ini apa ya?
DESCRIPTION
ini adalah ituTRANSCRIPT
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |99
Ekstrak Kulit Kayu Akasia Sebagai Inhibitor pada Laju Korosi
Baja Lunak dalam Media Asam Sulfat
Diah Riski Gusti1 , Faizar Farid
1, dan Intan Lestari
1
1Staf Pengajar Program Studi Kimia Jurusan MIPA FST Universitas Jambi
Abstrak. Telah dilakukan penelitian pada ekstrak kulit kayu akasia dalam pelarut metanol
yang ternyata positif mengandung tanin dapat menghambat laju korosi pada baja lunak
dengan menggunakan metode berat hilang.. Baja berdiameter 3,5 cm dan tebal ± 1,2 cm
direndam dalam larutan asam sulfat sebesar 0,5 M dengan volume 80 mL dengan dan tanpa
ektrak kulit kayu akasia sebesar 100 ppm selama 1,2 dan 3 hari. Hasilnya menunjukkan
bahwa laju korosi baja lunak dengan adanya penambahan ekstrak kulit kayu akasia lebih
kecil dari pada tanpa penambahan kulit kayu akasia. Laju korosi baja lunak dengan dan tanpa
ekstrak kulit kayu akasia dalam media asam sulfat 0,5 M selama 3 hari adalah adalah 0,0089
dan 1,013503 mg/ m2.jam
Kata kunci: baja lunak, ekstrak kulit kayu akasia, inhibitor, tannin
PENDAHULUAN
Korosi dikenal sebagai pengkaratan yang
merupakan peristiwa kerusakan atau
penurunan kualitas suatu bahan logam yang
disebabkan oleh terjadinya reaksi dengan
lingkungan. Proses pencegahan korosi salah
satunya adalah dengan menggunakan
inhibitor. Inhibitor korosi didefenisikan
sebagai suatu zat yang apabila ditambahkan
dalam jumlah yang sedikit ke dalam
lingkungan akan menurunkan serangan
korosi lingkungan terhadap logam.
Umumnya inhibitor korosi berasal dari
bahan kimia sintetis yang merupakan bahan
kimia yang berbahaya, harganya lumayan
mahal dan tidak ramah terhadap
lingkungan. Salah satu alternatifnya adalah
dengan menggunakan inhibitor yang
berasal dari ekstrak bahan alam khususnya
senyawa yang mengandung atom N, O, P, S
dan atom – atom yang memiliki pasangan
elektron bebas. Unsur – unsur Yang
mengandung elektron bebas ini nantinya
dapat berfungsi sebagai ligan yang akan
membentuk senyawa komplek dengan
logam.
Tanin merupakan senyawa
makromolekul polifenol yang dapat
membentuk komplek dengan ion – ion
logam. Terbentuknya kompleks antara tanin
dan ion – ion logam khususnya besi (Fe)
menyebabkan tanin dapat digunakan
sebagai inhibitor korosi logam, misal nya
baja.
Linggawati et al (2002) telah
melaporkan bahwa limbah kayu dari pabrik
kayu lapis PT. Sola Gratia Plywood Riau
dapat dijadikan sebagai sumber tannin. PT.
Lontar Papirus Pulp and Paper yang
terdapat di Provinsi Jambi adalah
perusahaan yang bergerak dibidang industri
kertas dan tissue dengan menggunakan
bahan baku utamanya adalah kayu.
Peningkatan produksi kertas dan tissue akan
meningkatkan volume limbah kayu.
Limbah kayu PT. Lontar Papirus Pulp and
Paper ini dapat digunakan sebagai sumber
tanin untuk inhibitor pada korosi logam.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan kimia yang digunakan adalah
asam sulfat, natrium klorida, natrium
Diah Riski Gusti dkk: Ekstrak Kulit Kayu Akasia Sebagai Inhibitor pada Laju Korosi Baja Lunak dalam Media Asam Sulfat
100|Semirata 2013 FMIPA Unila
hidroksida dan baja. Baja yang digunakan
adalah baja produksi PT. Tira Andalas Steel
cabang Padang dengan kode HQ 760R (0,42
– 0,50 % C). Sampel diambil dari PT.
Lontar Papirus Pulp and Paper Jambi
berupa serbuk kayu dan kulit kayu tampa
membedakan jenis kayu. Alat yang
digunakan peralatan gelas yang biasa
digunakan dalam laboratorium, rotary
evaporator, termometer, kondensor refluks,
oven, neraca analitis, kertas ampelas,
jangka sorong dan Olympus Disecting
Microscope SZ 60.
Baja dengan diameter ± 3.5 cm
dihaluskan permukaannya dengan ampelas.
Permukaan yang telah halus ini di cuci
dengan deterjen dan aquades kemudian
dikeringkan dengan oven pada suhu 400 C
selama 5 menit. Sampel diambil dari bekas
penebangan pohon Akasia untuk pabrik
kertas di Kab. Tanjung Jabung Barat
Propinsi Jambi berupa kulit kayu . Sampel
dibersihkan dari kotoran yang menempel
dan dijemur dibawah sinar matahari.
Setelah itu dilakukan pengecilan ukuran
kayu dan kulit kayu sehingga diperoleh
serbuk kayu yang lebih kecil. Sampel siap
diekstraksi. Sebanyak 200 gram serbuk
kayu dilakukan maserasi dengan pelarut
metanol: air (80:20) selama 3 hari .
Campuran disaring dan diambil filtratnya.
Ampas atau residu dari serbuk kayu
tersebut diekstrak ulang sampai dua kali
dan hasil saringan di campur dengan filtrat
pertama. Filtrat diuapkan dengan
menggunakan rotari evaporator sampai
diperoleh tanin pekat.
Sampel baja yang telah disiapkan
direndam dalam larutan H2SO4 dengan
konsentrasi 0, 01M, 0,02M, 0,03M, 0,04M
dan 0,05M pada volume 80 ml didalam
gelas ukur dengan posisi baja digantung
pada tali perendaman dilakukan selama 0 –
24 jam, 0 – 48 jam, 0 – 72 jam dan 0 – 96
jam kemudian diukur kecepatan korosinya.
Sampel baja yang telah disiapkan direndam
dalam larutan asam sulfat dengan adanya
ekstrak kulit kayu akasia. Ekstrak kulit
kayu akasia pekat dibuat konsentrasinya
menjadi 100 ppm dengan pelarutnya asam
sulfat, dengan konsentrasi asam sulfat yang
dipakai adalah larutan asam sulfat yang
kecepatan korosinya paling besar yang
diperoleh dari hasil penelitian diatas yaitu
0.5 M.. Dari masing – masing konsentrasi
diambil volume 80 ml dimasukkan dalam
gelas dengan posisi baja digantung pada tali
selama 0 – 24 jam, 0 – 48 jam, 0 – 72 jam,
dan 0 – 96 jam kemudian diukur kecepatan
korosinya.
Setelah proses korosi berjalan
selama waktu tertentu, produk korosi
diangkat dari media korosi, dibersihkan dan
dicuci dengan aseton dengan hati – hati
menggunakan sikat halus dan lembut.
Selanjutnya dimasukkan kedalam oven
pada suhu 400 C selama 5 menit kemudian
ditimbang sebagai berat akhir. Kecepatan
korosi dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gb.1 Spektroskopi UV dari ekstrak kulit kayu akasia
Gb.2 Spektroskopi uv dari tanin murni
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Semirata 2013 FMIPA Unila |101
Dari data spektroskopi uv dan tes uji
tanin maka ekstrak kulit kayu akasia
tersebut positif mengandung tanin.Dari test
uji tanin dengan menggunakan FeCl3
ditambahkan ke larutan ekstrak kulit kayu
akasia diperoleh perubahan warna dari
kemerahan menjadi kehitaman berarti
positif adanya tanin. Pada hasil spektrum
dari tanin murni menunjukkan puncak
serapan pada 276 nm dan 214 nm.
Sedangkan pada ekstrak kulit kayu akasia
puncak serapannya 272 nm dav 213 nm.
Adanya pola yang sama pada puncak
serapannya maka ekstrak kulit kayu akasia
yang diperoleh dengan mengekstraksi
dengan pelarut metanol :air (80:20) adalah
tanin.
Laju korosi pada baja HQ 760 dalam
larutan asam asam sulfat dengan adanya
inhibitor yang berupa ekstrak kulit kayu
akasia yang merupakan tanin lebih kecil
Gb 2. Kurva Laju Korosi Baja vs Waktu
perendaman Tanpa dan Adanya Inhibitor Ekstrak
Kulit Kayu Akasia
daripada laju korosi baja HQ 760
dalamasam sulfat tanpa inhibitor. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena
terbentuknya lapisan Fe-tanin pada
permukaan baja sehingga menghalangi ion-
ion korosif masuk ke permukaan baja.
Dengan semakin terhalangnya ion-ion
korosif masuk ke permukaan baja maka laju
korosi akan menurun.
KESIMPULAN
Ekstrak kulit kayu akasia dari pelarut
metanol:air (80:20) mengandung tanin.
Tanin yang ada dalam ekstrak kulit kayu
akasia dapat berperan sebagai inhibitor
dimana laju korosi baja HQ 760 dalam
asam sulfat dengan adanya penambahan
tanin lebih kecil daripada laju korosi baja
HQ 760 dalam asam sulfat tanpa tanin.
Laju korosi baja lunak dengan dan tanpa
ekstrak kulit kayu akasia dalam media
asam sulfat 0,5 M selama 3 hari adalah
adalah 0,0089 dan 1,013503 mg/ m2.jam
UCAPAN TERIMAKASIH
Para penulis mengucapkan terimakasih
atas dana yang diberikan dari DIKTI
melalui Penelitian Hibah Bersaing dengan
Perjanjian Kontrak 05/UN21.6/PL/2012.
DAFTAR PUSTAKA
Trethewey,K.R., dan J. Chamberlain, 1991,
korosi ed 1 (diterjemahkan oleh Widodo,
T.K.). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Evan Putra, Sinly dan Hermawan, Beni.
2013. Ekstrak Bahan Alam Sebagai
Alternatif Inhibitor Korosi,
http://evanputra.wordpress.com/2013/01/
06/ekstrak-bahan-alam-sebagai-
alternatif-inhibitor-korosi/. Diakses 6
Maret 2013.
Fiesher, L.F., and M. Fiesher. 1967.
Advenced Organic Chemistry. Raindolt
Corpotation Chapman and Hall. London.
Diah Riski Gusti dkk: Ekstrak Kulit Kayu Akasia Sebagai Inhibitor pada Laju Korosi Baja Lunak dalam Media Asam Sulfat
102|Semirata 2013 FMIPA Unila
Favre, M., and D.Landolt. 1993. The
Influence of Gallic Acid on The
Redction of Rust on Painted Steel
Surface. Corrosion Science.
Linggawati, dkk., 2002. Pemanfaatan Tanin
Limbah Kayu Lapis Untuk Modifikasi
Resin Fenol Formaldehid. Jurnal Natur
Indonesia 5(1).
http://www.unri.ac.id/jurnal_natur/vol
5(1)
Rosyda, Anis Ika, dan Taslim Ersam, 2010,
Peningkatan Kualitas Kayu (Instia
Bijuga) : Kompleksasi Logam Cu(II), Fe
(III) dan Zn(II) Oleh Senyawa Tanin,
Prosiding Skripsi Jurusan Kimia FMIPA
universitas Sepuluh November
Surabaya. http://digilib.its.ac.id/ITS-
Undergraduate-3100011041936/13466.
Diakses 1 Februari 2012
Asdim, 2001, Pengaruh Senyawa n –
Alkilamina Terhadap Korosi Baja Dalam
Larutan Asam Sulfat.TESIS. Program
Pascasarjana Universitas Andalas.