handout materi 4 electrocardiogram
TRANSCRIPT
HANDOUT MATERI 4
ELECTROCARDIOGRAM
Dalam kegiatan belajar sebelumnya kita telah mempelajari jantung sebagai
pompa dobel. Jantung mempunyai empat ruang, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5.21; dua ruang bagian atas, serambi kiri dan serambi kanan,
diselaraskan untuk berkontraksi secara serentak seperti dua ruang bagian bawah,
bilik kiri dan bilik kanan. Serambi kanan menerima darah vena dari tubuh dan
memompanya ke bilik kanan. Bilik kanan ini memompa darah melalui paru-
paru, tempat darah memperoleh oksigen. Kemudian darah mengalir ke dalam
serambi kiri. Kontraksi serambi kiri menggerakkan darah ke bilik kiri, yang
berkontraksi dan memompa darah ke peredaran umum; darah melewati kapiler-
kapiler ke dalam sistem vena dan kembali ke serambi kanan,
Kerja ritmik jantung dikendalikan oleh suatu sinyal listrik yang diawali oleh
rangsangan spontan sel-sel otot khusus yang berada dalam serambi kanan. Sel-
sel ini menyusun simpul SA (sinoatrial), atau pemacu gerak (pacemaker);
perhatikan Gambar 5.21. Simpul SA berdenyut pada interval teratur kira-kira 72
kali per menit; tetapi, laju denyut itu dapat dinaikkan atau atau diturunkan oleh
syaraf-syaraf eksternal jantung yang menanggapi tuntutan darah tubuh dan juga
rangsangan lain. Sinyal listrik dari simpul SA mengawali depolarisasi syaraf-
syaraf dan otot-otot kedua serambi, menyebabkan serambi berkontraksi dan
memompa darah ke dalam bilik. Repolarisasi serambi mengikutinya. Kemudian
sinyal-sinyal listrik itu lewat ke dalam simpul AV (atrioventricular), yang
mengawali depolarisasi bilik kanan dan bilik kiri, menyebabkannya
berkontraksi dan mendorong darah ke peredaran pulmoner dan peredaran
umum. Kemudian syaraf-syaraf dan otot-otot bilik mengalami repolarisasi dan
runtunan mulai lagi.
Gambar 5.21. Jantung manusia. Perhatikan simpul sinoatrium atau pemacu gerak, dan atrioventrikular, yang mengawali kontraksi
ventrikel (Cameron, 1978: 197).
Syaraf-syaraf dan otot-otot jantung dapat dipandang sebagai sumber listrik
yang terkurung dalam konduktor, torso. Jelaslah tidak praktis untuk melakukan
pengukuran listrik langsung pada jantung; informasi diagnostik diperoleh
dengan mengukur potensial-potensial listrik yang ditimbulkan oleh jantung di
berbagai tempat pada permukaan tubuh. Rekaman potensial jantung pada kulit
disebut electrocardiogram.
Hubungan antara kerja pemompaan jantung dan potensial-potensial listrik
pada kulit dapat dimengerti dengan memperhatikan rambatan suatu potensial
aksi dalam dinding jantung seperti pada Gambar 5.22. Aliran arus dalam torso
membawa penurunan potensial seperti ditunjukkan secara bagan pada resistor.
Distribusi potensial untuk seluruh jantung ketika bilik-bilik terpolarisasi
setengahnya ditunjukkan oleh garis-garis ekipotensial dalam Gambar 5.23.
Perhatikan bahwa potensial-potensial yang diukur pada permukaan tubuh
tergantung pada letak elektrode.
Gambar 5.22. Skema potensial aksi yang bergerak ke dinding jantung.
Beberapa arus ion ditunjukkan oleh lingkaran-lingkaran, melewati torso, ditunjukkan dengan resitor. Potensial pada dinding dada
disebabkan oleh aliran arus melalui hambatan torso (Cameron, 1978: 198).
Gambar 5.23. Distribusi potensial pada dada pada saat ventrikel-ventrikel terdepolarisasi setengahnya. Elektrode-elektrode yang
berada pada A, B, dan C akan menunjukkan potensial-potensial pada saat itu.
(Cameron, 1978: 199).
Bentuk garis-garis potensial yang ditunjukkan dalam Gambar 5.23 hampir
sama dengan garis-garis potensial yang diperoleh dari suatu dipol listrik. Perlu
diingat kembali bahwa dipol listrik dihasilkan bilamana muatan positif dan
muatan negatif terpisah satu sama lain dan dipol listrik itu dapat digambarkan
dengan vektor. Garis-garis ekipotensial pada saat-saat lain dalam siklus jantung
dapat juga digambarkan dengan dipol-dipol listrik; tetapi, dipol-dipol untuk
saat-saat yang berbeda dalam siklus itu akan berbeda ukuran dan arahnya.
Model dipol listrik jantung pertama kali dikemukakan oleh A.C. Walter pada
tahun 1889 dan telah dimodifikasi beberapa kali oleh para ahli lain.
Potensial listrik (jantung) yang kita ukur pada permukaan tubuh hanya
merupakan proyeksi sesaat dari vektor dipol listrik dalam arah tertentu. Karena
vektor itu berubah dengan waktu, potensial terproyeksi juga berubah dengan
waktu. Gambar 5.24 menunjukkan suatu dipol listrik bersama dengan tiga
bidang tubuh elektrokardiografik.
Gambar 5.24. Bidang-bidang elektrokardiografik dan suatu vektor dipol listrik. RA, LA, RL, dan LL menunjukkan tempat-tempat elektrode pada
lengan serta kaki kiri dan kanan (Cameron, 1978: 200).
Elektrode-elektrode permukaan untuk memperoleh ECG paling umum
diletakkan pada lengan kiri (LA), lengan kanan (RA), dan kaki kiri (LL),
meskipun letak elektrode-lektrode itu dapat bervariasi dalam situasi klinis yang
berbeda; kadang-kadang tangan atau posisi yang dekat dengan jantung
digunakan. Pengukuran potensial antara LA dan RA disebut Lead I, antara RA
dan LL disebut Lead II, antara LA dan LL disebut Lead III (gambar 5.25).
Konfigurasi ini dirintis oleh Willem Einthoven, ahli fisiologi Belanda, dan tiga
lead ini disebut standard limb leads. Tiga lead baku ini biasanya digunakan
semua dalam pemeriksaan klinis. Potensial antara dua lead memberikan
amplitudo relatif dan arah vektor dipol listrik dalam bidang depan (Gambar
5.26).
Gambar 5.25. Hubungan listrik untuk Lead I, Lead II, dan Lead III. Polaritas instrumen perekam ditunjukkkan untuk masing-masing Lead.
(Cameron, 1978: 201).
Gambar 5.26. Bagan dipol listrik jantung yang diproyeksikan pada bidang depan. Tiga elektrode (RA, LA, dan LL) dapat dibayangkan
sebagai titik-titik sudut segitiga, segitiga Eintoven. Potensial Lead I pada suatu saat sebanding dengan proyeksi vektor dipol pada garis RA-
LA; potensial pada Lead II dan potensial pada Lead III sebanding dengan proyeksi-proyeksinya
pada sisi-sisi lain segitiga itu (Cameron, 1978: 201).
Konfigurasi lead yang diperbesar, aVR, aVL, dan aVF, juga diperoleh dalam
bidang depan. Untuk lead aVR, satu sisi perekam dihubungkan dengan RA dan
sisi lain dihubungkan dengan pusat dua resistor yang dihubungkan dengan LL
dan LA (gambar 5.27). Dua lead diperbesar lainnya diperoleh dengan cara
serupa: untuk lead aVL, perekam dilekatkan pada elektrode LA dan resistor-
resistor dihubungkan ke RA dan LL; untuk lead aVF, perekam dilekatkan pada
elektrode LL dan resistor-resistor dihubungkan ke RA dan LA.
Gambar 5.27. Lead yang diperbesar diperoleh dengan menempatkan sepasang resistor antara dua elektrode. Pusat pasangan resistor itu
digunakan sebagai salah satu hubungan dan elektrode sisanya digunakan sebagai hubungan kedua. Dalam Gambar ditunjukkan
susunan lead aVR yang diperbesar (Cameron, 1978: 202).
Gambar 5.28. ECG yang khas dari posisi Lead II. P menggambarkan depolarisasi dan kontraksi serambi, QRS menunjukkan depolarisasi bilik, kontraksi bilik terjadi antara S dan T, dan T menggambarkan
repolarisasi bilik. (Cameron, 1978: 202).
Masing-masing pelacak ECG memetakan proyeksi vektor dipol listrik, atau
aktivitas listrik jantung, melalui setiap bagian siklusnya. Gambar 5.28
menunjukkan secara bagan keluaran Lead II dengan lambang-lambang baku
untuk bagian-bagian pola itu. Peristiwa-peristiwa listrik utama untuk siklus
jantung normal adalah (1) depolarisasi serambi yang menghasilkan gelombang
P, (2) repolarisasi serambi yang jarang kelihatan dan tidak diberi label, (3)
depolarisasi bilik yang menghasilkan kompleks QRS, (4) repolarisasi bilik yang
menghasilkan gelombang T, perhatikan Gambar 5.28.
Gambar 5.29 menunjukkan enam ECG bidang depan untuk orang normal.
Perhatikan bahwa dalam beberapa kasus bentuk gelombangnya adalah positif
dan dalam kasus lain bentuk gelombangnya adalah negatif; tanda bentuk
gelombang itu tergantung pada arah vektor dipol listrik dan polaritas serta posisi
elektrode instrumen pengukur.
Gambar 5.29. Enam ECG bidang depan untuk orang normal (Cameron, 1978: 203).
Dalam pemeriksaan klinis, enam ECG bidang melintang biasanya dibuat
selain enam ECG bidang depan tersebut. Untuk pengukuran-pengukuran bidang
melintang ujung negatif perekam ECG dilekatkan pada elektrode bebas pada
pusat tiga resistor yang dihubungkan ke RA, LL, dan LA dalam Gambar
5.30(a), dan elektrode lain digerakkan pada dinding dada ke enam posisi
berbeda yang ditunjukkan dalam Gambar 5.30. Gambar 5.31 menunjukkan ECG
bidang melintang yang khas.
ECG biasanya diinterpretasikan oleh ahli jantung, yang dapat dengan cepat
menentukan apakah pola-pola itu normal dan apakah aritmik. Namun demikian,
komputer dapat juga digunakan untuk menganalisis ECG. Di ruang ICU
(Intensive Care Unit) dan selama pembedahan bisanya ECG dipantau secara
terus-menerus dan ditunjukkan pada layar CRT osiloskop.
ECG menunjukkan gangguan-gangguan dalam aktivitas listrik jantung
normal. Sebagai contoh, ECG bisa memberi isyarat adanya keadaan taknormal
yang dikenal sebagai penyumbatan jantung. Jika sinyal simpul SA normal tidak
dihantarkan ke dalam bilik, maka pulsa dari AV akan mengendalikan detak-
jantung pada frekuensi 30 sampai 50 detakan/menit, yang jauh lebih rendah dari
keadaan normal (70 sampai 80 detakan menit). Penyumbatan jantung semacam
ini dapat membuat pasien semi-cacat, pemacu jantung yang dicangkokkan
memungkinkan pasien itu hidup seperti orang normal.
Gambar 5.30. Posisi-posisi ECG bidang melintang. (a) Pandangan depan.
(b) Pandangan atas. (Cameron, 1978: 203).
Gambar 5.31. Enam ECG bidang melintang untuk manusia normal. (Cameron, 1978: 204).
C. ELECTRONENCEPHALOGRAM
Jika elektrode-elektrode diletakkan pada kulit kepala dan aktivitas listriknya
diukur, maka akan diperoleh beberapa sinyal listrik kompleks yang lemah.
Sinyal-sinyal ini terutama disebabkan oleh aktivitas listrik neuron-neuron dalam
korteks otak. Sinyal-sinyal ini pertama kali diamati oleh Hans Berger 1929;
sejak itu banyak penelitian yang dilakukan tentang penerapan klinis, fisiologis,
psikologis dari sinyal-sinyal ini, tetapi pemahaman dasar masih kurang. Salah
satu hipotesis menyatakan bahwa potensial-potensial dihasilkan melalui proses
sinkronisasi putus-putus yang melibatkan neuron-neuron dalam korteks, dengan
kelompok-kelompok neuron berbeda menjadi tersinkroni-sasi pada saat-saat
yang berbeda. Menurut hipotesis ini sinyal-sinyal tersebut terdiri dari segmen-
segmen aktivitas listrik pendek berturutan dari kelompok-kelompok neuron
yang terletak pada berbagai tempat pada korteks.
Gambar 5.32. 10-20 sistem baku internasional tentang tempat EEG.
Elektrode-elektrode berhuruf ditempatkan pada interval-interval 10% dan 20% dari jarak antara titik-titik khusus pada tengkorak. Inion
adalah protuberans bertulang pada bagian belakang bawah tengkorak dan mastoid adalah protuberans di belakang telinga (Cameron, 1978:
205).
Rekaman sinyal-sinyal listrik dari otak disebut electroencephalogram (EEG).
Elektrode-elektrode untuk merekam sinyal-sinyal itu sering kali merupakan
cakram-cakaram kecil perak berklorida. Elektrode-elektrode itu dilekatkan di
kepala pada tempat-tempat yang tergantung pada bagian otak yang dipelajari.
Gambar 5.32 menunjukkan 10-20 sistem baku internasional tentang tempat
elektrode, dan Gambar 5.33 menunjukkan EEG yang khas untuk beberapa
pasang elektrode. Elektrode acuan biasanya dilekatkan pada telinga (A1 atau A2
dalam Gambar 5.32). Dalam pemeriksaan rutin, 8 sampai 16 saluran direkam
secara serentak. Karena aktivitas asimetris sering merupakan petunjuk penyakit
otak, sinyal-sinyal sisi kanan sering dibandingkan dengan sinyal-sinyal sisi kiri.
Gambar 5.33. EEG normal. Lihat Gambar 5.32 untuk tempat elektrode. Elektrode acuan dihubungkan dengan telinga (A1 atau A2).
(Cameron, 1978: 206).
Amplitudo sinyal EEG adalah rendah (kira-kira 50 μV), dan interferensi dari
sinyal-sinyal listrik eksternal sering menyebabkan masalah serius dalam
pemrosesan sinyal EEG. Meskipun derau (noise) eksternal dikendalikan,
potensial-potensial aktivitas otot seperti gerakan mata dapat menyebabkan
gangguan pada rekaman.
Frekuensi-frekuensi EEG tampaknya tergantung pada aktivitas mental
seseorang. Sebagai contoh, orang yang rileks biasanya mempunyai suatu sinyal
EEG yang terutama terdiri dari frekuensi-frekuensi dari 8 sampai 13 Hz, atau
gelombang alpha. Bilamana orang lebih siaga jangkauan frekuensi lebih tinggi,
jangkauan gelombang beta (di atas 13 Hz), mendominasi sinyal EEG. Beberapa
pita frekuensi adalah sebagai berikut.
Delta (δ), atau pelan
Theta (θ), atau
pertengahan pelan
Alpha(α)
Beta (β), atau cepat
0,5 sampai 3,5 Hz
4 sampai 7 Hz
8 sampai 13 Hz
lebih besar daripada 13 Hz
Gambar 5.34. Electroensephalogram untuk dua jenis epilepsi: (a) grand mal dan (b) petit mal. (Cameron, 1978: 207).
EEG digunakan sebagai alat bantu diagnosis penyakit yang melibatkan otak.
EEG paling bermanfaat dalam diagnosis epilepsi dan memungkinkan klasifikasi
serangan epileptik. EEG untuk serangan epileptik hebat dengan kehilangan
kesadaran, disebut serangan grand mal, menunjukkan tegangan tinggi yang
cepat melonjak dalam semua lead dari tengkorak. Perhatikan Gambar 5.34(a).
EEG untuk serangan kurang hebat, disebut serangan petit mal, menunjukkan
sampai 3 gelombang bulat per sekon yang diikuti atau didahului oleh lonjakan-
lonjakan cepat, seperti dalam Gambar 5.34(b).
EEG membantu dalam menegaskan tumor otak karena aktivitas listrik
berkurang dalam daerah tumor. Metode yang lebih kuantitatif untuk
menentukan letak tumor otak melibatkan sinar-x atau teknik kedokteran nuklir.
EEG digunakan sebagai monitor dalam pembedahan bilamana ECG tidak dapat
digunakan. EEG juga berguna dalam pembedahan untuk menunjukkan tingkat
pembiusan pasien. Selama pembedahan biasanya saluran tunggal dipantau.
Banyak penelitian tentang tidur melibatkan pengamatan pola-pola EEG
untuk berbagai tingkatan tidur, seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.35. Selama
orang menjadi mengantuk, secara khusus dengan matanya terpejam, frekuensi-
frekuensi 8 sampai 13 (gelombang alpha) mendominasi EEG. Amplitudo
bertambah dan frekuensi berkurang selama orang beralih dari tidur”ayam”
(permulaan tidur) sampai tidur nyenyak. Kadangkala EEG yang diambil selama
tidur menunjukkan suatu pola frekuensi tinggi yang disebut paradoxical sleep
atau rapid eye movement (REM) karena mata bergerak selama periode ini.
Paradoxical sleep rupanya berhubungan dengan mimpi.
Gambar 5.35. Electroensephalogram untuk dua tingkatan tidur: (a) tidur ”ayam” dan (b) tidur nyenyak (Cameron, 1978: 207).
Selain perekaman aktivitas spontan otak, kita dapat mengukur sinyal-sinyal
yang dihasilkan ketika otak menerima rangsangan luar seperti kilatan cahaya
atau pulsa bunyi. Sinyal-sinyal tipe ini disebur evoked response (tanggapan
terbangkit). Gambar 5.36(a) menunjukkan tiga EEG yang diambil selama
tingkatan permulaan tidur dengan rangkaian 10 pulsa bunyi (derau) yang
digunakan sebagai rangsangan eksternal. EEG itu menunjukkan tanggapan-
tanggapan terhadap beberapa pulsa pertama dan dua pulsa terakhir. Kekurangan
tanggapan di antaranya disebut habituation.
Karena evoked response adalah kecil, sering kali rangsangan diulangi
berkali-kali dan tangggapan EEG dirata-rata dalam komputer kecil. Sinyal-
sinyal acak seperti sinyal-sinyal EEG normal cenderung dirata-rata menjadi nol
dan evoked response menjadi jelas. Gambar 5.36(b) menunjukkan evoked
response dirata-rata untuk 64 rangsangan.
Gambar 5.36. Electroensephalogram untuk dua tingkatan tidur: (a) permulaan tidur dan (b) tidur nyenyak (Cameron, 1978: 208).
D. ELECTRORETINOGRAM DAN ELECTROOCULOGRAM
Rekaman perubahan potensial yang dihasilkan oleh mata ketika retina
terbuka terhadap sorotan cahaya disebut electroretinogram (ERG). Satu
elektrode ditempatkan dalam lensa kontak yang pas pada retina dan elektrode
lain dilekatkan pada telinga atau dahi untuk memperkirakan potensial pada
belakang mata. Perhatikan Gambar 5.37.
Sinyal ERG lebih rumit daripada sinyal akson syaraf karena sinyal ERG itu
merupakan jumlahan banyak pengaruh yang terjadi di dalam mata. Bentuk
umum ERG ditunjukkan dalam Gambar 5.38. Gelombang B adalah gelombang
yang paling menarik secara klinis karena gelombang itu berasal dari retina.
Gelombang B tidak ada dalam ERG pasien radang retina yang menghasilkan
perubahan pigmen, atau retinitis pigmentosa.
Gambar 5.37. Penempatan elektrode untuk memperoleh ERG.
Elektrode acuan berada pada telinga atau dahi (Cameron, 1978: 209).
Gambar 5.38. Skema ERG. Huruf-huruf mengindentifikasikan bagian-bagian ERG normal.
Electrooculogram (EOG) adalah rekaman perubahan potensial yang
disebabkan oleh gerakan mata. Untuk pengukuran ini, sepasang elektrode
dilektkan pada dekat mata, seperti dalam Gambar 5.39(a). Potensial EOG
didefinisikan nol dengan mata dalam posisi yang ditunjukkan dalam Gambar
5.39(a) ditetapkan pada bintik acuan yang diberi albel 0o. Gambar 5.39(b)
menunjukkan perubahan potensial EOG selama gerakan horisontal bolamata.
Electrooculogram memberikan informasi tentang orientasi mata, kecepatan
sudutnya, dan percepatan sudutnya. Beberapa kajian telah dilakukan untuk
menentukan pengaruh obat bius terhadap gerakan mata dan gerakan mata yang
terlibat selama tidur.
Gambar 5.39. Untuk memperoleh EOG suatu elektrode ditempelkan pada setiap sisi mata. (a) Sudut pengelihatan ditunjukkan. (b)
Perubahan potensial digambarkan sebagai fungsi sudut pengelihatan. (Cameron, 1978: 211).