hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dan perilaku pencegahan...

18
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: DESTIYANTO BAYU INDRASTO J 410120026 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: vocong

Post on 26-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN

PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA

PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KECAMATAN

NGEMPLAK BOYOLALI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

DESTIYANTO BAYU INDRASTO

J 410120026

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN

PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA

PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KECAMATAN

NGEMPLAK BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

DESTIYANTO BAYU INDRASTO

J 410120026

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Kusuma Estu Werdani, SKM, M.Kes

NIK. 1572

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN

PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA

PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KECAMATAN

NGEMPLAK BOYOLALI

Oleh:

DESTIYANTO BAYU INDRASTO

J 410120026

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Sabtu, 11 Februari 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Kusuma Estu Werdani, SKM., M.Kes (…………………)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Anisa Catur Widayanti, SKM., M. Epid (…………………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Tanjung Anitasari Indah, SKM., M.Kes (…………………)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Suwaji, M.Kes

NIP. 195311231983031002

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat

karyawan yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya di atas, maka

akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 11 Februari 2017

Penulis

Destiyanto Bayu Indrasto

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

1

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN

PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN GEJALA SAKIT MATA

PADA PEKERJA INDUSTRI MEBEL DI KECAMATAN

NGEMPLAK BOYOLALI

Abstrak

Industri mebel yang dimulai dari proses pemotongan kayu hingga pembuatan berbagai macam hasil produksi memiliki berbagai potensi bahaya bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang risiko paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pada pekerja industri rumah tangga mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh pekerja rumah tangga di industri mebel Kecamatan Ngemplak Boyolali yang berjumlah 63 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel bebas yaitu pengetahuan dan perilaku risiko pencegaahan, variabel terikat yaitu gejala sakit mata dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gejala sakit mata pada pekerja industri Mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang belum tentu mempunyai perilaku yang aman dalam bekerja (p > 0,05) dan ada hubungan perilaku dengan gejala sakit mata pada pekerja industri mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali (p < 0,05). Kata kunci: pengetahuan, perilaku pencegahan, sakit mata.

Abstract

The furniture industry is starting the process of cutting wood to manufacture a wide range of production has a variety of potential hazards to workers. This study aims to determine the relationship of knowledge about the risk of exposure to dust and prevention behaviors with symptoms of ocular pain in the household furniture industry workers in the district of Boyolali Ngemplak. This research is a quantitative analytic with cross sectional design. Samples were all domestic workers in the furniture industry Boyolali District of Ngemplak totaling 63 people. Data analysis was performed using bivariate analyzes to determine the relationship of independent variables such as knowledge and risk behavior pencegaahan, the dependent variable is the symptoms of eye pain with chi-square test. The results showed that was no relationship between knowledge with symptoms of ocular pain in the Furniture industry workers in District Ngemplak, Boyolali, it shows that the higher a person's knowledge does not necessarily have a safe behavior at work (p> 0.05) and there is a relationship behaviors with symptoms of sore eyes in the furniture industry workers in District Ngemplak, Boyolali (p <0.05). Keywords: knowledge, behavioral prevention, eye pain.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

2

1. PENDAHULUAN

Industri mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam menunjang

pembangunan di Indonesia. Banyak industri kecil dan menengah baik formal

maupun informal mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Salah satu

industri yang banyak berkembang adalah industri informal di bidang kayu atau

mebel (Depkes RI, 2003).

Industri mebel yang dimulai dari proses pemotongan kayu hingga

pembuatan berbagai macam hasil produksi memiliki berbagai potensi bahaya bagi

pekerja. Potensi bahaya tersebut dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan

menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja. Salah satu potensi bahaya dalam

industri ini adalah paparan debu kayu. Debu kayu dihasilkan oleh setiap proses

pengolahan kayu. Kadar debu yang berlebihan dan terus menerus dapat

mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan bagi pekerja (Tarwaka,

2014; Suma’mur 2009).

Debu kayu dapat dihasilkan dari proses penggergajian, penyerutan dan

pengamplasan sehingga dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan para

pekerja. Debu kayu yang terhirup dapat menyebabkan kelainan fungsi paru karena

terjadi penumpukan debu di paru-paru. Debu ini juga dapat menyebabkan alergi

serta gatal-gatal pada kulit. Selain itu, jika debu masuk ke dalam mata dapat

mengakibatkan alergi atau iritasi pada mata, seperti konjungtivitis (Ilyas, 2004).

Dampak akibat paparan debu kayu ini telah dibuktikan dari berbagai

macam hasil penelitian. Menurut Yusnabeti dkk (2010), ada hubungan antara

konsentrasi debu (PM10), suhu ruang kerja (p = 0,027), masa kerja (p = 0,010),

pemakaian alat pelindung diri (p = 0,001), kebiasaan merokok (p = 0,039) dengan

kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) (p = 0,045) di Desa Cilebut Barat

dan Cilebut Timur. Menurut Mila (2006), ada hubungan antara masa kerja dan

pemakaian masker dengan kapasitas vital paru pekerja. Menurut Rainel dkk

(2013), keluhan kesehatan yang dialami oleh pekerja mebel antara lain batuk-

batuk, cepat lelah, sesak napas, gatal pada kulit serta mata merah dan perih.

Pekerja yang tidak menggunakan APD akan mengalami gangguan kesehatan lebih

besar dari pada pekerja yang menggunakan APD. Selain itu, pekerja yang terpapar

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

3

debu kayu juga dapat mengalami gangguan kulit kering dan pecah, cepat lelah dan

batuk-batuk. Debu yang berukuran sangat kecil sehingga berpotensi untuk

menimbulkan gangguan kesehatan pekerja (Aji dkk, 2012).

Debu umumnya hanya berukuran 0,1 sampai 25 mikron sangat berpotensi

mengganggu kesehatan pekerja. Batasan kadar debu di lingkungan dengan

pengukuran 8 jam kerja adalah 0,15 mg/m3

berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan No.1045 tahun 2002. Bahaya yang dapat ditimbukan berupa gangguan

pernapasan, iritasi kulit, gangguan sistem pencernaan, serta bisa menimbulkan

iritasi pada mata yang dapat mengganggu penglihatan. Gangguan pada mata

karena debu sangat sering terjadi sehingga menyebabkan timbulnya reaksi

mekanisme pertahanan berupa mata merah dan gatal- gatal. Selain itu, debu yang

ada di dalam mata bisa mengakibatkan goresan pada kornea mata atau lebih dari

itu. Hal ini dapat menimbulkan rasa sakit yang cukup signifikan pada mata. Oleh

karena itu, penyebab sakit mata ini sebaiknya harus segera diberikan pertolongan

medis supaya tidak berdampak lebih buruk (Kemenkes, 2002; Ilyas, 2004).

Sakit mata bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah debu

kayu. Jika sakit mata yang disebabkan oleh debu tidak segera diberikan

pertolongan dapat menyebabkan trauma mata, mata merah atau iritasi, infeksi

pada mata, serta dapat juga menimbulkan kebutaan. Selain dapat mengganggu

kesehatan mata pekerja, keluhan sakit mata karena debu kayu ini juga dapat

menggangu produksi mebel dan menurunnya kualitas barang yang dibuat karena

ketajaman penglihatan mata pekerja berkurang. Kesadaran pekerja untuk

mengggunakan alat pelindung diri berupa kacamata pelindung sangat dibutuhkan

sehingga dapat mengurangi iritasi mata. Akan tetapi, masih banyak pekerja

industri mebel yang tidak patuh menggunakan APD tersebut (Depkes RI, 2003;

Ustiawan, 2005).

Penggunaan APD pada pekerja industri mebel akan tercapai jika didukung

oleh faktor pengetahuan tentang risiko bahaya debu yang akan diaplikasikan

dalam sebuah perilaku pencegahan. Pengetahuan tentang sikap kerja baik yang

dimiliki pekerja dapat menghindari bahaya ditempat kerja. Pengetahuan tentang

menjaga lingkungan dan alat kerja tetap bersih dapat mmenghindarkan dari resiko

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

4

paparan debu sisa-sisa industri mebel. Pengetahuan pekerja sangat berperan

penting terhadap kesehatannya (Tarwaka, 2014; Notoatmodjo, 2007). Menurut

Dhanang, ada hubungan antara pengetahuan (p value 0,001) dan sikap (p value

0,02) dengan praktik penggunaan alat pelindung diri. Pekerja yang terpapar debu

kayu secara terus menerus akan merasakan berbagai jenis gangguan kesehatan.

Gangguan kesehatan akibat debu kayu juga dialami oleh para pekerja

industri mebel di daerah Ngemplak Boyolali. Hasil survei pendahuluan pada bulan

Maret 2016 terhadap 30 pekerja diperoleh informasi tentang gangguan kesehatan

berupa, batuk-batuk (66,67%), mengalami mata merah dan perih (93,40%), gatal

pada kulit (52,80%), kulit kering dan pecah-pecah (40%), cepat lelah (50%), dan

sesak napas (33,33%). Data tersebut memperlihatkan bahwa keluhan pekerja

tentang mata merah dan perih merupakan gangguan kesehatan yang sering

dirasakan oleh pekerja.

Produksi kayu di industri mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali

menghasilkan debu kayu yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pada

pekerja. Gangguan kesehatan mata merupakan keluhan paling banyak dialami

oleh pekerja. Pengetahuan pekerja sangat diperlukan untuk melakukan upaya

pencegahan agar tidak terjadi sakit mata secara berkelanjutan. Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang risiko paparan

debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pada pekerja industri

mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan rancangan cross

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang

risiko paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pada pekerja

industri rumah tangga mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali (Saryono, 2013).

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September 2016 di sentra industri rumah

tangga mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pekerja rumah tangga di industri mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali yang

berjumlah 63 orang. Sampel penelitian ini adalah seluruh pekerja rumah tangga di

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

5

industri mebel Kecamatan Ngemplak Boyolali yang berjumlah 63 orang. Penelitian ini

menggunakan teknik exhaustive sampling untuk pengambilan sampelnya.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat untuk

mengetahui hubungan variabel bebas yaitu pengetahuan dan perilaku risiko

pencegaahan, variabel terikat yaitu gejala sakit mata dengan uji chi-square. Apabila

terdapat sel yang nilai expected kurang dari 5 pada uji chi-square maka menggunakan

uji fisher exact. Analisis dilakukan dengan perangkat lunak komputer tingkat signifikan

α= 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis Univariat

3.1.1. Gambaran Perilaku Pencegahan Gejala Sakit Mata Pekerja Di Sentra

Industri Mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali

Data perilaku pencegahan gejala sakit mata pekerja di sentra industri mebel

Kecamatan Ngemplak, Boyolali menunjukkan bahwa yang berperilaku baik

sebanyak 31,7% dan yang berperilaku buruk sebanyak 68,3%.Data tersebut

menunjukkan bahwa pekerja yang berperilaku aman sedikit dan yang berperilaku

buruk cukup banyak Hal ini dapat dilihat pada tabel 2, sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Perilaku Pencegahan Gejala Sakit Mata Pekerja Di Sentra

Industri Mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali

Perilaku Jumlah Presentase (%)

Baik 20 31,7

Buruk 43 68,3

Total 63 100

Rincian item perilaku pencegahan gejala sakit mata pekerja di sentra

industri mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali dapat dilihat pada tabel 2, sebagai

berikut:

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

6

Tabel 2. Gambaran Persentase Jawaban Responden untuk Variabel Perilaku

Perilaku Pekerja Yang Melakukan

n (%)

Pekerja sering menggunakan kaca mata

pelindung saat bekerja.

14 22,22

Pekerja sering mngucek mata saat

bekerja tanpa cuci tangan.

43 68,25

Pekerja menggunakan kaos tangan saat

bekerja.

5 7,93

Pekerja menggunakan masker saat

bekerja.

51 80,95

Pekerja mencuci tangan sehabis bekerja. 56 88,88

Pekerja selalu mandi setelah bekerja. 58 92,06

Pekerja mngganti baju setelah bekerja’ 59 93,65

Pekerja membersihkan atau menyapu

tempat kerja setelah selesai bekerja.

48 76,19

Pekerja membersihkan alat-alat setelah

selesai bekerja.

56 88,88

Pekerja segera memeriksakan diri

ketempat pelayan kesehatan (puskesmas,

dokkter, klinik, rumah sakit) saat Anda

mengalami sakit mata.

51 80,95

3.1.2. Gambaran Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Terhadap Gejala

Sakit Mata Pekerja Di Sentra Industri Mebel Kecamatan Ngemplak,

Boyolali

Data pengetahuan pekerja di industri mebel Kecamatan Ngemplak,

Boyolsali menunjukkan hasil sebanyak 38 pekerja (60,3%) berpengetahuan tinggi

dan sebanyak 25 pekerja (39,7%) berpengetahuan rendah. Hal ini dapat dilihat

pada tabel 3, sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Pengetahun Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu

Terhadap Gejala Sakit Mata Pekerja Di Sentra Industri Mebel Kecamatan

Ngemplak, Boyolali

Pengetahun Jumlah Presentase (%)

Tinggi 38 60,3

Rendah 25 39,7

Total 63 100

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

7

Hasil tersebut didapatkan dari 11 pertanyaan Hal ini dapat dilihat pada tabel

4, sebagai berikut.

Tabel 4. Gambaran Proporsi Jawaban Responden untuk Variabel Perilaku

Pengetahuan Pekerja Yang Menjawab Benar

n %

Mata merah dan gatal merupakan salah

satu ciri akibat terkena paparan debu.

54 85,71

Penggunaan masker sangat diperlukan

oleh pekerja industri mebel.

59 93,65

Pengguanaan kaca mata pelindung tidak

diperlukan oleh pekerja mebel.

39 61,90

Pekerja tidak membutuhkan sarung

tangan dalam setiap pekerjaan di industri

mebel.

39 61,90

Kebersihan ditempat kerja tidak

diperlukan di industri mebel.

44 69,84

Pekerja perlu menjaga kebersihan alat

setelah selesai bekerja.

59 93,65

Jenis debu kayu mempengaruhi tingkat

bahaya debu di lingkungan kerja.

53 84,12

Dampak dari debu kayu dapat

menyebabkan kulit gatal-gatal.

35 55,55

Kebutaan dapat disebabkan karena mata

yang terkena infeksi yang tidak segara

diobati.

57 90,47

Debu kayu merupakan jenis debu

organik.

31 49,20

Potensi bahaya debu yang tidak

diperhatikan bisa menyebabkan

kecelakaan yang dapat menyebabkan

kerugian produksi dan penurunan kualitas

kerja.

42 66,66

3.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

pengetahuan, dan perilaku risiko pencegahan gejala sakit mata. Hasil analisis

tersebut dapat dilihat pada tabel 5, sebagai berikut:

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

8

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Paparan Debu Dan Perilaku

Pencegahan Denggan Gejala Sakit Mata Pada Pekerja Industri Mebel Di

kecamatan Ngemplak Boyolali

Variabel

Gejala Sakit Mata

N % P value Tidak ada Ada

n (%) N (%)

Pengetahuan

38 100 0,74 Tinggi 23 60,5 15 39,5

Rendah 9 36 16 64 25 100

Perilaku

20 100 0,032 Baik 6 30 14 70

Buruk 26 60,5 17 39,5 43 100

Analisis hubungan pengetahuan dan gejala sakit mata dengan uji Chi-

square menunjukkan p = 0,74 (≥0,05) sehingga H0 diterima, yang berarti tidak

ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit

mata pada pekerja industri mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Jumlah

responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak mempunyai gejala sakit

mata sebanyak 23 (60,5%) dan memiliki pengetahuan tinggi yang mempunyai

gejala sakit mata sebanyak 15 (39,5%). Sedangkan pekerja yang mempunyai

pengetahuan rendah namun tidak mempunyai gejala sakit mata sebanyak 9

(14,3%) dan memiliki pengetahuan rendah yang mempunyai gejala sakit mata

sebanyak 16 (25,4%).

Analisis hubungan antara perilaku dengan gejala sakit mata menunjukkan

hasil uji statistik p value 0,032 sehingga H0 ditolak, yang berarti bahwa ada

hubungan perilaku dengan gejala sakit mata pada pekerja industri mebel di

Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Jumlah responden yang memiliki perilaku baik

dan tidak mempunyai gejala sakit mata pada pekerja industri mebel sebanyak 6

(30%) dan memiliki perilaku buruk namun mempunyai gejala sakit sebanyak 14

(70%). Sedangkan perilaku responden yang buruk dengan gejala sakit mata dan

tidak mempunyai gejala sakit mata 26 (60,5%) dan memiliki perilaku buruk

namun mempunyai gejala sakit mata sebanyak 17 (39,5%).

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

9

3.3. Perilaku Pencegahan Gejala Sakit Mata Pekerja Di Sentra Industri

Mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali

Perilaku pencegahan sakit mata adalah respon atau tindakan untuk

melakukan pencegahan sakit mata. Perilaku pencegahan gejala sakit mata pekerja

di sentra industri mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali menunjukkan bahwa

pekerja mempunyai perilaku buruk dalam pencegahan gejala sakit mata. Hal ini

disebabkan sebagian besar pekerja tidak menggunakan kaca mata pelindung saat

bekerja, sering mengucek mata saat bekerja tanpa cuci tangan, tidak menggunakan

kaos tangan saat bekerja.

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Saufi., dkk (2016) tentang

penerapan budaya keselamatan kerja oleh radiografer di Instalasi Radiologi rumah

sakit Respira Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua

radiografer tidak patuh dalam memakai APD karena radiografer menganggap

mereka berada di balik tabir timbal, sehingga mereka merasa aman walaupun

bekerja tanpa memakai APD. Hal ini juga didukung oleh penelitian Henong

(2016) tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada Bengkel St. Yosef Nenuk

Atambua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa karyawan yang

seringkali lalai dalam menjalankan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak

manajemen, misalnya tidak menggunakan APD secara baik dan benar,

meninggalkan bengkel dalam keadaan kotor dan alat kerja yang berserakan di

lantai, kerja tidak sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh pengawas.

3.4. Pengetahuan tentang Resiko Paparan Debu terhadap Gejala Sakit Mata

Pekerja di Sentra Industri Mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali

Pengetahuan pekerja di industri mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali

menunjukkan hasil bahwa tingkat pengetahuan pekerja termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini terlihat dari pemahaman para pekerja tentang ciri akibat terkena

paparan debu, penggunaan masker dalam bekerja, kebersihan alat setelah selesai

kerja, jenis debu kayu yang mempengaruhi bahaya debu di lingkungan kerja,

penyebab kebutaan dan potensi bahaya debu.

Hasil penelitian ini relevan dengan Kusumaningrum dan Hariyono (2016)

tentang evaluasi penggunaan alat pelindung diri pada Perawat Unit Hemodialisa

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

10

di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pengetahuan petugas, sikap, dan keyakinan tentang alat pelindung diri

(APD) sudah cukup baik hal ini terbukti dari jawaban yang petugas sampaikan,

namun juga hanya sebatas pengetahuan saja karena tidak semua diterapkan saat

tindakan Hemodialisa. Kebijakan atau SPO di unit Hemodialisa untuk

pelaksanaan Hemodialisa sudah sesuai. Hal ini juga didukung oleh penelitian

Syaputra, dkk (2016) tentang pengetahuan mengenai keselamatan berkenda.

Berdasarkan hasil dan pembahasan diambil kesimpulan bahwa sebagian besar

pengetahuan dan sikap responden mengenai keselamatan berkendara (safety

riding) sudah baik. Meskipun angka terjadinya insiden di jalan raya masih cukup

tinggi. Hal tersebut disebabkan pengetahuan dan sikap yang positif atau baik tidak

selalu disertai dengan tindakan yang positif oleh individu, karena norma individu

sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor lingkungan dan orang

terdekat.

3.5. Hubungan Pengetahuan tentang Resiko Paparan Debu dengan Gejala

Sakit Mata pada Pekerja Industri Mebel di Kecamatan Ngemplak,

Boyolali

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia

itu sendiri. Tingkat pengetahuan pekerja yang tinggi mampu mengetahui gejala

gangguan kesahatn pada mata yang diakibatkan dari proses produksi. Hasil

penelitian pada pekerja industri mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali, yang

mayoritas mempunyai pengetahuan tinggi yang tidak mengalami gejala sakit mata

sebanyak 23 orang (60,5%). Akan tetapi, ada pekerja yang memiliki pengetahuan

tinggi yang memiliki gangguan mata sebanyak 39,5%. Hasil uji statistik

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gejala sakit

mata pada pekerja industri Mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali dengan nilai

p = 0,74. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang

belum tentu mempunyai perilaku yang aman dalam bekerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Ahmad (2012), bahwa tidak terdapat hubungan pengetahuan dengan praktek

penggunaan APD, hal tersebut akan menyebabkan terjadinya gangguan mata yang

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

11

alami oleh pekerja. Begitu juga dengan penelitian Dahlawy (2008) tentang faktor

perilaku keselamatan dan kesejahatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keselamatan dan

kesehatan kerja. Namun hal ini tidak relevan dengan penelitian Wardani (2010)

tentang sikap pengetahuan keselamatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel sikap pengetahuan

keselamatan terhadap perilaku keselamatan.

3.6. Hubungan Perilaku Pencegahan dengan Gejala Sakit Mata pada Pekerja

Industri Mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali

Perilaku merupakan responden seseorang terhadap stimuluus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, responden ini bisa bersifat pasif dan juga dapat

bersifat aktif yaitu tindakan nyata. Pada penelitian ini didapatkan perilaku pekerja

yang ada hubungan hubungan antara perilaku dengan gejala sakit mata

menunjukkan hasil uji statistik p value 0,032 sehingga H0 ditolak, yang berarti

bahwa ada hubungan perilaku dengan gejala sakit mata pada pekerja industri

mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali. Jumlah responden yang memiliki

perilaku baik dan tidak mempunyai gejala sakit mata pada pekerja industri mebel

sebanyak 6 (30%) dan memiliki perilaku buruk namun mempunyai gejala sakit

sebanyak 14 (70%). Sedangkan perilaku responden yang buruk dengan gejala

sakit mata dan tidak mempunyai gejala sakit mata 26 (60,5%) dan memiliki

perilaku buruk namun mempunyai gejala sakit mata sebanyak 17 (39,5%).

Hasil penelitian relevan dengan penelitian Ruhyandi dan Candra (2009)

tentang perilaku kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada karyawan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terhadap hubungan yang bermakna antara sikap

dengan perilaku pengguna APD pada karyawan bagian press shop di PT.

Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. Namun penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian Pertiwi (2016), yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan

kejadian kecelakaan kerja pada pekerja di PT Aneka Adhilogam Karya, Ceper

Klaten.

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

12

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang risiko

paparan debu dan perilaku pencegahan dengan gejala sakit mata pada pekerja industri

mebel di Kecamatan Ngemplak Boyolali dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Perilaku pencegahan gejala sakit mata pekerja di sentra industri mebel

Kecamatan Ngemplak, Boyolali menunjukkan bahwa pekerja mempunyai

perilaku buruk dalam pencegahan gejala sakit mata.

2. Pengetahuan pekerja di industri mebel Kecamatan Ngemplak, Boyolali

menunjukkan hasil bahwa tingkat pengetahuan pekerja termasuk dalam

kategori tinggi.

3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gejala sakit mata pada

pekerja industri Mebel di Kecamatan Ngemplak, Boyolali, hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang belum tentu

mempunyai perilaku yang aman dalam bekerja.

4. Ada hubungan perilaku dengan gejala sakit mata pada pekerja industri mebel

di Kecamatan Ngemplak, Boyolali.

4.2. Saran

Adanya berbagai keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka

peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Berhadapan dengan karyawan yang kurang tertib dalam menjalankan

tugasnya, misalnya terlambat hadir tepat waktu, tidak menggunakan APD

ketika bekerja, membiarkan alat kerja berhamburan di lantai pihak manajemen

sebaiknya memberikan teguran langsung maupun tertulis. Jika masih terus

dilanggar hendaknya diberi sanksi, karena selama ini sanksi belum pernah

diterapkan kepada pekerja.

2. Pihak manajemen hendaknya terus mengawasi pekerja, sehingga para pekerja

tidak bekerja sendirian. Ketika terjadi ketidaktahuan dalam menyelesaikan

suatu pekerjaan atau penggunaan mesin, para pekerja langsung bertanya dan

mendapat jawaban yang benar, dengan demikian pekerja merasa aman,

nyaman dan produktif.

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

13

DAFTAR PUSTAKA Ahmad R. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Karyawan Dengan

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada PT. Harta Samudra Pelabuhan

Perikanan Nusantara Ambon Tahun 2012. [Skripsi Ilmiah]. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Aji SD, Maywati S, Faturahman Y. 2012. Dampak Paparan Debu Kayu terhadap

Keluhan Kesehatan Pekerja Mebel Sektor Informal di Sindang Galih

Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya:

Universitas Siliwangi.

Dalhawy AD. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan PT. Antam Tbk, Unit Bisnis

Pertambangan Emas Pngkor Kabupaten Bogor Tahun 2008. [Skripsi

Ilmiah]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan

Kerja. Jakarta: Depkes RI.

Henong SB. 2016. Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Bengkel St.

Yosef Nenuk Atambua. Yogyakarta: Seminar Nasional Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Gadjah Mada University Press.

Ilyas S. 2004. Masalah Kesehatan Mata Anda. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

Kusumaningrum ID dan Hariyono W. 2016. Evaluasi Penggunaan Alat Pelindung

Diri Pada Perawat Unit Hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II. Yogyakarta: Seminar Nasional Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Gadjah Mada University Press.

Mila SM. 2006. Hubungan antara Masa Kerja, Pemakaian Alat Pelindung

Pernafasan (Masker) pada Tenaga Kerja Bagian Pengamplasan dengan

Kapasitas Fungsi Paru PT. Accet House Pecangaan Jepara. Semarang:

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta.

Pertiwi P. 2016. Hubungan antara Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja di PT. Aneka

Adhilogam Karya Ceper Klaten. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Jurnal

Publikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rainel F, Zulkarnaini, Hamidi Y. 2003. Analisis Faktor Lingkungan dan Faktor

Pekerja terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Industri Mebel di Kota

Pekan Baru. Pekan Baru: Sekolah Tinggi Kesehatan Al-Isyrah.

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PAPARAN DEBU DAN PERILAKU PENCEGAHAN …eprints.ums.ac.id/50580/1/Publikasi-Ilmiah.pdf · 2017-03-23 · menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja

14

Ruhyandi dan Candra E. 2009. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku

Kepatuhan Penggunaan APD Pada Karyawan Bagian Press Shop Di PT.

Almasindo II Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Kesehatan Kartika. Vol. 1,

No. 5.

Saryono AMD. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam

Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saufi A, Mudayana, dan Ahmad A. 2016. Analisis Penerapan Budaya

Keselamatan Kerja Oleh Radiografer di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Paru Respira. Yogyakarta: Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. Gadjah Mada University Press.

Suma’mur PK. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).

Jakarta: CV. Sagung Seto.

Syaputra EM., Hazairin I., Sujiah., Hermawan, Bambang. 2016. Pengetahuan dan

Sikap Mengenai Keselamatan Berkendara (Safety Riding) dengan Insiden di

Jalan Raya Pada Pelajar SMA Muhammadiyah 5 Kota Yogyakarta.

Yogyakarta: Seminar Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja Gadjah

Mada University Press.

Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi

K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Ustiawan A. 2005. Hubungan Paparan Debu Gamping terhadap Ketajaman

Penglihatan pada Pekerja di UD. Usaha Maju Yogyakarta. Semarang:

Universitas Diponegoro Semarang.

Yusnabeti RAW dan Ruth L. 2010. PM10 dan Infeksi Saluran Pernapasaran Akut

pada Pekerja Industri Mebel. Makara Kesehatan. Vol. 14, No. 1.