teori drainase nisa

55
Drainase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Problem drainase disebabkan oleh kelebihan air, baik dipermukaan tanah ataupun didaerah akar dibawah permukaan tanah. Jika air tetap berada ditanah, maka itu termasuk salah satu problem drainase air permukaan. Tipe lain dari problem drainase adalah mengenai air yang terdapat di bawah permukaan tanah. Seringkali keberadaan muka air tanah yang tinggi bukan berarti suatu bukti dari pemeriksaan tanah. Tujuan utama dari drainase adalah untuk memperoleh lingkungan yang baik untuk pertumbuhan tanah. Air yang memenuhi pori-pori tanah tidak hanya menggantikan keberadaan udara didalamnya, juga menghalangi pemberian gas-gas lainnya yang berasal dari akar tanaman. Problem drainase terjadi dimana-mana, antara lain di pertanian, lapangan terbang, gedung bertingkat ataupun pemukiman. Untuk itu dalam tugas ini akan direncanakan sistem drainase untuk wilayah pemukiman. Rumah adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Dan dewasa ini memiliki 1 Nisa Noor Fadhila Soeseno

Upload: neeysya

Post on 25-Jun-2015

7.479 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: teori drainase nisa

Drainase

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Problem drainase disebabkan oleh kelebihan air, baik dipermukaan tanah

ataupun didaerah akar dibawah permukaan tanah. Jika air tetap berada ditanah, maka

itu termasuk salah satu problem drainase air permukaan. Tipe lain dari problem

drainase adalah mengenai air yang terdapat di bawah permukaan tanah. Seringkali

keberadaan muka air tanah yang tinggi bukan berarti suatu bukti dari pemeriksaan

tanah.

Tujuan utama dari drainase adalah untuk memperoleh lingkungan yang baik

untuk pertumbuhan tanah.

Air yang memenuhi pori-pori tanah tidak hanya menggantikan keberadaan

udara didalamnya, juga menghalangi pemberian gas-gas lainnya yang berasal dari

akar tanaman.

Problem drainase terjadi dimana-mana, antara lain di pertanian, lapangan

terbang, gedung bertingkat ataupun pemukiman.

Untuk itu dalam tugas ini akan direncanakan sistem drainase untuk wilayah

pemukiman. Rumah adalah salah satu kebutuhan primer manusia. Dan dewasa ini

memiliki berbagai perspektif. Dari sudut prioritas, rumah merupakan kebutuhan

utama mutlak untuk menunjang kehidupan manusia itu sendiri. Di jaman serba

modern, lahan-lahan semakin sempit dan bidang perekonomian semakin maju,

sehingga menimbulkan gagasan untuk membuat satu unit perumahan.

Drainase kota merupakan prasarana kota yang intinya berfungsi untuk

mengendalikan limpasan air hujan yang berlebihan. Drainase sangat dibutuhkan di

daerah perkotaan karena secara garis besar seluruh daerah perkotaan mempunyai nilai

ekonomis. Jika tidak disediakan fasilitas sistem drainase yang baik maka seluruh nilai

ekononomis di daerah perkotaan tersebut dapat hilang karena kelangsungan dan

kesinambungan kegiatan masyarakat terhenti disebabkan oleh bencana banjir.

1Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 2: teori drainase nisa

Drainase

Fungsi dari sistem drainase adalah :

1. Untuk menjaga serta meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman.

Dengan tersedianya sistem drainase yang baik maka diharapkan :

Dapat mengurangi / menghilangkan genangan-genangan air yang

menyebabkan bersarangnya nyamuk dan hewan pengerat lainnya.

Pengendalian kelebihan air permukaan atau run off dapat dilakukan

dengan aman, lancar, efisien, dan dapat mendukung lingkungan dan

kesehatan masyarakat.

Dapat digunakan sebagai bagian rencana tata kota yang berguna dalam

proses perencanaan pembangunan dalam kota yang bersifat eksternal dan

internal.

2. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana-sarana fisik antara lain jalan-

jalan di kawasan pemukiman. Akibatnya genangan atau banjir menimbulkan

kerusakan atau gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya prasarana

drainase.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan dari perencanaan sistem drainase adalah :

Mengenal prinsip dari sistem drainase.

Memahami tata cara penyusunan perencanaan sistem drainase.

Mampu melakukan perhitungan dan mengambil keputusan berdasarkan

perhitungan tersebut.

Mampu memilih bahan bangunan yang sesuai untuk sistem drainase.

Mampu mengenal perlengkapan sistem drainase dan tata letaknya serta

perhitungan sarana drainase.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari tugas ini meliputi :

2Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 3: teori drainase nisa

Drainase

Perencanaan alternatif jalur saluran

Perencanaan intensitas hujan rencana

Perencanaan dimensi saluran

3Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 4: teori drainase nisa

Drainase

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH STUDI

Dalam melakukan perencanaa Penyaluran Drainase dalam suatu wilayah pada

perencanaan tugas ini, pada kurun waktu tertentu diperlukan suatu analisa seperti

area, luas area dan data – data yang dapat mendukung perencanaan tersebut seperti

data curah hujan, daerah pengaliran saluran ( topongrafi,hidrologi, morfologi

sungai,sifat tanah dan tata guna lahan) sehingga diperoleh debit, dimensi dan elevasi

perencanaan drainase yang baik. Begitupun dengan perencanaan sistem Drainase di

kota Trisakti Damai pada tugas ini.

Kota Trisakti Damai merupakan kota besar yang cukup padat penduduknya

dan terletak pada berbagai ketinggian antara 100 sampai 125 meter diatas permukaan

laut. Di kota ini terdapat sebuah waduk yang bernama waduk Kedungicut yang

terletak di seselah timur kota. Selain waduk, terdapat juga dua buah sungai yang

terletak di sebelah timur kota.

Kota Trisakti Damai ini terdiri dari 3 jenis pemukiman penduduk dengan

kepadatan penduduk yang berbeda-beda, yaitu :

(A) kepadatan penduduk = 430 jiwa/ha

(B) kepadatan penduduk = 370 jiwa/ha

(C) kepadatan penduudk = 300 jiwa/ha

Selain itu kota ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, yaitu :

- Rumah Sakit (RS) dengan kepadatan 400 bed/ha.

- Sekolah (s) dengan kepadatan 1000 orang/ha.

- Stasiun bis (ST) dengan kepadatan 1100 bis/hari

- Kantor (K) dengan kepadatan 1500 orang/ha.

- Mesjid (M)

4Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 5: teori drainase nisa

Drainase

Pada akhir perencanaan Sistem Drainase padatugas ini direncanaan air hujan

yang mengalir dialirkan secara gravitasi dan langsung ke waduk dan sungai yang

terdekat. Untuk perencanaannya dibutuhkan data-data seperti :

Tabel 2.1 Data Untuk Perhitungan Intensitas Hujan

t (menit) a b

1 5.85 21.65 29.1 11610 73.8 25415 138 42420 228 63625 351 90930 524 127235 774 178140 1159 254445 1811 381650 3131 636055 7119 1399259 39083 75048

Tabel 2.2 Data Untuk Perhitungan Intensitas Hujan

TahunCurah

Hujan(Xi)1995 651996 921997 761998 611999 752000 902001 2112002 1322003 1252004 73

5Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 6: teori drainase nisa

Drainase

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Drainase

Drainase secara bahasa berasal dari kata drainage yang berarti tindakanuntuk

mengeringkan, kemudian menjadi kata to drain yang berarti penyaluran air yang

menyebabkan daerah daratan menjadi kering (suprapto, 1992). Secara umum drainase

dapat didefinisikan sebagai satu tindakan untuk mengeringkan suatu daerah yang

tergenang air dengan cara menyalurkan genangan air dari wilayah tersebut menuju

satu daerah tujuan pembangunan. (Materi Training Tingkat Staf Tekhnik Proyek PLP

Sektor Drainase, 1987).

Tujuan dibangunnya prasarana saluran drainase perkotaan adalah untuk untuk

daerah yang sudah ada sistem drainasenya, perlu juga dipelajari dan dikumpulkan

data mengenai kondisi fasilitas sistem drainase yang sudah ada, termasuk didalamnya

data-data mengenai masalah genangan air yang diakibatkan oleh banjir yang telah

terjadi.

Sistem drainase yang diterapkan dalam perencanaan ini adalah sistem drainase

utama, yang nantinya akan melayani seluruh masyarakat daerah perencanaan.

Prinsip dasar dalam perencanaan sistem drainase dalam tugas ini sebagai

berikut:

1. Saluran drainase dapat mengalikan air secepat mungkin dan sependek mungkin

berupa saluran terbuka menuju saluran pembuangan akhir.

2. Saluran drainase harus mampu mengalirkan air hujan sesuai dengan tahapan

pembangunan kota, dimana kapasitas terakhir disesuaikan dengan kecepatan

pembangunan dan kepadatan daerah pemukiman.

3. Kecepatan aliran di dalam saluran drainase tidak boleh merusak badan saluran

dan menimbulkan erosi. Dengan batasan harus dapat self cleaning pada

6Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 7: teori drainase nisa

Drainase

kecepatan minimum dan tidak boleh merusak badan saluran pada kecepatan

maksimum.

4. Pada daerah yang relatif datar, kemiringan dasar saluran dibuat sesuai dengan

kemiringan batas, dimana saluran harus mempunyai kecepatan aliran minimum

yang self cleaning.

5. Dipertimbangkan aspek-aspek teknis dan non teknis.

3.2 Jenis dan Macam Saluran Drainase

Saluran Drainase yang baik yang alami maupun yang buatan, yang berada

atau melintasi didalam wilayah administrasi kota, dibagi menjadi dua golongan yaitu

saluran drainase regional dan saluran drainase kota. (Revisi Perencanaan DED

Drainase Kota Karawang ,2000)

a. Saluran drainase regional adalah saluran drainase yang berawalan dari luar batas

administrasi kota, awalan atau hulunya berada relative jauh dari batas kota.

Lajur salurannya melintasi wilayah kota.

b. Saluran drainase kita adalah saluran drainase yang mempunyai hulu atau awalan

aliran berada di dalam wilayah kota. Saluran drainase kota mungkin bermuara

pada saluran drainase regional, baik yang berada di wilayah kota maupun

berada di luar wilayah batas kota, bagian lajur yang berada diluar batas kota

dapat disebut lajur saluran drainase regional.

Jenis dan macam saluran drainase kota :

1. Drainase Mayor I, dimana memepunyai luas daerah pengaliran lebih besar dari

100 Ha.

2. Drainase Mayor II, dimana memepunyai luas daerah pengaliran 50 – 100 Ha.

3. Daerah Minor, dimana mempunyai luas daerah pengaliran lebih kecil dari 50

Ha, yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Saluran drainase induk atau saluran primer, dimana mempunyai luas daerah

pengaliran antar 25 – 50 Ha.

7Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 8: teori drainase nisa

Drainase

b. Saluran drainase cabang atau saluran sekunder mempunyai luas wilayah

pengaliran antara 5 – 25 Ha.

c. Saluran drainase awalan atau saluran tersier memepunyai luas wilayah

pengaliran antara 0 – 5 Ha.

3.3 Daerah Operasional sistem Drainase

Drainase dalam tindakannya secara teknis adalah suatu kegiatan untuk

memeperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir, bahkan untuk menurunkan

permukaan air yang tinggi. Cara pembuangan atau penyalurannya supaya tidak terjadi

kerusakan tanah, misalnya terjadi erose dan adanya endapan, maka diperlukan daerah

operasional sebagai berikut :

1. Tanah belerang atau memepunyai kemiringan besar.

Kecepatan aliran pada daerah ini biasanya tinggi dan sering terjadi erosi,

terlebih lagi jika tanahnya gembur dan lembek maka akan terjaid pengikisan

tanah dan terjadi endapan Lumpur pada daerah bawah aliran. Pencegahannya

dapat dengan bangunan teracering dan bangunan bronjong.

2. Tanah yang dilanda banjir limpasan, karena kurangnya saluran drainase

permukaan serta persyaratannya.

3. Tanah yang dilanda banjir akibat meluapnya sungai atau saluran selama waktu

tertentu oleh adanya hujan lebat, keadaan banjir ini sering disebut banjir

kiriman. Daerah yang sering dilanda banjir ini adalah daerah lembah sungai

yang elevasinya lebih rendah dari tebing sungainya. Proteksinya adalah dengan

memebuat tanggul sepanjang tepi sungai pada daerah lembah dan membuat

parit kaki tanggul pada daerah lembah.

4. Tanah yang mempunyai kedalaman permukaan tanah sangat kecil sehingga

permukaan terjadi becek. Cara penanggulangannya adalah dengan membangun

sarana saluran drainase bawah permukaan beserta perlengkapannya.

8Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 9: teori drainase nisa

Drainase

Sebelum menghitung besarnya intensitas hujan yang terjadi, data yang

diperoleh dari badan meteorology dan geofisika harus diuji homogenitasnya. Suatu

data dikatakan homogen bila berasal dari satu populasi yang sama. Bila data tersebut

tidak homogen, maka data tersebut tidak dapat digunakan.

Ketidakhomogenitasnya hujan mungkin disebabkan karena gangguan-

gangguan atmosfer oleh pencemaran udara atau adanya hujan buatan yang sifatnya

insidentil.

3.4 Kriteria Analisis Hidrologi

3.4.1 Umum

Dalam perencanaan sistem penyaluran air hujan salah satu factor yang sangat

penting adalah analisa hidrologi. Dalam analisa tersebut sangatlah penting

dipengaruhi oleh factor iklim yang memberikan gambaran mengenai besarnya curah

hujan beserta factor-faktor lain seperti factor geologi, dan sifat permukaan tanahnya

yang dapat memberikan perkiraan seberapa besar prosentase air hujan yang mengalir

di permukaan tanah dan arah alirannya. Di dalam analisis hidrologi, salah satu hasil

akhir yang sering diharapkan adalah perkiraan besar banjir rencana untuk suatu

bangunan. Banjir rencana ditafsirkan sebagai besar banjir yang menentukan untuk

mendimensi bangunan hidrolik dalam hal ini jaringan sistem drainase.

3.4.2 Data Curah Hujan Periode Ulang

Data-data hidrologi yang tersedia untuk perencanaan yang diperoleh dan

dikumpulkan dari institusi pengelola dalam hal ini BMG. Data curah hujan yang

diambil adalah dalam jangka waktu yang berbeda-beda sesuai dengan bangunan

hidrolik rancangan. Misalnya lapangan terbang dibutuhkan curah hujan selama 50

tahun sedangkan untuk pemukiman cukup 10 atau 20 tahun saja.

9Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 10: teori drainase nisa

Drainase

3.4.3 Periode Ulang

Dalam perencanaan suatu sistem penyaluran air hujan, digunakan beberapa

klasifikasi periode ulang yang penentuannya didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan ekonomis serta kondisi curah hujan daerah setempat. Periode ulang

untuk perencanaan sistem drainase sangat penting, karena menyangkut keamanan

saluran. Semakin besar periode ulang, akan semakin aman saluran dan semakin mahal

pula biaya untuk pembangunan saluran. Periode ulang yang biasa digunakan adalah

periode ulang berdasarkan jenis kota dan jenis saluran.

3.4.4 Koefisien Pengaliran ( c )

Dalam menentukan angka pengaliran untuk suatu daerah urban banyak faktor

yang berpengaruh misalnya :

Tipe curah hujan

Lama waktu hujan

Topografi

Keadaan fauna

Intensitas hujan

Distribusi hujan

Geologi

Perubahan-perubahan akibat ulah manusia

Angka pengaliran berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan yang

terjadi pada daerah urban terhadap faktor-faktor tersebut.

Dalam menentukan besarnya angka aliran sebagai pengaruh dari setiap factor

tersebut sangatlah sulit sehingga menyebabkan sukarnya penentuan angla pengaliran

(C).

Tabel 5 Hubungan Kondisi Permukaan tanah dan Koefisien Pengaliran (c)

10Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 11: teori drainase nisa

Drainase

Kondisi Permukaan Tanah Nilai c

Jalan Beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95

Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70

Kondisi Permukaan Tanah Nilai c

Bahu jalan:

Tanah berbutir halus

Tanah berbutir kasar

Batuan massif keras

Batuan massif lunak

0,40 -0,65

0,10 – 0,20

0,70 – 0,85

0,60 – 0,75

Daerah perkotaan 0,70 – 0,95

Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70

Daerah industri 0,60 – 0,90

Pemukiman padat 0,40 – 0,60

Pemukiman tidak padat 0,40 – 0,60

Taman dan kebun 0,20 – 0,40

Persawahan 0,45 – 0,60

Perbukitan 0,70 – 0,80

Pegunungan 0,75 – 0,90

Sumber : SNI 03.3424.1994

3.4.5 Waktu limpasan (time of overland flow)

Waktu yang diperlukan oleh aliran air pada muka tanah di suatu daerah

pengaliran untuk mengalir dari titik terjauh sampai masuk dalam saluran sedemikian

rupa, sehingga daerah pengaliran tersebut sudah memberikan aliran dan debit

maksimum.

3.4.6 Waktu Pengaliran (time of drain, td)

11Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 12: teori drainase nisa

Drainase

Mencari waktu pengaliran dalam saluran dapat menggunakan asumsi Vd lalu

diperiksa kembali bila debit sudah didapat.

3.4.7 Waktu konsentrasi (time of concentration, tc)

Waktu konsentrasi adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh banjir untuk

dapat berkumpul atau masuk ke dalam saluran serta mengalir pada suatu titik

tinjauan. Waktu konsentrasi (tc) tergantung dari beberapa faktor:

a. Luas dan bentuk daerah

b. Kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran

c. Kondisi topografi

Lama waktu konsentrasi merupakan penjumlahan dari waktu yang diperlukan

air untuk mengalir melalui permukaan tanha ke saluran yang terdekat (To) dan waktu

untuk mengalir di dalam saluran ke titik pengukuran (Td).

3.5 Hidrolika Saluran

1. Dimensi saluran

Penentuan dimensi saluran dihitung dengan rumus Manning

Tabel 3.5.1 Kekasaran Dinding saluran

Jenis Saluran (n)

Pasangan beton 0.015

Pasangan batu kali 0.o46

Pasangan batu kali diplester 0.025

Saluran tanah 0.035

Saluran alam 0.045

2. Kecepatan Aliran

Besarnya kecepatan aliran dalam saluran tergantung pada :

12Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 13: teori drainase nisa

Drainase

a. Bahan saluran yang digunakan

b. Kondisi fisik

c. Sifat hidrolisnya

Penentuan kecepatan aliran di dalam saluran dimaksudkan agar tidak terjadi

sedimentasi pada aliran minimum dan penggerusan pada aliran maksimum. Untuk

saluran yang dilapisi (beton, pasangan batu kali, plester, dll) kecepatan minimum

yang dianjurkan adalah 0,6 – 0,9 m/dtk atau rata-rata 0,75 m/dtk. Sedangkan

kecepatan maksimum yang diijinkan adalah 3 m/dtk.

3. Freeboard

Besarnya freeboard biasanya ditentukan berdasarkan asumsi, hanya untuk

mencegah luapan air akibat gelombang dan fluktuasi permukaan air di dalam saluran.

Besarannya berkisar antara 0.2 – 0.5 meter.

3.6 Bangunan Pelengkap

Got

Kapasitas pengaliran dari got tergantung pada kemiringan dan kekasarannya.

Persamaan Manning dapat dipergunakan untuk menghitung aliran didalam got.

Bangunan Pompa

Dibutuhkan dalam sistem drainase untuk mengangkut air hujan dari tempat

yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.

Bangunan Sadap

Aliran dalam got disadap dan diarahkan ke saluran pembuang dibawah tanah

oleh bangunan sadap terjun. Terdapat dua jenis bangunan sadap dengan berbagai pola

komersial yang terdapat untuk tiap- tiap jenis :

Bangunan sadap berkisi adalah lubang-lubang didasar got yang dilindungi oleh

kisi-kisi.

13Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 14: teori drainase nisa

Drainase

Bangunan sadap lubang penahan adalah suatu lubang dipermukaan penahan

yang bertindak serupa dengan bangunan pelimpah alur samping. Bangunan

sadap lubang penahan hanya cocok jika penahannya mempunyai permukaan

yang cukup tegak.

Lubang Orang

Lubang orang melayani dalam dua tujuan adalah :

Sistem drainase, yaitu menyediakan jalan masuk kedalam selokan drainase

untuk pembersihan.

Sebagai kotak pertemuan untuk cabang-cabang saluran drainase.

Street Inlet

Dalam kriteria struktur perencanaa sistem drainase ini diperlukan street inlet.

Street inlet berfungsi untuk menampung dan menyalurkan air hujan yang ada di

sepanjang jalan menuju saluran di tepi jalan.

Street inlet ini dan cekungan penampangnya harus mempunyai ukuran yang

memadai untuk menerima dan menyalurkan limpasan potensial yang dihitung tanpa

menyebabkan luapan. Konstruksinya harus berdaya tahan tinggi sehingga tidak

terkikis dan dapat menerima beban potensial tanpa resiko ambruk.

Ada beberapa street inlet, yaitu :

Crub opening inlet, merupakan lubang yang vertikal terletak pada sisi trotoar.

Inlet ini digunakan jika kemiringan memanjang jalan, datar dan kemiringan

melintang jalan, terjal.

14Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 15: teori drainase nisa

Drainase

Gutter inlet, jika kemiringan melintang jalan, datar dan kemiringan memanjang

terjal.

Combination inlet multiple, merupakan kombinasi antara kedua jenis diatas

BAB IV

DASAR-DASAR PERENCANAAN

4.1 Prinsip Drainase yang Diterapkan

15Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 16: teori drainase nisa

Drainase

Prinsip pengaliran drainase diperlukan supaya jalur yang dibuat dapat

mengalirkan air hujan tanpa menyebabkan genangan air dengan secepat mungkin,

maka prinsip pengalirannya adalah sebagai berikut :

1. Pengaliran air hujan dari tempat jatuh sampai dengan kebadan air harus secepat

mungkin

2. Jalur pembuangan akhir harus sedekat mungkin

3. Daerah pengaliran sekecil mungkin

4. Kapasitas saluran harus mencukupi untuk menampung dan mengalirkan

limpasan permukaan dari daerah tangkapan

5. Kecepatan air dalam saluran tidak boleh mengakibatkan kerusakan saluran

pengendapan

6. Kemiringan saluran diusahakan mengikuti permukaan tanah, maka bila daerah

yang kemiringannya cukup besar, kemiringan saluran berdasarkan kecepatan

maksimum yang diijinkan

4.2 Persyaratan Sistem Drainase

Persyaratan sistem drainase dalam tugas ini yaitu :

1. Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase

sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya

guna

2. Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor

ekonomi dan faktor keamanan

3. Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai

ekonomis terhadap sistem drainase tersebut

4. Sebagai bagian dari sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai

pengumpul drainase

5. Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal tetapi harus

tetapi harus tetap diperhatikan dalam perencanaan untuk tempat air keluar.

16Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 17: teori drainase nisa

Drainase

4.3 Data-data yang Diperlukan

Saluran drainase yang direncanakan untuk mengalirkan air hujan harus

memenuhi syarat-syarat perencanaan drainase, maka diperlukan data-data sebagai

berikut :

1. Data Primer

Adalah data yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan drainase perkotaan,

yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup :

a. Data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi daerah perencanaan,

meliputi : Luas daerah tangkapan, curah hujan, kemampuan daya serap atau

permeabilitas tanah

b. Data keadaan fungsi, sistem, seometri dan dimensi saluran

c. Data pengaliran sungai atau saluran : Topografi, hidrologi, morfologi sungai, sifat

sungai, tata guna lahan

d. Data Prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang di rencanakan.

2. Data sekunder

Adalah data tambahan yang dipergunakan dalam perencanaan drainase

perkotaan yang sifatnya menunjang dan atau melengkapi data primer, terdiri atas :

a. Rencana pengembangan kota

b. Geoteknik

c. Foto udara

d. Pembiayaan

e. Kependudukan

f. Institusi atau kelembagaan

g. Sosial ekonomi

h. Peran serta masyarakat

i. Keadaan kesehatan lingkungan pemukiman

4.4 Tahapan Perencanaan Drainase

Tahapan Drainase dibagi menjadi dua yaitu :

17Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 18: teori drainase nisa

Drainase

1. Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan

- Mengevaluasikan, menganalisis secara sistematis, mengolah data dan informasi

yang telah ditentukan

- Membuat alternatif-alternatif solusi atau pemecahan persoalan dari masalah yang

dihadapi, termasuk didalamnya menentukan skala prioritas dari tahapan

pelaksanaan pekerjaan yang akan dijalani. Skala prioritas biasanya diukur dari

beberapa parameter, yaitu : kualitas genangan yang terjadi,frekuensi genangan

dalam kurun waktu satu tahun. Kerugian finansial dan ekonomi yang ditimbulkan

serta gangguan sosial

- Membuat perhitungan-perhitungan hidrologi, hidrolika dan struktur konstruksi

dan selanjutnya perhitungan-perhitungan tersebuit digunakan untuk membuat

rencana dan gambar lebih detail mengenai letak saluran, kemiringan saluran, jenis

konstruksi dan ukuran profil melintang

2. Tahap Pemeliharaan

- Pemeriksaan atau pengontrolan terhadap kondisi sistem drainase secara berkala

atau jangka waktu tertentu

- Mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap bagian sistem yang mengalami

kerusakan

4.5 Faktor-faktor Umum

Faktor-faktor yang terkait dalam perencanaan drainase antara lain :

1. Faktor Sosial Ekonomi

- Pertumbuhan penduduk

- Kebutuhan nyata dan prioritas daerah

- Keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota

- Ketersediaan dan tata guna tanah

- Pertumbuhan fisik kota dan ekonomi pedesaan

18Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 19: teori drainase nisa

Drainase

2. Faktor Medan dan Lingkungan

- Topografi, keberadaan jaringan saluran, drainase, jalan, sawah, perkampungan,

laut, pantai, tata guna tanah, pencemaran lingkungan, estetika, dan sebagainya

yang mempengaruhi dan dipengaruhi sistem drainase perkotaan perlu

dipertimbangkan dan di perhitungkan dalam perencanaan

- Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah

lereng pegunungan agar diperhitungkan terhadap masalah longsor yang

disebabkan oleh kandungan air tanah.

- Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah datar

agar diperhitungkan tersedianya air penggelontor untuk mengatasi kemungkinan

pengendapan dan pemcemaran

- Dalam merencanakan sistem drainase perkotaan yang terletak pada daerah yang

terkena pengaruh pengepangan dari laut, danau atau waduk dan sungai agar

diperhitungkan tehadap pembendungan atau pengempangannya.

4.6 Dasar Kriteria Perencanaan

4.6.1 Pertimbangan Teknik

1. Aspek Hidrologi, meliputi :

a. Penentuan debit rencana agar dihitung melalui lengkung kekerapan durasi

deras hujan

b. Penentuan Debit desain dan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota,

macam daerah, macam saluran

c. Penetapan karakteristik daerah aliran, berupa luas daerah aliran, koefisien

aliran, dan penetapan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota dan

daerah

d. Drainase perkotaan yang menggunakan bangunan stasiun pompa, perlu

mempertimbangkan penyediaan waduk atau kolam tandon dan

memperhitungkan volume total aliran serta waktu konsentrasi curah hujan.

19Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 20: teori drainase nisa

Drainase

2. Aspek Hidrolik

a. Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari pada

kecepatan maksimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan

b. Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari pada

kecepatan minimum yang dizinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan

pertumbuhan tanaman air

c. Bentuk penampang saluran agar dipilih tanpa segi-empat, trapesium,

lingkaran, bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau

kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut

d. Saluran sebaiknya dibuat dengan bentuk majemuk, terdiri atas saluran kecil

dan saluran besar, guna mengurangi beban pemeliharaan

e. Kelancaran pengaliran air dari jalan kedalam saluran drainase agar

dilewatkan melalui lubang pematus yang berdimensi dan berjarak

penempatan tertentu

f. Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan lubang

pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria desain sesuai dengan

macam kota, daerah, macam saluran.

3. Aspek Struktur

a. Jenis dan mutu bahan bangunan agar dipilih sesuai dengan persyaratan

desain, tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh

b. Kekuatan dan kestabilan bangunan agar diperhitungkan sesuai dengan umur

layanan yang ditentukan.

4.7 Sistem Drainase yang di terapkan

Sistem Drainase yang diterapkan dalam perencanaan kota ini yaitu merupakan

sistem drainase perkotaan. Sistem drainase perkotaan dapa dijelaskan sebagai

berikut :

a. Ditinjau dari segi fisik, sistem drainase perkotaan terdiri atas saluran primer,

sekunder, tersier dst.

20Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 21: teori drainase nisa

Drainase

b. Ditinjau dari segi fungsi pelayanan, sistem drainase perkotaan terdiri atas

sistem drainase utama dan lokal.

c. Drainase perkotaan agar direncanakan sebagai sistem drainase terpisah pada

keadaan tertentu dan mendesak, sistem drainase gabungan boleh

direncanakan dengan melalui koordinasi dengan instansi yang berwenang.

d. Saluran drainase perkotaan dapat direncanakan sebagai saluran terbuka atau

saluran tertutup dengan mempertimbangkan terhadap faktor tersedianya tanah

dan keadaan alam setempat, pembiayaan, operasi dan pemeliharaan.

BAB V

PERHITUNGAN

5.1 Perhitungan Curah Hujan

Untuk perencanaan ini akan dipakai metode Gumbel dan metode Distribusi Loq

Person Tipe, kemudian dari hasil perhitungan curah hujan dengan dua cara ini akan

dipilih hasil metode curah hujan yang nilainya paling kecil dari 2, 5 dan 10 tahun.

21Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 22: teori drainase nisa

Drainase

Dalam perencanaan ini setelah dihitung dengan kedua metode yang paling

memungkinkan adalah curah hujan dengan metode Distribusi Loq Person Tipe.

5.1.2 Metode Gumbel

Tabulasi perhitungan dapat di lihat pada tabel D.1.a Data curah Hujan metode

Gumbel.

- Persamaan gumbel untuk kala ulang Tr :

Sx = Σ( X i- X )2

n-1

Dimana : X = X rata – rata tahunan

Sx = simpangan baku

n = jumlah data

Xt = X + K x (Sx)

Xt = X + ((Yt-Yn)/Sn) x (Sx))

Dimana : Xt = curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T

Yn dan Sn = besaran yang merupakan fungsi dari n

n = jumlah data

Sx = simpangan baku

Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas

- Perhitungan curah hujan untuk perencanaan 2, 5 dan 10 tahun :

Sx = Σ( X i- X )2

n-1

22Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 23: teori drainase nisa

Drainase

Rumus PUH t

Xt = X + ((Yt-Yn)/Sn) x (Sx))

Dimana : Xt = periode ulang hujan untuk kala ulang T

Yn, Sn = besaran yang merupakan fungsi dari n

Sx = simpangan baku

Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas

Tabel 5.1 Variasi Nilai Yt

Xt = X + ((Yt-Yn)/Sn) x (Sx))

Metode Log Person

Tabulasi perhitungan dapat dilihat dalam tabel D.1.b Data Curah Hujan Metode Distribusi Loq Person.

Loq XTR = LoqX + KTR (SloqX)

Loq X = Σ Loq Xi /n

S Loq X = ((Σloq Xi – Loq X)2))

n -1

qLog X = (n(Σloq Xi – Loq X)3))

(n -1) (n -2) (SloqX)3

Dimana : Kr = faktor penyimpangan K untuk T tertentu

X = rata–rata tahunan

XTR = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas

n = jumlah data

- Perhitungan curah hujan untuk perencanaan 2, 5 dan 10 tahun

Loq X = Σ Loq Xi /n

23Nisa Noor Fadhila Soeseno

Periode Ulang ( tahun ) Variasi Yang berkurang

2 0.3668

5 1.5004

10 2.2510

Page 24: teori drainase nisa

Drainase

S Loq X = ((Σloq Xi – Loq X)2))=

n-1

q Log X = (n(Σloq Xi – Loq X)3)) =

(n -1)(n -2)(SloqX)3

q Loq X = 0

Loq XTR = Loq X + KTR (S loq X)

5.2 Intensitas Hujan

Intensitas hujan (I) adalah laju rata-rata hujan yang lamanya sama dengan lama

waktu konsentrasi dengan masa hujan tertentu. Lama waktu konsentrasinya untuk

berbagai daerah didalam kota adalah berbeda–beda.

Intensitas hujan akan dicari untuk tiap PUH yaitu 2, 5 dan 10 tahun masing–

masing PUH dengan durasi yang sama (1 menit s.d 59 menit). Kemudian akan dicari

intensitas curah hujan dengan menggunakan cara Talbot, Sherman dan Ishiguro. Dari

ketiga metode ini akhirnya akan diperoleh rumus intensitas hujan. Dengan

memasukkan nilai t (durasi) ke dalam rumus tersebut, maka akan diperoleh intensitas

hujan dengan durasi yang berbeda–beda dan untuk PUH yang berbeda pula.

Tabel 5.2 Konstanta nilai a dan b

t (menit) A b1 5.85 21.65 29.1 11610 73.8 25415 138 42420 228 63625 351 90930 524 127235 774 178140 1159 254445 1811 381650 3131 6360

24Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 25: teori drainase nisa

Drainase

55 7119 1399259 39083 75048

- Langkah perhitungannya adalah :

R = a x R24

B + R24

I = R x 60

t

Dimana :

R24 = data curah hujan (mm)

R24 diperoleh dari perhitungan curah hujan yang tepilih yaitu

metode distribusi log person.

t = waktu lamanya hujan

I = intensitas hujan (mm/jam)

a, b = konstanta yang diperoleh dari data untuk menghitung

intensitas hujan

contoh perhitungan intensitas hujan t = 1 menit untuk PUH 2,5

dan 10 tahun :

2 tahun, R = (5,85 x 187,93) / (21,6 x 187,93) = 5,25 mm

I = (60 /1) x 5,25 mm = 314,28 mm/jam

5 tahun, R = (5,85 x 199,07) / (21,6 x 199,07) = 5,28 mm

I = (60 / 1) x 5,28 mm = 316,64 mm/jam

10 tahun, R = (5,85 x 205,12) / (21,6 x 205,12) = 5,29 mm

I = (60 / 1) x 5,29 mm = 317,56 mm/jam

5.3 Perhitungan 3 Jenis Persamaan Intensitas Hujan

Dalam perhitungan 3 jenis persamaan intensitas hujan, ada 3 jenis persamaan

yang akan digunakan yaitu Talbot, Sherman dan Ishiguro.

1. Rumus Talbot

25Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 26: teori drainase nisa

Drainase

I= a

t+b

a = (Σ(I x t) x Σ(I2) - Σ (I2 x t) x Σ(I)) / (n x Σ (I2) – Σ(I) x Σ (I))

b = (Σ(I x t) x Σ(I) – Σ(I2 xt) x n) / (n x Σ(I2) –Σ (I) x Σ(I))

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

T = Lamanya waktu curah hujan

N = jumlah waktu hujan dalam perencanaan ini = 13

2. Rumus Sherman

I = a/tn

Loq a = Σ(loq I) x Σ(loq t)2 – Σ(loq t x loq I) x Σ(loq t)

n x Σ(loq t)2 – Σ(loq t) x Σ(loq t) x Σ(loq t)

n = Σ(loq I) x Σ(loq t) – n x Σ(loq t x loq I)

n x Σ(loq t)2 – Σ(loq t) x Σ(loq t)

3. Metode Ishiguro

I = a / (t) + b

a = (Σ(I x I x t) x Σ(I2) –Σ (I2 x t ) x Σ I )/ ( n x Σ (I2) – Σ(I)x Σ (I)

5.4 Perhitungan Deviasi dari ke 3 Jenis Persamaan

Perhitungan deviasi ini dimaksudkan untuk memilih metode yang terbaik pada

setiap PUH. Metode yang terpilih merupakan metode yang mempunyai standar

deviasi yang terkecil. Perhitungan deviasi dari 3 jenis metode dan intensitas hujan

dapat dilihat pada tabel D.1.e dan metode yang terpilih pada tabel D.1.f.

Rumus :

Δ=1

n∑i=1

n

(Ii−I )= 1N∑i=1

n

αi

Dimana :

26Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 27: teori drainase nisa

Drainase

N (jumlah data ) = 20

Ii =Perhitungan intensitas hujan dengan rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro.

5.5 Perhitungan Debit Air Saluran

Dalam perencanaan sistem drainase diperlukan analisa hidrologis yang

menyangkut curah hujan. Analisa curah hujan tersebut diperlukan untuk

memperkirakan debit banjir yang akan ditampung oleh masing-masing saluran.

Dalam perhitungan debit puncak diperlukan metode rasional yang berdasarkan

pengalaman bisa dipergunakan dengan ketelitian yang baik.

1) Debit Puncak

Rumus :

Q = (Cr x I x Σ A kumulatif )/360

Dimana :

Q = debit puncak (m3/dtk)

I = intensitas hujan maksimum selama waktu yang sama dengan lama

waktu (mm/jam)

2) A : Luas daerah aliran (Ha)

3) Σ A : Kumulatif luas daerah dalam satu cacthment area ( Ha )

4) C : Konsentrasi pengaliran

Angka Pengaliran C

Angka pengaliran untuk suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

Karakteristik air hujan

Intensitas hujan dan lama waktu hujan

Distribusi hujan

Topografi

27Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 28: teori drainase nisa

Drainase

Keadaan tumbuh-tumbuhan dan perubahan-perubahan karena aktifitas

manusia.

pengaliran (C).

Tabel Hubungan Kondisi Permukaan tanah dan Koefisien Pengaliran (c)

Kondisi Permukaan Tanah Nilai c

Jalan Beton dan jalan aspal 0,70 – 0,95

Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40 – 0,70

Kondisi Permukaan Tanah Nilai c

Bahu jalan:

Tanah berbutir halus

Tanah berbutir kasar

Batuan massif keras

Batuan massif lunak

0,40 -0,65

0,10 – 0,20

0,70 – 0,85

0,60 – 0,75

Daerah perkotaan 0,70 – 0,95

Daerah pinggir kota 0,60 – 0,70

Daerah industri 0,60 – 0,90

Pemukiman padat 0,40 – 0,60

Pemukiman tidak padat 0,40 – 0,60

Taman dan kebun 0,20 – 0,40

Persawahan 0,45 – 0,60

Perbukitan 0,70 – 0,80

Pegunungan 0,75 – 0,90

Sumber : SNI 03.3424.1994

5) Cr ( C rata-rata ), didapat dari Σ A/( c x A )

6) Ho1, merupakan elevasi muka tanah dari awal limpasan atau titik terjauh dari

akhir limpasan

7) Ho2, merupakan elevasi muka tanah akhir limpasan.

8) Panjang limpasan (Lo)

28Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 29: teori drainase nisa

Drainase

Dihitung dari sisi terjauh bangunan ke saluran drainase terdekat.

9) Panjang saluran (Ld)

Adalah panjang saluran yang direncanakan untuk melayani suatu

daerah.

10) Kemiringan medan limpasan ( Slope )

Menghitung kemiringan medan limpasan dengan mengukur ketinggian

saluran dan ketinggian titikterjauh suatu daerah kemudian mengukur panjang

lintasan dari titik yang terjauh ke saluran.

Rumus :

So = (Ho2 - Ho1) / Lo

11) Lama Waktu Konsentrasi

Adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh air hujan untuk mengalir pada

suatu titik tinjauan.

Lama waktu konsentrasi (Tc) terdiri atas waktu yang diperlukan air untuk

mengalir melalui permukaan tanah dari titik yang terjauh sampai masuk ke

saluran terdekat (to) dan waktu untuk mengalir dalam saluran ketempat yang

diukur (td).

Rumus :

to untuk daerah pengaliran 300 m

to = [(3.26 (1.1 – C) x (Lo)1/2] / So1/3

to untuk daerah pengaliran 300 L 1000 m

to = [108 n (Lo)1/3] / So1/3

td = Ld / Vd

tc = to + td

to’

to’ didapat dari : pada saluran awal nilai to yang terbesar dari daearah

yang dialiri oleh salurannya. Sedangkan pada jalur selanjutnya sampai

29Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 30: teori drainase nisa

Drainase

ke pembuangan to’ dibandingkan dengan to saluran selanjutnya

dengan tc pada saluran sebelumnya.

12) Kecepatan Aliran ( m/detik )

Kecepatan aliran di dalam suatu saluran ditentukan berdasarkan kecepatan

minimum dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan sesuai dengan bahan

saluran yang dipergunakan. Kriterianya 0.6 – 3 m/dtk.

13) PUH ( tahun ), digunakan periode 2, 5, 10 tahun. Pada jalan raya sebaiknya

digunakan PUH yang lebih besar.

14) I ( Intensitas ) ( mm/jam )

Adalah besarnya intensitas rata-rata hujan yang diperlukan dari lamanya hujan

dan waktu konsentrasi.

Untuk I dari metode yang terpilih pada perencanaan ini adalah

metode ishiguro, dengan rumus :

I = a/(tc1/2 )+ b

KETERANGAN TABEL D.2

Perhitungan Debit Saluran

Kolom 1&2 : jalur saluran, sesuai dengan peta

Kolom 3 : daerah pengaliran

Kolom 4 : peruntukan

Kolom 5 : luas wilayah dalam Ha

Kolom 6 :sigma A

Kolom 7 :koefisien runoff/angka pengaliran

Kolom 8 : [5] x [7]

Kolom 9 : sigma C x A

30Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 31: teori drainase nisa

Drainase

Kolom 10 : sigma C x A kumulatif

Kolom 11 : Cr

Kolom 12 : elevasi muka tanah awal limpasan

Kolom 13 : elevasi muka tanah akhir limpasan

Kolom 14 : panjang limpasan

Kolom 15 : {[12]-[13]}/[14]

Kolom 16 : (108*0.015*([14]^0.33))/([15]^0.33)

Kolom 17 : panjang saluran

Kolom 18 : kecepatan asumsi saluran

Kolom 19 : {[17]/[18]}/60

Kolom 20 : - untuk awal pipa ambil to di kolom 19 yang paling besar

- untuk pipa selanjutnya pilih yang paling besar antara kolom [19]

pada jalur tersebut dengan kolom [21] jalur sebelumnya

Kolom 21 : [19] + [20]

Kolom 22 : PUH yang digunakan

Kolom 23 : a

Kolom 24 : b

Kolom 25 : [24][21] + [24] ( Ishogiro )

Kolom 26 : {[11] x [25] x [6]}/360

5.6 Perencanaan Dimensi Saluran

Profil saluran yang dipergunakan adalah berbentuk segi empat dengan dua tipe.

Pertama asumsikan besar dari y (ketinggian muka air)’

31Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 32: teori drainase nisa

Drainase

Kemiringan dasar dan kemiringan dinding sesuai dengan kondisi yang ada.

Perhitungan dimensi saluran diperhitungkan dengan menggunakan rumus Manning.

Rumus ini memperhitungkan kemiringan muka air (slope, kekasaran dinding) dasar

saluran dan jari – jari hidrolis untuk mendapatkan kecepatan aliran.

Perhitungannya dapat dilihat pada tabel D.3 dengan keterangan :

1) Q (m3/dtk ), diambil pada tabel D.2

2) h1 merupakan elevasi awal saluran

3) h2 merupakan elevasi akhir saluran

4) L ( m ) merupakan jarak antar saluran

5) Slope Tanah ( % )

Slope = h1 – h2/L

6) Slope Saluran ( % )

Slope saluran diusahakan agar sama dengan slope tanah tetapi dapat diubah

jika diperlukan untuk memenihu kriteria perencanaan.

7) b ( lebar saluran ) ( m ), besarnya b dapat diasumsikan sesuai dengan

perencanaan yang dibutuhkan.

8) Y ( tinggi muka air )

Nilai Y dapat disumsikan sesuai kebutuhan.

9) Ambang bebas (Freeboard)

Ambang bebas pada saluran adalah jarak vertikal dari permukaan tertinggi

saluran ke permukaan air didalam saluran pada kondisi perencanaan. Tinggi

ambang bebas dapat diambil (0.10 – 0.50) m.

10) H ( tinggi saluran )

Rumus : Y + F

11) R ( jari-jari hidrolis ) ( m )

Rumus : ( b x Y )

2 ( b + Y )

12) V max, diambil dari tabel D.2

32Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 33: teori drainase nisa

Drainase

13) V check, kecepatan aliran (m/dtk)

Rumus Manning :

Q = 1/n x A x R2/3 x S1/2

V = 1/n x R2/3 x S1/2

Dimana :

Q = Debit (m3/dtk)

V = kecepatan aliran (m/dtk)

A = luas penampang basah (m2)

R = jari-jari hidrolik (m)

S = kemiringan dasar saluran

n = koefisien kekasaran dinding

Tabel Kekasaran Dinding saluran

Jenis Saluran (n)

Pasangan beton 0.015

Pasangan batu kali 0.o46

Pasangan batu kali diplester 0.025

Saluran tanah 0.035

Saluran alam 0.045

14) A ( m² )

Rumus : b x Y

15) Qcheck

Rumus : Vcheck x A

KETERANGAN TABEL D.3

Perhitungan Dimensi dan Saluran Drainase

Kolom 1&2 : jalur saluran sesuai dengan peta

Kolom 3 : Q dari D.2

33Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 34: teori drainase nisa

Drainase

Kolom 4 : Slope tanah

Kolom 5 : Slope saluran

Kolom 6 : Y, [8]-[7]

Kolom 7 : F, disumsikan 0.1– 0. m5

Kolom 8 : asumsi

Kolom 9 : b , diasumsikan

Kolom 10 : [9][6]/[9] + 2x[6]

Kolom 11 : Vd, diambil dari D.2

Kolom 12 : Vcheck ( manning ) = 1/n x [10]2/3 x [5]1/2

Kolom 13 : panjang saluran

Kolom 14 : A, [9] x [6]

Kolom 15 : [12] x [14]

5.7 Perhitungan Elevasi Permukaan Saluran

Dengan menggambarkan elevasi dasar permukaan saluran dapat terlihat

kemiringan saluran, tinggi air, dan tinggi saluran, juga terlihat apakah aliran mengalir

secara gravitasi atau menggunakan pompa untuk mengalirkannya ke badan air.

Tabulasi dapat dilihat pada tabel D.4

1) Elevasi dasar saluran

Elevasi dasar saluran awal = Elevasi tanah – H

Elevasi dasar saluran akhir = Elevasi dasar saluran awal –

(S x L)

2) Elevasi muka air

Elevasi muka air awal ( hanya jalur pertama) = elevasi

dasar saluran awal + Y

34Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 35: teori drainase nisa

Drainase

Elevasi muka air awal untuk jalur selanjutnya sesuai

dengan nilai tiap saluran dari sebelumnya.

Elevasi muka air akhir = elevasi dasar saluran akhir + Y

3) Kedalaman galian

Kedalaman galian awal = Elevasi tanah awal – elevasi

dasar saluran awal

Kedalaman galian akhir = Elevasi tanah akhir – elevasi dasar

saluran akhir

KETERANGAN TABEL D.4

Perhitungan Kedalaman Saluran

Kolom 1&2: jalur sesuai dengan peta

Kolom 3 : Y dari tabel D.2

Kolom 4 : F dari tabel D.2

Kolom 5 : H dari tabel D.2

Kolom 6 : b dari tabel D.2

Kolom 7 : V dari tabel D.2

Kolom 8 : L dari tabel D.2

Kolom 9 : slope saluran dari tabel D.2

Kolom 10 : elevasi tanah awal

Kolom 11 : elevasi tanah akhir

Kolom 12 : [10]-[5]

Kolom 13 : [12]-{[9]x[8]}

Kolom 14 : [12]+[3]

Kolom 15 : [13] +[3]

35Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 36: teori drainase nisa

Drainase

Kolom 16 : [10] – [12]

Kolom 17 : [11] – [13]

Kolom 18 : Keterangan

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Indonesia terletak di daerah tropis dan terletak di garis khatulistiwa, sehingga

memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dengan demikian

negara kita ada musim hujan yang cukup lama, sehingga pengetahuan drainase sangat

penting untuk :

menghindarkan terjadinya banjir

keberhasilan tanaman pertanian, tanaman pangan, tanaman-tanaman, dan

penghijauan

36Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 37: teori drainase nisa

Drainase

kenikmatan penghuni rumah pada daerah pemukiman

Masalah drainase dapat menjadi masalah yang serius bila tidak ditangani

dengan baik. Selain itu masalah drainase dapat mengakibatkan dampak negatif yang

merugikan, terutama dalam hal ekonomi, keselamatan jiwa dan dalam segi pelestarian

lingkungan dan ekosistem.

Perencanaan sistem drainase pada kota Bumi Trisakti Damai adalah

menggunakan metode terpisah antara sistem penyaluran air buangan dengan sistem

drainasenya. Perencanaan drainase kota Bumi Trisakti Damai ini menggunakan

sistem pengaliran terbuka.

Perencanaan sistem drainase kota Bumi Trisakti Damai telah mengikuti standar

dan ketentuan yang berlaku. Persyaratan dan ketentuan yang diikuti antara lain

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan berbagai ketentuan teknis yang

harus dipatuhi dalam perencanaan sistem drainase di manapun.

6.2 Saran

Untuk mendapatkan desain dan perhitungan yang tepat diperlukan ketelitian,

baik dalam memilih jalur, meletakkan manhole, memilih penampang saluran dan

merencanakan debit dan kecepatan. Dengan demikian diharapkan masalah drainase

dapat diatasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan gangguan yang berarti.

37Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 38: teori drainase nisa

Drainase

DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, M. Amis et al. 1978. Water Supply Engineering. Michigan : Design Ann

Arbor Science.

Departemen Pemukiman dan Prasarana Wliayah. 1998. Petunjuk Teknis Perencanaan

Induk dan Studi Kelayakan Sistem Penyedotan Air Minum Kota. Jakarta

Luthin, James N. 1970. Drainage Engineering. New Delhi : Wiley Eastern Private

Limited.

38Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 39: teori drainase nisa

Drainase

Metcalf and Eddy. 1991. Wasterwater Engineering. McGraw-Hill International

Edition.

Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

39Nisa Noor Fadhila Soeseno

Page 40: teori drainase nisa

Drainase

40Nisa Noor Fadhila Soeseno