i n d u s t r i - kementerian ppn/bappenas :: home · web viewpaket kebijaksanaan 24 desember 1987...

70
I N D U S T R I

Upload: hoangdat

Post on 28-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

I N D U S T R I

Page 2: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong
Page 3: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

BAB VIII

I N D U S T R I

A. PENDAHULUAN

Hasil pembangunan sektor industri yang dicapai dalam ta-hun keempat Repelita IV telah menunjukkan semakin meningkat-nya peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi nasio-nal. Perkembangan yang mantap dalam proses industrialisasi ini sangat penting dalam menentukan kepastian arah menuju terwujudnya struktur ekonomi yang kokoh seperti yang diama-natkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, yaitu tumbuhnya sektor industri yang maju yang didukung oleh sektor pertanian yang tangguh dan semakin seimbangnya peranan antara pertanian dan industri. Peningkatan yang terjadi di sektor industri selama tahun 1987/88 telah semakin memberikan hasil positif terhadap usaha-usaha peningkatan nilai tambah, peningkatan devisa negara, baik melalui usaha peningkatan ekspor hasil industri maupun melalui penghematan devisa dengan semakin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri dari hasil produksi sen-diri, dan dengan terangsangnya pertumbuhan di sektor-sektor lainnya serta adanya perluasan kesempatan kerja.

Perkembangan yang sangat menggembirakan dari sektor in-dustri dalam tahun 1987/88 antara lain merupakan hasil dari rangkaian kebijaksanaan baru yang diambil sejak beberapa tahun terakhir ini dalam upaya penciptaan iklim industri yang semakin mendukung. Di antara kebijaksanaan yang dimaksud ialah paket kebijaksanaan 6 Mei 1986, kebijaksanaan devaluasi pada bulan September 1986, paket kebijaksanaan 25 Oktober

VIII/3

Page 4: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

1986, dan paket kebijaksanaan 15 Januari 1987 yang meliputi kebijaksanaan di empat jenis industri, yaitu industri tekstil, industri baja, industri mesin dan mesin listrik. Paket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih men-dorong pertumbuhan sektor industri, terutama dalam rangka peningkatan ekspor hasil industri. Di samping itu, secara intensif dilaksanakan pula upaya peningkatan dalam hal pene-rapan Pola Pengembangan Industri Nasional yang berintikan 6 butir kebijaksanaan pokok, yaitu:

1. Pendalaman dan pemantapan struktur industri yang sejauh mungkin dikaitkan dengan sektor ekonomi lainnya seperti sektor pertanian, kehutanan dan pertambangan dan terutama ditujukan pada pengembangan industri dasar dan beberapa jenis industri dari kelompok industri hilir (aneka).

2. Prioritas pengembangan industri permesinan dan elektronika yang diarahkan pada komoditi industri yang mempunyai pasaran yang jelaa, berulang dan meningkat. Pendekatannya dilakukan melalui program standardisasi dan sejauh mungkin dilandasi oleh pengusaan rancang bangun dan perekayasaan.

3. Usaha pengembangan industri kecil yang diutamakan pada usaha pemecahan masalah pemasaran melalui sistem Bapak-Angkat dan bimbingan teknik produksi. Sementara itu, jalur pembinaannya dilakukan melalui sentra-sentra industri kecil yang kemudian secara bertahap diarahkan untuk membentuk koperasi, yaitu Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan atau Kopinkra.

4. Usaha pengembangan ekspor komoditi industri yang teru-tama ditujukan terhadap komoditi industri yang mempunyai daya asing yang kuat dan diperkirakan tidak akan ter-hambat oleh adanya usaha proteksi oleh negara tujuan ekspor.

5. Peningkatan penguasaan teknologi dalam rancang bangun dan perekayasaan yang terutama dilakukan dalam pembuatan mesin-mesin dan peralatan pabrik dan pembangunan pabrik secara utuh.

6. Pelaksanaan pengembangan kemampuan wiraswasta dan para tenaga profesi yang dimulai dari tingkat manajemen,

VIII/4

Page 5: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

tenaga ahli, tenaga terampil dan sebagainya. Dalam hal ini didorong pula partisipasi masyarakat secara luas untuk mengembangkan lembaga pendidikan.

Dalam tahun 1987 produksi sektor industri pada umumnya mengalami kenaikan yang berarti baik dalam volume maupun dalam nilai produksi bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada tahun 1986. Pertumbuhan industri non migas pada tahun 1987 atas dasar harga konstan 1983 adalah 7,1% (angka sementara). Ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan industri non migas pada tahun 1986 yang atas dasar harga konstan 1983 besarnya 4,9%. Nilai produksi industri atas dasar harga berlaku pada tahun 1986 mencapai Rp 34.505,7 milyar, sedangkan nilai produksi yang dicapai pada tahun 1987 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 43.351,6 milyar, atau menunjukkan kenaikan sebesar 25,6%. Seperti yang terjadi pada tahun sebelumnya, dalam tahun 1987 sumbangan nilai produksi terbesar tetap berasal dari hasil produksi kelompok aneka industri, yaitu sebesar 52,7% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya berturut-turut diikuti oleh hasil kelompok industri kecil sebesar 20,8%, kelompok industri mesin dan logam dasar sebesar 14,9% dan hasil kelompok industri kimia dasar sebesar 11,6%.

Sementara itu, dari sejumlah 313 komoditi industri yang dihasilkan dalam tahun 1987 sebanyak 111 komoditi di antara-nya telah mengalami kenaikan nilai produksi di atas 30%, sebanyak 66 komoditi mengalami peningkatan nilai produksi yang berkisar antara 10% sampai 30% dan sebanyak 36 komoditi menunjukkan kenaikan nilai produksi di bawah 10%; masing-masing dibandingkan dengan nilai produksi yang dicapai pada tahun 1986. Perkembangan nilai produksi tersebut antara lain disebabkan oleh: (1) semakin luasnya pasar, baik dalam negeri maupun ekspor, serta meningkatnya produksi, baik dalam volume maupun jenis produk, sebagai akibat dari meningkatnya daya saing perusahaan dan daya beli masyarakat; (2) mening-katnya harga satuan produk, terutama karena adanya devaluasi rupiah pada tahun 1986 dan karena kenaikan harga bahan baku impor; dan (3) dihasilkannya produk-produk baru, antara lain kamera, chop stick, sorbitol, komponen kendaraan bermotor roda empat, seperti sistem transmisi, sistem kopling, sistem kemudi, kampas rem dan komponen kendaraan bermotor lainnya.

Sejalan dengan usaha peningkatan ekspor komoditi non migas maka dalam tahun 1987, ekspor hasil industri juga menunjukkan kenaikan nilai ekspor yang cukup tinggi. Di

VIII/5

Page 6: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

samping itu jumlah komoditi hasil industri yang telah dapat diekspor juga semakin meningkat dan meliputi produk-produk yang dihasilkan oleh industri kecil seperti gula aren, emping melinjo, sampai pada produk-produk hasil industri yang meng-gunakan teknologi canggih, seperti produk besi baja, bejana tekan, otomotif dan lain-lainnya. Bila dibandingkan dengan realisasi ekspor hasil industri pada tahun 1986 yang bernilai US$ 4.580 juta, maka nilai ekspor yang terealisasi dalam tahun 1987 adalah US$ 6.729 juta, yang berarti menunjukkan kenaikan sebesar 46,9%. Sementara itu, peranan ekspor hasil industri dalam tahun 1987 terhadap ekspor non migas telah meningkat menjadi 78,3% sedangkan peranannya terhadap ekspor keseluruhan menjadi sebesar 39,3%. Seperti pada tahun sebe-lumnya, pada tahun 1987 kelompok aneka industri tetap membe-rikan sumbangan terbesar dalam total nilai ekspor hasil industri, yaitu sebesar 68.6%. Dalam tahun 1987 kenaikan nilai ekspor kelompok aneka industri mencapai sekitar 50,5%. Sementara itu, ekspor hasil kelompok industri kecil dalam tahun 1987, yang bernilai US$ 615,4 juta, menunjukkan kenaik-an yang sangat tinggi, yaitu sekitar 91,1%, bila dibandingkan dengan nilai ekspor yang dicapai pada tahun sebelumnya. Pe-ningkatan ekspor hasil industri ini antara lain dimungkinkan pula oleh adanya kenaikan nilai tukar mata uang Yen dan menguatnya mata uang Korea dan Taiwan di samping oleh semakin kuatnya daya saing produk-produk industri Indonesia secara umum di pasaran internasional.

Dalam rangka peningkatan ekspor hasil industri, saat ini telah dapat diidentifikasikan komoditi-komoditi industri yang ekspornya dapat ditingkatkan dalam waktu yang relatif sing-kat, khususnya komoditi-komoditi yang mempunyai nilai tambah industri yang lebih tinggi. Produk-produk tersebut antara lain termasuk dalam: (1) hasil industri pengolahan kayu, seperti panel kayu, moulding, dowel, komponen mebel, alat peraga pendidikan dan alat-alat olahraga, chop stick, (2) hasil industri pengolahan rotan, seperti mebel, lampit, dan produk-produk hasil industri kecil, (3) hasil industri pengolahan kulit, seperti sepatu, tas, dan barang-barang dari kulit lainnya, (4) hasil industri pengolahan karet, seperti ban kendaraan bermotor, ban kendaraan alat besar/konstruksi, sepatu karet, alat olahraga, sarung tangan karet, dan kompo-nen kendaraan, (5) hasil industri pengolahan lanjut dari CPO, antara lain glycerol, asam lemak/soap stock, sabun stearin, lemak alkohol, dan (6) produk-produk dari industri pulp dan kertas, industri perhiasan, industri alat-alat transpor, industri makanan dan lain-lainnya.

VIII/6

Page 7: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Pengembangan sektor industri juga menunjukkan harapan yang semakin menggembirakan bila ditinjau dari penanaman modal yang terlaksana dalam tahun 1987. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan nilai investasi proyek-proyek indus-tri yang disetujui pada tahun tersebut, yaitu sebesar Rp 6.837 milyar dan US$ 1.308 juta, yang berarti meningkat sebesar 85% jika dibandingkan dengan nilai investasi yang terjadi pada tahun 1986. Dari jumlah investasi tersebut tampak bahwa peranan investasi swasta, termasuk kerjasama dengan modal asing, cukup besar, yaitu sekitar 77%. Dalam pada itu, investasi yang berkenaan dengan usaha pendalaman struktur industri juga menampakkan perkembangan yang mantap dengan terlaksananya pembangunan industri dasar tertentu, baik yang termasuk dalam kelompok industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar maupun industri dasar yang berada dalam lingkungan aneka industri, seperti industri serat sintetis tekstil.

Sejalan dengan perkembangan investasi sektor industri yang semakin meningkat sampai dengan tahun keempat Repelita IV, maka tenaga kerja yang dapat diserap sektor industripun, menunjukkan peningkatan. Secara kumulatif, selama 4 tahun terakhir (sampai dengan Desember 1987) penyerapan tenaga kerja tambahan oleh sektor industri hampir mencapai angka 2 juta orang. Dari jumlah tersebut, kelompok industri kecil mampu memberikan tambahan lapangan kerja baru bagi sekitar 1.270 ribu orang sehingga pada akhir tahun 1987 kelompok industri kecil ini telah mampu menampung tenaga kerja sekitar 5.700 ribu orang. Di samping itu, pertumbuhan sektor industri dapat pula berperan sebagai motor penggerak bagi sektor eko-nomi lainnya, seperti sektor pertanian, kehutanan, perhubung-an, perdagangan dan sektor jasa lainnya, sehingga pembangunan sektor industri dapat memberikan dampak pertambahan kesempatan kerja di sektor-sektor lain yang terkait.

Dalam pada itu, perkembangan penguasaan teknologi dalam rancang bangun dan perekayasaan pembuatan mesin dan peralatan pabrik dan pembangunan pabrik secara utuh tahap demi tahap telah pula menunjukkan kemajuan-kemajuan yang berarti, meski-pun pada umumnya perkembangan yang ada masih pada tahap awal. Teknologi rancang bangun dan perekayasaan ini pelaksanaannya telah mulai dirintis dan dikembangkan baik untuk industri-industri yang menggunakan teknologi canggih, seperti industri pupuk, industri kertas, industri semen, industri besi baja, maupun bagi industri dengan penguasaan teknologi yang lebih sederhana, seperti dalam industri-industri pengolahan karet,

VIII/7

Page 8: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

kayu, rotan, teh, gula, sepatu dan lain-lainnya. Bersamaan dengan usaha penguasaan teknologi rancang bangun dan pereka-yasaan dilaksanakan pula pengembangan pembuatan mesin dan peralatan pabriknya, terutama mesin-mesin atau pabrik yang mempunyai pasar yang jelas, berulang dan berkembang.

Meskipun pembangunan di sektor industri telah membawa banyak kemajuan-kemajuan yang berarti, namun beberapa perma-salahan yang masih ada memerlukan penanganan segera agar dapat memberikan arah bagi percepatan pembangunan industri dalam masa mendatang. Masalah yang masih dihadapi antara lain berkenaan dengan penguasaan teknologi pengolahan dan teknolo-gi produk yang menyangkut hal disain, standardisasi, dan pemilihan bahan baku/penolong. Apabila penguasaan teknologi-nya semakin berkembang, pada gilirannya akan dapat mendorong peningkatan efisiensi, mutu dan daya saing produk yang diha-silkan. Di samping itu dengan masih terdapatnya industri-industri yang beroperasi di bawah kapasitas terpasangnya, maka diperlukan usaha optimasi kapasitas nasional terpasang agar industri yang ada lebih berdaya guna. Demikian pula adanya kemungkinan timbulnya kelangkaan bahan baku industri, terutama yang juga merupakan komoditi ekspor dan bahan baku impor yang pemasokannya dari negara lain semakin terbatas, memerlukan penanganan sejak dini.

B. PERKEMBANGAN INDUSTRI MENURUT KELOMPOK INDUSTRI

1. Industri Mesin dan Logam Dasar

Perkembangan kelompok industri mesin dan logam dasar selama masa pembangunan empat tahun terakhir ini secara kese-luruhan telah menampakkan kecenderungan meningkat, baik dalam jumlah produksi maupun dalam jenis produk yang dihasilkan. Namun demikian dari tahun ke tahun dapat diamati masih terja-di fluktuasi dalam jumlah produksinya. Keadaan seperti inipun masih nampak pada perkembangan produksi yang terjadi dalam tahun 1987/88, khususnya untuk produk-produk yang termasuk dalam industri permesinan. Hal ini menunjukkan bahan perkem-bangan industri permesinan pada umumnya masih berada dalam tahap awal pengembangan, meskipun permintaan akan mesin dan peralatan baik oleh sektor industri sendiri maupun oleh sektor-sektor lain terus meningkat.

Produk-produk yang dihasilkan oleh industri logam dasar menunjukkan perkembangan yang semakin mantap. Mengingat seba-

VIII/8

Page 9: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

gian besar produk yang dihasilkan oleh kelompok industri mesin dan logam dasar berupa barang modal dan produk-produk antara bagi industri ataupun sektor lainnya, maka peranan kelompok industri ini cukup menentukan bagi keberhasilan proses industrialisasi yang sedang dilaksanakan. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah kebijaksanaan yang secara konti-nyu ditempuh sampai dengan tahun 1987/88 antara lain melipu-ti: (1) mengusahakan pengadaan bahan baku logam yang diper-lukan untuk pengembangan industri permesinan, (2) mengembang-kan jenis industri yang mempunyai pasar yang jelas dan beru-lang dan mempunyai rangkaian proses produksi yang panjang dan keterkaitan yang luas, (3) meningkatkan kemampuan perangkat lunak serta standardisasi, (4) mendorong pengembangan indus-tri-industri antara/komponen atau barang-barang setengah jadi guna memperkuat struktur industri dalam rangka meningkatkan keterkaitan, dan (5) meningkatkan ekspor komoditi kelompok industri mesin dan logam dasar. Di samping itu, kepada indus-tri-industri yang telah berdiri terus didorong dan diberi peluang seluas-luasnya untuk melaksanakan program rehabilita-si, restrukturisasi, diversifikasi dan perluasan.

Nilai produksi kelompok industri mesin dan logam dasar atas dasar harga berlaku pada tahun 1987 mencapai Rp 6.484 milyar. Dari jumlah tersebut, cabang industri logam dasar dan industri alat angkutan (tidak termasuk industri kereta api dan pesawat terbang) memberikan konstribusi terbesar, yaitu masing-masing sebesar 44,4% dan 43,1%. Nilai produksi indus-tri mesin listrik dan elektronika relatif masih kecil, tetapi dibandingkan dengan nilai produksi pada tahun 1986 kenaikan nilai produksinya tercatat paling tinggi di antara industri-industri lainnya, yaitu sebesar 59,9%. Secara keseluruhan, nilai produksi kelompok industri mesin dan logam dasar meng-alami kenaikan sebesar 34% bila dibandingkan dengan nilai produksi pada tahun 1986.

Pada tahun 1987 sebanyak 66 komoditi yang dihasilkan oleh kelompok industri ini menunjukkan peningkatan nilai produksi di atas 30% dan sebanyak 24 komoditi menunjukkan peningkatan nilai produksi yang berkisar antara 10% sampai dengan 30%. Nilai ekspor kelompok industri mesin dan logam dasar pada tahun 1987 mencapai US$ 479 juta; sekitar 93% dari jumlah tersebut diperoleh dari hasil ekspor industri logam dasar. Bila dibandingkan dengan hasil ekspor pada tahun sebe-lumnya, maka pada tahun 1987 nilai ekspor kelompok industri ini mengalami kenaikan sebesar 28%.

VIII/9

Page 10: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Perkembangan produksi beberapa komoditi yang termasuk dalam industri mesin dan logam dasar dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 tampak seperti tercantum dalam Tabel VIII-1.

Perkembangan produksi cabang industri mesin perkakas sampai dengan tahun keempat Repelita IV pada umumnya belum cukup mantap, kecuali produksi mesin freis yang selalu menun-jukkan peningkatan produksi. Penurunan produksi terjadi pada tahun 1987/88 untuk mesin gergaji, mesin tekuk, mesin gerinda meja dan mesin potong, yaitu masing-masing sebesar 13%, 57%, 88%, dan 64% bila dibandingkan dengan hasil produksi tahun 1986/87, padahal pada tahun-tahun sebelumnya~selalu menunjuk-kan kenaikan produksi. Sementara itu, kenaikan sekitar 77%, 2% dan 74% masing-masing dicapai dalam produksi mesin bubut, mesin bor meja dan mesin freis. Pada dasarnya, masalah pokok yang menyebabkan belum stabilnya produksi cabang industri mesin perkakas adalah lemahnya daya saing terhadap barang impor sebagai akibat masih tingginya komponen impor serta belum berkembangnya perekayasaan terutama untuk mesin perka-kas pemotongan logam.

Perkembangan cabang industri mesin dan peralatan perta-nian pada umumnya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali traktor mini. Namun produksi mesin perontok padi, polisher dan rice milling unit pada tahun 1987/88 masing-masing menunjukkan penurunan volume sebesar 59%, 20% dan 45% bila dibandingkan dengan hasil produksi tahun 1986/ 87. Produksi mesin pemipil padi yang pada tahun 1986/87 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan produksi pada tahun 1985/86, untuk tahun 1987/88 telah meningkat kembali sebesar 63% bila dibandingkan dengan tahun 1986/87, meskipun masih lebih rendah dari volume produksi yang dicapai pada tahun 1985/86.

Dalam pada itu, untuk mesin-mesin dan peralatan pertani-an yang cara pembuatannya menggunakan proses pengerjaan pelat, seperti rice milling unit, mesin pemipil padi dan mesin perontok padi, telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik dalam hal kemampuan pemabrikannya dan penguasaan perekayasaannya. Pada saat ini produk-mesin dan alat pertani-an yang dihasilkan sebenarnya telah mampu bersaing terhadap produk impor, kecuali traktor mini, namun karena kemampuan daya beli petani yang masih rendah maka perkembangan hasil produksi cabang industri ini menjadi terbatas.

VIII/10

Page 11: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Dalam cabang, industri alat berat dan konstruksi, bebera-pa jenis industri pada tahun 1987/88 mengalami penurunan pro-duksi yang cukup besar. Antara lain plate compactor, road/ vibro roller, dan excavator, masing-masing menurun sebesar 92%, 95% dan 18% bila dibandingkan dengan volume produksi pada tahun 1986/87. Sedangkan produksi motor grader dan mesin pencampur aspal pada tahun 1987/88 relatif sama dengan jumlah produksi yang dicapai pada tahun 1986/87. Perkembangan jenis-jenis industri seperti tersebut di atas pada umumnya dipenga-ruhi oleh kegiatan pembangunan jalan dalam dua tahun terakhir ini. Peningkatan volume produksi untuk bulldozer dan wheel loader pada tahun 1987/88, seperti juga pada tahun sebelum-nya, disebabkan adanya peningkatan permintaan dari sektor kehutanan. Produksi wheel loader dan bulldozer pada tahun 1987/88 tercatat masing-masing sebesar 113 unit dan 492 unit, yang berarti masing-masing menunjukkan kenaikan sekitar 21% dan 68% dibanding.dengan hasil produksi tahun sebelumnya. Di samping itu, produksi mesin pemecah batu dan. forklift untuk tahun keempat Repelita IV menunjukkan kenaikan yang sangat tajam, yaitu masing-masing sebesar 162% dan 226% bila diban-dingkan dengan jumlah produksi pada tahun sebelumnya.

Kemampuan pemabrikan dan penguasaan perekayasaan jenis industri non swagerak, seperti mesin pengaduk beton, mesin pemecah batu, mesin pencampur aspal dan alat derek/keran pengangkat, telah jauh berkembang dibandingkan dengan perkem-bangan jenis industri swagerak. Mesin konstruksi yang pada umumnya cara pembuatannya menggunakan proses pengerjaan pelat, saat ini telah dapat memantapkan posisi daya saingnya, sehingga kebutuhan dalam negeri dapat dipenuhi dari produksi sendiri.

Di cabang industri mesin dan peralatan listrik, jenis-jenis industri seperti industri mesin pembangkit listrik, transmisi dan distribusi tenaga listrik telah cukup berkem-bang, walaupun umumnya masih merupakan industri perakitan dengan nilai tambah yang relatif masih rendah. Namun demikian beberapa industri telah menuju ke arah manufacturing, antara lain industri transformator, Kwh meter dan panel listrik tegangan rendah. Pabrik komponennya juga telah mulai berkem-bang, meakipun masih perlu didorong agar industri ini dapat tumbuh lebih cepat dengan kemampuan sendiri. Perkembangan produksi beberapa jenis produk di cabang industri ini selama tahun keempat Repelita IV adalah sebagai berikut. Produksi mesin peralatan listrik yang menunjang pembangkit dan distri-busi tenaga listrik, seperti generator listrik, motor listrik

VIII/11

Page 12: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

dan pemutus arus, mengalami penurunan.masing-masing sekitar 23%, 22% dan 6%; sedangkan produk-produk lain, seperti welding generator, transformator tenaga Kwh meter, panel listrik tegangan rendah dan tinggi dan transformator distri-busi, menunjukkan peningkatan produksi yang cukup besar, yaitu masing-masing sekitar 47%, 58%, 100% dan 19% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam cabang industri ini masih ditemui kelemahan dalam hal kemampuan rancang bangun dan perekayasaan. Lagi pula standardisasinya belum berkembang serta sebagian besar bahan baku dan komponen yang dibutuhkan masih diimpor.

Pada umumnya hasil cabang industri elektronika profesio-nal adalah produk-produk yang menunjang perkembangan sektor telekomunikasi. Kecuali produksi VHF/UHF single channel, TV relays station, integrated circuit dan radio mobile telephone yang volumenya mengalami penurunan, dalam tahun 1987/88 ber-bagai jenis produksi dalam cabang industri ini menunjukkan kenaikan volume produksi yang cukup besar. Secara keseluruhan volume produksi industri elektronika selama empat tahun ter-akhir menampakkan kecenderungan terus meningkat. Ini merupa-kan akibat dari semakin meningkatnya kemampuan melaksanakan adaptasi dan modifikasi dengan jalan mendatangkan komponen secara multi-sourcing termasuk komponen dari dalam negeri. Namun demikian sebagian besar hasil produksi industri ini masih ditujukan pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Ren-dahnya posisi daya saing industri elektronika profesional disebabkan oleh adanya keterbatasan kemampuan perangkat lunak, belum berkembangnya keterkaitan antar industri dan standardisasi, dan tingginya ketergantungan akan bahan baku dan komponen impor. Akan tetapi dalam hal sistem telekomuni-kasi yang canggih dan yang rancang bangun dan perekayasaannya telah mulai dikuasai, seperti stasiun bumi kecil, Indonesia telah mampu mengekspor.

Perkembangan produksi industri perakitan kendaraan ber-motor roda empat selama empat tahun terakhir dapat dinyatakan tidak terlalu menyolok. Untuk jenis kendaraan penumpang/sedan memperlihatkan sedikit kecenderungan peningkatan produksi, meskipun volume produksi pada tahun 1987/88 sedikit mengalami penurunan sekitar 12% dibandingkan dengan volume produksi tahun 1986/87. Sedangkan volume produksi untuk jenis kendara-an niaga dari tahun ke tahun berkisar pada tingkat produksi yang sama. Dari cabang industri kendaraan bermotor ini, per-kembangan yang semakin mantap dihasilkan dalam produksi in-dustri komponen kendaraan bermotor, terutama dalam jumlah jenis produk yang dihasilkan.

VIII/12

Page 13: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Meskipun mengalami penurunan volume produksi dalam tahun 1987/88, beberapa jenis produk dari industri komponen kenda-raan bermotor selama empat tahun terakhir masih tetap menun-jukkan kecenderungan meningkat. Beberapa produk seperti peredam kejut" (shock absorber), radiator, kabin, chasis dan sistem rem" (brake system) mengalami sedikit penurunan dalam produksinya pada tahun 1987/88. Produksi filter element, "poros gandar" (axle), "poros putar" (propeller shaft), rear body dan sistem kemudi, pada tahun keempat Repelita IV ini mengalami penurunan yang relatif besar bila dibandingkan dengan volume produksi yang dicapai pada tahun ketiga Repeli-ta IV, yaitu masing-masing sebesar 19%,-,15%, 15%, 14% dan 50%. Produksi industri komponen kendaraan yang dalam tahun 1987/88 menunjukkan kenaikan volume yang cukup tinggi antara lain meliputi piston, busi, mesin bensin, seat dan seat frame, dan jenis produk yang relatif baru, seperti sistem kopling dan sistem transmisi, yang masing-masing meningkat sebesar 66%, 74%, 41%, 33%, 163% dan 162%. Beberapa produk telah mulai dapat diekspor, tetapi dalam perkembangannya menghadapi masalah pemasaran karena jalurnya masih dikuasai oleh para prinsipalnya di luar negeri.

Jenis-jenis industri yang termasuk dalam industri ang-kutan lainnya antara lain adalah industri kereta api, pesawat terbang dan perkapalan. Hasil produksi industri kereta api meliputi pembuatan gerbong barang dan gerbong penumpang. Pada tahun 1987/88 telah diproduksi gerbong barang sebanyak 457 unit dan gerbong penumpang sebanyak 60 unit. Bila dibanding-kan dengan tahun 1986/87 produksi gerbong barang mengalami kenaikan sebesar 186%, sedangkan produksi gerbong penumpang menunjukkan penurunan sebesar 20%. Selanjutnya pengembangan industri pesawat terbang terus diusahakan peningkatannya, terutama dalam memproduksi jenis pesawat terbang (fixed wing) tipe C-212 dan tipe CN-235 dan jenis pesawat helikopter (rotary wing) yang antara lain meliputi tipe BO-105, Super Puma 332, BK 117, Bell-412 dan SA-330.

Industri perkapalan yang bertujuan menunjang peningkatan pelayanan perhubungan laut mencakup dua kegiatan utama, yaitu pembangunan kapal baru dan reparasi kapal. Dalam tahun 1987/ 88 suasana pembangunan kapal baru masih tetap dikuasai oleh lemahnya daya beli perusahaan pelayaran, namun dalam tahun itu produksi angkutan penumpang dan barang mengalami pening-katan kembali setelah pada tahun 1986/87 terjadi penurunan volume produksi yang cukup tajam. Pada tahun 1987/88 produksi kapal baru telah mencapai 17.990 brt, sedangkan pada tahun

VIII/13

Page 14: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

1986/87 hanya berjumlah 7.745 brt. Hal ini berarti menunjuk-kan kenaikan volume produksi sebesar 10.245 brt atau 132%. Untuk kegiatan reparasi kapal, dalam tahun 1987/88 hasil produksinya, termasuk reparasi terapung, mencapai angka 3.810 ribu brt, yang berarti terjadi kenaikan sebesar 2.785 ribu brt atau 272% jika dibandingkan dengan volume produksi tahun sebelumnya. Sementara itu melemahnya harga minyak internasio-nal membawa pengaruh pula pada produksi bangunan lepas pantai. Berturut-turut selama tiga tahun, yaitu sejak tahun 1985/86, volume produksi mengalami penurunan. Bila pada tahun 1986/87 volume produksi yang dicapai adalah 14.850 ton, maka pada tahun 1987/88 jumlah produksinya hanya mencapai 6.800 ton atau terjadi penurunan sebesar 54%.

Industri mesin dan peralatan pabrik yang telah dikem-bangkan saat ini antara lain meliputi: (1) industri mesin dan peralatan untuk prosea pengolahan, seperti pada pabrik kelapa sawit, gula, karet,.kopi dan teh, (2) industri mesin dan peralatan standar, seperti boiler, motor diesel non otomotif dan lain-lain, dan (3) industri konstruksi baja, seperti jembatan, bangunan pabrik, pintu air dan menara tegangan tinggi. Walaupun sementara ini belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri, perkembangan industri ini semakin mantap dan didukung pula oleh kemajuan dalam rancang bangun dan perekayasaannya.

Pada dewasa ini, cabang industri mesin dan peralatan pabrik telah memiliki kemampuan rancang bangun dan perekayasaan untuk jenis produk yang pembuatannya sebagian besar menggunakan proses pengerjaan pelat.

Perkembangan industri mesin dan peralatan pabrik dalam tahun keempat Repelita IV ditandai oleh adanya peningkatan dalam produksi semua jenis industri bila dibandingkan dengan hasil produksi yang dicapai dalam tahun ketiga Repelita IV. Meskipun dalam masa empat tahun terakhir beberapa jenis in-dustri mengalami fluktuasi, pada umumnya produksinya dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan menaik, kecuali produksi mesin diesel non otomotif yang belum mencapai kem-bali tingkat produksi yang dicapai pada tahun 1983/84 sebe-sar 52.775 unit. Secara berturut-turut beberapa jenis indus-tri yang menunjukkan kenaikan produksi yang cukup besar pada tahun 1987/88, bila.dibandingkan dengan hasil produksi pada tahun 1986/87, adalah industri mesin dan peralatan pabrik kelapa sawit, gula, boiler kecil, boiler besar, blower dan mesin diesel non otomotif, masing-masing dengan kenaikan

VIII/14

Page 15: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

volume produksi sekitar 21%, 33%, 476%, 65%, 23%, dan 31%. Guna memperoleh peningkatan dalam efisiensi, produktivitas dan daya saingnya, industri-industri ini perlu lebih didorong agar mengusahakan restukturisasi, diversifikasi, pengembangan standardisasi dan normalisasi secepat-cepatnya.

Seperti tampak dalam Tabel VIII-I dan Grafik VIII-1, ca-bang industri logam dasar telah cukup berkembang dan selama empat tahun pelaksanaan Repelita IV hasil produksinya memper-lihatkan kecenderungan menaik, kecuali produksi pelat seng yang menunjukkan kecenderungan menurun. Selanjutnya, kecuali volume produksi pelat seng, pipa las lurus dan aluminium ingot, produksi cabang industri logam dasar pada tahun 1987/88 menunjukkan kenaikan bila dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada tahun 1986/87. Peningkatan produksi cabang industri logam dasar ini diikuti pula dengan kenaikan ekspor hasilnya untuk tahun 1987/88. Beberapa jenis industri, seper-ti pelat baja dan produk hilirnya, batang kawat, besi beton, aluminium ingot dan batang tembaga/kuningan, tidak saja meru-pakan penyumbang terbesar untuk nilai ekspor cabang industri logam dasar, tetapi juga penyumbang terbesar untuk nilai eks-por kelompok industri mesin dan logam dasar. Permasalahan yang dihadapi oleh cabang industri logam dasar sampai saat ini adalah belum berkembangnya secara penuh jenis industri besi dan baja tuang; bahkan industri tempa belum ada sama se-kali. Kedua jenis industri tersebut sangat diperlukan untuk pengembangan industri mesin.

2. Industri Kimia Dasar

Pembangunan industri kimia dasar sampai dengan tahun keempat Repelita IV, di samping tetap diarahkan kepada penda-laman dan pemantapan struktur industri, juga diarahkan untuk dapat membantu meningkatkan kemampuan teknologi nasional untuk mengolah sumber daya alam yang ada melalui keterkaitan yang mantap di dalam sektor industri sendiri dan dengan sek-tor ekonomi lainnya. Pendalaman sektor industri ke arah hulu, di samping akan menumbuhkan kemandirian industri nasional juga akan mampu menumbuhkan industri yang memiliki daya saing yang kuat.

Sampai dengan tahun keempat Repelita IV pertumbuhan in-dustri kimia dasar pada umumnya cukup mantap. Beberapa indus-tri yang bahan bakunya bersumber dari aumber daya alam dalam negeri, seperti pulp, kertas, GA, MSG dan semen, telah mampu bersaing di pasaran internasional, bahkan ekspornya meningkat terus.

VIII/15

Page 16: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

TABEL VIII - 1

PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR,1983/84 - 1987/88

VIII/16

Page 17: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Lanjutan Tabel VIII – 1

VIII/17

Page 18: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Lanjutan Tabel VIII – 1

1) Angka tidak tersedia2) Angka sementara

VIII/18

Page 19: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

GRAFIK VIII - 1

PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR,1983/84 - 1987/88

VIII/19

Page 20: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Sebagian besar volume produksi kelompok industri kimia dasar selama empat tahun Repelita IV meningkat dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III, meskipun ada beberapa produk yang mengalami penurunan. Faktor-faktor yang mendukung kenaikan volume produksi tersebut antara lain adalah mening-katnya perkembangan industri hilir, meningkatnya ekspor serta meningkatnya pemanfaatan kapasitas produksi beberapa pabrik. Sedangkan penurunan dalam beberapa jenis produk disebabkan antara lain oleh masih lemahnya daya saing terhadap produk impor dan adanya kelesuan pada industri hilirnya.

Sementara itu perkembangan produksi dalam tahun-tahun terakhir ini cukup mantap, terutama yang dihasilkan oleh cabang-cabang industri yang mengolah sumber alam, seperti industri selulose dan karet. Ekspor hasil industri ini juga mengalami peningkatan. Sementara itu, selama kurun waktu empat tahun jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh kelompok industri kimia dasar mengalami peningkatan dari 8.013 orang pada tahun 1984 menjadi 8.040 orang pada tahun 1985 dan 9.079 orang pada tahun 1986. Tahun 1987 jumlah tenaga kerja yang diserap mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu 17.137 orang, naik 88,7% dari tahun sebelumnya.

Produksi beberapa jenis industri dari cabang industri agrokimia dalam tahun keempat Repelita IV menunjukkan penu-runan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hasil industri formu-lasi pestisida dalam tahun 1987/88 mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu 38,0%. Dengan adanya usaha peningkatan efisiensi beberapa pabrik, sampai dengan tahun keempat Repelita IV produksi urea meningkat terus meskipun dengan laju yang melambat. Dalam tahun 1983/84 produksi pupuk urea adalah 2.255 ribu ton. Dalam tahun 1987/88 produksi tersebut mencapai 4.046 ribu ton atau meningkat dengan 79,4% dibanding produksi tahun 1983/84.

Dalam pada itu produksi pupuk ZA sejak tahun 1983/84 juga meningkat. Dalam tahun 1983/84 produksi pupuk ZA adalah 208 ribu ton. Dalam tahun 1987/88 produksi mencapai 575,0 ribu ton atau naik sebesar 176,4% dibanding produksi 1983/84.

Industri bahan aktif pestisida yang baru mulai berpro-duksi awal tahun Repelita IV berhasil meningkatkan produksi-nya sebesar 200% dan kemudian 6,1% sehingga menjadi 3,3 ribu ton pada tahun 1985/86 dan 3,5 ribu ton pada tahun 1986/87. Sedangkan pada tahun keempat Repelita IV produksinya menurun menjadi 3,3 ribu.

VIII/20

Page 21: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Selama empat tahun terakhir hasil produksi industri amoniak menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1983/84 produksinya mencapai 1.586 ribu ton dan pada tahun 1987/88 mencapai 2.840 ribu ton atau mengalami suatu kenaikan sebesar 79,1%.

Produksi formulasi pestisida mengalami kenaikan yang paling besar pada tahun 1984/85, yaitu naik dengan 29,8%, dari 40,9 ribu ton pada tahun 1983/84 menjadi 53,1 ribu ton pada tahun 1984/85. Tetapi dalam tahun 1985/86 dan 1986/87 kenaikannya merosot, berturut-turut hanya 3,2% dan 6,0%. Selanjutnya pada tahun 1987/88 produksi cabang industri ini mengalami penurunan cukup besar, yaitu 38,0%.

Seperti halnya industri formulasi pestisida, industri pupuk TSP pada tahun 1984/85 juga mengalami kenaikan yang terbesar, yaitu 31,2%, dibandingkan dengan kenaikan dalam tahun 1985/86, tahun 1986/87 dan tahun 1987/88. Dalam ketiga tahun tersebut masing-masing hanya naik sebesar 2,3%, 11,3% dan 3,0%.

Sebagian besar produk industri selulosa dan karet dalam tahun keempat Repelita IV menunjukkan kenaikan dibanding tahun ketiga Repelita IV. Demikian pula produk industri ker-tas yang menunjukkan pertumbuhan yang cukup mantap dari tahun ke tahun. Dalam tahun 1986/87 produksi kertas mencapai 714,30 ribu ton dan dalam tahun 1987/88 meningkat menjadi 905,72 ribu ton atau naik sebesar 26,7%. Kenaikan ini disebabkan antara lain oleh semakin meningkatnya ekspor beberapa jenis kertas dan semakin banyaknya pabrik-pabrik kertas di dalam negeri yang menggunakan pulp serat pendek produksi dalam negeri.

Kecenderungan menaik dari tahun ke tahun tampak terjadi pula dalam hasil produksi ban luar kendaraan bermotor roda empat. Bila produksinya dalam tahun 1983/84 baru mencapai 3.673,3 ribu buah, produksinya dalam tahun 1987/88 mencapai 5.136,1 ribu buah. Bila dibandingkan dengan produksi dalam tahun 1986/87 sebesar 4.935 ribu buah, maka hasil produksi ban luar kendaraan bermotor roda empat dalam tahun 1987/88 menunjukkan kenaikan sebesar 4,1%. Sementara itu produksi ban sepeda motor, yang dalam tahun 1983/84 mencapai 2.438,5 ribu buah, setelah mengalami penurunan pada awal Repelita IV, meningkat terus sehingga pada tahun keempat Repelita IV menjadi 3.958,5 ribu buah. Bila dibanding dengan produksi tahun 1986/87, produksi ban luar sepeda motor dalam tahun

VIII/21

Page 22: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

1987/88 meningkat sebesar 28%. Kenaikan ini disebabkan oleh keadaan pasar yang membaik, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Dalam tahun 1987/88 produksi dalam beberapa jenis indus-tri dalam kelompok industri kimia organik mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 1986/87. Penurunan terbesar terjadi dalam industri polystyrene. Tetapi produksi beberapa industri yang lain pada tahun 1986/87 menunjukkan kenaikan cukup besar, dan kenaikan yang terbesar terjadi dalam industri sorbitol (280%).

Setelah berhasil meningkatkan produksi cukup besar (117,8%) di awal Repelita IV, pada tahun kedua Repelita IV industri kalsium sitrat dan asam sitrat turun 26,5%, kemudian pada tahun 1986/87 meningkat 34,7% dan pada tahun 1987/88 turun lagi sebesar 8,0%.

Industri alkohol dan spiritua pada tahun 1984/85 berha-sil meningkatkan produksinya menjadi 33,7 ribu ton, atau naik sebesar 3,4% dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita III. Pada tahun 1985/86 produksi cabang industri ini turun dengan 10,7% dan kemudian meningkat lagi dengan 13,6% pada tahun 1986/87 dan 7,3% pada tahun 1987/88. Industri dioctyl phtalic yang mulai berproduksi pada tahun kedua Repelita IV, dalam tahun ketiga Repelita IV berhasil meningkatkan produksinya menjadi 24,1 ribu ton atau naik 138,6% dari 1985/86. Demikian juga industri polystyrene, yang baru berproduksi pada tahun kedua Repelita IV, berhseil meningkatkan produksinya menjadi 14,1, ribu ton pada tahun ketiga Repelita IV, atau naik 78,5% dari tahun 1985/86. Tetapi dalam tahun keempat Repelita IV kedua industri tersebut mengalami penurunan produksi, yaitu dioctyl phtalic turun dengan 6,6% dan polystyrene turun dengan 15,6%.

Sementara itu produksi resin PVC, yang sejak akhir Repe-lita III sampai dengan tahun ketiga Repelita IV meningkat terus, dalam tahun 1987/88 menurun dengan 5,6% dibanding tahun sebelumnya.

Produksi bahan kimia tekstil mengalami peningkatan sebe-sar 19,8% dalam tahun 1986/87 dan dalam tahun 1987/88 meng-alami kenaikan relatif kecil, hanya 0,7%. Kenaikan produksi dalam cabang industri kimia organik sebagian besar disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah industri hilir yang menggu-nakan produk-produk dari industri organik.

VIII/22

Page 23: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Sementara itu dalam tahun 1987/88 semua jenis produksi industri kimia anorganik mengalami peningkatan. Kenaikan yang menonjol terjadi dalam produksi asam chlorida dan sodium silikat, masing-masing sebesar 98,7% dan 1,1%. Produksi calcium carbonat terus meningkat sejak awal Repelita IV dan pada tahun 1986/87 dan 1987/88 sangat meningkat, yaitu mencapai 40,5 ribu ton dan 56,1 ribu ton, atau meningkat dengan 181,3% dan 38,5%.

Gypsum yang baru diproduksi pada tahun 1984/85 sebesar 30,1 ribu ton produksinya meningkat terus dan pada tahun 1986/87 dan 1987/88 mencapai 229,9 ribu ton dan 338,6 ribu ton, atau meningkat dengan 71,1% pada tahun 1986/87 dan 47,3% pada tahun 1987/88. Selanjutnya, produksi aluminium sulfat juga terus meningkat, kecuali dalam tahun 1985/86. Pada tahun 1986/87 dan tahun 1987/88 produksi industri ini meningkat lagi menjadi 45,1 ribu ton (naik 22,2%) dan 48,6 ribu ton (naik 7,8%).

Sedangkan produksi asam chlorida selama empat tahun Repelita IV juga meningkat terus dari 10,8 ribu ton pada tahun 1983/84 menjadi 76,5 ribu ton pada tahun 1987/88, atau meningkat dengan 608,3%.

Gambaran yang lebih rinci mengenai produk industri kimia dasar dapat dilihat dalam Tabel VIII-2 dan Grafik VIII-2.

Di dalam pengembangan kelompok industri kimia dasar se-lama empat tahun Repelita IV masih dihadapi beberapa permasa-lahan, antara lain belum tumbuhnya industri hulu tertentu terutama industri petrokimia, terjadinya kelangkaan penawaran di pasaran dunia dan terbatasnya dana investasi. Di samping itu keadaan beberapa jenis industri kimia dasar yang sangat tergantung pada bahan baku impor seperti: styrene monomer, paraxylene, glycol, benzene, serta pulp untuk kertas dan untuk rayon, semakin rawan, sebab harga bahan-bahan baku tersebut semakin meningkat.

3. Aneka Industri.

Kelompok Aneka Industri mempunyai peranan besar dalam pembangunan industri secara keseluruhan, sebab kelompok ini dapat merupakan jembatan antara industri hulu (dasar) dan industri hilir sehingga mempunyai peranan yang penting dalam memperkokoh keterkaitan antara industri besar dan industri kecil. Salah satu ciri yang khas kelompok industri ini adalah

VIII/23

Page 24: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

TABEL VIII - 2

PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR,1983/84 - 1987/88

VIII/24

Page 25: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

(Lanjutan Tabel VIII – 2)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Angka tidak tersedia

VIII/25

Page 26: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

GRAFIK VIII - 2

PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR, 1983/84 – 1987/88

VIII/26

Page 27: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

bahwa produk jenis-jenis industri yang ada lebih bersifat sebagai barang konsumsi untuk memenuhi bermacam-macam keper-luan masyarakat luas. Di samping itu kebanyakan dari kelompok industri ini juga dapat mempergunakan teknologi yang lebih sederhana dan oleh karena itu secara relatif lebih mampu memperluas kesempatan berusaha dan menyerap tenaga kerja. Lagi pula beberapa jenis industri ini memanfaatkan bahan baku dari dalam negeri dan mampu mendorong pembangunan dserah.

Secara umum hasil produksi kelompok aneka industri dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun keempat Repelita IV menun-jukkan kecenderungan yang meningkat dibandingkan dengan pe-riode tahun-tahun sebelumnya, kecuali untuk beberapa jenis komoditi seperti margarine, rokok putih, susu kental manis, sakarin, siklamat, kulit imitasi, sepeda motor, televisi hitam putih, alat pendingin (AC), lemari es, mesin jahit, kipas angin dan kaset recorder. Sementara itu beberapa jenis komoditi menunjukkan kecenderungan peningkatan yang cukup besar, misalnya rokok kretek, serat staple, benang tenun termasuk filamen, tekstil lembaran, zat warna tekstil, deter-gent, tapal gigi, pita kaset kosong, pita video kosong, cat, kertas diazo, aki, lampu pijar dan TL, sepatu kulit, kayu lapis, kayu gergajian, papan partikel, genteng semen, rotan olahan, tiang liatrik beton dan pensil.

Sejalan dengan perkembangan volume produksinya, nilai produksi atas dasar harga yang berlaku untuk kelompok aneka industri pada tahun 1987 menunjukkan peningkatan sebesar 31,6% dibandingkan dengan tahun 1986, sedangkan nilai produk-si pada tahun 1986 menunjukkan peningkatan sebesar 20% diban-dingkan dengan tahun 1985. Secara keseluruhan peningkatan nilai produksi dalam kelompok aneka industri pada tahun 1987 meliputi 19,8% dalam cabang industri pangan, 14% dalam cabang industri tekstil, 12% dalam cabang industri kimia, 7,7% da-lam industri alat listrik dan logam dan 75,9% dalam cabang industri bahan bangunan dan umum.

Dari segi ekspor, volume ekspor kelompok aneka industri ini pada tahun 1987/88 berjumlah 9.025,1 ribu ton atau meng-alami peningkatan sebesar 25,2% dibandingkan dengan tahun 1986/87 yang berjumlah 7.208,3 ribu ton. Kenaikan ini meli-puti 3,7% dalam industri pangan, 22,9% dalam industri teks-til, 18% dalam industri kimia, 463,2% dalam industri alat liatrik dan logam dan 32,9% dalam industri bahan bangunan dan umum.

VII/27

Page 28: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Dari segi nilai ekspor, komoditi aneka industri telah mengalami peningkatan dari US$ 3.116,0 juta pada tahun 1986/ 87 menjadi US$ 4.614,7 juta pada tahun 1987/88 atau mengalami peningkatan sebesar 48,1%. Peningkatan ini meliputi kenaikan sebesar 39,6%.dalam industri pangan, 25,8% dalam industri tekstil, 30,4% dalam industri kimia, 385,3% dalam industri alat listrik dan logam serta 64,7% dalam industri bahan bangunan dan umum.

Tenaga kerja yang dapat diserap kelompok aneka industri ini pada tahun 1987/88 adalah sebesar 308,4 ribu orang, atau meningkat sebesar 77,8% dibandingkan dengan yang diserapnya pada tahun 1986/87 yang berjumlah 173,5 ribu orang. Sementara itu, secara keseluruhan, jumlah tenaga kerja yang dapat diserap kelompok industri ini dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1987 adalah sebesar 597,7 ribu orang.

Komoditi andalan ekspor dari. kelompok aneka industri adalah: komoditi industri pengolahan hasil hutan yang meli-puti kayu gergajian, kayu lapis termasuk kayu lapis dekorasi, mebel dan komponen mebel, papan partikel, serbuk kayu, chopstick dan lainnya; komoditi industri pengolahan karet yang meliputi crumb rubber, sepatu dan sol karet, industri barang karet dan barang-barang dari karet lainnya; komoditi-komoditi industri pengolahan kulit yang meliputi barang-barang dari kulit, sarung tangan golf, sepatu dan sebagainya; komoditi tekstil pakaian jadi yang terdiri dari pakaian jadi, tekatil lembaran dan produk tekstil lainnya; komoditi indus-tri pengolahan hasil pertanian yang terdiri dari buah-buahan dalam kaleng, makanan ternak, stearine, minyak atsiri, dan sebagainya; industri pengolahan pertambangan non migas, seperti keramik, porselin, produk-produk seperti ubin lantai, toilet, wastafel dan sebagainya; komoditi aneka industri lainnya, seperti peralatan listrik, lemari es, kipas angin, produk-produk elektronika, radio, televisi, kamera dan lain-lain.

Hasil produksi kelompok aneka industri secara terinci dapat dilihat pada Tabel VIII-3.

Berdasarkan Tabel VIII-3 dapat dilihat bahwa pada umum-nya produksi industri pangan pada tahun 1987/88 menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan produksi tahun 1986/87. Pening-katan produksi ini meliputi komoditi minyak goreng kelapa sebesar 73,7%, minyak goreng kelapa sawit sebesar 12,9%, margarine sebesar 40,3%, rokok kretek sebesar 16,6%, susu

VIII/28

Page 29: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

TABEL VIII – 3

PRODUKSI ANEKA INDUSTRI,1983/84 - 1987/88

VIII/29

Page 30: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

(Lanjukan Tabel VIII - 3)

1) Termasuk "shortening"2) Termasuk rajut3) Termasuk produksi industri kecil 4) Angka perbaikan 5) Angka sementara

VIII/30

Page 31: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

bubuk sebesar 5%, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam kaleng sebesar 21,2% dan makanan ternak sebesar 12,2%. Sedangkan komoditi yang mengalami penurunan produksi hanyalah komoditi susu cair yang menurun sebesar 11,2%.

Ada beberapa jenis industri yang walaupun juga meningkat bila dibanding dengan tahun 1986/87, tingkat produksinya dalam tahun 1987/88 masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan produksi masing-masing pada tahun 1983/84. Ini meli-puti komoditi-komoditi margarine, rokok putih, sakarin dan siklamat. Penurunan produksi rokok putih disebabkan oleh adanya pergeseran selera konsumen dari rokok putih ke rokok kretek, sedangkan penurunan produksi sakarin dan siklamat disebabkan karena adanya pengendalian produksi dengan alasan pertimbangan kesehatan masyarakat. Sementara itu, penurunan produksi minyak goreng kelapa sawit yang terjadi pada tahun 1985/86 dan tahun 1986/87 disebabkan oleh adanya alokasi crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku yang lebih mengutama-kan untuk ekspor. Namun demikian kebutuhan minyak goreng secara nasional dapat terpenuhi dengan adanya peningkatan produksi minyak goreng kelapa.

Dalam cabang industri tekstil, produksi semua jenis. industri pada tahun 1987/88 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan produksi pada tahun 1986/87. Peningkatan produksi ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan akan tekstil baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Peningkatan produksi ini meliputi komoditi-komoditi serat staple yang meningkat sebesar 16,2%, benang tenun termasuk filamen yang meningkat sebesar 6%, tekstil lembaran yang meningkat sebesar 5,9%, zat warna tekstil yang meningkat sebesar 43,4% dan pakaian jadi yang meningkat sebesar 16,2%.

Dalam cabang industri kimia jenis-jenis industri yang pada tahun 1987/88 masing-masing menunjukkan peningkatan produksi dibandingkan dengan tahun 1986/87 adalah: sabun cuci yang meningkat sebesar 0,4%, sabun mandi sebesar 1,5%, tapal gigi sebesar 6%, pita kaset kosong sebesar 4,7%, pita video kosong sebesar 2,3%, sepatu karet/kanvas sebesar 0,4%, karung plastik sebesar 6,2% dan kulit imitasi sebesar 0,4%. Sedang-kan komoditi-komoditi detergen, korek api, crumb rubber, kotak karton, cat, tinta cetak dan jaring ikan, yang produk-sinya pada tahun 1986/87 masing-masing sebesar 160.453 ton, 2.364 juta kotak, 883.653 ton, 191.891 ton, 70.363 ton, 8.289 ton dan 4.075 ton, pada tahun 1987/88 mengalami penurunan sehingga masing-masing menjadi 159.200 ton, 2.360 juta kotak,

VIII/31

Page 32: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

856.900 ton, 191.434,4 ton, 67.309,9 ton, 6.020 ton dan 1.557,8 ton pada tahun 1987/88, atau masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,8%, 0,2%, 3%, 0,2%, 4,3%, 27,4% dan 61,8%. Khusus untuk komoditi pipa PVC (dan fitting) dan ker-tas diazo, produksinya pada tahun 1987/88 relatif konstan dibandingkan dengan tahun 1986/87.

Dalam cabang industri alat liatrik dan logam, produksi-nya pada tahun 1987/88 mengalami peningkatan yang cukup mantap dibandingkan dengan produksi tahun 1986/87, kecuali untuk jenis-jenis komoditi sepeda motor, radio/radio kaset, televisi, kaset recorder, kipas angin, amplifier dan loud-speaker. Jenis-jenis komoditi yang menunjukkan peningkatan cukup besar meliputi: alat pendingin (AC) sebesar 3,9%, lema-ri es sebesar 7,7%, mesin jahit sebesar 7,2%, aki sebesar 5,2% dan lampu pijar sebesar 4,4%. Di samping jenis-jenis komoditi tersebut, jenis komoditi lainnya yang mengalami peningkatan antara lain ialah: tunner sebesar 3,7%, baterai kering sebesar 0,1%, kabel listrik/telepon sebesar 0,1% dan alat semprot hama sebesar 2,5%. Sedangkan produksi jenis industri variable resistor dan kertas diazo pada tahun 1987/ 88 relatif sama bila dibandingkan dengan produksinya pada tahun 1986/87. Sementara itu produksi sepeda motor, radio/ radio kaset, televisi, cassette recorder, kipas angin, ampli-fier dan loudspeaker pada tahun 1987/88 mengalami penurunan masing-masing sebesar 19,7%, 34,5%, 8,6%, 22,1%, 21,1%, 21,3% dan 1%. Penurunan produksi jenis-jenis komoditi tersebut antara lain disebabkan oleh adanya kejenuhan dalam pasar dalam negeri.

Cabang industri bahan bangunan dan umum mengalami perkembangan yang cukup berarti dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Secara garis besar, jenis-jenis. industri yang ada dalam industri ini dapat dibagi dalam 2 kategori, yaitu industri bahan bangunan dan industri umum yang terdiri dari jenis-jenis industri yang tidak termasuk dalam pembinaan cabang-cabang industri lainnya dalam kelompok aneka industri ini. Perkembangan jenis-jenis industri dalam industri bahan bangunan menunjukkan peningkatan yang cukup besar, kecuali komoditi hasil pengerjaan kayu. Perkembangan positif ini antara lain disebabkan oleh kenyataan bahwa bahan baku dari jenis-jenis industri tersebut umumnya bersumber dari dalam negeri, bahwa sebagian besar hasil produksi merupakan komodi-ti ekspor dan oleh pesatnya pembangunan perumahan di dalam negeri. Perkembangan produksi kayu lapis, kayu gergajian, kayu lapis dekorasi dan papan partikel pada tahun 1987/88

VIII/32

Page 33: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

masing-masing mengalami peningkatan sebesar 19%, 2,9%, 15,8%, 5,7% dibandingkan dengan produksi pada tahun 1986/ 87. Selanjutnya volume produksi berbagai jenis industri, seperti sanitair, ubin dinding, asbes semen, marmer, genteng semen dan tiang listrik beton, pada tahun 1987/88 masing-masing meningkat sebesar 1,8%, 1,9%, 0,8%, 10,1%, 1,1% dan 1,7% bila dibandingkan dengan volume produksi pada tahun 1986/87. Sedangkan untuk produksi komoditi pengerjaan kayu (termasuk mebel) pada tahun 1987/88 terjadi penurunan sebesar 36,7% dibandingkan dengan produksi tahun 1986/87.

Sejalan dengan perkembangan industri bahan bangunan ini, volume produksi jenis-jenis industri dalam kelompok umum pada tahun 1987/88 mengalami peningkatan yang cukup mantap diban-dingkan dengan produksi masing-masing pada tahun 1986/87. Peningkatan volume produksi ini terlihat dari peningkatan produksi gelas dan botol sebesar 0,4%, kulit sebesar 16,1%, pensil sebesar 19,5%, karung goni sebesar 1,2%, sepatu kulit sebesar 6,5%, organ, piano dan pianika sebesar 22,6%, pecah belah dari keramik sebesar 3,7% dan rotan olahan sebesar 18,8%. Produksi komoditi alat tulis seperti ballpoint, pada tahun 1987/88 mengalami peningkatan yang sangat tinggi, yaitu sebesar 175%.

Berdasarkan uraian mengenai perkembangan hasil produksi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa industri-industri yang mengalami peningkatan cukup mantap pada tahun 1987/88 ini meliputi: industri yang mengolah bahan baku dalam negeri, baik untuk pasaran dalam negeri maupun untuk ekspor, seperti kayu lapis, rotan olahan, genteng semen, margarine, rokok kretek dan sebagainya; industri yang sebagian besar hasil produksinya merupakan komoditi ekspor, seperti kayu lapis, pita kaset kosong, pita video kosong, tekstil, pakaian jadi dan baterai kering; industri yang menghasilkan kebutuhan rakyat banyak, seperti tekstil lembaran, sabun cuci, sabun mandi, tapal gigi dan sebagainya; industri yang menunjang sektor perhubungan, seperti aki; industri yang mempunyai keterkaitan luas dengan industri kecil, seperti tekstil dan pakaian jadi; industri yang menunjang program listrik masuk desa, seperti lampu pijar, lampu TL dan tiang listrik beton; industri yang menunjang sektor pendidikan, seperti pensil dan sebagainya.

Beberapa industri yang produksinya menunjukkan kecende-rungan menurun meliputi industri yang sudah jenuh pasarannya di dalam negeri dan tidak dapat didorong untuk ekspor karena

VIII/33

Page 34: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

kurangnya daya saing. Ini antara lain meliputi industri untuk memproduksi televisi, radio/radio kaset, mesin jahit, kipas angin dan sebagainya. Dan juga industri yang mendapat per-saingan dari produk-produk lain sebagai akibat dari diversi-fikasi produk, perubahan selera konsumen dan sebagainya, seperti industri yang memproduksi susu cair dan detergen.

Dalam rangka memacu pengembangan kelompok aneka indus-tri, maka usaha yang berkaitan dengan penanganan penyediaan bahan baku, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri, terus ditingkatkan. Dalam hal penyediaan kebutuhan bahan baku yang berasal dari dalam negeri terus dilakukan usaha peningkatan kualitas dan kuanti-tas bahan baku yang dipasok, terutama bahan baku yang penye-diaannya sangat dipengaruhi oleh musim. Sedangkan untuk penyediaan bahan baku/komponen yang berasal dari luar negeri, seperti bahan baku yang diperlukan industri elektronika dan sepeda motor, usaha pengembangan industri hulu dalam negeri tetap dilanjutkan mengingat bahan baku impor sangat dipenga-ruhi oleh perubahan harga dan gejolak ekonomi yang terjadi di luar negeri.

Bersamaan dengan usaha-usaha tersebut, dilaksanakan pula peningkatan di bidang perangkat lunak yang meliputi pening-katan kemampuan bidang teknologi produksi serta penelitian dan pengembangan lainnya. Hal ini selanjutnya secara bertahap dapat mengurangi hambatan yang ada. Proses alih teknologi dalam kelompok aneka industri, meskipun pada umumnya masih dalam tahap awal pengembangan, yaitu tahap penyerapan dan adaptasi teknologi, terus ditingkatkan dan secara bertahap telah memasuki tahap pengembangan atau penciptaan teknologi baru. Untuk keperluan itu, penyediaan tenaga terampil, terutama untuk tenaga tingkat menengah dan operator, semakin ditingkatkan.

Dalam rangka peningkatan pangsa pasar dalam negeri untuk mengurangi jumlah produk-produk impor, telah dilaksanakan usaha peningkatan mutu produk dan efisiensi produksi dalam negeri agar dapat lebih mampu meningkatkan daya saingnya terhadap produk-produk sejenis dari luar negeri. Usaha ini sekaligus juga dikaitkan dengan usaha peningkatan ekspor hasil industri, terutama untuk produk-produk yang dikenakan kuota oleh negara pengimpor, dan dengan usaha diversifikasi negara tujuan ekspor.

VIII/34

Page 35: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

4. Industri Kecil

Peranan kelompok industri kecil dalam pembangunan cukup besar, terutama dalam usaha meningkatkan pemerataan distri-busi pendapatan dan membantu mengatasi pengangguran ataupun mengendalikan urbanisasi. Kelompok industri ini berperan besar dalam memperluas kesempatan kerja dan kesempatan ber-usaha di seluruh wilayah Indonesia, baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan.

Sampai dengan tahun keempat Repelita IV perkembangan peranan industri kecil tersebut cukup menggembirakan, yaitu dengan semakin meningkatnya jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. Dalam tahun keempat Repelita IV pembangunan kelompok industri kecil tetap ditekankan pada peningkatan peranannya dalam perluasan kesempatan kerja dan perluasan kesempatan berusaha.

Pengembangan dan pembinaan industri kecil dilaksanakan melalui sentra-sentra. Jumlah sentra yang dibina sampai dengan tahun 1987/88 ada sebanyak 4.611 buah atau 76,9% dari jumlah yang ditargetkan selama Repelita IV sebesar 6.000 sentra. Jumlah sentra yang dibina tesebut meliputi: 1.284 sentra industri kecil pangan, 995 sentra industri kecil kerajinan dari umum, 941 sentra industri kecil sandang dan kulit, 893 sentra industri kecil kimia dan bahan bangunan, dan 498 sentra industri kecil logam.

Pengembangan dan pembinaan industri kecil juga dilaksa-nakan melalui program keterkaitan antara BUMN dan industri kecil dengan pola hubungan bapak angkat, yaitu dengan sistem sub-kontrak, “Vendor” dan sistem hubungan kerjasama dagang. Jumlah BUMN yang ikut terlibat dalam pengembangan dan pembi-naan industri kecil dari tahun ke tahun terus bertambah. Dari 38 buah pada tahun 1985 menjadi 50 buah pada tahun 1986 dan 56 buah pada tahun 1987.

Sementara itu jumlah Kopinkra yang telah diresmikan sampai dengan awal tahun 1988 ada sebanyak 1.019 buah yang tersebar di 13 Propinsi dengan penyebaran sebagai berikut: DI Aceh 15 buah, Sumatera Utara 73 buah, DKI Jakarta 27 buah, Jawa Barat 114 buah, Jawa Tengah 147 buah, DI Yogyakarta 84 buah, Jawa Timur 133 buah, Bali 175 buah, Kalimantan Barat 20 buah, Kalimantan Timur 35 buah, Sulawesi Utara 57 buah, Sulawesi Tenggara 21 buah dan Sulawesi Selatan 118 buah.

VIII/35

Page 36: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Jumlah unit usaha dalam industri kecil dan jumlah tenaga kerja yang terserap ke dalamnya dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga kalau pada tahun 1983 dalam industri kecil terdapat sebanyak 1.554,8 ribu unit usaha, pada tahun 1987 dalam industri ini terdapat sebanyak 1.794,1 ribu unit usaha. Dibanding dengan tahun 1986/87, pada tahun 1987/88 terjadi tambahan unit usaha sebanyak 76,1 ribu usaha. Sedang-kan jumlah tenaga yang diserap juga meningkat dari 4.423,8 ribu orang pada tahun 1983 menjadi sekitar 5.700 ribu orang pada tahun 1987. Dibanding dengan tahun sebelumnya pada tahun 1987 terjadi kenaikan penyerapan tenaga sebesar 269,8 ribu orang. Dari data tersebut terlihat bahwa sampai dengan tahun keempat Repelita IV, industri kecil telah mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang.

Sementara itu penyeraran unit usaha industri kecil dan tenaga kerja dari tahun 1984 sampai dengan tahun 1986 sedikit cenderung ke luar Jawa. Jumlah unit usaha yang ada di Jawa dibandingkan dengan yang ada di luar Jawa dalam tahun 1984 adalah 75,5% berbanding 23,5%, kemudian menjadi 75,3% berban-ding 24,7% dalam tahun 1985 dan menjadi 74,6% berbanding 25,4% dalam tahun 1986. Sedang perbandingan banyaknya tenaga kerja yang diserap di Jawa dan luar Jawa untuk ketiga tahun tersebut adalah berturut-turut: 78,9% berbanding 21,1%, 78% berbanding 22% dan 77,1% berbanding 22,9%. Dalam tahun 1987 perbandingan jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja antara Jawa dan luar Jawa tidak mengalami perubahan yang berarti dari tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan ekspor komoditi industri kecil baik volume maupun nilainya meningkat terus sampai dengan tahun 1987. Volume ekspor naik dari 79,8 ribu ton pada tahun 1983 menjadi 97,8 ribu ton pada tahun 1984 dan 110,7 ribu ton pada tahun 1985, menjadi 111,7 ribu ton pada tahun 1986 dan kemu-dian meningkat lagi menjadi 126,7 ribu ton pada tahun 1987. Sejalan dengan meningkatnya volume ekspor, nilai ekspor juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 1987, yaitu sebesar 91%. Kemudian ber-turut-turut tahun 1984 naik 56,7%, tahun 1983 naik 45,8% dan tahun 1986 naik 30,1%. Kenaikan nilai ekspor terkecil terjadi pada tahun 1985, yakni hanya naik sebesar 15,6%.

Perkembangan volume dan nilai ekspor komoditi industri kecil menurut cabang industri adalah sebagai berikut.

Pada tahun 1984 volume ekspor komoditi industri kecil,

VIII/36

Page 37: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

kecuali industri kerajinan dan umum, mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 1983. Kenaikan terbesar terjadi pada industri sandang dan kulit, yaitu sebesar 116,3% atau meningkat dari 9,3 ribu ton menjadi 20.1 ribu ton. Kemudian berturut-turut diikuti oleh industri pangan dan industri kimia dan bahan bangunan yang masing-masing mengalami kenaik-an sebesar 31,7% dan 10,2%. Sedangkan volume ekspor industri aneka kerajinan dan umum turun sebesar 3,8%. Seperti halnya dalam volume ekspornya, maka nilai ekspor industri sandang dan kulit juga mengalami kenaikan yang terbesar, yaitu 121%, kemudian diikuti oleh industri kimia dan bahan bangunan sebe-sar 44,2%. Sedangkan industri pangan, meskipun terjadi ke-naikan dalam volume ekspor, tetapi dalam nilainya mengalami penurunan sebesar 13,7%. Penurunan nilai ekspor juga dialami oleh industri kerajinan dan umum sebesar 1,9%.

Dalam tahun 1985 volume ekspor komoditi industri kecil meningkat sebesar 13,2% atau naik menjadi 110,7 ribu ton dari 97,8 ribu ton pada tahun 1984. Industri aneka kerajinan dan umum mengalami kenaikan yang terbesar, yaitu 46,6%. Peningkatan ini diikuti oleh industri sandang dan kulit sebesar 30,3% dan industri kimia dan bahan bangunan sebesar 10,1%. Volume ekspor industri pangan yang tahun 1984 mengalami peningkatan, pada tahun 1985 mengalami penurunan sebesar 40,3%, yaitu turun menjadi 5,6 ribu ton dari 9,4 ribu ton pada tahun 1984. Adapun penurunan nilai ekspor terjadi pada industri pangan dan industri kimia dan bahan bangunan, masing-masing sebesar 7,8% dan 8,5%; sedangkan untuk industri sandang dan kulit dan industri aneka kerajinan dan umum mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 27,3% dan 9,7%.

Selanjutnya dalam tahun 1986 volume ekspor komoditi industri kecil meningkat dibandingkan dengan tahun 1985, meskipun meningkatnya hanya sebesar 0,9%. Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya ekspor industri aneka kerajinan dan umum dari 14,8 ribu ton menjadi 16,6 ribu ton atau 12,3%. Sementara itu ketiga cabang industri lainnya, yaitu industri pangan, industri sandang dan kulit dan industri kimia dan bahan bangunan, mengalami penurunan sebesar 0,1%, 2,4% dan 0,3%. Nilai ekspor seluruh kelompok industri kecil pada tahun tersebut mengalami kenaikan. Kenaikan terbesar terjadi dalam industri aneka kerajinan dan umum, yakni sebesar 111,2%, kemudian berturut-turut industri sandang dan kulit sebesar 15,3%, industri pangan sebesar 6% dan industri kimia dan bahan bangunan sebesar 2,1%.

VIII/37

Page 38: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

TABEL VIII - 4

EKSPOR KOMODITI INDUSTRI KECIL,1983 - 1987

(ton)

1) Angka sementara

VIII/38

Page 39: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

TABEL VIII - 5

NILAI EKSPOR K0M0DITI INDUSTRI KECIL,1983 - 1987(ribu US$)

1) Angka sementara

VIII/39

Page 40: I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPaket kebijaksanaan 24 Desember 1987 juga merupakan mata rantai penting dalam upaya yang diarahkan untuk lebih mendorong

Pada tahun 1987 volume ekspor industri kecil mengalami kenaikan untuk semua cabang industri kecuali industri sandang dan kulit. Kenaikan terbesar terjadi pada industri pangan, yaitu sebesar 30,7%, kemudian diikuti berturut-turut cabang industri aneka kerajinan dan umum dan industri kimia dan bahan bangunan, masing-masing sebesar 30,6% dan 24,6%. Se-dangkan industri sandang dan kulit mengalami penurunan yang cukup besar, yaitu sekitar 29,5%. Sementara itu dari segi nilai ekspor, kelompok industri kecil mengalami peningkatan untuk semua industri kecuali industri sandang dan kulit. Produksi industri pangan, industri kimia dan bahan bangunan dan industri aneka kerajinan dan umum mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu masing-masing 56,9%, 52,4% dan 277,2%. Sedang industri sandang dan kulit turun sebesar 5,1%.

Perkembangan volume dan nilai ekspor kelompok industri kecil secara rinci dapat dilihat dalam Tabel VIII-4 dan Tabel VIII-5.

Meskipun dalam tahun keempat Repelita IV, permasalahan yang dihadapi oleh kelompok industri kecil semakin dapat diatasi, penanganan pemasaran hasil produksi dan peningkatan penguasaan teknologi produksi masih terus ditingkatkan, ter-utama yang menyangkut usaha peningkatan produktivitas, mutu dan kemampuan disain. Sedangkan masalah penyediaan bahan baku/penolong baik dalam jumlah, mutu maupun harga dan kesi-nambungan pengadaannya secara berangsur-angsur dapat pula ditanggulangi. Dalam mengatasi permasalahan permodalan, kepa-da pengrajin atau pengusaha kecil yang belum bisa memanfaat-kan kredit yang disediakan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya telah dilaksanakan upaya bimbingan pengusahaan dan teknis perbankan serta penyediaan kredit untuk mereka. Dengan demikian pemasyarakatan penggunaan jasa perbankan dapat sema-kin meningkat, dan selanjutnya tidak saja bisa mendorong per-kembangan kelompok industri kecil, tetapi juga para pengusaha industri kecil dapat semakin terhindar dari cengkeraman para rentenir.

VIII/40