jurnal forensik dah diterjemah
TRANSCRIPT
7/29/2019 jurnal forensik dah diterjemah
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-forensik-dah-diterjemah 1/4
Evaluasi kadar Serum Growth Hormon dan Cairan Serebrospinal Postmortem yang
dikaitkan dengan Penyebab Kematian Pada Otopsi Forensik
Takaki Ishikawa • Tomomi Michiue •Hitoshi Maeda
Received: 14 October 2010 / Accepted: 9 December 2010 / Published online: 28 January 2011
_ Japan Human Cell Society and Springer 2011
ABSTRAKPenelitian sebelumnya menunjukan kadar ACTH serum postmortem secara signifikan lebih
rendah pada kasus asfiksia dan keracunan dibandingkan yang lain, dimana kadar ACTH di cairan
serebrospinal secara signifikan lebih rendah daripada pada hipotermi dan hipertermi.
Penelitian ini menganalisis perbandingan kadar GH dalam serum dan cairan serebrospinal dalamhubungan dengan penyebab kematian pada kegiatan forensik rutin.
Kasus otopsi (n = 116), termasuk trauma tumpul, trauma tajam, trauma bakar api, asfiksia,tenggelam, hipotermi dan infark/iskemi miokard akut (IMA) telah diperiksa.
Konsentrasi GH di ukur menggunakan teknik imunoradiometric essay.
Kadar GH dalam serum secara signifikan lebih tinggi daripada kasus trauma tumpul, trauma
tajam, hipotermi dan IMA dibandingkan kelompok yang lain.Kadar GH dalam cairan serebrospinal secara signifikan lebih tinggi pada kasus luka bakar api
dengan kadar COHb dibandingkan kelompok lain.
Penelitian sebelumnya, imunopositifitas pada adenohypophisis secara signifikan lebih tinggi
pada kasus trauma tumpul, trauma bakar api dan IMA dimana imunopostifitas GH tidak berbeda
secara signifikan, walaupun positifitaslebih tinggi pada kasus trauma luka bakar api dengankadar COHb yang rendah.
Observasi ini menerangkan bahwa serum / cairan serebrospinal postmortem kadar GH danACTH pada kematian mendadak mengalami perbedaan yang berbeda , tergantung pada
penyebab kematian karena reaksi strees yang bervariasi dari axis hipothalamus – ptituary –
adrenal.kata kunci: Patologi forensik GH ACTH Sumbu Hypothalamus – pituitary – adrenal
Imunohistokimia
PENDAHULUAN
Hormon pertumbuhan (GH) pada hipofisis yang terlibat dalam sistemik reaksi parah penyakit
dan trauma. Penyelidikan klinis telah menyarankan bahwa konsentrasi GH meningkatkan dalammenanggapi panas, hipoksia, obat-obatan, dan kronis gagal jantung [1 – 4]. Dalam studi
sebelumnya, postmortem adrenocorticotropic tingkat hormon (ACTH) dalam serum secara
signifikan lebih rendah dalam kasus asfiksia dan keracunan daripada dalam kelompok lain,
sedangkan ACTH level di serebrospinal Fluid (CSF) yang secara signifikan lebih rendah untuk
hipotermia dan hipertermia [5]. Temuan ini menyarankan bahwa postmortem GH tingkat juga
dapat digunakan sebagai penanda untuk mengevaluasi fungsional gangguan yang disebabkan
7/29/2019 jurnal forensik dah diterjemah
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-forensik-dah-diterjemah 2/4
oleh luka-luka parah; Namun, tampaknya ada tidak cukup praktis data pada postmortem GH
tingkat untuk memberikan bukti diagnostik untuk menentukan penyebab kematian. Dalam studi
ini, kIMA menganalisis relatif GH tingkat dalam serum dan CSF berkaitan dengan penyebab
kematian di rutin kasus forensik, dan dibandingkan hasil dengan temuan-temuan yang
sebelumnya untuk tingkat ACTH [5].
Bahan dan metode
Autopsi forensik berkelanjutan (n = 116, dalam 48 jam postmortem,waktu ketahanan hidup /24)
yang diperiksa di institute kami. Kasus-kasus melibatkan 86 laki-laki dan 33 perempuan antara
umur 19 sampai 95 tahun (median umur, 62 tahun). Sampel darah diambil dari bilik kanan
jantung dan CSF (cerebro spinal fluid) dari basilar subarachnoid cisterna yang dikumpulkan
menggunakan jarum suntik.
Penyebab kematian diklasifikasikan sebagai berikut:
Trauma benda tumpul (n= 10), Trauma benda tajam (n=8), kematian akibat api (n = 20), asfiksia
(n = 7), tenggelam (n=14), hipotermia (n = 9), hipertermia (n = 2), dan akut miokard
infark/iskemia (AMI n = 46).
Kematian akibat api terbagi menjadi:
Kasus dengan kadar karboksihemoglobin rendah COHb ≥30% (n = 7)
Kasus dengan kadar karboksihemoglobin sedang COHb 30-60% (n = 6)
Kasus dengan kadar karboksihemoglobin tinggi COHb ≤ 60% (n = 7)
Waktu bertahan hidup didefinisikan sebagai periode dari awal luka fatal sampai kematian,
diperkirakan atas dasar bukti patologis dan bukti tidak langsung dalam dokumen autopsi.
ANALISA BIOKIMIA DAN TOKSIKOLOGI
Konsentrasi serum hormon pertumbuhan dan CSF diukur dengan immunoradiometric assay
(IRMA).untuk pengukuran ini,refrensi srum klinis dengan kisaran 0.17-1.64ng/ml. Pada kasus
kematian akibat api konsentrasi HbCO dalam darah ditentukan menggunakan sistem CO-
oximeter.
IMUNOHISTOKIMIA
Bagian serial (tebal 4-1m) difiksasi dengan formalin, spesimen jaringan yang ditanam dalam
parrafin diperiksa mengunakan anti human GH antibodi poliklonal kelinci
(1:8000:NIDDK,Maryland,USA) dalam hubungannya dengan streptavidin universal/biotin
immunoperoksidase sistem deteksi. Omni tag kit,dan warna penbangun dengan 3,3-
diaminobenzedine tertrahydrochlride (DAB) sesuai dengan instruksi pembuatan (kontra
7/29/2019 jurnal forensik dah diterjemah
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-forensik-dah-diterjemah 3/4
pewarnaan dengan hematosiklin). Total jumlah sel-sel dan jumlah sel dengan GH
immunoreactivity dihitung dibawah 9200 pembesaran;lima bidang acak yang independen
diperiksa oleh dua pemeriksa menggunakan sistem Lumina Vision (Mitani,Osaka,Japan) dengan
menggunakan prosedur standar, dan nilai rata-rata diperkirakan. Persentase positif diperkirakan
sebagai: persentase positif sel GH (jumlah sel-sel positif GH)/(jumlah total dari sel positif
hematosiklin) 9100.
Analisis statistik
Uji Fhisher digunakan untuk membandingkan dua nilai, termasuk kadar GH, jenis kelamin dan
usia subyek, dan waktu postmortem. Untuk perbandingan antara kelompok, kami menggunakan
tes Mann – Whitney U nonparametric. Scheffe's test digunakan untuk analisis yang melibatkan
beberapa perbandingan.
Hasil dan diskusi
Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat GH dalam serum dan CSF fosmertem
pada semua kasus dan semua sebab-sebab kematian. GH levels dalam serumin kasus cedera
tumpul (3,3 – 77,7 g/ml, median 7,3 ng/ml), cedera tajam (3,9 – 41,0 ng/ml, median 8,3 ng/ml),
hipotermia (1,1 – 68,3 ng/ml, median 6,5 ng/ml) dan IMA (0,5 – 42,8 ng/ml, 5,5 ng/ml) lebih
tinggi d/p utnuk kematian yang dikarenakan terbakar (0,2 – 20,7 ng/ml, median 1,7 ng/ml,
p\0,05), asfixia (0,11 – 14,2 ng/ml, median 1,2 ng/ml, p\0,0) dan tenggelam (0,2 – 28 ng/ml,
median 3,1 ng/ml, p\0,05). Perbedaan kasus-kasus besar juga diamati pada cedera tumpul, cedera
tajam, asfixia, dan IMA.
Temuan ini berbeda dari ACTH level pada serum, yang hamper sama dengan referensi
klinis pada cedera, api, kematian, dan hipotermia, tapi lebih rendah untuk kasus-kasus lain
termasuk hipertemia, asfixia, dan keracunan. Selain itu, ada korelasi positif moderate antara GH
pada serum dan masa hidup pada kematian karena terbakar (R = 0,467, p\0,05) GH levels pada
serum di luka tumpul, cedera + asam, dan hipotermi menunjukkan kecenderungan peningkatan
dengan waktu bertahan hidup. Pada temuan ini, diartikan bahwa GH pada serum meningkat
bergantung pada waktu bertahan hidup saat cedera parah.
GH dalam serum mungkin lebih sensitive sebagai penanda pada penyeledikan reaksistress fatal, hipotermi dan serangan jantung akut.
Nilai cut-of untuk membedakan tingka GH yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam serum
(cedera tumpul, cedera tajam, hipotermi, IMA, kemtian karena terbakar (tenggelam) dipekirakan
menjadi 7 ng/ml.
7/29/2019 jurnal forensik dah diterjemah
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-forensik-dah-diterjemah 4/4
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa level ACTH pada CSF biasanya lebih tinggi
dari pada serum level, tetapi secara signifikan lebih rendah untuk hipotermi dan hipotermi dari
pada kelompok lain. Tingkat ACTH yang rendah pada CSF di hipotermi kemungkinan karena
stress dingin yang berkepanjangan. Produksi ACTH secara inisial meningkat utnuk
menghasilkan panas, tapi mungkin kemudian ditekan karena gangguan metabolisme termasuk
metabolisme lipid yang abnormal saat dingin. Tetapi, dalam penelitian kami, GH level dalam
CSF (0,05 – 574 ng/ml, median 232 ng/ml) dan ratio konsentrasi CSF / serum GH adalah lebih
tinggi pada kasus dengan kematian terbakar (60%) darah HGCO dari kelompok lain.
Nilai cut-of untuk membedakan GH lebih rendah atau lebih tinggi dalam CSF (kematian
terbakar dengan kadar H6CO tinggi dalam darah (60%) disbanding grup lain) diperkirakan
menjadi 150 ng/ml (sensitivitas 0,84, spesifitas 0,93). Temuan ini menunjukkan peningkatan GH
pada CSF dikarenakan stimulasi CO dalam respon hipotalamus, namun, peningkatan kadar GH
di CSF pada kasus dengan fungsinya kadar H6CO mungkin berhubungan dengan toksisitas pada
sel-sel hipofisis.
ACTH immunopositivisi di hipotalamus anterior adalah rendah pada kasus hipotermi
fatal dan hipertemi, tetapi tinggi dalam kasus cedera tumpul, kematian terbakar, dan IMA. GH
imunopositivity di adenohipofisis juga lebih tinggi pada kasus kemtian terbakar (7,0 – 84,3%,
median 55%).
Tetapi, tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok lain, peningkatan GH
imunopositivity pada kasus kematian terbakar adalah karakteristik fisiologis yang berhubungan
denagn cedera panas. Namun, GH hipofisis imunopositivity tidak berhubungan dengan serum
atau tingkat GH dalam CSF.
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan GH pada serum dan CSF
postmortem mungkin berhubungan dengan tingkat H6CO dalam kasus kematian terbakar, dan
tingkat serum darah mungkin tergantung pada waktu bertahan dalam api karena hipotermi dan
hipertermi, menunjukkan bahwa mekanisme berbeda pada reaksi stress. GH dan ACTH serum
dan CSF mungkin berguna sebagai penanda untuk penyelidikan proses penyebab kematian.