analisis semiotika makna toleransi beragama...

98
ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA DALAM PAMERAN FOTO BIANGLALA XINJIANG KARYA “ISMAR PATRIZKI” Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komuniksi Islam (S.Kom.I) Oleh: Ershad Wiladatika 109051100026 KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2015 M

Upload: dangthuy

Post on 07-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA

DALAM PAMERAN FOTO BIANGLALA XINJIANG

KARYA “ISMAR PATRIZKI”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komuniksi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Ershad Wiladatika

109051100026

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2015 M

Page 2: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA

DALAM PAMERAN FOTO BIANGLALA XINJIANG

KARYA “ISMAR PATRIZKI”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komuniksi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Ershad Wiladatika

109051100026

Dibawah Bimbingan:

Ade Rina Farida, M.Si

NIP : 19770513007012018

KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H./2015 M.

Page 3: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun
Page 4: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memeperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam tulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, Maret 2015

Ershad Wiladatika

Page 5: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

i

ABSTRAK

Ershad Wiladatika

109051100026

Analisis Semiotika Makna Toleransi Beragama Dalam Pameran Foto

Bianglala Xinjiang Karya “Ismar Patrizki”

Foto jurnalistik merupakan sebuah medium penyampai pesan yang

digunakan untuk menyampaikan fakta visual atas suatu realitas kepada

masyarakat seluas-luasnya, bahkan sampai pada bagian paling ‘dalam’ dari suatu

peristiwa ataupun fenomena sosial budaya masyarakat yang terjadi. Dalam sebuah

pameran foto bertajuk Bianglala Xinjiang karya Ismar Patrizki yang dilaksanakan

di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA). Objek perempuan menjadi medium

visual yang menarik bukan hanya dari segi estetika tetapi dari segi toleransi

beragama, China adalah negara Kong Hu Cu yang mempunyai warga etnis-etnis

muslim minoritas di Xinjiang. Pada saat merayakan idul fitri warga etnis

minoritas di xinjiang melaksanakan sholat id bersama di salah satu masjid kecil di

pelosok wilayah Hoboksar. Objek foto-foto Ismar didominasi aktivitas suku di

Xinjiang. Ismar juga jeli merekam kehidupan kaum urban perempuan di Xinjiang

yang bertoleransi beragama.

Adapun pertanyaan penelitian untuk mengetahui apa makna denotasi,

makna konotasi, dan makna mitos yang mengandung unsur toleransi beragama

pada pameran bertajuk Bianglala Xinjiang di Galeri Foto Jurnalistik Antara

(GFJA) karya Ismar Patrizki?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian menggunakan

paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Analisa foto dikaji dengan

menggunakan metode penelitian semiotik Roland Barthes. Metode penelitian ini

memberi titik tekan pada makna denotatif, konotatif, dan mitos. Selanjutnya

penulis memperkaya temuan makna dengan mengarahkannya pada permasalahan

toleransi beragama dalam kehidupan yang minoritas.

Dari data yang dikaji lewat semiotik Barthes, diperoleh beberapa data,

yakni: Makna denotasi yang memberikan gambaran kepada masyarakat tentang

toleransi beragama, khususnya di kota Xinjiang. Dari analisa makna konotasi

mengungkapkan bahwa penganut Kong Hu Cu sangat menghargai umat Islam di

Xinjiang. Dari analisa mitos, didalam Islam mengajarkan pentingnya menjaga

hubugan silaturahmi karena dipercaya dapat memperluas rezeki dan panjang umur

tak terkecuali terhadap orang lain yang berbeda agama. Dan dengan toleransi

beragama saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain,

tidak memaksa mereka mengikuti agamanya, agar tercipta suatu bangsa yang

damai dan tentram.

Atas hasil penelitian ini juga kembali dibuktikan bahwasanya foto

jurnalistik mampu mengungkapan objektifitas terhadap sebuah fenomena sosial

budaya masyarakat yang terjadi. Foto-foto yang ditampilkan bukan hanya sebatas

indah tanpa makna, melainkan penuh pesan tentang toleransi beragama di

Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun mereka berada.

Melalui foto-foto yang ditampilkan semoga dapat menjadi salah satu kontribusi

para fotografer untuk turut serta dalam kerukunan antar umat bergama.

Page 6: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, dan juga nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-

Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam senantiasa

terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat,

serta para pengikutnya.

Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

yang berjudul “Analisis Semiotika Makna Toleransi Beragama Dalam Pameran

Foto Bianglala Xinjiang Karya “Ismar Patrizki”, yang disusun untuk memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1), di lingkungan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan, sampai masa

penyelesaian skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief

Subhan, M.A, serta Wakil Dekan I, Dr. Suparto, M. Ed, MA, Wakil

Dekan II, Drs. Jumroni, M.Si, dan Wakil Dekan III, Dr. H. Sunandar,

M.Ag.

2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si serta Sekertaris

Kosentrasi Jurnalistik Dra. Musfirah Nurlaily. MA yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membantu menyelesaikan kuliah.

Page 7: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

iii

3. Dosen Pembimbing skripsi, sekaligus sahabat istimewa, Ade Rina Farida,

M.Si yang telah membimbing penulis dalam segala hal, terutama dalam

menyelesaikan skripsi, sehingga skripsi ini selesai dengan baik dan

lancar.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu

yang telah diberikan kepada Penulis.

5. Segenap staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Perpustakaan Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

6. Galeri Foto Jurnalistik Antara khususnya kepada Dhira Danny Widjaja

staff pendidikan GFJA, yang di sela kesibukannya menyempatkan diri

untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini, begitu juga dengan Ismar

Patrizki sebagai fotografer, yang juga bersedia menyempatkan waktu

sebagai narasumber dan memberi banyak informasi dalam penelitian ini.

7. Kedua orangtua tercinta Bapak Djumadi dan Ibu Partiyah atas do‟ a dan

kasih sayangnya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudara kandung, (Lalita Ingerani, Ibnu Bukhari dan Alfath). Terima

kasih atas dukungan, segala bantuannya dan semangatnya sehingga

skripsi ini dapat selesai.

9. Kemudian untuk Siti Noer Rachmawaty yang selalu memberi perhatian

dan semangat pada peneliti serta mengajarkan banyak hal, terima kasih

untuk segala dukungan yang telah berikan kepada penulis selama ini.

10. Teman seperjuangan, Jeffri, Eko, Andrianto, Indi Hikami, Faruq,

Gardika, M Aulia, Rendy, Imron, Naziah, Firda, semoga persahabatan

dan persaudaraan kita akan terus terjalin. Buat temen kosan Deden,

Page 8: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

iv

Badri, Obi, Bepe, Wisnu, Numan, Abler, Cepot, Fauzan, Hamim, Kevin,

Iir, Bogel terima kasih dukungannya. Juga buat sahabat-sahabat terbaik,

Azis, Ardi, Ari, Agung, Ario, Eman, Rusdi, Didi, Icang, Ocit, Rian dan

lainnya. Terima kasih banyak.

11. Seluruh teman-teman di Klise Fotografi, atas segala pembelajaran dan

kekeluargaan nya. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2009 dan teman-

teman Fidkom 2009, kalian luar biasa. Teman-teman ULTRAMAN,

teman-teman GABRES FC serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan

satu persatu yang sudah membantu, memberikan dukungan, saran kepada

penulis sampai skripsi ini selesai dengan baik.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan,

namun Penulis telah berusaha untuk semaksimal mungkin dengan baik. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Penulis

Ershad Wiladatika

Page 9: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ...................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 6

E. Metodologi Penelitian ....................................................... 7

F. Tinjauan Pustaka ............................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ........................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 12

A. Tinjauan Umum Tentang Fotografi .................................. 12

B. Tinjauan Umum Tentang Semiotik ................................... 37

C. Tinjauan Umum Tentang Toleransi ................................. 45

BAB III GAMBARAN UMUM LKBN ANTARA dan PAMERAN

FOTO BIANGLALA XINJIANG ........................................... 47

A. Gambaran Umum LKBN Antara ..................................... 47

B. Gambaran Umum Pameran Foto Bianglala Xinjiang ...... 53

BAB IV ANALISIS DATA FOTO BIANGLALA XINJIANG DI

PAMERAN GALERI FOTO ANTARA JURANALISTIK 21-

28 MARET 2014 .................................................................... 58

A. Data Foto 1 ....................................................................... 59

Page 10: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

vi

B. Analisis Data Foto 1 ......................................................... 56

C. Data Foto 2 ....................................................................... 65

D. Analisis Data Foto 2 ......................................................... 65

E. Data Foto 3 ....................................................................... 70

F. Analisis Data Foto 3 ......................................................... 70

G. Data Foto 4 ....................................................................... 75

H. Analisis Data Foto 4 ......................................................... 75

BAB V PENUTUP ............................................................................... 81

A. Kesimpulan ........................................................................ 81

B. Saran .................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 85

LAMPIRAN ................................................................................................... 88

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ............................................................................................................. 39

Tabel 2 ............................................................................................................. 43

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 ...................................................................................................... 47

Gambar 3.2 ...................................................................................................... 47

Gambar 4.1 ..................................................................................................... 59

Gambar 4.2 ..................................................................................................... 65

Gambar 4.3 ...................................................................................................... 70

Gambar 4.4 ...................................................................................................... 75

Page 11: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Percepatan pemakaian fotografi sebagai elemen berita dipacu besar-

besaran oleh terbitnya Majalah LIFE di Amerika Serikat sekitar tahun 1930-an.

Dunia foto jurnalistik bisa dikatakan berhutang besar kepada Wilson Hick yang

menjadi redaktur foto pertama majalah itu selama 20 tahun lamanya. Hick adalah

orang yang dianggap sebagai perintis kemajuan foto jurnalistik di dunia ini.

Sejak The Daily Graphic pada 16 April 1877 memuat sebuah seketsa

gambar untuk melengkapi informasi peristiwa yang diberitakan, kehadiran foto

(gambar visual) dianggap semakin penting. Bukan hanya sebagai pelengkap dan

penarik perhatian semata, hadirnya selembar foto yang merupakan gambar

otentik, mampu menghadirkan atmosfir peristiwa yang terjadi walaupun jauh dari

kursi pembaca.1

Menurut Clifton dalam Photo jurnalism, Priciples and Practies seorang

fotojurnalis pertama-tama adalah seorang wartawan. Mereka harus selalu

memotret langsung di jantung peristiwa yang tengah panas-panasnya, mereka

tidak bisa menciptakan foto dengan hanya mengangkat telefon. Mereka adalah

mata dunia, dan selalu harus bisa melihat dari dekat apa yang terjadi dan

melaporkannya.2

Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto termuka Magnum

Photo menjabaran, foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar,

melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang

1 Forum Diskusi “Fotografer.net” dengan tema: jurnalistik foto antara Foto Headline HARIAN UMUM vs Foto Sampul

Majalah Life Stylr/Artikel diakses pada 10 Oktober 2014 2 Clifron Cerdic Edom, Photojurnalis: priciples and practices (New York: William C Brown Pus., 1980), h.19.

Page 12: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

2

seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersebut mengungkap sebuah

cerita.3 Dan Oscar Motuloh, direktur Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) dalam

makalahnya, Suatu Pendekatan Visual Dengan Suara Hati menyebutkan, Foto

jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual

atas suatu peristiwa tersebut, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut,

tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Menurut menurut guru besar Universitas Missouri, AS, Clifton C. Edom,

foto jurnalis adalah panduan kata dan gambar, untuk itu jika kita ingin mengkaji

makna dari sebuah karya foto tidak dapat dipisahkan kaitan antara gambar dan

kata baik yang tertuang dalam rangkaian narasi, caption (keterangan) foto, atau

pada judul foto tersebut. Bahkan dari judul yang diberikan, kita bisa mendapati

sudut pandang subjektif seorang foto jurnalis yang menjadi saksi mata saat sebah

peristiwa terjadi. Dari hal tersebut, dapat pula kita lihat beberapa besar

kemampuan foto jurnalis mengkomunikasikan persepsi subjektifnya dengan

membingkai sebuah peristiwa dalam karya foto yang ditampilkannya. Sementara

menurut editor foto majalah Life dari 1937-1950, Wilson Hicks, „foto jurnalistik

adalah kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan

komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidian sosial

pembacanya.4

Fotografi tidak selalu tentang teknis. Tidak selalu tentang jam terbang atau

pengalaman, dan tidak melulu tentang alat. Fotografi lebih dari sekedar bidang

teknologi yang membantu media dalam menyampaikan sesuatu dalam bentuk

visual. Terlalu banyak faktor yang mempengaruhi fotografi itu sendiri dalam

3 Rully kesuma, disampaikan dalam seminar Foto Jurnalistik di GFJA tahun 2009

4 Audy Mirza Alwi. Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2004), h.4.

Page 13: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

3

perkembangan teknologinya. Tahun 80-90an ketika memotret adalah sebuah

kegiatan yang “mahal” dan tidak banyak orang yang menggelutinya, fotografi

berkembang perlahan tanpa ada perubahan yang signifikan. Tentu saja karena

pasar yang tidak mendukung produsen untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Memasuki tahun millenium, ketika kamera digital mulai di perkenalkan, peminat

fotografi mulai beranjak naik. Tahun 2005 fotografi lebih dimudahkan lagi

dengan kembali bermunculannya berbagai macam kamera digital dengan masing-

masing kelebihannya. Tidak hanya dengan segala kemudahan ini pula, semakin

banyak orang yang mencintai fotografi dan berbondong-bondong membeli kamera

hanya untuk sekedar mencoba. Semakin banyak orang yang menggeluti, semakin

kompleks pula keuntungan dan kerugian yang terjadi dalam dunia fotografi

sendiri.5

Dengan demikian nilai otentik dari foto jurnalistik sangatlah tinggi, karena

diambil langsung di lokasi dan ketika peristiwa tersebut terjadi. Walaupun gambar

diambil dari sudut pandang seorang foto jurnalis, bukan berarti pesan pada foto

tersebut bernilai subjektif, karena dia merekam peristiwa yang benar-benar terjadi

dan bukan mengkontruksi sebuah peristiwa. Rekaman gambarnya mewakili mata

pembaca menampilkan suasana merekam dalam peperangan, ketakutan; gegap-

gempitanya suatu perayaan tahun baru; semangat perubahan yang dibawa kaum

muda dan segala sesuatu yag berlangsung di belahan dunia lain. Foto karya Ismar

Patrizki bertajuk Bianglala Xinjiang, yang pernah ditampilkan dalam pameran di

GFJA, Pasar Baru Jakarta pada bulan Maret ini, menggambarkan tentang kondisi

kota Xinjiang, China, dia merekam kehidupan masyarakat Xinjiang. Foto keluarga

5 http://myphotography.blogdetik.com/tag/fenomena-fotografi/Artikel diakses pada 11 April 2015

Page 14: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

4

yang sedang makan siang di salah satu kebun kota di Xinjiang, misalnya, tidak

luput dari bidikan Ismar.

Foto karya ismar yang berkerja untuk Antara Photo, Indonesia, Gambar ini

menjadi sinyalemen bahwa China adalah negara yang damai, meski dalam kancah

politik global China dipersepsikan oleh Barat sebagai negara siap perang. Ismar

setidaknya memberi sudut pandang berbeda mengenai persepsi tersebut. Simak

saja foto yang memvisualisasikan wanita muslim dan non muslim yang sedang

mengabadikan foto kebun bunga matahari.

Obyek foto-foto Ismar didominasi aktivitas suku di Xinjiang. Ismar juga

jeli merekam kehidupan kaum urban perempuan China. Contohnya saja foto yang

menggambarkan aktivitas perempuan sedang berbelanja wig rambut di salah satu

sentra penjualan rambut palsu di teheran. Fotonya jelas menampilkan wanita

berparas jelita plus berhidung bangir.6

Ismar melakukan perjalanan jurnalistik dengan melakukan pertukaran

saksi mata tentang kota yang diabadikan kamera mereka. Ismar melakukan

reportase foto di Xinjiang. Serta beberapa kota di sekitar Xinjiang. Berkunjung

dan melihat langsung sebagai etnis di kawasan xinjiang selama sekitar tiga pekan

mulai akhir juli hingga pertengahan agustus 2013 rasanya tidalah cukup. Tidak

banyak yang bisa diungkap secara mendalam mengenai realita hidup etnis-etnis

minoritas di xinjiang.

Berpergian bisa mengubah sudut pandang terhadap segala hal. Area

terpencil berubah menjadi surga kecil yang terasing. Demikian juga daerah

konflik bisa jadi malah menyimpan pelajaran hidup penuh makna. Barat china pun

6 http://www.satulingkar.com/detail/read/8/2370/antara-teheran-dan-jakarta#sthash.VxtoJjkP.dpuf/ Artikel diakses pada 10

Oktober 2014

Page 15: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

5

menyimpan keajabain demikian. Jalur perdagangan yang terkenal dengan istilah

jalur sutra menjadi mutiaranya. Terbentang menghubungkan china, eropa dan

india. Jalur sutra menyimpan banyak keindahan dan kekayaan budaya, salah

satunya dijumpai di wilayah Xinjiang, China.

Terkait dengan hal ini, maka “pisau” analisis yang paling tepat digunakan

untuk membedah rangkaian foto-foto karya Ismar Patrizki adalah analisis

semiotik. Semiotik memecah-mecah kandungan tanda seperti teks ataupun pada

gambar menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wancana-

wancana yang lebih luas. Sebuah analisis semiotik menyediakan cara

menghubungkan tanda tertentu dengan sistem di mana ia beroperasi. Hal ini

memberikan konteks intelektual pada isi: ia mengulas cara-cara beragam unsur

tanda bekerja sama dan berinteraksi dengan pengetahuan kultural kita dalam

menghasilkan makna.7 Dengan demikian kajian tentang tanda (semiotika ) dinilai

efektif untuk mengkaji lebih dalam lagi makna-makna simbol yang dikekang

seorang fotografer dalam bingkai kameranya, ataupun untuk mencoba mencari

makna tersembunyi yang bernilai personal dari seorang foto jurnalis yang

terproyeksi dari judul yang diberikan dalam setiap bingkai fotonya.

Dengan latar belakang masalah tersebut dan analisis yang digunakan untuk

membantu penelitian ini dideskripsikan secara singkat dengan judul penelitian:

Analisis Semiotika Makna Toleransi Beragama Dalam Pameran Foto Bianglala

Xinjiang Karya “Ismar Patrizki”

7 Jane Stokes, How To Do Media and Cultural Studies, (Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2006), h.77.

Page 16: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

6

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Merujuk pada latar belakang diatas, maka penulis membatasi

penelitian pada pesan atau simbol yang mengandung simbol toleransi

beragama pada setiap foto dalam pameran Bianglala Xinjiang karya ismar

patrizki di Galeri Antara pada 21-28 Maret 2014 dengan menggunakan

analisis semiotika model Roland Barthes.

2. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak keluar dari konteks pembahasan, maka

penulis merumuskan masalah penelitian kepada tiga hal berikut:

1. Apa makna Denotasi yang terdapat pada foto yang mengandung

unsur toleransi beragama pada pameran Bianglala Xinjiang karya

Ismar Patrizki?

2. Apa makna Konotasi yang terdapat pada foto yang mengandung

unsur toleransi beragama pada pameran Bianglala Xinjiang karya

Ismar Patrizki?

3. Apa makna Mitos yang terdapat pada foto yang mengandung unsur

toleransi beragama pada pameran Bianglala Xinjiang karya Ismar

Patrizki?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitiannya sebagai berikut:

Page 17: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

7

a. Untuk mengatahui makna Denotasi yang terdapat pada adegan yang

mengandung unsur toleransi beragama pada pameran Bianglala

Xinjiang karya Ismar Patrizki.

b. Untuk mengatahui makna Konotasi yang terdapat pada adegan yang

mengandung unsur toleransi beragama pada pameran Bianglala

Xinjiang karya Ismar Patrizki.

c. Untuk mengatahui makna Mitos yang terdapat pada adegan yang

mengandung unsur toleransi beragama pada pameran Bianglala

Xinjiang karya Ismar Patrizki.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini bertujuan untuk kembali mengkaji relevansi dari teori

tentang simbol dan pemaknaan (semiotik), yang dalam hal ini terkait dengan

manifestasi pada komunikasi visual, yaitu foto jurnalistik. Sehingga diharapkan

hasil dari penelitian ini memberikan sedikit sumbangsih terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu komunikasi.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah pundi-pundi keilmuan dan memperdalam pemahaman

khususnya tentang semiotika dan kaitannya dengan ilmu komunikasi.

b. Memberi sedikit pemahaman tentang makna simbolis yang terdapat

foto jurnalistik.

c. Mengembangkan kajian tentang fotografi khususnya foto jurnalistik

bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 18: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

8

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif, di mana hasil temuan akan dideskripsikan kemudan ditinjau kembali

untuk dianalisis dari hasil pengamatan lapangan dan penelusuran pustaka. Metode

deskriptif kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial

yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic). Diambil dari bentuk

kata-kata dan diperoleh dari sesuatu yang ilmiah.

Dalam kajian semiotika dikenal beberapa tokoh terkenal selain Barthes,

yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Ketiganya cukup

popular dalam bidang kajian semiotika. Dalam penelitian ini, penulis memilih

Barthes karena penulis tertarik dengan formula yang diajukan Barthes dalam

membaca foto di dalam tatanan konotasi. Barthes mengajukan 6 tahapan dalam

membaca konotasi pada foto, yaitu trick effect, pose, object, photogenia,

aestheticisim, dan sintaksis.

2. Subjek, Objek, Tempat Penelitian, dan Narasumber.

Subjek dari penelitian adalah karya foto Ismar Patrizki dengan tajuk

Bianglala XInjiang yang dipamarkan di GFJA, pada tahun 2014. Dan objeknya

adalah 4 lembar foto yang dinilai dapat mewakili dari keseluruhan empat puluh

satu foto yang dipamerkan

Penelitian akan di laksanakan di GFJA, Jl. Antara No. 59, Pasar Baru,

Jakarta Pusat. Lembaga yang bekerja sama dengan Antara Photo dalam

Page 19: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

9

melenggarkan yang melahirkan foto-foto yang menjadi objek penelitian, Ismar

Patrizki.

3. Teknik Pengumpulan Data

Langkah selanjutnya ialah mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil

penelitian foto, dari empat puluh satu rangkaian foto seri yang ada, dipilih 4 foto

utama yang dianggap dapat mewakili beberapa foto lainnya. Kemudian data yang

diperoleh dari hasil wawancara dengan Ismar Patrizki, fotografer dari pameran

foto ini yang sekaligus narasumber utama, baik secara tatap muka maupun melalui

media jejaring sosial, serta dari dokumentasi pameran foto Bianglala Xinjiang

yang berupa katalog. Lalu mengelolah hasil temuan atau data dan meninjau

kembali data yang telah terkumpul. Seluruh data tersebut nantinya akan

dipaparkan dengan didukung oleh beberapa hasil temuan tinjauan pustaka yang

kemudian dianalisis.

4. Teknik Analisis Data

Menggunakan analisis semiotika Roland Barthes mengetahui makna denotasi,

konotasi, mitos di dalam foto jurnalistik pada pameran Bianglala Xinjiang

mengenai kehidupan masyarakat kota Xinjiang, China. Tahun 2014. Menurut

saussure, semiologi merupakan sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-

tanda di tengah masyarakat dengan demikian menjadi bagian dari disiplin

psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya

tanda-tanda tersebut berserta kaidah-kaidah yang mengaturnya.8

8 Alex Sobur. Semotika Komunikasi. (Bnadung: PT. Penerbit Remaja Rosdakarya, 2006), h.12.

Page 20: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

10

Konotasi dan denotasi sering sering dijelaskan dalam istilah tingkatan

represntasi atau tingkatan nama. Roland Barthes menggunakan istilah order of

signification. Tahap pertama dari order of signification adalah denoasi, sedangkan

tahap keduanya dalah konotasim makna denotasi merupakan penanda dan

penanda yang berbentuk tanda. Kemudian dari tanda tersebut muncul permaknaan

lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda (yang kemudian

dianggap sebagai penanda). Pemaknaan inilah yang kemudian menjadi konotasi.9

Tahap yang ketiga adalah membaca mitos. Menurut Claude Levi Strausse,

seorang antropolog skrukturalis, menyatakan bahwa satuan paling dasar dari mitos

adalah mytheme. Mytheme tidak bisa dilihat secara terpisah dari bagian lainnya.

Mytheme ini didapat dari konteks budaya dan teks.

5. Teknik Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini menunjuk kepada buku pendoman

penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid Nasushi dkk,

yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Develoment and Assurnce)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayattullah Jakarta.

F. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian yang berjudul “Analisis Semiotika Makna Toleransi Beragama

Dalam Pameran Foto Bianglala Xinjiang Karya “Ismar Patrizki”., terinspirasi oleh

skripsi “Analisis Semiotika Foto Daily Life Stories Pada World Press Photo

2012”, karya Aida Islamie dari UIN Syarif Hidayatullah, tahun 2010. Juga skripsi

“Makna Foto Berita tentang tragedi pembagian zakat di pasuruan pada

9 M. Antonius Birowo, ed. Metode Penelitian Komunikasi. (Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h.56.

Page 21: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

11

Kompas.com (Analisis Semiotika)”, karya Sandro Gatra Universitas IISIP, tahun

2009. Juga terinspirasi dari skripsi karya Fatimah mengenai “Makna Foto

Perjalanan Ibadah Haji (Analisis Semiotika Karya Zarqoni Maksum pada Galeri

Foto Antara.co.id)”. dari UIN Syarif Hidayatullah tahun 2008.

Kempat skripsi tersebut sama-sama membahas mengenai makna dan

simbol pada foto jurnlistik dengan menggunakan analisis semiotika. Tetapi foto

yang akan dianalisis tentunya berbeda dan juga berasal dari sumber yang berbeda.

Dengan pertimbangan, pameran foto yang diselenggarakan oleh GFJA

selalu dapat menjadi acuan perkembangan foto jurnalistik di Indonesia berkaitan

dengan tema-tema pameran yang diangkatnya. Dan pada penelitian ini, foto yang

akan dianalisa menggambarkan tentang kehidupan masyarakat kota Xinjiang.

G. Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, yaitu penjabaran masalah

mengenai foto jurnalistik, mengapa issue yang dianalisa adalah

kehidupan masyarakat kota Xinjiang, China, serta mengapa yang

dipilih adalah foto yang dipamerkan di Galeri Foto Jurnalistik

Antara. Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Kepustakaan dan

Sistematika Penulisan

Bab II: Menjabarkan landasan teori yang dipakai, isi penelitian yang

didapatkan dari hasil studi pustaka. Seputar fotografi, sejarah dan

perkembangannya, tentang fotografi jurnalistik, pengertian

semiotika, juga bagamana memahami makna atau simbol yang

Page 22: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

12

terdapat pada foto menggunakan analisis semiotik berdasarkan

teori Roland Barthes.

Bab III: Memaparkan profil LKBN ANTARA, sejarah berdirinya LKBN

ANTARA, profil ANTARA Foto. Tentang pameran Bianglala

Xinjiang, latar belakang, tim produksi, dan profil Ismar Patrizki.

Bab IV: Tahap penganalisisan data tentang makna atau simbol yang

terkandung dari foto jurnalistik di pameran Bianglala Xinjiang pada

tahun 2014 dengan menggunakan semiotik Roland Barthes.

Bab V: Kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk penggiat

fotografi dan Mahasiswa Fakultas Komunikasi khususnya Program

Studi Jurnalistik tentang makna, peran dan juga kekuatan daya tarik

dari foto jurnalistik.

Page 23: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Fotografi

1. Pengertian Fotografi

Lahirnya fotografi tidak dapat dilepaskan dari peran fisikawan muslim,

Ibnu Al-Haitham yang juga merupakan penemu dari lensa, yaitu benda yang

terbuat dari kaca yang mampu membiaskan ataupun juga memfokuskan cahaya

pada jarak tertentu.

Howard R Turner dalam bukunya “Science in Medieval Islam”

menyebutkan bahwa Ilmu optik merupakan penemuan ilmiah para sarjana muslim

yang paling orisinil dan penting dalam sejarah Islam.9Dan tercatat dalam sejarah

dunia, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham yang lahir di Basra, Persia (965-1039

M) sebagai bapak ilmu optik.

Berawal dari Ibnu Khaitam pada abad ke-10 Masehi yang sedang dalam

pengembaraan, dia melihat bayangan yang terproyeksi dari lubang kecil ke dalam

tendanya.Kejadian tersebut merupakan cikal-bakal lahirnya kamera obscura

(kamar gelap) yang merupakan prototipe dari kamera yang kita kenal saat ini.

Dalam buku “The History of Photography” karya Alma Davenport (1991),

disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang lelaki bangsa

Cina bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala fotografi serupa dengan apa

yang dialami oleh Ibnu Al-Khaitam tersebut.10

9 “Al-Kindi, Ibnu Sahl, Ibnu Al-Haitham : Tiga Ilmuwan Islam Pelopor Ilmu Optik”.

darihttp://hamba4wl.wordpress.com/2014/07/11/al-kindi-ibnu-sahl-ibnu-al-haitham-tiga-ilmuwan-islam-pelopor-ilmu-

optik/Artikel diakses pada 10 Oktober 2014. 10 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”, dari

http://www.pasarkreasi.com/news/detail/photography/67/sejarah-fotografi-dunia Artikel diakses pada 10 Oktober 2014

Page 24: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

14

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Fotografi merupakan seni dan

proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang

dipekakan.11

Secara harfiah fotografi terdiri dari dua kata dalam bahasa Yunani,

yaitu photos artinya cahaya, dan graphein yang artinya menulis atau

melukis.Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan

menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau

metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam

pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.

Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan

sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah

dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan

identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut

lensa).12

Fotografi umumnya dipandang sebagai suatu proses teknologi yang

memungkinkan kita membekukan waktu, gerak atau peristiwa. Dengan bantuan

bahan peka cahaya (film dan kertas) mengubahnya menjadi monochrome (hitam-

putih) ataupun berwarna (dikertass atau bahan transparan), sebuah foto pada

dasarnya adalah wujud suatu moment dari satu atau serangkaian gerak.13

Fotografi merupakan gabungan dari proses fisika dan kimia. Proses fisika

terjadi ketika cahaya yang memantul dari objek melewati lensa dan terekam pada

film yang peka cahaya. Proses kimia terjadi ketika gambar yang terekam di film

11Griand Giwanda, Panduan Praktis Belajar Fotografi, (Jakarta: Puspa Swara, 2001), h. 2 12 Superman, “Pengertian Fotografi”, dari http://www.forumkami.com/forum/forum-fotografi/3323-pengertian-

fotografi.html artikel diakses pada 17 Oktober 2014 13Ed Zoelverdi, Mat Kodak. (Jakarta: PT. Temprint, 1985), h. 76.

Page 25: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

15

tersebut dimunculkan dengan larutan-larutan kimia tertentu.14

Fotografi juga

merupakan suatu bentuk dari seni rupa, selain karena arti hafiahnya, yaitu melukis

dengan cahaya, juga dalam proses perekaman momentum dalam satu bingkai

(frame) terdapat suatu cita rasa estetis yang khas dan erat dengan nilai seni.

Henry Cartier-Bresson, seorang pelukis dan fotografer Prancis yang juga

mendirikan Magnum Photo –agensi foto internasional. Pencetus teori yang

terkenal dalam bidang fotografi, dessesive moment.Yaitu saat mata, hati dan

pikiran melebur ketika menekan shutter kamera merekam sebuah gambar.Dalam

hal ini selain penguasaan teknis operasional kamera secara jitu, dibutuhkan pula

sentuhan nilai estetis saat menyusun komposisi yang baik untuk menghasilkan

sebuah karya foto.

2. Sejarah Perkembangan Fotografi

a. Sejarah Fotografi Dunia

Peristiwa masuknya cahaya ke lobang tenda fisikawan asal Irak Ibnu Al-

Haitham, sehingga memproyeksikan bayangan ke dalamnya, menjadi inspirasi

dan merupakan cikal-bakal lahirnya kamera obscura.Pada mulanya kamera

benar-benar berupa kamar yang berukuran cukup besar dan kedap cahaya.

Terdapat lubang kecil seukuran jarum atau dikenal dengan pin hole di

tengahnya, berfungsi untuk masuknya cahaya sehingga terproyeksi pada

dinding di sisi lainnya. Pada tahap ini gambar yang dihasilkan masih samar,

karena itu kamera obscura kurang diminati. Biasanya penggunaan kamera ini

14Robi Irsyad, “Tentara Amerika Serikat dalam foto berita surat kabar nasional: Analisis semiotika foto berita tentang

tenatara Ameriaka Serikat selama 21 hari pertama

Page 26: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

16

hanya untuk mempermudah proses menggambar yang masih dilakukan secara

manual.

Adalah pelukis maestro Leonardo da Vinci yang juga seorang ilmuan pada

akhir abad ke-15, Ia menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal

muasal kata "kamera" itu dan mulai menyempurnakannya.15

Terdapat

teknologi baru dalam kamera ciptaanya ini, yaitu penerapan sistem refleksi

dan penggunaan lensa sederhana yang berfungsi untuk memproyeksikan

cahaya.Cahaya yang masuk ke dalam kotak, dipantulkan oleh cemin ke kain

tipis di atas permukaan kotak. Pada kamera temuan Da Vinci ini juga belum

digunakan proses kimiawi, karena kamera ini hanyalah alat bantu bagi pelukis

naturalis dan realis untuk membuat sketsa lukisan. Kain pada permukaan

kotak (kamera) tersebut kemudian dilapisi kanvas.Dengan tehnik tersebut

pelukis dapat membuat sketsa dengan lebih cepat dan akurasi yang baik,

karena pelukis hanya tinggal mengikuti alur dari gambar yang terproyeksi

pada kanvasnya.

Dari tangan seorang seniman, teknologi kamera kemudian dikembangkan

kembali oleh fisikawan. Penemuan lensa pada tahun 1550 dan sistem cetak

dengan proses kimiawi pada era 1826-1835 pun membawa teknologi fotografi

sampai pada tahapan modern. Penyempurnaan kamera hingga sampai pada

teknologi yang kita kenal saat ini melalui proses amat panjang.

Tercatat ada dua nama tokoh sentral sebagai Bapak fotografi modern, yaitu

William Henry Fox Talbot (1800-1877) dari Inggris dengan proses negatif-

positifyang diberi nama Proses “Calotype” atau “Talbotype” -yang kita kenal

15 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”.

Page 27: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

17

sekarang dengan film.16

Serta Louis-Jacques Mande‟ Daguerre (1787-1851),

seorang perancang panggung yang juga pelukis asal Perancis yang

mengembangkan emulsi basahnya yang diberi nama proses “Daguerreotype”.

Keduanya mendaftarkan royalti atas temuannya ini pada tahun yang sama,

yaitu tahun 1839. Namun demikian, sejarah mencatat foto pemanen pertama di

dunia bukanlah temuan Fox Talbot ataupun Louis Daguerre, melainkan

ekperimen karya seorang veteran Perancis, Joseph Nicephore Niepce pada

tahun 1826. Dia menggunakan kamera Obscura dan plat logam yang dilapisi

aspal Bitumen Judea untuk memotret pemandangan dari jendela rumahnya

yang memakan waktu mengekspos hingga delapan jam. Ia menamai proses

temuannya dengan nama “Heliogravure”, dan karya fotonya “View from The

Window at Le Gras” yang dinobatkan sebagai foto pertama di dunia tersebut,

kini tersimpan di University of Texas, Austin, AS.17

Penggunaan emulsi kering menjadi lebih populer ketika ditemukanya

gelatin, dan pada tahun 1887 film Seluloid yang berbahan dasar gelatin

diperkenalkan.George Eastman dengan perusahaannya, Kodak-Eastman yang

pertama kali memproduksi Roll Film dan kamera box praktis secara masal

pada tahun 1888.Dengan kamera yang lebih praktis dan telah diproduksi

masal, serta bentuknya yang mudah untuk dibawa (portable), perkembangan

fotografi pun melesat cepat ke seluruh penjuru dunia dan menyebar

keberbagai kalangan.Dan berkaitan dengan hal tersebut, Szarkowski,

menyebut Eastman-lah arsitek utama dunia fotografi modern.

16 Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta:2007. h. 61 17 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”,

Page 28: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

18

b. Sejarah Fotografi Indonesia

Pada mulanya, fotografi digunakan oleh para ilmuan dari negara-negara

kolonial sebagai pelengkap data yang berfungsi untuk memberi gambaran

visual secara jelas kehidupan masyarakat dari bangsa yang akan mereka jajah.

Dengan gambaran visual, data tentang potensi dan kondisi geografis tanah

jajahan terlihat lebih rinci.

Tercatat pada tahun 1841, Juriaan Munich seorang pegawai kesehatan

Belanda mendapat perintah dari Kementrian Kolonial untuk berlayar ke

Batavia dengan membawa daguerreotype, guna mengabadikan tanaman-

tanaman serta mengumpulkan informasi mengenai kondisi alamnya.18

Dengan jalur kolonialisme fotografi sampai ke bumi Nusantara, bahkan

hanya tiga tahun sejak ditemukannya teknologi kamera modern. Umur

fotografi yang cukup tua di Indonesia tidak dibarengi dengan lahirnya

fotografer lokal, selain saat itu kamera masih termasuk barang mewah, juga

tentu saja karena Belanda hanya mempercayakan proses pemotretan pada

ilmuan dari negaranya, serta fungsi fotografi yang masih berkaitan dengan

kepentingan riset kolonialisasi.

Latar itulah yang menjelaskan mengapa selama 100 tahun (1841-1941)

keberadaan fotografi di Indonesia, secara ekslusif hanya dikuasai oleh orang

Eropa, sedikit orang Cina dan Jepang.19

Fotografer berdarah pribumi pertama yang tercatat dalam sejarah yaitu

Kasian Cephas. Pria kelahiran Yogyakarta, 15 Februari 1844 ini adalah

waraga pribumi yang diangkat sabagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk

18 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”. 19 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”,

Page 29: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

19

dan Eta Philipina Kreeft, yang kemudian disekolahkan ke Belanda. Cephas

kemudian dikenal dalam dunia fotografi sebagai fotografer Keraton

Yogyakarta, tepatnya pada era kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuono ke-

VII.Foto tertua Cephas yang ditemukan adalah karyanya yang dibuat pada

tahun 1875.

Masuknya Jepang pada tahun 1942 merupakan babak baru dalam sejarah

fotografi di Indonesia.Jepang yang menduduki Kantor Berita Antara dan

mengganti namanya menjadi Domei, melatih orang Indonesia menjadi

fotografer untuk memperkuat kebutuhan propaganda. Kemudian muncul nama

Alex Mendur dan adiknya Frans Mendur. Lewat Mendur bersaudara inilah

fotografi Indonesia berkembang pesat.Keputusan mereka untuk independen

dan tetap setia mengawal kemerdekaan dengan karya fotonya, memposisikan

fotografer pribumi sejajar dengan bangsa lainnya.

c. Perkembangan Dunia Fotografi

Fotografi pada perkembangannya lebih lanjut bukan hanya sekedar

pelengkap data analisis para antropolog, tetapi jauh berkembang terutama

sebagai sebuah karya seni.Pengaruh pakem estetis dari senirupa berperan

besar pada masa ini. Setelah mendapat tempat dalam ruang seni, fotografi

semakin popular, penggunaannya pun merambah ke berbagai bidang dan

melahirkan beberapa aliran: dari seni murni (fine art), komersial, hingga

jurnalistik.

Penggunaan foto dalam bidang komersial sebagai pengenal produk pasca

revolusi industri serta sebagai mata dunia dalam bidang jurnalisme,

menyebabkan foto dicetak secara massal dan menjadi konsumsi publik dalam

Page 30: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

20

poster, banner dan surat kabar yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-

hari, pada tahap ini fotografi mulai masuk dalam salah satu bentuk komunikasi

masa. Makna yang terkandung dalam sebuah foto dapat mengandung unsur

propaganda dan kampanye suatu pesan tertentu, serta produksinya secara

massal membuat fotografi mendapat perhatian khusus dalam kajian

komunikasi masa. Sifat foto yang statis membuatnya dapat dilihat berulang-

ulang, tidak seperti video yang dinamis dan sepintas-lalu, sehingga sebuah

foto dapat menampilkan gambar dengan lebih detail dan menimbulkan efek

seperti yang disebutkan Jean Boudillard (1988) sebagai sebagai hyper-reality,

yaitu apa yang ditampilkan dalam media terlihat jauh lebih dramatis, yang

dianalogikan dengan jarum bahkan dapat terlihat bagai pedang dalam media

masa.

d. Aliran dalam Fotografi

Aliran dalam hal ini bukanlah penganut faham tertentu, melainkan menilik

fotografi dari ragam dan karakternya, serta penggunaan dari foto tersebut

diperuntukkan. Dilihat dari jenis-jenis foto yang berkembang, terdapat

karakter menonjol dan khas yang dapat terpantau secara kasat mata serta

membedakan jenis foto tertentu dengan jenis lainnya, hal ini dikarenakan oleh

kayanya ragam dalam kajian seni visual yang telah diawali oleh kaka kandung

fotografi, yaitu seni lukis.

Terdapat beberapa aliran dalam fotografi, antara lain:

1) Fine Art Photography

Fine art dikenal juga dengan aliran fotografi seni murni.karena merupakan

sebuah karya seni, maka tak ada pekem, plot, ataupun aturan baku dalam

Page 31: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

21

aliran ini. Perkembangannya mengikuti arus perubahan budaya seni yang

sedang berkembang. Jika dilihat dari subjek fotonya pun beragam dan tak

terbatas, nilainya sangat erat dengan subjetifitas sang fotografer.

2) Landscape Photography

Landscape photography merupakan salah satu aliran foto yang paling

popular.Ragam foto yang menampilkan keindahan alam ini banyak diminati,

karena foto pemandangan alam (landscape) mudah dicerna dan dinikmati oleh

berbagai kalangan.

3) Portraiture Photography

Foto portraiture menampilkan manusia sebagai subjek utamanya.Poin

utama dari aliran foto ini adalah kemampuannya untuk menggambarkan

karakter seseorang dalam sebuah gambar. Terkadang foto portaiture tampil

dengan natural, namun karakter tokoh utamanya tetap nampak secara jelas.

4) Comercial Photography

Foto komersial ini adalah jenis aliran foto yang memang mengkhususkan

diri pada kebutuhan periklanan. Ragam fotonya dari display sampel produk

hingga visualisasi citra produk tersebut (brand image).

5) Still-Live Photography

Still live photo adalah aliran fotografi yang secara khas memotret benda-

benda mati. Walaupun subjek fotonya adalah benda mati, namun foto-foto

yang dihasilkan terkesan hidup, karena benda-benda tersebut seakan memiliki

sifat dan karakter yang dibentuk oleh fotografernya.

6) Documentary Photography

Page 32: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

22

Bisa dikatakan foto dokumenter adalah cikal-bakal dari fotografi itu

sendiri.Fungsinya sebagai pencatat dan saksi visual kehidupan dan budaya

suatu masyarakat, sudah dimulai sejak fotografi bersama para ilmuan dunia

berlayar mengelilingi permukaan bumi.

7) Wild-life Photography

Hampir serupa dengan foto dokumenter, namun yang direkam bukan

tentang kebudayaan masyarakat tertentu, melainkan kehidupan binatang liar di

habitat aslinya.

8) Jurnalism Photography

Unsur dasar dari foto jurnalistik adalah nilai berita yang mutlak

terkandung di dalamnya. Foto juga harus memuat informasi 5W+H, yaitu:

what, who, when, where, way + how; asupan informasi yang harus dipenuhi

sehingga dapat dikategorikan sebagai sebuah berita. Foto berita biasanya

dilengkapi pula oleh caption / keterangan foto.

9) Street Photography

Street photography adalah aliran foto yang berkembang seiring dengan

pertumbuhan budaya akibat arus urbanisasi (urban culture). Foto-fotonya

sangat khas, baik dari segi display maupun subjek dari foto itu sendiri sangat

kental dengan budaya urban.

3. Foto Jurnalistik

Awal mula fotografi masuk dalam halaman surat kabar adalah sejak

Mathew Brady membuat gambar realis yang melukiskan suasana perang, gambar

tersebut ternyata menarik perhatian para pembaca suratkabar sekaligus

Page 33: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

23

membangun kesan tentang suatu peristiwa.20

Ini adalah awalan penggunaan

gambar dalam jurnalistik dan berawal dari pemakaian lukisan dalam media.

Kemudian pada 16 April 1877, The Daily Graphic adalah suratkabar pertama

yang memuat gambar (foto) sebagai berita,foto tentang sebuah peristiwa

kebakaran.21

Pada tahun 1937-1950, terbit majalah Life di Amerika Serikat, Majalah

tersebut menghadirkan foto dalam porsi yang lebih besar dari pada tulisan dalam

penyajian beritanya.Wilson Hicks merupakan pelopor fotojurnalis yang juga

adalah editor foto majalah tersebut membuat kehadiran fotografi sebagai salah

satu elemen berita, berkembang semakin pesat. Pada tahap ini foto jurnalistik

telah hadir dengan derajat yang sama dengan tulisan, karena kehadirannya telah

menjadi elemen berita itu sendiri, bukan hanya sebagai unsur pelengkap semata.

Setelah foto memenuhi setiap halaman pada surat kabar, kehadira foto

jurnalistik pun mendapat perhatian dari banyak pakar Ilmu Komunikasi. Sifatnya

yang statis dan mampu membekukan suatu peristiwa, bahkan yang terjadi dalam

durasi hanya sekejap, membuat foto dapat dilihat berulang-ulang, tidak seperti

video yang dinamis dan sepintas-lalu, sehingga sebuah foto dapat menampilkan

gambar dengan lebih detail dari sebuah peristiwa. Oleh karenanya foto dapat

dengan mudah dicerna berbagai kalangan dan menyebabkan efek psikologis

secara langsung terhadap pembaca surat kabar.

Ada sebuah jargon klasik dalam dunia jurnalisme yang mengatakan “bad

news is a good news”. Tak pelak pemberitaan pun terjebak dalam peristiwa-

peristiwa yang merupakan bencana, baik adalah bencana alam yang memakan

20Drs. Asep Saeful Muhtadi, M.A, Jurnaslitik (Pendekatan Teori dan Praktek), Logos Wacana Ilmu, Jakarta:1999, h.

100 21 Artikel “Sejarah Fotografi By: Arbain Rambey”, dari http://www.berilmu.com/photography1.php. Artikel diakses

pada 10 Oktober 2014

Page 34: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

24

banyak korban, maupun bencana kemanusiaan yang menumpahkan banyak darah,

seperti: krisis pangan maupun perang sipil berkepanjangan yang melanda hampir

seluruh Benua Afrika dan juga sebagian wilayah Timur Tengah.

Satu bingkai foto hasil dari jendela bidik kamera yang sempit, justru dapat

menampilkan hal kecil menjadi jauh lebih besar, seperti yang disebutkan oleh ahli

komunikasi penganut mazhab kritis, Jean Boudillard sebagai hyper-reality, yaitu

apa yang ditampilkan dalam media terlihat jauh lebih dramatis. Ditakutkan hal ini

dapat berakibat pada kondisi emosional dan membangun persepsi yang berlebihan

bahkan menyimpang dari penerima pesan media masa, seperti hasil penelitian

yang dilakukan pada pecandu televisi oleh pencetus teori kultivasi George

Garbner, yang menemukan bahwa tayangan kekerasan dan unsur sensual dapat

berpengaruh pada kondisi psikologis pemirsanya. Oleh karena itu, seluruh

tayangan media masa termasuk foto jurnalistik untuk mengikuti haluan penyiaran

yang terumus dalam kode etik jurnalistik.Ada batasan-batasan tertentu dalam

penayangan berita tergantung hukum yang berlaku pada suatu negara serta

segmentasi dari pengkonsumsi paket berita tersebut.

Dan menurut Wilson Hicks foto jurnalistik adalah kombinasi dari kata dan

gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara

latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Jika dilihat dari fungsi foto

jurnalistik menurut Edwin Emery, antara lain adalah untuk menginformasikan (to

inform), meyakinkan (to persuade) dan menghibur (to intertaint).22

Foto jurnalistik adalah bagian dari komunikasi massa, adapun yang

membedakan sebuah foto sehingga dapat dikategorikan sebagai foto jurnalistik,

22 Drs. Asep Saeful Muhtadi M.A, Jurnalistik (Pendekatan Teori dan Praktek), Logos Wacana Ilmu, cet II,

Jakarta:1995, h. 102

Page 35: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

25

yaitu foto jurnalistik di dalamnya mengandung unsur-unsur berita, serta

mencantumkanketerangan foto yang mengandung informasi 5W+H, selain itu

juga dapat dilihat dari karakter fotonya yang berbeda dengan foto lainnya. Frank.

P. Hoy “Photojournalism The Visual Approach” menyebutkan ada delapan

karakter foto jurnalistik:23

a) Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto. Komunikasi yang

dilakukan akan mengeksprisikan pandangan wartawan foto terhadap suatu

subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

b) Medium foto jurnalistik adalah media koran atau majalah, dan media kabel

atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire services).

c) Kegiatan foto jurnalistik adalah melaporkan berita.

d) Foto jurnalistik adalah panduan dari foto dan teks.

e) Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus

pembaca foto jurnalisitik.

f) Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass

audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus

segera diterima orang yang beraneka ragam.

g) Foto jurnalistik merupakan hasil kerja editor foto.

h) Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian

informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan

kebebasan pers (freedom of speech and freedom of press).

Foto jurnalistik merupakan salah satu unsur pemberitaan, oleh karena itu

harus juga memenuhi nilai berita, yang antara lain:

23Audy Mirza Alwi. Foto Jurnalistik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004). h.5.

Page 36: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

26

aktual,

kejadian luar biasa,

peristiwa penting,

mengandung unsur ketokohan,

memiliki kedekatan dengan pembaca,

berkaitan tentang kemanusiaan,

bersifat universal.

World Press Photo, organisasi foto jurnalis yang kerap menjadi acuan

para fotografer dunia mengkategorikan beberapa foto berita, antara lain24

:

a) Spot Photo

Foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal. Misalnya foto

kebakaran, kecelakaan dan sebagainya. Foto jenis ini harus segera

disiarkan karena merupakan sesuatu yang up to date.

b) General News Photo

Adalah foto yang yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal,

rutin dan biasa. Temanya bisa bermacam-macam, yaitu : politik, ekonomi

dan humor.

c) People in The News Photo

Adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita,

yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu.

d) Daily Life Photo

Adalah foto yang tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang

dari segi kemanusiawiannya (human interest).

24 Audy Mirza Alwi. Foto Jurnalistik. h.8-9.

Page 37: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

27

e) Portrait

Adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up

dan “mejeng”. Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang

dimiliki atau kekhasan lainnya.

f) Sport Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa olah raga.

g) Science and Technology Photo

Adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada

kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

h) Art and Culture Photo

Adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.

i) Social and Environment

Adalah foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan

hidupnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pemberitaan serta penyajiannya, foto berita

terbagi menjadi dua, yaitu: foto tunggal (single photo), dan foto seri (storie

photo).

1) Foto Tunggal

Adalah foto yang memiliki informasi cukup lengkap dan lugas secara

visual sehingga dapat berdiri sendiri tanpa perlu diperkuat oleh kehadiran foto

lainnya.

2) Foto Seri

Adalah rangkaian beberapa foto yang membangun suatu cerita.Foto seri

biasanya digunakan untuk memberikan gambaran menyeluruh dan lengkap

Page 38: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

28

tentang suatu peristiwa. Dalam foto seri terdapat tiga bagian foto, yaitu:

pembuka, isi, dan penutup.

a) Foto Pembuka, berfungsi sebagai pengantar untuk memasuki suatu

cerita. Biasanya menampilkan foto yang unik dan menarik.

b) Foto Isi, adalah foto yang mengandung konten utama dari peristiwa

yang hendak diceritakan.

c) Foto Penutup, yaitu foto yang menutup cerita tersebut. Bisa berupa

konklusi, klimaks ataupun anti-klimaks dari peristiwa tersebut.

Foto Jurnalistik dan Jurnalistik Baru

Pada era jurnalistik lama, cara kerja wartawan hanya terfokus pada

kegiatan reportase berupa pencatatan peristiwa berdasarkan fakta dan memuat

pemberitaannya di media massa. Akhirnya muncul para perintis yang mulai

mendobrak aturan dan kaidah jurnalisme lama.Mereka melakukan inovasi

dalam bentuk tulisan, penyajian, serta teknik liputan. Kehadiran jurnalistik

baru yang lahir dan tumbuh sepanjang tahun 1960-andi Amerika Serikat ini

telah memberi keragaman bentuk penulisan bagi para pekerja jurnalis.

Mengikuti arus perkembangan kehidupan, wartawan kini mulai membuka diri

terhadap wacana teknik jurnalisme baru yang tidak lagi membatasi ruang

gerak mereka dalam batas deadline dan teknik penulisan straight news yang

dianggap kuno.25

Menurut Jacob Oetama dan Atmakusumah, Ada delapan teknik jurnalisme

baru, yaitu26

:

a. Jurnalisme Empati (Emphaty Journalism)

Jurnalisme yang erat kaitannya dengan rasa empati dan iba

wartawan yang tumbuh ketika melakukan tugas jurnalistik.Wartawan

harus bisa membangun rasa empati dengan narasumber.

b. Jurnalisme Kekerasan / Perang (Violence Journalism)

25Eni Setiati. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan.(Jakarta: Andi Publisher, 2005) h.12 26 Becil Ucil. Jurnalistik baru, dari http://becilucil.blog.com/2011/01/31/jurnalistik-%E2%99%A5-jurnalistik-baru-

new-jurnalism-%E2%99%A5/ .Artikel diakses pada 18 Oktober 2014.

Page 39: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

29

Pemberitaan ini hanya terfokus pada arena atau tempat terjadinya

konflik kekerasan dengan menonjolkan informasi (dampak fisik dari kasus

tersebut) danlebih mengeksploitasi kekerasan yang tampak.Dalam

pemberitaannya wartawan menggunakan teknik Violence Journalism yang

memungkinkan ikut larut dalam emosi untuk memihak pada salah satu

kelompok yang berkonflik dan wartawan bisa menilai secara sepihak.

c. Jurnalisme Perdamaian (Peace Journalism)

Merupakan jurnalisme modern yang berpegang pada asas

imparsialitas (kebenaran) dan faktualitas (berdasarkan fakta).Jurnalisme

damai dirumuskan oleh wartawan senior John Galtung.Rune Ottosen

Wilhem Kempt dan Maggie O‟Kane, tujuannya untuk mencegah

kekerasan di masyarakat.Jurnalisme ini mengajarkan wartawan untuk tidak

turut dalam bagian pertikaian merupakan bagian dari pencari solusi.

d. Jurnalisme Advokasi (Advocacy Journalism)

Merupakan kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan

dengan cara menyatukan opini ke dalam berita. Berdasarkan hasil

reportase, wartawan mengarahkan fakta untuk membentuk opini

publik.Penulisan jurnalistik advokasi lebih mempercayai objektifitas fakta

dari berita yang dicampur dengan pikiran wartawan.Penyajiannya lebih

banyak ditujukan untuk kepentingan tertentu yang disajikan dalam bentuk

pemberitaan fakta dan peristiwa.

Page 40: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

30

e. Jurnalisme Alternatif (Alternative Journalism)

Kegiatan jurnalistik ini biasanya dilakukan untuk penulisan berita

yang menyangkut publikasi internal, misalnya tulisan-tulisan yang khusus

menampilkan hasil liputan untuk mengkritik terhadap seseorang yang

lebih personal.Pemuatan jurnalistik alternatif membentuk sekelompok

audience yang dijadikan target konsumen dengan tujuan memukul

penguasa di suatu daerah tertentu. Jurnalisme alternatif adalah cerminan

suara rakyat dan merupakan sebuah medium perjuangan, biasanya

bermuatan kritis terhadap kemapanan (status qou).Isinya tidak memuat

pernyataan pejabat melainkan menyuarakan dan memberi empati kepada

rakyat.Selain itu juga merupakan penggabungan antar unsur kebebasan

dan kontrol diri pada tanggung jawab sosial.

f. Jurnalisme Presisi (Precision Journalism)

Merupakan kegiatan jurnalistik yang menekankan pada ketepatan

(presisi) informasi dengan menggunakan pelaporan ilmiah dengan tujuan

agar hasil laporan lebih representatif.Liputan jurnalistik presisi

menggunakan metode ilmiah yang terencana dan sistematis.

g. Jurnalisme Sastra (Leterary Journalism)

Kegiatan jurnalistik dengan memasukkan unsur reportase secara

inovatif, gaya penulisannya tidak hanya berdasarkan feeling tetapi

ditunjang oleh riset sehingga wartawan tidak hanya mengandalkan liputan

berdasarkan hasil interview.Jurnalistik sastra menggunakan gaya penulisan

tutur untuk reportase human interest. Pers banyak menggunakan liputan

Page 41: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

31

ketegangan situasi dengan menerapkan konsep penulisan liputan bergaya

sastra.

Perkembangan dunia jurnalistik ke arah jurnalistik baru juga sedikit-

banyak mempengaruhi foto jurnalistik, baik dari konten, layout, maupun

display penyajiannya. Fotografi jurnalistik tidak hanya sekedar menampilkan

berita secara dangkal ataupun sekedar menjadi ilustrasi atas suatu peristiwa,

tetapi juga menyentuh perasaan dan sarat akan nilai estetis.

Foto jurnalistik di era jurnalistik baru tidak lagi kaku, sekedar memberikan

informasi 5W+H, tetapi juga memperhatikan faktor keindahan untuk

menggugah pembaca.Medium foto jurnalistik kini tidak hanya di media cetak

dan elektronik saja, bahkan merambah ke ruang-ruang galeri seni.

4. Unsur-unsur dalam Fotografi

a. Unsur Teknis

1) Pencahayaan

Secara harfiah, fotografi adalah melukis dengan cahaya.Dapat dikatakan

cahaya adalah cat lukisnya; sedangkan film atau sensor digital adalah

kanvasnya; serta kamera itu sendiri adalah kuasnya.Oleh karena itu cahaya

adalah unsur utama dari fotografi, dan diperlukan kecakapan tehnis

penguasaan kamera untuk mengaturnya, mengingat kanvas dalam fotografi

adalah benda yang sangat peka terhadap cahaya, kesalahan dalam

pencahayaan dapat berakibat kerusakan permanen pada foto.

Pencahayaan (exposure) adalah proses pemasukan cahaya untuk

mengekspos medium peka cahaya baik berupa film maupun sensor digital

Page 42: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

32

pada tingkat luminitas tertentu sehingga terekam sebuah citra. Ada tiga unsur

dalam pengatuan tingkat luminitas pencahayaan, yaitu:

Rana atau speed (s), yaitu jendela pada kamera yang mengatur masuknya

cahaya dengan cara buka-tutup dalam satuan waktu tertentu sehingga

dapat mengatur cepat-lambatnya cahaya masuk kedalam kamera. Satuan

angka indikatornya dimulai dari: 1” (satu detik); 2 (1/2 detik); 4; 8; 15;

30; 60; 125; 250; 500; 1000; 2000; 4000; 8000.

Diafragma (f/), mengatur lebar-sempitnya bukaan lubang cahaya pada

lensa, yang bekerja untuk menyesuaikan sedikit-banyaknya cahaya yang

masuk kedalam kamera. Satuan angka indikatornya antara lain: 1,2; 2;

3,5; 4; 5,6; 8; 11; 16; 22; 32.

Tingkat kepekaan film atau sensor digital dalam menangkap cahaya

yang dinyatakan dalam satuan International Standart Organization

(ISO). Angka indikatornya: 50; 100; 200; 400; 800; 1600; 3200; 6400.27

Untuk mengukur ketepatan pencahayaan pada suatu tingkat luminitas

tertentu, digunakan light meter, baik yang terdapat dalam kamera ataupun

light meter genggam (hand healt).Light meter berguna sebagai petunjuk untuk

mendapatkan pencahayaan dengan kombinasi dari bukaan f/, s, dan ISO dalam

satuan tepat (normal/correct), kurang (under), dan lebih (over) dalam suatu

kondisi cahaya tertentu.

Bila dilihat dari sumbernya, cahaya memiliki dua jenis pencahayaan, yaitu:

cahaya natural (aveliable light), yaitu matahari; serta cahaya buatan (artificial

27Prof.Dr.r.m.Soelarko, fotografi untuk salon foto dan lomba foto. (Bandung: PT. Karya Nusantara:1978) h.13

Page 43: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

33

light), yaitu cahaya yang bersumber baik dari berbagai jenis lampu, cahaya

lilin, maupun lampu flash/blitz.

2) Tehnik Pemotretan

Selain memahami tiga kombinasi pencahayaan serta kemampuan untuk

menggunakan light meter, fotogrfer pun harus memahami seluk-beluk

teknologi kamera yang akan juga berpengaruh pada penerapannya saat

memotret.

a) Diafrgma yang disimbolkan dengan “f/”,

Yaitu lebarnya bukaan lubang cahaya pada lensa yang terukur

dengan satuan angka yang terlihat pada leher lensa, selain berfungsi untuk

jalur masuknya cahaya, juga berpengaruh pada ruang tajam (depth of field)

yang terlihat pada hasil pemotretan.Semakin lebar bukaan f/, maka

semakin sempit ruang tajamnya; begitu pula sebaliknya. Ruang tajam luas

dapat dilihat dalam angka indikator, yaitu <f/5,6. Sedangkan angka f/8

adalah ruang tajam sedang, dan >f/11 adalah ruang tajam sempit.

Ruang tajam adalah luasnya tingkat ketajaman gambar pada sebuah

medium dua dimensi (foto).Selain lebar-sempitnya f/, ruang tajam juga

dipengeruhi oleh focal length, yaitu panjang-pendeknya titik bakar lensa,

biasanya menggunakan satuan ukur mili meter.Perbedaan jenis lensa wide,

normal, dan tele memiliki perbedaan pula titik bakarnya. Semakin panjang

titik bakar lensa (tele) akan berpengaruh pada semakin sempitnya ruang

Page 44: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

34

tajam, dan lensa dengan titik bakar lebih pendek (wide) berlaku

sebaliknya.

b) Kecepatan rana yang sisimbolkan dengan “S”,

Yaitu kecepatan buka-tutup jendela rana.Satuan kecepatanya

terukur dalam detik yang dapat disesuaikan dengan panel yang terdapat

pada badan kamera.Rana cepat digunakan untuk menangkap gerakan

subjek cepat, dan speed lambat digunakan dalam pencahayaan yang

cenderung lebih redup. Yang termasuk dalam kecepatan lambat yaitu

<S:30 pada angka indikator. S:60 merupakan kecepatan sedang, dan

kecepatan tinggi adalah >S:125.

Kecepatan rana tinggi digunakan untuk menagkap gerakan cepat,

seperti dalam olah raga, menagkap ekspresi wajah, dsb.Sedangkan

kecepatan rendah digunakan untuk menangkap kesan bergerak pada

subjek.

c) ISO,

Yaitu satuan kepekaan media rekam (film) terhadap cahaya.Pada

kondisi cahaya yang terik digunakan film dengan kepekaan rendah, dan

pada kondisi redup digunakan film dengan tingkat kepekaan yang lebih

tinggi.

d) Penajaman gambar (focusing),

Yaitu penyesuaian titik bakar gambar yang diproyeksikan pada

medium rekam.Focusing dilakukan dengan menyetel gelang fokus yang

terdapat pada bagian depan lensa.

Page 45: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

35

Setelah memahami tehnik penggunaan kamera, seorang fotografer dapat

memenfaatkannya untuk menghasilkan foto yang lebih menarik, antara lain:

a) Freezing, yaitu membekukan gambar subjek bergerak dengan tehnik

menggunakan speed cepat, sehingga menghasilkan gambar yang detail

dan tajam serta memberikan efek pause pada gerakan subjek.

b) Panning, yaitu memotret subjek bergerak dengan tehnik kamera

mengikuti gerakan subjek serta menggunakan speed lambat. Gambar

yang dihasilkan akan terekam tajam pada subjek, namun ada kesan

bergerak karena latar belakang yang kabur.

c) Moving, yaitu memotret dengan speed lambat sehingga dapat

menangkap kesan bergerak pada subjek. Yang membedakan dengan

tehnik panning adalah kamera yang tidak bergerak pada tehnik moving.

d) Silhuette, yaitu memotret subjek foto dengan tehnik kamera berhadapan

langsung dengan sumber cahaya, sehingga menghasilkan gambar di

mana subjek terlihat seperti bayangan.

Dengan memanfaatkan teknik tersebut, foto akan terlihat lebih menarik

dan dinamis serta tidak monoton.

b. Unsur Estetis

1) Sudut Pandang

Berdasarkan sudut pengambilan gambar (camera angle)28

a. Bird Eye View

Pengambilan gambar dilakukan dari atas ketinggian tertentu,

sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan

28 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik, h. 46.

Page 46: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

36

benda-benda lain yang tampak di bawah sedemikian kecil.Pengambilan

gambar biasanya menggunakan helicopter maupun dari gedung-gedung

tinggi.

b. High Angle

Menempatkan objek lebih rendah dari pada kamera, atau kamera

lebih tinggi daripada objek, sehingga yang terlihat pada kaca pembidik

objek yang terkesan mengecil.Sudut pengambilan gambar tepat di atas

objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatis yaitu

kecil atau kerdil.

c. Low Angle

Menempatkan kamera lebih rendah dari objek, atau objek lebih

tinggi dari kamera, sehingga objek terkesan membesar.Sudut

pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle.Kesan

yang ditimbulkan dari sudut pandang ini yaitu keagungan atau kejayaan.

d. Eye Level

Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata

objek, tidak ada kesan dramatis tertentu yang didapat dari eye level ini,

yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.

e. Frog Level

Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan

tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat

besar.

Pemilihan angle dalam pengambilan sebuah foto dapat memberi kesan

keberpihakan, simpati, kekaguman maupun perlawanan dalam pesan yang

Page 47: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

37

disampaikan.Selain makna tersirat tersebut, sudut pengambilan gambar juga

berfungsi sebagai pengaturan komposisi dan proporsi untuk menempatkan

subjek agar lebih menarik secara visual.

2) Komposisi

Komposisi merupakan pengaturan tatanan gambar dalam satu

frame.Komposisi berperan untuk menempatkan subjek secara menarik, serta

mengarahkan mata pemandang langsung ke subjek utama dari foto tersebut

sehingga dapat segera memahami pesan visual yang disajikan oleh fotografer.

Mengatur komposisi sebuah foto dapat dilakukan dengan beberapa tehnik,

antara lain dengan menggunakan:

1) Aturan 1/3 (rule of third)

Yaitu membagi proporsi sebingkai foto dalam tiga bagian secara

vertikal dan tiga bagian horizontal, kemudian menempatkan subjek pada

empat titik persilangan garis tak-nyata (imaginer) pembagi.

2) Latar depan (foreground) dan latar belakang (background)

Memanfaatkan latar belakang dan/atau latar depan sebagai pengisi

ruang kosong dalam sebuah bingkai, serta melengkapi informasi tentang

set tempat dari suatu peristiwa.

3) Sudut pandang (perspektif)

Memanfaatkan elemen garis imaginer untuk mengarahkan mata

pemandang foto langsung kepada objek yang dituju.

Mengatur komposisi gambar, selain bermafaat sebagai pemanis tampilan

foto, juga berguna untuk memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh

fotografer dalam sebingkai fotonya.

Page 48: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

38

B. Tinjauan Umum Tentang Semiotik

1. Pengertian Semiotik

Semiotik merupakan sebuah model ilmu pengetahuan sosial dalam

memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut

“tanda”.29

Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang

berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili

sesuatu yang lain. Contohnya : asap bertanda adanya api.Secara Terminologis,

semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang

terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.

1. Semiotika dalam Fotografi (Roland Barthes)

Menurut Seno Gumira Ajidarmadalam “Kisah Mata”, foto adalah suatu

pesan yang dibentuk oleh sumber emisi, saluran transmisi dan titik

resepsi.Struktur sebuah foto bukanlah sebuah struktur yang terisolasi, karena

selalu berada dalam komunikasi dengan struktur lain, yakni teks tertulis, judul,

keterangan, artikel, yang selalu mengiringi foto.Dengan demikian pesan

keseluruhannya dibentuk oleh ko-operasi dua struktur yang berbeda.30

Memaknai isi pesan dalam foto tidak hanya didapat dari subjek yang

terdapat di dalamnya saja, tetapi terkait juga dengan struktur lain yang juga

membangun kesan atasnya. Untuk menciptakan sebuah semiotika konotasi

gambar, antara penanda dan petanda harus dibedakan terlebih dahulu karena

sistem konotasi sebagai semiotik tingkat dua dibangun di atas sistem

denotatif.Dalam gambar atau foto, pesan denotasi adalah pesan yang disampaikan

29 Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama. (Malang: UIN-Malang Press, 2007), h.

9. 30 Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata, Fotografi, (Yogyakarta: Galang Press, 2002) h. 27

Page 49: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

39

secarakeseluruhan dan pesan konotasi adalah pesan yang dihasilkan oleh unsur-

unsur gambar dalam foto.31

Barthes menggunakan istilah orders of signification. First order of

signification adalah tahap denotasi, sedangkan tahap konotasi adalah second order

of signification.Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang

berbentuk tanda.Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda

tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada

tanda (penanda). Pemakaian baru inilah yang kemudian menjadi konotasi.32

1. Signfier

(penanda)

2. Signfied

(petanda)

3. Denotative Sign (tanda Denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER

(PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE

SIGNIFIED

(PETANDA KONOTATIF)

CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Tabel1. Peta tanda Roland Barthes

Roland Barthessecara khusus membahas semiotik dalam fotografi. Inti

dari pemikirannya adalah adanya dua tingkatan dalam signifikasi karya fotografi,

tingkatan pertama adalah denotasi, yaitu relasi antara penanda dengan petanda

dalam sebuah tanda, serta tanda dengan acuan realitas eksternalnya. Tingakatan

kedua dalam pandangan Barthes ada tiga bentuk, yaitu konotasi, mitos dan

simbol.33

Dalam konsep Barthes, terdapat tanda konotatif yang bukan hanya sekedar

memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

31 ST. Sunardi, Semiotika Negativa, (Jogajakarta: Kanal, 2002 ) h. 160 32 Pappilon Manurung, M. Antonius Birowo, ed.,“Metodologi Penelitian Komunikasi”, (Yogyakarta: Gitanyali), h.

39. 33Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing.

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 69.

Page 50: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

40

yang melandasi keberadaannya.Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang

sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada

penandaan dalam tataran denotatif.34

Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara

penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang

menghadirkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang di

dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.ia

menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan

dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau

keyakinan.35

Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak

mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Makna denotatif memiliki

beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna

konseptual, atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang

mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentudisamping

makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna

konotasional, makna emosif, atau makna evaluatif.36

Dalam The Photographic Message, Barthes mengajukan tiga tahapan

dalam mebaca foto, yaitu perspektif, kognitif dan etis ideologis.37

1. Tahap perspektif terjadi ketika seseorang mencoba melakukan

transformasi gambar ke kategori verbal; jadi semacam verbalisasi gambar.

Konotasi perspektif tidak lain adalah imajinasi sintagmatik yang pada

dasarnya bersifat perspektif (forsee).

2. Konotasi kognitif dilakukan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan

menghubungkan unsur-unsur historis dari analogon (denotasi). Ini

konotasi yang dibangun atas dasar imajinasi paradigmatik. Pengetahuan

kultural sangat menetukan.

34Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing, h.

69. 35 Akhmad Muzakki,Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN-Malang Press, 2007),

h.22. 36AS Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis, (Bandung : Simbiosa Rekatama

Media, 2006), cet, ke-1, h. 27-28 37 ST. Sunardi, “Semiotika Negativa”, h. 187.

Page 51: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

41

3. Etis-ideologis, orang mengumpulkan beberapa signifier yang

“dikalimatkan”.

Barthes menunjukkan bahwa tiga cara rekayasa di atas membuka

kemungkinan untuk menurunkan signifier. Barthes menyebut signifier pada

tingkat konotatif ini dengan sebutan mitos dan signified dengan sebutan ideologi.

Ini dibangun dengan imajinasi simbolik.Ketiga tahap ini tidak menentukan

wacana suatu foto dan ideologi atau moralitas yang berkaitan.Ini “murni”

semiotik-positivistik. Kita akan mencari objektivitas pesan foto melalui prosedur

yang dapat diamati dan diukur.38

Dalam The Photographic Message Barthes menyebutkan enam prosedur

atau kemungkinan untuk memperngaruhi gambar sebagai analogon. Keenam

langkah tersebut dapat dipandang sebagai kegiatan “menulis” karena pada

hakikatnya lewat prosedur tersebut seorang fotografer dapat menentukan berbagai

unsur tanda, hubungan, dan lain-lain yang menjadi pertimbangan utama ketika

orang membaca bahasa gambar tersebut. Pengetahuan ini penting untuk melihat

perkembangan prosedur mempengaruhi gambar sebagai analogon. Keenam

prosedur ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Rekayasa yang secara langsung dapat mempengaruhi realitas itu sendiri.

Terdiri dari:

a. Trick Effect, merupakan intervensi “without warning in the plane of

denotation” artinya memanipulasi gambar sampai tingkat yang

berlebihan untuk menyampaikan maksud pembuat berita.

b. Pose, ialah gaya, posisi, ekspresi dan sikap objek foto. Dalam

mengambil foto berita seseorang, seorang wartawan foto akan memilih

objek yang sedang diambil.

38 ST. Sunardi, “Semiotika Negativa”, h. 187.

Page 52: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

42

c. Pemilihan Objek, objek ini ibarat perbendaharaan kata yang siap

dimasukkan ke dalam sebuah kalimat. Objek ini merupakan point of

interest (POI) pada sebuah gambar/foto.

2. Rekayasa yang masuk dalam wilayah “estetis”, terdiri dari:

a. Photogenia, adalah teknik pemotretan dalam pengambilan gambar.

Misalnya: lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto), bluring

(keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze

(efek beku), angle (sudut pandang pengambilan objek) dan sebagainya

b. Aestheticism, yaitu format gambar atau estetika komposisi gambar secara

keseluruhan dan dapat menimbulkan makna konotasi.

c. Sintaksis, yaitu rangkaian cerita dari isi foto/gambar yang biasanya

berada pada caption (keterangan foto) dalam foto berita dan dapat

membatasi serta menimbulkan makna konotasi.

Dilihat dari perkembangan teknik dan seni fotografi sekarang, prosedur

konotatif ini sudah ketinggalan zaman, karena kita sekarang sudah memasuki

“post-photographic era”. Keenam cara tersebut tentu sudah bisa ditambah lagi

atau tidak semua cara tersebut dominan dalam suatu foto berita. Meskipun

demikian prinsip bahwa orang mempengaruhi foto lewat “prosedur konotatif”

masih relevan, bahkan lebih relevan karena intervensinya semakin sulit dikenali

lewat foto yang dihasilkan.39

39 ST. Sunardi, “Semiotika Negativa”, h. 173-174.

Signifier

Signified

Denotasi

Form

Content Mitos

Konotasi

Page 53: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

43

Reality Signs Culture

First Order Second Order

Tabel2. The orders of signification

Dalam bagan tersebut, tanda panah dari signified mengarah pada mitos. Ini

berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda. Mitos bisa

dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi dan konotasi

memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa dikategorikan sebagai

thirdorder of signification (istilah ini bukan dari Barthes), Barthes menyebut

konsepini sebagai myth (mitos).40

Mitos dalam pengalaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-

nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap

alamiah.41

Feranand Comte membagi mitos menjadi dua macam: mitos tradisional

dan mitos modern. Mitos modern itu dibentuk oleh dan mengenal mengenal

gejela-gejala politik, olahraga, sinema, televisi dan pers. Mitos (mythes) adalah

suatu jenis tuturan (a type of speech), sesutau yang hampir mirip dengan „re-

presen-tasi kolektif di dalam sosiologi Durkheim. Mitos adalah sistem

komunikasi, sebab ia membawakan pesan. Maka dari itu mitos bukanlah objek.

Mitos bukan pula konsep ataupun gagasan, melainkan suatu cara signifikasi, suatu

bentuk.42

Teori mitos dikembangkan oleh Roland Barthes untuk melakukan kritik

atas ideologi budaya massa (budaya media). Mitos mengambil sistem semiotik

tingkat pertamasebagai landasannya sehingga mitos merupakan sistem semiotik

yang terdiri dari sistem linguistik dan sistem semiotik. Sebagai sistem semiotik,

mitos dapat diuraikan ke dalam tiga unsur yaitu; signifier, signified dan sign.

Barthes menggunakan istilah berbeda untuk tiga unsur tersebut yaitu form,concept

dan signification. Dijelaskan oleh Barthes, bahwa pembedaan istilah ini selain

40 Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, “Metode Penelitian Komunikasi: teori dan aplikasi”.

(Yogyakarta: Gitanyali, 2004), h. 58-60 41 Tommy Christomy, “Semiotika Budaya”, (Depok: UI, 2004), cet. Ke-1, h. 94 42 Ibid, h. 224

Page 54: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

44

agar tidak mengalami kebingungan dalam proses ananlisis, sistem signifikasi atau

pemaknaan pada kedua tingkat sistem semiotik tidaklah sama.43

Tidak semua prinsip yang berlaku pada sistem pertama berlaku pula pada

sistem kedua. Mitos pada dasarnya „mendistorsi‟ makna dari sistem semiotik

pertama sehingga makna itu tidak lagi menunjuk pada realita sebenarnya. Mitos

bersamaan dengan ideologi menurut pandangan Barthes, bekerja dengan

menaturalkan interpretasi tertentu dari individu yang khas secara ideologis. Mitos

menjadikan apa yang historis menjadi natural, sesuatu yang alamiah. Dalam

bagian pertama karyanya; mythology, Barthes menganalisa 28 mitos yang ada

dalam masyarakat, yang dikonstruksi oleh budaya masyarakatnya.

Mitos memiliki empat ciri, yaitu44

:

1. Distorsif. Hubungan antara Form dan Concept bersifat distrosif dan

deformatif. Concept mendistorsi Form sehingga makna pada sistem

tingkat pertama bukan lagi merupakan makna yang menunjuk pada fakta

yang sebenarnya.

2. Intensional. Mitos tidak ada begitu saja. Mitos sengaja diciptakan,

dikonstruksikan oleh budaya masyarakatnya dengan maksud tertentu.

3. Statement of fact. Mitos menaturalisasikan pesan sehingga kita

menerimanya sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu diperdebatkan

lagi. Sesuatu yang terletak secara alami dalam nalar awam.

43 Karolus Naga, “Semiotika: ilmu untuk berdusta – dan Mitos sebagai sebuah type of

speech”.darihttp://astaganaga.multiply.com/journal/item/5?&item_id=5&viewreplies/threaded.com. Artikel diakses pada 18 Agustus 2011

44 Karolus Naga, “Semiotika: ilmu untuk berdusta.”

Page 55: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

45

4. Motivasional. Menurut Barthes, bentuk mitos mengandung motivasi.

Mitos diciptakan dengan melakukan seleksi terhadap berbagai

kemungkinan konsep yang akan digunakan berdasarkan sistem semiotik

tingkat pertamanya.

C. Tinjauan Umum Tentang Agama Di China

Agama Rakyat China ialah agama turun temurun bangsa Cina.Ia

sebenarnya adalah satu budaya tradisional yang dituruni dari satu generasi ke satu

generasi secara lisan. Lebih-lebih lagi agama ini tidak mempunyai kitab agama

dan tidak pula mempunyai institusi yang memeliharanya.Oleh itu ajaran agama ini

adalah tidak jelas, dan berbeda-beda dari satu tempat ke satu tempat.Tetapi secara

umumnya agama ini mendukung konsep "yang baik dibalas baik, yang buruk

dibalas buruk".

Kemunculan tema "Agama Rakyat Cina" sebenar adalah hasil daripada

kesedaran diri masyarakat cina yang sebelum itu telah salah faham mengenai

agama mereka.Pada masa dahulu, orang Cina telah salah anggap agama yang

dianuti mereka sebagai agama Buddha, sehingga kebanyakan rakyat Cina

mengakui diri mereka sebagai penganut agama Buddha.Ini karena Agama Rakyat

Cina ini mempunyai pelbagai unsur terutama dari Khonghucu (Confucianism),

Buddhisme, dan Taoisme.Namun sebenarnya agama yang asli berasal dari dalam

China adalah Khonghucu dan Tao.Seperti yang kita ketahui bahwa Buddha

berasal dari India.45

Manusia diciptakan Allah Subhanahu wataala bersuku-suku dan

berbangsa-bangsa agar saling mengenal di antara sesama.Perbedaan di antara

45

http://ms.wikipedia.org/wiki/Agama_rakyat_Cina/Artikel diakses pada 11April 2015

Page 56: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

46

manusia adalah sunnatullah yang harus selalu dipupuk untuk kemaslahatan

bersama.Perbedaan tidak melahirkan dan menebarkan kebencian dan

permusuhan.Sebagai makhluk sosial manusia mutlak membutuhkan sesamanya

dan lingkungan sekitar untuk melestarikan eksistensinya di dunia.Tidak ada satu

pun manusia yang mampu bertahan hidup dengan tanpa memperoleh bantuan dari

lingkungan dan sesamanya.46

Dalam konteks ini, manusia harus selalu menjaga hubungan antar sesama

dengan sebaik-baiknya, tak terkecuali terhadap orang lain yang tidak seagama,

atau yang lazim disebut dengan istilah toleransi beragama.Toleransi beragama

berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain,

tidak memaksa mereka mengikuti agamanya dan tidak mencampuri urusan agama

masing-masing. Ummat Islam diperbolehkan bekerja sama dengan pemeluk

agama lain dalam aspek ekonomi, sosial dan urusan duniawi lainnya.

Dengan demikian, untuk memahami pesan dalam foto tidak hanya melihat

dari makna denotatifnya saja, hanya terbatas melihat dari apa yang tampak.

Kerena foto berada pada tataran komunikasi yang ber-kordinasi dengan struktur

lain, yakni teks tertulis, judul, keterangan, artikel, yang selalu mengiringi foto.

Dengan demikian pesan keseluruhannya dibentuk oleh ko-operasi dua struktur

yang berbeda, sehingga membangun makna konotasi idiologis yang pada

tinggkatan lanjut menjadi mitos saat proses signifikasi tersebut menjadi dominan

dalam tataran kebudayaan tertentu.

46http://langitan.net/?p=26Artikel diakses pada 18 Oktober 2014

Page 57: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

47

BAB III

GAMBARAN UMUM LKBN ANTARA

DAN PAMERAN FOTO BIANGLALA XINJIANG

A. Gambaran Umum LKBN ANTARA

1. Profil LKBN ANTARA KK

a. Logo, Visi dan Misi LKBN ANTARA

Seiring dengan perkembangan jaman yang menuju kepada perubahan dan

berbagai perbaikan yang menyesuaikan dengan tantangan untuk menjawab

kebutuhan, logo LKBN ANTARA yang melambangkan visinya pun juga berubah.

Gambar 1

Lago lama ANTARA

Logo lama ANTARA dilambangkan dengan warna biru dan tulisan

bersambung, melambangkan visi „keuletan‟ wartawan LKBN ANTARA dalam

menulis berita.

Gambar 2

Logo baru ANTARA

Page 58: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

48

Perusahaan Umum LKBN ANTARA meluncurkan logo baru dalam upaya

memperkuat identitas korporat dan penguatan budaya serta sistem kerja. Menurut

Ahmad Mukhlis Yusuf saat peluncuran logo baru ANTARA, Logo tersebut

dilambangkan dengan mata berwarna merah, yang mencerminkan visi tak terbatas

peran kantor berita dalam membangun masyarakat baru yang berbasis pengetahuan,

sedangkan tulisan ANTARA berwarna hitam tegak lurus bermakna independensi

sebuah kantor berita yang berorientasi pada kredibilitas manusia dan produk-

produknya.

Sebagai sebuah kantor berita nasional satu-satunya di Indonesia dan berambisi

untuk menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, LKBN Antara memiliki visi:

1. Menjalankan peran Kantor Berita Nasional melalui penyebarluasan informasi

bagi masyarakat.

2. Menjalankan bisnis Kantor Berita dan kegiatan penunjangnya dengan prinsip

organisasi yang berorientasi pasar (market-drive organization

3. Berperan proaktif dalam mewujudkan masyarakat berpengetahuan.

Misi LKBN Antara yaitu menyebarluaskan informasi tentang Indonesia ke

dalam dan keluar negeri dengan menyediakan informasi secara cepat, akurat, penting.

Antara memiliki values, yaitu :

Integrity (berkemampuan tinggi)

Competence (daya kompetensi)

Page 59: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

49

Team Work (kerja tim), dan

Respect to Nation (memiliki kepedulian yang besar kepada bangsa ini,

Indonesia)

b. Unit Usaha LKBN ANTARA

Antara sebagai sebuah kantor berita yang dimiliki Indonesia terdiri dari

beberapa unit usaha, di antaranya yaitu46

:

1. Antara News merupakan layanan distribusi berita antara berbasis WEB,

memberi kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses seluruh berita terkini

dalam berbagai kategori selama 24 jam setiap hari.

2. Antara Foto merupakan distributor dan koleksi beragam berita peristiwa dari

berbagai tema dengan standar kantor berita foto, hasil bidikan wartawan foto

Antara yang berpengalaman

3. Press Release Wire yaitu penulisan dan penyebaran rilis berita dan foto secara

cepat, tepat, dan mudah keseluruh dunia melalui jaringan pelanggan Antara

dan Asia Net.

4. Antara TV yaitu penyedia program audio visual bermutu untuk jaringan

televise lokal, nasional dan global, dengan format tayangan berita, features

dan dokumenter.

46

Company Profil LKBN Antara, Dokumen Galeri Antara Foto Jurnalistik, h.5

Page 60: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

50

5. Indonesia Market Quotes (IMQ) yaitu jasa informasi real-time pasar keuangan

domestik dan internasional dalam bentuk data, grafik, analisa, dan berita.

Langsung dari lantai bursa.

6. Lembaga Pendidikan Jurnalistik Antara (LPJA) yatu pusat pelatihan

professional jurnalistik Antara dengan tenaga pengajar berpengalaman, pakar

sekaligus praktisi dibidangnya. Modul pelatihan yang lengkap dan terkini

tentang perwartaan, foto jurnalistik, dan kehumasan untuk peserta umum dan

koperasi.

7. Antara Pustaka Utama (APU) yaitu jasa penerbitan media cetak, dengan

layanan terpadu mulai dari konsultasi, redaksional, hingga percetakan dan

distribusi.

8. Auditorium Adhiyana yaitu jasa penyelenggaraan seminar, lokakarya,

konvensi dan acara besar lainnya.

2. Profil Antara Foto

Sebagai bagian dari unit usaha LKBN ANTARA, dalam perjalanannya di

masa perjuangan ANTARA Foto mengelami beberapa kendala di anatarnya yaitu,

biro foto pindah ke Yogyakarta bersamaan dengan pemerintahan RI (1949). Pada

tahun 1958 Biro foto sempat ditutup dengan alasan merugi. Kemudian pada tahun

1965 seluruh arsip koleksi foto Antara dimusnahkan oleh tim militer RI pasca G30S

(PKI), arsip-arsip milik Antara Foto dibakar di depan gedung Antara di Jalan Pasar

Baru, Jakarta.

Page 61: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

51

ANTARA Foto beroperasi kembali di bawah Direktorat Logistik pada tahun

1972, melayani foto-foto khusus luar negeri bekerjasama dengan UPI, dan hampir

semua koran nasional termasuk TVRI berlangganan Foto Antara. Baru pada tahun

1976 produksi murni Biro Foto berupa pelayanan paket foto berita dalam negeri

kembali diluncurkan dengan mengambil momentum berlangganan KTT Asean

pertama di Bali.

Pada tahun 1978, Biro foto kembali masuk jajaran Direktorat Redaksi,

ditandai dengan pemuatan foto hasil liputan Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober

di Senayan.

Biro Foto bersama Museum dan Galeri Foto Jurnalistik Antara dioperasikan

sebagai salah satu Unit Usaha Strategis Antara pada tahun 1991 di bawah kendali

Direktorat Usaha dan Pemasaran Kantor Redaksi Biro Foto, kemudian juga

dipindahkan dari Lantai 19 Wisma Antara ke Gedung Antara Pasar Baru.

Pada tahun 2005 Biro Foto kembali bergabung dengan Direktorat Redaksi

Kantor Berita Antara, dan pada bulan April 2007, nama Antara Foto resmi digunakan

sebagai sebutan baru menandai statusnya sebagai Kantor Berita Foto Antara yang

mandiri dan memiliki otonomi penuh dalam menjalankan fungsi pelayanan dan

operasi pemberitaan foto yang independen, dengan visi menjadi kantor berita foto

global terpercaya dan misi melayani pemberitaan dan informasi visual yang

bermartabat, serta mendorong pembangunan dan pelestarian budaya foto jurnalistik

yang diselenggarakan seluas-luasnya untuk kemajuan peradaban bangsa dan negara.

Page 62: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

52

ANTARA Foto memiliki contributor foto hampir di seluruh Indonesia dan

internasional, termasuk mengelola koleksi foto bersejarah IPPHOS (Internasional

Press Photo Services) yang mengalami kebangkrutan. Dan kini ANTARA Foto telah

menjadi ujung tombak foto jurnalistik nasional modern yang selalu menjadi acuan

perkembangan fotografi jurnalistik di Indonesia.

3. Galeri Foto Jurnalistik Antara

GFJA merupakan bagian mandiri dari LKBN Antara. Tujuan didirikannya

yaitu sebagai lokasi visual guna mensosialisasikan kegiatan foto khususnya foto

jurnalistik di Indonesia. GFJA juga sebagai salah satu wadah untuk para fotografer

jurnalistik berkumpul. Didirikan pada tahaun 1992. GFJA direncakana akan dijadikan

sebaga yayasan fotografi yang menghimpun pusat kegiatan fotografi di Indonesia,

seperti workshop, seminar dan acara–acara lainnya.

Dikarenakan minimnya pendidikan fotografi baik formal maupun informal di

Indonesia, GFJA yang membuka pendidikan semi formal sejak tahun 1992, tercatat

juga sebagai pelopor pendidikan fotografi yang sistematis, sebelum beberapa bulan

setelahnya Institut Seni Indonesia di Jogjakarta membuka kelas Jurusan Fotografi.

Hubungan korelasi antara GFJA dan antara foto adalah GFJA yaitu sebagai

media bagi para fotografer untuk mengaktualisasikan karya-karyanya seperti pameran

foto. GFJA juga merupakan media publikasi Antara Foto sebagai bidang pelayanan

jasa guna memenuhi kebutuhan foto-foto media massa lainnya.

Sejak beridirinya GFJA terus berusaha mensosialisasikan kegiatan fotografi

sehingga menghasilkan bakat-bakat baru di dunia fotografi khususnya

Page 63: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

53

fotojurnalisitik. GFJA telah berkembang dari sekedar galeri foto jurnalistik pertama

di Indonesia menjadi intitusi terbaik dan kreatif dalam kancah seni dan budaya di

Indonesia khusunya bidang fotografi.

B. Gambaran Umum Pameran Foto Bianglala Xinjiang

1. Latar Belakang Pameran Foto Bianglala Xinjiang

Pameran foto ini diselenggarakan bertepatan dengan kegiatan fotografer ismar

patrizki berkunjung dan melihat langsung sebagai etnis di kawasan xinjiang selama

sekitar tiga pekan mulai akhir juli hingga pertengan agustus 2013 rasanya tidalah

cukup. Tidak banyak yang bisa diungkap secara mendalam mengenai realita hidup

etnis-etnis minoritas di xinjiang.

Namun sesuatu yang cukup berkesan yaitu saat merayakan idul fitri 1434 H

bersama warga etnis minoritas di xinjiang. Sebuah perasyaan idul fitri di „di negeri

tirai bambu‟ yang jauh dari hingar bingar kemeriahan, hanya perayaan yang

dilakukan sederhana dengan melaksanakan salat id bersama warga etnis ugyur di

salah satu masjid kecil di pelosok wilayah hoboksar, makan bersama etnis kazakh di

pelosok kota tacheng, dan berpesta ala pedesaan bersama warga non muslim dari

etnis mongol di padang rumput chagankule. Di sana, etnis-etnis minoritas xinjiang

hidup berdampingan dan berusaha bertahan dari terapaan gelombang kedatangan

etnis mayoritas. Dan di daerah terpencil di barat „negeri merah‟ itu pula, bianglala

kehidupan tercipta.

Page 64: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

54

Beberapa bulan setelah kembalinya Ismar ke tanah air, Ismar pun mendapat

dukungan yang besar dari rekan kerjanya dan Oscar Motuloh, kurator GFJA untuk

memamerkan rekaman visualnya selama berada di Kota Xinjiang. Sebuah sudut

pandang berbeda tentang Xinjiang dari gambar-gambar yang biasa beredar dalam

surat kabar, televisi dan situs internet. Kesan mencekam, kekalahan dan keterpurukan

tidak hadir dalam kesaksian visualnya. Gambar-gambar yang akan dipamerkan justru

memperlihatkan bangsa Xinjiang yang perkasa, tidak pernah menyerah pada keadaan.

Atas saran dari kurator, pameran foto Bianglala Xinjiang pun tampil dengan

sensasi yang berbeda. Foto-foto yang dipamerkan tidak dicetak di atas kertas foto

ataupun kanvas seperti foto pada umumnya, melainkan dicetak dengan ukuran besar

di atas material berbahan campuran metal. Layout unik tersebut dilakukan untuk

mempertegas tema perkasa yang diusung dalam pameran foto tersebut.

2. Tim Kreasi dan Produksi

- Kurator : Oscar Motuloh

- Fotografer : Ismar Patrizki

- Desain Grafis : Andi Ari Setiadi

- Umum : Hermanus Prihatna, Daryanto Wibowo, Budi Chandra

- Produksi : Dody Gurning, Rahmad Gunawan, Gunawan Widjaja, Ricky

Adrian, Dany Wijaya, Mahatma Putra, Grandyos, Zalna

Manase Mesah, Himawan Paramayudha

- Publikasi : Anton Santoso, Diah Kusuma Wardani, Iin Syamsudin

Page 65: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

55

3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pameran.

Pameran Foto Bianglala Xinjiang diselenggarakan bertepatan dengan Hari

Solidaritas Internasional untuk Rakyat China, yaitu pada:

- Waktu : 23 Maret – 6 April 2014

- Tempat : Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jl. Antara no. 59 Pasar Baru,

Jakarta

4. Profil Ismar Patrizki

Ismar Patrizki lahir di Tangerang, 23 Mei tahun 1979. Pria berdarah Minang

yang lahir di dekat Ibu Kota ini, tak lantas membuat dia tertarik untuk menuntut ilmu

di perguruan tinggi yang berada di kota sentral pemerintahan, ia justru lebih tertarik

merantau ke pulau dewata untuk melanjutkan pendidikannya di tingkat perguruan

tinggi. Ayah dari seorang putra ini kemudian tercatat sebagai Sarjana Arkeologi

setelah menyelesaikan studinya di jurusan Arkeologi Universitas Udayana Bali pada

tahun 2005.

Ismar yang sudah hobi memotret sejak duduk di bangku SMA, semakin serius

menekuni hobinya tersebut setelah mendapatkan gelar sarjana. Sebenarnya titel yang

ia peroleh tidak memiliki hubungan dengan perkerjaan yang digelutinya saat ini,

namun keseriusan dalam menyalurkan bakat melalui hobi fotografi-lah yang

membuatnya terjun menjadi seorang pewarta foto. Setelah mengikuti rekrutmen serta

menjalani pendidikan khusus foto jurnalistik angkatan III di Biro Foto Antara,

kemudian Ismar memulai karir profesionalnya sebagai staf pewarta foto tetap di

Antara foto sejak tahun 2006.

Page 66: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

56

Menjadi pewarta foto bukanlah hal mudah, terutama fotogrfer sebuah agensi

foto yang terikat kontrak dengan beberapa media cetak dan elektronik nasional

maupun internasional, karena harus mendapatkan gambar dengan kualitas prima,

bahkan eksklusif dan dalam tempo yang relatif cepat dengan tuntutan aktualitasnya.

Untuk itu, seorang pewarta agensi foto harus tiba di lokasi kajadian selangkah lebih

cepat dari pewarta foto lainnya.

Sebagai staf pewarta foto tetap di kantor berita tingkat nasional, kualitas hasil

liputannya tidak perlu diragukan. Ketajaman naluri Ismar Patrizki sebagai seorang

pewarta foto pun terasah matang, karena pengalaman kerjanya yang sudah cukup

panjang. Selain itu kantor berita tempat dia bernaung juga memberi ruang dan

apresiasi terhadap foto essay, sehingga fotografer lebih leluasa menyampaikan

gagasan dan ide dalam rangkaian fotonya. Tidak seperti halnya media cetak pada

umumnya yang menempatkan foto tidak lebih hanya sebagai informasi pelengkap,

yang secara tidak langsung mengkerdilkan peran pewarta foto itu sendiri.

Sejak berkarir sebagai foto jurnalis, karya fotonya tak hanya ditayangkan pada

situs Antara Foto dan berbagai media cetak lainnya, tetapi juga kerap berpartisipasi

dalam beberapa pameran foto.

Prestasi Ismar dalam Fotografi Jurnalistik:

Tahun 2007, pameran foto yang diselenggarakan oleh Pewarta Foto Indonesia

(PFI) “Potret Indonesia Terkini”,

Page 67: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

57

Tahun 2009, pameran foto pemilu kerjasama GFJA-Antara Foto yang bertajuk

“Vox Populi Vox Dei”

Tahun 2009, pameran foto Komunitas Jurnalis Sumbar-DPD RI “Duka

Gempa Ranah Minang”

Selain berpartisipasi dalam beberapa pameran fotografi baik yang

diselenggarakan oleh Antara foto dan GFJA, maupun yang diselenggarakan oleh

komunitas foto jurnalis lainnya, Ismar juga berperan sebagai kontributor dalam

pembuatan buku foto, antara lain:

“Kilas Balik Pembangunan Kesehatan 2004-2008”, hasil kerjasama

Departemen Kesehatan RI - Antara Foto dan GFJA,

Buku bertajuk “Duta untuk Masa Depan”, kerjasama Kementerian Luar

Negeri RI – Antara Foto dan GFJA.

Page 68: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

58

BAB IV

ANALISIS DATA FOTO BIANGLALA XINJIANG

DI PAMERAN GALERI FOTO ANTARA JURNALISTIK

29 MARET 2014

Wilson Hicks, yang juga disebut-sebut sebagai bapak perintis foto jurnalistik,

mendefinisikan foto jurnalis sebagai kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu

kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial

pembacanya.

Dalam definisi tersebut, jelas dikatakan bahwa foto berita terdiri dari kata dan gambar

sebagai kesatuan utuh. Tajuk dari pemeran foto tersebut, yaitu “Bianglala Xinjiang”,

merupakan bagian dari pesan atau ide utama fotografer yang diusung bersama dengan

rangkaian foto-foto yang dipamerkan. Bianglala Xinjiang hendak mengungkapkan

keharmonisan warga Xinjiang, untuk selalu bangkit setelah berakhirnya peperangan. Konsep

“Bianglala Xinjiang” dalam rangkaian foto ini selanjutnya akan dikaji dan diuraikan lebih

lanjut.

Barthes menyebutkan ada tiga tahap dalam membaca foto antara lain :Tahap perseptif

konotasi kognitif, kemudian tahap Etis-ideologis

47 Barthes juga mendefinisikan enam prosedur atau kemungkinan untuk mempengaruhi

gambar sebagai analogon. Keenam prosedur ini dikategorikan menjadi dua, yaitu:48

1. Rekayasa yang secara langsung dapat mempengaruhi realitas itu sendiri. Terdiri dari:

a. Trick Effect, yaitu memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan untuk

menyampaikan maksud pembuat berita.

b. Pose, ialah gaya, posisi, ekspresi dan sikap objek foto.

47

ST Sunardi, Semiotika Negativa, h.187 48

Kris Budiman, Semiotika Visual, h.70

Page 69: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

59

c. Pemilihan Objek, merupakan penentuan point of interest (POI) pada sebuah

gambar/foto.

2. Rekayasa yang masuk dalam wilayah “estetis”, terdiri dari:

a. Photogenia, adalah teknik pemotretan dalam pengambilan gambar

b. Aestheticism, yaitu format gambar atau estetika komposisi gambar secara keseluruhan

dan dapat menimbulkan makna konotasi.

c. Sintaksis, yaitu rangkaian cerita dari isi foto/gambar yang biasanya berada pada

keterangan foto dan dapat memebatasi serta menimbulkan makna konotasi.

A. Data Foto 1

Gambar 4.1

Perkebunan Bunga Matahari

B. Analisis Data Foto 1

1. Makna Denotasi

Denotasi yaitu relasi antara penanda dengan petanda dalam sebuah tanda,

serta tanda dengan acuan realitas eksternalnya. Untuk mengungkap makna denotatif

Page 70: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

60

dalam sebuah foto dapat diketahui pada tahap perseptif, yaitu melakukan

transformasi gambar ke kategori verbal atau verbalisasi gambar.

Dalam data foto 1 dapat dijabarkan objek (analogon) apa saja yang terdapat

di dalam foto tersebut, antara lain:

Perkebunan yang sangat luas dan ditumbuhi dengan bunga matahari.

Sinar matahari menjadi sumber cahaya dalam foto ini.

Nampak dua orang wanita sedang mengambil gambar (foto) dengan

menggunakan kamera digital.

Satu diantara mereka menggunakan jilbab dan yang satunya tidak

menggunakan jilbab

Makna denotasi yang didapat dengan memperhatikan beberapa analogon

yang ada mengungkapkan, secara verbal dapat kita katakan dalam gambar ini

menunjukkan dua orang wanita yang berbeda yang satu mengenakan jilbab dan yang

satu tidak menggunakan jilbab.

2. Makna Konotasi

Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes

disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar

imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan

mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.

Page 71: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

61

Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara

lain:

1) Trick Effect

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan

suatu upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna

menyampaikan maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini

jelas merupakan hal yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas.

Walaupun sebuah foto jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100% atas realitas,

artinya hasil foto apa yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan

data foto 1, penulis tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick

effect.

2) Pose

Pose dalam foto 1 terlihat pada dua orang wanita yang memegang

kamera digital. Wanita tersebut berpenampilan berbeda, yang satu

menggunakan jilbab dan yang satu lagi tidak. Sebagai pemahaman penulis.

kedua wanita itu bersahabat. Namun, wanita menggunakan jilbab yaitu

melambangkan suatu wanita muslim dan yang tidak memakai jilbab

merupakan wanita non muslim.

3) Object

POI (point of interest) pada foto 1 berada pada dua orang wanita yang

berdiri menghadap kearah perkebunan bunga matahri dengan mengangkat

kamera digital. Selain objek utama yang terletak pada POI, penulis juga

menemukan objek lainnya yang masuk dalam frame, dapat memberi tafsiran

bahwa dua orang wanita yang berdiri bersebelahan, mereka bersahabat.

Page 72: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

62

4) Photogenia

Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik

pengambilannya. Meliputi lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto),

bluring (keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze (efek

beku), angle (sudut pandang pengambilan objek).

Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak

dalam data foto 1 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan

cahaya alami yaitu matahari (available light). Adanya perbedaan ketajaman

objek pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background)

mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang

berarti pengaturan diafragma berada antara f/2,8 sampai f/5,1. Dengan posisi

diafragma tersebut maka kecepatan rana (speed) untuk menghasilkan

pencahayaan yang nampak dalam data foto 1 berkisar antara S: 1/100 sampai

1/250. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 100 sampai 200.

Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan (dua perempuan yang berdiri) ini

dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang ingin

disampaikan, dalam hal ini pesan tentang dua perempuan. Melihat POI yang ada

dalam foto memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata

manusia atau dalam istilah angle fotografi disebut dengan eye level. Dengan

penggunaan angle ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu.

Perlu juga diketahui, pemilihan angle dalam fotografi sedikit banyak juga dapat

memberi pesan tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer,

kita dapat melihat bagaimana sudut pandang seorang fotografer dalam

menampilkan sebuah foto.

Page 73: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

63

Contohnya, ketika seorang fotografer memotret jokowi dengan

menggunakan low angle (memotret dengan kamera yang berada lebih rendah

dari objek), maka kesan yang timbul terhadap Jokowi adalah akan dapat terlihat

sebagai sosok yang berwibawa. Akan menjadi berbeda pesan ketika seorang

fotografer memotret Jokowi dengan posisi kamera yang berada lebih tinggi (high

angle), maka kesan yang timbul terhadap Jokowi akan dapat terlihat kerdil dan

tidak berwibawa.

5) Aestheticism

Format gambar dalam data foto 1 merupakan jenis foto landscape,

yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat,

foto tersebut memperhatikan kaidah 1/3 (rule of third) dengan menempatkan

POI (point of interest) di 1/3 bagian tengah foto. Ukuran POI (point of

interest) yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus

menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan landscape

yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan fotografer.

Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama (dua perempuan)

yang terlihat sedang mengabadikan momen pemandangan kebun bunga

matahari.

6) Sintaxis

Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna

konotasi dari foto tersebut adalah jilbab melambangkan suatu identitas wanita

muslim. Persahabatan antara dua wanita dengan agama yang berbeda. Persahabatan

atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling

mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Persahabatan juga tidak mengenal

Page 74: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

64

suku, budaya maupun agama. Persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang

melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi. Sahabat akan menyambut

kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga

pada altruisme.

Selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka

menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat

dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling

menolong dalam kesulitan.

3. Makna Mitos

Makna mitos yang terbangun dari foto ini adalah bahwa kadang-kadang kita

akan merasa senang ketika berada di dekat teman-teman kita, dan kadang-kadang

kita juga akan merasa stres atau sedih karena ulah mereka. Persahabatan dua wanita

tersebut terlihat saat ingin bersama-sama mengabadikan keindahan ladang bunga

matahari.

Walaupun meraka berbeda agama tetapi tidak satu pun yang membandingkan

agama masing-masing. Terlihat dari pakaian dua perempuan yang berbeda

menyimbolkan perbedaan agama yang mereka miliki. Jilbab melambangkan suatu

wanita muslimah. Orang yang memandang wanita menggunakan jilbab, orang

tersebut memandang wanita itu sebagai wanita sholeha.

Bunga matahari memiliki filosofi kesetiaan dimana ia selalu setia mengikuti

arah matahari dan warna kuning identik dengan arti kehangatan dan kebahagiaan.

Sifat dari bunga matahari ini memberikan arti kesetiaan yang patut untuk dijadikan

pedoman akan arti sebuah kesetiaan. Setia dan patuh akan kodratnya tapa adanya

Page 75: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

65

protes. Arti bunga matahari juga sebagai symbol keriangan, kegembiraan dan

kebahagiaan.

Jika di perhatikan secara seksama bunga matahari memiliki warna kuning

indah yang mewakili akan keceriaan. Bunga ini dinamakan bunga matahari karena

selalu setia mengikuti kemana arah matahari bergulir. Jika diperhatikan bunga

matahari pada pagi hari maka dia akan menghadap ke timur, dimana matahari terbit

dan kemudian akan terus mengikutinya seiring pergerakan matahari kearah barat,

dimana matahari terbenam.

C. Data Foto 2

Gambar 4.2

Bertukar Makanan

D. Analisis Data Foto 2

1. Makna Denotasi

Dalam gambar data foto 2 dapat kita amati beberapa analogon yang berupa

objek dari makna denotatif foto tersebut, antara lain:

Page 76: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

66

Terdapat tiga orang, dua wanita setengah baya dan satu seorang anak laki-laki.

Salah seorang wanita berdiri dengan membawa piring yang berisi makanan.

Salah seorang wanita berdiri dengan menggunakan jilbab

Makna denotasi yang didapat dari beberapa analogon yang terdapat dalam data

foto 2 dapat mengungkapkan, secara verbal dapat kita katakan dalam foto

terdapat potret dengan menampilkan sesesorang wanita dengan membawa piring

yang berisi makanan.

2. Makna konotasi

Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes

disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar

imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan

mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.

Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara

lain:

1) Trick Effect

Memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan guna

menyampaikan maksud fotografer dalam foto jurnalistik adalah hal yang

dilarang, karena dapat mengubah realitas yang ada. Adapun pengolahan gambar

dalam foto jurnalistik hanya diperbolehkan sebatas cropping untuk memperbaiki

presisi, serta memperbaiki warna dengan mengatur tingkat kecerahan, kontras,

dan keseimbangan warna.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu

upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna menyampaikan

maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini jelas merupakan hal

Page 77: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

67

yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas. Walaupun sebuah foto

jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100% atas realitas, artinya hasil foto apa

yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan data foto 1, penulis

tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick effect.

2) Pose

Pose dalam foto 2 terlihat pada tiga orang, wanita bersama anaknya

sedang memegang sepiring makanan yang diberi wanita di depan rumahnya.

Wanita tersebut berpenampilan berbeda, yang satu menggunakan jilbab dan

yang satu lagi tidak. Sebagai pemahaman penulis. kedua wanita itu hidup

dalam kelompok pluralisme. Namun, wanita menggunakan jilbab yaitu

melambangkan suatu wanita muslim.

3) Object

POI (point of interest) pada foto 2 berada pada seorang wanita yang

berdiri di depan pintu dan seorang ibu bersama anaknya sedang bertukar

makanan atau bersilaturahmi. Selain objek utama yang terletak pada POI

(point of interest), penulis juga menemukan objek lainnya yang masuk dalam

frame, dapat memberi tafsiran bahwa dua orang wanita yang berdiri

bersebelahan, mereka tetanggan.

4) Photogenia

Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik

pengambilannya. Meliputi lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto),

bluring (keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze (efek

beku), angle (sudut pandang pengambilan objek).

Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak

dalam data foto 2 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan

Page 78: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

68

cahaya alami yaitu matahari (available light). Adanya perbedaan ketajaman

objek pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background)

mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang

berarti pengaturan diafragma berada antara f/1,8 sampai f/4,1. Dengan posisi

diafragma tersebut maka kecepatan rana (speed) untuk menghasilkan

pencahayaan yang nampak dalam data foto 1 berkisar antara S: 1/60 sampai

1/100. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 200 sampai 400.

Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan (dua wanita yang berdiri dan satu

anak kecil) ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang

ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang dua wanita dan satu anak kecil.

Melihat POI (point of interest) yang ada dalam foto memberi indikasi foto

diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle

fotografi disebut dengan eye level. Dengan penggunaan angle ini, secara teknik

tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui, pemilihan angle

dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga

biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana

sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto.

5) Aestheticism

Format gambar dalam data foto 2 merupakan jenis foto framming,

yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat,

foto tersebut memperhatikan kaidah 1/3 (rule of third) dengan menempatkan

POI (point of interest) di 1/3 bagian tengah foto. Ukuran POI (point of

interest) yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus

menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan framming

yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan fotografer.

Page 79: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

69

Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama (dua wanita dan

satu anak kecil) yang terlihat sedang bersilaturahmi bertukar makanan.

6) Sintaxis

Sintaxis dalam foto jurnalistik biasanya dapat kita lihat lewat teks yang ada

pada judul atau caption foto, namun ketika sebuah foto berdiri sendiri tanpa teks

seperti pada data foto 2, bukan berarti tidak memiliki unsur sintaksis. Sebuah foto,

terlebih foto jurnalistik, pada hakikatnya adalah medium penyampai pesan, dengan

atau tanpa teks. Disini penulis menjelaskan unsur sintaksis pada data foto 2 dengan

melihat elemen-elemen dalam foto yang dapat memberikan sebuah cerita dalam satu

bingkai foto.

Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna

konotasi dari foto tersebut adalah Menjaga silaturahmi antar tetangga merupakan hal

yang di ajarkan oleh setiap agama. Silaturahmi adalah hubungan kerabat; berupa

hubungan kasih-sayang, tolong-menolong, berbuat baik, menyampaikan hak dan

kebaikan, serta menolak keburukan dari kerabat yaitu ahli waris. Hubungan dengan

selain mereka tidak bisa disebut silaturahmi, karena tidak terpenuhi adanya ikatan

kekerabatan.

3. Makna mitos

Jika kita seorang muslim, atau orang yang akrab berinteraksi dengan orang

atau komunitas muslim, pastinya tidak mengherankan jika pernah mendengar hadits

nabi yang menyebutkan bahwa silaturahmi bisa memperpanjang usia. Di samping

dalil-dalil lainnya yang menekankan pentingnya silaturahmi, seperti tidak sempurna

Islam seseorang yang memutus tali silaturahmi, anjuran bagi anak untuk

menyambung hubungan yang telah dibangun orang tuanya, dan lain sebagainya.

Page 80: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

70

Semua itu tentu saja sangat bagus ditinjau dari sudut pandang ilmu social, silaturahmi

bisa menjadi tonggak ketahanan masyarakat yang sangat luar biasa kokohnya.

Bahwa dengan bersilaturahmi orang-orang akan senantiasa mengenang kita

mengenang bahwa tadinya kita pernah ada dan sering mendatanginya. Ini, tentu saja

bukan jawaban sebenarnya walau mungkin secara filosofi benar juga. Tapi yang kita

harapkan bukanlah hanya kepanjangan umur seperti itu, karena itu yang panjang umur

bukan kita, tapi orang-orang yang mengenang kita.

E. Data Foto 3

Gambar 4.3

“Tenda pengungsian”

F. Analisis Data Foto 3

1. Makna Denotasi

Dalam gambar data foto ketiga dapat amati beberapa analogon yang berbentu objek

dari makna denotatif foto tersebut, antara lain:

Page 81: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

71

Tenda pengungsian besar berwarna putih.

Sinar matahari sumber pencahayaan pada foto.

Terdapat sembilan orang yang sedang berada di luar tenda.

Dua orang memakai seragam tentara.

2. Makna Konotasi

Tugas tentara sangat lah mulia, tidak hanya di medan peperangan saja. Melainkan

membantu rakyat ketika sedang terkena musibah bencana alam.

Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes

disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar

imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan

mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.

Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara

lain:

1) Trick Effect

Memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan guna

menyampaikan maksud si fotografer dalam foto jurnalistik adalah hal yang

dilarang, karena dapat mengubah realitas yang ada. Adapun pengolahan gambar

dalam foto jurnalistik hanya diperbolehkan sebatas cropping untuk memperbaiki

presisi, serta memperbaiki warna dengan mengatur tingkat kecerahan, kontras,

dan keseimbangan warna.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu

upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna menyampaikan

maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini jelas merupakan hal

yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas. Walaupun sebuah foto

Page 82: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

72

jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100% atas realitas, artinya hasil foto apa

yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan data foto 1, penulis

tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick effect.

2) Pose

Pose dalam foto 3 terlihat kumpulan orang yang berdiri dan duduk di

depan tenda pengungsian, dua dari mereka memakai pakaian dinas tentara dan

terdapat pula seorang bapak-bapak lanjut usia yang sedang memangku

cucunya dengan menggunakan peci (kopiah). Sebagai pemahaman penulis,

kumpulan orang tersebut sedang mengungsi. Namun, bapak-bapak yang

sedang memangku cucunya menggunakan peci (kopiah) yaitu melambangkan

seorang muslim.

3) Object

POI (point of interest) pada foto 3 terlihat kumpulan orang yang

berdiri dan duduk di depan tenda pengungsian, dua orang yang berdiri

menggunakan pakaian dinas merupakan seorang tentara yang sedang

menjaga tenda pengungsian dan sebagian yang sedang duduk merupakan

seorang pengungsi. Selain objek utama yang terletak pada POI (point of

interest), penulis juga menemukan objek lainnya yang masuk dalam frame,

dapat memberi tafsiran bahwa seorang pengungsi yang sedang dijaga oleh

tentara setempat.

4) Photogenia

Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik

pengambilannya. Meliputi lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto),

bluring (keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze (efek

beku), angle (sudut pandang pengambilan objek).

Page 83: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

73

Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak

dalam data foto 3 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan

cahaya alami yaitu matahari (available light). Adanya perbedaan ketajaman

objek pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background)

mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang

berarti pengaturan diafragma berada antara f/3,8 sampai f/6,1. Dengan posisi

diafragma tersebut maka kecepatan rana (speed) untuk menghasilkan

pencahayaan yang nampak dalam data foto 3 berkisar antara S: 1/100 sampai

1/200. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 100 sampai 200.

Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan (kumpulan orang sedang berada

di depan tenda pengungsian) ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan

fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang kumpulan para

pengungsi. Melihat POI (point of interest) yang ada dalam foto memberi indikasi

foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle

fotografi disebut dengan eye level. Dengan penggunaan angle ini, secara teknik

tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui, pemilihan angle

dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga

biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana

sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto.

5) Aestheticism

Format gambar dalam data foto 3 merupakan jenis foto human interest,

yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat,

foto tersebut memperhatikan kaidah 1/3 (rule of third) dengan menempatkan

POI (point of interest) di 1/3 bagian tengah foto. Ukuran POI (point of

interest) yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus

Page 84: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

74

menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan human

interest yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan

fotografer. Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama

(kumpulan orang sedang berada di depan tenda pengungsian) yang terlihat

sedang dijaga oleh tentara setempat.

6) Sintaxis

Sintaxis dalam foto jurnalistik biasanya dapat kita lihat lewat teks yang ada

pada judul atau caption foto, namun ketika sebuah foto berdiri sendiri tanpa teks

seperti pada data foto 3, bukan berarti tidak memiliki unsur sintaksis. Sebuah foto,

terlebih foto jurnalistik, pada hakikatnya adalah medium penyampai pesan, dengan

atau tanpa teks. Disini penulis menjelaskan unsur sintaksis pada data foto 3 dengan

melihat elemen-elemen dalam foto yang dapat memberikan sebuah cerita dalam satu

bingkai foto.

Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna

konotasi dari foto tersebut adalah tentara merupakan salah satu tugas negara untuk

menjaga negara dan memberikan pertolongan dikala terjadi bencana. tugas tentara

sangat mulia, tidak memandang suatu umat ataupun kaum. Melainkan membantu

rakyat ketika sedang terkena musibah bencana alam. Tentara merupakan nama

sebuah pekerjaan, sebagaimana halnya petani, nelayan, sopir dan lain-lain. Namun

hal yang membuat tentara berbeda dengan pekerjaan lainnya adalah karena tentara

tidak hanya mementingkan diri sendiri dan keluarganya saja.

4. Makna mitos

Sejarah tentara berbalut banyak kisah perlawanan dan perebutan untuk

memperoleh kebebasan. Tapi tentara bukan sekedar itu, kekuatan melindungi

nyatanya telah bersanding dengan keinginan untuk berbisnis. Niat menjaga keamanan

Page 85: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

75

bisa diterjemahkan sebagai operasi menangkapi para aktivis. Kisah masa lalu

menggoreskan luka pedih bagaimana tentara seringkali memusuhi rakyatnya sendiri.

Semangat demokrasi dan penghargaan atas nilai kemanusiaan merupakan watak yang

dituntut untuk dimiliki tentara. Buku ini menjawab sebuah pertanyaan dasar, di mana

sesungguhnya tempat bagi kuasa tentara, di depan rakyat dan negara.

G. Data Foto 4

Gambar 4.4

Masjid Komunitas Etnis Uyghur

H. Analisis Data Foto 4

1. Makna Denotasi

Dalam gambar data foto ketiga dapat amati beberapa analogon yang berbentu objek

dari makna denotatif foto tersebut, antara lain:

Gedung bertingkat berwarna cokelat.

Kondisi cuaca yang mendung.

Masjid pertama di kota xinjiang

Page 86: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

76

Terdapat tujuh orang yang memakai peci selesai beribadah.

3. Makna Konotasi

Peci di kota Xinjiang melambangkan umat islam. Untuk memahami makna

konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes disebut dengan tahap konotasi

kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar imajinasi paradigmatik. Selain

pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan mengamati beberapa

perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.

Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara

lain:

1) Trick Effect

Memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan guna

menyampaikan maksud si fotografer dalam foto jurnalistik adalah hal yang

dilarang, karena dapat mengubah realitas yang ada. Adapun pengolahan gambar

dalam foto jurnalistik hanya diperbolehkan sebatas cropping untuk memperbaiki

presisi, serta memperbaiki warna dengan mengatur tingkat kecerahan, kontras,

dan keseimbangan warna.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu

upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna menyampaikan

maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini jelas merupakan hal

yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas. Walaupun sebuah foto

jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100% atas realitas, artinya hasil foto apa

yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan data foto 4, penulis

tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick effect.

Page 87: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

77

2) Pose

Pose dalam foto 4 terlihat kumpulan orang yang baru saja selesai

beribadah di masjid tertua di kota xinjiang, sebagian orang yang memakai peci

merupakan umat muslim dan yang tidak memakai peci segaian warga setempat

yang merupakan non muslim. Sebagai pemahaman penulis, kumpulan umat

islam yang baru selesai melaksanakan ibadah. Namun, sebagian orang yang

tidak memakai peci merupakan umat non muslim.

3) Object

POI (point of interest) pada foto 4 terlihat kumpulan orang yang baru

keluar dari masjid yang berada dibelakangnya, mereka baru saja selesai

melaksanakan ibadah. Namu sebagian orang yang tidak memakai peci

merupakan warga sekitar yang mengganut agama non muslim. Selain objek

utama yang terletak pada POI, penulis juga menemukan objek lainnya yang

masuk dalam frame, dapat memberi tafsiran bahwa umat non muslim saling

menghargai umat muslim yang sedang beribadah.

4) Photogenia

Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik

pengambilannya. Meliputi lighting (pencahayaan), exposure (ketajaman foto),

bluring (keburaman), panning (efek kecepatan), moving (efek gerak), freeze (efek

beku), angle (sudut pandang pengambilan objek).

Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak

dalam data foto 4 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan

cahaya alami yaitu matahari (available light). Adanya perbedaan ketajaman

objek pada latar depan (foreground) dan latar belakang (background)

mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang

Page 88: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

78

berarti pengaturan diafragma berada antara f/2,8 sampai f/5,1. Dengan posisi

diafragma tersebut maka kecepatan rana (speed) untuk menghasilkan

pencahayaan yang nampak dalam data foto 4 berkisar antara S: 1/80 sampai

1/160. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 200 sampai 400.

Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan (kumpulan umat muslim yang

baru selesai melaksanakan ibadah) ini dilakukan fotografer sebagai upaya

penegasan fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang

kumpulan warga sekitar yang non muslim bersama umat muslim yang baru

selesai melakukan ibadah. Melihat POI (point of interest) yang ada dalam foto

memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau

dalam istilah angle fotografi disebut dengan eye level. Dengan penggunaan angle

ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui,

pemilihan angle dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan

tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat

melihat bagaimana sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan

sebuah foto.

5) Aestheticism

Format gambar dalam data foto 4 merupakan jenis foto human interest,

yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat,

foto tersebut memperhatikan kaidah 1/3 (rule of third) dengan menempatkan

POI (point of interest) di 1/3 bagian tengah foto. Ukuran POI (point of

interest) yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus

menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan human

interest yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan

fotografer. Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama

Page 89: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

79

(kumpulan umat muslim yang baru selesai melaksanakan ibadah) yang terlihat

bercampur dengan warga sekitar yang non muslim.

6) Sintaxis

Sintaxis dalam foto jurnalistik biasanya dapat kita lihat lewat teks yang

ada pada judul atau caption foto, namun ketika sebuah foto berdiri sendiri tanpa

teks seperti pada data foto 4, bukan berarti tidak memiliki unsur sintaksis.

Sebuah foto, terlebih foto jurnalistik, pada hakikatnya adalah medium penyampai

pesan, dengan atau tanpa teks. Disini penulis menjelaskan unsur sintaksis pada

data foto 4 dengan melihat elemen-elemen dalam foto yang dapat memberikan

sebuah cerita dalam satu bingkai foto.

Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna

konotasi dari foto tersebut adalah peci di kota xinjiang melambangkan umat

islam karena di kota xinjiang umat islam bagian dari minoritas. Hampir setiap

orank yang beragama Islam di daerah Asia menggunakan peci di setiap kegiatan

keagamaannya bahkan di kesehariannya, dari anak kecil sampai orang tua..

Namun hal yang membuat umat muslim berbeda dengan memakia peci,

sedangkan umat non muslim tidak memakai peci.

5. Makna mitos

Masjid merupakan tempat beribadah umat islam, sama halnya seperti agama

kristen di gereja, hindu di pura dan budha di wihara. Berdasarkan pendapat

kebanyakan ulama, penganut selain Islam diperbolehkan untuk masuk ke masjid,

selama mereka tidak makan atau tidur di dalamnya. Tapi, Mazhab Maliki memiliki

Page 90: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

80

pendapat lain yang melarang penganut selain Islam untuk masuk ke masjid dalam

keadaan apapun.

Peci adalah penutup kepala terbuat dari kain dan sebagainya, berbentuk

meruncing di kedua ujungnya. Makna peci berdasarkan KBBI tersebut bersifat

analogon. Yakni makna harfiah sesuai dengan apa yang dilihat, dirasakan atau

didengarkan. Dalam semiotika (ilmu yang mempelajari tanda), makna peci lebih dari

itu. Sebagai sebuah symbol teks/tanda peci merupakan barang penting dengan segala

nilai-nilai mitos/ideology yang mengikutinya.

Page 91: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari data yang telah terkaji melalui tawaran membaca foto yang diajukan

oleh Roland Barthes, maka didapati kesimpulan, yaitu:

1. Makna denotasi yang didapat dari hasil analisis semiotika makna toleransi

beragama dalam pameran foto bianglala xinjiang karya “ismar patrizki”,

memberikan gambaran tentang upaya bercerita lewat foto yang dilakukan

fotografer terkait pesan tentang toleransi beragama di China. Lewat

konstruksi foto yang sedemikian rupa, pemilihan format warna dan objek

yang dipilih membuat foto-foto yang ada menjadi di luar kebiasaan foto

jurnalistik pada umumnya.

Meskipun beberapa foto ditampilkan secara bersamaan, dari foto-

foto tersebut justru memiliki kekuatan dan memberikan gambaran tentang

keadaan kaum muslim di China. Dalam rangkaian foto-foto tersebut kita

dapat melihat suatu cerita tentang kondisi kaum muslim yang terjadi

dengan tanpa menampilkan unsur-unsur yang berpotensi memunculkan

kontroversi secara visual.

2. Hasil analisis makna konotasi dari foto-foto yang ada memberikan sebuah

ungkapan bahwasanya untuk memahami foto jurnalistik tidak cukup

sebatas melihat apa yang tampak. Terlebih melihat foto-foto yang

ditampilkan dengan format yang sedemikian rupa dan penuh dengan

elemen-elemen yang sifatnya simbolik.

Page 92: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

82

Ismar Patrizki, dalam empat foto nya mampu membangun citra

indah dan bahagianya kondisi umat muslim di China. Ismar berupaya

merangkai sebuah cerita tentang keadaan umat muslim lewat cara yang

sangat unik dan penuh muatan simbolik. Satu foto terakhir karya Ismar

Patrizki mampu membangun citra umat muslim yang ingin bergerak

keluar dari kondisi kelamnya dunia umat muslim yang nyatanya masih

penuh masalah dan belum terselesaikan. Banyak aspek yang membuat

keadaan umat muslim di China masih berkutat pada banyak permasalahan.

Baik dari segi hubungan politik, sistem yang ada, ataupun akibat kentalnya

konstruksi gender yang melekat di masyarakat, membuat perbaikan atas

keberlangsungan kondisi umat muslim terhambat.

3. Hakikat foto jurnalistik yang merupakan refleksi atas realitas, muncul

bukan atas pandangan subjektif semata, melainkan memiliki hubungan

sinergi atas fenomena sosial budaya masyarakat yang terjadi. Mitos yang

terbangun dari foto-foto pameran bertajuk Bianglala Xinjiang yang dimuat

Antara Foto memberikan sebuah fakta bahwa keberadaan umat muslim

dalam ruang publik masih menjadi minoritas. Posisinya yang masih berada

pada second class society, terabaikan, bahkan tertindas memberikan

sebuah pesan bahwa masih kentalnya ketimpangan gender di tengah

kehidupan masyarakat yang berimbas negatif khususnya bagi umat islam.

B. Saran

Wacana tentang seni fotografi khususnya, tidak lagi hanya mendebatkan

foto dari segi teknis bagaimana foto itu dibuat, melainkan sudah harus bergerak

Page 93: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

83

pada ranah filosofis. Sehingga budaya visual di Indonesia dapat terus berjalan

kearah perkembangan, dan bukan hanya sekedar pengulangan. Oleh karena,

ternyata ranah fotografi dapat terintegrasi dengan banyak hal yang berkaitan

dengan fenomena budaya yang berkembang di masyarakat, bekal wawasan

budaya secara meluas dapat membuat sebuah karya foto jurnalistik lebih kaya

informasi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat

menjadi saran baik kepada segenap akademisi Fakultas komunikasi, khususnya

Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta bagi peminat

fotografi khususnya yang menekuni foto jurnalistik dan orang-orang yang concern

terhadap umat muslim, yaitu:

1. Melihat hasil analisis atas makna denotasi yang didapat dari ketiga foto

yang diteliti, memberikan suatu referensi tentang tampilan foto-foto

dengan mengusung tema atas fenomena sosial budaya yang terjadi di

tengah masyarakat. Referensi tampilan-tampilan foto dalam foto yang

diteliti dapat menjadi suatu acuan bagai para fotografer pemula khususnya.

2. Melihat hasil analisis atas makna konotasi yang didapat dari keempat foto

yang diteliti, dapat menjadi sebuah kamus visual bagi para penikmat

fotografi. Metode semiotika Barthes dengan rumusannya dalam membaca

konotasi pada foto, dapat menjadi pegangan seorang fotografer agar dapat

mengerti bagaimana suatu kesan dapat terbentuk, hingga dapat

memanfaatkannya secara fungsional ketika ingin mengungkapkan suatu

pesan, khususnya dalam medium foto.

Page 94: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

84

3. Melihat hasil analisis atas makna mitos yang didapat dari keempat foto

yang diteliti, secara umum memuat fakta-fakta atas fenomena yang terjadi

di tengah kehidupan umat islam, dapat menjadi salah satu alat kampanye

atas usaha perbaikan nasib umat islam bagi para penggiat atau aktivis yang

senantiasa memperjuangkan nasib umat islam melalui foto. Kemudian

Bagi para akademisi yang juga concern terhadap seni membaca foto,

metode semiotika Barthes ini dapat pula menjadi pegangan utama dalam

mengembangkan paradigma kontstruktivis dalam membaca foto dan

mengkorelasikannya dengan fenomena sosial budaya yang terjadi di

tengah masyarakat.

Page 95: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

85

DAFTAR PUSTAKA

AS Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis,

(Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006).

Audy Mirza Alwi. Foto Jurnalistik, Metode Memotret dan Mengirim Foto ke

Media Massa. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004).

Budiman, Kris, Semiotika Visual.

Christomy, Tommy, “Semiotika Budaya”, (Depok: UI, 2004).

Clifron Cerdic Edom, Photojurnalis: priciples and practices (New York: William

C Brown Pus., 1980).

Company Profil LKBN Antara

Drs. Asep Saeful Muhtadi, M.A, Jurnaslitik (Pendekatan Teori dan Praktek),

Logos Wacana Ilmu, Jakarta:1999.

Dwifriansyah, Bonny, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur

bersaudara”,

Ed Zoelverdi, Mat Kodak. (Jakarta: PT. Temprint, 1985).

Forum Diskusi “Fotografer.net” dengan tema: jurnalistik foto antara Foto

Headline HARIAN UMUM vs Foto Sampul Majalah Life Stylr Irsyad,

Robi,

Kesuma, Rully, disampaikan dalam seminar Foto Jurnalistik di GFJA tahun 2009

M. Antonius Birowo, ed. Metode Penelitian Komunikasi. (Yogyakarta:

Gitanyali, 2004).

Muzakki, Akhmad, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama,

(Malang: UIN-Malang Press, 2007).

Page 96: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

86

Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo, “Metode Penelitian

Komunikasi: teori dan aplikasi”. (Yogyakarta: Gitanyali, 2004).

Pappilon Manurung, M. Antonius Birowo, ed.,“Metodologi Penelitian

Komunikasi”, (Yogyakarta: Gitanyali).

Prof.Dr.r.m.Soelarko, fotografi untuk salon foto dan lomba foto. (Bandung: PT.

Karya Nusantara:1978)

Seno Gumira Ajidarma, Kisah Mata, Fotografi, (Yogyakarta: Galang Press,

2002).

Setiati, Eni, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. (Jakarta: Andi

Publisher, 2005).

Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, Analisis Framing. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004).

Sobur, Alex, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003).

Soedjono, Soeprapto, Pot-Pourri Fotografi, Penerbit Universitas Trisakti,

Jakarta:2007.

ST. Sunardi, Semiotika Negativa, (Jogajakarta: Kanal, 2002).

Stokes, Jane, How To Do Media and Cultural Studies, (Yogyakarta: PT Bentang

Pustaka, 2006).

Sumber Lain :

Al-Kindi, Ibnu Sahl, Ibnu Al-Haitham : Tiga Ilmuwan Islam Pelopor Ilmu

Optik”. http://hamba4wl.wordpress.com/2011/07/11/al-kindi-ibnu-sahl-

Page 97: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

87

ibnu-al-haitham-tiga-ilmuwan-islam-pelopor-ilmu-optik/ Artikel diakses

pada 10 Oktober 2014.

Artikel “Sejarah Fotografi By: Arbain Rambey”, dari

http://www.berilmu.com/photography1.php. Artikel diakses pada 10

Oktober 2014

Becil Ucil. Jurnalistik baru, dari http://becilucil.blog.com/2011/01/31/jurnalistik-

%E2%99%A5-jurnalistik-baru-new-jurnalism-%E2%99%A5/ . Artikel

diakses pada 18 Oktober 2014.

http://www.forumkami.com/forum/forum-fotografi/3323-pengertian-

fotografi.html artikel diakses pada 17 April 2011

http://langitan.net/?p=26 Artikel diakses pada 18 Oktober 2014

http://www.pasarkreasi.com/news/detail/photography/67/sejarah-fotografi-dunia

Artikel diakses pada 10 Oktober 2014

http://www.satulingkar.com/detail/read/8/2370/antara-teheran-dan-

jakarta#sthash.VxtoJjkP.dpuf Artikel diakses pada 10 Oktober 2014

http://astaganaga.multiply.com/journal/item/5?&item_id=5&viewreplies/threaded.

com. Artikel diakses pada 18 Oktober 2014

Page 98: ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI BERAGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28560/1/ERSHAD... · Xinjiang agar menjadi contoh bagi umat beragama dimanapun

88

LAMPIRAN