hubungan intensitas kebisingan, durasi paparan …digilib.unila.ac.id/21756/21/skripsi tanpa bab...

72
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN DAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA KARYAWAN PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK BANDAR LAMPUNG (Skripsi) Oleh Yesti Mulia Eryani FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: hoangtuong

Post on 03-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN DAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA KARYAWAN PT. BUKIT

ASAM (PERSERO) TBK BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

Yesti Mulia Eryani

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 2: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

i

ABSTRAK

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN DAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA KARYAWAN PT. BUKIT

ASAM (PERSERO) TBK BANDAR LAMPUNG

Oleh

Yesti Mulia Eryani

Latar Belakang: Gangguan pendengaran akibat bising (GPAD) adalah

gangguan pendengaran tipe sensorineural yang disebabkan oleh pajanan

bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang lama. GPAD bising

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti intensitas kebisingan, durasi

paparan, area tempat kerja dan penggunaan alat pelindung diri (APD) .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan,

durasi paparan dan penggunaan APD dengan GPAD.

Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan adalah

observasional analitik cross sectional, dengan teknik pengambilan sampel

stratified random sampling. Populasi sebesar 330 orang, dengan sampel

62 orang. Data didapatkan melalui pengukuran langsung, medical check-

up dan kuesioner. Uji analisis menggunakan uji chi-square dan regresi

logistik.

Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa intensitas

kebisingan dan durasi paparan memiliki hubungan dengan GPAD,

sedangkan penggunaan APD tidak memiliki hubungan dengan GPAD. Hasil

uji chi-square didapatkan nilai p untuk intensitas kebisingan 0,004, durasi

paparan 0,004 dan penggunaan APD 0,089. hasil uji regresi logistik, durasi

paparan memiliki hubungan yang lebih besar dibandingkan dengan

intensitas kebisingan dengan nilai p berturut-turut 0,037 dan 0,046.

Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara intensitas kebisingan dan

durasi paparan dengan GPAD dan tidak terdapat hubungan signifikan antara

penggunaan APD dengan GPAD.

Kata Kunci: GPAB, durasi paparan, intensitas kebisingan, APD

Page 3: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

ii

ABSTRACT

CORRELATION OF NOISE INTENSITY, DURATION OF

EXPOSURE AND HEARING PROTECTION EQUIPMENT TOWARD

NOISE INDUCE HEARING LOSS OF WORKERS AT PT. BUKIT

ASAM (PERSERO) TBK BANDAR LAMPUNG

By

Yesti Mulia Eryani

Background: Noise Induced Hearing Loss (NIHL) is a type of

sensorineural hearing loss caused by exposure to loud sound in a long term.

NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration of

exposure and hearing protection equipment. This study aims to determine

the relationship of noise intensity, duration of exposure and hearing

protection equipment with NIHL.

Methods: The design of the study was analytic observasional cross

sectional, using the sample technique stratified random sampling. Total

population is 330 peoples, with total sample 62 respondens. Data obtained

through a direct measurement, medical check-up and questionnaire. The

analysis test using the chi-square test and logistic regression.

Results: The results obtained noise intensity and duration of exposure have

a relationship with NIHL, while hearing protection equipment have no

relationship with NIHL. The chi-square test result the p-value for noise

intensity 0,004, duration of exposure 0,004 and hearing protection

ewuipment 0,089. The logistic regression result, duration of exposure have a

relationship more than noise intensity with p-value 0,037 and 0,046.

Conclusions: There is a significant relationship on the correlation of noise

intensity and duration of exposure with NIHL and there is no relationship

between hearing protection equipment with NIHL.

Keywords: NIHL, noise intesity, duration of exposure, hearing equipment

Page 4: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN DAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN AKIBAT BISING PADA KARYAWAN PT. BUKIT

ASAM (PERSERO) TBK BANDAR LAMPUNG

Oleh

Yesti Mulia Eryani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration
Page 6: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration
Page 7: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration
Page 8: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yesti Mulia Eryani, dengan nama panggilan Yesti.

Bertempat lahir di Jakarta tepatnya Rumah Sakit Sumber Waras, pada tanggal 11

Januari 1994. Penulis adalah putri pertama dari ayah Eril Vannedy dan ibu Yatmi.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-Kanak pada tahun 1998, lalu

melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Kalimulya I 1999-2005,

pendidikan sekolah menengah pertama di Asshidiqqiyah Islamic College pada

tahun 2005-2008, pendidikan sekolah menengah atas di SMA N 33 Jakarta 2008-

2011. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan S1 di fakultas kedokteran

Universitas Lampung pada tahun 2012-sekarang. Penulis bertempat tinggal asli di

jalan Peta Utara I, nomor 90, Pegadungan, Kali Deres, Jakarta Barat.

Page 9: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

vi

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT

yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan tepat waktu.

Skripsi dengan judul “Hubungan Intensitas Kebisingan, Durasi Paparan DAn

Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Pendengaran Akibat Bising

Pada Karyawan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Bandar Lampung” adalah salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

3. dr.Fitria Saftarina, S.Ked., M.Sc., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik yang bemanfaat dalam

proses penyelesaian skripsi ini;

Page 10: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

vii

4. dr. Ermin Rachmawati, S.Ked., M.Biomed., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan nasihat, bimbingan, saran,dan kritik yang bermanfaat dalam

proses penyelesaian skripsi ini;

5. dr. Hernowo A Wasono, S.Ked., M.Kes., selaku Penguji Utama pada Ujian

Skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan;

6. dr. Khairun Nisa Berawi, S.Ked., M.Kes., AIFO., selaku Pembimbing

Akademik atas motivasi, arahan, waktu, ilmu, serta saran-saran yang telah

diberikan;

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses

perkuliahan;

8. Seluruh staf TU, Administrasi dan Akademik FK Unila yang turut membantu

dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini;

9. dr. Win Geruguhsyah, S.Ked, Bapak Aang selaku pembimbing selama

melakukan penelitian dan seluruh staf karyawan PT. Bukit Asam yang telah

memberikan waktu, tenaga, dan ilmunya dalam proses penelitian dan

penyusunan skripsi ini;

10. Terima kasih yang tiada akhir untuk alm. Ayahku, Eril Vannedy, ayahku Joni

Satria dan ibuku Yatmi yang teramat sangat aku sayangi atas doa, perhatian,

semangat, kesabaran, kasih sayang, dan dukungan yang selalu mengalir setiap

saat. Terima kasih untuk perjuangannya memberikanku pendidikan yang

terbaik, baik pendidikan akademis maupun nonakademis yang dapat

digunakan penulis untuk bekal masa depannya;

Page 11: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

viii

11. Teruntuk mbahku tersayang Mulyoto, Sakinem, Mustik, Samsibar, Asnidar

dan Jasri HS yang selalu mendukung penulis untuk terus melanjutkan

perjuangan menyelesaikan pendidikan di fakultas kedokteran;

12. Terima kasih untuk adikku tersayang Aldino Padwa Dwiyasa, sepupuku Reza

Mulya Saputri, Salsa Audria Mulya Saputri, Ayu dan Sulis, tante dan omku

tersayang yang atas doa, dukungan, serta semangat yang telah diberikan bagi

penulis;

13. My ‘Partner In Crime’, Arum Nurzeza, Dina Ikrama Putri, Elly Rahmawati,

Inaz Kemala Dewi, Putri Giani Purnamasari, tempat berbagi suka maupun

duka, memberi semangat dan dukungan tanpa henti;

14. Teman – teman seperjuangan skripsi, Duta Hafsari dan Silvi Qiroatul Aini,

yang selalu berjuang bersama – sama dalam menyelesaikan skripsi, saling

memberikan semangat satu sama lain;

15. Glady Precillia Arindi, Mentari Apriyani, Umi Dahlia, Warda Yaziji dan

semua anggota Cienza serta Alterata yang selalu memberi semangat dan

berbagi kebahagian, semoga kita semua sukses kedepannya;

16. Teman berkeluh kesah selama pembuatan skripsi, Putri Istiqomah, terima

kasih selalu mendengarkan dan selalu saling menyemangati selama

pembuatan skripsi ini dari awal hingga selesai;

17. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 atas kebersamaannya selama ini.

Semoga kita menjadi dokter-dokter yang sukses dunia akhirat;

18. Adik-adik angkatan 2013, 2014, dan 2015, terima kasih atas dukungan dan

doanya, semoga bisa menjadi dokter yang sukses kedepannya.

Page 12: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

ix

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembacanya.

Bandar Lampung, Maret 2016

Penulis

Yesti Mulia Eryani

Page 13: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................................................... v

SANWACANA ..................................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ xi

I. PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

1.3.Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 5

1.4.Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 8

2.1. Telinga ............................................................................................................................ 8

2.1.1. Anatomi Telinga .............................................................................................................. 8

2.1.2. Vaskularisasi Telinga .................................................................................................... 11

2.1.3. Inervasi Telinga ............................................................................................................. 12

2.2. Fisiologi Pendengaran .................................................................................................. 12

2.3. Kebisingan .................................................................................................................... 14

Page 14: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

viii

2.3.1. Definisi Kebisingan ....................................................................................................... 14

2.3.2. Sumber Kebisingan ........................................................................................................ 14

2.3.3. Jenis Kebisingan ........................................................................................................... 15

2.3.4. Alat Ukur Kebisingan .................................................................................................... 16

2.3.5. Baku Mutu dan Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan .............................................. 18

2.3.6. Pengaruh Kebisingan Terhadap Manusia ...................................................................... 19

2.3.7. Pengendalian Kebisingan ............................................................................................... 22

2.4. Gangguan Pendengaran ............................................................................................... 24

2.4.1. Definisi Gangguan Pendengaran .................................................................................... 24

2.4.2. Klasifikasi Gangguan Pendengaran ............................................................................... 24

2.4.3. Faktor Penyebab ............................................................................................................ 26

2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran Akibat Bising...................29

2.4.5. Manifestasi Klinis Gangguan Pendengaran Akibat Bising ........................................... 29

2.4.6. Diagnosis Gangguan Pendengaran Akibat Bising ......................................................... 30

2.4.7. Dampak Gangguan Pendengaran Akibat Bising terhadap Manusia .............................. 32

2.5. Kerangka Teori ............................................................................................................ 34

2.6. Kerangka Konsep ......................................................................................................... 35

2.7. Hipotesis ....................................................................................................................... 35

III. METODE PENELITIAN ............................................................................................................ 35

3.1. Rancangan Penelitian ................................................................................................... 36

3.2. Waktu dan Tempat ...................................................................................................... 36

3.2.1. Waktu Penelitian ............................................................................................................ 36

3.2.2. Tempat Penelitian .......................................................................................................... 37

3.3. Variabel Penelitian ................................................................................................................... 37

3.3.1. Variabel Terikat ............................................................................................................ 37

3.3.2. Variabel Bebas ............................................................................................................... 37

3.4. Populasi dan Sampel ................................................................................................................ 37

3.4.1. Populasi Penelitian ......................................................................................................... 37

Page 15: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

ix

3.4.2. Sampel Penelitian........................................................................................................... 38

3.4.3. Kriteria Inklusi ............................................................................................................... 39

3.4.4. Kriteria Ekslusi .............................................................................................................. 40

3.5. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data................................................................... 40

3.5.1. Instrumen Penelitian ...................................................................................................... 40

3.5.2. Cara Pengumpulan Data ................................................................................................ 42

3.6. Definisi Operasional ................................................................................................................. 44

3.7. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................................................. 45

3.7.1. Pengolahan Data ............................................................................................................ 45

3.7.2. Analisis Data .................................................................................................................. 45

3.8. Alur Penelitian .......................................................................................................................... 48

IV. PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 49

4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................................................... 49

4.1.2. Analisis Univariat .......................................................................................................... 50

4.1.3. Analisis Bivariat............................................................................................................. 52

4.1.4. Analisis Multivariat ....................................................................................................... 55

4.2. Pembahasan ............................................................................................................................. 55

4.2.1. Analisis Univariat .......................................................................................................... 55

4.2.2. Analisis Bivariat............................................................................................................. 60

4.2.3. Analisis Multivariat ....................................................................................................... 66

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................................... 70

5.1. Kesimpulan .............................................................................................................................. 70

5.2. Saran ........................................................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sumber Kebisingan. ............................................................................................ 16

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan ......................................................................... 18

Tabel 3. Derajat Gangguan Pendengaran .......................................................................... 26

Tabel 4. Definisi Operasional ........................................................................................... 44

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gangguan Pendengaran Akibat Bising .............................. 50

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Intensitas Kebisingan......................................................... 51

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Durasi Paparan .................................................................. 51

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Alat Pelindung Diri............................................................ 52

Tabel 9. Tabulasi silang gangguan pendengaran akibat bising dengan intensitas

kebisingan ........................................................................................................................ 53

Tabel 10. Tabulasi silang gangguan pendengaran akibat bising dengan durasi paparan . 53

Tabel 11. Tabulasi silang gangguan pendengaran akibat bising dengan penggunaan alat

pelindung diri ................................................................................................................... 54

Tabel 12. Analisis Multivariat .......................................................................................... 55

Page 17: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Telinga. .............................................................................................. 7

Gambar 2. Hasil Medical Check up. .....................................................................................

Gambar 3. Sound Level Meter. .............................................................................................

Gambar 4. Pengukuran Tingkat Kebisingan. ........................................................................

Gambar 5. Pengisian Kuesioner. ...........................................................................................

Gambar 6. Pemeriksaan audiometri. .....................................................................................

Page 18: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan pada tingkat dan waktu

tertentu (Gubata ME et al, 2009). Gangguan pendengaran akibat bising atau

Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah gangguan pendengaran tipe

sensorineural yang disebabkan oleh pajanan bising yang cukup keras dalam

jangka waktu yang lama, biasanya akibat bising lingkungan kerja (Jumali et

al., 2013). Tingkat kebisingan yang tinggi ini terjadi di berbagai tempat

kerja, termasuk pembuatan makanan, kain, bahan cetak, produk logam,

obat-obatan, jam tangan dan pertambangan (Nelson DI et al., 2005).

Gangguan pendengaran dapat menimbulkan sejumlah disabilitas seperti

masalah dalam percakapan, terutama di lingkungan yang sulit, dapat

memberikan sejumlah besar keluhan. Jenis lain dari disabilitas dapat

menurunkan kemampuan untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan

melokalisasi suara dengan cepat dan tepat. Gangguan pendengaran yang

tidak dikoreksi dapat menimbulkan penurunan kualitas hidup, isolasi diri,

penurunan kegiatan sosial dan perasaan seperti tidak diikutsertakan, yang

Page 19: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

2

dapat meningkatkan prevalensi gejala depresi (Arlinger S, 2003). Gangguan

pendengaran akibat bising menurut beberapa penelitian dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti intensitas kebisingan, durasi paparan, area tempat

kerja dan penggunaan alat pelindung diri (Arini EY, 2005; Chadambuka A,

Mususa F & Muteti S, 2013). Kebisingan yang sangat kuat lebih besar dari

90 dB dapat menyebabkan gangguan fisik pada organ telinga (Mukono J,

2002). Seseorang yang bekerja di lingkungan bising lebih dari lima tahun

memiliki kemungkinan lebih besar terkena penyakit tuli syaraf koklea yang

tidak dapat disembuhkan (Soepardi & Iskandar, 2003). Proses pekerjaan

mekanisasi dan pekerjaan di ruang dengan area terbatas juga dapat

menyebabkan tingkat kebisingan yang semakin tinggi.

Estimasi jumlah penderita gangguan pendengaran di seluruh dunia

meningkat dari 120 juta tahun 1995 orang menjadi 250 juta orang pada

tahun 2004 (WHO, 2001; Smith, 2004). Lebih dari 5% dari populasi dunia

memiliki gangguan pendengaran (328 juta orang dewasa dan 32 juta anak-

anak)(WHO, 2015). Di Indonesia prevalensi ketulian sebesar 4,6% atau

sebanyak 16 juta orang dan gangguan pendengaan sekitar 16,8% dari jumlah

penduduk Indonesia (Ramdan IM & Putri Y, 2014). Proporsi gangguan

pendengaran akibat bising di dunia kerja dan industri dari beberapa peneliti

dilaporkan cukup tinggi (Nasri SM, 2005). Di Korea, terjadi peningkatan

kejadian gangguan pendengaran akibat bising dari tahun ke tahun. Pada

tahun 1991 terjadi sekitar 178 kasus dan pada tahun 2007 meningkat

menjadi 237 kasus (Kim KS, 2010).

Page 20: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

3

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber energi dan mineral.

Berbagai jenis sumber daya mineral dan batubara terkandung di dalamnya

(Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi, 2009). Kemajuan

industri di Indonesia cukup pesat, diantaranya industri batubara (Tambunan

HP, 2011). Selama kurun waktu 10 tahun (1996-2006) produksi batubara

mengalami peningkatan dari 12,1 juta ton menjadi 170 juta ton (ESDM,

2007). Pesatnya industri mineral di Indonesia belum diimbangi dengan

kajian mengenai gangguan pendengaran akibat bising yang rentan dialami

oleh para pekerjanya. Hanya sedikit survei dilakukan mengenai gangguan

pendengaran akibat kebisingan di industri Indonesia, diantaranya adalah

penelitian yang dilakukan Arini EY (2005) terdapat 23 orang (38,3%) dari

60 responden yang mengalami gangguan pendengaran tipe sensorineural di

PT. Kurnia Jati Semarang.

PT Bukit Asam merupakan sentra industri utama batubara Indonesia.

Tanjung Enim Bandar Lampung sebagai salah satu unit produksi PT. Bukit

Asam menyumbang 14,8 juta ton suplai batubara nasional. Menurut hasil

survei lapangan yang dilakukan di PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk pada

bulan Juli 2015, secara kuantitatif terdapat sekitar 12,4% karyawan

memiliki gangguan pendengaran dan banyak karyawan yang tidak

menggunakan alat pelindung diri seperti earplug saat bekerja. Terdapat

beberapa tempat yang memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi seperti di

crusher, posko satpam dan bengkel utama.

Page 21: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

4

Belum adanya survei mendalam mengenai data pekerja yang mengalami

gangguan pendengaran akibat bising di PT. Bukit Asam dengan faktor

faktor yang mempengaruhinya, tingginya penggunaan mesin industri,

pesatnya industri batubara, tingginya prevalensi kejadian gangguan

pendengaran akibat bising di PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk dan belum

adanya teori yang menjelaskan secara pasti mengenai hubungan penggunaan

alat pelindung diri dengan kejadian gangguan pendengaran akibat bising.

menjadi alasan ketertarikan saya untuk melakukan penelitian ini.

Dari uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

intensitas kebisingan, durasi paparan dan penggunaan alat pelindung diri

dengan gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan di PT. Bukit

Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung.

1.2. Rumusah Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan masalah

“Apakah terdapat hubungan antara intensitas kebisingan, durasi paparan dan

penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran akibat bising

pada karyawan PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung?”

Page 22: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

1. Mengetahui hubungan intensitas kebisingan, durasi paparan dan

penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran

akibat bising di tempat kerja pada karyawan PT. Bukti Asam

(PERSERO) Tbk Bandar Lampung.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kejadian gangguan pendengaran akibat bising di

tempat kerja pada karyawan PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk

Bandar Lampung.

2. Mengetahui gambaran hubungan intensitas kebisingan dengan

gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja pada

karyawan PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung.

3. Mengetahui gambaran hubungan durasi paparan dengan

gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja karyawan

PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung.

4. Mengetahui gambaran hubungan penggunaan alat pelindung diri

dengan gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja

karyawan PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung.

Page 23: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

6

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat bagi Peneliti

Dapat menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama perkuliahan

di Universitas Lampung dan menambah pengetahuan mengenai

hubungan intensitas kebisingan, durasi paparan dan penggunaan alat

pelindung diri dengan kejadian gangguan pendengaran akibat bising

di tempat kerja pada karyawan PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk

Bandar Lampung.

1.4.2. Manfaat bagi Instansi Terkait

Dapat memberikan informasi mengenai hubungan intensitas

kebisingan, durasi paparan dan penggunaan alat pelindung diri

dengan kejadian gangguan pedengaran akibat bising di tempat kerja

pada karyawan PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung

sehingga pihak instansi dapat mencegah atau mengurangi angka

kejadian gangguan pendengaran akibat bising di instansi tersebut.

1.4.3. Manfaat bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi mengenai intensitas kebisingan, durasi

paparan dan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian

gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja pada karyawan

PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung sehingga dapat

mencegah insidensi gangguan pendengaran akibat bising.

Page 24: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

7

1.4.4. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi suatu acuan dan sumber informasi untuk meneliti

lebih lanjut mengenai hubungan intensitas kebisingan, durasi

paparan dan penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian

gangguan pedengaran akibat bising di tempat kerja pada karyawan

PT. Bukti Asam (PERSERO) Tbk Bandar Lampung.

Page 25: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telinga

2.1.1. Anatomi Telinga

Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan

telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang

telinga dan bagian lateral dari membran timpani.

Gambar 1. Anatomi telinga (Kaneshiro NK, 2014)

Page 26: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

9

Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga

atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti huruf S.

Saluran telinga mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar lilin.

Rambut-rambut halus berfungsi untuk melindungi lorong telinga dari

kotoran, debu dan serangga, sementara kelenjar sebasea berfungsi

menghasilkan serumen. Kelenjar sebasea terdapat pada kulit liang

telinga (Hafil AF et al., 2007).

Telinga tengah atau cavum timpani. Telinga bagian tengah berfungsi

menghantarkan bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Bagian depan

ruang telinga dibatasi oleh membran timpani, sedangkan bagian dalam

dibatasi oleh foramen ovale dan foramen rotundum. Pada ruang

tengah telinga terdapat membran timpani, tulang-tulang pendengaran

yang terdiri atas maleus (tulang martil), incus (tulang landasan) dan

stapes (tulang sanggurdi), dan tuba eustachius (Moller AR, 2006; Fox

S, 2011).Tuba eustachius adalah saluran penghubung antara ruang

telinga tengah dengan rongga faring. Adanya tuba eustachius,

memungkinkan keseimbangan tekanan udara rongga telinga tengah

dengan udara luar (Liston L & Duvall AJ, 2003; Moller AR, 2006).

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua

setengah lingkaran dengan panjang sekitar 35 mm dan terbagi atas

skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Vestibuler terdiri dari 3

buah kanalis semi-sirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior,

Page 27: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

10

posterior, dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum.

Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan skala

timpani dengan skala vestibuli. Skala timpani dan skala vestibuli

berisi cairan perilimfa. Skala media berada dibagian tengah, yang

berisi cairan endolimfa (Ballenger JJ, 1996; Liston L & Duvall AJ,

2003; Moller AR, 2006).

Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang

dengan ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding

posterior vestibulum mengandung 5 lubang ke kanalis semisirkularis

dan dinding anterior ada lubang berbentuk elips ke skala vestibuli

koklea (Mills JH, Khariwala SS, & Weber PC, 2006; Moller AR,

2006).

Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di

bagian basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk

seperti spiral (Wright A, 1997; Mills JH, Khariwala SS, & Weber PC,

2006). Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris

sel rambut luar yang terletak lateral terhadap terowongan yang

terbentuk oleh pilar-pilar Corti, dan sebaris sel rambut dalam yang

terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang

berjumlah sekitar 3.500 dan sel rambut luar dengan jumlah 12.000

berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam bentuk energi mekanik

menjadi energi listrik (Ballenger JJ, 1996).

Page 28: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

11

2.1.2. Vaskularisasi Telinga

Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A.

Cerebelaris anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A.

Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus dan

terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis

yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis.

A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, utrikulus dan

sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di

mediolus daerah putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang

terminal vestibularis dan cabang kohlear. Cabang vestibular

memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan

ujung basal kohlea. Cabang kohlear memperdarahi ganglion spiralis,

lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen spiralis. A. Kohlearis

berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan

didalam kohlea mengitari modiolus (Lee KJ & Peck JE, 2003).

Vena dialirkan ke V. Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus

inferior atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus

vestibularis dan kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior (Lee

KJ & Peck JE, 2003).

Page 29: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

12

2.1.3. Inervasi Telinga

N. Vestibulokohlearis (N. Akustikus) yang dibentuk oleh bagian

kohlear dan vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu

pada sisi lateral akar N. Fasialis dan masuk batang otak antara pons

dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis dipersarafi oleh N. Kohlearis

dengan ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus

akustikus internus. Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.

Kohlearis dengan ganglion spiralis corti terletak di modiolus (Wright

A, 1997; Mills JH, Khariwala SS, & Weber PC, 2006).

2.2. Fisiologi Pendengaran

Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah

membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur

penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal

sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel

dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi

gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai

pengikat yang menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang

lebih rendah, sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan

mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga akan menimbulkan

regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan

tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel, maka

terjadilah depolarisasi. Gerakan yang berlawanan arah akan mengakibatkan

Page 30: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

13

regangan pada rantai tersebut berkurang dan kanal ion akan menutup.

Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa, dan endolimfa yang

menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea disebut koklea

mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi

sebagai pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan sepenuhnya

diproduksi oleh sel rambut luar (May BJ, Budelis J & Niparko JK, 2004).

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang

ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan

ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan

memperkuat getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian

perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale. Energi getar yang

telah diperkuat ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen

ovale sehingga cairan perilimfe pada skala vestibuli bergerak (Guyton AC &

Hall JE, 2006).

Getaran akibat getaran perilimfa diteruskan melalui membran Reissner yang

akan mendorong endolimfa, sehingga akan terjadi gerak relatif antara

membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang

mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,

sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari

badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga

melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan

Page 31: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

14

potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius

sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis (Guyton

AC & Hall JE, 2006).

2.3. Kebisingan

2.3.1. Definisi Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan pada

tingkat dan waktu tertentu (Gubata ME et al., 2009).

2.3.2. Sumber Kebisingan

Menurut Prasetyo dalam bukunya yang berjudul "Akuistik

Lingkungan" kebisingan dapat bersumber dari (Gabriel JF, 1999) :

a. Bising dalam

Bising dalam yaitu sumber bising yang berasal dari manusia,

bengkel mesin dan alat-alat rumah tangga.

b. Bising luar

Bising luar yaitu sumber bising yang berasal dari lalu lintas,

industri, tempat pembangunan gedung dan lain sebagainya.

Page 32: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

15

Sumber bising juga dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (Gabriel

JF, 1999):

a. Sumber bergerak seperti kendaraan bermotor yang sedang bergerak,

kereta api yang sedang melaju, pesawat terbang jenis jet maupun

jenis baling- baling.

b. Sumber bising yang tidak bergerak adalah perkantoran, diskotik,

pabrik tenun, gula pembangkit listrik tenaga diesel dan perusahaan

kayu.

2.3.3. Jenis Kebisingan

Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan (Suma’mur PK, 1994) :

a. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas

misalnya mesin-mesin, kipas angin dan lain-lain.

b. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit

misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.

c. Kebisingan terputus-putus misalnya lalu lintas, suara kapal

terbang di lapangan udara.

d. Kebisingan impulsif seperti tembakan bedil atau meriam dan

ledakan.

e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempat di

perusahaan.

Page 33: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

16

Tabel 1. Sumber kebisingan (Rabinowitz PM, 2000) Common source of noise sound Loudness (dB)

Gunshoot (peak level) 140 to 170

Jet take off 140

Rock concert, chain saw 110 to 120

Diesel locomotive, stereo headphones 100

Motorcycle, lawnmower 90

OSHA level for hearing conversation 85

Conversation 80

Quiet room 50

whisper 30 to 40

OSHA = Occupational Safety and Health Administration, dB: decible.

Berdasarkan skala intensitas maka kebisingan dibagi dalam: sangat

tenang, sedang, kuat sangat hiruk pikuk dan menulikan (Gabriel JF,

1999).

2.3.4. Alat Ukut Tingkat Kebisingan

Alat-alat untuk mengukur tingkat kebisingan adalah (Gabriel JF,

1999) :

a Sound Level Meter

Alat ini dapat mengukur kebisingan antara 30-130 dB(A) dan

frekuensi 20-20.000 Hz. Alat ini terdiri dari mikrofon, alat

penunjuk elektronik, amplifier dan terdapat tiga skala pengukuran

yaitu:

- Skala A

Untuk memperlihatkan kepekaan yang terbesar pada

frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi untuk

intensitas rendah.

Page 34: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

17

- Skala B

Untuk memperlihatkan kepekaan telinga terhadap bunyi

dengan intensitas sedang.

- Skala C

Untuk bunyi dengan intensitas tinggi. Alat ini dilengkapi

dengan Oktave Band Analyzer.

b Oktave Band Analyzer

Alat ini untuk mengukur analisa frekuensi dari suatu

kebisingan yang dilengkapi dengan filter-filter menurut Oktave.

c Narrow Band Analyzer

Alat ini dapat mengukur analisa frekuensi yang lebih lanjut

alau disebut juga analisa spektrum singkat.

d Tape Recorder Kualitas tinggi

Untuk mengukur kebisingan yang terputus putus, bunyi yang

diukur direkam dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisa.

Alat ini mampu mencatat frekuensi 20Hz-20KHz.

e Impact Noise Analyzer

Alat ini dipakai untuk kebisingan impulsif.

f Noise Logging Dosimeter

Alat ini untuk menganalisa, kebisingan dalam waktu 24 jam

dan dianalisa dengan menggunakan komputer sehingga

didapatkan grafik tingkat kebisingan.

Page 35: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

18

2.3.5. Baku Mutu dan Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Nilai ambang batasnya kebisingan 85 dB(A), diatur oleh Menteri

Tenaga kerja Nomor KEP. 13/Men/X/2011 Peraturan Perundangan

yang berkaitan dengan kebisingan di tempat kerja. Nilai Ambang

Batas (NAB) ialah suatu kriteria atau angka yang diperbolehkan untuk

kebisingan 85 dB(A) dengan waktu kerja selama 8 jam/hari dan

pekerja tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A) walau sesaat. Baku

mutu dan nilai ambang batas kebisingan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan (Kepmenaketrans, 2011)

Waktu pemaparan per hari Intensitas kebisingan dalam dBA

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

Page 36: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

19

2.3.6. Pengaruh Kebisingan Terhadap Manusia

Kebisingan sangat berpengaruh sekali pada manusia. Banyak penyakit

atau gangguan yang dapat ditimbulkan oleh bising. Penyakit atau

gangguan ini dapat dikelompokkan sebagai berikut (Soeripto M, 1996;

Arini EY, 2005; Brookhouser PE, 2006; Thorne PR et al., 2008) :

a. Gangguan Fisiologis

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa

kelelahan, dada berdebar, peningkatan denyut jantung dan ritme

pernafasan, pusing, sakit kepala dan penurunan nafsu makan.

Selain itu juga dapat meningkatkan tekanan darah, pengerutan

saluran darah di kulit, meningkatkan laju metabolik, menurunkan

keaktifan organ pencernaan dan ketegangan otot.

Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu

lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-

tiba. Gangguan dapat terjadi pada peningkatan tekanan darah,

peningkatan denyut nadi, basa metabolisme, konstruksi pembuluh

darah kecil terutama pada tangan dan kaki dapat menyebabkan

pucat dan gangguan.

b. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis akibat kebisingan dapat berupa rasa tidak

nyaman, gangguan perasaan, kurang konsentrasi, rasa jengkel,

rasa khawatir, cemas, susah tidur, mudah marah dan cepat

Page 37: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

20

tersinggung. Suara secara psikologis dianggap bising dapat

disebabkan oleh 3 faktor yaitu volume, perkiraan dan

pengendalian. Dari faktor volume dapat dijelaskan bahwa suara

yang semakin keras akan dirasakan semakin mengganggu, Jika

suara bising itu dapat diperkirakan datangnya secara teratur,

kesan gangguan yang ditimbulkan akan lebih kecil dari pada

suara itu datang tiba-tiba atau tidak teratur, lain halnya jika suara

itu bisa dikendalikan.

c. Gangguan komunikasi

Resiko potensial terhadap pendengaran terjadi apabila komunikasi

pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. Gangguan ini

dapat menimbulkan terganggunya pekerjaan dan kadang-kadang

mengakibatkan salah pengertian yang secara tidak langsung dapat

menurunkan kualitas dan kuantitas kerja.

Agar pembicaraan dapat dimengerti dalam lingkungan bising,

maka pembicaraan harus diperkeras dan harus dalam kata dan

bahasa yang mudah dimengerti oleh penerima. Dalam ruangan

kerja yang bising, pekerja akan berhubungan pada jarak yang

dekat, yaitu kira-kira 1 m. Pada jarak ini komunikasi dapat

dicapai dengan suara normal apabila backround noise paling

tinggi 78 dB. Batas maksimal kebisingan dalam ruang kerja

Page 38: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

21

adalah 62 dB, pada level ini komunikasi masih bias berlangsung

pada jarak 2 m.

d. Gangguan tidur

Untuk malam hari intensitas kebisingan maksimal adalah 35 dB

yang memungkinkan tidak mengganggu tidur.

e. Gangguan pendengaran

Gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan pada fungsi

pendengaran dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:

Trauma akustik

Hilangnya pendengaran yang umumnya dikarenakan

pengaruh eksposur tunggal atau beberapa eksposur dari

kebisingan dengan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu

yang singkat, seperti ledakan. Suara yang amat keras seperti

ledakan meriam dapat memecahkan gendang telinga,

merusakkan sel sensoris saraf pendengaran, akibat terasa

mendadak dan dramatis, jadi tenaga kerja dapat mengetahui

penyebabnya.

Temporary Treshold Shiff (Ketulian sementara)

Bila tenaga kerja memasuki ruang yang sangat bising

pendengarannya akan berkurang. Berkurangnya pendengaran

ini tidak berlangsung terus-menerus dan akan kembali lagi

seperti biasa setelah beberapa lama. Waktu kembalinya

Page 39: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

22

pendengaran ini bisa terjadi beberapa menit sampai beberapa

jam bahkan hari tergantung dari tingginya intensitas

kebisingan di tempat itu. Pulihnya pendengaran seperti

semula dibutuhkan waktu 3x24 jam s/d 7x24 jam. Apabila

tenaga kerja sudah terpapar kembali sebelum pemulihan

sempurna mengakibatkan adanya sisa-sisa ketulian,

sementara apabila terpapar secara terus-menerus selama

bertahun-tahun akan berubah menjadi ketulian yang menetap.

Permanent Treshold Shiff (Ketulian menetap)

Ketulian ini juga sering disebut Noise Permanent Treshold

Shift (NPTS) atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL), yaitu

hilangnya pendengaran secara perlahan-lahan oleh karena

kerusakan sensorineural akibat dari pemaparan kebisingan

yang lama dengan intensitas yang tinggi. Sifat dari ketulian

ini irreversible dan tidak dapat sembuh kembali. Penurunan

ini berlangsung secara perlahan-lahan dan membutuhkan

waktu yang lama. Lokasi dari kerusakan terjadi pada organ

corti dan koklea dimana terdapat reseptor serabut yang

berupa hair cells.

2.3.7. Pengendalian Kebisingan

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan bila tidak ditangani dengan

baik. Sehubungan dengan itu perlu dibuat program pengedalian

Page 40: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

23

kebisingan yang komprehensif menurut Suma'mur, pengendalian

kebisingan itu antara lain (Feidihal, 2007) :

a. Pengurangan kebisingan

Pengalaman menekankan bahwa modifikasi mesin atau bangunan

untuk maksud pengurangan kebisingan adalah sangat mahal dan

kurang efektif maka dari itu perencanaan sejak semula adalah

paling utama yaitu dengan pengawasan kebisingan dapat berupa

kegiatan sebagai berikut: pemeriksaan kebisingan secara berkala

baik di lapangan maupun di laboratorium, menganalisis hasil

pemeriksaan merumuskan saran dan pemecahan masalah

berdasarkan pemeriksaan dan analisis hasil.

b. Penempatan penghalang pada jalan transmisi

Isolasi mesin adalah usaha yang baik mengurangi kebisingan.

Untuk itu perencanaan harus sempurna dan bahan-bahan yang

dipakai harus mampu menyerap suara. Bahan-bahan penutup

harus dibuat cukup berat dan lapisan dari bahan yang menyerap

suara.

c. Proteksi dengan alat pelindung diri (sumbat atau tutup telinga).

Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat

ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20-25 dB(A).

Harus diusahakan perbaikan komunikasi sebagai akibat

pemakaian alat-alat ini. Menurut Mukono, pencegahan terjadinya

efek kebisingan dapal dilakukan dengan melaksanakan beberapa

Page 41: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

24

kegiatan sebagai berikut: melakukan pemantulan paparan bising,

melakukan kontrol terhadap aspek teknis, mengevaluasi efek

kebisingan dengan audiometer, menggunakan alat proteksi diri,

memberikan motivasi dan pendidikan kesehatan serta melakukan

evaluasi dan audit program.

2.4 Gangguan Pendengaran

2.4.1. Definisi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau

total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga

(Timothy C & Hain TC, 2015). Gangguan pendengaran akibat bising

atau noise induced hearing loss (NIHL) adalah gangguan pendengaran

tipe sensorineural yang disebabkan oleh pajanan bising yang cukup

keras dalam jangka waktu yang lama, biasanya akibat bising

lingkungan kerja (Jumali et al., 2013).

2.4.2. Klasifikasi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai (ASHA, 2011):

a. Tuli Konduktif

Tuli konduktif terjadi ketika suara tidak diteruskan dengan mudah

melalui saluran telinga luar ke membran timpani dan ke tulang

pendengaran dibagian telinga tengah. Tuli konduktif membuat

suara terdengar lebih halus dan sulit didengar. Tipe tuli ini dapat

Page 42: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

25

dikoreksi dengan obat-obatan atau operasi. Beberapa penyebab

yang mungkin dapat menyebabkan tuli konduktif antara lain:

cairan di telinga tengah, infeksi telinga (otitis media), fungsi tuba

yang menurun, lubang di membran timpani, terlalu banyak

serumen, benda asing di saluran telinga dan malformasi dari

telinga bagian luar ataupun tengah.

b. Tuli Sensorineural (NIHL)

Tuli sensorineural terjadi ketika terdapat kerusakan pada telinga

bagian dalam (koklea) atau saraf dari telinga dalam menuju ke

otak. Tipe tuli ini merupakan tipe tuli yang biasanya bersifat

permanen. Pada tuli sensorineural terjadi penurunan kemampuan

untuk mendengar suara lemah. Atau suara yang sudah cukup keras

tetapi masih terdengar tidak jelas atau redup. Beberapa penyebab

yang mungkin dapat menyebabkan tuli sensorineural antara lain:

obat yang toksik terhadap pendengaran, genetik, penuaan, trauma

kepala, malformasi telinga bagian dalam dan paparan terhadap

bising.

c. Tuli Campuran

Bila gangguan pendengaran/ketulian konduktif dan sensorineural

terjadi bersamaan.

Derajat gangguan pendengaran berdasarkan International Standard

Organization (ISO) adalah normal (0 – 25 dB), tuli ringan (26 – 40

Page 43: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

26

dB), tuli sedang (41 – 60 dB), tuli berat (61 – 90 dB), dan tuli sangat

berat (>90 dB) (WHO, 2015).

Tabel 3. Derajat gangguan pendengaran (WHO, 2015) Grade of

impairment

Corresponding

audiometric ISO

value

performance recommendations

0 - no

impariment

24 dB or better

(better ear)

No or very slight

hearing problems.

Able to hear

whisper

1 – slight

impairment

26-40 dB (better

ear)

Able to hear and

repeat words

spoken in normal

voice at 1 metre

Counseling,

hearing aids may

be needed.

2 –

moderate

impairment

41-60 dB (better

ear)

Able to hear and

repeat words

spoken in raise

voice in 1 metre

Hearing aids

usually

recommended

3- severe

impairment

61-80 dB (better

ear)

Able to hear some

words when

shouted into

better ear

Hearing aids

needed. If no

hearing aids

available, lip-

reading and

signing should be

taugh

4- profound

impairment

including

deafness

81 dB or greater Unable to hear

and understand

even a shouted

voice

Hearing aids may

help understanding

words. Additional

rehabilitation

needed. Lip-

reading and

sometimes signing

essential

Grades 2, 3 and 4 are classified as disabling hearing impairment

2.4.3. Faktor Penyebab

Secara garis besar faktor penyebab terjadinya gangguan pendengaran

dapat berasal dari genetik maupun didapat:

Page 44: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

27

a. Faktor Genetik

Pada umumnya berupa gangguan pendengaran bilateral tetapi

dapat pula asimetrik dan mungkin bersifat statis maupun progresif.

Kelainan dapat bersifat dominan, resesif, berhubungan dengan

kromosom X, atau merupakan suatu malformasi pada satu atau

beberapa organ.

b. Faktor Didapat

a. Infeksi

b. Masalah Perinatal

Prematuritas, hipoksia berat, hiperbilirubinemia. Gangguan

pendengaran yang terjadi bersifat tuli sensorineural.

c. Obat Ototoksik

Obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran

adalah: Golongan antibiotika: eritromicin, gentamicin,

streptomicin, tobramicin, netilmicin, amikacin, neomycin

(pada pemakaian tetes telinga), kanamycin, etiomycin,

vancomycin. Golongan diuretika: furosemide. Gangguan

pendengaran yang terjadi bersifat tuli sensorineural. Onset

terjadinya gangguan pendengaran akibat obat ototoksik ini

bervariasi. Beberapa penelitian menunjukkan onset yang

lambat. Dan ada pula penelitian yang menunjukkan bersifat

sementara atau transient. Hal ini diduga berhubungan dengan

durasi dan total dosis obat ototoksik yang diberikan.

d. Trauma

Page 45: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

28

Fraktur tulang temporal, perdarahan pada telinga tengah atau

koklea, dislokasi osikular, trauma suara.

e. Neoplasma

Bilateral akustik neurinoma, cerebellopontine tumor, tumor

pada telinga tengah.

f. Kebisingan

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan penurunan

ambang dengar akibat bising, yakni lama paparan bising,

frekuensi paparan bising, tingkatan/besaran paparan, dosis

paparan harian, spektrum kebisingan, temporal pattern dan

faktor internal dari dalam tubuh manusia sendiri yang

mempermudah timbulnya gangguan pendengaran (kadar gula

darah, hemoglobin, viskositas darah, masa jendal darah, kadar

kolesterol, kadar trigliserida, usia dan jenis kelamin dari

penderita). Lama paparan bising lebih dari 10 tahun akan

menyebabkan peningkatan NIPTS (Noise Induce Permanen

Treshold Shift) terutama pada frekuensi 4 KHz.

Tingkatan/besaran paparan bising diatas 85 dBA pada

frekuensi tinggi lebih cepat menyebabkan gangguan dengar

dibandingkan pada frekuensi rendah. Gangguan dengar yang

terjadi pada frekuensi percakapan 500, 1000, 2000, dan 3000

Hz (berdasarkan AMA hearing handicap scale) tergantung dari

lama paparan bising maupun tingkatan/besar paparan bising.

Page 46: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

29

Semakin lama dan semakin tinggi tingkatan/besar paparan

bising akan menimbulkan peningkatan NIPTS pada frekuensi

percakapan (Dobie RA, 2006; Arini EY, 2005; ASHA, 2011).

2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran

Akibat Bising

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gangguan pendengaran

akibat bising di tempat kerja (Rambe AYM, 2003; Arini EY, 2005;

Chadambuka A, Musosa F & Muteti S, 2013):

1. Intensitas kebisingan

2. Frekuensi kebisingan

3. Lamanya waktu pemaparan bising

4. Kerentanan individu

5. Jenis kelamin

6. Usia

7. Kelainan di telinga tengah

8. Area tempat kerja

9. Lamanya bekerja

10. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

2.4.5. Manifestasi Klinis Gangguan Pendengaran Akibat Bising

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising (noise

induced hearing loss) adalah (Brookhouser PE, 2006; ACOEM,

2003):

Page 47: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

30

1. Bersifat sensorineural, mengenai rambut silia di telinga dalam.

2. Hampir selalu bilateral

3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing

loss) Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan

pendengaran yang signifikan.

5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000,

4000 dan 6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi

pada frekwensi 4000 Hz.

6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekuensi 3000,

4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam

10-15 tahun.

7. Paparan bising tunggal biasanya tidak menghasilkan gangguan

pendengaran lebih dari 75dB pada frekuensi tinggi dan 40 dB pada

frekuensi rendah.

2.4.6. Diagnosis Gangguan Pendengaran Akibat Bising

Diagnosa atau identifikasi suatu penyakit akibat hubungan kerja yang

terjadi pada suatu populasi pekerja dapat dilakukan dengan

menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan epidemiologis dan

pendekatan klinis.

- Pendekatan epidemiologis

Pendekatan ini terutama digunakan apabila ditemukan adanya

gangguan kesehatan atau keluhan pada sekelompok pekerja.

Page 48: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

31

Pendekatan ini perlu untuk mengidentifikasi adanya hubungan

kausal antar suatu pajanan dengan penyakit. Sebagai hasil dari

penelitian epidemologis, banyak berhasil diidentifikasi pajanan

yang dapat menyebabkan penyakit. Identifiksi tersebut

mempertimbangkan kekuatan asosiasi, konsistensi, spesifitas,

adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit, hubungan dosis

dan penjelasan patofisiologis.

- Pendekatan klinis (individual)

Pendekatan ini perlu dilakukan untuk menentukan apakah

seseeorang menderita penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaannya

atau tidak. Langkah – langkah yang dilakukan adalah :

a. Menentukan diagnosis klinis.

b. Menentukan pajanan yang dialami induvidu tersebut dalam

pekerjaan.

c. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan

penyakit.

d. Menentukan apakah pajanan cukup besar.

e. Menentukan apakah ada faktor- faktor individu yang

berperan.

f. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan.

g. Menentukan diagnosis penyakit akibat hubungan kerja

(Buchari, 2007).

Page 49: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

32

Diagnosis Tuli akibat Bising :

- Keadaan sebelum kerja: umur, penyakit telinga, pemeriksaan THT,

audiometri.

Gangguan pendengaran akibat bising dapat dianalisis melalui hasil

pemeriksaan audiometri apabila ambang dengar hantaran tulang

dan ambang dengar hantaran udara keduanya tidak normal dan

saling berhimpit membuat takit pada frekuensi 4000 Hz.

Penurunan nilai ambang dengar dilakukan pada kedua telinga.

- Keadaan bising lingkungan kerja.

- Pekerja: lama pajanan/hari, alat pelindung telinga, pemeriksaan

pendengaran tiap 6 bulan.

- Pemeriksaan pendengaran: tes berbisik dalam jarak 6 meter,

audiometri nada murni dengan waktu 16 – 36 jam bebas pajanan

bising dan perhatikan malingering (Buchari, 2007; Permenaketrans,

2008).

2.4.7. Dampak Gangguan Pendengaran Akibat Bising Terhadap

Kehidupan

Tuli akibat bising memiliki dampak bagi kehidupan. Dampak

gangguan pendengaran akibat bising ada dalam beberapa aspek yaitu

aspek fungsional, sosial dan emosional, serta aspek ekonomi. Dampak

gangguan pendengaran akibat bising pada aspek fungsional misalnya

ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain, kesulitan

dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan, kemampuan

Page 50: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

33

untuk mendeteksi, mengidentifikasi, dan melokalisasi suara dengan

cepat dan tepat (Rabinowitz PM, 2000; Arlinger S, 2003; WHO,

2015). Dampak pada aspek sosial dan emosional seperti merasa

sendirian, isolasi diri, frustasi, penurunan kegiatan sosial dan perasaan

seperti tidak diikutsertakan, yang dapat meningkatkan prevalensi

gejala depresi (Arlinger S, 2003; WHO, 2015).

Pada orang dewasa di negara berkembang kebanyakan tidak memiliki

pekerjaan. Pada orang yang memiliki pekerjaan, pekerja dengan

gangguan pendengaran memiliki persentase yang tinggi pada pekerja

dengan derajat yang rendah. Jadi dampak yang terjadi pada aspek

ekonomi adalah pekerja dengan gangguan pendengaran sebanding

dengan level individu, dan memiliki dampak pada ekonomi dan sosial

orang tersebut (WHO, 2015).

Page 51: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

34

2.5. Kerangka Teori

Sumber: Rambe AYM, 2003; Arini EY, 2005; ASHA, 2011; Chadambuka A,

Musosa F & Muteti S, 2013.

Industri batubara

Mesin Produksi

- Lama bekerja

- Usia

- Jenis kelamin

- Penggunaan APD

- Obat toksik terhadap

telinga

- Trauma

Kebisingan

- Intensitas

- Frekuensi

Gangguan pendengaran

sensorineural (NIHL)

Gangguan nilai ambang dengar

Debu Getaran

Page 52: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

35

2.6. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis

Terdapat hubungan antara intensitas kebisingan, durasi paparan dan

penggunaan alat pelindung diri dengan kejadian gangguan pedengaran akibat

bising di tempat kerja pada karyawan PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk

Bandar Lampung.

Variabel Dependen Variabel Independen

Tuli Sensorineural

Intensitas kebisingan

Durasi paparan

Penggunaan alat pelindung

diri

Page 53: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu melakukan pengukuran, gangguan

pendengaran, intensitas kebisingan, mengumpulkan data-data mengenai

umur, jenis kelamin, durasi paparan, masa kerja dan pemakaian alat

pelindung diri saat bekerja. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan intensitas kebisingan, durasi paparan dan penggunaan alat

pelindung diri dengan gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja

dari suatu populasi pada satu waktu tertentu.

3.2. Waktu dan Tempat

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober - Januari 2015.

Page 54: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

37

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk

Tarahan, Bandar Lampung dan Rumah Sakit Advent Kota Bandar

Lampung.

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1. Variabel Terikat

Variabel terikat (dependent variable) yaitu variabel yang berubah

akibat perubahan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja.

3.3.2. Variabel Bebas

Variabel bebas (independent variable) yaitu variabel yang apabila

berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah intensitas kebisingan, durasi

paparan dan penggunaan alat pelindung diri.

3.4. Populasi dan Sampel

3.4.1. Populasi Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik

batubara di Sumatra. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah

Page 55: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

38

seluruh karyawan PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk Bandar

Lampung yang berjumlah 330 orang.

3.4.2. Sampel Penelitian

Sebagai sampel penelitian diambil dari sebagian populasi, jumlah

sampel yang diuji dihitung dengan menggunakan rumus dari

Lemeshow S et al tahun 1990 dalam “Adequacy of Sample-Size in

Health Studies”. Penentuan besar sampel dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

( )

Keterangan :

n = besar sampel (sample size)

N = besar populasi

Z = nilai pada kurva normal untuk (alhpa) tertentu

= 0,05 Z =1,96

p = estimator proporsi populasi = 30% (Hasil penelitian gangguan

pendengaran tipe sensorineural oleh Diah Sulistyowati, 2001) (Arini

EY, 2005).

q = 1-p

d = degree of precision (0,05).

Page 56: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

39

Sehingga didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:

( )

( ) ( )

Sampel yang didapatkan sebanyak 57 responden. Untuk menghindari

dropout apabila ada responden yang tidak bisa menjadi sampel maka

sampel ditambahkan 10% dari sampel yang ada menjadi 63

responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Stratified

Random Sampling.

3.4.3. Kriteria Inklusi

Sampel penelitian sebanyak 63 responden adalah sebagian dari

populasi yang ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Bersedia mengikuti penelitian.

b. Usia produktif.

c. Melakukan medical check-up di Rumah Sakit Advent

Page 57: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

40

3.4.4. Kriteria eksklusi

Sampel penelitian sebanyak 63 responden disesuaikan dengan

kriteria eksklusi dalam penelitian ini. Kriteria ekslusi yang diajukan

adalah:

a. Mengkonsumsi obat yang toksik terhadap telinga dari golongan

antibiotika dan diuretik seperti streptomisin, kanamisin,

kloramfenikol dan furosemid secara terus - menerus dan dalam

jangka waktu yang lama.

b. Pernah menderita atau sedang menderita gangguan pendengaran

telinga luar seperti serumen obturans dan benda asing di telinga.

c. Pernah menderita atau sedang menderita gangguan pendengaran

telinga tengah seperti otitis media akut atau kronik.

3.5. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Instrumen Penelitian

a. Formulir Informed Consent

Merupakan formulir yang berisi kesediaan dari responden dalam

mengikuti penelitian yang akan dilakukan.

b. Kuesioner Penelitian

Kuesioner dipakai untuk mencatat dan sebagai pedoman

penelitian untuk mendapatkan data-data mengenai umur, jenis

kelamin, durasi paparan, masa kerja dan pemakaian alat

Page 58: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

41

pelindung diri saat bekerja. Bagi para pekerja sebagai responden,

disusun daftar pertanyaan untuk memperoleh data pendukung

tersebut oleh peneliti yang dibuat peneliti dan dilakukan uji

validitas dan realibilitas menggunakan uji statistik.

c. Audiometer

Audiometer adalah alat untuk mengukur daya dengar tenaga

kerja. Prinsip penggunaan audiometer sebagai berikut:

- Pekerja yang akan diperiksa atau diukur harus terbebas dari

paparan bising selama 16 jam agar didapatkan gambaran

audiogram yang dapat dipercaya.

- Pemeriksaan Air Conduction (AC) tes pendengaran melalui

udara.

- Pemeriksaan Bone Conduction (BC) melalui tulang.

- Pengenalan nada kepada pekerja yang diperiksa atau diukur

dan diminta menekan tombol apabila mendengar nada.

- Pemeriksaan pendengaran dilaksanakan berturut-turut dari

frekuensi 1000 Hz pada 40 dB kalau tidak mendengar

dinaikkan menjadi 60 dB, kemudian diturunkan setiap 10 dB

sampai tidak mendengar sama sekali kemudian dinaikkan 5

dB, catat di audiogram.

- Berikutnya frekuensi 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz, lalu

kembali ke frekuensi 1000 Hz, 500 Hz, 250 Hz.

- Pemeriksaan dilakukan pada telinga kanan baru telinga kiri.

Page 59: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

42

- Nilai ambang dicatat pada audiogram sampai selesai semua

frekuensi (Arini EY, 2005).

d. Sound Level Meter

Sound Level Meter adalah alat untuk mengukur intensitas

kebisingan. Prinsip penggunaan Sound Level Meter adalah:

- Alat di kalibrasi dengan menempatkan kalibrator pada

mikrofon alat dengan posisi kalibrasi pada frekuensi 1 kHz

dalam intensitas 114 dB. Kemudian “ON”kan, putar sekrup

“CAL” pada alat sampai mendapatkan angka 114.

- Alat ditempatkan setinggi telinga tenaga kerja yang diukur.

- Alat dihidupkan dan diarahkan ke sumber suara pada posisi

“SLOW”.

- Angka yang muncul pada “display” dicatat setiap 10-15

detik.

- Pengukuran dilakukan selama 5-10 menit untuk setiap titik

sampling dengan pembacaan intensitas kebisingan yang

muncul pada Sound Level Meter sebanyak 120 kali.

- Matikan alat.

- Interpretasikan hasil pengukuran (Arini EY, 2005).

3.5.2. Cara Pengumpulan Data

a. Proses pengumpulan data penelitian dengan pengukuran

langsung, kuesioner dan hasil medical check up.

Page 60: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

43

- Surat pengantar pada FK Unila untuk melakuan penelitian

setelah proposal disetujui oleh pembimbing.

- Mengajukan surat permohonan ijin kepada PT. Bukit Asam

(PERSERO) Tbk Bandar Lampung.

- Mengajukan surat permohonan ijin kepada calon responden

terkait penelitian.

- Mendatangkan responden untuk menjelaskan tentang

manfaat penelitian, tujuan penelitian dan kerahasiaan

informasi serta meminta kerja sama responden untuk

menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner denga jujur

dan sesuai dengan keadaan yang dialami oleh responden.

- Memberikan kuesioner pada responden dan meminta

responden untuk menandatangani informed consent pada

lembar paling depan kuesioner.

- Memberikan kesempatan pada responden untuk mengajukan

pertanyaan bila ada pertanyaan dalam kuesioner yang kurang

jelas.

- Memberikan waktu 15-20 menit kepada responden untuk

mengisi kuesioner.

- Responden menyerahkan kembali kuesioner kepada peneliti

sehingga data yang ada dapat diproses dan dianalisis.

Page 61: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

44

3.6. Definisi Operasional

Tabel 4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel

Terikat

Gangguan

pendengaran

akibat bising

Gangguan

pendengaran tipe

sensorineural yang

disebabkan oleh

pajanan bising yang

cukup keras dalam

jangka waktu yang

lama, biasanya akibat

bising lingkungan

kerja ditentukan

dengan hasil

pemeriksaan

audiometri.

Audiometer

, dokumen

1: normal

2: ada

gangguan

pendengaran

tipe

sensorineural

Nominal

Variabel

Bebas

Intensitas

kebisingan

Bunyi yang tidak

diinginkan dari usaha

atau kegiatan dalam

tingkat dan waktu

tertentu yang

dinyatakan dalam

dB.

Sound

Level

Meter

1: ≤85 dB

2: >85 dB

Nominal

Durasi

paparan

waktu yang

dihabiskan seseorang

berada dalam

lingkungan bising

dalam sehari.

Kuesioner 1: ≤ 8 jam

2: > 8 jam

Nominal

Penggunaan

APD

peralatan dan

perlengkapan

pelindung diri yang

digunakan karyawan

berupa ear plug saat

bekerja.

Kuosioner 1: tidak

memakai

APD

2: memakai

APD

(rutin/tidak

rutin)

Nominal

Page 62: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

45

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah

ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan

perangkat lunak komputer. Proses pengolahan data menggunakan

program komputer ini terdiri dari beberapa langkah:

a. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok

untuk keperluan analisis.

b. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

c. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data

yang telah dimasukkan ke komputer.

d. Output, hasil analisis yang telah dilakukan komputer kemudian

dicetak.

3.7.2. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik dengan

menggunakan metode :

a. Analisis Univariat

Hasil penelitian akan dideskripsikan dengan menggunakan tabel

distribusi frekuensi (Dahlan MS, 2013).

Page 63: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

46

b. Analisis Bivariat

Dilakukan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel

bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik.

Uji statistik yang digunakan untuk membantu analisis adalah uji

Chi Square, dengan tabulasi silang 2x2 untuk mengetahui

distribusi frekuensi antar variabel yang diteliti, meliputi:

- Hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan

pendengaran tipe sensorineural.

- Hubungan durasi paparan dengan gangguan pendengaran

tipe sensorineural.

- Hubungan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan

gangguan pendengaran tipe sensorineural.

Menurut Sastroasmoro S & Ismael S tahun 2008, interpretasi

hasil faktor risiko dengan menggunakan tabulasi silang 2x2

adalah :

- Jika nilai Odds Ratio (OR) = 1, berarti intensitas kebisingan

(dB), durasi paparan (jam) dan penggunaan APD bukan

merupakan faktor risiko gangguan pendengaran tipe

sensorineural di PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk.

- Jika nilai OR > 1, berarti intensitas kebisingan (dB), durasi

paparan (jam) dan penggunaan APD merupakan faktor

risiko gangguan pendengaran tipe sensorineural di PT. Bukit

Asam (PERSERO) Tbk.

Page 64: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

47

- Jika nilai OR < 1, berarti intensitas kebisingan (dB), durasi

paparan (jam) dan penggunaan APD merupakan faktor

protektif gangguan pendengaran tipe sensorineural di PT.

Bukit Asam (PERSERO) Tbk.

Apabila nilai p < 0.05 maka hipotesis mengenai adanya

hubungan antara intensitas kebisingan, durasi paparan dan

penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran

akibat bising pada karyawan PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk

diterima.

c. Multivariat

Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan regresi

logistik, untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

yang dilakukan secara bersama-sama (Santosa S, 2000).

Berdasarkan hasil analisis multivariat dapat menentukan variabel

mana yang mempunyai pengaruh dan seberapa besar

pengaruhnya terhadap kejadian gangguan pendengaran tipe

sensorineural pada pekerja di PT. Bukit Asam (PERSERO) Tbk

Bandar Lampung.

Page 65: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

48

3.8. Alur Penelitian

Survey pendahuluan dan pembuatan proposal

Menentukan sampel sesuai dengan kriteria

inklusi

Seminar proposal

Permohonan izin untuk pengambilan data

pasien

Izin ke bagian manager PT. Bukit Asam

(PERSERO) Tbk

Pemberian kuesioner

Pengolahan data

Analisis data

Interpretasi penelitian

Page 66: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

49

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tarahan

Bandar Lampung tentang hubungan intensitas kebisingan, durasi paparan

dan penggunaan alat pelindung diri dengan gangguan pendengaran akibat

bising pada karyawan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Karyawan yang mengalami gangguan pendengaran akibat bising di PT.

Bukit Asam sebanyak 18 responden (31%). Dari 18 responden yang

mengalami gangguan pendengaran, terdapat 9 responden (50 %) yang

memiliki gangguan pendengaran ringan, 8 responden (44,4 %) memiliki

gangguan pendengaran sedang dan 1 responden (0,6 %) dengan

gangguan pendengaran berat.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kebisingan dengan

gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan PT. Bukit Asam

(persero) Tbk.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara durasi paparan dengan

gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan PT. Bukit Asam

(Persero) Tbk.

Page 67: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

50

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat

pelindung diri dengan gangguan pendengaran akibat bising pada

karyawan PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

5. Intensitas kebisingan dan durasi paparan secara bersama-sama memiliki

hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran akibat bising.

Dan durasi paparan menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap

kejadian gangguan pendengaran akibat bising dibandingkan dengan

intensitas kebisingan.

5.2 Saran

1. Diharapkan untuk karyawan PT. Bukit Asam agar menggunakan alat

pelindung diri berupa sumbat telinga pada saat bekerja, terutama saat

bekerja di lingkungan memiliki tingkat kebisingan melebihi ambang

batas.

2. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk melakukan perputaran karyawan yang

sudah mengalami gangguan pendengaran atau berisiko mengalami

gangguan pendengaran lebih cepat.

3. Diharapkan kepada PT. Bukit Asam agar memberikan penyuluhan

mengenai definisi dan pencegahan gangguan pendengaran akibat

kebisingan.

4. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi gangguan

pendengaran akibat bising pada orang yang terpapar kebisingan

melebihi ambang batas.

71

Page 68: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

DAFTAR PUSTAKA

American College of Occupational and Environmental Medicine (ACOEM). 2003.

Noise-induced Hearing Loss. Journal of Occupational and Enviromental

Medicine (JOEM).45(6): 579-681.

American Speech-Language Hearing Association (ASHA). 2011. Type, Degree,

and Configuration of Hearing Loss. Audiology Information Series: ASHA.

Arini EY. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran

Tipe Sensorineural Tenaga Kerja Unit Produksi di PT. Kurnia Jati Utama

Semarang. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan

Lingkungan Universitas Diponegoro.

Arlinger S. 2003. Negative Consequences of Uncorrected Hearing Loss-A Review.

Int J Audiol. Jul; 42 Suppl 2:2S17-20.

Asriyani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Bagian Sistem Telepon Otomatis (STO)

di PT. Telekomunikasi, Tbk Riau-Daratan Kota Pekan Baru. Skripsi.

Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Ballenger JJ. 1996. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher (13th

).

Jakarta: FK UI.

Bashiruddin J. 2009. Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang

Terpajan Bising Industri. Maj Kedokteran Indonesia.59(1): 14- 19.

Brookhouser PE. 2006. Sensorineural Hearing Loss. In: Head and Neck Surgery

Otolaryngology. Philadelphia: Bailey BJ, Lippincotty Williams & Wilkins

Company.

Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Chadambuka A, Musosa F, Muteti S. 2013. Prevalence of Noise Induced Hearing

Loss Among Employees Mining Industry in Zimbabwe. African Health

Sciences.13(4): 899- 906.

Dahlan MS. 2013. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan(edisi 5). Jakarta:

Salemba Medika.

Page 69: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

Dickinson D dan Hansia MR. 2009. Hearing Protection Device Usage at a South

African Gold Mine. Occupational Medicine.60(1):72-74

Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi. 2009. WARTA Mineral,

Batubara dan Panas Bumi (Edisi 4). Jakarta: Direktorat Jenderal Mineral,

Batubara dan Panas Bumi.

Dobie RA. 2006. Noise Induced Hearing Loss. In: Bailey, B.J. Head and Neck

Surgery Otolaryngology (4th

ed). Philadelphia: Lippincot Company.

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 2007. Pertumbuhan Indsutri Batubara

Semakin Pesat. Dipetik Maret 22, 2015, dari

http://www.esdm.go.id/berita/44-batubara/809-pertumbuhan-industri-

batubara-semakin-pesat.html?tmpl=component&print=1&page=

Feidihal. 2007. Tingkat Kebisingan dan Pengaruhnya Terhadap Mahasiswa di

Bengkel Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Politeknik Negeri Padang.

Jurnal Teknik Mesin. 4 (1): 31-41.

Fox S. 2011. Human Physiology (12 th

Ed). New York: McGraw-Hill Education.

Gabriel JF. 2009. Fisika Lingkungan. Jakarta: EGC.

Gubata ME, Packnett ER, Feng X, Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan

Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung Seto.

Guyton AC, & Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 11).

Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Jumali, Sumadi, Andriani S, Subhi M, Suprijanto D, Handayani WD, et al. 2013.

Prevalensi dan Faktor Risiko Tuli Akibat Bising pada Operator Mesin Kapal

Feri. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 7 (12): 545- 550.

Kaneshiro NK. 2014. Ear Anatomy. National Library of Medicine: MedlinePlus.

Dipetik pada Agustus 13, 2015. Website:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1092.htm

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2008. Nomor

PER.25/MEN/XII/2008 tentang Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat

Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Kemenaketrans RI.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2010. Nomor

Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta: Kemenaketrans

RI.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. 2011. Nomor

13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Fisika dan Faktor Kimia di

Tempat Kerja. Jakarta: Kemenaketrans RI.

Page 70: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

Lee KJ & and Peck JE. 2003. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery

(8th

Ed).USA: McGraw Hill.

Lemeshow S, Hosmer DW, Klar J, Lwanga SK. 1990. Adequacy and Sample Size

in Health Studies. WHO. Geneva

Liston L, Duvall AJ. 2003. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga (Edisi 6).

In: Adams GL, Boies LR, Higler PA, editors. Boeis Buku Ajar Penyakit

THT. Jakarta: EGC.

Liu XZ dan Yan D. 2007. Aging and Hearing Loss. Wiley Interscience. 211(1):

188-197.

May BJ, Budelis J, Niparko JK. 2004. Behavioral Studies of the Olivocochlear

Efferent System: Learning to Listen in Noise. American Medical Associaton.

130(5): 660-664.

Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. 2006. Anatomy and Physiology Of Hearing.

In : Head & Neck Surgery – Otolaryngology (4th

edition). Lippincotty

Williams & Wilkins.

Mukono J. 2002. Epidemiologi Lingkungan Environmental Epidemiology.

Surabaya: Airlangga University Press.

Moller AR. 2006. Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory

System. Burlington: Elsevier Science.

Nelson DI, Nelson RY, Concha-Barrientos M, Fingerhut M. The Global Burden

of Occupational Noise-Induced Hearing Loss. American Journal of

Industrial Medicine. 2005. 1-15

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. 2014. Laporan Tahunan 2014 (Energizing the

Spirit of Transformation. Jakarta: Indonesia.

Rabinowitz PM. 2000. Noise-Induced Hearing Loss. American Family Physician.

61(9): 2749-2756.

Rambe AYM. 2003. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Medan: Fakultas

Kedokteran Bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Universitas

Sumatera Utara.

Santoso S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo, Kelompok Gramedia.

Sastroasmoro S. 2008. Pemilihan Subyek Penelitian. In: Sastroasmoro S & Ismael

S, (eds). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi ke-3. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Soepardi E, Iskandar N. (eds). 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok (Edisi ke-5). Jakarta: BP FK UI.

Page 71: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. (eds). (2007). Buku Ajar

Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher (Edisi 6). Jakarta:

Badan Penerbit FK UI.

Soeripto M. 1996. Hygene industri. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Suma’mur PK. 1994. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung

Agung.

Thorne PR, Ameratunga SN, Stewart J, Reid N, Williams W, Purd SC, et al. 2008.

Epidemiology of Noise-Induced Hearing Loss in New Zealand. New

Zealand Medical Journal. 121(1280): 33-44.

Timothy C & Hain MD. 2015. Hearing Loss. Revisi Juni 2015. Website:

http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/hearing.html

Utami IW. 2010. Hubungan Tingkat Pemaparan Kebisingan Dengan Gangguan

Pendengaran Pada Pengemudi Becak Mesin Di Kota Pematang Siantar

Tahun 2010. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

World Health Organization (WHO). 2015. Grades of Hearing Loss Impairment.

Website: http://www.who.int/deafness/hearing_impairment_grades/en/

World Health Organization (WHO). 2015. Deafness and Hearing Loss. Fact sheet

Number 300. Revisi Maret 2015. Website:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs300/en/

Wright A. 1997. Basic Science Scott-Brown’s Otolaryngology (6th edition).

Anatomy and Ultrastructure of The Human Ear. Great Britain: Butterworth

Heinemann

Page 72: HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN, DURASI PAPARAN …digilib.unila.ac.id/21756/21/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · NIHL influenced by several factors such as noise intensity, duration