hipersensitivitas tipe i

13
IMONOLOGI HIPERSENSITIVITAS TIPE I Kelompok I: NUR AFNI SRIYULIANA INDAH INRIYANI MUSTAFA ABULKHAIR ABDULLAH ANUGRAH AMALIAH DEWI RATNASARI A. FEBRIYANTI HASDAN SALEH MULIANA

Upload: abulkhair-abdullah

Post on 24-May-2015

357 views

Category:

Education


3 download

DESCRIPTION

Hipersensitivitas

TRANSCRIPT

Page 1: Hipersensitivitas Tipe I

IMONOLOGIHIPERSENSITIVITAS

TIPE I Kelompok I:

NUR AFNI SRIYULIANA

INDAH INRIYANI MUSTAFA

ABULKHAIR ABDULLAH

ANUGRAH AMALIAH

DEWI RATNASARI A.

FEBRIYANTI HASDAN SALEH

MULIANA

Page 2: Hipersensitivitas Tipe I

Pengertian

• Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif terhadap bahan-bahan yang umumnya non imunogenik.

• Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen.

Page 3: Hipersensitivitas Tipe I

Faktor yang berperan dalam alergi makanan yaitu:

• Faktor Internal

a. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi: asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya: IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan.

b. Genetik berperan dalam alergi makanan.

c. Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen bertambah.

• Fakor Eksternal

a. Faktor pencetus: faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga).

b. Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya: ikan 15,4%; telur 12,7%; susu 12,2%; kacang 5,3% dll.

c. Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi alergi.

Page 4: Hipersensitivitas Tipe I

Klasifikasi• Hipersensitifitas tipe I

Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas langsung atau anafilaktik. Reaksi ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran gastrointestinal.

• Hipersensitifitas tipe II

Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler.

• Hipersensitivitas tipe III

Merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan adanya pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan.

• Hipersensitifitas tipe IV

Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel atau tipe lambat (delayed-type). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag.

Page 5: Hipersensitivitas Tipe I

Hipersensitivitas Tipe 1

• Reaksi tipe I disebut juga reaksi cepat, atau reaksi alergi, yang timbul kurang dari 1 jam sesudah tubuh terpajan oleh alergen yang sama untuk kedua kalinya. Pada reaksi tipe ini, yang berperan adalah antibodi IgE, sel mast ataupun basofil, dan sifat genetik seseorang yang cendrung terkena alergi (atopi).

• Terdapat juga beberapa litertaur disebutkan bahwa hipersensitivitas tipe 1 merupakan suatu respons jaringan yang terjadi secara cepat (secara khusus hanya dalam bilangan menit) stelah terjadi interaksi antara alergen dengan antibody IgE yang sebelumnya berikatan pada permukaan sel mast dan basofil pada pejamu yang tersensitisasi.

Page 6: Hipersensitivitas Tipe I

Fase ReaksiUrutan kejadian reaksi hipersensitivitas tipe 1 adalah sebagai berikut:• Fase sensitasi

Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE samapi diikatnya oleh reseptor spesifik (Fc-R) pada permukaan sel mast dan basofil.

• Fase aktivasi

Yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.

• Fase efektor

Yaitu waktu terjadi respons yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik

Page 7: Hipersensitivitas Tipe I

Manifestasi Klinis

• Reaksi tipe 1 dapat terjadi sebagai suatu gangguan sistemik atau reaksi local. Seringkali hal ini ditentukan oleh rute pajanan antigen. Pemberian antigen protein atau obat (misalnya bias lebah atau penisilin) secara sistemik (parenteral) menimbulkan anafilaksis.

Page 8: Hipersensitivitas Tipe I

Tanda dan Gejala• akan muncul rasa gatal, urtikaria (bintik merah dan

bengkak), dan eritems kulit, diikuti oleh kesulitan bernafas berat.

• Edema laring dapat memperberat persoalan dengan menyebabkan obstruksi saluran pernafasan bagian atas. Selain itu, otot semua saluran pencernaan dapat terserang, dan mengakibatkan vomitus, kaku perut, dan diare. Tanpa intervensi segera, dapat terjadi vasodilatasi sistemik (syok anafilaktik ), dan penderita dapat mengalami kegagalan sirkulasi dan kematian dalam beberapa menit

Page 9: Hipersensitivitas Tipe I

Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi:  apakah ada kemerahan, bentol-bentol dan  terdapat gejala adanya urtikaria,angioderma,pruritus dan pembengkakan pada bibir.

• Palpasi: ada nyeri tekan  pada kemerahan.• Perkusi: mengetahui apakah diperut terdapat udara atau

cairan.• Auskultasi: mendengarkan suara napas, bunyi jantung,

bunyi usus( karena pada oarng yang menderita alergi bunyi usunya cencerung lebih meningkat).

Page 10: Hipersensitivitas Tipe I

TerapiPenanganan gangguan alergi berlandaskan pada empat dasar:• Menghindari allergen• Terapi farmakologis

a. Adrenergik

Yang termasuk obat-obat adrenergik adalah katelokamin (epinefrin, isoetarin, isoproterenol, bitolterol) dan nonkatelomin (efedrin, albuterol, metaproterenol, salmeterol, terbutalin, pributerol, prokaterol dan fenoterol).

b. Antihistamin

Obat dari berbagai struktur kimia yang bersaing dengan histamin pada reseptor di berbagai jaringan. Karena antihistamin berperan sebagai antagonis kompetitif mereka lebih efektif dalam mencegah daripada melawan kerja histamine.

Page 11: Hipersensitivitas Tipe I

c. Kromolin Sodium

Kromolin sodium adalah garam disodium 1,3-bis-2-hidroksipropan. Zat ini merupakan analog kimia obat khellin yang mempunyai sifat merelaksasikan otot polos.

d. Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat paling kuat yang tersedia untuk pengobatan alergi. Beberapa pengaruh prednison nyata dalam 2 jam sesudah pemberian peroral atau intravena yaitu penurunan eosinofil serta limfosit prrimer. Steroid topikal mempunyai pengaruh lokal langsung yang meliputi pengurangan radang, edema, produksi mukus, permeabilitas vaskuler, dan kadar Ig E mukosa.

e. Imunoterapi

Imunoterapi diindikasikan pada penderita rhinitis alergika, asma yang diperantarai Ig E atau alergi terhadap serangga. Imunoterapi dapat menghambat pelepasan histamin dari basofil pada tantangan dengan antigen E ragweed in vitro. Leukosit individu yang diobati memerlukan pemaparan terhadap jumlah antigen E yang lebih banyak dalam upaya melepaskan histamin dalam jumlah yang sama seperti yang mereka lepaskan sebelum terapi.

f. Profilaksis

Profilaksis dengan steroid anabolik atau plasmin inhibitor seperti traneksamat, sering kali sangat efektif untuk urtikaria atau angioedema.

Page 12: Hipersensitivitas Tipe I

Kesimpulan• Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh

seseorang menjadi hipersensitif terhadap bahan-bahan yang umumnya non imunogenik.

• Reaksi tipe I disebut juga reaksi cepat, atau reaksi alergi, yang timbul kurang dari 1 jam sesudah tubuh terpajan oleh alergen yang sama untuk kedua kalinya. Pada reaksi tipe ini, yang berperan adalah antibodi IgE, sel mast ataupun basofil, dan sifat genetik seseorang yang cendrung terkena alergi (atopi).

• Reaksi tipe I dapat terjadi sebagai suatu gangguan sistemik atau reaksi lokal. Pemberian antigen protein atau obat (misalnya, penisilin) secara sistemik (parental) menimbulkan anafilaksis sistemik. Dalam beberapa menit setelah pajanan, pada pejamu yang tersensitisasi akan muncul rasa gatal, urtikaria (bintik merah dan bengkak), dan eritems kulit,diikuti oleh kesulitan bernafas berat yang disebabkan oleh bronkokonstriksi paru dan diperkuat dengan hipersekresi mukus.

Page 13: Hipersensitivitas Tipe I

TERIMA KASIH