hppt penyakit

11
TUGAS TERSTRUKTUR KULIAH HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN Penyakit Karat Putih Puccinia horiana Pada Krisan Oleh : Nama : Diah Kartika Sari NIM : 125040207111039 Kelas : D UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Upload: dks

Post on 18-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

HPPT tugas dosen

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR KULIAH HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMANPenyakit Karat Putih Puccinia horiana Pada Krisan

Oleh :

Nama: Diah Kartika SariNIM: 125040207111039Kelas: D

UNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIMALANG2013BAB IPENDAHULUANKrisan merupakan tanaman hias yang penting. Bunga krisan mempunyai warna dan bentuk yang bervariasi dan dapat digunakan sebagai bunga potong maupun tanaman pot. Tanaman krisan tersebar luas di Indonesia, terutama pada dataran tinggi (>700m dpl) dan lokasinya dekat perkotaan.Tanaman tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh pathogen (virus, bakteri, dan jamur) disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Keindahan bunga krisan tidak terlepas dari mutunya, baik bunga maupun daun yang mendukung penampilannya. Kehadiran suatu penyakit akan menurunkan kualitas bunga. Salah satu kendala dalam budidaya krisan adalah penyakit karat putih. Sepuluh tahun yang lalu, penyakit ini merupakan OPT Karantina yang keberadaannya di Indonesia dilarang. Penyakit karat putih adalah salah satu kendala utama dalam meningkatkan produksi bunga krisan. Penyakit karat putih pada tanaman krisan disebabkan oleh cendawan Puccinia horiana. Salah satu alternatif pengendalian adalah menggunakan varietas resisten.

BAB IIISI

2.1 Botani PenyakitPenyakit karat putih pada krisan pertama kali dilaporkan di Asia Timur dan diidentifikasi pada tahun 1895 oleh P. Henning. Sejak tahun 1963, P. horiana dilaporkan menginfeksi pertanaman krisan di beberapa Negara seperti Inggris, Selandia Baru dan Afrika Selatan serta Australia. P. horiana dilaporkan masuk ke Indonesia sekitar tahun 1990, diduga melalui bibit krisan impor yang tidak terdeteksi karena gejala penyakit belum muncul. Fenomena demikian dapat terjadi pada pathogen yang berinteraksi dengan tanaman yang menjadi inangnya. Selain melalui bibit, patogen dapat menular melalui angin, air, perlakuan pemeliharaan, pakaian pekerja, dan peralatan pertanian. Karat putih disebabkan oleh jamur Puccinia horiana. Jamur ini masuk parasit obligat, yang hidup hanya pada jaringan tanaman (krisan) yang hidup. Patogen menghasilkan dua jenis spora, yaitu teliospora yang merupakan spora rehat serta basidiospora, yang dihasilkan oleh teliospora yang telah berkecambah. Basidiospora sangat rapuh, mudah disebarkan oleh angin atau percikan oleh air. Bila kelembaban udara 80% atau kurang, basidiospora akan mati dalam waktu 5 menit. Bila kelembaban 81-90%, basidiospora dapat bertahan selama 60 menit. Proses infeksi dimulai saat basidiospora berkecambah di atas permukaan daun yang berair. Infeksi biasanya terjadi pada malam sampai pagi hari (suhu 17C), dan berlangsung selama 2 jam.KlasifikasiKingdom: FungiFilum: BasidiomycotaKelas: UrediniomycetesOrdo: UridinalesFamili: PucciniaceaeGenus: PucciniaSpesies: Puccinia horiana

2.2 Tanaman InangPenyakit karat putih memiliki inang terbatas, seperti Krisan (Dendranthema grandiflorum = Chrysanthemum morifolium), krisan Jepang (Nipponicanthemum nipponicum = Chrysanthemum nipponicum), dan Chrysanthemum pacificum (Ajania pacifica). Untuk varietas krisan Indonesia, kultivar Puspita Nusantara yang dilepas pada tahun 2002 tergolong tahan. Varietas lain yang agak tahan adalah Dewi Ratih, Puspita Asri, dan Reagent. Kultivar Sakuntala tergolong sangat rentan.

2.3 Gejala PenyakitGejala serangan karat putih adalah terdapatnya bintil-bintil (pustul) putih pada daun bagian bawah yang berisi telium (teliospora) cendawan atau terjadi lekukan-lekukan mendalam berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Teliospora bersel dua dan berdinding tebal.Pada serangan lebih lanjut, penyakit ini dapat menghambat perkembangan bunga.Pada sisi bawah daun terdapat bintil-bintil coklat atau hitam & terjadi lekukan-lekukan mendalam yang berwarna pucat pada permukaan daun bagian atas. Bila serangan hebat meyebabkan terhambatnya pertumbuhan bunga.Penyakit karat ditandai oleh gejala karat berwarna putih kotor pada permukaan daun bagian bawah. Bila serangannya berat, daun menjadi menggulung, mengerut, dan mongering. Bila serangan terjadi pada saat bunga belum mekar, bunga akan gagal mekar atau mekar terlambat dan ukurannya menjadi kecil.

Gambar gejala penyakit karat putih2.4 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan PenyakitPenyakit karat putih menyebar dengan cepat ke lokasi pertanaman baru yang sebelumnya belum pernah ditanami krisan. Di lokasi yang cocok dan pada tanaman yang rentan, penyakit karat cepat berkembang bila kondisi udara lembab yang tinggi dan dingin terutama dengan pertanaman yang rapat. Adanya tetesan air hujan dari atap rumah lindung yang bocor akan mempercepat pertumbuhan dan penyebaran penyakit tersebut. Bila penyakit sudah berkembang pada seluruh daun, dapat dipastikan akan gagal panen.

2.5 Pengendalian Penyakit Penggunaan Varietas ToleranPenggunaan varietas toleran merupakan langkah strategis untuk mengurangi sumber inokulum penyakit karat putih pada krisan. Dalam praktik budi daya krisan, petani biasanya menanam berbagai varietas. Varietas krisan yang beredar di Indonesia cukup banyak dan umumnya merupakan varietas introduksi, seperti Fiji, Ellen, Remi x Red, Discovery, Regata, Starlion, Lameet, Paso Double, Stroika, Viron, Puma White, Semifill, Catre, Shena, dan Sumrock.Varietas Puma White, Tiger, Yellow West, dan Rhino sangat resisten, sementara kultivar Puma Sunny tergolong rentan. Krisan kultivar Puspita Nusantara tergolong toleran terhadap karat putih dan telah dilepas pada tahun 2003 sebagai varietas unggul. Sementara varietas krisan toleran lainnya (Puspa Kania, Dwina Kencana, Dwina Pelangi, Pasopati, Paras Ratu, Wastu Kania, Ratna Wisesa, dan Tiara Salila) telah dilepas pada Juli 2009. Perompesan Daun dan PenyianganDalam budi daya krisan, petani umumnya melakukan perompesan daun-daun bawah, penyemprotan fungisida secara teratur, serta tindakan agronomis lainnya. Perompesan daun, terutama menjelang fase generatif, biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk mengurangi kelembapan di antara tanaman. Perompesan daun-daun bawah yang diikuti dengan penyemprotan fungisida dapat mengurangi intensitas serangan penyakit karat pada tanaman krisan. Perompesan dapat menurunkan intensitas serangan penyakit karat antara 3% dan 44%. Penyiangan secara manual maupun dengan herbisida hanya dapat mengurangi intensitas serangan pada awal pertumbuhan tanaman. Penggunaan Mikroba AntagonisBacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens adalah mikroba antagonis yang telah digunakan sebagai bahan aktif biopestisida yang ramah lingkungan. Intensitas serangan penyakit karat putih pada tanaman krisan yang mendapat perlakuan biopestisida tersebut rata-rata sebesar 39,73%, lebih rendah dibanding yang disemprot pestisida sintetis yakni 41,77%.Keunggulan biopestisida ini ialah berbahan aktif mikroba antagonis B. subtilis BHN 4 dan P. fluorescens Pf 18 yang efektif mengendalikan penyakit tanaman dengan cara memproduksi antibiotik dan mengolonisasi jaringan tanaman sehingga terlindung dari infeksi pathogen.

BAB IIIKESIMPULANPenyakit karat putih disebabkan oleh cendawan Puccinia horiana yang merupakan salah satu penyakit berbahaya pada tanaman budidaya krisan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit yaitu kondisi udara lembab yang tinggi dan dingin serat adanya tetesan air hujan yang akan mempercepat pertumbuhan dan penyebaran penyakit tersebut.Untuk mengantisipasi penyakit ini dengan cara menggunakan benih sehat, mengenali gejala penyakit karat untuk deteksi dini, melakukan desinfektan sepatu pekerja agar tidak terkontaminasi oleh penyakit karat.

DAFTAR PUSTAKAHanudin, W. Nuryani, E. Silvia, I. Djatnika, Suhardi, dan B. Marwoto, 2010. Formulasi biopestisida berbahan aktif Bacillus subtilis, Pseudomonas fluorescens, dan Corynebacterium sp. nonpatogenik. J. Hort. 20(3):247261

Komar, R.D., Nurmalinda, N. Komariah, dan Suhardi, 2008. Agribisnis krisan di Jawa Tengah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30(2): 1416

Suhardi, 2009a. Sumber inokulum, respons varietas, dan efektivitas fungisida terhadap penyakit karat putih pada tanaman krisan. J. Hort. 19(2): 207209

Suhardi, 2009b. Penyakit karat pada krisan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31(6): 78