jurnal iimiah mahasiswa teologi sanata dharmarepository.usd.ac.id/12510/1/jurnal_fenomena... ·...

6
· VIII/No~O'/2011 Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharma I"- LO I"- I"- I (j) N eo .•.. ~13eragama VB eg ra" z (j) (j)

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharmarepository.usd.ac.id/12510/1/jurnal_fenomena... · minggu terakhir lingkaran tahun liturgi gereja (pekan ke-34), Hari Raya Kristus RajaSem

· VIII/No~O'/2011

Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharma

I"-LOI"-I"-I

(j)Neo.•..

~13eragama VB eg ra"z(j)(j)

Page 2: Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharmarepository.usd.ac.id/12510/1/jurnal_fenomena... · minggu terakhir lingkaran tahun liturgi gereja (pekan ke-34), Hari Raya Kristus RajaSem

Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata DharmaSapere Aude adalah kutipan puisi Horace yang dijadikan semboyan Pencerahan oleh Emmanuel Kant. "Beranilah umengetahui, beranilah untuk berfikir sendiri!" Keberanian inilah yang menjadi syarat mutlak dari jawaban Kant ketika pNovel11ber 1784, ia ditanya oleh berkala Berkinische Monatschrrift, "Apa itu pencerahan?" Jawabannya, "Pencerah(adalah sesuatu yang) terjadi ketika manusia membebaskan diri dari selbst verschukienten UnmOndigkketidakdewasaan yang justru kita tumbuhkan sendiri dalam diri kita!"

PelindungDr. E.P.D. Martasudjita, Pr

Daftar Isi

PendampingDr. R. Rubiyatmoko, Pr

Redaksi MenulisBeragama vs Bernegara? (1-2)

Dirkursus PemikiranFanatisme, Etika dan Kehidupan Sosial (3-9)

Membaca Ulang Ruang Ekspresi Publik (10-13)

Banqkitlah, Wahai Pemuda, Benahi Bangsamu (16-17)

Beragama atau Bernegara? (18-20)

Pemimpin UmumPaulus Halek Bere

Pemimpin RedaksiAntonius Anjar Daniadi

Staf RedaksiLambertus Gamuopun LewarVinsensius Lolo WeaYohanesAda

BendaharaPrasetya Aditama Nagara

Jan Assmann tentang Monotheisme dan Konsekuensi Politiknya (28)

Dalam Cinta Kasih Allah (29-34)

Gereja dalam Politik (35-40)

Berpolitik : Kotor atau Bersih ? (41-46)

DistribusiFajar KristiantoAri Wibowo

Ekskursus PemikiranINDONESIA: Mencintai Negara=Mencintai Pluralitas Agama (62-66)

Civitas Dei: Pola Kepemimpinan Negara yang Baik (67-70)

Rintihan di Bawah Atap (71-75)

SekretarisBonifasius Satria Pamungkas

Jati Diri Manusia Beragama-Bernegara (47-53)

Gereja sebagai Ibu Pewarta Perdamaian dan Keadilan (54-61)

Lay-OutGalih WijayaCarolus Ama One

PustakalokaThe Shack (76-77)

Yesus Kristus Tuhan Kita (78-79)

Seluruh gambar lIustrasi diambil dariinternet

SinemalokaDarah Garuda : Merah Putih 11 (80)

Serba-serbi KampusSepenggal Kisah Fakultas Teologi Wedhabakti (81-85)Alamat Redaksi

Fakultas Teologi - Universitas Sanata DharmaJalan Kaliurang Km 7 PO.BOX.1194Yogyakarta 55011 .E-mail: [email protected]

Redaksi rnenerirrra kiriman naskah 10-15halaman A4, Font Times ~w Roman denganukuran 12 dan spasi ganda. '-----.....

SastralokaKidung Balada (86-88)

I Love You Full (89-93)

Aku Ingin Pulang (94-99)

Page 3: Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharmarepository.usd.ac.id/12510/1/jurnal_fenomena... · minggu terakhir lingkaran tahun liturgi gereja (pekan ke-34), Hari Raya Kristus RajaSem

\MEMBACA ULANG RUANG EKSPRESI (PUBLIK)

DI DALAM LINGKUP GEREJ~WI

Belajar dari Kasus Lagu 'Raja Agung' di Dalam Liturgi

Dr. G. Budi Subanar

Gending 'Nata Agung', mengiringi keda-tangan Presiden Sukamo memasuki KampusPTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru)Sanata Dharma. Peristiwa tersebut terjadi 50 tahunyang lalu, tepat-nya 8 April '::1961, saat pe- :-resmian- P::r:PG-~".Sanata .Dharma__menjadi pergu-ruan swastayang berstatusdiakui negara.

Saatitume-rupakan kesem-patan pertamagending 'N ataAgung' dip er-dengarkan ke-pada khalayak.lnilah sebuahperistiwa publikyang berlang-sung di wilayah sekular dalam bentuk upacaramenyambut kedatangan Presiden RI sebagaikepala negara dan kepala pemerintahan. Setelahperistiwa tersebut, gending 'NataAgung' menjadisalah satu gending yang digunakan di dalamperayaan Ekaristi. Bahkan sampai sekarang, lagu'Raja Agung' ('Nata Agung' dalam versi bahasaIndonesia) menjadi salah satu lagu pilihandalam perayaan Ekaristi, dan secara khususakan menjadi pilihan pada perayaan Ekaristi

minggu terakhir lingkaran tahun liturgi gereja(pekan ke-34), Hari Raya Kristus Raja SemAlam. Dengan menyanyikan 'Raja Agung' umenyerukan Kristus sebagai Raja SemestaAI

Keduaristiwa tersebdapat membwa suatu disksi tentang bagaimana memak-nai upacara didalam ruang pu-blik (sekular)dan ruang pu-blik di wilayahgerejawi.Mengapa 'NataAgung' menjadipilihan untukmengiringikedatangan se-orang kepala ne-gara? Mengapa

pula kemudian gending tersebut menjadinyanyian yang dinyanyikan di dalam perayaanekaristi? Bagaimana proses perpindahan satuekspresi yang terjadi di ruang publik sekularmasuk ke dalam ruang publik gerejawi? Kalaudalam peristiwa Natal ada pesta yang berasaldari perayaan agama yang kemudian dikooptasi,dan menjadi komoditas lalu menjadi peristiwabudaya, atau sekularisasi atas kebiasaan agama.Yang terjadi dalam penyerapan gending 'Nata

-..L.I

10 Fenomena Vol. Villi No. 1/2011

Page 4: Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharmarepository.usd.ac.id/12510/1/jurnal_fenomena... · minggu terakhir lingkaran tahun liturgi gereja (pekan ke-34), Hari Raya Kristus RajaSem

, ;"

Agung' adalah sebuah arus yang berlawanan,yang berlangsung di wilayah sekular diambilalih dan dimasukkan ke dalam wilayah (publik)gerejawi.

Membedakan Tapi Tidak Memisahkan (Diri),Bahkan Melibati

Mgr. Soegijapranata, pad a masa episko-patnya, saat awal perintisan mendirikanGereja lokal di Keuskupan Agung Semarang,berulang kali menggariskan pembedaanantara institusi Gereja dan institusi Negara.Kendatikan membedakan keduanya, sekaligusMgr. Soegijapranata mengundang umat untukterlibat di dalam kedua wilayah tersebut secarabersamaan. Itulah hal yang kemudian dikenaldengan semboyan yang tetap populer sampaisekarang, "100% Katolik 100%Indonesia".

Hal yang sama berlaku dalam pelbagaidokumen ajaran sosial Gereja. Bahkan sejaksemula lahimya dokumen ajaran sosial Gerejaberasal dari tanggapan atas situasi zamannya.Yakni lahimya Rerum Novarum sebagai ajaransosial Gereja yang pertama yang dikeluarkanPaus Leo XIII sebagai reaksi atas berkembangnyamasyarakat akibat revolusi industri, dan tumbuhdan berkembangnya ideologi marxisme yangterlahir dalam situasi zaman itu .Setelah itu tradisiajaran sosial Gereja dengan pelbagai dokumenyang ada senantiasa mengajak merefleksikansituasi sosial yang dilibati dengan kacamata iman.

Pembaruan Gereja dengan Konsili VatikanITjuga menegaskan kembali bagaimana Gerejabersikap dengan keterbukaannya terhadapdunia yang sedemikian berkembang, dansekaligus menyatakan kesiapan dan ajakan untukmelibatinya.

-r

Segitiga Dinamis Mitos-Komunitas-Ritus

a

Bagaimana halnya dengan lagu-lagu yangmenjadi salah satu unsur penyusun di dalamliturgi? Peristiwa di atas merupakan sebuahcontoh kasus. Lagu 'Nata Agung' merupakan

I.

a

Fenomena Vol. Villi No. 1/2011

hasil atau ekspresi bagaimana sebuah inkulturasiberlangsung. Kendati pun perlu disadari bahwainkulturasi di dalam liturgi, hanya salah satuwilayah di mana proses inkulturasi berlangsung.Ada wilayah yang lebih luas dan lebih esensialatas proses inkulturasi tersebut, yakni inkulturasiyang terkait dengan pandangan hidup, lebih-lebih dalam kaitannya dengan pandangantentang hak milik dan pandangan tentang kerja.Di dalam kedua wilayah inilah proses inkulturasiperlu berlangsung secara optimal mengingat hakmilik dan kerja merupakan hal paling mendasaryang menopang hidup manusia, termasuk umatberiman di dalarnnya.

Liturgi sebagai satu ungkapan iman didalam bentuk ritus, upacara dengan sabda,doa, dan nyanyian yang dipimpin oleh seorangimam (Sacrosanctum Consilium No.1O) perluditempatkan di dalam segitiga timbal-balikpembentuk kehidupangerejawi. Bersama kisahkudus (mitos) yang menjadi sumber atau dasaracuan teologi, dan komunitas yang merupakanjemaat umat beriman yang terbentuk karenakeyakinannya yang terdokumentasikan dalamnarasi, dan ajaran (depositum fidei), pada saat-saat khusus akan diungkapkan di dalam ritus.Segitiga mitos-komunitas-ritus akan membentuksegitiga timbal balik yang terus-menerus dinamismembarui diri dan menginterpretasikan lagisejalan situasi zaman yang menuntut tanggapanbagaimana komunitas umat beriman, menjalanihidupnya di dalam terang kisah kudus (mitos)yang menjadi sumber imannya, dan diungkapkandalam ritus, upacara yang mengeksplisitkan,meragakan imannya.

Pembacaan-pembacaan yang menyeluruh,atas sebuah sistem di mana kehadiran Gerejatidak terpisah dari dunia yang dilibati, akanmenghindarkan pengkotak-kotakkan kisahkudus, komunitas, dan ritus sebagai entitas yangberdiri sendiri dan terpisah dari gerak zamandan jiwa zaman yang senantiasa mengajak untukmengadakan pembaruan.

______________ . -L_--~_

1 1

Page 5: Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharmarepository.usd.ac.id/12510/1/jurnal_fenomena... · minggu terakhir lingkaran tahun liturgi gereja (pekan ke-34), Hari Raya Kristus RajaSem

,---,L-;;,.£--..--+--------------,--

Perlu kiranya di dalam rumusan terakhir diumat memiliki hak berpendapat, bisa diatidak melulu berpendapat mengeluargagasan, tapi juga menghasilkan karya sebaekpresi atas keterlibatannya dalam kehidupbersama dan dalam menghayati imannya, dengkeragaman sarana ekspresi. Di dalam linginilah ketersediaan dan keluasan ruang publikdalam lingkup gerejawi dapat ditempatkan.dalam ruang lingkup ini, umat terlibat dengmenginterpretasi dan memaknai segitiga mitkomunitas-ritus secara timbal balik.

Keterlibatan umat secara nyata di dalruang-ruang mitos-komunitas-ritus bahtelah terasakan jauh sebelum Konsili Vatikan ITCakupan keterlibatan umat meliputi pelbag'hal baik di bidang karya pendidikan, kesehatan,sosial, politik, dan lingkup kegiatan gerejawilainnya.

Terkait dengan keterlibatan di dalam karyaliturgi, dinamika proses penciptaan lagu yanginkulturatif juga telah mendahului KonsiliVatikan H. Ketika dinamika sejarah Gereja dansejarah agama-agama ditempatkan di dalamtiga fase terjemahan, adaptasi dan inkulturasi,sejumlah umat telah aktif dan kreatif terlibatuntuk membumikan iman kristiani di lingkunganhidupnya. Bapak RC Hardjasubroto sebagaiorang Jawa Katolik merasakan keterpisahan danketerasingan ekspresi imannya karena harusmenyanyikan lagu Gregorian dalam bahasaLatin. Sementara dalam kesehariannya dilingkupidengan musik gamelan dan bahasa Jawa.Pengalaman personalnya tersebut pada akhimyamembawanya berkarya dan mengekspresikandiri untuk mengatasi rasa keterasingannyadi dalam ekspresi imannya. Dalam prosesselanjutnya ekspresi tersebut diperkenalkandan mendapat temp at di ruang publik gerejawi,dinyanyikan dalam ibadat pujian bersama.Bahkan juga didorong dan difasilitasi untuksemakin menemukan bentuknya dan mendapattempat dalam liturgi resmi gerejawi.

Rintisan. pertama yang dilakukan BapakRC Hardjasubroto tahun 1926, pada giliranselanjutnya pada tahun 1957 telah membuatGereja di Keuskupan Agung Semarang

Bukan PembatasanYang Mengekang Partisipasi Aktif

Konsili Vatikan H telah membawa Gerejapad a iklim keterbukaan dengan aggiornamento(pembaharuan). Keterbukaan yang meniupkanangin segar dan mengajak untuk membaruihidup dan kehadiran Gereja telah melibatkanseluruh anggota Gereja. Bahkan di dalam sidang-sidangnya juga mengundang kehadiran pihak lain.Dan sekaligus juga pembaharuan yang mencakuppelbagai bidang sebagaimana tercermin dalam16 dokumen yang dihasilkan. Ada beberapaimplikasi yang dapat disebut sebagai akibat daripembaruan tersebut. Pertama, di dalam ajarannyatidak ada lagi ajaran yang memberi pernyataananatemasit, ajaran Gereja yang mengutuk. Kedua,Gereja menjadi Gereja yang terbuka, memberipengakuan terhadap otonomi ilmu pengetahuan,Gereja mengakui tentang yang kudus dansuci di dalam agama-agama dan kepercayaan.Ketiga, Gereja tidak menempatkan diri sebagaiGereja yang hirarkis, melainkan kolegial, danmengundang keterlibatan partisipasi urn at.Bahkan Gereja menjadi Gereja yang belajar dariumat miskin dan menderita. Kebaruan-kebaruansebagaimana disebut di atas, pada gilirannyamengajak dan membuat Gereja hadir secaradinamis, segar, dan merangkul pelbagai pihak.

Kardinal Justinus Darmoyuwono dalamsatu kotbah mingguan yang diedarkan keparoki-paroki, sebelum Konsili Vatikan H selesai,telah melansir angin segar dan keterbukaantersebut. Dalam kotbahnya, beliau menjelaskanbagaimana di dalam Gereja ada demokrasi.Terhadap istilah People of God, Il Popolo di Dio,beliau menggunakan istilah Rakyat Tuhan,bukannya Urnat Allah. Selanjutnya, beliaumenunjukkan bagaimana demokrasi diwujudkandi dalam kesamaan hak-hak yang dimiliki olehumat beriman, meliputi hak yang sama untukmemilih status hidup, hak yang sama untukmemperoleh pelayanan (sakramental), dan hakyang sama untuk mengemukakan pendapat baiklisan maupun tulisan. Penjelasan semacam inisungguh memberi kejelasan dan mengundangserta mendorong keterlibatan urnat secara aktif.

12 Fenomena Vol. Villi No. 1/2011

Page 6: Jurnal IImiah Mahasiswa Teologi Sanata Dharmarepository.usd.ac.id/12510/1/jurnal_fenomena... · minggu terakhir lingkaran tahun liturgi gereja (pekan ke-34), Hari Raya Kristus RajaSem

"ff ."'·' •• iron

[.

i

•••••I\J·L.Il"-,anperayaan Ekaristi dengan kyrialemisa) bahasa Jawa dan dengan gamelan.kurang Mgr. Soegijapranata sendiri hadirmemberikan apresiasi atas karya-karyatelah rnendahului pembaharuan Konsili

H. Secara ekstrim dapat dikatakan,rintisannya, Bapak RC Hardjasubroto dan-kawan telah rnembongkar pintu gereja

rnernbawa rnasuk gamelan di dalamnya.tidaklah rnengherankan, 'N ata Agung'digubah oleh Bapak YB Sukodi pun, yanga-sarna dengan Bapak RC Hardjasubroto

jadi anggota tim penyusun kyriale denganamelan,mengalami hal yang sama. Hal tersebut

dimungkinkan karena ada keterbukaan Gereja,mernberi keleluasaan ruang ekspresi (publik).Peristiwa tersebut terjadi justru sebelum KonsiliVatikan II berlangsung. Setelah kasus 'NataAgung' limapuluh tahun berlalu, bagaimanaGerejazaman ini dapat belajar darinya?

Suatu kisah yang diceritakan seorangrnonsignour perlu saya ungkapkan di sini. Dalamsatuxunjungannya di tempat rumah tinggal untukpara biarawan yang telah pumakarya, almarhumseorang mantan uskup agung mengungkapkanbahwa beliau telah mengambil kebijakan yangkeliru karena melarang penggunaan bukunyanyian Madah Bakti di wilayah keuskupannya.Melarang penggunaan buku nyanyian bukanlahajaran moral atau iman, melainkan salah praktekdalarn liturgi gerejawi. Kendati pun demikian,pelarangan semacam ini, telah membatasiruang ekspresi (publik) dalam lingkup gerejawi.Bisa jadi ketika kebijakan untuk pembatasanatau, pembaruan ulang atas terjemahanyang selama ini diberi catatan sebagai tahappercobaan diberlakukan tetapi tidak mendalamisejarahnya yang telah berlangsung, justru akanrnempersempit ruang lingkup ekspresi (publik)di dalam lingkup gerejawi. Apalagi ketika wargaGereja yang memang profesional dan kompetendi bidang masing-masing, termasuk di dalamnyapara seniman musik justru tidak mendapattempat untuk menyumbangkan talentanya karenasemakin sempitnya ruang ekspresi (publik) didalam ruang lingkup gerejawi.

I,

i

a;,-~.i1.

1.

l,t1.

.i1.

S

a

I.

a1.

as1.

"

I.

(

t

(

1

t

Daftar Pustaka

Dr. G. Budi SubanarDosen Fakultas Teologi

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

[acob Neusner,(1997), "Christmas and Israel: How SecularismTurns Religion into Culture", dalam Christianityand Culture in the Cross fire, David A. Hoekema-Bobby Fong (ed.), Calvin Centre for ChristianScholarship, Grand Rapids, Michigan

Budi Subanar,1997, "Seabad van Lith, Seabad Sogijapranata",dalam: Gereja Indonesia Pasca Vatikan II Refieksi danTantangan, Kanisius, Yogyakarta

H. Carrier,Evangelizing the Culture of Modernity, New York,Orbis Book

G Budi Subanar,2006, Menuju Gereja Mandiri. Sejarah KeuskupanAgung Semarang di bawah Dua Uskup (1940-1981),Yogyakarta, Penerbit Sanata Dharma

Ary Roest Crollius,1991, "What is So New about Inculturation", dalam:What is So New about Inculturation, Ary RoestCrollius- T. Nkeramihigo (ed.), Editrice PontificiaUniversita Gregoriana

St Sunardi,2007 "Lagune cara Landa kok Tembunge basa Jawa.Postcolonial Perspective in Religious Studies", paperdalam Interational Conference The Problems anPromise of Inter-religious Studies in Indonesia,ICRS, Yogyakarta

Fenomena Vol. Villi No. 1/2011 13