i'jaz al quran

8
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian I’jaz dan Mukjizat 1. I’jaz Dari segi bahasa (etimologi), i’jaz berasal dari kata a’jaza yu’jizu i’jazan yang artinya melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan. Kata i’jaz sendiri awalnya berasal dari kata dasar a’jaza ya’jizu yang artinya lemah atau tidak mampu. seperti dalam contoh: a’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu”. Sedangkan menurut istilah i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al- Qaththan dan Ali al-Shabuny dalam tulisan Usman. Manna Khalil al-Qaththan mendefiniskan i’jaz sebagai “menampakan kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain, sebagai seorang rasul utusan Allah swt. dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.” Sementara Ali al- Shabunymengartikan i’jaz sebagai “menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok atau bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya…” Jadi i’jaz ini upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian. Wajar dalam konsep i’jaz ini kalau konsepsi kenabian diklaim sebagai kebenaran yang tidak bisa dibantah, apalagi dikalahkan. 2. Mukjizat secara bahasa, mu’jizat juga berasal dari kata a’jaza yu’jizu i’jazan, yang artinya melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan secara istilah, mu’jizat dapat didefinisikan oleh beberapa ulama, yaitu: a. Manna al-Qaththan dalam tulisan Rosihan sebagai “suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi. Dari definisi ini, mukjizat mengandung arti menantang dan mengalahkan orang-orang yang meragukan dan mengingkari sabda Tuhan. Tantangan ini tidak bisa ditandingi oleh siapapun, karena Allah berkehendak

Upload: nur-saidatul-asma

Post on 07-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ijaz al quran

TRANSCRIPT

Page 1: i'jaz al quran

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian I’jaz dan Mukjizat

1.      I’jaz

Dari segi bahasa (etimologi), i’jaz berasal dari kata a’jaza  yu’jizu  i’jazan  yang artinya

melemahkan, memperlemah, atau menetapkan kelemahan. Kata i’jaz sendiri awalnya berasal

dari kata dasar a’jaza ya’jizu  yang artinya lemah atau tidak mampu. seperti dalam contoh:

a’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu”. Sedangkan menurut

istilah  i’jaz didefinisikan oleh Manna Khalil al-Qaththan dan Ali al-Shabuny dalam

tulisan Usman. Manna Khalil al-Qaththan mendefiniskan i’jaz sebagai “menampakan

kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang lain, sebagai seorang rasul utusan Allah swt.

dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi

mukjizat yang abadi, yaitu al-Quran dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah

mereka.” Sementara Ali al-Shabunymengartikan i’jaz sebagai “menetapkan kelemahan

manusia baik secara kelompok atau bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa

dengannya…” Jadi i’jaz  ini upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat

yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari

kenabian. Wajar dalam konsep i’jaz ini kalau konsepsi kenabian diklaim sebagai kebenaran

yang tidak bisa dibantah, apalagi dikalahkan.

2.      Mukjizat

secara bahasa, mu’jizat juga berasal dari kata a’jaza yu’jizu i’jazan, yang artinya

melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan secara

istilah, mu’jizat dapat didefinisikan oleh beberapa ulama, yaitu:

a.       Manna al-Qaththan dalam tulisan Rosihan sebagai “suatu kejadian yang keluar dari

kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi. Dari definisi ini,

mukjizat mengandung arti menantang dan mengalahkan orang-orang yang meragukan dan

mengingkari sabda Tuhan. Tantangan ini tidak bisa ditandingi oleh siapapun, karena Allah

berkehendak untuk memenangkan semua “pertempuran,” sementara orang-orang ragu dan

para pengingkar tersebut tidak mampu melawan Tuhan.

b.      Ali al-Shabuny mendefinisikan mukjizat sebagai “bukti yang datangnya dari Allah swt. yang

diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan

kenabiannya.” Definisi ini menegaskan bahwa fungsi mukjizat memperkuat posisi nabi dan

rasul, sehingga tidak seorang pun mampu menghancurkan posisi tersebut.

c.       Muhammad Bakar Ismali mendefinisikan mu’jizat sebagai  “perkara luar biasa yang

disertai-dan diikuti-dengan tantangan yang diberikan Allah swt. kepada nabi-nabi-Nya

sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya,

yang bersumber dari Allah swt.”

d.      Muhammad Syahrur mendefinisikan mukjizat dengan membaginya menjadi dua jenis, yaitu

(1) mukjizat yang diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad dan (2) mukjizat

Page 2: i'jaz al quran

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.  Menurut Syahrur, mukjizat yang diturunkan

kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad adalah “percepatan kemajuan di bidang dunia

indrawi (alam al-mahsus). Ia adalah fenomena alam yang melampaui dunia rasion/nalar

ketika mukjizat tersebut diturunkan.” Sementara itu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad adalah al-Quran yang memiliki karakter abadi dan sesuai dengan jaman dan

tempat. Setiap pengetahuan dan ilmu manusia berkembang, maka kemukjizatan al-Quran

akan semakin jelas.

Dari beberapa definisi diatas pengertian mukjizat dapat ditegaskan lagi olehQuraish

Shihab yang mengatakan bahwa Mukjizat adalah Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang

terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan

kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak

mampu melayani tantangan itu”

Mukjizat sebagai kejadian luar biasa tidak dapat terjadi pada sembarang orang. Secara

historis, mukjizat selalu menemukan momentnya sendiri berdasarkan kehendak Allah SWT.

B.     Macam-Macam Mukjizat

Menurut Syahrur mukjizat dapat diklarifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

1.         Mu’jizat Material Indrawi

Artinya Mukjizat yang tidak kekal. Maksudnya mukjizat jenis ini hanya berlaku

pada  Nabi selain Nabi Muhammad Saw dan juga mukjizat ini hanya berlaku untuk jaman

tertentu, kapan mukjizat tersebut diturunkan. Oleh karena itu wajar kalau sifat mukjizat

tersebut tidak kekal.. Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi

Musa AS dapat membelah lautan, mukjizat nabi Daud ASdapat melunakkan besi, mukjizat

nabi Isa AS dapat menghidupkan orang mati, mukjizat nabi Ibrahim AS tidak hangus oleh api

saat dibakar dan mukjizat-mukjizat nabi  lainya.

2.         Mukjizat Immaterial

Artinya Mukjizat ini bersifat kekal dan berlaku sepanjang jaman. Mukjizat tersebut

adalah al-Quran al-Karim. Hal ini, menurut Syahrur, karena Muhammad (sebagai penerima

mukjizat ini) nabi terakhir, sehingga mukjizatnya harus memiliki sifat abadi dan berlaku

sampai dunia ini hancur. Secara lebih gamblang, Syahrur membedakan mukjizat Nabi

muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya. Pertama, aspek rasionalitas kenabian Muhammad

yang berupa al-Quran dan al-sab’ul al-matsani mendahului pengetahuan inderawi, yaitu

dalam bentuk mutasyabih. Setiap jaman berubah, konsepsi-konsepsi al-Quran masuk ke

dalam wilayah pengetahuan inderawi, yang disebut sebagai takwil langsung, yaitu kesesuaian

antara teks pengetahuan terhadap hal inderawi. Kedua, al-Quran memuat hakekat wujud

mutlak yang dapat dipahami secara relatif, sesuai dengan latar belakang pengetahuan, pada

masa yang di dalamnya usaha pemahaman al-Quran dilakukan. Ketiga, Kemukjizatan al-

Quran bukan hanya bentuk redaksinya saja, tapi juga kandungannya.

C.     Unsur-Unsur  Mukjizat

M. Quraish Shihab dalam tulisan Rosihan menjelaskan empat unsur mukjizat, yaitu:

Page 3: i'jaz al quran

1.         Hal atau peristiwa yang luar biasa. Peristiwa-peristiwa alam atau kejadian sehari-hari

walaupun menakjubkan tidak bisa dinamakan mukjizat. Ukuran “luar biasa” tersebut adalah

tidak bertentangan dengan hukum alam, namun akal sehat pada waktu terjadinya peristiwa

tersebut belum bisa memahaminya.

2.         Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi. Artinya sesuatu yang luar biasa tersebut muncul

dari atau berkenaan dengan seorang Nabi. Peristiwa besar yang muncul dari seorang calon

Nabi tidak bisa dikatakan mukjizat, apalagi dari manusia biasa seperti kita.

3.         Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Mukjizat terkait erat dengan

tantangan dan jawaban terhadap orang-orang yang meragukan kenabian. Jadi peristiwa yang

terkait dengan Nabi, tapi tidak berkenaan dengan kenabian tidak bisa dikatakan sebagai

mukjizat.

4.         Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani. Mukjizat merupakan tantangan

terhadap orang-orang yang meragukan atau mengingkari kenabiaan dan mereka tidak mampu

melayani tantangan tersebut. Oleh karena itu, kalau tantangan tersebut mampu dilawan atau

dikalahkan, maka tantangan tersebut bukan lah bentuk mukjizat.

Keempat unsur tersebut menjadi syarat bagi peristiwa tertentu sehingga peristiwa ini

bisa dinamakan mukjizat. Kalau salah satu unsur tersebut tidak ada, maka persitiwa itu tidak

bisa dikatakan sebagai mukjizat. Untuk memahami esensi keempat unsur mukjizat tersebut,

kita mesti memahami segi-segi kemukjizatan, khususnya kemukjizatan al-Quran.

D.    Segi-segi Kemukjizatan Al – Qur’an

Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy dalam tulisan Usman menyebutkan segi-segi

kemukjizatan al-Quran, yaitu:

1.         Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh

orang-orang Arab

2.         Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang

dimiliki oleh bangsa  Arab

3.         Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua

makhluk termasuk jenis manusia

4.         Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan

lainnya

5.         Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin dapat dijangkau

oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Quran itu sendiri

6.         Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan

kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan

7.         Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran

8.         Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat  dan ilmu

pengetahaun alam (tentang jagat raya).

9.         Dapat memenuhi kebutuhan manusia

Page 4: i'jaz al quran

10.     Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan musuh-

musuhnya

11.     Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan. 

Al-Mawardi dalam tulisan Hasbi ash-Shiddiqie menerangkan dua puluh hal yang

menunjukan kemukjizatan al-Quran, yaitu:

1.         Kefashahan al-Quran dan cara penjelasannya

2.         Keringkasan lapad al-Quran, tapi sempurna maknanya

3.         Nazham uslub-nya yang unik. Ia tidak termasuk ke dalam kalam yang ber-nadzam, tidak

termasuk ke dalam syi’ar atau rajaz, tidak bersajak dan bukan pula bersifat khatbah.

4.         Banyak makna-maknanya yang tidak dapat dikumpulkan oleh oleh pembicaraan manusia.

5.         Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh manusia dan tidak dapat

berkumpul pada seseorang.

6.         Al-Quran mengandung berbagai hujjah dan keterangan untuk menetapkan ketauhidan dan

menolak i’tiqad-i’tiqad yang salah

7.         Al-Quran mengandung khabar-khabar orang yang telah lalu dan umat-umat purbakala.

8.         Al-Quran mengandung khabar-khabar yang belum terjadi, kemudian terjadi persis

sebagaimana yang dikhabarkan.

9.         Al-Quran menerangkan isi-isi hati yang tidak dapat diketahui melainkan oleh Allah sendiri.

10.     Lafad-lafad al-Quran melengkapi jazal mustarghab dan sahl al-mustaqrab. Dalam pada itu,

tidak dipandang sukar jazal-nya dan tidak dipandang mudah sahl-nya.

11.     Pembacaan al-Quran mempunyai khushusiyah dengan kelima penggerak yang tidak

didapatkan pada selainnya. Pertama, kelembutan tempat keluarnya. Kedua, keindahan dan

kecantikannya. Ketiga, mudah dibaca nadzam-nya dan saling berkaitan satu sama

lain.Keempat, enak didengar, dan kelima, pembacanya tidak jemu membacanya dan

pendengarnya pun tidak bosan mendengarnya.

12.     Al-Quran dinukilkan dengan lafad-lafad yang diturunkan. Jibril menyampaikannya dengan

lafad dan nazham-nya. Rasul pun meneruskan kepada umat persis sebagaimana yang diterima

dari Jibril.

13.     Terdapat makna-makna yang berlainan di dalam sesuatu. Yakni di dalam sesuatu surat itu

kita mendapatkan berbagai rupa masalah. Kemudian masalah-masalah itu kita temukan di

dalam surat-surat lain

14.     Perbedaan ayat-ayatnya, ada yang panjang dan ada yang pendek, tidak mengeluarkan al-

Quran dari uslub-nya.

15.     Walaupun kita sering sekali membacanya, namun kita tidak dapat mencapai kepashahannya,

karena al-Quran itu di luar tabi’at manusia.

16.     Al-Quran mudah dihapal oleh segala lidah.

Page 5: i'jaz al quran

17.     Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat pembicaraan terbagi

tiga:

a.     Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.

b.    Syi’ir yang hanya dapat disusun oleh sebagian manusia

c.    Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup dicapai oleh golongan a

dan b.

18.     Tambahan yang disisipkan atau pengubahan lafad-lafadnya dapat diketahui.

19.     Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran.

20.     Allah memalingkan manusia dari menentangnya.

E. Faktor-Faktor  Yang Menyebabkan Kegagalan dan Ketidakmampuan Bangsa

Arab dalam Menandingi  al-Quran

Ada lima faktor  yang menyebabkan kegagalan dan ketidakmampuan bangsa arab

dalam menandingi  al-quran, yaitu:

1.         Ketika menyusun syi’ir-syi’ir atau teks lisan lainnya, bangsa arab hanya mampu mensifati

benda-benda yang bisa dilihat, seperti kuda, unta, perempuan, dll. Namun al-Quran, selain

mensifati benda-benda yang bisa dilihat, tapi juga mampu memaparkan hal-hal ghaib,

termasuk sejarah-sejarah masa lalu dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi

pada masa yang akan datang.

2.         Bagaimanapun hebatnya para pujangga dan orator Arab dalam menyusun kata-kata dan

merangkai kalimat, mereka tidak mampu menyusun kata dan rangkaian kalimat yang

semuanya fasih dan baligh. Sedangkan semua susunan kata dan rangkaian kalimta al-Quran

fasih dan baligh, sehingga tidak seorang pun mampu menandinginya.

3.         Ketika para sastrawan Arab berulang-ulang memberikan sifat tentang sesuatu benda atau

peristiwa yang terjadi dengan kalimat berbeda-beda, maka kalimat yang kedua berbeda

maksudnya dengan kalimat yang pertama. Tetapi al-Quran tidaklah demikian, sekalipun

kalimat yang satu diulang-ulang dengan menggunakan kalimat yang lain, namun ayat-ayat al-

Quran tidak berubah dari tujuan yang semula, bahkan akan menambah kefasihannya.

4.         Para sastrawan Arab  yang paling tersohor sekalipun, hanya dapat menyusun syi’ir yang

fasih dan baligh hanya dalam satu bidang saja, sedang dalam bidang lainnya tidak. Tetapi al-

Quran semua susunan kalimat dan ayat –ayatnya fasih dan baligh.

5.         Kandungan syi’ir –syi’ir para pujangga dan sastrawan Arab banyak berisi kebohongan dan

kepalsuan, namun semua kandungan al-Quran sangat bersih dari kedustaan dan kepalsuan.

www.iwanstanjung.com

BAB IIIPENUTUP

A.     Kesimpulan

Page 6: i'jaz al quran

 Berdasarkan penjelasan diatas maka diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1.         I’jaz adalah  upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia

juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian.

Sedangkan Mukjizat adalah Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui

seseorang yang mengaku nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang

ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani

tantangan itu

2.         Mukjizat terbagi menjadi dua, yaitu mukjizat material indrawi yang bersifat tidak kekal

dan berlaku untuk jaman tertentu, dan mukjizat immaterial, bersifat kekal dan abadi, yang

dapat dibuktikan sepanjang masa, dan berlaku sampai dunia ini berakhir.

3.         Unsur mukjizat ada empat, yaitu hal atau peristiwa yang luar biasa, terjadi atau dipaparkan

oleh seorang nabi, mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian, dan tantangan

tersebut tidak mampu dilayani.

4.         Menurut Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy, segi-segi kemukjizatan al-Quran ada sebelas,

sementara menurut al-Mawardi ada dua puluh. Segi-segi kemukjizatan tersebut saling

berkaitan satu sama lain.

5.         Ada lima faktor yang menyebabkan manusia tidak mampu menandingi al-Quran. Kelima

faktor tersebut telah terbukti terjadi pada bangsa Arab dan akan selalu menjadi alasan sampai

kapan pun mengapa manusia tidak akan mampu menandingi al-Quran.

B.      SaranMungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan Makalah ini meskipun penulisan ini

jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah ini,

karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa: dalam hadits “al insanu minal

khotto’ wannisa’, dan kami juga butuh saran/ kritikan dari kalian semua, agar bisa menjadi

motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga

mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Ulumul

Qur’an Bapak ZUHRI, S.Sos, M.Pd.I. Yang telah memberikami tugas membuat

Makalah ini demi kebaikan diri kami sendiri dan untuk orang lain.DAFTAR PUSTAKA

http://cecengsalamudin.wordpress.com/2011/10/11/i%E2%80%99-jaz-al-quranhttp://nurululum.wordpress.com/2008/05/28/ijazul-quran-kemujizatan-al-quranhttp://id.wikipedia.org/wiki/I'jaz_al-Qur'an