pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang dengar pada
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP AMBANG DENGAR PADA TENAGA KERJA DI PT SEKAR BENGAWAN KABUPATEN
KARANGANYAR
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh : Andrias Wahyu Listyaningrum
R.0207061
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.
Surakarta, ………………………
Andrias Wahyu Listyaningrum NIM. R0207061
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Andrias Wahyu Listyaningrum. 2011. PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP AMBANG DENGAR TENAGA KERJA DI PT SEKAR BENGAWAN KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi, Program Studi D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap ambang dengar pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar, dengan melakukan pengukuran intensitas kebisingan dan ambang dengar tenaga kerja kemudian menganalisisnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian non eksperimental dengan metode observasional analitik menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian diambil dari populasi dengan teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Subjek yang memenuhi kriteria adalah 30 orang. Rancangan dari penelitian ini adalah dari populasi yang ada subjek diambil dengan purposive sampling, subjek mendapatkan paparan bising yang berbeda yaitu dibawah NAB (Nilai Ambang Batas) dan diatas NAB, sehingga akan didapatkan ambang dengar tenaga kerja normal dan menurun. Dari data yang telah diperoleh kemudian diuji statistik dengan chi square menggunakan SPSS versi 16.
Hasil uji statistik pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang dengar pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanaganyar diperoleh nilai P untuk telinga kanan P = 0,019 (p ≤ 0,05) serta nilai P untuk telinga kiri P = 0,02 (p ≤ 0,05) yang menunjukkan hasil uji signifikan, jadi semakin tinggi intensitas kebisingan semakin naik nilai ambang dengar yang artinya ambang dengar menurun dari normal.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang dengar pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan kabupaten Karanganyar, berdasarkan pengukuran kebisingan lingkungan kerja dan ambang dengar tenaga kerja di PT Sekar Bengawan.
Kata Kunci : Intensitas Kebisingan, Ambang Dengar Kepustakaan : 20, 1978 - 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT Andrias Wahyu Listyaningrum. 2011. THE EFFECT OF NOISE INTENSITY ON WORKFORCE HEARING THRESHOLD IN PT SEKAR BENGAWAN, KARANGANYAR. Thesis, Study Program of D.IV Occupational Health Faculty of Medicine, Sebelas Maret University. Surakarta. This study aims to determine the effect of noise on the hearing threshold in the workforce in PT Sekar Bengawan Karanganyar, by measuring the intensity of noise and hearing threshold labor then analyze it. This research uses non-experimental research with analytic observational method using cross sectional approach. Research subjects drawn from the population with purposive sampling. Subjects who meet the criteria is 30 people. The design of this study is the population that is the subject taken by purposive sampling, the subjects have different noise exposure is below the TLV (Threshold Limit Value) and above the TLV, so it will get normal hearing threshold and decreased labor. From the data obtained are then tested by chi square statistics Using SPSS version 16. The result of statistical test influence of noise intensity on the hearing threshold in the workforce in PT Sekar Bengawan Karanganyar obtained P values for the right ear P = 0.019 (P ≤ 0.05) and for left ear P = 0.02 (P ≤ 0, 05) prove that the test results are significant, so higher the noise intensity then further increased the value hearing threshold, it's mean hearing threshold decreased from normal. From this research can be concluded that there is influence intensity of noise on the workforce hearing threshold in PT Sekar Bengawan Karanganyar, based on the measurement of environmental noise and the hearing threshold of labor in PT Sekar Bengawan. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Bibliography : 20, 1978 - 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas semua rahmat dan nikmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP AMBANG DENGAR PADA TENAGA KERJA DI PT SEKAR BENGAWAN KABUPATEN KARANGANYAR Laporan penelitian ini disusun untuk tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program D.IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta serta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sain terapan.
Penyusunan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari pihak, baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, Selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret periode 2007-2011. 2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM, Selaku dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret periode 2011 sampai sekarang 3. Putu Suriyasa, dr., MS, PKK. Sp. Ok, selaku ketua program D.IV Kesehatan
Kerja Universitas Sebelas Maret. 4. Hari Wujoso, dr, MM, Sp.F, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dalam rangka penyusunan laporan ini. 5. Live Setyaningsih, SKM, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dalam rangka penyusunan laporan ini. 6. Sumardiyono, SKM, M.Kes, selaku penguji yang telah memberikan banyak
masukan dalam pelaksanaan penelitian ini. 7. Lusi Ismayenti, ST, M.Kes, selaku tim skripsi yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. 8. Martono, yang telah memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian di PT
Sekar Bengawan Karanganyar. 9. Seluruh karyawan PT Sekar Bengawan yang telah membantu penelitian
sehingga berjalan lancar. 10. Bapak, Ibu, adik-adikku, sahabat-sahabatku dan orang yang selalu
mendukungku, terima kasih atas ketulusan doa serta dukungan baik material maupun spiritual.
11. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun mahasiswa yang membutuhkan.
Surakarta, Juni 2011 Penulis,
Andrias Wahyu Listyaningrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN. ................................................................. iii
ABSTRAK. .............................................................................................. v
ABSTRACT. ............................................................................................ vi
PRAKATA. .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL. ................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR. ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN. ............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 5
A. Tinjauan Pustaka .................................................................. 5
B. Kerangka Pemikiran ............................................................. 31
C. Hipotesis.................................................................................. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 33
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 33
C. Populasi Penelitian ............................................................... 33
D. Teknik Sampling .................................................................. 34
E. Sampel Penelitian ................................................................. 34
F. Desain Penelitian.............................. ..................................... 35
G. Identifikasi Variabel Penelitian..... ........................................ 35
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian. ............................. 36
I. Alat dan Bahan Penelitian ..................................................... 37
J. Cara Kerja Penelitian....................................................... ....... 39
K. Teknik Analisis Data ............................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................. 41
A. Gambaran Umum Perusahaan............................................... 41
B. Karakteristik Subjek Penelitian. ............................................ 42
C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja. ........ 43
D. Hasil Pengukuran Ambang Dengar Tenaga Kerja. ................ 44
E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Ambang Dengar. 45
BAB V PEMBAHASAN. ......................................................................... 50
A. Analisa Univariat. ................................................................ 50
B. Analisa Bivariat.................................................................... 53
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ....................................................... 55
A. Simpulan. ............................................................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
B. Saran. ................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA. .............................................................................. 56
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Ambang Batas intensitas kebisingan ............................... 13
Tabel 2. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan umur ........ 42
Tabel 3. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan masa kerja. 43
Tabel 4. Hasil pengukuran intensitas kebisingan. ................................. 43
Tabel 5. Hasil pengukuran ambang dengar tenaga kerja terpapar bising
>NAB.... ................................................................................. 44
Tabel 6. Hasil pengukuran ambang dengar tenaga kerja terpapar bising
≤NAB.... ................................................................................. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Fisiologi Telinga .............................................................. 20
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ........................................................ 31
Gambar 3. Desain Penelitian. ............................................................ 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Data Diri Tenaga Kerja
Lampiran 2. Audiogram
Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Audiometri Tenaga Kerja
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan
Lampiran 5. Surat Keterangan Survey awal dan Penelitian
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik SPSS 16
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan pertumbuhan industri sekarang ini jelas memerlukan
kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan
baku/material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan di tempat
kerja, guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Akibat yang ditimbulkan oleh teknologi modern karena peningkatan industri
adalah timbulnya masalah kebisingan yang mempunyai pengaruh luas mulai
dari gangguan konsentrasi, komunikasi, dan kenikmatan kerja sampai pada
cacat karena kehilangan daya dengar yang menetap. Kebisingan tidak hanya
berpengaruh terhadap kualitas kerja tetapi juga berpengaruh terhadap tenaga
kerja (Budiono, 2003).
Pengaruh utama kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada
indera pendengar, yang menyebabkan tuli progresif, dan akibat demikian telah
diketahui dan diterima umum untuk berabad-abad lamanya. Dengan
kemampuan upaya hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), akibat
buruk kebisingan kepada alat pendengaran boleh dikatakan dapat dicegah
asalkan program konservasi pendengaran (hearing conservation program)
dilaksanakan sebaik-baiknya (Suma’mur, 2009).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Rochmah (2006)
tentang Perbedaan Ketajaman pendengaran tenaga di PT. APAC INTI
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
CORPORA BAWEN tahun 2006 dengan hasil sebagai berikut : ada perbedaan
rata-rata ketajaman pendengaran telinga kanan dan kiri di PT. APAC INTI
CORPORA BAWEN. 70% pekerja mengalami gangguan komunikasi, 43%
pekerja mengalami gangguan kosentrasi, 50% pekerja mengalami gangguan
tidur, dan 66% pekerja mengalami keluhan pusing kepala.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di PT Sekar Bengawan
Karanganyar yaitu sebuah industri di bidang tekstil yang mempunyai jumlah
tenaga kerja sebesar 700 pekerja. Pada survei awal ini penulis mengukur
intensitas kebisingan tempat kerja tersebut, yaitu untuk bagian flat print rata-
rata 90,8 dB, bagian colour mixer 92,3 dB, bagian tracer 80,9 dB. Pada
beberapa tempat produksi ini intensitas kebisingan dipengaruhi oleh mesin
yang dipakai karena pada setiap bagian memiliki mesin yang berbeda-beda
jenis dan kegunaannya. Sedangkan untuk gangguan pendengaran didalam
pembicaraan biasa terdapat kesukaran mendengar suara perlahan. Selain itu
penulis menjumpai semua karyawan yang bekerja tidak memakai ear plug saat
bekerja di tempat yang bising tersebut. Padahal mesin-mesin tersebut
mengeluarkan bising melebihi NAB (Nilai Ambang Batas).
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja menyebutkan
bahwa intensitas kebisingan 85 dBA selama 8 jam kerja dalam sehari.
Dengan mengacu pada hasil survei awal yang dilakukan oleh penulis,
dan hasil dari penelitian terdahulu, maka penulis ingin mengadakan penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mengenai pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang dengar pada tenaga
kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.
B. Perumusan Masalah
Adakah pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang dengar pada
tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang
dengar pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui intensitas kebisingan di PT Sekar Bengawan
Kabupaten Karanganyar.
b. Untuk mengetahui ambang dengar pada tenaga kerja di PT Sekar
Bengawan Kabupaten Karanganyar.
c. Untuk menganalisis pengaruh kebisingan terhadap ambang dengar di
PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan bukti empiris bahwa kebisingan dapat mempengaruhi
ambang dengar tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten
Karanganyar.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan atau saran mengenai pengaruh intensitas kebisingan
terhadap ambang dengar tenaga kerja dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan tenaga kerja.
b. Bagi Program Diploma IV Kesehatan Kerja
Dapat menambah referensi untuk mengembangkan ilmu keselamatan
dan kesehatan kerja.
c. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang
dengar pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
E. Tinjauan Pustaka
1. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan manusia. Bunyi yang menimbulkan kebisingan
disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini
mengganggu keseimbangan molekul-molekul udara disekitarnya sehingga
molekul-molekul udara ikut bergetar (Sasongko dkk, 2000).
Dari sudut pandang lingkungan, kebisingan adalah masuk atau
dimasukkannya energi (suara) ke dalam lingkungan hidup sedemikian rupa
sehingga mengganggu peruntukannya. Dari sudut pandang lingkungan
maka kebisingan lingkungan termasuk dalam kategori pencemaran karena
dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan
manusia (Sasongko dkk, 2000).
Kebisingan didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga
oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala suara tersebut
tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan.
Jenis-jenis kebisingan adalah sebagai berikut :
a. Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum
frekuensi yang lebar (Steady state, Wide band noise)
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Misalnya : bising mesin, kipas angin, dapur pijar
b. Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis
(Steady state, narrow band noise).
Misalnya: bising gergaji sirkuler, katup gas.
c. Kebisingan terputus-putus (intermittent).
Misal: bising lalu lintas suara kapal terbang di bandara.
d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise).
Misalnya: bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam, dan
ledakan.
e. Kebisingan impulsive berulang.
Misalnya: bising mesin tempa di perusahaan atau tempaan tiang
pancang bangunan (Suma’mur, 2009)
Sumber kebisingan dibedakan bentuknya atas dua jenis sumber,
yaitu:
a. Sumber titik (berasal dari sumber diam) yang penyebaran
kebisingannya dalam bentuk bola-bola konsentris dengan sumber
kebisingan sebagai pusatnya dan menyebar di udara dengan kecepatan
sekitar 360 m/detik.9
b. Sumber garis berasal dari sumber bergerak dan penyebaran
kebisingannya dalam bentuk silinder-silinder konsentris dengan sumber
kebisingan sebagai sumbunya dan menyebar di udara dengan kecepatan
sekitar 360 m/detik, sumber kebisingan ini umumnya berasal dari
kegiatan transportasi (Sasongko dkk, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Nada dari kebisingan ditentukan oleh frekuensi-frekuensi yang ada.
Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam
satuan logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya
dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan
frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal
(Suma’mur, 2009).
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara
16 - 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat pada rentang 250-4000 Hz. Bunyi
frekuensi tinggi adalah bunyi yang paling berbahaya.
Bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai berikut:
a. Infra sonic, bila suara dengan gelombang antara 0-16 Hz. Infra sonic
tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan biasanya ditimbulkan
oleh getaran tanah dan bangunan. Frekuensi <16 Hz akan
mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu dan kadang-kadang
perubahan penglihatan.
b. Sonic, bila gelombang suara antara 16-20.000 Hz, merupakan frekuensi
yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.
c. Ultra sonic, bila gelombang >20.000 Hz. Frekuensi di atas 20.000 Hz
sering digunakan dalam bidang kedokteran, seperti untuk penghancuran
batu ginjal, pembedahan katarak karena dengan frekuensi yang tinggi
bunyi mempunyai daya tembus jaringan cukup besar, sedangkan suara
dengan frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia
(Suyono, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan
pada indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian (Suma’mur,
2009).
Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik
fisis, waktu berlangsung, dan waktu kejadiannya. Pengaruh tersebut
berbentuk gangguan yang dapat menurunkan kesehatan, kenyamanan, dan
rasa aman manusia. Beberapa bentuk gangguan yang diakibatkan oleh
kebisingan adalah sebagai berikut:
a. Gangguan Pendengaran
Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang
berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran yang
berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu
merespons suara pada kisaran antara 0-140 dBA tanpa menimbulkan
rasa sakit. Kerusakan pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan
penurunan sensitivitas yang berlangsung secara terus-menerus. Tindak
pencegahan terhadap ketulian akibat kebisingan memerlukan kriteria
yang berhubungan dengan tingkat kebisingan maksimum dan lamanya
kebisingan yang diterima.
b. Gangguan Percakapan
Kebisingan bisa mengganggu percakapan sehingga mempengaruhi
komunikasi yang berlangsung (tatap muka/via telepon).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Gangguan Psikologis
Kebisingan bisa menimbulkan gangguan psikologis seperti
kejengkelan, kecemasan, dan ketakutan. Gangguan psikologis akibat
kebisingan tergantung pada intensitas, frekuensi, periode, saat dan lama
kejadian, kompleksitas spektrum/kegaduhan dan ketidakteraturan
kebisingan.
d. Gangguan Produktivitas kerja
Kebisingan dapat menimbulkan gangguan terhadap pekerjaan yang
sedang dilakukan seseorang memulai gangguan psikologis dan
gangguan konsentrasi sehingga menurunkan produktivitas kerja.
e. Gangguan Kesehatan
Kebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia
apabila terpapar suara dalam suatu periode yang lama dan terus-
menerus. Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, kebisingan
juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta
meningkatkan frekuensi detak jantung dan meningkatkan tekanan darah
(Sosongko dkk, 2000)
Dampak Kebisingan terhadap kesehatan tenaga kerja adalah
sebagai berikut:
a. Pada indera pendengaran (Auditory Effect)
Telinga siap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan terhadap tingkat suara/bising, tetapi setelah terlalu sering
mengalami perubahan yang berulang-ulang lama-kelamaan daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
akomodasinya akan menjadi lelah dan gagal dalam memberikan reaksi.
Dalam keadaan ini pendengaran timbul akibat pekerjaan (occupational
deafness), tidak hanya terdapat pada pekerja pabrik saja tetapi juga
pada pekerjaan-pekerjaan luar, seperti sopir taksi/alat transportasi,
polisi lalulintas, dan sebagainya.
Efek kebisingan pada indera pendengaran dapat diklasifikasikan
menjadi :
1) Trauma akustik, gangguan pendengaran yang disebabkan oleh
pemaparan tunggal terhadap intensitas kebisingan yang sangat
tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Sebagai contoh ketulian yang
disebabkan oleh suara ledakan bom.
2) Ketulian sementara (Temporary Threshold Shift/TTS), gangguan
pendengaran yang dialami seseorang yang sifatnya sementara.
Daya dengarnya sedikit demi sedikit pulih kembali, waktu untuk
pemulihan kembali adalah berkisar dari beberapa menit sampai
babarapa hari (3-7 hari), namun yang paling lama tidak lebih dari
sepuluh hari.
3) Ketulian permanen (Permanent Threshold Shift /PTS), bilamana
seseorang pekerja mengalami TTS dan kemudian terpajan bising
kembali sebelum pemulihan secara lengkap terjadi, maka akan
terjadi ”akumulasi” sisa ketulian (TTS), dan bila hal ini
berlangsung secara berulang dan menahun, sifat ketuliannya akan
menjadi berubah menetap (permanen). PTS sering juga disebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
NIHL (Noise Induced Hearing Loss) dan NIHL terjadi umumnya
setelah terpajan 10 tahun atau lebih.
b. Gangguan komunikasi
Kebisingan dapat menganggu percakapan sehingga dapat
menimbulkan salah pengertian dari penerimaan pembicaraan
c. Gangguan tidur
Menurut EPA (1974), manusia dapat terganggu tidurnya pada
intensitas suara 33-38 dBA dan keluhan ini akan semakin banyak
ditemukan bila tingkat intensitas suara di ruang tidur mencapai 48
dBA.
d. Gangguan pelaksanaan tugas
Terutama pada tugas-tugas yang membutuhkan ketelitian atau
pekerjaan yang rumit dan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi
tinggi.
e. Perasaan tidak senang/mudah marah
f. Stress, pengalaman pada pemeriksaan di perusahaan menunjukkan
beberapa tahapan akibat stress kebisingan, yaitu: menurunnya daya
konsentrasi, cenderung cepat lelah, gangguan komunikasi, gangguan
fungsi pendengaran secara bertahap, ketulian/penurunan daya dengar
menetap (Subaris dan Haryono, 2007).
Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas
seseorang yang bekerja di tempat kerja yang bising dan faktor-faktor
tersebut adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. Frekuensi kebisingan, nada tinggi adalah lebih menggangu daripada
nada rendah.
b. Jenis kebisingan, kebisingan terputus-putus (intermitten noise) adalah
lebih menganggu daripada kebisingan kontinu.
c. Sifat pekerjaan, pekerjaan yang rumit atau kompleks lebih banyak
terganggu daripada pekerjaan yang sederhana (simple work).
d. Variasi kebisingan, makin sedikit variasinya makin sedikit juga
gangguannya.
e. Sikap individu (Budiono, 2003).
Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan adalah standar faktor
tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Menurut Surat
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep. 51/MEN/1999 tentang NAB
Faktor Fisik Di Tempat Kerja, NAB kebisingan yang diperkenankan di
Indonesia adalah 85 dB (A) (Suma’mur, 2009). Akan tetapi NAB bukan
merupakan jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan terkena
risiko akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko yang ada (Budiono,
2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Intensitas Kebisingan
Waktu pemajanan perhari Intensitas kebisingan dalam dB (A) (1) (2)
8 jam 85 4 jam 88 2 jam 91 1 jam 94
30 menit 97 15 menit 100 7.5 menit 103
3.75 menit 106 1.88 menit 109 0,94 menit 112 28.12 detik 115 14,06 detik 118 7.03 detik 121 3.52 detik 124 1.76 detik 127 0.88 detik 130 0.44 detik 133 0.22 detik 136 0.11 detik 139
Tidak boleh 140 Sumber: Budiono, 2003.
Kebisingan dapat dikendalikan dengan:
a. Menggunakan mesin-mesin yang kurang bising (Pusat K3, 2009).
b. Penempatan penghalang pada jalan transmisi. Isolasi tenaga kerja atau
mesin atau unit operasi adalah upaya segera dan baik dalam upaya
mengurangi kebisingan. Untuk itu perencanaan harus matang dan
material yang dipakai untuk isolasi harus mempunyai bobot yang
cukup berat, menutup pas betul lobang yang ditutupnya dan lapisan
dalamnya terbuat dari bahan yang menyerap suara agar tidak terjadi
getaran yang lebih hebat sehingga merupakan sumber kebisingan
(Suma’mur, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Dengan memakai tutup telinga (ear muff) biasanya lebih efektif dari
pada sumbat telinga (ear plug) dan dapat menurunkan intensitas
kebisingan yang sampai ke saraf pendengar. Alat-alat ini dapat
mengurangi intensitas kebisingan sekitar 10-25 dB (Suma’mur, 2009).
d. Pelaksanaan waktu paparan bagi intensitas di atas NAB (Suma’mur,
2009).
2. Ambang Dengar
Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang
masih dapat didengar telinga (Buchari, 2007).
Tingkat intensitas suara minimum yang dapat didengar oleh telinga
orang muda sehat adalah 20 mikropaskal, hal ini dikenal sebagai tingkat
akustik 0 dB, pada audiometri digunakan tingkat referensi lain yang
dikenal sebagai tingkat ambang dengar 0 dB, pada frekwensi ± 3000 Hz,
tingkat ambang dengar lebih tinggi 10 dB diatas tingkat akustik. Hasil
pemeriksaan normal berada dalam kisaran ≤ 25 dB pada seluruh
frekwensi. Bila terdapat kecenderungan hasil pemeriksaan melebihi 25 dB
terutama pada frekwensi 500 atau 1000 Hz, kemungkinan terdapat latar
belakang kebisingan ruang pemeriksaan yang terlalu bising. Bila terdapat
perbedaan > 40 dB antara telinga kanan dan kiri, maka dilakukan prosedur
masking untuk menentukan tingkat ambang sebenarnya. (Bashiruddin dkk,
2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tingkat cacat ditentukan dengan mengukur nilai ambang dengar
(Hearing Threshold Level = HTL), yaitu angka rata-rata penurunan
ambang dengar dengan dB pada frekwensi 500, 1000, 2000, 4000 Hz.
Penurunan nilai ambang dengar dilakukan pada kedua telinga :
a. Telinga normal : pada pemeriksaan audiometri ambang dengar rata-
rata tidak melebihi 25 dB dan di dalam pembicaraan tidak ada
kesukaran mendengar suara perlahan.
b. Tuli ringan : pada pemeriksaan audiometri ambang dengar rata-rata
antara 25-40 dB dan terdapat sedikit kesukaran mendengar.
c. Tuli sedang : pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang dengar
rata-rata antara 40-55 dB. Seringkali terdapat kesukaran untuk
mendengar pembicaraan biasa.
d. Tuli sedang berat : pada pemeriksaan audiometri terdapat ambang
dengar rata-rata antara 55-70 dB. Biasanya terdapat kesukaran
mendengar suara pembicaraan kalau tidak dengan suara keras.
e. Tuli berat : Ambang dengar rata-rata antara 70-90 dB. Hanya dapat
mendengar suara yang sangat keras.
f. Tuli sangat berat : Ambang dengar 90 dB atau lebih. Sulit sekali
mendengar pembicaraan (Bashiruddin dkk, 2007).
Tingkat cacat menurut American Medical Association (AMA)
Committee on Medical Rating of Physical Imparment, menyatakan bahwa
cacat total pendengaran, apabila ambang dengar diatas 92 dB. Jadi ambang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tertinggi ialah 93 dB dan batas terendah untuk gangguan pendengaran
ialah 25 dB (Bashiruddin dkk, 2007).
Pengukuran ambang dengar dengan menggunakan audiometri
adalah suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang
dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-
500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan
(dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan
vibrator tulang ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-
masing untuk mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara
dan hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan
didapatkan kurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca
audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran
seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang
berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai
ambang baku pendengaran untuk nada murni. Telinga manusia normal
mampu mendengar suara dengan kisaran frekwensi 20-20.000 Hz.
Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami
percakapan sehari-hari (American Speech Language Hearing Association,
1978).
Faktor yang mempengaruhi fungsi pendengaran antara lain:
a. Penggunaan Obat-Obatan
Penggunaan obat-obatan selama 14 hari baik diminum maupun
melalui suntikan, menyebabakan terjadinya gangguan pendengaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Obat-obatan yang mempengaruhi pendengaran pada umumnya adalah
jenis antibiotik aminoglikosid yang mempunyai efek ototoksik (Gan,
1999).
Penggunaan Obat-obatan yang bersifat ototoksik akan dapat
menimbulkan terjadinya gangguan fungsional pada telinga dalam
yang disebabkan telah terjadi perubahan struktur anatomi pada organ
telinga dalam (Soetirto dkk, 2007).
b. Umur
Pada usia lanjut, sedang sakit atau anak berumur antara 4
sampai 6 tahun, dipandang lebih sensitif terhadap gangguan
kebisingan dibanding kelompok usia lain (Sasongko dkk, 2000).
Orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat
bising (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990).
Pada orang lanjut usia, gangguan pendengaran biasanya disebabkan
oleh fungsi organ pendengaran yang menurun atau disebut
presbiakusis (sekitar 1,8 –5%) (Yusuf, 2000).
c. Riwayat Penyakit Telinga (Otitis Media)
Yaitu suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah. Tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid
(Djaafar, 2007).
d. Hipertensi
Para penderita penyakit darah tinggi, dimana sel-sel pembuluh
darah sekitar telinga ikut tegang dan mengeras, juga harus selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
memperhatikan kesehatan telinganya. Sebab, berkurangnya oksigen
yang masuk lebih memudahkan sel-sel pendengaran mati (Yusuf,
2000).
e. Jenis kebisingan
Kebisingan yang bernada tinggi sangat mengganggu lebih-lebih
jika kebisingan tersebut adalah jenis yang terputus-putus atau yang
datang hilangnya secara tiba-tiba dan tidak terduga. Pengaruh
kebisingan sangat terasa, apabila tidak diketahui apa dan dimana
tempat tempat sumbernya. Fakta menunjukkan bahwa kebisingan
dapat pula memberikan efek buruk kepada penderita penyakit
kardiovaskuler dan juga orang sakit saraf (Suma’mur, 2009).
f. Alat Pelindung Telinga
Pengendalian kebisingan terutama ditujukan bagi mereka yang
dalam kesehariannya menerima kebisingan. Karena daerah utama
kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran
(telinga bagian dalam), maka metode pengendaliannya dengan
memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan
yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah sebelum masuk
ke telinga bagian dalam (Sasongko dkk, 2000).
g. Riwayat pekerjaan
Apakah pernah atau sedang bekerja di tempat yang bising
(Bashiruddin dkk, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
h. Masa Kerja
Timbulnya risiko kerusakan pendengaran pada tingkat
kebisingan < 80 dB (A) untuk paparan harian selama 8 jam dapat
diabaikan dan tidak ada peningkatan persentase subjek dengan
gangguan pendengaran. Paparan kebisingan >85 dB (A) ada
kemungkinan bahwa setelah 5 tahun kerja, 1% pekerja akan
memperlihatkan sedikit gangguan pendengaran (Suyono, 1995).
3. Fisiologi Telinga
Telinga dibagi dalam tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah
dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan kanal telinga,
batas telinga luar yaitu dari daun telinga sampai dengan membrana
tympani. Telinga tengah, batas telinga tengah mulai dari membrana
tympani sampai dengan tuba eustachii. Terdiri dari 3 buah tulang kecil
yaitu os malleulus, os incus, dan os stapes. Telinga dalam, berada di
belakang tulang tengkorak kepala terdiri dari kokhlea dan oval window.
(Gabriel, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 1. Fisiologi Telinga
Bagian-bagian telinga antara lain :
a. Telinga bagian luar
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna dan meatus
auditorius externa yang menjorok ke dalam menjauhi pinna. Liang
telinga berukuran panjang sekitar 2,5 cm. Sepertiga luarnya adalah
tulang rawan sementara, dua pertiga dalamnya adalah berupa tulang.
Bagian tulang rawan tidak lurus serta bergerak ke arah atas dan
belakang. Liang ini dapat diluruskan dengan cara mengangkat daun
telinga ke atas dan ke belakang. Aurikel berbentuk tidak teratur serta
terdiri dari tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung
paling bawah, yaitu cuping telinga yang terutama terdiri dari lemak
(Pearce, 2002).10
Daun telinga berfungsi sebagai pengumpul energi bunyi dan
dikonsentrasikan pada membrana tympani, dan hanya menangkap 6-8
dB. Pada kanalis telinga terdapat malam (wax) yang berfungsi sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3.000-4.000 Hz.
Membrana tympani tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm², mengalami vibrasi
dan diteruskan ke telinga bagian tengah yaitu pada tulang telinga
(incus, malleulus, dan stapes). Nilai ambang pendengar terendah yang
dapat didengar ~ 20 Hz dan pada 160 dB membrana tympani
mengalami ruptur/pecah (Gabriel, 1995).
b. Telinga bagian tengah
Telinga bagian tengah terdiri dari 3 tulang yaitu malleulus, incus
dan stapes. Suara yang masuk itu 99,9 % mengalami refleksi dan
hanya 0,1 % saja yang ditransmisi/diteruskan. Pada frekuensi <400
Hz membran tympani bersifat “per” sedangkan pada frekuensi 4000
Hz membran tympani akan menegang. Telinga bagian tengah ini
memegang peranan proteksi. Hal ini dimungkinkan oleh karena
adanya tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam telinga bagian
tengah, dimana tuba eustachii mempunyai hubungan langsung dengan
mulut (Gabriel, 1995).
Tuba eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah
menuju naso farinx, lantas terbuka. Dengan demikian tekanan udara
pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui meatus
auditorius externa serta melalui tuba eustakhius (faringo timpanik).
Celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan
akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan
udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tekanan udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat
tidak seimbangnya tekanan udara, dapat dihindarkan. Adanya
hubungan dengan nasofarinx ini, memungkinkan infeksi pada hidung
atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga
tengah (Gabriel, 1995).
Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang
tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung
dari membrana tympani sampai rongga telinga bagian dalam. Tulang
sebelah luar adalah malleus, berbentuk seperti martil dengan gagang
yang terikat pada membrana tympani, sementara kepalanya menjulur
ke dalam ruang tympani. Tulang yang berada di tengah adalah incus
atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan malleus sementara sisi
dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu
stapes. Stapes atau tulang sanggurdi yang dikaitkan pada inkus
dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat
panjang terikat pada membran yang menutup fenestra vestibuli, atau
tingkap jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi untuk
mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga
telinga dalam, menghubungkan gendang telinga dengan tingkap
jorong (Pearce, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Telinga Bagian Dalam
Rongga telinga dalam terdiri dari berbagai rongga yang
menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga
itu disebut labirin tulang, dan dilapisi membran sehingga membentuk
labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung
cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.
Vestibula yang merupakan bagian tengah dan tempat bersambungnya
bagian-bagian yang lain. Saluran setengah lingkaran bersambung
dengan vestibula. Ada 3 jenis saluran-saluran itu, yaitu saluran
superior, posterior, dan lateral. Saluran lateral letaknya horizontal,
sementara ketiganya saling membuat sudut tegak lurus satu sama lain.
Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan yang disebut
ampula (gerakan cairan yang merangsang ujung-ujung akhir saraf
khusus dan ampula yang menyebabkan kita sadar akan kedudukan
kita). Bagian telinga dalam ini berfungsi untuk membantu serebelum
dalam mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran akan kedudukan
kita. Kokhlea adalah sebuah tabung bentuk spiral yang membelit
dirinya laksana sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari
sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari
tulang disebut modiulus. Dalam setiap belitan ini terdapat saluran
membranosa yang mengandung ujung-ujung akhir saraf pendengaran.
Cairan dalam labirin membranosa disebut endolimfe, cairan di luar
labirin membranosa dan di dalam labirin tulang disebut perilimfe.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Ada 2 tingkap dalam ruang melingkar ini:
1) Tingkap jorong (fenestra vestibuli/fenestra ovalis) ditutup oleh
tulang stapes.
2) Tingkap bundar (fenestra kokhlea/fenestra rotunda) ditutup oleh
membran.
Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam, adanya tingkap-
tingkap ini dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan
dari rongga telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfe.
Getaran dalam perilimfe dialihkan menuju endolimfe, dengan
demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran (Pearce,
2002).
Nervus auditorius (saraf pendengaran) terdiri dari 2 bagian
salah satu dari padanya pengumpulan sensibilitas dari bagian
vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai bagian dengan
keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nucleus
vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan
medulla oblongata, lantas kemudian bergerak terus menuju
serebelum. Bagian kokhlearis pada nervus auditorius adalah saraf
pendengar yang sebenarnya. Serabut-serabut sarafnya mula-mula
dipancarkan pada sebuah nukleus khusus yang berada tepat di
belakang thalamus, kemudian dipancarkan lagi menuju pusat
penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah
lobus temporalis (Pearce, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4. Pengaruh Kebisingan Terhadap Ambang Dengar
Bising dengan intensitas tinggi dapat merusak kokhlea telinga dalam
sehingga menganggu fungsi pendengaran pekerja, sedang kerusakan yang
ditimbulkan pada saraf vestibuler di telinga dalam dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan terhadap pekerja. Gangguan pendengaran dan
keseimbangan akibat kerja belum mendapat perhatian penuh, padahal
gangguan ini menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat
kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35%. Di berbagai industri di
Indonesia, angka ini berkisar antara 30-50% (Bashirudin, 2003)
Mekanisme dari pendengaran adalah suara ditimbulkan oleh getaran
atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara yang kecepatan dan
volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga
telinga luar yang menyebabkan membrana tympani bergetar. Getaran
tersebut selanjutnya diteruskan menuju inkus dan stapes, melalui malleus
yang terikat pada membrana itu. Karena gerakan-gerakan yang timbul
pada setiap tulang ini sendiri, maka tulang-tulang itu memperbesar
getaran. Yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibuler menuju
perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membran menuju endolimfe
dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir saraf
dalam organ corti, untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus
auditorius (Pearce, 2002).
Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat
menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(temporary threshold shift) dan peningkatan ambang dengar menetap
(permanent threshold shift).
a. Reaksi adaptasi merupakan respons kelelahan akibat rangsangan oleh
bunyi dengan intensitas 70 dB SPL atau kurang, keadaan ini
merupakan fenomena fisiologis pada saraf telinga yang terpajan bising.
b. Peningkatan ambang dengar sementara, merupakan keadaan
terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat pajanan bising dengan
intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam beberapa
menit atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari.
c. Peningkatan ambang dengar menetap, merupakan keadaan dimana
terjadi peningkatan ambang dengar menetap akibat pajanan bising
dengan intensitas sangat tinggi berlangsung singkat explosive atau
berlangsung lama yang menyebabkan kerusakan pada berbagai
struktur koklea, antara lain kerusakan organ corti, sel-sel rambut, stria
vaskularis (Bashiruddin dan Soetirto, 2007).
Proses pendengaran sangatlah menakjubkan. Getaran sumber bunyi
dihantarkan melalui media udara menggetarkan gendang dan tulang-tulang
kecil yang terletak dalam rongga telinga bagian tengah, yang kemudian
menghantarkan getaran ke dalam suatu sistem cairan yang terletak dalam
putaran rongga bangunan menyerupai rumah siput atau lebih dikenal
sebagai kokhlea, yang terletak bersebelahan dengan alat keseimbangan di
dalam tulang temporalis (Djelantik dan Soejoto, 2004).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Di dalam telinga bagian tengah juga terdapat sebuah otot terkecil
dalam tubuh manusia, yaitu tensor timpani, yang bertugas membuat tegang
rangkaian tulang pendengaran pada saat bunyi yang mencapai sistem
pendengaran kita berkekuatan lebih dari 70 dB, untuk meredam getaran
yang mencapai sel-sel rambut reseptor pendengaran manusia. Namun, otot
ini yang bekerja terus menerus juga tak mampu bertahan pada keadaan
bising yang terlalu kuat dan kontinu, dan terjadilah stimulasi berlebih yang
merusak fungsi sel-sel rambut. Kerusakan sel rambut dapat bersifat
sementara saja pada awalnya sehingga dapat terjadi ketulian sementara.
Ketulian akan terjadi pada kedua telinga secara simetris dengan mengenai
nada tinggi terlebih dahulu, terutama dalam frekuensi 3000 sampai 6000
Hz. Sering kali juga terjadi penurunan tajam (dip) hanya pada frekuensi
4000 Hz, yang sangat khas untuk gangguan pendengaran akibat bising.
Karena yang terkena adalah nada yang lebih tinggi dari nada percakapan
manusia, sering kali pada awalnya sama sekali tidak dirasakan oleh
penderitanya karena belum begitu jelas gangguan pada saat berkomunikasi
dengan sesama (Djelantik dan Soejoto, 2004).
Dalam proses terjadinya ketulian/kurang pendengaran yang
menetap (permanen), beberapa tahap akan dialami oleh penderita.
Merluzzi (1983), membedakannya dalam 4 tahap, yakni tahap pertama,
yang terjadi pada 10-20 hari pertama terpapar bising. Sesudah bekerja
telinga penderita terasa penuh, berdenging, sakit kepala ringan, pusing dan
terasa capek. Pada tahap selanjutnya, yakni bila pemaparan terjadi selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
beberapa bulan sampai beberapa tahun, semua gejala subyektif akan
menghilang kecuali telinga yang berdenging secara intermitten. Pada tahap
ketiga penderita merasa bahwa pendengarannya tidak normal lagi, ditandai
dengan ketidakmampuan mendengar suara detik jarum jam, tidak dapat
menangkap komponen pembicaraan, lebih-lebih jika terdapat bising latar
belakang. Pada tahap terakhir, komunikasi melalui pendengaran penderita
menjadi sangat sukar atau bahkan tidak mungkin sama sekali. Pada tahap
ini sering pula disertai tinnitus yang terus menerus, sebagai petunjuk akan
terjadinya kerusakan saraf pada koklea (Budiono, 2003).
Seseorang yang terpapar kebisingan secara terus menerus dapat
menyebabkan dirinya menderita ketulian.
Ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan
terus manerus tersebut dapat dibagi menjadi dua:
a. Temporary deafness, yaitu kehilangan pendengaran sementara
b. Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara permanen
atau disebut ketulian saraf, yang harus dapat dikompensasi oleh
jamsostek atas rekomendasi dari dokter pemeriksa kesehatan (Salim,
2002).
Kelainan pendengaran berupa tuli dibagi menjadi dua tipe yaitu:
a. Tuli saraf yang disebabkan oleh kerusakan koklea atau nervus
auditorius, dimana orang tersebut mengalami penurunan atau
kehilangan kemampuan total untuk mendengar suara seperti pada
pengujian konduksi udara dan konduksi tulang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b. Tuli konduksi yang disebabkan oleh kerusakan mekanisme untuk
menjalarkan suara ke dalam koklea. Tipe tuli yang sering ditemukan
adalah tuli yang disebabkan oleh fibrosis telinga tengah setelah infeksi
berulang pada telinga tengah atau fibrosis yang terjadi pada penyakit
herediter, yang disebut otoklerosis. Dalam kasus ini gelombang suara
tidak dapat dijalarkan secara mudah melalui osikel dari membran
timpani ke fenestra ovalis (Ganong, 1995).
Tuli konduksi disebabkan karena vibrasi suara tidak dapat
mencapai telinga bagian tengah. Tuli ini sifatnya sementara oleh karena
adanya malam/wax/serumen atau adanya cairan di dalam telinga tengah.
Apabila tuli konduksi tidak pulih kembali dapat menggunakan hearing aid
(alat pembantu pendengaran) (Gabriel, 1995).
Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang
berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran yang
berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu merespons
suara pada kisaran antara 0-140 dB tanpa menimbulkan rasa sakit.
Frekuensi yang dapat direspons oleh telinga manusia antara 20-20000 Hz
dan sangat sensitif pada frekuensi antara 1000-4000 Hz .
Kerusakan pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan
penurunan sensitifitas yang berlangsung secara terus menerus (Sasongko
dkk, 2000).
Mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara
dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
bising tersebut. Tetapi kerja terus menerus di tempat bising berakibat
kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak bisa pulih kembali.
Biasanya di mulai pada frekuensi-frekuensi sekitar 4000 Hz dan kemudian
menghebat dan meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai
frekuensi frekuensi yang digunakan untuk percakapan (Suma’mur, 2009).
Ciri-ciri kehilangan pendengaran yang ditimbulkan paparan bising
akibat kerja adalah sebagai berikut:
a. Gangguan pendengaran telinga dalam, dengan superposisi konduksi
dan rekruitmen udara dan tulang.
b. Kehilangan pendengaran bilateral dan sedikit banyak simetris
c. Kehilangannya mulai pada frekuensi 4000 Hz. Stadium ini ada takik
bentuk V yang khas pada audiogram. Kondisi ini bersifat laten,
identifikasi memerlukan prosedur deteksi yang sistematik. Setelah
periode paparan lebih lanjut kehilangan pendengaran memburuk dan
meluas ke rentang = frekuensi yang lebih besar, dan gangguannya
menjadi nyata. Bila paparan tidak dihentikan kehilangan pendengaran
memburuk dan dapat mendekati tuli.
d. Ketulian terjadi, Akan permanen dan stabil meskipun bahaya akustik
sudah dijauhkan (Suyono, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Terpapar Kebisingan
Faktor Pengganggu Terkendali - Usia - Lama kerja - Riwayat Penyakit
Otitis media dan hipertensi
- Masa kerja - Tidak sedang
sakit telinga - Pemakaian APD
Penurunan Ambang Dengar yang Menetap
Faktor Pengganggu Tidak Terkendali - Penggunaan obat-
obatan
Proses Adaptasi
Pergeseran Ambang Dengar Sementara
B. Kerangka Pemikiran
Indera Pendengaran
Melebihi NAB ( Nilai Ambang Batas) Tidak Melebihi NAB
Saraf Telinga Terpapar Bising
Indera Pendengaran
Saraf Telinga Terpapar Bising
Ambang Dengar Normal
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Ket: - - - - - - = tidak diteliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Hipotesis
Ha adalah ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang dengar
pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.
Ho adalah tidak ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang
dengar pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah non eksperimental, dengan metode
observasional analitik. Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian ini digunakan
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach) (Notoatmojo, 2005).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Nama Perusahaan : PT. Sekar Bengawan
Alamat : Jl. Raya Solo-Sragen km 8,1 Karanganyar.
Waktu penelitian : Desember – April 2011
C. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja di PT. Sekar
Bengawan yang berjumlah 700 orang. Untuk mengambil populasi target dari
populasi yang ada yaitu berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut :
1. Kriteria inklusi adalah alasan mengapa peneliti memilih subjek tersebut,
kriteria inklusi dalam penelitian adalah :
a. Bersedia menjadi sampel penelitian.
b. Bekerja dibagian flat print, colour mixer, dan tracer
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Bekerja pada shift I
2. Kriteria eksklusi adalah alasan mengapa peneliti tidak memilih subjek
tersebut, dalam penelitian : tenaga kerja sakit, tenaga kerja tidak bersedia
menjadi subjek penelitian.
Dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan populasi target sebanyak 103
orang.
D. Teknik Sampling
Teknik Sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling
yaitu teknik sampling yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, dengan jenis Purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat-
sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sumardiyono,
2010). Dengan ciri-ciri :
1. Usia : 20 – 55 tahun
2. Tidak sedang sakit telinga
3. Lama kerja 8 jam sehari
4. Masa kerja lebih dari 5 tahun
5. Tidak memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan Otitis media.
E. Sampel Penelitian
Subjek penelitian yang didapat untuk dijadikan sampel berdasarkan
teknik sampling purposive sampling adalah 30 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
F. Desain Penelitian
Gambar 3. Desain Penelitian
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian adalah kebisingan
2. Variabel terikat dalam penelitian adalah ambang dengar tenaga kerja
3. Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel pengganggu terkendali : usia, riwayat penyakit hipertensi dan
otitis media, tidak sedang sakit telinga, lama kerja, masa kerja,
pemakaian APD.
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : Penggunaan obat-obatan.
Subjek
Terpapar kebisingan ≤ NAB
Chi square
Populasi
Ambang Dengar Normal
Ambang Dengar Menurun
Terpapar kebisingan >NAB
Ambang Dengar Normal
Ambang Dengar Menurun
Purposive sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk lebih memudahkan pengertian dalam penelitian, maka penulis
memberikan batasan sebagai berikut :
1. Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang dihasilkan oleh mesin-mesin bagian
produksi di pabrik tekstil. Dalam hal ini yang di ukur adalah kebisingan
lingkungan kerja tersebut.
Alat ukur : Sound Level Meter
Nilai Ambang batas (NAB) : 85 dB selama 8 jam sehari
Satuan : dB
Hasil : > NAB = > 85 dB
≤ NAB = ≤ 85 dB
Skala : Nominal
2. Ambang pendengaran
Ambang pendengaran adalah kemampuan telinga untuk mendengarkan
suara yang paling lemah yang masih dapat di dengar telinga
Alat ukur : Audiometer
Satuan : Hz
Hasil : ≤ 25 dB = Normal
> 25 dB = Menurun
Skala : Nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
I. Alat dan Bahan Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitian merupakan peralatan untuk
mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini
peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya
adalah:
1. Nama alat : Sound level meter, yaitu alat untuk mengukur
intensitas kebisingan
Type : NA-20
Merek : RION
Satuan : dBA
Cara Kerja :
a. Menyiapkan alat ukur Sound Level Meter
b. Pasang baterai
c. Pek voltase
1) Putar switch ke “BATT”
2) Jika jarum tidak menunjuk pada pointer “BATT”, maka voltase
baterai telah habis.
d. Kalibrasi
1) Putar switch/in the level indicating window at centre pada 70 dB
2) Pada FILTER-CAL-INT switch ke “CAL”
3) Jarum akan menunjuk pada pointer CAL mark, jika tidak maka
putar sensitivity adjustment.
e. Pengukuran
1) Putar switch ke A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2) Putar FILTER-CAL-INT ke arah INT
3) Putar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur
4) Gunakan Meter Dynamic Charactetistic Selector Switch “SLOW”
untuk bising yang impulsive, “FAST” untuk bising yang continue
2. Nama Alat : Audiometer, yaitu alat untuk mengukur nilai
ambang dengar
Type : 128
Merek : Rexton
Satuan : Hz
Cara kerja :
a. Sebelum dilakukan pemeriksaan siapkan tempat untuk pengukuran
tenaga kerja/pasien/probandus Selain itu dilakukan penulisan status
pasien/tenaga kerja/probandus yang meliputi :
Nama, umur, masa kerja, bagian, jenis kelamin, riwayat penyakit
telinga dan keluhan yang dialami saat sekarang, pekerjaan sebelumnya,
pekerjaan sekarang, hoby dan lain-lain.
b. Tempatkan kartu audiogram dan selipkan pena pada posisi ujung kiri
dengan menekan tombol ”RETURN”.
c. Jelaskan pada tenaga kerja/pasien/probandus sebagai berikut
1) Anda akan diperiksa telinganya baik kiri maupun kanan
2) Begitu dengar suara/nada tekan tombol handswitch dan
lepaskan dengan segera bila sudah tidak dengar lagi. Jangan
dibiarkan nada/suara tersebut terdengar semakin keras dan jangan
biarkan nada/suara tersebut hilang terlalu lama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Pasang earphone yang tepat dan posisi yang nyaman. Untuk itu perlu :
1) Singkirkan semua gangguan antara earphone dengan telinga
seperti : rambut, kaca mata, alat bantu dengan anting-anting dan
lain-lain.
2) Atur pembalut kepala sehingga terletak pada bagian atas dari
kepala pasien/probandus.
3) Pastikan bahwa aerphone dengan label merah berada di telinga
kanan dan yang berlabel biru di telinga kiri
Perhatian :
Penanganan aerphone harus hati-hati. Goncangan mekanik akan
dapat mengubah karakteristik dan mengharuskan untuk diganti.
e. Test dimulai dengan nada ”PULSE” dari frekuensi 500 Hz sampai
dengan frekuensi 4000 Hz untuk kedua telinga dan kemudian nada
”CONT” untuk kedua telinga.
Setelah semua test dilakukan maka matikan alat, ambil fiber pena
dengan hati-hati dan ambil kartu audiogramnya
J. Cara Kerja Penelitian
1. Persiapan
Persiapan penelitian ini terdiri dari ijin penelitian, survei awal,
penyusunan proposal, dan ujian proposal. Survei awal dilakukan untuk
mengetahui kondisi lingkungan kerja dan kondisi tenaga kerja pada saat
bekerja, yaitu dengan melakukan beberapa wawancara pada saat bekerja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
yaitu dengan melakukan pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan
kerja dengan menggunakan alat ukur Sound Level Meter.
2. Pelaksanaan
a. Pengukuran ambang dengar tenaga kerja di sebuah ruangan,
pengukuran dilakukan mulai pukul 11.00 WIB, pada tenaga kerja
bagian flat print, colour mixer dan tracer.
b. Pengukuran intensitas kebisingan di masing-masing ruangan yaitu flat
print, colour mixer dan tracer
3. Pengolahan dan penyusunan skripsi
Pengumpulan data yang diperoleh dari kuesioner, wawancara, serta
pengukuran langsung, kemudian data tersebut diolah dan di uji dengan
SPSS 16.
K. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini merupakan analisis data statistik
yang dilakukan dengan uji Chi square test dengan taraf signifikasi 5 % (0,05)
(Handoko R, 2008). Dengan alat bantu penguji SPSS versi 16. Dan dengan
interpretasi hasil sebagai berikut :
1. Jika P value ≤ 0,01 maka hasil diyatakan sangat signifikan.
2. Jika P value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil dinyatakan signifikan.
3. Jika P value > 0,05 maka hasil dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV HASIL
A. Gambaran Umum Perusahaan
PT Sekar Bengawan berdiri pada tahun 1998 di bawah kepemilikan
Bp Paulus. Perusahaan ini terletak di kawasan industri jalan Solo-Sragen
tepatnya di jalan Solo-Sragen Km 8,1 Kabupaten Karanganyar. PT Sekar
Bengawan bergerak di bidang tekstil, mulai dari pemberian warna kain
hingga sebagian kain dibuat celana di bagian konveksi.
PT Sekar Bengawan dalam proses produksinya mempunyai beberapa
bagian diantaranya Flat print, Colour mixer, Steme, Tracer, Washing,
Konveksi, Gudang, Boiler dan bagian lain yang menunjang proses produksi.
Luas PT Sekar Bengawan sekitar 2,5 Hektar. PT Sekar Bengawan
mempunyai karyawan sebanyak ± 700 orang tenaga kerja yang terbagi
menjadi 3 shift di beberapa bagian unit kerja.
Kapasitas tegangan listrik yang dipakai di Perusahaan ini adalah ±
1000 KVA. Untuk proses pendistribusian barang dan pengambilan bahan
baku PT Sekar Bengawan memiliki beberapa armada yang digunakan seperti
Truk besar sebanyak 6 buah, Truk box untuk mengangkut seberat 5 ton
sebanyak 6 buah, truk box untuk mengangkut seberat 2 ton sebanyak 2 buah,
dan beberapa armada penunjang lainnya.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 2. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan umur
No Kelas Interval (Tahun) Frekuensi
1. 29 - 35 8 2. 36 - 42 19 3. 43 - 49 1 4. 49 - 55 2
Jumlah 30 (Sumber: Data primer)
Umur subjek penelitian tertinggi adalah 51 tahun, sedangkan yang
terendah adalah 29 tahun, data umur subjek lebih lengkapnya dapat
dilihat di lampiran 3
2. Riwayat Penyakit Telinga (Otitis Media)
Melalui Quesioners dengan pemantauan dan pemeriksaan dari tenaga
kesehatan yang bekerjasama dengan perusahaan diketahui semua subjek
tidak mempunyai riwayat penyakit telinga sebelumnya.
3. Hipertensi
Melalui kuesioner diketahui sampel tidak mengalami hipertensi.
4. Jenis Kebisingan
Diketahui Jenis kebisingan yang ada di perusahaan tidak terputus-putus
dan tidak hilang dan datang secara tiba-tiba, karena kebisingan berasal
dari mesin-mesin yang merupakan kebisingan yang kontinu.
5. Pemakaian Alat Pelindung Telinga
Melalui kuesioner diketahui semua subjek yang bekerja bagian flat print
dan colour mixer dengan waktu pemaparan terhadap kebisingan selama 8
jam/hari dan waktu istirahat 1 jam/hari tidak menggunakan APD (Alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pelindung Diri) yang berupa ear plug ataupun ear muff. Rata-rata
intensitas kebisingan yang diterima adalah 90,8 dB dan 92,3 dB.
6. Masa Kerja
Tabel 3. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan masa kerja
No Masa Kerja (Tahun) Frekuensi
1. 7 – 12 21 2. 13 – 18 6 3. 19 - 24 2 4. 25 - 30 1
Jumlah 30 (Sumber : Data primer)
Masa kerja tertinggi subjek penelitian adalah 30 tahun dan masa kerja
terendah adalah 7 tahun, masa kerja dari tenaga kerja lebih lengkapnya
dapat dilihat di lampiran 3.
C. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Tempat Kerja
Diketahui hasil pengukuran kebisingan di tempat kerja yaitu bagian flat
print, colour mixer dan tracer adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil pengukuran intensitas kebisingan
No Bagian Titik 1 (dB)
Titik 2 (dB)
Titik 3 (dB)
Titik 4 (dB)
Titik 5 (dB)
Leq (dB)
1. Flat Print 95 91 86 92 91 91,8 2. Colour Mixer 90 95 91 92 90 92 3. Tracer 80 75 81 82 81 80,6
(Sumber : Data primer)
D. Hasil Pengukuran Ambang Dengar Tenaga Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1. Data hasil pengukuran ambang dengar di tempat yang terpapar bising
melebihi NAB (85 dB) adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil pengukuran ambang dengar tenaga kerja terpapar bising >NAB
No Umur (th)
Masa Kerja (th)
Jenis Kelamin Bagian
Ambang Pendengaran (dBA)
Kanan Kiri 1 40 11 Laki-laki Flat Print 22,5 28,75
2 49 20 Laki-laki Flat Print 26,25 26,25
3 31 14 Laki-laki Flat Print 22,5 20
4 38 20 Laki-laki Flat Print 26,25 26,25
5 33 12 Laki-laki Flat Print 27,5 25
6 39 10 Laki-laki Flat Print 26,25 27,5
7 38 12 Laki-laki Flat Print 26,25 25
8 32 11 Laki-laki Flat Print 17,5 27,5
9 29 10 Laki-laki Flat Print 16,25 20
10 38 7 Laki-laki Flat Print 21,25 16,25
11 34 11 Laki-laki Colour Mixer 26,25 33,75
12 37 15 Laki-laki Colour Mixer 26,25 26,25
13 32 12 Laki-laki Colour Mixer 35 30
14 31 11 Laki-laki Colour Mixer 21,25 23,75
15 36 7 Laki-laki Colour Mixer 26,25 28,75
16 32 10 Laki-laki Colour Mixer 26,25 27,5
17 41 12 Laki-laki Colour Mixer 35 35
18 37 9 Laki-laki Colour Mixer 26,25 28,75
19 36 18 Laki-laki Colour Mixer 52,5 46,5
20 40 12 Laki-laki Colour Mixer 28,75 23,75 (Sumber : Data primer)
Dari hasil pengukuran ambang dengar di tempat kerja yang
terpapar bising melebihi NAB, nilai ambang dengar tertinggi pada telinga
kanan adalah 52,5 dBA dan terendah adalah 16,25 dBA, sedangkan untuk
telinga kiri ambang dengar tertinggi adalah 46,5 dBA dan terendah adalah
16,25 dBA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Data hasil Pengukuran ambang dengar di tempat yang terpapar bising
tidak melebihi NAB (85 dB) adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil pengukuran ambang dengar tenaga kerja terpapar bising ≤ NAB
No Umur (th)
Masa Kerja (th)
Jenis Kelamin Bagian
Ambang Pendengaran (dBA)
Kanan Kiri 1 42 16 Laki-laki Tracer 23,75 17,5 2 37 15 Laki-laki Tracer 26,25 33,75 3 40 11 Laki-laki Tracer 21,25 22,5
4 40 11 Laki-laki Tracer 25 22,5 5 51 11 Laki-laki Tracer 22,5 26,25 6 40 10 Laki-laki Tracer 10 13,75 7 40 15 Laki-laki Tracer 17,5 22,5 8 41 10 Laki-laki Tracer 10 11,5 9 50 30 Laki-laki Tracer 26,25 20
10 36 10 Laki-laki Tracer 10 10 (Sumber : Data Primer)
Data hasil pengukuran lebih lengkapnya dapat dilihat di lampiran 3.
E. Uji Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Ambang Dengar
Hasil uji statistik chi square yang telah dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran intensitas kebisingan dan ambang dengar tenaga kerja di PT
Sekar Bengawan Karanganyar.
Pada hasil pemeriksaan audiometri, daya dengar berkaitan dengan
kemampuan mendengar yang ditujukan oleh rerata nilai ambang dengar
subjek penelitian pada frekwensi pembicaraan 500Hz, 1000Hz, 2000Hz,
4000Hz. Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
terhadap ambang dengar tenaga kerja dilakukan uji statistik dengan chi
square pada telinga kanan dan telinga kiri dengan hasil sebagai berikut :
1. Uji intensitas kebisingan terhadap ambang dengar telinga kanan dengan
chi square.
intensitas kebisingan * ambang dengar telinga kanan Crosstabulation
ambang dengar telinga
kanan
Total NORMAL MENURUN
intensitas kebisingan <sama dengan NAB Count 8 2 10
Expected Count 4.7 5.3 10.0
% within
intensitas
kebisingan
80.0% 20.0% 100.0%
% of Total 26.7% 6.7% 33.3%
>NAB Count 6 14 20
Expected Count 9.3 10.7 20.0
% within
intensitas
kebisingan
30.0% 70.0% 100.0%
% of Total 20.0% 46.7% 66.7%
Total Count 14 16 30
Expected Count 14.0 16.0 30.0
% within
intensitas
kebisingan
46.7% 53.3% 100.0%
% of Total 46.7% 53.3% 100.0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.696a 1 .010
Continuity Correctionb 4.838 1 .028
Likelihood Ratio 7.013 1 .008
Fisher's Exact Test .019 .013
Linear-by-Linear Association 6.473 1 .011
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Dari hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16, pada telinga kanan
diperoleh nilai Fisher Exact Test 0,019 yang berarti P<0,05 artinya ada pengaruh
yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan ambang dengar tenaga kerja
di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Uji intensitas kebisingan terhadap ambang dengar pada telinga kiri
dengan chi square
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
intensitas kebisingan * ambang dengar telinga kiri
Crosstabulation
Total NORMAL MENURUN
intensitas
kebisingan
<sama dengan NAB Count 8 2 10
Expected Count 5.0 5.0 10.0
% within intensitas
kebisingan 80.0% 20.0% 100.0%
% of Total 26.7% 6.7% 33.3%
>NAB Count 7 13 20
Expected Count 10.0 10.0 20.0
% within intensitas
kebisingan 35.0% 65.0% 100.0%
% of Total 23.3% 43.3% 66.7%
Total Count 15 15 30
Expected Count 15.0 15.0 30.0
% within intensitas
kebisingan 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.400a 1 .020
Continuity Correctionb 3.750 1 .053
Likelihood Ratio 5.683 1 .017
Fisher's Exact Test .050 .025
Linear-by-Linear Association 5.220 1 .022
N of Valid Casesb 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Dari hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16 pada telinga kiri
diperoleh nilai Asymp Sig. yaitu 0,02 yang berarti P<0,05 artinya ada pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan ambang dengar tenaga kerja
di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar. Jadi Ha diterima dan Ho ditolak.
Hasil uji SPSS lebih lengkapnya dapat dilihat di lampiran 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Umur
Melalui kuesioner diketahui umur subjek tertinggi adalah 51 tahun,
sedangkan yang terendah adalah 31 tahun. Menurut Commite On
Conservation Of Hearing Of American Academy Of Ortolarynlog
menyatakan bahwa seseorang dalam usia produktif yaitu 15-55 tahun
dapat terhindar dari presbiacussis jika tidak ada riwayat penyakit telinga
(Ballenger, 1997). Secara umum presbiacussis (fungsi pendengaran
menurun) terjadi pada orang lebih dari 60 tahun (Iskandar, 1997).
Dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian yang
berumur 20-55 tahun, karena rata-rata yang bekerja di perusahaan
tersebut berumur 20-55 tahun, selain usia produktif yaitu 15-55 tahun dan
dapat terhindar dari presbiacussis.
2. Riwayat penyakit telinga (otitis media)
Dengan kuesioner dan pemantauan dari tenaga kesehatan yang
bekerjasama dengan perusahaan yang dilakukan sebelum tenaga kerja
diterima bekerja di perusahaan, diketahui bahwa semua subjek tidak
mempunyai riwayat penyakit telinga sebelumnya
Riwayat penyakit telinga dalam hal ini otitis media yaitu terjadinya
suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah. Tuba
Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid dapat menyebabkan
gangguan pada daya dengar (Djaafar, 2007). Untuk menghindari 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pengaruh penyakit telinga tersebut (Otitis media), maka peneliti
menentukan subjek yang tidak memiliki penyakit telinga,
3. Masa Kerja
Masa kerja subjek penelitian yang tertinggi adalah 30 tahun dan
masa kerja subjek penelitian yang terendah adalah 7 tahun.
Paparan kebisingan >85 dB (A) ada kemungkinan bahwa setelah 5
tahun kerja, 1% pekerja akan memperlihatkan sedikit gangguan
pendengaran (Suyono, 1995). Maka peneliti mengambil subjek penelitian
yang mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun.
4. Lama kerja
Lama tenaga kerja terpapar kebisingan pada bagian flat print dan
colour mixer rata-rata 8 jam sehari. Dari berbagai faktor yang
mempengaruhi daya dengar yang paling menonjol adalah faktor lama
pemajanan (Tarwaka, 2004). Maka peneliti mengambil subjek penelitian
yang bekerja selama 8 jam perhari.
5. Pengukuran intensitas kebisingan
Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan diketahui
bahwa bagian flat print dan colour mixer mempunyai intensitas
kebisingan masing-masing unit flat print 91,8 dB dan unit colour mixer
92 dB. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa intensitas
kebisingan pada bagian flat print dan colour mixer melebihi NAB yang
telah ditentukan yaitu 85 dB. Sedangkan pada unit Tracer diketahui
intensitas kebisingannya adalah 80,6 dB. Berdasarkan hasil ini intensitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kebisingan yang ada di unit tracer kurang dari NAB yang telah
ditentukan yaitu 85 dB.
6. Ambang pendengaran
Kemampuan pendengaran telinga kanan dan telinga kiri setelah
terpapar kebisingan pada frekuensi 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz.
Diketahui tingkat gangguan ambang pendengaran telinga yang terpapar
kebisingan melebihi NAB (85dB) pada telinga kanan adalah sebanyak 6
orang tenaga kerja (30%) dalam kondisi normal dan sebanyak 13 orang
tanaga kerja (65%) mengalami gangguan ringan serta 1 orang tenaga
kerja (5%) mengalami gangguan sedang, sedangkan ambang pendengaran
telinga kiri adalah sebanyak 7 orang tenaga kerja (35%) dalam kondisi
normal dan sebanyak 13 orang tenaga kerja (65%) mengalami gangguan
ringan.
Tingkat gangguan ambang pendengaran yang terpapar kebisingan
kurang dari NAB (85dB) pada telinga kanan adalah sebanyak 8 orang
tenaga kerja (80%) dalam kondisi normal dan sebanyak 2 orang tenaga
kerja (20%) mengalami gangguan ringan. Sedangkan untuk telinga kiri
adalah sebanyak 8 orang tenaga kerja (80%) dalam kondisi normal dan 2
orang tenaga kerja (20%) mengalami gangguan ringan.
B. Analisa Bivariat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Dari pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui intensitas
kebisingan dengan menggunakan sound level meter dan untuk mengetahui
ambang dengar tenaga kerja dengan menggunakan audiometer, setelah
didapatkan hasil pengukuran kemudian dilakukan uji statistik dengan
menggunakan chi square test.
Hasil analisis dari pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang
dengar pada tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar
dapat dilihat dari hasil uji statistik chi square tests sebagai berikut :
1. Hasil uji statistik chi square intensitas kebisingan dengan ambang dengar
telinga kanan.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.696a 1 .010
Continuity Correctionb 4.838 1 .028
Likelihood Ratio 7.013 1 .008
Fisher's Exact Test .019 .013
Linear-by-Linear Association 6.473 1 .011
N of Valid Casesb 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.67.
b. Computed only for a 2x2 table
Dari hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16, pada telinga
kanan diperoleh nilai Fisher Exact Test 0,019 yang berarti P<0,05 artinya
ada pengaruh yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan ambang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dengar tenaga kerja di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar.
Yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak.
Hasil uji statistik chi square intensitas kebisingan dengan ambang
dengar telinga kiri.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.400a 1 .020
Continuity Correctionb 3.750 1 .053
Likelihood Ratio 5.683 1 .017
Fisher's Exact Test .050 .025
Linear-by-Linear
Association 5.220 1 .022
N of Valid Casesb 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Dari hasil uji statistik chi square dengan SPSS 16 pada telinga kiri
diperoleh nilai Asymp Sig. yaitu 0,02 yang berarti P<0,05 artinya ada pengaruh
yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan ambang dengar tenaga kerja
di PT Sekar Bengawan Kabupaten Karanganyar. Yang berarti Ha diterima dan Ho
ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap ambang dengar pada
tenaga kerja di PT Sekar Bengawan kabupaten Karanganyar.
2. Pada tenaga kerja yang terpapar bising melebihi NAB pada telinga
kanan 30% dalam kondisi normal sedangkan 65% mengalami
gangguan ringan dan 5% mengalami gangguan ringan. Pada telinga
kiri 35% dalam kondisi normal dan 65% mengalami gangguan ringan.
3. Pada tenaga kerja yang terpapar bising kurang dari NAB pada telinga
kanan 80% dalam kondisi normal dan 20% mengalami gangguan
ringan sedangkan telinga kiri 80% dalam kondisi normal dan 20%
mengalami gangguan ringan.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan perbaikan jika terjadi kerusakan
pada mesin-mesin yang menimbulkan bising secara rutin.
2. Sebaiknya pada mesin-mesin yang menimbulkan bising diberi
peredam bising.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian kelanjutan terhadap faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan daya dengar.
55