jual beli rokok dalam perspektif hukum islamrepository.uinbanten.ac.id/258/1/121300546 siti...
TRANSCRIPT
i
JUAL BELI ROKOK
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
pada Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Syari‟ah
Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Oleh :
SITI CHAFIDZOTUL UMMAH
NIM: 121300546
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2016 M/1437 H
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang saya tulis sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dan diajukan pada Jurusan
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri “Sultan
Maulana Hasanuddin” Banten ini sepenuhnya asli merupakan karya tulis ilmiah saya
pribadi.
Adapun tulisan maupun pendapat orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
telah saya sebutkan kutipannya secara jelas sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku di bidang penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa sebagian atau seluruh isi skripsi ini
merupakan hasil plagiarisme atau mencontek karya tulis orang lain, saya bersedia
untuk menerima sanksi berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang saya terima atau
sanksi akademik lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Serang, 10 Oktober 2016
Materai 6000
SITI CHAFIDZOTUL UMMAH
NIM: 121300546
iii
ABSTRAK
Nama: Siti Chafidzotul Ummah, Nim: 121300546, Judul Skripsi: Jual Beli Rokok
dalam Perspektif Hukum Islam.
Rokok adalah benda yang masih terbilang baru oleh umat Islam, karena
rokok belum ada pada zaman Nabi Muhammad saw. Seiring berkembangnya zaman,
gaya hidup manusia juga semakin bertambah. Salah satunya yang paling tenar adalah
merokok atau mengkonsumsi rokok ini. Meskipun banyak bahaya yang ditimbulkan,
rokok juga dapat bermanfaat bagi sebagian orang. Sehingga kehalalan untuk
mengkonsumsinya pun masih diragukan, begitupun dengan memperjualbelikannya
yang saat ini masih menjadi bahan perdebatan para Ulama.
Rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini yaitu: Bagaimana pandangan
Islam tentang rokok? Bagaimana hukum menjual rokok dalam perspektif Islam?
Bagaimana hukum membeli rokok dalam perspektif Islam?
Tujuan dari Penelitian ini yaitu: 1). Untuk memahami pandangan Islam
tentang rokok. 2). Untuk mengetahui hukum menjual rokok dalam perspektif Islam.
3). Untuk mengetahui hukum membeli rokok dalam perspektif Islam.
Pada penelitian skripsi ini menggunakan metode Library Research (studi
pustaka) yaitu dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku serta berbagai
media informasi lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Teknik pengumpulan data
dengan merujuk pada buku-buku dan media informasi lainnya yang berkaitan
langsung dengan permasalahan rokok dan memperjualbelikannya. Sedangkan dalam
penulisan skripsi ini penulis menggunaan teknik pengolahan data bersifat induktif.
Adapun kesimpulan hasil dari penelitian ini adalah rokok dalam dunia Islam
merupakan fenomena yang baru, sehingga ada Ulama yang menghalalkan,
memakruhkan bahkan mengharamkan rokok. Maka, penulis dapat simpulkan bahwa
rokok itu dilarang dengan tingkatan makruh, maksudnya hal tersebut dianjurkan
untuk dihindari. Sedangkan, untuk menjualnya dihukumi boleh dengan syarat
menjual rokok tersebut kepada orang-orang yang memenuhi kriteria (sehat tidak
berpenyakit parah, tidak sedang hamil, dan cukup umur). Dan dalam konteks
membeli rokok, Penulis membagi pembeli rokok menjadi 4 tipe, Yaitu: 1. Pembeli
rokok untuk dikonsumsi sendiri hukumnya boleh jika sadar memenuhi kriteria, jika
sebaliknya maka dilarang. 2. Pembeli rokok yang mengetahui kriteria perokok maka
diperbolehkan jika memenuhi kriteria, tetapi jika tidak maka tidak diperbolehkan. 3.
Pembeli rokok yang tidak mengetahui kriteria perokok, hukumnya boleh. 4. Pembeli
yang tidak mengetahui rokok tersebut akan dikonsumsi atau tidak oleh orang yang
menyuruhnya membeli rokok, maka hukum membeli rokok baginya diperbolehkan.
iv
Nomor : Nota Dinas
Lamp : 1 (satu) Eksemplar
Hal : Pengajuan Ujian Munaqasyah
a.n Siti Chafidzotul Ummah
NIM. 121300546
Kepada Yth
Dekan Fakultas Syari‟ah
IAIN “SMH” Banten
di
Serang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dipermaklumkan dengan hormat, bahwa setelah membaca dan mengadakan
perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi Siti Chafidzotul
Ummah, NIM. 121300546, berjudul Jual Beli Rokok dalam Perspektif Hukum
Islam diajukan sebagai salah satu syarat untuk melengkapi ujian munaqasyah pada
Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas Syari‟ah IAIN “SMH” Banten. Maka
kami ajukan skripsi ini dengan harapan dapat segera dimunaqasyahkan.
Demikian, atas perhatian Bapak kami ucapkan terima kasih.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pembimbing 1
Dr. H. Zakaria Syafe’i, M.Pd.
NIP. 19560208 199203 1 001
Serang, 10 Oktober 2016
Pembimbing 2
Dr. H. Ahmad Hidayat, Lc., M.A.
NIP. 19770816 200501 1 004
v
PENGESAHAN
Skripsi a.n. Siti Chafidzotul Ummah, NIM: 121300546, Judul Skripsi: Jual
Beli Rokok dalam Perspektif Hukum Islam, telah diujikan pada sidang Munaqasyah
Institut Agama Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten pada tanggal 27
Oktober 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Fakultas Syari‟ah Jurusan Hukum Ekonomi
Syari‟ah (HES) Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Serang, 27 Oktober 2016
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Dr. H. Yusuf Somawinata, M.Ag.
NIP. 19591119 199103 1 003
Sekretaris Merangkap Anggota
M. Zainur Ridho, S.Pd., M.Si.
NIP. 19800712 200912 1 005
Anggota - anggota,
Penguji 1
Dr. H. Ahmad Sanusi, M. A.
NIP. 19780225 200801 1 009
Penguji 2
H. Masduki, S.Ag., M.A.
NIP. 19731105 199903 1 001
Pembimbing 1
Dr. H. Zakaria Syafe’i, M. Pd.
NIP. 19560208 199203 1 001
Pembimbing 2
Dr. H. Ahmad Hidayat, Lc., M.A.
NIP. 19770816 200501 1 004
vi
JUAL BELI ROKOK
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Oleh :
SITI CHAFIDZOTUL UMMAH
NIM. 121300546
Mengetahui,
Pembimbing 1
Dr. H. Zakaria Syafe’i, M.Pd.
NIP. 19560208 199203 1 001
Pembimbing 2
Dr. H. Ahmad Hidayat, Lc., M.A.
NIP. 19770816 200501 1 004
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Syari‟ah
Dr. H. Yusuf Somawinata, M.Ag.
NIP. 19591119 199103 1 003
Ketua
Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah
H. Masduki, S.Ag., M.A.
NIP. 19731105 199903 1 001
vii
Penulis Mempersembahkan skripsi ini untuk
Ayah tercinta H. Chudri Haris yang telah dulu menghadap sang pencipta
dan Ibunda tercinta Hj. Chifdzotul Hayat
Yang tiada terhitung mengorbankan waktu
Serta menjatuhkan airmata disetiap harinya
Tiada lelah untuk mengasuh, mendidik,
Serta mendo‟akan Penulis,
Semoga mendapatkan keselamatan dan kebahagian
Di dunia maupun di akhirat,
Akhirnya kembali hanya kepada Allah SWT jualah
Rasa syukur ini di panjatkan
viii
MOTTO
هات ال ي علمها كثير من الناس، فمن ن هما مشب الحالل ب ين، والحرام ب ين، وب ي رأ لدينه وعرضه، ومن وقع فيات قى المشب هات استب ب هات: كراع ي رعى الش
حول الحمى، يوشك أن ي واقعه …
)متفق عليو(“Sesungguhnya sesuatu yang halal itu sudah jelas, dan sesungguhnya yang haram
itu sudah jelas pula. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang mutasyabihat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak
mengetahui. Barang siapa yang menjaga dirinya dari syubhat itu, maka dia telah menjaga kebersihan
untuk agamanya dan pribadinya, dan siapa yang terjerumus dalam syubhat,
maka dia telah terjerumus dalam hal yang haram…”
(Muttafaqun ‘alaih)
ix
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap penulis adalah Siti Chafidzotul Ummah, dilahirkan di serang
pada tanggal 25 April tahun 1994 merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara
dari pasangan H. Chudri Haris yang telah berpulang ke Rahmatullah pada tahun 2007
dan Hj. Chifdzotul Hayat Pelamunan. Penulis lahir dari keluarga yang sederhana
namun sangat religius.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh pada pendidikan dasar adalah di
Sekolah Dasar Negeri Pelamunan Kecamatan Kramatwatu lulus pada tahun 2006, dan
Sekolahan Menengah Pertama Negeri 1 Kramatwatu Kecamatan Kramatwatu lulus
pada tahun 2009, serta menyelesaikan pendidikan selanjutnya pada jurusan
keagamaan di Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran Yogyakarta lulus pada tahun
2012.
Pada tahun 2012, penulis melanjutkan pendidikannya di Kampus Institut
Agama Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin” Banten program Strata satu (S1)
pada jurusan Muamalat dan sampai saat ini masih terdaftar sebagai mahasiswa di
kampus ini.
i
KATAPENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad
Saw, sebagai utusan serta pembawa risalah Allah kepada seluruh umat, beserta
keluarganya, sahabatnya, juga pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini berjudul: Jual Beli Rokok dalam Perspektif Hukum
Islam,merupakan tugas akhir yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syari‟ah Instirut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten..
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa terselesaikannya
skripsi ini bukanlah semata hasil dari jerih payah penulis secara pribadi. Akan tetapi
semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak baik secara
langsung ataupun tidak langsung, baik berupa moral maupun spiritual.
Sebagai rasa hormat dan syukur, melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. H. Fauzul Iman, Rektor Institut Agama Islam Negeri Sultan
Maulana Hasanuddin Banten, yang telah mengelola dan mengembangkan IAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten menjadi lebih baik.
2. Bapak Prof. Dr. H. Yusuf Somawinata, Dekan Fakultas Syariah IAIN Sultan
Maulana Hasanuddin Banten yang telah membantu dan motivasinya dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan tulus hati.
3. Bapak H. Masduki, S.Ag., MA., Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN
Sultan Maulana Hasanuddin Banten. telah memberikan nasehat dan membantu
proses selesainya skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. H. Zakaria, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan
nasehat, pengarahan, dan meluangkan waktunya dalam menyusun skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Ahmad Hidayat, Lc., M.A.selaku pembimbing II yang juga telah
memberikan nasehat, pengarahan, dan meluangkan waktunya dalam menyusun
skripsi ini.
6. Bapak Ibu Dosen serta staf akedemik dan karyawan IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, yang telah memberikan bakal pengetahuan yang begitu
berharga selama penulis kuliah di kampus ini.
7. Ibu beserta Kakak-kakak tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil sehingga terselesaikannya skripsi ini.
ii
8. Teman-teman, satu organisasi, satu angkatan, dan satu perjuangan yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang secara
langsung maupun tidak langsung selalu memberi bantuan, dorongan dan do‟a
kepada penulis selama melaksanakan studi di IAIN SMH Banten.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan,
kelemahan, dan masih jauh dari kesempurnaan, keterbatasan pengetahuan,
pengalaman serta kemampuan menulis, oleh sebab itu penulis mengharapkan
pendapat, saran dan kritik yang bersifat membangun guna mencapai kesempurnaan
pada masa yang akan datang.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah pemohon agar kebaikan dari
semua pihak yang membantu skripsi ini, semoga diberikan balasan yang berlipat
ganda. Penulis berharap kiranya karya tulis ini turut mewarnai khazanah ilmu
pengetahuan dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Serang, 10 Oktober 2016
Penulis,
Siti Chafidzotul Ummah
121300546
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Fokus Penelitian ................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
F. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 6
G. Langkah-langkah Penelitian ................................................................. 10
H. Sistematika pembahasan ...................................................................... 13
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ROKOK
A. Pengertian Rokok ................................................................................... 14
B. Sejarah rokok ......................................................................................... 15
C. Kandungan zat dalam rokok .................................................................. 19
D. Dampak positif dan negatif dari rokok .................................................. 21
BAB III: JUAL BELI DALAM ISLAM
A. Definisi dan dasar hukum jual beli ..................................................... 33
B. Syarat dan rukun jual beli ................................................................... 41
iv
C. Macam-macam jual beli ...................................................................... 43
D. Jual beli yang dilarang dalam islam .................................................... 45
BAB IV: HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI ROKOK
A. Pandangan Islam tentang rokok .......................................................... 48
B. Hukum menjual rokok dalam perspektif hukum Islam ........................ 60
C. Hukum membeli rokok dalam perspektif hukum Islam ....................... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 76
B. Saran ..................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah sebuah sistem yang menyeluruh dan mencakup semua sendi
kehidupan manusia. Ia memberikan sendi dalam kehidupan. Hal ini tidak hanya
disimpulkan dari hukum Islam saja, tetapi sumber-sumber Islam itu sendiri
menekannya.1
Manusia sebagai khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa bumi dan
segala isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah agar dipergunakan
sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah
memberikan petunjuk melalui para Rasul-Nya. Petunjuk tersebut meliputi segala
sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak maupun syari‟ah.2
Seiring bertambahnya zaman, gaya hidup manusia pun semakin
berkembang. Salah satunya yang paling tenar adalah merokok. Merokok merupakan
sebuah fenomena baru yang dikenal oleh umat Islam, karena rokok belum ada pada
zaman Nabi. Sehingga kehalalan untuk mengkonsumsinya pun masih diragukan.
Dalam kitab-kitab fiqh, penguraian penghalalan dan pengharaman segala
sesuatu itu dapat dilihat dari jenis benda itu sendiri khususnya untuk benda yang
1Syakir Muhammad Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra,
2002), h. 163. 2Muhammad Syafi‟i Antonio, Islamic Banking Bank Syari‟ah: Dari Teori ke Praktik,
(Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 3.
2
dikonsumsi atau digunakan. Perlu pertimbangan manfaat dan madharatnya.
Begitu juga halnya dengan rokok atau merokok, yang saat ini masih menjadi
kontroversi status halal haramnya. Dampak positif dari rokok dalam sektor ekonomi
salah satunya yaitu selama 2012 produksi rokok mencapai 303 miliar batang. Ini
meningkat 2,2 persen dibandingkan 2011, sebanyak 279,4 miliar batang. Sedangkan
pendapatan dari ekspor rokok kretek naik dari US$ 160 juta pada 2011 kini menjadi
US$ 613 juta. Pemerintah berharap agar perusahaan rokok mulai fokus menggarap
pasar dalam negeri. Sedangkan, Kementerian Perindustrian menjanjikan untuk
memberikan insentif pajak bagi industri padat karya termasuk pabrik rokok.3
Dalam menghukumi kehalalan mengkonsumsi rokok, para Ulama
mempunyai pendapat berbeda-beda. Segolongan Ulama menyatakan bahwa rokok
adalah halal, segolongan yang lain menyatakan rokok hukumnya haram. Dan
sebagian yang lain berpendapat bahwa rokok hukumnya makruh. Setiap golongan
mempunyai alasan masing-masing dalam menghukumi keharaman maupun kehalalan
rokok.
Dalam menanggapi fenomena rokok yang kontroversial ini, di Indonesia
pada tahun 2009 Majelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa merokok itu dilarang
(makruh dan haram) berdasarkan nash-nash dan kaidah yang berkaitan dengannya
sesuai kesepakatan Forum ijtima‟ Ulama komisi Fatwa se-Indonesia yang digelar di
Padang Panjang, Sumatera Barat. Fatwa ini yang kemudian menjadi polemik.
3Farhan Mardiana, Rokok antara Dunia Kesehatan dan Dunia,
http://fmsudradjat.blogspot.co.id/diunduh pada 21 Januari pukul 07:44 WIB.
3
Diantaranya, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menegaskan tidak
mendukung kampanye untuk menekan angka perokok di Indonesia yang dijalankan
oleh Kemenkes, mengatakan bahwa rokok itu mubah sampai kiamat ulama NU tidak
akan mengharamkan rokok.4
Begitu banyak pendapat mengenai rokok dan mengkonsumsinya. Dari sudut
pandang kesehatan, rokok mengandung 3 bahan utama yang berdampak negatif yaitu
tar, nikotin dan karbonmonoksida. Meski sekarang tersedia rokok yang kandungan tar
dan nikotin rendah, tetapi tak ada rokok yang aman bagi kesehatan. Jutaan remaja
setiap tahunnya mulai merokok, dan sekitar 85 persen remaja yang merokok akan
tetap menjadi perokok pada usia dewasa. Jadi kecendrungan remaja yang coba-coba
merokok akan menjadi perokok tetap sangatlah besar. Remaja harus dijauhkan dari
rokok apalagi iklan rokok di negeri ini amat gencar membujuk remaja untuk
merokok.5
Masalah yang lebih serius lagi ialah bahan-bahan kimianya yang walaupun
dalam kitab fikih tidak dikategorikan najis, tapi justru lebih berbahaya bagi kesehatan
manusia, bahkan keselamatan makhluk hidup lainnya. Yang dimaksud adalah zat-zat
yang terkandung dalam rokok sama seperti limbah industri yang biasanya mencemari
lingkungan. Dalam lingkungan yang sudah tercemar sedemikian rupa, manusia dan
segenap makhluk hidup yang sehat dapat menjadi bahaya. Oleh karena itu, salah satu
4Pbnu Sampai Kiamat Ulama NU Tidak akan Haramkan Rokok, http://www.voa-
Islam.com/diunduh pada 14 januari 2016 pukul 07:48 WIB.
5Syamsuridjzal Djauzi, Raih Kembali Kesehatan, (Jakarta: Kompas, 2009) , h. 31-32.
4
amanah dari syari‟at Islam yang sering diabaikan ialah perintah memelihara
lingkungan yang sehat agar makhluk hidup dapat tumbuh dengan sehat pula.6 Seperti
dalam firman Allah SWT:
و الب لد الطيب يرج ن باتو بإذن ربو والذى خبث ال يرج اال نكدا كذالك نصرف اليات لقوم يشكرون
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan izin
Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana.
Demikianlah kami mnejelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kenbesaran
kami) bagi orang-orang yang bersyukur”. (QS. Al-A‟rof: 58)7
Dampak negatif dari rokok sangat berbahaya karena menyangkut kesehatan
dan kesejahteraan berlangsungnya kehidupan manusia, sehingga jual beli rokok pun
menjadi sebuah permasalahan yang serius, karena dalam islam salah satu syarat sah
jual beli adalah objek jual beli harus barang yang suci dan bermanfaat, bukan barang
najis atau barang haram. Jika melakukan praktek jual beli dengan objek jual beli yang
dapat membahayakan (tidak bermanfaat-red) dihukumi tidak sah atau haram. Bagi
umat Islam yang taat agama, fatwa haram bagi rokok tentu mempunyai implikasi
yang serius karena menyangkut perkara dosa dan pahala, surga dan neraka, selamat
dan celaka dunia dan akhirat, selain implikasi di bidang lain seperti masalah ekonomi,
pengangguran dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada
skripsi ini dengan mengangkat judul “Jual beli rokok dalam Perspektif hukum Islam”
6Hamka Haq, Islam Rahmah untuk Bangsa, (Jakarta: RM Books, 2009), h. 347-349.
7Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim dan Terjemah Makna ke
dalam Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006),h.158.
5
dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis fenomena rokok sehingga dapat
ditentukan kebolehan dalam memperjual belikannya berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan dari pendapat para Ulama yang dijelaskan secara rinci.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan dapat
diformulasikan sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan Islam tentang rokok?
2. Bagaimana hukum menjual rokok dalam perspektif Islam?
3. Bagaimana hukum membeli rokok dalam perspektif Islam?
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai hukum
kebolehan dalam memperjualbelikan rokok dengan disertai beberapa
pendapat Ulama yang menghalalkan, mengharamkan dan memakruhkan
rokok.
D. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk memahami pandangan Islam tentang rokok.
2. Untuk mengetahui hukum menjual rokok dalam perspektif Islam.
3. Untuk mengetahui hukum membeli rokok dalam perspektif Islam.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
6
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan
referensi khasanah hukum Islam khususnya berkenaan dengan rokok dan
memperjualbelikannya.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat dijadikan dasar oleh Pemerintah dalam menanggapi
dampak yang terjadi dari rokok terutama bahaya yang pasti ditimbulkan.
b. Masyarakat agar mengurangi pengkonsumsian rokok bahkan lebih baik
untuk berhenti merokok secara bertahap maupun spontan.
F. Kerangka Pemikiran
Fenomena rokok tidak dikenal di zaman Rasulullah SAW, para sahabat,
maupun zaman tabi‟in. Rokok baru dikenal di dunia Islam sekitar abad sepuluh
Hijriyah melalui barat.8 Meskipun tidak ada dalil khusus, kita tidak boleh tergesa-
gesa menganggapnya halal atau haram. Setidak-tidaknya rokok termasuk dalam
perkara syubhat (samar-samar/tidak jelas hukumnya).9
Menurut Yusuf Qardhawi Syubhat adalah perkara yang tidak diketahui
hukumnya oleh orang banyak, yang masih samar-samar kehalalan maupun
keharamannya. Perkara ini sama sekali berbeda dengan perkara yang sudah jelas
pengharamannya. Cara orang dalam menghadapi perkara syubhat inipun bermacam-
macam, tergantung kepada perbedaan pandangan mereka, perbedaan tabiat dan
8Ahmad Rifa‟i Rif‟an, Merokok Haram,(Jakarta: Republika, 2010), h. 18.
9Abdul Jabbar, Ngerokok Bikin Kamu Kaya, (Sukoharjo: Samudera, 2008), h. 48.
7
kebiasaan mereka dan juga perbedaan tingkat Wara‟ (suatu sikap berhati-hati karena
takut berbuat haram) mereka.10
Jadi perbedaan pendapat pada rokok adalah suatu hal
yang wajar.
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-
daun tebakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan
dibakar membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.11
Rokok menimbulkan banyak bahaya terhadap kesehatan, selain itu rokok
mempunyai manfaat terhadap sektor ekonomi terutama pada pendapatan Negara.
Meskipun telah banyak wacana tentang bahaya dan manfaat yang ditimbulkan dari
rokok, hukum merokok masih menjadi polemik di kalangan Ulama. Ada yang
berpendapat bahwa merokok halal, haram dan makruh.
Di antara ulama yang mengharamkan rokok adalah Syaikh asy-Syihab al-
Qalyubi, Syaikh Ibrahim al-Laqqani al-Maliki, Syaikh Hasan asy-Syaranbila (seorang
ulama dari Madzhab Hanafi yang juga melarang memperdagangkannya). Sekelompok
ulama sufi juga ikut mengukuhkan keharaman rokok, salah seorang di antara mereka
yang bernama Sayyid al-Husain ibn Abi Bakar mengecam dengan nada keras hingga
berkata, “Barang siapa yang tidak mau bertobat dari merokok dalam waktu empat
puluh hari sebelum matinya, dikhawatirkan dia mati dalam keadaan su‟ulkhotimah
(mati jelek)”. Sedangkan ulama yang menghalalkan rokok di antaranya adalah Abd
10
Yusuf Qardhawi, Fiqh Prioritas, Penterjemah: Bahrudin F., (Jakarta: Robbani Press,
2007), h. 30-31. 11
Rokok,https://id.m.wikipedia.org/, diunduh pada 21 January 2016 pukul 06:07 WIB.
8
al-Ghani an-Nabilisi seorang murabbi dari Madzhab Hanafi, al-Barmawi, al-
„Allamah asy-Syabramalis, Syaikh ash-Shulthan al-Halab, ar-Rusyd, dan lain-lain.12
Dalam menanggapi hal ini, salah satu lembaga perkumpulan Ulama
Indonesia yaitu MUI dengan kesepakatan forum ijtima‟ ulama fatwa se-indonesia
yang digelar di Sumatera (Padangpanjang) pada tahun 2009 memberikan fatwa
bahwa merokok itu haram jika dilakukan oleh anak-anak, wanita hamil dan dilakukan
di tempat umum.13
Perbedaan pendapat dalam masalah fiqih bukan lagi masalah baru,
melainkan sudah ada sejak Rasulullah SAW wafat. Perbedaan masalah terus
berkembang seiring dengan berkembangnya zaman dan timbulnya masalah-masalah
baru dalam kehidupan. Itulah fenomena di dunia Islam. Sebagian dari umat Islam
bukan tidak tahu hadist bahwa “perbedaan adalah rahmat”. Perbedaan adalah hal
yang sangat niscaya, sesuatu yang tidak bisa dihindarkan.14
Rokok telah mempengaruhi hidup banyak orang hingga saat ini. Tidak
sedikit yang mengkonsumsinya, dari yang hanya penjual kaki lima sampai di
Mahkamah Agung yang bergaun toga. Sehingga banyak pabrik rokok merajalela yang
menawarkan keanekaragaman rokok. Transaksi jual beli rokok pun sudah bukan hal
yang baru lagi.
12
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi dan Rokok, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012), cet.
III, h. 35. 13
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI sejak 1975, (Jakarta: Emir Erlangga,
2015), h. 1128. 14
M. Yusuf Amin Nugroho, Fiqh al Ikhtilaf NU-Muhammadiyah, (Ttp, Tt, E-book 2012), h.
2.
9
Manusia merupakan masyarakat sosial yang tidak bisa lepas dari aktivitas
jual beli, karena hal ini merupakan kebutuhan primer layaknya makan setiap hari.
Sedangkan menurut pengertian syari‟at, yang dimaksud dengan jual beli adalah
pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang
dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah).15
Salah satu syarat sah jual beli adalah barang atau jasa yang menjadi objek
jual beli harus memenuhi ketentuan suci dan halal.16
Ketika objek yang
diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi nya menjadi tidak sah.17
Rokok berasal dari tembakau, hukum tembakau adalah halal dan suci bukan
najis atau pun haram. Jika mengkonsumsi rokok dihukumi halal atau mubah
berdasarkan asal mula rokok yaitu tembakau, sudah barang tentu dalam
memperjualbelikannya pun dibolehkan, karena semua aktivitas muamalah (jual beli-
red) dihukumi mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkannya sesuai kaidah
fiqih berikut:
عاملة اإلباحة اال أن يد ل رماادليل على ت الصل ف امل
“Hukum asal semua bentuk muamlah adalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang Mengharamkannya”.18
Dampak dari mengkonsumsi rokok jika dapat membahayakan seseorang
maka dihukumi haram berdasarkan firman Allah SWT:
15Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 128.
16Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Pres,
2004), h. 90. 17
Langkah Supian, prinsip asas dan kaidah fiqih muamalah,
http://langkahsupian.blogspot.co.id/diunduh pada 03 juni 2016 pukul 20:36 WIB. 18
A. Jazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), cet. III, h. 130.
10
… وال ت قت لوا أنفس كم إن اللو كان بكم رحيما “Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu“. (Q.S. An-Nissa: 29)19
Jika hanya berprinsip dari ayat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rokok
haram, karena sebagian orang menganggap bahwa rokok menimbulkan berbagai
penyakit hingga menyebabkan perokok meninggal dunia. Jadi, dalam proses jual
belinya pun dapat diindikasikan haram. Para Ulama Fikih membuat suatu kaedah:
لة إل الرام حرام الوسي
“Perantara yang akan menghantarkan kepada yang haram adalah
haram”.20
Kaidah di atas dapat juga berarti bahwa membeli atau menjual rokok
dihukumi haram disebabkan dari aktivitas jual beli rokok yang merupakan salah satu
perantara untuk seseorang dapat mengkonsumsi rokok.
G. Metode Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu
Library research (studi pustaka), yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku
yang berkaitan langsung dengan pembahasan tentang rokok dan
19
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim....h. 83. 20
Sulaiman Abu Syaikhah, Qowaidul fiqhiyyah: hukum sarana sama dengan tujuannya,
https://sunniysalafiy.wordpress.com, diunduh pada 02 Mei 2016 pukul: 19:50 WIB.
11
memperjualbelikannya, serta menelaah dan mempelajari dari literatur beberapa buku
yang ada kaitannya dengan masalah yang ada dalam skripsi ini.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini berbentuk:
a. Data primer, yaitu sumber data dari buku-buku yang menjadi acuan
penting untuk skripsi ini diantaranya: Buku Fatwa MUI, buku Kitab
Kopi dan rokok karya Syaikh Ihsan Jampes, buku Merokok Haram
karya Ahmad Rifa‟i Rifan dan Buku Harta Haram Muamalat
Kontemporer karya Erwan Tarmizi
b. Data sekunder, Sumber data dari buku-buku dan media informasi
lainnya yang juga menjadi referensi untuk melengkapi penulisan skripsi
ini. Diantaranya: buku Halal dan Haram dalam Islam karya Syaikh
Yusuf Qardhawi, buku Fiqh Muamalat karya Prof. Dr. Hendi Suhendi,
buku Ngerokok Bikin Kamu “Kaya” karya Abdul Jabbar, dan lain-lain.
3. Sifat Penelitian
Penelitian dalam penyusunan skripsi ini bersifat deskriptif-analisis, yaitu
usaha untuk menggambarkan suatu gejala dan peristiwa yang ada secara jelas dan
sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penelitian
ini berusaha memaparkan perbedaan pendapat para ulama mengenai rokok sehingga
dapat diketahui hukum memeperjualbelikannya yang kemudian dianalisa untuk
12
mencari kebenaran, kelemahan serta kekuatannya berdasarkan nash-nash dan sumber
hukum Islam lainnya yang masih berkaitan mengenai permasalahan rokok.
4. Teknik Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data penulis merujuk pada buku-buku dan media
informasi lainnya yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti
sehingga dapat mempermudah menjawab persoalan yang berhubungan dengan
hukum rokok dan memperjualbelikannya.
5. Teknik pengolahan Data
Ketika data yang dibutuhkan telah diperoleh, maka penulis
mengelompokkan data-data tersebut untuk diolah yang kemudian dianalisis. Dalam
pembahasan ini penulis menggunakan teknik pengolahan data yang bersifat induktif,
yaitu diawali dengan menguraikan fakta-fakta tentang rokok dan merokok kemudian
dirumuskan menjadi suatu kesimpulan atau generalisasi dalam menentukan hukum
memperjualbelikan rokok dalam perspektif hukum Islam.
6. Pedoman Penulisan Penyusunan skripsi ini berpedoman pada:
a. Pedoman penulisan karya ilmiah fakultas syari‟ah IAIN Banten tahun
2015
b. Sumber penulisan disesuaika pada Al-Quran dan Terjemah Makna ke
dalam Bahasa Indonesia Departemen Agama Republik Indonesia
c. Untuk penulisan hadist disesuaikan dalam al-Maktabah asy-Syamilah
13
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan konkrit dalam menyusun
skripsi ini, maka dalam penulisannya dibagi menjadi 5 bab yang setiap babnya terdiri
dari sub bab, yaitu:
Bab kesatu, yang berisikan latar belakang dari penyusunan skripsi ini,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian yang telah dilakukan,
kerangka pemikiran yang dijadikan penulis sebagai landasan teori dalam
menganalisis, langkah-langkah penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua, untuk mengawali pembahasan penelitian ini seyogyanya terlebih
dahulu mengetahui tinjauan umum tentang rokok yang ditinjau dari berbagai aspek
yang meliputi: Pengertian rokok, sejarah asal mula adanya rokok, kandungan zat yang
ada di dalam rokok, serta dampak negatif dan positif yang ditimbulkan dari rokok.
Bab ketiga, yang berisi tentang jual beli dalam Islam yaitu dimulai dari
definisi jual beli, dasar hukum yang dijadikan acuan dalam melakukan aktivitas jual
beli, syarat sah dan rukun jual beli, kemudian dilanjutkan dengan macam-macam jual
beli, serta jaul beli yang dilarang dalam Islam.
Bab keempat, merupakan bab penentu dari akhir penelitian ini yakni
Pandangan Islam tentang rokok, Hukum menjual rokok dalam perspektif hukum
Islam dan Hukum membeli rokok dalam perspektif hukum Islam.
Bab kelima, Penutup. Terdiri dari kesimpulan dari keseluruhan penilitian ini
yang dilengkapi dengan saran-saran.
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ROKOK
A. Definisi Rokok
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rokok diartikan sebagai
gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun nipah,
kertas, dsb).21
Rokok secara definisi adalah silinder dari kertas, berukuran panjang antara
70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara), dengan diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Sedangkan merokok adalah
membakar rokok kemudian dihisap.22
Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica,
dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau
tanpa tambahan.23
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rokok adalah sebuah
benda kecil berbentuk silinder yang sebagian besar bahan pokoknya dari tembakau.
21
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2008), h. 1217. 22
Muhammad Jaya, Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok, (Yogyakarta: Riz‟ma, 2009),
h. 14. 23
Umi Istiqomah, Upaya Menuju Generasi tanpa Merokok, (Surakarta: CV Setia Aji, 2003),
h. 20.
15
Dikonsumsi oleh seseorang dengan cara dibakar pangkalnya dengan menggunakan
api sehingga keluar asap, kemudian asap tersebut dihisap oleh penggunanya.
Dengan mengkonsumsi rokok setiap saat pun tidak akan membuat seseorang
kenyang ataupun gemuk, karena memang diciptakannya rokok bukan bertujuan untuk
itu. Merokok mempunyai kenikmatan tersendiri bagi pecandunya yang tidak bisa
diidentikkan seperti makanan yang dapat mengenyangkan.
B. Sejarah Rokok
Menurut Imam ath-Tharabis al-Halabi, masyarakat Arab sudah sejak dulu
mengenal rokok dengan beberapa sebutan, di antaranya ad-dukhan, at-tabgh, at-
tutun, dan at-tinbak. Adapun dalam istilah kedokteran, tembakau sering disebut
dengan nama banbujjir.24
Dalam Kitab Tuhfah al-Ikhwan mengenai penjelasan sejarah tembakau,
tertulis pada bagian yang menjelaskan tentang kesehatan badan menyebutkan:
Tembakau (at-Tabghu) pada mulanya adalah tanaman lokal di suatu daerah bernama
Tobago (suatu negeri di wilayah Meksiko, Amerika Utara). Pada masa pendudukan
Amerika, berbondong-bondonglah orang dari Eropa untuk singgah dan menetap di
„Dunia baru‟ tersebut. Mereka bergaul dengan penduduk asli Amerika sehingga
mereka tahulah tradisi dan adat istiadat penduduk asli, termasuk dalam hal merokok.
Ketertarikan mereka terhadap tradisi merokok membuat mereka membawa bibit
tanaman tembakau ini ke negeri-negeri Eropa, khusunya ketika di antara mereka yang
pulang ke kampung halaman.
Pemindahan bibit ini terjadi pada 1517 M atau 935 H. Hanya saja, tanaman tembakau
ini tidak tersebar luas di seluruh daratan Eropa. Pada 1560 M (977 H), Yohana Pailot
dari Vunisia mengunjungi raja Alburqanal di Panama, Amerika. Tentu saja
24
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi dan Rokok, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012), cet.
3, h. 14.
16
kunjungan itu bukan sekedar kunjungan. Kemungkinan besar dia membawa
tambahan bibit tembakau untuk Vunisia sehingga beberapa saat kemudian tembakau
tersebar di negeri itu.
Dari Vunisia, tanaman tembakau dibawa dan disebarkan ke negeri-negeri Eropa yang
lain oleh seorang Rahib Vunisia yang bernama Vuses Lorenz. Sejak saat itu, tanaman
tembakau menjadi masyhur di seluruh Eropa.25
Jadi, manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku
bangsa Indian di Amerika. Pada saat itu rokok digunakan untuk keperluan seperti
memuja dewa atau roh. Pada abad ke 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua
Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu penasaran dan ikut mencoba-coba
menghisap rokok dan kemudian kebiasaan rokok mulai muncul di kalangan
bangsawan Eropa. Tetapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok telah beralih
fungsi, yaitu merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad ke 17 para
pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itulah kebiasaan merokok mulai masuk
negara-negara Islam, termasuk indonesia.26
Dan saat ini dapat disaksikan bahwa
rokok telah menjadi konsumsi harian negeri ini.
Di Indonesia, Industri tembakau dimulai bersamaan dengan berkuasanya
kolonial Belanda di negeri ini. Dimulai dengan penanaman pertama pada tahun 1609,
pada tahun 1650 tembakau dijumpai di banyak daerah di Nusantara. VOC melakukan
penanaman tembakau secara besar-besaran di daerah Kedu, Bagelen, Magelang, dan
Priangan. Dari abad ke-17 hingga ke-19, penanaman tembakau mencapai daerah Deli,
25
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 14-15. 26
Ahmad Rifa‟i Rif‟an, Merokok Haram, (Jakarta: Republika), 2010, h. 1-2.
17
Padang, Palembang, Cirebon, Tegal, Kedu, Bagelen, Banyumas, Semarang,
Rembang, Pasuruhan, bahkan juga Kalimantan, Sulawesi, Ambon, dan Irian.27
Dari catatan sejarah Raffles and Condolle disebutkan bahwa kebiasaan
merokok penduduk jawa ternyata sudah ada sejak abad ke-17. Bahkan raja Mataram,
Sultan Agung, yang memerintah pada tahun 1613-1645, dicatat Onghokham dan
Amen Budiman sebagai chain smoker atau perokok berat. Akan tetapi tidak satupun
dari catatan sejarah itu yang memperkenalkan rokok secara komersial kecuali diawali
dari kudus, sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah yang kini telah menjadi pusat
mengalirnya produk-produk rokok kretek ternama ke saentero Indonesia dan dunia.28
Adapun dari jenis tembakau dunia, diperkirakan dunia mengenal 200 spesies
tembakau. Dari 200 spesies tersebut, tiga varietas utama: Nicotiana Tabacum
(Virginia), Nicotiana Macropylla (Maryland), dan Nicotiana Rustica (Boeren),
semuanya berasal dari Amerika.29
Di Indonesia, umumnya rokok dibedakan menjadi beberapa jenis:
1. Berdasarkan bahan pembungkus:
a. Klobot :rokok yang bahan pembungkusnya dari jagung
b. Kawung :rokok yang bahan pembungkusnya dari daun aren
c. Sigaret :rokok yang bahan pembungkusnya dari kertas
d. Cerutu :rokok yang bahan pembungkusnya dari daun tembakau
27
Suryo Sukendro, Filosofi Rokok (Sehat, tanpa Berhenti Merokok), (Yogyakarta: Pinus,
2007), h. 43. 28
Muchtar AF, Siapa Bilang Merokok Makruh?, (Jakarta: PT Buana Ilmu Populer, 2009), h.
40. 29
Suryo Sukendro, Filosofi Rokok...h. 33.
18
2. Rokok berdasarkan isi
a. Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau dan saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
b. Rokok kretek : rokok yang bahan bakunya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus.
c. Rokok klembak: rokok yang bahan bakunya daun tembakau, cengkeh
dan kemenyan yang diberi saus.
3. Rokok berdasarkan proses pembuatannya:
a. Sigaret kretek tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau
alat bantu sederhana, lingkar diameter pangkal dan ujung berbeda
besarnya.
b. Sigaret kretek mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin, lingkar diameter pangkal dan ujung sama besar.
4. Rokok berdasarkan penggunaan filter:
a. Rokok filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.
b. Rokok non filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak
terdapat gabus. 30
30
Muhammad Jaya, Pembunuh Berbahaya...h. 15-18.
19
Sigit Budi Setiawan mengatakan bahwa merokok merupakan tindakan
subversif publik. Maka tidaklah mengherankan, jika di Indonesia saat ini merokok
dan meminum kopi adalah kebiasaan yang sering dilakukan sebagai bagian mengisi
waktu luang, sedangkan pada masa lampau kebiasaan ini dianggap sebagai hal yang
harus dilawan, dihindari dan kalau bisa ditiadakan. Dalam modernisasi kesehatan,
semua itu hanya penyakit dan laknat bagi panjang umur dan produkvitas.31
C. Kandungan Zat dalam Rokok
Pada setiap batang rokok yang dinyalakan, akan mengeluarkan lebih 4.000
bahan kimia beracun yang membahayakan bersama asap yang dihasilkan.. Bahkan
zat-zat kimia beracun itu bisa menyebabkan kematian. Asap yang keluar dari
sebatang rokok terbagi dua, yaitu asap utama (main stream smoke) yang keluar dari
pangkal rokok dan asap sampingan (side stream smoke) yang keluar dari ujung
rokok.32
Zat-zat berbahaya yang terdapat di dalam rokok meliputi: Polonium-201
(bahan radioaktif), acetone (bahan pembuat cat), ammonia (bahan untuk pencuci
lantai), napthalene (bahan kapur barus), DDT dan arsenic (yang biasa untuk racun
serangga), hydrogen cyanida (gas beracun yang lazim digunakan di kamar eksekusi
hukuman mati), methanol (bahan bakar roket), cadmium (digunakan untuk accu
mobil), vinyil chloride (bahan plastik PVC), phenol bhutane (bahan bakar korek api),
31
Sigit Budi Setiawan dan Marlutfi Yoandinas, Mereka yang Melampaui Waktu,
(Yogyakarta: Pustaka sempu & INSISTPress, 2013), h. 16. 32
Nor Fadillah, Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan saat Anda Hamil, (Jogjakarta:
Laksana, 2011), hlm. 104.
20
carbon monoxide (asap dari knalpot kendaraan), naftalen (kamper), toluene (pelarut
industri), dan masih banyak lagi.33
Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu komponen gas dan komponen padat atau partikel. Sedangkan komponen padat
atau partikel dibagi menjadi nikotin dan tar. Berikut komponen padat atau partikel
yang ada dalam setiap batang rokok:
a. Tar, yaitu bahan yang bisa menyebabkan kanker, karena didalamnya
mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia;34
b. Nikotin, yaitu obat perangsang yang dapat menyebabkan serangan jantung,
stroke, dan merusak sirkulasi darah. Nikotin merupakan obat yang
menimbulkan efek berbeda pada tubuh. Meskipun membuat perokok merasa
santai, zat ini merangsang sistem otak. Nikotin mempengaruhi zat kimia
didalam otak, dan setelah satu hirupan asap biasanya seseorang merasa enak
untuk sesaat. Perokok baru biasanya merasa sedikit pusing atau sakit karena
asap tembakau, namun mereka menjadi terbiasa dengan efek itu. Ketika
mereka terus merokok, tubuh perokok belajar tergantung pada Nikotin dan
mereka dapat merokok lebih banyak. Penelitian menunjukkan bahwa
kecanduian perokok pada nikotin mirip dengan kecanduan pada heroin atau
kokain. Sebagai contoh penelitian, menunjukkan bahwa sejumlah perokok
33
Abdul Jabbar, Ngerokok Bikin Kamu Kaya, (Sukoharjo: Samudera, 2008), h. 16. 34
Nor Fadillah, Hal-hal yang tidak...hlm. 104-105.
21
tidak bisa berhenti meskipun mereka sudah tahu bahwa merokok merusak
kesehatannya.35
D. Dampak Positif dan negatif dari Rokok
1. Dampak Positif Rokok
Rokok mempunyai manfaat dari sisi kesehatan yaitu rokok bisa membantu
mengurangi resiko parkinson. Parkinson adalah hilangnya sel-sel otak yang
memunculkan zat kimia dopamin, sehingga berdampak gemetar, dingin, gerak lambat
dan bermasalah dengan keseimbangan tubuh.36
Banyak perokok yang merasakan
nikmatnya rokok untuk meningkatkan mood, sehingga dapat menumbuhkan semangat
seseorang untuk melakukan berbagai macam aktivitas.
Tidak banyak orang tahu juga, bahwa pada awalnya rokok kretek yang
berbumbu cengkeh, tercipta sebagai obat bagi penderita gangguan saluran pernafasan,
seperti sakit tenggorokan dan asma. Mirip seperti jamu dan obat bagi banyak penyakit
masyarakat jawa.37
Sedangkan dari sudut pandang ekonomi, diakui bahwa industri rokok
memang memberikan lapangan kerja kepada jutaan orang, meramaikan iklan di
sepanjang jalan, dan memberikan penghidupan kepada para petani tembakau, juga
memberikan kontribusi cukai bagi pemasukan keuangan negara. Pada tahun 1996,
35
Wasis sumartono, Stop Merokok sebab Anda Bisa. (Jakarta: CV Sagung Seto, 2008), hlm.
10. 36
Suryo Sukendro, Filosofi Rokok...h. 87. 37
Muchtar AF, Siapa Bilang...h. 39.
22
2.447 juta batang rokok kretek di ekspor dan sejumlah 95.970 juta barang dikonsumsi
di dalam negeri serta telah menyerap 10 juta tenaga kerja.38
Pada tahun 2012, produksi rokok mencapai 303 miliar batang. Ini meningkat
2,2 persen dibandingkan 2011, sebanyak 279,4 miliar batang. Sedangkan pendapatan
dari ekspor rokok kretek naik dari US$ 160 juta pada 2011 kini menjadi US$ 613
juta. Pemerintah berharap agar perusahaan rokok mulai fokus menggarap pasar dalam
negeri. Sedangkan, Kementerian Perindustrian menjanjikan untuk memberikan
insentif pajak bagi industri padat karya termasuk pabrik rokok.
Seperti yang disampaikan oleh Hasbullah Thabrany, Guru Besar Universitas
Indonesia, bahwa industri rokok berhasil memengaruhi penduduk Indonesia untuk
“membakar” Rp 165 triliun dalam setahun. Bahkan, industri rokok juga berhasil
meyakinkan pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam memproduksi 235 miliar
batang rokok. Dalam hal ini pemerintah menerima sekitar Rp 70 triliun dari cukai
rokok, tapi alokasi dana untuk kesehatan masyarakat jauh di bawah angka tersebut,
yaitu sekitar Rp 28 triliun.39
Para petani tembakau pun akan untung besar jika permintaan produksi
tembakau terus menerus meningkat, karena komoditinya tak punya pilihan lain
kecuali dipasarkan kepada industri rokok. Para karyawan, juga buruh pabrik rokok
yang perekonomiannya bergantung pada perusahaan rokok. Tidak dapat dipungkiri,
38
Suryo Sukendro, Filosofi Rokok...h. 60. 39
Farhan Mardiana, Rokok antara dunia kesehatan dan dunia,
http://fmsudradjat.blogspot.co.id/ diunduh pada 21 Januari, pukul 07:44 WIB.
23
keuntungan dari produksi tembakau menjadi rokok kini menjadi salah satu
pemasukan yang besar bagi kas negara.
Industri rokok di Indonesia sendiri mendapat citra positif dari masyarakat
maupun pemerintah, hal itu disebabkan oleh beberapa hal berikut:
a. Industri rokok membangun citra positif produk melalui kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate sosial responsibility/CSR). Belakangan ini banyak
kegiatan CSR yang didanai perusahaan rokok, seperti kegiatan yang terkait
bidang pendidikan, misalnya pemberian bea siswa, bantuan bagi sekolah, dan
pembangunan gedung. Kegiatan CSR berdasarkan peraturan yang ditentukan
pemerintah dan harus dilaksanakan oleh perusahaan.
b. Industri rokok menyerap tenaga kerja
Buruh pabrik rokok dan petani tembakau, industri rokok rumahan, petani
cengkeh, dan pekerja industri manufaktor rokok menyediakan lapangan
pekerjaan dan memiliki efek berantai bagi daerah penghasil, hal ini dapat
dijadikan sebagai tameng, apabila merugikan kepentingan mereka seperti dengan
menggelar unjuk rasa yang dapat mengganggu ketertiban masyarakat.
c. Penerimaan Negara dari Sektor Cukai
Adanya pembagian hasil penerimaan negara dari sektor cukai hasil tembakau
yang dibagikan melalui gubernur kepada provinsi penghasil cukai hasil
tembakau. Gubernur mengatur pembagian dana bagi hasil cukai tembakau
24
kepada bupati/walikota di daerahnya masing-masing berdasarkan besaran
konstribusi penerimaan cukai hasil tembakaunya.40
2. Dampak Negatif Rokok
Sebagian besar masyarakat mengetahui bahaya merokok, karena papan iklan
rokokpun menyampaikan hal tersebut. Namun kebiasaan merokok tetap banyak di-
lakukan di masyarakat. Yang lebih menyedihkan dari fenomena merokok adalah
bahwa kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun telah merambah
ke remaja bahkan siswa sekolah. Tidak hanya siswa SMA, tetapi sudah merambah ke
siswa SMP bahkan siswa SD.41
Manfaat dari rokok terbilang dapat berpengaruh bagi individu maupun
kelompok. Tetapi merokok adalah salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit
ganas yang mematikan. Berarti merokok merupakan salah satu kebiasaan yang
menyebabkan seseorang perlahan-lahan segera menghadapi kematian. Karena
ketegangan-ketegangan yang terjadi pada tubuh akibat merokok menimbulkan
penderitaan jangka panjang.
Empisema adalah salah satu penyakit yang ditimbulkan dari rokok, yang
secara perlahan dapat membusukkan paru-paru. Orang yang mengidap empisema
40
Abu Samman Lubis, Rokok: Antara Kemanfaatan dan Kemudharatan. (Jurnal Balai Diklat
Keuangan Malang), h.4. 41
Ambarwati, Ayu Khoirotul, dkk (Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat), Media
Leaflet, Video dan Pengetahuan Siswa SD tentang Bahaya Merokok, (Jurnal Kesehatan Masyarakat),
h. 8.
25
sering mengalami bronchitis secara berulang, dan menderita kegagalan paru-paru dan
jantung.42
Berdasarkan perkiraan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization,
WHO), di tahun 2002 hampir seluruh kematian penduduk dunia disebabkan oleh
penyakit. Dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor 1 di dunia
dengan presentase 29,2% dari 57 juta penduduk di dunia (lihat diagram).43
Diagram: Presentase lima penyebab kematian utama di dunia
Salah satu penyebab seseorang mempunyai penyakit jantung ialah dari
kebiasaan merokok. Demikian menurut para ahli jantung di negara-negara barat.
Kadar nikotin dari satu batang rokok mampu menyempitkan sebuah pembuluh darah
halus. Jika tetap merokok sampai usia tengah baya (50 tahun) berisiko dua kali lipat
serangan jantung dibanding mereka yang tidak merokok. Setiap kali seseorang
menghirup asap rokok, setiap kali pula radikal bebas disemburkan ke dalam tubuh;
42
Wasis sumartono, Stop Merokok...h. 6. 43
Bahar Azwar, Fikih Kesehatan, (Tangerang: Qultum media, 2005), h. 2.
Par
u-p
aru
6,5
Jan
tun
g 2
9,2
Kan
ker
12
,5
Infe
ksi 2
6,2
d
ll Trau
ma
9,1
26
dan ini secara dramatis mempercepat pembentukan plak di pembuluh darah arteri.
Tidak Cuma radikal bebas yang ditiupkan ke dalam tubuh, masih ada zat-zat racun
lain seperti sianida dan arsentik yang kemudian masuk ke dalam aliran darah.44
Karena asap rokok bisa menyusup kemana-mana, maka bukan hanya perokok aktif
yang berisiko sakit jantung, perokok pasif pun ikut terancam.
Selama proses pembakaran, rokok tidaklah berbeda dengan proses
pembakaran bahan-bahan padat lainnya, rokok terbuat dari daun kering, kertas zat
perasa yang dapat dibentuk oleh elemen karbon. Dunia kesehatan menyatakan bahwa
rokok yang dihisap memberi dampak negatif yang luas bagi kesehatan dan ditengarai
sebagai salah satu penyebab utama juga dalam timbulnya penyakit kanker, paru,
impotensi, gangguan kehamilan dan janin.45
Bukan hanya menurut WHO (World Health Organization), tetapi lebih dari
70 ribu artikel ilmiah membuktikan hal itu. Dalam kepulan asap rokok terkandung
4000 racun kimia berbahaya, dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang
tumbuhnya kanker). Salah satunya yaitu penyakit kanker paru-paru disebabkan oleh
tar dalam asap tembakau. Orang yang merokok kemungkinannya mati karena kanker
paru-paru sepuluh kali lebih besar daripada bukan perokok. Ada sepuluh tipe kanker
yang disebabkan oleh rokok, yaitu kanker mulut, tenggorokan, pita suara dan
esofagus, kanker paru-paru, kanker perut dan kanker lambung, kanker pankreas fatal,
kanker kantung kemih, kanker leher rahim, dan leukimia atau kanker darah.
44
Srikandi Waluyo dan Budhi marhaendra Putra, Cek Kesehatan Anda (Pria usia 50 tahun),
(Jakarta: Kompas Gramedia, 2013) h. 45. 45
Suryo Sukendro, Filosofi Rokok...h. 85.
27
Penelitian yang dilakukan United States Surgein General AS menunjukkan bahwa
selain ada 10 tipe kanker, merokok juga berisiko menyebabkan stroke, katarak,
penyakit gusi, pilek, kerongkongan kering, infeksi gusi, pneumonia, bronkitis, asma,
batuk kronis bengek, hipertensi, dan tulang rapuh.46
Proses terjadinya kanker paru-paru membutuhkan waktu 10-20 tahun.
Biasanya gejala awal kanker paru-paru pada usia 40 tahun dan puncaknya pada usia
60 tahun. Makin dini orang merokok dan terus berkelanjutan, maka resikonya makin
besar. Ketika orang merokok pada usia 10 tahun lebih tua, resikonya setengah dari
orang yang merokok pada usia lebih muda. 50% penderita paru-paru tidak
mengetahui bahwa asap rokok merupakan penyebab penyakitnya.47
Oleh sebab itu
para dokter telah sepakat bahwa rokok itu merusak kesehatan.48
Menurut DR. Jefri S. Wigand, mantan wakil presiden penelitian dan
pengembangan Brown and Williamson (B&W) Tobacco Corporation, Amerika
Serikat, mengatakan saat ini komposisi rokok bukan hanya sekedar campuran
tembakau atau cengkeh, melainkan ada semacam rekayasa kimia ammonia yang
ditinggalkan keasamannya, hal inilah yang membuat nikotin dalam tembakau jadi
lebih cepat untuk diserap oleh paru-paru dan akhirnya akan berefek ke otak dan
46
Ahmad Rifa‟i Rif‟an, Merokok haram...h. 7. 47
Abu Umar Basyir, Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok, (Jakarta: Pustaka Tazkia, 2005), h.
191. 48
Ahmad Sarwat, Fiqh Minoritas, (DU Center Press, 2010), h. 49.
28
sistem saraf.49
Lebih dikhawatirkan jika perokok atau penikmat asap rokok adalah
seorang wanita hamil.
Dalam berbagai keterangan medis, sudah dijelaskan bahwa bayi yang
dilahirkan dari ibu perokok (terutama perokok aktif), hampir selalu memiliki berat
lahir rendah dan ini merupakan risiko yang sangat berbahaya. Seorang ibu perokok
akan mengalirkan darah lebih sedikit melalui plasentanya. Oleh karena itu, zat asam
dalam darah pun juga akan sedikit. Akibatnya, berat badan bayi lebih rendah
dibanding dari ibu yang tidak merokok. Rokok juga bisa menyebabkan bayi
mengalami penyakit jantung bawaan hingga keguguran. 50
Berdasarkan bahaya yang telah disebutkan, maka dapat disimpulkan bahwa
merokok adalah penyebab dari segala penyakit. Bukan hanya bahaya bagi ibu hamil,
bayi yang dikandungnya pun ikut terkena dampak dari rokok yang dihisapnya.
Apapun yang dikonsumsi oleh ibu hamil baik sehat maupun tidak, bayi juga akan
mengkonsumsinya melalui plasenta yang tersambung antara dirinya dan sang jabang
bayi.
Prof. Dr. Anwar Jusuf, Guru besar FIKUI mengemukakan bahwa asap rokok
jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan polusi udara karena didalamnya
mengandung zat kimia yang dapat memicu sel-sel normal menjadi ganas dalam
prosesnya yang terjadi berulang-ulang hingga berbulan-bulan.51
49
Suryo Sukendro, Filosofi Rokok...h. 85. 50
Nor Fadillah, Hal-hal yang...h. 99-101. 51
Abu Umar Basyir, Mengapa Ragu...h. 191.
29
Oleh karena itu, masyarakat yang tidak merokok seyogyanya untuk tidak
terus menerus hidup dalam lingkungan yang dipenuhi oleh kepulan asap rokok.
Karena perokok pasif lebih cenderung terkena dampak negatif dari rokok dibanding
pengkonsumsinya.
Perokok pasif adalah orang-orang yang berada di lingkungan orang yang
merokok, sehingga terpaksa menghirup zat-zat yang berbahaya. Asap utama akan
dihisap oleh perokok, sedangkan perokok pasif akan menghisap asap sampingan
(side stream rokok) yang keluar dari ujung batang rokok yeng terbakar, selain itu juga
menghisap bagian dari asap utama yang dihembuskan lagi oleh perokok aktif setelah
dihisapnya.52
Asap sampingan menjadi penting peranannya bagi kesehatan perokok pasif
karena jumlahnya yang cukup banyak dan kadar bahayanya yang cukup tinggi.
Realitas menunjukkan bahwa rokok yang terbakar menghasilkan asap sampingan
sejumlah dua kali lebih banyak daripada asap utama, karena asap sampingan terus
menerus keluar selama rokok dinyalakan, sementara asap utama baru akan keluar jika
rokok itu dihisap.
Nitrosamin yang merupakan salah satu bahan penyebab kanker juga yang
kadarnya lima puluh kali lebih tinggi pada asap sampingan daripada yang terdapat
pada asap utama. Seorong perokok pasif yang berada di suatu ruangan yang penuh
52
Dinas Kesehatan Propinsi DIY Tahun 2012, Gaya Hidup Sehat Tanpa Rokok,(ttp: tp,
2012), h. 34.
30
asap rokok selama satu jam saja maka dia akan menghisap nitrosamin sama
banyaknya dengan merokok 35 batang sigaret.53
Penyakit yang disebabkan oleh rokok begitu kompleks. Meski bahaya rokok
telah diketahui, masyarakat seolah tetap tidak peduli. Bahkan data WHO
menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok
terbesar di dunia dan senantiasa meningkat dari tahun ke tahun. Data survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan bahwa presentase jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun
selalu meningkat.54
Data lain yang juga berasal dari World Health Organitation (WHO) PBB
memperlihatkan bahwa 70% penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Sedang
jumlah perokok dunia saat ini adalah 1,3 milyar orang dan tingkat kematian akibat
merokok adalah 4,9 juta orang pertahun. Jika kebiasaan ini terus berlanjut maka
angka kematian akibat merokok menjadi 10 juta orang pertahun dan 70% diantaranya
di Negara Berkembang termasuk Indonesia. Dari data UNICEF bahwa konsumsi
merokok di-Indonesia bertengger pada urutan ke 5 terbesar didunia.55
Variasi produk, harga rokok yang terjangkau dan mudahnya sistem distribusi
rokok lah yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen dan konsumen
rokok terbesar di dunia. Menurut Bank dunia, konsumsi rokok Indonesia sekitar 6,6%
53
Abdul Jabbar, Ngerokok bikin Kamu...h. 18-19 54
Ahmad Rifa‟i Rif‟an, Merokok Haram...h. 7-8. 55
Fatwa Hukum tentang Rokok, http://www.syariahonline.com//, diunduh pada 23 Januari
2016, pukul 18:48 WIB.
31
dari seluruh konsumsi dunia.56
Dan jika dilihat di negara-negara maju perokok sudah
semakin berkurang dan tempat-tempat yang diperbolehkan merokok juga semakin
dibatasi, maka lain halnya di Indonesia yang semakin tahun semakin banyak
pengkonsumsi rokok dari yang remaja sampai usia dewasa. Padahal pada tahun 2012,
pemerintah Indonesia menerapkan peraturan baru mengenai peringatan pada bungkus
rokok. Dalam Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012, perusahaan rokok
diwajibkan memasang gambar organ tubuh yang rusak akibat merokok, seperti
kanker mulut, paru-paru yang menghitam dan lain-lain di kemasannya.57
Dalam perjalanannya peringatan dalam bungkus rokok telah beberapa kali
mengalami pergantian. Seperti perubahan peringatan pada label yang berisi:
“Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan
kehamilan dan janin” menjadi “Rokok membunuhmu”.
Tulisan apapun dalam kemasan rokok sepertinya tidak dapat berpengaruh
pada pengkonsumsi rokok, oleh karena itu untuk mengurangi angka perokok setiap
harinya, maka para perokok sebaiknya cepat sadar akan bahaya merokok dengan cara
berhenti untuk menyesap rokok. Bahaya merokok lebih besar dirasakan daripada
manfaatnya. Bahaya yang ditimbulkan bukan hanya dirinya yang merasakan, orang
yang tidak merokok di sekitarnya pun akan terkena dampak dari bahaya rokok
tersebut.
56
Muchtar AF, Siapa Bilang...h. 39. 57
Nila Novita Sari, Tahun 2014 Pemerintah Terapkan Peraturan Baru Bungkus Rokok,
http://suaramahasiswa.com/ diunduh pada 31 Mei 2016, pukul 15:48.
32
Berhenti merokok memang tidak dapat dilakukan secara instan, harus
melalui berbagai tahapan untuk dapat berhenti secara total. Setidaknya para perokok
mengurangi aktivitas merokok setiap harinya, misalkan menggantinya dengan
mengunyah permen karet atau melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat. Dan yang
lebih utama, tidak mengajak yang lain untuk bergabung merokok terutama anak-anak.
Jika rokok dirasa sudah menjadi candu, ingatlah bahwa itu merupakan sebuah jalan
penyakit-penyakit ganas untuk masuk ke dalam tubuh dan merusaknya. Sebagai
seorang muslim hendaknya segera berhenti dari aktivitas yang membuang-buang
waktu dan uang ini secara bertahap maupun spontan.
33
BAB III
JUAL BELI DALAM ISLAM
A. Definisi dan Dasar Hukum Jual Beli
1. Definisi Jual Beli
Adanya syariat jual beli menjadi wasilah (jalan) untuk mendapat keinginan
memiliki milik orang lain tanpa berbuat salah. Jual beli menurut bahasa, artinya
menukar pemilikan barang dengan barang atau saling tukar menukar.58
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa menukar pemilikan barang
dengan barang atau saling tukar menukar, dapat juga berarti al-Bai‟, al-Tijarah dan
al-Mubadalah, sebagaimana Allah SWT berfirman59
:
... قي رجون تارة لن ت ب ور ...
“Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi” (QS. Fathir
:29)60
Menurut Hendi Suhendi, yang dimaksud jual beli secara istilah (terminologi)
adalah sebagai berikut:
1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan
58
Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalat, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.
65. 59
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014), cet. IX, h. 67. 60
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim dan Terjemah Makna ke
dalam Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), h. 437.
34
2.
ليك عي مالية بعاوضة باذن شرعي ت
“pemilikan harta benda dengan jalan tukar-menukar yang sesuai
dengan aturan syara”.
2.
مقاب لة مال قابلي للتصرف بإياب و ق ب ول على الوجو المأذون فيو “saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan
ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara”.61
Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar menukar sesuatu yang
bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah akad yang mengikat kedua
belah pihak. Sedangkan dalam arti khusus jual beli adalah ikatan tukar menukar
sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya
tarik, penukarannya bukan emas dan perak, bendanya dapat direalisir dan ada
seketika (ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada di hadapan si
pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah
diketahui terlebih dahulu.62
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai, secara sukarela
diantara kedua belah pihak, pihak pertamamemberikan suatu barang atau jasa dan
61
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah...h. 67-68. 62
Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah,Fikih Muamalat...h. 66-67.
35
pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan hukum dan
disepakati.
Sesuai dengan ketetapan hukum masudnya ialah memenuhi persyaratan-
persyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli
sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi dengan kehendak
syara‟maka jual beli tersebut dapat dihukumi tidak sah.63
Benda dapat mencakup pengertian barang dan uang, sedangkan sifat benda
tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda yang berharga dan dapat dibenarkan
penggunaannya menurut syara‟. Benda-benda seperti alkohol, babi, dan barang
terlarang lainnya haram diperjualbelikan sehingga jual beli tersebut dipandang batal
dan jika dijadikan harga penukar, maka jual beli tersebut dianggap fasid.64
Dan jika
rokok dikategorikan sebagai barang yang haram maka jual beli tersebut juga menjadi
haram.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Aktivitas jual beli merupakan perkara yang halal dalam Islam dengan syarat
jual beli tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam. Rasulullah pun
melakukan perniagaan untuk memenuhi kebutuhannya. Islam telah mensyariatkan
kepada manusia bahwa terpenuhinya kebutuhan sehari-hari dengan jalan suka sama
suka di antara kedua belah pihak, hal ini sesuai dengan dalil-dalil berikut ini:
63
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah...h. 69. 64
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah...h. 69.
36
a. Al-Quran
الب يع و حرم الربا...اللا ...وأحل
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS.
Al-Baqarah: 275)65
نكم بالباطل إال أن تكون تارة يا أي اا الذين امن وا ال تأكلوا أموالكم ب ي عن ت راض منكم . . .
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu....”
(QS. An-Nisa: 29)66
و أشادوا إذا ت باي عتم
“.... Dan persaksikanlah apabila kamu berjualbeli...” (QS. Al-
Baqarah: 282)67
b. Hadits
الب ي عان باليار مال ي ت فرقا
“Penjual dan pembeli dipebolehkan melakukan khiyar selama
keduanya belum berpisah”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Hakim bin Hizam dan Ibnu Umar
ra.)68
ال يبيع ب عضكم على ب يع أخيو “Janganlah sebagian dari kalian membeli apa yang dibeli (sedang
ditawar) oleh saudaranya”.
(HR. Bukhari dan Muslimdari Ibnu Umar ra)69
65Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 47.
66Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim....h. 83.
67Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim.... h. 48.
68Ibnu Hajar al-Asqolani, Fath al-Bari juz 4 dalam al-Maktabah asy-Syamilah h. 329.
37
اذا باي عت ف قل: ال خلبة
“Apabila engkau menjual sesuatu, maka katakanlah: Tidak ada
tipuan didalamnya”
(HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar ra)70
ا الب يع عن تراض إن
“Jual beli itu didasarkan kepada suka sama suka”
(HR. bnu Majah dari Sa‟ad bin Malik r.a).71
يقي و الشاد اء التاجر الصدوق المي مع النبي ي و الصد
“Pedagang yang jujur dan terpercaya itu sejajar (tempatnya di
surga) dengan para Nabi, para shidiqin dan para syuhada”
(HR. Tirmidzi dari Sa‟ad bin Malik ra.).72
c. Ijma‟
Kaum muslimin telah sepakat dari dahulu sampai sekarang tentang
kebolehan hukum jual beli. Oleh karena itu, hal ini merupakan sebuah bentuk ijma‟
umat, karena tidak ada yang menentangnya.73
Jual beli itu halal selama tidak
melanggar aturan syariah, hal ini berdasarkan kaidah fiqih para ulama:
باحة الصل ف المعاملة الل و ا إل
69
Ibnu Hajar al-Asqolani, Fath al-Bari...h. 329. 70
Muhammad bin Ismail ash-Shan‟ani, Subulu as-Salam juz 2 dalam al-Maktabah asy-
Syamilah, h. 48. 71
Muhammad bin Ismail ash-Shan‟ani, Subulu as-Salam...h. 1. 72
Muhammad bin Isa at-Turmudzi, Sunan at-Turmudzi juz 3 dalam al-Maktabah asy-
Syamilah, h. 507. 73
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 15.
38
“Prinsip dasar dalam muamalah adalah halal dan boleh”74
Maksud kaidah di atas adalah semua akad dipandang halal, kecuali ada dalil
yang mengharamkannya. Setiap muamalah baik yang datang kemudian atau yang
terdahulu prinsip dasarnya adalah boleh. Tidak boleh seorang mengintervensi hukum
kebolehan tersebut, kecuali ada dalil yang shahih, masuk akal, dan jelas melarangnya.
Jika objek jual belinya halal dan dapat bermanfaat maka jual belinya pun sah,
begitupun sebaliknya berdasarkan kaidah berikut:
عو إال بدليل الصل أن كل ما صح ن فعو صح ب ي
“Hukum asal setiap sesuatu yang sah dimanfaatkannya, maka sah pula
diperjualbelikannya kecuali adanya dalil yang mengharamkannya”75
Kaidah di atas yang berhubungan dengan objek yang bisa
diperjualbelikannya dan dimanfaatkannya. Dalam hal ini terdapat syarat-syaratnya,
yaitu:
1. Syarat pertama, benda yang diperjualbelikan itu ada manfaatnya. Dengan
demikian, benda yang tidak ada manfaatnya sama sekali tidak bisa dijadikan
objek akad jual beli, karena hukumnya tidak sah. Sebagai contoh bertransaksi
rokok, yang mana manfaat rokok hanya dirasakan sebagian kecil manusia,
sebagian lainnya hanya merasakan bahaya yang ditimbulkan saja.
74
A. Jazuli, Kaidah-kaidah Fikih, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), cet. III, h. 128. 75
Enang Hidayat, Fiqh Jual...h. 61.
39
2. Syarat kedua, manfaat benda tersebut diperbolehkan oleh syara‟. Dengan
demikian tidak boleh memperjualbelikan yang ada manfaatnya tetapi
diharamkan oleh syara‟.76
Kaidah lain yang berkaitan dengan jual beli adalah:
عقد الب يع إال على مال ال ي ن
“Tidak sah akad jual beli kecuali terhadap sesuatu yang dipandang harta”77
Perkara yang dimaksud dengan harta (al-mal) adalah sesuatu yang
diperbolehkan memanfaatkannya secara mutlak. Kaidah tersebut menjelaskan bahwa
jual beli hukumnya tidak diperbolehkan kecuali terhadap sesuatu yang ada
manfaatnya. Dan cara memanfaatkan barang tersebut harus diperbolehkan oleh
syara‟, baik dengan cara dimakan, diminum, ditunggangi, dan lain sebagainya. Para
ulama membagi barang yang diperjualbelikan (dilihat dari segi pemanfaatannya)
kepada empat macam:
1. Barang yang diperbolehkan memanfaatkannya secara mutlak. Misalnya
pakaian, kendaraan, bejana, dan yang lainnya.
2. Barang yang tidak diperbolehkan memanfaatkannya. Misalnya babi,
bangkai, anjing yang belum terlatih, dan yang lainnya.
3. Barang yang diperbolehkan memanfaatkannya ketika dibutuhkan.
Misalnya memanfaatkan anjing untuk berburu atau berjaga di rumah, dan
lain-lain.
76
Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli...h. 61. 77
Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli...h. 62.
40
4. Barang yang tidak ada manfaatnya sama sekali., hukumnya tidak
diharamkan juga tidak diperbolehkan. Dalam hal ini para ulama sepakat
hukumnya tidak boleh memanfaatkan dan memperjualbelikannya.
Misalnya serangga, dan yang semisalnya. Rokok juga dapat termasuk
dalam kategori ini. Karena rokok secara umum tidak bermanfaat sama
sekali dan dengan membelinya termasuk menyia-nyiakan harta
(mubazir), yang hukumnya diharamkan.78
d. Akal
Kebutuhan manusia yang berhubungan dengan apa yang ada di
tangan orang lain, tidak ada cara lain untuk saling timbal balik kecuali dengan
melakukan akad jual beli. Jadi akad jual beli ini menjadi perantara kebutuhan
manusia terpenuhi.79
Jual beli bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena kebutuhan manusia berhubungan
dengan apa yang ada ditangan sesamanya. Semuanya itu tidak akan terpenuhi tanpa
adanya saling tukar menukar.
Sedangkan Islam telah mensyariatkan kepada manusia bahwa
terpenuhinya kebutuhan sehari-hari harus dengan jalan suka sama suka di antara
78
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli...h. 62. 79
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli...h. 15.
41
kedua belah pihak (penjual dan pembeli). Maka seseorang tidak boleh mengambil
harta orang lain secara paksa.
B. Syarat dan Rukun Jual Beli
Para ulama berbeda pendapat tentang rukun jual beli. Menurut Hanafiyah,
rukun jual beli hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul
(ungkapan menjual dari penjual) atau sesuatu yang menunjukkan kepada ijab dan
qabul. Yang menjadi rukun jual beli hanyalah kerelaan kedua belah pihak untuk
melakukan transaksi jual beli. Sementara menurut Malikiyah, rukun jual beli ada 3,
yaitu „aqidin (dua orang yang berakad, penjual dan pembeli), ma‟qud „alaih (barang
yang diperjualbelikan dan nilai tukar pengganti barang), dan shighat (ijab dan qabul).
Ulama Syafi‟iyah juga berependapat sama dengan Malikiyah. Sedangkan ulama
Hanabilah sama dengan pendapat sama dengan Hanafiyah.80
Untuk lebih memperjelasnya, sesuai kesepakatan para ulama rukun jual beli
ada tiga, yaitu akad (ijab qabul), orang-orang yang berakad (penjual dan pembeli),
dan objek akad (ma‟kud alaih).
Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan
sah sebelum ijab dan kabul dilakukan sebab ijab dan kabul menunjukkan kerelaan
(keridhaan). Pada dasarnya ijab kabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak
mungkin, misalnya bisnis atau yang lainnya, boleh ijab kabul dengan surat menyurat
yang mengandung arti ijab dan kabul.81
80
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli...h. 17. 81
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014), cet. 9, h. 70.
42
Adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan berhubungan dengan
hati, kerelaan dapat diketahui melalui tanda-tanda lahirnya, tanda yang jelas
menunjukkan kerelaan adalah ijan dan kabul, Rasulullah Saw. bersabda:
عليو و سلم قال ال ي فتقن إث نان إال عن هللا عن أب ىري رة ر ض عن النبيصلى ت راض
“Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw. bersabda: janganlah dua orang
yang jual beli berpisah, sebelum saling meridhoi” (Riwayat Abu Daud dan
Tirmidzi dari Abdur Rahman bin Shakr)82
Ketiga rukun tersebut mempunyai syaratnya masing-masing. Rukun jual beli
yang pertama yaitu ijab kabul (akad), syarat-syarat sah ijab kabul ialah:
1. Jangan ada yang memisahkan, pembeli jangan diam sajasetelah penjual
menyatakan ijab dan sebaliknya.
2. Jangan diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan kabul.
Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatu yang menjadi
kebutuhan sehari-hari tidak disyaratkan ijab dan kabul ini adalah pendapat jumhur.83
Rukun jual beli yang kedua ialah dua atau beberapa orang yang melakukan
akad. Berikut ini syarat-syarat bagi orang yang melakukan akad:
1. Mumayyiz, baligh dan berakal agar tidak mudah ditipu orang.
2. Beragama Islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-
benda tertentu.84
3. Tidak dalam kedaan terpaksa ketika melakukan akad.85
82
Sulaiman bin al-Asy‟ats, Sunan Abi Daud juz 3 dalam al-Maktabah asy-Syamilah, h. 273. 83
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah...h. 71. 84
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah...h. 74-75.
43
Rukun jual beli yang ketiga ialah benda-benda atau barang yang diperjual
belikan (ma‟kud alaih). Syarat-syarat benda yang menjadi objek akad adalah:
1. Suci atau mungkin untuk disucikan sehingga tidak sah penjualan benda-
benda najis seperti anjing, babi dan yang lainnya. Menurut riwayat lain
dari Nabi dinyatakan “kecuali untuk berburu”.
2. Memberi manfaat menurut Syara‟. Dalam kaitannya dengan rokok perlu
dipertimbangkan kembali, rokok bermanfaat atau tidak bagi seseorang.
3. Jangan ditaklikan, yaitu dikaitkan atau digantungkan.
4. Tidak dibatasi waktunya.
5. Dapat diserahkan dengan cepat maupun lambat tidaklah sah menjual
binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi. Barang-barang
yang sudah hilang atau barang yang sulit diperoleh kembali karena
samar.
6. Milik sendiri, tidaklah sah menjual barang orang lain dengan tidak seizin
pemiliknya
7. Diketahui (dilihat).86
C. Macam-macam Jual Beli
85
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli...h. 18. 86
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah...h. 71-72.
44
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi. Ditinjau dari segi hukumnya, jual
beli ada 2 macam, jual beli yang sah menurut hukum, jual beli yang batal menurut
hukum. Dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli.87
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan
pendapat Imam Taqiyuddin dalam buku karya Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah
bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk:
البي وع ثلثة ب يع عي مشاىدة و ب يع شيئ موصوف ف الذمة و ب يع عي غائبة ل تشاىد
“Jual beli tu ada tiga macam: 1) jual beli benda yang kelihatan, 2) jual beli
yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan 3) jual beli benda yang tidak
ada”.88
Jual beli benda kelihatan ialah pada waktu melakukan akad, benda atau
barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli. Hal ini lazim
dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan (misalnya: beras di pasar). Jual
beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam (pesanan).
Dan jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat, ialah jual beli yang
dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentuatau masih gelap, sehingga
dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang
akibatnya dapat menimbulkan kecurigaan salah satu pihak.89
87
Hendi suhendi, Fiqh Muamalah...h. 75. 88
Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalat...h. 71. 89
Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalat...h. 71-72.
45
Ditinjau dari segi pelaku akad (subjek), jual beli terbagi menjadi tiga bagian,
dengan lisan, dengan perantara, dan dengan perbuatan.
Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad yang dilakukan oleh
kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan isyarat karena isyarat merupakan
pembawaan alami dalam menampakkan kehendak. Hal yang dipandang dalam akad
adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan pembicaraan dan pernyataan.
Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau surat menyurat
sama halnya dengan ijab kabul dengan ucapan, misalnya via pos dan giro. Jual beli
ini dilakukan antara penjual dan pembeli tidak berhadapan dalam satu majelis akad,
teta[i melalui pos dan giro.
Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah mu‟athah
yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan kabul, seperti seseorang
mengambil rokok yang sudah bertuliskan label harganya.90
D. Jual beli yang dilarang dalam Islam
Asal hukum jual beli adalah mubah atau dibolehkan, namun ada beberapa
aktivitas jual beli yang dilarang atau yang batal dalam Islam. Jual beli dilarang ada
yang dihukumi batal dan ada jual beli yang dilarang tetapi hukumnya tetap sah. Jual
beli yang dilarang dan batal hukumnya diantaranya sebagai berikut:
1. Barang yang dihukumi najis oleh agama, seperti anjing, babi, berhala,
bangkai dan khamar. Rasulullah Saw. bersabda:
و الميتة عن جابر ر ض أن رسول اللو ص م قال إن اللو و رسولو حرم ب يع المر ام )رواه البخارى و مسلم(و النزير و الصن
“Dari Jabir r.a., Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya Allah dan Rasul-
Nya telah mengharamkna menjual arak, bangkai, babi dan berhala”.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)91
90
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah...h. 75-77. 91
Muslim bin al-Hajjaj an-Naysaburi, Al-Musnad ash-Shohih al-Mukhtadhor juz 3 dalam al-
Maktabah asy-Syamilah, h. 1207.
46
2. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba
jantan dengan betina agar dapat memperoleh turunan. Jual beli ini
dihukumi haram.
3. Jual beli anak binatang yang masih berada di perut induknya.
4. Jual beli dengan muhaqqalah (jual beli yang mengandung unsur riba,
yaitu menjual tanaman yang masih diladang atau di sawah).
5. Jual beli dengan munabadzah (jual beli yang mengandung unsur gharar,
yaitu dengan cara lempar melempar diantara penjaul dan pembeli).
6. Jual beli dengan muzabanah (jual beli yang mengandung unsur riba,
karena menjual sesuatu kepada pembeli yang tidak diketahui jumlah dan
timbangannya, kemudian dijualnya hanya dikira-kira saja).
7. Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan.
8. Jual beli dengan syarat.
9. Jual beli gharar.
10. Jual beli dengan mengecualikan sebagian benda yang dijual.
11. Larangan menjual makanan hingga dua kali ditakar.92
Ada beberapa macam jual beli yang dilarang oleh agama, tetapi sah
hukumnya, tetapi orang yang melakukannya mendapat dosa. Jual beli tersebut antara
lain sebagai berikut:
92
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah...h. 78-81.
47
1. Menemui orang-orang desa sebelum mereka masuk ke Pasar untuk
membeli benda-bendanya dengan harga yang semurah-murahnya,
sebelum mereka tahu harga pasaran, kemudian ia jual dengan harga yang
setinggi-tingginya.
2. Menawar barang yang sedang ditawar oleh orang lain.
3. Jual beli dengan Najasyi
4. Menjual di atas penjualan orang lain.93
93
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah...h. 82-83.
48
BAB IV
HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI ROKOK
A. Pandangan Islam tentang Rokok
Rokok adalah sebuah benda yang hingga saat ini masih menjadi bahan
perdebatan para ulama. Belum ada kesepakatan di antara para ulama dalam
menetapkan hukum mengkonsumsi rokok ini. Sebagaimana diketahui telah terjadi
perselisihan terhadap pendapat dalam fenomena-fenomena baru yang belum diatur
syariat. Dalam masalah seperti ini, yang menjadi titik tolak pengaharaman biasanya
adalah mudharat yang ditimbulkan. Tidak yang lain.
Berikut adalah ulama-ulama yang menghalalkan, mengharamkan dan
memakruhkan rokok:
1. Ulama yang menghalalkan rokok
Asas pertama yang telah ditetapkan oleh Islam ialah asal setiap sesuatu
ciptaan Allah adalah halal. Ia tidak diharamkan melainkan jika ada nash yang sahih
lagi sharih (jelas/tegas) dari syari‟ yang mengharamkannya.94
Berdasarkan firman
Allah SWT:
يعا ىو الذي خلق لكم ما ف الرض ج
94
Erwan Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat Mulia Insani,
2015), cet. XI, h. 109.
49
“Dialah Dzat yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada di bumi ini
semuanya.” (Q.S. al-Baqarah: 29)95
Dalil ini mencakup semua hal dalam urusan hidup manusia, tidak hanya
dalam masalah hubungan sosial kemasyarakatan akan tetapi juga segala hal yang
berkaitan dengan sesuatu yang dikonsumsi manusia. Begitu juga dengan rokok yang
tidak ada dalil atau nash yang secara tegas mengharamakn atau menghalalkannya
Berdasarkan prinsip dasar dari ayat tersebut salah satu ulama yang
menghalalkan rokok adalah Syaikh Abd al-Ghani an-Nabilisi, seorang pengikut
Madzhab Hanafi yang telah dianggap sebagai seorang murabbi (guru orang banyak).
Bahkan dia telah membuat sebuah karangan khusus yang membahas tentang halalnya
rokok. Risalah tersebut dinamainya ash-Shulh bain al-Ikhwan fi Hukm Ibahah Syarb
ad-Dukhan.96
Selain Abd al-Ghani, masih ada sejumlah nama lain yang berpendapat
bahwa merokok adalah halal, seperti al-Barmawi. Al-Barmawi mencuplik kata-kata
gurunya yang berkata, “Menghisap rokok hukumnya halal. Keharamannya bukan
karena rokok itu sendiri haram (haram li dzatih). Namun karena ada unsur dan faktor
luar yang mempengaruhi ataupun merubah hukum halal ini”.
Ulama yang juga menghalalkan rokok adalah ar-Rusyd. Pendapatnya
tertuang dalam hasyiyah „ala nihayah, sebuah kitab yang mengandung banyak
95
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim dan Terjemah Makna ke
dalam Bahasa Indonesia, (Kudus: Menara Kudus, 2006), h. 5. 96
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 52.
50
manfaat dan barakah. Dalam kitab tersebut dia berkata, “Tidak adanya dalil yang
dapat dijadikan dasar untuk mengharamkan rokok, dalil bahwa menghisap dan
mengkonsumsi rokok hukumnya adalah mubah”.97
Sedangkan Syaikh „Ali al-Ajhuroy mengatakan bahwa rokok halal
hukumnya kecuali bagi orang-orang tertentu yang mungkin dapat hilang
kesadarannya karena rokok dan bagi mereka yang badannya akan mendapat midharat
(bahaya) jika merokok.98
2. Ulama yang mengharamkan rokok
Ulama yang telah menyatakan bahwa hukum merokok adalah haram
diantaranya adalah Syaikh asy-Syihab al-Qalyubi. Dia menjelaskan hukum merokok
ini pada bab najis dalam hasyiyah-nya atas kitab karangan al-Jalal al-Mahali yang
mengomentari kitab al-minhaj-nya Imam Nawawi. Setelah al-Qalyubi menerangkan
bahwa setiap benda cair yang memabukkkan (seperti arak dan sejenisnya) adalah
najis, dia berkata:
“Berbeda dengan benda cair yang memabukkan tersebut, benda-benda (non-
cair) seperti candu-dan benda lain yang yang dapat membahayakan pikiran-tidak
dihukumi najis. Artinya, barang-barang seperti itu suci hukumnya, meskipun haram
menggunakannya mengingat barang tersebut dapat membahayakan. Beberapa guru
kami berkata bahwa rokok termasuk barang yang diserupakan dengan candu. Jadi,
tembakau (rokok)-nya tetap suci, namun haram digunakan/dirokok. Sebab salah satu
efek rokok adalah membuka saluran tubuh sehingga mempermudah masuknya
penyakit berbahaya ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, merokok kerap kali
menimbulkan lesu dan sesak nafas, ataupun gejala lain yang sejenis. Bahkan, sumber
97
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 59. 98
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 61.
51
yang dapat dipercaya mengatakan bahwa sesungguhnya merokok dapat menimbulkan
perasaan kepala berputar-putar alias puyeng”.99
Ulama lain yang megharamkan rokok adalah Syaikh Ibrahim al-Laqqani al-
Maliki. Dia menegaskan masalah rokok juga dalam bab najis, sebagaimana dicuplik
oleh al-„Allamah al-Jamal dari hasyiyah al-Laqqani atas kitab al-manhaj. Redaksi
yang disusun oleh al-Jamal kira-kira demikian:
“Di antara beberapa tumbuhan candu tersebut adalah ganja, buah pala,
minyak ambar dan zakfaran (dalam jumlah banyak), serta tumbuhan lain yang dapat
membahayakan dan merusak pikiran. Guru kami al-Laqqani, berkata, Di antara
tumbuhan yang membahayakan akal pikiran itu adalah tembakau (rokok) yang
sekarang sudah cukup dikenal masyarakat. Guru kami berkata, „Dan memang
demikianlah. Hendaknya dia jadi panutan”.100
Di antara ulama yang juga mengharamkan rokok adalah al-Muhaqqiq al-
Bujairimi. Pada fasal tentang makanan dalam hasyiyahnya atas kitab al-iqna fi Syarh
Matn Abi Syuja‟, dia berkata, “Mengkonsumsi sesuatu yang dapat membahayakan
badan atau pikiran hukumnya adalah haram”.101
Kaidah ini berkonsekuensi pada
diharamkannya rokok. Sebagaimana yang telah masyhur, yang sudah diakui oleh para
peneliti bahwa rokok menimbulkan efek negatif yang membahayakan tubuh si
perokok.
99
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 36. 100
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 37. 101
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 38.
52
Merokok juga pernah dilarang oleh Khalifah Utsmany pada abad ke-12
Hijriyah dan orang yang merokok dikenakan sanksi, serta rokok yang beredar disita
pemerintah dan dimusnahkan.102
Sekelompok ulama sufi juga ikut mengukuhkan keharaman rokok. Bahkan
salah seorang di antaranya yang bernama Sayyid al-Husain ibn Abi Bakr mengecam
dengan nada keras hingga berkata, “Barang siapa yang tidak mau bertobat dari
merokok dalam waktu empat puluh hari sebelum matinya, dikhawatirkan dia akan
mati dalam keadaan su‟ul khatimah (mati jelek)”. Ungkapan ini juga dimufakati oleh
Ibnu „Alan, juga oleh Syaikh Abdullah ibn Ahmad Basudan. Syaikh Basudan berkata,
”Semua yang terkandung dalam hasyisy dapat disebut merupakan keburukan, dan
segala penyakit akan menjangkit pada mereka yang menikmati tembakau, seandainya
kalian memahaminya”.103
Syaikh Ibnu Hajar telah memutuskan bahwa tembakau termasuk barang
yang kotor dan mengandung penyakit. Kabar tentang sikap Ibnu Hajar ini tentu tidak
perlu diragukan. Sebab dia hidup setelah abad kesepuluh Hijriyah (setelah 1000 tahun
Nabi Muhammad SAW berhijrah).104
Begitu juga Dewan Fatwa kerajaan Arab Saudi yang mengharamkan rokok
dengan fatwa nomor: (4947), yang berbunyi, “Merokok hukumnya haram, menanam
102
Erwan Tarmizi, Harta Haram...h. 110. 103
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 45-46. 104
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 45.
53
bahan bakunya (tembakau) juga haram serta memperdagangkannya juga haram,
karena rokok menyebabkan bahaya yang begitu besar”.105
Ijtima Ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dilaksanakan di
Padangpanjang, oleh Komisi Fatwa se-Indonesia III pada 24-26 Januari 2009,
menyatakan sepakat bahwa ada perbedaan pandangan mengenai hukum merokok,
yaitu antara makruh dan haram. Sedangkan merokok hukumnya haram jika
dilakukan: di tempat umum, oleh anak-anak, dan oleh wanita hamil.106
Salah satu ormas islam terbesar di Indonesia yaitu Muhammadiyah
menyatakan dalam fatwa majelis tarjih dan tajdid pimpinan pusat muhammadiyah no.
6/SM/MTT/III/2010 tentang hukum merokok, yang berbunyi:
Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang merupakan hak
setiap orang dan merupakan bagian dari tujuan syariah (maqâshid asy-
syarî‟ah.107
Muhammadiyah menyatakan bahwa hukum (me)rokok haram dengan alasan:
a. Merokok termasuk kategori melakukan perbuatan khaba‟is yang di
larang dalam al-Quran
105
Ammi Nur Baits, Hukum Rokok dalam Islam, https://konsultasisyariahislam.com/
diunduh pada 21 September 2016, pukul 20:53. 106
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI sejak 1975, (Jakarta: Emir Erlangga,
2015), h. 1128. 107
Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.
6/SM/MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok.
54
b. Perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam
kebinasaan dan bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara perlahan.
c. Perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang terkena
paparan asap rokok
d. Rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang
membahyakan walaupun tidak seketika dirasakan
e. Rokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang-orang di
sekitar perokok
f. Merokok bertentangan dengan unsur-unsur tujuan syariah (maqashid
asy-syari‟ah), yaitu perlindungan agama, perlindungan jiwa/raga,
perlindungan akal, perlindungan keluarga dan perlindungan harta.108
Para Ulama ini mengharamkan rokok berdasarkan kesepakatan dokter pada
masa lampau yang menyatakan bahwa rokok sangat berbahaya terhadap kesehatan
tubuh, merokok dapat merusak jantung, menjadi penyebab penyakit batuk kronis,
mempersempit aliran darah yang menyebabkan tidak lancarnya darah dan berakhir
dengan kematian mendadak. Dan Allah telah mengharamkan seseorang untuk
membinasakan dirinya, dengan firmanNya:
...وا بأيدكم إل الت الكة ال ت لق ...و “Dan janganlah kamu menjatuhkan diri kamu sendiri ke dalam
kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah: 195)109
108
Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah No.
6/SM/MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok.
55
Merokok merupakan kebiasaan yang tidak baik. Karena selain dapat
membahayakan diri sendiri, juga dapat membahayakan orang-orang sekitar. Jika
dengan melakukan suatu hal dapat membahayakan bagi diri sendiri dan orang lain
maka hukumnya haram karena Rasulullah saw melarangnya. Berdasarkan sabdanya:
ر اال ضرر وال ضر “Tidak boleh melakukan perbuatan yang membuat mudharat bagi orang
lain baik permulaan ataupun balasan” (HR. Ibnu Majah dari Abdullah ibnu
Abbas ra, Hadis ini dishahihkan oleh Albani)110
Seorang ulama kontemporer, Yusuf Qardhawi mengemukakan pendapatnya
bahwa rokok (tembakau) selama hal itu dinyatakan membahayakan, maka menghisap
rokok hukumnya adalah haram. Lebih-lebih kalau dokter spesialis sudah menetapkan
hal tersebut kepada seseorang tertentu.111
Semua hal yang mengandung bahaya,
seharusnya dihilangkan. Apalagi bahaya tersebut menyangkut kelangsungan hidup
orang banyak, berdasarkan dua kaidah fikih berikut ini:
الضرر يدفع بقدر اال مكان“Bahaya harus ditolak semaksimal mungkin”
112
الضرر يزال
109Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 30.
110Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah juz 2 dalam al-Maktabah asy-Syamilah, h. 784.
111Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Penterjemah: Mu‟ammal Hamidy, (ttp:
PT Bina Ilmu, 1993), h. 103. 112
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI...h. 1129.
56
“Yang menimbulkan mudlarat harus dihilangkan/dihindarkan”113
Padahal Allah SWT telah mensyariatkan melalui Nabi saw. agar umat
manusia senantiasa melakukan hal-hal yang baik yang dapat bermanfaat untuknya
dan orang lain. Sebagaimana firman Allah SWT juga pada QS. Al-A‟raf ayat 157:
ااىم عن المنكر و يل لم الطي بات و يرم عليام يأمرىم بالمعروف و ي ن البائث
“Nabi itu menyuruh mereka kepada yang makruf, melarang mereka dari
yang munkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan melarang
bagi mereka segala yang buruk”(QS. Al-A‟rof: 157)114
3. Ulama yang memakruhkan rokok
Jumhur ulama (mayoritas) telah menakwilkan hukum haram yang
dilontarkan pihak yang kontra rokok. Jumhur menegaskan bahwa haramnya rokok
dikhususkan bagi orang yang tubuhnya mendapat madharat jika merokok, atau
mereka yang kesadarannya menjadi hilang karena merokok.115
Dengan kata lain
mereka menganggap bahwa rokok itu makruh karena hukum halal tersebut tidak
berlaku untuk umum.
Imam terbesar al-Azhar Mesir, Syaikh Mahmud Saltut, menilai pendapat
yang menyatakan bahwa merokok adalah makruh, bahkan haram lebih dekat kepada
113
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI...h. 1129. 114
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 170. 115
Syaikh Ihsan Jampes, Kitab Kopi...h. 61-63.
57
kebenaran dan lebih kuat argumentasinya. Ada tiga alasan pokok yang dijadikan
pegangan untuk hukum ini.
Pertama, sabda Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Daud dari
Ummu Salamah,
و سلم عن كل مسكر و مفت ن اى رسول اهلل صلى اهلل عليو
“Rasulullah SAW melarang dari segala sesuatu yang memabukkan dan
melemahkan (menurunkan semangat)”(HR. Ibnu Majah)116
Seperti diketahui, seorang perokok akan kecanduan dengan rokok, yang
terlihat dengan jelas saat dia tidak memilikinya.
Kedua, merokok dinilai oleh banyak ulama sebagai salah satu bentuk pemborosan.
Hal ini bukan hanya oleh orang per orang yang membeli sebatang dua batang,
melainkan justru oleh pabrik-pabrik rokok yang mengeluarkan biaya tidak kecil untuk
mempropagandakan sesuatu yang tidak bermanfaat, kalau enggan berkata
membahayakan. Dan juga pada biaya pengobatan bagi mereka yang menderita sekian
banyak penyakit akibat rokok. Agama melarang segala bentuk pemborosan,
jangankan dalam hal yang buruk atau tidak bermanfaat, dalam hal yang baik pun
dilarangnya, “Tidak ada pemborosan dalam kebaikan dan tiada kebaikan dalam
pemborosan”.
Ketiga, dari segi dampaknya terhadap kesehatan. Mayoritas dokter, bahkan negara,
telah mengakui dampak buruk ini, sehingga seandainya tidak ada teks keagamaan
116
Sulaiman bin al-Asy‟ats, Sunan Abi Daud Juz 3 dalam al-Maktabah asy-Syamilah, h. 329.
58
(ayat atau hadis) yang pasti meyangkut larangan merokok, maka dari segi maqasid
as-Syariah sudah cukup sebagai argumentasi larangannya.117
Salah satu ormas yang juga termasuk ormas Islam terbesar di Indonesia,
Nahdhatul Ulama (NU) menyatakan hukum merokok menurut sebagian besar ulama
NU adalah makruh. NU menyadari bahwa kebiasaan merokok baru dikenal di dunia
Islam semenjak awal abad XI hijriyah dan sejak itu hukum rokok atau merokok telah
dibahas oleh para ulama di berbagai negeri, baik secara kolektif maupun pribadi. Di
sebabkan tidak ada dalil dari al-Qur„an maupun hadis yang secara khusus
menjelaskan masalah hukum merokok, maka perbedaan mengenai hukum merokok
pun tidak dapat dihindarkan.118
Selanjutnya Wakil ketua Bahtsul masa‟il NU, KH Arwani Faisal membagi
pendapat seputar rokok menjadi tiga macam, yakni:
Pertama; hukum merokok adalah mubah atau boleh karena rokok dipandang
tidak membawa mudarat. Secara tegas dapat dinyatakan, bahwa hakikat rokok
bukanlah benda yang memabukkan.
Kedua; hukum merokok adalah makruh karena rokok membawa mudarat
relatif kecil yang tidak signifikan untuk dijadikan dasar hukum haram.
Ketiga; hukum merokok adalah haram karena rokok secara mutlak
dipandang membawa banyak mudarat. Berdasarkan informasi mengenai hasil
penelitian medis, bahwa rokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dalam,
seperti kanker, paru-paru, jantung dan lainnya setelah sekian lama
membiasakannya.119
117
M. Qurais Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda
Ketahui, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), cet. XIII, h. 806-807. 118
M. Yusuf Amin Nugroho, Fiqh al Ikhtilaf NU-Muhammadiyah, (Ttp, Tt, E-book 2012), h.
156. 119
M. Yusuf Amin Nugroho, Fiqh al Ikhtilaf...h. 157.
59
Senada dengan sepotong paparan di atas, apa yang telah diuraikan oleh
Mahmud Syaltut di dalam Al-Fatawa, sebagaimana dikutip KH Arwani Faisal, yang
artinya sebagai berikut:
Tentang tembakau… sebagian ulama menghukumi halal karena memandang
bahwasanya tembakau tidaklah memabukkan, dan hakikatnya bukanlah benda yang
memabukkan, disamping itu juga tidak membawa mudarat bagi setiap orang yang
mengkonsumsi…....Pada dasarnya semisal tembakau adalah halal, tetapi bisa jadi
haram bagi orang yang memungkinkan terkena mudarat dan dampak negatifnya.
Sedangkan sebagian ulama' lainnya menghukumi haram atau makruh karena
memandang tembakau dapat mengurangi kesehatan, nafsu makan, dan menyebabkan
organ-organ penting terjadi infeksi serta kurang stabil.120
KH Arwani Faishal juga mengatakan bahwa karakter penelitian medis
semacam itu jika kurang dicermati, kemudaratan merokok akan cenderung dipahami
jauh lebih besar dari apa yang sebenarnya. Selanjutnya, kemudaratan yang
sebenarnya kecil dan terkesan jauh lebih besar itu (hanya dalam bayangan) dijadikan
dasar untuk menetapkan hukum haram. Padahal, kemudaratan yang relatif kecil itu
seharusnya dijadikan dasar untuk menetapkan hukum makruh. Demikian halnya
dalam menetapkan hukum merokok. NU menganggap rokok memiliki kemudharatan
yang kecil yang belum cukup untuk dijadikan dasar hukum pengharaman.121
Dari berbagai pendapat ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
sebagian ulama yang menyatakan rokok halal karena rokok terbuat dari tembakau
yang pada dasarnya halal dan suci, yang membuat haram adalah dari faktor luar
rokok. Mereka juga berpendapat bahwa didalam rokok terdapat banyak manfaat,
salah satunya yaitu dapat meningkatkan semangat seseorang apalagi semangat itu
120
M. Yusuf Amin Nugroho, Fiqh al Ikhtilaf...h. 157. 121
M. Yusuf Amin Nugroho, Fiqh al Ikhtilaf...h. 158.
60
muncul ketika menimba ilmu. Mereka memegang prinsip bahwa segala sesuatu
hukum asalnya mubah kecuali terdapat larangan.122
Sebagian yang lain menetapkan hukum rokok adalah haram dengan alasan
bahwa bahaya yang ditimbulkan dari rokok lebih besar daripada manfaatnya, bukan
hanya bagi para pengkonsumsinya, rokok juga jika dihisap yang kemudian
mengeluarkan asap dapat berbahaya bagi orang sekitar yang menghisap asap tersebut
meskipun tidak merokok.
Sebagian kelompok yang lain menetapkan bahwa hukum merokok makruh.
Kelompok ini berpendapat bahwa bahaya rokok tidak berlaku untuk semua orang.
Rokok berbahaya hanya dikhususkan kepada mereka yang sudah mempunyai
penyakit sehingga dengan merokok maka penyakitnya akan bertambah parah, dan
merokok dilarang hanya pada tempat-tempat tertentu. Namun untuk mereka yang
sehat-sehat saja dan tidak mempunyai keluhan dan penyakit yang parah, maka rokok
dihisapnya pun tidak masalah (diperbolehkan).
Dari kesimpulan tersebut, Penulis berpendapat bahwa hukum rokok adalah
makruh yang lebih condong mendekati ke haram, berdasarkan fatwa NU yang
menganggap rokok memiliki kemudharatan kecil yang belum cukup untuk dijadikan
dasar hukum pengharaman. Dan juga dalam fatwa MUI, yakni menghukumi rokok
secara kondisional, maksudnya rokok bisa menjadi haram jika dikonsumsi oleh
orang-orang yang mempunyai penyakit parah, ibu hamil serta anak-anak dan
dilakukan ditempat umum. Namun, jika mereka mengkonsumsi rokok terus menerus
122
Erwan Tarmizi, Harta Haram...h. 109.
61
hingga membuat kecanduan maka hal tersebut sangat dilarang karena dapat
membahayakan dirinya. Hal ini sangat dilarang dalam islam, karena mereka sama
saja membuat kerusakan untuk dirinya.
B. Hukum Menjual Rokok dalam Perspektif Hukum Islam
Jual beli adalah salah satu usaha manusia untuk memperoleh harta dengan
mendapat keuntungan dari seseorang yang sedang membutuhkan suatu barang atau
jasa sehingga mereka dapat saling memenuhi kebutuhan hariannya. Jual beli
merupakan salah satu cabang aktivitas muamalah. Muamalah adalah sendi kehidupan
dimana setiap muslim diuji nilai keagamaan dan kehati-hatiannya, serta konsistennya
dalam ajaran-ajaran Allah SWT. Sebagaimana telah diketahui bahwa sebagian besar
manusia menganggap bahwa harta adalah sesuatu hal yang sangat penting sehingga
harta akan menunjukkan hakikat seseorang.
Zaman sekarang, banyak orang yang tidak peduli dengan jalan untuk
mendapatkan harta, dan tergila-gila terhadap harta benda sehingga tidak
menghiraukan keharaman atau kehalalan jalan yang diambil untuk mendapatkan harta
tersebut. Nabi Muhammad saw. bersabda:
يأت على الناس زمان ال ي بال المرء ما أخذ منو أم من اللل أم من الرام
“Akan datang suatu zaman pada manusia yang ketika itu seorang tidak
peduli lagi tantang apa yang didapatnya, apakah dari barang halal ataukah
haram” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra.).123
123
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jami‟ul Musnad ash-Shohih al-Mukhtashor juz 3
dalam al-Maktabah asy-Syamilah, h. 55.
62
Berjualan bukanlah suatu usaha yang dilarang dalam Islam kecuali aktivitas
menjual tersebut tidak sesuai dengan aturan-aturan syariah. Sebagai seorang muslim,
dalam berjualan bukan hanya keuntungan yang dicari melainkan keberkahan dan
ridho Allah SWT juga dipertimbangkan dalam hal ini. Karena sejatinya seorang
muslim hidup hanya untuk mencari ridho Allah SWT. Oleh karena itu, usaha atau
berdagang adalah salah satu jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup bukan untuk
ketamakan atau kesombongan diri.
Berdagang atau menjual sesuatu yang dilarang oleh syara‟ maka hukum
menjualnya pun haram, begitu juga keuntungan yang didapat dari proses transaksi
tersebut. Lalu jika seseorang menjual sesuatu benda yang masih belum jelas
kehalalannya seperti rokok yang saat ini sudah menjadi konsumsi harian manusia,
maka berikut penjelasan syariat islam dalam menanggapi hal ini.
Melihat peluang yang sedemikian besar, para produsen rokok pun enggan
untuk beranjak dari menjual rokok. Selain rokok sudah menjadi hobi untuk
dikonsumsi banyak orang, rokok juga tidak terlalu mahal untuk dibeli. Berbagai cara
dilakukan oleh produsen rokok agar rokok yang diproduksi laku di pasaran. Padahal
menurut sebagian pendapat, rokok adalah sejenis benda yang jika terus menerus
dikonsumsi maka akan menjadi malapetaka bagi orang yang mengkonsumsinya.
Berdasarkan pendapat terkuat kelompok yang mengharamkan rokok, maka
haram menanam dan menjual tembakau, begitu juga haram menjual rokok serta
keuntungan dari penjualannya dihukumi haram. Mereka berpegang pada prinsip dari
sabda Nabi SAW,
63
و إن اهلل عز و جل إذا حرم على ق وم أكل شيئ حرم ثنو
“Sesungguhnya Allah bila mengharamkan mengkonsumsi sesuatu, berarti
Allah mengharamkan juga uang hasil penjualannya”. (HR. Abu Daud, hadis
ini dishahihkan oleh Nashirudin al Albani).124
Menurut Syaikh Shalih al-Fauzan, menjual rokok adalah salah satu jual beli
yang dilarang dalam islam karena rokok adalah salah satu benda yang buruk dan
dapat menyebabkan sakit. Semua sifat jelek ada pada rokok, dan ia sama sekali tidak
ada manfaatnya. Madharatnya sangat banyak. Para perokok itu orang paling jelek bau
dan penampilannya. Teman duduk yang paling berat adalah perokok. Apalagi jika
rokok itu dibakar dan dihisap maka asapnya akan ada disekitar orang tersebut bahkan
orang yang tidak merokoknya pun ikut menghirup asap berbahaya tersebut, tentu ini
lebih berat lagi.125
Untuk itu merokok sangat dilarang dilakukan di tempat umum.
Dengan adanya perbedaan pendapat para ulama tentang hukum merokok
maka mereka juga berbeda pendapat tentang hukum menjualnya. Bagi ulama yang
menghalalkan merokok, yang menganggap rokok itu bukan barang yang najis, dapat
bermanfaat (bagi sebagian orang) maka hukum menjual dan mendapat keuntungan
rokok adalah halal. Karena salah satu syarat sah melakukan transaksi jual beli adalah
objek yang diperjualbelikan itu suci, bermanfaat, dan milik sendiri maka transaksi
124
Sulaiman bin al-Asy‟ats, Sunan Abi Daud...h. 280. 125
Syaikh Shalih al-Fauzan, Jual Beli yang dilarang dalam Islam, https://almanhaj.or.id/
diunduh pada 31 Mei 2016, Pukul 15:51 WIB (Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun
IX/1426H/2005M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta).
64
jual beli tersebut sah dalam pandangan hukum Islam.126
Mereka memegang prinsip
pada kaidah fiqh:
الصل ف املعاملة الل واإلباحة
“Prinsip dasar dalam muamalah adalah halal dan boleh”127
Dari berbagai asumsi mengenai penjualan rokok tersebut, Penulis
berpendapat bahwa hukum menjual rokok adalah boleh. Hukumnya dibolehkan
dengan beberapa syarat yaitu jika pedagang rokok menjualnya kepada orang yang
telah memenuhi kriteria perokok yang berdasar pada fatwa MUI dan pendapat
merokok dari NU yaitu orang yang sudah cukup umur (dewasa), sehat tidak
mempunyai penyakit parah, dan sedang tidak hamil. Mereka lebih rentan terkena
bahaya dari rokok, jika pedagang rokok menjualnya kepada mereka dan mengetahui
dengan jelas bahwa rokok akan dikonsumsi mereka sendiri maka hukumnya haram
karena menjadi perantara untuk seseorang mengalami kerusakan atau bahaya.
ف وسائل المحرم مرمةل لا أحكام المقاصد...إن الوسائ
“Sesungguhnya wasilah mempunyai tujuan hukum... jika wasilah kepada
haram, maka hukumnya menjadi haram”128
Lain halnya jika penjual rokok tidak mengetahui rokok tersebut dikonsumsi
untuk siapa, dan mereka yang membeli hanya hanya berperan sebagai pembeli rokok
126
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 72. 127
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 51. 128
Enang Hidayat, Fiqih Jual...h. 93.
65
maka hal itu diperbolehkan untuk menjual kepada mereka. Tetapi jika pedagang
rokok merasa ragu-ragu untuk menjualnya kepada yang pantas, maka sebaiknya hal
tersebut lebih baik dihindari atau ditinggalkan dengan tidak lagi menjual rokok,
khawatir akan membuat banyak orang bahaya sehingga hasil dari penjualan rokok
tersebut dapat menjadi haram. Karena hukum jual beli secara umum hukumnya halal
tetapi jika mengarah kepada yang haram maka hukumnya haram.
كل مباح أدى ت عاطيو إل مرم ف او حرام “Setiap sesuatu yang diperbolehkan tapi mengarah kepada yang
diharamkan, maka hukumnya haram”129
Kaidah diatas berhubungan dengan kaidah syadz adz-dzariyat (tindakan
yang semula tidak menjurus kepada kemufsadatan, tetapi bisa menuju kepada
kesimpulan yang menyebabkan kerusakan) dalam ilmu ushul fiqh. Maksudnya
sesuatu itu bisa dihukumi mubah (boleh) karena memandang zatnya. Hal-hal yang
dihukumi mubah itu bisa menjadi perantara (wasilah) dan berpengaruh pada dampak
hukum disebabkannya.130
Sejatinya dalam bermuamalah, seorang penjual hendaknya tetap memelihara
kemaslahatan dan mencegah akan adanya kemudharatan di salah satu pihak maupun
kedua belah pihak.
الصل ىو العدل ف كل المعاملت و مراعاة مصلحة الطرف ي و رفع الضرر اما عن
129
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli...h. 93. 130
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli...h. 93.
66
“Hukum asal dalam setiap muamalahadalah keadilan, memelihara
kemaslahatan, dan menghilangkan kemudharatan kedua belah pihak”131
Kaidah diatas berhubungan dengan prinsip keadilan dan kemaslahatan dalam
bermuamalah bagi kedua belah pihak. Kedua prinsip ini merupakan prinsip yang
agung dalam rangka pelaksanaan syariat islam umumnya dan sesuai dengan tujuan-
tujuannya yang disebut dengan istilah maqashid al-syari‟ah.
C. Hukum Membeli Rokok dalam Perspektif Hukum Islam
Apabila dalam membeli sebuah barang yang akan dikonsumsi didalamnya
terdapat maslahat dan kerusakannya, ada bahaya dan manfaatnya, maka keduanya
harus dipertimbangkan dengan betul. Sebaiknya mengambil keputusan terhadap
pertimbangan yang lebih berat dan lebih banyak, karena sesungguhnya yang lebih
banyak itu mengandung hukum yang menyeluruh.
Sebuah fatwa dengan nomor: 1407, tanggal 9/11/1396H, dari Panitia Tetap
Lembaga Riset Ilmiah dan Fatwa di Riyadh, sebagai berikut:
“Tidak dihalalkan memperdagangkan rokok dan segala sesuatu yang
diharamkam karena dia termasuk sesuatu yang buruk dan mendatangkan bahaya
pada tubuh, rohani dan harta. Jika seseorang hendak mengeluarkan hartanya untuk
pergi haji atau menginfakkannya pada jalan kebaikan, maka dia harus berusaha
membersihkan hartanya untuk dia keluarkan untuk beribadah haji atau diinfakkan
kepada jalan kebaikan, berdasarkan umumnya firman Allah SWT:
131
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli...h. 71.
67
اا الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم وما أخرجنا لكم من الرض وال يا أي ت يمموا البيث منو ت نفقون ولستم بآخذيو إال أن ت غمضوا فيو
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu
kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata darinya“ (QS. Al-
Baqarah: 267)132
Makna tersurat dari fatwa tersebut adalah diharamkan memperdagangkan
rokok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “dagang” berarti
pekerjaan yang berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk
memperoleh keuntungan. Artinya, kata dagang disini berarti suatu pekerjaan yang
melibatkan dua pihak yakni penjual yang menjual, dan pembeli yang membeli. Jadi,
fatwa tersebut mengharamkan menjual dan membeli rokok.
Begitu juga dengan Dewan Fatwa kerajaan Arab Saudi yang mengharamkan
rokok dengan fatwa nomor: (4947), yang berbunyi, “Merokok hukumnya haram,
menanam bahan bakunya (tembakau) juga haram serta memperdagangkannya juga
haram, karena rokok menyebabkan bahaya yang begitu besar”.133
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa transaksi jual beli dianggap sah jika
barang yang menjadi objek jual beli telah memenuhi syarat, yaitu diantaranya: suci,
bermanfaat dan milik sendiri. Padahal sebagian kelompok berpendapat bahwa rokok
132
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 45. 133
Ammi Nur Baits, Hukum Rokok dalam Islam, https://konsultasisyariahislam.com/
diunduh pada 21 September 2016, pukul 20:53.
68
itu tidak najis dan bermanfaat bagi sebagian orang. Oleh karena itu, untuk
memperjelas pembahasan ini dalam konteks membeli rokok Penulis membagi
pembeli rokok menjadi 4 tipe:
1. Pembeli rokok untuk dikonsumsi sendiri
Pembeli membeli rokok dengan tujuan untuk dikonsumsi sendiri. Untuk itu,
sebagai pembeli rokok maka harus menyadari apa yang terjadi bila tubuhnya
mengkonsumsi rokok. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh pada pembeli rokok tipe ini
harus sehat tidak berpenyakit, tidak sedang hamil dan cukup umur. Karena orang-
orang dengan kriteria seperti itu adalah orang-orang yang dilarang keras untuk
merokok. Jika mereka tetap merokok, maka mereka dapat membahayakan diri sendiri
dan itu sama saja dengan menjatuhkan diri dalam kebinasaan. Hal seperti itu dilarang
dalam Islam, berdasarkan firman Allah SWT:
...صلى..وال ت لقوا بأيدكم إل الت الكة . “Dan janganlah kamu menjatuhkan diri kamu sendiri ke dalam
kebinasaan”. (QS. Al-Baqarah: 195)134
...وال ت قت لوا أن فسكم إن اهلل كان بكم رحيما“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nissa: 29)135
134
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 30. 135
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 83.
69
Seseorang yang sehat tidak berpenyakit pun jika merokok dilakukan
berulang kali sampai menyebabkan kecanduan maka ia berkesempatan besar beresiko
terkena penyakit-penyakit yang membahayakan seperti yang telah dijelaskan di bab
sebelumnya. Bagi seseorang yang berpenyakit ganas, rokok bisa diidentikkan dengan
racun yang bisa menyebabkan seseorang kedalam kondisi yang berbahaya. Rasulullah
saw bersabda:
اا ابداو لدا في من شرب سا ف قتل ن فسو، ف او ي تحساه ف نار جانم خالدا م ...
“Barang siapa menghirup racun hingga mati, maka racun itu akan berada
di tangannya, lalu dihirupkan (kepadanya) selama-lamanya di neraka
jahannam. (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.)136
Jadi, bagi mereka yang berpenyakit, sedang hamil dan tidak cukup
umur dilarang membeli rokok untuk dikonsumsi sendiri.
2. Pembeli rokok yang mengetahui kriteria perokok
Adakalanya seseorang membeli rokok bukan untuk dikonsumsi bagi dirinya
sendiri, salah satunya karena diperintah atau sebagai perantara untuk membeli rokok.
Seseorang yang membelikan rokok dapat menjadi wasilah seseorang melakukan dosa
atau tidak. Jika dia mengetahui orang yang menyuruhnya untuk membelikan rokok
untuk dikonsumsi adalah orang yang termasuk kedalam kriteria orang yang
dibolehkan merokok maka hal tersebut diperbolehkan.
136
Muslim bin al-Hujjaj, Al-Musnad ash-Shohih al-Mukhtashor Juz 1dalam al-Maktabah
asy-Syamilah, h. 103.
70
Jika sebaliknya, dia mengetahui bahwa orang yang menyuruhnya adalah
orang yang tidak termasuk ke dalam kriteria orang yang diperbolehkan merokok
maka hal tersebut dilarang, karena dapat menyebabkan seseorang dalam bahaya
(penyakitnya semakin parah, usia yang masih dini, dan lain-lain). Allah SWT
melarang seorang mu‟min yang menyakiti mukmin lain, sebagaimana firman-Nya:
ناوالذين ي ؤذون المؤمني و المؤمنات بغي ماكتسب وا ف قد احتملوا ب اتانا و اثا مبي
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu‟min dan mu‟minat
tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah
memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS. Al-Ahzab: 58)137
Hal ini senada dengan sabda Rasulullah saw untuk selalu menjaga perbuatan
agar selalu menyelamatkan sesama saudara muslim dan tidak menimbulkan bahaya
baik bagi diri sendiri maupun orang ian:
المسلم من سلم المسلمون من لسانو و يده
“Seorang muslim adalah orang muslim yang lain selamat dari bahaya lisan
dan tangannya” (HR. Bukhari dari Abu Muhammad ra.)138
ال ضرر وال ضرار
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain” (HR Ahmad dan
Ibnu Majah)139
137
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 426. 138
Ibnu Hajar al-Asqolani, Fath al-Bari Syarh Shohih al-Bukhori Juz 11 dalam al-Maktabah
asy-Syamilah, h. 309. 139
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah...h. 784.
71
3. Pembeli rokok yang tidak mengetahui kriteria perokok
Seseorang yang diperintah untuk membeli rokok dengan tidak mengetahui
bahwa yang memerintah memenuhi kriteria yang diperbolehkan merokok atau tidak
(berpenyakit atau hamil) maka hal tersebut diperbolehkan. Hal itu dikarenakan
ketidaktahuannya, bukan hal yang mudah jika dia menanyakan sesuatu yang bersifat
pribadi tersebut. Karena Allah SWT menghendaki kemudahan daripada kesukaran,
...يريد اهلل بكم اليسرى وال يريد بكم العسرى...
“...Allah mengehendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu...” (Q.S. Al-Baqarah: 185)140
Karena ketidaktahuannya tersebut maka dibolehkan berdasarkan sabda
Rasulullah berikut ini:
عن ابن عباس رضي اهلل عنو قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم: " إن اهلل طأ والنسيان، وما استكرىوا عليو تاوز ل عن أمت ال
“Dari Ibnu Abbas ra.: Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku
kekhilafan, kealfaan dan apapun yang dipaksakan atas mereka” (HR Ibn
Majah, Ibn Hibban, al-Hakim dan al-Baihaqi)141
Hal tersebut merupakan perkara yang tersembunyi, Segala sesuatu yang
tersembunyi hanya Allah lah yang mengetahui, berdasarkan firman-Nya:
واللو ي علم ما تسرون وما ت علنون “Dan Allah yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang
kamu nyatakan” (QS. An-Nahl: 19)142
140
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 28. 141
Al-Baihaqi, Sunan al-Kubro Juz 7 dalam al-Maktabah asy-Syamilah, h. 584. 142
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 269.
72
إن اللو ي علم غيب السماوات والرض ...“Sesungguhnya Allah mengetahui segala yang ghaib (tersembunyi) di langit
dan di bumi...” (QS. Al-Hujurat: 18)143
4. Pembeli yang tidak mengetahui rokok tersebut akan dikonsumsi atau tidak
Pembeli rokok tipe ini adalah orang yang hanya disuruh untuk membeli
rokok, tetapi tidak mengetahui apakah rokok tersebut akan dikonsumsi oleh orang
yang menyuruhnya atau tidak, maka hal ini diperbolehkan dikarenakan
ketidaktahuannya seperti pada poin ke 3 di atas. Dalam sebuah hadis dijelaskan
bahwa segala sesuatunya yang tidak kita ketahui jelasnya maka itu dimaafkan dan
dikembalikan kepada Allah SWT yang maha mengetahui,
ما أحل اللو ف كتابو ف او حلل وما حرم ف او حرام وما سكت عنو ف او عفو ب لوا من اللو عافيتو فإن اللو ل يكن لي نسى شيئا فاق
“Apa saja yang Allah halalkan dalam kitabNya, maka dia adalah halal, dan
apa saja yang Ia haramkan, maka dia itu adalah haram; sedang apa yang Ia
diamkan, maka dia itu dibolehkan (ma‟fu). Oleh karena itu terimalah dari
Allah kemaafannya itu, sebab sesungguhnya Allah tidak lupa sedikitpun.”
(Riwayat Hakim dan Bazzar)144
Sebagai pembeli yang cerdas, baik untuk dikonsumsi untuk diri sendiri
maupun orang lain sebaiknya mempertimbangkan pendapat Abdul Jabbar mengenai
143
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim...h. 517 144
Al Bazzar, Musnad Al-Bazzar al-Mansyurjuz10 dalam al-Maktabahasy-Syamilah, h. 26.
73
seseorang merokok yang otomatis juga akan mendapatkan dosa dengan disebabkan
oleh alasan-alasan berikut ini:
a. Menjatuhkan dirinya ke dalam kebinasaan
b. Membahayakan diri dan orang lain
c. Mengganggu orang lain
d. Menghamburkan harta145
Tidak dipungkiri bawa rokok itu berbahaya, tetapi jika belum menjadi candu
rokok juga bisa bermanfaat terutama dari sisi kesehatan, diantaranya sebagai berikut:
a. Merokok dapat mengurangi resiko parkinson
Secara khusus menunjukkan hubungan temporal antara kebiasaan
merokok dan berkurangnya risiko penyakit Parkinson. Artinya, efek perlindungan
terhadap Parkinson berkurang setelah perokok menghentikan kebiasaan merokoknya.
b. Perokok lebih kuat dan cepat sembuh dari stroke
Manfaat lain dari merokok, yakni manfaat terhadap restenosis atau
penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah menjadi terbatas,
seperti pembuluh darah ke jantung (cardiovaskular disease) atau ke otak (stroke).
Perokok memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup dan
penyembuhan yang lebih cepat.
c. Nikotin membunuh kuman penyakit Tuberculosis (TB)
145
Abdul Jabbar, Ngerokok Bikin Kamu...h. 33-36.
74
Menurut seorang peneliti dari University of Central Florida (UCF),
nikotin menjadi alternatif yang mengejutkan yaitu sebagai obat Tubercolosis atau
TBC yang susah diobati. Senyawa ini menghentikan pertumbuhan kuman TBC dalam
sebuah tes laboratorium, bahkan bila digunakan dalam jumlah kecil saja, kata Saleh
Naser, seorang profesor mikrobiologi dan biologi molekuler di UCF. Kebanyakan
ilmuwan memang setuju bahwa nikotin adalah zat yang menyebabkan orang menjadi
kecanduan rokok.
d. Efek transdermal nikotin pada kinerja kognitif (berpikir) penderita down
syndrome
Pengaruh rangsangan nikotin-agonis dengan 5 mg jaringan kulit implan
lebih baik bahkan jika dibandingkan dengan plasebo (obat kontrol), pada kinerja
kognitif pada lima orang dewasa dengan gangguan kinerja kognitif (berfikir).
Perbaikan kemungkinan berhubungan dengan perhatian dan pengolahan informasi
yang terlihat pada pasien Down Syndrom dibandingkan dengan kontrol kesehatan
lainnya.
Down syndrome adalah penyakit yang disebabkan adanya kelainan pada
kromosom 21 pada pita q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan
pertumbuhan fisik dan mental anak ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh
Dr.John Longdon Down.146
146
Manfaat Rokok Bagi Kesehatan Manusia, https://indocropcircles.wordpress.com/ diunduh
pada 21 September 2016, pukul 06:49.
75
Jika kerusakan dirasakan lebih banyak dan lebih berat dalam suatu perkara
dibandingkan dengan manfaat yang terkandung didalamnya, maka perkara seperti ini
mesti dicegah, karena kerusakannya lebih banyak, dan kita terpaksa mengabaikan
sedikit manfaat yang terkandung didalamnya.147
Hal seperti ini tidak lain sama
dengan seorang konsumen yang akan membeli rokok. Telah dijelaskan selain terdapat
bahaya, rokok juga mempunyai manfaat tersendiri. Seorang konsumen haruslah lebih
cerdas dalam membeli sesuatu yang akan dikonsumsinya.Untuk itu, sebagai pembeli
yang cerdas sebaiknya konsumsilah sesuatu yang bermanfaat bagi tubuh yang tidak
membahayakan.
Dari berbagai asumsi mengenai pembelian rokok dapat disimpulkan bahwa
hukum membeli rokok secara umum adalah makruh. Karena salah satu manfaat rokok
ialah dapat meningkatkan semangat seseorang (si perokok) apalagi semangat itu
muncul ketika sedang menimba ilmu. Selain itu jika dikonsumsi terus menerus
hingga menjadi candu rokok dapat membahayakan tubuh perokok dan orang-orang
sekitarnya yang tidak merokok. Hal tersebut sangat tidak dianjurkan oleh islam.
147
Yusuf Qardhawi, Fiqh Prioritas, Penerjemah: Bahrudin F, (Jakarta: Robbani Press,
2007), h. 30.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya tentang rokok
dan pendapat ulama terhadapnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Banyak pendapat yang berbeda di kalangan ulama mengenai hukum rokok,
diantaranya:
a. Halal, karena tidak adanya dalil yang tegas mengenai hukum rokok,
yang membuat rokok itu haram berasal dari faktor luar rokok.
b. Haram, karena bahaya rokok lebih besar dan merugikan baik individu
maupun kelompok.
c. Makruh, karena bahaya rokok tidak berlaku untuk semua orang serta
tidak adanya dalil yang tegas untuk mengharamkan rokok.
Penulis simpulkan bahwa rokok itu dilarang dengan tingkatan makruh,
maksudnya hal tersebut dianjurkan untuk dihindari.
2. Hukum menjual rokok diperbolehkan dengan syarat rokok dijual kepada
orang yang diketahui telah memenuhi kriteria perokok pada pendapat jumhur
ulama dan fatwa MUI mengenai rokok (sehat tidak berpenyakit, tidak sedang
hamil dan sudah cukup umur).
77
3. Dalam konteks membeli rokok, Penulis membaginya menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Pembeli rokok untuk dikonsumsi sendiri hukumnya boleh jika
memenuhi kriteria, jika sebaliknya maka dilarang.
b. Pembeli rokok yang mengetahui kriteria perokok maka diperbolehkan
jika memenuhi kriteria, tetapi jika tidak maka tidak diperbolehkan.
c. Pembeli rokok yang tidak mengetahui kriteria perokok, hukumnya boleh
d. Pembeli yang tidak mengetahui rokok tersebut akan dikonsumsi atau
tidak oleh orang yang menyuruhnya membeli rokok, maka membeli
rokok baginya diperbolehkan.
B. Saran
Untuk menyempurnakan skripsi ini, maka penulis sampaikan beberapa saran
yang berkaitan dengan rokok danmemperjualbelikannya sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat:
a. Tidak merokok di tempat umum, di depan anak-anak, serta tidak
mengajak orang lain untuk merokok.
b. Berusaha untuk berhenti merokok meskipun secara bertahap.
c. Menghindari tempat-tempat yang dikepuli oleh asap rokok (bagi
perokok pasif), misalkan jika banyak orang merokok di dalam ruangan,
maka keluar ruangan mencari udara segar.
78
d. Tidak melakukan transaksi jual beli rokok sembarangan terutama di
area sekolah karena memberi kesempatan kepada anak-anak di bawah
umur untuk mengkonsumsi rokok.
2. Bagi pemerintah:
a. Membuat regulasi lebih tegas terhadap para perokok aktif. Jika perlu
diberi sanksi, lebih diutamakan bagi mereka yang merokok di tempat
umum.
b. Membuat regulasi tegas terhadap industri-industri rokok untuk lebih
bertanggungjawab akan bahaya yang ditimbulkan dari rokok.
c. Melakukan kampanye bahaya merokok ke berbagai lapisan
masyarakat. Hal ini perlu dilakukan karena sudah banyak anak usia
di bawah umur yang melakukan percobaan merokok.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ambarwati, Ayu Khoirotul, dkk (Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat), Media
Leaflet, Video dan Pengetahuan Siswa SD tentang Bahaya Merokok, (Jurnal
Kesehatan Masyarakat).
Antonio, Muhammad Syafi‟i, Islamic Banking Bank Syari‟ah: Dari Teori ke Praktik,
Jakarta: Gema Insani, 2001.
Azwar, Bahar, Fikih Kesehatan, Tangerang: Qultum media, 2005.
Basyir, Abu Umar, Mengapa Ragu Tinggalkan Rokok, Jakarta: Pustaka Tazkia, 2005.
Colby, Lauren A., In Defense of Smokers (Pembelaan Para Perokok), Penterjemah:
Ronny Hendrawan, Jakarta: Indonesia berdikari, 2014.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran al-Karim dan Terjemah Makna ke
dalam Bahasa Indonesia, Kudus: Menara Kudus, 2006.
Dinas Kesehatan Propinsi DIY tahun 2012, Gaya Hidup Sehat tanpa Rokok, 2012.
Djauzi, Syamsuridjzal, Raih Kembali Kesehatan, Jakarta: Kompas, 2009.
Fadillah, Nor, Hal-hal yang tidak boleh Dilakukan saat Anda Hamil, Jogjakarta:
Laksana, 2011.
Haq, Hamka, Islam Rahmah untuk Bangsa, Jakarta: RM Books, 2009.
Hidayat, Enang, Fiqih Jual Beli, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Istiqomah, Umi, Upaya Menuju Generasi tanpa Merokok, Surakarta: CV Setia Aji,
2003.
Jabbar, Abdul, Ngerokok Bikin Kamu Kaya, Sukoharjo: Samudera, 2008.
Jampes, Syaikh Ihsan, Kitab Kopi dan Rokok, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2012,
cet. III.
Jaya, Muhammad, Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok, Yogyakarta: Riz‟ma,
2009.
Jazuli, A., Kaidah-kaidah Fikih, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, cet. III.
Lubis, Abu Samman, Rokok: Antara Kemanfaatan dan Kemudharatan), (Jurnal Balai
Diklat Keuangan Malang).
Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000.
Muchtar AF, Siapa Bilang Merokok Makruh?, Jakarta: PT Buana Ilmu Populer, 2009.
Nugroho, M. Yusuf Amin, E-book Fiqh Ikhtilaf NU-Muhammadiyah, 2012.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2008.
Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram dalam Islam, Penterjemah: Mu‟ammal Hamidy,
PT Bina Ilmu, 1993.
Qardhawi, Yusuf, Fiqh Prioritas, Penterjemah: Bahrudin F., Jakarta: Robbani Press,
2007
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII
Pres, 2004.
Rif‟an, Ahmad Rifa‟i, Merokok Haram, Jakarta: Republika, 2010.
Sahrani, Sohari dan Ruf‟ah Abdullah, Fikih Muamalat, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011
Sarwat, Ahmad, Fiqh Minoritas, DU Center Press, 2010.
Setiawan, Sigit Budi dan Marlutfi Yoandinas, Mereka yang Melampaui waktu,
Yogyakarta: Pustaka sempu & INSISTPress, 2013.
Ash-Shadr, Syakir Muhammad, Keunggulan Ekonomi Islam, Jakarta: Pustaka Zahra,
2002.
Setiawan, Sigit Budi dan Marlutfi Yoandinas, Mereka yang Melampaui Waktu,
Yogyakarta: Pustaka Sempu&INSISTPress, 2013.
Shihab, M. Qurais, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut
Anda Ketahui, Tangerang: Lentera Hati, 2012, cet. XIII.
Suhendi, Hendi Fiqh Muamalah, Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014, cet. IX.
Sukendro, Suryo, Filosofi Rokok (Sehat tanpa Berhenti Merokok), Yogyakarta: Pinus,
2007.
Sumartono, Wasis, Stop Merokok sebab Anda Bisa, Jakarta: CV Sagung Seto, 2008.
Tarmizi, Erwan, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Bogor: PT. Berkat Mulia
Insani, 2015, cet. XI.
Tim Lembaga Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI sejak 1975,
Jakarta: Emir Erlangga, 2015.
Waluyo, Srikandi dan Budhi marhaendra Putra, Cek Kesehatan Anda (Pria usia 50
tahun), Jakarta: Kompas Gramedia, 2013.
B. Internet
Al-Asqolani, Ibnu Hajar, Fath al-Bari juz 4, dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
Al-Asy‟ats, Sulaiman bin, Sunan Abi Daud juz 3, dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
Al-Baihaqi, Sunan al-Kubro juz 7, dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
Baits, Ammi Nur, Hukum Rokok dalam Islam, https://konsultasisyariahislam.com//
Al-Bazzar, Musnad al-Bazzar al-Mansyur juz 10, dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
Al-Bukhori, Muhammad bin Ismail, Al-Jami‟ul Musnad ash-Shohih al-Mukhtashor
juz 3, dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
Al-Fauzan, Syaikh Shalih, Jual Beli yang dilarang dalam Islam,
https://almanhaj.or.id/ (Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun
IX/1426H/2005M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta).
.
Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah juz 2, dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
Mardiana, Farhan, Rokok antara Dunia Kesehatan dan Dunia,
http://fmsudradjat.blogspot.co.id/.
An-Naysaburi, Muslim bin al-Hajjaj, Al-Musnad ash-Shohih al-Mukhtadhor juz 3,
dalam al-Maktabah asy-Syamilah.
Sari, Nila Novita, Tahun 2014 Pemerintah Terapkan Peraturan Baru Bungkus Rokok,
http://suaramahasiswa.com//.
Ash-Shan‟ani, Muhammad bin Ismail, Subulu as-Salam juz 2, dalam al-Maktabah
asy-Syamilah.
Supian, Langkah, Prinsip Asas dan Kaidah Fiqih Muamalah,
http://langkahsupian.blogspot.co.id/.
Syaikhah, Sulaiman Abu, Qowaidul Fiqhiyyah Hukum Sarana sama dengan
Tujuannya, https://sunniysalafiy.wordpress.com.
At-Turmudzi, Muhammad bin Isa, Sunan at-Turmudzi juz 3, dalam al-Maktabah asy-
Syamilah.
http://wordpress.com/ Saus rokok
http://www.syariahonline.com/ Fatwa Hukum tentang Rokok.
http://www.tarjih.muhammadiyah.or.id// Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan
Pusat Muhammadiyah No. 6/SM/MTT/III/2010 tentang Hukum Merokok.
http://www.voa-Islam.com/ Pbnu sampai Kiamat Ulama Nu tidak akan Haramkan
Rokok
https://id.m.wikipedia.org/ Rokok.
https://indocropcircles.wordpress.com/Manfaat Rokok bagi Kehidupan Manusia
FATWA MUI
HUKUM MEROKOK
A. DESKRIPSI MASALAH
Masyarakat mengakui bahwa industri rokok telah memberikan manfaat ekonomi dan
sosial yang cukup besar. Industri rokok juga telah memberikan pendapatan yang
cukup besar bagi negara. Bahkan, tembakau sebagai bahan baku rokok telah menjadi
tumpuan ekonomi bagi sebagian petani. Namun di sisi yang lain, merokok dapat
membahayakan kesehatan (dlarar) serta berpotensi terjadinya pemborosan (israf) dan
merupakan tindakan tabdzir. Secara ekonomi, penanggulangan bahaya merokok juga
cukup besar.
Pro-kontra mengenai hukum merokok menyeruak ke publik setelah muncul tuntutan
beberapa kelompok masyarakat yang meminta kejelasan hukum merokok.
Masyarakat merasa bingung karena ada yang mengharamkan, ada yang meminta
pelarangan terbatas, dan ada yang meminta tetap pada status makruh.
Menurut ahli kesehatan, rokok mengandung nikotin dan zat lain yang membahayakan
kesehatan. Di samping kepada perokok, tindakan merokok dapat membahayakan
orang lain, khususnya yang berada di sekitar perokok. Hukum merokok tidak
disebutkan secara jelas dan tegas oleh Al-
Qur‟an dan Sunnah/Hadis Nabi. Oleh karena itu, fuqaha‟ mencari solusinya melalui
ijtihad. Sebagaimana layaknya masalah yang hukumnya digali lewat ijtihad, hukum
merokok diperselisihkan oleh fuqaha‟.
B. KETENTUAN HUKUM
1. Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia III sepakat adanya perbedaan
pandangan mengenai hukum merokok, yaitu: antara makruh dan haram (khilaf
ma baiyna al-makruh wa al-haram).
2. Peserta Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III sepakat bahwa merokok
hukumnya haram jika dilakukan :
a. di tempat umum;
b. oleh anak-anak; dan
c. oleh wanita hamil.
C. REKOMENDASI
Sehubungan dengan adanya banyak madlarrat yang ditimbulkan dari aktifitas
merokok, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. DPR diminta segera membuat undang-undang larangan merokok di tempat
umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita hamil.
2. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta membuat regulasi tentang
larangan merokok di tempat umum, bagi anak-anak, dan bagi wanita hamil.
3. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta menindak pelaku pelanggaran
terhadap aturan larangan merokok di tempat umum, bagi anak-anak, dan bagi
wanita hamil.
4. Pemerintah, baik pusat maupun daerah diminta melarang iklan rokok, baik
langsung maupun tidak langsung.
5. Para ilmuwan diminta untuk melakukan penelitian tentang manfaat tembakau
selain untuk rokok.
D. DASAR PENETAPAN
1. Firman Allah SWT QS Al-A‟raf ayat 157:
ٱب هزهنيأ زوف وع ل م ت لطيب ٱ لهن ويحل وكز ل ٱ عي هن هى وي ئث خب ل ٱ ن ه علي ويحز
“Nabi itu menyuruh mereka kepada yang makruf, melarang mereka dari yang
munkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan melarang bagi
mereka segala yang buruk.”
2. Firman Allah SWT QS al-Isra‟ ayat 26-27:
ر ول ريي ل ٱ إى اذيز تب تبذ ي ٱ ى ى إخ ا كبى وبذ ي ٱ وكبى طيي لش اكفىر ۦلزبه ي ط لش
“Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros”.
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku boros itu adalah saudara-saudara
syaitan. Dan syaitan itu sangat ingkar terhadap Tuhannya.”
3. Hadits Nabi Saw
ضرار وال الضرر
“Tidak boleh membuat mudlarat kepada diri sendiri dan tidak boleh membuat
mudlarat kepada orang lain.”
4. Kaidah fiqhiyyah
الضرر يدفع بقدر اإلمكان“Bahaya harus ditolak semaksimal mungkin”
5. Kaidah fiqhiyyah
يزال الضرر
“Yang menimbulkan mudlarat harus dihilangkan/dihindarkan.”
6. Kaidah fiqhiyyah
وعدما وجودا علتو مع الكم يدور “Penetapan hukum itu tergantung ada atau tidak adanya „illat”
7. Penjelasan delegasi Ulama Mesir, Yordania, Yaman, dan Syria bahwa hukum
merokok di negara-negara tersebut adalah haram.
8. Penjelasan dari Komnas Perlindungan Anak, GAPPRI, Komnas Pengendalian
Tembakau, Departemen Kesehatan terkait masalah rokok.
9. Hasil Rapat Koordinasi MUI tentang Masalah Merokok yang diselenggarakan
pada 10 September 2008 di Jakarta, yang menyepakati bahwa merokok
menimbulkan madlarrat di samping ada manfaatnya.
Ditetapkan di : Padangpanjang
Pada tanggal : 26 Januari 2009 M
29 Muharram 1430 H
Pimpinan Komisi B-1
Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III
Dr. HM. Anwar Ibrahim Dr. Hasanuddin, MAg
Ketua Sekretaris
FATWA MAJELIS TARJIH DAN TAJDID PIMPINAN PUSAT
MUHAMMADIYAH NO. 6/SM/MTT/III/2010
TENTANG HUKUM MEROKOK
Menimbang 1. Bahwa dalam rangka partisipasi dalam upaya pembangunan kesehatan
masyarakat semaksimal mungkin dan penciptaan lingkungan hidup sehat yang menjadi
hak setiap orang, perlu dilakukan penguatan upaya pengendalian tembakau melalui
penerbitan fatwa tentang hukum merokok;
2. Bahwa fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah yang diterbitkan tahun 2005 dan tahun 2007 tentang Hukum Merokok
perlu ditinjau kembali;
Mengingat: Pasal 2, 3, dan 4 Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
No.08/SK-PP/I.A/8.c/2000
Memperhatikan:
1. Kesepakatan dalam Halaqah Tarjih tentang Fikih Pengendalian
Tembakau yang diselenggarakan pada hari Ahad tanggal 21 Rabiul Awal 1431 H yang
bertepatan dengan 07 Maret 2010 M bahwa merokok adalah haram;
2. Pertimbangan yang diberikan dalam Rapat Pimpinan Majelis Tarjih
dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada hari Senin 22 Rabiul Awal 1431 H
yang bertepatan dengan 08 Maret 2010 M
MEMUTUSKAN
Menetapkan:
FATWA TENTANG HUKUM MEROKOK
Pertama : Amar Fatwa
1. Wajib hukumnya mengupayakan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
terwujudnya suatu kondisi hidup sehat yang merupakan hak setiap orang dan
merupakan bagian dari tujuan syariah (maqasid asy-syari„ah); 2. Merokok hukumnya adalah haram karena:
a. merokok termasuk kategori perbuatan melakukan khab±‟i£ yang dilarang
dalam QS. 7: 157,
b. perbuatan merokok mengandung unsur menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan
dan bahkan merupakan perbuatan bunuh diri secara perlahan sehingga oleh
karena itu bertentangan dengan larangan al-Quran dalam QS. 2: 195 dan 4: 29,
c. perbuatan merokok membahayakan diri dan orang lain yang terkena paparan
asap rokok sebab rokok adalah zat adiktif dan berbahaya sebagaimana telah
disepakati oleh para ahli medis dan para akademisi dan oleh karena itu merokok
bertentangan dengan prinsip syariah dalam hadis Nabi saw bahwa tidak ada
perbuatan membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain,
d. rokok diakui sebagai zat adiktif dan mengandung unsur racun yang
membahayakan walaupun tidak seketika melainkan dalam beberapa waktu
kemudian sehingga oleh karena itu perbuatan merokok termasuk kategori
melakukan suatu yang melemahkan sehingga bertentangan dengan hadis hadis
Nabi saw yang melarang setiap perkara yang memabukkan dan melemahkan.
e. Oleh karena merokok jelas membahayakan kesehatan bagi perokok dan orang
sekitar yang terkena paparan asap rokok, maka pembelajaan uang untuk rokok
berarti melakukan perbuatan mubazir (pemborosan) yang dilarang dalan QS. 17:
26-27,
f. Merokok bertentangan dengan unsur-runsur tujuan syariah (maqasid asysyar,
„ah), yaitu (1) perlindungan agama, (2) perlindungan jiwa/raga, (3)
perlindungan akal, (4) perlindungan keluarga, dan (5) perlindungan harta. 3. Mereka yang belum atau tidak merokok wajib menghindarkan diri dan keluarganya
dari percobaan merokok sesuai dengan Q. 66: 6 yang menyatakan, “Wahai orang-
orang beriman hindarkanlah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
4. Mereka yang telah terlanjur menjadi perokok wajib melakukan upaya dan berusaha
sesuai dengan kemampuannya untuk berhenti dari kebiasaan merokok dengan
mengingat Q. 29: 69, “Dan orang-orang yang bersungguhsungguh di jalan Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami, dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,” dan Q. 2:
286, “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya; ia akan mendapat hasil apa yang ia usahakan dan memikul akibat
perbuatan yang dia lakukan;” dan untuk itu pusat-pusat kesehatan di lingkungan
Muhammadiyah harus mengupayakan adanya fasilitas untuk memberikan terapi
guna membantu orang yang berupaya berhenti merokok. 5. Fatwa ini diterapkan dengan mengingat prinsip at-tadrij (berangsur), at-taisir
(kemudahan), dan „adam al-¥araj (tidak mempersulit).
6. Dengan dikeluarkannya fatwa ini, maka fatwa-fatwa tentang merokok yang
sebelumnya telah dikeluarkan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah dinyatakan tidak berlaku.
Kedua: Tausiah
1. Kepada Persyarikatan Muhammadiyah direkomendasikan agar berpartisipasi aktif
dalam upaya pengendalian tembakau sebagai bagian dari upaya pemeliharaan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dan dalam kerangka amar
makruf nahi munkar.
2. Seluruh fungsionaris pengurus Persyarikatan Muhammadiyah pada semua jajaran
hendaknya menjadi teladan dalam upaya menciptakan masyarakat yang bebas dari
bahaya rokok.
3. Kepada pemerintah diharapkan untuk meratifikasi Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC) guna penguatan landasan bagi upaya pengendalian
tembakau dalam rangka pembangunan kesehatan masyarakat yang optimal, dan
mengambil kebijakan yang konsisten dalam upaya pengendalian tembakau dengan
meningkatkan cukai tembakau hingga pada batas tertinggi yang diizinkan undang-
undang, dan melarang iklan rokok yang dapat merangsang generasi muda tunas
bangsa untuk mencoba merokok, serta membantu dan memfasilitasi upaya
diversifikasi dan alih usaha dan tanaman bagi petani tembakau.
Difatwakan di Yogyakarta,
pada hari Senin, 22 Rabiul Awal 1431 H
bertepatan dengan 08 Maret 2010 M,
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA Drs. H. Dahwan, M. Si