ulum al quran
TRANSCRIPT
Asbabbun Nuzul →
Ulumul Quran dan PerkembangannyaPosted on Maret 29, 2007 | Tinggalkan Komentar
Ulumul Quran dan Perkembangannya
Al-qur’anul Karim adalah mu’jizat Islam yang kekal dan
mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu
pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW
untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap
menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan
yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan wahyu itu
kepada para sahabatnya-orang-orang arab asli- sehingga
mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka.
Apa bila mereka mengalami ketidak jelasan dalam
memahami suatu ayat, mereka menanyakannya kepada
Rasulullah SAW .
Bukhari dan Muslim serta yang lainnya meriwayatkan,
dari Ibnu mas’ud, dengan menyatakan : “Ketika ayat ini
diturunkan, Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman”
( Al-An’am:82 ), banyak orang yang merasa resah. Lalu
mereka bertanya kepada Rasulullah SAW , ya Rasulullah
siapkah diantara kita yang tidak berbuat kedzaliman
terhadap dirinya ? Nabi menjawab : kedzaliman disini
bukan seperti yang kamu pahami. Tidakkah kamu pernah
mendengar apa yang dikatakan oleh seorang hamba
Allah yang saleh sesunnguhnya kemuysrikan adalah
benar-benar kedzaliman yang besar ( Luqman : 13 ) jadi
yang dimaksud kedzaliman disini adalah kemusyrikan.”
Rasulullah SAW menafsirkan kepada mereka beberapa
ayat seperti yang diriwayatkan oleh muslim dan yang
lain, yang bersumber dari Uqbah bin Amir ia berkata : ”
aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata diatas
mimbar, “dan siapkan untuk menghadapi mereka
kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal :60 ), ingatlah
bahwa kekuatan disini adalah memanah”
Para sahabat sangat antusias untuk menerima qur’an
dari Rasulullah SAW menghafalnya da memahaminya. Hal
itu merupakan siatu kehormatan bagi mereka. Dikatakan
oleh Anas Ra ” seseorang diantara kami bila telah
membaca surah Baqarah dan Ali Imran orang itu menjadi
besar menurrt pandangan kami.” Begitu juga mereka
selalu berusaha mengamalkan qur’an dan memahami
hukum-hukumnya.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia
mengatakan : ” mereka yang membacakan qur’an
kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin
Mas’ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila
belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak
melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal
yang ada didalamnya, mereka berkata ‘kami mempelajari
qur’an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.’”
Rasulullah SAW tidak mengizinkan meraka menuliskan
sesuatu dari dia selain qur’an, karena kuatir qur’an akan
bercampur dengan yang lain.
“Muslim meriwayatkan dari Abu Saad al- Khudri, bahwa
Rasulullah SAW berkata: janganlah kamu tulis dari aku;
barang siapa menuliskan aku selain qur’an, hendaklah
dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada
halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta
atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api
neraka.”
Sekalipun sesudah itu Rasulullah SAW mengizinkan
kepada sebagian sahabat untuk menulis hadits, tetapi hal
yang berhubungan dengan qur’an tetap didasarkan
kepada riwayat yang melalui petunjuk di zaman
Rasulullah SAW , dimasa kekhalifhan Abu Bakar dan Umar
Ra.
Kemudian datang masa kekahalifahan Usman Ra, dan
keadaan menghendaki-seperti yang akan kami jelaskan
nanti -untuk menyatukan kaum muslimin pada satu
mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut
mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan
ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut
dinamakan ar-Rosmul ‘Usmani yaitu dinisbahkan kepada
Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu
Rasmil Qur’an.
Kamudian datang masa kekalifahan Ali Ra, dan atas
perintahnya Abu ‘aswad Ad-Du’ali meletakkan kaidah-
kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku
dan memberikan ketentuan harakat pada qur’an. Ini juga
disebut sebagai permulaan Ilmu I’rabil Qur’an.
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka
dalam menyampaikan makna-makna al-qur’an dan
penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka,
sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda
dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama
dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW , hal
demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu
para tabi’in.
Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat
adalah: empat orang khalifah, kemudian Ibnu Masud,
Ibnu Abbas, Ubai bin Kaab, Zaid bin sabit, Abu Musa al-
Asy’ari dan Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari
Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud dan Ubai bin
Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak
berarti merupakan sudah tafsir Quran yang sempurna.
Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat
dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan
apa yang masih global. Mengenai para tabi’in, diantara
mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil
ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri
bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam
menafsirkan ayat.
Diantara murid Ibnu Abbas dimekah ya ng terkenal ialah,
Sa’id bin Jubair, Mujahid, ‘iKrimah bekas sahaya ( maula )
Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan ‘Ata’ bin abu
Rabah.
Dan terkenal pula diantara murid-murid Ubai bin Kaab, di
madinah, Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan Muhammad
bin Ka’b al Qurazi.
Dari murid-murid Abdullah bin Masud di Iraq yang
terkenal ‘Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin Yazid,
‘Amir as Sya’bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di’amah
as Sadusi.
Ibnu Timiyah berkata; “Adapun mengenai ilmu tafsir,
orang yang peling tahu adalah penduduk mekkah, karena
mereka sahabat Ibnu Abbas, seperti Mujahid, ‘Ata’ bin Abi
Rabah, Ikrimah Maula Ibn Abbas dan para sahabat Ibn
Abbas lainnya, seperti Tawu, Abusyi Sya’sa’ Said bin
Jubair dan lainnya. Begitu juga penduduk Kuffah dari
sahabat-sahabat Ibnu Masud, dan mereka itu mempunyai
kelebihan dari ilmu tafsir yang lain. Ulama’ penduduk
medinah dalam ilmu tafsir diantaranya ialah, Zubair bin
Aslam, Malik dan anaknya, Abdurrahman serta Abdullah
bin Wahb, mereka berguru kepadanya.” .
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu
tafsir, ilmu Gharibil Qur’an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu
Wakki Wal madani dan imu Nasikh dan Mansukh, tetapi
semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara
didiktekan.
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan ( tadwin )
yang dumulai dengan pembukuan hadist denga segala
babnya yang bermacam-macam, dan itu juga
menyangkut hal yang berhubungan denag tafsir. Maka
sebagian ulama membukuka tafsir Qur’an yang
diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat
ataudari para tabi’in.
Diantara mereka yang terkenal adalah, Yazid bin Harun
as Sulami, ( wafat 117 H ), Syu’bah bin Hajjaj ( wafat 160
H ), Waqi’ bin Jarrah ( wafat 197 H ), Sufyan bin ‘uyainah (
wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112
H ).
Mereka semua adalah para ahli hadis. Sedang tafsir yang
mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namum
tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai
ketangan kita.
Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama’.
Mereka menyusun tafsir Qur’an yang lebih sempurna
berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara
mereka ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukil ( dipindahkan )
melalui penerimaan ( dari muluit kemulut ) dari riwayat,
kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian hadis,
selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka
berlangsunglah proses kelahiran at Tafsir bil Ma’sur
( berdasarkan riwayat ), lalu diikuti oleh at Tafsir bir Ra’yi
( berdasarkan penalaran ).
Disamping ilmu tafsir lahir pula karangan yang berdiri
sendiri mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu
yang berhubungan dengan quran, dan hal ini sangat
diperlukan oleh seorang mufasir.
Ali bin al Madini ( wafat 234 H ) guru Bukhari, menyusun
karangannya mengenai asbabun nuzul, Abu ‘Ubaid al
Qasim bin Salam ( wafat 224 H ) menulis tentang Nasikh
Mansukh dan qira’at.
Ibn Qutaibah ( wafat 276 H ) menyusun tentang
problematika Quran ( musykilatul quran ).
Mereka semua termasuk ulama abad ketiga Hijri.
Muhammad bin Khalaf bin Marzaban ( wafat 309 H )
menyusun al- Hawi fa ‘Ulumil Qur’an.
Abu muhammad bin Qasim al Anbari ( wafat 751 H ) juga
menulis tentamh ilmu-ilmu qur’an.
Abu Bakar As Sijistani ( wafat 330 H ) menyusun Garibul
Qur’an.
Muhammad bin Ali bin al-Adfawi ( wafat 388 H )
menyusun al Istigna’ fi ‘Ulumil Qur’an.
Mereka ini adalah ulama-ulama abad keempat Hijri.
Kemudian kegiatan karang mengarang dalam hal ilmu-
ilmu qur’an tetap berlangsung sesudah itu.
Abu Bakar al Baqalani ( wafat 403 H ) menyusun I’jazul
Qur’an, dan Ali bin Ibrahim bin Sa’id al Hufi ( wafat 430
H )menulis mengenai I’rabul Qur’an. Al Mawardi ( wafat
450 H ) menegenai tamsil-tamsil dalam Qur’an ( ‘Amsalul
Qur’an ). Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang
majaz dalam Qur’an.’alamuddin Askhawi ( wafat 643 H )
menulis mengenai ilmu Qira’at ( cara membaca Qur’an )
dan Aqsamul Qur’an. Setiap penulis dalam karangannya
itu menulis bidang dan pembahasan tertentu yang
berhubungan dengan ilmu-ilmu qur’an.
Sedang pengumpulan hasil pembahasan dan bidang-
bidang tersebut mengenai ilmu-ilmu Quran semua atau
sebagian besarnya dalam satu karangan, maka syaikh
Muhammada ‘Abdul ‘azim az-Zarqani menyebutkan
didalam kitabnya Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an bahwa
ia telah menemukan didalam perpustakaan Mesir sebuah
kitab yang ditulis oleh Ali bin Ibrahim bin Sa’id yang
terkenal dengan Al-Hufi, judulnya al- Burhan fi ‘Ulumil
Qur’an yang terdiri atas tiga puluh jilid. Dari ketiga puluh
jilid itu terdapat lima belas jilid yang tidak berurutan dan
tidak tersusun. Pengarang membicarakan ayat-ayat
Qur’an menurut tertib mushaf, dia membicarakan ilmu-
ilmu Qur’an yang dikandung ayat itu secara tersendiri.
Masing-masing diberi judul sendiri pula. Dan judul yang
umum disebutkan dalam ayat, dengan menuliskan al
Qaul fi Qaulihi ‘Azza wajalla ( pendapat mengenai firman
Allah Azza wa jalla ), lalu disebutnya ayat itu, kemudian
dibawah judul itu dicantumkan al Qaul fil I’rab ( pendapat
mengenai morfologi ) dibagian ini ia membicarakan ayat
dari segi nahwu dan bahasa. Selanjutnya Al Qaul fil Ma’na
wat Tafsir ( pendapat mengenai makna dan tafsirannya )
disini ia jelaskan ayat itu berdasarkan riwayat ( hadis )
dan penalaran. Setelah itu al Qaul fil Waqfi wat Tamam
( pendapat mengenai tanda berhenti dabn tidak) disini ia
menjelaskan mengenai waqf ( berhenti ) yang
diperbolehkan dan yang tidak. Terkadang qira’at
diletakkan dalam judul tersendiri. Yang disebutnya
dengan al Qaul fil Qira’at ( pendapat mengenai qira’at )
terkadang ia berbicara tentang hukum-hukum yang
diambil dari ayat ketika ayat itu dibacakan.
Dengan metode seperti ini, al Hufi dianggap sebagai
orang pertama yang membukukan ‘Ulumul Qur’an, ilmu-
ilmu Qur’an, meskipun pmebukuannya memakai cara
tertentu seperti yang disebutka tadi. Ia wafat pada tahun
330 H.
Kemudian Ibnul Jauzi ( wafat 597 H ) mengikutinya denga
menulis sebuah kitab berjudul fununul Afnan fi ‘Aja’ibi
‘ulumil Qur’an.
Lalu tampil Badruddin az-Zarkasyi ( wafat 794 H ) menulis
sebuah kitab lengkap dengan judul Al-Burhan fii
ulumilQur`an .
Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa
tambahan atas Al-Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi`ul
u`luum min mawaaqi`innujuum. Jalaluddin As-Suyuti
( wafat 911 H ) juga kemudian menyusun sebuah kitab
yang terkenal Al-Itqaan fii u`luumil qur`an.
Kepustakaan ilmu-ilmu Quran pada masa kebamgkitan
modern tidaklah lebih kecil dari pada nasib ilmu-ilmu
yang lain.Orang-orang yang menghubungkan diri dengan
gerakan pemikiran Islam telah mengambil langkah yang
positif dalam mmembahas kandungan Qur`an dengan
metode baru pula,seperti kitab i`jaazul quran yang ditulis
oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i, kitab At-Tashwirul fanni
fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh
Sayyid Qutb, tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad
Musthafa Al-Maraghi yang salah satu pembahasannya
ditulis oleh Muhibuddin al-hatib, masalatu tarjamatil
qur`an Musthafa Sabri, An-naba`ul adziim oleh DR
Muhammad Abdullah Daraz dan muqaddimah tafsir
Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.
Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan
judul At-tibyaan fii u`luumil qur`an. Syaikh Muhammad Ali
Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil qur`an
yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk
fakultas ushuluddin di Mesir dengan spesialisasi da`wah
dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,
Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun
manaahilul i`rfaan fii u`lumil qur`an. Kemudian Syaikh
Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang
disampaikan kepada mahasiswanya di fakultas
ushuluddin jurusan dakwah dan bumbingan masyarakan.
Akhirnya muncul mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR
Subhi As-Shalih.Juga ustadz Ahmad Muhammad Jamal
menulis beberapa studi sekitar masalah “ma`idah” dalam
Qur`an.
Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul
qur`an, dan kata ini kini telah menjadi istilah atau nama
khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu.i`lmu berarti al-fahmu
wal idraak (faham dan menguasai).Kemudian arti kata ini
berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka ragam
yang disusun secara ilmiah.
Jadi, yang dimaksud dengan u`luumul qu`ran ialah ilmu
yang membahas masalah-masalah yang berhubungan
dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul.”sebab-sebab
turunnya al-qur`an”,pengumpulan dan penertiban
Qur`an.pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan
Madinah,An-Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal
Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan Qur`an terkadang ilmu dinamakan juga ushuulu
ttafsir (dasar-dasar tafsir) karena yang dibahas berkaitan
dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh
seorang Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan
Qur`an .
About these ads
Entri ini ditulis dalam Ulumul Qur'an. Buat penanda
kepermalink.
TINGGALKAN BALASAN
ARSIP
April 2007
Maret 2007
S S R K J S M Apr »
S S R K J S M 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 1112 13 14 15 16 17 1819 20 21 22 23 24 2526 27 28 29 30 31
Maret 2007
KATEGORI
aqidah kontemporer
Doa dan Dzikir
Fiqih Muamalat
fiqih nikah
Fiqih Wanita Muslimah
Ulumul Qur'an
Uncategorized
BLOG STATS
155,064 hitsThe Coraline Theme.
ILMU – ILMU ISLAM DIJALAN YANG
BENAR Memberikan kecerahan dalam kehidupan
Langsung ke isi
BERANDA
PEMBUAT
← Turunnya Al-Quran Dengan 7 Huruf
Ulumul Quran dan Perkembangannya →
Turunnya Al-Quran Dengan 7 HurufPosted on Maret 29, 2007 | Tinggalkan Komentar
Turunnya Al-Quran
Allah menurunkan Qur`an kepada Muhammad untuk
memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Qur`an
merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan
kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi.
Turunnya Qur`an yang pertama kali pada malam lailatul
qadar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat
tinggi terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat
Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan
risalah baru agar menjadi umat paling baik yang
dikeluarkan bagi manusia.
Turunnya Qur`an yang kedua kali secara bertahap,
berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya. Sangat
menggetarkan orang dan menimbulkan keraguan
terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia himah
Ilahi yang ada dibalik itu. Rasulullah SAW tidak menerima
risalah tersebut karena kesombongan dan permusuhan
mereka. Oleh karena pun wahyu turun secara berangsur-
angsur untuk menguatkan hati Rasulullah SAW dan
menghiburnya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-
kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan
mencukupkan nikmatn-Nya.
I. Turunnya Qur`an Sekaligus
Allah berfirman dalam kitabnya yang mulia:
`Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al
Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara
yang haq dan yang batil.`( al-Baqarah: 185 ).
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Quran ) pada
malam lailatul qadar.` ( al-Qadr : 1 )
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Qur`an )
pada malam yang diberkahi.` ( ad-Dhukan: 3 ).
Ketiga ayat diatas tidak bertentangan, karena malam
yang diberkahi adalah malam lailatul qadar dalam bulan
ramadhan. Tetapi lahir ( zahir ) ayat-ayat itu
bertentangan dengan kehidupan nyata Rasulullah SAW ,
dimana Qur`an turun kepadanya selama dua puluh tiga
tahun. Dlam hal ini para ulama mempunyai dua madzab
pokok :
1. Madzab pertama yaitu, pendapat Ibn Abbas dan
sejumlah ulama serta yang dijadikan pegangan oleh
umumnya para ulama.
Yang dimaksud dengan turunnya Qur`an dalam ketiga
ayat diatas adalah turunnya Qur`an sekaligus di Baitul
`Izzah dilangit dunia agar para malaikat menghormati
kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur`an diturunkan
kepada rasul kita Muhammad saw. Secara bertahap
selama dua puluh tiga tahun. sesuai dengan peristiwa-
peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai
wafatnya. Ia tinggal di mekkah sejak diutus selama tiga
belas tahun dan sesudah hijrah tinggal di madinah
selama supuluh tahun. Ia tinggal di mekkah selama tiga
belas tahun dan selama itu wahyu turun kepadanya, ia
wafat dalm usia enam puluh tiga tahun pendapat ini
didasarkan pada berita-berita yang sahih dari Ibn Abbas
dalam beberapa riwayat. Antara lain:
a. Ibn Abbas berkata: ` Qur`an sekaligus diturunkan ke
langit dunia pada malam lailatul qadar, kemudian setelah
itu ia diturunkan selama dua puluh tahun.` Lalu ia
membacakan:
`Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu sesuatu
yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu
yang benar dan yang paling baik penjelasannya .`( al-
Furqan : 33 ).
`Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-
lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.` (al-Isra` : 106 ).
b. Ibn Abbas r.a berkata: ` Qur`an itu dipisahkan dari az-
Zikr, lalu diletakkan dai baitul Izzah di langit dunia. Maka
jibril mulai menurunkannya kapada Nabi saw.`
c. Ibn Abbas r.a mengatakan : ` Allah menurunkan
Qur`an sekaligus kelangit dunia , temmpay turunnya
secara beransur-ansur. Lali Dia menurunkannya kepada
Rasulnya bagian demi bagian.`
d. Ibn Abas r.a berkata : `Qur`an diturunkan pada malam
lailatul qadar, pada bulan ramadhan ke langit dunia
sekaligus; lali ia diturunkan secara berangsur-angsur.`
2. Madzab kedua, yaitu yang diriwayatkan oleh as-
Sya`bi .
Bahwa yang dimaksud dengan turunnya Quran dalam
ketiga ayat diatas adalah permulaan turunnya Qur`an
pada Rasulullah SAW permulaan turunnya Quran itu di
mulai pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan,
yangv merupakan mala yang di berkahi. Kemudian
turunnya berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai
dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selam kurang
lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian Qur`an
hanya satu macama cara turun, yaitu turun secara
bertahap kepada Rasulullah SAW seba yang demikian
inilah yang dinyatakan dalam Qur`an :
`Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-
lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian.` (al-Isra`: 106 )
orang musyrik yang diberi tahu bahwa kitab-kitab samawi
terdahulu turun sekaligus, menginginkan agar Qur`an
diturunkan sekaligus:
`Berkatalah orang-orang yang kafir: `Mengapa Al Qur`an
itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?`;
demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacanya secara tartil . Tidaklah orang-orang
kafir itu datang kepadamu sesuatu yang ganjil, melainkan
Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya .` ( al-Furqan : 32-33 )
Dan keistimewaan bulan ramadhan dan malam lailatul
qadar yang merupakan malam yang diberkahi itu tidak
akan kelihatan oleh manusia kecuali apa bila yang
dimaksudkan dari ketiga ayat diatas adalah turunnya
Qur`an kepada Rasulullah SAW yang demikian ini sesuai
dengan apa yang terdapat dalam friman Allah mengenai
perang badar: `jika kamu beriman kepada Allah dan
kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami di
hari Furqaan , yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( al-Anfal : 41 ).
Perang badar terjadi pada bulan ramadan. Dan yang
demikian ini diperkuat pula oleh hadis yang dijadikan
pegangan para penyelidik hadis permulaan wahyu.
Aisyah berkata: `Wahyu yang mula-mula diturunkan
kepada Rasulullah SAW ialah mimpi yang benar diwaktu
tidur. Setiap kali bermimpi ia melihat ada yang datang
bagaikan cahaya yang terang dipagi hari. Kemudian ia
lebih suka menyendiri. Ia pergi ke gua hira untuk
bertahanus beberapa malam, dan untuk itu ia membawa
bekal. Kemudian ia kembali kerumah Khadijah, dan
Khadijahpun membekali seperti itu biasanya. Sehingga
datanglah `kebenaran` kepadanya seaktu ia berada di
gua hira`. Malaikat datang kepadanya dan berkata `
bacalah` Rasulullah SAW berkata ` aku tidak panai
membaca` lalu malaikat merangkulnya sampai
kepayahan. Kemudian ia melepaskan aku, lalu katanya `
bacalah` aku menjawab ` aku tidak pandai membaca`
lalu ia merangkulku lagi sampai aku kepayahan. Lalu ia
lepaskan aku. Lalu katanya ` bacalah` aku menjawab aku
tidak pandai membaca. Lalu ia merangkulku untuk ketiga
kalinya, sampai aku kepayahan, lalu ia lepaskan aku lalu
katanya ` Bacalah dengan nama Tuhanmu yang
menciptakan sampai dengan apa yang belum
diketahuianya.`
Para penyelidik menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada
mulanya diberi tahu dengan mimpi di bulan kelahirannya,
yaitu bulan Rabi`ul awal. Pemberitahuan dengan mimpi
itu lamanya enam bulan. Kemudian ia diberi wahyu
dengan keadaan sadar ( tidak dalam keadaan tidur ) pada
bula ramadan dengan Iqra`. Dengan demikian maka nas-
nas yang terdahuklu itu menunjukkan pada satu
pengertian.
3. Madzab ketiga
Bahwa Qur`an diturunkan kelangit dunia selama dua
puluh tiga malam lalilatul qadar yang pada setiap
malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu ada
yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap
tahunnya. Dan jumlah wahyuj yang diturunkan kelangit
dunia pada malam lailatul qadar , untuk masa satu tahun
penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur
kepada Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzab ini
adalah hasil ijtihad sebagian mufasir.. pendapat ini tidak
mempunyai dalil.
Adapun madzab kedua yang diriwayatkan dari as-Sya`bi ,
dengan dali-dalil yang sahih dan dapat diterima,tidaklah
bertentang dengan madzab yang pertama yang
diriwayatkan dari Ibn Abbas.
Dengan demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa
Al-Quran Al-Karim itu dua kali diturunkan:
Pertama: diturunkan secara sekaligus pada malam lailatul
qadar ke baitul Izzah di langit dunia.
Kedua: Dditurunkan kelangit dunia ke bumi secara
berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.
Al-Qurtubi telah menukil dari Muqatil bin Hayyan riwayat
tentang kesepakatan ( ijma`) bahwa turunnya Qur`an
sekaligus dari lauhul mahfuz ke baitul izzah di langit
dunia. Ibn Abbas memandang tidak ada pertentangan
antara ke tiga ayat diatas yang berkenaan dengan
turunnya Qur`an dengan kejadian nyata dalam kehidupan
Rasulullah SAW bahwa Qur`an itu turun selam dua puluh
tiga tahun yang bukan bulan ramadan. Dari Ibn Abbas
disebutkan bahwa ia ditanya olah `Atiyah bin al-Aswad,
katanya ` dalam hatiku terjadi keraguan tentang firman
Allah, bulan ramadan itulah bulan yang didalamnya
diturunkan Qur`an, dan firman Allah SWT, Sesungguhnya
Kami menurunkannya pada malam lailatul Qadar, pada
hal Qur`an itu ada yang diturunkan pada bulan syawal,
Zulkaidah , Zulhijjah, Muharram , Saffar dan Rabi`ul
awwal; Ibvn Abbas menjawab ` Qur`an diturunkan
berangsur-angsur, sedikit- demi sedikit dan terpisah-
pisah serta perlahan-lahan disepanjang bulan dan hari.`
Para ulama mengisyaratkan bahwa hikmah dari hal itu
ialah menyatakan kebesaran Qur`an dan kemuliaan
orang kepadanya Quran diturunkan. As-Suyuti
mengatkan : ` Dikatakan bahwa rahasia diturunkan
Quran sekaligus ke langit dunia ialah untuk
memuliakannya dan memuliakan orang yang kepada
Qur`an diturtunkan. Yaitu dengan memberitahukan
kepada penghuni tujuh langit bahwa Qur`an adalah kitab
terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir dan umat
yang paling mulia. Kitab itu kini telah diambang pintu dan
akan segera diturunkan kepada mereka. Seandainya
tidak ada hikmah Ilahi yang menghenndaki
disampaikannya Qur`an kepada meraka secara bertahap
sesuai dengan peristiwa-perostiwa yang terjadi, tentulah
ia diturunkan kebumi. Sekaligus seperti halnya kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya.
Tetapi Allah membedakannya dari kitabv-kitab yang
sebelumnya. Maka dijadikanlah dua ciri tersendiri:
diturunkan secara sekaligus , kemudian diturunkan se
cara bertahap, untuk menghormati orang yang
menerimanya.` As-Sakhawi mengatakan dalam Jamalul
Qurra ` Turunnya Qur`an kelangit dunia sekaligus itu
menunjukkan suatu penghormatan kepada yang
keturunan Adam dihadapan para malaikat. Serta
pemberitahuan kepada malaikat akan perhatian Allah dan
rahmat-Nya kepada mereka. Dan dalam pengertian inilah
Allah memerintahkan tujuh puluh ribu malaikat untuk
mengawal surah Al-ana`m, dan dalam pengertian ini pula
Allah memerintahkan Jibril agar mengimlakannya kepada
para malaikat pencatat yang mulia, menuliskan dan
membacakan kepadanya.`
Dan firman Allah:
`Dan sesungguhnya Al Qur`an ini benar-benar diturunkan
oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin , ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan,
dengan bahasa Arab yang jelas.` (as Syuara`: 192-195 ).
Dan firman-Nya:
Katakanlah: `Ruhul Qudus menurunkan Al Qur`an itu dari
Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan orang-orang
yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri `.( an-Nahl:
102 ).
Dan firman-Nya:
`Kitab ini diturunkan Allah Yang Mahaperkasa dan Maha
Bijaksana.` (al-Jasiyah : 2 )
Dan firman-Nya:
`Dan jika kamu dalam keraguan tentang Al Qur`an yang
Kami wahyukan kepada hamba Kami , buatlah satu surat
yang semisal Al Qur`an itu.` ( al-Baqarah : 23 )
Dan firman-Nya:
`Katakanlah: `Barang siapa yang menjadi musuh Jibril,
maka Jibril itu telah menurunkannya ke dalam hatimu
dengan seizin Allah; membenarkan apa yang sebelumnya
dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-
orang yang beriman.` (al-Baqarah: 97 )
Ayat-ayat diatas menyatakan bahwa Al-Quran Al-Karim
adalah kalam Allah dengan lafalnya dengan bahasa arab,
dan bahwa Jibril telah menurunkannya ke dalam hati
Rasulullah SAW dan bahwa turunnya itu bukanlah
turunnya yang pertama kali kelngit dunia. Tetapi yang
dimaksudkan ialah turunnya Qur`an secara bertahap.
Ungkapan (untuk arti menurunkan ) dalam ayat-ayat
diatas menggunakan kata tanzil bukan inzal. Ini
menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan
berangsur-angsur. Ulama bahasa membedakan kata
tanzil dan inzal. Tanzil berarti turun secara berangsur-
angsur, sedang inzal hanya menunjukkan turun atau
menurunkan dalam arti umum.
Quran turun secara berangsur-angsur selama dua puluh
tiga tahun, tiga belas tahun di mekkah menurut pendapat
yang kuat, dan sepuluh tahun di madinah. Penjelasan
tentang turunnya secara berangsur itu terdapat dlam
firman Allah : `Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan
dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.`(al-Isra: 106 )
Maksudnya : Kami telah menjadikan turunnya Qur`an itu
turun secara berangsur agar kamu membacakannya
kepada manusia secara perlahan dan teliti dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian sesuai dengan
peristiwa dan kejadian-kejadian.
Adapun kitab-kitab samawi yang lain, seperti taurat, injil,
dan zabur, turunnya sekaligus. Tidak turun secara
berangsur. Hal ini ditunjukkan oleh firman-Nya:
`Berkatalah orang-orang yang kafir: `Mengapa Al Qur`an
itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?`;
demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacanya secara tartil.` ( al-Furqan : 32 ).
Ayat ini menunjukkan bahwa kitab-kitab samawi yang
dahulu itu turun sekaligus. Dan inilah pendapat yang
dijadikan pegangan oleh jumhur ulama. Seandainya
kitab-kitab yang terdahulu itu turun secara berangsur..
tentulah orang kafir tidak merasa heran terhadap Qur`an
yang turun secara berangsur. Makna kata-kata mereka `
Mengapa Qur`an itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja` seperti halnya kitab-kitab yang lain. Mengapa
ia diturunkan secara bertahap ? mengapa ia diturunkan
secara berangsur ? Allah tidak menjawab mereka bahwa
ini adalah sunnah-Nya didalam menurunkan kitab samawi
sebagaimana Dia menjawab kata-kata mereka:
`Dan mereka berkata: `Mengapa rasul itu memakan
makanan dan berjalan di pasar-pasar?` (al-Furqan : 7 )
`Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu,
melainkan mereka sungguh memakan makanan dan
berjalan di pasar-pasar.` (al-Furqan : 20 ), dan seperti Dia
menjawab ucapan mereka:
`Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi
Rasul ?` ( al-Isra`: 94 ) dengan jawaban: `Katakanlah:
`Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-
jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan
dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi
rasul`.( al-Isra`: 95 ) dan dengan firman-Nya: `Kami tiada
mengutus rasul rasul sebelum kamu , melainkan
beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada
mereka,` ( al-Anbiya`: 27 ).
Tetapi Allah menjawab mereka dengan menjelaskan
hikmah mengapa Qur`an diturunkan secara bertahap
dengan firman-Nya, ` Demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu,` maksudnya ialah; demikianlah Kami
menurunkan Qur`an secara bertahap dan terpisah-pisah
karena suatu hikmah, yaitu untuk memperkuat hati
Rasulullah SAW . ` Dan Kami membacakanya kelompok-
demi kelompok,` maksudnya : Kami menentukannya
seayat- demi seayat atau bagian demi bagian, atau Kami
menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya. Karena
turunnya yang bertahap sesuai dengan hal itu lebih dapat
memudahkan hafalan dan pemahaman yang merupakan
salah satu penyebab kemantapan ( didalam hati )
Penelitian terhadap hadis-hadis sahih menyatakan bahwa
Qur`an turun menurut keperluan, terkadang turun lima
ayat, terkadang sepuluh ayat, terlebih lebih banyak dari
itu atau lebih sedikit. Terdapat hadis sahih yang
menjelaskan sepuluh ayat telah turun sekaligus
berkenaan dengan berita bohong tentang Aisyah. Dan
telah turun pula sepuluh ayat dalam permulaan surah
Mukminun secara sekaligus dan telah turun pula�..yang
tidak mempunyai alasan ( gairu ulid darari ) saja yang
merupakan bagian dari satu ayat.
II. Hikmah Turunnya Qur`an Secara Bertahap
Kita dapat menyimpulkan hikmah turunnya Qur`an
secara bertahap dari nash-nash yang berkenaan dengan
hal itu. Dan kami meringkaskannya sebagai berikut : 1.
1. Menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah SAW .
Rasulullah SAW telah menyampaikan dakwahnya kepada
menusia, tetapi ia menhgadapi sikap mereka yang
membangkang dan watak yang begitu keras. Ia ditantang
oleh orang-orang yang berhati batu, berperangai kasar
dan keras kepala. Mereka senantiasa melemparkan
berbagai macam gangguan dan ancaman kepada Rasul.
Pada dengan hati tulus ia ingin menyampaikan segala
yang baik kepada mereka, sehingga dalam hal ini Allah
mengatakan:
`Maka barangkali kamu akan membunuh dirimu karena
bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya
mereka tidak beriman kepada keterangan ini.` (al-Kahfi:
6 ).
Wahyu turun kepada Rasulullah SAW dari waktu kewaktu
sehingga dapat meneguhkan hatinya atas dasar
kebenaran dan memperkuat kemauannya untuk tetap
melangkahkan kaki dijalan dakwah tanpa menghiraukan
perlakuan jahil yang dihadapinya dari masyarakatnya
sendiri, karena yang demikian itu hanyalah kabut
dimusim panas yang segera akan berakhir.
Allah menjelaskan kepada rasul akan sunnah-sunnah-Nya
yang berkenaan dengan para Nabi terdahulu yang
didustakan dan dianiaya oleh kaum mereka; tetapi
mereka tetap bersabar sehingga datang pertolongan dari
Allah. Dijelaskan pula bahwa kaum Rasulullah SAW
mendustakannya hanya karena kecongkakan dan
kesombongan mereka, sehingga ia akan menemukan
`Sunnah Ilahi` dalam iring-iringan para nabi sepanjang
sejarah. Yang demikian ini dapat menjadikan hiburan dan
penerang baginya dalam mengahadapi gangguan dan
cobaan dari kaumnya dan dalam menhadapi sikap
mereka yang selalu mendustakan dan menolaknya.
`Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang
mereka katakan itu menyedihkan hatimu, , karena
mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan
tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat
Allah . Dan sesungguhnya telah didustakan rasul-rasul
sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap
pendustaan dan penganiayaan terhadap mereka, sampai
datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada
seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat Allah.
Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian
dari berita rasul-rasul itu.` (al-Anam: 33-34 ).
`Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya
rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan , mereka
membawa mu`jizat-mu`jizat yang nyata, Zabur dan kitab
yang memberi penjelasan yang sempurna.`(Ali-Imran:
184 ).
Qur`an juga memerintahkan Rasul bersabar sebagaimana
Rasul-rasul sebelumnya:
`Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah
bersabar.` (al-Ahqaf : 35 )
Jiwa rasul menjadi tentang karena Allah menjamin akan
melindunginya dari gangguan orang yang mendustakan,
firman-Nya:
`Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan
dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan
biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang
mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai
kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang
sebentar.`(al-Muzammil:10-11 )
Demikianlah hikmah yang terkandung dalam kisah para
Nabi yang terdapay dalam Qur`an: `Dan kisah rasul-rasul
kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami terguhkan hatimu.` (Hud : 120 )
Setiap kali penderitaan Rasulullah SAW bertambah
karena didustakan oleh kaumnya dan merasa sedih
karena penganiayaan mereka, maka Qur`an turun untuk
melepaskan derita dan menghiburnya serta mengancam
orang-orang yang mendustakan bahwa Allah mengetahui
hal ihwal mereka dan akan membalas apa yang
melakukan hal itu.
`Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu.
Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.` (yaasin: 73)
`Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka.
Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah
kepunyaan Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maba
Mengetahui.`(Yunus: 65 )
Demikianlah pula Allah menyampaikan berita gembiara
kepadanya dengan ayat-ayat ( yang isinya menjanjikan )
perlindungan, kemengan dan pertolongan:
`Allah memelihara kamu dari gangguan mereka.`(al-
Maidah: 67 )
`Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan
yang kuat.`(al-Fath: 3 )
`Allah telah menetapkan: `Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
menang`. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha
Perkasa.` (al-Mujadalah: 21 ).
Demikianlah ayat-ayat Qur`an itu turun kepada
Rasulullah SAW secara berkesinambungan sebagai
penghibur dan pendukung sehingga ia tidak dirundung
kesedihan dan dihinggapi rasa putus asa. Didalam kisah
para nabi itu terdapat teladan baginya. Dalam nasib yang
akan menimpa orang-orang yang mendustakan terdapat
hiburan baginya. Dan dalam janji akan memperoleh
pertolongan Allah terdapat berita gembira baginya.
Setiap kali ia merasa sedih sesuai dengan fitrahnya
sebagai manusia ayat-ayat penghiburpun datang
berulang kali sehingga ia berketetapan hati untuk
melanjutkan dakwah dan merasa tenteram dengan
pertolongan Allah.
Dengan hikmah demikianlah Allah menjawab pertanyaan
orang-orang kafir mengapa Qyr`an diturunkan secara
bertahap , dengan firman-Nya: `Demikianlah supaya
Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya
secara tartil .` (al-Furqan: 32 )
Abu Syamah berkata: ` Apa bila ditanya, apakah rahasia
Qur`an diturunkan secara bertahap dan mengapakah ia
tidak diturunkan sekaligus ssperti halnya kitab-kitab yang
lain ? Kami menjawab : pertanyaan yang demikian ini
sudah di jawab oleh Allah. Allah berfirman ` Dan orang-
orang kafir berkata: mengapa Qur`an diturunkan
kepadanya tidak sekaligus saja ? . mereka bermaksud,
mengapa Qur`an tidak diturunkan kepadanya seperti
halnya kitab-kitab lain yang diturunkan kepada para rasul
sebelum dia. Maka Allah menjawab pertanyaan mereka
dengan firman-Nya : ` demikianlah ( Kami
menurunkannya secara berangsur, untuk memperkuat
hatimu dengannya). Sebab apa bila wahyuselalu baru
dalam setiap peristiwa, maka pengaruhnya dalam hati
menjadi lebih kuat, dan orang yang menerimanya
mendapat perhatian. Hal yang demikian menghendakinya
seringnya malaikat turun kepadanya. Pembaharuan dan
situasi yang dibawanya dari sisi Allah yang Maha Perkasa.
Hal ini menimbulkan kegembiraan dihati Rasulullah SAW
yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata . itulah
sebabnya, Rasulullah SAW sangat bermurah hati di bulan-
bulan ramadan karena dalam bulan ini jibril sering
menemuinya.` 2.
2. Ttantangan dan Mukjizat.
Orang-orang musyrik senantiasa berkubang dalam
kesesatan dan kesombongan hingga melampaui batas.
Mereka sering mangajukan pertanyaan-pertanyaan
dengan maksud melemahkan dan menentang. Untuk
menguji kenabian Rasulullah. Mereka juga sering
menyampaikan kepadanya hal-hal batil yang tak masuk
akal, seperti menanyakan tentang hari kiamat :
Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat ( al-
Araf : 187 ).
Dan minta disegerakannya azab :
Dan mereka itu meminta kepadamu untuk disegerakan
azab (al-Hajj: 47 ).
Maka turunlah Qur`an dengan ayat yang menjelaskan
kepada mereka segi kebenaran dan memberikan jawaban
yang amat jelas atas pertanyaan mereka, misalnya
firman Allah :
`Kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain
daripada-Nya , yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan
apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak
kuasa untuk sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak
suatu kemanfaatanpun dan tidak kuasa mematikan,
menghidupkan dan tidak membangkitkan.` ( al-Furqan : 3
).
Maksud ayat tersebut ialah ` Setiap mereka datang
kepadamu dengan pertanyaan yang aneh-aneh dari
sekian pertanyaan yang sia-sia, Kami datangkan padamu
jawaban yang benar dan sesuatu yang lebih baik
maknanya dari semua pertanyaan-pertanyaan yang
hanya merupakan contoh kesia-siaan saja.`
Disaat mereka keheran-heranan dengan turunnya Qur`an
secara berangsur, maka Allah menjelaskan kepada
mereka dengan Qur`an yang diturunkan secara
berangsur sedangkan mereka tidak sanggup untuk
membuat yang serupa dengannya. Akan lbih melihatkan
kemukjizatannya dan lebih efektif pembuktiannya dari
pada kalau Quran diturunkan sekaligus lalu mereka
diminta membuat yang serupa dengannya. Oleh sebab
itu ayat diatas datang sesudah pertanyaan mereka.
Mengapa Qur`an itu tidak diturunkan kepaanya sekali
turun saja ? maksudnya ialah: Setiap mereka datang
keadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil yang
mereka minta seperti turunnya Al-Quran Al-Karim ur`an
sekaligus, Kami berikan kepadamu menurut
kebijaksanaan Kami membenarkanmu dan apa yag lebih
jelas maknanya dalam melemahkan mereka, yaitu
dengan turunnya Al-Quran Al-Karim secara berangsur.
Hikmah yang demikian juga telah diisyaratkan oleh
keterangan yang terdapat dlam beberapa riwayat dalam
hadis Ibn Abbas mengenai turunnya Qur`an : `Apa bila
orang-orang musyrik mengadakan sesuatu, maka Allah
pun mengadakan jawabannya atas mereka.`
3. Mempermudah Hafalan dan Pemahamannya.
Al-Quran Al-Karim turun ditengah-tengah umat yang
ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis, catatan
mereka adalah daya hafalan dan daya ingatan. Mereka
tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara
penulisan dan pembukuan yang dapat memungkinkan
mereka menuliskan dan membukukannya, kemudian
menghafal an memehaminya.
`Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-
ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah . Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,` (al-Jumuah : 2 )
…( Yaitu ) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang
ummi�( al-araf :157 ).
Umat yang buta huruf itu tidaklah mudah untuk menghafal seluruh
Qur`an apa bila Al-Quran Al-Karim diturunkan sekaligus, dan tidak
mudah pula bagi mereka untuk memahami maknanya serta
memikirkan ayat-ayatnya, jelasnya bahwa Al-Quran Al-
Karim secara berangsur itu merupakan bantuan terbaik
bagi mereka untuk menghafal dan memahami ayat-
ayatnya. Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para
sahabat segara menghafalkannya. Memikirkan maknanya
dan memahami hukum-hukumnya. Tradisi demikian ini
menjadi suatu metode pengajaran dalam kehidupan para
Tabi`in.
Abu Nadrah berkata,`Abu Saad al-Khudri mengajar kan
Qur`an kepada kami, lima ayat diwaktu pagi, dan lima
ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa jibril
menurunkan Al-Quran Al-Karim lima ayat-lima ayat.`
Dari Khalid bin Dinar dikatakan, `Abul `Aliyah berkata
kepada kami `Pelajarilah Qur`an itu lima ayat demi lima
ayat; karena Nabi saw mengambil dari jibril lima ayat
demi lima ayat.`
Umar berkata, `Pelajarilah Quran itu lima ayat demi lima
ayat, karena jibril menurunkan Quran kepada Nabi saw.
Lima ayat demi lima ayat.`
4. Kesesuaian dengan Peristiwa-peristiwa Pentahapan
dalam Penetapan Hukum.
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada
agama yang bau ini seandainya Al-Quran Al-Karim tidak
menghadapi mereka dengan cara yang bijaksanadan
memeberikan kepada mereka beberapa obat penawar
yang ampuh yang dapat menyembuhkan mereka dari
kerusakan dan kerendahan martabat. Setiap kali terjadi
suatu peristiwa, diantara mereka , maka turunlah hukum
mengenai peristiwa itu yang menjelaskan statusnya dan
penunjuk serta meletakkan dasar-dasar perundang-
undangan bagi mereka, sesuai dengan situasi dan
kondisi, satu demi satu. Dan cara ini menjadi obat bagi
hati mereka.
Pada mulanya Quran meletakkan dasar-dasar keimanan
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-nya, dan
hari kiamat, serta apa yang ada dalam hari kiamat itu.
Seperti kebangkitan, hisab, balasan, surga dan neraka.
Untuk itu,Al-Quran Al-Karim menegakkan bukti-bukti dan
alasaan sehingga kepercayaan kepada berhala tercabut
dari jiwa orang-orang musyrik dan tumbuh sebagai
gantinya akidah Islam.
Al-Quran Al-Karim mengajarkan ahlak mulia yang dapat
membersihkan jiwa dan meluruskan kebengkokannya
dan mencegah perbuatan yang keji dan munkar.
Sehingga dapat terikikir habis akar kejahatan dan
keburukan. Ia menjelaskan kaidah-kaidah halal dan
haram yang menjadi dasar agama dan menancapkan
tiang-tiangnya dalam hal makanan, minuman,harta
benda, kehormatan dan nyawa.
Kemudian penetapan hukum bagi umat ini meningkat
kepada penanganan penyakit-penyakit sosial yang
mudah mendarah daging dalam jiwa mereka sesudah
digariskan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama
dan rukun-rukun Islam yang menjadikan hati mereka
penuh dengan iman, ikhlas kepada Allah dan hanya
meyembah kepada-Nya serta tidak menyekutukan-Nya.
Demikian pula Al-Quran Al-Karim turun sesuai dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi bagi kaum muslimin
dalam perjuangan mereka yang panjang untuk
meninggikan kalimah Allah. Hal-hal tersebut diatas,
semuanya mempunyai dalil-dalil berupa nas-nas Al-Quran
Al-Karim bila kita meneliti ayat-ayat makki dan
madaninya serta kaidah-kaidah perundang-undangannya.
Sebagai contoh di mekkah disyariatkan salat; dan prinsip
mengenai zakat yang diperbandingkan dengan riba :
`Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan
haknya, demikian kepada fakir miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan . Itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka
itulah orang-orang beruntung. Dan sesuatu riba yang
kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka itulah orang-
orang yang melipat gandakan.`( ar-Rum : 38-39 ).
Surah al-an`am yang makki itu turun untuk menjelaskan
pokok keimanan dan dalil-dalil tauhid, menghancurkan
kemusyrikan, menerangkan tentang makanan yang halal
yang haram serta ajakan untuk menjaga kemuliaan harta
benda, darah dan kehormatan.
Allah berfirman : `
Katakanlah: `Marilah kubacakan apa yang diharamkan
atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan,
Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka,
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah melainkan dengan sesuatu yang benar
`. Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami. Dan janganlah kamu dekati harta anak
yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,
hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan
beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah
kerabat , dan penuhilah janji Allah . Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.`(al-
an`am:151-152 ).
Kemudian setelah itu turunlah perincian hukum-hukum
ini. Pokok-pokok hukum perdata (terutama hukum benda)
tutrun di mekkah tetapi perincian hukumnya di madinah,
seperti ayat tentang utang piutang dan ayat-ayat
mengharamkan riba. Asas-asas hubungan kekeluargaan
iu turun di mekkah, tetapi penjelasan mengenai hak
suami isteri dan kewajiban hidup berumah tangga serta
hal-hal yang bertalian dengannya seperti
keberlangsungan terus rumah tangga tadi atau
keterputusannya dengan perceraian atau dengan
kematian, kemudian bagaimana warisannya, maka
penjelassan mengenai hal itu semua diterangkan dalam
perundang-undangan yang madani. Sedang mengenai
zina dasarnya sudah diharamkan di mekkah :
`Dan janganlah kamu mendekati zina; zina itu suatu
perbuatan keji dan jalan yang buruk.` (al-Isra: 32 ).
Tetapi hukuman-hukuman yang diakibatkan oleh zina itu
turun di medinah. Adapun mengenai pembunuhan
dasarnya juga sudah turun di mekkah :
`Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah kecuali dengan alasan yang benar.` (al-Isra:33 ).
Tetapi perincian hukuman tentang pelanggaran terhadap
jiwa dan anggota badan itu turun di mekkah. Contoh
yang paling jelas mengenai penetapan hukum yang
berangsur-angsur itu ialah diharamkannya minuman
keras, mengenai hal ini pertama-tama Allah berfirman :
`Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat
minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik.
Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda bagi orang yang memikirkan.`(an-Nahl:
67).
Ayat ini menyebutkan tentang karunia Allah apa bila yang
di maksud dengan `sakar` ialah khamr atau minuman
keras dan yang dimaksud dengan `rezeki` ialah segala
yang dimakan dari kedua pohon tersebut seperti kurma
dan kismis-dan inilah pendapat jumhur ulama- maka
pemberian predikat `baik` kepada rezeki sementara
sakar tidaj diberinya, merupakan indikasi bahwa dalam
hal ini pijian Allah hanya ditujukan kepada rezeki dan
bukan kepada sakar, kemudian turun firman Allah:
`Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: `Pada keduanya terdapat dosa yang besar
dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfa`atnya`.(al-
Baqarah:219).
Ayat ini membandingkan antara manfaat minuman keras
(khamr) yang timbul sesudah memminumnya seperti
kesenangan dan kegairahan atau keuntungan karena
memperdagangkannya, dengan bahaya yang
diakibatkannya seperti dosa, bahaya bagi kesehatan
tubuh, merusak akal, menghabiskan harta dan
membangkitkan dorongan-dorongan untuk berbuat
kenistaan dan durhaka. Ayat tersebut menjauhkan khamr
dengan cara menonjolkan segi bahayanya dari pada
manfaatnya, kemudian turun firman Allah: `Wahai orang-
orang yang beriman , janganlah kamu salat sedang kamu
dalam keadaan mabuk.`(an-Nisa`: 43 ).
Ayat ini menunjukkan larangan minuman khamr pada
waktu-waktu tertentu bila pengaruh minuman itu akan
sampai kewaktu salat, ini mengingat adanya larangan
mendekati salat dalam keadaan mabuk, samppai
pengaruh minuman itu hilang dan mereka mengetahui
apa yang mereka baca dalam salatnya, selanjutnya
firman Allah:
`Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar,
berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu.`(al-Maidah:90-91)
Ini merupakan pengharaman secara pasti dan tegas
terhadap minuman dalam segala waktu. Hikmah
penetapan hukum dengan sistem bertahap ini lebih lanjut
diungkapkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah
r.a ketika mengatakan :
`Sesungguhnya yang pertama kali turun dari Qur`an ilah
surah Mufassal yang didalamnya disebutkan surga dan
neraka, sehingga ketika manusia telah berlari kepada
Islam, maka turunlah hukum haram dan halal. Kalau
sekiranya yang turun pertama kali adalah `jJanganlah
kamu meminum khamr` tentu meraka akan menjawab: `
Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya.` Dan
kalau sekiranya yang pertama kali turun ialah ; janganlah
kamu berzina, tentau mereka akan menjawab: `Kami
tidak akan meninggalkan zina selamanya.`
Demikianlah pentahapan dalam mendidik umat ini sesuai
degan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh umat
tersebut. Rasulullah SAW pernah meminta pertimbangan
para sahabatnya mengenai tawanan perang badar. Maka
Umar berkata: `Potong saja leher mereka` sedang Abu
Bakar berkata: `Menurut pandangan kami, sebaiknya
Anda memaafkan mereka dan meminta tebusan dari
mereka` dan Rasulullah SAW pun mengambil pendapat
Abu Bakar. Maka turunlah Firman Allah :
`Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan
sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka
bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah
sedangkan Allah menghendaki akhirat . Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada
ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu
ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu
ambil.`(al-Anfal: 67-68 ).
Kaum mualimin merasa kagum atas besarnya jumlah
pasukan mereka pada perang Hunain, sehingga
seseorang diantara mereka berkata :
`Kami pasti tidak akan dikalahkan oleh pasukan kecil.`
Mereka pun menerima pelajaran yang berat dalam hal
itu, dan turunlah firman Allah: `Sesungguhnya Allah telah
menolong kamu di medan peperangan yang banyak, dan
peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi
congkak karena banyaknya jumlah , maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfa`at kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit
olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan
bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan
kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman,
dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada
melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada
orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan
kepada orang-orang yang kafir. Sesudah itu Allah
menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.`(at-
Taubah: 25-27).
Ketika Abdullah bin Ubai pemimpin orang-orang munafik
meninggal dunia, Rasulullah SAW diundang untuk
menyembahyangkannya. Ia pun memenuhinya, namun
ketika ia berdiri, Umar berkata ` apakah engakau hendak
melakukan salat atas Abdullah bin Ubai, musuh Allah
yang mengatakan begini begitu ?` Umar menyebutkan
peristiwa-peristiwa yang dilakukan Abdullah, sedang
Rasulullah SAW tersenyum saja. Kemudian ia berkata
kepada Umar, ` Sebenarnya dalam hal ini saya sudah
diberi kebebasan unutuk memilih. Sebab telah dikatakan
kepadaku, :` Kamu memohonkan ampun bagi mereka
atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka .
Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka
tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan
memberi ampunan kepada mereka.(at-Taubah:80),
sekiranya aku tahu bahwa jika aku memohonkan ampun
lebih dari tujuh puluh kali dia diampuni, tentu aku akan
memohonkan ampun lebih dari tujuh puluh kali;
kemudian Rasulullah SAW menyembahkannya juga, dan
berjalan bersama Umar dan ia berdiri diatas kuburannya
hingg selesai penguburan. Umar berkata ` Aku heran
terhadap diriku dan keberanianku kepada Rasulullah SAW
padahal Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Demi Allah tidak
lama kemudian turunlah kedua ayat ini: `Dan janganlah
kamu sekali-kali menyembahyangkan seorang yang mati
di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri di
kuburnya�..(at-Taubah: 84 ). Maka sejak itu Rasulullah SAW tidak
lagi melakukan salat atas seorang munafik pun sampai ia di penggil
Allah Azza Wajalla.`
Ketika beberapa orang diantara kaum mukminin yang sejati tidak ikut
dalam perang Tabuk dan mereka tetap tinggal di
madinah, sedang Rasulullah SAW tidak mendapatkan
alasan bagi ketidak ikutan mereka, beliau menjauhi dan
mengucilkan mereka sehingga mereka merasa hidupnya
menjadi sempit. Kemudian turunlah ayat-ayat Qur`an
untuk menerima tobat mereka:
`Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-
orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti
Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari
mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima
taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang kepada mereka, dan terhadap tiga
orang yang ditangguhkan mereka, hingga apabila bumi
telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas
dan jiwa merekapun telah sempit oleh mereka, serta
mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari
dari Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah
menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam
taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.`(at-Taubah: 117-118).
Yang demikian ini juga diisyaratkan oleh keterangan yang
diriwayatkan dari Ibn Abbas mengenai turunnya Qur`an :
`Qur`an diturunkan jibril dengan membawa jawaban atas
pertanyaan para hamba dan perbuatam mereka.`
5. Bukti Yang Pasti Bahwa Al-Quran Al-Karim Diturunkan
Dari Sisi Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.
Qur`an yang turun secara berangsur kepada Rasulullah
SAW dalam waktu lebih dari dua puluh tahun ini ayat-
ayatnya turun dalam selang waktu tertentu, dan selama
ini orang membacanya an mengkajinya surah demi
surah. Ketika ia melihat rangkaiannya begitu padat,
tersusun cermat sekali dengan makna yang saling
bertaut, dengan gaya yang begitu kuat, serta ayat demi
ayat dan surah demi surah saling terjalin bagaikkan
untaian mutiara yang indah yang belum ada bandigannya
dalam perkataan manusia :
`Alif laam raa, suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun
dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci , yang
diturunkan dari sisi Yang Maha Bijaksana lagi Maha
Tahu,` (Hud: 1 ).
Seandainya Qur`an ini perkataan manusia yang
disampaikan dalam berbagai situasi, peristiwa dan
kejadian, tentulah didalamnya terjadi ketidak serasian
dan saling bertentangan satu dengan yang lainnya, serta
sulit terjadi keseimbangan.
`Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an ?
Kalau kiranya Al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentulah
mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya.`(an-Nisa`:82 ).
Hadis-hadis Rasulullah SAW sendiri yang merupakan
puncak kefasihan yang paling bersastra sesudah Quran
tidaklah tersusun dalam sebuah buku dengan ungkapan
yang lancar serta satu dengan yang lain saling berkait
dalam satu kesatuan dan ikatan seperti halnya Al-Quran
Al-Karim atau dalam bentuk susunan yang serasi dan
harmoni yang mendekatinya sekalipun, apalagi
ucapandan perkataan manusia lainnya.
`Katakanlah: `Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur`an ini,
niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain`.(al-Isra: 80 )
III. Faedah Turunnya Qur`an secara Berangsur-angsur
dalam Pendidikan dan Pengajaran
Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas;
perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa dan
pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmaninya dengan
apa yang dapat membawanya kearah kebaikan dan
kebenaran.
Dalam hikmah turunnya Qur`an secara bertahap itu kita
melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita
dalam mengaplikasikan kedua asas tersebut seperti yang
kami sebutkan tadi, sebab turunnya Qur`an it telah
meningkatkan pendidikan umat Islam secara bertahap
dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia ,
meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan
menyempurnakan existensinya sehingga jiwa itu tumbuh
dengan tegak diatas pilar-pilar yang kokoh dan
mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat
manusia seluruhnya dengan izin Tuhan.
Pentahapan turunnya Al-Quran Al-Karim itumerupakan
bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia dalam
rangka menghafal , memehami, mempelajari,
memikirkan makna-maknanya dan mengemalkan apa
yang dikandungnya.
Diantara celah-celah turunnya Al-Quran Al-Karim yang
pertama kali didapatkan perintah untuk belajar dengan
alat tulis:
`Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang
mengajar dengan perantaran kalam.`(al-Alaq:1-5)
Demikian pula dengan turunnya ayat-ayat tentang riba
dan warisan dalam sistem harta kekayaan, atau turunnya
ayat-ayat tentang peperangan untuk membedakan
secara tegas antara Islam dengan kemusyrikan. Diantara
itu semua terdapat pentahapan pendidikan yang
mempunyai berbagai cara dan sesuai engan tingkat
perkembangan masyarakat Islam yang sedang dan
senantiasa berkembang, dari lemah menjadi kuat dan
tangguh.
Sistem belajar mengajar yang tidak memperhatikan
tingkat pemikiran siswa dalam tahap-tahap pengajaran,
bentuk bagian-bagaian ilmu diatas yang bersifat
menyeluruh serta perpindahannya dari yang umum ke
yang khusus; atau tidak memperhatikan pertumbuhan
aspek-aspek kepribadian yang bersifat intelektual, rohani
dan jasmani, maka ia adalah sistem pendidikan yang
gagal yang tidak akan memberi hasil ilmu pengetahuan
kepada umat, selain hanya menambah kebekuan dan
kemunduran.
Guru yang tidak memeberikan kepada para siswanya
porsi materi ilmiah yang tidak sesuai, yang hanya
menambah beban kepada mereka diluar
kesanggupannya untuk menghafal dan memahami, atau
berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak
dapat mereka jangkau, atau dengan mereka sesuatu
yang tidak memeprhatika keadaan mereka dalam
menghadapi keganjilan perilaku atau kebiasaan buruk
mereka sehingga dia berlaku kasar dan keras. Serta
menangani urusan tersebut dengan tergesa-gesa dan
gugup, tidak bertahap dan tidak bijaksana- maka guru
yang berlaku demikian in adalah guru yang gagal pula.
Dia telah mengubah proses belajar mengajar menjadi
kesesatan yang mengerikan dan menjadikan ruang
belajar menjadi ruang yang tidak disenangi.
Begitu pula dengan buku pelajaran, buku yang tidak
tersusun judul-judul dan fasal-fasalnya serta tidak
bertahap penyajian pengetahuannya dari yang mudah ke
yang sukar, juga bagian-bagiannya tidak tersusun secara
baik dan serasi, dan gaya bahasanya pun tidak jelas
dalam menyampaikan apa yang dimaksud- maka buku
yang demikian ini tidak akan dibaca dan dimanfaatkan
oleh siswa.
Petunjuk Ilahi tentang turunnya Al-Quran Al-Karim secara
bertahap merupakan contoh yang baik dalam menyusun
kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik dan
menyusun buku pelajaran.
About these ads
Entri ini ditulis dalam Ulumul Qur'an. Buat penanda
kepermalink.
TINGGALKAN BALASAN
ARSIP
April 2007
Maret 2007
S S R K J S M Apr »
1 2 3 45 6 7 8 9 10 1112 13 14 15 16 17 1819 20 21 22 23 24 2526 27 28 29 30 31
Maret 2007
KATEGORI
aqidah kontemporer
Doa dan Dzikir
Fiqih Muamalat
fiqih nikah
Fiqih Wanita Muslimah
Ulumul Qur'an
Uncategorized
BLOG STATS
155,070 hitsThe Coraline Theme.