 10,35%

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 12

Page 17: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

9. Teh 1.477 1.467 1.465 1.683 1.495 1.618 1,43%

10. Sagu 1.854 1.921 2.174 4.198 3.656 3.696 9,92%

11. Pala 387 466 469 484 479 482 4,05%

12. Kemiri Sunan 0 0 0 222 186 190 -5,75%

II. TANAMAN SEMUSIM

13. Tebu 5.030 5.770 5.467 5.406 5.605 5.004 -0,46%

14. Kapas 303 333 288 220 151 178 -13,61%

15. Tembakau 950 1.009 928 947 946 989 0,67%

16. Nilam 132 110 120 149 162 160 2,91%

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016.

Berdasarkan analisis trend pertumbuhan produktivitas rata-rata pada 16 komoditas sampai dengan tahun 2014 mengalami pola negatif sebesar -0,52%. Walaupun demikian, sebagian besar komoditas yang menunjukkan laju pertumbuhan produktivitas yang positif. Komoditas cengkeh, nilam, jambu mete, kakao, teh, tembakau, karet, tebu, lada dan kelapa sawit menunjukkan trend pertumbuhan produktivitas yang positif dengan persentase range antara 0,12-7,48% sampai dengan tahun 2014 sedangkan laju pertumbuhan produktivitas komoditas kapas, jarak pagar, kopi dan kelapa menunjukkan pola negatif. Laju pertumbuhan produksi beberapa komoditas perkebunan diiringi dengan meningkatnya produktivitas tanaman. Hal ini ditunjukkan pada komoditas tembakau, cengkeh, kelapa sawit, karet, jambu mete, tebu, lada dan nilam. Kedelapan komoditas tersebut menunjukkan trend positif yang disebabkan oleh kontribusi kegiatan-kegiatan yang dialokasikan Direktorat Jenderal Perkebunan pada sentra-sentra produksi untuk memacu produktivitas tanaman seperti 1) kegiatan peremajaan dan perluasan areal pada komoditas karet dan jambu mete; 2) intensifikasi dan rehabilitasi pada komoditas cengkeh dan lada, 3) kegiatan pengendalian OPT dan SL-PHT, 4) kegiatan rawat ratoon, bongkar ratoon, perluasan areal dan bantuan peralatan pada komoditas tebu; 5) kegiatan pengembangan komoditas nilam dan tembakau dalam skala terbatas; 6) pengembangan komoditas kelapa sawit yang meliputi pergantian benih bersertifikat, model pengembangan dan perluasan daerah khusus; dan 7) pemberdayaan petani yang secara tidak langsung membina petani untuk meningkatkan produktivitas tanamannya. Laju pertumbuhan produktivitas kapas dan jarak pagar menunjukkan pola negatif yang cukup besar. Rendahnya produktivitas jarak pagar pada dasarnya disebabkan belum adanya varietas tanaman yang dapat menghasilkan produksi yang maksimal dengan rendemen yang layak untuk bahan baku sumber bahan bakar nabati (BBN). Pengembangan jarak pagar yang didanai pemerintah untuk sementara dihentikan dan dikembalikan pada penelitian Badan Litbang Pertanian untuk menghasilkan varietas-varietas unggul. Ketidakpastian iklim dan ketersediaan benih unggul sebagian faktor yang mempengaruhi penurunan produktivitas tanaman kapas.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 13

Page 18: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

BAB III KINERJA PROGRAM PEMBANGUNAN PERKEBUNAN

Program Pembangunan Perkebunan Tahun 2012-2016 Alokasi program pembangunan perkebunan 2012-2016, untuk Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan Tahun Anggaran 2012-2015, sedang pada Tahun Anggaran 2016 sebagai awal program Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan utama program dan anggaran yang disajikan dalam tabel dibawah ini sudah termasuk kegiatan utama baru pada tanaman semusim dan rempah, dukungan perbenihan beserta pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Tabel 6. Kegiatan dan Anggaran Program Tahun 2012-2016.

NO. KEGIATAN BESARAN APBN (MILYAR RUPIAH)

PER TAHUN 2012 2013 2014 2015 2016

1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar 730 350 326 2.066 64

2. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim 232 736 511 1.565 1

3. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan 222 206 174 387 544

4. Pengembangan Penanganan Pascapanen Komoditas Perkebunan 31 36 37 48 2

5. Dukungan Perlindungan Perkebunan 34 77 77 174 110

6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen. Perkebunan 145 139 129 187 152

7. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (Surabaya, Medan dan Ambon)

70 165 67 70 87

8. Pengembangan Tanaman Semusim dan rempah - - - - 119

9. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan - - - - 82

10. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan - - - - 31 Jumlah 1.464 1.709 1.321 4.497 1.192

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2016.

Rata-rata pendanaan pembangunan perkebunan selama 5 tahun terakhir sebesar Rp2 triliun, anggaran terbesar diperoleh pada TA. 2015 yang mencapai Rp4,5 triliun dengan fokus pembangunan pada pengembangan tebu. Pada TA. 2016 terjadi penurunan alokasi untuk pembangunan perkebunan hingga diakhir TA. 2016 tinggal tersisa Rp1,192 triliun (catatan: Rp1,8 triliun di blokir) karena pemotongan anggaran dari semula Rp1,7 triliun.

3.1. Realisasi Program Perkebunan Penyerapan anggaran dan pencapaian fisik sebagai tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan dalam tahun berjalan.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 14

Page 19: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Tabel 7. Realisasi anggaran dan fisik berdasarkan kegiatan utama TA. 2016

No Kegiatan Pagu (Rp000)

Blokir (Rp000)

Pagu setelah Blokir

(Rp000)

Realisasi

Rp000 %

Pagu Awal

% pasca Blokir

% Fisik

1 1775. Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar

64.095.132 9.822.196 54.272.936 54.249.439 80,34 94,88 98,57

2 1776. Pengembangan Tanaman Semusim

807.172 215 806.957 805.934 99,85 99,87 99,99

3 1777. Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar

544.048.691 42.138.435 501.910.256 489.067.518 89,77 97,31 99,87

4 1778. Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha

1.814.777 1.286 1.813.491 1.806.622 97,44 97,51 99,88

5 1779. Dukungan Perlindungan Perkebunan

110.231.426 7.325.375 102.906.051 99.950.691 90,65 97,11 99,86

6 1780. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkebunan

151.802.940 12.029.094 139.774 130.676.028 86,05 93,45 99,67

7 1781. Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih Serta Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan

87.179.928 2.471.534 84.708.394 79.135.673 90,72 93,36 99,67

8 5888. Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah

119.380.478 19.360.702 100.019.776 97.145.963 81,37 97,13 99,86

9 5889. Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

82.244.542 9.482.034 72.762.508 68.181.102 82,87 93,67 99,68

10 5890. Dukungan Perbenihan Tanaman Perkebunan

30.813.197 3.669.129 27.144.068 25.310.897 82,09 93,18 99,66

Jumlah 1.192.418.283 106.300.000 1.086.118.283 1.046.329.868 87,75 96,34 99,75

Penyerapan anggaran berdasarkan pagu awal secara rata-rata hanya mencapai kurang dari 88% hal ini disebabkan sampai dengan tahun anggaran berakhir terdapat Rp106,300 milyar dana yang tidak bisa digunakan karena diblokir. Sesuai kesepakatan di tingkat Kementerian Pertanian, angka blokir dianggap sebagai realisasi maka realisasi rata-rata tercatat menjadi 96,34%. Ada 3 kegiatan yang berubah/dihilangkan menjelang pertengahan tahun karena mengikuti perubahan organisasi Ditjen Perkebunan yaitu kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim, Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar serta Penanganan Pasca Panen dan Pengembangan Usaha. Kegiatan tanaman semusim berubah menjadi Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah, penanganan pasca panen berubah menjadi Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. Untuk kegiatan Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar dihilangkan karena bergabung dengan Tanaman Semusi dan Tanaman Tahunan menyesuaikan organisasi

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 15

Page 20: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

baru. Perubahan ini mempengaruhi kecepatan penyerapan anggaran karena perlu ada penyesuaian administrasi keuangan ditingkat satker maupun KPPN.

Dalam perjalanan pelaksanaan kegiatan TA. Anggaran 2016 mengalami beberapa kali perubahan besaran anggaran dimulai dari refocusing dan blokir jilid I-IV. Kondisi ini menyebabkan banyak kegiatan dilapangan yang tertunda karena anggaran sementara waktu tidak bisa digunakan karena ada penyesuaian besaran anggaran. Dampak lain di lapangan/ditingkat Kelompok Tani terjadi penguran jumlah sasaran kelompok yang akhirnya menimbulkan gesekan antara petugas teknis pada Dinas pelaksana dengan petani. Bahkan pada satker tertentu kegiatan yang sudah CP/CL dibatalkan sama sekali karena anggaran dipotong habis.

3.2. Realisasi Anggaran per Belanja

Komposisi anggaran berdasarkan akun belanja, terdapat 3 akun belanja dengan alokasi anggaran terbesar digunakan untuk belanja barang diikuti belanja pegawai dan terakhir belanja modal.

Tabel 8. Realisasi per Akun Belanja TA. 2016

Kode/Jenis Belanja Pagu

(Rp000) Pagu Pasca

Blokir (Rp000)

Realisasi

Blokir (Rp000) Rp000

% Pagu Awal

% Pasca Blokir

51 BELANJA PEGAWAI 82.285.609 79.038.285 75.435.526 91,72 95,48 3.247.324

52 BELANJA BARANG 1.098.053.853 995.215.182 955.839.464 87,38 96,41 102.838.671

53 BELANJA MODAL 12.078.821 11.864.816 11.421.292 94,56 96,26 214.005

Jumlah 192.418.283 1.086.118.283 1.042.696.282 87,75 96,34 106.300.000

Sumber : Spannint DJA Kemenkeu TA. 2016

Pemotongan anggaran menyasar seluruh komponen belanja termasuk belanja pegawai, dari 3 jenis belanja serapan tertinggi adalah belanja modal meskipun memiliki anggaran paling kecil. Namun bila ditilik dari realisasi fisik maka belanja barang menduduki tempat pertama tertinggi dengan serapan anggaran paling rendah.

3.3. Realisasi Anggaran per Satker

Mempertimbangkan banyaknya jumlah kabupaten dan kota sebanyak 511 yang tersebar di 34 provinsi, serta adanya keterbatasan anggaran yang bersumber dari APBN DIPA Ditjen Perkebunan maka untuk mengembangkan pembangunan perkebunan agar dapat merata ke seluruh Indonesia perlu ditetapkan kriteria satker mandiri Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, sebagai berikut: (a). Kinerja satker dua tahun terakhir (2013 dan 2014); (b). Nomenklatur Dinas. Urutan prioritas pengalokasian anggaran terkait dengan nomenklatur dinas secara berurutan: apabila Dinas Perkebunan berdiri sendiri akan memperoleh prioritas utama, Dinas Gabungan namun masih tersurat kata "Perkebunan", seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan menjadi prioritas kedua, dan Dinas Gabungan tanpa kata "Perkebunan" akan menjadi prioritas terakhir; (c) Alokasi anggaran yang

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 16

Page 21: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

dikelola minimal Rp 1 milyar. Bila anggaran yang dikelola dibawah Rp 1 milyar, maka dana tersebut dialokasikan dan dikelola oleh Provinsi sebagai Tugas Pembantuan (TP) Provinsi; dan (d) Besar-kecilnya kontribusi terhadap sasaran produksi dan luas areal secara nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Pembangunan Perkebunan tahun 2015-2019. Dari kriteria tersebut, ditetapkan penerima Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebanyak 84 satker yang terdiri atas 4 Satker UPT Pusat, 33 Satker Dinas Provinsi, 46 Satker Dinas Kabupaten/kota dan 1 Pusat.

3.3.1. Satker Provinsi

Tabel 9. Realisasi Anggaran per Satker Provinsi

No Satker Pagu

(Rp000)

Pagu Pasca Blokir

(Rp000)

Realisasi

Blokir (Rp000) Rp000

% Pagu Awal

% Pasca Blokir

1 029101 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT

25.339.984 18.650.195 18.153.981 71,64 97,34 6.689.789

2 039098 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAWA TENGAH

22.250.172 15.989.277 15.053.857 67,66 94,15 6.260.895

3 049058 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROV D.I.YOGYAKARTA

9.500.099 8.816.958 8.742.162 92,02 99,15 683.141

4 059114 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

32.405.139 30.151.515 29.105.307 89,82 96,53 2.253.624

5 060100 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI ACEH

12.838.774 11.089.520 10.768.738 83,88 97,11 1.749.254

6 079077 | DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA UTARA

21.963.365 17.681.897 15.673.941 71,36 88,64 4.281.468

7 089083 | DINAS PERKEBUNAN PROV SUMATERA BARAT

13.724.924 11.022.916 9.884.076 72,02 89,67 2.702.008

8 099270 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU

7.542.228 7.170.173 7.063.205 93,65 98,51 372.055

9 109071 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI JAMBI

17.524.539 16.440.281 15.204.761 86,76 92,48 1.084.258

10 119081 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

14.026.464 13.187.536 12.511.617 89,20 94,87 838.928

11 129072 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI LAMPUNG

22.376.475 21.166.913 21.051.268 94,08 99,45 1.209.562

12 139076 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

12.264.311 11.628.508 11.112.294 90,61 95,56 635.803

13 149067 | DINAS PERKEBUNAN PROV KALIMANTAN TENGAH

7.760.987 7.226.837 6.959.348 89,67 96,30 534.150

14 159064 | DINAS PERKEBUNAN PROP.KALIMANTAN SELATAN

6.848.556 6.111.083 5.324.822 77,75 87,13 737.473

15 169066 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

4.901.260 4.081.886 3.184.688 64,98 78,02 819.374

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 17

Page 22: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

16 179062 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI UTARA

24.230.383 23.698.703 23.364.830 96,43 98,59 531.680

17 189084 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

74.055.827 70.609.452 69.230.994 93,48 98,05 3.446.375

18 199078 | DINAS PERKEBUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN

20.118.070 13.417.209 12.687.280 63,06 94,56 6.700.861

19 209008 | DINAS PERKEBUNAN & HORTIKULTURA PROP. SULAWESI TENGGARA

80.331.005 70.013.441 68.437.651 85,19 97,75 10.317.564

20 219001 | DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU

12.343.999 12.017.999 11.832.759 95,86 98,46 326.000

21 229061 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BALI

15.713.706 14.315.340 13.939.940 88,71 97,38 1.398.366

22 239072 | DINAS PERKEBUNAN PROV. NUSA TENGGARA BARAT

33.351.228 27.354.908 26.295.584 78,84 96,13 5.996.320

23 249031 | DINAS PERTANIAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI NTT

39.580.667 38.741.996 36.754.079 92,86 94,87 838.671

24 259060 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

27.090.369 26.766.557 25.016.492 92,34 93,46 323.812

25 269065 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI BENGKULU

8.020.329 7.566.957 7.517.369 93,73 99,34 453.372

26 289035 | DINAS PERTANIAN PROVINSI MALUKU UTARA

46.814.522 46.008.947 45.446.815 97,08 98,78 805.575

27 299347 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROP. BANTEN

4.213.835 3.992.851 3.950.523 93,75 98,94 220.984

28 309033 | DINAS PERTANIAN. PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

6.376.557 6.138.137 6.087.524 95,47 99,18 238.420

29 319057 | DINAS PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI GORONTALO

20.422.818 19.989.367 19.909.808 97,49 99,60 433.451

30 329027 | DINAS PERTANIAN. KEHUTANAN. DAN PETERNAKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

943.795 816.435 723.512 76,66 88,62 127.360

31 330023 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA BARAT

20.531.931 20.116.214 19.668.931 95,80 97,78 415.717

32 340999 | DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI BARAT

20.778.053 19.733.275 19.573.087 94,20 99,19 1.044.778

33 350036 | DINAS PERTANIAN. KEHUTANAN DAN KETAHANAN PANGAN PROV.KALIMANTAN UTARA

919.306 769.036 350.206 38,09 45,54 150.270

JUMLAH 687.103.677 622.482.319 600.581.448 87,41 96,48 64.621.358

Sumber: Spannint DJA Kemenkeu

Data dalam tabel diatas merupakan gabungan anggaran Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi. Provinsi Kalimantan Utara sebagai provinsi baru masih belum mampu menyesuaikan diri dalam mendukung pembangunan petrkebunan, dalam 2 (dua) tahun

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 18

Page 23: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

terakhir serapan anggaran tercatat sebagai yang terendah, hal ini disebabkan terkendala SDM baik ditingkat pimpinan, teknis maupun administrasi dan terutama sekali kebijakan pimponan daerah belum mendukung perkebunan meskipun perkebunan termasuk salah satu komoditas penyumbang pendapatan asli daerah tertinggi diluar hasil tambang. Secara rata-rata tingkat penyerapan 33 provinsi sebesar 96,48% masih diatas rata-rata nasional hal ini ditopang oleh penyerapan tinggi oleh provinsi-provinsi yang memperoleh alokasi besar seperti Lampung, Sulawesi Barat, DIY, Gorontalo, Bengkulu dengan tingkat penyerapan diatas 99%. Provinsi Sulawesi Utara/Tengah/Tenggara dan Papua sangat berperan dalam serapan tinggi meskipun tidak setinggi tingkat penyerapan provinsi-provinsi diatas namun memiliki anggaran yang sangat besar terutama Sulawesi Tengah dan Tenggara dengan anggran diatas 70 Milyar rupiah.

3.3.2. Satker Kabupaten dan Kota

Tabel 10. Realisasi Anggaran per Satker Kabupaten/Kota

No Satker Pagu

(Rp000)

Pagu Pasca Blokir

(Rp000)

Realisasi

Blokir (Rp000) Rp000

% Pagu Awal

% Pasca Blokir

1 029107 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. CIANJUR

3.127.975 1.501.275 1.487.600 47,56 99,09 1.626.700

2 029116 | DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN GARUT

8.101.595 7.538.449 7.197.914 88,85 95,48 563.146

3 029120 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB TASIKMALAYA

4.266.250 4.091.140 3.609.541 84,61 88,23 175.110

4 059124 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BONDOWOSO

3.491.800 2.964.584 2.918.251 83,57 98,44 527.216

5 069082 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB BENER MERIAH

566.100 566.100 527.150 93,12 93,12 0

6 069087 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB PIDIE

2.864.088 2.818.288 2.606.049 90,99 92,47 45.800

7 069090 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. ACEH UTARA

851.432 851.432 818.905 96,18 96,18 0

8 069092 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB ACEH TIMUR

1.089.080 1.089.080 1.052.609 96,65 96,65 0

9 069108 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. NAGAN RAYA

2.553.000 2.553.000 2.544.769 99,68 99,68 0

10 089102 | DINAS PERKEBUNAN KAB. PASAMAN BARAT

14.338.500 7.246.750 7.005.740 48,86 96,67 7.091.750

11 091312 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. MERANTI

4.833.609 4.475.833 4.462.271 92,32 99,70 357.776

12 119088 | DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN MUARA ENIM

875.434 760.460 698.803 79,82 91,89 114.974

13 119093 | DINAS PERKEBUNAN KAB MUSI RAWAS

5.050.778 4.651.448 4.607.859 91,23 99,06 399.330

14 119095 | DINAS PERKEBUNAN KAB. OGAN KOMERING ILIR

7.602.314 6.045.652 5.912.414 77,77 97,80 1.556.662

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 19

Page 24: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

15 139085 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SANGGAU

2.232.186 2.025.064 2.025.034 90,72 100,00 207.122

16 139087 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. SINTANG

1.159.560 1.126.030 1.098.681 94,75 97,57 33.530

17 139090 | DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KAB. KAPUAS HULU

1.314.542 1.314.542 1.201.808 91,42 91,42 0

18 139092 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BENGKAYANG

948.000 800.000 791.975 83,54 99,00 148.000

19 149081 | DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

1.769.135 1.732.760 1.718.333 97,13 99,17 36.375

20 150527 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. HULU SUNGAI TENGAH

3.115.154 3.115.154 3.096.761 99,41 99,41 0

21 150861 | DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOTABARU

852.837 847.175 842.415 98,78 99,44 5.662

22 159084 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TABALONG

1.532.200 1.532.200 1.467.042 95,75 95,75 0

23 179075 | DINAS PERKEBUNAN KAB. MINAHASA SELATAN

2.727.848 2.727.848 2.717.125 99,61 99,61 0

24 189096 | DINAS PERKEBUNAN KAB. TOLI-TOLI

5.849.000 5.480.000 5.378.750 91,96 98,15 369.000

25 189104 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MOROWALI

21.721.990 21.304.271 20.905.902 96,24 98,13 417.719

26 189112 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB SIGI

9.145.171 9.145.171 9.139.511 99,94 99,94 0,185

27 189113 | DINAS PERTANIAN. KEHUTANAN DAN KELAUTAN KOTA PALU

3.002.931 3.002.931 2.953.928 98,37 98,37 0

28 191504 | DINAS PERTANIAN KABUPATEN TAKALAR

3.923.025 3.731.775 3.725.324 94,96 99,83 191.250

29 199470 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. BULUKUMBA

7.605.350 7.305.350 6.813.297 89,59 93,26 300.000

30 199549 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB.SOPPENG

4.812.436 4.544.082 4.527.080 94,07 99,63 268.354

31 199563 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LUWU UTARA

11.752.480 652.480 577.100 4,91 88,45 11.100.000

32 209053 | DINAS PERTANIAN KAB KONAWE

11.617.567 11.617.567 11.614.360 99,97 99,97 0

33 209079 | DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN KOLAKA

11.593.868 11.593.868 11.367.480 98,05 98,05 0

34 209223 | DINAS PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN KONAWE SELATAN

4.379.905 4.379.905 4.252.895 97,10 97,10 0

35 249047 | DINAS PERTANIAN. PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN SIKKA

3.549.180 3.549.180 3.515.130 99,04 99,04 0

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 20

Page 25: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

36 249106 | DINAS PERKEBUNAN KABUPATEN ALOR

8.684.222 8.684.222 8.016.533 92,31 92,31 0

37 289044 | DINAS PERTANIAN KAB. HALMAHERA UTARA

1.163.181 1.163.181 1.154.381 99,24 99,24 0

38 289056 | DINAS PERTANIAN KABUPATEN HALMAHERA BARAT

3.239.031 3.084.101 3.075.171 94,94 99,71 154.930

39 289181 | DINAS PERKEBUNAN KAB. HALMAHERA TENGAH

3.000.430 3.000.430 2.978.530 99,27 99,27 0

40 299045 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PANDEGLANG

1.345.020 1.314.570 1.263.532 93,94 96,12 30.450

41 299352 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. LEBAK

2.561.472 2.232.672 2.228.146 86,99 99,80 328.800

42 319067 | DINAS PERTANIAN. PERKEBUNAN DAN KETAHANAN PANGAN KAB. POHUWATO

6.621.825 6.355.840 6.265.227 94,61 98,57 265.985

43 340176 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN MAJENE

19.755.863 19.533.573 19.460.887 98,51 99,63 222.290

44 340217 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB MAMUJU

33.179.890 33.179.890 33.092.103 99,74 99,74 0

45 340443 | DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN POLEWALI MANDAR

32.265.790 32.265.790 32.265.419 100,00 100,00 0

46 340510 | DINAS PERTANIAN. PERKEBUNAN DAN HORTIKULTURA KAB MAMASA

5.272.512 5.270.918 5.270.909 99,97 100,00 1.594

JUMLAH 291.305.556 264.766.031 260.250.643 89,34 98,29 26.539.525

Sumber : Spannint DJA Kemenkeu

Pelaksanaan pembangunan perkebunan di kabupaten/kota berlangsung lebih baik dibanding di tingkat provinsi, hal ini ditandai dengan adanya beberapa satker yang mencapai serapan 100%, bahkan satker dengan anggran diatas 30 milyar rupiah bisa mencapai serapan 99-100%, teristimewa lagi satker-satker tersebut berada dalam satu provinsi yaitu Sulawesi Barat.

3.3.3. Satker Pusat dan UPT Pusat

Tabel 11. Realisasi Anggaran Satker Pusat dan UPT Pusat

No Satker Pagu

(Rp000)

Pagu Pasca Blokir

(Rp000)

Realisasi

Blokir (Rp000) Rp000

% Pagu Awal

% Pasca Blokir

1 238830 | DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

118.071.072 105.499.674 97.987.261 82,99 92,88 12.571.398

2 567338 | BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) SURABAYA

26.290.336 26.117.524 24.458.473 93,03 93,65 172.812

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 21

Page 26: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

3 567408 | BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN

31.791.286 30.379.464 28.478.659 89,58 93,74 1.411.822

4 567521 | BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

14.537.045 14.354.145 12.702.614 87,38 88,49 182.900

5 567717 | BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) AMBON

23.319.311 22.519.311 21.870.769 93,79 97,12 800.000

Jumlah 214.009.050 198.870.118 185.497.776 86,68 93,28 15.138.932

Sumber : Spannint DJA Kemenkeu

Sama seperti ditingkat Provinsi, satker BPTP Pontianak dengan anggaran terendah juga sebagai penyerap anggaran terendah. Tingkat penyerapan tertinggi diraih oleh BPPTP Ambon, namun secara rata-rata tingkat penyerapan Pusat dan UPT menjadi paling terendah dibanding satker provinsi dan kabupaten.

3.4. Realisasi Anggaran Berdasarkan Output Komoditas

Pengembangan kakao dalam APBN 2016 memperoleh porsi terbesar, kebijakan ini diambil sebagai upaya pengembangan komoditas potensial ekspor, selain itu luasnya areal tanaman kakao rakyat yang sudah tua dan rusak dengan produktivitas yang rendah. Sasaran utama pengembangan kakao diarahkan sesuai kawasan dan sentra kakao. Sedang komoditas lain dilihat kemudahan potensi pengembangannya sesuai kemapuan APBN Perkebunan, sebagai berikut.

3.4.1. Pengembangan Tanaman Kakao

Pengembangan kakao dalam APBN 2016 memperoleh porsi terbesar, kebijakan ini diambil sebagai upaya pengembangan komoditas potensial ekspor, selain itu luasnya areal tanaman kakao rakyat yang sudah tua dan rusak dengan produktivitas yang rendah. Sasaran utama pengembangan kakao diarahkan sesuai kawasan dan sentra kakao. Hasil akhir pelaksanaan penhgembangan kakao, sebagai berikut.

Tabel 12. Realisasi Pelaksanaan Komoditas Kakao

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Intensifikasi Tanaman Kakao 236.260.806 62.945 Ha 233.331.061 98,76 62.945 Ha 100,00

2 Peremajaan Tanaman Kakao 62.079.171 7.350 Ha 61.107.925 98,44 7.350 Ha 100,00

3 Perluasan Tanaman Kakao 1.933.938 1.520 Ha 753.937 38,98 1.420 Ha 93,42

4 Pembanguan KI dan Entres 1.359.267 43 Ha 1.299.828 95,63 43 Ha 100,00

5 Kegiatan Pendukung Lainnya 41.441.608 40.328.942 97,32

a Pengawalan dan pendampingan tan. Kakao

13.421.920 101 Pkt 12.955.727 96,53 101 Pkt 100,00

b TKP dan PL-TKP 10.084.490 500 Org 9.936.390 98,53 500 Org 100,00

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 22

Page 27: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Penaggungjawab pelaksanaan kegiatan kakao

584.840 1.557 565.937 96,77 1.507 OB 96,79

C Pengembangan desa kakao 787.514 1 Keg 785.174 99,70 1 Keg 100,00

D Integrasi tanaman kakao-ternak

3.992.470 8 KT 3.987.572 99,88 8 KT 100,00

E Pengawalan dan pendampingan integrasi tanaman kakao-ternak

307.910 4 Keg 276.921 89,94 4 Keg 100,00

F Operasional Substantion 1.283.032 4 Keg 1.178.374 91,84 4 Keg 100,00

G Pelatihan penumbuhan kebersamaan petani kakao

1.332.304 1.464 Org 1.287.785 96,66 1.464 Org 100,00

H Pelatihan penguatan kelembagaan petani kakao

399.555 90 Org 388.447 97,22 90 Org 100,00

I Pelatihan penguatan kelembagaan lanjutan petani kakao

9.044.273 1.410 Org 8.763.342 96,89 1.410 Org 100,00

J Pengawalan dan pendampingan kelembagaan petani

44.200 1 Keg 44.173 99,94 1 Keg 100,00

K Peningkatan mutu kakao 159.100 1 Keg 159.100 100,00 1 Keg 100,00

6 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan Kopi, Teh, Kakao di Pusat

387.760.691 55 Keg 375.197.624 96,76 55 Keg 100,00

730.835.481 712.019.317 97,43

Sumber : Data Lakin 2016

Dari target pengembangan kakako untuk intensifikasi dan peremajaan seluas 70 ribu hektar lebih terealisasi 100%, sedangkan perluasan hanya tercapai 93,42% hal ini terkendala ketersediaan benih. Pembangunan kebun induk dan entres tercapai 100% demikian juga kegiatan dukungan pengembangan kakao hampir seluruhnya tercapai 100%.

3.4.2. Pengembangan Tanaman Teh Kegiatan Pengembangan teh dilaksanakan di 4 provinsi yaitu dan 6 kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi the seluas 2.245 ha, rehabilitasi tanaman teh seluas 650 ha dan kegiatan dukungan lainnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman teh pada tahun 2016 tersebut seperti dalam tabel 13.

Tabel 13. Realisasi Pengembangan Teh

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Intensifikasi Tanaman Teh 3.792.800 2.245 Ha 2.545.527 67,11 2.245 Ha 100,00

2 Rehabilitasi Tanaman Teh 10.227.761 650 Ha 7.426.500 72,61 650 Ha 100,00

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.908.632 1.541.751 80,78

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 23

Page 28: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Pengawalan dan pendampingan tananan teh

1.482.632 15 Pkt 1.184.540 79,89 15 Pkt 100,00

Operasional Pendamping Teh

426.000 2 OB 357.211 83,85 2 OB 100,00

TOTAL 15.929.193 11.513.778 72,28

Sumber : Data Lakin 2016

Meskipun penyerapan anggarn rendah namun target luasan areal pengembangan dapat tercapai 100% baik untuk kegiatan inetensifikasi maupun rehablitasi. Wilayah pengembangan kawasan teh berada di Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

3.4.3. Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit

Pengembangan kelapa sawit terutama diarahkan untuk kegiatan perluasan areal tanam dengan luas sasaran 820 hektar. Selain diarahkan untuk fisik juga anggaran digunakan untuk membiayaai petugas pendamping. Berikut anggaran kelapa sawit dan dukungan lainnya.

Tabel 14. Realisasi Pengembangan Kelapa Sawit

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Perluasan Tanaman Kelapa Sawit

11.912.956 820 Ha 11.707.751 98,28 820 Ha 100,00

2 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

10.729.252 8.980.159 83,70

a Operasinal TKP dan PL-TKP untuk K. sawit, Kakao dan Karet

7.631.560 343 Ha 6.675.255 87,47 343 Ha 100,00

b Pembinaan dan Pengawalan program revitalisasi perkebunan (K. sawit, Kakao dan Karet)

1.407.660 75 Keg 1.146.818 81,47 75 Keg 100,00

c Penilaian Kebun Revitalisasi Perkebunan

955.727 13 Keg 538.837 56,38 10 Keg 76,92

d Pengawalan Perluasan Kelapa Sawit

526.305 7 Keg 412.247 78,33 7 Keg 100,00

e Pengembangan Kelembagaan dan Usaha Petani Kelapa Sawit

208.000 175 Org 207.000 99,52 175 Pkt 100,00

f Fasilitasi Pertemuan dan Koordinasi Penetapan Harga TBS

523.100 14 Keg 512.677 98,01 14 Keg 100,00

3 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan di Pusat

925.965 5 Keg 925.965 100,00 5 keg 100,00

TOTAL 23.568.173 21.613.875 91,71

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 24

Page 29: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Sasaran perluasan di 3 provinsi tercapai seluruhnya, demikian juga untuk kegiatan dukungan lainnya tercapai 100%.

3.4.4. Pengembangan Tanaman Sagu

Kegiatan Pengembangan tanaman sagu dilaksanakan di 3 provinsi dan 12 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan tanaman sagu seluas 300 ha, penataan tanaman sagu seluas 1.410 ha, pembangunan kebun sumber benih sagu dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 15. Realisasi Pengembangan Sagu

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Perluasan Tanaman Sagu 2.892.000 300 Ha 2.729.337 94,38 300 Ha 100,00

2 Penataan Tanaman Sagu 6.856.448 1.410 Ha 6.851.608 99,93 1.410 Ha 100,00

3 Pembangunan Kebun Suber Benih sagu

237.140 5 Ha 206.366 87,02 5 Ha 100,00

4 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.989.250 1.915.512 96,29

Pengawalan perluasan tanaman sagu

141.500 2 Keg 135.350 95,65 2 Keg 100,00

Pengawalan penataan varietas sagu

788.450 12 Keg 720.862 91,43 12 Keg 100,00

Pelatihaan penumbuhan kebersamaan petani tebu

1.059.300 900 Org 1.059.300 100,00 900 Keg 100,00

TOTAL 11.974.838 11.702.823 97,73

Kegiatan pokok pengembangan sagu untuk penataan varietas 1.410 hektar dan perluasan areal 300 hektar seluruhnya terlaksana 100%. Pengembangan sumber benih melalui pembangunan kebun sumber benih 5 hektar terlaksana seluruhnya.

3.4.5. Pengembangan Tanaman Karet

Kegiatan Pengembangan tanaman karet dilaksanakan di 10 provinsi dan 18 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu peremajaan tanaman karet seluas 3.469 ha, perluasan tanaman karet seluas 450 ha, pembangunan sumber benih karet seluas 24 ha dan kegiatan pendukung lainnya.

Tabel 16. Realisasi Pengembangan Karet

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Peremajaan Tanaman Karet 25.939.090 3.469 Ha 25.286.409 97,48 3.469 Ha 100,00

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 25

Page 30: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

2 Perluasan Tanaman Karet 5.822.000 450 Ha 5.793.862 99,52 450 Ha 100,00

3 Pembangunan Sumber Benih Karet

3.598.187 24 Ha 3.008.056 83,60 21 Ha 87,50

4 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

3.357.074 3.011.417 89,70

Persiapan peremajaan dan perluasan karet

451.880 2 Paket

415.999 92,06 2 Paket

100,00

Pengawalan peremaajaan dan perluasan karet

1.789.304 2 Keg 1.541.639 86,16 2 Keg 100,00

Fasilitasi teknis pengembangan tanaman

233.000 180 Org 233.000 100,00 180 Paket

100,00

Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan

882.890 830 Org 820.779 92,97 830 Keg 100,00

5 Fasilitasi, pembinaan dan pengawalan kegiatan (Karet, Kelapa dll) di Pusat

799.716 3 Keg 776.655 97,12 3 keg 100,00

TOTAL 39.516.067 37.876.399 95,85

Target perluasan dan peremajaan seluas 3.991 hektar bisa tercapai 100%, hanya pembangunan sumber benih hanya tercapai 87,50% atau 21 hektar dari target 24 hektar, kegiatan dukungan lainnya tercapai 100%. 3.4.6. Pengembangan Tanaman Kelapa Kegiatan Pengembangan tanaman karet dilaksanakan di 15 provinsi dan 61 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu peremajaan tanaman kelapa seluas 9.630 ha, perluasan tanaman kelapa seluas 3.750 ha, pembangunan kebun benih kelapa seluas 232 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 17. Realisasi Pengembangan Kelapa

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Peremajaan Tanaman Kelapa 34.468.876 9.630 Ha 32.259.864 93,59 9.630 Ha 100,00

2 Perluasan Tanaman Kelapa 13.321.302 3.750 Ha 12.759.484 95,78 3.750 Ha 100,00

3 Pembangunan Kebun Sumber Benih Kelapa

3.028.246 232 Ha 2.514.574 83,04 232 Ha 100,00

4 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

7.931.502 7.265.107 91,60

A Pengawalan peremajaan tanaman karet

3.426.225 61 Keg 2.902.245 84,71 61 Keg 100,00

B Pelatihan penumbuhan keberhasilan kebersamaan petani kelapa

581.090 626 Org 562.042 96,72 626 Org 100,00

c Pembinaan dan pengawalan pemberdayaan kelembagaan

188.500 4 Keg 152.813 81,07 4 Keg 100,00

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 26

Page 31: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

petani kelapa

D Pengawalan perluasan kelapa

3.735.687 24 Keg 3.648.007 97,65 24 Keg 100,00

TOTAL 58.749.926 54.799.029 93,28

Target pengembangan kelapa yang diarahkan untuk peremajaan 9.630 hektar dan perluasan 3.750 hektar tercapai seluruhnya termasuk pembangunan sumber benih. Kegiatan dukungan juga terlaksna 100% meskipun anggaran tidak terserap seluruhnya.

3.4.7. Pengembangan Tanaman Kopi

Kegiatan Pengembangan tanaman karet dilaksanakan di 4 provinsi dan 6 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi kopi arabika seluas 4.650 ha dan intensifikasi tanaman kopi robusta seluas 2.300 ha, perluasan Tanaman kopi seluas 80 ha, pembangunan kebun induk kopi dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 18. Realisasi Pengembangan Tanaman Kopi

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Intensifikasi Tanaman Kopi arabika

9.323.424 4.650 Ha 9.290.374 99,65 4.650 Ha 100,00

2 Intensifikasi Tanaman Kopi robusta

10.868.119 2.300 Ha 10.837.231 99,72 2.300 Ha 100,00

3 Perluasan Tanaman Kopi 820.000 100 Ha 615.623 75,08 80 Ha 80,00

4 Peembangunan Kebun Induk Kopi

542.605 21 Ha 502.897 92,68 19 Ha 90,48

5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

9.096.878 6.958.601 76,49

A Pengawalan dan pendampingan tananan kopi

3.113.106 36 Paket

2.642.615 84,89 36 Paket

100,00

B Penaggungjawab pelaksanaan kegiatan kopi

181.800 504 173.100 95,21 504 OB 100,00

C Pelatihan penumbuhan kebersamaan petani kopi

3.677.050 3.155 Org 2.533.480 68,90 3.155 Org 100,00

D Pelatihan penguatan kelembagaan petani kopi

1.853.500 360 Org 1.403.050 75,70 360 Org 100,00

E IG Tanaman kopi 271.422 5 Org 206.356 76,03 5 Org 100,00

TOTAL 30.651.026 28.204.726 92,02

Realisasi sasaran pengembangan kopi untuk intensifikasi baik robusta maupun arabika tercapai 100%, sedang untuk perluasan dari 100 hektar hanya tercapai 80 hektar dan pembangunan sumber benih 90 %. Dungan kegiatan kopi seluruhnya tercapai 100%.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 27

Page 32: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

3.4.8. Realisasi Pengembangan Tanaman Jambu Mete

Kegiatan Pengembangan tanaman karet dilaksanakan di 3 provinsi dan 14 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu perluasan tanaman jambu mete seluas 2.325 ha, pembangunan kebun benih jambu mete seluas 26 ha dan kegiatan pendukung lainnya.

Tabel 19. Realisasi Pengembangan Tanaman Jambu Mete

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Perluasan Tanaman Jambu Mete

13.537.495 2.325 Ha 13.214.591 97,61 2.325 Ha 100,00

2 Pembangunan Kebun Sumber Benih Jambu Mete

677.746 26 Ha 498.818 73,60 26 Ha 100,00

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

953.128 14 Keg 890.443 93,42

Pengawalan perluasan tanaman jambu mete

953.128 14 Keg 890.443 93,42 14 Keg 100,00

TOTAL/RATA-RATA 15.168.369 14.603.852 96,28

Pencapaian sasaran perlasan 2,235 hektar tercapai seluruhnya termasuk pembangunan kebun induk 26 hektar.

3.4.9. Realisasi Kegiatan Pengembangan tanaman kapas

Pengembangan kapas dilaksanakan di 4 provinsi dan 20 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman tanaman kapas seluas 450 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 20. Realisasi Kegiatan Pengembangan tanaman kapas

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Penanaman Kapas 968.400 450 Ha 949.518 98,05 450 Ha 100,00

2 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

3.421.277 3.132.652 91,56

A Pemberdayaan petani kapas 225.760 340 Org 221.350 98,05 340 Ha 100,00

B Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

437.697 20 Keg 375.327 85,75 20 Org 100,00

C TKP dan PLP-TKP Kapas 2.757.820 89 Keg 2.535.975 91,96 89 Keg 100,00

TOTAL/RATA-RATA 4.389.677 4.082.170 92,99

Anggaran pengembangan kapas lebih dititik beratkan untuk mempertahankan petugas pendamping katrena satsaran pokok kegiatan hanya dialokasikan untuk 450 jektar dengan anngaran kurang dari 1 milyar.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 28

Page 33: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

3.4.10. Realisasi Pengembangan Tanaman Nilam

Kegiatan Pengembangan tanaman nilam dilaksanakan di 9 provinsi dan 22 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman nilam seluas 25 ha, pembangunan kebun benih sebar nilam seluas 20 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 21. Realisasi Pengembangan Tanaman Nilam

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Penanaman Nilam 583.640 25 Ha 569.890 97,64 25 Ha 100,00

2 Pembangunan Kebun Benih Sebar Nilam

1.675.126 22 Ha 1.401.962 83,69 20 Ha 90,91

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

598.609 538.427 89,95

Pemberdayaan Petani Nilam 304.480 480 Org 303.032 99,52 450 Ha 93,75

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

294.129 16 Keg 235.395 80,03 15 Org 93,75

TOTAL/RATA-RATA 2.857.375 2.510.279 87,85

Pembangunan sumber benih seluas 22 hektar hanya terlaksana 91% sedang penanaman nilam tercapai 100% dari target. Pemberdayaan dan dukungan lainnya kurang dari 94%.

3.4.11. Realisasi Pengembangan Tanaman Tembakau

Kegiatan Pengembangan tanaman tembakau dilaksanakan di 8 provinsi dan 16 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu penanaman tembakau seluas 195 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 22. Realisasi Pengembangan Tanaman Tembakau

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Penanaman Tembakau 1.103.490 195 Ha 1.005.308 91,10 195 Ha 100,00

2 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

397.009 261.290 65,81

Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan

46.410 100 Org 43.699 94,16 100 Org 100,00

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan

350.599 11 Keg 217.591 62,06 11 Keg 100,00

TOTAL/RATA-RATA 1.500.499 1.266.598 84,41

Penanamn tembakau di Bondowoso seluas 195 hektar terlaksana seluruhnya serta dukungan kegiatan tercapai semuanya.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 29

Page 34: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

3.4.12. Pengembangan Tanaman Lada

Kegiatan Pengembangan tanaman lada dilaksanakan di 4 provinsi dan 13 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi tanaman lada seluas 1.845 ha, pembangunan kebun induk tanaman lada seluas 11 ha dan kegiatan pendukung lainnya.

Tabel 23. Realisasi Pengembangan Tanaman Lada

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Intensifikasi Tanaman Lada 2.974.405 1.850 Ha 2.855.675 96,01 1.845 Ha 99,73

2 Pembangunan Kebun Induk Lada

735.167 14 697.936 94,94 13 Ha 92,86

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.034.900 940.976 90,92

Perencanaan 46.400 1 Paket

21.000 45,26 1 Paket

100,00

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada

988.500 13 Keg 919.976 93,07 13 Keg 100,00

TOTAL/RATA-RATA 4.744.472 4.494.587 94,73

Lada yang dikembangkan di 4 provinsi seluas 1.850 hektar sampai akhit tahun dapat terlaksana 1.845 hektar hanya 5 hektar yang tidak terlaksana, pembangunan kebun induk 92% untuk kegiatan dukungan lainnya terlaksana 100%.

3.4.13. Realisasi Pengembangan Tamanan Pala

Kegiatan Pengembangan tanaman pada dilaksanakan di 5 provinsi dan 12 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu intensifikasi tanaman pala seluas 1.170 ha, rehabilitasi tanaman pala seluas 200 ha, perluasan tanaman pala di lahan kering seluas 700 ha, Pemeliharaan kebun induk pala seluas 6 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 24. Realisasi Pengembangan Tamanan Pala

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Intensifikasi Tanaman Pala 5.815.018 1.220 Ha 5.461.196 93,92 1.170 Ha 95,90

2 Rehabilitasi Tanaman Pala 1.281.000 200 Ha 1.281.000 100,00 200 Ha 100,00

3 Perluasan Pala di Lahan Kering

2.870.000 700 Ha 2.849.000 99,27 700 Ha 100,00

4 Pemeliharaan Kebun Induk Pala

44.720 6 Ha 41.720 93,29 6 Ha 100,00

5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.221.548 871.570 71,35

Penilaian BlokPenghasil 48.500 1 Pake 48.000 98,97 1 Pake 100,00

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 30

Page 35: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Tinggi Pala t t

Indikasi Geografis Tanaman Pala

225.000 2 Paket

225.000 100,00 2 Paket

100,00

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada

948.048 12 Keg 646.570 68,20 12 Keg 100,00

TOTAL/RATA-RATA 11.232.286 10.504.486 93,52

Target sasaran intensifikasi pala belum dapagt tercapai seluruhnya karena sebanyak 10 hektar calon lahan sasaran tidak sesuai untuk kegiatan tersebut. Untu kegiatan lainnya seperti rehabilitasi, perluasan dan pemeliharaan kebun sumber benih dapat terelaisasi seluruhnya termasuk dukungan kegiatan. 3.4.14. Pengembangan Tanaman Cengkeh Kegiatan Pengembangan tanaman cengkeh dilaksanakan di 6 provinsi dan 16 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu rehabilitasi tanaman cengkeh seluas 1.665 ha, perluasan tanaman cengkeh dilahan kering seluas 200 ha, intensifikasi tanaman cengkeh seluas 1.000 ha, pemeliharaan kebun induk cengkeh seluas 8 ha dan kegiatan pendukung lainnya. Tabel 25. Realisasi Pengembangan Tanaman Cengkeh

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Rehabilitasi Tan. Cengkeh 3.334.607 1.665 Ha 2.272.544 68,15 1.665 Ha 100,00

2 Perluasan Cengkeh di Lahan Kering

601.000 200 Ha 538.792 89,65 200 Ha 100,00

3 Intensifikasi Cengkeh 5.078.000 1.000 Ha 5.043.421 99,32 1.000 Ha 100,00

4 Pemeliharaan Kebun Induk Cengkeh

88.830 8 Ha 82.765 8 Ha 100,00

5 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

1.501.006 1.055.234 70,30

Penilaian Blok Penghasil Tinggi Cengkeh

80.220 3 Paket

77.260 96,31 3 Paket

100,00

Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengembangan lada

1.420.786 16 Keg 977.974 68,83 16 Keg 100,00

TOTAL/RATA-RATA 10.603.443 8.992.756 84,81

Pencapaian target sasaran rehabilitasi cengkeh, perluasan di lahan kering, intensifikasi, pemeliharaan kebun induk dan dukungan lainnya selesai seluruhnya.

3.4.15. Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan Kegiatan Pengembangan tanaman kemiri sunan dilaksanakan di 15 provinsi dan 61 Kabupaten. Kegiatan yang dilakukan yaitu pengembangan tanaman kemiri sunan seluas

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 31

Page 36: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

15 ha, pemeliharaan kebun induk kemiri sunan seluas 5 ha dan kegiatan pendukung lainnya.

Tabel 26. Realisasi Pengembangan Kemiri Sunan

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

KEUANGAN Rp.(000)

FISIK KEUANGAN Rp.(000)

(%) FISIK

VOL SAT VOL SAT %

1 Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan

833.720 150 Ha 768.009 92,12 150 Ha 100,00

2 Pemeliharaan Kebun Sumber Benih Cengkwh

40.217 5 Ha 40.217 100,00 5 Ha 100,00

3 Kegiatan Pendukung Lainnya (Satuan)

12.700 1 Paket

12.690 99,92 1 Paket

100,00

Pengawalan pengembangan tanaman keniri sunan

12.700 1 Paket

12.690 99,92 1 Paket

100,00

TOTAL/RATA-RATA 886.637 820.916 92,59

Target sasaran pengembangan tanaman kemiri sunan seluas 150 hektar tercapai semua, demikian juga untuk kegiatan pemeliharaan kebun sumber benih dan dukungan kegiatan selesai seluruhnya.

3.5. Realisasi Anggaran Per Output Output menunjukkan kegiatan yang berada ditingkat Eselon III dan merupakan representasi kinerja penanggung jawab sub kegiatan. Tabel 27. Realisasi Anggaran Per Output

OUTPUT PAGU HARIAN

PAGU SETELAH SELF BLOCKING

REALISASI SP2D TARGET FISIK REALISASI FISIK

(Rp000) (Rp000) (Rp000) (%) VOLUME SAT VOLUME SAT

1775.001 Pengembangan Tanaman Rempah

360.470 305.470 305.470 100,00 12 Bulan 12 Bulan 100

1775.002 Pengembangan Tanaman Penyegar

62.796.900 53.035.584 50.269.697 94,78 11.200 Hektar 11.200 Hektar 100

1775.003 Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan

85.610 79.730 79.730 100,00 1 Hektar 1 Hektar 100

1775.004 Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Rempah dan Penyegar

764.178 764.178 759.136 99,34 12 Bulan 12 Bulan 100

1775.994 Layanan Perkantoran

87.974 87.974 81.095 92,18 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 32

Page 37: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

1776.001 Pengembangan Tanaman Semusim

308.288 308.073 307.532 99,82 1 Hektar 1 Hektar 100

1776.003 Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Semusim

475.139 475.139 474.693 99,91 12 Bulan 12 Bulan 100

1776.994 Layanan Perkantoran

23.745 23.745 23.708 99,84 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

1777.001 Pengembangan Tanaman Tahunan

89.744.767 86.875.375 83.963.590 96,65 12.460 Hektar 12.460 Hektar 100

1777.002 Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan

52.135 52.135 52.131 99,99 11 Hektar 11 Hektar 100

1777.003 Fasilitasi Teknis Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar

15.196.861 13.767.928 13.083.677 95,03 12 Bulan 12 Bulan 100

1777.004 Pengembangan Tanaman Penyegar

369.178.241 332.296.716 326.578.121 98,28 66.691 Hektar 66.691 Hektar 100

1777.005 Perluasan Tanaman Tahunan dan Penyegar di Lahan Kering

68.918.787 68.090.812 63.896.603 93,84 7.966 Hektar 7.966 Hektar 100

1777.994 Layanan Perkantoran

957.900 827.290 821.104 99,25 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

1778.001 Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

1.024.034 1.023.448 1.023.434 100,00 5 Kelompok Tani

5 Kelompok Tani

100

1778.002 Fasilitasi Teknis Penanganan dan Gangguan Usaha

729.958 729.258 684.145 93,81 1 Bulan 1 Bulan 100

1778.994 Layanan Perkantoran

60.785 60.785 60.783 100,00 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

1779.001 Penanganan OPT Tanaman Perkebunan

22.170.195 20.141.893 19.755.713 98,08 7.409 Hektar 7.409 Hektar 100

1779.002 Penanganan Dampak Perubahan Iklim dan Pencegahan Kebakaran Lahan/Kebun

7.910.653 7.293.442 6.940.108 95,16 10 KT 10 KT 100

1779.003 Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan

36.905.700 34.350.023 33.415.233 97,28 57 Desa 57 Desa 100

1779.005 SL-PHT Perkebunan

9.103.634 9.067.097 8.846.425 97,57 43 KT 43 KT 100

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 33

Page 38: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

1779.006 Fasilitasi Teknis Dukungan Perlindungan Perkebunan

30.953.516 29.321.803 28.393.870 96,84 12 Bulan 12 Bulan 100

1779.007 Penanganan Gangguan dan Konflik Usaha Perkebunan

1.786.670 1.568.835 1.455.339 92,77 1 Kasus 1 Kasus 100

1779.994 Layanan Perkantoran

1.401.058 1.162.958 1.120.734 96,37 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

1780.001 Pelayanan dan Pembinaan Umum

17.237.814 13.851.824 12.326.187 88,99 3 dokumen

3 Dokumen

100

1780.002 Pelayanan dan Pembinaan Perencanaan

6.135.368 5.289.769 5.048.428 95,44 3 Dokumen

3 Dokumen

100

1780.003 Pelayanan dan Pembinaan Keuangan dan Perlengkapan

9.895.057 9.134.056 8.474.849 92,78 3 Dokumen

3 Dokumen

100

1780.004 Pelayanan dan Pembinaan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi

4.704.412 4.122.440

3.777.463 91,63 3 Dokumen

3 Dokumen

100

1780.005 Pelayanan dan Pembinaan Manajemen dan Teknis Lainnya

68.492.040 63.670.013 60.361.752 94,80 141 Dokumen

141 Dokumen

100

1780.994 Layanan Perkantoran

43.056.349 41.591.349 38.599.334 92,81 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

1780.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

2.281.900 2.114.395 2.037.322 96,35 13 Unit 13 Unit 100

1781.001 Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan

3.685.012 3.604.212 3.050.508 84,64 147.736.350 Btg 90.486.149 Btg 61,25

1781.002 Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan

6.963.495 6.869.195 6.238.699 90,82 72 Paket 72 Paket 100

1781.003 Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

10.828.520 10.759.660 9.042.288 84,04 12 Bulan 12 Bulan 100

1781.994 Layanan Perkantoran

54.410.579 52.234.805 49.990.371 95,70 12 Bulan Lay

12 Bulan Lay

100

1781.995 Kendaraan Bermotor

510.000 492.000 490.675 99,73 2 Unit 2 Unit 100

1781.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

440.560 440.560 406.434 92,25 39 Unit 39 Unit 100

1781.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

7.268.562 7.236.762 6.821.081 94,26 269 Unit 269 Unit 100

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 34

Page 39: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

1781.998 Gedung/Bangunan

3.073.200 3.071.200 3.045.978 99,18 785 M2 785 M2 100

5888.001 Pengembangan Tanaman Semusim

63.266.027 53.128.222 51.630.550 97,18 7.369 Hektar 7.321 Hektar 99,35

5888.002 Pengembangan Tanaman Rempah

22.308.064 21.291.843 20.857.126 97,96 5.035 Hektar 5.035 Hektar 100

5888.003 Perluasan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering

18.398.248 11.834.728 11.753.917 99,32 2.204 Hektar 2.204 Hektar 100

5888.004 Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah

15.056.509 13.539.473 12.692.217 93,74 12 Bulan 12 Bulan 100

5888.994 Layanan Perkantoran

351.630 225.510 211.652 93,85 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

5889.001 Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

50.287.723 45.507.969 43.797.290 96,24 59 KT 59 KT 100

5889.002 Fasilitasi Teknis Dukungan Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

31.399.855 26.699.575 23.851.121 89,33 12 Bulan 12 Bulan 100

5889.994 Layanan Perkantoran

556.964 554.964 505.084 91,01 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

5890.001 Penyediaan Benih Unggul Tanaman Perkebunan

26.446.478 23.735.908 22.131.445 93,24 569 Hektar 473 Hektar 83,13

5890.002 Fasilitasi Teknis Penyediaan Benih Tanaman Perkebunan

3.605.285 2.704.226 2.535.764 93,77 12 Bulan 12 Bulan 100

5890.994 Layanan Perkantoran

761.434 703.934 626.674 89,02 12 Bulan Layan

12 Bulan Layan

100

1.192.418.283 1.086.118.283 1.042.696.282 96,00

Secara umum ada keberhasilan pelaksanaan kegiatan meskipun ada beberapa yang tidak dapat terlaksana seluruhnya seperti Penyediaan Benih Ungul Tanaman Perkebunan (5890.001) dari target 569 hektar hanya terealisasi 83,13% dan 1781.001 Pengawasan dan Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan dari target 147.736.350 batang hanya terealisasi 61,25%.

3.6. Integrasi Tanaman Perkebunan dengan Jagung

Latar belakang percepatan pelaksanaan kegiatan integrasi jagung di lahan perkebunan tahun 2017 adalah Penetapan target penanaman jagung di lahan perkebunan seluas 1

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 35

Page 40: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

juta ha yang telah disepakati oleh seluruh provinsi; Telah diterbitkan Pedoman Umum Kegiatan Jagung Tahun 2017, dan direvisi menjadi Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Jagung Tahun 2017 edisi revisi 1, pada tanggal 15 Maret 2017; Edaran Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran melalui Surat nomor : 227/KU.100/C/03/2017 tanggal 13 Maret 2017 hal Pelaksanaan Proses Pengadaan Benih Jagung TA 2017, yang berisi penundaan proses pengadaan benih jagung hibrida umum; Edaran Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran melalui Surat nomor : 274/KU.100/C/03/2017 dan nomor : 276/KU.100/C/03/2017 tanggal 20 Maret 2017 hal Harga Referensi Tertinggi Benih pzJagung Hibrida Umum untuk Bantuan Pemerintah Tahun 2017; urat Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar nomor : 594/RC.120/E4.4/03/2017 tanggal 20 Maret 2017 hal Percepatan Kegiatan Integrasi Jagung di Lahan Perkebunan Tahun 2017;Target nasional LJBun tahun 2017 s.d. Maret 2017 sebesar 350 ribu ha (35%), terealisasi sampai dengan 31 Maret 2017 sebesar 157.249 ha (15,72%); dan Musim tanam periode I (Januari-April) kurang dari 30 hari, sehingga perlu percepatan realisasi tanam karena penanaman jagung di lahan perkebunan bergantung musim hujan (lahan kering).

3.7. Responsif Gender/Pengarus Utamaan Gender (PUG)

Kegiatan perencanaan dan penganggaran responsif gender mengacu kepada ketentuan yang berlaku, diantaranya Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan tersebut seperti keharusan menyusun anggaran yang responsif gender dilengkapi dengan (Gender Analysis Pathway (GAP), Term of Reference (TOR), Gender Budget Statement (GBS). Pada folder ini disajikan perencanaan kegiatan responsif gender mencakup sembilan kegiatan pilot proyek responsif gender yaitu: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, prasarana dan sarana pertanian, penyuluhan dan pengemnagan SDM pertanin, ketahanan pangan maupun penelitian dan pengembangan.

Latar Belakang GENDER adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan pada relasi sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat. Issue Gender yang berkembang adalah seringkali pengakuan, penghargaan, serta kesetaraan kesempatan (akses) dan hak-hak memutuskan (kontrol) antara laki-laki dan perempuan menyebabkan berbedanya tingkat partisipasi dan manfaat yang diperoleh oleh laki-laki dan perempuan Upaya mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan di Indonesia telah dilakukan lebih dari satu dasarwarsa. Terbitnya INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional menjadi satu titik tolak kebijakan ke arah pembangunan yang responsif gender. Kebijakan ini kemudian dipertegas juga dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014 yang menetapkan gender sebagai salah satu isu lintas bidang yang harus diintegrasikan dalam semua bidang pembangunan. PUG adalah strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan dimana aspek gender yaitu hubungan kerjasama antara laki-laki dan perempuan terintergrasi dalam perumusan kebijakan program dan kegiatan melalui perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 36

Page 41: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Sehingga akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pembangunan pertanian. Tekad dan komitmen yang kuat dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan antara perempuan dan laki-laki dalam membangun pertanian mendukung tercapainya Empat Target Sukses Pembangunan Pertanian tercantum di dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Succes Story PUG Ditjen Perkebunan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) merupakan salah satu metode penyuluhan atau pelatihan yang dilakukan secara partisipatori, pendekatan dari bawah dan metode pendidikan orang dewasa (Andragogi). SL-PHT menjadi salah satu kebijakan pemerintah untuk lebih memasyarakatkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara nyata dan benar di lapangan. Tujuannya adalah agar petani menjadi tahu, mau dan mampu menerapkan 4 (empat) prinsip dasar PHT di kebunnya, yaitu : (1) budidaya tanaman sehat, (2) pelestarian dan pemanfaatan musuh alami, (3) pengamatan agroekosistem secara rutin, dan (4) petani menjadi ahli PHT dan manajer di kebunnya. Asas-asas utama pelatihan PHT yang dikembangkan di SL-PHT yaitu lahan sebagai sarana belajar utama bukan ruang kelas, belajar dari pengalaman sendiri menyelesaikan permasalahan lapangan, pengkajian agro-ekosistem untuk pengambilan keputusan pengelolaan kebun, metode dan bahan praktis serta tepat guna, kurikulum berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan dan sesuai kondisi setempat, Pemandu Lapang merupakan teman belajar dan fasilitator, petani menjadi pengambil keputusan di kebunnya sendiri, petani mampu menerapkan 4 prinsip PHT di lahan kebunnya (Anonim, 2005; Untung 2001). Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) dilaksanakan sejak tahun 1998 sampai dengan tahun 2005 melalui proyek PHT-PR. Dalam rangka pengembangan dan keberlanjutan SL-PHT pasca proyek PHT-PR, sejak tahun 2007 sampai dengan 2015 telah dilaksanakan SL-PHT petani dengan dana APBN yang dialokasikan melalui anggaran Tugas Pembantuan. Jumlah petani SL-PHT yang dilatih melalui proyek PHT-PR sebanyak 122.610 orang, melalui anggaran APBN Tugas Pembantuan sebanyak 30.030 orang. Dengan demikian total jumlah petani SL-PHT dari tahun 1998 sampai dengan 2015 sekitar 152.640 orang. Pada tahun 2015, kegiatan SL-PHT telah dilaksanakan di 23 provinsi, 82 kabupaten, 219 kelompok tani (5.475 petani) dengan alokasi dana APBN TP pada 9 komoditas perkebunan, yaitu karet, kelapa, jambu mete, tebu, kakao, kopi, teh, lada dan cengkeh. Tingkat pengetahuan petani peserta SL-PHT sebelum dan setelah mengikuti SL-PHT dapat diketahui melalui Tes Ballot Box. Pengetahuan petani yang diukur adalah pengetahuan tentang budidaya tanaman, Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), musuh alami, Analisis Agroekosistem (AAES), dan pengendalian OPT. Tes Ballot Box Awal dilaksanakan pada awal pertemuan SL-PHT (pretest), sedangkan Tes Ballot Box akhir dilaksanakan pada akhir pertemuan (postest). Jumlah pertanyaan tergantung kondisi lapangan. Tes Ballot Box dilakukan di kebun sesuai dengan komoditas SL-PHT. Cara melakukan Tes Ballot Box seperti pada Gambar 2. Materi SL-PHT dikelompokkan menjadi 4, yaitu : topik umum, topik khusus, materi pendukung, dan dinamika kelompok. Proses belajar SL-PHT pada setiap pertemuan adalah melakukan/mengalami, mengungkapkan, menganalisa, menyimpulkan, dan menerapkan. Petani SL-PHT telah menerapkan hasil keputusan setelah mengamati,

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 37

Page 42: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

mengungkapkan dan menganalisa hasil AAES untuk melakukan pengendalian OPT dengan prinsip PHT. Proses belajar tersebut yaitu petani dipandu untuk melakukan/mengalami kegiatan SL-PHT seperti mengamati kondisi tanaman, OPT, musuh alami, kondisi tanah, dan cuaca; melakukan kegiatan budidaya tanaman dan pengendalian OPT; mengungkapkan hasil pengamatan keadaan agroekosistem kebun dalam bentuk gambar di kertas koran; menganalisis keadaan agroekosistem kebun yang diungkapkan di kertas koran untuk mengambil keputusan bersama anggota sub kelompok dan selanjutnya dipresentasikan di depan sub kelompok lainnya untuk bersama-sama mengambil keputusan tindakan; dan menerapkan hasil keputusan pada saat presentasi seperti keputusan untuk melakukan kegiatan budidaya dan pengendalian OPT.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 38

Page 43: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

BAB IV

PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

4.1. Permasalahan yang dihadapi

Penganggaran pada tahun 2016 mengalami perubahan anggaran secara terus menerus

melalui refocusing, pemotongan dan selfblocking. Hal ini tentu akan memberi dampak yang

berbeda pada penyerapan anggaran, karena mempengaruhi pelaksanaan kegiatan di lapangan

maupun dalam administrasi keuangannya. Disamping perubahan anggaran juga terjadi

penyesuan kegiatan karena secara resmi anggaran tanaman rempah dan penyegar dihapuskan

menyesuaikan organisasi baru di lingkup Ditjen Perkebunan.

Permasalahan umum pada pembangunan perkebunan adalah sulitnya mensikronisasi antara

proses pengadaan barang dan jasa dengan masa tanam karena tanaman perkebunan

sebagian besar bergantung pada iklim; Perubahan iklim global mengakibatkan ketidakjelasan

musim tanam; Masih sulitnya membangun kelembagaan, kemitraan dan pengembangan

kewirausahaan agribisnis; tahun fiskal yang tidak sinkron dengan kalender tanam;

perbankan/sumber permodalan yang belum berpihak pada pertanian; revitalisasi perkebunan

belum berjalan optimal karena masih terbentur pada permasalahan sertifikat tanah/kebun; dan

prasarana usaha tani seperti jalan, jembatan yang belum memadai.

Disamping Permasalahan tersebut diatas, terdapat permasalahan yang selalu terjadi dalam

setiap pelaksanaan pembangunan perkebunan yang didanai dari APBN, pada tahun anggaran

2016 permasalahan-permasalah tersebut dikelompokkan menjadi administrasi dan teknis,

sebagai berikut:

4.1.1. Permasalahan Administrasi a) Masih banyaknya Revisi POK/DIPA yang diajukan.

b) Penghematan/pemotongan anggaran ditengah tahun anggaran berjalan berdampak

pelaksanaan kegiatan menjadi terhenti sementara untuk menunggu kejelasan posisi

anggaran masing-masing satker termasuk kegiatan yang sudah masuk dalam proses

tender, sedang bagi anggaran berbasis belanja sosial dampaknya tidak seserius

seperti pada belanja barang (tender).

c) Tidak akuratnya data CP/CL, perubahan CP/CL karena berbagai sebab dan

Lambatnya penetapan CP/CL oleh pejabat berwenang.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 39

Page 44: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

d) Tidak seimbangnya jumlah anggota ULP dengan beban tugas yang diemban.

e) Ketidak telitian dalam membaca dokumen, kecurangan, ketidakcakapan dalam

menjawab sanggahan dan sebab lain menyebabkan peserta lelang melakukan

sanggah banding.

f) Kekurang pemahaman pengelola anggaran (KPA, PPK dan pengguna kegiatan)

terhadap peraturan pengadaan barang/jasa, sebagai contoh: masih terdapat

pemikiran bahwa anggota ULP harus berisi orang teknis (insinyur pertanian),

memecah paket, dan lain-lain hingga berdampak pada kegagalan pelaksanaan

kegiatan.

g) Adanya kebijakan ULP pada beberapa daerah yang mengutamakan tender yang

lebih besar menyebabkan anggran yang kecil yang dimiliki satker perkebunan

tertunda pelaksanaannya.

h) Dana pendampingan untuk kegiatan APBN dari APBD baik provinsi maupun

kabupaten/kota tidak memadai dan bahkan di beberapa satker samasekali tidak ada.

i) Terjadinya reorganisasi dalam tubuh satker perkebunan pada saat ditengah-tengah

tahun anggaran berjalan berdampak pada kegiatan terganggu/tertunda bahkan pada

beberapa kasus kegiatan tidak terlaksana.

4.1.2. Permasalahan Teknis Lebih lanjut untuk teknis diuraikan lagi menjadi teknis perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, sebagai berikut:

1. Perencanaan

a) Adanya anggaran yang bukan merupakan usulan dari satker pelaksana dan

penentuan kegiatannya pun belum sepenuhnya memperhatikan usulan satker.

b) Unit cost yang tidak sesuai pada daerah-daerah tertentu (lebih kecil/lebih besar).

c) Penganggaran kegiatan belum memperhatikan keberlanjutan kegiatan tahun

sebelumnya.

d) Penentuan CP/CL dalam usulan anggaran melalui e-proposal kurang

memperhatikan keinginan petani, kurang memperhitungkan kondisi pasar

komoditas, kurang memperhitungkan biaya-biaya yang timbul di luar subsidi

yang diberikan, dll.

2. Pengorganisasian a) Koordinasi antara satker perkebunan dengan ULP kurang sinergis.

b) SDM kurang profesional; penempatan petugas yang tidak tepat; sebagian

petugas penyuluh (TKP/PLP-TKP) mengundurkan diri dan sebagian PNS

memasuki usia pensiun.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 40

Page 45: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

c) Kurangnya transparansi dan sinergi antara KPA, PPK, dan pelaksana kegiatan.

d) Kurangnya koordinasi dengan penyedia benih sehingga sumber benih yang

bersertifikat pada daerah pengembangan baru sulit didapat/tidak ada.

e) Koordinasi satker dengan kelompok tani belum berjalan baik sehingga

persyaratan yang diminta instansi lain dalam urusan pencairan anggaran tidak

terpenuhi, seperti kepemilikan TDP, NPWP dan rekening mandiri kelompok tani.

3. Pelaksanaan a) Kebijakan ULP pada beberapa daerah yang mengutamakan tender yang lebih

besar menyebabkan anggran yang lebih kecil yang dimiliki satker perkebunan

tertunda pelaksanaannya.

b) Penolakan petani pada kegiatan pengembangan tebu di Jawa Timur karena

berbagai alasan seperti; biaya tambahan diluar subsidi pemerintah lebih besar

sedang harga jual rendah serta sulit pemasarannya.

c) Kegiatan pengembangan tebu di OKI dan OKU Timur (TP Provinsi Sumatera

Selatan), Bone (KBD-TP Provinsi Sulawesi Selatan) tidak dapat terlaksana

karena kelompok Tani (poktan) gagal memenuhi persyaratan yang diminta yang

aslah satunya terlambat membuka rekening bank.

d) Tidak tersedianya data CP/CL dalam kegiatan pengembangan kakao di Pidie

(TP Provinsi Aceh) sehingga kegiatan ini tidak dilaksanakan.

e) Lelang 2 kali gagal dalam kegiatan pengembangan kakao di Simeleu (TP

Provinsi Aceh) sehingga kegiatan ini tidak dilaksanakan.

f) Tim teknis di lapangan tidak bisa menyelesaiakan proses pencairan dana pada

kegiatan pengembangan tebu di Tuban.

g) Kelompok Tani calon penerima mengundurkan diri dikarenakan banyaknya

prasyaratan dari tim pemeriksa/verifikasi yang tidak dapat dipenuhi kelompok

tani dalam pengembangan tebu di Ngawi, Jawa Timur.

h) Penyerahkan dokumen kelompok tani yang terlambat dan tidak lengkap sampai

batas waktu penyerahan akhir sehingga kegiatan di daerah-daerah tersebut tidak

jadi dilaksanakan (Banyuwangi, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan) dalam

kegiatan pengembangan tebu di Jawa Timur.

i) Kelompok Tani di Lamongan yang sudah menerima dana pengembangan tebu

namun tidak mau melaksanakan kegiatannya, akan menyetorkan kembali dana

tersebut ke negara.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 41

Page 46: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

4. Pengawasan a) Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan tidak dilakukan secara rutin dan disiplin,

dan sebagian satker pelapor menggunakan form yang tidak standar Ditjen.

Perkebunan.

b) Pengendalian kegiatan oleh KPA ke/dan PPK terhadap pelaksana

kegiatan/pengguna kegiatan tidak dapat dilakukan secara optimal karena beban

kerja yang tinggi.

c) Pemahaman terhadap tertib administrasi Tim SPI belum optimal dalam

melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan

pembangunan perkebunan.

4.2. Upaya Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah

Menanggapi permasalahan-permaslahan yang ada, berbagai macam tindakan sudah

diambil oleh satker-satker bersangkutan dan lembaga-lembaga terkait, tindakan-tindakan

tersebut antara lain:

4.2.1. Upaya Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah Administrasi a) Kementerian keuangan telah mengeluarkan aturan mengenai tatacara revisi

anggaran, PMK no. 07/2014, implementasi aturan tersebut sudah dilakukan secara

ketat di Ditjen. Perkebunan.

b) Setiap satker selalu memiliki antisipasi dalam menghadapi situasi ini, upaya yang

ditempuh satketr antara lain:

- Satker melakukan sosialisai resiko apa saja yang bisa terjadi pada CP/CL

bilamana kegiatan tersebut dipotong atau dihapus dan satker juga menghentikan

kegiatan tender dengan cara meminta penghentian tender sementara kepada

ULP dan ULP menindaklanjuti dengan menghentikan aktivitas tender secara

online melalui fasilitas di aplikasi lpse diikuti dengan pemberitahuan secara

langsung lewat telepon/sms dan surat resmi.

- Pada belanja sosial dilakukan dengan sosialisasi kepada CP/CL saja.

c) Permasalahan dengan CP/CL, langkah-langkah yang diambil satker, sebagai berikut:

- Bilamana data CP/CL tidak akurat maka kegiatan akan dihentikan dan tidak

dilaksanakan samasekali dengan resiko satker tersebut akan mendapat

penilaian yang tidak baik dan siap menghadapai pinalti.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 42

Page 47: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

- Perubahan CP/CL terjadi karena berdasar penilaian satker kondisi CP/CL tidak

memenuhi syarat teknis dan/administrasi dan sangat perlu diganti untuk

mengamankan kegiatannnya dan biasanya satker memiliki CP/CL cadangan.

- Lambatnya penetapan CP/CL secara umum disebabkan pergantian pejabat

diberbagai tingkat yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan,

baik pergantian pejabat pengguna/pelaksana kegiatan, PPK, KPA dan Bupati;

sebab lain adalah ketidaksiapan CP/Cl memenuhi persyaratan yang diminta.

Untuk menghadapi kondisi demikian telah dilakukan upaya-upaya secara

nasional karena kejadian ini menimpa semua lembaga negara didaerah, sedang

untuk CP/CL selalu disiapkan CP/CL cadangan.

d) Satker perkebunan perlu memberi banyak kesempatan dan mendorong pegawainya

mengikuti sosialisasi dan sertifikasi pengadaan barang/jasa pemerintah.

e) Anggota ULP perlu meningkatkan pengetahuannya mengenai pengadaan

barang/jasa pemerintah; secara aktif terlibat dalam proses tender (membaca

dokumen, memahami dan mengisi form penilaian evaluasi, memahami perbedaan

jasa konsultansi dengan jenis pengadaan lain dan membiasakan menjawab

sanggahan) untuk menambah pengetahuannya. Pada sisi lain menghindari interaksi

pribadi dengan peserta lelang.

f) Kasus ini benar-benar ada di kantor pusat dan menjadi bahan diskusi SPI di kantor

pusat, ternyata tidak saja satker pelaksana yang berfikir bahwa orang teknis harus

ada dalam keanggotaan ULP untuk mengerjakan pekerjaan mereka, hingga

berdampak pada kegiatannya tidak jadi terlaksana. Untuk mendukung kerja PPK

(Pejabat Pembuat Komitmen) dimungkinkan dibentuk tim teknis, dan tim penyusun

HPS. Tugas tim teknis dari menyusun KAK, membuat sepesifikasi teknis, memonitor

kegiatan ULP, menjadi narasumber ULP, membantu PPK menyusun draft kontrak,

sampai dengan sebagai penilai hasil pekerjaan rekanan.

g) Satker mempercepat usulan lelang ke ULP dengan jauh-jauh hari menyusun KAK,

membuat spesifikasi teknis setelah mendapat informasi mendapat aloaksi anggaran

yang diusulkannya.

h) Satker memilih dan melaksanakan kegiatan prioritas dengan lebih efisien dalam

penggunaan dana yang ada.

i) Sama seperti poin 7. yaitu Satker mempercepat usulan lelang ke ULP dengan jauh-

jauh hari menyusun KAK, membuat spesifikasi teknis setelah mendapat informasi

mendapat aloaksi anggaran yang diusulkannya untuk kegiatan yang harus melalui

tender pada belanja barang/jasa, sedang kegiatan di lapangan tim teknis juga harus

mematangkan CP/CL diawal tahun anggaran.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 43

Page 48: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

4.2.2. Upaya Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah Teknis 1. Perencanaan

1) Transparansi dalam penyusunan anggaran, baik ditingkat eksekutif (pusat dan

satker dibawahnya) maupun antara eksekutif dan legislatif.

2) Diupayakan unitcost disesuaikan dengan perkembangan harga yang berlaku di

daerah; serta tim perencana pusat dan perencana daerah harus lebih teliti dan

sabar dalam menyusun anggaran, termasuk pada saat pertemuan penyusunan

unit cost.

3) Renstra pusat telah menjadi acuan dalam penyusunan anggaran, hanya sering

terjadi anggaran yang tidak direncanakan dipaksa masuk yang menyebabkan

adanya peyelewengan dari renstra.

4) Satker telah melakukan pemeriksaan, penelitian dan pendalaman terhadap

proposal dari kelompok tani yang masuk ke mereka namun yang sering terjadi

anggaran yang definitif kurang atau berbeda dari yang mereka usulkan, pada sisi

lain sikap kelompok tani bisa berubah sewaktu-waktu tanpa konfirmasi ke satker.

2. Pengorganisasian 1) Meningkatkan koordinasi antara satker dengan ULP salah satunya melalui

aktivitas diskusi mengenai paket-paket yang akan dilelangkan antara pimpinan 2

(dua) lembaga tersebut untuk mengperkecil kesalahan dalam penyusunan KAK

dan Spesifikasi teknis serta memberikan pemahaman terhadap paket yang akan

dilelangkan kepada ULP.

2) Permasalahan profesinalisme SDM dan Penyuluh baik TKP/PLP-TKP/PNS dapat

dilakukan melalui:

- Peningkatan profesionalisme, dilakukan dengan memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada pegawainya untuk mengikuti kegiatan pelatihan

sesuai dengan bidang tugasnya.

- Satker melakukan reposisi penugasan TKP/PLP-TKP dari penyuluh satu

komoditas ke komodtas yang membutuhkan, contoh TKP/PLP-TKP di

Jawa Timur dari komoditas kapas dialihkan sementara ke komoditas tebu

yang sedang digalakkan besar-besaran.

3) Pelaksana kegiatan harus lebih terbuka kepada PPK sebagai penanggung jawab

kegiatan agar proses pelaksanaan lancar dan tidak melanggar peraturan yang

ada, dan PPK harus secara rutin memberikan informasi kepada KPA tentang

perkembangan proses kegiatannya.

4) Pentingnya mempersiapkan sumber benih sebelum memberikan anggaran pada

wilayah yang bukan sentra komoditas tertentu.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 44

Page 49: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

5) Sosialisasi peraturan bantuan pertanian/perkebunan dan pendampingan yang

intens pada CP/CL sangat dibutuhkan.

3. Pelaksanaan a) Satker mempercepat usulan lelang ke ULP dengan jauh-jauh hari menyusun

KAK, membuat spesifikasi teknis setelah mendapat informasi mendapat alokasi

anggaran yang diusulkannya.

b) Usaha satker provinsi untuk mengalihkan CP/CL yang menolak ke sasaran baru

CP/CL tidak dapat dilakukan karena terbatasnya lahan dan petani yang siap

untuk pengembangan tebu di Jawa Timur, sehingga anggaran untuk wilayah-

wilayah tersebut dibekukan dan kegiatannya tidak dilaksanakan.

c) Sosialisasi peraturan bantuan pertanian/perkebunan dan pendampingan yang

intens pada CP/CL sangat dibutuhkan.

d) Penyiapan data CP/CL sangat penting dilakukan, bahkan salah satu syarat

dalam perencanaan melampirkan data CP/CL dalam mengusulkan anggaran

melalui e-proposal.

e) Perlunya penyederhanaan persyaratan tambahan dalam lelang serta

pendalaman terhadap harga benih dipasar dalam penyusunan anggaran maupun

penyusunan spesifikasi teknis akan lebih baik dalam proses lelang tanpa

melanggar peraturan yang ada.

f) Permasalahan terjadi karena persyaratan yang diminta oleh bank seperti TDP

dan NPWP tidak bisa dipenuhi, seharusnya tim teknis bisa mensosialisikan

peraturan-peraturan yang ada kepada kelompok tani lebih intens.

g) Mengoptimalkan kerja tim teknis dalam pendampingan pada kelompok tani.

h) Mengoptimalkan kerja tim teknis dalam pendampingan pada kelompok tani.

i) Mengoptimalkan kerja tim teknis dalam pendampingan pada kelompok tani.

4. Pengawasan a) Ditjen. Perkebunan telah memasukkan komponen kedisiplinan dalam pelaporan

dalam penilaian kinerja.

b) Pelaksana kegiatan harus lebih terbuka kepada PPK sebagai penanggung jawab

kegiatan agar proses pelaksanaan lancar dan tidak melanggar peraturan yang

ada, dan PPK harus secara rutin memberikan informasi kepada KPA tentang

perkembangan proses kegiatannya.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 45

Page 50: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

c) Tim SPI telah melaksanakan pembinaan ke satker-satker perkebunan untuk

melakukan sosialisasi dan monitoring tertib administrasi. Menerapkan fungsi dan

peranan Tim SPI di masing-masing Satker dalam melakukan pengawasan dan

pengendalian kegiatan pembangunan perkebunan.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 46

Page 51: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

BAB V

PENUTUP

Perkembangan pembangunan perkebunan Tahun Anggaran 2016 diwarnai oleh banyak

kebijakan yang tidak berpihak. Refocusing, pemotongan dan blocking anggaran adalah

kebijakan-kebijakan yang sangat mempengaruhi jalannya pelaksanaan anggaran. Pada

sebagian Satker timbul polemik antara petani dengan petugas Dinas yang membidangi

perkebunan karena batalnya alokasi anggaran. Pada sebagian Satker lainnya dampak

pemotongan anggaran tidak berdampak pada mereka karena tanggap dan cepatnya mereka

melakukan kegiatan.

Produk perkebunan selalu menjadi primadona utama dalam perdagangan dan investasi

sehingga mampu menggerakkan ekonomi nasional dari produk yang dihasilkannya,

berdasarkan data statistik menyumbang 15-20% ekonomi nasional dalam bentuk devisa, cukai

tembakau maupun pajak yang dipungut darinya sehingga dapat untuk menyeimbangkan neraca

perdagangan Indonesia. Produk yang dihasilkan perkebunan dan memiliki pasar yang luas di

dunia internasional adalah Kelapa Sawit (CPO/KPO), Karet, Kakao, Kopi, Teh, Tembakau dll.

Produk tembakau dapat memberikan cukai sebesar 137 triliun rupiah, CPO/KPO dan produk

perkebunan lainnya memberikan devisa diatas 23 milyar US dollar. Sumbangan devisa 2016

merupakan angka terendah ndalam kurun waktu 10 tahun terakhir hal ini disebabkan terjadi

penurunan harga 2 komoditas utama perkebunan yaitu karet dan sawit. Pemerintah telah

menempuh berbagai upaya menjaga harga 2 komoditas tersebut agar tetap ekonomis buat

petaninya melalui berbagai paket kebijakan baik melalui peningkatan penyerapan untuk pasar

dalam negeri maupun berkerjasama dengan negara lain dalam wadah eksportir karet dunia.

Pada tingkat produksi tanaman perkebunan banyak berusia tua, rusak dan tidak

produktif lagi atau produktivitasnya rendah, dengan kondisi demikian untuk terus menjaga

tingkat produksi, meningkatkan mutu dan produktivitas demi keberlangsungan ekspor dan

pemenuhan kebutuhan dalam negeri, pemerintah secara rutin setiap tahun mengucurkan

anggarannya melalui APBN dan APBD mengembangankan tanaman perkebunan rakyat

disamping untuk kepentingan seperti diuraikan diatas juga bertujuan untuk meningkatan

kesejahteraan petani dan perluasan lapangan kerja.

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 47

Page 52: DAFTAR ISI - sakip.pertanian.go.idsakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/LAPORAN_TAHUNAN_2016.pdf · dan alat/sarana prasarana input ... konsumsi serta bahan baku industri ... komoditas

Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 48