kedudukan dan fungsi sejarah perkembangan biologi sel
TRANSCRIPT
1
I. KEDUDUKAN DAN FUNGSI SEJARAH PERKEMBANGAN
BIOLOGI SEL
Kata sel pertama kali di cetuskan pada tahun 1665 oleh seorang
arsitek berkebangsaan inggris yang bernama Robert Hocke. Ia bukan
seorang ahli biologi atau dokter melainkan seorang ahli matematika dan
fisika.
Robert Hocke secara kebetulan mengamati sayatan sel gabus dari
tutup botol menggunakan mikroskop ciptaannya. Dari hasil pengamatannya,
Robert Hocke menemukan pemandangan berupa ruang-ruang kosong yang
kemudian disebut dengan sel.
Sel berasal dari bahasa Latin, yaitu cellulae yang artinya ruang kecil.
Sel merupakan struktur fungsional terkecil dari makhluk hidup yang
memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas hidupnya, seperti bergerak,
tumbuh dan berkembang, serta melakukan reproduksi baik secara mitosis
maupun meiosis.
Pada tahun 1838, dua orang ilmuwan berkebangsaan Jerman yang
bernama Theodor Schwan (ahli zoologi) dan Matthias Schleiden tertarik
untuk mempelajari persamaan struktur tumbuhan dan hewan yang mereka
amati. Dari hasil pengamatannya, Schleidden dan Schwan mengajukan
suatu gagasan baru tentang makhluk hidup. Mereka berpendapat bahwa
seluruh makhluk hidup terdiri dari atas sel.
Penemuan tentang sel akhirnya memberikan daya tarik tersendiri bagi
para ilmuwan. Selain mengamati sel dari berbagai organisme, para ilmuwan
juga tertarik untuk mempelajari penyebab sel dapat melakukan aktivitas
hidupnya. Bagaimana sel dapat melakukan aktivitas hidupnya?
Beberapa ilmuwan merasa tertarik dengan sel dan mereka berlomba-
lomba memecahkan misteri sel. Bersamaan dengan keingintahuan
masyarakat tentang sel, lahirlah cabang ilmu biologi baru yang khusus
mempelajari tentang sel, yaitu sitologi.
Perkembangan ilmu sitologi ternyata merupakan cakrawala baru bagi
dunia ilmu pengetahuan. Para ahli sitologi tidak hanya membatasi
2
pengamatannya tentang berbagai bentuk sel, mereka juga meneliti
bagaimana sel dapat melakukan aktivitas hidupnya.
Seorang ahli zoologi berkebangsaan Perancis bernama Felix
Duyardin (1801-1860) berhasil mengamati material yang terdapat di dalam
sel yang menyerupai gelatin. Substansi ini oleh seorang ahli fisiologi dan
biokimia, bernama Johanes Purkinye, disebut dengan istilah protoplasma.
Seorang ahli sitologi berkebangsaan Jerman yang bernama Max
Schultze (1825-1867) mengemukakan suatu teori protoplasma (1861),
yaitu: Protoplasma yang menyerupai gelatin merupakan substansi hidup dan
memiliki batas-batas tertentu serta memiliki membran sel dan nukleus, atau
dengan kata lain sel adalah suatu massa protoplasma bernukleus yang
merupakan kesatuan fisiologis dan morfologis.
Seorang ahli fisiologi berkebangsaan Jerman yang bernama Max
Verworn (1862-1921) menyatakan bahwa sel hidup sesungguhnya adalah
partikel-partikel kimiawi dengan aksi-aksi kimia tertentu. Dari uraian diatas,
dapat kita simpulkan bahwa sel merupakan satuan unit fungsional terkecil
dari makhluk hidup yang di dalamnya terkandung isi sel yang sifatnya hidup
dan disebut protoplasma.
Sel makhluk hidup pada umumnya tersusun dari bahan hidup yang
disebut protoplasma komponen dan bahan mati (inklusio) yang dikenal
dengan bahan ergastik. Bahan ergastik terdiri atas dinding sel dan isi
vakuola. Matriks adalah cairan dalam sitoplasma yang merupakan larutan
koloid. Matriks bersifat translucent dan amorf. Vakuola termasuk
protoplasma komponen tetapi isinya merupakan bahan ergastik. Sel yang
tidak memiliki vakuola antara lain bakteri, eritrosit, sel telur, dan sel-sel
embrio. Sel makhluk hidup dapat dibedakan berdasarkan keadaan inti dan
fungsinya menjadi beberapa macam.
II. KONSEP-KONSEP UMUM DALAM BIOLOGI
a. Tingkat organisasi dalam biologi
Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat terutama
tentang metode-metode dalam ilmu fisika modern misalnya tentang
3
polarisasi optik, difraksi sinar X, mikroskop elektron dan lain-lain
mentebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang mendasar dalam
pengertian tentang struktur sel.
Dari hasil penelitian-penelitian pengetahuan mederen tentang
makhluk hidup menunjukkan adanya kombinasi tingkat organisasi yang
terhimpun dan menghasilkan menifestasi kehidupan makhluk hidup
tersebut. Jenis makhluk hidup yang mampu mendapatkan energi dari
matahari melalui fotosintesis dinamakan autotrof, yaitu merupakan
H2O dan CO2 yang ada di alam dengan pertolongan sinar matahari
menjadi glukosa yang kemudian akan di ubah menjadi berbagai jenis
makanan/sumber energi yang diperlukan.
Jenis makhluk hidup yang lain dinamakan heterotrol yang
mendapatkan sumber energi dari bermacam-macam makanan yang telah
disintesis oleh jenis autotrof.
Selain itu energi sebagai hasil pembakaran juga digunakan oleh sel
untuk berbagai kegiatan sel seperti :
a. Sintesis molekul barn dalam sel.
b. Perubahan/gerakan dalam sel, baik dalam pembelahan sel, siklosis,
kontraksi otot, dan lain-lain.
c. Menyelenggarakan transportasi aktif dalam membran sel.
d. Dalam sekresi sel.
b. Skala ukuran dalam biologi sel
Tingkat-tingkat organisasi seperti disebutkan di atas batas-batasnya
dapat dinyatakan oleh daya urai dari mikroskop atau peralatan lain yang
digunakan sehingga menimbulkan perbedaan ruang lingkup antara
bidang-bidang ilmu seperti : anatomi, histologi, biologi sel, dan biologi
molekuler.
Pada dasarnya daya urai penglihatan manusia sangat terbatas karena
hanya mampu membedakan dua titik yang berjarak 0,1 mm atau 100
mikron sehingga sel yang mempunyai diameter dibawah 0,1 mm tidak
akan terlihat oleh mata manusia. Oleh karena itu, diperlukan alat bantu
4
berupa mikroskop yang mempunyai daya urai lebih baik. Daya urai
mikroskop cahaya dapat mancapai 0,2 mikron sedangkan mikroskop
elektron dapat mencapai 4 Angstrom unit.
Untuk lebih memahami ukuran-ukuran yang ada dalam biologi sel di
bawah ini terdapat ukuran panjang mulai dari 1 m sampsai 1 Angstrom
unit :
1 m : 1000 mm
1 mm : 1000 mikron
1 mikron : 1000 milimikron/nano meter
1 nanometer : 10 Angstrom unit ncvvb
c. Sel prokoriotik dan eukariotik
Sel-sel yang khas dengan inti, sitoplasma dengan semua organel
yang dikenal pada waktu ini bukan merupakan massa hidup yang paling
kecil atau unit kehidupan yang paling sederhana.Maeckel (1868)
mengemukakan suatu teori bahwa makhlik hidup yang paling sederhana
dinamakan “Monera” yaitu suatu massa protein yang homogen tanpa
struktur dan tanpa bentuk yang terbentuk langsung dari bahan-bahan
organik.
Dengan munculnya omnis cellula et cellula maka teori Haeckel ini
kemudian ditinggalkan orang. Berdasarkan kejelasan onti sel maka sel-
sel dibagi dalam dua kelompok basar yaitu sel Prokariotik dan sel
eukariotik
d. Sel prokariotik
Sel prokariotik adalah sel tanpa membran inti. Sel prokariotik berukuran
1-10 µm. Sel ini memiliki materi genetik berupa DNA yang tidak
dibungkus membran inti. DNA pada sel prokariotik berbentuk sirkuler
atau disebut nukleoid. Di luar nukleoid terdapat juga DNA sirkuler lain
dengan ukuran yang lebih kecil yang disebut plasmid. Sebagian besar sel
prokariotik mempunyai dinding sel. Aktivitas sel terjadi pada membran
plasma dan di dalam sitoplasma.
5
Contoh sel prokariotik adalah Cyanobacteria dan sel bakteri.
e. Sel eukariotik
Sel eukariotik adalah sel yang memiliki membran inti, sehingga terjadi
pemisahan antara inti sel dengan sitoplasma. Kesatuan inti sel dan
sitoplasma pada sel eukariotik disebut protoplasma. Sel eukariotik
berukuran 10-100 µm. Materi genetik (DNA) berada di dalam inti sel
yang dibungkus oleh membran inti. Sel eukariotik mempunyai sejumlah
organel yang masing-masing memiliki fungsi spesifik. Contoh sel
eukariotik yaitu sel Fungi, sel Protozoa (misalnya Amoeba, Flagellata,
dan Ciliata), sel hewan, dan sel tumbuhan.
6
III. DINDING SEL DAN MEMBRAN PLASMA
Dinding sel merupakan bagian terluar dari sel. Dinding sel tumbuhan
berfungsi sebagai pelindung dan penunjang. Dinding yang terbentuk pada
waktu sel membelah disebut dinding primer dan setelah mengalami
penebalan, berubah menjadi dinding sekunder.
Dinding primer sel merupakan selaput tipis yang tersusun atas serat-
serat selulosa. Serat-serat selulosa tersebut amat kuat daya regangnya.
Secara kimia, polisakarida terdiri atas hemiselulosa dan pektin. Di antara
dinding dua sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, tersusun atas
magnesium dan kalsium pektat yang berupa gel. Di antara dua sel yang
bertetangga terdapat pori. Melalui pori ini plasma dua sel bertetangga
dihubungkan oleh benang-benang plasma yang dikenal dengan
plasmodesmata.
a. Membran plasma (membran sel)
Susunan membran plasma yang lengkap dijelaskan menurut suatu
model mosaik cair. Membran plasma memiliki struktur seperti lembaran
tipis. Membran plasma tersusun dari molekul-molekul lipid (lemak),
protein, dan sedikit karbohidrat yang membentuk suatu lapisan dengan
sifat dinamis dan asimetri. Bersifat dinamis karena mempunyai struktur
seperti fluida (zat cair), sehingga molekul lipid dan protein dapat
bergerak. Bersifat asimetrik karena komposisi protein dan lipid sisi luar
tidak sama dengan sisi dalam membran sel.
7
Molekul-molekul terssebut menyusun matriks lapisan fosfolipid rangkap
(fosfolipid bilayer) yang disisipi oleh protein membran. Terdapat dua
macam protein membran, yaitu protein yang terbenam (integral) dan
yang menempel (periferal) di lapisan fosfolipid. Satu unit fosfolipid
terdiri dari bagian kepala (fosfat) dan ekor (asam lemak).
Sisi kepala merupakan sisi hidrofilik (suka air) yang menghadap
ke luar membran sel. Sisi ekor merupakan sisi hidrofobik (tidak suka
air) yang bersembunyi di bagian dalam membran sel. Pada bagian
membran plasma yang menghadap ke luar sel, terdapat karbohidrat yang
melekat pada protein membran attau fosfolipid. Fungsi biologis
membran plasma bergantung pada molekul-molekul penyusunnya, yaitu
lipid, protein, dan karbohidrat.
Lipid berfungsi untuk menstabilkan kesatuan fisik membran
plasma sehingga dapat menjadi penghalang yang efektif bagi lalu lintas
materi hidrofilik, misalnya air dan ion-ion. Hampir seluruh lipid pada
membran plasma merupakan fosfolipid. Dua lapis fosfolipid yang
menyusun membran plasma merupakan tempat melekatnya protein dan
akan membantu proses fusi vesikel maupun endositosis.
b. Diferensiasi membran plasma
Membran plasma selain mempunyai sifat-sifat khas dan cara-cara
tertentu dalam absorbsi, sekresi, transportasi, dan fungsi fisiologi lain
8
juga mempunyai keistimewaan dalam hal mengadakan diferensiasi
sesuai dengan fungsi sel masing-masing. Dalam hal ini membran plasma
mengalami perubahan bentuk yang pada umumnya membentuk
tonjolan-tonjolan tertentu.
Pada sel epitel saluran cerna membran sel pada permukaan
bebasnya akan membentuk tonjolan-tonjolan halus yang dinamakan
mikrovili yang terutaama mempunyai tujuan untuk memperluas
permukaan sel guna mempertinggi penyerapan sari makanan.
Pada sel epitel saluran perna[pasan akan terbentuk silia atau
rambut getar yang berfungsi penting dalam pembersihan udarah
pernapasan sedangkan pada sel spermatozoa membentuk ekor yang
panjang/flagella yang penting untuk pergerakan.
IV. SITOPLASMA
Bagian yang ada diluar inti sel dan terkurung dalam membran plasma
disebut sitoplasma. Adapun cairan atau plasma yang berada di dalam inti
sel ddisebut nukleoplasma. Sitoplasma tersusun atas bagian cairan kental
transparan yang bersifat koloid, organel, dan struktur sel yang tidak hidup.
Cairan sitoplasma disebut juga matriks sitoplasma. Sitoplasma tersusun
atas bagian cairan kental transparan yang bersifat koloid, organel, dan
struktur sel yang tidak hidup. Cairan sitoplasma disebut juga matriks
sitoplasma, sedangkan struktur sel yang tidak hidup selain matriks
sitoplasma disebut juga inklusio sitoplasma.
Matriks sitoplasma merupakan sistem koloid yang dinamis sehingga
terus bergerak. Gerakannya ada yang tidak beraturan atau zigzag (gerak
Brown) dan adapula yang berputar seperti arus (gerak siklosis). Matriks
sitoplasma juga dapat memantulkan cahaya (efek Tyndall) dan dapat
menjadi penyangga (buffer). Matriks sitoplasma terdiri atas 90% air dan
selebihnya berupa senyawa organik dan anorganik yang berfungsi untuk
kehidupan sel. Adapun inklusio sitoplasma terdiri atas butiran lemak,
glikogen, pigmen, dan hormon. Beberapa metabolisme, seperti sintesis
protein dan respirasi, berlangsung di dalam sitoplasma. Untuk
9
melaksanakan metabolisme tersebut, di dalam sitoplasma terdapat organel-
organel yang mempunyai struktur dan fungsi khusus.
V. ORGANEL DAN INKLUSIO
� Organel
Organel sebagai substansi hidup dalam sitoplasma mempunyai fungsi
sendiri-sendiri dan berdasarkan fungsinya yang berkaitan dengan
metabolisme sel, organel dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Ribosom
Ribosom merupakan organel kecil dengan ukuran sekitar 20 nm dengan
bentuk dasar bulat beserta variasinya. Ribosom ada yang bebas dan ada
pula yang menempel pada permukaan retikulum endoplasma.
Organel yang terdapat di dalam sel prokariotik maupun sel eukariotik ini
merupakan tempat perakitan asam amino menjadi protein. Ribosom
tersusun atas dua subunit, yaitu subunit besar dan subunit kecil yang
keduanya tersusun atas protein dan RNA.
b. Badan Golgi
Badan Golgi atau golgi kompleks merupakan organel yang ditemukan
oleh Camillo Golgi pada tahun 1898. Organel dengan bentuk kantung
berkelok-kelok ini tidak terdapat pada sel prokariot, sperma kelompok
lumut, dan sperma kelompok paku.
Badan Golgi tersusun atas selaput yang banyak mengandung enzim
pencernaan yang belum aktif, baik berupa zimogen maupun koenzim.
Golgi juga berfungsi untuk membentuk plasma membran, membentuk
komponen dinding sel, seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin,
10
membentuk kuning telur, akrosom pada sperma, dan lisosom, serta
membentuk kantung pada zat yang akan dikeluarkan sel.
c. Lisosom
Lisosom merupakan organel dengan bentuk bulat sampai lonjong
berukuran relatif lebih kecil dan banyak mengandung enzim pencernaan
proteolitik, seperti protease, lipase, dan fosfatase. Organel ini ditemukan
pada sel-sel yang berfungsi dalam sekresi, seperti sel hati, ginjal dan
pankreas. Secara lengkap, fungsi lisosom adalah mencernakan dan
menguraikan materi, termasuk makanan, baik yang diambil secara
fagositosis maupun pinositosis, menghancurkan materi diluar sel dengan
mengeluarkan enzim secara eksositosis, seperti pada saat pergantian
tulang dan penetresi sel telur oleh sperma, serta berfungsi menetralkan
zat karsinogen.
d. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel tempat berlangsungnya respirasi
sehingga di tempat ini pula dibentuk energi. Akibatnya, organel ini
hanya terdapat pada sel-sel aerob. Semakin tinggi kebutuhan suatu sel
terhadap energi, semakin banyak kandungan mitokondrianya.
e. Retikulum Endoplasma
Retikulum Endoplasma merupakan organel yang membentuk sistem
membran yang tidak teratur mirip seperti jala. RE terdiri atas dua tipe
yaitu Retikulum Endoplasma kasar atau glanurel dan Retikulum
Endoplasma halus atau agranuler. Retikulum Endoplasma granuler
merupakan Retikulum Endoplasma yang permukaannya di penuhi oleh
ribosom, suatu organel tempat berlangsungnya sintesis protein. Adapun
Retikulum Endoplasma agranuler merupakan Retikulum Endoplasma
yaang permukaannya tidak dipenuhi ribosom sehingga tidak aktif dalam
sintesis protein namun aktif dalam sintesis lemak. Kedua Retikulum
Endoplasma tersebut berperang dalam transportasi protein dan bahan
kimia lain.
f. Ribosom
11
Ribosom merupakan organel kecil dengan ukuran sekitar 20 mm bentuk
dasar bulat beserta faridasinya. Ribosom ada yang bebas dan ada pula
yang menempel pada permukaan retikulum endoplasma. Organel yang
terdapat pada didalam sel prokarioti maupun sel eukariotik ini
merupakan tempat perakitan asam amino menjadi protein. Ribosom
tersusun atas subunit, yaitu subunit besaar dan subunit kecil yang
keduanya tersusun atass protein dan RNA.
� Inklusio
Inklusio juga dinamakan paraplasma yang merupakan benda-benda mati
yang terdapat dalam sitoplasma yang mungkin merupakan hasil aktivitas
sel atau aktivitas 53ucleolus53 sel tetapi tidak ikut dalam proses
53ucleolus53.
Pada dasarnya inklusio yang terdapat dalam sitoplasma dapat dibedakan
menjadi:
1. Timbunan makanan.
2. Butir-butir sekresi.
3. Pigmen.
VI. INTI SEL
Nukleus merupakan organel sel yang paling penting bagi kehidupan
sel. Hal ini disebabkan nukleus merupakkan pengendali seluruh aktivitas
sel. Berdasarkan hasil percobaan, sel yang tidak mengandung nukleus tidak
mengalami perkembangan dan lama kelamaan akan mati. Sebagai contoh,
potongan tubuh Paramecium yang tidak bernukleus akan mengalami
kematian, sedangkan potongan yang mengandung nukleus akan terus
tumbuh dan membelah diri.
Bentuk nukleus umumnya bulat sampai lonjong. Namun, organel
terbesar dalam sel ini juga ada yang berbentuk lain, bahkan ada yang tidak
beraturan dan glandular, sepertii pada sel darah putih (leukosit). Pada
umumnya, di dalam sebuah sel hanya terdapat satu nukleus. Sel seperti ini
disebut sel mononukleat, misalnya pada sel tumbuhan dan hewan. Sel yang
mempunyai dua inti tersebut sel binukleat, seperti pada Paramecium.
12
Adapun sel yang mempunyai banyak inti disebut sel polinukleat, seperti
pada sel osteoblas dan sel otot lurik.
Seperti apakah struktur inti sel itu? Jika diurutkan dari luar ke dalam, pada
inti sel terdapat tiga bagian utama, yaitu selaput inti, cairan inti, dan anak
inti.
Pada stadium interfase dimana sel belum oakan membelah inti sel dapat
dilihat dengan jelas dan mempunyaibagian-bagian sebagai berikut :
1) Selaput Inti/membran inti
Selaput inti merupakan bagian terluar nukleus sehingga berfungsi
untuk melindungi nukleus dan mengadakan pertukaran zat dengan
sitoplasma. Bagian ini disebut juga membran inti atau karioteka.
Karioteka terdiri atas lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan
luarnya berhubungan dengan organel retikulum endoplasma (RE),
mitokondria, badan Golgi. Ruanng antara lapisan luar dan lapisan
dalam tersebut dinamakan sisterna atau perinuklear. Pada
karioteka terdapat lubang atau pori yang berfungsi unuk pertukaran
zat antara cairan inti dan sitoplasma.
2) Anak Inti
Anak inti atau nukleolus bisa terdapat lebih dari satu. Saat
menjelang pembelahan, kromatin berubah menjadi pendek, tebal,
dan mudah mengisap warna sehingga disebut kromosom. Nukleolus
terutama tersusun atas DNA dan fosfoprotein. Nukleolus berfungsi
untuk menyusun RNA. Melalui RNA ini, protein disintesis. Pada
fase awal pembelahan sel, nukleolus menghilang dan muncul
kembali setelah kromosom berubah menjadi kromatin, yaitu pada
masa telofase. Nukleolus tidak diselaputi oleh membran.
3) Kromatin
Dalam inti sel banyak dijumpai butir-butir berwarna gelap/basofil
yang ternyata adalaah kromatin yang penyebarannya dalam sel tidak
merata dan sering membentuk kelompok-kelompok tertentu yang
berdasarkan letaknya ada beberapa jenis yaitu :
13
• Peripheral chromatin yaitu kelompok kromatin yang menempel
pada membran inti.
• Chromatin island kelompok-kelompok kromatin yang
membentuk pulau-pulau di bagian tengah inti yang juga
dinamakan chromatin granules/cromatin particles.
• Nucleolus associated chromatin yaitu kelompok kromatin yang
terdapat mengelilingi anak inti.
Di dalam kromosom selain terdapat RNA dan DNA dijumpai pula protein
dalamm jumlah cukup besar sehingga secara garis besarnya komposisi
kimia dari kromosom adalah sebagai berikut :
o RNA 12 %
o DNA 16 %
o Protein 72 %
4) Karioplasma
Karioplasma atau disebut juga karyolymphe atau cairan inti
merupakan larutan koloid yang mempunyai sifat-sifat seperti
protoplasma pada umumnya.
Dibanding dengan sitoplasma maka karioplasma mempunyai
derajat kekentalan lebih tinggi dan mempunyai hubungan dengan
sitoplasma melalui porus nuclearis sehingga bahan-bahan yang
dibutuhkan oleh inti sel dapat diambil daari sitoplasma sedangkan
bahan-bahan yang diperlukan dalam sitoplasma dapat keluar dari inti
sel masuk kedalam sitoplasma.
Berdasarkan usus beberapa orang ahli, cairan inti kemudian juga
dinamakan substansi interkromatin.
VII. PERTUMBUHAN SEL
Pertumbuhan dan perkembangan setiap makhluk hidup tergantung dari
pertumbuhan sel dan perbanyakan sel. Hal ini berlaku baik untuk makhluk
hidup imiseluler maupun multiseluler.
Pembelahan pada mahkluk hidup uniseluler berarti pula reproduksi
karena akan terjadi dua mahkluk hidup yang berasal dari satu sel induk.
14
Sedangkan pada mahkluk hidup multiseluler pembelahan sel sangat penting
untuk pertumbuhan makhluk hidup dari muda sampai dewasa. Hal ini
disebabkan karena pertumbuhan makhluk hidup multiseluler termaksud
manusia tergantung dari jumlah sel yang menyusun jaringan-jaringan dalam
tubuhnya karena semakin besar ukuran jaringan tubuh semakin banyak
jimlah sel yang menyusunnya.
VIII. PEMBELAHAN SEL :
1. MITOSIS
Proses pembelahan mitosis terjadi pada semua sel tumbuhan
makhluk hidup, kecuali pada jaringan yang menghasilkan sel gamet. Proses
pembelahan satu sel zigot menjadi sel tubuh yang banyak jumlahnya terjadi
secara mitosis. Dengan mitosis terjadi proses pertumbuhan dan
perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup.
Pada pembelahan mitosis, satu sel induk membelah diri menjadi
dua sel anak yang mewarisi semua sifat sel induk. Kedua sel anak bersifat
identik. Jika sel induk 2n kromosom, maka setiap sel anak akan memiliki 2n
kromosom pula. Tujuan pembelahan mitosis adalah mewariskan semua sifat
induk kepada kedua sel anaknya. Pewarisan sifat induk kepada kedua sel
anaknya terjadi secara bertahap, fase demi fase. Fase-fase tersebut adalah
profase, metafase, anafase, telofase, dan interfase.
a. Profase
Profase atau fase awal, adalah tahapan ketika sel akan membelah diri.
Tanda-tanda fase ini adalah sebagai berikut :
i. Benang-benang kromatin di mukleus yang semula berbentuk seperti
jala berubah semakin menebal memendek, menjadi kromosom. Pada
fase ini kita dapat menghitung jumlah pasangan kromosom di dalam
sel. Benang-benang kromosom tersebut berpasangan. Tiap-tiap
benang kromosom menggandakan diri sehingga membentuk struktur
simetris yang disebut sebagai kromatid. Jadi, jumlah benang
kromosom menjadi dua kali lipat. Kromatid tersebut saling
15
berhubungan melalui suatu bentukan yang bulat yang disebut
sentromer.
ii. Membran nukleus melebur sehingga sel tidak memiliki membran
inti. Nukleolus (anak inti) tidak tampak lg yang berarti kegiatan
transkripsi (DNA mengkopi diri membentuk RNA) tidak
berlangsung lagi.
iii. Pada sel hewan terdapat sentriol yang membelah diri kemudian
memisah, masing-masing menuju ke kutub. Dari kutub, sentriol
membentuk benang-benang spindel yang menghubungkan kedua
kutub sel. Melalui benang spindel inilah nantinya tiap-tiap kromoson
berjalan menuju kutub masing-masing.
b. Metafase
Ciri penting dari metafase adalah terjadinya pembagian kromatid di
daerah ekuator. Adapun ciri-ciri metafase selengkapnya adalah sebagai
berikut:
1. Kromatid terletak di bidang ekuator, menggantung pada benang
spindel melalui sentromer. Pada metafase, tampak adanya dua
kromatid hasil penggandaan pada profase (satu kromatid
mengandung satu set kromosom) yang sedang mengalami
pembagian menjadi dua. Tiap-tiap sel anak akan mendapatkan satu
kromatid.
2. Benang-benang spindel tampak semakin jelas.
c. Anafase
Proses pembagian kromatid di daerah ekuator dilanjutkan dengan
membawa semua kromosom itu ke kutub sel masing-masing. Dengan
demikian, ciri penting dari anafase adalah adanya satu kromatid (berisi
satu set kromosom) yang sedang bergerak menuju ke kutub masing-
masing. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, yang menyebabkan
kromosom itu bergerak ke kutub adalah benang-benang spindel. Jumlah
benang kromosom yang menuju ke kutub yang satu sama dengan yang
menuju ke kutub yang lain. Jadi, jika sel induk memiliki 2n kromosom,
setiap sel anak akan memperoleh 2n kromosom.
16
d. Telofase
Fase ini merupakan fase akhir pembelahan, dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Benang-benang kromosom sudah berada di daerah kutub masing-
masing, yang semakin lama semakin menipis kemudian berubah
menjadi benang-benang kromatis yang tipis.
2. Membran nukleas mulai terbentuk.
3. Nukleolus mulai muncul kembali.
4. Pada bidang ekuator terbentuk penebalan plasma, yang selanjutnya
akan membagi sel menjadi dua. Maka terbentuklah dua sel anak
yang identik satu sama lain dan identik dengan sel induknya.
2.. MEIOSIS
Meosis biasanya hanya berlangsung pada organ reproduksi, yakni
ketika organ reproduksi akan menghasilkan sel gamet. Pada pembelahan
meosis, satu sel induk membelah 2 kali sehingga di hasilkan 4 sel anak.
Setiap sel anak yang di hasilkan hanya mendapatkan setengah dari
kromosom sel induk. Jadi, jika sel induk memiliki 2n kromosom (diploid),
maka tiap-tiap sel anak memperoleh n kromosom. Tujuan pembelahan
meosis adalah untuk menghasilkan sel anak yang memiliki setengah sel
kromosom sel induknya. Jika terjadi peleburan antara sel gamet jantan dan
betina, akan terbentuk satu sel zigot yang memiliki 2n kromosom (disebut
sel diploid), yakni membawa setengah dari sifat induk jantang dan
setengah dari sifat induk betina.
Pada meosis, 1 sel induk menghasilkan 4 sel anak haploid. Jumlah
kromosom sel anak yang separuh jumlah kromosom sel induk ini sangat
penting untuk mempertahankan jumlah kromosom satu jenis makhluk
hidup. Pembelahan meosis terjadi melalui meosis I dan meosis II. Meosis I
dan meosis II terjadi tahap profase, metafase, anafase, dan telofase.
a. Meosis 1
1. Profase 1
Tahap profase merupakan periode panjang dan penting. Benang-
benang kromatin semakin tebal dan pendek, membentuk kromosom.
17
Kromosom menggandakan diri, jumlahnya dua kali lipat. Kromosom
yang homolog berpasangan membentuk sinapsis. Pasangan kromosom
yang homolog itu tersusun atas 4 kromatid sehingga di sebut tetrad.
Karna kromatid saling menempel, maka ada kemungkinan terjadi tukar
menukar gen antara kromatid-kromatid tersebut. Peristiwa tukar
menukar gen ini disebut pindah silang.
2. Metafase 1
Pasangan kromisom homolog ini mengatur diri di daerah ekuator
sehingga setengah dari pasangan kromosom homolog mengarah
kekutub yang satu dan setengah pasangan kromosom homolog
mengarah kekutub yang lain. Sentrosom menuju kekutub dan
mengeluarkan benang-benang spindel.
3. Anafase 1
Kromosom bergerak menuju kekutub masing-masing. Tidak seperti
pada mitosis yang mengalami penbelahan sentromer, pada meosis
tidak terjadi pembelahan sentomer. Akibatnya, setiap kromosom yang
bergerak menuju kekutub sel itu masih mengandung dua kromatid atau
masih berpasangan.
4. Telofase 1
Setelah kromosom berpasangan itu tiba dikutub masing-masing,
terbentuklah membran nukleus, yang di ikuti pula oleh proses
sitokonesis (pembelahan sitoplasma sel). Kini terbentuk 2 sel anak,
setiap sel anak mengandung n kromosom sehingga pada akhir telofase
1 terbentuk 2 sel anak yang haploid.
b. Meosis II
1. Profase II
Pada fase awal, benang kromatin menebal dan memendek membentuk
kromosom. Pada fase ini tidak terjadi proses penggandaan kromosom
sehingga jumlah set kromosom tetap.
2. Metafase II
Kromosom mengumpul di daerah ekuator. Setengah kromosom
mengarah keekutub masing-masing. Sentromer terbagi dua, masing-
18
masing mengarah ke kutub, sebagai tempat melekatnya kromosom
pada benang-benang spindel, seperti pada mitosis.
3. Anafase II
Kromosom bergerak menuju ke kutub masing-masing.
4. Telofase II
Setelah kromosom sampai di kutub masing-masing, terbentuklah
membran inti. Tiap-tiap inti mengandung n kromosom. Akhirnya di
ikuti oleh proses sitokinesis sehingga seluruhnya terbentuk 4 sel anak
haploid.
Perbandingan mitosis dan meiosis
No. Mitosis meiosis
1 Satu kali pembelahan Dua kali pembelahan
2 Menghasilkan dua sel anak Menghasilkan 4 sel anak
3 Sel anak sama secara genetik Sel anak tidak sama secara
genetik
4 Jumlah kromosom sel anak
sama dengan kromosom sel
induk (2n)
Jumlah kromosom sel anak
setengah kromosom sel induk
(2n)
5 Terjadi di sel tubuh Terjadi di organ reproduksi
(ketempat pembentukan sel
kelamin)
6 berfungsi untuk perbanyakan
sel, pertumbuhan, perbaikan,
dan reproduksi aseksual
Berfungsi untuk membentuk sel
kelamin
19
DAFTAR PUSTAKA
Hamdan, Manohara, Wahida. 2002. Biologi Tingkatan 5. Malaysia: Penerbitan
Plangi Sdn. Bhd.
James, J., Colin, B., & Helen, S. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan.
Terjemahan dari: Principles of Science for Nurses. Oleh Indah, R. W.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Madigan M. T., Martinko J.M., dan Parker J. 2000. Brock Biology of
Microorganisme. Edisi ke-9. London: Prentice Hall.
Oram, R. F. S & P.J. Hummer, Jr. 1994. Biology Living System. Glencoe Division
Macmillan/Mc. Grawl-Hill School Publishing Company, Wasterville.
Pelezar M.J.Jr., Chan E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta: UI
Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Rachman, Nurwiati. 2004. Intisari Biologi untuk SMU kelas 1,2, dan 3. Bandung:
Pustaka Setia.
Tim Kashiko. 2002. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: Kashiko Press.
Volk, W. A. & M.F. Wheeler. 1984. Basic Microbioloby, 5th ed. Harper & Row,
Publisher, Inc.
Yatim, Wildan. 1999. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.