glokalisasi kurikulum cambridge di sekolah dasar...

44
GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR YANG BERBASIS ISLAM Tesis Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Pendidikan Islam Oleh: NUR HASANAH 21151200000004 Pembimbing: Muhammad Zuhdi, M. Ed, Ph. D Pendidikan Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2018 M/1439 H

Upload: others

Post on 21-Jan-2020

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR

YANG BERBASIS ISLAM

Tesis

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister

dalam Bidang Pendidikan Islam

Oleh:

NUR HASANAH

21151200000004

Pembimbing:

Muhammad Zuhdi, M. Ed, Ph. D

Pendidikan Islam

Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2018 M/1439 H

Page 2: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat,

taufik dan hidayahNya hingga penulis dapat merampungkan penyusunan tesis

Penelitian dengan judul “Glokalisasi Kurikulum Cambridge di Sekolah Dasar yang

Berbasis Islam”. Salawat dan salam juga tidak lupa dihaturkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang membawa kita dari zaman kebodohan menjadi zaman yang

serba teknologi seperti sekarang ini.

Penelitian ini disusun dalam rangka penyusunan Tesis yang menjadi salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam di Sekolah

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dipilih

judul ini dilihat dengan banyaknya sekolah berkembang yang menggunakan

kurikulum Cambridge sebagai produk global ditengah maraknya pemeliharaan

kearifan lokal sebagai kekuatan suatu wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk

mempelajari bagaimana adaptasi yang terjadi di sekolah Islam dalam implementasi

kurikulum Cambridge.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis Penelitian ini masih

terdapat kelemahan yang perlu diperkuat dan kekurangan yang perlu dilengkapi.

Karena itu, dengan rendah hati penulis mengaharapkan masukan, koreksi dan saran

untuk memperkuat kelemahan dan melengkapi kekurangan tersebut.

Dalam penulisan Tesis Penelitian ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang berkenan memberi bimbingan, arahan dan masukan bagi

tersusunnya Usulan Penelitian yang layak untuk disajikan. Oleh sebab itu, sepatutnya

disampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof Dr. Masykuri Abdillah, MA., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Dr. JM Muslimin, MA., (Ketua

Jurusan Magister) Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas arahan, bimbingan agar penulis dapat segera

menyelesaikan studi.

3. Bapak Muhammad Zuhdi, M. Ed, Ph. D sebagai Pembimbing tesis ini. Terima kasih

atas bimbingan, petunjuk dan sarannya yang diberikan selama proses bimbingan.

Semuanya dilakukan dengan penuh keikhlasan di tengah-tengah kesibukannya

sebagai Wakil Dekan Akademik FITK Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Segenap dosen mata kuliah maupun penguji pada ujian Proposal, Ujian

Komprehensif, Work In Progress I dan II, dan ujian pendahuluan, diantaranya Prof.

Dr. Didin Saepudin, MA, Dr. JM Muslimin, MA, Dr. Suparto, S.Ag., M.Ed., Prof.

Husni Rahim, Prof. Dr. Yunasril Ali, MA, Dr. Usep Abdul Matin, MA, Drs. Jajang

Jahroni, M.A, Dr. Kusmana, MA, Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA, Dr. Yusuf

Page 3: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

vi

Rahman, M.A. Terima kasih atas masukan dan kritikan yang konstruktif ketika ujian

maupun verifikasi.

5. Segenap civitas akademik Mumtaza Islamic School dan MIN 1 Ciputat yang telah

membantu dalam kelancaran penelitian penulis. Thanks for all.

6. Kepada Alm. ayahanda H. Musannif Hasibuan dan ibunda Hj. Samperani Nasution,

yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan, membimbing saya

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dari tingkat dasar sampai pada

jenjang S2 ini. Sepatutnya penulis menghaturkan do'a khusus untuk mereka berdua,

teruntuk mamah “rabbigfirlī waliwālidayya warḥamhumā kamā rabbayānī ṣagīrā”,

dan teruntuk Alm Ayahanda “Allahumagfirlahu warhamhu waafihī wa'fuanhu.

Allahuma lā tahrimna ajrohum walā taftinā ba'dahum wagfirlana walahum”.

7. Putri Pertama ku yang tersayang, Sophia. Tuhan begitu menyayangimu hingga

mengambilmu sebelum kamu melihat dunia ini. Insya Allah, kita bertemu di

surgaNya kelak, Amin.

8. Kepada suami, Kasyfiyullah dan anak-anak, Luffy De Sophie dan Mosa Le Aatreya

tersayang, terima kasih yang sedalam-dalamnya atas semangat dan pengertiannya

selama ini. Khususnya dalam penyelesaian tesis ini, Bubu love you guys so much!

9. Kepada bapak mertua H. Nur Hasan dan Ibu Mertua Shanti Muspiroh Wati atas

dukungannya.

10. Terima kasih juga buat kakak-kakak dan abang-abang kandung maupun ipar yang

sudah memberikan support untuk menyelesaikan tesis ini dengan sebaik-baiknya.

11. Kepada sahabat-sahabat SPs seperjuangan, terutama angkatan 2015, tak lupa juga

kepada penghuni setia kantin SPs. Sukses buat kalian semuanya!

Kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan, padahal sesungguhnya

mereka sangat berjasa baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses

perkuliahan sampai pada penulisan Tesis ini, tak lupa penulis ucapakan terima kasih.

Jakarta, 31 Maret 2018

Penulis,

Nur Hasanah

Page 4: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xv

ABSTRAKSI

Hasil dari penelitian ini merupakan adanya adaptasi yang dilakukan oleh

Sekolah Dasar Berbasis Agama Islam (SDI) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam

mengadopsi kurikulum Internasional, khususnya pada metode pembelajaran dalam

implementasi kurikulum Cambridge. Sekolah dasar Islam yang menjadi subjek

penelitian merupakan sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum Cambridge

baik dari awal pembangunannya atau baru menggunakan kurikulum tersebut

beberapa tahun terakhir ini, yaitu Mumtaza Islamic School dan MIN 1 Ciputat.

Penemuan ini didasarkan pada penelitian lapangan yang penulis lakukan tentang

seberapa jauh dua sekolah dasar Islam tadi memparaktikkan standar dan

implementasi kurikulum Cambridge. Kemudian menyusuri dan menganalisis

tentang proses kurikulum Cambridge diadopsi. Selain itu melihat juga bagaimana

kultur budaya lokal yang ada di sekolah-sekolah Islam tersebut dapat beradaptasi

dan tetap eksis.

Penemuan ini menginspirasi penulis untuk menghubungkan kajian ini

dengan gagasan George Ritzer yang menyatakan bahwa teori glokalisasi itu adalah

teori belajar yang memiliki suatu pedoman untuk berfikir secara global, lalu

bertindak secara lokal sesuai dengan konsumen lokal. Sebaliknya, penelitian ini

menolak pandangan HAR Tilaar yang berpendapat bahwa tiap negara ataupun

wilayah memiliki keadaan alam dan budaya lokal yang berbeda-beda. Sehingga

tiap-tiap wilayah pun memiliki peraturan yang berlaku, tugas lembaga pendidikan

hanya mengikuti peraturan yang ada pada masing-masing wilayah mereka agar

proses belajar nantinya mencapai tujuan sesuai masing-masing wilayah tersebut.

Selanjutnya akan penulis perkuat teori glokalisasi ini dengan pendekatan

fenomenologi yang digunakan sebagai pedoman metode penelitian deskriptif

analisis kualitatif dengan menggunakan sumber data premier dan sumber data

sekunder. Adapun sumber data primer yang diperoleh dari data empiris yang

didapat melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang penulis lakukan di

dua sekolah dasar Islam tersebut. Lebih dari itu, penulis akan membandingkan data

sekolah dengan sumber data sekunder berupa jurnal, artikel, majalah, karya para

pakar pendidikan dan buku-buku pendukung yang berhubungan dengan glokalisasi

dan pendidikan. Seluruh data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan

mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan menyimpulkan untuk mendapatkan hasil dari

penetilian ini.

Kata kunci: Kurikulum Cambridge, Glokalisasi, dan Fenomeologi

Page 5: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xvii

ABSTRACT

The result of this research is an adaptation conducted by Islamic elementary

school (SDI) and Madrasah Ibtidaiyah (MI) in adopting International curriculum,

especially on method of learning in Cambridge curriculum implementation. Islamic

elementary schools that are the subject of research are schools that use the Cambridge

curriculum either from the beginning of development or just use the curriculum in

recent years, which are Mumtaza Islamic School and MIN 1 Ciputat. The findings

are based on fieldwork that writer do about how far these two Islamic elementary

schools have been practicing the standards and implementation of the Cambridge

curriculum. Then identify and analyze about the Cambridge curriculum process was

adopted. In addition, also see how the culture of local culture that exist in these

Islamic schools can adapt and still exist.

This discovery inspired the author to relate this study to George Ritzer's

notion that the theory of glocalization is a learning theory that has a guide for global

thinking, then acts locally according to local consumers. Instead, this research rejects

the view of HAR Tilaar who argues that each country or region has different natural

and cultural circumstances. So that every region also has the rules that applied, the

tasks of educational institutions only follow the rules that exist in their respective

regions so that the learning process will achieve the goals according to each region.

Furthermore, the authors reinforce this glocalization theory with

phenomenology approach that is used as a guideline of descriptive qualitative

research method by using premier data source and secondary data source. The

primary data source obtained from the empirical data obtained through observation,

interviews, and documentation that the writer did in two Islamic elementary schools.

Moreover, the authors will compare the data with secondary data sources in the form

of journals, articles, magazines, the work of educational experts and supporting books

related to glocalization and education. All the data collected is then analyzed by

identifying, classifying, and concluding to obtain results from this research.

Keywords: Cambridge Curriculum, Glocalization, and Phenomenology

Page 6: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

امللخص

دج دوليتال هج الدزاسيتمنجكييف تعسف على إلى اليهدف هرا البحث (Cambridge) كامبر

. سيبىجاثب 1 الحكىميت الابتدائيت تزساملدهما املدزست لاسماميت ممتاشا و و نيسماميتلا ن يدزستاملب

لتعسفا هدفمن خمال دزاست الحالت الىقيعيت كىن منهج البحث املستخدم منهج البحث النىعي

دج منهج الدزاسيت جطبيقفي لتنفيرا زمعيامازسان نامدزستهاجان مدي أي إلى كامبر

(Cambridge) التي حصلت فيهما. الثقافت املحليت و

دهره النتيجت تزز حىزج زأي جؤ تالأن القائل ب (George Ritzer) ز حليتامل عىملتال نظس

(glocalization) ت سفضج. و محلياو إجيان الفعل عاملياازشاد الفكس استخدمت التي التعلم هظس

حالت اختمافبحسب املقسزةالنظم يهالد منطقت كلالقائل بأن (Har Tilaar) جيماز هاز زأي

ظسوفبلكي مناسبا املىحىدة النظم ع اإجب التعليميت املؤسساث ىاحبتف, الثقافت املحليت و الطبيعت

منطقتهم.

ق التحليل الىصفي و البحث النىعي منهج علىهرا البحث عتمد ا اجباع تم بياهه عن طس

ت نهجامل ق الحىاز و ألاساسيت تم حمع بياهاث و (phenomenology) الظىاهس املقابلت عن طس

البياهاث لاضافيت من الكتب و و جحصل .نيسماميتلا ن يدزستاملب من البياهاث املىحىدةواملماحظت

تم جحليل و. و غيرها من مصادز املعلىماث املتصلت باملىضىع التربيت خبراء مؤلفاثو لجماثامل

ق بياهاتها , سيقىم الباحث على الدزاست ذلك من أكثرو .ستنتاجالا و تصنيفال و تحددال عن طس

. فيها تمسغىب النتيجت هاحصلت من حتى املتىفسة البياهاثاملقازهت بين

ظواهريةالاملحلية, العوملة ,منهج الدراسية كامبريدج :الكلمات املفتاحية

Page 7: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ALA–LC ROMANIZATION tables yaitu sebagai berikut:

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

ḍ ض Omit ا

ṭ ط B ب

ẓ ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف Ḥ ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ة ,ه S س

W و Sh ش

Y ى Ṣ ص

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

....... Fatḥah A A

... Kasrah I I

....... Ḍammah U U

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Huruf Nama

.ى ... Fatḥah dan ya Ai A dan I

Fatḥah dan wau Au A dan W ..…و

Contoh :

Ḥaul : حول Ḥusain : حسين

Page 8: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan

Huruf Nama

Fatḥah dan alif Ā a dan garis di atas ىآ

Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas ى ى

Ḍammah dan wau ū u dan garis di atas ىو

D. Tā’ marbūṭah (ة)

Transliterasi ta’ marbut}ah (ة) di akhir kata bila dimatikan ditulis h.

Contoh :

madrasah : مدرسة mar’ah : مرأة

(Ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap

ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat dan sebagainya kecuali

dikehendaki lafadz aslinya)

E. Shaddah

Shaddah/tasydīd di transliterasi ini dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf

yang sama dengan huruf bershaddah itu.

Contoh:

shawwāl : شوال rabbanā : ربنا

F. Kata Sandang Alif + Lām

Apabila diikuti dengan huruf qamariyah ditulis al.

Contoh :

al-Qalam : القلم

Apabila diikuti oleh huruf shamsiyah ditulis dengan menggandeng huruf

shamsiyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l-nya

Contoh:

Al-Nās : الناس Al-Shams : الشمس

G. Pengecualian Transliterasi

Adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa

Indonesia, seperti هللا, asmā` al-ḥusnā dan ibn, kecuali menghadirkannya dalam

konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam penulisan

Page 9: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxiii

DAFTAR ISI

Halaman Muka i

Pernyataan Perbaikan Setelah Verifikasi iii

Kata Pengantar v

Pernyataan Bebas Plagiarisme vii

Lembar Pengecekan TurnItIn ix

Persetujuan Pembimbing xi

Persetujuan Perbaikan Setelah Ujian Pendahuluan xiii

Abstraksi xv

Abstract xii

xixامللخص Pedoman Trasliterasi xxi

Daftar Isi xxiii

Daftar Gambar xxvi

Daftar Bagan xxvii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 13

1. Identifikasi Masalah 13

2. Perumusan Masalah 14

3. Pembatasan Masalah 14

4. Tujuan Penelitian 14

5. Manfaat Penelitian 14

C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan 15

D. Metodologi Penelitian 22

E. Sistematika Penulisan 26

BAB II : KRITIK ATAS GLOBALISASI DAN INTEGRASI KONTEN

LOKAL 29

A. Globalisasi dari Masa ke Masa 29

B. Glokalisasi Sebagai Sebuah Kritik 40

C. Tantangan Globalisasi Pendidikan dan Penguatan Konten Lokal 45

BAB III : KURIKULUM PENDIDIKAN DI INDONESIA 51

A. Kurikulum Internasional 51

B. Kurikulum Nasional 60

C. Kurikulum Cambridge sebagai produk Global 64

D. Kurikulum Cambridge Sebagai Kurikulum yang Aplikatif 69

E. Perbandingan kurikulum Cambridge pada Sekolah Umum (Non

Islam) 73

F. Lapangan Imlpementasi Kurikulum 74

1. Mumtaza Islamic School 75

2. MIN 1 Ciputat, Tangerang Selatan 81

G. Tahfidz dan Penanaman Akhlak Sebagai Produk Lokal 90

BAB IV : PENERAPAN KURIKULUM CAMBRIDGE DI INDONESIA

(STUDI KASUS DI MUMTAZA ISLAMIC SCHOOL DAN

Page 10: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxiv

MIN 1 CIPUTAT) 93

A. Pemenuhan Persyaratan Kurikulum Cambridge Regional Asia 93

1. Visi dan misinya sesuai dengan Cambridge 93

2. Kualitas guru memadai 94

3. Bangunan sekolahnya memadai 98

4. Sarana dan Prasarana 99

5. Ada izin dari pemerintah 101

B. Adaptasi Metode Pembelajaran Kurikulum Cambridge dalam

Pembelajaran Non Kurikulum Cambridge 104

1. Penggunaan bahasa Inggris 104

2. Penggunaan teknologi 107

3. Pendidikan yang tematik 108

C. Adaptasi Pengaruh Kurikulum Cambridge Terhadap Proses Kegiatan

Belajar Mengajar 111

1. Penyederhanaan bahasa Inggris 111

2. Mengurangi metode hafalan 112

3. Peserta didik yang percaya diri 114

4. Peserta didik yang kritis 116

5. Projek kreatif dan inovatif 118

D. Adaptasi Integritas Konten Lokal dalam Proses Kegiatan Belajar

Mengajar pada Mata Pelajaran Kurikulum Cambridge 121

1. Menanamkan nilai adab 122

2. Membiasakan kegiatan agamis 123

3. Perubahan materi bahan ajar 125

4. Penggunanan contoh materi mengunakan konten lokal 127

E. Adaptasi produk global terhadap konteks lokal 129

1. Kurikulum parsial 130

2. Kurikulum ganda 131

3. Penanaman budaya lokal dan nilai Pancasila 132

4. Bahasa pengantar 134

5. Singkronisasi dengan program pemerintah 137

6. Guru natif 138

F. Aspek Penunjang Pembelajaran Kurikulum Cambridge 142

1. Orang tua 142

2. Pendidik 143

3. Peserta didik 144

4. Lingkungan 144

G. Meluasnya Tujuan Glokalisasi Melalui Kurikulum Cambridge 145

1. Sebagai alat masuknya budaya global/produk global 145

2. Alat promosi nilai-nilai budaya lokal 145

3. Meredam Culture Shock 145

BAB V : PENUTUP 147

A. Kesimpulan 147

B. Saran-saran 148

Page 11: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxv

DAFTAR PUSTAKA 149

GLOSARIUM 163

INDEKS 169

LAMPIRAN-LAMPIRAN 173

Page 12: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Contoh soal sains grade 5 55

Gambar 3.2 : Contoh soal matematika grade 3 56

Gambar 3.3 : Contoh bahasa Inggris grade 4 57

Gambar 3.4 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Pupil’s Book 67

Gambar 3.5 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Workbook 67

Gambar 3.6 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Teacher’s Guide 68

Gambar 3.7 : Peta Mumtaza Islamic School 75

Gambar 3.8 : Kegiatan Tahsin 80

Gambar 3.9 : Kegiatan Penampilan 81

Gambar 3.10 : Peta MIN 1 Ciputat 82

Gambar 3.11 : Tabel hafalan peserta didik kelas 3 Andalusia

Min Ciputat 85

Gambar 3.12 : Salah satu mading di kelas bilingual 87

Gambar 4.1 : Praktek Sains di Laboratorium 113

Gambar 4.2 : Solat Dhuha Berja’maah di Masjid Ar-Riyadh 124

Gambar 4.3 : Permainan Dampu Roket di Koridor Kelas 134

Gambar 4.4 : Dua Van Perpustakaan Keliling Tangerang Selatan 138

Page 13: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxvii

DAFTAR BAGAN

Tabel 1.1 : Waktu Penelitian 23

Bagan 3.1 : Tingkatan Kurikulum Cambridge 53

Bagan 3.2 : Struktur Organisasi Mumtaza Islamic School 77

Bagan 3.3 : Struktur Organisasi MIN 1 Ciputat 83

Tabel 3.4 : Perbandingan 3 Kurikulum di Indonesia (Nasional, Agama, dan

Cambridge) 87

Tabel 4.1 : Standar Minimum Kurikulum Cambridge Regional Asia Pasifik

dan Asia Tenggara 102

Tabel 4.2 : Tabel Proses Adaptasi Metode Pembelajaran Kurikulum Cambridge

dalam Pembelajaran Non Kurikulum Cambridge 110

Tabel 4.3 : Tabel Proses Adaptasi Pengaruh Kurikulum Cambridge Terhadap

Proses Kegiatan Belajar Mengajar 120

Tabel 4.4 : Tabel Proses Adaptasi Integritas Konten Lokal dalam Proses Kegiatan

Belajar Mengajar pada Mata Pelajaran Kurikulum Cambridge 128

Tabel 4.5 : Tabel Proses Adaptasi produk global terhadap konteks lokal 140

Page 14: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxviii

Page 15: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Contoh soal sains grade 5 55

Gambar 3.2 : Contoh soal matematika grade 3 56

Gambar 3.3 : Contoh bahasa Inggris grade 4 57

Gambar 3.4 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Pupil’s Book 67

Gambar 3.5 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Workbook 67

Gambar 3.6 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Teacher’s Guide 68

Gambar 3.7 : Peta Mumtaza Islamic School 75

Gambar 3.8 : Kegiatan Tahsin 80

Gambar 3.9 : Kegiatan Penampilan 81

Gambar 3.10 : Peta MIN 1 Ciputat 82

Gambar 3.11 : Tabel hafalan peserta didik kelas 3 Andalusia

Min Ciputat 85

Gambar 3.12 : Salah satu mading di kelas bilingual 87

Gambar 4.1 : Praktek Sains di Laboratorium 113

Gambar 4.2 : Solat Dhuha Berja’maah di Masjid Ar-Riyadh 124

Gambar 4.3 : Permainan Dampu Roket di Koridor Kelas 134

Gambar 4.4 : Dua Van Perpustakaan Keliling Tangerang Selatan 138

Page 16: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Contoh soal sains grade 5 55

Gambar 3.2 : Contoh soal matematika grade 3 56

Gambar 3.3 : Contoh bahasa Inggris grade 4 57

Gambar 3.4 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Pupil’s Book 67

Gambar 3.5 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Workbook 67

Gambar 3.6 : Buku Paket Mata Pelajaran bahasa Inggris Semester 2

Teacher’s Guide 68

Gambar 3.7 : Peta Mumtaza Islamic School 75

Gambar 3.8 : Kegiatan Tahsin 80

Gambar 3.9 : Kegiatan Penampilan 81

Gambar 3.10 : Peta MIN 1 Ciputat 82

Gambar 3.11 : Tabel hafalan peserta didik kelas 3 Andalusia

Min Ciputat 85

Gambar 3.12 : Salah satu mading di kelas bilingual 87

Gambar 4.1 : Praktek Sains di Laboratorium 113

Gambar 4.2 : Solat Dhuha Berja’maah di Masjid Ar-Riyadh 124

Gambar 4.3 : Permainan Dampu Roket di Koridor Kelas 134

Gambar 4.4 : Dua Van Perpustakaan Keliling Tangerang Selatan 138

Page 17: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah usaha sadar yang terencana dalam

mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara

aktif mengembangkan potensi dirinya,1 baik potensi dari segi kekuatan spiritual

keagamaan, akhlak mulia, kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, dan

keterampilan yang diperlukan untuk dirinya kemudian untuk masyarakat,

bangsa, dan negara. Didalamnya tidak hanya untuk mencapai hasil belajar yang

baik, melainkan terdapat proses yang terjadi pada peserta didik.2

Islam sebagai salah satu agama yang menganggap pendidikan

merupakan sesuatu yang penting. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah yang

tertera di dalam Al-Quran.

"... ي رفع اهلل الذين امن وا منكم و الذين اوت وا العلم درجات..."3Potongan ayat di atas menyatakan bahwa Allah akan meningkatkan derajat

seseorang yang beriman dan menuntut ilmu. Di dalam Tafsir Qurthubi

dijelaskan bahwa Allah akan meningkatkan derajat seseorang yang beriman dan

menuntut ilmu.4 Jadi pendidikan merupakan suatu hal penting yang dapat

menunjang berkembangnya daya pikir seseorang.

Pendidikan juga merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan

bermasyarakat karena dengan pendidikan masyarakat dapat memperbaiki

kualitas hidup, hal ini diperkuat dengan semakin tinggi pendidikan yang

dipelajari maka semakin terbuka kemungkinan peningkatan wawasan ilmu

pengetahuan dan pengalaman dalam menyelesaikan masalah.5

Pendidikan juga dipandang sebagai salah satu kunci utama dalam

mengatasi masa depan. Dengan demikian kualitas pendidikan harus

dilaksanakan secara sistematis serta searah berdasarkan kepentingan yang

mengacu pada kemajuan pengetahuan dan teknologi (IPTEK)6 yang dilandasi

1 UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional. 2 M. Supriadi, “Analisis Sistem Penilaian Kelas dalam Kegiatan Belajar

Mengajar”, El-Hikam: Jurnal Pendidikan dan Kajian KeIslaman, Vol VII, No. 1,

Januari (2014) : 3. 3 QS. Al-mujadilah, 11 4 Ahmad, Abdul Malim Qurtubi, Tafsir Al-qurthubi, (Qahirah: Maktab Arabiyah,

1967) 268. 5 Onny S Prijono dan A.M.W Pranarka, Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan

Implentasi, (Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1996) 72. 6 Suparlan, “Pendidikan IPTEK Informatif”, Jurnal Terampil, Vol. 2, No. 2,

Januari, (2014) : 6.

Page 18: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

2

oleh keimanan dan ketakwaan (IMTAK)7. Akan tetapi pada kenyataanya

pendidikan di Indonesia saat ini dalam kondisi kritis. Awal tahun 2016 salah

seorang pengamat pendidikan yang bernama Indra Charismiadji di dalam acara

seminar nasional pendidikan mengatakan bahwa 5 lembaga survei Indonesia

yang menempatkan tingkat pendidikan di Indonesia berada pada ranking

terbawah. Organization for Economic and Development (OECD) menempatkan

Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara. Kemudian The Learning Curve

menempatkan Indonesia pada posisi terakhir dari 40 negara. Sedangkan hasil

survei TIMS and Pirl lebih bagus menempatkan Indonesia di posisi 40 dari 42

negara. Lalu Word Education Forum yang berada di bawah naungan PBB

menempatkan Indonesia di posisi 69 dari 76 negara. Dan yang terakhir Word

Literacy meletakkan Indonesia pada ranking ke 60 dari 61 negara.8

Apabila kita bandingkan dengan survei yang dilakukan oleh United

Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada

tahun 2011 terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di asia

pasifik. Salah satu hasilnya adalah Indonesia menduduki peringkat ke 10 dari 14

negara.9 Maka, dari survey UNESCO tersebut menggambarkan bahwa

pendidikan di Indonesia belum mengalami perubahan dari segi mutu dan

kualitas pendidikan.

Menelusuri krisis pendidikan nasional yang bermutu rendah sulit

rasanya apabila kita menetapkan salah satu penyebab yang pasti, tetapi

penesulurannya akan sampai bagian terpenting didalam kegiatan di sekolah.

Ada 3 elemen penting dalam pendidikan dan pembelajaran yang harus

diperhatikan, yaitu: (i) Fasilitas,10 (ii) Guru,11 dan (iii) Kurikulum.12 Ketiga

elemen ini adalah saling melengkapi satu sama lain. Pengertian element fasilitas

dan guru akan dijelaskan secara singkat dan padat. Kemudian pengertian dan

perangkat yang berkaitan dengan kurikulum akan dibahas secara lebih rinci.

Fasilitas adalah tempat, alat-alat, dan layanan yang diberikan oleh pihak

sekolah kepada peserta didik dalam menunjang proses belajar mengajar yang

dilakukan di sekolah. Fasilitas ini diberikan supaya pembelajaran berjalan

7 Milya Sari, “Pendidikan Biologi Berbasis IMTAQ Sebagai Usaha Pembentukan

Karakter Bangsa”, Jurnal Ta’dib, Vol. 16, NO. 1 (2013) : 4. 8 http://www.jpnn.com/read/2016/04/26/393153/SEDIH!-Ini-Peringkat-Pendidik

an-Indonesia-versi-5-Lembaga-Survei-Internasional- 9 Bapennas, 2012 10 Krisnandini Wahyu Pratiwi, “Analisis Pengaruh Kematangan dan Fasilitas

Belajar Terhadap Prestasi Mahasiswa fakultas Ekonomi”, Jurnal akutansi, manajemen

bisnis dan sector public – JAMBSP, Vol. 4, No. 2, Februari (2008) : 168. 11 Fitri Oviyanti, “Tantangan Pengembangan Pendidikan Keguruan di Era

Global”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7, No. 2, Oktober (2013) : 268. 12 Amri Yusuf Lubis, “Pelaksanaan Management Kurikulum pada SMA Negri 1

Buengcala Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal Adminisrtasi Pendidikan Pasca Sarjana

Universitas Syiah Kuala, Vol. 3, No. 1, Februari (2015) 14.

Page 19: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

3

secara efisien dan efektif, sehingga peserta didik dapat belajar secara maksimal

dan dapat menghasilkan hasil yang baik nantinya.13 Sedangkan guru dianggap

sebuah elemen yang penting di dalam proses pembelajaran, karena guru adalah

elemen yang berhubungan langsung dengan siswa yang mana sebagai subjek

dan objek belajar.14 Guru secara umum adalah sebuah profesi yang mana guru

ini bekerja secara professional dalam mengajar, mendidik, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai serta mengevaluasi peserta didik.15 Fasilitas dan

guru sangat diperlukan koordinasi yang baik. Diupayakan guru sangat paham

dalam menggunakan dan mengoperasikan fasilitas yang ada, sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dengan menggunakan fasilitas yang

ada.16

Kurikulum merupakan pondasi dari pelaksanaan pendidikan. Salah satu

fungsinya adalah sebagai alat ukur perkembangan pendidikan yang terjadi di

suatu lembaga pendidikan. hal ini dapat diartikan bahwa arah pendidikan kita

tergantung pada kurikulum yang dibuat.17 Perkembangan dari perubahan

kurikulum dapat juga memanfaatkan kebutuhan dari daerah setempat, sehingga

dapat menjadi hubungan dan timbal balik sehingga perubahan tersebut pada

intinya dapat berdampak positif bagi peningkatan kualitas bangsa dan Negara.18

Pembahasan mengenai kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari

pengertian kurikulum, posisi kurikulum dalam pendidikan,19 dan proses

pengembangan kurikulum.20 Pembahasan mengenai ketiga hal ini dalam urutan

seperti itu sangat penting karena pengertian seseorang terhadap arti kurikulum

13 Muhammad Rifki Adam, “Hubungan Antara Fasilitas Sekolah, Minat Belajar,

dan Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI di SMK Se-kecamatan Mojosari”, Jurnal BK

UNESA, Vol. 3, No. 1 (2013) : 66. 14 Hasnawati, “Pendekatan Contextual Teaching Learning Hubungannya dengan

Evaluasi Pembelajaran”, Jurnal ekonomi & pendidikan, Vol. 3, No. 1, April (2006) : 2. 15 M. Shabir. U, “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik (Tugas dan Tanggung

Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kopetensi Guru)”, Jurnal Aladuna, Vol. 2, No. 2,

Desember (2015) : 222. 16 Lucia H. Winingsih, “Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK dalam

Meningkatkan Profesionalisme Guru”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19,

No. 4, Desember (2013) : 586. 17 https://www.jurnalasia.com/opini/fungsi-kurikulum-dalam-pendidikan/

(Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016 pukul 4.51 wib). 18 Bracha Alpert, Student’s resistance in classroom. Antropology & Education

Quarterly, (Vol. 22, No.4, Blackwell Publishing, 1991) 14. 19 Sariono, “Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas”, E-Jurnal Dinas

Pendidikan Kota Surabaya, Vol. 3 (2013) : 8. 20 Sukaya, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi”, Jurnal

teknologi informasi & pendidikan, Vol. 1, No.1, Maret (2010) : 101.

Page 20: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

4

menentukan posisi kurikulum dalam dunia pendidikan dan pada masanya posisi

tersebut menentukan proses pengembangan kurikulum.21

Pembahasan mengenai pengertian kurikulum ini sangat penting karena

ada dua alasan utama yang menjadikannya penting. Pertama, sering kali

kurikulum diartikan dalam pengertian yang sempit. Pengertian yang

dikemukakan mengenai pengertian kurikulum kebanyakan mengenai komponen

yang harus ada dalam suatu kurikulum. Untuk itu berbagai pengertian diajukan

para ahli sesuai dengan pandangan teoritik atau praktis yang dianutnya. Ini

menyebabkan studi tentang kurikulum dipenuhi dengan pengertian-pengertian

tentang arti kurikulum.22

Alasan kedua adalah karena pengertian yang digunakan akan sangat

berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan oleh para pengembang

kurikulum. Pengertian sempit atau teknis dalam kurikulum yang digunakan

untuk mengembangkan kurikulum merupakan sesuatu yang biasa dan wajar

karena itu merupakan sesuatu yang harus dikerjakan oleh para pengembang

kurikulum. Sayangnya, pengertian yang sempit itu turut pula menyempitkan

posisi kurikulum dalam pendidikan sehingga peran pendidikan dalam

pembangunan individu, masyarakat, dan bangsa menjadi terbatas pula.

Misalnya, kurikulum dimaknai dengan sebuah proses belajar mengajar

yang tertuang secara tertulis dan digunakan sebagai pedoman dalam pencapaian

sebuah tujuan suatu lembaga. Sedangkan makna luas bisa dimaknai dengan

menyangkutnya semua aspek dalam proses belajar mengajar dalam sebuah

lembaga untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembahasan mengenai posisi

kurikulum tak kalah pentingnya, karena posisi itu akan memberikan pengaruh

terhadap apa yang harus dilakukan didalam kurikulum dalam suatu proses

pendidikan.

Pembahasan mengenai proses pengembangan kurikulum merupakan

terjemahan dari pengertian kurikulum dan posisi kurikulum dalam proses

pendidikan dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan. Pengertian dan

posisi kurikulum akan menentukan apa saja yang seharusnya menjadi perhatian

awal para pengembang kurikulum, mengembangkan ide kurikulum,

berkembangnya kurikulum dalam bentuk teori, proses implementasi, dan proses

evaluasi kurikulum.23

21 Budi Hartono, “Lima Konsepsi Kurikulum dan Implementasinya dalam

Rancangan Kurikulum”, E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Vol. 1 (2012) : 2. 22 Juwariyah, “Kurikulum Ideal antara Cita dan Realita”, Jurnal Pendidikan

Agama Islam, Vol. 1, No. 2 (2004) : 200. 23 Yusnaini, Nasir Usman, Sakdiah Ibrahim, “Evaluasi Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan pada Sekolah Dasar Negri 67 Kota Banda Aceh”, Jurnal

Administrasi Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Agustus (2014) : 12.

Page 21: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

5

Pengembangan sebuah kurikulum merupakan sesuatu yang lumrah

terjadi karena merupakan sebuah bukti adanya peingkatan kualiatas kurikulum

itu sendiri. Tentunya pengembangan yang dilakukan sudah melalui berbagai

analisis data dan temuan dari studi-studi yang menghasilkan banyak indikator

yang menunjukkan bahwa perlunya ada perubahan dengan cara

mengembangkan kurikulum.24 Banyak faktor yang harus diperharikan,

diantaranya media, latar belakang keluarga, sekolah, iklim, staf, fasilitas,

peralatan dan lain-lain.

Analisis faktor-faktor tersebut, bersama dengan analisis diri, diikuti oleh

studi implikasi untuk perencanaan kurikulum merupakan salah satu langkah

menuju pendekatan rasional kurikulum. Kemudian analisis situasi adalah titik

permulaan yang jelas untuk pembangunan kurikulum karena proses ini

merupakan sebuah kesempatan yang ideal untuk pengembang kurikulum.

Sehingga semua hal-hal di atas, adalah kesempatan bagi kurikulum pengembang

untuk memperhitungkan faktor-faktor dalam mengembangkan kurikulum untuk

memenuhi kebutuhan siswa.25

Adapun faktor-faktor yang memberikan dampak terhadap

perkembangan kurikulum, diantaranya: Pertama, Situasi. faktor ini meliputi

kebudayaan, perubahan sosial, harapan orangtua, komunitas, asumsi, nilai, dan

ideologi. Kedua, Persyaratan sistem. Diantaranya adalah pendidikan dan

tantangan, kebijakan, ujian, otoritas lokal atau tuntutan dan tekanan, proyek

kurikulum, dan riset pendidikan. Ketiga, Sifat subjek yang harus diajarkan

menjadi masalah. Keempat, Kontribusi potensi guru dan dukungan sistem.

Misalnya seperti pelatihan guru dan dosen yang diadakan oleh lembaga

penelitian. Kelima, Sumber daya yang masuk ke sekolah. Keenam, Peserta didik

yang memiliki bakat, kemampuan dan kebutuhan pendidikan. Ketujuh, Guru

yang meliputi nilai, sikap, keterampilan pengetahuan, pengalaman, kekuatan

dan kelemahan sosial, serta peran guru. Kedelapan, Struktur sekolah meliputi

kepatuhan dan pelanggaran pada norma-norma umum. Kesembilan, Daya

material termasuk tanaman, peralatan, dan potensi untuk meningkatkan fasilitas

dan lingkungan. Kesepuluh yang merupakan terakhir adalah Evaluasi

kekurangan dalam kurikulum yang sudah ada.26

24 Ismail Suardi Wekke, “Pesantren dan Pengembangan Kurikulum

Kewirausahaan: Kajian Pesantren Raudahtul Khuffadz Sorong Papua Barat”, Jurnal

Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 6, No. 2, Desember (2012) : 6. 25 Efraim Ferdinan Giri, “Konvergensi Standar Akutansi dan Dampaknya

Terhadap Pengembangan Kurikulum Akutansi dan Proses Pembelajaran Akutansi di

Perguruan Tinggi Indonesia”, Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia, Vol. VI, No. 2

(2008) : 20. 26 Afzaal Hussain, Ashiq Hussain Dogar, Muhammad Azeem, Azra Shakoor,

“Evaluation of Curriculum Development Process”, Internasional Jurnal of Humanities

and Social Science, Vol. 1, No. 14, Oktober (2011) : 264.

Page 22: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

6

Istilah “Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh

pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai

sekarang ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya,

sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Dari

banyak istilah kurikulum banyak yang berpendapat bahwa kurikulum berasal

dari bahas Latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh

seorang pelari. Jadi, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang

harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan

menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini,

ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh

kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari

telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya

mencapai garis finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai

jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan

pendidikan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.27

Sumintono28 menuliskan bahwa kurikulum adalah perangkat

pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan

masyarakat. Secara etimologis, kurikulum merupakan terjemahan dari

kata curriculum dalam bahasa Inggris, yang berarti rencana

pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa Latin currere yang berarti berlari

cepat, maju dengan cepat, menjalani dan berusaha untuk. Banyak defenisi

kurikulum yang pernah dikemukakan para ahli. Sehingga defenisi-defenisi

tersebut bersifat operasioanl dan sangat membantu proses pengembangan

kurikulum tetapi pengertian yang diajukan tidak pernah lengkap. Kemudian Nur

Ahid29 mengungkapkan bahwa kurikulum adalah pernyataan mengenai tujuan,

ada juga yang mengemukakan bahwa kurikulum adalah suatu rencana tertulis.

Terdapat banyak sekali definisi para ahli tentang kurikulum, namun

definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut berbeda antara satu dengan

lainnya. Perbedaan pendapat para ahli tersebut berdasarkan perbedaan

pemikiran atau ide sehingga menyebabkan perbedaan dalam kurikulum yang

dihasilkan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat para

ahli tersebut, yaitu; pandangan filosofi, ruang lingkup komponen kurikulum,

polarisasi kurikulum (kegiatan belajar mengajar), dan posisi evaluasi dalam

pengembangan kurikulum.

27 Moh. Asykuri, “Pengembangan Pendidikan Berbasis Pesantren (Kajian

Kurikulum Ideal di Pesantren Dalam Era Globalisasi)”, Jurnal Studi Islam Madinah,

Vol. 10, No. 2, Desember (2013) : 174. 28 Bambang Sumintono, “Isu Pengembangan Kurikulum Baru”, Jurnal

pendidikan teknologi (2013) : 4. 29 Nur Ahid, “Konsep dan teori kurikulum dalam dunia Pendidikan”, Islamica,

Vol. 1, No. 1, Sptembe (2006) : 2.

Page 23: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

7

Pengaruh pandangan filosofi terhadap pengertian kurikulum ditandai

oleh pengertian kurikulum yang dinyatakan sebagai “subject matter”,

“content” atau bahkan “transfer of culture”. Khusus yang mengatakan bahwa

kurikulum sebagai “transfer of culture” adalah dalam pengertian kelompok ahli

yang memiliki pandangan filosofi yang dinamakan perennialism.30

Perennialisme adalah teori pendidikan yang membahas mengenai

prinsip-prinsip realisme. Teori ini memberi pandangan konservatif atau

tradisional tentang sifat manusia dan pendidikan. Sependapat dengan pernyataan

Aristoteles bahwa manusia adalah mahkluk rasional, perennialistis melihat

sekolah sebagai lembaga yang dirancang untuk menumbuhkan kecerdasan

manusia.

Para perennialist melihat tujuan universal pendidikan sebagai

pencarian dan penyebaran kebenaran. Karena kebenaran bersifat universal dan

tidak berubah, maka pendidikan asli juga universal dan konstan. Pendidikan

harus berisi pokok bahasan kognitif yang menumbuhkan rasionalitas dan

pendidikan moral, keindahan, dan prinsip-prinsip agama untuk menumbuhkan

dimensi sikap, seperti idealis dan realis.31

Perbedaan ruang lingkup kurikulum juga menyebabkan berbagai

perbedaan dalam definisi. Ada yang berpendapat bahwa kurikulum adalah

“statement of objectives”, ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah

rencana bagi guru untuk mengembangkan proses pembelajaran atau

instruction32 Ada yang mengatakan bahwa kurikulum adalah dokumen tertulis

yang berisikan berbagai komponen sebagai dasar bagi guru untuk

mengembangkan kurikulum guru.33

Ada juga pendapat resmi negara seperti yang dinyatakan dalam

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa kurikulum

adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.34

Kurikulum adalah suatu pedoman yang terencana dan terorganisir

dimana didalamnya tercakup tujuan pembelajar, pembelajaran, sarana dan

prasarana, alat atau bahan, evaluasi untuk menciptakan suatu pengalaman

30 Kieran Egan, “Retrospective on “What is Curriculum?” (Tanner dan Tanner,

1980:104), Journal of Canadian Association for curriculum studies, 18. 31 Moch Taolchah, “Filsafat Pendidikan Islam: Konstruksi Tipologis dalam

Pengembangan Kurikulum”, Tsaqafah Jurnal Pendidikan Islam, Vol. II, No. 2,

November (2015) : 397. 32 Fred C. Lunenbrug, Curriculum Development: Deductive Models, (Saylor,

Alexander, dan Lewis, 1981, vol. 2 2011) 11. 33 R. A. Kruger, Curriculum Planning, Teaching, and Learning: An Interrelated

Coherency, (Rand Afrikaans University, 1976) 10. 34 UU no 20 tahun 2013 pasal 1 ayat 19

Page 24: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

8

belajar pada pembelajaran dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga

penyelenggara pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.35 Dalam usaha

pencapaian tujuan pendidikan, peran kurikulum dalam pendidikan formal di

sekolah sangatlah strategis. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan dan posisi

yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum

merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu

sendiri, karena peran kurikulum sangat penting maka menjadi tanggung jawab

semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan.36

Bagi guru, kurikulum itu sendiri berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan proses belajar mengajar. Karena guru bukan hanya mengajar

selama seminggu akan tetapi guru juga memantau proses pembelajaran. Kepala

sekolah dan pengawas berfungsi sebagai pedoman supervisi atau pengawasan.

Kemudian orang tua berfungsi sebagai pendukung pedoman untuk memberikan

bantuan terselenggaranya proses pendidikan. Sedangkan bagi siswa kurikulum

sebagai pedoman pelajaran.37

Dalam pengertian kurikulum yang dikemukakan tersebut harus diakui

ada kesan bahwa kurikulum seolah-olah hanya dimiliki oleh lembaga

pendidikan modern dan yang telah memiliki rencana tertulis.38 Sedangkan

lembaga pendidikan yang tidak memiliki rencana tertulis dianggap tidak

memiliki kurikulum. Pengertian tersebut memang pengertian yang diberlakukan

untuk semua unit pendidikan dan secara administratif kurikulum harus terekam

secara tertulis.39

Posisi sentral ini menunjukkan bahwa di setiap unit pendidikan

kegiatan kependidikan yang utama adalah proses interaksi akademik antara

peserta didik, pendidik, sumber dan lingkungan. Posisi sentral ini menunjukkan

pula bahwa setiap interaksi akademik adalah jiwa dari pendidikan. Dapat

dikatakan bahwa kegiatan pendidikan atau pengajaran pun tidak dapat dilakukan

tanpa interaksi dan kurikulum adalah desain dari interaksi tersebut.40

35 Sukadir, “Kurikulum 2013 sebagai Pendukung Penyiapan Generasi Emas”,

Jurnal Study Islam Panca Wahana, Edisi 12 (2014) : 3. 36 Hendripides, Ghani Haryana, “Need Assesment Pekerja Alumni yang Bekerja

pada SMK di Pekanbaru, Guna Mengembangkan Kurikulum pada Prodi Pendidikan

Ekonomi FKIM Universitas Riau”, Pekbis Jurnal, Vol. 6, No. 2, Juli (2014) : 1. 37 Saedah Siraj, “Pembelajaran Metode dalam Kurikulum Masa Depan”, Jurnal

masalah pendidikan, jilid 27 (2001) : 138. 38 Muhammad Solihin, “Kurikulum Pendidikan Islam”, NIZAM: Jurnal Studi

KeIslaman, No. Juli – Desember (2013) : 3. 39 Faridah Alawiyah, “Kesiapan Guru dlam Implementasi Kurikulum 2013”, Info

Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol. VI, No. 15, Agustus (2014) : 2. 40 I Wayan Karmana, “Strategi Pembelajaran Kemampuan Akademik,

Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Hasil Belajar Biologi”, Jurnal Ilmu Pendidikan,

Jilid 17, No. 5 Juni (2011) : 380.

Page 25: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

9

Secara singkat, posisi kurikulum dapat disimpulkan menjadi tiga. Posisi

pertama adalah kurikulum sebagai construct yang dibangun untuk mentransfer

apa yang sudah terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk

dilestarikan, diteruskan atau dikembangkan. Pengertian kurikulum berdasarkan

pandangan filosofis perenialisme dan esensialisme sangat mendukung posisi

pertama ini.

Posisi kedua adalah kurikulum berposisi sebagai jawaban untuk

menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan dengan pendidikan.

Posisi ini dicerminkan oleh pengertian kurikulum yang didasarkan pada

pandangan filosofi progresivisme. Posisi ketiga adalah kurikulum untuk

membangun kehidupan masa depan dimana kehidupan masa lalu, masa

sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan pembangunan bangsa

dijadikan dasar untuk mengembangkan kehidupan masa depan.41

Kurikulum Cambridge merupakan kurikulum yang diambil dari luar

negeri yang kemudian diterapkan oleh satuan pendidikan untuk melengkapi

kurikulum nasional. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia cukup banyak jenis

kurikulum yang diterapkan di berbagai instansi pendidikan, baik kurikulum

yang dibentuk secara nasional dari pemerintah seperti kurikulum 2013 atau

CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan lainnya hingga kurikulum-kurikulum

non-nasional pemerintah diberlakukan secara sadar. Salah satunya adalah

kurikulum Cambridge. Hal ini bisa dilakukan terutama setelah diberlakukan

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang membuka peluang

pengembangan kurikulum pada tingkat satuan instansi pendidikan. Adaptasi

kurikulum ini dianggap memberikan dampak positif pada proses pembelajaran

di sekolah. Biasanya sekolah yang menerapkan kurikulum Cambridge ini

merupakan sekolah yang menerapkan kebijakan bilingual (dua bahasa

pengantar). Kurikulum Cambridge ini menekankan pada logika berpikir dari

pada sekedar menghafal dan hitungan.

Penekanan pada logika berfikir ini kemudian dianggap mampu

membantu siswa untuk berpikir kritis dan lebih memperdalam belajarnya tetap

tidak menyulitkan siswa walaupun menggunakan bahasa asing. Selain itu

apabila kita bandingkan dengan kurikulum lain yang ada di Indonesia ini,

kurikulum Cambridge ini tentunya dengan tidak berpacu pada target rancangan

yang sudah dibuat. Kurikulum Cambridge dibagi kepada empat tingkatan

berdasarkan usia, yaitu Cambridge primary untuk usia 5-11 tahun, Cambridge

secondary 1 untuk usia 11-14 tahun, Cambridge secondary 2 untuk usia 14-16

tahun, dan Cambridge advance untuk usia 16- 18 tahun.

41 Rustam, “Konstrak keterampilan mengajar mahasiswa program pendidikan

guru sekolah dasar”, Jurnal pendidikan dan kebudayaan, Vol. 21, No. 3, Desember

(2015) : 1.

Page 26: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

10

Kurikulum Cambridge merupakan salah satu kurikulum dalam katagori

favorit. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah-sekolah yang menggunakan

kurikulum Camridge baik di luar maupun di dalam negri, baik sekolah sekuler

maupun sekolah Islam. Sehingga kurikulum ini merupakan kurikulum yang

sangat terkenal. Kurikulum Cambridge berasal dari Cambridge University,

London, United Kingdom yang merupakan universitas terbaik urutan 5 besar di

dunia. Karena posisi universitas ini sudah tidak diragukan, maka tingkat

kesulitannya pun tidak diragukan.42

Apabila kita melihat mundur kesejarah dunia, UK dahulu telah

menjajah puluhan negara (colony) yang ada di seluruh dunia. Kemudian banyak

negara jajahannya yang makmur, sehingga negara-negara yang pernah dijajah

dan makmur disebut masuk dalam negara-negara persemakmuran (British

Commonwealth). Banyak peninggalan budaya yang ditinggalkan oleh mereka.

Salah satunya di bidang pendidikan, sehingga kebiasaan-kebiasaan yang sudah

ada di Cambridge disesuaikan dengan sistem pendidikannya, maka dibentuklah

kurikulum Cambridge. Kemudian muncul beberapa negara yang mengadopsi

kurikulum tersebut, baik secara penuh (Full Curriculum), ataupun sebagian

(Parcial Curriculum) dengan menyesuaikan keadaan lokal negara tersebut.

Sudah hampir 150 negara yang menggunakan kurikulum Cambridge,

diantaranya: Kanada, Singapura, Malaysia, Selandia baru, dan lain-lain.43

Penerapan kurikulum Cambridge ini pun diiringi dengan kemajuan atau

keberhasilan negara-negara tersebut menjadi negara yang berkembang.

Sebagaimana yang kita ketahui, pendidikan merupakan suatu alat untuk

merubah nasib seseorang. Mengutuip ucapannya Nelson Mandela bahwa

pendidikan adalah sebuah jembatan terpenting untuk merubah nasib.

Membicarakan pendidikan maka kurikulum tentunya tidak akan bisa lepas,

kemudian kurikulum itu sendiri merupakan satu hal yang sangat menarik di

Indonesia.

Melihat dari perkembangan dan perubahan yang pesat diatas, maka

penulis juga memilih lokasi penelitian yang memiliki potensi perkembangan

yang pesat di bidang pendidikan. Sehingga salah satu alasan pemilihan

Tangerang Selatan menjadi lokasi penelitian ini dikarenakan Tangerang Selatan

dianggap sebagai wilayah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang cukup

tinggi. Pembangunan sektor tata ruang kota di Kota Tangerang Selatan yang

42 Heri Ruslan, Wow, Sekolah di Indonesia Ramai-Ramai Terapkan Kurikulum

Cambridge, Selasa, 4 Juni 2013 08.51, http://bekasi.binus.sch.id/2016/03/cambridge-

international-examinations-kurik ulum-yang-diakui-dunia/ (Diakses pada tanggal 24

Oktober 2016 pada pukul 11.13 wib). 43 http://republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/06/04/mnuiii-wow-

sekolah-di-indonesia-ramairamai-terapkan-kurikulum-cambridge (Diakses pada tanggal

24 Oktober 2016 pada pukul 15.11 wib).

Page 27: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

11

mencakup banyak aspek mulai dari segi ekonomi, social, budaya, pendidikan,

teknologi, olah raga dan lainnya.44

Hal ini dikuatkan dengan peraturan daerah kota Tangerang Selatan yang

memfokuskan tujuan dari penataan ruang wilayah kota ini merupakan tujuan

yang ditetapkan pemerintah daerah kota dalam rangka mewujudan visi dan misi

pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya

mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,

dan berkelanjutan dengan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan

nasional.45

Sehingga dengan berkembangnya aspek pembangunan ini, kota

Tangerang selatan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan

ekonomi global melalui promosi budaya, inovasi, serta alih teknologi dan ilmu

pengetahuan. Ajang tersebut juga menjadi wadah bertukar pendapat dan

memperluas jejaring para profesional penelitian dan pembuat kebijakan dalam

ilmu pengetahuan dan inovasi di dunia industri teknologi tinggi, serta komunitas

masyarakat dari seluruh dunia.46

Terdapat beberapa sekolah dasar Islam yang menggunakan kurikulum

Cambridge yang ada di Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini saya akan

fokus pada dua sekolah dasar Islam dan madrasah ibtidaiyah, diantaranya

Mumtaza Islamic School dan Madrasah Ibridaiyah Negri (MIN) 1 Ciputat.

Pemilihan sekolah ini berdasarkan katagori sekolah negri dan sekolah swasta

yang berada di Tangerang Selatan. Perbedaan katagori sekolah ini juga

membedakan Kementrian yang menaungi sekolah-sekolah tersebut. Sekolah

Mumtaza Islamic School mengajukan permohonan surat izin operasional

legalitas atas kegiatan belajar mengajar kepada Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud), sedangkan MIN 1 Ciputat dibawah naungan

Kementrian Agama (Kemenag).

Kedua sekolah ini memiliki program unggulan, yaitu Tahfidz.

Kemudian sekolah ini juga mengedepankan pengetahuan IMTAQ dan IMTEK,

salah satunya dapat dilihat dari kegiatan ibadah solat wajib yang dilakukan di

sekolah. Kemudian alasan lainnya, yaitu sekolah-sekolah ini semuanya

mengunakan kurikulum Cambridge yang tetap menonjolkan karakter unik yang

berbasis Islam di dalam program pencapaiannya. Begitu juga solat Sunnah

seperti sholat dhuha dan pelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an dilakukan

44 http://tatakota-bangkim.tangerangselatankota.go.id/teknik/seksi-perencanaan/

(Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016 pada pukul 11.46 wib) 45 Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 15 Tahun 2011 Tentang

Reancana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 – 2031. 46 http://www.kabar-banten.com/site/index/tangerang/tangerang-selatan-tuan-rum

ah-forum-inovasi-global-861.html (Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016 pada pukul

14.36 wib).

Page 28: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

12

di sekolah. Kemudian fasilitas teknologi yang diberikan juga sangat memadai,

hal ini ditujukan agar mendukungnya kegiatan belajar mengajar yang

mengedepankan IMTEK dengan fasilitas yang bagus. Sekolah MIN 1 Ciputat

merupakan madrasah negri yang pelajaran Bahasa Inggrisnya menggunakan

kurikulum Cambridge. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris. Program bilingual ini tidak hanya didapat melalui

saat pelajaran formal itu berlangsung, akan tetapi kegiatan berbahasa ini

tersalurkan melalui Bahasa komunikasi mereka antar sesama murid dan guru

menggunakan Bahasa Inggris, begitu juga sebaliknya. Dibantu juga dengan

kegiatan extrakurikuler yang sangat membantu murid di dalam pengembangan

Bahasa, salah satunya English club.

Dari kedua sekolah tersebut, terdapat hal spesifik yang akan diteliti dan

mengungkapkan fakta, apakah dua sekolah dasar Islam tersebut mengadopsi

kurikulum Cambridge secara penuh atau sebagian? Nantinya penemuan ini

penulis dasarkan pada penelitian lapangan di dua sekolah tersebut. Kemudian

pengamatan penulis tentang seberapa jauh dua sekolah Islam tadi

memparaktikkan persyaratan kurikulum Cambridge juga menjadi salah satu

fokus saya dalam pengumpulan data.

Kemudian pembelajaran lokal apa saja yang dipertahankan sehingga

budaya tersebut posisinya menjadi karakter yang diunggulkan oleh sekolah-

sekolah tersebut. Penemuan ini mengispirasi saya untuk menghubungkan

dengan gagasan George Ritzer yang menyatakan bahwa teori glokalisasi itu

adalah teori belajar yang memiliki suatu pedoman yang memahami perubahan

dengan pola fikir global dan bertindak lokal. Dengan perkataan lain dalam

konteks dua sekolah dasar Islam yang saya teliti ini saya menemukan bahwa

ketidakutuhan dua sekolah tersebut dalam mengadopsi kurikulum Cambridge.

Sehingga menunjukkan bahwa dua sekolah tadi mengadopsi kurikulum

Cambridge itu tanpa menghilangkan kurikulum yang sudah ada di sekolah

tersebut atau menambahkan kurikulum lain selain kurikulum Cambridge

kedalam kurikulum sekolah khususnya kurikulum agama (Islam).

Saya : Kurikulum Cambridge ini kapan pertama kali digunakan?

Guru : Kalau ga salah dari tahun 2010

Saya : Trus sebelumnya pake kurikulum apa?

Guru : Dulu sih kita memang pake kurikulum madrasah yang dari

Kemenag, tapi ada beberapa mata pelajaran pake kurikulum

nasional, yaitu KTSP. Kaya misalnya pelajaran IPS atau olah

raga.47

47 Wawancara dengan Ibu Sugi pada tanggal 28 April 2017 pukul 09.18 di MIN

1 Ciputat.

Page 29: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

13

Dalam penelitian lapangan saya di dua sekolah dasar Islam tersebut,

saya mencoba untuk menemukan glokalisasi dengan menggunakan pendekatan

fenomenologi. Pendekatan ini dikembangkan oleh Edmund Husserl sehingga

mendorong saya untuk melakukan kajian ini dengan konsep glokalisasi.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Awal penelitian ini dibuat atas dasar maraknya sekolah-sekolah

yang menggunakan kurikulum Cambridge sebagai pedoman administrasi

pada suatu sekolah. Hal ini banyak dilakukan karena banyaknya sekolah-

sekolah swasta maupun negri, terutama sekolah yang berbasis Islam ingin

meningkatkan mutu serta menjadikan sekolah tersebut menjadi sekolah

yang berstandar Internasional namun tidak menghilangkan keunikannya.

Selain itu sekolah tersebut tetap memiliki karakter dengan menonjolkan

budaya lokal. Berdasarkan dari latar belakang yang dipaparkan diatas,

maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Keadaan ilmu yang semakin maju dan berkembangnya

kreatifitas yang membuat pengembang kurikulum berlomba-

lomba memberikan pendidikan yang terbaik dengan indikasi

sekolah Islam yang unggulan yang mutakhir.

b. Cara mengadopsi dan menyesuaian kurikulum Cambridge di

sekolah yang berbasis Islam.

c. Permasalahan yang timbul dalam penerapan kurikulum

Cambridge di sekolah yang berbasis Islam.

d. Cara sekolah berbasis Islam tersebut dalam mempertahankan

karakter sekolah yang memiliki kultur budaya tersendiri.

e. Kesiapan SDM pendidikan dalam mengembangkan kurikulum

Cambridge.

f. Proses glokalisasi dalam upaya mempertahankan eksistensi

budaya lokal.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi tersebut, maka

dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini mengenai proses adaptasi

pembelajaran yang terjadi di sekolah Islam melalui pengaruh kurikulum

Cambridge terhadap kurikulum lokal yang dikembangakan oleh sekolah

dasar Islam di Tangerang selatan. Rumusan masalah tersebut dapat dirinci

sebagai berikut:

Page 30: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

14

a. Bagaimana sekolah dasar Islam mengadaptasikan Kurikulum

Cambridge dalam pembelajaran di sekolah yang Islami?

b. Bagaimana sebuah sekolah Islam dalam menghadapi arus

globalisasi dengan konsep glokalisasi?

3. Pembatasan Masalah

Dari uraian di atas terliat begitu banyak permasalahan dalam

pendidikan yang berkaitan dengan kurikulum Cambridge. Oleh karena itu

penulis membatasi beberapa masalah dalam penulisan penelitian ini dengan

mengetahui apa saja yang terjadi dalam beberapa tiga aspek yaitu, Pertama,

kurikulum Cambridge dengan konteks eksistensi budaya lokal pada proses

pembelajaran di sekolah dasar yang berbasis Islam. Kedua, penelitian

dilakukan di dua sekolah dasar, Mumtaza Islamic School dan MIN 1

Ciputat. Ketiga, penelitian ini juga difokuskan pada periode pengajaran

tahun 2016-2017.

4. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang terjadi dalam

pengadopsian kurikulum Cambridge dan proses glokalisasi terhadap

implementasi kurikulum Cambridge. Maka secara umum penelitian ini

bertujuan untuk:

a. Menganalisis bagaimana glokalisasi kurikulum Cambridge

terjadi di sekolah dasar Mumtaza Islamic school dan MIN 1

Ciputat.

b. Menganalisis bagaimana kebijakan sekolah yang berbasis

Islam dan memiliki kebudayaan lokal terhadap kurikulum

Cambridge yang berjalan di sekolah dasar Mumtaza Islamic

school dan MIN 1 Ciputat.

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

kepentingan teoritis dan praktis.

Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain:

- Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengembangan kurikulum

pendidikanIslam.

- Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan

jurusan pendidikan Islam.

Secara praktis penelitian ini diharapan bermanfaat untuk dijadikan:

Bagi peneliti

Page 31: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

15

- Sebagai prasyarat untuk memenuhi tugas akhir pada studi peneliti untuk

memeroleh gelar Magister Pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta. Serta hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang pengembangan kurikulum.

Bagi tempat peneliti meneliti

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para

pengelola dalam upaya memperbaiki, meningkatkan, serta

mengembangakan kurikulum sekolah tersebut.

- Tesis ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan ilmu

pengetahuan serta wawasan penulisan kepada pembaca tentang kurikulum

Cambridge dan eksistensi budaya melalui proses glokalisasi yang ada

sekarang ini, sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar di

masa yang akan datang dapat meningkat lebih baik lagi dari segi kualitas

maupun kuantitas yang diberikan di dalam dunia pendidikan.

C. Penelitian terdahulu yang relevan

Berbagai kajian terkait dunia pendidikan, terutama dalam membahas

tentang kurikulum telah banyak dilakukan oleh para peneliti dari berbagai

kalangan. Diantaranya: Pertama, Jack C. Richards,48 menyatakan bahwa

kurikulum termasuk perencanaan pendidikan yang didasari oleh banyak proses.

Sehingga proses tersebut menghasilkan sebuah pengembangan, implementasi

serta evaluasi di dalam pengembangan bahasa. Sehingga pembelajaran bahasa

kedua atau bahasa asing merupakan salah satu pendidikan yang sangat diminati

di dunia ini. Jutaan anak bahkan orang dewasa meluangkan banyak waktu dan

usaha untuk menguasai bahasa baru yang dipelajarinya.

Buku Richards ini merupakan buku yang membahas tentang

perkembangan kurikulum yang fokus pada pengajaran bahasa Inggris.

Pembahasan ini tentunya berbeda dengan pembahasan yang akan penulis teliti

dalam tesis ini, karena penulis akan membahas tentang pengembangan

kurikulum Cambridge yang dianalisis dengan teori glokalisasi.

Kedua, Penelitian tesis Aida Rusmilati R49 dijelaskan bahwa secara

umum tujuan, isi, strategi, dan organisasi kurikulum Internasional yang

diadaptasi di Indonesia, misalnya kurikulum dari Cambridge University telah

sesuai dengan ketentuan standart kriteria Sekolah Berstandar Internasional

(SBI). Sehingga kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang

diadaptasikan dengan kurikulum Internasional.

48 Jack C. Richards, Curriculum Development in Language Teaching (Language

Education), (University Press, 2001) 8. 49 Aida Rusmilati R, “Model Kurikulum Integrasi pada Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional di SMA Negri 3 Madiun”, (Tesis di Universitas Muhammadiyah Malang,

2007) 186-187.

Page 32: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

16

Siswa merupakan sasaran di dalam implementasi kurikulum integrasi

kemudian siswa juga sebagai obyek yang menerima implementasi kebijakan.

Guru sebagai pelaksanan kebijakan dan sekolah sebagai lembaga dan fasilitator

dalam menyiapkan sarana pembelajaran dan memfasilitasi semua kebutuhan

guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian, untuk mengukur

kompetensi siswa digunakanlah nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan

standart kriteria yaitu standart ketuntasan minimal.

Dalam penyusunan dan pengimplementasian kurikulum integrasi

terdapat kendala-kendala yaitu: pertama, kurang siapnya pembuat kebijakan

dalam memfasilitasi kebijakan yang dibuat. kedua, kurangnya dukungan

pemerintah daerah tingkat I maupun tingkat II dalam memfasilitasi operasional

dari program tersebut. Ketiga, kurangnya motivasi guru untuk melakukan

inovasi pembelajaran dan pembaharuan pendidikan. Keempat, kurangnya

kompetensi guru dalam bidang bahasa Inggris dan (Teknologi, Informasi, dan

Komunikasi) TIK. Kelima, kurang lengkapnya sarana pembelajaran sesuai

kriteria Internasional. Keenam kurangnya dukungan masyarakat terhadap

program tersebut.

Dibutuhkan solusi agar sebagai pelaksana kegiatan tetap dapat

melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional.

Solusi-solusi tersebut adalah , Pertama dilakukan pelatihan komputer dan kursus

bahasa Inggris khusus pada guru science dan matematika. Kedua, kerjasama

dengan beberapa dosen dari Perguruan Tinggi Negeri untuk melakukan

pendampingan. Ketiga, Melakukan penyusunan kurikulum integrasi dengan

berpedoman pada teori dan prinsip pengembangan kurikulum yang sesuai.

Keempat, memberikan keleluasaan kepada guru untuk merumuskan indikator

yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kelima, melengkapi buku-buku

referensi dari Cambridge University Press. Keenam, melengkapi tiap kelas

dengan komputer dan LCD serta jaringan internet. Ketujuh, memberikan beban

mengajar yang tidak terlalu berat pada guru yang mengajar di kelas Rintisan

Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Kedelapan, memberikan penghargaan

khusus pada guru bahasa Inggris dan science dan matematika berupa insentif

tertentu, Kemudian kesembilan memberlakukan English day pada seluruh

warga sekolah khususnya siswa.

Apabila dibandingkan dengan penetian yang akan penulis teliti

penelitian ini tentang RSBI ini membahas model kurikulumnya sedangkan

penelitian yang penulis teliti spesifik pada satu kurikulum yang berstandar

Internasional, yaitu kurikulum Cambridge.

Page 33: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

17

Ketiga, Penelitian disertasi yang dilakukan oleh Suprihadi Saputro50

menunjukkan bahwa karakteristik fenomenal yang terdapat pada kurikulum

sekolah standar Internasional berbasis integrasi standar nasional dan model

evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP) di sekolah Mitra adalah

sebagai berikut: pertama, melakukan perencanaan untuk menentukan desain

kurikulum berdasar atas framework kurikulum CIPP yang diintegrasikan dengan

kurikulum standar nasional. Kemudian, setiap sekolah menetapkan perubahan

kebijakan proses kurikulum, perubahan kebijakan rekrutmen guru dan

manajemen infrastruktur. Seterusnya, terdapat perubahan kebijakan substansial

dalam implementasi kurikulum sekolah, menyangkut pengalokasian waktu

pertemuan, struktur bahan, kegiatan dan infrastruktur dalam pelaksanaan

program dan sistem evaluasi program.

Penelitian Saputro ini juga membahas tentang kurikulum dengan

standar Internasional dengan model evaluasi yang spesifik, yaitu Context, Input,

Process, Product (CIPP). Sedangkan yang pebulis teliti fokus dengan kurikulum

Cambridge secara keseluruhan, mulai dari metode pembelajaran, materi

pembelajaran, dan evaluasi kurikulum tersebut.

Keempat, sebuah artikel yang ditulis oleh Zaki Mubarak dengan judul

TOEFL, Kolonialisasi dan Glokalisasi. Penulis berkeyakinan TOEFL dan

kolonialisasi gaya baru, berkaitan antara satu sama lainnya. Tidak bisa

dipungkiri, TOEFL sebagai alat ukur yang memiliki posisi strategis di dunia

akademik menjadi alat untuk kolonialisasi gaya baru. Pernyataan ini terlihat

berlebihan, namun dalam pendekataan negetif di dalamnya. Mau tidak mau,

suka tidak suka, kita telah dijajah oleh Bahasa Inggris dan TOEFL dalam

berprilaku berbangsa dan bernegara. Indikator yang menjadi analisis penulis

adalah TOEFL yang diperluas dari waktu ke waktu.

Dahulu TOEFL diujikan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

atau seberapa besar kesiapan para calon mahasiswa yang berencana studi ke

Amerika. Bila testnya mencapai 500 atau 550, maka mereka akan dengan

mudah studi disana. Kalau rendah, jangan harap bisa menginjakkan kaki di

negeri paman Syam. Itulah aturan awalnya namun sekarang TOEFL bukan

hanya itu. Setiap perguruan tinggi di Indonesia yang meluluskan sarjana,

magister dan doktor wajib memiliki nilai TOEFL yang ditentukan.

Hal ini bisa dilihat dari indikasi sebagai berikut: Pertama, setiap

borang perguruan tinggi yang mengindikasikan bahwa mahasiswa yang diterima

perguruan tinggi harus memiliki nilai TOEFL lebih dari 450. Bila ini terjadi

maka akan diberi nilai 4 (A) untuk variabel input. Dampaknya, setiap perguruan

tinggi di Indonesia menggunakan TOEFL sebagai salah satu aspek penting

50 Suprihadi Saputro, “Manajemen Kurikulum Sekolah Standar Internasional

berbasis Integrasi Standar Nasional dan International Primary Programme (CIPP) di

Sekolah Mitra”, (Tesis, 2012) 5.

Page 34: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

18

dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikannya. Ini menunjukan

perguruan tinggi sudah mulai mengikuti standar Amerika di dunia akademik.

Kedua, TOEFL menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh

pelamar. Ada beberapa kebiasaan terutama perusahaan multinasional untuk

menyertakan nilai TOEFL bagi pelamarnya. Jika tidak, maka pelamar yang

melampirkan skor TOEFL lebih dapat diterima daripada yang tidak. Para

pelamar kerja akan berbondong-bondong untuk mendapatkan nilai TOEFL

sebagai prasarat melamar pekerjaan. Bukan hanya untuk perusahaan

transnasional, perusahaan pribumi pun ikut dengan persyaratan ini, semisal

Bank-bank di Indonesia, sehingga TOEFL telah menjajah dunia profesional di

tanah air.

Ketiga, untuk beasiswa pun wajib menyertakan hasil skor TOEFL atau

IELTS. Jika tidak, maka jangan harap akan mendapatkan beasiswa tersebut.

Keempat, untuk dapat diterima menjadi peserta sertifikasi dosen pun saat ini

harus menggunakan nilai TOEFL. Bila tidak, maka keikutsertaannya dalam

sertifikasi dosen akan digagalkan dengan sendirinya. Hal ini menunjukan bahwa

sistem rekrutmen dalam ketata negaraan kita telah dijajah oleh TOEFL. Semua

indikator ini bisa dianggap baik, bisa pula negatif. Dalam konteks bahasa

Inggris sebagai bahasa, sepertinya perlu adanya glokalisasi.

Sehingga peran glokalisasi sebagai media dalam mengglobalkan

sesuatu dengan tidak mematikan kearifan lokal. Bagaimana bahasa Inggris yang

global diisi dengan konten lokal. Contohnya Bahasa Inggris yang digunakan

global untuk dijadikan alat mempromosikan nilai-nilai ke Indoneisaan salah

satunya budaya kesundaan. Glokalisasi adalah sebuah keharusan apabila

memposisikan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi. Glokalisasi harus

tumbuh berkembang di dunia bahasa Inggris.

Kolonialisasi bahasa melalui TOEFL dan pengajaran bahasa Inggris di

sekolah akan dapat dihindari dengan glokalisasi Bahasa Inggris. Glokalisasi ini

menempatkan bahasa Inggris sebagai alat untuk berkomunikasi dalam dunia

global. Kearifan lokal masih dapat diwariskan kepada generasi baru tanpa

meminggirkan atau mencurigai bahasa Inggris sebagai agen dari westernisasi

atau Amerikanisasi. Konten-konten lokal yang hampir mati oleh penggirangan

opini-opini global akan hadir dan hidup kembali. Singlish (Singapura English)

dan Franclish (France English) adalah dua contoh glokalisasi yang tidak

merubah keuntungan kita mampu dalam bahasa Inggris.51

Pembahasan diatas membahas tentang glokalisasi dengan

menggunakan produk global TOEFL, sedangkan enelitian yang penulis lakukan

sama-sama membahas tentang glokalisasi akan tetapi produk global yang

51Zaki Mubarak, “TOEFL, Kolonialisasi dan Glokalisasi”, (Jurnal ilmiah,

mei,2017) 2-6.

Page 35: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

19

digunakan dalam penelitian ini adalah kurikulum Cambridge yang diadopsi dari

United Kingdon (UK).

Kemudia yang kelima, Jurnal Internasional yang ditulis oleh George

Ritzer52 dengan judul Rethinking Globalization: Glocalization/Grobalization

and Something/Nothing. Ritzer melihat globalisasi dari sudut pandang sistem

konsumerisme global dan praktik konsumsi turunannya, yang dimula oleh

Amerika, kemudian menyebar ke seluruh penjuru dunia. Contohnya adalah

makanan cepat saji (fast-food) dan penggunaan kartu credit (credit card)

bermula berkembang di masyarakat Amerika. Sekarang kita bisa menemukan

gerai makanan cepat saji dimana saja, seperti salah satunya McDonald.

Termasuk juga penggunaan kartu kredit, Visa dan Mastercard, pada

mulanya ditemukan dipertengahan abad 20 di Amerika Serikat. Kartu kredit

memungkinkan orang belanja tanpa membawa uang tunai, sebagai cara

berhutang yang mewah. Kiranya dua gejala diatas bukanlah berkembang sebatas

praktik konsumsi saja, tetapi juga telah menjadi ideologi dari gaya hidup

tertentu. Terhadap gejala diatas, Ritzer menyebutkan bahwa dunia sosial sedang

mengalami peningkatan kehampaan.

Dahulu, jika berbelanja ke pasar, jika hendak membeli sayur kita akan

ketemu langsung dengan petani yang menanamnya, lantas terjadi transaksi jual

beli. Perlahan situasi itu bergerser, petani tak lagi hadir sebagai penjual. Telah

ada pedagang yang membeli produk pertanian itu sebelum sampai ke pasar yang

kita kunjungi. Walau telah begitu, jika hendak belanja, kita tetap saja

mengalami interaksi sosial yang langsung dan subjektif sebagaimana situasi

pasar tradisional.

Ritzer juga menyusun kontinum, yang ditiap ujungnya berkelompok

dua hal, yaitu kehampaan dan keberadaan. Pada gugus kehampaan, didalamnya

terdapat bukan tempat (non-places), bukan pelayanan (non-services), bukan

orang (non-human) dan bukan benda (non-things). Sebaliknya pada gugus

keberadaan, terdapat didalamnya tempat (places), orang (human) benda (things)

dan pelayanan (services). Dengan demikian, hubungan antara keberadaan

dengan kehampaan adalah hubungan saling pengaruh dan bersifat transformatif.

Saling pengaruh bermakna bahwa segala aktifitas keberadaannyaakan memberi

proses pada jenis kehampaan, begitu juga sebaliknya.

Ritzer membahas tentang teori glokalisasi dari sudut pandang

teknologi, sedangkan penelitian yang penulis kembangkan dalam tesis ini

menggembangkan teori glokalisasi dalam kacamata pendidikan.

52 George Ritzer, “Rethinking Globalization: Glocalization/Grobalization and

Something/Nothing”, Sociological Theory, Vol. 21, No. 3, September (2003) : 193-198.

Page 36: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

20

Keenam, artikel ilmiah yang dikeluarkan oleh Sage Publication.

Artikel yang ditulis Roland Robertson53 yg berjudul “Glokalisasi: Waktu-Ruang

dan Homogenitas-Heteroginitas” adalah suatu tinjauan teoritis yang digunakan

untuk melihat konsep globalisasi yang dibahas dalam bidang ilmu-ilmu sosial

khususnya pada diskursus sosiologis. Proyek besar Robetrson dalam

"Glocalization: Time-Space and Homogeneity-Heterogeneity" tidak lain dan

tidak bukan untuk melengkap kelemahan dari teori-teori kontemporer yaitu

dalam hal ini adalah globalisasi.

Menurutnya globalisai ini bukan hanya melalui definisi yang lebih baik

atau hanya menawarkan teori baru yang lebih rumit dari globalisasi, melainkan

Robertson menggantinya dengan konsep baru yang dikenal dengan istilah

“Glokalisasi”. Dengan melihat globalisasi sebagai suatu proses dalam arti untuk

melihat dunia secara global. Robertson menunjuk bahwa umumnya ilmuan-

ilmuan sosial atau sosiolog lebih cenderung memposisikan budaya lokal dalam

posisi inferior terhadap budaya global yang bernaung di bawah globalisasi.

Robertson berpendapat bahwa ketidakjelasan karakteristik dalam wacana

globalisasi secara sosiologis muncul di dari konsep globalisasi itu sendiri,

kemudian ia memberi pijakan yang nantinya bisa dipakai untuk memberikan

pandangan baru sebagai memposisikan budaya yang ditandai dengan kehadiran

globalisasi.

Tulisan Robertson ini membahas detail tentang globalisasi yang

mendatangkan dampak-dampak permasalahan sosial kemudian glokalisasi

muncul sebagai ide baru dalam menghadapi dampak globalisasi tersebut.

Penelitian ini tentunya berbeda dengan penelitian Robertson, karena penelitian

ini merupakan perjalanan yang lebih panjang lagi dari teori glokalisasi yang

disebutkan oleh Robertson.

Kemudian yang ketujuh, buku yang ditulis oleh Sa’eda Buang54 tentang

pendidikan madrasah di Singapura dengan judul “Religious Education as Locus

of Curriculum: A Brief Inquiry into Madrasah Curriculum in Singapore”.

Penulis mengungkapkan posisi madrasah saat ini di Singapura, bahwa madrasah

telah dipahami sebagai sekolah agama atau lembaga pendidikan agama. Baik

dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Oleh karena itu madrasah diharapkan

untuk menawarkan kurikulum yang fokus pada mata pelajaran agama agar tetap

pada pedoman yang berada di bawah institusi keagamaan.

Konten pelajaran kurikuler yang ada di madrasah telah banyak

dipahami oleh banyak orang menjadi suara dan logis untuk menghasilkan elite

religius Muslim yang sampai pada tujuan pendidikan utamanya, yaitu

pendidikan yang berdasarkan Al-quran dan Hadith. Namun, isu kurikulum

53 Roland Robertson, Glocalization: Time-Space and Homogeneity-

Heterogeneity, (London: Sage publication, 1995) 25-44. 54 Sa’eda Buang, Religious Education as Locus of Curriculum: A Brief Inquiry

into Madrasah Curriculum in Singapore,( Singapore, 2015) 241-261.

Page 37: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

21

madrasah di Singapura telah mendapat perhatian publik dan pemimpin nasional

sejak tahun 1980an sebagai hasil dari prestasi akademis mereka yang kurang

memuaskan dibandingkan dengan sekolah nasional dalam ujian nasional tiap

tahunnya.

Artikulasi antara pihak-pihak yang bersaing, termasuk mereka yang

netral namun yang memiliki ketertarikan terletak pada keberadaan madrasah

dalam bentuk apapun, memberi perhatian yang beragam. Hal ini berkisar dari

kualitas pengajaran dan pembelajaran di madrasah, infrastruktur dan struktur

pendukung atau kekurangannya dan pembelajaran kuno. Sehingga muncul

dugaan adanya rekayasa sosio-politik yang dapat menyebabkan keluarnya

madrasah dari dasar pendidikan di Singapura.

Menempatkan semua argumen sebagai satu keseluruhan, seseorang

menyadari bahwa kurikulum madrasah menjadi titik fokus yang menarik.

Sementara banyak usaha untuk merumuskan kembali kurikulum madrasah

dalam konteks dunia yang selalu berubah dan tanpa batas. Ada yang fokus pada

kebutuhan untuk memahami susunan filosofis dan sosio-religius dari perencana

kurikulum awal dan konteks sosial dari perencanaan.

Tulisan di atas merupakan tulisan tentang madrasah yang berkembang

di Singapura, sehingga madrasah-madrash disana merupakan awal tempat

dimana para elite Muslim dibentuk. Persamaan dengan penulis teliti yaitu para

penulis sama-sama membahas tentang madrasah, sedangkan secara rinci penulis

membahas tentang adaptasi yang terjadi di madrasah terhadap kurikulum

Cambridge.

Yang terakhir, jurnal yang ditulis oleh Muhammad Nasir55 tentang

madrasah dengan judul “Kurikulum Madrasah: Studi Perbandingan Madrasah di

Asia”. Pada sistem madrasah di berbagai negara, terutama di Asia pada

umumnya memiliki kesamaan dalam proses perkembangannya. Awalnya

madrasah hanya merupakan lembaga pendidikan Islam yang hanya mengajarkan

mata pelajaran agama. Tapi dalam perkembangannya, madrasaah diberbagai

negara telah melakukan prosses intergrasi dengan mengajarkan mata pelajaran

agama dan mata pelajaran umum. Hal tersebut dilakukan untuk mengakomodasi

per-kembangan zaman yang semakian maju.

Selain integrasi mata pelajaran yang diajarkan madrasah, pe-

ngembangan unsur-unsur sistem madrasah lainnya juga memerlukan perhatian

yang serius. Ada dua unsur sistem madrasah yang perlu mendapat perhatian

yaitu unsur organic berupa para pelaku madrasah yang meliputi kepala

madrasah, guru atau pendidik, murid atau siswa dan pengurus, dan unsur-unsur

non organic yang meliputi tujuan pendidikan, filsafat dan tata nilai, dan sumber

belajar, proses kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarana, evaluasi dan

55 Muhammad Nasir, “Kurikulum Madrasah: Studi Perbandingan Madrasah di

Asia”, Nadwa Jurnal Pendidikan, Vol. 9, No. 2, Oktober (2017) : 156-161.

Page 38: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

22

peraturan lain yang terkait di dalam pengelolaan madrasah. Nasir membahas

perbandingan kurikulum yang digunakan madrasah di Asia, sedangkan

penelitian yang penulis teliti hanya madrasah yang ada di Indonesia, tepatnya di

wilayah Tangerang Selatan.

D. Metodologi Penelitian

Beda ilmu pengetahuan maka beda juga metodologi yang digunakan

kerena ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan dalam bidang

tertentu yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode keilmuan

yang dapat dipelajari dan diajarkan yang nantinya memiliki nilai guna tertentu.56

Berikut merupakan metode yang digunakan dalam tesis ini guna mempermudah

berjalannya penelitian di bidang ilmu pendidikan.

1. Jenis penelitian

Melihat rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, peneliti

memusatkan pada masalah glokalisasi yang terjadi pada kurikulum

Cambridge dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Menurut

Husserl fenomena merupakan realitas yang tampak terjadi, tidak ada realitas

yang ditutup-tutupi. Kejadian objek yang tampak di hadapan ditangkap

langsung dengan kesadaran dan kesengajaan57. Pendekatan ini digunakan

untuk memahami berbagai fenomena yang terjadi di lapangan penelitian. Di

dalam pendekatan ini, peneliti berusaha memahami peristiwa yang terjadi

dalam situasi-situasi tertentu. Kemudian, peneliti memasuki wawasan

informan dengan melihat suatu pengalaman yang terjadi dari fenomena

yang terjadi sebagai makna pengalaman kehidupan informan. Peneliti

merupakan seorang guru yang pernah mengajar di sekolah berbasis Islam,

hal inilah yang mendudukan peneliti sebagai subjek dan objek penelitian.

Sehingga fenomena yang terjadi dapat dirasakan dan diamati langsung oleh

peneliti. Misalnya, peneliti terlibat langsung dalam kegiatan belajar yang

terjadi di sekolah-sekolah yang peneliti teliti. Kemudian peneliti merasakan

langsung suasana, keadaan, atau bahkan emosi yang terjadi di lapangan

penelitian.

Metode kualitatif merupakan metode yang digunakan dalam

penelitian ini. Metode kualitatif merupakan suatu metode penelitian yang

mendeskripsikan dan mengalalisis suatu kelompok secara mendalam.58

Penelitian historis dan deskriptif analisis digunakan dalam pengumpulan

56 Abbas Hamami, Epistimologi Ilmu, (Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas

Gajah Mada, 1997) 8. 57 Hardiansyah A, “Teori Pengetahuan Edmund Husserl”, Jurnal substantia, Vol.

15, No. 2, Oktober (2013) : 236. 58 Nana Syaodih Sukmadinana, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, PT

Remaja Rosda Karya, 2012) 60.

Page 39: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

23

data dari informasi mengenai suatu gejala atau keadaan yang terjadi selama

penelitian itu berlangsung, untuk kemudian dianalisis secara kualitatif.59

2. Objek Kajian

Objek kajian penelitian ini adalah sekolah-sekolah dasar yang

berbasis Islam atau madrasah yang menggunakan kurikulum Cambridge.

Peneliti memilih kurikulum Cambridge di Mumtaza Islamic School dan

MIN 1 Ciputat. Data yang diambil dari sekolah-sekolah tersebut melalui

beberapa cara, diantaranya: wawancara, pengamatan lapangan, dan

dokumentasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan apa yang

akan diteliti. Adapun penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, yaitu

mulai dari bulan april 2017 sampai september 2017.

No Kegiatan

Penelitian

April Mei Juni Juli Agustus September

1 Pengumpulan

data

2 Wawancara

3 Observasi

Tabel 1.1 Waktu Penelitian

3. Sumber Data

Sumber data di dalam penelitian merupakan kata-kata, tindakan,

dan dokumen.60 Sedangkan objek analisis penelitian ini merupakan orang-

orang yang terlibat dan memiliki informasi di dalam pelaksanaan terjadinya

glokalisasi kurikulum Cambridge pada sekolah-sekolah yang diteliti. Hasil

wawancara dilakukan ke beberapa sekolah Islam atau madrasah yang

menggunakan kurikulum Cambridge baik secara penuh maupun parsial.

Kemudian informasi yang digali dari hasil wawancara, dokumen-dokumen

yang didapat berkaitan dengan penelitian kurikulum Cambridge dan teori-

teori yang digunakan dalam penelitian ini dikaitkan. Penelitian ini juga

menggunakan data dari berbagai sumber yang terkait pada teori glokalisasi

dan teori implementasi kurikulum.

Sumber data premier penelitian ini adalah data yang didapat dari

orang-orang yang benar-benar mengetahui dan mengalami aktifitas yang

terjadi di dua lapangan penelitian ini, yaitu Mumtaza Islamic School dan

59 Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, EQUILIBRIUM, Vol. 5, No. 9,

Januari-Juni (2009) : 4-5. 60 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja

Rosdakarya, Cet. 24, 2010) 157.

Page 40: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

24

MIN 1 Ciputat. Objek analisis penelitian ini meliputi kepala sekolah, wakil

kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan,

dan wakil kepala sekolah bidang HRD. Kemudian datanya dibantu juga

melalui tenaga pengajar yaitu guru-guru (tiga orang), peserta didik (tiga

orang), dan wali murid (tiga orang yang dipilih dengan secara snowball.

Adapun sumber sekunder dari penelitian ini merupakan buku-buku bacaan

ataupun artikel yang memiliki kaitan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dari sumber data di atas, maka teknik pengumpulan data ini

berasal dari sumber-sumber tersebut. Untuk memperoleh data yang

dibutuhkan, maka peneliti menggunakan beberapa metode, diantaranya:

a. Dokumentasi

Dokumentasi bisa juga disebut dengan studi dokumen yang

digunakan sebagai teknik pertama setelah penggunaan data melalui

wawancara dan observasi di dalam penelitian kualitatif. Hal ini

dikarenakan kedua teknik tersebut akan memperkuat teknik

dokumen agar dilihat lebih kredibel. Di dalam penelitian ini,

dokumentasi digunakan untuk meneliti apa saja yang berhubungan

dengan glokalisasi kurikulum Cambridge di Mumtaza Islamic

school dan MIN 1 Ciputat.

b. Metode Wawancara

Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi antara dua

orang yang melibatkan seseorang yang memiliki banyak informasi

dan satu lagi seseorang yang mengajukan pertanyaan, dengan tujuan

tertentu.61 Sedangkan tujuan dari pewawancara ini adalah untuk

memperoleh keterangan atau pendapat dimaksud untuk digunakan

sebagai masukan dalam penelitian. Dalam wawancara di penelitian

ini, peneliti melakukan wawancara langsung terhadap informan

yang peneliti anggap mengetahui terhadap permasalahan yang

peneliti butuhkan.

Adapun jenis wawancara yang digunakan oleh penulis di

dalam penelitian ini yaitu wawancara mendalam62 yang diantaranya

61 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja

Rosdakarya, Cet. 7, 2007) 180. 62 Proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab tatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak,

sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka

kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan.

Page 41: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

25

dilakukan dengan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.

Sedangkan wawancara yang dilakukan oleh pada beberapa guru,

wali murid dan peserta didik dipilih dengan teknik snowball.

Teknik wawancara yang dilalukan dengan memilih kepada

kepala sekolah sebagai narasumber kunci yang mengetahui suatu

hal tentang sekolah. Hal ini ditujukan untuk memperoleh informasi

tentang seputar sekolah seperti sejarah sekolah, visi dan misi

sekolah, gambaran umum mengenai sekolah, dan kebijakan

sekolah. Kemudian kepala sekolah tersebut memberikan beberapa

nama yang bisa diwawancarai untuk memperdalam informasi yang

diperlukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, kepala sekolah

memberikan wewenang kepada wakil kepala sekolah dan HRD

sekolah yang ditujukan untuk mendapatkan informasi seputar

kurikulum sekolah, sistem penerimaan tenaga pendidik, dan

mekanisme penerimaan peserta didik dan data yang menunjang

lainnya.

Penggalian informasi dari guru ditujukan untuk mengetahui

perkembangan implementasi kurikulum di dalam kelas. Kemudian

wawancara peserta didik untuk mengetahui pemahaman mereka

atas pelajaran yang ada di dalam pedoman kurikulum yang berjalan.

Adapun informasi yang didapatkan dari wali murid untuk

mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum di luar sekolah,

khususnya di lingkungan rumah.

c. Metode Observasi

Metode observasi ini biasa juga disebut dengan metode

pengamatan yang dilakukan dengan cara mengamati gejala-gejala

atau fenomena objek yang diselidiki oleh peneliti, kemudian

dibandingkan dengan teori yang digunakan di dalam penelitiannya.

Salah satunya dengan mengobservasi proses pembelajaran di kelas

maupun di luar kelas.63 Kemudian kegiatan yang ada di lingkungan

sekolah juga menjadi objek yang diamati oleh peneliti untuk

mendapatkan gambaran langsung mengenai implementasi

kurikulum yang berjalan di dua sekolah tersebut khususnya yang

berkaitan dengan kurikulum Cambridge.

5. Teknik Analisis Data

Analisa data ini dapat dilakukan setelah kegiatan pengumpulan

data penelitian lapangan sudah dilakukan. Proses ini merupakan proses

63 Sumanto MA, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Andi Offset,

1995) 51.

Page 42: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

26

mencari dan menyusun data yang sudah ada dari hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi secara sistematis dengan memilih dan memilah

data apa saja yang penting untuk dipelajari. Kemudian membuat kesimpulan

agar mudah dipahami untuk orang lain dan diri sendiri. Menurut Miles dan

Huberman64 bahwa analisis data kualitatif terdari tiga tahap, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pemilihan,

penyerderhanaan, dan transformasi data kasar yang di dapat dari

catatan lapangan yang tertulis dari lapangan. Penulis mereduksi

segala informasi yang diperoleh dengan cara merangkum, memilih

data penting, lalu kemudian data dikatagorisasikan dengan fokus

penelitian. Sehingga data yang sudah direduksi memberikan

gambaran yang mendalam tentang glokalisasi kurikulum

Cambridge.

b. Penyajian Data

Setelah proses reduksi, langkah berikutnya adalah

menyajikan data. Penyajian data ini bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, tabel/bagan, hubungan antar kategori, perbandingan,

dan lain sebagainya. Sehingga kemudian hal ini mempermudah

penulis untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa saja yang telah dipahami.

c. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah terakhir yaitu menganalisis data dengan menarik

kesimpulan dan verifikasi. Seiring perjalanan penelitian, maka data

yang diperoleh akan semakin bertambah sehingga semua data yang

telah terkumpul kemudian diperiksa kembali dengan menganalisis

data tersebut. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian atau gambaran

suatu objek yang diteliti menjadi lebih jelas.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pemahaman dan pemecahan masalah secara

lebih stuktur dan sistematis, maka penulis menyusun suatu bentuk penulisan

sebagai berikut:

Bab I berisi tentang pendahuluan yang menggambarkan latar belakang

masalah yang fokus pada kurikulum pendidikan, kemudian identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian

terdahulu yang relevan, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

64 Matthew B. Miles, Micheal Huberman, Qualitatif Data Analysis: An Expanded

Sourcebook, (2nd ed, 1994) 10-11.

Page 43: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

27

Bab II penulis membahas tentang pengertian globalisasi, glokalisasi,

dan peran budaya lokal sebagai cara dalam menghadapi budaya global yang

masuk ke Indonesia serta perdebatan para pengamat teori glokalisasi.

Bab III membahas tentang kurikulum yang berlaku di Indonesia baik

kurikulum Internasional maupun kurikulum nasional. Selain itu penjelas tentang

kurikulum Cambridge yang dianggap sebagai kurikulum paling aplikatif.

Kemudian membahas juga tentang kurikulum Cambridge sebagai produk global

dan penanaman akhlakul karimah dan tahfidz sebagao budaya lokal. Selain itu

tentang lapangan penelitian sekolah yang dilakukan oleh penulis. Sekolah-

sekolah tersebut adalah Mumtazah School dan MIN 1 Ciputat. Dalam penelitian

lapangan meliputi: pembinaan guru dan staf, sturktur organisasi, sarana

prasarana, kurikulum sekolah, metode pembelajaran, ekstrkulikuler, dan

pengembangan aktifitas di masing-masing sekolah.

Bab IV membahas tentang analisis dan pembahasan kurikulum

Cambridge yang dipengaruhi oleh glokalisasi. Pembahasannya meliputi

kurikulum Cambridge yang merupakan produk global. Kemudian proses

glokalisasi dengan adaptasi pelajara tahfidz dan penanaman akhlak di dalamnya.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bab ini

merupakan sebuah kesimpulan dari hasil tesis yang diteliti sebagai jawaban dari

rumusan masalah yang ada pada bab I.

Page 44: GLOKALISASI KURIKULUM CAMBRIDGE DI SEKOLAH DASAR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44934/1/Nurhasanah_Fix.pdfFatḥah dan wau Au A dan W Contoh : نيسح : Ḥusain

28