ii. tinjau hidrologi & pengembangan · pdf filemengetahui pengaruh perubahan iklim...
TRANSCRIPT
II. TINJAU HIDROLOGI & PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR
Capita Selekta Infrastruktur 1
2.1. SUMBER AIR & HIDROLOGI Fenomena banjir dan kekeringan merupakan fenomena siklus hidrologi air, selayaknya diteliti dengan kaidah-kaidah ilmu hidrologi. Ilmu hidrologi didefinisikan ilmu yang memperlajari pergerakan air di muka bumi baik kualitas dan kwantitas dalam ruang dan waktu. Hal ini mengantar kita , pandangan tentang sumber air berkelanjutan dan Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air. Sumber air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui melalui siklus hidrologi, dipengaruhui oleh iklim, tergantung faktor kosmik, regional dan lokal membentuk rezim hidrologi, berkarakter acak dan stokhastik, dan di pesisir pantai landai pengaliran air ke laut merupakan fenomena deterministik. (Gamb 2.1. dan Gamb 2.2)
Capita Selekta Infrastruktur 2
10
IKLIM DAN POLA HUJAN WILAYAH INDONESIA
Posisi Geografis Indonesia Antara 6 ° 08’ LU - 11 ° 15’ LS dan 94 ° 45’ BT - 141 ° 05’BT Berada pada zona konvergensi
antartropik ( InterTropical Convergence Zone - ITCZ ) Antara dua benua Asia dan Australia
Musim hujan yang dipengaruhi oleh posisi ITCZ dengan posisi geografis Indonesia menghasilkan tiga tipe hujan dominan berdasarkan pola hujan : MOONSON - EQUATORIAL - LOKAL ( Tjasyono dan Bannu , 2003) Monsoon dan pergerakan ITCZ berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan di Indonesia ( seasonal ) , [ Aldrian , 2003].
Antara dua Samodera Indonesia dan Lautan Pasifik o Fenomena ENSO o Fenomena Dipole Mode
Fenomena El - Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi curah hujan antar - tahunan di Indonesia ( interannual ), [Visa, 2007].
Capita Selekta Infrastruktur FTSL 2010 3
KAWASAN PELAYANAN(Kepuasan Konsumen )
• Kualitas Air Bersih• Kuantitas Air Bersih• Kontinuitas• Harga jual kompetitif• Laju kebutuhan air
RESPON TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR
• Respon Teknologi Air Bersih• Maintenance operation
SUMBER AIR BAKU
• Fresh water (Gol A/B)• Randow variabel• Keandalan Sumber Air( Kuantitas
& Kualitas Air )
Sumber Air Baku dan Pengembangan SPAM Perkotaan
Manajemen Sumber Air Sumber air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui
melalui siklus hidrologi fungsi ruang dan waktu, tergantung iklim (subtropis/tropis) dimana dipengaruhi oleh faktor kosmik, regional dan lokal membentuk rezim hidrologi. Dimana komponen hidrologi (hujan dan debit) bersifat acak dan cenderung stokastik dan pengaliran air pesisir landai menuju ke laut fenomena deterministik
• (Sumber : Arwin, 2009 ”Pidato Guru Besar di MGB-ITB”)
Pengemb.infrastruktur sumber air spy berkelanjutan (Kuantitas & Kualitas )
Konstrain : Ketidakpastian debit air (kuantitas & kualitas ) Rekayasa Teknologi Adaptasi Konsep Debit Air Rencana ( Banjir & kekeringan )
I
PIDATO ILMIAH 5
2.2 Pembagian Ruang Hidrologi
HYDROLOGY MODEL
Kawasan Hulu
Boundary Hilir
Q Boundary Hulu
Persamaan Saint Venant :
( ) 01 2
=
+
∂∂
+∂
∂+
∂∂
fSxhhgB
xhQ
BtQ
bthB
xQ
=∂∂
+∂∂
DAS HULU (Watershed Model)
DAS HILIR ,aliran permukaanbebas (Deterministik Model)
PIDATO ILMIAH 6
Rezim Aliran Air & DAS Hulu -Hilir
PIDATO ILMIAH 7
• Model Deterministik gelombang banjir– Persamaan Kontinuitas
– Persamaan Momentum
bthB
xQ
=∂∂
+∂∂ b=0 (asumsi tidak ada aliran lateral)
Model gelombang banjir
( ) 01 2
=
+
∂∂
+∂
∂+
∂∂
fSxhhgB
xhQ
BtQ
(asumsi tidak ada aliran lateral, wind-shear, dan eddy losses, serta b = 1)Q = debit aliran (m3/s)A = luas penampang saluran (m2)x = jarak memanjang dari hulu saluran (m)t = waktu (s)h = tinggi muka air dari datum (m)B = lebar penampang saluran (m)Sf = kemiringan energi akibat gaya gesek dasar salurang = percepatan gravitasi (m/s2)
PIDATO ILMIAH 8
• Diskretisisasi model gelombang banjir dengan implisit beda tengah:– Persamaan Kontinuitas
– Persamaan Momentum
022
111
1111
1 =∆
−−++
∆−+− +
++++
+++
thhhhB
xQQQQ j
ij
ij
ij
ij
ij
ij
ij
i
Model Numerik gelombang banjir
( ) ( ) ( ) ( )
021
21
21
2
1111
11
21
21211
21
111
=
+
∆−
+
+
∆−
+
∆−+−
+
∆
−−+
++++
++
+
++
++++
+
jif
ji
jij
ijif
ji
jij
i
ji
ji
ji
ji
ji
ji
ji
ji
Sx
hhhSxhhhgB
xhQhQhQhQ
BtQQQQ
PIDATO ILMIAH 9
Obyektif pengembangan Infrastruktur sumber Daya Air untuk mengendalikan air banjir /kekeringan dengan pendekatan konsep debit rencana sesuai kriteria perencanaan infrastruktur SDA yang Lazim digunakan di lingkungan jajaran Kementrian Pekerjaan Umum. Infrastruktur terbangun akan berlanjutan dimungkinkan bila dilakukan pengendalian air dalam ruang dan waktu secara terus –menerus baik kwantitas dan kualitas. Untuk mengetahui pengaruh Perubahan iklim terhadap rezim hidrologi tercatat berturut-turut melalui pos hujan, pos duga debit air, dan pos observasi elevasi muka laut . Dari data time series debit sumber air dari pos duga air Q DAS tsb diatas : menunjukkan kejadian besaran debit air tidak menentu dalam berjalannya waktu (t). Ketidakpastian besaran debit air proses waktu, dalam ilmu statistik karakter tsb disebut Variabel acak (Lihat Gambar 2.3 ).
PIDATO ILMIAH 10
Gambar 2.3 . Fluktuasi debit sumber air permukaan Q ( 1994-2006)
0
100
200
300
400
500
600
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Time Series
Deb
it (m
3/de
t)
Debit Harian
PIDATO ILMIAH 11
2.3. ADAPTASI DAN MITIGASI
Perubahan ikli/cuaca mempengaruhi variabel siklus Hidrologi : terutama Curah Hujan (P), setelah sampai dipermukaan tanah , hujan terdistribusi fungsi tutupan lahan terinfiltrasi dalam tanah setelah jenuh terjadi limpasan air permukaan. Seiring dampak perubahan iklim terhadap keberlanjutan sumber air (Water Sustainable), respon dilakukan dengan dua langkah utama, yaitu adaptasi dan mitigasi.
Adaptasi , Ketidakpastian besaran debit air dalam proses waktu mengantar para ahli Hidrolologi dan Manajemen sumber air melakukan proses penyesuaian dengan memperhatikan efektitas fungsi Infarstruktur Sumber Air , dengan menggunakan konsep debit rencana banjir/kekeringan Mitigasi adalah upaya mempertahan keberlanjutan sumber air di daerah Aliran Sungai, bentuk konkrit upaya mitigasi secara undirect : penerbitan peraturan/UU pengendalian limpasan/pencemaran air dan direct : Insentif & dissentif, sbb: Upaya ini dapat dilakukan dengan perencanaan tata ruang : Keppres No.114 1999 Kawasan Konservasi Bopuncur), reboisasi, artificial recharge , pengendalian pencemaran , sbb:
PIDATO ILMIAH 12
1.Un Direct (Tak langsung ) penerbitan UU & Peraturanpengendalian air. UUD 45 fasal 33 ayat 3 air di kuasi negara utk dimanfaatkan orang banyak UU no 26 th. 2007 tentang Penataan ruang UU no 7 th 2004 tentang Sumber daya air UU Kehutanan No.41 Tahun 1999 Pasal 18 Ayat 2 yang menyatakan bahwa :
‘…..luas hutan suatu DAS minimal 30% dengan sebaran yang proporsional’. UU Lingkungan hidup /UU SDA/ PP Amdal PP 82 thn 2001 perihal Kualitas Air PP No. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Keppres 114 th 1999 Kawasan Konservasi air dan tanah Bopuncur SK Gub.Jabar No. 181.1/SK.1624-Bapp/1982. Kawasan konservasi air Wilayah Inti
Bandung Raya bagian Utara
2. Direct (Langsung ) : Insentif ( keringanan )dan Dissentif (hukuman ,denda)
2.3.1 Pengendalian Sumber Air
13
Kualitas sumber air wadukFisik, kimia, biologi
Aktivitas konversi lahansuksesif--pertanian--peternakan--pembuangan sampah--Pesticides / Herbicides--Transportasi--Industri
Beban--Nutrients--Bacteria/Pathogens--Metals/Organics--Senyawa humus
Kualitas Air minumPP 82 tahun 2001
Proses akuatik perairan dalampemulihan kembali
EKOSISTEM AIR – DEGRADASI KUALITAS AIR
Pemakaianmulti sektor
14
Self Purification • Dari Bendung Curug BTB 10 menunjukkan kondisi
defisit oksigen (DO > BM). Oksigen terlarut dalamsungai telah habis digunakan untuk menguraikansenyawa organik. Tingginya senyawa organikditunjukkan dengan nilai BOD > BM.
15
Perairan
Spectrum of quality
Spectrum of quality
Spectrum of quality
Spectrum of quality
A
B
CA = Water treatmentB = Domestic useC = Sewage treatment
TIME SEQUENCE (no scale)
QU
ALI
TY O
F W
ATER Surface water
GroundwaterSpring
Manajemen Sumber Air di DAS (1) Processes include sedimentation, chemical coagulation, filtration, and sterilization
(2) Processes include sedimentation, activated sludge, trickling filter, chlorination pond and disinfection
(3) Eflfuent returned to resource pool
(2)
(1)
(3)
PIDATO ILMIAH 16
2.4. DEBIT RENCANA INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR
Komponen siklus Hidrologi berkarakter acak ( Variabel acak) adalah suatu kejadian dimana besarannya tidak menentu dalam proses ruang dan waktu. Ketidakpastian komponen utama Hidrologi (P,Q) terukur melalui pengamatan (pos hujan atau pos duga air) , hal ini mengantar para ahli meneliti perilaku debit air historikal untuk dapat mengetahui ambang batas besaran kejadian debit air masa depan. Pengendalian banjir dan kekeringan ke masa depan , ditempuh langkah “adaptasi” dengan pendekatan konsep debit rencana . Hubungan Keandalan keberhasilan dan periode ulang diekspresikan, sbb: (1-P )= 1/R , dimana : P= keandalan /keberhasilan komponen Hidrologi ( %) dan R= periode Ulang kejadian. Misalnya : Suplai sumber air untuk memenuhi sektor irigasi : keandalan/ keberhasilan P= 80 % maka ekivalen dengan periode Ulang (R = 100/20 = 5 thn ), berarti dalam selang 100 (seratus ) tahun terjadi 20 kali dan setiap 5(tahun) terjadi 1(satu) kali nilai ambang batas dilampaui.
PIDATO ILMIAH 17
Pengendalian banjir & kekeringan :
• Drainase mikro ( Drainase permukiman perkotaan) : QR= 2-15 tahun • Drainase makro ( Drainase alamiah –sungai ) : QR =20-50 thn • Drainase Rel Kereta api/ Jalan TOL :QR=50 thn • Drainase bandara udara : Q R= 50 -100 tahun • Spill way waduk QR = 50 -100 thn • Intake air baku untuk sektor irigasi : QR =5 thn • Intake air baku untuk sektor DMI ( Domestik ,Municipallity ,industri) : QR= 10-20 thn.
Kebijakan Pengembangan Air Minum Jakarta & sekitarnya ( Tangerang & Bekasi)
Waduk Jatiluhur
Waduk Karian
Kawasan Konservasi Air
TOPOGRAFI LANDAI DI WILAYAH HILIR
PETA DAS CILIWUNG DAN CISADANE
PIDATO ILMIAH 21
Massa air adalah tetap terdistribusi menjadi : P = I+ R dimanaP : curah hujanI : fraksi air hujan tertahan dibawah permukaan tanahR : fraksi air hujan menjadi limpasan air permukaan
Perubahan tutupan lahan alami , dari hutan berturut-turut menjadi budidaya , permukiman pedesaan dan urban berdampak semakin besar R pada musim hujan dan sebaliknya I dalam tanah semakin kecil (input ) sehingga penyimpanan air tanah (∆S ) semakin kecil . Hal ini berpengaruh pada besaran aliran air tanah (output) terutama limpasan aliran tanah menyentuh permukaan bebas (B**) seperti : mata air dan aliran dasar sungai
Dari hukum kekekalan masa air , ketersediaan sumber air sangat tergantung sejauh mana massa air hujan tersimpan menjadi cadangan air tanah (I= P-R), sehingga persamaan ketersediaan air:
∆S = I – E – B* - B**
2.4. Konservasi Lahan
2.4.1. Indikator Konversi Lahan
PIDATO ILMIAH 22
Ketersediaan air alamiah bertahan apabila jumlah air hujan tertahan di permukaan tanah (I) , lebih besar daripada evapotrapirasi potensial (E) : I > E sehingga pengendalian konversi tutupan lahan perlu lebih dicermati dimasa depan (reformasi pengendalian tata ruang )
Hujan yang jatuh dipermukaan bumi relatif konstan dan tunduk pada hukum kekekalan massa air bila keseimbangan massa P = I+R dibuat non dimensi maka persamaan massa air menjadi IK + C= 1 dimana IK adalah fraksi massa air hujan tertahan dalam tanah selanjut disebut indeks konservasi sedangkan C= fraksi masa air hujan menjadi limpasan air permukaan selanjut disebut C = Koefisien limpasan air.
tutupan lahan yang bertahan terhadap alam (iklim) adalah tanaman keras diekspresikan : IkA ( indeks konservasi alami) kemudian oleh sentuhan peradaban manusia tutupan lahan mengalami konversi lahan secara suksesive menjadi lahan budidaya, permukiman dan urban diekspresikan : IkC ( indeks konservasi aktual ) .
2.4.2. Indikator Konversi Lahan
PIDATO ILMIAH 23
Prambahan hutan alam ( IkA) menjadi budidaya pertanian,permukiman dan urban Metropolitan ( IKc ) menimbulkan degradasi penyimpanan air ( tersimpan air hujan ) dibawah permukaan tanah seperti diperlihatkan pada tabel 2.1. Selanjutnya IK digunakan sebagai instrumen pengendalian konversi lahan di kawasan konservasi air .(Keppres No 114 Kawasan konservasi Bopuncur)
Tabel 2. 1. : Indeks Konservasi tutupan lahan No Kualitas tutupan
lahan Indeks Konservasi
(IKAIKc) 1 Hutan 0,8-0,9 2 Budidaya 0,4-0,5 3 Pemukiman pedesaan 0.5-0,6 4 Urban Metropolitan 0,0-01
2.4.3 Indikator Konversi Lahan
PIDATO ILMIAH 24
Indeks Konservasi Alami (IKA) digunakan indikantor konversi lahan , yaitu suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan yang alami pada suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah sebelum ada sentuhan peradaban manusia.
Indeks Konservasi Aktual (IKC), yaitu suatu koefisien yang menunjukkan kemampuan lahan yang terkonversi oleh kegiatan manusia (aktual) pada suatu wilayah untuk menyerap air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ( Keppres 114/99)
2.4.4. Indeks Konservasi
Tabel 2.2 Penilaian kondisi kawasan terbangun dengan Indeks Konservasi
Perbandingan Indeks Konservasi Penilaian kondisi kawasan
IKC + ∆Ik > IKA Baik
IKC = IKA Normal
IKC < IKA Kritis
Analisa Hidrologi Analisa Kependudukan Analisa SIG
DATA CURAH HUJAN
Analisis korelasi antar stasiun
hujan
DATA DEBITQrerata Qmax Qmin
DATA KEPENDUDUKAN
Analisa kepadatan penduduk
PETA PENGGUNAAN LAHAN 1990
PETA ISOHYET
PETA JENIS TANAH
PETA GEOLOGIPETA LERENG
PETA KETINGGIAN TEMPAT
OVERLAY
INDEKS KONSERVASI AKTUAL (IKC)
INDEKS KONSERVASI ALAMI (IKA)
PENILAIAN KONDISI LAHAN
DIGITASI & EDITING
Nilai Rata-rata Indeks Konservasi pada DAS
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN ALTERNATIF PENANGANAN
Analisis kecenderungan debit
KLASIFIKASI & SKORING
PETA PENGGUNAAN LAHAN 1999
Menghitung curah hujan
wilayah
∑=
=n
iin RR
1
1
Analisis kecenderungan IK
bPAIPAQ K +−=
Analisa tekanan penduduk
LrPofZTP
t)1(. +×=
PIDATO ILMIAH 26
Keberhasilan ketersediaan air di DAS tercapai apabila IkC + ∆Ik > IkA dengan demikian win-win solution dapat tercapai antara kepentingan kawasan Hulu dan kawasan Hilir.
Sedangkan pengendalian kawasan lahan terbangun, dapat dilaksanakan dengan pengendalian fungsi hidrologi lahan ( IK): antara lain Pengendalian luas bangunan terbangun (BCR) dan ∆Ik dengan vegetatif dan non vegetative(rekayasa engineering).
Upaya rekayasa engineering , antara lain : Sumur resapan , waduk resapan dan sistim drainase lingkungan . Ide paling sederhana dalam konservasi di lahan terbangun disebut zero limpasan.
Zero limpasan adalah suatu upaya konservasi di lahan terbangun dengan mengendalikan limpasan air hujan dalam suatu persil atau kawasan supaya limpasan air hujan terkendali Zero .
PIDATO ILMIAH 27
Konversi lahan terbangun di permukiman umumnya direspon dengan pdengan drainase yang konvensional yaitu menyalurkan air limpasan secepatnya akibat konversi lahan terbangun ke badan air penerima
Bangunan peresap buatan (Artificial Recharge) merupakan infrastruktur drainase lingkungan dalam mewujudkan pengendalian limpasan air hujan berwawasan lingkungan.
Sumur resapan adalah sumur yang dibuat sebagai tempat penampungan air hujan berlebih agar memiliki waktu dan ruang untuk meresapkan ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi .Sumur resapan ini merupakan sumur kosong yang memiliki kapasitas atau volume cukup besar untuk menampung air hujan sementara sebelum diresapkan ke dalam tanah
2.5. Drainase Lingkungan
PIDATO ILMIAH 28
KOMPARASI METODE ARTIFICIAL RECHARGE
Parameter Sunjoto(1988) SNI (1990) Soenarto (1995)
−=
−21
.R
FKT
eKF
QH π LKDAAkDAiD
Hs
st
......
+−
= Vp dt – Vr dt = A
dH
H = tinggi muka air dalam sumur (m) H = Kedalaman Sumur (m)
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
R = jari-jari sumur (m) L = Keliling Penampang sumur (m)
F = faktor geometrik (m) As = Luas penampang sumur (m2)
A = luas penampang sumur
(m2)
Q = debit air masuk (m3/dtk) i = Intensitas hujan (m/jam) Vp = volume air hujan yang masuk dalam waktu dt
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)
K = Koefisien Permeabilitas tanah (m/jam)
Vr = volume air hujan yang
terinfiltrasi ke dasar dan dinding sumur pada waktu
dt (m3) dt= waktu yang diambil sebagai
dasar perhitungan (det)
Penentuan
dimensi sumur resapan
T = waktu pengaliran (detik)
D = Durasi hujan (jam)
Perbandingan metode penentuan dimensi sumur resapan
PIDATO ILMIAH 29
Metode Sunjoto (1988 )
Volume dan efisiensi sumur resapan dihitung berdasarkan keseimbangan air yang
masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah. Persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :
−=
−21
.R
FKT
eKF
QH π
Dimana :
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = faktor geometri (m)
Q = debit air masuk (m3/dtk)
T = waktu pengaliran (detik)
K = koefisien permeabilitas tanah (m/dtk)
R = jari-jari sumur (m)
Faktor geometrik (F) sumur resapan dapat dilihat pada Tabel 2.4 . Nilai F ini
tergantung dari konstruksi sumur serta luas geometri bidang resapan
PIDATO ILMIAH 30
Untuk menghitung debit run-off (Q) maka formula yang dipakai adalah sebagai berikut:
Q = C I A
dimana :
Q = Debit air masuk dari atap/lahan (run-off) (m3/s)
C = Koefisien aliran permukaan atap/lahan
I = Intensitas hujan (m/s)
A = Luas atap/lahan (m2)
- Nilai/angka C adalah merupakan angka koefisien limpasan (runoff) yang
besarnya tergantung dari jenis material tanah atau areal yang dilalui oleh aliran
air tersebut. Pada penelitian ini, nilai C yang digunakan adalah koefisien
runoff untuk bahan atap, yaitu C = 0.95 (Sunjoto,1995)
- Intensitas hujan didapat secara statistik, dalam hal ini intensitas fungsi dari
durasi hujan serta periode ulang yang direncanakan.
PIDATO ILMIAH 31
KAWASAN PELAYANAN(Kepuasan Konsumen )
• Kualitas Air Bersih• Kuantitas Air Bersih• Kontinuitas• Harga jual kompetitif• Laju kebutuhan air
RESPON TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR
• Respon Teknologi Air Bersih• Maintenance operation
SUMBER AIR BAKU
• Fresh water (Gol A/B)• Randow variabel• Keandalan Sumber Air( Kuantitas
& Kualitas Air )
2.6. Sumber Air Baku dan Pengembangan SPAM Perkotaan
• Untuk mengetahui keandalan sungai
• Diperlukan perhitungan debit ekstrim dengan periode ulang tertentu
• Mengikuti Fungsi Distribusi Frekuensi Teoritis
• Perlu diuji kesesuaian distribusi frekuensi data dengan distribusi frekuensi teoritis
Sumber Air Sungai Desain Sumber Air
Debit Air Suksesif
Kering
Domestik Irigasi Industri
1-7
hari
10-20
tahun
15-30
hari
5
tahun 1-2 hari
20
tahun
Kriteria desain air baku
Sumber: Modifikasi Kriteria Disain Air Baku MBA PU Cipta Karya (1994) dalam Sabar (2008)
Penentuan Debit Rencana Air Baku
33
Q = C (P.A)+ b
C= f( P,I,f, Tutupan lahan)
P : variabel bebas ( Random variabel)
A : Luas tangkapan hujan
Q: variabel tergantung( Random variabel)
b : aliran dasar ( tutupan lahan, batuan )
Seleksi data & urutan data debit air 1,2,7,15,30 dan setengahbulanan kalender
Pemilihan dsitribusi teoritis(Normal Gumbel, dan LogPearson Tipe III) yang cocokdengan Uji Goodness of Fit
Hitung debit air minum PeriodeUlang 5, 10, 20, 50 tahundengan distribusi teoritis terpilih
Debit air minimum denganPeriode Ulang 5,10,20 dan 50tahun
Kurva peluang debit air minimum ekstrem kering
Debit Rencana Air Baku
1
2
3
4
5
6
Kajian Sumber Air Sungai
PIDATO ILMIAH 34
Pedoman Alokasi Air Sungai untuk Irigasi dan Domestik
PROSESSifat tanah, batuan, morfologi, topografi
dan tutupan lahan
OUTPUTDebit dan cadangan
air tanah
Perubahan besaran komponenhidrologi fungsi waktu, tercatat di
Pos Hujan , Pos debit, SWL
Parameter komponen berubah,
F (µ,σ)
35
Pengaruh Iklim (kosmik, regional dan lokal) Hukumkeseimbangan
massa air
Besaran InputVariabel Acak/Stokastik
Besaran OutputVariabel Acak/Stokastik
INPUTCurah Hujan
Lumped Model : Model fisik sistem input-output DAS
Sumber : Arwin (2008), Suripin (2004) dengan modifikasi
iak x
30,4167dd ×=
Penyesuaian Hari Perbulan
dengan : dk = Data curah hujan/debit bulanan hasil kore da = Data curah hujan/debit bulanan asli pada xi = Jumlah hari bulan i i = Jan, feb, …, des
XX kSXX lnlnln +=
SzXX .+=
( )( )1
22
−
−= ∑ ∑
nnXXn
S
Z =fungsi dari peluang atau periode ulang,X =rata-rata sampelS = standar deviasi sampel.
nX
X i∑=log
log
5.02
1)log(log
−
−= ∑
nXX
s i
DISTRIBUSI NORMAL
DISTRIBUSI LOG NORMAL
DISTRIBUSI LOG PEARSON TIPE III
Distribusi Normal
Distribusi Log-Normal
Distribusi Gumbel
Distribusi Log-Pearson III
Distribusi DebitDistribusi Debit
Distribusi NormalDistribusi Log-Normal
Distribusi Gumbel Distribusi Log-Normal
Uji K-SMenetapkan suatu titik dimana
terjadi simpangan terbesar antara distribusi teoritis dan sampel.
Dn = Maksimum IFo(X)-Sn(X)I
Dimana,Dn : Penyimpangan TerbesarFo(X) : Suatu fungsi distribusi
teoritis yang ditentukanSn(X) : Distribusi Kumulatif
Sampel
Uji χ2
Mengukur perbedaan relatif antaraFrekuensi hasil pengamatan
Dengan frekuensi yang diharapkan
Dimana,k : Jumlah variabel Oi : Frekuensi hasil pengamatanEi : Frekuensi distribusi teoritisn : jumlah dataPi : Peluang dari distribusi teoritis
χ2 = ∑=
−k
i i
ii
EEO
1
2)(
Uji Goodness Of The Fittest
Uji Goodness-of-Fit X2
χ2
Grafik Distribusi Teoritis (expected)
Distribusi Frekuensi Data (observed)
Variable: gdk_Jan , Distribution: NormalChi-Square test = 8.76148, df = 2, p = 0.01252
0.0 1.5 3.0 4.5 6.0 7.5
Category (upper limits)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
Rel
ativ
e Fr
eque
ncy
(%)
Uji Goodness-of-FitKolmogorov-Smirnov
Grafik Distribusi Frekuensi Teoritis
Distribusi Frekuensi Kumulatif Data
Dn
GRAFIK FREKUENSI KUMULATIF
KOLMOGOROV-SMIRNOV
PIDATO ILMIAH 42
Menurut UU No. 7 tahun 2004 pasal 34 ,ayat (1): pengembangan sumber daya air ditujukan untuk kemanfaatan sumber daya air memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga(domestik), pertanian(irigasi) ,industri dstnya dan untuk berbagai keperluan lainnya.
Pengembangan SPAM dari sumber air sungai, perlu suatu kriteria disain air baku untuk multisektor : domestik, irigasi dan Industri. Sebagai pedoman kriteria disain air baku permukaan Metropolitan Bandung Urban Development Program MBUDP, 2004
Tabel 2.5. Kriteria Desain Air Baku Permukaan
Sumber Air Sungai Desain Sumber Air Baku
Domestik Irigasi Industri
Debit Air Suksesif Kering 1-7 hari 10-20 tahun 15-30 hari 5 tahun 1-2 hari 20 tahun
Sumber: Modifikasi Kriteria Disain Air Baku MBA PU Cipta Karya (1994)
2.9.Manajemen Waduk (Gestion des Reservoir )
1. Environnement Economic ( Lingkungan Ekonomi Waduk )
2. Gestion Short term ( Avenir connu )Pengoperasian Intuitif ( Deterministik Debit rencana )
3. Gestion Long term ( Avenir aleatoire )Pengoperasian Waduk Aktual dengan Ketidakpastian debit air masa depan(acak )Metode Kontinu Prakiraan Debit air & Metode Diskret Markov)
Fungsi Produk Utilitas waduk (Instrumen Finansial & Ekonomi ) Contoh• Pengelolaan Waduk PLTA EDF (Electric de
France)Fungsi Produk Utilitas Energi Listrik NP(Niveau de prix) berubah fungsi Kosmik & permintaan
• Pengelolaan Waduk PLTA PLN Fungsi Produk Utilitas Energi Listrik NP(Niveau de prix ) Konstan
PIDATO ILMIAH 44
PENENTUAN VOLUME WADUK
A)DEBIT RENCANA:• Waduk Tunggal : Vol Waduk PLTA Saguling (Q R-2)• Waduk Multiguna : Vol Waduk Gajah Mungkur ( Ekstrem
basah QR-5 )
B) FENOMENA HURST• Bendungan Aswan ,Mesir
PIDATO ILMIAH 45
PIDATO ILMIAH 46
Pengembangan Waduk Multiguna
Semakin ekstrim debit air menyebabkan krisis ketersedian sumber air baku pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan di kawasan Hulu
membalik ancaman banjir dan kekeringan menjadi bermanfaat dengan optimasi pemanfaatan sumber daya air ,pembangunan waduk multiguna ( Sumber air baku, banjir , PLTA ) dengan menggunakan metode Fenomena Hurs diuraikan sebagai berikut: Ω optimum = k T n
dimana : Ω = volume tampungan T = tahun-tahun air ( T = 1,2,5,10,20,30 dan 60 tahun)n = koefisien Hurst ( 0,5 <n < 1) n= 0,5...... indenpendent
Keseimbangan air waduk : Ω t+1 = Ω t + Qin – QTdimana: W = variabel determinan
t = langkah waktuQin = variabel acakQT= variabel keluaran (variavel di komandokan)
Telah mengembangkan metode Prakiraan debit air input waduk disebut metode kontinu parakiraan debit air, didasarkan pada korelasi spartial komponen utama siklus hidrologi hujan dan debit air.
Manajemen Waduk (Gestion des Reservoir )
1. Environnement Economic ( Lingkungan Ekonomi Waduk )
2. Gestion Short term ( Avenir connu )Pengoperasian Intuitif ( Deterministik Debit rencana )
3. Gestion Long term ( Avenir aleatoire )Pengoperasian Waduk Aktual dengan Ketidakpastian debit air masa depan(acak )Metode Kontinu Prakiraan Debit air & Metode Diskret Markov)
Manajemen Waduk .
a) Lingkungan Tampungan:
Q InQOut Pompa
E
Smaks
Smin
Obyektifitas : Pengelolaan waduk menjamin pasokan air di down stream
Konstrain :1.Hukum kekekalan masa air : St+1 = St + Qin – Qout – E2.Batasan Volume Tampungan : S min < S < S maks3.Debit air masukan : Q in ( debit rencana / debit air acak )4.Batasan Debit air keluaran : Q Pompa , Turbin5.Evaporasi permukaan air : E = 1.1 EtDimana :S : variabel ditetapkan ( Volume waduk )Q in : variabel acak ,E : variabel ditetapkanQout : variabel ditentukan (dikomandokan )t : waktu
(Kedalam Pipa Isap pompa )Stok Efektif (hidup)
IPA
Instrumen Finansial & Ekonomi Produk utilitas Infrastruktur SDA ( Waduk PLTA) • $ P Energi Listrik Konstan :Pengusahaan air
waduk ditetapkan intrumen keseimbangan masa Air
• $ P Energi Listrik berubah :Pengusahaan air waduk ditetapkan Instrumen Dinamic Programming Bellman
PIDATO ILMIAH 49
Manajemen Waduk Fungsi Utilitas Produk Infrastruktur $ ( Kontan)
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
0 50 100 150 200 250 300 350 400Time series
Q (
m3
/s)
Sumber Air
Sungai
Desain Sumber Air Baku
Domestik Irigasi Industri
Debit Air Suksesif Kering
1-7 hari
10-20 tahun
15-30 hari
5 tahun
1-2 hari
20 tahun
Tabel 3. Kriteria Desain Alokasi Air Baku Permukaan
0
20
40
60
80
100
120
0 5 10 15 20 25 30
Durasi (15 Harian)
Debi
t (m
3/det
)
TR=2 TR=5 TR=10 TR=20
Gambar 11. Debit Setengah Bulanan Historik Sungai(1993-2006)
Gambar 12. Debit Rencana Kering Setengah Bulanan Pos sungai (1993-2006)
Debit Andalan
Sumber: Modifikasi Kriteria Desain Air Baku MBA PU Cipta Karya oleh Arwin Sabar (1994)
PENGUSAHAAN WADUK AIR
Gambar : Debit input air Manajemen waduk Intuitif
Debit input pulai (R-5)
Keandalan air waduk
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 5 10 15 20 25 30
Time series
Q (m
3/s)
Q80% Qirigasi Qdomestik 95 %
Vol cadangan
Pedoman Pengusahaan WadukSidang Sarjana Teknik Lingkungan, Maret 2009
-50000000.00
0.00
50000000.00
100000000.00
150000000.00
200000000.00
250000000.00
300000000.00
350000000.00
0 5 10 15 20 25 30
Durasi (Bulan)
Vlin
tasa
n
Lintasan waduk PU 5 tahun
Gambar 19. Pedoman Lintasan Waduk dengan Debit Input Qmin Setengah Bulanan PU 5 Tahun 0.00
50000000.00
100000000.00
150000000.00
200000000.00
250000000.00
300000000.00
350000000.00
Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov
Lintasan Waduk PU 5 Tahun
Gambar 20. Pedoman Lintasan Waduk dengan Debit Input Qmin Bulanan PU 5 Tahun
Grafik Perbandingan Fluktuasi Debit Hasil Pengukuran-Metoda Mock- Metode Kontinu Regresi Ganda Pos Katulampa
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Fluktuasi debit Katulampa
Mock Ukur reg ganda
Kalibrasi Debit Bangkitan Model Kontinu dan Debit Historik (1994-2006)
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
Jan-93 Oct-95 Jul-98 Apr-01 Jan-04 Oct-06 Jul-09
Durasi (Bulan)
Q
(m3
/s)
Qhistorik Qsintetik
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
Ja
n-7
8
Ja
n-8
0
Ja
n-8
2
Ja
n-8
4
Ja
n-8
6
Ja
n-8
8
Ja
n-9
0
Ja
n-9
2
Ja
n-9
4
Ja
n-9
6
Ja
n-9
8
Ja
n-0
0
Ja
n-0
2
Ja
n-0
4
Ja
n-0
6
Durasi (Bulan)
Q (
m3
/s)
0.915
Gambar . Kalibrasi Debit Bangkitan Model Kotinu dan Debit Historik (1994-2006)
Gambar . Debit Bulanan Pos Kalibawang S. Progo (1978-2007)
Pembangkitan Data Debit
Bulan Jenis Korelasi Koefisien Persamaan
Januari PPPQ 0.848 Qt = 56.8 + 0.256P3(t) - 0.094P1(t) - 0.044P7(t)
Februari PPQ'Q 0.695 Qt = 23.006 + 0.499Q(t-1) - 0.033P4(t) - 0.141P5(t)
Maret PPQ'Q 0.819 Qt = (-7.812) + 0.677Q(t-1) - 0.085P4(t) + 0.164P5(t)
April PPQ'Q 0.586 Qt = (-5.125) + 0.435Q(t-1) + 0.066P4(t) + 0.125P5(t)
Mei PPPQ 0.431 Qt = 52.442 + 0.101X2(t) + 0.09P4(t) - 0.147P5(t)
Juni PPQ'Q 0.957 Qt = (-1.506) + 0.596Q(t-1) + 0.131P3(t) + 0.186P8(t)
Juli PPQ'Q 0.888 Qt = 1.419 + 0.638Q(t-1) + 0.066P3(t) + 0.011P7(t)
Agustus PPQ'Q 0.852 Qt = 5.442 + 0.577Q(t-1) + 0.259P2(t) - 0.296P3(t)
September PPQ'Q 0.948 Qt = 2.633 + 0.761Q(t-1) + 0.019P1(t) - 0.009P7(t)
Oktober PPQ'Q 0.945 Qt = 9.969 + 0.26Q(t-1) + 0.03P4(t) + 0.054P5(t)
November PPQ'Q 0.906 Qt = 1.017 + 0.913Q(t-1) - 0.023P3(t) + 0.09P4(t)
Desember PPQ'Q 0.748 Qt = (-9.959) + 0.761Q(t-1) + 0.102P3(t) + 0.072P6(t)
Pengelolaan Waduk AktualHASIL DAN ANALISIS
Tabel 8. Pengelolaan Waduk Aktual Pedoman Lintasan Bulanan PU 5 Tahun 1994-1995
Historik Prediksi Historik PrediksiPedoman Input
Rata-rata Vol. Aktual m3 m3/d m3/d m3Nov-94 21.00 29.23 55188000.00 76814074.80 0.00 0.00 2599354.80 29.83 74214720.00 0.00 0.00Des-94 33.20 78.32 87249600.00 205811820.00 2599354.80 37364802.92 80059654.80 46.98 128351520.00 0.00 0.00Jan-95 86.90 82.17 228373200.00 215933824.80 80059654.80 101596969.90 159477814.80 56.98 148955040.00 0.00 0.00Feb-95 116.00 123.62 304848000.00 324865999.65 159477814.80 234316776.79 259387014.45 78.45 224956800.00 0.00 0.00Mar-95 87.30 112.17 229424400.00 294791079.91 259387014.45 346932603.67 341599174.36 70.90 212578920.00 0.00 0.00Apr-95 72.90 95.28 191581200.00 250405563.60 341599174.36 424065061.52 409884337.96 64.52 182120400.00 0.00 0.00
May-95 59.70 52.18 156891600.00 137118002.40 409884337.96 405409866.29 420000000.00 40.57 105698160.00 41077777.96 15.63Jun-95 66.30 44.21 174236400.00 116194549.32 420000000.00 360369732.71 420000000.00 28.76 73426320.00 100810080.00 38.36Jul-95 33.10 45.17 86986800.00 118712522.19 420000000.00 286974460.09 420000000.00 21.22 53400960.00 65311562.19 24.85
Aug-95 22.80 25.90 59918400.00 68068879.20 420000000.00 190702819.53 420000000.00 16.94 42231960.00 25836919.20 9.83Sep-95 21.90 19.91 57553200.00 52315538.55 420000000.00 85004691.67 420000000.00 15.25 37948320.00 19604880.00 7.46Oct-95 41.20 26.42 108273600.00 69436490.40 420000000.00 11169368.32 420000000.00 16.06 38920680.00 69352920.00 26.39Nov-95 82.80 78.09 217598400.00 205208431.20 420000000.00 0.00 420000000.00 29.83 74214720.00 143383680.00 54.56Dec-95 76.30 87.85 200516400.00 230868223.20 420000000.00 37364802.92 420000000.00 46.98 128351520.00 102516703.20 39.01
Qlimpas
Volume Awal (m3)
Volume Akhir Qoutput
Bulan
Debit Input Debit Input (m3)
St+1 = St +Qin - Qout
Pengelolaan Optimal Waduk dgn ketidakpastian debit masa depan (1998-2002)
0
100
200
300
400
500
600
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60
Bulan
Juta
m3
Lintasan Aktual Lintasan Pedoman
LINGKUNGAN EKONOMI JATILUHUR
• Luas Waduk = 83 km2
• Kapasitas tampungan = 2.448 Juta m3
• Kapasitas tampungan efektif = 1.869 Juta m3 (2005).• Tinggi muka air maksimum = +107 m DPL.• Tinggi muka air minimum = +75 m DPL.• Tinggi muka air awal operasi = + 90.71 m DPL.• Tinggi efektif = +77 m DPL.
SISTEM KASKADE CITARUM
GRAFIK PENGUSAHAAN
WADUK JATILUHUR
Kurva Distribusi Kumulatif
Q kering
Q normal
Q basah
Matrik Transisi Stokastik Markov Orde Satu Multiklas ( Basah, Normal & kering ) dari Komponen Utama Siklus Hidrologi ( P.Q)
Kondisi ThnIklin Tahun (t) Kondisi Tahun Depan (t+1)
0 1 2
0 α 01 α 02 α 03 1 P0N
1 α 10 α 11 α 12 1 P1N
2α 20 α 21 α 22 1 P2N
PNN
PN0 PN1 PN2 PNN
Matrik Transisi Stokastik Markov Multiklas Orde 1 ( Iklim Tahun : Basah ,Normal ,kering )
Matrik Transisi Stokastik Orde 1 - 3 Klas
Kondisi Thndebit (t) Kondisi Tahun Debit (t+1)
0 1 2
0 0.6000 0.0000 0.4000 1.0000 P0N
1 0.5000 0.5000 0.0000 1.0000 P1N
2 0.1667 0.3333 0.5000 1.0000 P2N
1.2667 0.8333 0.9000 3.0000 PNN
PN0 PN1 PN2 PNN
Sumber : Hasil Perhitungan
Model Kontinu Prakiraan Debit AirKetidakpastian Masa Depan( Avenir Aleatoire)
Dibangun berdasarkan korelasi antara dua variabelacak, yaitu :
* Stasiun pengamat hujan (P )* Stasiun pengamat debit (Q )
Model dengan nilai koefisien Korelasi (R)terbesar dipilih sebagai model yang paling baikuntuk membangun data debit.
Tabel Matrik Koef Korelasi Komponen utama (P,Q) siklus Hidrologi fungsi ruang dan waktu
Nilai P1 P2 P3 Qt Qt+1 Qt-1
P1 1
P2 ρ P2P1 1
P3 ρ P3 P1 ρ P3 P2 1
Qt ρ Qt P1 ρ Qt P2 ρ Qt P3 1
Qt+1 ρ Qt+1 P1 ρ Qt+1 P2 ρ Qt+1 P3 ρ Qt+1 Qt 1
Qt-1 ρ Qt-1 P1 ρ Qt-1 P2 ρ Qt-1 P3 ρ Qt-1 Qt ρ Qt-1 Qt+1 1
Catatan : time step waktu bersamaan t( P1,P2, P3 dan Q t)
Korelasi 2 variabel
xyρ = Koefisien korelasi 2 variabel xy
iX iY = nilai Variabel X atau Yke–i
yxσσ , = Simpangan baku variabel X dan Y
n = Jumlah populasi ,bila n<10 maka (n-1)
yx
n
iii
xy n
YYXX
σσρ
∑=
−−= 0
))((
Persamaan Regresi Linier Model Biner :x1 = r2x2 + εKoefisien Determinasi Dinyatakan sbb :
R = ρ12ε2 = 1 – R2
ρ12
X1
X2 (Q1)P (Q1)Q
Model 2 Variabel (Biner)
Koefisien Korelasi Parsiil Dinyatakan sbb
223
ρ123ρ
13
ρ
12
ρ
2r −
−=
223
ρ123
ρ
12
ρ
13
ρ
3r −
−=
Model 3 Variabel (Terner) (Lanjutan)
Persamaan Regresi Linier Model Terner :x1 = r2x2 + r3x3 + ε
Koefisien Determinasi Dinyatakan sbb :
(Q1)PP (Q1)QP (Q1)QQ
ρ12
X1
X2
X3ρ13
ρ23
223
ρ123
ρ13
ρ122 ρ2
13
ρ212
ρ
2R−
−+=
Model 3 Variabel (Terner)
Persamaan Regresi Linier Model Kuaterner :x1 = r2x2 + r3x3 + r4x4 + ε
Koefisien Determinasi Dinyatakan sbb :ε2 = 1 – R2
ε = 1 + r22 + r32 + r42 – 2(r2ρ12 + r3ρ13 + r4ρ14) + 2(r2r3ρ23 + r2r4ρ24 + r3r4ρ34)
(Q1)PPP (Q1)QPP (Q1)QQP (Q1)QQQX1
X3
X4ρ14
ρ34
X2
ρ12
ρ23ρ2
4
ρ2
4
Model 4 Variabel (Kuaterner)
Koefisien Korelasi Parsiil Dinyatakan sbb
Δ = 1 – (ρ232 + ρ242 + ρ342) + 2ρ23ρ24 ρ34
Δ2 = ρ12(1- ρ342) – ρ13(ρ23 – ρ24 ρ34) – ρ14(ρ24 - ρ23 ρ34)
Δ3 = ρ13(1- ρ242) – ρ12(ρ23 – ρ24 ρ34) – ρ14(ρ34 - ρ23 ρ24)
Δ4 = ρ14(1- ρ232) – ρ12(ρ24 – ρ23 ρ34) – ρ13(ρ34 - ρ23 ρ24)
Δ2Δ
2r = Δ
3Δ
3r = Δ
4Δ
4r =
Model 4 Variabel (Lanjutan)Metodologi
INDIKANTOR PEMILIHAN MODEL PEMBANGKIT
4 Variabel(Kuaterner)
3 Variabel(Terner)
2 Variabel(Biner)
R >>>
MODEL PEMBANGKITAN DEBIT TERPILIH
KorelasiSpartial komponen Hidrologi
Model Diskrit CHAIN MARKOV
Konsep CHAIN MARKOV : Probabilitas kejadian pada suatu waktu tertentu
bergantung/ditentukan hanya dari kejadian waktu sebelumnya.
Jika t0 < t1 < … < tn , (n = 0,1,2…) > titik-titik waktu, maka kumpulan variabel acak X(tn) merupakan Proses Markov jika memenuhi kondisi sbb :Pij = PX(tn) = j / X(tn-1) = i > Probabilitas Transisi peluang kejadian j terjadi jika diketahui kejadian i terjadi.
Model Diskrit CHAIN MARKOV
Data Debit Bulanan
Klasifikasi Debit
MatrikTransisi
Analisis Frekuensi &Dist. Probabilitas
Simulasi
Debit Antisipasi
Dist. Normal
Dist. Log-Normal
Dist. Gumbel Uji K-S
Klas 0Qkering
Klas 1Qnormal
Klas 2Qbasah
Kurva Distribusi Kumulatif
Dist. Gamma
Dist. Log-Person III
Metodologi
Kurva Distribusi Kumulatif
Q kering
Q normal
Q basah
Matrik Transisi
Kondisi Debit
Waktu tn-1
Kondisi Debit Waktu tn Jumlah KeadaanDebit tn-1
0 1 2
0 N00 N01 N02N0 =N00 + N01 + N02
1 N10 N11 N12N1 =N10 + N11 + N12
2 N20 N21 N22N2 =N20 + N21 + N22
Jumlah KeadaanDebit tn
N0’=N00 + N10 + N20
N1’ =N01 + N11+ N21
N2’=N02 + N12 + N22
N= N0 + N1 + N2= N0’ + N1’ + N2’
Matrik Transisi (Lanjutan)
untuk seluruh nilai i ;Pij ≥ 0 untuk seluruh nilai i dan j
∑ =j
ijP 1∑∑=
j
ijij n
nP
Matrik P diatas > matrik transisi homogenatau matrik stokhastik karena semua transisiprobabilitas Pij adalah tetap dan independenterhadap waktu.
Probabilitas Pij harus memenuhi kondisi :
Simulasi
Prinsip dasar simulasi:Zt = Xt.YtXt = Keadaan debit pada bulan tYt = Tinggi debit pada bulan t
Untuk menumbuhkan variabilitas debit tahunan danmengerjakannya sesuai dengan realitas dari fenomenafisik meteorologi, digunakan dua tarikan perbulan yaitu :
Menentukan keadaan debit pada waktu t denganmenggunakan fungsi distribusi debit air historik.
Menentukan besaran debit air dengan menggunakanmatrik stokhastik.
Metodologi
Goodnes-of-Fit
K-S
Chi Kuadrat Uji Parametrik
Uji Non-Parametrik
Uji Normalitas
Tidak semua data Debit terdistribusi Normal
Test Goodness-of-Fit
Batas Kelas Debit Bulanan DAS Citarum-Saguling (m3/detik)
Bulan Debit Kering (0) Debit Normal (1) Debit Basah (2)Januari 0.00 - 118.96 118.97 - 159.26 159.27 - 238.18Februari 0.00 - 116.99 117.00 - 151.67 151.68 - 245.77Maret 0.00 - 129.15 129.16 - 178.51 178.52 - 240.27April 0.00 - 146.78 146.79 - 187.16 187.17 - 257.91Mei 0.00 - 80.27 80.28 - 106.54 106.55 - 152.53Juni 0.00 - 50.62 50.63 - 75.23 75.24 - 111.64Juli 0.00 - 30.03 30.04 - 50.66 50.67 - 138.84Agustus 0.00 - 14.91 14.92 - 29.39 29.40 - 59.29September 0.00 - 15.18 15.19 - 30.54 30.55 - 79.60Oktober 0.00 - 27.66 27.67 - 56.61 56.62 - 127.80November 0.00 - 83.33 83.34 - 143.81 143.82 - 262.35Desember 0.00 - 91.07 91.08 - 130.77 130.78 - 199.90
Sumber : Hasil Perhitungan
Debit Rata-Rata Kelas Bulanan DAS Citarum-Saguling (m3/detik)
Sumber : Hasil Perhitungan
Bulan Debit Kering (0) Debit Normal (1) Debit Basah (2)
Januari 99.1508 137.6421 191.0761
Februari 101.8011 132.4318 182.7710
Maret 101.3649 153.2866 210.5728
April 124.8484 166.1509 215.7136
Mei 67.2757 92.4771 127.1190
Juni 35.2609 62.9267 90.5925
Juli 21.6710 39.0049 70.2036
Agustus 8.9862 21.3239 41.9706
September 8.9901 21.9567 43.9998
Oktober
Klasifikasi Debit Input Bulanan DAS Citarum-Saguling Tahun 1986 - 2002
Sumber : Hasil Perhitungan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1986 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1
1987 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 2
1988 2 1 1 0 2 1 0 1 0 2 1 0
1989 2 2 0 1 2 2 2 2 1 0 0 1
1990 0 2 0 1 1 1 1 2 1 0 0 2
1991 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 2 2
1992 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2
1993 2 2 2 2 0 1 1 2 1 0 0 2
1994 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
1995 0 0 1 1 1 2 2 0 1 2 2 1
1996 1 0 0 1 0 0 1 1 2 2 2 2
1997 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0
1998 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
1999 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 1 1
Matrik Transisi Tiga Kelas Orde Satu Debit Total Das Citarum-Saguling
Matrik Transisi Tiga Kelas Orde Satu (Desember/Januari)
Kondisi Bulan Kondisi Bulan Januari (t+1)
Desember (t)
0 1 2
0 0.6000 0.0000 0.4000 1.0000 P0N
1 0.5000 0.5000 0.0000 1.0000 P1N
2 0.1667 0.3333 0.5000 1.0000 P2N
1.2667 0.8333 0.9000 3.0000 PNN
PN0 PN1 PN2 PNN
Sumber : Hasil Perhitungan
Data Debit Bulanan DAS Citarum-Saguling Tahun 1986 – 2002 Hasil Pembangkitan Chain Markov (Uji Elastisitas)
Sumber : Hasil Perhitungan
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1986 137.64 101.80 153.29 215.71 92.48 90.59 70.20 41.97 44.00 82.18 181.55 110.35
1987 99.15 101.80 101.36 166.15 92.48 35.26 39.00 8.99 8.99 16.13 45.58 157.01
1988 191.08 182.77 153.29 166.15 127.12 90.59 39.00 8.99 44.00 16.13 113.57 69.32
1989 99.15 182.77 210.57 166.15 92.48 90.59 70.20 41.97 21.96 16.13 45.58 157.01
1990 99.15 101.80 210.57 166.15 92.48 90.59 39.00 41.97 21.96 16.13 45.58 157.01
1991 191.08 101.80 101.36 166.15 67.28 35.26 21.67 8.99 8.99 16.13 45.58 157.01
1992 191.08 101.80 210.57 215.71 127.12 90.59 70.20 41.97 44.00 82.18 113.57 110.35
1993 191.08 182.77 210.57 215.71 127.12 35.26 39.00 41.97 21.96 16.13 45.58 157.01
1994 191.08 182.77 210.57 215.71 127.12 35.26 21.67 8.99 8.99 16.13 45.58 157.01
1995 99.15 101.80 101.36 166.15 92.48 90.59 70.20 41.97 8.99 16.13 181.55 110.35
1996 137.64 101.80 101.36 166.15 67.28 35.26 39.00 21.32 44.00 82.18 181.55 157.01
1997 191.08 101.80 101.36 124.85 92.48 35.26 39.00 41.97 8.99 16.13 45.58 157.01
1998 99.15 101.80 210.57 215.71 127.12 90.59 70.20 41.97 44.00 82.18 113.57 110.35
1999 137 64 101 80 101 36 124 85 92 48 35 26 21 67 8 99 8 99 16 13 113 57 110 35
Matrik
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60
Bulan
Juta m
3
HISTORIS NORMAL REGRESI MARKOV
Perbandingan Model Pembangkitan DebitModel Kontinu – Model Diskrit Waduk Saguling
Debit hasil peramalan dengan model kontinu dan model diskritdapat mengikuti fluktuasi debit historis yang ada. Elastisitas debit antisipasi terbaik ⇒ Metode Diskrit Chain
Markov. Metode peramalan terpilih ⇒ Pengelolaan Waduk Aktual
Tabel : Persamaan Regresi Linier Ganda Model Hujan-Debit Heterogen Q(1)PPP
Bulan Persamaan Regresi Ganda
Januari Qn+1 = -0.2714 Pn3 + 0.6869 Pn6 - 0.4202 Pn10 + 195.5179 Februari Qn+1 = 0.4285 Pn2 + 0.4338 Pn10 - 0.2653 Pn11 + 21.5284 Maret Qn+1 = 0.8444 Pn6 - 0.8100 Pn10 + 0.2995 Pn11 + 48.5559 April Qn+1 = 0.7888 Pn2 - 0.5617 Pn7 - 0.4267 Pn8 + 76.6542 Mei Qn+1 = -0.5834 Pn6 + 0.5974 Pn8 + 0.7358 Pn9 - 20.0044 Juni Qn+1 = 1.2112 Pn2 - 0.8824 Pn4 - 0.1693 Pn11 + 11.1823 Juli Qn+1 = 0.9247 Pn6 + 0.3902 Pn8 - 0.8419 Pn10 + 13.3979 Agustus Qn+1 = -0.6908 Pn2 + 0.6469 Pn5 + 0.9290 Pn11 + 8.8445 September Qn+1 = -1.2519 Pn3 + 0.9167 Pn5 + 0.9589 Pn11 - 10.1159 Oktober Qn+1 = 0.4996 Pn3 - 0.3895 Pn4 + 0.8626 Pn7 - 8.2072 November Qn+1 = -0.4947 Pn3 + 0.9778 Pn6 - 0.6167 Pn9 + 115.4179 Desember Qn+1 = 0.9712 Pn2 + 0.2627 Pn5 - 1.0085 Pn6 + 103.8751
Sumber : Hasil Perhitungan Keterangan : P1 = Cicalengka, P2 = Paseh, P3 = Chinchona, P4 = Ciparay, P5 = Ujung Berung P6 = Bandung, P7 = Cililin, P8 = Montaya, P9 = Sukawana, P10 = Saguling Dam P11 = Cisondari