hama penggerek pucuk tebu

11
Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Imago S.nivella Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi produsen gula sekaligus eksportir gula, berubah menjadi importer gula terbesar. Mempertahankan prestasi memang lebih sulit daripada mencapai prestasi, ya itulah kenyataannya sekarang, rata-rata impor setiap tahun mencapai 1,5 juta ton atau setara dengan 1 trilyun. Kebutuhan pengadaan gula ke depan akan semakin berat mengingat banyaknya lahan sawah subur yang dikonversi untuk kepentingan non pertanian dan jumlah penduduk yang semakin bertambah. Di lain pihak laju pertambahan produktivitas tanaman tebu semakin menurun yang disebabkan iklim yang kurang mendukung, dan serangan berbagai hama dan penyakit. Luas areal tanaman tebu di Indonesia pada tahun 2012 mencapai 461.082 ha dengan produksi gula nasional sebesar 2,7 juta ha. Bila dibandingkan tahun lalu, produksi gula nasional pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 30%. Peningkatan sebesar 30% ini masih belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi gula nasional. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memaksimalkan produktivitas tebu. permasalahan yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu yang ditanam di lahan sawah sekitar 95 ton/ha dan di lahan tegalan sekitar 75

Upload: trey-truesdale

Post on 19-Jan-2016

47 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

hama

TRANSCRIPT

Page 1: Hama Penggerek Pucuk Tebu

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Imago S.nivella

Produksi gula nasional Indonesia

mengalami kemerosotan sangat tajam

dalam tiga dasawarsa terakhir.

Kemerosotan ini menjadikan Indonesia

yang pernah menjadi produsen gula

sekaligus eksportir gula, berubah menjadi

importer gula terbesar. Mempertahankan

prestasi memang lebih sulit daripada mencapai prestasi, ya itulah kenyataannya

sekarang, rata-rata impor setiap tahun mencapai 1,5 juta ton atau setara dengan 1

trilyun. Kebutuhan pengadaan gula ke depan akan semakin berat mengingat

banyaknya lahan sawah subur yang dikonversi untuk kepentingan non pertanian dan

jumlah penduduk yang semakin bertambah. Di lain pihak laju pertambahan

produktivitas tanaman tebu semakin menurun yang disebabkan iklim yang kurang

mendukung, dan serangan berbagai hama dan penyakit.

Luas areal tanaman tebu di Indonesia pada tahun 2012 mencapai

461.082 ha dengan produksi gula nasional sebesar 2,7 juta ha. Bila

dibandingkan tahun lalu, produksi gula nasional pada tahun 2012 mengalami

peningkatan sebesar 30%. Peningkatan sebesar 30% ini masih belum mampu

mencukupi kebutuhan konsumsi gula nasional. Oleh karena itu diperlukan

upaya untuk memaksimalkan produktivitas tebu. permasalahan yang

hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya produktivitas tebu dan rendahnya

rendemen gula. Rata-rata produktivitas tebu yang ditanam di lahan

sawah sekitar 95 ton/ha dan di lahan tegalan sekitar 75 ton/ha dengan

rendemen gula sekitar 7,3 – 7,5%, sementara potensi produktivitas adalah di

atas 100 ton/ha untuk pertanaman tebu di lahan sawah dan sekitar 90 ton/ha

untuk pertanaman tebu di lahan tegalan dengan rendemen gula di atas 10%

(Indrawanto et al.,

2010). Salah satu penyebab turunnya produktivitas tebu adalah adanya

serangan hama, dimana hama penggerek pucuk tebu Scirpophaga vinella F

merupakan salah satu hama penting dan hampir selalu ditemukan di

perkebunan tebu.

Page 2: Hama Penggerek Pucuk Tebu

Kerugian gula yang disebabkan oleh hama tebu di Indonesia ditaksir sebesar

15%. Lebih dari 100 jenis binatang yang mengganggu dan merusak tanaman tebu di

lapangan. Namun hanya beberapa diantaranya yang sering merusak seperti

penggerek batang, penggerek pucuk, dan tikus, meskipun demikian jenis-jenis lain

tetap memiliki potensi untuk hama.

Penggerek Pucuk Tebu, Hama Apakah Itu??

Hama penggerek pucuk tebu menurut Kalshoven, 1981 diklasifikasikan Phyllum

Arthropoda, Kelas Insecta, Bangsa Lepidoptera, Suku Pyralidea, Marga Scirpophaga,

Jenis Scirpophaga novella. Scirpophaga nivella Fabricus meletakkan telurnya pada

bagian bawah permukaan daun secara berkelompok, dan tersusun seperti sisik ikan

yang tertutup selaput berwarna coklat kekuningan. Jumlah telur mencapai 6-30 butir.

Setelah 8-9 hari telur menetas.

Ulat yang keluar dari telur menuju daun yang masih muda dengan cara

menggantung pada benang-benang halus yang dikeluarkan dari mulutnya. Larva akan

menggerek daun dan menuju ibu tulang daun, larva menggerek menuju titik tumbuh

batang dan menembus batang. Setiap batang berisi satu ekor penggerek (Kalshoven

1981). Ulat tersebut pada umur muda berwarna kelabu, kemudian berubah berwarna

kuning kecoklatan dan pada saat mendekati stadium pupa berwarna kuning putih.

Stadium pupa calon betina 8-10 hari dan calon jantan 10-12 hari. Kupu-kupu

betina sudah dapat bertelur sehari setelah keluar dari kepompong kupu-kupu

mempunyai warna sayap dan punggung putih dengan jambul berwarna merah. Siklus

hidup penggerek betina 48-58 hari dan jantan 50-56 hari (Handjojo, 1976).

Gejala Serangan

Gejala serangan pada helai daun terdapat lubang melintang dan ibu tulang

daun terlihat bekas gerekan berwarna coklat. Daun yang terserang akan menggulung

dan kering yang disebut mati puser. Apabila batang dibelah maka akan kelihatan

lorong gerekan dari titik tumbuh ke bawah kemudian mendekati permukaan batang dan

sering menembus batang. Oleh karena itu serangan penggerek pucuk dapat

menyebabkan kematian. Pada ruas batang yang muda yaitu di bawah titik tumbuh

terdapat lubang keluar ngengat (Djasmin, 1984).

Page 3: Hama Penggerek Pucuk Tebu

Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Hama Penggerek Pucuk

1. Teknik bercocok tanam

Waktu tanam yang tidak serentak merupakan kondisi yang baik bagi perkembangan

populasi hama penggerek pucuk tebu. Tebu yang ditanam lebih awal bisa menjadi

sumber investasi hama penggerek pucuk bagi tanaman tebu yang ditanam berikutnya.

Tebu yang ditanam awal merupakan inang (host) bagi penggerek pucuk dalam

memenuhi kebutuhan makan, tempat tinggal dan berkembang biak. Akibatnya akan

diperoleh sumber serangan yang besar dan sangat berpotensi untuk merusak tebu

yang ditanam berikutnya.

2. Tanaman inang

Sifat morfologi dan anatomi tebu mempunyai korelasi dengan serangan

penggerek pucuk (Anonymous, 1995). Tebu dengan tulang daun yang keras atau

tulang daun dengan banyak lekukan pada epidermis bagian bawah lebih tahan

terhadap serangan hama penggerek pucuk. Kekerasan pupus dapat mengurangi

serangan hama penggerek pucuk. Kemampuan menyerang penggerek pucuk juga

dipengaruhi oleh umur tanaman. Penggerek pucuk umumnya menyerang tanaman

muda berumur lebih kurang 2 bulan.

3. Faktor lingkungan

Tingkat serangan penggerek pucuk pada tanaman tebu di lapang lebih banyak

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan daripada jenis tebu. Semakin tinggi

curah hujan serangan penggerek pucuk cenderung meningkat ( Wiriatmojo, 1978).

Curah hujan yang tinggi meningkatkan kelembapan tanah dan merupakan tempat yang

sangat baik untuk pengembangannya.

4. Faktor musuh alami

Keberadaan musuh alami di lapang juga mempengarungi populasi hama,

musuh alami yang dapat mengendalikan hama penggerek pucuk adalah parasit

Trichogramma. Kerugian akibat serangan penggerek pucuk yang terjadi pada 1 s/d 5

bulan sebelum tebang menyebabkan rendemen gula berkurang 15-77% ( Anonymous,

1989).

Pengendalian Hama Penggerek Pucuk Tebu

Dengan kondisi luas serangan yang merata di seluruh Indonesia, maka strategi

pengelolaan hama penggerek pucuk tebu yang paling tepat adalah dengan

Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknik Pengendalian Hama Terpadu yang dapat

diterapkan diantaranya:

Page 4: Hama Penggerek Pucuk Tebu

Pengendalian mekanis

Pengendalian mekanis dapat langsung dilakukan pada saat melakukan pengamatan di

kebun yaitu dengan memungut atau mengambil telur atau kelompok telur, larva atau

ulat atau pupa atau serangga dewasa pada bagian tanaman yang terserang secara

langsung dan membunuhnya.

Pengendalian Kultur Teknis atau Budidaya

1) Pengendalian dengan cara kultur teknis atau budidaya dapat dilakukan dengan

cara Penggunaan bibit unggul,

2) Penggunaan pupuk berimbang yang sesuai dengan jenis, dosis, waktu dan

cara pemakaian yang dianjurkan

3) Pengaturan pola tanam

4) Penanaman serentak

5) Pengaturan jarak tanam

6) Pergiliran tanaman

Pengendalian Hayati atau Biologis

a. Konservasi musuh alami

Konservasi musuh alami merupakan cara yang paling murah dan mudah

dilakukan oleh petani baik sendiri atau berkelompok. Konservasi musuh alami

merupakan usaha kita untuk membuat lingkungan kebun disenangi dan cocok

untuk kehidupan musuh alami terutama kelompok predator dan parasitoid.

b. Pelepasan musuh alami

Pelepasan musuh alami dilakukan dengan mencari atau mengumpulkan musuh

alami dari tempat lain, kemudian langsung dilepas di kebun yang dituju. Musuh

alami hama penggerek pucuk berupa parasit telur dan parasit larva. Parasit

telur misalnya Trichogramma japonicum. Dalam 1 (satu) periode dilakukan 8

(delapan) kali aplikasi dan dilakukan tiap minggu sejak tanaman usia 1,5 bulan.

Tiap aplikasi dibutuhkan 50 pias/ha. Parasit Trichogramma japonicum dapat

diperoleh di Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

(BBPPTP) surabaya yang beralamat di Jalan raya Mojoagung, No. 52

Mojoagung Jombang Jawa Timur.

Page 5: Hama Penggerek Pucuk Tebu

Pengendalian Kimiawi

Aplikasi insektisida kimia hanya dilakukan jika persentase serangan hama

penggerek pucuk dengan kategori serangan berat sudah mencapai 40 %. Jenis

insektisida yang dianjurkan adalah golongan karbamat, antara lain Karbofuran

Furadan 3GR, Petrofur 3GR, Furio 3GR konsentrasi yang digunakan sesuai

rekomendasi 10kg/Ha.

Dengan melakukan kegiatan perlindungan yang dimulai sejak pengenalan hama,

pengamatan agro-ekosistem secara teratur, analisis hasil pengamatan agroekositem,

pengambilan keputusan, tindakan berbagai teknik pengendalian yang dilakukan secara

terpadu dan kompatibel, dan evaluasi dari setiap tahap kegiatan perlindungan tanaman

maka produksi dan kualitas gula akan meningkat dan Insya Allah Indonesia akan

menjadi kiblatnya GULA dunia.

Page 6: Hama Penggerek Pucuk Tebu

Daftar Pustaka

Anonymous, 1989. Hama dan Penyakit Tanaman Tebu ( Saccharum officinarum). PT.

Bale. Bandung.

Anonymous, 1992. Budidaya Tanaman Tebu di Lahan Sawah. Penebar swadaya.

Jakarta

Anonymous, 1995. Petunjuk Pelaksanaan Budidaya Tebu. PT Perkebunan X PG

Poerwodadi. Madiun.

Djasmin. 1984. Hama-hama Tebu Rakyat. PTP.XXI-XXII Persero. Surabaya.

Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2008. Statistik Perkebunan Indonesia.

Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.

Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2009. Statistik Perkebunan Indonesia.

Jakarta. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan.

Kalshoven, L.G.E. 1991. Pest of Crops In Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Wirioatmojo. 1987. The control of Sugarcane Topborer Tryporyza innotata, F. P3GI.

Pasuruan.

Oleh:

Bayu Aji Nugroho, SP

POPT Muda

BBPPTP Surabaya

Page 7: Hama Penggerek Pucuk Tebu