hapusnya perjanjian pemakaian tempat...

100
HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA DAN PENYELESAIANNYA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM ”Studi Kasus Perusahaan Daerah Pasar Jaya Area Tanah Abang ” Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (SSy) Oleh: Saipul Hidayat NIM: 105043201343 KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

Upload: phamdan

Post on 23-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA DAN PENYELESAIANNYA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

”Studi Kasus Perusahaan Daerah Pasar Jaya Area Tanah Abang ”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (SSy)

Oleh:

Saipul Hidayat NIM: 105043201343

K O N S E N T R A S I P E R B A N D I N G A N H U K U M PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A

1431 H / 2010 M

Page 2: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA DAN PENYELESAIANNYA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

”Studi Kasus Perusahaan Daerah Pasar Jaya Area Tanah Abang ”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (SSy)

Oleh:

Saipul Hidayat NIM: 105043201343

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag. Nahrowi, S.H., M.H. NIP: 197003232000031001 NIP: 197302151999031002

K O N S E N T R A S I P E R B A N D I N G A N H U K U M

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H / 2010 M

Page 3: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

DAN PENYELASAIANNYA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM

ISLAM (Studi Kasus Perusahaan Daerah Pasar Jaya Area Tanah Abang)”, telah

diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 15 Maret 2010. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (SSy) pada

Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH) Konsentrasi Perbandingan

Hukum.

Ciputat, 19 Maret 2010

Mengesahkan

Dekan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M.

NIP: 195505051982031012

PANITIA UJIAN 1. Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, M.A. ( .............................. )

NIP: 195703121985031003 2. Sekretaris : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag. ( .............................. ) NIP: 196511191998031002 3. Pembimbing I : Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag. ( .............................. ) NIP: 197003232000031001 4. Pembimbing II : Nahrowi, S.H., M.H. ( .............................. ) NIP: 197302151999031002 5. Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. ( .............................. ) NIP: 195003061976031001 6. Penguji II : Drs. H. Hamid Farihi, M.A. ( .............................. ) NIP: 195811191986031001

Page 4: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh Gelar Strata Satu (S I) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 19 Maret 2009

Saipul Hidayat

Page 5: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadlirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hapusnya Perjanjian Pemakaian Tempat

Usaha Dan Penyelesaiannya Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam

(Studi Kasus Perusahaan Daerah Pasar Jaya Area Tanah Abang)” yang merupakan

kewajiban bagi Mahasiswa Program Sarjana (S-1) Perbandingan Hukum pada

Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memenuhi

dan melengkapi sebagian persyaratan dan tugas akhir untuk mencapai Gelar

Sarjana Syariah (SSy).

Dalam penulisan Skripsi ini, sudah barang tentu Penulis banyak

memperoleh bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, yang

sangat bermanfaat bagi penulisan ini. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis

menyampaikan ucapan terima kasih, yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.H., M.M., selaku Dekan

Fakultas Syari’ah dan Hukum.

2. Bapak Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA. Dan Bapak Dr. H. Ahmad Taufiqi,

M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Madzhab dan

Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Fuad Thohari, M.Ag. dan Bapak Nahrowi, S.H., M.H., selaku

Dosen Pembimbing, yang telah membimbing dan memberikan motivasi yang

besar selama proses penulisan skripsi ini.

i

Page 6: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

4. Seluruh Dosen Program Studi Perbandingan Madzhab dan Hukum Fakultas

Syari’ah dan Hukum yang dengan penuh keihlasan mencurahkan ilmu

pengetahuannya kepada penulis selama masa studi.

5. Bapak Wayan Darmajaya, S.H., M.H. dan Ibu Yohana Damar Lati, S.H.

selaku Manager PD. Pasar Jaya Area Tebet dan Asisten Manager Divisi

Hukum PD. Pasar Jaya yang telah membantu dalam pemenuhan data

penelitian yang Penulis lakukan.

6. Segenap Pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidaytullah Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas

kepada penulis dalam mencari data-data pustaka.

7. Ayahanda dan Ibunda, Bapak Mardinis dan Ibu Niswar, yang selalu penulis

hormati dan sayangi, dan yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada

penulis, memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan do’a demi kesuksesan

penulis. Mudah-mudahan Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan

kasih sayangnya kepada mereka. Amin.

8. Dewan Guru Pesantren Qotrun Nada yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan demi kesuksesan dalam penulisan skripsi ini.

9. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi dari Program Studi Perbandingan

Madzhab dan Hukum angkatan 2005 / 2006 Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis

dalam masa studi dan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, Sholahuddin,

S.H.I., Arif Hidayat, S.H.I., Rizal Baydillah, S.H.I., Shohibul Munir,

ii

Page 7: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

iii

Dzulfikar, Agus Setiawan, Saifuddin Djazuli dan lain-lainya yang tidak

penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun

materil penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT membalas dengan imbalan

pahala yang berlipat ganda dan menjadikan sebagai amal jariah yang tidak pernah

surut mengalir pahalanya, dan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi penulis dan semua pihak. Amin.

Ciputat, 18 Maret 2010

Saipul Hidayat Penulis

Page 8: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………..6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………7

D. Metode Penelitian…………………………………………………8

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu…………………………….11

F. Sistematika Penulisan……………………………………………13

BAB II KAJIAN TEORITIS PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT

USAHA

A. Hukum Perdata

1. Hakikat Perjanjian…………………………………………...15

2. Pengertian Hak Pakai………………………………………..17

3. Pengertian Perjanjian Pemakian Tempat Usaha……………..18

4. Syarat Syahnya Perjanjian…………………………………...20

5. Asas-Asas Perjanjian………………………………………...22

6. Hapusnya Perjanjian…………………………………………25

7. Penyelesaian Perselisihan……………………………………27

B. Hukum Islam

1. Pengertian Perjanjian (Akad)………………………………...30

iv

Page 9: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

2. Pengertian Ijârah…………………………………………….32

3. Asas-Asas Perjanjian………………………………………...33

4. Syarat Sahnya Perjanjian…………………………………….37

5. Hapusnya/Berakhirnya Perjanjian…………………………...39

6. Penyelesaian Perselisihan……………………………………41

BAB III PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

DI PERUSAHAAN DAERAH PASAR JAYA (PD. PASAR

JAYA)

A. Profil Singkat PD. Pasar Jaya

1. Sejarah Singkat PD. Pasar Jaya ……………………………..45

2. Visi dan Misi PD. Pasar Jaya………………………………...46

3. Struktur Organisasi PD. Pasar Jaya………………………….47

B. Perjanjian di PD. Pasar Jaya

1. Bentuk Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha………………..50

2. Hak dan Kewajiban Pemakai Tempat Usaha………………...51

C. Mekanisme Terjadinya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha

di PD. Pasar Jaya………………………………………………....53

v

Page 10: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

vi

BAB IV ANALISIS PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

DI PD. PASAR JAYA

A. Penyelesaian Permasalahan Hapusnya Perjanjian Pemakaian

Tempat Usaha antara PD. Pasar Jaya dengan Pihak Pemakai

Tempat Usaha

1. Kronologis Kasus…………………………………………….56

2. Dasar Hukum Kedua Belah Pihak…………………………...58

3. Dasar Pertimbangan Hukum…………………………………62

B. Perbandingan Penyelesaian Perselisihan yang Terjadi pada

Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum Positif dan

Hukum Islam..................................................................................67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………77

B. Saran……..………………………………………………………78

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….79

LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………………82

Page 11: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan

dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan

tersebut akan berlangsung baik apabila ada penyesuaian kehendak di antara para

pihak yang berhubungan. Untuk mencapai kesesuaian kehendak dalam hubungan

tersebut timbul suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lainnya

untuk melakukan suatu hal. Hal itu dapat berupa kebebasan untuk berbuat sesuatu,

untuk menuntut sesuatu, untuk tidak berbuat sesuatu dan dapat berarti keharusan

untuk menyerahkan sesuatu, untuk berbuat suatu hal, atau untuk tidak bebuat suatu

hal, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Hal ini berarti para pihak tersebut melakukan

suatu perjanjian sehingga antara para pihak timbul hubungan hukum yang dinamakan

perikatan.

Perikatan didefinisikan sebagai suatu hubungan hukum antara dua orang atau

dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak

lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.1

Perikatan dapat lahir dari perjanjian atau undang-undang seperti yang

disebutkan dalam pasal 1233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUP Perdata).2

1Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2001), cet.ke-18, h.1.

Page 12: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

2

Perikatan yang timbul baik dari perjanjian maupun undang-undang akan melahirkan

hak dan tanggung jawab yang dapat dituntut serta harus dipenuhi oleh masing-masing

pihak. Namun dasar lahirnya perikatan tersebut mempunyai akibat yang berbeda bagi

para pihak. Dalam perikatan yang lahir dari perjanjian akibat yang timbul

dikehendaki oleh para pihak sedangkan dalam perikatan yang lahir dari undang-

undang, akibat hukum yang timbul ditentukan oleh undang-undang yang mungkin

saja tidak dikehendaki para pihak.

Perjanjian sebagaimana yang diungkapakan M. Yahya Harahap adalah suatu

hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang

memberikan kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.3

Dalam Islam istilah perjanjian lebih dikenal dengan kata akad, yaitu pertalian

îjâb dan qâbûl yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum

terhadap objeknya.4 Ajaran Islam mengharuskan kepada kedua belah pihak yang

melakukan suatu akad untuk memenuhi akad tersebut. Ini sesuai dengan firman

Allah SWT dalam surat al-Maidah (5) ayat 1 yang berbunyi:

2Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek),

(Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2005), cet. ke-36, h.323. 3M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986), cet. ke-2, h.6. 4Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan di Indonesia, (Jakarta: Kencana 2007), cet. ke-3,

h. 46.

Page 13: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

3

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. al-Maidah/5: 1)

Seiring perkembangan zaman, perjanjian tertulis (kontrak) banyak diterapkan

oleh orang dan atau badan usaha untuk melaksanakan berbagai transaksi dengan

seseorang atau dan badan usaha lainya. Ini terjadi karena bisa menjamin kedua belah

pihak yang melakukan transaksi melaksanakan apa yang diperjanjikan. Terkait

dengan hal tersebut Perusahaan Daerah Pasar Jaya (yang selanjutnya disingkat PD.

Pasar Jaya) menerapkan perjanjian antara PD. Pasar Jaya dengan Pemakai tempat

usaha (pedagang), yang dinamakan Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha (PPTU).

PD. Pasar Jaya merupakan perusahaan daerah yang dimiliki DKI Jakarta

yang bergerak di bidang perpasaran terutama pasar tradisional. Sesuai Peraturan

Daerah Provinsi DKI Jakarta No.12 Tahun 1999 jo Peraturan Daerah Provinsi DKI

Jakarta No. 2 Tahun 2009, PD. Pasar Jaya mempunyai tugas pokok melaksanakan

pelayanan umum di bidang perpasaran, membina pedagang pasar, dan ikut

membantu stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa di pasar.5

Dalam menyediakan fasilitas tempat usaha PD. Pasar jaya memberikan harga

yang variatif sesuai lokasi tempat yang diinginkan. Sebelum diterapkannya perjanjian

5Administrator PD. Pasar Jaya, “Tugas Pokok PD. Pasar Jaya” diakses 24 Januari 2010 dari http://www.pasar jaya.com.

Page 14: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

4

tertulis yaitu perjanjian pemakaian tempat usaha (PPTU) dan sertifikat hak

pemakaian tempat usaha (SHPTU) sebagai bukti kepemilikan tempat PD. Pasar Jaya

hanya memberikan surat izin pemakaian tempat usaha (SIPTU) tanpa didahului

perjanjian tertulis antara kedua belah pihak, dengan jangka waktu pemakaian tempat

selama-lamanya 20 tahun sesuai ketentuan Pasal 8 dan Pasal 9 ayat 2 Perda No. 6

tahun 1992. Meskipun belum diterapkannya perjanjian pemakaian tempat usaha

PD. Pasar Jaya dan pemakai tempat sudah bersepakat untuk saling memberikan

prestasi yaitu pembayaran atas hak pemakaian tempat usaha oleh pemakai tempat

usaha kepada PD. Pasar Jaya dan pemberian hak pemakaian tempat usaha oleh

PD. Pasar Jaya kepada Pemakai tempat usaha. peristiwa ini dapat dianalogikan

kepada sebuah perjanjian (kontrak) karena pada peristiwa tersebut telah terpenuhi

syarat-syarat sahnya perjanjian.

Seiring berjalannya waktu praktek pelaksanaan pemakaian tempat usaha,

salah satu pasar yang dikelola PD. Pasar Jaya, tepatnya di Area Tanah Abang

mengalami kebakaran yang mengakibatkan sebagian tempat usaha tidak dapat

beroperasi. Kejadian ini berlangsung setelah hak pemakaian berlangsung selama 15

tahun dan masih menyisakan 5 tahun lagi. Sesuai keputusan Direksi PD. Pasar Jaya

No. 4.268 tanggal 29 Desember, bahwa hak pemakaian tempat yang dimiliki pemakai

tempat usaha dinyatakan berakhir/batal demi hukum bila terjadi suatu musibah seperti

bencana alam baik berupa tanah longsor, gempa bumi dan atau kebakaran sehingga

tempat usaha tidak berfungsi sebagaimana mestinya secara total.

Page 15: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

5

Keputusan ini diperkuat dengan ketentuan KUH Perdata Pasal 1381 tentang

hapusnya perikatan (perjanjian), bahwa salah satu sebab hapusnya perjanjian karena

musnhanya barang yang terutang, yaitu jika suatu barang tertentu yang dijadikan

objek perjanjian dalam hal ini tempat usaha musnah, tidak dapat diperdagangkan,

atau hilang, hapuslah perikatannya kecuali kalau hal tersebut terjadi karena kesalahan

debitur telah lalai menyerahkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.6

Setelah kejadian ini, PD. Pasar Jaya melakukan peremajaan kembali

bangunan sehingga bisa berfungsi sebagaimana mestinya dengan membongkar

bangunan tersebut. Namun tidak hanya yang terkena kebakaran yang dibongkar tetapi

yang terkena dampak kebakaran juga ikut dibongkar, sehingga menimbulkan polemik

antara PD. Pasar Jaya dengan pemakai tempat usaha yang tidak terkena kebakaran

yang masih menyisakan 5 tahun waktu pemakaian yang mengakibatkan kerugian

materil bagi pedagang yang tak terkena kebakaran. Ini dilakukan PD. Pasar Jaya

dengan alasan kadar kualitas bangunan telah menurun yang telah diteliti oleh ahlinya

dan dikhawatirkan akan timbul kejadian yang tidak diinginkan dengan menurunnya

kualitas bangunan.7

Berdasarkan kejadian tersebut, PD. Pasar Jaya melakukan perbaikan

di bidang pelayanan tempat usaha khususnya ketentuan-ketentuan mengenai hak dan

kewajiban antara PD. Pasar Jaya dengan Pemakai Tempat Usaha dengan menerbitkan

6Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perencanaan Kontrak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007) h.105. 7Yohana Damar Lati, Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya, Wawancara Pribadi,

Jakarta , 29 Januari 2010.

Page 16: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

6

perjanjian tertulis yaitu perjanjian pemakaian tempat usaha (PPTU), di mana

perjanjian ini telah berlaku setelah kejadian tersebut.

Dengan latar belakang di atas penulis menulis skripsi ini dengan judul:

HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA DAN

PENYELESAIANNYA PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

( Studi Kasus Perusahaan Daerah Pasar Jaya Area Tanah Abang).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas, penulis memfokuskan

bahasan skripsi ini yang berkisar pada hapusnya perjanjian pemakaian tempat

usaha dan penyelesaiannya yang diatur PD. Pasar Jaya perspektif hukum Positif

dan hukum Islam dilatar belakangi kasus yang terjadi di Perusahaan Daerah Pasar

Jaya Area Tanah Abang.

2. Perumusan Masalah

Masalah dalam skripsi ini penulis rumuskan sebgaimana berikut:

“Di antara ketentuan Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Per.) tentang hapusnya perikatan (perjanjian) adalah hapusnya perikatan karena

musnahnya barang yang terutang (objek yang diperjanjikan). Namun pada

kenyataannya tidak musnahnya barang yang terutang (objek yang diperjanjikan)

dinyatakan hapus perikatannya.

Page 17: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

7

Dari rumusan masalah di atas penulis merinci dalam bentuk beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana mekanisme perjanjian pemakaian tempat usaha di PD. Pasar Jaya?

b. Bagaimana penyelesaian permasalahan hapusnya perjanjian pemakaian

tempat usaha antara PD. Pasar Jaya dengan pihak Pemakai tempat usaha?

c. Bagaimana Pandangan Hukum Positif dan Hukum Islam mengenai

penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak yang berselisih dalam

perjanjian pemakaian tempat usaha?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui konsep perjanjian pemakaian tempat usaha menurut

Hukum Positif dan Hukum Islam.

b. Untuk mengetahui mekanisme perjanjian pemakaian tempat usaha yang diatur

PD. Pasar Jaya.

c. Untuk mengetahui dan menganalis hapusnya perjanjian pemakaian tempat

usaha dan penyelesaiannya sesuai ketentuan yang diatur PD. Pasar Jaya.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Manfaat akademis

Page 18: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

8

a. Penelitian ini dapat menciptakan suatu penemuan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hukum.

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan khazanah pengetahuan

kepada para mahasiswa dalam masalah perjanjian pemakaian tempat

usaha.

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini sekiranya dapat memberikan wawasan bagi para pemakai

tempat usaha, khususnya para pedagang yang terikat perjanjian dengan

PD. Pasar Jaya

b. Penelitian ini sekiranya berguna bagi para pemakai tempat usaha dalam

mengetahui dan memahami isi perjanjian antara PD. Pasar Jaya dan

Pemakai tempat usaha dalam hal ini pedagang.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh penulis dalam

mengumpulkan dan mengolah data penelitian.8

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif yang

menggambarkan data informasi berdasarkan pada data yang diperoleh di

8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 1998). cet. ke-11, ed. revisi ke-4, h.151.

Page 19: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

9

lapangan.9 Metode kualitatif, menurut Boy dan Taylor (1975) merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati10. Serta metode

komperatif, yaitu metode yang mengkomparasikan antara Hukum Positif dan

Hukum Islam yang berlaku dalam menelaah masalah yang sedang diteliti.

2. Sumber Data

Sumber data yang penulis jadikan sebagai bahan untuk memudahkan

dalam penyelesaian masalah penelitian dengan menggunakan data-data sebagai

berikut:

a. Data Primer

Data utama yang dijadikan acuan pembahasan sedangkan data acuan

tersebut adalah Perjanjian pemakaian tempat usaha yang diatur PD. Pasar

Jaya, KUH-Perdata, Peraturan Daerah DKI Jakrata No. 6 Tahun 1992 jo

Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 2009, keputusan-keputusan

Direksi PD. Pasar Jaya sebagai sumber hukum positif, serta Al-Qur’an

sebagai literatur dari hukum Islam.

b. Data Sekunder

Data-data sekunder yang penulis gunakan terdiri dari buku-buku

hukum, artikel maupun data dari internet (website) yang ada kolerasinya

9Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), cet. ke-2,

h.309. 10Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2001), h.3.

Page 20: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

10

dengan materi yang menjadi pokok masalah yang dibahas dalam skripsi ini

sehingga memudahkan bagi penulis untuk menganalisa bagian-bagian yang

menjadi pembahasan dalam skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan-bahan

yang diperlukan, maka dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

Melalui studi pustaka ini dikumpulkan data yang berhubungan dengan

penulisan skripsi ini yaitu literatur-literatur, buku-buku perpustakaan, tulisan-

tulisan sebagai dasar teori dalam pembahasan masalah.

b. Penelitian Lapangan

Melalui penelitian ini, didapatkan data-data mengenai pelaksanaan

perjanjian pemakaian tempat usaha yang dilaksanakan oleh perusahaan serta

melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang mengerti dan menguasai

tentang prosedur pelaksanaan perjanjian pemakaian tempat usaha yaitu dari

pejabat instansi perusahaan daerah Pasar Jaya.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Alasan

penggunaan metode ini ialah karena data kualitatif berdasarkan metode data yang

didapat, oleh karenanya dapat mengolah dari berbagai teknik pengumpulan data.

Penggunaan metode ini menyajikan suatu kesimpulan dalam bentuk uraian

mengenai kualitas data.

Page 21: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

11

Proses analisis data atau pengolahan data dimulai dengan menelaah

seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari fakta-fakta

pengamatan di lapangan, wawancara dan dokumen yang tersedia.

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Iniveristas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2007.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Buku yang berjudul “Hapusnya Perikatan”, yang ditulis oleh Gunawan Widjaja

dan Kartini Muljadi, PT. Raja Grafindo Persada 2003, buku ini membahas tentang

konsep perikatan dan perjanjian, khususnya hapusnya perikatan yang diatur dalam

KUH Perdata dan seberapa jauh tentang pembatalan perjanjian oleh para pihak

dalam sebuah perjanjian sebelum jangka waktunya berakhir, serta hak-hak yang

diberikan dan dimiliki oleh pihak tertentu untuk membatalkan suatu perjanjian

yang merugikan kepentingannya.

Persamaan dengan skripsi yang Penulis angkat, konsep teori hapusnya

perikatan yang dibahas buku ini sama dengan teori hapusnya perjanjian yang

penulis bahas dalam skripsi yang berujuk pada ketentuan KUH Perdata. Adapun

kaitannya perjanjian dengan perikatan adalah akibat diterapkannya perjanjian

timbulah perikatan. Adapun perbedaan dengan skripsi yang penulis angkat, objek

bahasan dalam buku ini umum untuk semua perjanjian sedangkan dalam bahasan

Page 22: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

12

skripsi ini objek bahasan fokus pada hapusnya perjanjian pemakaian tempat

berdasarkan yang terjadi di lapangan, selain itu dijelaskan pula penyelesaian

perselisihan yang timbul akibat perjanjian tersebut.

2. Skripsi yang berjudul “Perjanjian Sewa Kendaraan Antara PT. Medco Power

Indonesia Dengan PT. Pustaka Prima Transport Dalam Perspektif Hukum

Islam dan Hukum Positif”, yang ditulis oleh Citra Mayasari (202064101224)

SJM tahun 1428 H/2007 M. Skripsi ini menjelaskan Perjanjian Sewa kendaraan

antara dua perusahaan PT. Medco Power Indonesia dengan PT. Pustaka Prima

Transport yaitu yang didalamnya dibahas konsep perjanjiannya dan analisis

perjanjian tersebut dan membandingkannya dengan tinjauan hukum Islam dan

Positif.

Persamaan dengan skripsi yang penulis angkat, konsep teori perjanjian

yang dibahas skripsi ini sama dengan skripsi yang penulis angkat, baik syarat

sahnya perjanjian, asas-asas perjanjian dan hapusnya perjanjian yang

berlandaskan KUH Perdata, selain itu dalam skripsi ini terdapat studi

perbandingan antara hukum Positif dan hukum Islam, hal ini sama dengan skripsi

yang penulis angkat. Adapun perbedaan dengan skripsi yang penulis angkat,

objek kajian yang dibahas dalam skripsi ini adalah perjanjian sewa kendaraan

sedangkan skripsi yang penulis angkat adalah perjanjian pemakaian tempat usaha,

selain itu bahasan dalam skripsi ini tidak dijelaskan pola penyelesaian

perselisihan yang terjadi pada perjanjian tersebut, sedangkan skripsi yang penulis

Page 23: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

13

angkat dijelaskan pola penyelesaian perselisihan yang terjadi pada perjanjian

pemakaian tempat usaha.

Dari skripsi dan literatur yang membahas tentang perjanjian di atas, fokus

bahasan yang penulis angkat dalam skripsi ini berbeda dengan kajian terdahulu

tersebut, yaitu tentang Hapusnya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha dan

Penyelesaiannya (Studi Kasus Perusahaan Daerah Pasar Jaya Area Tanah Abang).

Dengan demikian melalui studi review yang penulis lakukan, penulis yakin

bahwa judul skripsi yang diangkat belum ada yang membahas khususnya di

lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis memberikan suatu gambaran tentang bagian-

bagian dalam susunan penelitian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Dalam uraian bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metode penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu dan sistematika

penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha. Dalam uraian bab

ini berisi tentang konsep perjanjian pemakaian tempat usaha menurut

hukum positif dan hukum Islam. Dalam hukum Positif tercakup di

dalamnya hakikat perjanjian, pengertian hak pakai, pengertian perjanjian

pemakaian tempat usaha, syarat sahnya perjanjian, asas-asas perjanjian,

Page 24: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

14

hapusnya perjanjian dan penyelesaian perselisihan dalam perjanjian.

Adapun hukum Islam tercakup didalamnya pengertian perjanjian (akad),

pengertian ijârah, asas-asas perjanjian, syarat sahnya perjanjian, hapusnya

perjanjian, dan penyelesaian perselisihan dalam perjanjian.

Bab III Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha di Perusahaan Daerah Pasar Jaya.

Dalam uraian bab ini berisi tentang porfil singkat PD. Pasar Jaya yang

mencakup sejarah, visi dan misi, serta struktur Organisasi PD. Pasar Jaya

dan pembahasan bentuk perjanjian yang diatur oleh PD. Pasar Jaya, hak

dan kewajiban Pemakai tempat usaha serta mekanisme terjadinya

Perjanjian pemakian tempat usaha .

Bab IV Analisis Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha. Dalam uraian bab ini berisi

tentang penyelesaian permasalahan hapusnya perjanjian pemakaian

tempat usaha antara PD. Pasar Jaya dengan pihak Pemakai tempat usaha,

serta analisis hukum Positif dan hukum Islam mengenai penyelesaian

perselisihan yang terjadi pada Perjanjian pemakaian tempat usaha.

Bab V Penutup. Dalam uraian bab ini berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil

pembahasan penelitian yang dilakukan dan saran-saran.

Page 25: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS

PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

A. Hukum Perdata

1. Hakikat Perjanjian

Perjanjian jika dilihat dari wujudnya adalah merupakan rangkai kata-

kata yang mengandung janji-janji atau kesanggupan-kesanggupan yang

diucapkan atau dituangkan dalam bentuk tulisan oleh pihak-pihak yang

membuat perjanjian. Dalam perjanjian tercantum hak-hak dan kewajiban-

kewajiban para pihak yang membuatnya.

Melaksanakan perjanjian berarti melaksanakan sebagaimana mestinya

apa yang merupakan kewajiban terhadap siapa perjanjian itu dibuat. Oleh

karena itu, melaksanakan perjanjian pada hakikatnya adalah berbuat sesuatu

atau tidak berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain yakni pihak yang

berhak atas pelaksanaan perjanjian tersebut.

Hukum perjanjian diatur pada buku III KUH Perdata. Dalam buku III

KUH Perdata, kata “persetujuan” digunakan untuk menyatakan perjanjian.

Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan bahwa “Suatu perjanjian adalah suatu

Page 26: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

16

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang atau lebih.” 1

Pengertian yang diberikan pasal 1313 KUH Perdata ini, hanya

mengenai perjanjian sepihak saja, namun juga dikatakan luas karena mencakup

janji kawin.

Dalam mendefinisikan perjanjian, belum ada keseragaman dari para

sarjana, dan juga belum terdapat suatu kesepakatan tentang rumusan yang

tepat. Karenanya untuk lebih mudah memahami dan mengerti apa yang

dimaksud dengan perjanjian (verbintenis), ada baiknya dikemukakan beberapa

definisi perjanjian yang diberikan oleh para ahli sarjana hukum.

Menurut K.R.M.T. Tirtodiningrat, Perjanjian adalah suatu perbuatan

hukum berdasarkan kata sepakat di antara dua orang atau lebih untuk

menimbulkan akibat-akibat hukum yang diperkenankan oleh undang-undang.2

Begitu pula Wirjono Prodjodikoro, memberikan rumusan sebagai berikut:

“Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai benda antara dua pihak

dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak

melakukan sesuatu hal. Sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan

janji itu.”3

1Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata (Bandung: PT. Alumni,

2004), h.26. 2K.R.M.T. Tirtodiningrat, Ichtiar Hukum Perdata dan Dagang (Bandung: Sumur

Bandung, 1981), h.9.

Page 27: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

17

Menurut Subekti perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang

berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang tua saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal.4

Menurut M. Yahya Harahap perjanjian adalah suatu hubungan hukum

kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan kekuatan

hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan

pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.5

Dari definisi atau rumusan yang dikemukakan para sarjana di atas dapat

disimpulkan bahwa perjanjian mengandung pengertian, sebagai suatu

hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan atau harta benda antara dua

orang atau lebih yang memberikan prestasi pada suatu pihak dan sekaligus

mewajibkan pihak lain dalm memenuhi prestasinya.

2. Pengertian Hak Pakai

Hak Pakai sesuai ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA) adalah hak untuk menggunakan dan atau memungut hasil dari tanah

yang langsung dikuasai oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi

wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam surat keputusan surat

3Wirdjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, (Bandung: Sumur Bandung, 1981),

h.9. 4Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Penerbit Intermasa, 2001), cet ke-18, h.1. 5M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1986) cet. ke-2, h.6.

Page 28: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

18

pemberian hak (tanah negara) atau perjanjian dengan pemiliknya yang bukan

sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah (tanah milik orang lain).6

Adapun sifat dan ciri-ciri hak pakai itu adalah:7

1. Termasuk hak yang harus didaftar menurut PP 10/1961, apabila jangka

waktunya melebihi 5 tahun (Pasal 9 PMA No. 9/1965);

2. Pengalihan hak pakai tidak merupakan unsur mutlak. Hak pakai dapat

diberikan dengan ketentuan atau dengan perjanjian bahwa jika pemegang

hak pakai tersebut meninggal, hak pakai itu tidak jatuh kepada ahli waris

pemegang hak pakai akan tetapi batal dengan sendirinya;

3. Tidak dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan,

tetapi khusus Hak Pakai di atas tanah Negara dapat difiduciakan menurut

UU 16/1985;

4. Dapat dialihkan;

5. Dapat dilepaskan;

6. Dapat diberikan dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian

jasa berupa apapun (Pasal 41 (2) UUPA).

3. Pengertian Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha

Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha (PPTU) terdiri dari dua istilah

yaitu Perjanjian dan Hak Pemakaian Tempat Usaha. Perjanjian sebagaimana

6Arie S. Hutagalung, Asas-Asas Hukum Agraria, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1993), h.52. 7Ibid.

Page 29: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

19

yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, adalah suatu hubungan

hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberikan

kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus

mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.8 Adapun hak

pemakaian tempat usaha sebagaiman yang diatur dalam Peraturan Daerah DKI

Jakarta No. 3 tahun 2009 tentang Pengelolaan Pasar Pasal 1 butir 21: “Hak

Pemakaian Tempat Usaha adalah hak memakai tempat di pasar untuk jangka

waktu tertentu dengan kewajiban membayar hak pemakaian tempat usaha di

pasar dan kewajiban yang ditetapkan oleh direksi.”

Adapun definisi Perjanjian pemakaian tempat usaha adalah Perjanjian

antara Perusahaan Daerah Pasar Jaya dengan Pemakai Tempat Usaha yang

didalamnya diatur hak dan kewajiban kedua belah pihak yang berkaitan dengan

tempat usaha yang dipakai berikut penerapan sanksi apabila tidak

dilaksanakan.9

Penerapan perjanjian pemakaian tempat usaha berlandaskan hukum:

KUH Perdata di dalam Buku Ketiga tentang Perikatan, Peraturan Daerah DKI

Jakarta No.06 Tahun 1992 jo. Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 2009

tentang Pengelolaan Area Pasar dan Keputusan Direksi No. 450 Tahun 2003.10

8Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, h.6. 9Yohana Damar Lati, Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya, Wawancara

Pribadi, Jakarta, 29 Januari 2010.

Page 30: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

20

5. Syarat Sahnya Perjanjian

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat seperti

ditegaskan oleh pasal 1320 KUH Perdata. Syarat-syarat tersebut adalah:

a. Sepakat Mereka yang Mengikatkan Dirinya

Dengan sepakat atau juga dinamakan perizinan, dimaksudkan

bahwa subyek yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju

atau seia-sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang

diadakan itu. Apa yang dikehendakai oleh pihak yang satu, juga

dikehendaki oleh pihak yang lain.11 Namun kesepakatan itu tidak dianggap

sah sebagai suatu kesepakatan, jika kesepakatan itu diberikan karena: 1)

Salah pengertian (dwaling) atau kekhilafan, 2) Paksaan (dwang), dan 3)

Penipuan (bedrog).

b. Kecakapan untuk Membuat Suatu Perjanjian

Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap menurut hukum,

pada asasnya, setiap orang yang sudah dewasa atau akil balig dan sehat

pikirannya, adalah cakap menurut hukum. Dalam pasal 1330 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata disebut sebagai orang-orang yang tidak

cakap untuk membuat suatu perjanjian:

1) Orang yang belum dewasa;

10Wayan Darmajaya, Manager PD. Pasar Jaya Area 15 Tebet, Wawancara Pribadi,

Jakarta, 27 Januari 2010. 11Subekti, Hukum Perjanjian, h.17.

Page 31: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

21

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;

3) Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang,

dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang

membuat perjanjian-perjanjian tertentu.12

c. Suatu Hal atau Objek Tertentu

Suatu perjanjian, obyeknya harus jelas dan terang. Jika pokok

perjanjian obyeknya atau prestasinya kabur, tidak jelas, sulit bahkan tidak

mungkin dilaksanakan, maka perjanjian itu batal.13 Pasal 1332

menyebutkan “Hanya benda yang dapat diperdagangkan saja yang dapat

menjadi pokok persetujuan”. Hal ini berarti segala sesuatu yang menjadi

obyek hukum yang dapat dihaki dapat dijadikan obyek perikatan. Benda ini

bila berupa benda berwujud maupun tidak berwujud, yaitu berupa hak.14

d. Suatu sebab yang halal

Subekti mengemukakan bahwa “Sebab atau causa dari suatu

perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri.”15 Wirjono Prodjodikoro

mengemukakan bahwa “Yang dimaksud sebab atau causa dalam perjanjian

adalah isi dan tujuan persetujuan yang menyebabkan adanya persetujuan

12Ibid, h.17. 13Kama Rusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), hal.111. 14Ibid., h.112. 15Subekti, Hukum Perjanjian, h.20.

Page 32: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

22

itu.”16 Namun isi dan tujuan perjanjian yang melahirkan perjanjian itu tidak

boleh bertentangan dengan undang-undang, kepentingan umum dan nilai

kesusilaan. Dengan kata lain sebab atau causa yang melahirkan perjanjian

adalah sebab atau causa yang sah atau halal.

6. Asas-Asas Perjanjian

Dalam suatu perjanjian terdapat asas-asas yang berpengaruh pada suatu

perjanjian. Ketika asas ini tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan batal atau

tidak sahnya perjanjian yang dibuat. Adapun asas-asas itu adalah:

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang

sudah diatur atau belum diatur dalam undang-undang. Kebebasan ini

dibatasi oleh tiga hal, yaitu tidak betentangan dengan undang-undang, tidak

bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan

kesusilaan. 17

b. Asas Pelengkap (aanvullend recht)

Asas ini mengandung arti bahwa ketentuan-ketentuan undang-

undang boleh tidak diikuti apabila para pihak menghendaki dan membuat

ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan Undang-

16Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, h.35. 17Rusdiana, Perbandingan Hukum Perdata, h.107.

Page 33: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

23

undang. Tetapi apabila tidak ditentukan lain dalam perjanjian yang mereka

buat, maka berlakulah ketentuan undang-undang.18

c. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam pasal 1320 ayat (1)

KUH Perdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya

perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas

konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada

umumnya tidak diadakan formal, tetapi cukup dengan adanya kesepakatan

kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian antara kehendak

dan pernyataan yang dibuat kedua belah pihak.19

d. Asas Personalia

Asas ini diatur dan dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1351

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang berbunyi: “Pada umumnya

tak seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta

ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”. Dari rumusan

tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat

oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subyek hukum

pribadi, hanya akan berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.20

18Ibid. 19Salim H.S., Hukum Kontrak Teori &Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2003) cet.ke-4, h.10.

Page 34: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

24

e. Asas Persamaan Hukum

Asas ini menempatkan para pihak didalam persamaan derajat, tidak

ada perbedaan, walaupun ada perbedaan kulit, bangsa, kekayaan,

kekuasaan, jabatan dan lain-lain. Masing-masing pihak wajib melihat

adanya persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati

satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan.21

f. Perjanjian Harus Dilakasanakan dengan Iktikad Baik

Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

menyatakan bahwa “Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan

iktikad baik.” Rumusan tersebut memberikan arti pada kita semua bahwa

sebagai sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh para pihak, pelaksanaan

prestasi dalam tiap-tiap perjanjian harus dihormati sepenuhnya, sesuai

dengan kehendak para pihak pada saat perjanjian ditutup.22

7. Hapusnya Perjanjian

Dalam KUH Perdata tidak diatur secara khusus tetntang hapusnya

perjanjian, tetapi yang diatur dalam Bab IV Buku III KUH Perdata hanya

hapusnya perikatan-perikatan. Walaupun demikian, ketentuan tentang

20Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Jakarta:

PT. Raja Garfindo Persada, 2004) cet. ke-2, h.15. 21Mariam Darus Badrulzaman, et. al., Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2001), h.88. 22Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) Dalam Hukum

Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.283.

Page 35: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

25

hapusnya perikatan tersebut juga merupakan ketentuan hapusnya perjanjian

karena perikatan yang dimaksud dalam Bab IV Buku III KUH Perdata tersebut

adalah perikatan pada umumnya baik itu lahir dari perjanjian maupun yang

lahir dari perbuatan melanggar hukum.

Dari sepuluh ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata tentang hapusnya

perikatan-perikatan. PD. Pasar Jaya hanya menerapkan lima dari ketentuan-

ketentuan yang diatur Pasal tersebut tentang hapusnya perjanjian pemakaian

tempat usaha. berdasarkan ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata, hapusnya

perjanjian pemakaian tempat usaha karena:

a. Pembaharuan Utang atau Novasi23

Pembaharuan utang dapat terjadi jika si berutang dengan

persetujuan si berpiutang digantikan oleh seorang yang lain yang

menyanggupi untuk membayar utang itu. Disini ada perjanjian baru yang

mengahapuskan utang yang lama dengan timbulnya suatu perikatan baru,

antara si berpiutang dengan orang yang baru itu.

b. Musnahnya Barang yang Terutang24

Musnahnya barang terutang adalah hancurnya, tidak dapat

diperdagangkan, atau hilangnya barang yang terhutang, sehingga tidak

diketahui sama sekali apakah barang itu masih ada atau tidak ada.

23Subekti, Hukum Perjanjian, h.70. 24Ibid., h.198.

Page 36: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

26

Syaratnya, bahwa musnahnya barang itu di luar kesalahan debitor dan

sebelumnya dinyatakan lalai oleh kreditor.

c. Kebatalan atau Pembatalan25

Kebatalan atau batal demi hukum suatu kontrak terjadi jika

perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat objektif dari syarat sahnya

perjanjian (kontrak) yaitu “suatu hal tertentu” dan “sebab yang halal.” Jadi

kalau kontrak itu objeknya tidak jelas atau bertentangan dengan undang-

undang ketertiban umum atau kesusilaan, kontrak tersebut batal demi

hukum.

9. Berlakunya Suatu Syarat Batal26

Syarat batal adalah suatu syarat yang apabila terpenuhi,

menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu kembali pada

keadaan semula seolah-olah tidak pernah terjadi perjanjian, demikianlah

pasal 1265 KUHPer. menjelaskan. Dengan begitu, syarat batal itu

mewajibkan si berhutang untuk mengembalikan apa yang telah

diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi.

25Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perencanaan Kontrak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007), h.107. 26Subekti, Hukum Perjanjian, h.77.

Page 37: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

27

10. Daluwarsa atau Lewat Waktu 27

Pasal 1946 KUHPer. menjelaskan, yang dinamakan daluwarsa atau

lewat waktu ialah “ suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk

dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan

atas syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang”. Daluwarsa untuk

memperoleh hak milik atas suatu barang dinamakan daluwarsa

“acquasitif”, sedangkan daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu periaktan

(atau suatu tuntutan) dinamakan daluwarsa “extincif”.

8. Penyelesaian Perselisihan

Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat para pihak yang berjanji

harus dapat dilaksanakan dengan sukarela atau i’tikad baik, namun dalam

kenyataannya perjanjian yang dibuatnya sering kali dilanggar. Dan pelanggaran

inilah yang membuat terjadinya sengketa antara kedua belah pihak. Untuk

penyelesaian perselisihan tersebut dibutuhkan pola dalam menyelesaiakannya.

Pola penyelesaian perselisihan ini dibagi menjadi 2 macam yaitu (1) melalui

pengadilan (litigasi), dan alternatif penyelesaian sengketa.28

a. Penyelesaian Perselisihan Melalui Pengadilan (Litigasi)

1) Penyelesaian perselisihan (sengketa) melalui pengadilan (litigasi)

merupakan suatu proses gugatan, suatu sengketa diritualisasikan yang

27Ibid. 28Salim H.S. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006) cet. ke-4, h.140.

Page 38: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

28

menggantikan sengketa sesungguhnya, yaitu para pihak dengan

memberikan kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan yang

berbeda.

Proses (pengadilan) litigasi mensyaratkan pembatasan sengketa

dan persoalan-persoalan sehingga para hakim atau para pengambil

keputusan lainnya dapat lebih siap membuat keputusan. Di dalam

pengandilan terdapat proses yang penting dalam menetapkan suatu

keputusan yaitu pembuktian dan alat-alat pembuktian tersebut sesuai

ketentuan KUH Perdata Pasal 1866 adalah: a) bukti tulisan (surat);

b) bukti dengan saksi-saksi; c) bukti persangkaan; d) Bukti pengakuan;

e) bukti sumpah.

b. Penyelesaian Perselisihan Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR)

Penyelesaian Perselisihan melalui alternatif penyelesaian sengketa

(ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan

dengan cara arbitrase dan atau konsiliasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi,

atau penilaian ahli ini sesuai ketentuan Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan

Penyelesaian Sengketa. Dari kelima pola penyelesaian sengketa diluar

pengadilan peneliti hanya membahas sebagian dari pola penyelesaian

sengketa ini, yaitu :

Page 39: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

29

1. Negosiasi 29

Negosiasi adalah penyelesaian sengketa secara langsung antara

pihak atau wakil mereka, dalam penyelesaian melalui negosiasi para

pihak menggunakan cara persuasive dan kompromi guna

menyelesaikan sengketa diantara mereka tanpa bantuan pihak ketiga.

2. Mediasi30

Mediasi adalah penggunaan pihak ketiga yang netral (mediator)

untuk membantu para pihak menegosiasikan suatu penyelesaiaan.

Model ini merupakan perluasan dari proses negosiasi. Berbeda dengan

arbiter seorang mediator tidak berwenang untuk memaksakan suatu

penyelesaiaan kepada para pihak yang bersengketa. Sebaliknya

mediator berupaya menciptakan suatu kondisi dimana para pihak dapat

mencapai suatu penyelesaiaan sendiri.

3. Konsiliasi

Menurut Oppenheim, konsiliasi adalah suatu proses

penylesaian sengketa dengan menyerahkannya kepada suatu komisi

orang-orang yang bertugas menguraikan/menjelaskan fakta-fakta dan

(biasanya setelah mendengar para pihak dan mengupayakan agar

29Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2003), cet. ke-4, h. 129. 30 Ibid., h.130.

Page 40: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

30

mereka mencapai suatu kesepakatan), membuat usulan-usulan suatu

penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak mengikat.31

B. Hukum Islam

1. Pengertian Perjanjian (Akad)

Istilah “perjanjian” dalam hukum Indonesia disebut “akad” dalam

hukum Islam. Kata akad berasal dari kata al-‘aqd, yang berarti mengikat,

menyambung atau menghubungkan (al-rabt).32 Secara terminologi, akad

memiliki arti umum (al-ma’na al-âm) dan khusus (al-ma’na al-khâs). Adapun

arti umum dari akad adalah “segala sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk

dikerjakan, baik yang muncul dari kehendaknya sendiri, seperti kehendak

untuk wakaf, membebaskan hutang, thalak, dan sumpah, maupun yang

membutuhkan pada kehendak dua pihak dalam melakukannya, seperti jual beli,

sewa menyewa, perwakilan, dan gadai/jaminan. Sedangkan arti khusus (al-

ma’na al-khâs) akad adalah Pertalian atau keterikatan antara îjâb dan qabul

sesuai dengan kehendak syarî’ah (Allah dan Rasul-Nya) yang menimbulkan

akibat hukum pada obyek akad.33

31Salim, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, h.155. 32Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih

Muamalat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.68.

33Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ke-1. h.60.

Page 41: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

31

Îjâb dan qabûl dimaksudkan untuk menunjukan adanya keinginan dan

kerelaan timbal balik para pihak yang bersangkutan terhadap isi akad. Oleh

karena itu, îjâb dan qabûl menimbulkan hak dan kewajiban atas masing-masing

pihak secara timbal balik. Îjâb adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi

perikatan yang diinginkan, sedangkan qabûl adalah pernyataan pihak kedua

untuk menerimanya.34

Pencantuman kata “sesuai dengan kehendak syarî’ah” dalam definisi di

atas, maksudnya adalah bahwa setiap akad yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih tidak dipandang sah jika tidak sejalan dengan kehendak atau ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan oleh al-syâri’ (Allah dan Rasul-Nya) misalnya

akad untuk melakukan transaksi riba atau transaksi lain yang dilarang. Apabila

ijâb dan qabûl telah dilakukan sesuai dengan kehendak syara’, maka munculah

akibat hukum dari perjanjian tersebut.35

2. Pengertian Ijârah

Menurut Ulama Hanafi ijârah adalah transaksi terhadap suatu menfaat

dengan imbalan. Menurut Ulama Syafi’i adalah transaksi terhadap suatu

manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah, dan dapat dimanfaatkan dengan

imbalan tertentu. Sedangkan, menurut Ulama Maliki dan Hambali adalah

pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu

34Ibid. 35Ibid.

Page 42: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

32

imabalan. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, akad ijârah tidak boleh

dibatasi oleh syarat. Akad ijârah itu hanya ditujukan kepada adanya menfaat

pada barang maupun bersifat jasa.36

Dasar hukum dibolehkanya akad ijârah terdapat dalam Al-Qur’an yaitu

pada surat al-Qasas (28) ayat 26 yang berbunyi:

)26: 28/قصصال(

Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah

ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya" (al-Qasas/28: 26).

Ijârah yang mempunyai status hukum boleh ini, mempunyai syarat-syarat

yang harus dipenuhi untuk mencapai kebolehannya. Adapun syarat-syarat

tersebut adalah:37

1. Harus diketahui kegunaanya, seperti membuat rumah, menjahit pakaian,

memakai kendaraan, dan sebagainya. Transaksi sewa-menyewa

mempunyai kesamaan dengan jual beli. Jual beli tersebut harus diketahui

kualitas barang yang diperjualbelikannya. Demikian juga sewa-menyewa

dalam pengertian harus duketahui kualitas barang yang disewa;

36Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007),

cet. ke-3. h.112. 37Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.150.

Page 43: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

33

2. Pemanfaatan barang yang disewa harus yang dibolehkan. Menyewakan

seorang budak perempuan untuk disetubuhi, atau untuk meratap, atau

menyewakan tanah untuk dibangun gereja atau tempat-tempat yang tidak

baik (maksiat) adalah dilarang oleh hukum perdata Islam;

3. Harus diketahui oleh penyewa mengenai jumlah upah atau sewa dari suatu

pekerjaan.

3. Asas-Asas Perjanjian (Akad)

Dalam Hukum Islam, Terdapat asas-asas dari suatu perjanjian yang

berpengaruh pada status akad. Dimana ketika asas ini tidak terpenuhi akan

berakibat pada batalnya atau tidak sahnya perikatan/perjanjian yang dibuat.

Adapun asas-asas itu adalah sebagai berikut:

a. Asas Ibâhah (Mabda’ al-Ibâhah)

Asas Ibâhah adalah asas umum hukum Islam dalam bidang

muamalat secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium “Pada

asasnya segala sesuatu itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang

melarangnya.” Asas ini merupakan kebalikan dari asas yang berlaku dalam

masalah ibadah. Dalam hukum Islam, untuk tindakan ibadah berlaku asas

bahwa bentuk-bentuk ibadah yang sah adalah bentuk-bentuk yang

disebutkan dalam dalil-dalil Syariah. Sebaliknya, dalam tindakan-tindakan

Page 44: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

34

muamalat berlaku asas sebaliknya, yaitu bahwa segala sesuatu itu sah

dilakukan sepanjang tidak ada larangan tegas atas tindakan itu.38

b. Asas Kebebasan Berakad (Mabda’ Hurriyyah at-Ta’âqud)

Hukum Islam mengakui kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip

hukum yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat akad jenis apa

pun tanpa terikat kepada nama-nama yang telah ditentukan dalam undang-

undang Syariah dan memasukan klausul apa saja ke dalam akad yang

dibuatnya itu sesuai dengan kepentingannya, sejauh tidak berakibat makan

harta sesama dengan jalan batil.39 Landasan asas kebebasan berakad

terdapat dalam Q.S. al-Mâidah (5) ayat 1:

)1: 5/المائدة(

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. al-Mâidah/5: 1).

c. Asas Konsensualisme (Mabda’ al-Ridâiyyah)

38Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat,

h.83.

39Ibid., h.84.

Page 45: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

35

Asas konsensualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya suatu

perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para pihak tanpa

perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu. Dalam hukum Islam

umumnya perjanjian-perjanjian itu bersifat konsensual.40 Landasan asas

konsensualisme terdapat dalam Q.S. an-Nisâ (4) ayat 29:

)29: 4/النساء( ☺ ⌧

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. an-Nisâ’/4: 29).

d. Asas Keseimbangan (Mabda’ al-Tawâzun fi al-Mu’âwadah)

Asas keseimbangan dalam transaksi antara apa yang diberikan

dengan apa yang diterima tercermin pada dibatalkannya suatu akad yang

mengalami ketidakseimbangan prestasi yang mencolok. Asas

keseimbangan dalam memikul risiko tercermin dalam larangan terhadap

transaksi riba, di mana dalam konsep riba hanya debitur yang memikul

segala risiko atas kerugian usaha, sementara kreditor bebas sama sekali dan

40Ibid., h.87.

Page 46: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

36

harus mendapat presentase tertentu sekalipun pada saat dananya mengalami

kembalian negatif.41

e. Asas Amanah (Mabda’ al-Amânah)

Dengan asas amanah dimaksudkan bahwa masing-masing pihak

haruslah beritikad baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya dan tidak

dibenarkan salah satu pihak mengekploitasi ketidaktahuan mitranya. Dalam

hukum Islam, terdapat suatu bentuk perjanjian amanah, salah satu pihak

hanya bergantung kepada informasi jujur dari pihak lainnya untuk

mengambil keputusan untuk menutup perjanjian bersangkutan. 42

f. Asas Keadilan (Mabda’ al-‘Adâlah)

Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua

hukum. Dalam hukum Islam, keadilan langsung merupakan perintah Al-

Qur’an yang menegaskan, “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

kepada takwa” (Q.S. al-Maidah/5: 8). Keadilan merupakan sendi setiap

perjanjian yang dibuat oleh para pihak.43

4. Syarat Sahnya Perjanjian (Akad)

41Ibid., h.90. 42Ibid., h.91. 43Ibid., h.92.

Page 47: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

37

Para ulama fiqh menetapkan beberapa syarat umum yang harus

dipenuhi oleh suatu akad. Disamping itu, setiap akad juga memiliki syarat-

syarat khusus. Akad jual-beli memiliki syarat-syarat tersendiri sedang akad

al-ijârah (sewa menyewa) demikian juga. Adapun syarat-syarat umum suatu

akad itu adalah:44

1. Pihak-pihak yang melakukan akad itu telah cakap bertindak hukum

(mukallaf) atau jika obyek akad itu merupakan milik orang yang belum

cakap bertindak hukum, maka harus dilakukan oleh walinya. Oleh sebab

itu, suatu akad yang dilakukan orang gila dan anak kecil yang belum

mumayyiz secara langsung , hukumnya tidak sah. Tetapi, jika dilakukan

wali ini memberi manfaat bagi orang-orang yang diampunya, maka akad itu

hukumnya sah.

2. Obyek akad itu diakui oleh syara’. Untuk obyek akad ini disyaratkan pula:

a) berbentuk harta, b) dimiliki oleh seseorang, dan c) bernilai harta menurut

syara’. Oleh sebab itu, jika obyek akad itu sesuatu yang tidak bernilai harta

dalam Islam, maka akadnya tidak sah, sepreti khamar (minuman keras).

Disamping itu, jumhur ulama fiqh selain ulama Hanafiyah, menyatakan

bahwa barang najis, seperti anjing, bulu dari babi, bangkai dan darah tidak

bisa dijadikan obyek akad, karena najis tidak bernilai harta dalam Syara’.

44Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah , (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h.101-104.

Page 48: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

38

3. Akad itu tidak dilarang oleh nas (ayat atau hadits) syara’. Atas dasar syarat

ini, seorang wali (pengelola anak kecil) tidak boleh menghibahkan harta

anak kecil itu. Alasannya adalah melakukan suatu akad yang sifatnya

menolong sementara (tanpa imbalan) terhadap harta anak kecil tidak

dibolehkan syara’.

4. Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus yang terkait

dengan akad itu. Artinya, disamping memenuhi syarat-syarat khususnya.

Misalnya, dalam jual beli, disamping syarat-syarat umum suatu akad

terpenuhi, juga harus terpenuhi syarat-syarat khusus yang berlaku dalam

akad jual beli.

5. Akad itu bermanfaat. Oleh sebab itu, jika seseorang melakukan suatu akad

dan imbalan yang diambil salah seseorang yang berakad merupakan

kewajiban baginya, maka akad itu batal.

6. Pernyataan îjâb tetap utuh dan shahih sampai terjadinya qabûl. Apabila îjâb

tidak utuh dan shahih lagi ketika qabûl diucapkan, maka akad itu tidak sah.

Hal ini banyak dijumpai dalam suatu akad yang dilangsungkan melalui

tulisan. Misalnya, dua orang pedagang dari daerah yang berbeda melakukan

suatu transaksi dagang melalui surat.

7. Îjâb dan Qabûl dilakukan dalam suatu majelis, yaitu suatu keadaan yang

menggambarkan proses suatu transaksi. Oleh sebab itu menurut Mustafa

Page 49: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

39

Ahmad al-Zarqa’,45 majelis itu bisa berbentuk tempat dilangsungkannya

akad dan bisa juga berbentuk keadaan selama proses berlangsungnya akad,

sekalipun tidak dalam satu tempat.

8. Tujuan akad itu jelas dan diakui syara’. Di mana tujuan akad ini terkait erat

dengan tujuan berbagai bentuk akad yang dilakukan. Misalnya dalam akad

nikah, tujuannya adalah untuk menghalalkan hubungan suami istri antara

seorang pria dengan seorang wanita, dalam jual beli tujuannya adalah untuk

memindahkan hak milik dari penjual kepada pembeli dengan imbalan,

dalam akad ijârah (sewa menyewa) tujuannya adalah pemilikan manfaat

bagi orang yang menyewa dan hak yang menyewakan mendapat imbalan.

5. Hapusnya/Berakhirnya Perjanjian (Akad)

Menurut hukum Islam,46 akad hapus/berakhir disebabkan terpenuhinya

tujuan akad (tahqîq gharad al-‘aqd), fasakh, infisâkh, kematian, dan ketidak-

izinan (‘adam al-ijâzah) dari pihak yang memiliki kewenangan dalam akad

mauqûf.

1. Suatu akad dipandang berakhir apabila tujuan akad telah tercapai. Dalam

akad jual beli misalnya, akad dipandang telah berakhir apabila barang telah

berakhir apabila barang telah berpindah tangan kepada pembeli dan

45Mustafa bin Ahmad bin Muhammad az-Zarqa (1904-1999 M). Mustafa az-Zarqa adalah

seorang ulama fiqh dan mujtahid asal Syiria. Beliau merupakan salah satu guru besar fiqh Islam di Universitas Amman, Yordania. di antara karangannya adalah al-Madkhal al-Fiqhi al-Âm al-Islâmi fi Tsaubihi al-Jadîd.

46 Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ke-1.

h.75-77.

Page 50: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

40

harganya telah menjadi milik penjual. Demikian juga, akad berakhir

disebabkan intihâ’muddah al-‘aqd (berakhir masa akad). Jika masa

kontrak sudah berakhir misalnya, maka akad sewa menyewa sudah habis

dan akad menjadi berakhir/selesai dengan sendirinya.

2. Fasakh. sebuah akad berakhir disebabkan fasakh (pemutusan). Dalam akad

yang mengikat bagi para pihak, ada beberapa alasan yang menyebabkan

akad dapat atau bahkan harus difaskah:

a. Disebabkan akad dipandang fasâd, misalnya menjual sesuatu yang tidak

jelas spesifikasi atau menjual sesuatu dengan dibatasi waktu. Jual beli

semacam itu dipandang fasâd, dan karenanya harus (wajib) difasakh,

baik oleh para pihak yang berakad maupun oleh hakim, kecuali terdapat

hal-hal yang menyebabkan fasakh tidak dapat dilakukan seperti pihak

pembeli telah menjual barang yang dibelinya.

b. Disebabkan adanya khiyâr. Pihak yang memiliki hak khiyâr, baik

khiyâr syarat, khiyâr ‘aib, kyiyâr ru’yah maupun lainnya dibolehkan

untuk melakukan fasakh akad yang telah dilakukannya.

c. Disebakan iqâlah. yaitu fasakh terhadap akad berdasarkan kerelaan

kedua belah pihak ketika salah satu pihak menyesal dan ingin mencabut

kembali akad yang telah dilakukannya.

d. Disebabkan ‘adam al-tanfîdz yakni kewajiban yang ditimbulkan oleh

akad tidak dipenuhi oleh pihak atau salah satu pihak yang bersangkutan.

Jika hal itu terjadi, akad boleh fasakh.

Page 51: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

41

3. Infisâkh, yakni putus dengan sendirinya (dinyatakan putus, putus demi

hukum). Sebuah akad dinyatakan putus apabila si akad tidak mungkin dapat

dilaksanakan (istihâlah al-tanfîdz) disebabkan âfat samawiyah (force

majeure). Dalam akad jual beli misalnya, barang yang dijual rusak di

tangan penjual sebelum diserahkan ke tangan pembeli.

4. Kematian

Beberapa bentuk akad berakhir disebabkan kematian salah satu

pihak yang berakad. Berikut contoh-contoh akad yang dimaksud:

a. Akad sewa menyewa (ijârah).

b. Akad rahn dan kafâlah.

5. Tidak ada persetujuan (‘adam al-ijâzah). Akad mauqûf berakahir apabila

pihak yang memiliki kewenangan tidak memberikan persetujuan terhadap

pelaksanaan akad.

6. Penyelesaian Perselisihan

Penyelesaian perselisihan dalam Hukum Perjanjian Islam (akad), pada

prinsipnya boleh dilaksanakan melalui tiga jalan, yaitu pertama dengan jalan

perdamaian (sulhu); yang kedua dengan jalan arbitrase (tahkîm); dan yang

terakhir melalui proses peradilan (al-Qadhâ’).47

a. Sulhu (Perdamaian)

47 Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, h.87.

Page 52: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

42

Jalan pertama dikakukan apabila terjadi perselisihan dalam suatu

akad adalah menggunakan jalan perdamaian (sulhu) antara kedua pihak.

Dalam fiqh pengertian sulhu adalah suatu jenis akad untuk mengakhiri

perlawanan antara dua orang yang saling berlawanan, atau untuk

mengakhiri sengketa.48

Perdamaian (sulhu) ini diisyaratkan berdasarkan Al-Qur’an surat al-

Hujurât (49) ayat 9, yang berbunyi:

⌧ ☺

☺ ☺

☺ ): /الحجرات(

Artinya: "Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (Q.S. al-Hujurat/49: 9).

48A.T. Hamid, Ketentuan Fiqih dan Ketentuan Hukum yang Kini Berlaku di Lapangan

Perikatan. (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1983), h.135.

Page 53: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

43

Dalam suatu riwayat Umar r.a pernah berkata: ”Tolaklah permusuhan

hingga mereka berdamai, karena pemutusan perkara melalui pengadilan akan

menembangkan kedengkian di antara mereka”.49

b. Tahkîm (Arbitrase)

Istilah Tahkim secara literal berarti mengangkat sebagai wasit atau

juru damai. Sedangkan secara terminologis tahkîm berarti pengangkatan

seorang atau lebih yang bersengketa, sebagai wasit atau juru damai oleh

dua orang atau lebih yang bersengketa, guna menyelesaikan perkara yang

mereka perselisihkan secara damai. Dalam hal ini, hakam ditunjuk untuk

menyelesaikan perkara bukan oleh pihak pemerintah, tetapi ditunjuk

langsung oleh dua orang yang bersengketa. Penyelesaian yang dilakukan

oleh hakam dikenal di abad modern dengan arbitrase.50

Dasar hukum dari tahkîm ini yaitu QS. an-Nisâ’ (4) ayat 35:

☺ ☺

☯ ☺ ⌧

)35: 4/النساء( ☺Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,

Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah

49Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Beirut: Daar al-Fikr, 2007), jilid 3, h.938. 50Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, h.89.

Page 54: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

44

memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. an-Nisa/4: 35).

C. Al-Qadhâ’ (Pengadilan)

Al-qadhâ’ secara harfiah berarti antara lain memutuskan atau

menetapkan. Menurut istilah fiqih kata ini berarti menetapkan hukum

syara’ pada suatu peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya secara

adil dan mengikat. Lembaga peradilan semacam ini berwenang

menyelesaikan perkara-perkara tertentu yang mencakup perkara-perkara

atau masalah keperdataan, termasuk ke dalamnya Hukum Keluarga, dan

masalah tindak pidana. Orang yang berwenang menyelesaikan perkara pada

pengadilan semacam ini dikenal qâdhi (hakim). Penyelesaian sengketa

melalui peradilan melawati beberapa proses, salah satu proses yang penting

adalah pembuktian.51 Alat bukti menurut Islam yaitu:52

1. Ikrâr (pengakuan para pihak mengenai ada tidaknya sesuatu);

2. Syahâdat (persaksian);

3. Yamîn (sumpah);

4. Watsâiq Rasmiyyah Tsâbitah (pegangan resmi yang telah ditetapkan

pemerintah).

51Ibid., h.89-90. 52Sabiq, Fiqih Sunnah, h.951.

Page 55: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

45

BAB III

PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

DI PERUSAHAAN DAERAH PASAR JAYA

A. Profil Singkat Perusahaan Daerah Pasar Jaya

a. Sejarah Singkat PD. Pasar Jaya1

Perusahaan Daerah Pasar Jaya, pada awalnya adalah perusahaan pasar

hasil reorganisasi di lingkungan Djawatan Perekonomian Rakyat DKI Jakarta

yang ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota

Jakarta Nomor lb.3/2/15/66 Tanggal 24 Desember 1966, dan kemudian disahkan

dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Ekbang 8/8/13305 Tanggal 23

Desember 1967.

Seiring dengan perkembangan kota Jakarta menjadi kota metropolitan dan

persaingan usaha yang makin kompetitif, status dan kedudukan hukum PD. Pasar

Jaya ditingkatkan dengan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7

Tahun 1982 dan disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

511.2331 - 181 Tanggal 19 April 1983.

Dalam upaya meningkatkan peranan PD. Pasar Jaya sebagai perusahaan

daerah yang lebih profesional serta mengantisipasi tuntutan perkembangan bisnis

1Administrator PD. Pasar Jaya, “Sejarah PD. Pasar Jaya” diakses pada 24 Januari 2010 dari

http://www.pasar jaya.com.

Page 56: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

46

perpasaran di DKI Jakarta yang makin kompetitif dan untuk meningkatkan fungsi

dan peranannya maka Perusahaan Daerah Pasar Jaya ditetapkan kembali dengan

Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 12 Tahun 1999

Tanggal 30 Desember 1999.

Dengan bergulirnya waktu, pasar terus berkembang. Pada mulanya pasar

merupakan tempat bertemunya pedagang dan pembeli dan terjadinya transaksi

langsung, namun dari waktu ke waktu, dan tuntutan konsumen pasar yang terus

berubah maka pasar tidak hanya sekedar menjadi tempat bertemunya pedagang

dan konsumen serta terjadi transaksi barang riil di pasar, akan tetapi pasar

merupakan entity business yang lengkap dan kompleks dimana kenyamanan dan

kepuasan pelanggan (consumer satisfaction) yang menjadi tujuan utama.

2. Visi dan Misi PD. Pasar Jaya

a. Visi PD. Pasar Jaya2

Sebagai pedoman dan panduan langkah untuk menentukan arah jangka

panjang dalam mencapai tujuan perusahaan perlu penyamaan dan

pembudayaan visi perusahaan. Visi PD. Pasar Jaya adalah menjadikan pasar

tradisional dan modern sebagai sarana unggulan dalam penggerak

perekonomian daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

]

2Administrator PD. Pasar Jaya, “Visi dan Misi PD. Pasar Jaya” diakses pada 24 Januari 2010

dari http://www.pasar jaya.com.

Page 57: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

47

b. Misi PD. Pasar Jaya3

Misi PD. Pasar Jaya adalah menyediakan pasar tradisional dan

modern yang bersih, aman, nyaman dan berwawasan lingkungan serta

memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang lengkap, segar, murah dan

bersaing.

3. Struktur Organisasi PD. Pasar Jaya

Sumber Daya Manusia merupakan aset terpenting bagi perusahaan, maju

mundurnya perusahaan sangat tergantung dengan kualitas SDM, teamwork, dan

komitmen dalam berorganisasi serta strategi jitu perusahaan dalam menangkap

peluang dan memenangkan setiap persaingan yang dihadapi.

Salah satu program utama dalam bidang organisasi adalah restrukturisasi

dan pengurangan jumlah karyawan serta pendelegasian tugas dan tanggung jawab

secara tepat dan proporsional. Sistem pengelolaan pasar yang semula berdasarkan

pendekatan wilayah kotamadya (5 wilayah) diubah menjadi berdasarkan letak

geografis yaitu (20 Area). Jumlah karyawan Perusahaan Daerah Pasar Jaya pada

bulan Januari 2004 adalah sebanyak 2.241 orang yang tersebar di 151 pasar.

Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan periode satu semester sebelumnya

yaitu bulan Juli 2003 yang mencapai 3.429 orang.4

3Ibid. 4Administrator PD. Pasar Jaya, “Organisasi dan SDM PD. Pasar Jaya” diakses pada 24

Januari 2010 dari http://www.pasar jaya.com.

Page 58: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

48

Program restrukturisasi berjalan mulus dan dapat mengurangi beban

operasional serta meningkatkan kesejahteraan karyawan yang diimbangi dengan

meningkatnya produktivitas kerja. Pada awal tahun 2007 jumlah karyawan 1.876

orang, seiring dengan adanya karyawan yang pensiun, meninggal dunia atau yang

mundur atas permintaan sendiri. Jumlah karyawan awal tahun 2009 sebanyak

1541 karyawan.

PD. Pasar Jaya dipimpin oleh 4 orang Direktur yang terdiri atas Direktur

Utama, Direktur Administrasi, Direktur Operasi dan Direktur Perencanaan &

Hukum yang masing-masing bertanggung jawab kepada Gubernur Provinsi DKI

Jakarta melalui Badan Pengawas PD. Pasar Jaya. Dalam menjalankan tugasnya

sehari-hari dibantu oleh Kepala Satuan Pengawasan Intern, 7 Manager Divisi dan

19 Manager Area serta 1 Unit Strategic Business Unit / Unit Usaha Perpakiran.5

Berikut ini sturuktur orgnisasi yang berlaku di PD. Pasar Jaya:

a. Badan Pengawas

b. Direksi terdiri dari:

1). Direktur Utama

2). Direktur Administrasi

3). Direktur Operasi

4). Direktur Perencanaan dan Hukum

5Ibid.

Page 59: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

49

c. Unsur Staf terdiri dari:

1). Satuan Pengawasan Intern

2). Divisi Satuan Umum dan Humas

3). Divisi Sumber Daya Manusia (SDM)

4). Divisi Keuangan

5). Divisi Usaha

6). Divisi Teknik

7). Divisi Perencanaan

8). Divisi Hukum dan Keamanan Ketertiban

d. Unsur Pelaksana:

1). Unit Area

2). Unit Usaha Perparkiran

Page 60: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

50

B. Bentuk Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha

Perjanjian yang diatur oleh PD. Pasar Jaya berkaitan dengan pemakaian tempat

usaha terdiri dari dua bentuk perjanjian, yaitu:6

1. Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha yaitu Perjanjian antara PD. Pasar Jaya

dengan Pemakai Tempat Usaha yang di dalamnya diatur hak dan kewajiban

kedua belah pihak yang berkaitan dengan tempat usaha yang dipakai berikut

penerapan sanksi apabila tidak dilaksanakan

2. Perjanjian Sewa Tempat Usaha yaitu Perjanjian antara PD. Pasar Jaya dengan

Penyewa Tempat Usaha yang di dalamnya diatur hak dan kewajiban kedua belah

pihak yang berkaitan dengan tempat usaha yang dipakai berikut penerapan sanksi

apabila tidak dilaksanakan

Menurut Wayan Darmajaya letak perbedaan dari kedua perjanjian ini

adalah:7

a. Jangka waktu Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha selama-lamanya adalah 20

(dua puluh) tahun, sedangkan Perjanjian Sewa Tempat Usaha yaitu dengan

sistem sewa kontrak tahunan.

b. Sebagai bukti kepemilikan hak pemakaian atas tempat usaha, pemakai tempat

usaha selain diberikan Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha (PPTU),

diterbitkan pula Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) dan Surat

6Yohana Damar Lati, Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya, Wawancara Pribadi,

Jakarta, 29 Januari 2010. 7Wayan Darmajaya, Manager PD. Pasar Jaya Area 15 Tebet, Wawancara Pribadi, Jakarta,

27 Januari 2010.

Page 61: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

51

Ijin Pemakaian Tempat Usaha (SIPTU), sedangkan Perjanjian Sewa Tempat

usaha hanya diberikan Perjanjian saja;

c. Akibat Perjanjian pemakaian tempat usaha hak pemakaian atas tempat usaha

tersebut dapat dialihkan, sedangkan Perjanjian sewa tempat usaha tidak dapat

dialihkan;

d. Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) yang diterbitkan setelah

adanya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha dapat dijadikan jaminan kredit,

sedangkan perjanjian sewa tempat usaha tidak dapat dijadikan jaminan kredit,

karena tidak mendapat SHPTU.

e. Perjanjian pemakaian tempat usaha memiliki nilai ekonomis, sedangkan

Perjanjian sewa kontrak tidak memiliki nilai ekonomis.

C. Hak dan Kewajiban Pemakai Tempat Usaha

Akibat diterapkannya suatu perjanjian maka timbulah hak dan kewajiban bagi

yang mengadakan perjanjian, begitu pula dalam Perjanjian pemakaian tempat usaha.

Adapun hak dan kewajiban pemakai tempat usaha sesuai ketentuan yang terdapat

dalam Perjanjian pemakaian tempat usaha adalah:

1. Hak Pemakai Tempat Usaha8

a. Pemakai tempat usaha memiliki hak pemakaian tempat usaha selama 20 (dua

puluh) tahun dan dijamin tidak akan mendapat rintangan dari pihak siapapun

8 Yohana Damar Lati, Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya, Wawancara Pribadi, Jakarta, 29 Januari 2010.

Page 62: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

52

juga yang menyatakan turut mempunyai hak terlebih dahulu atas tempat usaha

yang dipakainya dan membebaskan Pemakai tempat usaha dari segala

tuntutan dari pihak lain mengenai hal-hal tersebut;

b. Pemakai tempat usaha boleh mengalihkan hak pemakaian tempat usahanya

kepada pihak lain;

c. Pemakai tempat usaha dapat menjaminkan apa yang ia miliki dari Sertifikat

Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) kepada Bank sebagai jaminan kredit;

d. Pemakai tempat usaha dapat menghibahkan, mewariskan dan atau

menyewakan hak pemakaian tempat usaha.

2. Kewajiban Pemakai Tempat Usaha

a. Pemakai tempat usaha dibebani Biaya Pengelolaan Pasar sesuai ketentuan

tarif yang berlaku untuk masa Hak Pemakaian 20 (dua puluh) tahun yang

pembayarannya dilakukan oleh pemakai tempat usaha kepada PD. Pasar Jaya

secara harian atau bulanan terhitung sejak digunakan Tempat Usaha dimaksud

oleh PD. Pasar Jaya;

b. Pemakai tempat usaha dibebani kewajiban tagihan pemakaian listrik sesuai

meteran tersendiri yang digunakan oleh pemakai tempat usaha dan kewajiban

membayar tagihan listrik untuk sarana dan prasarana Pasar yang dihitung

secara proporsional oleh PD. Pasar Jaya;

c. Pemakai tempat usaha harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

sesuai tagihan yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak;

Page 63: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

53

d. Pemakai tempat usaha harus memperpanjang Surat Ijin Pemakaian Tempat

Usaha (SIPTU), tepat pada waktunya serta membayar biaya administrasi

perpanjangan SIPTU;

e. Pemakai tempat usaha tidak diperkenankan:

1) Bertempat tinggal, atau tidur di Pasar;

2) Mengotori, merusak tempat atau bangunan dan barang inventaris Pasar;

3) Melakukan perbuatan asusila di Pasar;

4) Menyalahgunakan narkoba dan minuman keras, melakukan perjudian atau

sejenisnya;

5) Mempergunakan dan menyalakan kompor yang dapat menimbulkan

bahaya kebakaran.

D. Mekanisme Terjadinya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha

Pencapaian kata sepakat dalam perjanjian merupakan salah salah satu syarat

sahnya suatu perjanjian. Begitu pula halnya dalam Perjanjian Pemakaian Tempat

Usaha, untuk terjadinya hal tersebut maka harus diketahui mekanisme terjadinya

perjanjian pemakaian tempat usaha. Adapun mekanisme terjadinya Perjanjian

pemakaian tempat usaha didahului dengan permohonan calon pemakai tempat usaha

kepada Manager Area Pasar dan atau Developer untuk tempat usaha yang akan dibeli

hak pemakaiannya oleh pemohon nantinya, kemudian Maneger Area menyampaikan

permohonan tersebut kepada Direktur Operasi PD. Pasar Jaya. Sebelum dilaksanakan

Perjanjian, calon pemakai tempat usaha diberitahu akan ketentuan-ketentuan pasal

Page 64: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

54

perjanjian yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban calon pemakai tempat usaha,

setelah disetujui pihak kedua dengan mengasaskan kebebasan berkontrak maka

dibuatlah draft perjanjian antara Direktur Operasi PD. Pasar Jaya sebagai pihak

pertama dan Pemakai Tempat Usaha sebagai pihak kedua.

Draft Perjanjian pemakaian tempat usaha dibuat sesuai dengan tanggal

terjadinya perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut dicantumkan identitas kedua

belah pihak yang tercakup didalamnya nama dan tempat tinggal kedua belah pihak,

Jenis tempat usaha, Nomor tempat usaha, Luas tempat usaha dan Harga jual tempat

usaha dan Cara pembayaran. Setelah diketahui itu semua, maka Pihak Kedua harus

tunduk pada aturan PD. Pasar Jaya dan pasal-pasal yang tercantum dalam Perjanjian,

selanjutnya kedua belah pihak menandatangani Perjanjian Pemakaian

Tempat/Ruangan Usaha sesuai dengan Surat Penunjukan Tempat yang diterbitkan

PD. Pasar Jaya dan Perjanjian yang dimaksud dicatatkan pada Register Notaris.9

Adapun ketentuan Pasal-pasal yang diatur dalam Perjanjian pemakaian tempat

usaha adalah sebagai berikut (penjelasan terlampir):

1. Pasal 1: Ketentuan Umum

2. Pasal 2: Penggunaan Tempat Usaha

3. Pasal 3: Masa Hak Pemakaian

4. Pasal 4: Pembayaran Iuran Pembangunan Pasar

5. Pasal 5: Pembayaran Iuran Pembangunan Pasar

9Wayan Darmajaya, Manager PD. Pasar Jaya Area 15 Tebet, Wawancara Pribadi, Jakarta,

27 Januari 2010.

Page 65: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

55

6. Pasal 6: Kewajiban Pihak Kedua

7. Pasal 7: Jaminan dan Asuransi

8. Pasal 8: Renovasi

9. Pasal 9: Bea Materai, Beban Pajak dan Biaya Notaris

10. Pasal 1: Sanksi dan Denda

11. Pasal 1: Reklame

12. Pasal 12: Penyelesaian Perselisihan

13. Pasal 13: Domisili

14. Pasal 14 : Hal-Hal Yang Belum Diatur

15. Pasal 15: Force Majeure

16. Pasal 16: Penutup

Page 66: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

56

BAB IV

ANALISIS PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT USAHA

DI PD. PASAR JAYA AREA TANAH ABANG

A. Penyelesaian Permasalahan Hapusnya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha

antara PD. Pasar Jaya dengan Pihak Pemakai Tempat Usaha

1. Kronologis Kasus

Pada tahun 1987 Bapak Bahri membeli tempat usaha di PD. Pasar Jaya

dengan harga yang beragam sesuai dengan lokasi tempat usaha, Bapak Bahri

menempati kios di Area 01 Pasar Tanah Abang tepatnya di blok E. Adapun ijin

yang dimiliki bapak Bahri adalah sampai dengan tahun 2007 (20 tahun) sesuai

dengan Surat Ijin Pemakaian Tempat Usaha (SIPTU).

Setelah 15 tahun berjalannya Pemakaian Tempat Usaha tepatnya pada

Bulan September 2002, terjadilah peristiwa kebakaran pada salah satu blok Pasar

yaitu di blok A yang mengakibatkan banyak tempat usaha di blok tersebut dan di

blok-blok lain musnah terbakar, sehingga tempat usaha tidak dapat digunakan

sebagaimana mestinya. Namun dalam peristiwa tersebut, kios bapak Bahri yang

terletak di blok E, tidak ikut terbakar.

Setelah kejadian tersebut PD. Pasar Jaya melakukan peremajaan kembali

bangunan yang terkena kebakaran dengan membongkar bangunan tersebut

dengan alasan musnahnya barang yang terutang yang merupakan sebab hapusnya

perjanjian. Namun tidak hanya bangunan yang terbakar saja yang dibongkar,

.

Page 67: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

57

bangunan yang tidak terkena kebakaranpun juga ikut dibongkar dengan alasan

terkena dampak kebakaran. Bapak Bahri yang berada di blok E merasa masih

memiliki hak pemakaian tempat usaha, karena tidak terbakar dan masih

menyisakan 5 (lima) tahun hak pemakaian tempat usaha tersebut tidak menerima

perlakuan PD. Pasar Jaya karena dianggap melawan hukum dan mengabaikan

aspek-aspek serta prinsip musyawarah dengan para pemilik dan penghuni kios.

Di lain pihak PD. Pasar Jaya menjanjikan kepada Bapak Bahri dan

kawan-kawan akan diberikan tempat baru sebagai pengganti tempat usaha yang

mereka ikut rubuhkan, selain itu pula PD. Pasar Jaya menyediakan penampungan

sementara bagi tempat yang terkena ataupun dampak kebakaran. Setelah

pembangunan selesai, Bapak Bahri kehilangan hak pemakaian tempat usaha

dengan lokasi yang sama seperti sebelum kios mereka dirubuhkan. Akan tetapi

Bapak Bahri ditawarkan kios dengan lokasi yang sangat tidak strategis dengan

menambah Rp. 20.000.000,-(dua puluh juta rupiah).

Setelah pembangunan kembali pasar, ada rencana pengundian lokasi kios

bagi pemilik kios yang terut terbongkar (tidak terbakar), pengundian ini awalnya

ditolak oleh Bapak Bahri karena lokasi yang ditawarkan sangat tidak strategis,

yang berarti menimbulkan kerugian bagi Bapak Bahri, namun pengundian

tersebut tetap berlangsung dan pada saat pengundian tempat usaha bangunan baru

blok A, sedangkan Bapak Bahri dalam keadaan sakit dan tidak mendapatkan

informasi tentang pelaksanaan undian karena sedang berada diluar daerah

tepatnya di Padang Sumatera Barat.

.

Page 68: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

58

Berbagai upaya dilakukan Bapak Bahri untuk mengurus permasalahan ini

ke PD. Pasar Jaya, namun PD. Pasar Jaya menghindar dan menyerahkan ke PT.

Priamanaya Djan Internasional sebagai developer yang membangun atau

meremajakan Pasar Tanah Abang. Pada akhirnya Bapak Bahri selaku pemakai

tempat usaha menggugat tindakan PD. Pasar Jaya ke Pengadilan sebagai tindakan

melawan hukum.

2. Dasar Hukum Kedua Belah Pihak

a. Dasar Hukum Pihak Pemakai Tempat Usaha

Berdasarkan kronologis kasus di atas Bapak Bahri selaku pemakai

tempat usaha yang merasa dirugikan dengan tindakan PD. Pasar Jaya atas

pembongkaran tempat usaha yang dimiliki Bapak Bahri menggugat PD.

Pasar Jaya ke Pengadilan Negeri. Adapun dasar hukum Bapak Bahri sebagai

Pihak pemakai tempat usaha mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Bahri

adalah:

1) Hak pemakaian tempat Usaha (kios) ditetapkan oleh Direksi adalah untuk

jangka waktu selama-lamanya 20 tahun. Pasal 9 ayat 2 Perda No. 6 tahun

1992.

2) Penggugat memiliki SIPTU (Surat Ijin Pemakaian Tempat Usaha) seperti

yang telah diuraikan di atas sesuai dengan persyaratan pemakaian kios.

Untuk itu, Penggugat juga memiliki hak pakai kios selama 20 tahun.

Artinya PD. Pasar Jaya wajib memenuhi kewajibannya untuk

.

Page 69: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

59

3) Fakta pasar Tanah Abang dibangun ulang PT. Priamanaya Djan

Internasional sebagai akibat dari kebakaran yang terjadi pada seluruh

Lokasi A dan sebagian lokasi E Pasar Tanah Abang. Yang menjadi catatan

adalah, bahwa tempat usaha milik penggugat tidak mengalami kebakaran

dan jangka waktu pemakaian belum berakhir, namun tempat usaha

penggugat turut dibongkar dengan alasan demi pembangunan kembali

serta dijanjikan oleh PT. Priamanaya Djan Internasional bahwa mereka

akan mendapatkan tempat usaha pengganti yang sesuai.

4) Setelah pembangunan selesai, Bapak Bahri diminta oleh PD. Pasar Jaya

untuk membeli tempat usaha dengan harga yang sama dengan pembeli

baru, tanpa kompensasi.

Perbuatan PD. Pasar Jaya sebagaimana diuraikan di atas merugikan

Perbuatan melawan hukum (onrechtmadge daad) sebagiamana yang

dimaksud dalam Pasal 1365 KUHPerdata, karena perbutan tersebut

bertetangan dengan pasal-pasal 9 ayat 2 Perda DKI No. 6 tahun 1993, Pasal

36 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.

Perbuatan melawan hukum PD. Pasar Jaya telah merugikan Bapak

Bahri karena :

a) Hak Pemakaian Tempat Usaha selama 20 tahun atas nama Bapak Bahri

hilang, dan karenanya Bapak Bahri kehilangan tempat usaha.

.

Page 70: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

60

b) Bapak Bahri diharuskan membayar dengan harga yang mahal.

c) Bapak Bahri telah kehilangan banyak biaya untuk mengurus dan

memeprtahankan haknya selama ini dengan nilai pengeluaran sekitar Rp.

50.000.000,-.

d) Bapak Bahri mengalami kehilangan potensi keuntungan karena

terhentinya usaha sebesar 3.000.000.000,- rupiah selama 5 tahun tidak

menempati kios dengan rincian perhari sebesar Rp. 2.000.000,-.

b. Dasar Hukum Pengelola Tempat Usaha

Dalam menanggapi gugatan yang diajukan pihak pemakai tempat

usaha (Bapak Bahri) PD. Pasar Jaya sebagai pengelola tempat usaha

menjawab dengan berlandaskan hukum, sebagai berikut:

1) Obyek yang disengketakan secara formal tidak jelas dan kabur, karena

Bapak Bahri tidak menyebutkan secara jelas dan rinci tentang nomor

tempat usaha maupun letak lantainya sedangkan di bangunan blok E,

karena terdapat ratusan tempat usaha.

2) Kebakaran pada bulan Februari berlangsung selama 3 (tiga) hari yang

terjadi di bangunan Pasar Tanah Abang Blok A, juga berimbas di sebagian

Blok E. Untuk menjaga keamanan bagi para pedagang maupun konsumen,

bangunan blok A dan sebagian blok E harus dibongkar

3) Dalam KUH. Perdata terdapat beberapa ketentuan yang mengatur tentang

hapusnya perikatan yaitu hapusnya perikatan karena musnahnya barang

yang terhutang, antara lain Pasal 1381 ayat (1), 1444 dan 1445 KUH.

.

Page 71: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

61

Perdata, berdasarkan ketentuan tersebut hubungan hukum antara Bapak

Bahri dengan PD. Pasar Jaya telah hapus dan Bapak Bahri tidak

mempunyai legalitas mengajukan gugatan.

4) Laporan rekomendasi I pekerja penelitian struktur bangunan eks

kebakaran Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat oleh PT. Perencana Jaya

Architects, Planner and Engineers yang melakukan penelitian pengujian

tempat usaha pada bangunan blok E (blok yang ditempati penggugat),

yaitu:

a) terdapat degradasi mutu beton terhadap mutu beton awal (K-225),

degradasi tersebut mencapai 46 % pada lantai 35-57 % pada lantai 2

dan 27-37 % pada lantai 1;

b) dari hasil pengujian tarik baja tulangan ditemukan penurunan kekuatan

sekitar 45 % pada lantai 1, 25 % pada lantai 2 dan 50 % pada lantai 3.

Terhadap hasil tersebut maka PT. Perencana Jaya

merekomendasikan untuk segera dilakukan pengosongan bangunan agar

keselamatan publik terjamin, karena adanya kemungkinan robohnya

bangunan akibat ambruknya bangunan terbakar.

5) Ketentuan Diktum Ketiga, Keempat dan Kelima Keputusan Direksi PD. Pasar

Jaya (Tergugat) Nomor : 4.268 tanggal 29 Desember 1993 masih berlaku,

tentang batas waktu hak pemakaian Tempat di Pasar-Pasar milik PD. Pasar

Jaya menyatakan sebagai berikut:

.

Page 72: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

62

a) Bila dianggap perlu batas waktu hak pemakaian tempat untuk bagian-

bagian tertentu dari bangunan pasar, dapat ditentukan lain

b) Apabila pada suatu saat terjadi musibah yang menimpa bangunan pasar

seperti bencana alam baik berupa tanah longsor/sambaran petir/gempa

bumi dan atau kebakaran maupun huru hara yang berakibat bangunan

pasar tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya secara total, maka hak

pakai tempat usaha yang dimiliki pedagang pada bangunan itu dinyatakan

berakhir/batal demi hukum

c) Dengan terjadinya hal-hal dimaksud dictum keempat Keputusan ini, maka

apabila dikemudian hari ternyata bangunan pasar dimaksud dibangun

kembali/diremajakan, maka prioritas pertama untuk memperoleh hak

pakai di bangunan baru diberikan kepada pemegang hak pakai (SIPT)

lama dengan syarat-syarat yang ditentukan kemudian.

4. Dasar Pertimbangan Hukum

Berdasarkan alasan-alasan yang didasari hukum oleh kedua belah pihak,

hakim sebagai pengadil kedua belah pihak memutuskan menolak semua gugatan

yang diajukan oleh pihak pemakai tempat usaha dengan pertimbangan-

pertimbangan, sebagai berikut:

a. Surat Keterangan dari Direksi Pasar Jaya No. 4197/2007 tanggal 4 Oktober

2007 tentang masih berlakunya Surat Keputusan Direksi PD. Pasar Jaya No.

4.268 tahun 1993 tanggal 23 Desember 1993 yang dalam bagian keempat

surat keterangan tersebut dinyatakan bahwa apabila pada suatu saat terjadi

.

Page 73: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

63

musibah yang menimpa bangunan pasar seperti bencana alam baik berupa

tanah longsor/sambaran petir/gempa bumi dan atau kebakaran maupun huru

hara yang berakibat bangunan pasar tidak dapat berfungsi sebagaimana

mestinya secara total, maka hak pakai tempat usaha yang dimiliki pedagang

pada bangunan itu dinyatakan berakhir/batal demi hukum.

b. Laporan rekomendasi I pekerja penelitian struktur bangunan eks kebakaran

Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat oleh PT. Perencana Jaya selaku Architects,

Planner and Engineers yang melakukan penelitian pengujian tempat usaha

pada bangunan blok E yang di antaranya terdapt tempat usaha Pengugat

(Bapak Bahri), yaitu:

1) terdapat degradasi mutu beton terhadap mutu beton awal (K-225),

degradasi tersebut mencapai 46 % pada lantai 35-57 % pada lantai 2 dan

27-37 % pada lantai 1;

2) dari hasil pengujian tarik baja tulangan ditemukan penurunan kekuatan

sekitar 45 % pada lantai 1, 25 % pada lantai 2 dan 50 % pada lantai 3.

Selanjutnya PT. Perencana Jaya merekomendasikan untuk segera

dilakukan pengosongan setelah melihat kerusakan yang terjadi agar

keselamatan publik terjamin, pengosongan ini didasarkan kemungkinan

robohnya bangunan akibat bangunan terbakar serta daerah yang

memerlukan perbaikan/perkuatan.

b. Keterangan saksi yang dihadirkan Tergugat Dr. Tosari, MM dan saksi Buhari

Tambunan bahwa pada waktu terjadi kebakaran serta saat pembangunan

.

Page 74: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

64

c. Surat bukti tergugat yang berupa

1) Undangan dari maneger Area Tanah Abang No. 168/073.55 tanggal 25

Maret 2004,

2) Undangan dari maneger Area Tanah Abang No. 171/073.55 tanggal 28

Maret 2004,

3) Pengumuman di harian Sinar harapan tanggal 15 April 2004,

4) Pengumuman di harian Pos Kota tanggal 16 April 2004..

Tergugat (PD. Pasar Jaya) telah memanggil para bekas penghuni Pasar

Tanah Abang yang kebakaran maupun yang terkena dampak kebakaran untuk

menghadiri undian pengisian kios, akan tetapi setelah Penggugat (Bapak

Bahri) diundang 2 (dua) kali dan diumumkan di Koran sebanyak 2 (kali) kali

ternyata Penggugat juga tidak hadir.

Analisa Penyelesaian Permasalahan

Dilihat dari kronologis permasalahan yang terjadi maka tampak pokok

permasalahan tersebut terletak pada apakah tempat usaha yang terkena dampak

kebakaran dinyatakan hapus perikatan yang timbul akibat perjanjian antrara PD.

Pasar Jaya dengan Pihak pemakai tempat usaha. Terkait dengan kasus tersebut,

jika dikaitkan dengan ketentuan KUH Perdata tentang hapusnya perikatan, bahwa

salah satu yang menyebabkan hapusnya perikatan adalah musnahnya barang yang

.

Page 75: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

65

terutang atau objek yang diperjanjikan ini didadasari ketentuan KUH Perdata

Pasal 1444 ayat 1 dan 1445 yaitu:

“Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya si berutang, dan sebelum ia lalai menyerakannya.”(1444 ayat 1). ”Jika barang yang terutang, diluar salahnya si berutang musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, maka si berutang, jika ia mempunyai hak-hak dan ketentuan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut kepada orang yang mengutang kepadanya.” (1445).

Maka penulis berpendapat ketentuan tersebut tidak berlaku bagi bagi pihak

pemakai tempat yang terkena dampak kebakaran, karena objek yang diperjanjikan

masih ada.

Namun bila dikaitkan dengan rekomendasi I pekerja penelitian struktur

bangunan eks kebakaran Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat oleh PT. Perencana

Jaya selaku Architects, Planner and Engineers yang melakukan penelitian

pengujian tempat usaha pada bangunan blok E yang di antaranya terdapt tempat

usaha Pengugat (Bapak Bahri), yaitu:

1) terdapat degradasi mutu beton terhadap mutu beton awal (K-225), degradasi

tersebut mencapai 46 % pada lantai 35-57 % pada lantai 2 dan 27-37 % pada

lantai 1;

2) dari hasil pengujian tarik baja tulangan ditemukan penurunan kekuatan sekitar

45 % pada lantai 1, 25 % pada lantai 2 dan 50 % pada lantai 3. Selanjutnya

PT. Perencana Jaya merekomendasikan untuk segera dilakukan pengosongan

setelah melihat kerusakan yang terjadi agar keselamatan publik terjamin,

.

Page 76: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

66

pengosongan ini didasarkan kemungkinan robohnya bangunan akibat

bangunan terbakar serta daerah yang memerlukan perbaikan/perkuatan.

Maka penulis berpendapat ketentuan ini bisa dijadikan landasan hukum bagi

PD. Pasar Jaya untuk menyatakan hapusnya perjanjian dengan tindakan peremajaan

seluruh bangunan yang terbakar dan terkena dampak kebakaran demi keselamtan

publik.

Bila ditinjau dari hukum Islam, kasus hapusnya perjanjian pemakaian tempat

usaha akibat musnahnya barang yang terutang masuk dalam kategori Infisâkh1, yakni

putus dengan sendirinya (dinyatakan putus, putus demi hukum). Sebuah akad

dinyatakan putus apabila si akad tidak mungkin dapat dilaksanakan (istihâlah al-

tanfîdz) disebabkan âfat samawiyah (force majeure). Namun ketentuan tersebut

harus selaras dengan dengan Qâ’idah fiqhiyah: يزاللضررا yang artinya

”Kemudlratan itu harus dihilangkan. Qâ’idah ini didasari Hadits Nabi yang

diriwayatkan oleh al-Hakim dari Abi Sa’id al-Hudri yang berbunyi:

و من شاق شاق اهللا عليه, من ضار ضاره اهللا. و لا ضرار ررا ضل

Artinya: Tidak boleh berbuat dloror (bahaya) dan membalas perbuatan bahaya kepada orang lain, bagi siapa yang berbuat bahaya kepada orang lain maka Allah akan berbuat bahaya kepada orang tersebut, dan bagi siapa yang mempersulit kepada orang lain maka Allah akan menyulitkan dia.

Maksud Qâ’idah ini penyelesaian kasus di atas tidak boleh menimbulkan bahaya bagi

kedua balah pihak yang berselisih baik pemakai tempat usaha atau PD. Pasar Jaya

1Ah. Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ke-1. h.77

.

Page 77: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

67

sebagai pengelola. Bahaya dalam artian kerugian yang diberatkan pada salah satu

pihak.

Berdasarkan ketentuan hukum posiitif dan hukum Islam di atas penulis

berpendapat bahwa penyelamatan bangunan yang terbakar atau terkena dampak

kebakaran yang dilakukan PD. Pasar Jaya dengan melakukan peremajaan seluruh

bangunan bisa dijadikan landasan keputusan yang tepat dalam penyelesaian

perselisihan yang terjadi. Namun proses penyelamatan tersebut harus dilaksanakan

secara proporsional, yaitu dengan membebankan biaya peremajaan kepada kedua

belah pihak secara seimbang. Sehingga tidak menimbulkan mudlarat (bahaya) kepada

Pemakai tempat usaha maupun PD. Pasar Jaya. Hal ini dilakukan guna mewujudkan

keadilan yang merata.

B. Perbandingan Penyelesaian Perselisihan Yang Terjadi Pada Perjanjian

Pemakaian Tempat Usaha antara Hukum Islam Dan Hukum Positif.

a. Hukum Positif

Pola penyelesaian perselisihan dalam suatu perjanjian telah dibahas

sebelumnya pada bab II yaitu melalui pengadilan (litigasi), dan alternatif

penyelesaian sengketa. Penyelesaian perselisihan melalui pengadilan

merupakan suatu proses gugatan, suatu sengketa diritualisasikan yang

menggantikan sengketa sesungguhnya, yaitu para pihak dengan memberikan

kepada seorang pengambil keputusan dua pilihan yang berbeda.

.

Page 78: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

68

Penggunaan sistem litigasi mempunyai keuntungan dan kekurangannya

dalam penyelesaian suatu sengketa. Keuntungannya yaitu:2

1. Dalam mengambil alih keputusan dari para pihak, litigasi sekurang-

kurangnya dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat

dipengaruhi hasil dan dapat menjamin ketentraman social;

2. Litigasi sangat baik sekali untuk menemukan berbagai kesalahan dan

masalah dalam posisi pihak lawan;

3. Litigasi memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan dapat

memberikan peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar

keterangannya sebelum mengambil keputusan;

4. Litigasi membawa nilai-nilai masyarakat untuk penyelesaian sengketa

pribadi;

5. Dalam sistem litigasi para hakim menerapkan nilai-nilai masyarakat yang

terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa.

Dari paparan keuntungan-keuntungan sistem litigasi diatas, dapat

dikatakan bahwa litigasi tidak hanya menyelesaikan sengketa, tetapi lebih dari

itu juga menjamin suatu bentuk ketertiban umum, yang tertuang dalam undang-

undang secara eksplisit maupun implisit. Namun litigasi memiliki banyak

kekurangan. Kekurangan-kekurangan litigasi adalah:3

2Salim H.S. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika,

2006) cet. ke-4, h.141.

.

Page 79: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

69

1. memaksa para pihak pada posisi yang ekstrim;

2. memerlukan pembelaan (advocacy) atas setiap maksud yang dapat

mempengaruhi putusan;

3. litigasi benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara,

apakah persoalan materi (substantive) atau prosedur, untuk persamaan

kepentingan dan mendorong para pihak melakukan penyelidikan fakta yang

ekstrim dan sering kali marginal;

4. menyita waktu dan meningkatkan biaya keuangan;

5. fakta-fakta yang dapat dibuktikan membentuk kerangka persoalan, para

pihak tidak selalu mampu mengemukakan kekhawatiran mereka yang

sebenarnya;

6. litigasi tidak mengupayakan untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan

para pihak yang bersengketa;

7. litigasi tidak cocok untuk sengketa yang bersifat polisentris, yaitu sengketa

yang melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan beberapa

kemungkinan alternatif penyelesaian.

Di dalam penyelesaian malalui pengadilan, terdapat proses yang penting

dalam menetapakan suatu keputusan yaitu pembuktian dan alat pembuktian

tersebut mencakup:

1. Bukti tulisan (surat);

2. Bukti dengan saksi-saksi;

3Ibid., h.142.

.

Page 80: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

70

3. Bukti persangkaan;

4. Bukti pengakuan;

5. Bukti sumpah.

Penyelesaian Perselisihan melalui alternatif penyelesaian sengketa

(ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui

prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian perselisihan di luar

pengadilan dengan cara konsiliasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian

ahli ini sesuai ketentuan Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun

1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian Sengketa.

Penggunaan penyelesaian perselisihan melalui alternatif penyelesaian

sengketa (ADR) secara umum mempunyai keuntungan dan kerugian kelebihan

dan kekurangannya. Kelebihan penyelesaian ini adalah biaya murah, tidak

formal, mengurangi timbulnya rasa permusuhan, dan bersifat pribadi.

Sedangkan kekurangannya keputusan tersebut tidak mengikat pihak yang

berselisih sehingga sering kali mengalami kesulitan dalam melaksanakan hasil

penyelesaian dan sering terjadi praktek penundaan terhadap hasil penyelesaian.

Terkait dengan Penyelesaian perselisihan yang terjadi dalam Perjanjian

pemakaian tempat usaha antara PD. Pasar Jaya dan Pemakai tempat usaha,

penyelesaian perselisihan mengacu pada isi perjanjian tersebut yaitu pada pasal

12 tentang penyelesaian perselisihan yang berbunyi:

1. Segala sengketa/perselisihan yang timbul antara kedua belah pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini akan diselesaikan secara musyawarah.

.

Page 81: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

71

2. Apabila dengan musyawarah tidak tercapai kata sepakat, maka sengketa/perselisihan akan diserahkan ke Pengadilan Negeri yang berwenang untuk mendapat keputusan yang mengikat.

Dari ketentuan Pasal diatas maka bisa dipahami bahwa penyelesaian

perselisihan dalam perjanjian pemakaian tempat usaha memiliki dua pola

penyelesaian yang sama dengan perjanjian umumnya. Hanya saja pola

penyelesaian di luar pengadilan yaitu musyawarah terlihat lebih umum karena

tidak dijelaskan cara mana yang digunakan oleh PD. Pasar Jaya untuk

penyelesaian perselisihan dari cara yang tercantum dalam Undang-undang

Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Pilihan Penyelesaian

Sengketa.

Adapun mekanisme penyelesaian perselisihan tersebut didahului dengan

melakukan musyawarah antara kedua belah pihak yang berselisih, dalam hal ini

PD. Pasar Jaya dan pemakai tempat usaha tentang apa yang diperselisihkan

dengan harapan menemukan kesepakatan dari apa yang diperselisihkan kedua

belah pihak. Dan bila cara ini tidak bisa menyelesaikan masalah maka salah satu

pihak bisa menempuh jalur hukum yaitu proses pengadilan (litigasi). Menurut

Yohana Damar Lati yang menjabat sebagai Asisten Divisi Hukum PD. Pasar

Jaya tentang penyelesaian perselisihan yang terjadi akibat penerapan perjanjian

pemakaian tempat usaha mengatakan:

“Untuk menyelesaikan perselisihan (sengketa) yang terjadi antara PD. Pasar Jaya dengan pemakai tempat usaha sebagai akibat penerapan Perjanjian pemakaian tempat usaha, PD. Pasar Jaya mengacu pada ketentuan Pasal 12 yang terdapat pada Perjanjian pemakaian tempat usaha itu sendiri, yaitu dengan mengadakan musyawarah antara kedua belah pihak, bila tidak bisa menemukan

.

Page 82: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

72

titik temu maka ditempuh jalur hukum oleh salah satu pihak melalui pengadilan, sebelum proses persidangan pengadilan, pengadilan menyelesaikan dahulu sengketa tersebut melalui proses mediasi, yang dimediatori pengadilan sendiri, bila tidak bisa diselesaikan juga maka dilanjutkan ke proses persidangan .”4

Berdasarkan mekanisme penyelesaian perselisihan yang dipaparkan

Yohana Damar Lati dapat dipahami, bahwa musyawarah merupakan jalan

pertama yang dilakukan PD. Pasar Jaya dengan Pemakai tempat usaha dalam

menyelesaiakan perseilsihan, dan jalan kedua ditempuh bila tidak ditemukan

kata sepakat dalam bermusyawarah. Namun sebelum memasuki proses

persidangan terlebih dahulu diadakan mediasi, yang dimediatori oleh

pengadilan.

Mediasi merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan para

pihak dengan dibantu pihak ketiga sebagai mediator. Ini menunjukan bahwa

dalam proses medaiasi kewenangan dalam pengambilan keputusan sepenuhnya

berada ditangan para pihak, dan mediator hanyalah membantu para pihak di

dalam proses pengambilan keputusan tersebut.5

Terkait dengan perselisihan yang terjadi antara PD. Pasar Jaya dengan

pemakai tempat usaha mengenai peristiwa kebakaran pada tahun 2002 lalu yang

mengakibatkan sebagian tempat usaha hangus terbakar dan sebagian lain tidak

terbakar. PD. Pasar Jaya sebagai pengelola pada dasarnya sudah mengadakan

4Yohana Damar Lati, Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya, Wawancara Pribadi,

Jakarta, 29 Januari 2010. 5Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syari’at, Hukum Adat, dan Hukum

Nasional, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009), h.4.

.

Page 83: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

73

musyawarah dengan pihak pemakai tempat usaha (Bapak Bahri) yaitu dengan

memberi penampungan sementara, mengadakan pengundian tempat dan

pemberian prioritas mendapatkan tempat usaha setelah diremajakan bagi yang

terkena kebakaran dan yang terkena dampak kebakaran. Namun pihak pemakai

tidak bisa menerima, karena kebijakan yang dikeluarkan PD. Pasar Jaya sama

dengan pihak yang terkena kebakaran.

Bila ditinjau dari aspek perjanjian, pihak yang terkena kebakaran dapat

dinyatakan hapus perjanjiannya, karena musnahnya obyek yang diperjanjikan

ini sesuai dengan ketentuan KUH Perdata Pasal 1444 ayat 1 tentang musnahnya

barang yang terutang:

“Jika barang tertentu yang menjadi bahan perjanjian musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga sama sekali tak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya si berutang, dan sebelum ia lalai menyerakannya.” Namun ketentuan ini tidak berlaku bagi pihak pemakai yang terkena dampak

kebakaran karena tidak masuk kategori musnah/hilangnya barang yang

diperjanjikan, karena barang (tempat usaha) tersebut masih dapat digunakan.

Oleh karena itu pihak pemakai yang terkena dampak kebakaran, mengajukan

gugatan ke Pengadilan Negeri sebagai perbuatan melawan hukum.

Di samping itu PD. Pasar Jaya melakukan hal merobohkan bangunan

terhadap tempat usaha yang terbakar dan terkena dampak kebakaran, karena

setelah hasil pengujian penelitian bangunan yang terkena dampak kebakaran,

bangunan tersebut telah mengalami penurunan kualitas, sehingga dikhawatirkan

.

Page 84: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

74

bangunan roboh akibat ambruk dan membahayakan pihak pemakai dan

pembeli/pengunjung yang dating ke Pasar tersebut.

Proses penyelesaian perselisihan kasus tersebut sudah melalui jalan yang

ditentukan Perjanjian pemakaian tempat usaha, yaitu melalui jalan musyawarah

untuk mufakat sebagai jalan pertama, karena tidak bisa diselesiakan maka

ditempuhlah jalur pengdilan untuk menentukan keputusan yang adil oleh hakim.

Meskipun salah satu pihak tidak menerima keputusan tersebut, namun

kepustusan tersebut harus dijalani karena telah mempunyai kekuatan hukum

tetap.

b. Hukum Islam

Dalam hal penyelesaian perselisihan, hukum islam atau disini dapat

dikatakan fiqih belum memberikan konsep penyelesaian perselisihan seperti

halnya dalam hukum positif. Namun dari semua bentuk penyelesaian

perselisihan pada hukum positif hampir sama, yakni dengan jalan pertama

yang digunakan adalah sulhu atau perdamaian yaitu suatu jenis akad untuk

mengakhiri perlawanan antara dua orang yang saling berlawanan, atau untuk

mengakhiri sengketa. Malalui cara ibra’ membebaskan debitor dari sebagian

kewajibannya atau dengan cara mufâdhah (penggantian dengan yang lain).

Jalan yang kedua melalui tahkîm atau arbitrase yaitu dengan suatu

penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh hakam yang dipilih atau ditunjuk

secara sukarela oleh dua orang yang bersengketa untuk mengakhiri, dan dua

.

Page 85: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

75

belah pihak akan menaati penyelesaian oleh hakam atau para hakam yang

mereka tunjuk itu.

Dan jalan yang ketiga digunakan dalam menyelesaikan perselisihan

adalah al-qadhâ’ (pengadilan) yaitu menetapkan hukum syara’ pada suatu

peristiwa atau sengketa untuk menyelesaikannya secara adil dan mengikat.

Lembaga peradilan semacam ini berwenang menyelesaikan perkara-perkara

tertentu yang mencakup perkara-perkara atau masalah keperdataan dan

masalah tindak pidana. Orang yang berwenang menyelesaikan perkara pada

pengadilan semacam ini dikenal qâdhi (hakim). Penyelesaian sengketa

melalui peradilan melawati beberapa proses, salah satu proses yang penting

adalah pembuktian.

Alat bukti menurut Islam yaitu:

1. Ikrâr (pengakuan para pihak mengenai ada tidaknya sesuatu);

2. Syahâdat (persaksian);

3. Yamîn (sumpah);

4. Watsâiq Rasmiyyah Tsâbitah (pegangan resmi yang ditetapkan

pemerintah).

Dua jalan penyelesaian yang pertama dapat dianalogikan seperti

penyelesaian perselisihan di luar pengadilan karena didasari musyawarah

untuk mufakat, sedangkan jalan yang ketiga merupakan jalan penyelesaian

perselisihan di dalam pengadilan yang berasaskan syariat Islam.

.

Page 86: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

76

Dari ketentuan di atas terdapat perbedaan antara penyelesaian

perselisihan antara perspektif hukum Positif dan hukum Islam di dalam pola

penyelesaian di dalam pengadilan yaitu fungsi alat bukti sumpah (yamîn)

dalam hukum Islam alat bukti sumpah adalah alat bukti yang berdiri sendiri

(mutlak) dan mengikat sebagai bukti terkait tanpa di sertai petunjuk linnya.

Sedangkan menurut hukum Positif sumpah adalah salah satu bentuk

pengakuan yang mengaskan adanya pengaduan atau gugatan saja, sehingga

sumpah tersebut harus disertai dengan petunjuk lainnya, seperti kartu nama

seseoarang, dan sebagainya. Dalam hukum Islam syarat-syarat saksi serta

jumlah mereka telah jelas untuk masing-masing perkara, sedangkan Hukum

Positif tidak ditentukan demikian.6

6Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan di Indonesia, (Jakarta : Kencana 2007 ), cet. ke-3.

h.90-91.

.

Page 87: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

77

.

Page 88: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian panjang diatas penulis

menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mekanisme terjadinya Perjanjian pemakaian tempat usaha didahului dengan

permohonan calon pemakai tempat usaha kepada Manager Area Pasar dan atau

Developer, kemudian permohonan tersebut disampaikan kepada Direktur Operasi

PD. Pasar Jaya. Sebelum dilaksanakan Perjanjian, calon pemakai tempat usaha

diberitahu ketentuan-ketentuan dalam perjanjian, setelah disepakati pihak kedua

dibuatlah draft perjanjian antara Direktur Operasi PD. Pasar Jaya dan Pihak

Pemakai sesuai dengan tanggal terjadinya perjanjian, yang didalamnya tercantum

identitas kedua belah pihak dan letak tempat usaha. Setelah diketahui itu semua,

maka Pihak Kedua harus tunduk pada aturan PD. Pasar Jaya dan pasal-pasal yang

tercantum dalam Perjanjian, selanjutnya kedua belah pihak menandatangani

Perjanjian tersebut sesuai dengan Surat Penunjukan Tempat yang diterbitkan PD.

Pasar Jaya dan Perjanjian yang dimaksud dicatatkan pada Register Notaris.

2. Dalam menyelesaikan permasalahan hapusnya perjanjian yang terjadi antara PD.

Pasar Jaya dengan pemakai tempat usaha. PD. Pasar Jaya mengacu pada

ketentuan Pasal 12 yang terdapat pada Perjanjian pemakaian tempat usaha itu

sendiri, yaitu dengan mengadakan musyawarah antara kedua belah pihak, bila

Page 89: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

78

tidak bisa menemukan titik temu maka ditempuh jalur hukum oleh salah satu

pihak melalui Pengadilan.

3. Bentuk penyelesaian perselisihan hukum Positif pada umumnya sama dengan

hukum Islam, yaitu dengan jalan musyawarah dan melalui jalur pengadilan.

Namun terdapat perbedaan dalam penyelesaian melalui jalur pengadilan yaitu

fungsi alat bukti yaitu fungsi alat bukti sumpah dan syarat-syarat dan jumlah

saksi dan (yamin).

B. Saran

Ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berkaitan dengan skripsi

yang penulis tulis ini:

1. Hendaknya Pemakai tempat usaha lebih memahami isi Perjanjian pemakaian

tempat usaha yang diterapkan PD. Pasar Jaya, agar pemakai tempat usaha

mengetahui secara jelas hak dan kewajibannya sebagai pemakai tempat usaha.

Pemahaman ini dapat disosialisasikan melalui penyuluhan di bidang hukum.

2. Dalam menyelesaikan suatu perselisiahan hendaknya kedua belah pihak

memaksimalkan penyelesaian melalui musyawarah karena penyelesaian tersebut

lebih mendekati keadilan yang sesungguhnya. Pemahaman ini dapat

disosialisasikan lewat penyuluhan di bidang hukum.

Page 90: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

79

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Al- Karim. Abbas, Syahrizal. Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syari’at. Hukum Adat, dan

Hukum Nasional Jakarta: Kencana Prenada Group, 2009. Ali, Zainuddin Ali. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Anwar, Syamsul. Hukum Perjanjian Syariah Studi tentang Teori Akad dalam Fikih

Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 1998, Cet. Ke-11.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993, Cet. Ke-2.

Darmajaya, Wayan. Manager PD. Pasar Jaya Area 15 Tebet, Wawancara Pribadi.

Jakarta, 27 Januari 2010. Darus Badrulzaman, Mariam. et.al. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2001. Dewi, Gemala. dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana 2007,

Cet.Ke-3. Hamid, A.T. Ketentuan Fiqih dan Ketentuan Hukum yang Kini Berlaku di Lapangan

Perikatan. Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1983. Harahap, M. Yahya. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni, 1986,

Cet. Ke-2. Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000. Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004, Cet. Ke-2. Husni, Lalu. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-4.

Page 91: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

80

HS., Salim. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika, 2003, Cet. Ke-4.

HS., Salim. Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW). Jakarta: Sinar Grafika, 2003,

Cet. Ke-2.

Lathif, Ah. Azharuddin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. Ke-1.

Lati, Yohana Damar. Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya, Wawancara

Pribadi. Jakarta, 29 Januari 2010. PD. Pasar Jaya, Administrator. “Tugas Pokok PD. Pasar Jaya” diakses 24 Januari

2010 dari http://www.pasar jaya.com. PD. Pasar Jaya, Administrator. “Sejarah PD. Pasar Jaya” diakses pada 24 Januari

2010 dari http://www.pasar jaya.com. PD. Pasar Jaya, Administrator. “Visi dan Misi PD. Pasar Jaya” diakses pada 24

Januari 2010 dari http://www.pasar jaya.com. PD. Pasar Jaya, Administrator. “Organisasi dan SDM PD. Pasar Jaya” diakses pada

24 Januari 2010 dari http://www.pasar jaya.com. Miru, Ahmadi. Hukum Kontrak dan Perencanaan Kontrak. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007. Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2001. Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian..

Jakarta : PT. Raja Garfindo Persada, 2004, Cet. Ke-2. Prodjodikoro, Wirdjono. Asas-asas Hukum Perjanjian. Bandung: Sumur Bandung,

1981.

Rusdiana, Kama dan Aripin, Jaenal. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: UIN Jakarta Press 2007.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Beirut: Daar al-Fikr, 2007, Jilid 3 Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah (terj. H. Kamaluddin A.M. ). Bandung: PT. Al-

Ma’arif, 1998, Jilid 12.

Page 92: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

81

Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta : PT. Intermasa, 2001, Cet. Ke-18. Subekti dan Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk

Wetboek). Jakarta: PT. Pradnya Paramita 2005, Cet. Ke-36. Syahrini, Riduan. Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata. Bandung : PT. Alumni,

2004. S. Hutagalung, Arie. Asas-Asas Hukum Agraria. Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1993. Tirtodiningrat, K.R.M.T. Ichtiar Hukum Perdata dan Dagang. Bandung: PT.

Pembangunan, 1960. Widjaja, Gunawan. Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) Dalam

Hukum Perdata. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Page 93: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

Wawancara Pribadi

1. Responden : Wayan Darmajaya, S.H., M.H. Jabatan : Manager PD. Pasar Jaya Area 15 Tebet (eks. Kepala Divisi

Hukum dan Keamanan Ketertiban PD. Pasar Jaya) Tempat : Ruang Kerja Manager PD. Pasar Jaya Area 15 Tebet

2. Responden : Yohana Damar Lati , S.H. Jabatan : Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya Tempat : Ruang Kerja Asisten Manager Divisi Hukum PD. Pasar Jaya

Hari/Tanggal : Rabu/27 Januari 2010 dan Jum’at/29 Januari 2010. 1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu, tentang Perjanjian pemakaian tempat usaha?

Jawab: ”Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha, yaitu Perjanjian antara PD. Pasar

Jaya dengan Pemakai Tempat Usaha yang di dalamnya diatur hak dan kewajiban

kedua belah pihak yang berkaitan dengan tempat usaha yang dipakai beriktu

penerapan sanksi apabila tidak dilaksanakan.

2. Kapan diterapakannya Perjanjian pemakaian tempat usaha di pasar-pasar PD.

Pasar Jaya dan apa landasan yuridis diterpkannya Perjanjian pemakaian tempat

usaha?

Jawab: “ Penerapan Perjanjian pemakaian tempat usaha di pasar-pasar PD. Pasar

Jaya sejak tahun 2001 dan itu hanya terjadi pada sebagian pasar PD. Pasar Jaya,

sebelumnya Pemakai tempat usaha hanya diberikan surat ijin pemakaian tempat

usaha (SIPTU) sebagai pegangan yuridis Pemakai tempat usaha. Namun hingga

saat ini belum semua area Pasar diterapkan Perjanjian ini. Penerapan Perjanjian

pemakaian tempat usaha berlandaskan hukum: KUH Perdata (Buku ketiga tentang

Perikatan), Perda Provinsi DKI Jakarta No.06 Tahun 1992 jo. Perda Provinsi DKI

Page 94: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

Jakarta No. 3 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Area Pasar dan Keputusan Direksi

No. 450 Tahun 2003.

3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu, tentang mekanisme terjadinya Perjanjian

Pemakaian Tempat Usaha?

Jawab: ”Mekanisme terjadinya Perjanjian pemakaian tempat usaha didahului

dengan permohonan calon pemakai tempat usaha kepada Manager Area Pasar dan

atau Developer untuk tempat usaha yang akan dibeli hak pemakaianya oleh

pemohon nantinya, kemudian Maneger Area menyampaikan permohonan tersebut

kepada Direktur Operasi PD. Pasar Jaya. Sebelum dilaksanakan Perjanjian calon

pemakai tempat usaha diberitahu akan ketentuan-ketentuan pasal perjanjian yang

di dalamnya terdapat hak dan kewajiban calon pemakai tempat usaha, setelah

disetuji pihak kedua dengan mengasaskan kebebasan berkontrak maka dibuatlah

draft perjanjian antara Direktur Operasi PD. Pasar Jaya sebagai pihak pertama dan

Pemakai Tempat Usaha sebagai pihak kedua sesuai dengan tanggal terjadinya

perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut dicantumkan idintitas kedua belah

pihak yang tercakup didalamnya nama dan tempat tinggal kedua belah pihak,

Jenis tempat usaha, Nomor tempat usaha, Luas tempat usaha dan Harga jual

tempat usaha dan Cara pembayaran. Setelah diketahui itu semua, maka Pihak

Kedua harus tunduk pada aturan PD. Pasar Jaya dan pasal-pasal yang tercantum

dalam Perjanjian, selanjutnya kedua belah pihak menandatangani Perjanjian

Pemakaian Tempat/Ruangan Usaha sesuai dengan Surat Penunjukan Tempat yang

diterbitkan PD. Pasar Jaya dan Perjanjian yang dimaksud dicatatkan pada

Register Notaris.

4. Menurut Bapak/Ibu hal apa saja yang menjadi hak bagi pemakai tempat usaha

setelah diterapkannya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha?

Page 95: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

Jawab: setelah diterapkannya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha, Pemakai

tempat usaha berhak atas ketentuan-ketentauan sebagai berikut:

a. Pemakai tempat usaha memiliki hak pemakaian tempat usaha selama 20 (dua

puluh) tahun dan dijamin tidak akan mendapat rintangan dari pihak siapapun

juga yang menyatakan turut mempunyai hak terlebih dahulu atas tempat usaha

yang dipakainya dan membebaskan Pemakai tempat usaha dari segala

tuntutan dari pihak lain mengenai hal-hal tersebut.

b. Pemakai tempat usaha boleh mengalihkan hak pemakaian tempat usahanya

kepada pihak lain.

c. Pemakai tempat usaha dapat menjaminkan apa yang ia miliki dari Sertifikat

Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) kepada Bank sebagai jaminan kredit.

d. Pemakai tempat usaha dapat menghibahkan, mewariskan dan atau

menyewakan hak pemakaian tempat usaha.

5. Perjanjian apa sajakah yang diatur oleh PD. Pasar Jaya berkaitan dengan

pemakaian tempat usaha dan apa letak perbedaan antara bentuk perjanjian

tersebut?

Jawab: ”Ada 2 (dua) bentuk Perjanjian yang diatur oleh PD. Pasar Jaya yaitu,

Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha dan Perjanjian Sewa Tempat Usaha.

Adapun letak perbedaannya adalah:

Page 96: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

1. Jangka waktu Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha selama-lamanya adalah 20

(dua puluh) tahun, sedangkan Perjanjian Sewa Tempat Usaha yaitu sengan

sistem sewa kontrak tahunan.

2. Sebagai bukti kepemilikan hak pemakaian atas tempat usaha, Pemakai tempat

usaha selain diberikan Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha (PPTU),

diterbitkan pula Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) dan Surat

Ijin Pemakaian Tempat Usaha (SIPTU), sedangkan Perjanjian Sewa Tempat

usaha hanya diberikan Perjanjian saja;

3. Akibat Perjanjian pemakaian tempat usaha hak pemakaian atas tempat usaha

tersebut dapat dialihkan, sedangkan Perjanjian sewa tempat usaha tidak dapat

dialihkan;

4. Sertifikat Hak Pemakaian Tempat Usaha (SHPTU) yang diterbitkan setelah

adanya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha dapat dijadikan jaminan kredit,

sedangkan perjanjian sewa tempat usaha tidak dapat dijadikan jaminan kredit,

karena tidak mendapat SHPTU.

6. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu sehubungan dengan kasus yang terjadi pada

tahun 2002 silam di Pasar Area Tanah Abang?

Jawab: “Kejadian yang terjadi pada tahun 2002 yang lalu merupakan peristiwa

kebakaran yang hebat yang mangkibatkan sebagian tempat usaha di area Tanah

Abang hangus terbakar dan harus dibongkar untuk diremajakan kembali. Sesuai

ketentuan KUH Perdata Pasal 1381 tentang hapusnya perikatan yaitu yang

menyebabkan hapusnya perikatan diantaranya adalah karena musnahnya barang

yang terutang (objek perjanjian), dari sini jelas bahwa pemakai tempat usaha yang

tempatnya terbakar maka hak pakai atas tempat usahanya hilang dan ini dikuatkan

dengan diktum keempat Keputusan Direksi No. 4.268 tanggal 29 Desember 1993

tentang batas waktu pemakaian tempat usaha yaitu “apabila pada suatu saat terjadi

musibah yang menimpa bangunan seperti bencana alam baik berupa tanah

Page 97: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

longsor/sambaran petir/gempa bumi dan atau kebakaran maupun huru hara yang

berakibat bangunan pasar tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya secara

total, maka hak pemakaian tempat usaha yang dimiliki pedagang pada bangunan

itu dinyatakan berakhir/batal demi hukum. Adapun pembongkaran yang

dilakukan oleh PD. Pasar Jaya untuk seluruh tempat usaha yang terbakar dan

terkena dampak kebakaran (tidak terbakar) ini dilakukan karena kondisi bangunan

yang sudah tidak memungkinkan untuk dipakai karena dikhawatirkan akan

membahayakan pemakai tempat usaha (pedagang) dan juga para pembeli, hal ini

terkait dengan Undang-undang tentang Bangunan No. 28 Tahun 2002. Dan kami

selaku pengelola tidak serta merta lepas dari tanggung jawab karena

memfasilitasi tempat penampungan sementara kepada seluruh pemakai tempat

usaha tersebut.

7. Apakah ketika kejadian kebakaran 2002 lalu tersebut sudah diterapakan

Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha?

Jawab: “Pada kejadian tersebut pasar area Tanah Abang belum menerapkan

Perjanjian pemakaian tempat usaha dan pemakai tempat usaha hanya diberikan

Surat Ijin Pemakian Tempat Usaha (SIPTU) sebagai pegangan yuridis Pemakai

tempat usaha. Namun disebagian pasar telah diterapkan Perjanjian tersebut.

8. Menurut Bapak/Ibu, hal apa saja yang menyebabkan hapusnya perjanjian

Pemakaian Tempat Usaha?

Jawab: “Hal yang menyebabkan hapusnya Perjanjian pemakaian tempat usaha ini

mengacu pada KUH Perdata Pasal 1381 tentang hapusnya perikatan-perikatan,

yaitu:

a. karena pembaruan hutang/novasi;

b. karena musnahnya barang yang terutang ;

Page 98: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum

c. karena kebatalan atau pembatalan;

d. karena berlakunya suatu syarat batal;

e. karena lewat waktu.

.

9. Menurut Bapak/Ibu, apakah dampak kebakaran merupakan hal yang

menyebabkan hapusnya Perjanjian pemakaian tempat usaha?

Jawab: “ Dampak kebakaran bukan merupakan hal yang menyebabkan hapusnya

Perjanjian, namun kami melihat apakah dampak tersebut mengakibatkan

kerusakan pada tempat usaha, bila terjadi hal tersebut maka kami akan

merenovasi kembali sesuai kebutuhan dan biaya renovasi ditanggung oleh para

Pemakai tempat usaha dan PD. Pasar Jaya dihitung secara proporsional.

10. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang penyelesaian PD. Pasar Jaya sengketa

yang terjadi akibat adanya Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha?

Jawab: “Untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi antara PD. Pasar Jaya dengan

pemakai tempat usaha sebagai akibat Perjanjian pemakaian tempat usaha, PD.

Pasar Jaya mengacu pada ketentuan Pasal 12 yang terdapat pada Perjanjian

pemakaian tempat usaha itu sendiri, yaitu dengan mengadakan musyawarah

antara kedua belah pihak, bila tidak bisa menemukan titik temu maka ditempuh

jalur hukum oleh salah satu pihak melalui pengadilan, sebelum proses

persidangan pengadilan, pengadilan menyelesaiakan dahulu sengketa tersebut

melalui proses mediasi, yang dimediatori pengadilan sendiri, bila tidak bisa

diselesaikan juga maka dilanjutkan ke proses persidangan .

Page 99: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum
Page 100: HAPUSNYA PERJANJIAN PEMAKAIAN TEMPAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19663/1/SAIPUL... · Perjanjian Pemakaian Tempat Usaha Menurut Hukum ... hubungan hukum