hubungan intensitas paparan sinar...

66
HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS DI KPKM RENI JAYA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Oleh Achmad Faris Wahyudi NIM 11151030000031 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2018 M

Upload: others

Post on 20-Feb-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR

MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA

PASIEN OSTEOARTRITIS DI KPKM RENI JAYA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran

Oleh

Achmad Faris Wahyudi

NIM 11151030000031

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2018 M

Page 2: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

ii

Page 3: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

iii

Page 4: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

iv

Page 5: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan penelitian ini. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad shallalahu alaihi

wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta seluruh umatnya.

Alhamdulillah penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku ketua program studi kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah.

3. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT dan dr. Marita Fadhilah, Ph.D selaku

pembimbing I dan pembimbing II saya yang senantiasa memberi arahan,

nasihat, dan bantuan dalam penyusunan penelitian ini.

4. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT dan dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc selaku

penguji, yang telah meluangkan waktunya untuk menguji penelitian saya serta

memberi arahan dalam pengujian kelayakan penelitian ini.

5. dr. Flori Ratnasari, Ph.D selaku penanggungjawab (PJ) modul riset PSPKD

2015

6. Mba Ayu dari KPKM Reni Jaya yang telah membantu dalam pengumpulan

data untuk penelitian ini.

7. Ayahanda Ir. Jefri Wahyudi, MBA. dan Ibunda Dr. Widjajani, Ir., M.T. kedua

orang tua saya yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasihnya, serta

memberi semangat dan doa untuk kebaikan saya dalam menjalani pendidikan

dan keseharian saya hingga saat ini. Kedua kakak saya Afina Fauzia Rahayu

S.Sn dan Azka Fauzan Wahyudi S.E yang selalu menaburkan kebahagiaan

Page 6: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

vi

dan keceriaan dalam keseharian saya. Terima kasih atas kebaikan tanpa

mengenal pamrih yang selalu diberikan kepada saya sampai kapan pun.

Dan seluru keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang kepada

saya.

8. Teman-teman kelompok riset saya, Reyfal Khaidar, Gebry Nadira S.Ked,

Amalina Fitria Sari S.Ked yang berjuang bersama dalam menyelesaikan

penelitian ini.

9. Teman-teman angkatan saya Robby Franata, Royan Zanis, Moh. Andre

Yudha, Aji Dwi Saputra, Andi Noldy, Alam Sampoerna dan teman-teman

Amigdala (FK UIN 2015) yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu yang

senantiasa memberi dukungan dan motivasi.

10. Vita Rosalinda S.Ikom yang selalu mensupport saya dalam mengerjakan

skripsi ini.

11. Seluruh pihak yang membantu, memberi semangat, serta motivasi dalam

penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan agar laporan

penelitian ini menjadi lebih baik.

Demikian skripsi ini saya tulis, semoga dapat memberikan banyak manfaat bagi

penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Ciputat, 4 April 2018

Penulis

Page 7: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

vii

ABSTRAK

Wahyudi, Achmad Faris. HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR

MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN

OSTEOARTRITIS LANSIA DI KPKM RENI JAYA. 2018

Vitamin D yang dihasilkan dengan bantuan sinar matahari merupakan sumber utama

vitamin D yang dibutuhkan tubuh. Indonesia sendiri mempunyai iklim tropis yang

mendapatkan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Meskipun demikian,

prevalensi defisiensi vitamin D khususnya pada lansia masih tinggi di Indonesia.

Vitamin D penting untuk penderita osteoartritis, karena telah ditemukan VDR dalam

sel yang berada pada sendi dan dapat berhubungan dengan patogenesis penyakit

tersebut.

Objektif: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan intensitas paparan

sinar matahari terhadap kadar serum 25(OH)D pada lansia yang telah terdiagnosis

osteoarthritis lutut yang berobat ke KPKM Reni Jaya pada bulan Februari hingga Mei

2017.

Metode: Penelitian ini adalah cross-sectional dengan design penelitian analitik

observasional dan pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling hingga

jumlah sampel mencapai 150 reponden. Pemeriksaan intensitas paparan sinar

matahari dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan pengukuran kadar serum

25(OH)D dengan menggunakan chemoluminescent immunoassay.

Hasil: Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square, didapatkan P value

sebesar 0,512 yang berarti tidak ada hubungan bermakna secara statistik. Hal ini

dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian diluar

variabel yang diteliti.

Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa intensitas paparan sinar matahari

secara statistik tidak berhubungan secara bermakna dengan kadar serum vitamin

25(OH)D pada lansia yang telah terdiagnosis osteoartritis di KPKM Reni Jaya.

Kata Kunci: Sinar matahari, kadar serum 25(OH)D, Osteoartritis.

Page 8: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

viii

ABSTRACT

Faris Wahyudi, Achmad. HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR

MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN

OSTEOARTRITIS LANSIA DI KPKM RENI JAYA. 2018

Vitamin D which produced by sun-exposure is the main source of vitamin D that is

needed by the body. Indonesia has tropical climate that get sun-exposure troughout

year. Nevertheless, vitamin D deficiency especially on elderly still high in Indoneisa.

Vitamin D is important to patient with osteoathritis, because VDR have been found in

the cell which in the joints and it’s known that it’s related with the disease’s

pathogenesis.

Objective of this study is to determine the effect of sun-exposure to serum 25(OH)D

on elderly that have been diagnosed with knee osteoarthritis that get treatment at

KPKM Reni Jaya on February to May 2017.

Methods: This study’s method is a cross-sectional with the analytic observational

design and consecutive sampling of sample collection until reach 150 respondents.

Examination to sun-exposure is done by questionnaire and measurement of serum 25

(OH) D with chemoluminescent immunoassay.

Result: After the statistic test using chi-square, P value of this study is 0.512 that

mean no statistical correlation. This result can be happens because there are factors

that influence the result of this study beside the variable that's been inspected.

Conclusion: The conclusion of this study is that sun-exposure statistically didn’t

correlate with serum 25(OH)D on osteoarthritis patients in KPKM Reni Jaya.

Keyword : Sun-exposure, serum 25(OH), Osteoarthritis.

Page 9: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ........................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ......................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3

1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

1.5.1 Bagi Institusi ........................................................................................... 4

1.5.2 Bagi Masyarakat...................................................................................... 4

1.5.3 Bagi Peneliti ............................................................................................ 4

1.5.4 Bagi Peneliti Lain .................................................................................... 4

BAB II ........................................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5

Page 10: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

x

2.1 Landasan Teori ............................................................................................... 5

2.1.1 Vitamin D ................................................................................................ 5

2.1.2 Metabolisme vitamin D ........................................................................... 6

2.1.3 Fungsi vitamin D aktif (calcitriol)........................................................... 7

2.1.4 Peran vitamin D aktif dalam regulasi Ca2+

serum, pengaruh terhadap

sistem muskuloskeletal, dan interaksinya dengan hormon paratiroid. .................. 8

2.1.5 Peran vitamin D aktif pada organ-organ tubuh. .................................... 10

2.1.6 Kadar serum vitamin D ......................................................................... 10

2.1.7 Kadar Vitamin D dari Makanan yang Dibutuhkan Tubuh .................... 12

2.1.8 Jenis Makanan yang Mengandung Vitamin D ...................................... 13

2.1.9 Sinar Matahari dalam Pembentukan Vitamin D ................................... 15

2.1.10 Sintesis previtamin D oleh Sinar Matahari ........................................... 15

2.1.11 Epidemiologi defisiensi vitamin D ....................................................... 16

2.1.12 Kadar Sinar Matahari yang Sesuai ........................................................ 16

2.2 Kerangka Teori ............................................................................................. 17

2.3 Kerangka Konsep ......................................................................................... 18

BAB III ....................................................................................................................... 19

METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 19

3.1 Desain Penelitian .......................................................................................... 19

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 19

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 19

3.4 Besar Sampel Penelitian ............................................................................... 19

3.5 Cara Pengambilan Sampel ............................................................................ 20

3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian ........................................... 20

3.6.1 Kriteria Inklusi ...................................................................................... 20

3.6.2 Kriteria Eksklusi.................................................................................... 21

3.7 Alat dan Bahan ............................................................................................. 21

3.8 Alur Penelitian .............................................................................................. 21

3.9 Cara Kerja Penelitian .................................................................................... 22

3.10 Identifikasi Variabel ................................................................................. 22

Page 11: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

xi

3.10.1 Variabel Terikat .................................................................................... 22

3.10.2 Variabel Bebas ...................................................................................... 22

3.11 Manajemen Data ....................................................................................... 22

3.11.1 Pengolahan Data.................................................................................... 22

3.11.2 Analisis Data ......................................................................................... 23

3.12 Definisi Operasional ................................................................................. 24

BAB IV ....................................................................................................................... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 26

4.1 Karakteristik Responden .............................................................................. 26

4.1.1 Usia Responden ..................................................................................... 26

4.1.2 Jenis Kelamin ........................................................................................ 27

4.1.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) ................................................................. 28

4.1.4 Intensitas Paparan Sinar Matahari ......................................................... 29

4.1.5 Kadar Serum Vitamin 25(OH)D ........................................................... 29

4.2 Hubungan antara Intensitas Paparan Sinar Matahari dengan Kadar Serum

25(OH)D. ................................................................................................................ 30

4.3 Korelasi Usia, Jenis Kelamin, dan IMT dengan kadar serum vitamin

25(OH)D ................................................................................................................. 34

4.3.1 Korelasi Usia dengan Kadar Serum Vitamin 25(OH)D ........................ 34

4.3.2 Korelasi Jenis Kelamin dengan Kadar Serum Vitamin 25(OH)D ........ 35

4.3.3 Korelasi IMT dengan Kadar Serum Vitamin 25(OH)D ........................ 36

4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 38

BAB V ......................................................................................................................... 39

SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 39

5.1 Simpulan ........................................................................................................... 39

5.2. Saran ................................................................................................................. 39

BAB VI ....................................................................................................................... 41

KERJASAMA RISET ................................................................................................. 41

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 42

Lampiran ..................................................................................................................... 48

Page 12: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 kategori status kesehatan kadar 25(OH)D serum ……………………… 11

Tabel 2.2 klasifikasi kadar serum 25(OH)D ……………….………………………12

Tabel 2.3 Rekomendasi Asupan Vitamin D …………….………………………….13

Tabel 2.4 Makanan yang mengandung vitamin D……..……………………………14

Tabel 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ……………………………….26

Tabel 4.1.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.......………..…………27

Tabel 4.1.3 Distribusi responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)………..28

Tabel 4.1.4 Distribusi responden berdasarkan intensitas paparan sinar matahari..29

Tabel 4.1.5 Distribus responden berdasarkan kadar serum vitamin 25(OH)D …29

Tabel 4.2.1 Gambaran korelasi antara intensitas paparan sinar matahari dengan

kadar serum 25(OH)D …….………………………………………………………...30

Tabel 4.2.2 Tabulasi silang antara Paparan sinar matahari dengan kadar serum

vitamin 25(OH)D …………………………………….……………………………...31

Tabel 4.3.1 Gambaran korelasi antara usia dengan kadar serum vitamin

25(OH)D……………………………………………………………………………..34

Tabel 4.3.2 Gambaran korelasi antara jenis kelamin dengan kadar serum vitamin

25(OH)D. ……………………………………………………………………………36

Tabel 4.3.3 Gambaran korelasi antara IMT dengan kadar serum vitamin 25(OH)D

…………………………………………………………………………………...…..37

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk-bentuk vitamin D dalam tubuh …………..………….…..……5

Gambar 2.2 Metabolisme vitamin D …………..………….…..…………………...7

Gambar 2.2 Interaksi vitamin D dengan hormon paratiroid dan kalsium …….…..9

Page 13: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat etik penelitian…………………………………………..……...52

Lampiran 2 Lembar data penelitian responden …………………………..………53

Lampiran 3 Lembar data penelitian SPSS …………………………………..……54

DAFTAR SINGKATAN

KPKM : Klinik kesehatan pelayanan masyarakat

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

PTH : Paratiroid Hormon

RANK : Receptor activator of nuclear factor kappa-Β

VDR : Vitamin D receptor

DNA : Deoxyribonucleic acid

DRIs : Dietary Reference Intakes

MMP : metalloproteinase

PGE2 : Prostaglandin E2

OA : Osteoartritis

RIA : Radioimmunoassay

ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay

UV : Ultraviolet

SRAA : Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

7-DHC : 7-dehydrocholesterol

IUs : International Units

IMT : Indeks Massa Tubuh

Page 14: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin D atau yang biasa disebut kalsiferol adalah vitamin yang larut lemak.

Vitamin ini memiliki dua bentuk, yaitu vitamin D2 atau ergokalsiferol dan vitamin

D3 atau kolekalsiferol yang lebih banyak ditemukan dibanding ergokalsiferol.

Vitamin ini merupakan turunan dari molekul steroid yang merupakan salah satu

turunan dari kolesterol. 1 2

Berdasarkan fungsinya pada setiap sel targetnya, vitamin D sangat berperan

dalam regulasi kalsium dan fosfat di dalam tubuh. Seperti yang kita ketahui, kalsium

dan fosfat adalah mineral yang sangat penting untuk berbagai fungsi fisiologis tubuh

seperti pertumbuhan tulang, penghantaran impuls antara saraf, kontraksi otot, hingga

berpengaruh terhadap sekresi hormon. Vitamin D juga mempengaruhi kerja sitem

imun tubuh.3 4

Sel-sel yang dipengaruhi oleh calcitriol (Vitamin D aktif) antara lain terdapat

pada organ ginjal, intestinal, tulang, kelenjar paratiorid, dan juga sel-sel sistem imun

tubuh. Pada ginjal, calcitriol dapat meningkatkan rearbsorpsi calsium dan fosfat di

tubulus kontortus proksimal. Pada intestinal, calcitriol berguna untuk meningkatkan

arbsorpsi calsium dan fosfat. Calcitriol berguna sebagai pengatur dalam pengaktifan

sel osteoclast dan sel osteblast pada tulang, yaitu sel-sel yang berfungsi sebagai bone

remodelling dan bone forming. Calcitriol juga berguna untuk mengurangi sintesis dan

sekresi dari hormon paratiroid (PTH) dan meregulasi proliferasi sel paratiroid

tersebut. Dalam sistem imun tubuh, calcitriol mempengaruhi diferensiasi sel T,

aktifasi sel makrofag dan juga berfungsi dalam produksi sitokin.3 4

Page 15: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

2

Oleh karena fungsinya yang sangat vital tersebut, kekurangan vitamin D akan

berdampak banyak pada tubuh. Mulai dari sulit untuk berkonsentrasi, lemas, lemah

otot, tulang yang kehilangan kekuatannya yang dapat menyebabkan perubahan

bentuk tulang, dan juga dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh.

Osteoarthritis (OA) adalah bentuk radang pada persendian yang paling sering

terjadi di dunia. Penyakit ini ditandai dengan hilangnya kartilago artikular secara

bertahap dan perubahan pada struktur persendian lainnya yang mengakibatkan

pergantian sendi secara keseluruhan. Hingga saat ini, belum ada obat untuk

menyembuhkan OA, dan perkembangan dari pendekatan yang inovatif dengan biaya

yang efektif untuk mencegah perkembangan dari OA sangat penting. 5

Tetlow et al (2001) dalam penelitiannya menemukan vitamin D receptors

(VDRs) pada kondrosit di artikular manusia, 1α-25(OH)2D3 meregulasi ekpresi dari

metalloproteinase (MMP) dan prostaglandin E2 (PGE2) di kontrosit via VDRs. Hal

ini mengindikasikan bahwa vitamin D dapat mempengaruhi secara langsung

metabolisme kartilago sendi.6

Ostearthritis merupakan penyakit yang mempengaruhi keseluruhan struktur

pada sendi, termasuk kartilago, tulang dan otot. Dengan menargetkan jaringan-

jaringan sendi inilah suplementasi Vitamin D dapat memodifikasi progresivitas OA

dan memperkuat kemampuan tulang untuk dapat secara optimal merespon proses

patofisiologis OA dan menghambat progresivitas penyakit tersebut. 5

Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara paparan

sinar matahari dengan kadar serum vitamin D oleh Siti Setiati (2008). Penelitian uji

klinik acak terbuka ini melibatkan 74 perempuan berusia 60 - 90 tahun yang tinggal

di 4 panti werda di Jakarta dan Bekasi. Penelitian ini menghasilkan waktu pemajanan

yang optimal adalah 1 jam sebelum dan sesudah tengah hari. Prevalensi defisiensi

vitamin D pada wanita usia lanjut adalah 35,1%. Pada kelompok terpajan, konsentrasi

25(OH)D meningkat lebih tinggi daripada yang tidak dipajan (51,8% vs 12,5%).

Penelitian Yoshepin (2014) yang berjudul Peranan Ultraviolet B Sinar Matahari

Terhadap Status Vitamin D dan Tekanan Darah pada Wanita Usia Subur yang

membandingkan status vitamin D dan tekanan darah sebelum dan setelah mendapat

Page 16: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

3

paparan sinar matahari pada wajah dan lengan tiga kali seminggu selama 12 minggu

di 21 wanita sehat menghasilkan kesimpulan bahwa paparan sinar matahari

mempunyai efek meningkatkan serum 25(OH)D sebesar 15,9%. 7 8

Penelitian mengenai hubungan intensitas paparan sinar matahari dengan kadar

serum 25(OH)D khususnya pada pasien penderita osteoartritis di KPKM Reni Jaya

belum pernah dilakukan. Hal ini penting mengingat vitamin D mempunyai peran

yang krusial pada metabolisme tulang seperti mempunyai efek terhadap berbagai sel

di sendi yang telah ditemukan mengalami perubahan pada penderita osteoartritis.9

Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melihat hubungan antara intensitas paparan

sinar matahari dengan kadar vitamin D serum dan juga melihat seberapa besar

korelasinya.

1.2 Rumusan masalah

Apakah intensitas paparan sinar matahari dapat mempengaruhi kadar serum

25(OH)D pada pasien osteoartritis lutut lansia di KPKM Reni Jaya?

1.3 Hipotesis

Intensitas paparan sinar matahari dapat mempengaruhi kadar serum 25(OH)D

pada pasien osteoartritis di KPKM Reni Jaya.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara intensitas paparan sinar matahari dengan

kadar serum 25(OH)D pada pasien penderita osteoartritis lutut di KPKM Reni

Jaya.

1.4.2 Tujuan Khusus

Mengetahui distribusi gambaran intensitas paparan sinar matahari pada

penderita osteoartritis lutut.

Mengetahui distribusi gambaran kadar serum vitamin 25(OH)D pada

penderita osteoartritis lutut.

Page 17: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

4

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Institusi

a) Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya terkait hubungan antara intensitas paparan sinar

matahari dengan kadar serum 25(OH)D.

b) Menjadi pemicu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait hubungan

antara intensitas paparan sinar matahari dengan kadar serum 25(OH)D.

c) Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya terkait hubungan antara

intensitas paparan sinar matahari dengan kadar serum 25(OH)D.

1.5.2 Bagi Masyarakat

Memberikan pengentahuan kepada masyarakat terkait hubungan antara

intensitas paparan sinar matahari dengan kadar serum 25(OH)D.

1.5.3 Bagi Peneliti

a) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian

deskriptif analitik

b) Mengamalkan ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari di Program Studi

Kedokteran dan Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah

c) Mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

1.5.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan atau

pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Page 18: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Vitamin D

Vitamin D adalah vitamin larut lemak di klasifikasikan sebagai vitamin

esensial. Dinamakan seperti itu karena senyawa tersebut ditemukan setelah vitamin

A, B, dan C. Vitamin ini adalah salah satu nutrisi dari 24 mikronutrien yang penting

untuk keberlangsungan kehidupan manusia.10

Tubuh memproduksi vitamin D dari

kolesterol, asalkan tersedia jumlah sinar UV-B yang adekuat dari sinar matahari.

Vitamin D atau kalsiferol memiliki beberapa bentuk, yaitu vitamin D2 dan

vitamin D3. Perbedaan pada struktur keduanya terdapat pada percabangan CH3 dan

H, dimana vitamin D2 lebih banyak memiliki percabangan CH3 dan H, sedangkan

vitamin D3 lebih banyak percabangan CH3 dan OH.10

Sumber vitamin D berbeda-beda, vitamin D2 lebih banyak ditemukan pada

tumbuhan seperti jamur atau ragi setelah terpapar sinar matahari. Jamur-jamur ini

antara lain jamur shitake, jamur putih, dan jamur kancing. Sedangkan vitamin D3

dapat ditemukan pada daging, ikan seperti ikan salmon dan tuna, kuning telur, udang,

dan susu. Pada sumber-sumber ini, vitamin D2 juga dapat ditemukan walau sangat

sedikit.11

Selain dari makanan, vitamin D3 juga dapat dibentuk oleh tubuh dengan

bantuan sinar matahari.

Page 19: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

6

Gambar 2.1. Bentuk-bentuk vitamin D dalam tubuh

Sumber : Holick, M.F, dkk, Photosynthesis of previtamin D3 in human skin and the physiologic

consequences, (Science), 1980

2.1.2 Metabolisme vitamin D

Vitamin D3 (cholecalsiferol) hasil sintesis dikulit dan vitamin D2 dari

makanan akan dibawa ke hati untuk di metabolisme. Metabolisme vitamin D3 dan D2

ini terjadi oleh bantuan enzim-enzom cytochrome P450 (CYP). Vitamin D3 dan D2

tersebut dibawa ke hati melalui pembuluh darah yang kemudian akan terhidroksilasi

di bagian rantai C-25 dan menjadi 25-hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) oleh 25-

hidroksilase, yang mana melibatkan CYP2R1 dan CYP27A1. Lalu 25(OH)D3

tersebut akan dikeluarkan kembali ke pembuluh darah dan mencapai tempat

terjadinya tahap selanjutnya, yaitu ginjal. Di ginjal, melalui enzim CYP27B1 yang

mengkatalase 25- dan 1α-hidroksilasi, mengubah 25-hidroksivitamin D3 menjadi

bentuk hormonal yaitu 1,25-dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)₂D3).12

1,25(OH)₂D3 atau calcitriol adalah bentuk aktif dari vitamin D3. Calcitriol

lalu masuk ke pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh dengan berikatan dengan

vitamin D-binding protein. Calcitriol akan mencapai berbagai sel target yang

mempunyai Vitamin D Receptor (VDR) dan menghasilkan respon yang berbeda

disetiap sel target, tergantung jenis selnya.13

Terdapat pula metabolit aktif dari vitamin D yang lainnya yaitu alfacalcidiol

atau 1-hydroxycholecalciferol. Alfacalcidiol adalah analog vitmain D yang dapat

melakukan fungsi penting dalam meregulasi keseimbangan kalsium dan metabolisme

tulang. Alfacalcidiol adalah hormon analog vitamin D yang diaktifkan dengan enzim

25-hydroxylase di hati untuk fungsi sistemik dan di osteoblast untuk fungsi lokal.

Alfacalcidiol di absorbsi secara adekuat dari sistem pencernaan. Metabolit aktif ini

dapat masuk ke jaringan adiposa dan jaringan otot dengan bantuan α-globulin

spesifik. Di hati, alfacalcidiol di ubah menjadi kalsitriol dengan bantuan 25-

hydroxylase secara cepat. Alfacalcidiol lalu di ekskresikan di feses dan urin dalam

jumlah sedikit.14

Page 20: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

7

Gambar 2.2. Metabolisme vitamin D

Sumber : Christakos, Sylvia, dkk, Vitamin D: Metabolism, 2010

2.1.3 Fungsi vitamin D aktif (calcitriol)

Sebelum calcitriol dapat masuk ke sitoplasma suatu sel, ia terlebih dahulu

harus terlepas dari ikatan dengan vitamin D-binding protein tersebut. Setelah masuk,

calcitriol akan berikatan dengan VDR dan membentuk active D-vitamin D receptor

complex. kompleks tersebut akan bergerak menuju nukleus dan berinteraksi dengan

retinoid x receptor membentuk heterodimer agar dapat berikatan dengan DNA sel

target tersebut. Sebelum berikatan dengan DNA, kompleks tersebut akan merekrut

berbagai co-activator dan co-repressor yang mempengaruhi ekspresi gen dan

mengubah aktifitas seluler seperti protein sintesis dan sekresi, diferensiasi dan

proliferasi sel. Yang mempengaruhi respon seluler terhadap vitmain D aktif adalah

jenis sel dan lokasi sel tersebut, avaibilitas vitamin D reseptor pada sel tersebut, dan

juga afinitas vitamin D aktif terhadap reseptor vitamin D.10

Page 21: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

8

2.1.4 Peran vitamin D aktif dalam regulasi Ca2+

serum, pengaruh terhadap

sistem muskuloskeletal, dan interaksinya dengan hormon paratiroid.

Kadar Ca2+

serum yang sedikit akan menstimulus sintesis dan sekresi dari

PTH dari kelenjar paratiroid. PTH tersebut akan menstimulus ginjal untuk

memproduksi enzim 1α-hydroxylase yang akan mengubah 25(OH)D menjadi

1,25(OH)₂D (calcitriol).3

Calcitriol tersebut akan meningkatkan reabsorpsi Ca2+

dan PO43-

di ginjal,

lebih tepatnya tubulus kontortus proksimal yang akan meningkatkan kalsium dan

fosfat serum, sedangkan PTH akan meningkatkan reabsorpsi Ca2+

tetapi menurunkan

reabsorpsi PO43-

di tubulus kontortus distal yang hanya akan meningkatkan kalsium

serum. Calsitriol juga meningkatkan absorpsi Ca2+

dan PO43-

di intestinal dengan

cara meningkatkan sintesis protein calbindin atau vitamin D-dependent calcium-

binding protein.3 15

Terdapat juga interaksi calcitriol dan PTH dalam proses bone remodeling dan

bone build. Pada awalnya, PTH akan berikatan dengan PTH reseptor di membran

osteoblast. Hal ini akan menimbulkan reaksi yang akan memstimulus proliferasi

osteoblast, menstimulasi ekspresi ligan RANK di membran osteoblast, dan juga

menginhibisi pembuatan Osteoprotegerin (OPG) yang berfungsi sebagai penghambat

ligan RANK yang berada pada membran osteoblast untuk berikatan dengan

reseptornya di membran pre-osteoclast. Oleh karena ligan RANK tidak ada yang

menghambat, ligan tersebut akan berikatan dengan reseptor RANK di membran pre-

osteoclast membentuk kompleks RANK. Kompleks ini menstimulus pre-osteoclast

untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoclast aktif. 4

Reseptor vitamin D (VDR) juga terdapat di membran osteoblast. Paparan

vitamin D kepada osteoblast diketahui akan meningkatkan proliferasi osteoblast yang

berkaitan dengan meningkatnya eksresi osteocalcin, bone sialoprotein-1, dan ligan

RANK.16

Seperti yang kita ketahui, ligan RANK sangatlah penting untuk pengaktifan

diferensiasi pre-osteoclast dan pengaktifan osteoclast tersebut.

Osteoclast ini akan mengeluarkan asam yang akan membuat Ca2+

dan PO43-

yang semula di simpan dalam kompakta tulang akan terpecah dan keluar ke

Page 22: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

9

pembuluh darah untuk meningkatkan Ca2+

dan PO43-

serum, proses ini dibantu oleh

enzim yang dikeluarkan oleh osteoclast tersebut (proses resorpsi tulang). Pada saat

inilah osteoblast akan berpindah ke tempat resorpsi tulang terjadi, dan bekerja untuk

membentuk matriks tulang yang baru dengan cara menyimpan osteoid. Osteoid

adalah substansi yang terdiri kebanyakan kolagen dan mineral seperti kalsium dan

fosfat. Osteoid ini akan terkristalisasi. Beberapa osteoblast akan terjebak di matriks

yang mereka buat dan akan menjadi osteosit. Beberapa osteoblast lainnya akan

terapoptosis atau menjadi lining cell kembali yang berada pada permukaan tulang

(proses remodeling).4

Untuk terjadinya homeostasis pada kalsium dan fosfat, calcitriol juga harus

dihambat pembentukannya, calcitriol menginhibisi pembentukan dari enzim 1α-

hidroksilase yang mengubah 25(OH)D menjadi 1,25(OH)2D. Terdapat juga enzim

24α-hidroksilase yang mengubah 25(OH)D menjadi bentuk inaktifnya yaitu

24,25(OH)2D. Calcitriol juga menekan sintesis dan sekresi dari PTH melalui VDR

yang langsung menekan gen pembuat PTH (umpan balik negatif) yang menyebabkan

kadar PTH berkurang. Kadar PTH yang sedikit ini akan membuat aktivitas enzim

24α-hidroksilase meningkat.3

Page 23: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

10

Gambar 2.2 Interaksi vitamin D dengan hormon paratiroid dan kalsium.

Sumber : Sherwood Lawralee, Human Physiology from Cells to System, 2014

2.1.5 Peran vitamin D aktif pada organ-organ tubuh.

Pada sistem neural, kebanyakan sel-sel neuron mempunyai vitamin D receptor

pada sitoserumnya, termasuk sel glial di otak, kecuali di nukleus basalis Meynert dan

sel Purkinje di cerebellum.17 18

Selain efek langsung terhadap sel target, vitamin D aktif juga dapat

mempengaruhi sistem neural melalui fungsinya sebagai regulator Ca2+

darah. Disaat

vitamin D aktif kurang, darah pun akan kekurangan Ca2+

yang berimbas kepada

kurangnya Ca2+

jaringan, dalam hal ini neuron. Dimana Ca2+

sangat berperan dalam

proses pengeluaran neurotransmitter antara neuron.

Metabolisme kalsium juga mendasari kematian sel neuron melalui proses

excitotoxicity, dan kadar vitamin D aktif disekitar 100nM akan melindungi sel neuron

dari proses tersebut. Hal ini dapat terjadi karena diperantarai oleh kanal ion L-type

voltage-sensitive Ca2+

.19

Pada sistem cardiovaskular, vitamin D aktif diketahui memiliki fungsi sebagai

penekan dari Renin yang berperan dalam Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

(SRAA) melalui VDR yang langsung menekan gen yang mengekspresi renin.20

Pada sistem musculoskeletal, vitamin D aktif selain memiliki peran dalam

proses bone remodeling dan bone modeling, vitamin D aktif juga berfungsi sebagai

penyedia Ca2+

bagi otot yang berguna untuk kontraksi otot.

Hampir semua sel sistem imun tubuh juga memiliki reseptor vitamin D.

Vitamin D aktif mempunya peran dalam mengatur diferensiasi sel T, aktivasi

makrofag, dan produksi sitokin.

2.1.6 Kadar serum vitamin D

Indikator status vitamin D seseorang dapat dilihat dari konsentrasi 25(OH)D3.

Hal ini dikarenakan bentuk 25(OH)D3 merupakan bentuk yang kurang aktif. Maka

dari itu, 25(OH)D3 akan bersirkulasi di dalam darah hingga diubah menjadi

Page 24: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

11

1,25(OH)₂D3 di ginjal. 25(OH)D3 memiliki waktu paruh sekitar 15 hari (2-3 minggu

pada literatur lain), sedangkan 1,25(OH)₂D3 yang hanya 15 jam saja (3-4 jam pada

literatur lain). Kadar 25(OH)D3 serum dapat mewakili vitamin D dari makanan dan

sintesis dengan bantuan sinar matahari.21 22

Pemeriksaan kadar 25(OH)D3 serum dapat dengan berbagai cara. Setiap

pemeriksaan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemeriksaan

dengan Antibody-based sudah ditemukan seperti radioimmunoassay (RIA), enzyme-

linked immunosorbent assay (ELISA), dan chemiluminescent assay. Pemeriksaan ini

bergantung kepada antibodi yang mengenali 25(OH)D2 dan 25(OH)D3.23

Food and Nutrition Board (FND) dari Institute of Medicine of the National

Academies, Washington DC, mengkategorikan kadar 25(OH)D serum sebagai

berikut:

Tabel 2.1 kategori status kesehatan kadar 25(OH)D serum:

nmol/L ng/mL Status Kesehatan

<30 <12 Berhubungan dengan defisiensi vitamin d, menyebabkan rickets

pada bayi dan anak-anak dan osteomalacia pada orang dewasa

30 - 50 12 -20 Secara umum dianggap tidak adekuat untuk tulang dan kesehatan

secara umum pada kesehatan individu

≥50 ≥20 secara umum dianggap adekuat untuk tulang dan kesehatan secara

umum pada kesehatan individu

>125 >50 Muncul bukti yang berhubungan dengan adanya kemungkinan efek

yang merugikan, terutama >150 nmol/L (>60 ng/mL)

Catatan:

nmol/L : nanomol per liter

ng/mL : nanogram per mililiter

1 nmol/L = 0.4 ng/mL

Page 25: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

12

Sumber : Institute of Medicine, Food and Nutrition Board, Dietary Reference Intakes for Calcium and

Vitamin D, (Washington DC: National Academy Press), 2010.11

telah diolah kembali.

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa kadar 25(OH)D serum yang

adekuat bagi tubuh adalah sekitar 50-125 nmol/L atau 20-49 ng/mL. Sedangkan kadar

25(OH)D serum yang kurang dari 30 nmol/L atau kurang dari 12 ng/mL menandakan

defisiensi atau kekurangan. Dan kadar 25(OH)D lebih dari 125 nmol/L atau 50 ng/mL

dapat menimbulkan toksisitas vitamin D.

Holick MF mengklasifikasikan kadar serum vitamin 25(OH)D sebagai

berikut:

Tabel 2.2 klasifikasi kadar serum 25(OH)D

Status 25(OH)D Kadar Serum 25(OH)D

Sufisien >50 – 125 nmol/L

Insufisien 25 – 50 nmol/L

Defisien <25 nmol/L

Catatan:

nmol/L : nanomol per liter

Sumber : Holick MF, Sunlight and Vitamin D for bone health and prevention of autoimmune diseases,

cancers, and cardiovascular disease, 2004

2.1.7 Kadar Vitamin D dari Makanan yang Dibutuhkan Tubuh

Food and Nutrition Board (FND) dari Institute of Medicine of the National

Academies, Washington DC, telah mengembangkan sebuah referensi rekomendasi

asupan nutrisi, termasuk vitamin D melalui Dietary Reference Intakes (DRIs).

Pengembangan rekomendasi ini berdasarkan umur dan disesuaikan dengan kebutuhan

dari setiap umur tersebut. Rekomendasi asupan vitamin D dengan satuan International

Units (IUs) dan microgram (mcg). Aktivitas biologi dari 40 IU setara dengan 1 mcg.

Rekomendasi asupan makanan yang mengandung vitamin D ini berdasarkan paparan

Page 26: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

13

sinar matahari yang minimal, karena vitamin D oleh sinar matahari adalah sumber

vitamin D utama.11

Tabel 2.3 Rekomendasi Asupan Vitamin D

Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Vitamin D

Usia Laki-laki Perempuan Kehamilan Laktasi

0-12 bulan 400 IU (10

mcg)

400 IU (10

mcg)

1-13 tahun 600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

14-18

tahun

600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

19-50

tahun

600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

51-70

tahun

600 IU (15

mcg)

600 IU (15

mcg)

Sumber : Institute of Medicine, Food and Nutrition Board, Dietary Reference Intakes for Calcium and

Vitamin D, (Washington DC: National Academy Press), 2010. 11

2.1.8 Jenis Makanan yang Mengandung Vitamin D

Sumber terbaik vitamin D berasal dari ikan yang mengandung banyak lemak

seperti ikan salmon, tuna, makrel, dan minyak ikan. Sedikit vitamin D dapat

ditemukan pada hati sapi, keju, dan kuning telur. Di makanan-makanan tersebut,

vitamin D lebih banyak dalam bentuk vitamin D3. Vitamin D2 dapat ditemukan di

beberapa jamur seperti jamur shitake, jamur putih, dan jamur kancing yang telah

terpapar oleh sinar ultraviolet. 11

Kadar vitamin D dalam makanan-makan tersebut terdapat pada tabel berikut.

Page 27: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

14

Tabel 2.4 Makanan yang mengandung vitamin D

Pilihan Makanan Sumber Vitamin D

Makanan IU per

porsi

Persentasi

daily value

(DV)

Minyak ikan cod 1,360 340

Ikan todak, matang, 3 ons 566 142

Ikan salmon, 3 ons 447 112

Ikan tuna, dalam kaleng dengan air, 3 ons 154 39

Jus Jeruk yang diperkaya vitamin d, 1 cangkir (cek label

produk, vitamin d yang ditambahkan bervariasi

137 34

Susu tanpa lemak, lemak yang dikurangi, yang diperkaya

vitamin d, 1 cangkir

115-

124

29-31

Yogurt, diperkaya dengan 20% kebutuhan DV vitamin d,

6 ons (yogurt yang diperkaya lebih banyak, lebih tinggi

DV nya)

80 20

Margarin, diperkaya, 1 sendok makan 60 15

Ikan sarden, dalam kaleng dengan minyak, dikeringkan, 2

ikan sarden

46 12

Hati, daging sapi, matang, 3 ons 42 11

Telur, besar 1 (vitamin d terdapat pada kuning telur 41 10

sereal yang siap dimakan, diperkaya dengan vitamin d

10% DV, 0.75-1 cangkir (sereal yang diperkaya lebih

banyak mungkin akan memberikan lebih besar DV)

40 10

Keju, Swiss, 1 ons 6 2

Sumber : Institute of Medicine, Food and Nutrition Board, Dietary Reference Intakes for Calcium and

Vitamin D, (Washington DC: National Academy Press), 2010.

Page 28: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

15

2.1.9 Sinar Matahari dalam Pembentukan Vitamin D

Sumber utama dari vitamin D untuk tubuh adalah melalui proses sintesis

dengan bantuan sinar matahari. Ada berbagai gelombang elektromagnetik yang

matahari pancarkan selain sinar. Spektrum gelombang elektromagnetik dari matahari

mencakup sinar ɣ, x rays, radiasi ultraviolet, sinar, panas, gelombang radio, dan

gelombang radar. 24

Sinar ultraviolet sendiri dibagi menjadi tiga berdasarkan panjang

gelombangnya, yaiut UV-A, UV-B, dan UV-C. UV-C memiliki panjang gelombang

antara 100-280 nm. Radiasi sinar ini hanya sekitar 0,5% dari total radiasi sinar

matahari, tetapi kebanyakan dari sinar ini diserap oleh gas di stratosfer di ozon dan

sangat sedikit yang mencapai permukaan bumi. Sinar UV-B memiliki panjang

gelombang sekitar 280-320. Sinar ini hanya diserap sebagian di stratosfer ozon, dan

merupakan radiasi yang dapat menyebabkan kanker kulit di manusia. Sinar UV-A

memiliki panjang gelombang sekitar 320-400 nm. Sinar ini tidak di serap oleh

atmosfer, tetapi dapat di hambat oleh awan untuk mencapai permukaan bumi. UV-A

juga dikenal sebagai Blacklight karena dapat membuat beberapa material berpendar

(fluorescence). UV-A juga dapat menyebabkan kulit manusia terbakar karena

paparannya.Tidak semua sinar ultraviolet ini dapat membantu proses sintesis dari

vitamin D, yang dapat membantu sintesis dari vitamin D adalah sinar UV-B. 24

2.1.10 Sintesis previtamin D oleh Sinar Matahari

Pembentukan vitamin D aktif dimulai pada kulit melalui proses non-

enzimatik. Sinar UVB dari sinar matahari yang mengenai kulit akan memecah cincin

B dari 7-dehydrocholesterol (7-DHC) dan membentuk pre-vitamin D3 yang akan

terisomerisasi menjadi vitamin D3 dalam proses peka suhu. Proses pembentukan

vitamin D3 ini dipengaruhi oleh intensitas sinar UVB dan juga pigmen kulit. Melanin

di kulit akan menahan sinar UVB untuk mencapai 7-DHC yang menyebabkan tidak

terbentuknya Vitamin D3, sama halnya dengan baju dan sunscreen.25

Page 29: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

16

2.1.11 Epidemiologi defisiensi vitamin D

Defisiensi vitamin D terus menerus terjadi pada anak-anak maupun orang

dewasa. Diperkirakan 1 milyar orang dari seluruh dunia mengalami defisiensi vitamin

D. (1) Sedangkan di Asia, sebuah penelitian menemukan bahwa sekitar seperempat

dari penduduk Asia dewasa tergolong kedalam kategori insufficient dan hampir

setengahnya tergolong kedalam kategori deficient .26

Di Indonesia sendiri telah dilakukan penelitian mengenai defisiensi vitamin D,

menurut penelitian Arifin dkk (2010) terhadap wanita pascamenopause yang datang

ke poli kandungan RSCM Jakarta, menunjukkan jumlah pasien yang hipovitaminosis

D mencapai 81%.27

Penelitian lain yang dilakukan Setiati (2008) menemukan

prevalensi defisiensi vitamin D pada wanita usia lanjut adalah 35,1%.7

2.1.12 Kadar Sinar Matahari yang Sesuai

Beberapa peneliti vitamin D menyarankan untuk terkena paparan sinar

matahari kurang lebih 5-30 menit, antara jam 10 pagi hingga 3 siang sebanyak 2 kali

seminggu di muka, tangan, kaki, atau di punggung tanpa menggunakan sunscreen

agar dapat mencapai vitamin D yang adekuat. Tetapi anjuran ini tetap di pengaruhi

beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, tinggi badan, dan lain-lain. Sinar UV itu

sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti musim, waktu terkena paparan, awan

yang menutupi, kabut, kadar melanin di kulit, dan sunscreen yang digunakan oleh

orang yang terkena paparan sinar matahari itu. 28

Indonesia yang berada di garis khatulistiwa mendapatkan sinar matahari

sepanjang tahun, sehingga sinar UV bisa di dapatkan disetiap bulan. Tetapi faktor

seperti waktu terkena paparan sinar matahari tetaplah mempengaruhi.

Telah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Siti Setiati mengenai Intensitas

UVB di indonesia. UVB sinar matahari adalah rendah pada pukul 07.00 pagi,

meningkat pada jam-jam berikutnya sampai dengan pukul 11.00; setelah pukul 11.00

intensitas ini relatif stabil dan tinggi sampai dengan pukul 14.00 untuk kemudian

menurun, dan pada pukul 16.00 mencapai intensitas yang sama dengan pada pukul

07.00. Pada 1 jam sebelum dan sesudah tengah hari, pajanan berada pada intensitas 2

Page 30: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

17

MED/jam, sehingga lama paparan sinar matahari yang dibutuhkan untuk

mendapatkan paparan yang optimal adalah 7,5 menit. 7

Perhitungan ini mengacu kepada Holick, yang menyebutkan waktu pajanan

yang dibutuhkan pada intensitas 1 MED/jam adalah ¼ x 60 menit atau sama dengan

15 menit.28

2.2 Kerangka Teori

Sinar Matahari

UV-B

7-dehidrokolesterol

Pre-vitamin D3

Vitamin D

Hati

25-(OH)D3

Kulit

Ginjal

1,25-(OH)2D3

Intake makanan

25-hidroksilase

Vitamin D2

Enzim CYP27B1

Enzim CYP450

Vit D Serum

VDR di kartilago

OA lutut

Page 31: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

18

2.3 Kerangka Konsep

Sesuai dengan kerangka teori yang telah dijelaskan diatas, maka

kerangka konsepnya sebagai berikut:

Riwayat paparan sinar

matahari

Uji serum vitamin

25(OH)D pada pasien

osteoarthritis di

KPKM Reni Jaya

Usia, Jenis

kelamin, IMT

Page 32: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan merupakan studi cross sectional analitik untuk

mengetahui hubungan antara paparan sinar matahari dengan kadar serum vitamin D

(25(OH)D) pada pasien penderita osteoarthritis lutut di KPKM Reni Jaya, Tangerang

Selatan tahun 2017. Subyek dengan osteoarthritis lutut akan direkrut secara

consecutive sampling dan ditanya seberapa banyak paparan sinar mataharinya dan

diperiksa kadar serum vitamin D.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Februari- Mei 2017

Tempat : KPKM Reni Jaya, Tangerang Selatan

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Target pada penelitian ini ialah semua individu ≥ 60 tahun dengan

osteoarthritis lutut di Indonesia. Populasi Terjangkau atau populasi sumber pada

penelitian ini ialah manula yang telah terdiagnosis osteoarthritis lutut yang berobat

ke KPKM pada bulan Februari hingga Mei 2017 serta ditanya tentang paparan

terhadap sinar matahari dan diukur konsentrasi serum vitamin D (25(OH)D).

3.4 Besar Sampel Penelitian

Rumus besar sampel menggunakan rumus umum sebagai berikut:

Page 33: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

20

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Zα = Nilai kesalahan tipe 1, ditetapkan sebesar 1,96 (95%)

P = Standar deviasi, ditetapkan sebesar 0,5

D = Interval kepercayaan, ditetapkan sebesar 0,1

3.5 Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel berdasarkan consecutive sampling , data diambil

berdasarkan hasil kuisioner yang telah diisi pasien yang datang ke KPKM Reni Jaya,

Tangerang Selatan. Pasien yang dijadikan sampel seluruhnya termasuk populasi

terjangkau yang telah memenuhi kriteria baik inklusi maupun eksklusi. Jumlah pasien

yang diberikan kuisioner dilebihkan, hingga memenuhi besar sampel minimal pada

perhitungan sampel.

3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian

3.6.1 Kriteria Inklusi

o Usia ≥ 60 tahun

o Terdiagnosis osteoartritis lutut

o Mengingat paparan sinar matahari yang di dapatkan sebulan terakhir

o Dapat diperiksa kadar serum vitamin D (25(OH)D)

Page 34: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

21

3.6.2 Kriteria Eksklusi

o Tidak terpapar sinar matahari dibagian muka dan lengan

o Mengkonsumsi suplementasi vitamin D

3.7 Alat dan Bahan

o Kertas

o Pulpen

o Laptop & Program SPSS

o Kuesioner

o Darah Sampel Pasien

o Vacutainer

o Spuit

o Alkohol swab

o Kit ELISA

3.8 Alur Penelitian

Kuisioner diberikan pada pasien lansia yang

datang ke KPKM

Menentukan apakah pasien termasuk kriteria

inklusi atau eksklusi pada penelitian ini

Pasien yang termasuk kriteria inklusi akan

dibantu dalam pengisian kuisioner penelitian

termasuk didalamnya pertanyaan tentang

paparan sinar matahari beberapa waktu terakhir

Pasien dilakukan pengambilan darah oleh

pihak Prodia untuk menentukan konsentrasi

serum vitamin D (25(OH)D)

Melakukan Analisa dan Pengolahan data

dengan program SPSS

Page 35: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

22

3.9 Cara Kerja Penelitian

1. Mempersiapkan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Melakukan pengurusan perijinan penelitian di KPKM Reni Jaya, Tangerang

Selatan.

3. Melakukan diskusi dengan penanggung jawab Klub Bina Lansia Tangerang

Selatan terkait koordinasi waktu yang tepat untuk penelitian berlangsung.

4. Melakukan pengumpulan data faktor risiko dan data pribadi melalui kuisioner

saat pasien datang ke KPKM.

5. Mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan pengukuran tinggi dan

berat badan pasien.

6. Melakukan pengambilan darah pasien.

7. Pengirimin sampel darah ke lab prodia untuk menilai serum vitamin D.

8. Penerimaan hasil data pasien.

9. Pengumpulan data dan analisis data menggunakan SPSS

3.10 Identifikasi Variabel

3.10.1 Variabel Terikat

Nilai kadar serum Vitamin D (25(OH)D) dalam skala kategorik.

3.10.2 Variabel Bebas

Nilai kadar paparan sinar matahari dalam skala kategorik.

3.11 Manajemen Data

3.11.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Cleaning

Tahapan pertama data dibersihkan terlebih dahulu, dipisahkan mana data yang

tidak diperlukan pada penelitian ini.

Page 36: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

23

2. Editing

Pada tahap ini, proses pengolahan data dengan mengecek kelengkapan data

untuk mengoreksi data yang masih belum jelas.

3. Coding

Tahapan ini yaitu memberikan kode-kode pada data yang telah terkumpul dan

dikelompokkan agar mudah dalam pemasukan data.

4. Entry

Data yang telah dikelompokkan dan diberi kode selanjutnya dilakukan

penyusunan. Proses penyusunan dapat dilakukan manual atau dengan

computer (data entry), kemudian akan dilakukan analisis data.

3.11.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan uji korelasi chi-square yang menentukan hubungan antara banyaknya

paparan sinar matahari dengan kadar serum vitamin 25(OH)D pada pasien OA lutut

pada lansia. Uji ini dipilih karena variabel yang diuji bersifat kategorik-kategorik.

Page 37: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

24

3.12 Definisi Operasional

N

o

Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala

1. Usia Usia pasien saat sampel diambil.

Kuisioner

Diukur melalui anamnesis yang

dilakukan dokter

Kategorik

Menurut BPS (2013) 29

Skor:

1= 60-69 tahun

(Lansia Muda)

2= 70 – 79 tahun

(Lansia Madya).

2.

Jenis Kelamin

Jenis Kelamin pasien sejak lahir.

Kuisioner Nominal

Skor:

1= Pria

2= Wanita

3. Indeks Massa Tubuh

(IMT)

Berat badan dalam kilogram (kg)

dibagi dengan tinggi dalam meter

kuadrat (m2)

Kuisioner

Diukur oleh petugas medis di

KPKM

Alat pengukur untuk tinggi

Kategorik

Menurut Depkes RI (2002) 30

Skor :

1= IMT <17,0 kg/m2

(kurus berat)

2= IMT 17,0 – 18,4 kg/m2 (kurus ringan)

Page 38: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

25

badan menggunakan stature

meter dan timbangan untuk berat

badan. Keduanya dihitung

berdasarkan rumus yang telah

dijabarkan di definisi

3= IMT 18,5 – 25 kg/m2

(normal)

4= IMT 25,1 – 27 kg/m2 (obesitas ringan).

4. Paparan sinar matahari Pajanan ultra violet B (UVB)

antara pk 7-11 pagi selama ≥30

menit dengan terpajan minimal

muka dan kedua telapak tangan

Kuisioner Kategorik

1. < 3 kali dalam seminggu

2. ≥ 3 kali dalam seminggu

Sumber : (Siti Setiati 2008) 7

5. Kadar vitamin D dalam

serum

Hasil pengukuran dari konsentrasi

serum vitamin D (25(OH)D)

Chemoluminescent

immunoassay

Kategorik

1. Sufisien

( >50 –125 nmol/L)

2. Insufisien

(25 – 50 nmol/L)

3. Defisien

(<25 nmol/L)

Sumber : (Heaney & Weaver 2003),

(Holick 2004) 31,32

Page 39: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN’

Sampel pada penelitian ini berasal dari data primer pada pasien KPKM Reni

Jaya, Pamulang, Tanggerang Selatan pada bulan Februari hingga Mei 2017 yang

berusia lanjut (≥ 60 tahun). Didapatkan subjek penelitian sebanyak 150 orang, yang

sebelumnya sudah menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan terkait paparan sinar

matahari dan kadar serum 25(OH)D.

4.1 Karakteristik Responden

4.1.1 Usia Responden

Jumlah responden pada peneitian ini sebanyak 150 orang yang berusia ≥ 60

tahun. Responden terdiri dari 111 orang ( 74%) yang tergolong lansia muda (60-69

tahun) dan 39 orang (26%) masuk golongan lansia madya (70-79 tahun), rentang usia

responden dari 60 tahun sampai 70 tahun dengan rata-rata usia 66,4 tahun (SD=66,4).

Tabel 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Rendy (2016) yang melakukan penelitian di RS PKU Muhammadiyah

Gamping, mendapatkan hasil bahwa responden dengan usia >60 tahun (47,5%) lebih

banyak mengalami OA lutut dibandingkan dengan responden dengan usia <50 tahun

(27,5%). (33)

Usia Jumlah Responden

≥ 60 – 69 tahun (lansia muda) 111 orang

≥ 70 – 79 tahun (lansia madya) 39 orang

Page 40: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

27

Walaupun demikian, semakin tua usia, semakin buruk respon dari kondrosit

terhadap stimulasi growth factor dan oleh sebabnya tidak dapat menjaga homeostasis

di kartilago persendian. Hal ini yang menyebabkan dapat terjadinya OA. 34

Responden pada penelitian ini lebih banyak tergolong kepada lansia muda.

Hal ini mungkin disebabkan dari pembatasan usia reponden hingga kategori lansia

madya. Hal ini dapat mempengaruhi hasil karakteristik usia responden yang

menyebabkannya berbeda dengan hasil penelitian terdahulu.

4.1.2 Jenis Kelamin

Pada penelitian ini mayoritas reponden berjenis kelamin wanita. Terdapat 40

responden (26,7%) laki-laki dan 110 responden (73,3%) wanita.

Tabel 4.1.2 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentasi (%)

Laki-laki 40 orang 26,7

Wanita 110 orang 73,3

Dari karakteristik tersebut, didapatkan responden penderita OA lutut lebih

banyak terdapat pada wanita dibanding laki-laki. Hal ini terjadi karena wanita yang

sudah memasuki usia tua akan mengalami masa menopause, dimana terjadi

penurunan kadar estrogen yang berperan dalam sintesis kondrosit pada matriks

tulang. Jika kadar estrogen menurun, maka sintesis kondrosit pun menurun, sehingga

mengakibatkan terjadinya OA.35

Yulidar (2013) dalam penelitiannya di RSUD Raden Matther Jambi

menemukan bahwa terdapat 68,9% wanita yang menderita OA dibandingkan laki-laki

31,1%. Di dalam penelitiannya dijelaskan pula bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dengan OA dengan nilai p adalah 0,015.36

Hal tersebut

mendukung hasil dari penelitian ini.

Page 41: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

28

4.1.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 4.1.3 Distribusi responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Karakteristik Responden Kategori

(kg/m2)

Frekuensi

(n)

Presentase

(%)

Indeks Massa Tubuh (IMT) kurus berat (<17) 2 1,3

Kurus ringan (17,0 - 18,4) 9 6,0

normal (18,5 - 25) 85 56,7

obesitas ringan (25,1 - 27) 54 36,0

Pada penilitian ini, reponden terbanyak (85 orang) memiliki IMT 18,5-25

kg/m2

(56,7%) yaitu termasuk kedalam IMT normal. Kemudian diikuti dengan

golongan obesitas ringan (54 orang) dengan IMT 25,1-27 kg/m2

(36%). Lalu diikuti

golongan IMT kurus ringan (9 orang) dengan IMT 17-18,4 kg/m2

(6%) dan yang

terakhir golongan IMT kurus berat (2 orang) dengan IMT <17 (1,3%). Hasil rata-rata

dari IMT responden adalah sebeasr 23,8 kg/m2 yang masuk kedalam kategori normal.

Hal ini dapat terjadi karena jika dilihat dari distribusi data, responden terbanyak

termasuk keadalam kategori normal. Pada penelitian ini juga terdapat pembatasan

IMT responden hingga mencapat 27 kg/m2

atau dalam kategori obesitas ringan.

Walaupun demikian, hasil rata-rata IMT tersebut mendekati kategori obesitasi ringan.

Pada penelitian Zheng (2008), ditemukan bahwa kelebihan berat badan dan

obesitas berhubungan secara signifikan dengan resiko OA lebih tinggi sebesar 2,45

(p<0,001). dan 4,55 (p<0,001). Resiko OA lutut meningkat sebesar 35% dengan

kenaikan 5 kg/m2 IMT. (34) Hal tersebut mendukung bahwa IMT berhubungan

dengan OA.

Page 42: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

29

4.1.4 Intensitas Paparan Sinar Matahari

Tabel 4.1.4 Distribusi responden berdasarkan intensitas paparan sinar matahari

Paparan sinar matahari Frekuensi Persentase (%)

< 3 kali dalam seminggu 46 30,7

≥ 3 kali dalam seminggu 104 69,3

Jumlah 150 100,0

Pada penelitian ini, responden terbanyak memiliki intensitas paparan sinar

matahari ≥ 3 kali dalam seminggu pada pukul tujuh sampa sebelas (7-11) pagi

sebanyak 104 orang (69,3%). Dan responden yang memiliki intensitas paparan sinar

matahari < 3 kali dalam seminggu pada pukul tujuh sampa sebelas (7-11) pagi

sebanyak 46 orang (30,7%).

Dari hasil penelitian Ding (2009), yang meneliti 880 subjek secara acak untuk

menentukan hubungan antara level serum vitamin D dan paparan sinar matahari

dengan hilangnya kartilago di lutut pada lansia menghasilkan kesimpulan bahwa level

serum vitamin D dan paparan sinar matahari berhubungan dengan menurunnya

kehilangan tulang rawan pada lutut yang merupakan awal mula terjadinya OA.37

Hal ini berbeda dengan hasil karakteristik reponden pada penelitian ini. Hal

ini mungkin disebabkan oleh perbedaan dari instrumen pengumpulan data intensitas

paparan sinar matahari (kuisioner) yang digunakan.

4.1.5 Kadar Serum Vitamin 25(OH)D

Tabel 4.1.5 Distribus responden berdasarkan kadar serum vitamin 25(OH)D

Frekuensi Persentasi (%)

Sufisien (50-125 nmol/L) 52 34.,7

Insufisien (25-50 nmol/L) 79 52,7

Defisien (<25 nmol/L) 19 12,7

Total 150 100,0

Page 43: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

30

Pada penelitian ini, responden dengan kadar serum vitamin 25(OH)D

terbanyak (79 orang) pada 25-50 nmol/L (52,7%) yang tergolong kepada golongan

insufisien. Lalu diikuti dengan golongan sufisien (52 orang) yang memiliki kadar

serum vitamin 25(OH)D sebanyak 50-125 nmol/L (52%). Dan yang terakhir

termasuk kedalam golongan defisien (19 orang) yang memiliki kadar serum vitamin

25(OH)D sebanyak <25 nmol/L (12,7%).

Di Indonesia sendiri telah dilakukan penelitian mengenai defisiensi vitamin D,

menurut penelitian Arifin dkk (2010) terhadap wanita pascamenopause yang datang

ke poli kandungan RSCM Jakarta, menunjukkan jumlah pasien yang hipovitaminosis

D mencapai 81%.(27) Penelitian lain yang dilakukan Setiati (2008) menemukan

prevalensi defisiensi vitamin D pada wanita usia lanjut adalah 35,1%.7

Data tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Haroon (2010) yang mendapatkan hasil bahwa responden yang mengalami

osteoarthritis terbanyak termasuk kedalam kategori yang memiliki kadar serum

vitamin D ≤ 53 nmol/L atau insufisien.34

4.2 Hubungan antara Intensitas Paparan Sinar Matahari dengan Kadar

Serum 25(OH)D.

Dari data tersebut juga dapat diklasifikasikan responden sesuai dengan kadar

serum vitamin 25(OH)D. Data tersebut menggunakan analisis bivariat dengan

intensitas paparan sinar matahari sebagai variabel indipenden dan klasifikasi kadar

serum vitamin 25(OH)D sebagai variabel dependen. Uji yang dilakukan adalah uji

chi-square karena kedua variabel merupakan kategorik ordinal.

Tabel 4.2.1 Gambaran korelasi antara intensitas paparan sinar matahari dengan kadar serum

25(OH)D

KORELASI P VALUE TANDA KOEFISIEN (r)

Intensitas paparan sinar

matahari dengan kadar

serum vitamin 25(OH)D

0,512 - (negatif) -0,051

Page 44: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

31

Setelah data diuji dengan uji hipotesis chi-square, karena kategorik penelitian

ini 2x3 maka dilihat berdasarkan nilai Pearson chi-square. Hasil uji tersebut

didapatkan p value >0,05 yaitu sebesar 0,512 yang berarti H1 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa intensitas paparan sinar matahari secara statistik tidak

berhubungan secara bermakna dengan kadar serum vitamin 25(OH)D.

Tabel 4.2.2 Tabulasi silang antara Paparan sinar matahari dengan kadar serum vitamin 25(OH)D

KARAKTERISTIK

RESPONDEN

KATEGORI Kadar Serum Vitamin 25(OH)D Total

Sufisien insufisuen Defisien n = %

n=52 % n=79 % n=19 % 150

(100)

Paparan Sinar

Matahari

< 3 kali dalam

seminggu

15 32.6 23 50 8 17.4 46

(100)

> 3 kali dalam

seminggu

37 35.6 56 53.8 11 10.6 104

(100)

Total 52 34.6 79 52.6 19 12.6 150

(100)

Pada penelitian ini, untuk kategori sufisien kadar serum vitamin 25(OH)D

yang terbanyak ada pada kelompok yang mendapatkan paparan sinar matahari >3 kali

dalam seminggu dengan jumlah 37 (32,6%) dibandingkan kelompok yang

mendapatkan paparan sinar matahari <3 kali dalam seminggu sebanyak 15 (32,6%).

Pada kategori insufisien kadar serum vitamin 25(OH)D yang terbanyak ada

pada kelompok yang mendapatkan paparan sinar > 3 kali dalam seminggu dengan

jumlah 56 (53,8%) dibanding dengan kelompok dengan paparan sinar matahari < 3

kali dalam seminggu sebanyak 23 (50%).

Pada kategori defisien kadar serum vitamin 25(OH)D yang terbanyak ada

pada kelompok yang mendapatkan paparan sinar matahari > 3 kali dalam seminggu

dengan jumlah 11 (10,6%) dibanding dengan kelompok yang mendapatkan paparan

sinar matahari < 3 kali dalam seminggu dengan jumlah 8 (17.4%).

Page 45: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

32

Pembahasan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada Bab II, sinar UVB dari sinar

matahari membantu sintesis vitamin D dengan cara mengubah 7-dehydrocholesterol

menjadi previtamin D3 pada kulit yang nantinya akan berubah menjadi vitamin D.

Vitamin D yang berasal dari sintesis endogen dengan bantuan sinar matahari adalah

sumber utama vitamin D yang dibutuhkan dalam tubuh karena menyumbang sekitar

50%-90% dari total vitamin D.2 Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kadar serum vitamin 25(OH)D pada penelitian ini.

Seperti pada penelitian N. Binkley dkk (2007) yang berjudul Low Vitamin D

Status despite Abundant Sun Exposure yang meneliti 93 orang dewasa yang

sebelumnya telah mendapatkan paparan sinar matahari lebih dari tiga jam per hari

selama lima hari atau lebih dalam tiga bulan terakhir menghasilkan kesimpulan

bahwa respon terhadap radiasi UVB menyebabkan beberapa reponden mempunyai

status vitamin D yang rendah walaupun mendapatkan paparan sinar matahari yang

berlimpah.38

Pada penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sang-Hoon Lee dkk (2012) yang

berjudul Effect of Sunlight Exposure on Serum 25-Hydroxyvitamin D Concentration

in Woman with Vitamin D Deficiency: Using Ambulatory Lux Meter and Sunlight

Exposure Questionnaire mendapatkan hasil bahwa perubahan pada konsentrasi

vitamin 25(OH)D pada serum setelah 4 minggu papararan matahari tidaklah

signifikan secara statistik pada wanita dengan defisiensi vitamin D. Namun,

konsentrasi serum vitamin 25(OH)D berkorelasi signifikan secara negatif dengan skor

paparan sinar matahari yang didapatkan dengan kuisioner.39

Hal ini sesuai dengan

hasil yang didapatkan pada penelitian ini dimana terdapat korelasi negatif antara

intensitas paparan sinar matahari dengan kadar serum vitamin 25(OH)D pada

reponden.

Page 46: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

33

Adapun faktor-faktor yang mungkin menjadi faktor perancu penelitian ini adalah:

1. Kadar Pigmen Melanin Kulit

Kemampuan pigmen melanin untuk menyerap sinar UVB akan mengurangi

dosis akhir dari sinar UVB yang dapat mencapai 7-dehydrocholesterol di lapisan

basal dan suprabasal epidermis.1 Oleh karena itu, pigmen melanin kulit sangat

mempengaruhi hasil dari kadar serum vitamin 25(OH)D. Pada penelitian ini tidak

mengikut sertakan kadar pigmen melanin kulit sebagai variabel penelitian, karenanya

faktor tersebut dapat menjadi perancu.

2. Penggunaan Sunscreen

Sama halnya dengan pigmen melanin kulit, penggunaan sunscreen juga dapat

mencegah sampainya sinar UVB ke dalam lapisan basal dan suprabasal epidermis

yang mengandung 7-dehydrocholesterol yang menyebabkan tidak terbentuknya pre-

vitamin D3. Pada penelitian ini tidak diteliti penggunaan sunscreen sebelum

responden terkena paparan sinar matahari, karenanya faktor penggunaan sunscreen

dapat menjadi perancu penelitian.

3. Intake Makanan yang Mengandung Vitamin D

Walaupun sumber utama vitamin D yang diperlukan tubuh berasal dari

produksi endogen oleh tubuh, Sumber makanan yang mengandung vitamin D seperti

ikan dari laut dalam, tanaman, dan biji-bijian (40) juga dapat berkontribusi pada

kadar serum vitamin 25(OH)D dalam tubuh. Pada penelitian ini tidak diteliti jumlah

vitamin D yang berasal dari intake makanan, karenanya faktor tersebut dapat menjadi

perancu penelitian.

4. Malabsorbsi

Prevalensi defisiensi vitamin D sangatlah tinggi, yang ditegaskan oleh kadar

serum dari 25-hydroxyvitamin D [25(OH)D] yang kurang dari 20 ng/mL, di semua

populasi di dunia. Sayangnya, prevalensi defisiensi vitamin D di pasien dengan

sindrom malabsorpsi intestinal, termasuk cystic fibrosis (CF), celiac disease (CD),

short bowel syndrome, dan inflamatory bowel disease (IBD), lebih tinggi

dibandingkan populasi umum, yang mengindikasikan adanya faktor penyebab dari

Page 47: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

34

penyakit tertentu.41

Pada penelitian ini tidak diteliti mengenai malabsorpsi yang dapat

menjadi faktor perancu ada penelitian ini.

5. Hiperparatiorid

Hipokalsemia memicu sekresi hormon paratiroid (PTH), yang kemudian

meningkatkan perubahan 25-OH-D menjadi 1,25-(OH)2-D dengan aktivasi α1-

hidroksilase.40

Akan tetapi, pada pasien yang menderita penyakit hiperparatiroid,

sekresi hormon paratiroid (PTH) akan melebihi yang dibutuhkannya sehingga ginjal

akan lebih banyak merubah 25(OH)D menjadi 1,25(OH)2D yang akan menurunkan

kadar vitamin 25(OH)D dalam serum. Pada penelitian ini tidak diteliti mengenai

keadaan kelenjar paratiroid responden yang dapat menjadi faktor perancu pada

penelitian.

6. Recall Bias

Pengumpulan variabel intensitas paparan sinar matahari pada penelitian ini

menggunakan instrumen kuisioner yang ditanyakan kepada responden. Terdapat

kemungkinan responden tidak ingat dengan intensitas paparan sinar matahari yang

diterimanya yang dapat menjadi perancu pada penelitian ini.

4.3 Korelasi Usia, Jenis Kelamin, dan IMT dengan kadar serum vitamin

25(OH)D

4.3.1 Korelasi Usia dengan Kadar Serum Vitamin 25(OH)D

Setelah dilakukan penggolongan pada variabel usia, didapatkan 2 klasifikasi

yaitu 60-69 tahun dan juga 70-79 tahun dan didapatkan variabel ordinal. Lalu

dilakukan uji korelasi antara variabel ordinal dan ordinal tidak setara dengan

menggunakan uji Sommers’d dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3.1 Gambaran korelasi antara usia dengan kadar serum vitamin 25(OH)D.

Korelasi P Value Koefisien r Tanda

Usia dengan kadar serum

vitamin 25(OH)D

0,003

0,212

- (negatif)

Page 48: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

35

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia

dengan kadar serum vitamin 25(OH)D dengan korelasi antara usia seseorang dengan

kadar vitamin 25(OH)D yang lemah yaitu semakin tua usia, maka semakin rendah

kadar serum vitamin 25(OH)D yang dimiliki.

Pembahasan

Evaluasi dari kulit yang di dapatkan dari hasil operasi (jarak usia, 8-92 tahun)

mengungkapkan bahwa ada keterlibatan usia dalam menurunnya konsentrasi dari

provitamin D3 (7-dehydrocholesterol) epidermal. Kulit yang didapatkan tersebut di

paparkan dengan radiasi ultraviolet dan di ukur konten dari previtamin D3 di

epidermis dan dermis. Hasil komparasi jumlah previtamin D3 yang diproduksi di

kulit dari usia 8 dan 18 tahun dengan jumlah previtain D3 yang diproduksi dari kulit

dari usia 77 dan 82 tahun menunjukan proses penuaan dapat menurunkan lebih dari

dua kali lipat kapasitas kulit untuk memproduksi previtamin D3.28

Defisiensi substrat untuk vitamin D adalah masalah yang biasa di orang yang

sudah tua dan penting untuk diketahui karena dapat dicegah dan dapat diobati.

Terdapat defisiensi vitamin D dari diet atau dari kurangnya sinar matahari, yang

mengakibatkan berkurangnya kadar serum vitamin 25(OH)D yang nantinya akan

mengurangi produksi vitamin 1,25(OH)2D, terutama saat terjadi disfungsi renal.42 43

Hal tersebut mendukung hasil penelitian ini bahwa terdapat korelasi negatif

antara usia individu dengan kadar serum vitamin 25(OH)D.

4.3.2 Korelasi Jenis Kelamin dengan Kadar Serum Vitamin 25(OH)D

Jenis kelamin memiliki variabel nominal yaitu laki-laki dan perempuan

dilakukan uji korelasi dengan kadar serum vitamin 25(OH)D yang bervariabel ordinal

dengan menggunakan uji Lambda karena menghubungkan variabel nominal dengan

ordinal dan menghasilkan nilai sebagai berikut:

Page 49: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

36

Tabel 4.3.2 Gambaran korelasi antara jenis kelamin dengan kadar serum vitamin 25(OH)D.

Korelasi P Value Koefisien r Tanda

Jenis kelamin dengan

kadar serum vitamin

25(OH)D

0,001

0,2

+ (positif)

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin bermakna secara

statistik dengan kadar serum vitamin 25(OH)D dengan korelasi sangat lemah, yang

berarti terdapat perbedaan kadar serum vitamin 25(OH)D pada laki-laki dan

perempuan.

Pembahasan

Pada penelitian Zoya Lagunova dkk (2009) yang meneliti 1737 reponden

wanita dan 389 reponden pria, didapatkan perbedaan kadar serum vitamin 25(OH)D

sebesar 73.5 nmol (±0.6) pada wanita dan 68.7 nmol (±1.23) pada pria.(44) Pada

penelitian tersebut terdapat perbedaan dari kadar serum vitamin 25(OH)D, dan

menunjukan adanya pengaruh dari perbedaan jenis kelamin terhadap kadar serum

vitamin 25(OH)D.

Lalu, belakangan ini telah di hipotesiskan bahwa vitamin D-binding protein

(DBP) mungkin mempunyai peran dalam perbedaan status vitamin D sesuai jenis

kelamin. Menariknya, korelasi antara DBP dan jaringan adiposa itu negatif di laki-

laki dan positif di wanita.45

Pada wanita, DBP secara signifikan lebih tinggi

dibandingkan pada laki-laki, dan berhubungan positif dengan total 25(OH)D, Namun,

tidak ada hubungan yang signifikan yang telah ditemukan antara DBP, berat tubuh,

dan usia.44

Hal tersebut mendukung hasil penelitian ini yang menunjukan adanya

pengaruh dari perbedaan jenis kelamin dengan kadar serum vitamin 25(OH)D.

4.3.3 Korelasi IMT dengan Kadar Serum Vitamin 25(OH)D

Indeks Massa Tubuh yang telah diklasifikasikan berdasarkan status gizi sesuai

klasifikasi Depkes RI tahun 1994 menjadi data ordinal dan dilakukan uji korelasi

dengan menggunakan uji Sommers’d dan didapatkan hasil sebagai berikut :

Page 50: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

37

Tabel 4.3.3 Gambaran korelasi antara IMT dengan kadar serum vitamin 25(OH)D

Korelasi P Value Koefisien r Tanda

IMT dengan kadar

serum vitamin 25(OH)D

0,569

0,085 + (positif)

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa IMT memiliki tidak bermaknsa

secara statistik dengan kadar serum vitamin 25(OH)D dan korelasi yang sangat lemah

dimana semakin tinggi IMT maka semakin tinggi kadar serum vitamin 25(OH)D.

Pembahasan

Pada penelitian Saul J. Rosenstreich dkk (1971), yang memberikan suplemen

vitamin D kepada tikus percobaan dan melakukan radio-labelling menunjukan bahwa

80% dari vitamin D pada tikus disimpan secara cepat di jaringan adiposa, yang

nantinya akan dilepaskan dengan sangat perlahan.46

Pada penelitian lainnya oleh Blum M dkk menunjukan bahwa terdapat

hubungan positif antara vitamin D di dalam jaringan adiposa dengan kadar serum

vitamin 25(OH)D, sesuai dengan pernyataan bahwa jaringan adiposa merupakan

tempat penyimpanan untuk vitamin 25(OH)D.47

Kedua penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat hubungan antara

banyaknya jaringan adiposa dengan kadar vitamin 25(OH)D serum.

IMT responden pada penelitian ini tidak dapat di interpretasikan sebagai

banyaknya jaringan adiposa pada pasien karena IMT tersebut tidak menunjukan

komposisi tubuh responden. Terdapat kemungkinan IMT yang tinggi pada responden

menunjukan komposisi tubuh yang tinggi pada massa otot dikarenakan penelitian ini

dilakukan terhadap responden pada daerah rural. Responden pada daerah rural

kebanyakan mempunyai aktivitas kerja yang berat setiap harinya yang menyebabkan

komposisi tubuh responden lebih dominan otot dibandingkan responden pada daerah

urban. Hal ini yang mungkin mendasari ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan

penelitian terdahulu. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap perbedaan

komposisi tubuh antara masyarakat urban dan rural dan hubungannya dengan kadar

serum 25(OH)D.

Page 51: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

38

4.4 Keterbatasan Penelitian

Tidak dilakukan kontrol terhadap faktor-faktor yang mungkin menjadi

perancu pada penelitian ini seperti kadar pigmen kulit, penggunaan sunscreen, intake

makanan yang mengandung vitamin D, malabsorpsi, dan hormon paratiroid pada

responden.

Page 52: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

39

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa intensitas paparan sinar matahari secara

statistik tidak berhubungan secara bermakna dengan kadar serum vitamin 25(OH)D

pada pasien osteoartritis di KPKM Reni Jaya.

5.2. Saran

Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran, sebagai

berikut:

a. Bagi Masyarakat

1) Meskipun penelitian ini menunjukkan tidak menunjukan adanya hubungan

yang signifikan antara intensitas paparan sinar matahari dan kadar serum

vitamin 25(OH)D, akan tetapi masyarakat khususnya anak kecil dan lansia

yang memiliki faktor resiko untuk terjadi defisiensi vitamin D harus tetap

memenuhi kebutuhan vitamin D nya dengan cara beraktivitas di luar ruangan

dan terkena paparan sinar matahari yang cukup karena vitamin D yang

dibentuk dengan bantuan sinar matahari adalah sumber utama vitamin D

dalam tubuh.

2) Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D dan/atau suplemen

vitamin D guna memenuhi kebutuhan vitamin D pada masyarakat yang tidak

bisa beraktivitas di luar rumah khususnya lansia yang memiliki keterbatasan

dalam mobilitas. Menurut Departemen Kesehatan Gizi Indonesia, kebutuhan

vitamin D pada lansia yaitu 15-20mcg per hari.

b. Bagi Pemerintah

1) Membuat program untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya

terkena sinar matahari khususnya pada waktu-waktu tertentu seperti membuat

Page 53: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

40

2) program hari olahraga dimana selain masyarakat bisa berolahraga diluar

rumah, masyarakat juga dapat mendapatkan paparan sinar matahari yang

cukup.

c. Bagi Peneliti Lain

1) Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian yang dilakukan

oleh penulis, disarankan untuk menambah jumlah responden agar lebih

menggambarkan populasi sesuai daerah yang diteliti dan juga memastikan

jumlah tiap kategorinya seimbang.

2) Jika memungkinkan, disarankan untuk mengambil data dengan instrumen

pengambilan data yang lebih baik khususnya untuk data intensitas paparan

sinar matahari agar meminimalisir kesalahan.

3) Untuk lebih mengkontrol faktor-faktor yang dapat merancukan hasil

penelitian.

Page 54: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

41

BAB VI

KERJASAMA RISET

Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset

Osteoarthritis dan Osteoporosis pada lansia di KPKM Reni Jaya UIN Syarif

Hidayatulla Jakarta yang dibiayai oleh dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M. Epid serta di

bawah bimbingannya.

Page 55: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

42

Daftar Pustaka

1. Holick MF. Vitamin D Deficiency. PubMed [Internet]. 2007; Available from:

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra070553

2. Naeem Z. Vitamin D Deficiency- An Ignored Epidemic. PMC [Internet].

2010;4(1). Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3068797/

3. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 8th ed. Jakarta: EGC; 2014.

4. Guyton C, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC;

2007.

5. Cao Y, Jones G, Cicuttini F. Vitamin D supplementation in the management of

knee osteoarthritis: study protocol for a randomized controlled trial. NCBI

[Internet]. 2012; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3503652/

6. LC T, DE W. Expression of vitamin D receptors and matrix metalloproteinases

in osteoarthritic cartilage and human articular chondrocytes in vitro. NCBI

[Internet]. 2001; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11467890

7. Setiati S. Pengaruh Pajanan Sinar Ultraviolet B Bersumber dari Sinar Matahari

terhadap Konsentrasi Vitmain D(25(OH)D) dan Hormon Paratiroit pada

Perempuan Usia Lanjut Indonesia. J Kesmas UI [Internet]. 2008; Available

from: http://jurnalkesmas.ui.ac.id/kesmas/article/view/257

8. Yoshepin B. Paparan Sinar Matahari dan Suplementasi Vitamin-D Kalsium

serta Pengaruhnya terhadap Serum 25-Hidroksivitamin D, Tekanan Darah dan

Profil Lipid Pekerja Wanita Usia Subur. Repos IPB [Internet]. 2014; Available

Page 56: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

43

from: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/74517

9. Mabey T, Honsawek S. Role of Vitamin D in Osteoarthritis: Molecular,

Cellular, and Clinical Perspectives. Int J Endocrinol [Internet]. 2015; Available

from: https://www.hindawi.com/journals/ije/2015/383918/#B22

10. Feldman DJ. Vitamin D: Two-Volume Set. Academic Press; 2011.

11. Institute of Medicine. Food and Nutrition Board, Dietary Reference Intake for

Calcium and Vitamin D. Washington DC: National Academy Press; 2010.

12. DE P, G J. Enzymes Involved in the Activation and Inactivation of Vitamin D.

PubMed [Internet]. 2004; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15544953

13. Gombart AF. Vitamin D: Oxidative Stress, Immunity, and Aging. Boca Raton:

CRC Press; 2012.

14. Anonim. Alfacalcidiol. MIMS.com [Internet]. 2018; Available from:

http://www.mims.com/indonesia/drug/info/alfacalcidol/alfacalcidol?type=brief

&mtype=generic

15. Apley AG, Solomon L. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. ninth

edit. Southampton: Hodder Arnold; 2010.

16. T M. Stimulation by 1,25-dihydroxyvitamin D3 of in vitro Mineralization

Induced by Osteoblast-like MC3T3-E1 Cells. PubMed [Internet]. 1991;

Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2054233

17. Zehnder D. Extrarenal expression of 25-hydroxyvitamin d(3)-1 alpha-

hydroxylase. PubMed [Internet]. 2001; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11158062

18. Eyles D. Distribution of the vitamin D receptor and 1 alpha-hydroxylase in

human brain. PubMed [Internet]. 2005; Available from:

Page 57: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

44

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15589699

19. Brewer L. Vitamin D hormone confers neuroprotection in parallel with

downregulation of L-type calcium channel expression in hippocampal neurons.

PubMed [Internet]. 2001; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11150325

20. Li Y. 1,25-Dihydroxyvitamin D(3) is a negative endocrine regulation of the

renin-angiotensin system. J Clin Invest [Internet]. 2002; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12122115

21. Jones G. Pharmacokinetics of vitamin D toxicity. PubMed [Internet]. 2008;

Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18689406

22. J.M. L, P.E. L. 25(OH)D status: Effect of D3 supplement. Obes Sci Pr

[Internet]. 2017; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5358080/

23. J.E. Z. Blood Biomakers of Vitamin D Status. PubMed [Internet]. 2008;

Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18400739

24. Gibson JH. UVB Radiation: Definition and Characteristics. In UV-B

Monitoring and Research Program. 2000; Available from:

http://uvb.nrel.colostate.edu/UVB/publications/uvb_primer.pdf

25. Holick MF, JA M, MB C, et al. Photosynthesis of previtamin D3 in human

skin and the physiologic consequences. PubMed [Internet]. 1980; Available

from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6251551

26. Man REK, Li L-J, Cheng C-Y. Prevalence and Determinants of Suboptimal

Vitamin D Levels in a Multiethnic Asian Population. PubMed [Internet]. 2017;

Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28327512

27. Arifin Z, Hestiantoro A, Baziad A. Pemberian susu yang difortifikasi kalsium

kadar tinggi dan vitamin D dalam memperbaiki turnover tulang perempuan

Page 58: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

45

pasca menopause. Maj Obs ginekol Indones. 2010;34(1):31-8.

28. J. M, Holick MF. Aging decreases the capacity of human skin to produce

vitamin d3. 1985; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2997282

29. Badan Pusat Statistika. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Statistik Penduduk

Lanjut usia. 2014. 1-239 p.

30. Departemen Kesehatan. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang

Dewasa. Semarang: Depkes RI; 1994.

31. Heaney RP, Weaver CM. Calcium and vitamin D. Endocrinol Metab Clin

North Am [Internet]. 2003;32(1):181–94. Available from:

https://creighton.pure.elsevier.com/en/publications/calcium-and-vitamin-d

32. Holick MF. Sunlight and Vitamin D for bone health and prevention of

autoimmune diseases, cancers, and cardiovascular disease. PubMed [Internet].

2004; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15585788

33. Kurniawan R. Hubungan usia dengan osteoarthritis lutut ditinjau dari

gambaran radiologi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2016; Available

from: http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/8605/12.

NASKAH PUBLIKASI.pdf?sequence=1&isAllowed=y

34. Zheng H, Chen C. No TitleBody mass index and risk of knee osteoarthritis:

systematic review and meta-analysis of prospective studies. PMC [Internet].

2015; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4679914/

35. Roman-Blas JA, Castañeda S, Largo R, et al. Osteoarthritis associated with

estrogen deficiency. 2009;11(5). Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2787275/

36. Khairani Y. Hubungan umur, jenis kelamin, IMT, dan aktivitas fisik dengan

Page 59: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

46

kejadian osteoarthritis lutus. 2012; Available from: http://online-

journal.unja.ac.id/

37. C D, F C, V P. Serum levels of vitamin D, sunlight exposure, and knee

cartilage loss in older adults: the Tasmanian older adult cohort study. PubMed

[Internet]. 2009; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19404958

38. Binkley N, Novotny D, Krueger D, Kawahara T, Daida Y, Lensmeyer G, et al.

Low Vitamin D Status despite Abundant Sun Exposure. PubMed [Internet].

2007; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17426097

39. Lee S-H, Park S-J, Kim K-M, Lee DJ, Kim W-J, Park R-W, et al. Effect of

Sunlight Exposure on Serum 25-Hydroxyvitamin D Concentration In Woman

with Vitamin D Deficiency: Using Ambulatory Lux Meter and Sunlight

Exposure Questionnaire. PubMed [Internet]. 2012;Korean J Fam Med.

Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3526721/

40. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku Ajar Patologi Robbins. kesembilan.

Singapore: Elsevier Saunders; 2015.

41. Margulies S, Kurian D, Elliott M, Han Z. Vitamin D deficiency in patients

with intestinal malabsorption syndromes--think in and outside the gut. PubMed

[Internet]. 2015; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26316334

42. Need A, O’Loughlin P, Morris H, et al. Vitamin D metabolites and calcium

absorption in severe vitamin D deficiency. PubMed [Internet]. 2008; Available

from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18597633

43. Bouillon R, Auwerx J, Lissens W. Vitamin D status in the elderly: seasonal

substrate deficiency causes 1, 25-dihydroxycholecalciferol deficiency. Am J

[Internet]. 1987; Available from:

Page 60: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

47

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3494392

44. Lagunova Z, Porojnicu AC, Lindberg F, Hexeberg S, Moan J. The

Dependency of Vitamin D Status On Body Mass Index, Gender, Age, and

Season. PubMed [Internet]. 2009; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19667169

45. Bolland M, Grey A, Ames R, Horne A, Mason B, Wattie D, et al. Age-,

Gender-, and Weight-related effects on level of 25-hydroxyvitamin D are not

mediated by vitamin D-binding protein. PubMed [Internet]. 2007; Available

from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17547688

46. Rosenstreich SJ, Rich C, Volwiler W. Deposition in and Release of Vitamin

D3 from Body Fat: Evidence for a Storage Site in The Rat. PubMed. 1971;J

Clin Invest.

47. Blum M, Dolnikowski G, Seyoum E, Harris S, Booth S, Peterson J, et al.

Vitamin D3 in Fat Tissue. PubMed [Internet]. 2008; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18338271

Page 61: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

48

Lampiran

Lampiran 1

Surat Etik Penelitian

Page 62: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

49

Lampiran 2

Lembar Data Penelitian Responden

HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR

SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS LANSIA DI KPKM RENI

JAYA

Identitas Subjek Penelitian

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Nomor telp :

Pemeriksaan Fisik

Indeks Massa Tubuh :

BB : kg

TB : cm

IMT : kg/m2

Kuisioner

Intensitas Paparan Sinar Matahari:

< 3 Kali dalam Seminggu

≥ 3 Kai dalam Seminggu

Pemeriksaan Laboratorium

Vitamin D : nmol/L

Sufisien (>50-125)

Insufisien (25-50 )

Defisien (<25)

Page 63: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

50

Lampiran 3

Lembar Analisa Data SPSS

ANALISIS DATA

Deskriptif

Page 64: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

51

Analisis Bivariat

Page 65: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

52

Page 66: HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47822...HUBUNGAN INTENSITAS PAPARAN SINAR MATAHARI DENGAN KADAR SERUM 25(OH)D PADA PASIEN OSTEOARTRITIS

53

Lampiran 4

Daftar Riwayat Hidup

DATA PERSONAL

Nama : Achmad Faris Wahyudi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir: Bandung, 7 Juli 1996

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Sukamukti No. 8, Bandung

No Telpon/HP : 081312409039

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2000 – 2002 TK Salman Al-Farisi

2002 – 2008 SD Salman Al-Farisi

2008 – 2011 SMPN 12 Bandung

2011 – 2014 SMAN 15 Bandung

2014 – 2015 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran

2015 – Sekarang Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter, Fakultas

kedokteran, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta