iman islam dan ihsan

38
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah SWT. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan sempurnanya predikat hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman, Islam, dan Ihsan. Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan adanya Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya. Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut, makalah ini dibuat untuk 1

Upload: awaliyatukhoirunnisa1

Post on 15-Jan-2017

825 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: iman islam dan ihsan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata

untuk ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah

hanya karena Allah SWT. Ada tiga komponen yang saling berkaitan satu

sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh seorang

hamba. Tiga komponen dasar yang menjadikan sempurnanya predikat

hamba disisi tuhannya. Tiga komponen tersebut adalah Iman, Islam, dan

Ihsan.

Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan

membenarkan adanya Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat

Allah, adanya Rasul, Kitab-kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’

dan Qadar. Sedangkan seseorang dikatakan muslim ketika ia

melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan agama dan dikatakan

muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya beribadah serta selalu

merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang diperbuat

lillahita’ala hanya karena-Nya.

Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen

tersebut, makalah ini dibuat untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu

iman, islam dan ihsan, mengetahui rukun-rukun iman dan islam,

mengetahui tingkatan-tingkatan dalam iman maupun islam, serta korelasi

antar ketiga komponen tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian Iman, Islam, dan Ihsan?

2. Bagaimana Rukun-rukun Iman dan Islam?

3. Bagaimana tingkatan-tingkatan dalam Iman dan Islam dan pencapaian

muhsin?

4. Bagaimana Korelasi antara Iman, Islam, dan Ihsan?

1

Page 2: iman islam dan ihsan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan

1. Pengertian Iman

Iman adalah kepercayaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Syahadatain (dua persaksian: bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah

kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah) merupakan suatu

pernyataan sebagai kunci dalam memasuki gerbang Islam. Pernyataan bahwa

hanya Allah (Yang Esa) satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, merupakan

pokok ajaran yang menjadi misi segala Nabi yang pernah diutus oleh Allah ke

bumi di sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Ar- Raghib al-Ashfahani (ahli kamus Al-quran) mengatakan, iman

didalam Al-quran terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas

dibibir saja padahal dalam hati dan perbuatannya tidak beriman, terkadang

digunakan untuk arti iman yang hanya terbatas pada perbuatannya saja, sedang

hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga kata iman terkadang digunakan

untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan di

amalkan dalam perbuatan sehari-hari.1

Iman itu perkataan dan perbuatan, yaitu perkataan hati dan lisan, dan

perbuatan hati, lisan, dan anggota badan. Ia bertambah karena ketaatan dan

berkurang karena maksiat, dan orang yang beriman itu bertingkat

keimanannya. Allah SWT. Firman :

قلوبكم في زينه و يمان اال اليكم حبب الله ... ولكن

“… tetapi Allah menjadikanmu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman

itu indah dalam hatimu…” (Al-hujurat: 7).

Perkataan dan perbuatan adalah makna syahadatain (persaksian tidak

ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah), yang seseorang tidak

sah memeluk agama Islam tanpa dua kalimat syahadat ini. Ia merupakan

1 Kaelany, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm.41.

2

Page 3: iman islam dan ihsan

amalan hati dengan mengitikadkannya dan amalan lisan dengan

mengucapkannya dengan segala konsekuensi. Allah berfirman :

نكم … ايما ليضيع الله وماكان“… dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu…” (Al- Baqarah: 143).

Yang dimaksudkan oleh “imanmu” dalam ayat ini adalah shalat yang

dilaksanakan dengan menghadap ke Baitul Maqdis sebelum diciptakannya

perubahan kiblat.

Di sini, shalat secara keseluruhan disebut iman, karena shalat

menghimpun perbuatan hati, lisan, dan anggota badan. Nabi Muhammad

SAW juga menjadikan jihad, ibadah lailatul qadar, puasa Ramadhan, shalat

tarawih, dan shalat lima waktu sebagai iman. Ketika beliau ditanya tentang

amalan yang paling utama, beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan rasul-

Nya.” 2

2. Pengertian Islam

Secara genetik kata Islam berasal dari Bahasa Arab terambil dari kata

“salima” yang berarti selamat sentosa. Dari kata itu dibentuk kata “aslama”

yang berarti menyerah, tunduk, patuh, dan taat. Kata “aslama” menjadi

pokok kata Islam. Sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau masuk

islam dinamakan Muslim. Selanjutnya dari kata “salima” juga terbentuk kata

“silmun” dan “salamun” yang berarti damai. Karenanya seorang yang

menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan

sesama manusia.

Penyebutan orang-orang Barat terhadap Islam sebagai

Moehammedanism dan Moehamadan, bukan saja tidak tepat tetapi salah

secara prinsipil (Nasrudin Razak, 1985: 55). Istilah ini mengandung arti

Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad,

sebagaimana perkataan Kristen dan Kekristenan yang mengadung arti

pemujaan terhadap Kristus.3

2 Syekh Hafizh Hakimi, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1998, hlm: 37-39.3 Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm: 71-72.

3

Page 4: iman islam dan ihsan

Islam artinya penyerahan diri kepada Allah, tuhan yang Maha Kuasa,

Maha Perkasa, dan Maha Esa. Penyerahan itu diikuti dengan kepatuhan dan

ketaatan untuk menerima dan melakukan apa saja perintah dan larangan-Nya.

Tunduk pada aturan dan undang-undang yang diturunkan kepada manusia

melalui hamba pilihan-Nya (para rasul). Aturan dan undang-undang yang

dibuat oleh Allah itu dikenal dengan istilah “Syari’ah”. Kadang-kadang

syari’ah itu disebut juga din (agama). Innaddina ‘indallahi al-islam

(sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam QS. 3:19), karena memang

agama di sisi Allah ialah penyerahan yang sesunggguhnya kepada Allah.

Maka walaupun seseorang mangaku memeluk agama Islam, kalau tidak

menyerah yang sesungguhnya kepada Allah, tidak mau mematuhi suruhan

dan larangannya, belumlah dia Islam.

Dengan memasuki Islam seseorang akan selamat, damai, dan sentosa

dalam kehidupan yang seimbang lahir dan batin, dunia dan akhirat. Islam

memang mempunyai arti (selamat, damai, dan sentosa), suatu agama yang

diturunkan oleh Allah kepada segenap nabi dan rasul-Nya. Allah jua

menegaskan bahwa siapa saja yang memeluk agama selain Islam tidak akan

diterima (QS. 3:85), karena itu tentulah para nabi membawa dan memeluk

ini, karena Islam memang diperuntukkan bagi segenap manusia. Ajaran Islam

itu, oleh karenanya merata, mengatur manusia dalam segala seginya, bukan

semata mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, melainkan juga

mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan

lingkungannya (alam semesta).

3. Pengertian Ihsan

Ihsan, menurut kamus berasal dari kata: ahsana-yuhsinu-ihsan berarti,

baik, bagus, kebajikan atau saleh. Menurut makna istilah, seperti

dikemukakan dalam hadits nabi di permulaan tulisan ialah: “engkau

menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak

dapat melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”4

4 Syekh Hafizh Hakimi, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1998, hlm: 193.

4

Page 5: iman islam dan ihsan

B. Rukun-rukun Iman dan Islam

1. Rukun Iman

a. Iman kepada Allah

Beriman kepada Allah berarti membenarkan dan meyakini dengan cara

mentauhidkanNYA, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad

adalah utusan Allah.

Menurut Mutakalliman bahwa Tauhid dibagi menjadi beberapa

macam, diantaranya sebagai berikut :

Tauhid Rububiyah adalah berasal dari salah satu nama Allah

al Rabb, yang memiliki beberapa makna pemelihaaan,

pengasuh, penguasa, pendamai, dan pelindung. Secara syar’i

tauhid rububiyah bermakna iman kepada Allah SWT sebagai

pencipta, penguasa, dan pengatur segala urusan yang ada di

alam semesta, menghidupkan dan mematikan dan hal-hal yang

termsuk perkara taqdir, dan menetakan hokum alam

(sunnatullah).

Tauhid Uluhiyyah berasal dari kata al-illah yang artinya

sesuatu yang disembah (sesembahan) dan sesuatu yan ditaati

secara mutlak. Kata illah ini diperuntukkan bagi sebutan

sesembahan yang benar (haq)

Artinya : “Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa, tidak

ada Tuhan melainkan Dia, yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang”. (QS.AlBqoroh: 163).

Tauhid Mulkiyah Secara bahasa kata Mulkiyah berasal dari

akar kata mulk, yang dengannya terbetuk pula kata malik.

Tauhid mulkiyah berarti sebuah pandangan yang meyakini

bahwa Allah sebagai satu-satunya zat yang menguasai alam

semesta ini, dengan hak penuh penetapan peraturan atas

5

Page 6: iman islam dan ihsan

kehidupan. Tidak ada sekutu atas kekuasaan Allah di alam

semesta ini.

Tauhid Asma’ wa al Sifat

Pengertian Tauhid Asma’ wa al Sifat adalah penetapan dan

pengakuan yang kokoh atas nama-nama dan sifat-sifat Allah

SWT yang luhur berdasarkan petunjuk Allah SWT dalam

AlQur’an dan petunjuk Rosulullah dalam sunnahnya.

Tauhid Rahmaniyah

Secara bahasa Rahmaniyah berasal dari kata Rahman atau

Rahmat yang memiliki arti kasih sayang, yaitu suatu nilai yang

paling mendasar sekaligus merupakan kebutuhan paling asasi

bagi manusia dalam kehidupannya. Terkait hkubungannya

dengan tauhid Rahmaniyah adalah meyakini sepenuh hati

bahwa kasih saying (rahmat) Allah sangatlah luas dan meluputi

alam semesta.5

b. Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah

Percaya kepada Malaikat adalah rukun iman yang kedua. Karena

malaikat adalah makhluk ghoib yang wujudnya tidak dapat dilihat, maka

adanya malaikat tersebut harus diterima dengan keyakinan. Untuk

mengimani adanya para malaikat, jalan yang paling mudah adlah melalui

dalil naqli. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada

Allah dan RosulNya, serta kitab-kitab yang Allah turunkan sebelumnya.

Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-

kitabNya, rosul-rosul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang

itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’ : 136)

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa, siapa saja yang

mengingkari keberadaan malaikat berarti ia mengingkari Kalamullah dan

RosulNya, sehingga berarti ia kafir. Sebab tidak ada peluang untuk

melakukan takwil karena nash-nash tentang malaikat begitu jelas, tegas,

5 Kumaidi, Dkk, Modul Hikmah aqidah akhlak, Akik Pusaka, Sragen, 2012, hlm 21.

6

Page 7: iman islam dan ihsan

dan lugas. Dan, keberadaan malaikat dalam istilah agama merupakan hal

yang mutlak dikalangan muslimin.

c. Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Iman kepada kitab suci ialah meyakini bahwa Allah menurunkan

beberapa kitab kepada Rasul-Nya untuk dijadikan pedoman hidup

manusia, menjadi tempat mengambil pengajaran, aturan, dan undang-

undang dalam kehidupan, baik secara individual maupun kemasyarakatan.

Jumlah kitab yang diturunkan Allah banyak sekali, namun yang

wajjib diketahui hanya empat buah, yakni: Al-Qur’an, Injil, Taurat, Zabur

masing-masing diturunkan kepada Nabi Muahammad SAW, Isa, Musa,

dan Daud. Dari keempatnya itu yang masih asli ialah al-Qur’an, sedang

yang lainnya telah mengalami perubahan-perubahan (isi maupun lafadz)

sehingga penekanan keimnan kepada al-Qur’an dan kepada yang lain

tentnya berbeda. Beriman keada al-Qur’an harus meyakini, bahwa ia

adalah firman Allah dan wajib diamalkan, sedangkan beriman kepada

ketiga kitab yang lainnya, tidak wajib mengamalkan isinya, sebab isinya

telah dihapuskan oleh al-Qur’an.

Kitab-kitab itu merupakan kalamullah (firman Allah) yang qadim

dan ‘azali, tidak berpangkal, tidk berawal, tidak berpermulaan. Kalam itu

berdiri pada zatnya, tidak bersuara (bi la syauthin) dan tidak terdiri dan

huruf-huruf (bi la harfin) seperti ucapan manusia.

Kedudukan kalam yang berbunyi terhadap kedudukan kalam yang

qadim ‘azali sama dengan kedududkankalam yang terlukis di hati seorang

raja dengan ucapan yang ditulis di suratnya yng dikirimkan kepada

bawahannya. Sungguh pun yang tertulis dn berbunyi itu tetap dikatakan

sebagai ucapannya.6

6 Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010, hlm. 52-53

7

Page 8: iman islam dan ihsan

d. Iman Kepada Rasul Allah

Jelas bahwa iman kepada Allah SWT tidak terlepas dari iman

kepada rosul-Nya. Sebab merupakan bagian dari iman kepada Allah

membenarkan semua bentuk dukungan Robbani. Tidak mungkin wahyu

datang dari-Nya kecuali disampaikan kepada para Rosul-Nya sebagai

penyampai syariat dan agama-Nya dengan benar. Iman kepada salah

seorang rasul-Nya tidak lepas dari iman kepada seluruh nabi dan rasul.

Dengan kata lain, iman kepada salah satu nabi mengharuskan iman kepada

seluruh nabi dan rasul yang telah diutus-Nya. Oleh karena itu seorang

muslim akan mengikrarkan dan mengumandangkan sesuai dengan

aqidahnya, bahwa ia tidak akan membeda-bedakan satu nabi dengan nabi

yang lain, sebab mereka semua nabi yang dipilih oleh Allah SWT.

e. Iman Kepada Hari Akhir

Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah

membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang

penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman

kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi

setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.

f. Iman Kepada Qadha’ dan Qadar

Iman kepada qada dan qadar Allah adalah salah satu sendi akidah

Islam. Dalam pembicaraan sehari-hari disingkat dengan sebutan takdir

(taqdir). Berbicara tentang takdir Allah memang bukan sesuatu yang

mudah. Sebab yang kita bicarakan langsung menyangkut kehendak Tuhan

terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Beriman kepada qada dan qadar Allah adalah rukun keenam dari

rukun iman. Sebagaimana dalam jawaban Rasulullah ketika ditanya oleh

Jibril tentang iman, beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, para

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada

qada-Nya, yang baik maupun yang buruk.” (HR.Buhkari dan Muslim).

8

Page 9: iman islam dan ihsan

Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surah An-Naml [27]: 65

yang artinya “katakanlah tak seorang pun di laangit maupun di bumi yang

mengetahui perkara gaib kecuali Allah.”7

2. Rukun Islam

a. 2 Kalimat Syahadat

Dua kalimat syahadat itu adalah laksana anak kunci yang

dengannya manusia masuk ke dalam alam keselamatan (Islam).

Sebagaimana keterangan Hadits Nabi : “dari Mu’az berkata, aku

mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: barangsiapa yang akhir katanya laa

ilaaha illallaah, maka dia pasti masuk surga.”

Kalimat “laa ilaaha illallah” tersusun dalam bentuk dimulai

dengan peniadaan, yaitu tiada tuhan, baru kemudian disusul dengan suatu

penegasan : “melaikan Allah!”. Ini berarti bahwa seorang muslim dalam

hidupnya harus membersihkan segala macam tuhan, kepercayaan,

keyakinan, aqidah, dan lain-lain sebagainya lebih dahulu. Yang ada dalam

kalbunya hanyalah satu tuhan, satu kepercayaan, satu keyakinan dan satu

aqidah ialah hanya kepada Zat yang bernama Allah s.w.t.

b. Shalat

Allah telah mensyari’atkan shalat 5 waktu setiap hari sebagai

hubungan antara seorang muslim dengan Tuhannya. Didalamnya dia

bermunajat dan berdo’a kepada-Nya, disamping agar menjadi pencegah

bagi muslim dari perbuatan keji dan mungkar. Dan Alah telah menyiapkan

bagi yang menunaikannya kebaikan dalam agama dan kemantapan iman

serta ganjaran, baik cepat maupun lambat. Maka dengan demikian

seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga

yang akan membuatnya bahagia di dunia dan akhirat.

c. Puasa

Puasa adalah salah satu Rukun Islam yang mulai disyariatkan pada

tahun ke II Hijriah. Kata puasa berasal dari bahasa arab “ الصوم ” yang

7 Didik Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm: 195&205

9

Page 10: iman islam dan ihsan

berarti menahan (إمساك). Jadi, puasa menurut bahasa artinya “menahan”.

Secara Terminologi, Puasa Adalah :

عاقل مسلم من للصوم قابل نهار جميع مخصوصة بنية مفطر عن إمساكنفاس حيضو من طاهر

(menahan dari sesuatu yang membatalkan puasa dengan niat yang khusus

pada seluruh siang harinya orang yang melakukan puasa yang berakal, dan

suci dari haidl dan nifas).

Jadi, puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang

membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari disertai

niat dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan. Sesuai firman Allah

SWT :

...... الفجر من االسود الخيط من االبيض الخيط لكم ن يتبي ى حت وكلواواشربوا

)187البقرة( :

Artinya : “makan dan minumlah hingga nyata bagimu benang putih dari

benang hitam yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah : 187)

d. Zakat

Menurut bahasa, “zakat” berasal dari kata zakatan-yuzakki-zakka

artinya tumbuh, suci, atau berkah. Menurut istilah Zakat adalah

memberikan harta dengan kadar tertentu kepada yang berhak sebagai

ibadah kepada Allah SWT. Firman Allah yang memerintahkan kewajiban

zakat adalah QS. An-Nisa ayat 77:

االزكوة واتوا الصلواة واقيمواArtinya: “… dirikanlah shalat dan tunaikan zakat … ” (QS. An-Nisa :77)

Macam-macam zakat:

1) Zakat fitrah

2) Zakat Maal8

8 Ibid, hlm: 44-46

10

Page 11: iman islam dan ihsan

e. Haji

Rukun Islam yang ke-5 adalah menunaikan ibadah haji. Setiap

orang Islam wajib menunaikan ibadah haji bila mampu, dan dalam seumur

hidupnya hanya dilakukan sekali. Jika seseorang tidak menunaikan ibadah

haji sedangkan ia mamapu, maka ia bukanlah termasuk orang Islam.

Pengertian haji menurut bahasa adalah القصد artinya menyengaja.

Sedangkan menurut istilah haji adalah mengunjungi makkah (ka’bah)

untuk mengerjakan ibadah yang terdiri dari thawaf, sa’I, wuquf, dan

ibadah-ibadah lain sesuai dengan ketentuan haji, guna memenuhi perintah

Allah dan mengharap keridlaan-Nya.

Ibaah haji ini merupakan bagian dari syari’at bagi umat-umat

dahulu, semenjak Nabi Ibrahim. Allah telah menyuruh Nabi Ibrahim a.s

membangun baitul Haram di makkah, agar orang-orang thawaf di

sekelilingnya dan menyebut nama Allah ketika thawaf itu.

Disyari’atkan untuk menyegerakan melaksanakan ibadah Haji bagi

orang-orang yang telah mencukupi segala persyaratannya. Hal ini untuk

menjaga, jangan sampai timbul suatu halangan yang menghambat ibadah

tersebut, karena kita tidak dapat menduga waktu yang akan datang ada

rintangan atau tidak atau bahkan waktu yang akan datang umur kita masih

atau tidak, semua itu manusia tidak ada yang tahu, hanya Allah-lah yang

Maha tahu yang akan terjadi nanti.9

C. Tingkatan-Tingkatan dalam Iman dan Islam dan pencapaian Muhsin

1. Tingkatan iman

a) tingkatan iman pertama disebut dengan ilathitsu, yaitu iman yang dimiliki

oleh para malaikat, dimana tingkatan iman ini tidak pernah berkurang dan

tidak pula bertambah

9 Ibid, hlm: 21-22.

11

Page 12: iman islam dan ihsan

b) tingkatan iman kedua disebut dengan iman ma’sum yaitu iman yang

dimiliki oleh para Nabi dan Rasul Allah. Dimana tingkatan iman ini tidak

pernah berkurang dan selalu bertambah ketika wahyu datang kepadaNya.

c) Tingkatan iman ketiga disebut dengan makbul yaitu iman yang dimiliki

oleh muslim dimana iman pada tingkatan ini selalu bertambah jika

mengerjakan amal kebaikan dan akan berkurang jika melakukan maksiat.

d) Tingkatan iman yang keempat disebut iman mauquf yaitu iamn yang

dimiliki oleh ahli bid’ah, yaitu iman yang ditangguhkan diaman jika

berhenti melakukan bid’ah maka iman akan diterima, diantaranya kaum

rafidhoh, atau dukun, sihir, dan sejenisnya.

e) Tingkatan iman yang kelima disebut dengan iman mardud, yaitu iman

yang ditolak, dimana iman ini yang dimiliki oleh orang-orang musyrik,

murtad, munafik, kafir, dan sejenisnya.10

2. Tingkatan islam

Ada 2 Tingkatan (maqom ) dalam  Islam yang harus kita ketahui dan

setidaknya menjadi tujuan hidup dan menjadi Intropeksi kita juga sama-sama

semuanya.

a) Muslimin : orang yang telah berpasrah diri, dalam hal ini berpasrah

kepada Tuhan, tetapi dalam rangking manusia berkualitas, seorang yang

baru pada tingkat muslim berada pada tingkatan terendah. Karakteristik

seorang muslim adalah seorang yang telah meyakini supremasi kebenaran,

berusaha untuk mengikuti jalan kebenaran itu, tetapi dalam praktek ia

belum tangguh karena ia masih suka melupakan hal-hal yang kecil.

Sedangkan seorang yang sudah mencapai kualitas.11

b) Islam kaffah :

10 http://basicartikel.blogspot.com/2013/07/materi-kultum-5-tingkatan-iman-manusia.html. Diakses tanggal 14-03-15, 05:45 PM11 http://evendz.blogspot.com/2013/07/7-tingkatan-dalam-islam.html Diakses tanggal 28-03-15 , 01:15 AM

12

Page 13: iman islam dan ihsan

Ajakan untuk menjadi mu’min yang kãffah didengungkan Allah melalui

surat Al-Baqarah yang 208:“Hai orang-orang (yang mengaku) mu’min,

masuklah kalian ke dalam Islam secarakãffah, dalam arti janganlah

kalian mengikuti langkah-langkah setan, karena dia (setan itu) adalah

musuh yang nyata bagi kalian.”

Pengertian harfiah dari istilah kaffah adalah keseluruhan atau

totalitas (totality). Dengan demikian, menjadi mu’min yang total. Dalam

ayat di atas ada dua kata perintah udkhulu (masuklah kalian), dan yang

kedua adalah kata as-silm(u) yang merupakan sinonim sari as-salam(u)

yang artinya agama islam.

Dilihat dari asbabun nuzul ayat "udkhuluu fis silmi kaaffaah",

Islam kaffah itu sebenarnya berkenaan dengan aqidah. Jangan menyembah

Allah dengan setengah-setengah; kita dituntut untuk bertauhid dengan

penuh totalitas. BerIslam secara kaffah itu artinya tidak sinkretisme:

mencampurbaurkan berbagai ajaran agama.

Di luar persoalan aqidah, Islam kaffah itu masuk pada wilayah

penafsiran. Contohnya, bagi mereka yang berpandangan bahwa Islam itu

mewajibkan bentuk dan sistem ketatanegaraan tertentu, maka ber-Islam

secara kaffah artinya mendukung dan berjuang untuk menegakkan sistem

dan bentuk ketatanegaraan tsb.

Sebaliknya, bagi mereka yang bepandangan bahwa Islam tidak

mewajibkan secara syar'i akan bentuk dan sistem ketatanegaraan tertentu,

maka mereka tidak merasa berkurang ke-kaffah-an mereka dalam ber-

Islam hanya karena tidak mendukung sistem dan bentuk ketatanegaraan

tertentu.

Mereka berpandangan sesuai dengan pemahaman mereka terhadap

nash-- bahwa Islam hanya memberikan petunjuk akan prinsip-prinsip

tertentu yang dapat digunakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

13

Page 14: iman islam dan ihsan

Bentuk dan sistem ketatanegaraan yang dipilih ummat tidaklah menjadi

soal selama prinsip-prinsip tersebut terpenuhi.12

3. Mencapai Muhsin

Allah berfirman :

اواحسبو اللهان يحب المحسنين“… dan berbuat baiklah karena sesunggunya Allah menyukai orang-orang

yang berbuat baik.” (Al-Baqarah: 195)

“sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang

yang berbuat kebaikan.” (An-Nahl: 128)

Dan Rasulullah SAW bersabda:

“sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu.”

(HR Ahmad, Muslim, Imam Empat).

Di dalam sebuah hadits diceritakan dialog Nabi Muhammad SAW,

dengan malaikat Jibril. Jibril berkata kepada beliau, “terangkan aku tentang

ihsan!” Lalu beliau menjawab, “yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-

olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka engkau yakin

benarlah bahwa Allah melihatnu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Nabi Muhammad SAW menjelaskan dalam hadits tersebut bahwa

iman itu mempunyai 2 tingkat. Tingkat yang tertinggi (pertama) ialah

beribadah kepada Allah seolah-olah engaku melihat-Nya. Ini disebut maqam

(kedudukan) musyahadah, yaitu si hamba beramal menurut tuntutan

penyaksiannya kepada Allah Ta’ala dengan kalbunya, yaitu hatinya disinari

oleh iman dan mata hatinya menembus pengetahuan sehingga jadilah yang

gaib itu seperti kenyataan. Dan inilah hakikat maqam ihsan. Kedua, maqam

muraqabah, yaitu si hamba melakukan ibadah dengan merasa diawasi oleh

Allah serta ia selalu merasa dekat dengan-Nya. Bila perasaan si hamba dalam

melakukan semua amal adalah seperti itu, dan dia beramal dengan perasaan

seperti itu, maka amalnya akan tulus karena Allah. Perasaan hati yang

12 http:/ /Pustaka _ Online _ Media ISNET-Nadirsyah.htm l Diakses tanggal 28-03-15, 01:20 AM

14

Page 15: iman islam dan ihsan

demikian akan mencegahnya berpaling kepada selain Allah. Para ahli kedua

maqam ini memiliki tingkat berbeda-beda, sesuai dengan ketajaman hatinya.13

Adapun tiga tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tingkat At-taqwa, yaitu tingkatan paling bawah.

2. Tingkat Al-bir, yaitu tingkat menengah.

3. Tingkat Al-ihsan, yaitu tingkat paling.

Tingkat taqwa

Tingkat taqwa adalah tingkatan dimana seluruh derajatnya dihuni oleh

mereka yang masuk kategori Al-muttaqin, sesuai dengan derajad ketaqwan

masing-masing.

Taqwa akan menjadi sempurna dengan menjalankan semua perintah

Allah dan menjauhi serta meninggalkan segala apa yang dilarangNya, hal ini

berarti meninggalkan salah satu perintah Allah saja dapat mengakibatkan

sangsi, dan melakukan salah satu laranganNya saja adalah dosa. Dengan

demikian puncak taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah serta

menjauhi segala laranganNya.

Namun ada satu hal yang harus dipahami dengan benar, yaitu bahwa

Allah Swt. Maha mengetahui mengetahui keadaan hamba-hambaNya yang

memiliki berbagai kelemahan, yang dengan kelemahannya itu seorang hamba

melakukan dosa. Oleh karena itu Allah membuat satu cara penghapusan dosa,

yaitu dengan cara bertobat dan pengampunan. Melalui hal tersebut, Allah akan

mengampuni hambaNya yang berdosa karena kelalaiannya dari menunaikan

hak-hak taqwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik peringkat puncak

taqwa, boleh jadi ia akan naik peringkatnya pada peringkat bir atau ihsan.

Peringkat ini disebut martabat taqwa, karena amalan-amalan yang ada pada

derajat ini membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya.

13 Syekh Hafizh Hakimi, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1998, hlm: 193-195.

15

Page 16: iman islam dan ihsan

Tingkat Al-bir

Peringkat ini akan dihuni oleh mereka yang masuk kategoi Al-abror,

hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari

ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh

Allah Swt. hal ini dilakukan setelah mereka melakukan hal yang wajib, yakni

yang ada pada peringkat At-taqwa.

Peringkat ini disebut derajat Al-bir (kebaikan), karena derajat ini

merupakan perluasan pada hal-hal yang sifatnya sunnah, sesuai sifatnya

semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan tambahan

dari batasan-batasan yang wajib serta yang di haramkanNya. Amalan-amalan

ini tidak diwajibkan oleh Allah kepada hambaNya, tetapi perintah itu bersifat

anjuran, sekaligus terdapat janji pahala didalamnya.

Akan tetapi mereka yang melakukan amalan tambahan ini tidak akan

masuk kedalam tingkatan Al-bir, kecuali mereka telah melaksanakan

peringkat yang pertama, yaitu peringkat taqwa. Karena melaksanakan hal yang

pertama menjadi syarat mutlak untuk naik keperingkat yang selanjutnya.

Dengan demikian, barang siapa yang mengklaim dirinya telah

melakukan kebaikan sedang ia tidak mengimani unsur-unsur kaidah iman

dalam ihsan, serta tidak terhindar dari siksaan neraka , maka ia tidak dapat

masuk kedalam peringkat ini. (Al-bir).

Allah Swt. telah berfirman :

“Bukanlah kebaikan dengan memasuki rumah-rumah dari

belakangnya, akan tetapi kebaikan itu adalah taqwa, dan datangilah rumah-

rumah itu dari pintu-pintunya dan bertaqwalah kepada Allah agar kalian

beruntung.” (Qs. Al-baqarah: 189).

“ya tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan orang yang

menyeru kepada iman, yaitu berimanlah kamu kepada tuhanmu, maka

kamipun beriman. Ya tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan

hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami

bersama orang-orang yang banyak berbuat baik.” (Al-imran: 193) .

16

Page 17: iman islam dan ihsan

Tingkat ihsan

Tingkatan ini akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori

Muhsinun, mereka adalah orang yang telah melewati tingkat pertama dan

kedua (peringkat At-taqwa dan Al-bir).

Ketika kita mencermati pengertian ihsan dengan sempurna, maka kita

akan mendapatkan kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi yaitu : Pertama,

ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keiklasan dan jujur

dalam beramal.

Kedua, ihsaan adalah senantiasa memaksimalkan amalan-amalan

sunnah yang dapat mendekat diri kepada Allah Swt. selama hal itu adalah

sesuatu yang diridhaiNya dan dianjurkan untuk melaksanakannya. Untuk

dapat naik kemartabat hisan dalam segala amal , hanya bisa dicapai melalui

amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh Allah

Swt. serta dilakukan atas dasar mencari ridha Allah Swt.

D. Korelasi antara Iman, Islam, dan Ihsan

Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadits yang meriwayatkan

oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang dimuat dalam masing-masing kitab

sahihnya yang menceritakan dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan

malaikat Jibril tentang trilogy ajaran Ilahi: “Nabi Muhammad SAW keluar dan

(berada di sekitar sahabat) seseorang datang menghadap beliau dan bertanya:

“Haai Rasul Allah, apakah yang dimaksud dengan iman?” beliau menjawab:

“Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan

dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada kebangkitan.” Laki-laki itu

kemudian bertanya lagi: “apakah yang dimaksud dengan Islam?” beliau

menjawab: “Islam adalah engaku menyembah Allah dan tidak musyrik kepada-

Nya, engkau tegakkan salat wajib, engkau tunaikan zakat wajib, dan engkau

berpuasa pada bulan Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “apakah

yang dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad SAW menjawab: “engkau

sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engaku tidak melihat-

Nya, maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu…”(Buhkari, I, t.th: 23).

17

Page 18: iman islam dan ihsan

Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam tidak

abash tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah

mustahil tanpa iman, dan iman juga mustahil tanpa Islam. Dalam penelitian lebih

lanjut, sering terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut: dalam iman

terdapat Islam dan ihsan; dalam Islam terdapat iman dan ihsan, dan dalam ihsan

terdapat iman dan Islam. Dari situlah, Nurcholish Madjid (1994: 463) melihat

iman, Islam, dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.

Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa ad-din itu terdiri dari tiga unsur, yaitu

iman, Islam, dan ihsan. Dalam tiga unsur itu terselip makna kejenjangan

(tingkatan) : orang yang memulai dengan Islam, kemudian berkembang kearah

iman, dan memuncak dalam ihsan.

Rujukan Ibnu Taimiah dalam mengemukakan pendapatnya adalah surat al-

Fathir [35] ayat 32: “kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang

kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang

menganiaya diri mereka sendiri; dan di antara mereka ada yang pertengahan; dan

di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah…”

Di dalam al-Qur’an dan terjemahnya yang diterbitkan Departemen Agama

dijelaskan sebagai berikut: pertama, “orang-orang yang menganiaya dirinya

sendiri” (fa minhum zalim li nafsih) adalah orang-orang yang lebih banyak

kesalahannya daripada kebaikannya; kedua, “orang-orang pertengahan”

(muqtashid) adalah orang-orang yang antara kebaikan dengan kejelekannya

berbanding; dan ketiga, “orang-orang yang lebih dulu berbuat keaikan” (sabiq bi

al-khairat) adalah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan jarang

melakukan kesalahan.

Dengan penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiah menjelaskan sebagai

berikut: pertama, orang-orang yang menerima warisan kitab suci dengan

mempercayai dan berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, namun masih

melakukan perbuatan-perbuatan zalim, adalah orang yang baru ber-islam, suatu

tingkat permulaan dalam kebenaran; kedua, orang yang menerima warisan kitab

suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin, tingkat menengah, yaitu

orang yang telah sedang-sedang saja; ketiga, perjalanan mukmin itu (yang telah

18

Page 19: iman islam dan ihsan

terbatas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan kebajikannya sehingga ia

menjadi pelomba (sabiq) perbuatan kebajikannya; maka ia mencapau derajat

ihsan. “orang yang telah mencapai tingkat ihsan,” kata Ibnu Taimiyah, “akan

masuk surga tanpa mengalami azab.”

Imam al-Syahrastani dalam kitabnya, al-milal wa al-hilal, menjelaskan

bahwa islam adalah menyerahkan diri secara lahir. Oleh karena itu, baik mukmin

maupun munafik adalah Muslim. Sedangkan iman adalah pembenaran terhadap

Allah, para utusan-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan menerima qadla dan

qadar. Integrasi antara Islam dan iman adalah kesempurnaan (al-Kamal). Atas

dasar penjelasan itu, al-Syahrastani juga menunjukkan bahwa islam adalah

mabda’ (pemula); iman adalah menengah (wasath); dan ihsan adalah

kesempurnaan (al-kamal).14

Islam, Iman & Ihsan adalah satu kesatuan yg tidak bisa dipisahkan satu

dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan

tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam.

Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya

pendekatan diri kepada Allah.

Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama

mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam berupa

praktek amal lahiriyah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan

amal lahiriyah manusia sebagai hamba Allah. Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid

yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari

ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.15

14 ATang ABD. Hakim, Metodologi Studi Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, hlm: 149-15215 http://www.mozaikislam.com/608/pengertian-dan-hubungan-antara-iman-islam-dan-ihsan.htm Diakses tanggal 14-03-15, 05:15 PM

19

Page 20: iman islam dan ihsan

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Menurut Awaiyatu khoirunnisa

Iman yang sebenarnya adalah hakikat yang tersusun dari: (1) pemahaman

tentang semua perkara yang dibawa oleh Rasulullah dari segi pengetahuan

(2) pembenaran terhadap semua itu dalam bentuk akidah (3) pengakuan

terhadap semua itu dalam bentuk ucapan (yaitu syahadat) (4) ketaatan

terhadap semua itu dalam bentuk cinta dan ketundukan (5) pengamalan

terhadap semua itu secara lahir dan batin (6) melaksanakan dan

menyerukaan semua itu sesuai kemampuan. Dalam iman terdapat terdapat

5 tingkatan yaitu tingkatan iman pertama disebut dengan ilathitsu,

tingkatan iman kedua disebut dengan iman ma’sum, Tingkatan iman ketiga

disebut dengan makbul, Tingkatan iman yang keempat disebut iman

mauquf, Tingkatan iman yang kelima disebut dengan iman mardud.

Islam adalah engkau bersaksi tiada tuhan selain allah dan Muhammad

adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di

bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah jika telah

mampu menunaikannya. Dalam Islam terdapat tingkatan muslim dan

kaffah. Allah SWT menyerukan hambanya untuk Islam secara kaffah,

seperti firman Allah yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman,

masuklah kamu semuanya kedalam Islam secara kaffah, dan janganlah

kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya dia itu musuh yang

nyata bagimu."

(Qs. al-Baqarah 2 : 208)

Nabi menjelaskan Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan

engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka

sesungguhnya Dia melihat engkau. Maka ihsan adalah ajaran tentang

20

Page 21: iman islam dan ihsan

pengkhayatan pekat akan hadirnya Tuhan dalam hidup. Karena ihsan

menjadi puncak tertinggi keagamaan seorang muslim. Ditegaskan bahwa

Ihsan meliputi iman dan Islam. Untuk mencapai tingkat muhsin, seseorang

harus terlebih dahulu pada tingkat taqwa kemudian naik ke tingkat Al-bir,

dan setelah itu baru bisa ke tingkatan Al-ihsan (muhsin).

Korelasi : Imam al-Syahrastani dalam kitabnya, al-milal wa al-hilal,

menjelaskan bahwa islam adalah menyerahkan diri secara lahir. Oleh

karena itu, baik mukmin maupun munafik adalah Muslim. Sedangkan

iman adalah pembenaran terhadap Allah, para utusan-Nya, kitab-kitab-

Nya, hari kiamat, dan menerima qadla dan qadar. Integrasi antara Islam

dan iman adalah kesempurnaan (al-Kamal). Atas dasar penjelasan itu, al-

Syahrastani juga menunjukkan bahwa islam adalah mabda’ (pemula);

iman adalah menengah (wasath); dan ihsan adalah kesempurnaan (al-

kamal

2. Menurut Moch. Zaenul Abidin

Iman : An Tasyhada An Laailaha IllaAllah, wa anna Muhammadar

rosulullah SAW, Iman bukanlah hanya sekedar mempercayai dan

mengakui dengan lisan, akan tetapi juga tashdiqun bil-Qolby, wa ‘amalun

bil arkan. Iman juga dapat diartikan sebagai kepercayaan yang dimiliki

oleh manusia terhadap segala Sesutu yang diturunkan Allah kepada

nabinNya.

Islam : Penyerahan diri kepada Allah, tuhan yang Maha Kuasa, Maha

Perkasa, dan Maha Esa. Penyerahan itu diikuti dengan kepatuhan dan

ketaatan untuk menerima dan melakukan apa saja perintah dan larangan-

Nya. Tunduk pada aturan dan undang-undang yang diturunkan kepada

manusia melalui hamba pilihan-Nya (para rasul). Aturan dan undang-

undang yang dibuat oleh Allah itu dikenal dengan istilah “Syari’ah”.

Ihsan : Nabi Muhammad SAW menjelaskan dalam hadits tersebut bahwa

iman itu mempunyai 2 tingkat. Tingkat yang tertinggi (pertama) ialah

beribadah kepada Allah seolah-olah engaku melihat-Nya. Ini disebut

21

Page 22: iman islam dan ihsan

maqam (kedudukan) musyahadah, yaitu si hamba beramal menurut

tuntutan penyaksiannya kepada Allah Ta’ala dengan kalbunya, yaitu

hatinya disinari oleh iman dan mata hatinya menembus pengetahuan

sehingga jadilah yang gaib itu seperti kenyataan. Dan inilah hakikat

maqam ihsan.

Korelasi ketiganya : Islam, Iman & Ihsan adalah satu kesatuan yg tidak

bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi

dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui

pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam

dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.

Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut, para ulama

mengelompokkannya lewat 3 cabang ilmu pengetahuan. Rukun Islam

berupa praktek amal lahiriyah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu

mengenai perbuatan amal lahiriyah manusia sebagai hamba Allah. Iman

dipelajari melalui ilmu Tauhid yg menjelaskan tentang pokok-pokok

keyakinan. Sedangkan untuk mempelajari ihsan sebagai tata cara

beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.

3. Menurut Zidni Ilma Dina

Iman : Beriman kepada Allah berarti membenarkan dan meyakini dengan

cara mentauhidkanNYA, bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi

Muhammad adalah utusan Allah. Iman itu perkataan dan perbuatan, yaitu

perkataan hati dan lisan, dan perbuatan hati, lisan, dan anggota badan. Ia

bertambah karena ketaatan dan berkurang karena maksiat, dan orang yang

beriman itu bertingkat keimanannya

Islam : Secara genetik kata Islam berasal dari Bahasa Arab terambil dari

kata “salima” yang berarti selamat sentosa. Dari kata itu dibentuk kata

“aslama” yang berarti menyerah, tunduk, patuh, dan taat. Kata “aslama”

menjadi pokok kata Islam. Sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau

masuk islam dinamakan Muslim. Selanjutnya dari kata “salima” juga

terbentuk kata “silmun” dan “salamun” yang berarti damai. Karenanya

22

Page 23: iman islam dan ihsan

seorang yang menyatakan dirinya muslim adalah harus damai dengan

Allah dan dengan sesama manusia.

Ihsan : Ihsan, menurut kamus berasal dari kata: ahsana-yuhsinu-ihsan

berarti, baik, bagus, kebajikan atau saleh. Menurut makna istilah, seperti

dikemukakan dalam hadits nabi di permulaan tulisan ialah: “engkau

menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak

dapat melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.”

Korelasi : Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti bahwa

Islam tidak abash tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan.

Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga mustahil

tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering terjadi tumpang tindih

antara tiga istilah tersebut: dalam iman terdapat Islam dan ihsan; dalam

Islam terdapat iman dan ihsan, dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam.

Dari situlah, Nurcholish Madjid (1994: 463) melihat iman, Islam, dan

ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.

23

Page 24: iman islam dan ihsan

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauziah IbnuQayyim, Mendulang Faidahdari Lautan Ilmu, Pustaka Al kautsar,

Jakarta, 1998.

Habanakah, Abdurrahman, Pokok-Pokok Aqidah Islam, Geme Insani, Jakarta,

1998.

Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2012.

Hakim Atang ABD, Metodologi Studi Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,

1999.

Kaelany, Islam dan Aspek-aspek Kemasyarakatan, PT Bumi Aksara, Jakarta,

2005.

Rauyan Sa’dullah, Risalah, BPPMNU Banat, Kudus, 2007.

Sutoyo, Fiqih, Al-Kautsar, jepara, 2007.

Syekh Hafizh Hakimi, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, Gema Insani Press,

Jakarta, 1998.

Syukur Amin, Pengantar Studi Islam, Pustaka Nuun, Semarang, 2010.

http://Pustaka_Online_Media ISNET-Nadirsyah.html (Di akses tanggal 28-03-15,

01:20 AM)

http://www.mozaikislam.com/608/pengertian-dan-hubungan-antara-iman-islam-

dan-ihsan.htm (Diakses tanggal 14-03-15, 05:15 PM)

http://basicartikel.blogspot.com/2013/07/materi-kultum-5-tingkatan-iman-

manusia.html. (Diakses tanggal 14-03-15, 05:45 PM)

http://evendz.blogspot.com/2013/07/7-tingkatan-dalam-islam.html. (Diakses

tanggal 28-03-15, 01:15 AM)

24