kata pengantar - sinta.unud.ac.id · kata pengantar om swastyastu, puji syukur penulis panjatkan...

33
KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS TENTANG PEMBOCORAN DATA PRIBADI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PIDANA” ini, dapat terselesaikan. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna akibat dari keterbatasan kemampuan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini memenuhi kriteria salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Penulisan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana; 2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, S.H., M.H., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana; 3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H., Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana; 4. Bapak Dr. I Gede Yusa, S.H., M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana;

Upload: doantruc

Post on 09-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS

TENTANG PEMBOCORAN DATA PRIBADI MELALUI MEDIA

ELEKTRONIK DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PIDANA” ini, dapat

terselesaikan. Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna akibat dari keterbatasan

kemampuan penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini memenuhi kriteria salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

Penulisan skripsi ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak baik

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan yang baik

ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana;

2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, S.H., M.H., Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Udayana;

3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H., Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Udayana;

4. Bapak Dr. I Gede Yusa, S.H., M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Udayana;

Page 2: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

5. Bapak Dr. I Gusti Ketut Ariawan, S.H., M.H, Dosen Pembimbing I yang

telah sabar memberikan bimbingan, petunjuk, saran dan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini;

6. Bapak I Made Walesa Putra, S.H., M.Kn, Dosen Pembimbing II yang telah

sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan

penulisan skripsi ini;

7. Bapak I Ketut Suardita, S.H., M.H, Pembimbing Akademik yang telah

menuntun dan membimbing penulis dari awal kuliah di Fakultas Hukum

Universitas Udayana;

8. Bapak Dr. Ida Bagus Surya Darmajaya, SH.,MH., Ketua Bagian Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana;

9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama kuliah kepada penulis;

10. Bapak dan Ibu Staf Laboratorium Hukum, Perpustakaan, dan Tata Usaha

Fakultas Hukum Universitas Udayana;

11. Kepada kedua orang tua saya, Ngakan Putu Suardana, S.T., M.T dan Ni Luh

Seniarti, S.E, yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini;

12. Kepada saudara saya, Ngakan Gede Darma Utama Pradana, S.T., Ngakan

Komang Indra Darmawan, Ni Kadek Ayu Dwi Nastelia, I Gede Wikan

Laksana, Ni Komang Trisna Ardianti yang selalu memberikan dukungan

semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

Page 3: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

13. Kepada sahabat-sahabat penulis Syahdad, Hendra, Giga, Agung, Mitha,

Sangga, Nanda, Rangga, Rhee, Mitharosa, Dwi, Putri, Intan, Cok Tria,

Bunga, Dewi yang selalu sabar menemani serta memberikan semangat dan

selalu memberikan bantuan. Dan teman-teman Fakultas Hukum Universitas

Udayana angkatan 2012 lainnya yang telah menemani mulai dari awal kuliah

hingga menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana ini;

14. Kepada teman-teman SDN 41 Mataram, SMPN 2 Mataram, SMAN 2

Mataram serta teman-teman KKN Nongan dan semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan

dukungan selama penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana;

Semoga segala bantuan, budi baik dan petunjuk yang telah diberikan

kepada penulis mendapat pahala dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Penulis

menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penulisan hasil penelitian

ini. Dengan kerendahan hati, penulis menghargai dan menerima kritik dan saran

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, baik sebagai

bahan bacaan maupun untuk pengetahuan bagi yang memerlukan.

Denpasar, 2016

Penulis

Page 4: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM………………………………………………...i

PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM.....................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................……………iii

PENGESAHAN PANITIA PENGUJI................................................................iv

KATA PENGANTAR………………….…………………………………….….v

DAFTAR ISI…………………………………………………………...……....viii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN………………...……..…xii

ABSTRAK……………………………………………………….……………..xiii

ABSTRACK………………………………………………..…..........................xiv

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................8

1.3 Ruang Lingkup Masalah.......................................................................9

1.4 Orisinalitas............................................................................................9

1.5 Tujuan Penulisan.................................................................................10

1.5.1 Tujuan Umum............................................................................11

1.5.2 Tujuan Khusus...........................................................................11

Page 5: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

1.6 Manfaat Hasil Penelitian.....................................................................11

1.6.1 Manfaat Teoritis.........................................................................11

1.6.2 Manfaat Praktis..........................................................................12

1.7 Landasan Teoritis................................................................................12

1.7.1 Hukum Pidana............................................................................12

1.7.2 Teori Pemidanaan......................................................................15

1.7.3 Teori Kebijakan Kriminal (criminal policy)..............................16

1.8 Metode Penelitian................................................................................19

1.8.1 Jenis Penelitian..........................................................................19

1.8.2 Jenis Pendekatan........................................................................21

1.8.3 Sumber Bahan Hukum..............................................................22

1.8.4 Teknik pengumpulan Bahan Hukum.........................................23

1.8.5 Teknik Analisis Bahan Hukum..................................................24

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PEMBOCORAN DATA

PRIBADI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DAN ASPEK

HUKUM PIDANA.................................................................................25

2.1 Pembocoran Data Pribadi Melalui Media Elektronik........................25

2.1.1 Pengertian Data Pribadi...........................................................25

2.1.2 Pengertian Media Elektronik...................................................28

2.1.3 Permasalahan Pembocoran Data Pribadi di Indonesia............30

2.1.4 Dampak dari Pembocoran Data Pribadi Melalui Media

Elektronik................................................................................33

2.2 Aspek Hukum Pidana.........................................................................35

Page 6: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

2.3 Kebijakan Kriminalisasi.....................................................................39

2.3.1 Pengertian Kebijakan Kriminalisasi........................................39

2.3.2 Asas-asas Kriminalisasi...........................................................42

BAB III PENGATURAN TINDAK PIDANA PEMBOCORAN DATA

PRIBADI MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DALAM UU ITE

DAN KUHP..........................................................................................47

3.1 Pengaturan Tindak Pidana Pembocoran Data Pribadi Melalui Media

Elektronik dalam UU ITE dan KUHP............................................47

3.1.1 Pengaturan Tindak Pidana Pembocoran Data Pribadi Melalui

Media Elektronik dalam UU ITE..........................................47

3.1.2 Pengaturan Tindak Pidana Pembocoran Data Pribadi Melalui

Media Elektronik dalam KUHP............................................50

3.2 Kebijakan Kriminalisasi Perbuatan Pembocoran Data Pribadi

Melalui Media Elektronik Dalam RUU ITE dan RUU KUHP......52

3.2.1 Kebijakan Kriminalisasi Perbuatan Pembocoran Data Pribadi

Melalui Media Elektronik Dalam RUU ITE.........................53

3.2.2 Kebijakan Kriminalisasi Perbuatan Pembocoran Data Pribadi

Melalui Media Elektronik Dalam RUU KUHP....................54

BAB IV PERBANDINGAN CYBER LAW INDONESIA DENGAN

NEGARA LAIN...................................................................................56

Page 7: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

4.1 Indonesia..........................................................................................56

4.2 Inggris..............................................................................................59

4.3 Malaysia...........................................................................................63

BAB V PENUTUP............................................................................................69

5.1 Kesimpulan......................................................................................69

5.2 Saran................................................................................................70

BAB VI DAFTAR PUSTAKA..........................................................................71

Page 8: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Analisis Tentang Pembocoran Data Pribadi Melalui Media Elektronik Ditinjau Dari Aspek Hukum Pidana. Perkembangan teknologi informasi kini sangat cepat dan jauh berbeda dengan masa awal kehadirannya.

Dalam perkembangan teknologi informasi ini, media elektronik muncul sebagai sarana berkomunikasi gaya baru. Pemakaian media elektronik yang semakin terus

bertambah saat ini juga dapat digunakan sebagai sarana yang tepat dalam melaksanakan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad). Penyalahgunaan atau pembocoran data pribadi misalnya yang dapat dikatakan sebagai salah satu

perbuatan melawan hukum melalui media elektronik atau yang saat ini biasa disebut dengan Cyber Crime.

Perkembangan media elektronik saat ini yang juga ditunjang dengan karakteristik internet yang terbuka dan bebas dapat mengakibatkan bocornya data

pribadi seseorang, sehingga penulis membahas mengenai pengaturan terhadap kasus pembocoran data pribadi melalui media elektronik serta perbandingan

hukum Indonesia dengan Negara lain mengenai perbuatan pembocoran data pribadi melalui media elektronik. Jenis penulisan yang digunakan adalah hukum normatif karena penelitian ini menguraikan permasalah-permasalahan yang ada,

untuk selanjutnya dibahas dengan kajian berdasarkan teori-teori hukum kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam praktek hukum.

Pengaturan mengenai perbuatan pembocoran data pribadi sudah diatur

dalam beberapa peraturan dalam hukum positif Indonesia diantaranya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Traksaksi Elektronik, namun jika ditelusuri lebih jauh terdapat

norma kabur dalam hal pengaturan perbuatan pembocoran data pribadi melalui media elektronik ini. Jika dibandingan dengan negara lain, Indonesia memang

belum memiliki Undang-Undang khusus yang mengatur mengenai Data Pribadi (Privacy), seperti halnya di Inggris yang mengatur perbuatan pembocoran data pribadi dalam Data Protection Act 1998, Section 55 Unlawful obtaining etc. of

personal data dan Malaysia dalam Personal Data Protection Act (PDPA) 2010, Part II PERSONAL DATA PROTECTION, Division 1 Personal Data Protection

Principles, Section 5.

Kata Kunci : Pembocoran Data Pribadi, Media Elektronik, Hukum Pidana

Page 9: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

ABSTRACT

This Thesis entitled The Analysis of Data Breaches Through Electronic Media Reviewed From Penal Code Aspect. Nowdays, the development of

information technology moves rapidly and much different then. In the development of information technology, electronic media emerged as a means of new communicating style. The use of electronic media is increasingly growing

and this phenomenon can also be used as an act of against the law (onrechtmatige daad). The Data Breach , for example, which can be regarded as one of the illegal

acts through the electronic media or commonly known as Cyber Crime.

The development of electronic media is also supported by the

characteristics of the Internet which open and free that lead to the leakage of one's private data, so the researcher discusses the regulations of data breach

through the electronic media as well as comparison of the law applied in Indonesia with other countries regarding the actions the data breach through electronic media. The research type used in this study is a normative study, as this

study outlines the problems exist, to further discuss the study based on the theories of law, then associated with the legislation applicable in the law

practice.

The regulations regarding the data breach act are set in the positive law

of Indonesia, including the Criminal Code, and Act No. 11 Year 2008 about Information and Electronic Transactions, but if the act examined further, there are blurred norms contained in the act of the data breach through the electronic

media. Compared to other countries, Indonesia does not have a specific act that regulates about the Personal Data (Privacy), but in the United Kingdom

governing the data breach act in the Data Protection Act 1998, Section 55 Unlawful Obtaining etc. of personal data, and also Malaysia regulates data breach in the Personal Data Protection Act (PDPA) 2010, Part II PERSONAL

DATA PROTECTION, Division 1 Personal Data Protection Principles, Section 5.

Key Words : Data Breach, Electronic Media, Penal Code

Page 10: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi informasi kini sangat cepat dan jauh berbeda

dengan masa awal kehadirannya. Era globalisasi telah menempatkan peranan

teknologi informasi ke dalam suatu posisi yang sangat strategis karena dapat

menghadirkan suatu dunia tanpa batas, jarak, ruang, dan waktu serta dapat

meningkatkan produktivitas serta efisiensi. Teknologi informasi telah merubah

pola hidup masyarakat secara global dan menyebabkan perubahan sosial budaya,

ekonomi, dan kerangka hukum yang berlangsung secara cepat dengan signifikan.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat

juga ikut mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam komunikasi dan

interaksi. Hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat selalu bersentuhan

langsung dengan teknologi dan terbukti mendatangkan manfaat bagi

perkembangan dan peradaban manusia. Kemajuan teknologi menghasilkan

sejumlah situasi yang tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh manusia.1

Dalam perkembangan teknologi informasi ini, media elektronik muncul

sebagai sarana berkomunikasi gaya baru. Contoh media elektronik yang ada saat

ini yaitu Televisi, radio, telepon genggan atau Hand Phone (HP), komputer dan

juga tidak ketinggalan yang paling mutakhir dengan dapat mengakses segala jenis

informasi didalamnya yakni Internet. Media elektronik disini dapat diartikan

1 Diaz Gwijangge, 2011, Peran TIK Dalam Pembangunan Karakter Bangsa, Sulawesi, h.

11.

Page 11: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

sebagai perangkat teknologi yang dapat menggantikan media kertas yang biasa

kita gunakan. Di zaman sekarang ini, media elektronik sangat mudah untuk

didapatkan karena terdapat dan tersedia di mana-mana.

Media elektronik dapat dikatakan sebagai sumber infomasi yang utama

bagi masyarakat dan bahkan bagi seluruh orang yang ada di dunia ini. Dengan

adanya media elektronik tersebut, masyarakat dapat mengetahui informasi yang

terjadi di sekelilingnya dan bahkan dapat mengetahui seluruh informasi apa saja

yang terjadi di seluruh dunia.2

Pemakaian media elektronik yang semakin terus bertambah saat ini juga

dapat digunakan sebagai sarana yang tepat dalam melaksanakan perbuatan

melawan hukum (onrechtmatige daad). Perbuatan melawan hukum itu sendiri

dapat diartikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang berarti bahwa perbuatan

itu mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan dari masyarakat.

Lebih lanjut beliau mengatakan, bahwa istilah“onrechtmatige daad” ditafsirkan

secara luas, sehingga meliputi juga suatu hubungan yang bertentangan dengan

kesusilaan atau dengan yang dianggap pantas dalam pergaulan hidup masyarakat.3

Penyalahgunaan atau pembocoran data pribadi misalnya yang dapat

dikatakan sebagai salah satu perbuatan melawan hukum melalui media elektronik

atau yang saat ini biasa disebut dengan Cyber Crime. Contohnya telepon seluler

yang mengharuskan untuk seseorang mengisi data pribadi atau registrasi sebelum

2 Artikel, 2011, Media Elektronik; Dampak Komunikasi Media Elektronik , Available

from: URL; http;//hildaamelyayahoocom.blogspot.com/ (diakses pada 27 November 2015) 3 R. Wirjono Prodjodikoro, 2000, Perbuatan Melanggar Hukum, Mandar Maju, Bandung,

h. 13.

Page 12: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

menggunakan kartu telepon seluler atau bahkan melalui media eletronik lainnya

seperti penggunaan jejaring sosial di Internet. Di setiap profil pada akun jejaring

sosial, contohnya Facebook, Twitter, dan lain-lain, individu yang bersangkutan

selalu mencantumkan data-data pribadinya secara relatif lengkap dan jujur.

Informasi pribadi itu sendiri, seperti nama lengkap, tanggal lahir, nomor telepon,

alamat tempat tinggal, alamat e-mail, foto-foto pribadi dan lainnya. Tentu saja ini

secara sengaja maupun tidak sengaja, dipicu dengan karakteristik internet yang

terbuka dan bebas, data informasi ini mudah sekali mengalir dari satu tempat ke

tempat lainnya tanpa terkendali. Oleh karena itu tidak mengherankan jika ada satu

atau sekelompok orang yang rajin mengumpulkan data atau informasi tersebut

(database) demi berbagai kepentingan di kemudian hari.4

Orang dapat dikatakan mempunyai kesalahan, jika pada waktu melakukan

perbuatan pidana, dilihat dari segi masyarakatnya dapat tercela karenanya, yaitu

kenapa melakukan perbuatan yang merugikan masyarakat padahal mampu untuk

mengetahui dampak buruk perbuatan tersebut dan mengetahui bahwa perbuatan

tersebut melanggar ketentraman atau nilai-nilai dalam masyarakat, dan karenanya

dapat bahkan harus menghindari perbuatan yang sedemikian itu.5

Dapat kita lihat, seperti halnya sekarang ini begitu banyak keluhan yang

datang dari orang-orang yang dimana mereka merasa bahwa data pribadi mereka

telah bocor, yang mana data pribadi tersebut digunakan tanpa persetujuan dari

4 Richardus Eko Indrajit, 2012, Bunga Rampai; Fenomena Kebocoran Data, h. 2,

available from: URL; http://www.academia.edu/14326619/Fenomena_Kebocoran_Data(diakses

pada 27 November 2015) 5 C.S.T. Kansil, 2009, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , Balai Pustaka,

Jakarta, h. 165.

Page 13: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

pemilik data itu sendiri untuk kepentingan komersial, seperti misalnya asuransi,

kartu kredit, pola penyedotan pulsa, pelanggan kartu seluler tidak bisa melakukan

UnReg, menerima content yang tidak seharusnya, kredit tanpa angunan melalui

media SMS (Short Massage Service), spam atau SMS broadcash. Dan tentunya

juga masyarakat cukup sering menerima telepon langsung dari telemarketing yang

menawarkan jenis produk atau penawaran kartu kredit yang sangat menganggu

tentunya.

Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi seperti pada tahun 2011 lalu

dimana perusahaan kartu telepon seluler terbesar di Indonesia yakni Telkomsel

diberitakan telah terjadinya pembocoran data pribadi pelangggan sebanyak 23 juta

pelanggan.6 Contoh kasus pembocoran data pribadi lainnya yang didapatkan dari

situs berita nasional Kompas adalah sebagai berikut :

KOMPAS.com - Kasus yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah

tenaga penjual produk yang mengetahui nama dan nomor telepon seluler warga.

Kemudian, ia menawarkan produknya.7 Contohnya dalam kasus yang dialami

oleh :

Tri (42), warga Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, mengungkapkan

kejengkelannya karena setiap hari menerima telepon dari orang yang

mengaku bagian pemasaran perbankan dan asuransi. ”Tiap hari, dari pagi

hingga sore, bisa lebih dari lima orang menelepon menawarkan kartu

6 Prof. Richardus Eko Indrajit, loc,cit.

7 Kompas, 2013, Kebocoran Data Pribadi Gawat, Available from: URL:

http://nasional.kompas.com/read/2013/02/18/08161710/Kebocoran.Data.Pribadi.Gawat (diakses

pada 27 November 2015)

Page 14: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

kredit dan asuransi. Kadang satu bank bisa tiga orang berturut-turut

menelepon. Kalau kita angkat telepon, mereka akan langsung bicara terus-

menerus sehingga sulit dihentikan, kecuali kita matiin,” ujarnya.

Ina, manajer bisnis di sebuah perusahaan nasional yang berkantor di

Semarang, juga mengungkapkan kejengkelannya karena sering diganggu.

”Data pribadi kita sering diperjualbelikan kepada tenaga penjual produk

bank-bank lainnya sehingga kita sering dapat telepon yang lumayan

mengganggu,” katanya. Parahnya lagi, lanjut Ina, persetujuan atas

penawaran dari tenaga penjual itu dilakukan melalui rekaman pembicaraan

via telepon. ”Kalau kita terjebak dengan pertanyaan mereka dengan

jawaban ’ya’, itu sudah masuk kategori menyetujui untuk program yang

ditawarkan. Saya pernah terjebak sebuah program di kartu kredit,” ujar

Ina. Otomatis, hampir seluruh data Ina dikuasai oleh tenaga penjual itu.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang dimana

didalamnya telah diatur segala macam perbuatan melawan hukum pidana beserta

sanksinya. Perbuatan pembocoran data pribadi ini dapat melihat pada Pasal 322

ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang bagaimana

konteks perlindungan data pribadi dalam ranah hukum pidana, tetapi dalam Pasal

tersebut terdapat unsur penting yang menjadikan pasal ini tidak dapat

dipergunakan secara umum dalam isu perlindungan data pribadi, yaitu unsur

“...wajib disimpannya karena jabatan atau pencariannya (pekerjaannya)“.

Artinya sanksi pidana dalam pasal ini hanya dapat diterapkan apabila data pribadi

Page 15: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

kita dibocorkan atau disebarluaskan oleh pihak yang karena pekerjaannya

seharusnya menjaga rahasia kita.

Sebenarnya upaya untuk mengantisipasi berbagai bentuk penyalahgunaan

data pribadi dan pengambilalihan (konversi) hak atas kepemilikan dan

penggunaannya secara sewenang-wenang, masyarakat Internasional dan

pemerintah berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang, sudah

mengeluarkan berbagai kerangka (framework) regulasi demi melindungi

integritas, kehormatan dan kerahasiaan data pribadi konsumen dan individu secara

umum.

Contoh yang paling mengemuka adalah peraturan Uni Eropa (EU

Directive) tahun 1995 ataupun “APEC Privacy Framework” tahun 2004 yang

telah disepakati oleh para anggotanya termasuk Indonesia. Sementara itu,

pemerintah Inggris, California negara bagian Amerika Serikat, dan negara Uni

Eropa lainnya, Hongkong, Australia, Macau, Taiwan, Malaysia sudah memiliki

Undang-undang khusus untuk melindungi data pribadi individu.

Di Indonesia sendiri memang belum memiliki Undang-undang khusus

dalam perlindungan data pribadi, namun Indonesia memiliki peraturan perundang-

undangan yang ada kaitannya dengan data pribadi di media elektronik yang

tercantum dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik, namun Undang-undang ini bisa dikatakan masih lemah

dalam menangani kasus pembocoran data pribadi tersebut karena jika melihat

Page 16: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

pada Bab1 tentang ketentuan umum tidak dijelaskan apa itu data pribadi, juga

pada Pasal 26 :

(1) “Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan,

penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang

menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan

Orang yang bersangkutan.”

(2) “Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan

berdasarkan Undang-Undang ini.”

Pada bagian penjelasan pasal tersebut dijelaskan lebih lanjut apa yang

dimaksud dengan perlindungan data pribadi dalam kaitannya pemanfaatan

teknologi informasi, tetapi tidak dijelaskan dalam Pasal 26 ini apa yang menjadi

bagian dari data pribadi itu, sedangkan begitu banyak perbedaan-perbedaan

kebutuhan akan perlindungan data pribadi ini yang dimana seharusnya definisi

data pribadi dapat dibuat seluas mungkin dan bersifat subjektif. Hal inilah yang

menyebabkan terjadinya norma kabur dalam Undang-undang ini.

Penegakan hukum dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban dan

perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat

terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga

keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan

oleh nilai-nilai aktual di dalam masyarakat beradab. Sebagai suatu proses kegiatan

yang meliputi berbagai pihak termasuk masyarakat dalam kerangka pencapaian

Page 17: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

tujuan, adalah keharusan untuk melihat penegakan hukum pidana sebagai sistem

peradilan pidana.8

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat norma

kabur dalam kasus pembocoran data pribadi ini. Dimana penjelasan tentang kasus

pembocoran data pribadi ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana beserta

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik masih belum jelas atau

kongkrit, maka penulis tertarik membuat penulisan hukum atau skripsi yang

berjudul “ANALISIS TENTANG PEMBOCORAN DATA PRIBADI

MELALUI MEDIA ELEKTRONIK DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

PIDANA”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan terhadap kasus pembocoran data pribadi

melalui media elektronik dalam Undang-undang ITE dan KUHP?

2. Bagaimanakah perbandingan hukum Indonesia dengan negara lain

mengenai perbuatan pembocoran data pribadi melalui media

elektronik?

8 Mardjono Reksodiputro, 1994, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat Kejahatan

dan Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum,

Jakarta, h. 76.

Page 18: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang menyimpang dan keluar dari

permasalahan yang dibahas maka perlu terdapat pembatasan dalam ruang lingkup

masalah, adapun pembatasannya adalah sebagai berikut :

1. Pertama penulis membahas mengenai pengaturan terhadap kasus

pembocoran data pribadi melalui media elektronik dalam Undang-

undang ITE dan KUHP.

2. Kedua penulis membahas mengenai perbandingan hukum yang ada di

Indonesia dengan Negara lain mengenai perbuatan pembocoran data

pribadi melalui media elektronik.

1.4 Orisinalitas

Berdasarkan informasi dan penelusuran pada kepustakawan, khususnya di

lingkungan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali sepanjang

yang diketahui dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada maka belum ada

penelitian yang menyangkut masalah “Analisis Tentang Pembocoran Data Pribadi

Melalui Media ELektronik”. Adapun penulisan penelitian yang berkaitan dengan

penulisan skripsi ini melalui internet antara lain :

1. Nama : Ivan Syarpani

Tempat : Universitas Mulawarman

Judul : Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Data Pribadi Di

Media Elektronik (Berdasarkan Pasal 26 Undang-undang Nomor 11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik)

Page 19: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

Permasalahan :

1) Bagaimana makna hukum dalam Pasal 26 UU ITE terkait

perlindungan data pribadi?

2) Bagaimanakah konsep hukum terkait perlindungan data pribadi di

media elektronik di masa mendatang?

2. Nama : Radian Adi Nugraha

Tempat : Universitas Indonesia

Judul : Analisis Yuridis Mengenai Perlindungan Data Pribadi

Dalam Cloud Computing System Ditinjau Dari Undang-undang

Informasi dan Transaksi Elektronik

Permasalahan

1) Bagaimana Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

melindungi data pribadi dari pengguna Komputasi Awan di

Indonesia?

2) Bagaimana tanggung jawab penyedia layanan komputasi awan

terhadap perlindungan data pribadi pengguna layanan komputasi

awan?

1.5 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini ada dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

Adapun tujuan tersebut antara lain :

1.5.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk pengembangan konsep, serta

teori-teori bidang ilmu hukum, khususnya ilmu hukum Pidana. Juga agar dapat

Page 20: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

mengetahui tentang pembocoran data pribadi yang terjadi melalui media

elektronik ditinjau dari aspek hukum pidana.

1.5.2 Tujuan khusus

Sedangkan tujuan khusus dari pennelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat menganalisis secara lebih mendalam mengenai pengaturan

terhadap kasus pembocoran data pribadi melalui media elektronik

dalam Undang-undang ITE dan KUHP.

2. Untuk dapat memahami dan menganalisis mengenai perbandingan

hukum yang ada di Indonesia dengan Negara lain mengenai perbuatan

pembocoran data pribadi melalui media elektronik.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan teori-teori ilmiah bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum

pidana, khususnya pada perbuatan pembocoran data pribadi melalui media

elektronik dan diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis terhadap

pengembangan keilmuan dalam ranah pidana khususnya cyber crime.

1.6.2 Manfaat praktis

Secara praktis, hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dan sumbangan pemikiran tentang perbuatan pembocoran data diri

melalui media elektronik dalam hukum pidana di Indonesia. Sehingga para aparat

penegak hukum dapat mulai memberi perhatian dan perlindungan bagi perbuatan

pembocoran data pribadi melalui media elektronik yang berkembang di

Page 21: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-

pihak yang membutuhkan informasi mengenai penegakan hukum terhadap

perbuatan pembocoran data diri melalui media elektronik dalam hukum pidana di

Indonesia.

1.7 Landasan Teoritis

Sebelum membahas permasalahan dalam skripsi ini, maka terlebih dahulu

akan diuraikan beberapa teori atau landasan untuk menunjang pembahasan

permasalahan yang ada. Adapun teori-teori yang akan dipergunakan dalam

penelitian ini meliputi :

1.7.1 Hukum Pidana

Istilah hukum pidana bermakna jamak. Dalam arti obyektif, yang juga

sering disebut ius poenale meliputi : perintah dan larangan, yang atas

pelanggarannya atau pengabaiannya telah ditetapkan sanksi terlebih dahulu oleh

badan-badan negara yang berwenang, peraturan-peraturan yang harus ditaati dan

diindahkan oleh setiap orang.9 Disamping itu, hukum pidana dipakai juga dalam

arti subyektif yang lazim juga disebut ius puniendi, yaitu peraturan hukum yang

menetapkan tentang penyidikan lanjutan, penuntutan, penjatuhan dan pelaksanaan

pidana. Dalam merumuskan hukum pidana kedalam rangkaian kata untuk dapat

memberikan sebuah pengertian yang komprehensif tentang apa yang dimaksud

dengan hukum pidana sangat sulit. Namun setidaknya dengan merumuskan

hukum pidana menjadi sebuah pengertian dapat membantu memberikan

gambaran/deskripsi awal tentang hukum pidana.

9 Zainal Abidin Farid, 2010, Hukum Pidana 1, Cet.III, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.

Page 22: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku

disuatu negara, yang mengadakan dasar-dasar atau aturan-aturan untuk :

1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,

yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana

tertentu bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.

2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan

tersebut.10

Hukum pidana merupakan peraturan mengenai pidana. Kata “pidana”

berarti hal yang “dipidanakan”, yaitu oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan

kepada seorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan juga hal

yang tidak sehari-hari dilimpahkan. Tentu ada dua alasan ini selayaknya ada

hubungan dengan suatu keadaan, yang didalamnya seorang oknum yang

bersangkutan bertindak kurang baik. Maka Unsur “hukuman” sebagai suatu

pembalasan tersirat dalam kata “pidana”. Akan tetapi, kata “hukuman” sebagai

istilah tidak dapat menggantikan kata “pidana”, sebab ada istilah “hukum pidana”

10 Moeljatno, 2008, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, h.1.

Page 23: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

disamping “hukum perdata”. Pengertian ini sering diterapkan untuk

membedakanya dari istilah lain, dengan tidak begitu menggunakan arti kata.11

Andi Hamzah mengemukakan dalam bukunya bahwa ada empat tujuan

pidana, yaitu :

1. Reformasi adalah memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi

orang baik dan berguna bagi masyarakat;

2. Restraint adalah mengasingkan pelanggar dari masyarakat;

3. Retribution adalah pembalasan terhadap pelanggar karena telah

melakukan kejahatan;

4. Deterrence adalah memberikan efek jera atau mencegah sehingga baik

terdakwa maupun orang lain yang mempunyai potensial menjadi

penjahat akan jera dan takut melakukan kejahatan karena melihat

pidana yang dijatuhkan. Sedangkan tujuan pidana yang banyak

berkembang saat ini adalah variasi dari tujuan pidana reformasi dan

deterrence.12

1.7.2 Teori Pemidanaan

Dalam dunia ilmu hukum pidana itu sendiri, berkembang beberapa teori

tentang tujuan pemidanaan, yaitu teori absolut (retributif), teori relatif

(deterrence/utilitarian) dan teori penggabungan (integratif). Teori-teori

11 Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, PT Refika

Aditama, Bandung, h.1. 12 Andi Hamzah, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, h. 28.

Page 24: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

pemidanaan mempertimbangkan berbagai aspek sasaran yang hendak dicapai di

dalam penjatuhan pidana.13

a. Teori Absolut

Teori absolut (teori retributif) memandang bahwa pemidanaan

merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan, jadi

berorientasi pada perbuatan dan terletak pada kejahatan itu sendiri.

Pemidanaan diberikan karena si pelaku harus menerima sanksi itu demi

kesalahannya. Menurut teori ini, dasar hukuman harus dicari dari

kejahatan itu sendiri, karena kejahatan itu telah menimbulkan penderitaan

bagi orang lain, sebagai imbalannya (vergelding) si pelaku harus diberi

penderitaan.14

Ciri pokok atau karakteristik teori absolut (retributif), yaitu :

1. Tujuan pidana adalah semata-mata untuk pembalasan

2. Pembalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak

mengandung sarana-sarana untuk tujuan lain misalnya untuk

kesejahteraan masyarakat

3. Kesalahan merupakan satu-satunya syarat untuk adanya pidana

4. Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelanggar

5. Pidana melihat ke belakang, ia merupakan pencelaan yang murni

dan tujuannya tidak untuk memperbaiki, mendidik atau

memasyarakatkan kembali si pelanggar.

13 Dwidja Priyanto, 2009, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia , PT. Rafika

Aditama, Bandung, h. 22. 14 Leden Marpaung, 2009, Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, h.

105.

Page 25: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

b. Teori Relatif

Teori relatif (deterrence), teori ini memandang pemidanaan bukan

sebagai pembalasan atas kesalahan si pelaku, tetapi sebagai sarana mencapai

tujuan bermanfaat untuk melindungi masyarakat menuju kesejahteraan. Dari

teori ini muncul tujuan pemidanaan sebagai sarana pencegahan, yaitu

pencegahan umum yang ditujukan pada masyarakat. Berdasarkan teori ini,

hukuman yang dijatuhkan untuk melaksanakan maksud atau tujuan dari

hukuman itu yakni memperbaiki ketidakpuasan masyarakat sebagai akibat

kejahatan itu. Tujuan hukuman harus dipandang secara ideal, selain itu

tujuan hukuman adalah untuk mencegah (prevensi) kejahatan.15

Adapun ciri pokok atau karakteristik teori relatif (utilitarian), yaitu :

1. Tujuan pidana adalah pencegahan (prevention)

2. Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya sebagai sarana untuk

mencapai tujuan yang lebih tinggi yaitu kesejahteraan masyarakat

3. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan

kepada si pelaku saja (misal karena sengaja atau culpa) yang

memenuhi syarat untuk adanya pidana

4. Pidana harus ditetapkan berdasar tujuannya sebagai alat untuk

pencegahan kejahatan

5. Pidana melihat ke muka (bersifat prospektif), pidana dapat

mengandung unsur pencelaan, tetapi unsur pembalasan tidak

15 Ibid, h. 106.

Page 26: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

dapat diterima apabila tidak membantu pencegahan kejahatan

untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.

c. Teori Gabungan

Teori gabungan (integratif) mendasarkan pidana pada asas pembalasan

dan asas tertib pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua

alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Pada dasarnya teori

gabungan adalah gabungan teori absolut dan teori relatif. Gabungan kedua

teori itu mengajarkan bahwa penjatuhan hukuman adalah untuk

mempertahankan tata tertib hukum dalam masyarakat dan memperbaiki

pribadi si penjahat.16

Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu :

1. Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi

pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa yang pelu dan

cukup untuk dapatnya dipertahankannya tata tertib masyarakat

2. Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata tertib

masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh

lebih berat daripada perbuatan yang dilakukan terpidana.17

1.7.3 Teori Kebijakan Kriminal (criminal policy)

Kebijakan kriminalisasi merupakan suatu kebijakan dalam menetapkan

suatu perbuatan yang semula bukan tidak pidana (tidak dipidana) menjadi suatu

tindak pidana (perbuatan yang dapat dipidana). Jadi, pada hakikatnya kebijakan

16 Ibid, h. 107. 17 Adami Chazawi, 2010, Pelajaran Hukum Pidana I, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h. 162-

163.

Page 27: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

kriminalisasi merupakan bagian dari kebijakan kriminal (criminal policy) dengan

menggunakan sarana hukum pidana (penal) dan oleh karena itu termasuk bagian

dari kebijakan hukum pidana (penal policy).

Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan

kejahatan termasuk bidang “kebijakan kriminal” (criminal policy). Kebijakan

kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan

sosial” (social policy) yang terdiri dari kebijakan atau upaya- upaya untuk

kesejahteraan sosial (social welfare policy) dan kebijakan atau upaya –upaya

untuk perlindungan masyarakat (social defence policy).18

Kebijakan penangguangan kejahatan atau politik kriminal (criminal

policy) adalah suatu kebijakan atau usaha rasional untuk menanggulangi

kejahatan. Politik Kriminal itu merupakan bagian dari politik penegakan hukum

dalam arti luas (law enforcement policy), yang seluruhnya merupakan bagian dari

politik sosial (social policy), yaitu suatu usaha dari masyaraat atau Negara untuk

meningkatkan kesejahteraan warganya.19

Sudarto mengemukakan tiga arti mengenai kebijakan kriminal, yaitu

sebagai berikut :

a. Dalam arti sempit adalah keseluruhan asas dan metode yang menjadi

dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum berupa pidana.

18 Barda Nawawi Arief, 2008, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana

dalam Penanggulangan Kejahatan , Prenada Media Group, Jakarta, (selanjutnya disingkat Barda

Nawawi Arief I), h.77. 19 Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2010, Bunga Rampai Hukum Pidana, Alumni,

Bandung, (selanjutnya disingkat Muladi dan Barda Nawawi Arief I), h.1.

Page 28: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

b. Dalam arti luar adalah keseluruhan fungsi dari aparatur penegakan

hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi.

c. Dalam arti yang paling luas adalah keseluruhan kebijakan yang

dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang

bertuuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.20

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian dengan

metode pendekatan penelitian normatif, dikarenakan oleh pada kasus pembocoran

data pribadi ini baik dalam KUHP maupun dalam UU ITE masih belum jelas

penjelasan yang menjelaskan mengenai bagaimana pembocoran data pribadi dan

apa itu data pribadi sendiri, sehingga muncullah kekaburan norma didalamnya.

Penelitian normatif merupakan penelitian hukum dengan metode

kepustakaan atau studi dokumen yang ditujukan hanya pada peraturan-peraturan

tertulis atau bahan hukum lain. Salah satu cirinya menggunakan data sekunder

yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.

Dipilihnya jenis metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian

hukum kepustakaan karena metode atau cara yang dipergunakan di dalam

penelitian ini dilakukan dengan meneliti bahan pustaka yang ada atau

20 Sudarto, 2006, Kapita Selekta Hukum Pidana , Alumni, Bandung, (selanjutnya

disingkat Sudarto I), h. 113-114.

Page 29: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

menguraikan permasalah-permasalahan yang ada21, untuk selanjutnya dibahas

dengan kajian berdasarkan teori-teori hukum kemudian dikaitkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam praktek hukum.

Penelitian normatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut : beranjak dari

adanya kesenjangan dalam norma atau asas hukum, tidak menggunakan hipotesis,

menggunakan landasan teoritis, menggunakan bahan hukum yang terdiri atas

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Penelitian hukum normatif

digunakan beranjak dari adanya persoalan dalam aspek norma hukum, yaitu

norma yang kabur atau tidak jelas (vague van normen), norma yang konflik

(geschijld van normen), maupun norma yang kosong (leemten van normen) yang

ada dalam peraturan perundang-undangan terkait permasalahan yang hendak

diteliti. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang

ditujukan untuk mendapatkan hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan

untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan

penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif

adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan

kewajiban).22

1.8.2 Jenis Pendekatan

Penelitian normatif umumnya mengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yaitu

pendekatan kasus, pendekatan perundang-undangan, pendekatan fakta,

21 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.13-14. 22 Hardijan Rusli, 2006, Metode Penelitian Hukum Normatif : Bagaimana?, Law Review

Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan , Volume V No.3, h. 50.

Page 30: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

pendekatan koseptual, pendekatan frasa, pendekatan sejarah atau historis, dan

pendekatan perbandingan.

Sesuai dengan buku pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas

Udayana, dalam penelitian ini digunakan jenis pendekatan :

1. Jenis pendekatan perundang-undangan (the statue approach)

2. Jenis pendekatan kasus (the cases approach)

3. Jenis pendekatan analisis konsep hukum (analitical & conseptual

approach)

4. Jenis pendekatan perbandingan (comparative approach)

Pendekatan perundang-undangan digunakan karena yang akan diteliti

adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam

penelitian ini.

Pendekatan undang-undang yaitu pendekatan dengan menggunakan

legislasi dan regulasi. Pendekatan undang-undang (the statue approach) dilakukan

dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang ditangani.23 Pendekatan kasus memusatkan

perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail, subjek yang diteliti

terdiri dari satu unit yang dipandang sebagai kasus.

1.8.3 Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari :

1. Sumber bahan hukum primer

23 Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana, h. 93.

Page 31: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

Sumber bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum yang

bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan hasil dari

tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang

untuk itu.24 Sumber bahan hukum primer yang digunakan adalah :

- Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

- Peraturan Perundang-undangan, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP)

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4843)

2. Sumber bahan hukum sekunder

Sumber bahan hukum sekunder yakni bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang

digunakan adalah literatur-literatur yang relevan dengan topik yang

dibahas, baik literatur-literatur hukum (buku-buku hukum (textbook) yang

ditulis para ahli seperti buku tentang hukum pidana, buku tentang

membuka rahasia, pendapat para sarjana, jurnal-jurnal hukum maupun

literatur non hukum dan artikel atau berita yang diperoleh via internet.

24 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan

Empiris, Pustaka Pelajar , Yogyakarta, h. 157.

Page 32: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

3. Sumber bahan hukum tersier

Bahan hukum tertsier, yakni bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

kamus besar bahasa Indonesia dan kamus hukum.

1.8.4 Teknik pengumpulan Bahan Hukum

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan bahan hukum yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan (study document).

Telaah kepustakaan dilakukan dengan cara mencatat dan memahami isi dari

masing-masing informasi yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier yang relevan, kemudian dikelompokkan secara

sistematis sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.25

1.8.5 Teknik analisis bahan hukum

Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah terkumpul dapat

digunakan berbagai teknik analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskripsi, teknik interprestasi,

teknik evaluasi dan teknik argumentasi.

Teknik deskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat dihindari

penggunaannya. Deskripsi berarti uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau

posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non-hukum.

Teknik interpretasi berupa penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu

hukum seperti penafsiran otentik, penafsiran resmi, dan yurisprudensi.

25 H. Zainuddin Ali, 2009, Metode Penulisan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.107.

Page 33: KATA PENGANTAR - sinta.unud.ac.id · KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulisan skripsi

Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau

tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap suatu

pandangan, proposisi, pernyataan rumusan norma, keputusan, baik yang tertera

dalam bahan primer maupun dalam bahan hukum sekunder.

Teknik argumentasi tidak bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena

penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.

Dalam pembahasan permasalahan hukum makin banyak argumen makin

menunjukkan kedalaman penalaran hukum.