islamofobia metro tv · 2020. 6. 25. · foto: pelepasan da’i pedalaman stid mohammad natsir...

12
48 Rabi’ul Tsani 1437 H Januari 2016 M KH. Abdul Gaffar Ismail Ulama Heroik ISLAMOFOBIA Visitasi Kemenag dalam Rangka Pembukaan Prodi PMI Dewan Da’wah Hadiri Sidang RISEAP di Taiwan LPPOM MUI Ajak Dewan Da’wah Wujudkan Jakarta Kota Halal Ustadz Abdul Wahid Alwi: Model-Model Kaderisasi Dewan Da’wah (2) METRO TV

Upload: others

Post on 02-Mar-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

48Rabi’ulTsani1437H

Januari2016M

KH. Abdul

Gaffar Ismail

Ulama

Heroik

ISLAMOFOBIA

VisitasiKemenagdalamRangka

PembukaanProdiPMI

DewanDa’wahHadiri

SidangRISEAPdiTaiwan

LPPOMMUIAjakDewanDa’wah

WujudkanJakartaKotaHalal

UstadzAbdulWahidAlwi:Model-Model

KaderisasiDewanDa’wah(2)

METRO TV

Page 2: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

Penerbit: STID Mohammad Natsir Penanggung jawab: Ketua STID Mohammad Natsir Redaksi Ahli: Dr. Ahmad Misbahul Anam, MA, Dr. Mohammad Noer,

Dr. Imam Zamroji, MA., Taufik Hidayat, MA Pemimpin Redaksi: Dwi Budiman, M.Pd.I., Redaksi Pelaksana: Saeful Rokhman, S.Kom.I

Produksi: Din Akbar S.Sos.I Alamat Redaksi: STID Mohammad Natsir Jl. Kampung Bulu Setia Nekar, Tambun-Bekasi Jawa Barat

Telp. (021) 8809444 Email: [email protected] Website: www.stidnatsir.ac.id.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ba’da tahmid, shalawat dan salam, semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah Ta’ala.

Alhamdulillah, kita bertemu kembali di media kita tercinta, Mimbar STID Mohammad Natsir. Semoga Allah Ta'ala selalu merahmati langkah kita semua, hambaNya yang tengah berupaya menebar al-haq di bumi ini.

Pada edisi kali ini, Mimbar STID Mohammad Natsir memuat tajuk, “Konstruksi Metro TV dan Paradigma Islamofobia”. Dalam tayangan edisi 3 Januari 2016 pukul 15:55 WIB, Metro TV menampilkan daftar jaringan teroris di Indonesia sebelum pengaruh ISIS tahun 2013. Wahdah Islamiyah, salah satu ormas Islam di Indonesia, dituduh sebagai salah satu jaringan organisasi teroris.

Selain itu, dalam berita yang menghadirkan narasumber dari BNPT itu disebut juga secara jelas di layar bahwa Muhammad Zaitun Rasmin, Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah, adalah tokoh terorisnya. Berita ini pun segera menyebar ke penjuru Nusantara dan kemudian menuai banyak kecaman, termasuk dari Zaitun Rasmin sendiri.

Ustadaz Zaitun, panggi lan akrabnya, menjelaskan, pihaknya merasa sangat terpukul dengan pemberitaan yang dilakukan stasiun televisi milik petinggi partai Nasdem itu. Karenanya, pihaknya akan melaporkan pemberitaan ini kepada kepolisian dan Dewan Pers.

Para pembaca Mimbar, pada rubrik Bayan, Ustadz Ahmad Misbahul Anam, MA. mengupas tentang “memperbaiki niat menuntut ilmu”. Jika ditanya, apa tujuan anda setelah bekerja nanti? “Tentu aku ingin menjadi orang yang kaya. Banyak uang dan harta. Jika demikian, pasti orang tua dan kerabatku bangga kepadaku.” Begitu katanya. Benarkah demikian cara pandang yang benar dalam mencari ilmu di sekolah atau pun bangku kuliah?

Selain itu, ada juga rubrik mimbar Nasional yang mengulas LPPOM MUI ajak Dewan Da’wah Wujudkan Jakarta Kota Halal, Mimbar Internasional tentang Dewan Da’wah mengikuti Sidang RISEAP, reportase, Pewarisan Nilai dan Tokoh yang sayang jika dilewatkan.

Mudah-mudahan sajian kami dapat memberi wawasan dan manfaat kepada pembaca semuanya. Saran dan kritik konstruktif senantiasa kami harapkan. Jazakumullahu khairan katsira.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Redaksi

Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta

Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru

Anak-anak muda yang masa mudanya dipenuhi oleh prestasi adalah mereka yang selalu punya ketertarikan untuk mencoba peluang hebat yang hadir di depannya. Ia selalu memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk melejitkan prestasinya.

Ada lomba ini dia mengikutinya, ada peluang tampil dia ambil, ada kesempatan hal baru ia semangat menyambutnya. Nah, kalau sudah ada keberanian untuk selalu mencoba hal baru yang kita temui, biasanya akan muncul dan hadir momentum yang melejitkan potensinya. (Akhsanul Qoriah)

Adakah Kolom Khusus untuk Perkembangan Teknologi Dunia?

Seiringnya berjalan waktu, perkembangan zaman pun terus melaju. Mulai dari penyebaran informasi yang begitu cepat sampai transportasi yang tak kalah cepat perkembangannya. Sebagai umat Islam, kita tidak boleh kalah cepatnya dengan bangsa luar sana. Dengan teknologi mereka memberi tipu daya bagi umat Islam untuk larut dalam kesenangan dunia.

Kita harus mengetahui seberapa dan sampai mana teknologi yang kini berkembang pesat. Jangan sampai teknologi tersebut bisa menjadi racun untuk umat Islam, sebagai sarana pembodohan di bangsa kita.

Selain itu, teknologi juga penting untuk memajukan umat dan memajukan bangsa. Sebagai sarana da’wah bagi kita, umat Islam. Tugas kita adalah bisa memilah yang mana teknologi yang bisa dimanfaatkan dan yang mana teknologi yang berbahaya bagi umat. Bila perlu kita memodifikasi teknologi di dunia untuk memajukan Islam.

Sebagai mahasiswa saya menyarankan untuk diadakan kolom khusus tentang perkembangan teknologi di dunia. Kami sebagai pembaca Mimbar membutuhkan informasi tersebut dikarenakan kami

adalah mahasiswi yang menggeluti ilmu komunikasi penyiaran Is lam, yang sudah seharusnya membutuhkan informasi tentang perkembangan teknologi di dunia. (Nuha Bilqisti)

Shaleh Mantap, Muslih It’s AmazingBaginda terkasih Rasulullah shallallahu alaihi

wasallam sebelum mengemban risalah kenabian adalah orang yang paling dicintai kaumnya sebab beliau adalah orang yang shaleh. Namun ketika Allah mengutus beliau sebagai Nabi dan Rasul yang mengajak kepada kebaikan, kecintaan berubah menjadi kebencian, cemooh, dan permusuhan, mereka menuding rasulullah dengan "penyihir, pendusta, dan yang lebih menyakitkan lagi gila". Na'udzubillah min dzalik.

Para mushlihun menghancurkan batu nafsu-nafsu mereka dengan mencegah mereka dari berbuat kerusakan. Luqman Al-hakim menasehati anaknya agar senantiasa bersabar dalam mengajak kepada kebaikan sebab ia akan menjumpai perlawanan dan permusuhan.

Allah ta'ala berfirman dalam surah Luqman: یا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر

على ما أصابك إن ذلك من عزم الأمور Surat Luqman:17]

Ahlul fadhl Dan ahlul 'ilmi mengatakan seorang muslih lebih Allah cintai dibandingkan seorang shaleh. Sebab dengannya Allah menjaga suatu kaum dari murka-Nya namun orang shaleh hanya cukup menjaga dirinya sendiri

Allah berfirman dalam surah Hud وما كان ربك لیھلك القرى بظلم وأھلھا مصلحون

Surat Hud: 117]

Soleh?! Mantap. Mushlih?! It's amazing. (Cordova El-Andalusia)

081289422092Redaksi menerima SMS Surat Pembaca

maupun Komentar. Setiap SMS hendaknya menyertakan nama dan asal kota.

Page 3: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

dan serius untuk mendapatkan ilmu

itu? Sangat mungkin tidak, karena

setiap ilmu yang kita pelajari bukan

semata untuk mendalaminya dan

menghasilkan sesuatu yang

bermanfaat. Karena daya dorong kita

dalam belajar hanya untuk selembar

ijazah dan sebuah pekerjaan. Tidak

ada semangat yang menggairahkan

dalam memecahkan sebuah masalah

keilmuan. Tidak ada niatan agar ilmu

yang ditekuni bermanfaat untuk

masyarakat banyak. “Untuk apa cape-

cape, intinya kan bagaimana kita bisa

bekerja dapet duit habis kuliah.”

Kita kerap menyaksikan seseorang

yang tidak sekolah atau kuliah, namun

mereka sukses. Mereka bisa menjadi

orang yang kaya-raya tanpa “makan

bangku kuliah”. Sebaliknya tak jarang

pula kita melihat orang kuliah tinggi-

tinggi, namun hanya menjadi

pengangguran. Segepok ijazah yang ia

peroleh tak membuat kehidupannya

semakin baik. Pertanyannya adalah,

sebenarnya apa sebab terjadi keadaan

yang kontras seperti itu. Dengan cara

pandang biasa, seharusnya orang

kuliah tinggi-tinggi itu seharusnya

menjadi orang sukses. Namun kenapa

yang terjadi adalah fakta sebaliknya?

Masalah sebenarnya bukan pada

level pendidikannya, namun lebih

pada sisi keilmuannya. Orang yang

tidak bersekolah tapi sukses itu boleh

jadi karena ia memiliki satu keilmuan

dalam bidang tertentu. Misal ia

mendapat ilmu wirausaha dari

pengalamannya selama bertahun-

tahun. Meski ia tak sekolah, namun ia

mempunyai ilmu dalam bidang

tersebut. Sebaliknya, orang yang

kuliah tinggi-tinggi itu, meski

memperoleh sederet gelar, namun

bisa jadi ia miskin ilmu. Keilmuannya

hanya ternilai dari selembar ijazah itu.

Tidak lebih.

Untuk itu, ilmu adalah karunia

yang diberikan oleh Allah SWT. Ia lebih

tinggi dibandingkan selembar ijazah.

Selain itu, ilmu juga tidak dipandang

dengan cara “materialistis”. Uang atau

harta memang perlu, tapi hendaknya

jangan dijadikan orientasi utama

dalam mencari ilmu. Teguhkan dalam

hati bahwa niat kita mencari ilmu

karena Allah dan untuk memberi

manfaat bagi sesama. “Sebaik-baik

orang adalah yang bisa bermanfaat

bagi orang lain. Itu titah Nabi SAW.

Semakin Berilmu, Semakin Beradab

Sudah tak terhitung berapa kali

kasus korupsi yang ditayangkan di

layar kaca televisi. Para pelakunya

bukan dari kalangan biasa, katanya

mereka adalah orang-orang

berpendidikan tinggi serta memiliki

jabatan tinggi di negeri ini. Mereka

juga (katanya) orang berilmu, buktinya

sederet gelar ada di depan dan

belakang namanya. Namun sungguh

ironis, mereka menjadi manusia-

manusia di garda terdepan dalam

merusak negeri tercinta ini. Hal ini

dikarenakan ilmu yang didapatkan

tidak menghasilkan manusia yang

beradab. Ia entah salah mencari ilmu,

salah memandang ilmu, atau tersesat

karena ilmu. Atau kah memang

oerientasi belajar di bangku sekolah

atau kuliah tidak dicetak untuk

menghasilkan insan beradab.

Dr. Adian Husaini pernah

mengatakan, ketika negara kita

uliah? Di kampus A aja,

K100 % jaminan kerja!

Demikian bunyi promosi

kampus yang kerap kita

lihat di jalanan. Karena

merasa mendapat jaminan, orang-

orang pun segera berbondong-

bondong mendaftar ke kampus

tersebut. Jika ditanya, apa tujuan anda

setelah bekerja nanti? “Tentu aku

ingin menjadi orang yang kaya. Banyak

uang dan harta. Jika demikian, pasti

orang tua dan kerabatku bangga

kepadaku.” Begitu katanya. Benarkah

demikian cara pandang yang benar

dalam mencari ilmu di sekolah atau

pun bangku kuliah?

Kita mungkin sepakat bahwa ilmu

itu begitu mulia dan tak ternilai.

Derajat orang yang berilmu akan

semakin naik dan bergerak ke atas

menuju Allah SWT. Levelnya

ditinggikan beberapa derajat oleh

Allah SWT jika dibandingkan dengan

orang biasa. Namun, untuk

memperoleh ilmu tersebut manusia

harus melakukan penggalian dan

perenungan yang mendalam. Ia mesti

dikaji, disimak, diteliti, diamati, dan

disimpulkan. Bahkan tidak cukup

sampai di situ, ilmu tersebut juga

harus diamalkan sebagai bukti nyata

dari kebenaran ilmu tersebut. Lebih

dari itu, ilmu yang diperoleh

hendaknya semakin mendekatkan

dirinya kepada Sang Penguasa Ilmu,

bukan malah semakin menjauh

dariNya.

Namun demikian, jika niat kita

kuliah hanya sekedar satu tangga,

yaitu untuk mendapatkan selembar

ijazah kemudian memperoleh

pekerjaan, apakah kita akan berhasil

diminta mengejar kemajuan, kita

melihat, yang lebih difokuskan adalah

kemajuan materi, bukan kemajuan

akhlak. Padahal, dalam UU Sisdiknas

disebutkan, tujuan pendidikan

nasional juga mencakup persoalan

akhlak. Juga, sesuai lagu “Indonesia

Raya”, kita harus membangun jiwa,

baru membangun badan/raga.

“Bangunlah jiwanya, bangunlah

badannya!” begitu katanya. Tapi,

apakah setiap tahun, ada laporan

pemerintah kita tentang keberhasilan

atau kegagalan membangun jiwa?

Bagi kita, umat Muslim, jika ingin

membangun atau membangkitkan

sebuah peradaban, maka yang

seharusnya dibangun adalah manusia-

manusia yang beradab.

Demikianlah seharusnya sosok

insan-insan berilmu yang ideal. Ia

adalah seorang yang berilmu, beradab,

dan dekat dengan Allah SWT. Bukan

seorang yang berilmu tapi pintar

dalam berbuat kejahatan. Bukan

seorang berilmu yang semakin jauh

dari Sang Penciptanya.

Sabda Nabi SAW:

“Sesungguhnya Malaikat akan

meletakkan sayapnya untuk orang

yang menuntut ilmu karena ridha

dengan apa yang mereka lakukan. Dan

sesungguhnya seorang yang

mengajarkan kebaikan akan

dimohonkan ampun oleh makhluk

yang ada di langit maupun di bumi,

bahkan ikan yang berada di dalam air

sekalipun. Sesungguhnya keutamaan

orang ‘alim atas ahli ibadah seperti

keutamaan bulan atas bintang-

bintang.” (Al Hadits) []

MEMPERBAIKI�NIAT�MENUNTUT�ILMUMEMPERBAIKI�NIAT�MENUNTUT�ILMUOleh: Ahmad Misbahul Anam, MA

Page 4: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

alam tayangan edisi 3

DJanuari 2016 pukul 15:55

WIB, Metro TV

menampilkan daftar

jaringan teroris di Indonesia sebelum

pengaruh ISIS tahun 2013. Wahdah

Islamiyah, salah satu ormas Islam di

Indonesia, dituduh sebagai salah satu

jaringan organisasi teroris. Selain itu,

dalam berita yang menghadirkan

narasumber dari BNPT itu disebut

juga secara jelas di layar bahwa

Muhammad Zaitun Rasmin, Ketua

Umum DPP Wahdah Islamiyah,

adalah tokoh terorisnya. Berita ini

pun segera menyebar ke penjuru

Nusantara dan kemudian menuai

banyak kecaman, termasuk dari

Zaitun Rasmin sendiri.

Ustadz Zaitun, panggilan

akrabnya, menjelaskan, pihaknya

merasa sangat terpukul dengan

pemberitaan yang dilakukan stasiun

televisi milik petinggi partai Nasdem

itu. Karenanya, pihaknya akan

melaporkan pemberitaan ini kepada

kepolisian dan Dewan Pers.

"Kami akan mencari cara terbaik.

Apakah itu melakukan laporan ke

kepolisian langsung, atau ke Dewan

Pers, maupun Komisi Penyiaran

Indonesia. Pokoknya kita sesegera

mungkin melapor," kata Ustadz

Zaitun, Sabtu malam (9/1),

sebagaimana dilansir Republika.

Menurut Ustadz Zaitun, sangat

tidak tepat jika ormas yang

dipimpinnya dikaitkan dengan

jaringan terorisme. Pasalnya Wahdah

Islamiyah justru melakukan upaya-

upaya untuk merekrut anak muda

agar menjadi pemuda yang memiliki

akhlak mulia. Selain itu, Wahdah

Islamiyah merupakan organisasi yang

mengedepankan sikap-sikap santun

dan menjauhi aksi terorisme.

Dalam websitenya wahdah.or.id,

dijelaskan bahwa Wahdah Islamiyah

didirikan pada 18 Juni 1988. Wahdah

Islamiyah yang berarti Persatuan

Islam adalah sebuah Organisasi

Massa (Ormas) Islam yang

mendasarkan pemahaman dan

amaliyahnya pada Al Qur’an dan As

Sunnah sesuai pemahaman As Salaf

Ash-Shalih (Manhaj Ahlussunnah Wal

Jamaah). Organisasi ini bergerak di

bidang da’wah, pendidikan, sosial,

kewanitaan, informasi, kesehatan dan

lingkungan hidup. Saat ini organisasi

Wahdah ada di berbagai wilayah

tanah air.

Ustadz Zaitun sendiri menjabat

sebagai Ketua Umum DPP Wahdah

Islamiyah. Beliau dikenal sebagai

“Pencetak Dai dari Timur”. Awalnya

beliau adalah mahasiswa Fakultas

Pertanian Universitas Hassanuddin

(Unhas), Makasar. Pada semester 4 ia

banting setir dengan pindah belajar

ke LIPIA Jakarta. Setelah itu, Ustadz

Zaitun mendapat beasiswa selama 4

tahun untuk mendalami ilmu syariah

di Universitas Islam Madinah hingga

lulus tahun 1995. Sepulang dari

Madinah, ia mengembangkan ormas

Wahdah Islamiyah. Kini, selain

sebagai Ketua Umum DPP Wahdah

Islamiyah, Ustadz Zaitun juga tercatat

sebagai Wasekjen MUI Pusat, inisiator

MIUMI (Majelis Intelektual & Ulama

Muda Indonesia), dan Ketua Ikatan

Ulama dan Da’i Asia Tenggara.

Konstruksi media merupakan hal yang kerap kita jumpai, baik itu di media cetak, media elektronik, maupun media internet. Dalam pemberitaan, awak media turut berpolemik dengan mengkonstruksi

berita sesuai pandangan mereka, atau pun sesuai dengan pihak yang mengendalikan mereka

ISLAMOFOBIAMETRO TV

Page 5: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

Paradigma IslamofobiaDalam dunia media massa, bagi

kaum konstruksionis, peristiwa adalah

hasil konstruksi. Sehingga realitas itu

bersifat subjektif. Realitas itu hadir,

karena dihadirkan oleh konsep

subjektif wartawan. Realitas tercipta

lewat konstruksi dan sudut pandang

tertentu dari wartawan. Di sini tidak

ada realitas yang bersifat objektif,

karena realitas itu tercipta lewat

konstruksi dan pandangan tertentu.

Realitas bisa berbeda-beda,

tergantung pada bagaimana konsepsi

realitas itu dipahami oleh wartawan

yang tentu saja mempunyai

pandangan berbeda. (Eriyanto,

Analisis Framing; Konstruksi, Ideologi,

dan Politik Media, hlm. 22) Sehingga

bisa jadi, pemberitaan tentang satu

peristiwa di satu media massa akan

berbeda dengan pemberitaan di

media massa lainnya dan bahkan bisa

berbeda dengan fakta yang terjadi di

lapangan.

Pandangan wartawan dalam

melihat sebuah fakta dapat

dipengaruhi oleh field of experience

yang dipengaruhi oleh ideologi yang

dianut si wartawan. Teun A. van Dijk

menyatakan bahwa

“Ideologies control more specific

group attitudes and how personal

mental models of journalists about

news events control activities of news

making, such as assignments, news

gathering, interviews, news writing,

editing and final make up” (Dijk,

2009, hlm. 195)

Konstruksi media semacam itu,

kerap juga terjadi menyangkut isu

Islam. Termasuk konstruksi terhadap

isu-isu keislaman dengan memakai

paradigma islamofobia. Dimana

berita yang disajikan cenderung

bernuansa kebencian dan diskriminasi

terhadap Islam dan kaum

Muslim.

Islamofobia adalah

istilah kontroversial yang

merujuk pada prasangka

dan diskriminasi pada

Islam dan kaum Muslim.

Istilah ini sudah ada sejak

tahun 1980-an, tapi

menjadi lebih populer

setelah peristiwa

serangan terhadap

menara WTC pada 11

September 2001. Pada

tahun 1997, Runnymede

Trust, seorang Inggris,

mendefinisikan

Islamofobia sebagai "rasa

takut dan kebencian

terhadap Islam dan oleh

karena itu juga pada

semua Muslim."

Dinyatakan bahwa hal

tersebut juga merujuk pada praktik

diskriminasi terhadap Muslim dengan

memisahkan mereka dari kehidupan

ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan

bangsa. Di dalamnya juga ada

persepsi bahwa Islam tidak

mempunyai norma yang sesuai

dengan budaya lain, lebih rendah

dibanding budaya barat dan lebih

berupa ideologi politik yang bengis

daripada berupa suatu agama.

(https://id.wikipedia.org

/wiki/Islamofobia)

Pemberitaan semacam itu

misalnya berusaha menggiring

pembaca agar melakukan vonis

bahwa pelaku teror adalah kelompok

Islam. Tidak peduli apakah

pemberitaannya sesuai fakta, bukti-

buktinya sudah kuat, saksinya bisa

dipertanggungjawabkan atau tidak.

Karena yang terpenting adalah isu

tersebut segera menyebar luas ke

seluruh penjuru dunia.

Kasus pemberitaan Metro TV

terkait jaringan teroris di Indonesia

yang menyebut-nyebut Wahdah

Islamiyah dan Zaitun Rasmin dapat

dimasukan ke dalam model

pemberitaan semacam ini. Sebab

ketika diprotes sejumlah elemen

masyarakat, media milik Surya Paloh

ini tidak bisa menunjukkan data-data

dan buktinya. Untuk itu, berita yang

disiarkan Metro TV bisa dikatakan

berita bohong atau fitnah.

Menurut Drs. A.M. Hoeta

Soehoet dalam bukunya Dasar-Dasar

Jurnalistik, berita bohong adalah yang

tidak berdasarkan fakta, tetapi hasil

karangan reporter belaka. Jadi berita

bohong tidak mengandung fakta

tetapi reporter berusaha meyakinkan

pembaca/penonton (komunikan)

bahwa berita tersebut mengandung fakta.

Menurut Kode Etik Jurnalistik

PWI Pasal 3 ayat 6, kata beliau, berita

bohong tidak boleh dimuat. Jika

dimuat, hal itu merupakan

pelanggaran berat terhadap profesi

wartawan karena akan merugikan

pembaca dan orang yang diberitakan.

Karena itu, seorang wartawan atau

surat kabar hendaklah selalu

menyajikan berita yang benar. Sekali

pembaca dibohongi oleh wartawan

media massa apa saja, akan sulit

memulihkan kepercayaannya. (Drs.

A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar

Jurnalistik, hlm. 38)

Tidak heran jika kemudian kasus

ini mengundang reaksi keras dari

berbagai pihak. Dua hari setelah

pemberitaan itu, sekitar 30 orang

tokoh Islam berkumpul dalam jumpa

pers bersama. Mereka sepakat

mengecam metro TV terkait dengan

pemberitaan tersebut. Kehadiran

Metro TV memasukkan Wahdah Islamiyah dan Ustadz Zaitun Rasmin ke dalam jaringan teroris di Indonesia

Konstruksi media dalam paradigma

islamofobia, kerap juga terjadi menyangkut isu

Islam. Termasuk konstruksi terhadap isu-

isu keislaman dengan memakai paradigma islamofobia. Di mana berita yang disajikan cenderung bernuansa

kebencian dan diskriminasi terhadap

Islam dan kaum Muslim.

And Now Put the Syirian Flag onThe Photo of Your Profile?

Ustadz Zaitun Rasmin bersama tokoh-tokoh Islam memberikan klarifikasi terkait tuduhan teroris yang disiarkan Metro TV

Page 6: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

para tokoh itu, menurut Adnin Armas,

merupakan bentuk empati mereka

atas Wahdah Islamiyah yang dituduh

teroris oleh Metro TV. Sebab, Zaitun

sebagai Ketum ormas itu juga bagian

dari MUI, MIUMI, dan umat Islam

secara umum.

“Kehadiran para tokoh di sini itu

sudah menunjukkan kami di sini juga

sangat merasa terluka (atas tuduhan

Metro TV itu),” ujarnya sebagaimana

diberitakan hidayatullah.com.

Terkait kasus ini, Ketua MUI

Bidang Dakwah, KH Cholil Nafis

meminta Metro TV untuk berhati-

hati. Dia menceritakan

pengalamannya yang baru saja

menguji tesis tentang gerakan da’wah

Wahdah Islamiyah di Universitas

Indonesia. “Tesis ini saya yang

menguji langsung dan tidak

ditemukan Wahdah Islamiyah

bertentangan dengan NKRI,” terang

KH. Cholil Nafis yang juga dosen UI

ini.

Ulama Muda Nahdlatul Ulama

(NU) ini menerangkan, pola

perjuangan Wahdah Islamiyah jauh

dari kesan teroris. Dalam dakwahnya,

Wahdah selalu menyampaikan

kebaikan nilai-nilai Islam dalam

berbangsa dan bernegara, tidak

dengan terorisme atau kekerasan.

“Terbukti beliau menempuh jalur

hukum sesuai Undang-undang. Kalau

teroris, pasti sudah menyelesaikan

masalah ini dengan cara-cara

terorisme,” paparnya sebagaimana

dikutip Islampos.com.

Kasus ini mengingatkan kita

kepada kasus serupa yang terjadi

beberapa waktu lalu. Dimana dalam

salah satu tayangannya, Metro TV

menyebut bahwa organisasi Rohani

Islam (Rohis) sebagai sarang teroris.

Tayangan ini pun menuai kecaman.

Para aktivis Rohis dan tokoh Islam

yang secara tidak langsung dituduh

sebagai sumber perekrutan teroris

muda menyatakan bahwa info yang

disampaikan metro TV tersebut

adalah fitnah. Forum Komunikasi

Alumni Rohis (FKAR) meminta Metro

TV meminta maaf atas hal tersebut.

“Kami menuntut Metro TV untuk

meminta maaf kepada seluruh rakyat

Indonesia terutama adik-adik ROHIS

karena telah memberitakan masjid-

masjid sekolah sebagai tempat

rekrutmen teroris. Metro TV juga

harus berjanji untuk tidak

mengulanginya lagi. Jika tetap

mengulanginya, kami menuntut

Metro TV agar dicabut hak siarnya

karena melakukan keresahan dan

pembohongan publik. Tidak layak

menjadi lembaga penyiaran”.

Demikian ungkap FKAR seperti dikutip

kiblatindonesia, Sabtu, (15/09/2012).

FKAR meminta Metro TV untuk

tidak mengulangi penyebutan masjid-

masjid sekolah sebagai tempat

rekrutmen teroris. Jika

mengulanginya, FKAR akan tuntut

Metro TV. “Supaya dicabut hak

siarnya karena melakukan keresahan

dan pembohongan publik. Tidak layak

menjadi lembaga penyiaran.”

Dua kasus di atas, cukup menjadi

bukti bagi kita, betapa Metro TV

seringkali menggunakan paradigma

islamofobia dalam memberitakan isu-

isu yang terkait dengan Islam dan

umat Islam. Oleh karena itu, Umat

Islam harus semakin berhati-hati

dalam menerima berita yang

disiarkan oleh stasiun televisi ini. []

Dukungan Tokoh Islam

Pada Wahdah Islamiyah“Saya pribadi mengenal sekali ustad Zaitun lama. Seluruh kegiatannya sama sekali tidak ada terkait terorisme. Wahdah Islamiyah mengedepankan dakwah sisi manfaat untuk kemashlahatan, Ukhuwah Islamiyah. Saya merasa sangat keberatan dengan penyebutan Wahdah Islamiyah dan Zaitun Rasmin selaku ketua umumnya sebagai jaringan teroris di Indonesia.” (Hidayat Nur Wahid)

“Seharusnya Indonesia patut bangga dengan seorang seperti Zaitun Rasmin dan organisasi Wahdah Islamiyah. Saya kenal baik keislaman yang dibawa oleh ustad Zaitun dan Wahdah Islamiyah tidak membawa terorisme dan Indonesia sepatutnya bangga dengan beliau. Bachtiar juga mempertanyakan sumber yang dipakai oleh Metro TV dalam menampilkan tabel jaringan teroris di Indonesia. (Bachtiar Nasir)

Metro TV harus berhati-hati. Saya baru saja

menguji tesis tentang gerakan da’wah Wahdah

Islamiyah di Universitas Indonesia. Tesis ini saya

yang menguji langsung dan tidak ditemukan

Wahdah Islamiyah bertentangan dengan NKRI.

Dalam dakwahnya, Wahdah selalu menyampaikan

kebaikan nilai-nilai Islam dalam berbangsa dan

bernegara, tidak dengan terorisme atau

kekerasan.

“Wahdah Islamiyah, dengan pimpinannya yakni Ustadz Zaitun, bukan lembaga teroris, bukan pula jaringan teroris. InsyaaAllah saya mengenal dengan baik. Saya kenal dengan beliau sudah lama sekali. Bahkan, sebagian anggota Wahdah Islamiyah juga menjadi pengelola Rumah Tahfidz di Sulawesi Selatan.”

Hidayat Nur Wahid

Bachtiar Nasir

Cholil Nafis

Yusuf Mansur

Komentar

Page 7: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

edatangan LPPOM MUI ke

Kgedung Menara Dakwah bertujuan ingin melahirkan Jakarta Kota Halal. “Di Jakarta ini ada sekitar

200.000 pedagang bakso. Nah, kita tidak tahu, daging apa yang mereka jual. Ini menjadi tanggungjawab Dewan Dakwah untuk membina mereka, agar tidak menjual daging haram,” demikian kata Wakil Direktur LPPOM MUI Osmena Gunawan, dalam silaturahim dengan Dewan Dakwah, Rabu (13/1).

Dalam silaturrahim tersebut, Osmena yang juga Direktur LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Kosmetik Majelis Ulama Indonesia) DKI Jakarta, didampingi para Wakil Direkturnya yaitu Abi Ichwanuddin, Muslich, dan Fuad Tohari, serta Sekretaris Masruhin dan sejumlah staf harian.

Kunjungan mereka disambut Wakil Ketua Umum Dewan Dakwah Amlir Syaifa Yasin, yang didampingi Sekjen Avid Solihin, Bendahara Umum Edy

Setiawan, Ketua Bidang Dakwah Misbahul Anam, Ketua Bidang Pendidikan Imam Zamroji, dan lain-lain. Hadir juga Ketua Muslimat Dewan Dakwah Ny Muslimah yang didampingi pengurusnya.

Osmena menuturkan, Direktur LPPOM MUI sejak dulu hingga kini tetap dipercaya sebagai Presiden Dewan Halal Dunia (World Halal Council). Sistem Jaminan Halal yang disusun lembaganya juga menjadi panduan lembaga halal sedunia. Kami juga sudah membuka kantor cabang di Korea dan China, untuk melayani sertifikasi halal bagi produk mereka yang akan diekspor ke Indonesia, ungkapnya.

Untuk itu, LPPOM MUI ingin menjadikan Ibukota Jakarta sebagai Kota Halal agar jadi teladan bagi kota-kota di Indonesia maupun dunia. Namun, lanjut Osmena, untuk mewujudkan cita tersebut lembaganya tidak bisa bekerja sendirian. Terutama dalam melakukan pembinaan pra dan

pasca sertifikasi halal untuk UKM (usaha kecil-menengah).

“Pedagang bakso saja ada 200 ribu unit. Belum lagi Warung Padang, Warung Tegal, jajanan pasar pagi, dan lain-lain. Pedagang ayam potong di pasar juga harus didampingi,” papar Osmena.

Karena itu, LPPOM MUI mengajak Dewan Dakwah untuk mendampingi UKM dalam menyediakan produk yang

terjamin kehalalannya, khususnya di Ibukota.

Bendahara Umum Dewan Dakwah menyambut baik ajakan LPPOM MUI. “Kami selama ini memang concern terhadap kehalalan produk yang dikonsumsi ummat. Pencerdasan dan sosialisasi tentang aspek halal kami lakukan misalnya melalui Majalah Tazakka yang diterbitkan LAZIS Dewan Dakwah,” kata Edy Setiawan. [] (Nb)

etua Umum Dewan

KDakwah Islamiyah Indonesia, Mohammad Siddik, menghadiri General

Assembly XVI RISEAP (Regional Islamic Da'wah Council for South East Asia Pacific) di Taipei, Taiwan, 15-17 Desember ini.

Sidang Umum Riseap ke-16 dibuka oleh Presiden Taiwan, Ma Ying-Jeou.

Sidang dihadiri Presiden Riseap Tun Pehin Sri Taib Mahmud dan lebih dari 80 peserta yang mewakili 53 organisasi dari 23 negara termasuk Indonesia.

Dalam sambutannya Presiden Ma mengatakan, negerinya sudah bersahabat dengan kaum muslimin sejak seribu tahun silam. Ia mengatakan, Islam sudah datang ke Cina sejak awal abad VII. Ma juga mengingatkan bahwa panglima

ekspedisi laut Dinasti Ming (1368-1644) Zheng He (Cheng Ho), adalah seorang Muslim. Namanya dipakai sebagai nama masjid di Surabaya dan Palembang, Indonesia.

Dalam sidang, Siddik mnyampaikan bahwa Dewan Dakwah siap untuk memfasilitasi semua anggota Riseap di bidang kaderisasi dakwah.

Sidang juga menaruh perhatian besar terhadap isu halal yang cukup berkembang di Taiwan. Di sela persidangan, para peserta mengunjungi beberapa pabrik setempat yang sudah menerapkan manajemen produksi halal. Menurut otoritas setempat, ekspor produk halal Taiwan memberikan kenaikan 20% pada volume ekspor produk negara itu.

Organisasi muslim di Taiwan juga membuat panduan wisata syariah bagi turis, yang berisi misalnya direktori

resto, hotel, dan destinasi wisata syariah.

Usai menghadiri Sidang Umum Riseap, M Siddik yang juga Vice President Riseap for Central Zone (ASEAN), melawat ke Hong Kong. Ditemani Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Ade Salamun, Siddik mengunjungi dua member Riseap yang sudah lama eksis di Hong Kong, yakni Islamic Union of Hong Kong dan The Incorporated Trustees of The Islamic Community Fund of Hong Kong.

Dalam pertemuan pada Jumat (18/12), mereka bertukar ide dan gagasan untuk memajukan dakwah di bekas koloni Inggris itu.Ketua Umum Dewan Dakwah mengatakan, dakwah di Hong Kong sangat penting untuk ditingkatkan, mengingat di sini terdapat banyak buruh migran asal Indonesia. Jumlahnya sekitar 170 ribu orang. []

Dewan Da’wah Hadiri

Sidang RISEAP di Taiwan

LPPOM MUI Ajak Dewan Da’wah

Wujudkan Jakarta Kota Halal

Page 8: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

elasa (26/1), Dewan Dakwah

Smeresmikan sumur air di Masjid Al Mukmin di Desa Pametar, Kec Tiga Binanga, Kab Karo, Sumatera Utara.

Peresmian dilakukan oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M Natsir, Misbahul Anam MA, yang didampingi aktivis senior PII (Pelajar Islam Indonesia) Tanah Karo Ustadz Ilyas Tarigan, da’i Dewan Dakwah Romadhona, serta relawan LAZ Ulil Albab Medan.

Fasilitas sumber air di Masjid baru yang dibangun secara swadaya ini, merupakan bantuan dari donatur LAZIS Dewan Dakwah, atas nama Jhoni Rizal (alm). Almarhum adalah anak Ny Aisyah Prawiranegara.

Diwakili Ustadz Ilyas, LAZIS Dewan Dakwah pada kesempatan yang sama juga menyerahkan bantuan biaya pemasangan listrik. “Ini untuk

menggenapi biaya pemasangan listrik yang sudah warga kumpulkan,’’ kata Ustadz Ilyas sambil menyerahkan uang Rp 1 juta kepada Ny Asmawati, Ketua Majelis Taklim Kaum Ibu Al Mukmin.

Ustadz Sahlul, pembina warga Pametar, merasa bahagia dengan bantuan ini. Ia berharap, Dewan Dakwah senantiasa membersamai da’i dalam pengembangan dakwah di Pametar khususnya dan Karo pada umumnya.

Pametar berada di pinggir jalan lintas Sumatera-Aceh. Jumlah penduduk desa ini sekitar 70 keluarga yang semuanya muslim, kecuali hanya 2 KK yang non-muslim.

Mereka rata-rata kaum perantau dari Siantar, keturunan keluarga transmigran asal Banyumas, Jawa Tengah.

Penduduk desa hampir semuanya

petani, dengan komoditas utamanya jagung. Maklumlah, sebab desa ini tergolong sulit air, sehingga pertanian yang cocok adalah ladang jagung.

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, penduduk Pametar mengambil dari mata air yang berada di ladang seorang warga setempat. Ladang terletak di lereng bukit terjal. Warga

dikutip iuran air sebesar Rp 400 ribu per keluarga pertahun.Sebelum mempunyai masjid sendiri, warga Pametar harus ke masjid di Banjire, desa sebelah. Untuk mengikuti pengajian, melaksanakan Jumatan, dan mengaji di TPA, warga berjalan kaki ke masjid yang terletak sekitar 600 meter dari Pametar itu.

Alhamdulillah, kini persoalan tempat ibadah dan sumber air sudah teratasi. Maka, Ustadz Ilyas berpesan agar warga Pametar bersyukur dengan cara memakmurkan masjid baru mereka. ‘’Silakan saja ambil air di masjid untuk kebutuhan dapur ibu-ibu. Tapi, tolong masjidnya dimakmurkan biar berkah,’’ ujarnya, disambut koor insya Allah ibu-ibu.

iang itu, di bawah bayang-Sbayang Gunung Sinabung yang masih menyemburkan

asap dan lava, puluhan warga Desa Sukandebi menyambut kedatangan Tim Safari Dakwah dari Dewan Dakwah.

Tim Safari terdiri Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) M Natsir, Misbahul Anam MA, dan Humas LAZIS Dewan Dakwah Nurbowo. Mereka didampingi aktivis senior PII (Pelajar Islam Indonesia) Tanah Karo Ustadz Ilyas Tarigan, da’i muda Dewan Dakwah yang bertugas di

Karo, dan relawan LAZ Ulil Albab Medan.

Di hadapan seluruh jamaah yang meluberi masjid, Ustadz Anam menitipkan da’i muda alumnus STID M Natsir, Ustadz Mardjoni, untuk mendampingi jamaah selama setahun ke depan. Ustadz Mardjoni, da’i asal Sambas Kalimantan Barat, menggantikan Ustadz Maulana Yusuf yang sudah bertugas setahun kemarin.Sebagai penghormatan, kedatangan Ustadz Mardjoni dan Tim Safari disambut dengan ritual dan menu istimewa yang biasa disajikan dalam pesta adat setempat. Tentu saja ritualnya tidak menggandung kemusyrikan maupun menu haram. ‘’Ini namanya Mejuahjuah, adat penghormatan kepada tamu penting,’’ terang Ustadz Ilyas.

Oleh sesepuh adat setempat, Ustadz Anam dan Nurbowo dikalungi Uis, kain tenun khas Karo hasil kerajinan tangan kaum ibu setempat. Kemudian, para tamu dipersilakan bersantap dengan tiga macam menu pesta adat yang disebut Tasak Telu.

Tasak Telu terdiri bubur jagung-ayam (cipera), cincang daun singkong, dan sayur lodeh ayam. Warga Karo non-muslim biasanya memasak Tasak Telu dengan bahan daging babi dan darah ayam (geto). ‘’Kalau Tasak Telu buatan jamaah Masjid Al Ikhlas ini insya Allah halal,’’ kata Ustadz Mardjoni sambil tersenyum.

Menggali�Sumber�Kehidupandi�Tanah�Karo�Sumatera�Utara

Alumni�STID�Mohammad�NatsirLanjutkan�Estafeta�Da�wah�di�Tanah�Karo

Page 9: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

emperingati hari bahasa MArab sedunia, UAI gelar seminar Nasional Dalam

rangka memperingati hari Bahasa Arab se-Dunia yang bertepatan dengan tanggal 18 Desember, Himpunan Mahasiswa Sastra Arab (HIMASA) Universitas Al-Azhar Indonesia bekerja

sama dengan Ikatan Mahasiswa Studi Arab se-Indonesia (IMASASI) Wilayah Jabodetabek mengadakan seminar nasional dengan tema “Peran Lembaga Tinggi Indonesia dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa Melalui Bahasa Arab”, di Auditorium Arifin Panigoro, Kamis, 15 Desember 2015

Seminar ini dihadiri oleh empat narasumber; Mustafa Ibrahim Al-Mubarak (Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia), Abdul Al-Rahim Al Siddiq (Duta Besar Sudan untuk Indonesia), Prof. Dr. Alwi Abdurrahman Shihab (Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Timur Tengah), Drs. Ahmad

Fuad Effendy, MA (Akademisi dan Pendiri Ikatan Pengajar Bahasa (IMLA) s e - I n d o n e s i a ) . D a l a m penyampaiannya, Mustafa menilai, keberadaan bahasa Arab sangatlah penting. Bahkan, katanya, bahasa Arab saat ini sudah banyak dipelajari oleh bangsa-bangsa.

Prof. Dr. Ir. Sardy Sar, M.Eng,Sc, menambahkan, peran Arab Saudi dalam hal ini Kedutaan Arab Saudi sudah menjalin kerjasama yang baik dengan perguruan tinggi, sekolah, termasuk Universitas Al Azhar Indonesia. Kerjasama ini untuk memperluas pembelajaran bahasa Arab apalagi di UAI sendiri terdapat

Program Studi Sastra Arab yang saat ini sudah berakreditasi A.

P e n d a p a t s e r u p a j u g a disampaikan Alwi Shihab, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia u nt u k T i m u r Te n ga h , “ D a l a m mempelajari bahasa Arab perlu dimengerti lebih dahulu baru bisa mengucapkannya, maka dari itu Allah menurunkan bahasa ini karena memiliki keistimewaan yang luar biasa”, tuturnya.

Seminar ini dihadiri tidak kurang dari 200 mahasiswa dari berbagai kampus dan himpunan mahasiswa seperti; Ma’had An-Nu’aimy, PTIQ, IIQ, STID Mohammad Natsir, UMJ, STIU Al-Hikmah serta dari mahasiswa sastra Arab lainnya.

Adapun tujuan diadakannya seminar ini, “untuk memperingati bahasa Arab dan sebagai syiar bahwa bahasa Arab merupakan bahasa dunia”. Tutur Ririn Dwi Astuti, mahasiswi sastra Arab UAI semester 3 sebagai panitia. [] (Ana NJ)

embaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

LSTID Mohammad Natsir kembali menggelar

Pembekalan Da’iyah , Sabtu (9/1/2016). Acara

yang diikuti oleh 38 peserta yang terdiri dari

calon Wisudawati dan Mahasiswi semester

akhir STID Mohammad Natsir ini bertempat di Kampus C

(Kampus Putri) STID Mohammad Natsir Cipayung

Jakarta.

Dr. Ahmad Misbahul Anam, MA, selaku Ketua STID

Mohammad Natsir, menyampaikan suatu kisah Siti Hajar

dan Kabilah Jurhum. Beliau menuturkan setelah tiba di

suatu lembah sunyi, kering dan tak berpenghuni, Nabi

Ibrahim meninggalkan Hajar beserta sang putra beliau

Ismail yang saat itu masih menyusu. Ditinggalkan pula

sebuah periuk berisi korma dan tempat minum yang

berisi air.

Ketika Ibrahim beranjak pergi, Hajar mengikutinya

dan mengatakan, ”Wahai Ibrahim, ke mana engkau

hendak pergi, engkau meninggalkan kami di lembah

yang tidak berpenghuni.” Berkali- kali Hajar mengulangi

kata-kata itu, sedangkan Ibrahim tetap tidak menoleh ke

arahnya. Akhirnya Hajar bertanya,”Apakah Allah

memerintahkanmu melakukan hal ini?” Ibrahim

menjawab, “Iya.”

Hajar lega dengan jawaban itu, hingga

mengatakan,”Jika demikian, Allah tidak akan

membiarkan kami.” Lantas, sang istri kembali ke tempat

semula dimana ia ditinggalkan. Hajar tinggal hingga

perbekalan habis. Beserta putranya, beliau mulai

merasakan kehausan. Beliau berlari-lari menuju bukit

Shafa untuk melihat, apakah ada orang di sekitarnya.

Ternyata, setelah tiba di tempat itu, tidak ada siapa pun

yang terlihat.

Akhirnya Hajar mencoba menuju Marwah untuk

tujuan yang sama, namun apa yang diharapkan tidak

diperoleh, hingga beliau berlari-lari kecil bolak-balik

antara Shafa-Marwa hingga tujuh kali, dengan hasil yang

sama. Saat itulah malaikat turun di tempat dimana Ismail

ditinggalkan. Di tempat itulah akhirnya air mamancar.”

Paparnya.

Kemudian Misbahul Anam melanjutkan, “Dalam

Shahih Al Bukhari dijelaskan bahwa setelah itu sebuah

kafilah menyaksikan ada beberapa burung berputar-

putar, hingga mereka berkesimpulan bahwa burung-

burung tersebut melihat air. Diutuslah dua budak kafilah

untuk melihat. Mereka kembali dengan mambawa

berita gembira, bahwa memang di tempat itu ada air.

Mereka akhirnya meminta izin kepada Hajar untuk

tinggal. Kafilah dari Syam ini memperoleh izin, namun

tidak berhak menguasai air Zamzam.”

Begitulah sejatinya para Alumni Putri STID

Mohammad Natsir, mengambil teladan dari Hajar, sosok

yang tangguh secara mental dan pikiran juga ruhiyahnya.

Bagaimana seorang Hajar mampu berdiplomasi dengan

orang-orang Jurhum, sehingga mereka taat dan patuh

dengan “peraturan” yang Hajar ajukan kepada kabilah

Jurhum.

Di akhir acara, arahan yang juga penting bagi para

peserta yakni pemaparan dari Ketua Bidang Pendidikan

Dewan Da’wah. Beliau mengatakan pengabdian Da’wah

bagi para alumni putri tentu berbeda dengan alumni

putra, karena ada kekhususan dan keterbatasan.

“Maka arah yang tepat bagi calon Da’iyah Alumni

STID Mohammad Natsir ini ialah Da’wah Pendidikan.

Misal, merintis ADI Putri (Akademi Dakwah Indonesia) di

daerah masing-masing, atau menggiatkan program-

program Muslimat Center Dewan Da’wah di daerah

masing-masing,” ujarnya. (MRZ)

STID�Mohammad�NatsirIkut�Peringati�Hari�Bahasa�Arab�Dunia�

Pembekalan�Bagi�Da�iyahSTID�Mohammad�Natsir

Page 10: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

ReportaseMimbar STID Mohammad Natsir9 Pewarisan Nilai10

aurah Du’at adalah

Dwahana pengkaderan di l i n g k u n g a n D e w a n Da’wah dan telah dirintis sejak Pak Natsir menjadi

Ketua Umum Dewan Da’wah yang pertama.

Penulis (Abdul Wahid Alwi) sering mendengar kesan-kesan yang baik dari saudara-saudara kita Para Da’i Pedalaman. Mereka sangat terkesan dengan daurah yang dilaksanakan (sekedar contoh) di Darul Falah, Ciampea Bogor. Karena disana mereka mendapatkan materi-materi daurah yang cukup untuk menjadi bekal da’i di lapangan, baik secara “ilmiyah” maupun secara “keterampilan” berwira usaha di bidang pertanian mapun peternakan.

Daurah juga dilaksanakan juga di berbagai daerah, terutama yang terkait dengan Daurah “Ilmiyah Tsaqafiyah”, karena masyarakat sangat memerlukan bimbingan dari Para Du’at di bidang tersebut.

Dalam situasi tertentu, daurah bisa ditambah dengan penekanan te r h a d a p “A n t i s i p a s i G e ra ka n Penyesatan”. Dan untuk itu dibentuk Tim Khusus yang terdiri dari para pakar di bidangnya, seperti Tim Kritenisasi, Tim Syi’ahisasi, Tim Sekulrerisasi, Tim Anti Ahmadiyah, dan Tim Anti Aliran-aliran Sesat yang lain, sehingga terbentuk LPPI (Lembaga Penelitian dan Kajian Islam), sebagai suatu yayasan berbadan hokum yang bergerak di bawah naungan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Yayasan ini diketuai oleh Bapak M. Amin Jamaluddin.

V. PENUGASAN KHUSUS:Bapak. Mohamad Natsir, dalam

pengkaderan, sering memberikan tugas-tugas khusus kepada sebagian para kader (secara khusus) untuk hal-hal yang khusus, di daerah tugas yang khusus pula. Sekedar contoh:

Bapak Mohammad Natsir secara khusus memberikan tugas kepada Ust. Syuhada Bahri, untuk memperhatikan

secara khusus, da’wah di: Timur-Timur, Cilacap, dan Lampung. Beberapa laporan yang cukup rapi dilengkapi dengan foto-foto yang menarik, dikirim ke Biro Dalam Negeri Dewan Da’wah, yang di komandani oleh Ust. Muzayyin Abdul Wahab Rahimahullah, untuk diterjemahkan secara bebas ke dalam Bahasa Arab. Setelah disusun dalam Bahasa Arab (yang dirasa relefan untuk disampaikan kepada para Muhsinin Dunia Arab serta bisa dimuat di media cetak), maka laporan-laporan da’wah tersebut dikirim kepada kami yang pada waktu itu bermukim di Riyadh Saudi Arabia.

Dari laporan-laporan tersebut, kami memiliki bahan-bahan yang bagus untuk kami sampaikan kepada muhsinin dan media mass, sehingga m e r e k a t e r g u g a h u n t u k i k u t berpartisipasi terhadap Da’wah Islamiyah di Indonesia, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Para muhsinin dengan hartanya dan media dengan majalahnya.

Diantara “Tugas Khusus” yang pernah dibebankan kepada kami, sebagai bagian dari pengkaderan adalah: Mengumpulkan dana da’wah di Timur Tengah.

Kami masih teringat ucapan beliau, pada waktu itu tahun 1979 M. “Saudara Alwi, bisakah orang-orang kaya di Timur Tengah itu diajak berda’wah di daerah terpencil di Indonesia? Tentunya, mereka tidak harus terjun langsung ke lapangan, cukup dengan menerjunkan biaya da’wah saja. Biar Para Du’at lapangan yang melaksanakan da’wah atas nama meraka.

Kami jawab: “Insya Allah kami coba Pak”

Alhamdulillah, Tugas Khusus tersebut kami rintis dan hasilnya cukup berkah serta berlanjut dengan baik dan lancar, sampai dengan suatu peristiwa apa yang disebut dengan Black September pada tahun 2001 yang disusul dengan apa yang dinamakan “A War Terorisme”, yang sampai abad ini tidak jelas apa definisinya.

Kami meyakini, bahwa tugas-tugas khusus dalam bentuk, dibebankan pula kepada para kader yang lain, masing-masing sesuai dengan kemampuan serta tempat tugasnya.

Penulis makalah ini mengusulkan alangkah baiknya, apabila Bidang Kaderisasi berupaya menggali dan mengumpulkan testimoni dari para narasumber dan du’at, sehingga menjadi untuk motifasi bagi para generasi penerus dalam menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat, dan semakin beragam. Karena pengalaman adalah guru yang sangat potensial untuk mendorong supaya semangat semakin melejit.

VI. PENDIDIKAN FORMALD e w a n D a ’ w a h I s l a m i y a h

I n d o n e s i a m e n y e l e n g g a r a k a n pendidikan formal, tapi berbasis pengkaderan. Dengan bahasa lain p e n d i d i k a n f o r m a l i n i l e b i h mementingkan “quality” daripada “quantity”.

Di antara sarana-sarana yang p e r n a h d i d i r i k a n s e j a k e r a kepemimpinan Pak Natsir sampai dengan kepemimpinan Ust. Syuhada Bahri adalah:1. Lembaga Pendidikan Da’wah Islam (LPDI) sebagai lembaga pendidikan (berjenjang kader) D-1 dan D-2.2. Sekolah Tinggi Ilmu Da’wah (STID) Mohammad Natsir, sebagai lembaga pendidikan (berjenjang kader) S-1.3. Akademi Da’wah Indonesia (ADI) sebagai lembaga pendidikan kader berjenjang D-1 dan D-24. Program Beasiswa (S-2 dan S-3). Sebagai program bea siswa atas kerja sama antara Dewan Da’wah dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).5. Program Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Insya Allah Sekolah Menengah Atas (SMA), Pengkaderan di Tambun-Bekasi, Jawa Barat.6. Program SMP Al-Qur’an. Sebagai wahana pengkaderan yang bertempat di Muslimat Center Dewan Da’wah, Cipayung-Jakarta Timur.

BAGIAN KEDUAMATERI PENGKADERAN

Dalam berbagai kesempatan, Pak Natsir sering menekankan bahwa salah satu cirri penting dari da’wah kita adalah:1. Da’wah Bina’an2. Da’wah Difa’an

1. Da’wah Bina’an (Pembangunan Mental)

Bahwa hendaknya kita berusaha untuk membina diri kita, serta keluarga dan ummat dengan memahami dan mengamalkan aqidah yang benar. Demikian juga ibadah, akhlak, serta muamalat secara baik dan benar, ikhlas, serta sesuai dengan tuntunan Rasulullah S.A.W. Pembinaan diri, keluarga dan ummat ini hendaknya dilaksanakan secara bertahap, tekun dan ulet, serta dedikasi yang tinggi. Disiram dan dipupuk secara baik, teliti dan seksama.

2. Da’wah Difa’an (Pertahanan Mental)

Di dalam proses pembinaan m e n t a l t e r s e b u t , k i t a a k a n m e n g h a d a p i b e r b a g a i gangguan,langsung maupun tidak langsung dari berbagai unsur perusak (perusak akidah, perusak ibadah, perusak akhak, dan seterusnya). Dalam kondisi yang demikian sangat diperlukan pemahaman serta langka-l a n g k a h a n t i s i f a t i f u n t u k mempertahankan diri, protektif, baik secara ilmiah maupun gerakan. Langkah-langkah ini kemudian diberi nama “Da’wah Difa’an”.

Sekadar contoh, bagaimana kita membekali diri dan ummat dalam da’wah yang kita Da’wah Bina’an dan Da’wah Difa’an.

Dalam “Halaqah Khusus” yang kami laksanakan di Riyadh-Saudi Arabia, kami menjadikan sebagai rujukan buku-buku “Ahlus Sunnah wal Jama’ah” di bidang akidah, tazkiyatun nafs, ibadah, akhlak, harakah. []

Kaderisasi merupakan proses yang wajib ditempuh dalam sebuah organisasi da’wah. Karena zaman akan terus berganti, generasi saat ini mau tidak mau harus digantikan dengan generasi sesudahnya. Pada rubrik pewarisan nilai kali ini, kita akan membahas bagaimana sebenarnya model-model kaderisasi di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.

Mimbar STID Mohammad Natsir

Model-Model KADERISASI DEWAN DA�WAH (2)Oleh: Ustadz Abdul Wahid Alwi, MA

Page 11: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

alah satu tradisi yang sering

Sdilakukan kakek kepada saya adalah menyampaikan sejarah lisan kepada para cucunya di saat sedang

berliburan sekolah. Tentu kakek sangat faham betul bagaimana kekuatan sejarah dapat melahirkan generasi militan. Transformasi nilai itu yang sering Kakek lakukan kepada kami sebagai cucunya. Salah satu tokoh yang sering diceritakan Kakek kepada kami adalah para tokoh-tokoh Masyumi salah satunya Buya Gaffar Ismail, Ayahanda Sastrawan Bapak Tufiq Ismail. Kakek sempat menghadiri pengajiannya di Pekalongan.

Buya Gaffar Ismail ulama pejuang heroik nan bersahaja yang giat mendamarkan usianya untuk berdakwah di Pekalongan ini lahir di Bukit Tinggi tahun 1911. Ia hidup di lingkungan yang kental dengan nilai-nilai Islam dan perjuangan melawan penjajahan. Itulah yang membuat nuraninya terasah untuk berdiri menegakan kebenaran. Di usianya yang begitu muda (16 tahun) Abdul Gaffar Ismail sudah menjadi ketua gerakan kepemudaan Pandu Al-Hilal Sumatera Barat. Padahal ketika itu ia masih duduk di Perguruan Islam Thawalib, Parabek. Namun panggilan juang jihad kian menggema di dalam dada Gaffar muda. Bersama adik perempuannya, Rasumah Ismail, mereka aktif di partai politik.

Bersama tiga orang teman seniornya, Mochtar Lutfi, Iljas Ja’coub dan Djalaluddin Thaib menjadi ketua di Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI). Sewaktu ia menyampaikan pemikiranya yang kritis tajam dengan ceramah pada khalayak. Hal ini membuat pemerintahan Hindia Belanda merasa gerah dan panas. Belanda mengangap pidato Gaffar Ismail dan kawan-kawanya berbahaya. Oleh karena itu pada tahun 1932 mereka ditangkap. Mochtar Lutfi, Iljas Ja’coub dan Djalaluddin Thaib di buang ke Digul, Irian Jaya. Sedangkan Gaffar Ismail di buang ke Pekalongan. Ia tidak

diperkenankan lagi tinggal di Minangkabau.

Ketika itu usianya 21 tahun dan baru saja menikah. Istrinya, Tinur Muhammad Nur dengan setia mendampingi suaminya, meski masih masa awal perkenalan. Mereka dijodohkan oleh guru mereka. Walaupun Tinur berteman baik dengan Rasumah Ismail adik Gaffar Ismail dan juga sekelas di Diniyah School Padang Panjang, pimpinan Rahmah El Yunusiyah. Namun pasangan ini dikaruniai tiga orang putra. Di kota Batik itu Gaffar bersama istrinya, Tinur, mengajarkan agama dalam bentuk pengajian. Ia mengajar tafsir Al-Qur’an dan tasawuf pada jama’ah laki-laki dan perempuan. Sedangkan Tinur mengajar tafsir Al-Qur’an khusus perempuan. Jamaahnya yang hadir pun ratusan bahkan jumlahnya sampai ribuan. Jama’ah yang hadir bukan saja penduduk sekitar rumahnya melainkan dari Kendal, Tegal, Pemalang, Cirebon, Jakarta, hingga Linggarjati.

Di zaman kolonial Buya Gaffar Ismail pernah mendapat julukan “Haji Agus Salim muda”, karena fasih lidahnya, kaya bahasa dan luas ilmunya. KH.Isa Anshary dalam karya legendarisya ‘Mujahid Dakwah’ memberikan kesan kepada Gaffar Ismail, ‘Saya belum pernah mendengar ada muballigh Islam yang dapat memikat para pendengar seperti Gaffar Ismail. Saya kira ada kelebihannya dari Haji Agus Salim. Kalau Haji Agus Salim pidatonya hinggap ke otak, menyuruh si pendengar berfikir dan memperkaya pengetahuan. Sedangkan Gaffar Ismail pidatonya menuju jiwa, memberikan kesadaran batin, memperkuat ruh semangat, membawa hadirin berangkat mendekati Ilahi, Taqarrub ilal Lah’ begitulah kesan tokoh Masyumi dan Front Anti Komunis (FAK) ini. Dalam pandangan Tamar Djaya yang ditulisnya di majalah Daulah Islamiyah edisi Agustus 1957 menulis kesan sosok Buya Gaffar Ismail: ‘Ia adalah seorang pemimpin

yang tahu benar jiwa masyarakat. Sejak dahulu adalah seorang orator yang mahir dan bijak. Terlalu pandai menyusun kata-kata yang indah dan menarik. Ia juga seorang ulama yang mendalami Islam dengan baik. Dalam pengajian yang disampaikan soal tasawuf dan kerohanian. Dia juga seorang pejuang yang ulet yang tidak pernah melupakan arti jihad dalam jiwanya.

Di awal tahun 1940an Abdul Gaffar Ismail pindah ke Semarang. Selain mendidik dan mengajar. Ia juga menjadi seorang wartawan di harian Sinar Baru. Jabatanya ketika itu sebagai wakil ketua redaksi. “Korannya terbit sore. Jadi kalau beliau pulang sambil membawa koran baru. Kemudian saya melihat ada nama ayah saya”. Kenang Taufiq Ismail putra pertamanya. Apa yang dilihat dari karya Ayahnya sangat membekas dalam diri Taufiq. Sesudah itu ia lantas rajin menulis dan menulis. Sejak duduk di kelas 1 hingga 3 Sekolah Rakyat. Taufiq menulis gurindam dan dikirimnya ke rubrik anak-anak di koran Sinar Baru. Begitu melihat tulisanya dimuat hatinya begitu gembira. Sedangkan ibunya Tinur, selain aktif mengisi kajian tafsir al-Qur’an sesekali menulis gurindam. Karya-karyanya terpampang dalam majalah wanita kala itu.

Bisa dibilang, kehidupan Taufiq sejak kecil memang telah dekat dengan buku, bacaan dan cerita heroik dari Ayahnya. Perhatian Gaffar terhadap pendidikan anaknya cukup besar. Dikenalkan anaknya pada dunia buku. Setiap bulan dengan dibonceng sepeda, Taufiq dibawa ke sebuah toko buku. Sesampainya Taufiq diberi kesempatan untuk memilih dua buah buku anak-anak. Kisah yang dialami Taufiq Kenangnya. Taufik menjadi begitu dewasa dalam usianya yang belia. Kelak, meski mengambil pendidikan menjadi dokter hewan, namun darah menulis yang diperoleh dari kedua orang tuanya mengalir begitu kuat, maka tumbulah Taufiq sebagai seorang Sastrawan. Begitulah

cinta Gaffar kepada anaknya dengan cerita-ceritanya.

Saat awal pendudukan tentara Jepang, kondisi bangsa kian sulit kuku-kuku penjahan mulai ditancapkan di tanah air. Pergolakan pun terjadi dimana-mana. Situasi global kian memanas perang dunia kedua pun pecah. Hal itu sangat mempengaruhi kondisi di Asia. Hingga kemudian tibalah saat yang tepat untuk memplokramirkan diri. Di tengah situasi situasi global yang sangat genting dimana Belanda vakum dan kepemimpinan Jepang sedang melemah, momentum itu hadir. Tepatnya 17 Agustus tahun 1945.

Namun perjuangan bukannya semakin mudah tetapi kian berat karena Pemerintah Belanda tidak mengakui kedaulatan Negara Indonesia. kondisi ini membuat Gaffar Ismail sibuk menghadiri rapat-rapat dan beralih dari sidang ke sidang. Dalam kapasitasnya sebagai tokoh Islam saat itu. Gaffar berangkat dari satu kota ke kota yang lain. Seperti ke Solo, Yogyakarta, Bukittingi dan Jakarta.

Salah satu sumbagsih Gaffar Ismail adalah kegigihannya untuk mendorong persatuan umat Islam , yang tercapai pada tahun 1947 yang melahirkan partai politik Masyumi. Saat itu seluruh organisasi, partai Islam dan Pesantren mengabungkan diri dan membentuk partai Masyumi. Saat Masyumi membubarkan diri. sebahagian para tokoh Ulama dan Intelektual Masyumi mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia serta ada juga yang kembali dan mendirikan Pesantren. Ketika Pesantren Pertanian Darul Falah Bogor yang didirikan sewaktu itu juga KH. Sholeh Iskandar menghubungi sahabat perjuangannya yakni Buya Gaffar Ismail untuk mengajar pesantren yang didirikan oleh para tokoh-tokoh Masyumi Bogor dan Sukabumi. Pesantren tersebut menjadi percontohan bagi pesantren di seluruh Indonesia. []

KH.�ABDUL�GAFFAR�ISMAIL:Ulama Heroik Yang

Oleh: Hadi Nur Ramadhan (Alumni STID Mohammad Natsir)

Mengajarkan Cinta

Page 12: ISLAMOFOBIA METRO TV · 2020. 6. 25. · Foto: Pelepasan Da’i Pedalaman STID Mohammad Natsir bertempat di LAZIS PLN Jakarta Keberanian Untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak

TA.�2016�-�2017

BEASISWA S1BEASISWA S1

Januari�-�Juli�2016