hukum adi

10
BAB I PENDAHULUAN Aqidah Tauhid merupakan pokok Diinul Islam, di mana tugas utama semua Nabi dan Rasul adalah menyampaikan Aqidah Tauhid, menegakkannya, serta mendidik umat di atas fondasi ini. Umat yang kuat aqidahnya akan terbebas dari semua perbudakan dan belenggu keyakinan yang menghalangi kemajuan berpikir dan produktivitas amal saleh. Aqidah kuat yang menghunjam di hati akan melahirkan buah cinta, takut dan harapan serta ketundukan yang tinggi terhadap Allah, dan ikatan hati yang kuat sesama kaum mukminin, serta semangat beramal saleh. Dalam mempelajari ilmu Tauhid para ulama telah menetapkan beberapa syarat, adapun syarat tersebut ialah 1 : a. Dengan yakin jangan menaruh syak (ragu), dhan, dan waham. b. Muafakat dengan hak yakni bersetuju dengan hukum yang benar. c. Dengan dalil aqli dan dalil naqli keterangan- keterangan yang shah dibuat dalil, bukan taqlid teturunan. 1 Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin.(Maktan Darul Hikmah,-) hlm 3. 1

Upload: alfian-ramli

Post on 29-Jul-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum adi

BAB I

PENDAHULUAN

Aqidah Tauhid merupakan pokok Diinul Islam, di mana tugas utama

semua Nabi dan Rasul adalah menyampaikan Aqidah Tauhid, menegakkannya,

serta mendidik umat di atas fondasi ini. Umat yang kuat aqidahnya akan terbebas

dari semua perbudakan dan belenggu keyakinan yang menghalangi kemajuan

berpikir dan produktivitas amal saleh. Aqidah kuat yang menghunjam di hati akan

melahirkan buah cinta, takut dan harapan serta ketundukan yang tinggi terhadap

Allah, dan ikatan hati yang kuat sesama kaum mukminin, serta semangat beramal

saleh.

Dalam mempelajari ilmu Tauhid para ulama telah menetapkan beberapa

syarat, adapun syarat tersebut ialah1 :

a. Dengan yakin jangan menaruh syak (ragu), dhan, dan waham.

b. Muafakat dengan hak yakni bersetuju dengan hukum yang benar.

c. Dengan dalil aqli dan dalil naqli keterangan-keterangan yang shah dibuat

dalil, bukan taqlid teturunan.

Apabila terhimpun ketiga perkara ini, barulah orang itu dikatakan ma’rifah

kepada Allah, maka tidak sempurnalah ma’rifah (mengenal Allah) sebelum

mengetahui hukum yang diwajibkan bagi tiap-tiap mukallaf dalam mempelajari

tauhid.

Hukum artinya adalah Sekumpulan Peraturan yang menetapkan suatu

Perbuatan. Dan melarang suatu Perbuatan. Sebab apabila terlanggar salah satu

dari Hukum Peraturan tersebut. Maka akan dikenakan Sanksi, atau diambil

tindakan oleh Undang-undang yang tertera dan di dalam peraturan itu sendiri.

Hukum yang wajib diketahui oleh mukallaf supaya dapat memahami ilmu

tauhid dengan benar dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu Hukum Aqli, Hukum

Syar’i dan Hukum ‘Adi (‘adat). Namun Pada kesempatan ini kami hanya akan

membahas tentang hukum ‘adi (‘adat) saja.

1 Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin.(Maktan Darul Hikmah,-) hlm 3.

1

Page 2: Hukum adi

BAB II

PEMBAHASAN

HUKUM ‘ADI (‘ADAT)

A.    Definisi Hukum ’Adi (‘Adat)

Hukum ‘adi (‘adat) adalah menetapkan keterkaitan suatu perkara atas

suatu perkara lainnya atau menafikannya karena disebabkan kejadiannya

berulang-ulang (sudah biasa) dan sah bersalahan antara kedua perkara itu, serta

tidak ada hubungan salah satu dengan yang lainnya2. Boleh juga hukum ‘adi ini

sebut dengan hukum Sebab Akibat.

Ketetapan hukum ‘Adi menjadi landasan hukum Syara’ maka ketentuan-

ketentuannya wajib dihormati, seperti merokok akan menimbulkan penyakit

kanker hati maka sebaiknya tidak merokok, atau apabila terlalu banyak makan

sambal akan menimbulkan sakit perut maka janganlah terlalu sering makan

sambal dan lain sebagainya.

Firman Allah dalam Qs. ar-Ra’d ayat 11

ي�غ�ي�ر� ال الله� إ�ن الله� ر� م�أ� م�ن� ظ�ون�ه� ف� ي�ح� ه� ل�ف� خ� و�م�ن� ي�د�ي�ه� ب�ي�ن� م�ن� �ب�ات ع�ق� م� ل�ه�

ل�ه� د ر� م� ف�ال وء'ا س� و�م* ب�ق� الله� اد� ر�أ� إ�ذ�ا و� م� ه� س� ب�أ�ن�ف� ا م� وا ي�غ�ي�ر� تى ح� و�م* ب�ق� ا م�

و�ال* م�ن� د�ون�ه� م�ن� م� ل�ه� ا و�م�

Artinya:

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di

muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat

menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

2Habib Utsman bi Abdullah bin ‘Aqil Bin Yahya, Kitab Sifat Dua Puluh,(Banda Aceh: Putra Aceh

Sejati, 1324H/1906M) hlm. 4

2

Page 3: Hukum adi

Firman Allah yang menunjukkan kepada Syari’at dan Hakikat, di dalam

pengamalannya bagi kita sebagai ummat Islam adalah : Firman Allah yang

menunjukkan kepada ‘Adat adalah untuk dijadikan landasan ‘amal dan

pembicaraan, sedangkan firman Allah yang menunjukkan kepada hakikat adalah

untuk di ‘itikadkan sebagai landasan tawakal, sabar dan syukur kepada Allah

SWT.

Sepanjang Allah masih menyelenggarakan hukum ‘Adat maka ketentuan

hukum ‘Adat harus dihormat (dilakukan), namun apabila Allah tidak

menyelenggarakan hukum ‘Adat, Allah tidak mentaklif untuk menjalankan

ketetapan hukum’Adat semata-mata, melainkan memerintahkan untuk bertawakal

(berserah diri) secara penuh kepada Allah SWT. Diserta dengan sabar dan

bersyukur.

Sebagaimana peristiwa yang menimpa kepada Nabi Ibrahim AS, ketika

akan dibakar oleh Raja Namrud. Di hadapan Nabi Ibrahim AS tidak nampak lagi

perjalanan Syari’at (hukum ‘Adat) untuk dapat menghindari dari kedzaliman Raja

Namrud. Di saat seperti ini Nabi Ibrahim AS berserah diri secara bulat kepada

Allah (Tawakal), di hatinya berkeyakinan bahwa api tidak mempunyai

kemampuan sedikitpun untuk menciptakan hangus dan panas, hanya Allah lah

yang mampu mewujudkan suatu perkara. Maka disaat situasi dan kondisi Nabi

Ibrahim yang demikian itu, datanglah pertolongan dari Allah, dimana ketentuan

hukum ‘Adat menjadi sangat bertolak belakang, api bukannya merasa panas

melainkan menjadi dingin yang menggigil, sebagaimana firman Allah dalam al-

Qur’an surat 21, al-Anbiya ayat 69 :

يم� اه� �ب�ر� إ ع�ل�ى ا الم' و�س� د'ا ب�ر� ك�ون�ي ن�ار� ي�ا ل�ن�ا ق�

Artinya :

“Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi

Ibrahim".

3

Page 4: Hukum adi

B.     Pembagian Hukum Adat ada empat macam, yaitu :

a. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara

(Ada dengan Ada)

Misalnya:

Ada terasa kenyang sebab Adanya makanan dalam Perut.

Ada merasa sakit sebab Adanya luka.

b. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan tidak adanya suatu

perkara (Tiada dengan Tiada)

Misalnya:

Tiada rasa kenyang sebab tiada makan.

Tiada sembuh penyakit sebab tiada minum obat.

c. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan tidak adanya sutu perkara (Ada dengan Tiada)

Misalnya :

Ada dingin sebab tiada selimut.

Ada haus sebab tiada minum.

d. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan adanya suatu

perkara (Tiada dengan Ada)

Misalnya:

Tiada dingin sebab adanya selimut.

Tiada basah sebab adanya mantel.

·      Ini menjadi suatu ilmu serta bisa memudahkan untuk menelusuri ilmu

Tauhid. Sehingga menumbuhkan rasa Haqqul Yaqin kepada Allah SWT. Dan

perlu kita perhatikan, karena seringnya kita lihat Adat Api adalah Membakar,

Adat Air adalah Membasahi, Adat Angin adalah Bertiup dingin, Adat Bumi

adalah Memberi tempat tumbuh segala tumbuhan.

4

Page 5: Hukum adi

Namun bisa hukum ‘adi ini bersalahan antara kedua perkara tersebut, yang

biasanya disebut Khawarikul ‘adi ( suatu kejadian yang bersalahan hukum ‘adi).

Adapun kejadian Khawarikul ‘adi terhimpun kedalam tujuh bagi3, antara lain:

1. Irhash : kejadian luar biasa pada Calon Nabi(Nabi masih kecil), seperti

Awan selalu menaungi Rasul Saw pada Waktu beliau dalam perjalanan

Niaga Ke Syam.

2. Mujizat : kejadian luar biasa pada Nabi dan Rasul, seperti Tongkat Nabi

Musa bisa membelah Lautan.

3. Karamah : kejadian luar biasa pada para Waliyullah, seperti bercahayanya

jari Imam Nawawi, keluar bau harum dari makam Siti Fatimah, dan dapat

berjalan diatas air Imam Abdul Qadir Jailani.

4. Maunah:kejadian luar biasa pada orang mukmin yang soleh, seperti

terselamatkan dari kejadian berbahaya yang menurut kasat mata tidak

mungkin didiselamatkan lagi, berkat dan cukup makanan yang sedikit bagi

orang banyak.

5. Istidjrad : kejadian luar biasa pada orang fasiq atau kafir, seperti

bertambah harta dan kesehatannya padahal ia selalu berbuat ma’siat

kepada Allah.

6. Ihanah : Kejadian luar biasa pada orang fasiq atau kafir namun segala yang

diinginkan berbalik kejadiaanya, seperti Musailamah Al-kasab (nabi palsu)

pada suatu hari ia meludahi sumur yang sedikit airnya dengan berkata

bahwa air sumur tersebut akan bertambah banyak, tetapi kenyataanya

sumur tersebut bertambah kering dan sama sekali tiada keluar airnya,

maka bertambahlah kehinaan dirinya.

7. Sihir : kejadian luar biasa pada orang fasiq dan kafir, seperti santet, susuk,

tenung, membuat orang sejahtera dan mudharat dengan menggunakan

iblis, syaitan atau jin.

3 Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin….hal. 21

5

Page 6: Hukum adi

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hukum adat adalah Menetapkan suatu perkara (sebab) kepada perkara

yang lain (musabbab) atau meniadakan suatu perkara dari perkara yang lain

dengan melalui suatu analisa dari sering terjadi, dan boleh bersalah, serta tidak

ada hubungan salah satu dengan yang lainnya .

Hukum adat terbagi atas empat perkara, yaitu :

a. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara.

b. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan tidak adanya suatu

perkara.

c. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan tidak adanya sutu perkara.

d. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara.

6

Page 7: Hukum adi

DAFTAR PUSTAKA

Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul

Mubtadiin.(Maktan Darul Hikmah,-)

Habib Utsman bi Abdullah bin ‘Aqil Bin Yahya, Kitab Sifat Dua Puluh, Banda

Aceh: Putra Aceh Sejati, 1324H/1906M

Kamarul Shukri Mohd. Teh, Pengantar Ilmu Tauhid (Buku digital), Kuala

Lumpur: Yeochprinco sdn. Bhd, 2008

http://rpcellular.blogspot.com/2011/10/kajian-tauhid-tentang-hukum-adat.html,

diakses 14-04-2013

7