jlr11_01 sumartono-proksemika/semiotika

5
Sumartono* Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta PROKSEMIKA/SEMIOTIKA RUANG SEBAGAI SEBUAH PENDEKATAN UNTUK PENELITIAN DESAIN INTERIOR Proksemika ( ) adalah sebuah istilah yang dipopulerkan oleh antropolog Edward T. Hall lewat dua buku larisnya (Bahasa Diam) dan (Dimensi Tersembunyi). Secara sempit proksemika diartikan sebagai sebuah cara komunikasi nonverbal, sedangkan secara luas proksemika dianggap sebagai semiotika ruang ( ). Proksemika adalah kajian tentang bagaimana manusia secara tidak sadar membuat struktur ruang mikro-jarak antar manusia dalam melakukan transaksi harian, organisasi ruang pada rumah tinggal dan bangunan-bangunan, dan pada akhirnya tata kota (Hall, 1963: 1003). Hall adalah seorang antropolog dan ketika ia mengkaji proksemika sesungguhnya dia melakukannya tanpa menggunakan kerangka semiotika. Pakar di kalangan semiotikalah yang menganggap kajian dia sebagai bentuk semiotika, yakni semiotika ruang. Dalam hal ini Umberto Eco dan O. Michael Watsonlah yang mula-mula mengkaji proksemika secara eksplisit sebagai salah satu cabang semiotika. Proksemika sebagai pendekatan dalam penelitian desain interior belum banyak dibicarakan di Indonesia, apalagi diterapkan di lingkungan perguruan tinggi yang memiliki program studi desain interior. Lepas dari proxemics The Silent Language The Hidden Dimension semiotics of space 01 Sometimes called a semiotics of space, proxemics becomes more and more popular as a research method in many academic surroundings. Proxemics is a study of how people make a structure of microspace. Although this method is more popular among anthropologists, today it has been applied in other fields of study as well. A field of study which also benefits from this method is interior design. This is caused by the very fact that interior design deals a lot with microspaces. It is important to employ this method in interior design research in Indonesia. : interior design, proxemics, research method, semiotics of space Keywords | VOL.1 | EDISI 1 | 2007 ISSN 1978-0702 Proksemika/Semiotika Ruang sebagai Sebuah Pendekatan untuk Penelitian Desain Interior | hal 01 - 05 *Korespondensi penulis dialamatkan ke Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Tel/Fax: +62 274 417219 e-mail: [email protected] kelebihan dan kekurangannya, pendekatan ini perlu terapkan di Indonesia karena menawarkan berbagai manfaat dalam upaya kita memahami transaksi antar manusia dan antar budaya di dalam ruang interior. Karena Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam etnik dan tersusun oleh berbagai macam budaya, maka penelitian dengan pendekatan ini akan menawarkan amat banyak makna bagi kita. Mengingat juga bahwa jumlah penduduk Indonesia sangat besar, maka transaksi harian manusia Indonesia pastilah amat kaya makna. Hall membagi tiga kategori deskripsi proksemik yang bisa digunakan sebagai landasan penelitian, yakni kategori 'jarak interpersonal,' kategori 'ruang,' dan kategori ketiga yang berhubungan dengan 'sistem notasi proksemik.' Dalam kaitan dengan kategori jarak interpersonal (dalam penelitiannya, ia menggunakan budaya Amerika Utara), Hall (1966: 116-129) membagi empat kategori jarak, yakni (1) 'jarak intim' (fase dekat: 0 cm-15 cm; fase jauh: Kategori-kategori Analisis Proksemika

Upload: -rahmawan-deprazz-

Post on 26-Jul-2015

199 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

PROKSEMIKA/SEMIOTIKA RUANG SEBAGAI SEBUAH PENDEKATAN UNTUK PENELITIAN DESAIN INTERIOR

TRANSCRIPT

Page 1: JLR11_01 Sumartono-PROKSEMIKA/SEMIOTIKA

Sumartono*Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

PROKSEMIKA/SEMIOTIKA RUANGSEBAGAI SEBUAH PENDEKATAN

UNTUK PENELITIAN DESAIN INTERIOR

Proksemika ( ) adalahsebuah istilah yang dipopulerkan olehantropolog Edward T. Hall lewat dua bukularisnya (Bahasa Diam)dan (DimensiTersembunyi). Secara sempit proksemikadiartikan sebagai sebuah cara komunikasinonverba l , sedangkan secara luasproksemika dianggap sebagai semiotikaruang ( ). Proksemikaadalah kajian tentang bagaimana manusiasecara tidak sadar membuat struktur ruangmikro-jarak antar manusia dalam melakukantransaksi harian, organisasi ruang padarumah tinggal dan bangunan-bangunan, danpada akhirnya tata kota (Hall, 1963: 1003).Hall adalah seorang antropolog dan ketika iamengkaji proksemika sesungguhnya diamelakukannya tanpa menggunakankerangka semiotika. Pakar di kalangansemiotikalah yang menganggap kajian diasebagai bentuk semiotika, yakni semiotikaruang. Dalam hal ini Umberto Eco dan O.Michael Watsonlah yang mula-mula mengkajiproksemika secara eksplisit sebagai salahsatu cabang semiotika.

Proksemika sebagai pendekatandalam penelitian desain interior belum banyakdibicarakan di Indonesia, apalagi diterapkandi lingkungan perguruan tinggi yang memilikiprogram studi desain interior. Lepas dari

proxemics

The Silent LanguageThe Hidden Dimension

semiotics of space

01

Sometimes called a semiotics of space, proxemics becomes more and more popular asa research method in many academic surroundings. Proxemics is a study of how people make astructure of microspace. Although this method is more popular among anthropologists, today ithas been applied in other fields of study as well. A field of study which also benefits from thismethod is interior design. This is caused by the very fact that interior design deals a lot withmicrospaces. It is important to employ this method in interior design research in Indonesia.

: interior design, proxemics, research method, semiotics of spaceKeywords

| VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702Proksemika/Semiotika Ruang sebagai Sebuah Pendekatan

untuk Penelitian Desain Interior | hal 01 - 05

*Korespondensi penulis dialamatkan ke Program StudiDesain Interior, Fakultas Seni Rupa, Institut SeniIndonesia Yogyakarta, Tel/Fax: +62 274 417219

e-mail: [email protected]

kelebihan dan kekurangannya, pendekatanini perlu terapkan di Indonesia karenamenawarkan berbagai manfaat dalam upayakita memahami transaksi antar manusia danantar budaya di dalam ruang interior. KarenaIndonesia adalah negara yang terdiri dariberbagai macam etnik dan tersusun olehberbagai macam budaya, maka penelitiandengan pendekatan ini akan menawarkanamat banyak makna bagi kita. Mengingat jugabahwa jumlah penduduk Indonesia sangatbesar, maka transaksi harian manusiaIndonesia pastilah amat kaya makna.

Hall membagi tiga kategori deskripsiproksemik yang bisa digunakan sebagailandasan penelitian, yakni kategori 'jarakinterpersonal,' kategori 'ruang,' dan kategoriketiga yang berhubungan dengan 'sistemnotasi proksemik.' Dalam kaitan dengankategori jarak interpersonal (dalampenelitiannya, ia menggunakan budayaAmerika Utara), Hall (1966: 116-129)membagi empat kategori jarak, yakni (1) 'jarakintim' (fase dekat: 0 cm-15 cm; fase jauh:

Kategori-kategoriAnalisis Proksemika

Page 2: JLR11_01 Sumartono-PROKSEMIKA/SEMIOTIKA

02 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

15cm-45 cm), (2) 'jarak personal' (fase dekat:45 cm-75 cm; fase jauh: 75 cm-120 cm), (3)'jarak sosial' (fase dekat: 120 cm-210 cm; fasejauh: 210 cm-360 cm), (4) 'jarak publik' (fasedekat: 360 cm-750 cm; fase jauh: 750 cm).

Kategori-kategori yang dirumuskanoleh Hall ini telah mewakili jarak interpersonalyang terkait dengan transaksi harianmanusia. Tetapi harus diingat bahwa dimensi-dimensi yang menyangkut fase dekat danfase jauh di atas sifatnya adalah relatif.Dengan demikian akan ada banyak variasidimensi jika menyangkut sebuah negaradengan banyak jumlah etnik dan budayaseperti Indonesia. Hal ini tentu merupakansebuah tantangan sangat menarik bagikegiatan-kagiatan penelitian yang akanmenggunakan pendekatan ini.

Berdasarkan kebiasaan berbagaibudaya memperlakukan konstelasi ruang,Hall membedakan tiga kategori ruang, yaknitetap ( ), semi-tetap ( ), ataubervariasi ( ). 'Ruang tetap' adalahruang yang dibentuk oleh dinding-dinding danbatas-batas teritorial. 'Ruang semi-tetap'adalah ruang yang susunannya dibentuk olehunsur-unsur yang bisa bergerak sepertikorden, layar, partisi, dan susunan furnitur.'Ruang bervariasi' adalah ruang informal ataudinamik yang terwujud ketika seseorangmembuat variasi ciri-ciri ruang atau jarakinterpersonal ruang (1966: 103-112). Dalamsebuah negara dengan aneka ragam etnikdan budaya seperti Indonesia, pembahasantentang kategori ruang ini menjadi sangatmenarik. Hal ini disebabkan karena rakyatIndonesia yang jumlahnya lebih dari dua ratusjuta itu hidup dalam lingkungan ruang yangsangat beragam, mulai dari ruang sederhanadan sempit di lingkungan suku-suku terasinghingga ruang sangat luas milik keluarga kayadi perkotaan. Berdasarkan kenyataan ini,penelitian tidak boleh hanya difokuskan padaruang yang bersifat tetap tetapi juga ruangsemi tetap serta ruang bervariasi.

Dalam kaitan dengan kategori ketigayang berhubungan dengan sistem notasiproksemik, Hall merumuskan delapanvariabel yang mewakili sistem notasi perilakuproksemik dalam ruang mikro. Delapanvariabel tersebut adalah: (1) 'pengidentifikasipostur dan seks' ( )(contoh: perempuan, berdiri), (2) 'orientasi

fixed semi-fixedvariable

postural-sex identifiers

sosiofugal-sosiopetal' (contoh: dari muka-ke-muka hingga belakang-ke-belakang), (3)'kode kinestetik' (menggambarkan jarakbagian-bagian tubuh, dari “menggapai”hingga “kontak”), (4) 'kode sentuhan' (dari“membelai dan memegang” hingga “tanpakontak apapun”), (5) 'kode visual' (melihat,memandang), (6) 'kode termal'/berkaitandengan panas (tidak peduli apakah panasterdeteksi atau tidak terdeteksi), (7) 'kodeolfaksi' (deteksi bau atau nafas), (8) 'kodesuara.' (1963: 1006-1014). Penelitian yangberkaitan dengan kategori-kategori ini pernahdilakukan oleh Watson, yakni penelitiantentang perilaku mahasiswa-mahasiswainternasional (termasuk mahasiswa dariIndonesia) yang sedang menuntut ilmu diAmerika Serikat.

Meskipun proksemika semakinsering digunakan sebagai pendekatan untukpenelitian, termasuk penelitian desaininterior, bukan berarti sasaran penggunaanpendekatan itu sudah sesuai denganharapan. Memang, pembahasan tentangproksemika bisa dijumpai di dalam banyakbuku, artikel ilmiah, hasil penelitian, daninternet, tetapi lingkup bahasannya umumnyahanya mencakup aspek pengukuran danpaparan objektif, sedangkan aspek fungsibudayanya belum banyak dibahas secaramemadai. Dengan kata lain, secara umumpembahasan yang dilakukan oleh para ahliselama ini baru menyentuh wilayahproksetika ( ) dan belum ke wilayahp r o k s e m i k a . H a l i n i t e n t u t i d a kmenguntungkan karena semantik dariperilaku proksemik belum banyak dibahas.Bag i pa ra pendukung pendekatanposmodern, aspek pengukuran dan paparanobjektif selalu reduksionistik karena apa yangdinamakan makna tidaklah pernah stabil.Justru aspek paparan subjektiflah yang lebihmenarik untuk dikaji. Ketika paparan subyektifdari berbagai pihak berkembang subur, disaat itulah akan semakin terlihat bahwapengukuran objektif adalah reduksionistik.

Sebetulnya upaya untuk menelitibagaimana manusia secara tidak sadarmembuat struktur ruang mikro berbeda(berdasarkan perbedaan latar belakang

Perkembangan Penggunaan PendekatanProksemik

proxetics

Page 3: JLR11_01 Sumartono-PROKSEMIKA/SEMIOTIKA

03SUMARTONO

Proksemika/Semiotika Ruang sebagai Sebuah Pendekatanuntuk Penelitian Desain Interior | hal 01 - 05

budaya) pernah diteliti oleh O. MichaelWatson di tahun 1967. Penelitian terhadap110 mahasiswa dari berbagai negara(beberapa negara Arab; beberapa negaraAsia termasuk Indonesia; Pakistan/India;beberapa negara Amerika Latin; beberapanegara Eropa Utara: dan beberapa negaraEropa Selatan) itu berbentuk kajianobservatoris sekaligus deskriptif (Watson,1970: 63-64). Hasil penelitian menunjukkanbahwa perbedaan budaya menghasilkanperbedaan cara melakukan kontak/non-kontak di dalam ruang. Misalnya, sikaptertentu yang oleh mahasiswa dari negaratertentu dianggap sopan, oleh mahasiswanegara lain dianggap tidak sopan. Contohlain, jarak kontak dekat (dalam bercakap-cakap, duduk berdampingan, dan lain-lain)yang dianggap sopan oleh budaya tertentubelum tentu dianggap sopan oleh budayayang lain. Banyak sekali contoh lain yang bisaditambahkan berkaitan dengan penelitianWat son t e r se b u t . Me sk ip u n te l ahmenyinggung aspek budaya, penelitian inimasih belum mengungkap makna budayayang lebih dalam, di luar aspek objektif danterukur.

Salah satu hal yang dibahas dalamproksemika adalah teritorialitas manusia,termasuk teritorial manusia dalam ruang.Teritorialitas manusia dalam ruang berkaitanerat dengan aspek budaya. Sebuah contohbentuk khusus teritorialitas manusia dalamruang adalah preferensi duduk individu-individu dalam kelompok. Dari sudutsemiotika ruang, preferensi ini adalahmerupakan indeks peran individu-individutersebut dalam kelompok (Sommer, 1969: 58-73; Henley, 1977: 27-42). Lebih jauh lagi halini bisa dikaitkan dengan simbol yang terkaitdengan peran individu-individu tersebut. Darisudut pandang budaya, hal ini bisa jugadikaitkan dengan kekuasaan, gender, danlain-lain.

Kathleen Kitao dan Kenji Kitao telahberjasa menyusun sebuah bibliografi tentangkomunikasi nonverbal antar budaya yangmemuat daftar buku-buku tentang haltersebut sejak masa Hall hingga tahun 1990-an. Subjek yang dibahas mencakupkronemika ( /semiotika waktu),proksemika (semiotika ruang), ruang danteritori personal, tampilan fisik dan pakaian,

chronemics

kinesika (kinesics, menyangkut postur dangestur), komunikasi taktil, ekspresi wajah,kontak mata dan tatapan, parabahasa,perbedaan seks, dan bahasa. Sayangnyabuku-buku semacam ini yang terbaru berasaldari tahun 1980-an, seperti terlihat dari bukutulisan Jacques M, Laroche, Stella Ting-Tomey, dan Sheila Ramsey, Tulisan-tulisanterbaru ini juga belum banyak mengupaspersoalan budaya secara mendalam.

Sebuah analisis tentang tema yangberkaitan dengan budaya akan dangkal dantidak menarik jika tanpa disertai argumentasiketat. Sejumlah peneliti telah menggunakanstrategi dekonstruktif untuk menganalisistema semacam ini. Dengan strategi ini akanditemukan inkonsistensi-inkonsistensi yangakan memperkaya pengungkapan maknadari tanda-tanda semiotis. Bagi sebagianorang, ana l is is semacam ini akanmemunculkan kesan inkoherensi pemikiran.Tetapi, bagi mereka yang mendukung strategiini, hal semacam itu memang tidak bolehdihindari karena apa yang dinamakanpemikiran sesungguhnya memang tidakpernah koheren dan apa yang disebut maknatidak pernah stabil. Meskipun dekonstruksiadalah sebuah strategi pemikiran yang seringdiikutsertakan dalam analisis semiotik,sesungguhnya, berdasarkan pandanganDerrida, dekonstruksi adalah 'non-teoritentang non-tanda.'

Penggunaan proksemika sebagaipendekatan dalam penelitian desain interioradalah sangat penting karena persoalandesain interior sangatlah kompleks. Pesatnyapembuatan bangunan beserta interiornya diberbagai kota di Indonesia menyebabkankompleksitas persoalan ini menjadi lebihtampak. Dengan semakin mekarnya kota-kota di Indonesia, semakin mekar pula jumlahpenduduk. Jumlah manusia yang terusbertambah ini menyebabkan semakinkompleksnya ruang mikro yang merekabentuk. Berbagai bangunan yang setelahdidesain tidak menemui banyak masalahpada akhirnya menemui banyak masalahkarena harus menghadapi pemakai ruangyang jumlahnya semakin banyak. KarenaIndonesia adalah sebuah negara multietnik,maka pembentukan ruang mikro menjadi

Kegunaan Pendekatan Proksemika

Page 4: JLR11_01 Sumartono-PROKSEMIKA/SEMIOTIKA

04 | VOL.1 | EDISI 1 | 2007

ISSN 1978-0702

tambah kompleks. Hal ini disebabkan karenamasing-masing etnik memiliki kebiasaansendiri dalam menggunakan ruang.

Pendekatan proksemika bisadigunakan untuk meneliti berbagai isutentang desain interior di Indonesia.Penggunaan pendekatan ini sangatmenantang karena, jika didasarkan pada segifungsi, jenis interior yang bisa dijadikansebagai objek penelitian sangat banyakjumlahnya. Ini berarti bahwa masalah yangbisa ditangani juga sangat banyak sehinggamakna yang dapat diungkap juga tidakterbatas.

Secara umum kota-kota di Indonesiaberpenduduk padat. Hal ini membawadampak pada padatnya manusia yang terlibatdalam berbagai kegiatan di dalam ruanginterior. Mungkin timbul asumsi bahwakepadatan manusia yang terlibat dalamkegiatan di dalam ruang ini tidak bisa dihindarikarena penduduk Indonesia memang besar.Lewat penelitian dengan pendekatanproksemika akan terungkap aspek terukurdan aspek budaya. Sejauh ini, sejakpenelitian yang dilakukan oleh Hall, aspekterukur lebih banyak mendapatkan perhatian.Oleh karena itu dalam hal ini perlu dilakukanpenelitian yang terfokus pada aspek budaya.Lewat proksemika/semiotika ruang yangterfokus pada aspek budaya akan bisadiungkap berbagai makna, misalnyabagaimana ketidakdisiplinan mengikutiurutan kegiatan telah menyebabkan manusiaberdesak-desakan dalam melakukankegiatan (misalnya dalam aktivitas antri).Lewat pembahasan tentang maknasekunder/konotasi mungkin saja akanterungkap bahwa sebagian besar merekayang terlibat dalam kegiatan tidak merasasa lah untuk t idak d is ip l in ka renaketidakdisiplinan merupakan bagian daribudaya Indonesia. Jika dikembalikan padapembagian kategori jarak interpersonalsebagaimana dikemukakan oleh Hall didepan, maka ketidakdisiplinan tersebut telahmengakibatkan terlanggarnya kategori 'ruangsosial' dan 'ruang publik' oleh 'ruangpersonal.' Dengan kata lain, penjagaan jaraktubuh antar manusia (terutama antar manusiaberlawanan jenis) bisa tidak terkendali.

Pendekatan proksemika, misalnya,bisa digunakan untuk penelitian interior

rumah tinggal. Ketidakadilan pembangunand i Indones ia te lah mengak iba tkanketidakadilan distribusi ruang interior rumahtinggal. Di satu sisi kita bisa melihat banyakorang yang “kaya” ruang interior (karenarumah mereka berukuran sangat besar),tetapi di sisi lain kita juga melihat lebih banyaklagi orang yang “miskin” ruang interior (karenarumah mereka berukuran sangat kecil,termasuk dalam kategori rumah sangatsederhana, untuk tidak mengatakan rumahtidak layak huni). Dalam kasus ruang-ruanginterior pada rumah sangat besar, kita bisamengungkap makna berkaitan dengankekuasaan, otoritas, pengaruh, status sosial,eksklusivisme, anti-sosial, dan lain-lain.Dalam kasus ruang-ruang interior padarumah sangat kecil, kita bisa mengungkapmakna berkaitan dengan keterpinggiran,ketakberdayaan sosial, ketergantungansosial, keterasingan, ketaknyamanan didalam ruang, dan lain-lain. Pengungkapanmakna tanda-tanda yang berkaitan dengankasus-kasus ini akan lebih kaya dan menarikjika memuat konotasi tanda dan paparanyang didasarkan pada strategi dekonstruktif.

Karena pengukuran objektif menjaditumpuan utama, penelitian denganpendekatan proksemik yang dilakukanselama ini cenderung menjadikan observasidan wawancara sebagai cara utamapengumpulan data. Dengan cara ini datayang dikumpulkan bisa dikuantifikasi dalambentuk angka-angka untuk menghasilkankesimpulan yang bersifat umum. Tentu sajakesimpulan yang dihasilkan tidak mampumengungkap banyak makna yang berkaitandengan latar belakang budaya orang-orangyang diteliti. Hal ini akan berbeda jikaproksemika diperlakukan sebagai semiotikaruang. Lewat semiotika ruang berbagaimakna akan bisa diungkap. Semakin banyakorang melakukan penelit ian dengansemiotika ruang akan semakin banyakmengungkap makna. Penelitian semacam initidak dilakukan secara deduktif atau induktiftetapi abduktif. Dalam penelitian seperti inihampir tidak mungkin dibuat kesimpulan yangbersifat umum. Sebagian pakar beranggapanbahwa penelitian seperti ini mengandungbahaya overinterpretasi sehingga kadar

Prosedur Penelitian

Page 5: JLR11_01 Sumartono-PROKSEMIKA/SEMIOTIKA

05

subjektivitasnya tinggi. Tetapi perlu diingat disini bahwa sejauh ini banyak hasil analisissemiotik yang mempesona banyak orang,meskipun subjektif, karena mengandungkedalaman berpikir, misalnya analisis yangdilakukan oleh Roland Barthes. Analisissemacam inilah yang diharapkan munculdalam penelitian semiotika ruang.

Proksemika sebagai semiotika ruangtidak menjadikan observasi dan wawancarasebagai cara utama pengumpulan data danbasis analisis. Dalam penelitian objektif,observasi dan wawancara menghasilkan dataprimer. Dalam penelitian semiotika ruang,data sekunder yang diperoleh dari berbagaisumber tertulis bisa juga dijadikan sebagaibasis analisis. Data sekunder menjadiinspirator penting dalam pengungkapanmakna konotatif. Sementara itu observasi danwawancara akan menambah jelas prosesanalisis.

Proksemika atau 'semiotika ruang'adalah sebuah pendekatan yang sangatmenarik mengingat di Indonesia persoalanruang adalah sangat kompleks danbermacam-macam. Sayangnya selama inipenelitian dengan pendekatan proksemikhanya mementingkan analisis yang bersifatobjektif, padahal analisis objektif bersifatreduksionis. Seharusnya penelitian denganpendekatan proksemik juga mementingkananalisis aspek budaya. Penelitian desaininterior dengan pendekatan proksemikdemikian juga, seharusnya tidak hanyaberorientasi objektif tetapi juga kultural.

Hall, Edward T. A System for theNotation of Proxemic Behavior.

65.

_____. . Garden City:Anchor Books.

Henley, Nancy. .Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-Hall.

Sommer. . EnglewoodCliffs, N.J.: Prentice-Hall.

Watson,O.Michael. .The Hague: Mouton.

DAFTAR PUSTAKA

1963.

1966.

1977.

1969.

1970.

AmericanAnthropologist,

Hidden Dimension

Body Politics

Personal Space

Proxemic Behavior

SUMARTONOProksemika/Semiotika Ruang sebagai Sebuah Pendekatan

untuk Penelitian Desain Interior | hal 01 - 05