makalah pengayaan jurnal pengendalian hama …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama...

32
MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO DENGAN PESTISIDA NABATI, AGENS HAYATI (Beauvaria basssiana), DAN FEROMON SEKS OLEH: BABY IVORY CH SIREGAR (01.4.3.16.0382) JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) MEDAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2019

Upload: others

Post on 07-Dec-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

MAKALAH PENGAYAAN JURNAL

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO

DENGAN PESTISIDA NABATI, AGENS HAYATI (Beauvaria

basssiana), DAN FEROMON SEKS

OLEH:

BABY IVORY CH SIREGAR

(01.4.3.16.0382)

JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) MEDAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2019

Page 2: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt atas limpahan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao Dengan Pestisida Nabati, Agens Hayati

(Beauvaria Basssiana), Dan Feromon Seks. Makalah ini berisi pengendalian hama

penggerek buah kakao tanpa menggunakan pestisida sintetik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak DR. Iman Arman,SP, MM

selaku dosen pengampu dan ibu Yenny Laura Butarbutar, SP, MP selaku asisten

dosen mata kuliah Teknologi Informasi Penyuluhan Pertanian yang telah banyak

memberikan ilmu, keterampilan, dan wawasan selama proses pembelajaran.

Penulis pun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih

terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penulis

buat di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran

yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca. Penulis

mohon maaf jika terdapat kata – kata yang kurang berkenan.

Medan, Maret 2019

Penulis

Page 3: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL..................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 2

C. Manfaat ........................................................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Penggerek Buah Kakao ..................................................................... 4

B. Pestisida Nabati ............................................................................................ 5

C. Agen Hayati (Beauvaria basssiana) ............................................................ 6

D. Feromon Seks............................................................................................... 9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao dengan Pestisida Nabati ....... 11

B. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao dengan Beauvaria bassiana .... 14

C. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao dengan Feromon Seks .................... 20

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................................... 24

B. Saran ............................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

iii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Rata-rata persentase buah yang terserang hama PBK ( % ) .......................... 11

2. Rata-rata intensitas kerusakan pada biji kakao (%) ...................................... 13

3. Rata-rata intensitas kerusakan pada biji kakao (%) ...................................... 17

4. Pengaruh konsentrasi B.bassiana terhadap presentase penurunanan buah

terserang penggerek buah kakao pada berbagai interval waktu aplikasi ...... 18

5. Pengaruh konsentrasi B.bassiana terhadap presentase penurunan intensitas

serangan penggerek buah kakao pada berbagai interval waktu aplikasi ....... 19

6. Pengaruh konsentrasi B.bassiana terhadap selisih presentase penurunan berat

biji buah kakao pada berbagai interval waktu aplikasi ................................. 20

7. Pengamatan tangkapan serangga PBK .......................................................... 21

8. Kategori serangan kerusakan buah panen pertama ....................................... 22

9. Kategori serangan kerusakan buah panen kedua........................................... 23

Page 5: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kakao (Theobromma cacao L.) merupakan salah satu tanaman komoditas

perkebunan yang peranannya cukup penting bagi Indonesia. Kakao berasal dari

daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di Indonesia, kakao merupakan salah

satu komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan

devisa Indonesia. Indonesia sendiri merupakan produsen utama kakao dunia. Lahan

kakao tersebar di berbagai wilayah. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2015),

data statistik perkebunan Indonesia komoditas kakao tahun 2014 menunjukan jumlah

luas areal kakao sebesar 1.722.437 Ha dengan jumlah produksi kakao sebesar

728.414 ton.

Produksi kakao di Indonesia diharapkan terus meningkat. Namun, dalam

budidayanya banyak faktor yang dapat menghambat produksi kakao salah satunya

ialah permasalahan serangan organisme pengganggu tanaman. Permasalahan utama

pada tanaman kakao salah satunya ialah hama penggerek buah kakao

(Conopomorpha cramerella). C.cramerella merupakan salah satu penyebab utama

penurunan produksi dan mutu biji kakao Indonesia, bahkan di seluruh negara

penghasil kakao. Kerusakan yang ditimbulkannya buah menjadi tidak berkembang,

berubah warna menjadi kuning kecoklatan, dan akhirnya biji saling melekat di

dalamnya mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil. Serangan hama tersebut

mengakibatkan penurunan produktivitas biji kakao karena mutu biji kakao kurang

baik mencapai 90%, sekitar 60.000 ton per tahun (Anshary, 2009).

PBK ini sangat sulit dikendalikan karena larva masuk kedalam buah kakao buah

kakao dan merusak plasenta dalam buah sehingga biji kakao menjadi hampa dan

mengeras. Menurut Posada et al (2010) hama PBK C.cramerella Selain menyerang

tanaman kakao, juga menyerang tanaman rambutan (Nephelium lappaceum), pulasan

(Nephelium mutabile), kasai (Potemia pinnata),cola(Cola nitida, C. acuminate), dan

namnam (Cynometracauliflora). Upaya penanggulangan akibat serangan serangga C.

cramerella telah banyak dilakukan, seperti penggunaan pestisida (Saenong 2007).

Page 6: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

2

Perkebunan di Indonesia telah berupaya melakukan tindakan pengendalian

penggerek buah kakao. Tindakan yang telah dilakukan oleh perkebunan ialah

menggunakan insektisida sintetik sebagai upaya pengendalian hama penggerek buah

kakao. Namun, penggunaan insektisida sintetik secara terus-menerus dalam jangka

waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada lahan dan terjadinya resistensi

hama. Hama yang telah resisten terhadap insektisida sintetik akan lebih tahan

terhadap petisida sehingga menyebabkan terjadinya peledakan populasi hama.

Pemerintah pun telah memberikan peraturan untuk meminimalkan penggunaan

insektisida sintetik sintesis di masyarakat melalui Peraturan Menteri Pertanian No.

24/Pemertan/SR. 140/4/2011 pada tanggal 8 april 2011 tentang larangan penggunaan

42 jenis pestisida jenis bahan aktif pestisida sintesis termasuk dieldrin, endosulfan,

dan klordan (Ditjen Prasarana dan Sarana Pertaian, 2012).

Penggunaan pestisida organik sintetik tersebut telah terbukti menimbulkan

berbagai dampak negatif seperti : resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami

(agen pengendali hayati) dan pencemaran lingkungan. Adanya residu pestisida pada

produk pertanian termasuk biji kakao akan menyebabkan keracunan pada manusia

dan hewan piaraan dan terjadinya bahaya lain dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

antara lain yang mendorong para ahli untuk kembali kepada pemanfaatan pestisida

nabati (Saxena, 1982).

Pengendalian penggerek buah kakao juga dapat menggunakan agens hayati. Agens

hayati tersebut telah banyak dilaporkan efektif mengendalikan serangga hama pada

beberapa tingkat perkembangan serangga mulai dari telur, larva, pupa, hingga imago

(Trizelia dkk., 2007). Selain itu, pemanfaatan agens hayati tidak memberikan dampak

buruk bagi lingkungan dan tidak menyebabkan resistensi terhadap serangga hama.

Namun, pemberian agens hayati tersebut harus tepat dosis dan tepat waktu agar di

dapat hasil yang baik untuk pengendalian hama penggerek buah kakao. Agens hayati

telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengatasi permasalahan gangguan

tanaman akibat serangan organisme pengganggu tanaman. Hal tersebut berkaitan

dengan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan dan dampak negatif

penggunaan bahan aktif berbahaya di lingkungan. Tindakan pengendalian organisme

Page 7: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

2

pengganggu tanaman secara hayati berkembang dengan adanya faktor pendorong

akibat semakin tingginya harga insektisida sintetik. Adanya kesadaran masyarakat

tersebut saat ini telah banyak dimanfaatkan sebagai tindakan pengendalian yang

efektif dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Agen hayati yang banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat ialah Beauveria bassiana (Bals.) (Sukamto dkk,

2006).

Salah satu pengendalian hama PBK yang lain yaitu pengendalian dengan

feromon seks yang aman terhadap lingkungan. Menurut Witjaksono (2007) Feromon

seks yang pernah digunakan dan berhasil diidentifikasi sebagai (E.Z.Z)-4,6,10

hexadecatrienylacetale dan E.Z.Z. isomemya beserta alkohol dan hexadecyl alcohol.

Teknologi pengendalian PBK dengan feromon seks merupakan pengendalian dengan

pendekatan ramah lingkungan dan mudah dilakukan petani, sehingga penggunaan

insektisida yang berlebihan ditingkat petani dapat dihindari. Teknologi ini terdiri dari

komponen rumah perangkap, lem perangkap dan feromon seks. Teknologi ini

termasuk komponen pengendalian yang sederhana, efektif serta dapat dipadukan

dengan komponen pengendalian PBK lainnya.

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah pengayaan jurnal ini adalah:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Informasi Pertanian.

2. Untuk mengetahui teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao.

3. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dengan pemberian pestisida nabati, agens

hayati, dan feromon seks terhadap intensitas serangan oleh hama penggerek buah

kakao

4. Untuk mengetahui teknologi yang paling baik antara penggunaan pestisida

nabati, agens hayati, dan feromon seks dalam pengendalian hama penggerek

buah kakao.

Page 8: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

3

C. Manfaat

Manfaat dibuatnya makalah pengayaan jurnal ini adalah:

1. Agar mengetahui teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao.

2. Agar mengetahui pengaruh perlakuan dengan pemberian pestisida nabati, agens

hayati, dan feromon seks terhadap intensitas serangan oleh hama penggerek buah

kakao

3. Agar mengetahui teknologi yang paling baik antara penggunaan instektisida

nabati, agens hayati, dan feromon seks dalam pengendalian hama penggerek

buah kakao.

Page 9: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Penggerek Buah Kakao

Komoditas perkebunan yang menjadi agroindustri salah satunya ialah kakao.

Kakao memiliki nilai ekonomi karena bijinya yang diolah menjadi coklat. Biji kakao

inilah yang diperdagangkan baik lintas negara maupun dalam negeri. Permintaan biji

kakao dalam negeri maupun ekspor semakin meningkat. Peningkatan permintaan

konsumen ini diimbangi dengan pengembangan budidaya kakao di Indonesia.

Pengembangan dilakukan untuk terus memperbaiki kondisi pertanaman kakao.

Kondisi tersebut mencakup kegiatan budidaya kakao mulai dari hulu hingga hilir. Biji

kakao berkualitas baik diekspor ke berbagai negara misalnya Brazil, Perancis,

Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat (Departemen Perindustrian, 2007).

Kualitas ekspor biji kakao dipengaruhi oleh cara pengolahan kakao pasca

panen maupun budidaya kakao di lahan. Budidaya kakao di lahan, kegiatan yang

perlu diperhatikan sebagai pendukung keberhasilan produksi biji ialah kegiatan

pengendalian tanaman dari serangan OPT. Kegiatan tersebut dilakukan untuk

melindungi tanaman kakao dari serangan OPT. Serangan OPT yang sering

menggangu dan dapat menurunkan hasil produksi kakao ialah hama C.cramerella

atau yang sering disebut dengan penggerek buah kakao (PBK ). Hama tersebut

menurunkan produksi kakao hingga 90%. Hal tersebut mengakibatkan kerugian atau

kehilangan hasil produksi kakao 60.000 ton per tahun (Anshary, 2009).

Serangan hama C.cramerella sangat merugikan produksi biji kakao karena

serangan hama tersebut menggerek buah kakao hingga menuju biji. akibatnya pulp,

plasenta, maupun saluran makanan yang menuju biji tidak dapat berfungsi dengan

baik. Terutama kerusakan pada plasenta mengakibatkan kerusakan seluruh biji pada

kolven sehingga tidak dapat berkembang. Sedangkan kerusakan pada pulp

menyebabkan biji kakao saling melekat satu sama lain dan melekat pada dinding

dalam buah kakao (Depparaba,2002).

Page 10: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

5

Hama C.cramerella disebut sebagai serangga endemik, karena selalu berhasil

beradatasi pada kakao kemudian menyebar dan tetap hidup di sekitar wilayah

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa serangga C.cramerella ada di berbagai daerah.

Setelah penggerek mampu beradaptasi, penggerek berkembang biak. Siklus hidup

C.cramerella terdiri dari stadium telur, larva, pupa, dan imago dengan perkiraan

siklus telur3-7 hari, larva 15-18 hari, pupa 6-8 hari, dan imago (ngengat) 3-7 hari.

Telur berbentuk oval dn berwarna kuning oranye pada saat baru diletakkan. Panjang

telur 0,45-0,50mm dan lebar 0,25-0,30 mm. Larva yang baru saja keluar dari telur

berwarna putih transparan dengan panjang 1 mm hingga 12 mm berwarna hijau

muda. Pupa berwarna kecoklatan dengan panjang 7-8 mm lebar 1 mm. Serangga

dewasa (ngengat) memiiki panjang tubuh 7 mm dan lebar 2 mm. Rentang sayap

depan 12 mm. Warna dasar ngengat kecoklatan dengan warna pola zig-zag berwarna

putih sepanjang sayap depan dan spot oranye pada ujung sayap. Staidum serangga

C.cramerella ynag menyebabkan kerusakan berat ialah stadium larva atau ulat. Larva

tersebut masuk ke dalam buah kakao. Apabila buah dibelah, telihat alur bekas

gerekan larva. (Siswanto dan Karmawati, 2012).

B. Pestisida Nabati

Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari

tumbuhan karena terbuat dari bahan-bahan alami, maka jenis pestisida ini mudah

terurai di alam sehingga residunya mudah hilang sehingga relatif aman bagi manusia.

Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisidan antara lain mimba,

tembakau, mindi, srikaya, mahoni, sirsak, tuba, dan juga berbagai jenis gulma seperti

babadotan (Samsudin, 2008 dalam Sinaga R,2009)

Pestisida nabati bersifat non persisten di alam sehingga diharapkan

pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan menggunakan pestisida

nabati dapat dipadukan dengan teknik pengendalian lainnya yang relatif aman

terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan (Chin, 1989).

Saat ini telah diketahui lebih kurang 2.400 jenis tumbuhan di dunia yang

mengandung bahan pestisida dan 100 jenis lainnya mempunyai potensi untuk

dikembangkan sebagai pestisida nabati (Secoy and Smith. 1983). Sebagai negara

Page 11: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

6

yang terletak di daerah tropika, Indonesia mempunyai sumber daya hayati yang

melimpah termasuk di dalamnya jenis-jenis tumbuhan yang mengandung bahan aktif

pestisida nabati (Heyne, 1987).

Hasil penelitian survei menunjukkan bahwa terdapat sumberdaya hayati

berupa jenis tumbuhan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pestisida

nabati di tingkat petani, sebagai contoh umbi gadung (Dioscorea hispida), Brotowali

(Tinospora crispa), jeringau (Acorus calamus), Rumput kapal (Eupatorium

odoratum), daun srikaya (Annona muricata) (Sulistywati et al., 1997).

Kelebihan dan kekurangan pestisida nabati adalah sebagai berikut:

a) Kelebihan

1. Degradasi yang cepat oleh sinar matahari.

2. Pengaruh terhadap hama cepat, dengan menghentikan nafsu makan

serangga.

3. Toksisitas umumnya rendah terhadap hewan dan relatif aman bagi manusia

dan lingkungan.

4. Memiliki spektrum pengendalian yang luas dan bersifat selektif.

b) Kekurangan :

1. Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya lebih

sering

2. Daya racunnya rendah, tidak langsung mematikan

3. Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan

bahan baku

4. Kurang praktis Tidak tahan disimpan (Gapoktan, 2009).

C. Agens Hayati (Beauvaria basssiana)

Keefektifan B.bassiana sudah banyak dilaporkan. Cendawan tersebut dikenal

sebagai jamur entomopatogen, dan bertugas sebagai agens hayati dalam

mengendalikan serangga hama. B.bassiana ini juga dapat digunakan untuk

mengendalikan berbagai tingkat perkembangan serangga hama mulai dari telur, larva,

pupa, dan imago. Kontak antara konidium dapat terjadi pada kulit telur dengan bagian

ventral tubuh larva, kaki, dan alat mulut sewaktu larva keluar dari telur. Keberhasilan

Page 12: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

7

proses tersebut juga dipengaruhi oleh kemampuan konidium dari masing-

masing isolat yang di dapat (Trizelia dkk., 2007). B.bassiana melakukan kontak

dengan serangga hama. B.bassiana akan menempel pada tubuh serangga hama.

Kemudian konidia cendawan menginfeksi serangga hama jika kondisi mendukung.

Pada kondisi yang sesuai, cendawan akan berkecambah dan miselia jamur akan

menyelimuti tubuh serangga (Wicaksono dkk., 2015). Selain secara kontak,

B.bassiana juga dapat menginfeksi serangga melalui inokulasi dan kontaminasi

pakan. Misalnya pemberian B.bassiana pada makanan serangga hama. Setelah itu

pencernaan serangga akan terganggu. Serangga akan berhenti makan sehingga

tubuhnya melemah. Apabila perkecambahan cendawan meluas, maka serangga akan

mengalami kematian lebih cepat (Pramesti, 2015).

Banyak faktor yang dapat menjadi parameter kefektifan cendawan

B.bassiana, salah satunya ialah kepekatan konidia. Kepekatan konidia tergantung dari

tinggi rendahnya konsentrasi cendawan yang diberikan. Apabila konsentrasi

cendawan semakin tinggi maka kepekatan konidia juga semakin tinggi. Tetapi, pada

kondisi tertentu, konsentrasi yang lebih tinggi dapat menyebabkan berkurangnya

efesiensi aplikasi karena jumlah konidida yang masuk ke tubuh serangga memiliki

kapasitas tertentu untuk menghasilkan toksin dari cendwan tersebut yang

menyebabkan serangga mati. Namun, waktu yang diberikan untuk cendawan mampu

bekerja menginfeksi serangga cukup lama dan berbeda-beda. B.bassiana

membutuhkan proses beberapa tahap untuk dapat menginfeksi serangga dan

mematikan serangga. B.bassiana membutuhkan proses penempelan konidia pada

tubuh serangga, perkecambahan, penetrasi, invasi kolonisasi dalam hemosel, jaringan

dan organ (Rahayu dan Umrah, 2012).

Proses infeksi jamur B.bassiana terbagi 2 yaitu proses mekanis dan kimiawi.

Proses mekanis unfeksi jamur melalui integumen di antara rusa-ruas tubuh dan

konidia B.bassiana yang telah berkecambah membentuk tabung kecambah

selanjutnya menembus integumen untuk terus masuk ke dalam homosel. Terjadilah

proses penetrasi integumen oleh hifa B.bassiana. B.bassiana mengeluarkan enzim

seperti protease, lipase, enterase, dan kitinase serta toksin seperti beauverisin,

Page 13: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

8

beauverolid, bassianolid, isarolid, dan asam oksalat yang membantu

menghancurkan kutikula serangga. Setelah masuk ke dalam homosel, B.bassiana

membentuk tubuh hifa atau blastospora yang kemudian ikut beredar dalam hemolinfa

dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lain seperti jaringan lemak,

sistem saraf, trakea, dan saluran pencernaan. Akibatnya serangga mengalami

gangguan pencernaan dan pergerakannya tidak stabil. Proses pengeluaran enzim

inilah yang disebut proses kimiawi pada B.bassiana karena sekaligus mengeluarkan

toksin atau racun (Taufik dan Rahayu, 2007).

Suhu yang paling optimal untuk pengembangan jamur B.bassiana ialah 26’C.

B.bassiana mampu menghasilkan racun atau toksin yang dapat menyebabkan

paralisis secara agresif pada larva dan imago serangga. Media beras merupakan

subtrat yang baik sebagai media tumbuh jamur. Subtrat beras mengandung amilosa

tinggi sehingga dapat meningkatkan viabilitas konidia jamur. Viabilitas spora

mempengaruhi kerapatan konidia. Semakin baik viabilitas jamur maka kerapatan

konidia semakin tinggi pula. Kerapatan spora yang tinggi dapat mengahasilkan

konsentrasi enzim dan toksin yang tinggi sehingga mampu mengurai dan

menghancurkan struktur tubuh serangga (Adhi dkk., 2013). Kelembaban yang

dikehendaki berkisar 80%-94%. Kelembaban yang tinggi dapat merangsang

pertumbuhan miselium cendawan B.bassiana pada permukaan tubuh serangga.

Miselia akan cepat tumbuh dan menyelubungi tubung serangga. Akibat tumbuhnya

miselia ini, tubuh serangga terihat berwarna putih. Kemudian struktur tubuh serangga

mengeras dan berwarna coklat kehitaman yang lama-kelamaan berubah menjadi

putih. Perubahan warna juga diikuti oleh perkembangan cendawan B.bassiana. Pada

masa vegetatif cendawan semua koloni dari beberapa isolat awalnya berwarna putih,

kemudian memasuki fase generatif atau fase sporulasi cendawan berwarna putih

kekuningan (Rosmini dan Nasir, 2013).

Konsentrasi B.bassiana mempengaruhi daya bunuh terhadap serangga hama.

Semakin tinggi konsentrasinya maka semakin besar pula daya bunuh cendawan. Pada

konsentrasi tersebut mengandung enzim salah satunya ialah enzim proteinase dan

lifase yang berfungsi membentuk konidia dan berkecambah pada tubuh serangga

Page 14: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

9

yang menjadi inang B.bassiana. Terhadap mortalitas serangga, konsentrasi juga akan

mempengaruhi besarnya presentase mortalitas serangga. Konsentrasi yang

diaplikasikan dapat mempengaruhi kematian serangga karena kandungan bahan

aktifnya juga bertambah apabila konsentrasi yang diberikan tinggi (Tarigan dkk.,

2013). Tingginya konsentrasi B.bassiana juga mengandung spora yang akan

menginfeksi, dan miselium-miseliumnya akan menghasilkan toksin yang disebut

detruxin. Serangga hama yang hampir mati akan menjauhi media makananya dan

habitatnya. Serangga juga akan meletakkan diri di permukaan atas tanaman. Beberapa

pakar menyatakan bahwa perilaku tersebut sebagai tindakan antisipasi penyebaran

infeksi cendawan ke populasi yang sehat lainnya (Sugianto dkk., 2013).

D. Feromon Seks

Feromon merupakan senyawa yang dilepas oleh salah satu jenis serangga

yang dapat mempengaruhi serangga lain yang sejenis dengan adanya tanggapan

fisiologi tertentu. Feromon serangga dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan serangga

hama baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu digunakan dalam hal:

pemantauan serangga hama, perangkap massal, pengganggu perkawinan, maupun

kombinasi antara feromon sebagai atraktan dengan insektisida atau patogen serangga

sebagai pembunuh (Balitbangtan, 2007).

Feromon seks adalah jenis feromon yang umumnya dimiliki oleh serangga.

Feromon seks ini berguna untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya perkawinan.

Feromon dapat diproduksi oleh serangga betina maupun serangga jantan, tergantung

dari jenis serangganya. Dalam beberapa kasus baik yang jantan maupun betina sama-

sama menyumbangkan komunikasi kimia tersebut dalam perkawinan (Harahap,

2008).

Pusat penelitian di India (Pest Control India) bekerjasama dengan Cocoa

Research Institute (ICCRI), mengembangkan suatu feromon sex untuk hama PBK

yang disebut CPB-lureyang dihasilkan oleh imago betina pada saat dewasa atau

menjelang musim kawin untuk menarik perhatian imago jantan ( Pest Control India,

2008).

Page 15: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

10

Lembaga Koko Malaysia (LKM) telah menguji feromon seks serangga PBK

sebagai salah satu kaedah untuk mengawali pengendalian dan mengurangi

penggunaan pestisida. Sehingga diharapkan dengan banyaknya serangga jantan yang

tertangkap maka perkawinan tidak terjadi sehingga betina tidak meletakkan telur serta

serangan pada buah dapat menurun (Navies, 2004).

Page 16: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

11

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao dengan Pestisida Nabati

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati pada Ramuan I

adalah : Umbi Gadung, Brotowali, Daun sirsak dan Deterjen. Ramuan II: Umbi

Gadung, Rumput kapal, Brotowali dan Detergen sedangkan. Ramuan III bahannya

terdiri dari: Umbi Gadung, Jeringau, Brotowali dan Detergen. Dalam

pengaplikasiannya masing-masing cairan perasan tersebut disemprotkan pada buah

pada bagian bawah dari cabang-cabang yang letaknya rendah (< 1/2 dari tinggi

tanaman) diulang setiap 5 hari dan 10 hari sesuai dengan perlakuan.

Ro : Kontrol ( tanpa perlakuan )

R1 : Ramuan I dengan penyemprotan tiap 5 hari

R2 : Ramuan I dengan penyemprotan tiap 10 hari

R3 : Ramuan II dengan penyemprotan tiap 5 hari

R4 : Ramuan II dengan penyemprotan tiap 10 hari

R5 : Ramuan III dengan penyemprotan tiap 5 hari

R6 : Ramuan III dengan penyemprotan 10 hari.

Tabel 1. Rata-rata persentase buah yang terserang hama PBK ( % ).

Perlakuan Rata-Rata P UJBD 0,05

R0 100,00 e (2) 9,61

R1 54,23 b (3) 10,08

R2 85,37 d (4) 10,39

R3 62,47 c (5) 10,48

R4 83,42 d (6) 10,61

R5 24,78 a (7) 10,67

R6 78,21 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada taraf UJBD 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan yang dicobakan

memberikan pengaruh nyata terhadap persentase buah terserang hama penggerek

buah kakao.

Page 17: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

12

Rata-rata penekanan persentase buah terserang penggerek buah kakao setelah

aplikasi ramuan pestisida nabati tertinggi diperoleh pada ramuan dua dengan

penyemprotan tiap 10 hari yaitu persentase serangan 83,42 % yang berbeda nyata

dengan kontrol dan tidak berbeda nyata dengan ramuan satu dan ramuan tiga dengan

penyemprotan tiap 10 hari yaitu persentase serangan sebesar 85,37 % dan 78,21 %,

sedangkan rata-rata penekenan persentase buah terserang penggerek buah kakao yang

terendah diperoleh pada ramuan tiga dengan penyemprotan tiap 5 hari sebesar 24,78

% , yang berbeda nyata dengan kontrol dan ramuan satu dengan penyemprotan tiap 5

hari yaitu sebesar 54,23 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya aplikasi

ramuan pestisida nabati tiap 5 hari memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap

penekanan persentase serangan penggerek buah kakao.

Rendahnya persentase serangan dan intensitas serangan hama penggerek buah

kakao disebabkan karena penyemprotan ramuan pestisida nabati dapat mempengaruhi

peletakan telur dan penetasan telur penggerek buah kakao serta aktivitas makan larva

yang disebabkan oleh adanya kandungan racun dan bau dari bahan yang digunakan

(Ahmad and Grainge, 1988). Bahan ramuan yang digunakan telah diketahui bahwa

ekstrak kasar jeringau mengandung asarone yang baunya tidak disenangi oleh hama

untuk meletakkan telur. Demikian pula brotowali mengandung zat pahit pikroretin,

alkaloid, berberin dan kolomein serta thioporan yang berupa kristal jarum yang terasa

pahit sehingga tidak disenangi oleh larva hama penggerek buah kakao. Umbi gadung

mengandung dioskorin dan sianida yang bersifat menyerang langsung dan

penghambat sistem antara ruang sel yaitu menghambat sistem sitokrom oksidase.

Daun sirsak mengandung senyawa annonain dan polifenol yang telah diketahui dapat

menyebabkan aktivitas biologi yaitu menghambat makan dan merusak jaringan

serangga (Smith and Secoy, 1981).

Page 18: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

13

Tabel 2. Rata-rata intensitas kerusakan pada biji kakao (%)

Perlakuan Rata – Rata P UJBD

0,05

R0 92,56 f (2) 4,77

R1 13,53 ab (3) 5,01

R2 22,31 de (4) 5,16

R3 18,00 bc (5) 5,21

R4 26,00 e (6) 5,27

R5 11,25 a (7) 5,30

R6 21,73cd

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada taraf UJBD 0,05.

Rata-rata intensitas serangan hama PBK yang terendah pada perlakuan R5

tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan R1 dan intensitas serangan tertinggi pada

perlakuan R0 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan,

sedangkan rata–rata intensitas serangan penggerek buah kakao setelah aplikasi

ramuan aplikasi pestisida nabati memberikan pengaruh sangat nyata dengan tingkat

kerusakan 10 – 30 % berarti tingkat kerusakan tergolong ringan sampai sedang. Dari

data awal intensitas serangan hama penggerek buah kakao yang diperoleh sebelum

penelitian yaitu sebesar 93 %.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa intensitas kerusakan hama PBK pada biji

tertinggi pada kontrol sebesar 92,56 %. Intensitas serangan terendah ditemukan pada

ramuan 3 dengan penyemprotan tiap 5 hari sebesar 11,25 % yang tidak berbeda nyata

dengan perlakuan ramuan satu dengan penyemprotan tiap 5 hari dengan intensitas

serangan 13,53 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian ramuan pestisida

nabati tiap 5 hari memberi pengaruh yang lebih baik terhadap intensitas kerusakan

hama PBK pada biji dibandingkan dengan aplikasi setiap 10 hari, hal ini

menggambarkan bahwa interval waktu penyemprotan sangat berperan dalam

pengendalian hama penggerek buah kakao.

Proses penekanan persentase buah terserang dan intensitas serangan serangan

penggerek buah kakao akibat aplikasi ramuan pestisida nabati disebabkan terjadi pada

saat tahap peletakan telur, penetasan telur hingga pada tingkat aktivitas makan larva

Page 19: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

14

dalam buah. Bau dari ramuan yang digunakan mempengaruhi ngengat penggerek

buah kakao dalam meletakkan telurnya. Telur–telur yang sempat diletakkan pada

buah kakao mengalamai proses penghambatan perkembangan jaringan sel sehingga

telur penggerek buah kakao tidak dapat menetas. Akibatnya tingkat kerusakan yang

ditimbulkan kecil. Selain itu proses penekanan dapat terjadi karena ramuan pestisida

nabati yang disemprotkan dapat mencapai daging buah melalui inti sel pada buah,

yang telah diketahui kandungan racun bahan ramuan dapat menghambat aktivitas

makan. Dengan terhambatnya aktivitas makan larva penggerek buah kakao dapat

mengakibatkan tingkat kerusakan tidak bertambah (Soekandar, 1993).

Kandungan racun yang dapat menghambat penetasan telur disebabkan oleh

dioscorine dan asarone yang terdapat pada umbi gadung dan rumput kapal, sedangkan

yang berpengaruh terhadap aktivitas makan disebabkan oleh racun dari daun sirsak,

brotowali dan jeringau.

Ramuan yang sangat berpengaruh terhadap penekanan persentase buah

terserang dan intensitas serangan adalah ramuan tiga (umbi gadung, jeringau dan

brotowali). Hal ini disebabkan karena dari semua ramuan yang digunakan jeringau

adalah bahan yang mengeluarkan bau yang menyengat dan dapat bertahan lama pada

buah kakao sehingga ngengat hama penggerek buah kakao tidak senang untuk

meletakkan telur pada buah tersebut.

B. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao dengan Beauvaria bassiana

Metode dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan diantaranya: 1)

Persiapan penelitian, 2) Persiapan agens hayati B.bassiana dalam konsentrasi sesuai

perlakuan, 3) Penyemprotan B.bassiana pada tanaman kakao, 4) Panen buah.

Percobaan yang dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

faktorial. Faktor perlakuan yang diamati ialah faktor pertama merupakan konsentrasi

B.bassiana dengan 4 taraf sebagai berikut:

K0: Kontrol (perlakuan kebun)

K1: B.bassiana 2 gram/10 L air

K2: B.bassiana 4 gram/10 L air

K3: B.bassiana 6 gram/10 L air

Page 20: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

15

Faktor kedua ialah faktor interval waktu aplikasi dengan 4 taraf sebagai berikut:

T0: Kontrol (perlakuan kebun)

T1: Penyemprotan interval 5 hari

T2: Penyemprotan interval 10 hari

T3: Penyemprotan interval 15 hari

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan diambil 5 buah percobaan

sehingga di perlukan 48 pohon percobaan serta total buah percobaan 240 buah. Denah

percobaan disesuaikan dengan arah angin pada lahan dan intensitas penyinaran

matahari. Denah percobaan tersusun sebagai berikut:

U Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

K0T3 K2T0 K3T3

K2T1 K2T3 K2T2

K2T3 K0T0 K3T1

K1T3

K3T0

K1T1

K3T1 2 meter K2T1 2 meter K1T3

2 meter K0T1 K1T2 K0T3

K1T2 K3T2 K2T0

K2T0 K0T1 K3T0

K2T2 K1T1 K1T0

K0T2 K3T3 K1T2

K1T1 K0T3 K0T2

K1T0 K3T1 K3T2

K3T3 K0T2 K0T1

K0T0 K1T0 K2T3

K3T0 K1T3 K0T0

K3T2 K2T2 K2T1

Page 21: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

16

Pelaksanaan penelitian diawali dengan melakukan pemanenan 1. Buah kakao

yang matang dipanen sebanyak 5 buah percobaan untuk dihitung sesuai dengan

parameter pengamatan. Pemanenan buah tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil

pengamatan pada masing-masing parameter sebelum dilakukan aplikasi B.bassiana

sesuai konsentrasi dan interval waktu aplikasi.

Pada pohon kakao yang sama dipilih 5 buah percobaan berukuran ±10cm

(buah yang masih berukuran pentil). Buah tersebut diberi tanda berupa tali agar

memudahkan peneliti saat dilakukan pemanenan buah percobaan.

B.bassiana didapat dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember berupa

tepung dengan kerapatan . B.bassiana ditimbang sebanyak 2 gram, 4 gram, dan 6

gram. Masing-masing diletakkan dalam kain saring kemudian perlahan diremas-

remas diatas permukaan air (10 liter) dalam ember hingga air berubah menjadi putih

susu. Kemudian dipindah ke dalam alat semprot knapsack sprayer.

Sebelum digunakan, alat semprot dibersihkan dari sisa insektisida sintetik

sebelumnya menggunakan air. Kemudian memastikan lubang nozel tidak tersumbat

oleh benda lain. Untuk pengamanan, saat menyemprot menggunakan masker dan

sarung tangan agar tidak terhirup. Arah menyemprot ditentukan mengikuti arah angin

serta waktu penyemprotan ialah sore hari antara pukul 14.00-17.00 WIB atau 3 jam

sebelum turun hujan. Apabila kurang dari 3 jam turun hujan, maka penyemprotan

diulang kembali.

Buah yang telah masak sempurna dipetik (panen 2) menggunakan gunting

khusus panen. Kemudian dibelah untuk memastikan adanya gejala serangan dalam

buah tersebut dan melihat bekas gerekan yang ada pada buah. Masing-masing

perlakuan diletakkan dalam karung goni. Kemudian dilakukan pengamatan. Setelah

pengamatan selesai, sisa kulit buah dibenamkan dalam tanah sedangkan biji kakao di

diserahkan ke bagian fermentasi.

Dari hasil penilitian ini di dapat gejala yang ditimbulkan akibat serangan

hama penggerek buah kakao dapat ditinjau dari kulit buah kakao dan biji kakao. Pada

kulit buah terlihat warna belang hijau kekuningan tidak merata. Gejala tersebut

menunjukkan bahwa buah kakao terserang penggerek buah kakao. Apabila

Page 22: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

17

dibandingkan dengan buah kakao yang sehat, warna belang hijau kekuningan tampak

merata. Warna tersebut menandakan bahwa buah akan segera matang. Saat buah

kakao dibelah, buah yang sehat menunjukkan biji kakao tersusun rapi dan warnanya

putih. Pada kulit bagian dalam tidak terlihat warna hitam bekas gerekan. Buah kakao

yang terserang penggerek, bijinya saling melekat, berwarna hitam, dan terdapat bekas

gerekan pada kulit bagian dalam serta terdapat larva penggerek buah kakao berwarna

putih kehijauan dengan panjang ±1mm.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan

konsentrasi B.bassiana memberikan hasil berbeda sangat nyata pada parameter

pengamatan presentase buah terserang dan parameter penurunan berat biji kakao serta

berbeda nyata pada parameter intensitas serangan penggerek buah kakao. Sedangkan

perlakuan interval waktu tidak berbeda nyata pada parameter presentase buah

terserang, intensitas serangan, maupun penurunan berat biji. Interaksi antara pelakuan

antara konsentrasi B.bassiana yang diberikan dengan interval waktu pemberian

B.bassiana tidak berbeda nyata pada parameter pengamatan presentase buah

terserang, intensitas serangan, dan penurunan berat biji.

Tabel 3. Rangkuman Nilai F-Hitung Pada Berbagai Parameter Pengamatan

NO Variabel

Pengamatan

F-Hitung

Konsentrasi (K) Interval Waktu

(T) Interaksi (KxT)

1

Presentase

Buah

Terserang

2 Intensitas

Serangan

3 Penurunan

Berat Biji

Keterangan : ** berbeda nyata, * berbeda nyata, ns

berbeda tidak nyata

Page 23: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

18

Tabel 4. Pengaruh konsentrasi B.bassiana terhadap presentase penurunanan

buah terserang penggerek buah kakao pada berbagai interval

waktu aplikasi

Perlakuan Rata-rata

Kontrol/perlakuan kebun (K0) 13,89 c

2 gram/10 L air (K1) 33,75 b

4 gram/10 L air (K2) 41,81 ab

6 gram/10 L air (K3) 61,81 a

Keterangan : Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak

nyata pada Uji Duncan 5%.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian konsentrasi B.bassiana

mampu menurunkan presentase buah kakao yang terserang sebelum aplikasi hingga

setelah aplikasi di lapang pada berbagai interval waktu aplikasi. Konsentrasi

B.bassiana sebanyak 6 gram/10 L air mampu menurunkan presentase buah terserang

hingga 61,81%. Berdasarkan gambar tabel 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan kontrol

tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2 gram/10 L air (K1). Perlakuan 2 gram/10 L

air (K2) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4 gram/10 L air. Sedangkan perlakuan

6 gram/10 L air (K1) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 4 gram/10 L air dan

berbeda nyata dengan perlakuan kontrol maupun 2 gram/10 L air. Perlakuan kontrol

memberikan nilai presentase penurunan buah kakao terserang penggerek paling

rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan presentase buah kakao terserang

paling tinggi ialah perlakuan 6 gram/10 L air (K3). Sehingga perlakuan yang terbaik

ialah 6 gram/10 L air (K3).

Page 24: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

19

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi B.bassiana terhadap presentase penurunan

intensitas serangan penggerek buah kakao pada berbagai interval

waktu aplikasi

Perlakuan Rata-rata

Kontrol/perlakuan kebun (K0) 33,61 b

2 gram/10 L air (K1) 33,94 b

4 gram/10 L air (K2) 41,02 b

6 gram/10 L air (K3) 65,37 a

Keterangan : Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak

nyata pada Uji Duncan 5%.

Tabel di atas menunjukkan bahwa konsentrasi B.bassiana memberikan

pengaruh pula terhadap intensitas serangan penggerek buah kakao di lapang.

Konsentrasi B.bassiana tersebut mampu menurunkan presentase intesitas serangan

pada berbagai interval waktu aplikasi hingga sebesar 65,37%. Berdasarkan tabel 4.3

menunjukkan bahwa perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2

gram/10 L air dan 4 gram/10 L air. Sedangkan Perlakuan konsentrasi 6 gram/10 L air

(K3) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pemberian konsentrasi 6 gram/10L air

(K3) memberikan nilai rata-rata selisih intenistas serangan tertinggi diantara

pemberian konsentrasi lainnya. Sedangkan nilai intensitas serangan terendah terdapat

pada perlakuan kontrol. Sehingga, perlakuan 6 gram/10 L air (K3) merupakan

perlakuan terbaik untuk menurunkan intensitas serangan penggerek buah kakao di

lapang.

Page 25: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

20

Tabel 6. Pengaruh konsentrasi B.bassiana terhadap selisih presentase

penurunan berat biji buah kakao pada berbagai interval waktu

aplikasi

Perlakuan Rata-rata

Kontrol/perlakuan kebun (K0) 26,70 c

2 gram/10 L air (K1) 30,88 b

4 gram/10 L air (K2) 40,51 b

6 gram/10 L air (K3) 68,12 a

Keterangan : Angka yang di ikuti oleh huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak

nyata pada Uji Duncan 5%.

Tabel di atas menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi B.bassiana di

lapang mampu menurunkan presentase penurunan berat biji akibat serangan

penggerek buah kakao hingga 68,12%. Berdasarkan tabel 4.4 presentase penurunan

berat biji, perlakuan kontrol berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 2 gram/10 L

air. Sedangkan perlakuan konsentrasi 2 gram/10 L air (K1) tidak berbeda nyata

dengan perlakuan konsentrasi 4 gram/10 L air (K2). Perlakuan konsentrasi 6 gram/10

L air (K3) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Presentase penurunan berat biji

terbaik ialah perlakuan konsentrasi 6 gram/10 L air (K3).

C. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao dengan Feromon Seks

Dilakukan pemasangan pemasangan satu unit perangkap feromon seks pada

setiap pohon perlakuan sebanyak delapan pohon dengan delapan blok ulangan.

Pengamatan meliputi menghitung hasil tangkapan serangga jantan yang tertangkap

setiap dua minggu hingga panen pertama dan panen 3 bulan akhir. Pengamatan

dilakukan tingkat kerusakan buah pada saat panen dengan mengskoring gejala

kerusakan akibat serangan PBK. Pengamatan dalam penelitian ini yaitu menghitung

hasil tangkapan serangga jantan yang tertangkap setiap dua minggu hingga panen

pertama dan panen kedua. Pengamatan juga dilakukan tingkat kerusakan buah pada

panen pertama dan panen kedua.

Page 26: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

21

Tabel 7. Pengamatan tangkapan serangga PBK

Pengamatan

tangkapan

serangga PBK

Tahun 2013/2014

Jumlah 17 1 15 29 12 26 9 23

Nop Des Des Des Jan Jan Peb Peb

Blok I 0 1 0 5 9 8 1 1 20

Blok II 1 1 2 3 7 12 3 2 33

Blok III 1 3 1 16 14 15 0 1 50

Blok IV 1 4 5 12 8 29 1 0 60

Blok V 3 2 2 5 11 4 2 2 31

Blok VI 1 0 2 10 11 6 2 1 33

Blok VII 1 2 1 0 16 11 0 1 22

Blok VIII 1 1 1 8 3 3 1 1 19

Jumlah 9 14 14 59 79 88 10 10 283

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah serangga PBK tertangkap dengan pada

masing-masing blok yakni: Blok I 20 ekor, Blok II 33 ekor, Blok III 50 ekor, Blok IV

60 ekor, Blok V 31 ekor, Blok VI 33 ekor, Blok VII 22 ekor dan Blok VIII 19 ekor

dengan total tangkapan semua Blok 283 ekor. Jumlah ini dikatergorikan banyak

dengan harapan dapat mengurangi populasi hama PBK pada perkebunan petani

didesa ini. Pemasangan perangakap feromon seks ini dipasang setelah petani panen,

dengan perlakuan pemasangan feromon seks dengan harapan buah pucuk yang

tertinggal akan dipanen pada panen berikutnya setelah pemasangan perangkap agar

dapat diketahui tingkat serangan setelah perlakuan. Tabel 1 menunjukkan pula Blok

IV lebih banyak tertangkap 60 ekor serangga jantan tertangkap ekor dibandingkan

blok lainnya, hal ini dimungkinkan pada Blok IV lebih banyak buahnya dibanding

Blok lainnya. Banyaknya serangga jantan yang tertangkap karena nalurinya mencari

serangga betina untuk kawin akhirnya terperangkap karena feromon seks sintetik

yang dipasang adalah menguluarkan aroma serangga betina yang sedang birahi.

Melihat meningkatnya tangkapanserangga PBK dapat dikatakan feromon seks yang

terpasang sangat efektif digunakan petani untuk mengendalikan hama PBK pada

lahannya. Jumlah tangkapan pada setiap blok percobaan bervariasi yang terendah 19

ekor pada Blok VIII dan yang tertinggi 60 ekor pada Blok IV. Perbedaan tangkapan

dimungkinkan akibat adanya perbedaan kelebatan buah pada setiap pohon per Blok

sehingga pohon yang terbanyak buahnya lebih banyak serangga Hama PBK yang

Page 27: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

22

hinggap pada buah tersebut untuk peletakan telur, tentunya dengan harapan dapat

mengurangi populasi hama PBK pada perkebunan petani di desa ini. Pemasangan

feromon seks ini perbandingan penangkapan pada pengamatan ke-6 dengan jumlah

tangkapan 79 ekor dan pengamatan ke-7 jumlah tangkapan 88 ekor cenderung lebih

banyak dari segi jumlah tangkapan, tentunya intensitas serangan dapat terkendali

dibanding tanpa perlakuan sama sekali oleh petani. Kebiasaan petani setempat untuk

menaggulangi serangan PBK dilahannya pada umunya menggunakan insektisida

kontak, tanpa mengetahui prilaku hama tersebut.

Tabel 8. Kategori serangan kerusakan buah panen pertama

Pohon

sampel

Buah

panen

Kategori serangan

0 1 2 3 %

1 19 5 3 0 11 63

2 45 1 20 7 17 62

3 30 2 8 3 17 72

4 7 0 1 0 6 90

5 52 6 21 13 12 53

6 35 3 3 9 20 77

7 24 3 4 1 16 75

8 75 15 17 11 32 60

Jumlah 287 35 77 44 131 552

Rerata 35,88 4,38 9,623 5,50 16,38 69

Tabel 8 menunjukkan bahwa kategori serangan pada panen pertama 287 buah

yang terpanen bervariasi. Kategori serangan 0 dan 1 lebih sedikit 35 buah dan 77

buah jika dibanding kategori serangan 2 dan 3 yakni 44 buah dan 131 buah yang

termasuk dalam kategor ini serangan sedang dan berat dimana biji sulit terlepas dari

kulitnya dengan intensitas serangan rerata 69%. Pengujian terhadap penggunaan

feromon seks sebagai umpan perangkap serangga telah dilakukan pada beberapa

tanaman, seperti feromon seks C. cramerella untuk tanaman kakao (Beevor et al.

1985). Feromon seks Cameraria ohridella untuk perlindungan tanaman chestnut

(Svatos et al. 2001). Feromon seks Spodoptera exigua untuk perlindungan tanaman

bawang merah (Hartati dan Nurawan 2009.) dan feromon seks Argyrotanenia

sphaleropa pada tanaman karet (Legrand et al. 2004).

Page 28: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

23

Tabel 9. Kategori serangan kerusakan buah panen kedua

Pohon

sampel

Buah

panen

Kategori serangan

0 1 2 3 %

1 24 20 4 0 0 0,06

2 47 35 6 5 1 0,13

3 37 28 7 2 0 0,10

4 70 63 6 1 0 0,04

5 8 8 0 0 0 0,0

6 20 19 1 0 0 0,02

7 27 20 7 0 0 0,09

8 32 29 1 2 0 0,16

Jumlah 265 222 32 8 1 0,60

Rerata 33,11 27,75 4,00 1,00 0,11 0,08

Tabel 9 menunjukkan bahwa kaegori serangan pada panen kedua 265 buah

yang terpanen bervariasi. Kategori serangan 0 dan 1 yakni 222 buah dan 32 buah

lebih besar jika dibanding kategori serangan 2 dan 3 yakni 8 buah dan 1 buah yang

termasuk kategori serangan sedang dan berat dimana biji kakao sulit lepas dari

kulitnya sehingga jika dibandingkan dengan panen buah pertama. Pada panen kedua

rerata intensitas serangan 0,08% menurun dibandingkan nintensitas serangan panen

pertama yaitu rerata 69%. Melihat perbedaan ini dimungkinkan karena serangga

hama PBK yang terperangkap mulai pemasangan awal sebelum panen pertama sudah

banyak tertangkap, dilanjutkan pada panen kedua sehingga intensitas serangan pada

panen kedua menurun.

Page 29: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

24

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari ketiga jurnal yang telah dibahas didapatlah beberapa kesimpulan di

bawah ini:

1. Ramuan pestisida nabati yang memberikan pengaruh lebih baik adalah Ramuan 3

dengan komposisi bahan ramuan Umbi Gadung, Jeringau dan Brotowali dengan

interval penyemprotan 5 hari dapat menekan persentase buah terserang dari 100,

00 % menjadi 27,78 % dan menekan intensitas kerurasakan biji kakao dari 91,33

% menjadi 11,33 %.

2. Konsentrasi B.bassiana 6 gram/10 L (K3) merupakan konsentrasi terbaik untuk

menurunkan tingkat presentase buah terserang penggerek buah kakao sebanyak

61,81% di lapang.

3. Konsentrasi B.bassiana 6 gram/10 L air (K3) mampu menurunkan intensitas

serangan penggerek buah kakao sebanyak 65,37% di lapang.

4. Konsentrasi B.bassiana 6 gram/10 L air (K3) mampu menurunkan penurunan

berat biji akibat serangan penggerek buah kakao sebanyak 68,12% di lapang.

5. Perbedaan tangkapan hama dengan menggunakan feromon seks dimungkinkan

akibat adanya perbedaan kelebatan buah pada setiap pohon per Blok sehingga

pohon yang terbanyak buahnya lebih banyak serangga Hama PBK yang hinggap

pada buah tersebut untuk peletakan telur.

6. Dilihat dari hasil dua kali pemanenan dapat diketahui bahwa serangan hama yang

menyebabkan kerusakan buah panen sangat menurun bahkan hingga 0%. Hal ini

mungkin terjadi karena serangga hama PBK yang terperangkap mulai

pemasangan awal sebelum panen pertama sudah banyak tertangkap, dilanjutkan

pada panen kedua sehingga intensitas serangan pada panen kedua menurun.

7. Dari ketiga metode yang digunakan dalam pengendalian hama penggerek buah

kakao penggunaan feromon seks adalah yang paling efektif, diikuti oleh

penggunaan pestisida nabati dan agens hayati.

Page 30: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

25

8. Penggunaan ketiga metode tersebut adalah teknologi yang bisa dianjurkan untuk

digunakan, karena selain efektif dalam pengendalian hama, juga aman untuk

tanaman, lingkungan, dan konsumen.

B. Saran

Agar lebih mudah bagi petani untuk menggunakan bahan-bahan alami

tersebut, saran penulis adalah agar bahan tersebut diproduksi secara masal. Dan juga

agar kualitas dan kuantitas hasil produksi kakao di Indonesia baik, sebaiknya

informasi tentang metode dan bahan alami untuk pengendalian hama penggerek buah

kakao ini disebar dan di demonstrasikan kepada petani kakao di Indonesia.

Page 31: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

DAFTAR PUSTAKA

Abdi Negara, 2015, Tanggapan hama penggerek buah kakao Conopomorpha

cramerellaterhadap feromon seks dan intensitas serangannya di Kabupaten

Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, PROS SEM NAS MASY BIODIV

INDON, volume 1 (7), Hal: 1654-1657,

http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0107/M010720.pdf (diakses 4 Maret

2019)

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian (BB Biogen). 2007. Laporan Hasil Kegiatan Penggunaan

Feromon Exi untuk Mengendalikan Hama Ulat Bawang

Gapoktan, 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida Nabati

http://gapoktantanimaju.blogspot.com/2009/01/pestisida-nabati.html

(diakses pada 4 Maret 2019)

Herawati, Yusnita, 2017, UJI EFEKTIVITAS Beauvaria bassiana DENGAN

PERBANDINGAN WAKTU DAN DOSIS APLIKASI PADA

PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella SNELLEN)

DI PERKEBUNAN KAKAO, Trunojoyo,

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&

cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwivzse-

7ujgAhWHQ48KHSIJBVMQFjAGegQIBRAC&url=http%3A%2F%2Fjour

nal.trunojoyo.ac.id%2Fagrovigor%2Farticle%2FdownloadSuppFile%2F295

6%2F340&usg=AOvVaw01Vk-ect9Ok_PDw5wjLAoR (diakses 4 Maret

2019)

Nuriadi, Gusnawaty Hs, 2013, KAJI TINDAK PENGENDALIAN HAMA

PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen)

DENGAN PESTISIDA NABATI, JURNAL AGROTEKNOS,

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd

=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjHn-

P9quvgAhXs73MBHSvvBeMQFjAAegQIChAC&url=http%3A%2F%2Ffap

erta.uho.ac.id%2Fagroteknos%2FDaftar_Jurnal%2F2013%2F2013-1-

Page 32: MAKALAH PENGAYAAN JURNAL PENGENDALIAN HAMA …€¦ · makalah pengayaan jurnal pengendalian hama penggerek buah kakao dengan pestisida nabati, agens hayati (beauvaria basssiana),

03-NURIADI.pdf&usg=AOvVaw0v8Aae1Lu5sZGRiZHDdn_0 (diakses

pada 4 Maret 2019)

Samsudin. 2008. Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani. Lembaga

Pertanian Sehat. www.pertaniansehat.or.id (diakses pada 4 Maret 2019)

Z.A. Harahap, 2008, Pengendalian Kumbang Tanduk Oryctes Rhinoceros pada

Tumpukan Tandan Kosong Kelapa Sawit, Pertemuan Teknis Kelapa Sawit,

Medan, oktober 2000.