fungsi ideal perpustakaan nasional, bagaimana ?

27
FUNGSI IDEAL PERPUSTAKAAN NASIONAL Menuju Indonesia Gemar Membaca Dra. Sri Endang Susetiawati Untuk Mengikuti : Sayembara Karya Tulis “Menuju Perpustakaan Nasional Ideal” Diselenggarakan Oleh : Biro Umum Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 2010 10/11/2010

Upload: sriendangsusetiawati

Post on 30-Jun-2015

278 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Tulisan ini merupakan pemenang 1 Sayembara Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional Kategori Dosen dan Umum Perpusnas RI tahun 2010

TRANSCRIPT

Page 1: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

1

l

FUNGSI IDEAL PERPUSTAKAAN NASIONAL Menuju Indonesia Gemar Membaca

Dra. Sri Endang Susetiawati

Untuk Mengikuti :

Sayembara Karya Tulis “Menuju Perpustakaan Nasional Ideal” Diselenggarakan Oleh :

Biro Umum Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

2010

10/11/2010

Page 2: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

2

KATA PENGANTAR

Assalamu „alaikum Wr. Wb.

Karya tulis yang berjudul “Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional” ini

dimaksudkan untuk ikut berpartisipasi dalam Sayembara Karya Tulis “Menuju

Perpustakaan Nasional Ideal” yang diselenggarakan oleh Biro Umum

Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI.

Perpustakaan Nasional (Perpusnas) ideal adalah Perpusnas yang dapat

berfungsi secara ideal. Pertanyaannya, bagaimanakah fungsi ideal dari

Perpusnas ? Tulisan ini mencoba menguraikan tentang gambaran ideal

Perpusnas ditinjau dari fungsinya. Menurut UU No. 43 tentang Perpustakaan,

fungsi Perpusnas adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,

informasi, rekreasi dan sebagai perpustakaan pembina. Selanjutnya, tulisan akan

menguraikan pula mengenai kewajiban Perpusnas dalam promosi gemar

membaca, masalah yang dihadapi dan upaya-upaya untuk mengatasinya.

Kemenangan dalam Sayembara bukanlah segala-galanya, namun partisipasi

ini sudah merupakan wujud dari kecintaan saya terhadap buku dan perpustakaan

sebagai bagian penting dari upaya mencerdaskan bangsa. Secara kebetulan,

saat ini, sebagai guru saya diserahi tugas untuk merangkap sebagai Kepala

Perpustakaan Sekolah. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dalam memberikan

masukan bagi pengembangan perpustakaan secara nasional.

Akhirnya, saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang saya dapatkan

untuk ikut dalam Sayembara ini, dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Wassalam.

Kuningan, 10 Nopember 2010

Dra. Sri Endang Susetiawati

Page 3: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

3

Page 4: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

4

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan 2

BAB II. FUNGSI IDEAL PERPUSTAKAAN NASIONAL

2.1. Perpustakaan Sebagai Wahana Pendidikan

3

2.2. Perpustakaan Sebagai Wahana Penelitian

5

2.3. Perpustakaan Sebagai Wahana Pelestarian

5

2.4. Perpustakaan Sebagai Wahana Informasi

6

2.5. Perpustakaan Sebagai Wahana Rekreasi 6

2.6. Perpustakaan Nasional Sebagai Perpustakaan Pembina

7

BAB III. PERPUSTAKAAN DAN GEMAR MEMBACA

3.1. Masalah Daya Jangkau 9

3.2. Masalah Daya Tarik 11

3.3. Masalah Anggaran 13

3.4. Masalah Lainnya 14

BAB IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan 16

4.2. Saran

16

Page 5: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

5

Page 6: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

6

LAMPIRAN :

DAFTAR

PENGERTIAN ISTILAH

1. Perpustakaan

Istilah perpustakaan, awalnya terkait erat dengan buku. Perpustakaan berasal dari kata pustaka, yang berarti buku atau kitab1. Dalam bahasa Inggris, perpustakaan disebut library, dalam bahasa Belanda disebut bibliotheek, dalam bahasa Perancis bibliotheque, dalam bahasa Spanyol dan Portugis bibliotheca. Sejumlah sebutan untuk perpustakaan dalam berbagai bahasa di atas memiliki akar kata yang sama. Akar kata library adalah liber (bahasa Latin), artinya buku. Sedangkan akar kata bibliotheek adalah biblos (Yunani), yang berarti juga buku. Dalam perkembangan yang lain, juga dikenal sebutan Bible atau Alkitab, yang keduanya berarti sama yakni buku.2

Pada tahap sebelum ada perpustakaan modern, atau pada tahap perkembangan teknologi modern, koleksi perpustakaan tidak selalu harus dalam bentuk buku3. Dulu, ada yang berbentuk naskah dalam kulit binatang atau daun lontar, atau berupa manuskrip dan kini ada yang berupa rekaman film, disket, digital atau bentuk elektronik lainnya. Namun, pengertian perpustakaan tidak akan jauh dengan buku, seperti suatu ruangan, bagian dari gedung, atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicarai dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca.4

UU tentang Perpustakaan memberi definisi perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (pengguna perpustakaan).5

2. Perpustakaan Nasional

Perpustakaan nasional didefinisikan sebagai perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah pada tingkat nasional, yang berfungsi sebagai perpustakaan nasional6. Penambahan penjelasan “yang berfungsi sebagai perpustakaan nasional” sengaja dilakukan, karena ada perpustakaan yang tidak dinyatakan

1 Lihat KBBI, 1988, hal. 713.

2 Lihat Sulistyo-Basuki, 1994, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, hal. 1

3 Unesco memberikan batasan tentang buku sebagai terbitan dalam jumlah sedikitnya 48 halaman, tidak

termasuk halaman judul dan halaman kulit. Lihat Sulistyo-Basuki, hal. 1. 4 Lihat Sutarno NS, 2008, Perpustakaan dan Masyarakat, hal. 11-12.

5 Lihat UU Tentang Perpustakaan, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1.

6 Loc.cit. Sulistyo-Basuki, hal. 23.

Page 7: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

7

secara resmi sebagai perpustakaan nasional, namun berfungsi sebagai perpustakaan nasional. Contohnya, Library of Congres di Amerika Serikat dan Koninklijk Bibliotheek di Belanda.

Sementara itu, UU Perpustakaan menyebut Perpustakaan Nasional sebagai lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.7

3. Ideal

Ideal adalah sesuatu yang sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki.8

4. Budaya

Budaya adalah berasal dari kata Sansekerta budhayyah, bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Secara konsep, kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.9

5. Peradaban

Peradaban atau dapat disejajarkan dengan kata civilization dalam bahasa Inggris, adalah bagian-bagian atau unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks dalam suatu masyarakat dengan struktur yang kompleks juga. Istilah peradaban, juga sering dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.10

6. Fungsi11 Fungsi menunjuk pada pekerjaan yang dapat dilakukan, atau kegunaan dalam

melakukan sesuatu, sesuai dengan yang telah ditetapkan untuk suatu tujuan tertentu.

7. Gemar12

7 Lihat UU Tentang Perpustakaan, BAB I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 5.

8 Lihat KBBI (1988), hal. 319

9 Lihat Koentjaraningrat, 1985, hal. 11-12.

10 Ibid.

11 Loc.cit. hal. 245

12 Ibid. hal. 266

Page 8: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

8

Gemar berarti suka, atau senang. Gemar membaca berarti menyukai membaca, dan melakukannya dengan senang hati, atau memberikan kesenangan.

8. Pendidikan13

Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja atau sadar berdasarkan tujuan yang telah ditentukan.

13

Hasbullah, 2003, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, hal. 6

Page 9: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan peradaban suatu bangsa, menurut Nurcholish Madjid14, memiliki kaitan erat dengan keberadaan buku. Kemajuan peradaban Islam, salah satunya diawali oleh penerjemahan secara besar-besaran atas buku-buku berbahasa Yunani, India, Mesir dan Cina kedalam bahasa Arab. Begitu pun, kemajuan peradaban Barat, yang banyak menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa mereka sendiri. Tidak terkecuali, kemajuan bangsa Jepang, Korea atau Taiwan, bermula dari hal yang hampir sama.

Begitu pentingnya peranan buku dalam kemajuan suatu bangsa, sehingga pusat-pusat peradaban yang maju selalu ditandai dengan keberadaan perpustakaan yang besar dan maju. Pada zaman Islam, perpustakaan besar terdapat di Baghdad, Damaskus atau di Cordova. Begitupun, negara-negara Barat telah memiliki perpustakaan nasional, kemudian diikuti oleh hampir seluruh bangsa di dunia, dengan koleksi yang kian berkembang dalam karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam. Sebut saja, misalnya Bibliotheque Nationale, yang semula merupakan koleksi pribadi raja-raja Perancis. Di Inggris, terdapat perpustakaan Universitas Oxford dan Cambridge, serta British Museum, kemudian berubah menjadi perpustakaan nasional. Ada Library of Congres di Amerika Serikat, atau Koninklijk Bibliotheek di Belanda, yang juga berfungsi sebagai perpustakaan nasional.

Di Indonesia, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI baru didirikan pada tanggal 17 Mei 1980, melalui Keputusan Menteri P dan K No. 0164/0/1980, dengan status sebagai salah satu UPT dari Ditjen Kebudayaan, Depdikbud. Pendirian Perpusnas merupakan gabungan dari empat perpustakaan yang telah ada sebelumnya. Yaitu Perpustakaan Museum Nasional (semula Bataviaasch Genootschap van Kunsten Wetenschapen), Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial, (semula perpustakaan Sticusa), Kantor Bibliografi Nasional; dan Perpustakaan Wilayah (Negara) Jakarta.15

Pada tahun 1989, status Perpusnas berubah, menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), melalui Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 1989. Dengan Kepres ini, Perpusnas menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Implikasi dari perubahan status ini, antara lain adalah Perpustakaan Wilayah yang semula di bawah Pusat Pembinaan Perpustakaan, berubah menjadi bagian dari Perpusnas. Sejak saat itu, pembinaan dan pengembangan kegiatan perpustakaan di daerah-daerah di

14

Lihat Pengantar Nurcholish Madjid pada Watt, W. Montgomery, 1995, hal. xiii 15

Lihat Sulistyo-Basuki, 1994, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, hal. 27.

Page 10: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

10

seluruh Indonesia merupakan bagian dari tugas dan kewenangannya di bidang perpustakaan.

Selanjutnya, pada tahun 2007 Undang-Undang (UU) No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan ditetapkan, yang lebih memperkuat status dan kedudukan Perpusnas secara hukum. Keberadaan Kepres nomor 11 Tahun 1989 dinilai kurang efektif lagi, terutama bila dikaitkan dengan telah diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan otonomi daerah dianggap telah mengakibatkan ketidakjelasan kewenangan pusat dan daerah dalam bidang perpustakaan.

Sebagai bagian dari amanat UUD 1945 dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, Perpusnas akan terus berkembang menuju ke arah yang ideal. Rencana Strategis Perpusnas untuk tahun 2010-2014 yang memuat Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran telah ditetapkan. Sebuah gambaran ideal tentang Perpusnas telah dicanangkan, yakni “Terdepan dalam informasi pustaka, menuju Indonesia gemar membaca”. Pertanyaannya adalah :

1) Bagaimana sesungguhnya gambaran ideal mengenai Perpusnas ?

2) Apa kaitan perpustakaan dengan gemar membaca ?

3) Apa masalah yang dihadapi oleh perpustakaan dalam meningkatkan gemar membaca ?

4) Upaya apa saja yang diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut ?

Uraian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dituangkan pada dua Bab berikutnya. Bab II menguraikan tentang gambaran ideal Perpusnas melalui pendekatan fungsi perpustakaan. Sedangkan Bab III menguraikan kaitan antara perpustakaan dan gemar membaca, masalah yang dihadapi perpustakaan dalam meningkatkan gemar membaca dan upaya apa saja yang diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut.

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dan Tujuan dari penulisan ini, antara lain adalah sebagai berikut :

1) Menguraikan gambaran ideal tentang perpustakaan nasional, masalah yang dihadapi, dan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

2) Memberikan masukan dan saran kepada pihak-pihak terkait demi terwujudnya perpustakaan nasional ideal dan gemar membaca.

Page 11: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

11

BAB II

FUNGSI IDEAL

PERPUSTAKAAN NASIONAL

ntuk memperoleh gambaran mengenai Perpusnas yang ideal, dapat dilakukan melalui pendekatan fungsinya. Perpusnas ideal adalah Perpusnas yang dapat berfungsi secara ideal. Ideal adalah sesuai yang

dicita-citakan, diangan-angankan atau dikehendaki.16 Fungsi ideal Perpusnas adalah fungsi17 atau kegunaan Perpusnas, yang dikehendaki oleh UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

Dalam UU tersebut, fungsi perpustakaan, termasuk di dalamnya Perpusnas adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi.18 Sebagai konsekuensi dari tugas khusus yang diembannya, maka Perpusnas mempunyai fungsi khusus sebagai perpustakaan pembina. Berikut ini, penjelasan mengenai fungsi ideal Perpusnas.

2.1. Perpustakaan Sebagai Wahana Pendidikan

Fungsi ini mengacu pada UU No 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan yang menyebutkan bahwa perpustakaan bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional. Begitu pula dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa perpustakaan berfungsi untuk mendukung Sistem Pendidikan Nasional. Keduanya, mengacu pada amanat UUD 1945 tentang mencerdaskan kehidupan bangsa.

Perpustakaan sebagai wahana pendidikan, terkait terutama dalam dua hal, yakni pendidikan formal (sekolah) dan pendidikan non formal (luar sekolah). Pada pendidikan formal, perpustakaan berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa di sekolah. Sedangkan pada pendidikan non formal, perpustakaan berfungsi sebagai wahana belajar sepanjang hayat, yang merupakan bagian dari perintah agama (Islam), yaitu mencari ilmu hingga liang lahat.

Peran perpustakaan, khususnya perpustakaan sekolah kian penting sebagai penunjang sarana belajar bagi siswa. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan terhadap proses belajar mengajar di sekolah agar siswa lebih aktif dan proaktif dalam belajar. Peranan guru tidak lagi dominan, tapi telah bergeser, lebih sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi siswa.

Hal ini sesuai dengan empat visi pendidikan abad ke-21 versi UNESCO, yang lebih mendasarkan pada paradigma learning, tidak lagi pada teaching.19 Keempat

16

KBBI, 1988, hal. 319. 17

Ibid. hal. 245. 18

UU Perpustakaan, Pasal 3. 19

Indra Djati Sidi, 2001, Menuju Masyarakat Belajar, hal. 25-26.

U

Page 12: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

12

visi pendidikan itu adalah (1) learning to think (belajar berfikir, berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional), (2) learning to do (belajar berbuat / hidup, berorientasi pada how to solve the problem, (3) learning to be, (belajar menjadi diri sendiri, berorientasi pada pembentukan karakter), dan (4) learning to live together (belajar hidup bersama, mengarahkan pada kerja sama dan sikap toleran).

Sementara itu, peran perpustakaan, khususnya perpustakaan umum dalam menunjang pendidikan sepanjang hayat (long-life education) bagi masyarakat, dirasakan makin penting, terutama dalam menciptakan suatu masyarakat belajar (learning society)20. Perlunya belajar sepanjang hayat, bagi seseorang dimaksudkan agar ia memiliki kemampuan dalam mengatasi masalah dalam hidupnya, selanjutnya dapat meningkatkan mutu kehidupannya. Pada tingkat global, learning society diperlukan untuk meningkatkan keunggulan dan daya saing bangsa Indonesia atas bangsa-bangsa lain di dunia.

Perlu digaris bawahi, bahwa keunggulan seseorang dalam hal kecerdasan tidak semata dalam pengertian kecerdasan linguistik, yang mencakup aspek-aspek kemampuan dalam berbicara, membaca dan menulis dan kecerdasan logis matematis, yang mencakup aspek-aspek kemampuan dalam logika, matematika dan sains. Kedua kecerdasan ini biasa dikenal sebagai kecerdasan akademik.21 Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Inteligence (1996) mengatakan bahwa kontribusi IQ (Intellectual Quotient) dalam menentukan kesuksesan hidup seseorang maksimal sekitar 20 persen, sedangkan sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain, yang termasuk dalam wilayah kecerdasan emosional (EQ).

Gordon Dryden dan Jeannette Vos dalam bukunya The Learning Revolution (1994), menyebut sejumlah kecerdasan lain yang dimiliki oleh manusia, di luar kecerdasan akademik. Diantaranya, adalah (1) kecerdasan musikal, seperti pada komposer, konduktor dan musisi terkenal; (2) kecerdasan spasial dan visual, seperti pada arsitek, pematung, pelukis, navigator dan pilot; (3) kecerdasan kinestetik, seperti pada atlet, penari, pesenam dan ahli bedah; (4) kecerdasan interpersonal, seperti pada penjual, motivator dan negositor;. dan (5) kecerdasan intrapersonal, yang bersifat introspektif, sehingga melahirkan intuisi yang luar biasa. Diluar itu, ada juga kecerdasan spiritual, yang satu tingkat di atas kecerdasan emosional.22

2.2. Perpustakaan Sebagai Wahana Penelitian

Penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotetis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum.23 Dalam kegiatan penelitian dipastikan selalu membutuhkan bahan-bahan

20

Ibid. hal 4. 21

Ibid. 22

Ibid. hal. 5-6 23

Op.cit. hal. 920.

Page 13: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

13

pustaka yang merupakan koleksi dari perpustakaan. Terutama, pada saat penyusunan kerangka berfikir atau kerangka teoritis dan pengajuan hipotetis.

Di sini, perpustakaan dapat berperan sebagai sumber informasi dan sumber referensi (rujukan) bagi kegiatan penelitian. Pada tahap berikutnya, sebagai hasil dari penelitian akan diperoleh informasi baru, atau pengembangan prinsip-prinsip dasar, teori dan ilmu pengetahuan, hingga penemuan praktis, yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini tentu saja akan menambah koleksi bagi perpustakaan sendiri.

Kelengkapan koleksi perpustakaan dalam jumlah dan mutu, kecepatan dan kemudahan dalam mengakses, serta digitalisasi koleksi akan sangat membantu dalam kegiatan penelitian. Tentu saja, Perpusnas memiliki kelebihan tersendiri dalam hal layanan informasi dan layanan referensi, dibandingkan dengan jenis perpustakaan yang lainnya. Karena, hampir semua terbitan yang ada di Indonesia dan terbitan penting lainnya dari luar negeri telah dan akan terus melengkapi koleksinya.

Keadaan ini amat dimungkinkan dengan fungsi khusus dari Perpusnas, yaitu sebagai perpustakaan Deposit Nasional dan sebagai Pusat Bibliografi Nasional. Fungsi ini telah ditunjang oleh UU No. 4 Tahun 1990, kemudian disusul dengan PP No. 70 Tahun 1991, yang mewajibkan serah simpan karya cetak dan karya rekam sebanyak satu terbitan bagi setiap penerbit. Sementara itu, Bibliografi Nasional akan mencatat semua terbitan yang diserah simpankan itu, kemudian dipublikasikan dalam bentuk terbitan Bibliografi Nasional Indonesia.24 Agar fungsi ini berjalan optimal, perlu diupayakan penegakkan hukum secara konsisten agar seluruh kegiatan penerbitan karya intelektual dapat tersimpan dan tercatat dengan baik di Perpusnas.

2.3. Perpustakaan Sebagai Wahana Pelestarian

Pelestarian kekayaan budaya bangsa merupakan bagian dari upaya memajukan kebudayaan bangsa. Itulah mengapa, Perpustakaan Nasional berfungsi sebagai perpustakan deposit nasional. Bahkan, Pepustakaan Nasional pun diwajibkan untuk mengupayakan pengembalian naskah kuno yang kini masih berada di luar negeri.

Memajukan budaya bangsa, salah satunya melalui pelestarian kekayaan budaya, amat penting dilakukan untuk memupuk identitas, kebanggaan dan kecintaan akan budaya bangsa sendiri. Untuk selanjutnya, secara sadar dan terencana budaya itu dikembangkan sebagai budaya unggul milik bangsa. Budaya inilah, yang diharapkan dapat diwariskan kepada generasi penerus bangsa, melalui proses pendidikan nasional.25

Beruntung, jauh sebelum berdiri secara resmi pada tahun 1980, Perpusnas, melalui lembaga yang menjadi komponen asalnya, telah melakukan banyak

24

Op.cit. hal 31-33. 25

Koentjaraningrat, 1985, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, hal. 107.

Page 14: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

14

penyimpanan benda-benda kuno dan bersejarah yang berasal dari ratusan tahun yang lalu. Benda-benda itu, kemudian dilestarikan hingga sekarang, melalui kegiatan preservasi dan konservasi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam, serta naskah kuno/manuskrip.

2.4. Perpustakaan Sebagai Wahana Informasi

Sebagai bagian dari masyarakat dunia, perpustakaan harus ikut serta membangun masyarakat informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana dituangkan dalam Deklarasi World Summit of Information Society – WSIS, pada tanggal 12 Desember 2003. Deklarasi WSIS bertujuan membangun masyarakat informasi yang inklusif , berpusat pada manusia dan berorientasi secara khusus pada pembangunan.26 Setiap orang dapat mencipta, mengakses, menggunakan dan berbagi informasi serta pengetahuan hingga memungkinkan setiap individu, komunitas dan masyarakat luas menggunakan seluruh potensi mereka untuk pembangunan berkelanjutan yang bertujuan pada peningkatan mutu hidup.

Secara ideal, perlu dikembangkan sistem nasional perpustakaan yang merupakan kerja sama dan perpaduan dari berbagai jenis perpustakaan di Indonesia. Sistem ini berbasiskan pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi mutakhir. Tujuannya adalah agar perpustakaan dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai wahana pembelajaran masyarakat dan mempercepat tercapainya tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa.

Istilah masyarakat informasi mengacu pada babak baru peradaban manusia setelah terjadi revolusi komunikasi. Alvin Tofler menyebut sebagai Revolusi Gelombang Ketiga27, yang menghasilkan Zaman Informasi, setelah sebelumnya Revolusi Gelombang Pertama menghasilkan Zaman Pertanian dan Revolusi Gelombang Kedua yang menghasilkan Zaman Industri. Revolusi Komunikasi28 ini merupakan kelanjutan dari revolusi-revolusi sebelumnya yang pernah ada di dunia, antara lain Revolusi Politik, Revolusi Pendidikan, Revolusi Pertanian dan Revolusi Industri.

Apapun nama penyebutannya, revolusi ini telah membawa umat manusia pada babak baru, yang mengakui akan pentingnya peranan teknologi informasi dan komunikasi dalam membentuk masa depan. Dalam gambaran Bell (1979)29, informasi merupakan faktor pusat dalam masyarakat pasca industrial. Dalam sistem ekonomi tahap pasca industrial, terjadi peralihan dari memproduksi barang-barang menuju masyarakat yang berdasarkan informasi (information bassed society). Pengetahuan menjadi titik sumbu inovasi (the pivot of innovation) dan pembuat kebijakan, serta teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi merupakan kunci pengendalian masa depan.

26

Lihat penjelasan UU No. 4/2007 tentang Perpustakaan, Bab Umum. 27

Nasution, Zulkarimein, 1989, Teknologi Komunikasi, hal. 2-4 28

Ibid. 29

Ibid.

Page 15: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

15

Rogers (1986) menjelaskan masyarakat informasi sebagai “...suatu bangsa dimana mayoritas angkatan kerja terdiri dari para pekerja informasi, dan dimana informasi merupakan elemen yang paling penting. Jadi, masyarakat informasi mencerminkan suatu perubahan yang tajam dari masyarakat industrial dimana mayoritas tenaga kerja bekerja dalam pekerjaan manufacturing, seperti perakitan mobil dan produksi baja, dan yang merupakan elemen kunci adalah enerji. Kontras dengan itu, para pekerja individu pada masyarakat informasi adalah mereka yang aktivitas utamanya memproduksi, mengolah dan mendistribusikan informasi, dan memproduksi teknologi informasi”.30

Dalam kaitan inilah, perpustakaan dituntut agar lebih mampu berperan sebagai sumber informasi, dan mampu mengembangkan sistem jaringan informasi yang terpadu melalui jaringan kerjasama antar perpustakaan di seluruh Indonesia, dengan berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi. Aspek kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh informasi yang lengkap, akurat dan mutakhir melalui layanan perpustakaan, merupakan suatu keniscayaan.

2.5. Perpustakaan Sebagai Wahana Rekreasi

Saat gemar membaca telah menjadi bagian dari budaya masyarakat, maka perpustakaan, dapat dijadikan sebagai wahana rekreasi alternatif yang sehat dan bermanfaat. Perpustakaan dapat dikembangkan sebagai wisata belajar keluarga, dimana orang tua dapat membawa anak-anaknya untuk mengenalkan perpustakaan dan sekaligus menanamkan kegemaran membaca sejak usia dini. Perlu pengembangan dan penataan ruangan khusus bagi keperluan tersebut, yang didisain secara agak berbeda dengan ruangan pada umumnya.

Fungsi rekreasi juga dapat dikembangkan dengan mengoptimalkan koleksi pustaka, seperti pengembangan konsep galeri pada ruangan khusus yang menampilkan koleksi dengan tema tertentu yang dianggap menarik dan sesuai dengan hari-hari bersejarah atau perkembangan aktual. Pemanfaatan koleksi pustaka terutama karya audio visual yang dianggap penting dan menarik juga perlu dioptimalkan sehingga dapat dikemas sebagai bagian dari pertunjukkan rekreatif bagi masyarakat.

Diantara fungsi-fungsi lain dari perpustakaan, mungkin fungsi ini yang belum banyak terwujudkan secara ideal. Selama ini, kesan perpustakaan masih terlalu formal, resmi atau kaku. Masih diperlukan pengembangan baik secara fisik, disain, penyediaan ruang, tata letak, cara pengelolaan maupun promosi yang dilakukan. Perpustakaan masih perlu banyak penyesuaian terhadap human interest dan perkembangan terkini yang populer di masyarakat.

Upaya tersebut merupakan promosi bagi keberadaan perpustakaan sendiri, sekaligus sebagai bagian dari upaya memajukan budaya gemar membaca. Idealnya, perpustakaan perlu berorientasi pada pemustaka sebagai konsumen dari produk jasanya. Perpustakaan, perlu menggeser paradigma, penampilan, pengelolaan dan layanannya dari semula yang bercirikan sebagai lembaga

30

Ibid. hal 90.

Page 16: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

16

birokrasi, menjadi lembaga yang berorientasi pada tingkat kepuasan konsumen (pemustaka).

2.6. Perpustakaan Nasional Sebagai Perpustakaan Pembina

Fungsi Perpusnas sebagai pembina perpustakaan di seluruh Indonesia telah berlangsung sejak perubahan statusnya pada tahun 1989, dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang merupakan bagian dari Ditjen Kebudayaan, Depdikbud, menjadi berdiri sendiri sebagai Lembaga Pemerintah Non Departeman (LPND) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Pada tahun 2007, fungsi ini makin dikukuhkan melalui UU No. 43 tentang Perpustakaan, sebagai konsekuensi dari tugas yang diembannya.

Sebagai pembina perpustakaan lainnya, fungsi Perpusnas, secara khusus menjadi bertambah, antara lain adalah fungsi regulasi dalam hal (1) menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan teknis pengelolaan perpustakaan, serta (2) mengembangkan standar nasional perpustakaan; fungsi edukasi, supervisi dan koordinasi dalam hal (1) melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan, serta (2) membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan di seluruh Indonesia.31

Kedua fungsi khusus Perpusnas ini perlu dikembangkan terus, terutama dalam hal (1) perencanaan strategis pengembangan perpustakaan nasional, (2) peningkatan mutu, jumlah dan ragam koleksi, serta kualitas dan kapasitas layanan perpustakaan secara nasional, (3) peningkatan sistem nasional manajemen perpustakaan yang terpadu, efektif dan efisien, yang berbasis pada sistem teknologi informasi dan komunikasi mutakhir, (4) terciptanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam mempromosikan perpustakaan dan budaya gemar membaca, baik antar semua jenis perpustakaan maupun instansi terkait lainnya.

31

Adanya fungsi ini sebagai konsekuensi dari tugas yang diberikan oleh UU Perpustakaan, Pasal 2 (2).

Page 17: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

17

BAB III

PERPUSTAKAAN

DAN GEMAR MEMBACA

asal 4 (c) UU tentang Perpustakaan menyebut kewajiban Perpusnas untuk melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

Perpustakaan perlu dijadikan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Begitupun, membaca perlu dijadikan sebagai budaya bangsa. Bangsa yang cerdas berawal dari kegemaran warganya dalam membaca buku, kemudian menjadi kebiasaan dan seterusnya menjadi budaya bangsa. Dalam ajaran Islam, kegiatan membaca (iqro) merupakan perintah pertama dari turunnya wahyu al Qur‟an.

Promosi perlu terus dilakukan, mengingat keberadaan perpustakaan dan budaya gemar membaca belum dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Keduanya mengacu pada masih rendahnya kegemaran membaca dan masih terbatasnya masyarakat dalam memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber bahan bacaan.

Promosi perlu terus dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya dua hal yang saling berkaitan. Yaitu, pertama, pentingnya gemar membaca bagi kehidupan seseorang, antara lain untuk (1) meningkatkan pengetahuan atau wawasan, (2) menambah kemampuan berfikir, (3) memperoleh inspirasi atau gagasan, (4) memotivasi diri, (5) menambah keyakinan dan rasa percaya diri (6) menambah ketrampilan, dan (7) membentuk kepribadian yang positif; dan kedua, pentingnya perpustakaan sebagai wahana yang menyediakan koleksi bahan bacaan terlengkap yang dapat dimanfaatkan oleh mereka secara mudah dan murah.

Sementara itu, terkait dengan keberadaan perpustakaan dan rendahnya kegemaran membaca di kalangan masyarakat, sejumlah masalah berikut ini perlu mendapatkan perhatian, antara lain : (1) masalah daya jangkau perpustakaan, (2) masalah daya tarik perpustakaan, (3) masalah anggaran, dan (4) masalah lainnya.

3.1. Masalah Daya Jangkau

Seseorang, sebenarnya berminat membaca, atau bahkan hobi, namun terkendala, antara lain oleh keterbatasan dalam membeli bahan bacaan, terutama buku. Hal ini menyangkut masalah daya jangkau dalam pengertian ekonomis. Solusinya adalah (1) menyediakan bahan bacaan melalui peminjaman di perpustakaan, dan (2) mempermudah akses baca melalui penyelenggaraan perpustakaan digital.

P

Page 18: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

18

Namun, kedua solusi itu tidak akan mampu mengatasi masalah secara memuaskan, terutama bagi kalangan masyarakat umum. Keberadaan perpustakaan konvensional, secara teknis belum mampu menjangkau masyarakat secara meluas. Hampir tidak mungkin bagi seseorang yang bertempat tinggal jauh di pedesaan, meski berminat dan gemar membaca sekalipun, untuk memaksakan diri datang ke Perpusnas, atau ke perpustakaan terdekat, dalam hal ini Perpustakaan Umum (Perpusum) yang cuma berada di ibu kota Kabupaten. Secara teknis dianggap tidak praktis dan tidak ekonomis, meski kegiatan promosi terus gencar dilakukan oleh Perpusnas..

Begitu pula dengan layanan perpustakaan digital, seseorang harus memiliki akses ke internet terlebih dahulu. Bagi kelompok masyarakat ini, secara teknis kurang praktis dan tidak ekonomis. Layanan digital lebih cocok untuk memperoleh informasi secara cepat dan lengkap, namun tidak cocok untuk berlama-lama membaca pada bacaan tertentu. Segmen pembacanya juga masih terbatas pada kalangan terpelajar yang memang telah memiliki kegemaran membaca yang relatif cukup tinggi. Adanya perpustakaan keliling, secara teknis juga masih sangat terbatas dalam menjangkau masyarakat. Perpustakaan jenis ini lebih cocok untuk keperluan yang lebih bersifat darurat atau insidentil, seperti adanya acara-acara tertentu atau terjadi musibah di suatu masyarakat.

1) Perlu, Perpusum di Kecamatan

Langkah nyata yang perlu ditempuh adalah menambah jangkauan efektif dan kapasitas layanan perpustakaan dengan mengembangkan Perpusum hingga ke pelosok-pelosok daerah. Untuk saat ini, minimal dapat menjangkau hingga ke tingkat kecamatan. Perlu ada program nasional pengembangan Perpusum di setiap kecamatan, sebagai wujud nyata dari dukungan program layanan mencerdaskan bangsa, selain melalui pendidikan sekolah. Sama halnya dengan program penambahan sekolah baru sebagai bagian dari program wajib belajar, atau pembangunan puskesmas pembantu di setiap kecamatan, sebagai bagian dari program pelayanan kesehatan masyarakat.

Adanya program nasional ini diperlukan untuk menjamin pembangunan Perpusum yang merata dan memenuhi standar nasional perpustakaan, baik dalam ketersediaan sarana dan prasarana, koleksi bacaan, tenaga pustakawan, maupun anggaran operasional. Artinya, keberadaan Perpusum di tingkat kecamatan bukan sebagai program sampingan dari pemerintah kecamatan, yang menempatkan perpustakaan secara seadanya atau bahkan sembarangan. Perpustakaan ini, keberadaannya harus direncanakan dan dikelola secara profesional yang berorientasi pada pencapaian kepuasan pemustaka (pengguna perpustakaan). Pendirian perpustakaan yang berdasarkan prinsip asal ada saja, perlu jauh-jauh dihindari, karena akan menimbulkan masalah lain, di luar masalah teknis, seperti timbulnya image negatif atas perpustakaan.

Page 19: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

19

2) Perpustakaan Pembina dan Rujukan di Kecamatan

Perpusum kecamatan juga dapat difungsikan sebagai perpustakaan pembina dan rujukan bagi perpustakaan sekolah di wilayahnya. Sebagai pembina, keberadaan perpustakaan ini akan menambah jangkauan pembinaan Perpusnas terhadap Perpussek, terutama dalam penerapan standar nasional perpustakaan. Keterbatasan jam layanan Perpussek dan waktu yang dimiliki siswa di sekolah, yang hanya memanfaatkan waktu istirahat atau waktu kosong belajar di kelas, serta keterbatasan koleksi bacaan di Perpusek, akan memperoleh solusinya melalui Perpusum kecamatan ini, yang berfungsi sebagai perpustakaan rujukan di wilayahnya.

3) Perpanjang jam buka layanan, hari Minggu tetap buka

Perpusum perlu menyesuaikan jam buka layanan agar lebih memberi kesempatan bagi pemustaka, khususnya bagi kalangan pelajar, pekerja atau pegawai. Jam buka layanan perpustakaan ini perlu diperpanjang, dan tetap buka pada hari libur, terutama pada hari Minggu atau hari libur lain yang dianggap perlu. Hal ini dimaksudkan untuk memberi layanan pada segmen keluarga beserta anaknya. Ini amat penting, agar orang tua dapat mengajak anaknya berkunjung ke perpustakaan, untuk menanamkan kebiasaan gemar membaca sejak usia dini sambil berekreasi secara sehat dan bermanfaat. Ini merupakan wujud nyata dari fungsi perpustakaan sebagai wahana rekreasi.

4) Perpusek, pun perlu dikembangkan

Selain pengembangan Perpusum, maka pengembangan Perpustakaan Sekolah (Perpusek) di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK, perlu terus dilakukan. Kewajiban sekolah untuk menyelenggarakan Perpustakaan sendiri sebagaimana amanat UU Sistem Pendidikan Nasional, perlu dikembangkan terus. Standarisasi nasional perpustakaan juga perlu diterapkan beriringan dengan fungsi pembinaan Perpusnas. Karena, Perpusek juga memiliki daya jangkau yang luas dan merata hingga ke tingkat desa-desa, meskipun terbatas pada anak sekolah. Perpusum dan Perpusek perlu dijadikan pilar utama dalam menjadikan perpustakaan secara nasional sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat.

3.2. Masalah Daya Tarik

Sebagian terbesar dari masalah kegemaran membaca adalah masalah budaya. Seseorang, memang tidak terbiasa untuk membaca, bukan karena masalah ketersediaan bahan bacaan. Ketidakbiasaan membaca lebih karena masalah budaya yang berakar pada pola pikir yang dimilikinya dan kemudian dibenarkan oleh masyarakatnya yang juga tidak terbiasa membaca yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

Page 20: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

20

1) Manfaat Praktis

Dalam pola pikir mereka, membaca bukanlah kegiatan yang dianggap penting, sekurangnya karena dianggap tidak memberikan manfaat secara langsung bagi dirinya (manfaat praktis). Dalam banyak hal, bagi masyarakat saat ini, manfaat praktis lebih bermakna sebagai manfaat ekonomis, yang dapat memberi keuntungan material bagi dirinya. Kegiatan yang memiliki manfaat secara ekonomis akan cenderung memperoleh perhatian dari mereka, untuk kemudian terangsang untuk ikut berpartisipasi. Apalagi, jika ada manfaat lain yang mereka dapatkan, yakni manfaat prestise yang akan membawanya penuh dengan kebanggaan. Fenomena acara reality show dalam memilih tokoh idola berbakat atau sejenisnya yang diadakan oleh hampir seluruh stasiun televisi dan diikuti oleh begitu sangat banyak peminat, cukup memberikan petunjuk akan adanya budaya populer ini.

2) Promosi, perlu stimulans

Promosi perpustakaan dan gemar membaca perlu memperhatikan fenomena budaya populer di atas, meski tidak perlu meniru secara mentah-mentah. Perlu ada penyesuaian, dengan tetap mengedepankan diri sebagai sarana belajar. Sosialisasi mengenai pentingnya gemar membaca memang penting dan perlu terus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Namun, sudah saatnya untuk menarik minat baca dan akhirnya menjadi gemar membaca, perlu diupayakan juga agar perpustakaan dapat memberikan rangsangan (stimulans) kepada mereka dalam bentuk manfaat praktis, manfaat ekonomis atau bahkan manfaat prestise.

3) Perlu koleksi terbaru, ada etalase khusus

Manfaat praktis bisa ditingkatkan, antara lain melalui diversifikasi koleksi bacaan yang disesuaikan dengan minat baca atau hobi, tersedianya koleksi terbaru, akses katalog terkomputerisasi, dan penyediaan ruang khusus yang berfungsi sebagai etalase, untuk memberi informasi mengenai adanya koleksi terbaru, best seller, dan sejenisnya. Hal ini penting, untuk memperkuat kesan menarik bahwa perpustakaan tidak selalu mengandalkan koleksi lama, tapi juga selalu ada yang baru tiap minggunya.

4) Perlu ada penugasan bagi siswa

Manfaat praktis juga dapat diterapkan, terutama bagi pelajar melalui bentuk penugasan. Misalnya, sebelum materi pelajaran diajarkan, siswa ditugaskan untuk membaca sejumlah buku tertentu yang terkait dengan materi pelajaran dan tersedia di perpustakaan. Siswa ditugaskan membuat karya tulis sederhana, dan kemudian dipresentasikan di depan kelas secara bergantian. Kegiatan semacam ini harus menjadi bagian dari metode pembelajaran sekolah sehari-hari dan menjadi bagian dari sistem penilaian belajar.

5) Perlu lomba berhadiah, serentak dan berjenjang.

Untuk memberikan manfaat ekonomis, perpustakaan perlu mengadakan kegiatan lomba berhadiah uang yang dilakukan secara periodik dan

Page 21: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

21

berkelanjutan. Bentuknya, bisa berupa lomba, atau yang lainnya. Semua kegiatan lomba harus menuntut pesertanya untuk membaca sejumlah buku dahulu yang terkait dengan mereka.

Tugas Perpusnas adalah memberikan acuan agar penyelenggaraan kegiatan ini dapat lebih efektif. Materi dan jadwal lomba perlu dilakukan secara serentak dan terkoordinir, sehingga akan dapat memberikan efek promosi yang bersifat masal dan intensif. Perlombaan yang diadakan secara berangkai dan berjenjang dari tingkat kecamatan hingga nasional perlu digalakan, untuk makin memperkuat efek promosi perpustakaan dan gemar membaca.

6) Perpustakaan, perlu prestise

Dalam batas tertentu, manfaat prestise perlu diupayakan, antara lain, dalam bentuk disain bangunan fisik perpustakaan yang menarik dan tidak kaku atau formal, serta penataan lingkungan yang nyaman, menyenangkan dan dapat menghibur. Sehingga, perpustakaan dapat menjadi salah satu pilihan bagi mereka untuk sekedar refreshing atau berekreasi dalam arti yang luas. Pemanfaatan public figure, seperti pejabat, tokoh masyarakat, atau artis untuk berpromosi, berkunjung atau menggelar acara di lingkungan perpustakaan. Adanya manfaat praktis, ekonomis atau prestise, merupakan bagian dari upaya peningkatan daya tarik perpustakaan.

7) Perlu, terus promosi

Promosi atau kampanye nasional mengenai pentingnya perpustakaan dan gemar membaca perlu terus dilakukan oleh Perpusnas, baik dalam bentuk iklan di televisi atau kegiatan masal yang melibatkan banyak orang. Langkah ini sebagai bagian dari sosialisasi, persuasi dan sekaligus membangun brand image yang positif tentang perpustakaan dan budaya gemar membaca. Pilihan materi dan strategi promosi atau beriklan amat menentukan dalam kesuksesan.

3.3. Masalah Anggaran

Dana, memang bukan segalanya. Tapi, tanpa dana yang memadai, tidak banyak hal yang bisa dilakukan sesuai dengan yang diharapkan. Perlunya meningkatkan daya jangkau dan daya tarik perpustakaan, pada akhirnya menuntut adanya ketersediaan anggaran yang cukup besar dan memadai untuk dapat terselenggaranya perpustakaan yang berstandar dan menjangkau hingga ke pelosok negeri. Diperlukan komitmen dan kesungguhan dari pengambil kebijakan, baik di pusat maupun di daerah untuk benar-benar mendukung kebijakan dan program yang merupakan amanat UUD 1945. Tanpa dukungan anggaran yang memadai untuk keperluan tersebut, hampir mustahil kewajiban Perpusnas dalam mempromosikan perpustakaan dan gemar membaca akan dapat tercapai dengan baik dan efektif.

Page 22: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

22

1) Perlu upayakan, 5 % alokasi anggaran

Tugas Perpusnas adalah mengupayakan agar program pengembangan perpustakaan dan promosi gemar membaca disetujui sebagai program nasional yang memperoleh alokasi anggaran dana yang memadai, sekurangnya mengambil jatah dari alokasi dana pendidikan yang 20 % dari total dana APBN. Perlu ada kebijakan dari pemerintah yang menyatakan secara eksplisit mengenai alokasi anggaran tersebut, misalnya 5 % dari alokasi 20 % itu untuk pengembangan perpustakaan dan promosi gemar membaca. Diharapkan pula, akan berlaku yang sama pada alokasi APBD, baik di tingkat Provinsi maupun di Kabupaten/Kota.

2) Perlu evaluasi, 5 % dana BOS

Khusus untuk Perpustakaan Sekolah, Perpusnas perlu melakukan upaya evaluasi terkait alokasi anggaran yang telah ditetapkan dalam UU tentang Perpustakaan. Dalam Pasal 23 (6) disebutkan bahwa sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5 % dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang, di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan. Salah satu sumber anggaran sekolah/madrasah itu berasal dari bantuan pemerintah pusat dalam bentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Perpusnas perlu melaporkan evaluasi kepada Presiden mengenai realisasi dari penerapan aturan dalam UU tersebut. Tentu saja, setelah Perpusnas memiliki data yang konkret dan cukup memadai mengenai hal tersebut.

3.4. Masalah Lain

Di luar masalah daya jangkau, daya tarik dan anggaran, masih ada masalah lain yang perlu diperhatikan, antara lain mengenai masalah manajemen dan masalah otonomi daerah.

1) Perlu perubahan paradigma, dan Pustakawan Profesional

Untuk menjadi lebih menarik, diperlukan perubahan paradigma perpustakaan, dari semula yang lebih terkesan sebagai lembaga birokrasi menjadi lembaga intelektual yang berorientasi pada pelayanan yang memuaskan pemustaka. Dari yang semula bersifat pasif, sekedar menunggu, menjadi lebih proaktif dan banyak berinsiatif. Diperlukan adanya tenaga pustakawan yang bermutu, kompeten, handal dan profesional. Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga pustakawan harus terus dilakukan. Diperlukan adanya kebijakan nasional, dimana pemerintah mau mengangkat PNS dari kalangan tenaga perpustakaan profesional, yang akan menggantikan tenaga birokrat, atau guru yang terpaksa harus merangkap. Sama halnya, seperti pengangkatan guru untuk mendukung program wajib belajar di sekolah, atau dokter untuk program kesehatan masyarakat, atau tenaga profesional lainnya.

Page 23: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

23

2) IPI perlu proaktif, perlu organisasi untuk promosi dan lobi

Upaya Perpusnas perlu didukung oleh berbagai pihak yang memiliki komitmen dan kepentingan yang sama. Organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) perlu lebih aktif dan proaktif untuk menyuarakan kepentingan pengembangan perpustakaan. IPI perlu mencontoh bagaimana PGRI yang terus-menerus menuntut alokasi anggaran 20 % dari total APBN sesuai dengan amanat UUD 1945. Organisasi semacam ini sangat diperlukan untuk memperoleh dukungan kebijakan politik, khususnya politik anggaran pada pihak-pihak terkait.

Diperlukan organisasi yang mampu menyuarakan dan melobi untuk kepentingan tersebut, dengan melibatkan segenap komponen masyarakat, pegiat dan pecinta perpustakaan. Perpusnas atau IPI perlu memprakarsai dan memfasilitasi berdirinya organisasi semacam Masyarakat Perpustakan Indonesia yang independen, yang meliputi seluruh daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Keberadaannya akan melengkapi Dewan Perpustakaan yang dibentuk oleh pemerintah.

3) Perlu “Adipura” bidang perpustakaan

Pemberian penghargaan atas individu, kelompok atau organisasi perlu dilakukan terhadap mereka yang dianggap berkomitmen atau berperan besar dalam pengembangan perpustakaan dan minat baca masyarakat. Untuk merangsang pejabat daerah agar aktif dan proaktif dalam mengembangkan perpustakaan dan gemar membaca di daerahnya, Perpusnas perlu memprakarsai pemberian penghargaan kepada pejabat daerah, seperti halnya penghargaan adipura, misalnya.

4) Perpustakaan, komponen penilaian pejabat daerah

Perlu diupayakan agar pengembangan perpustakaan menjadi salah satu komponen penting dalam penilaian kemajuan pembangunan suatu daerah, seperti dalam Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM), misalnya. Keberhasilan pengembangan perpustakaan dan gemar membaca perlu dijadikan sebagai salah satu prestasi dari Bupati/Walikota. Cara ini perlu dilakukan untuk mendorong pejabat daerah agar lebih berkomitmen dan bersemangat dalam mengembangkan perpustakaan dan gemar membaca di daerahnya, sekaligus sebagai salah satu upaya dalam menyiasati otonomi daerah.

Page 24: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

24

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Salah satu gambaran ideal mengenai Perpustakaan Nasional (Perpusnas) terangkum dalam fungsi ideal Perpusnas. Perpusnas ideal adalah Perpusnas yang mampu menjalankan fungsinya secara ideal pula. Fungsi ideal Perpusnas adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi, serta sebagai perpustakaan pembina.

Proses menuju Perpustakaan Nasional (Perpusnas) ideal masih terus berlangsung. Upaya menuju Perpusnas ideal masih banyak yang perlu dilakukan. Salah satunya adalah upaya Perpusnas dalam melaksanakan kewajibannya dalam mempromosikan gemar membaca dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat.

Upaya Perpusnas itu antara lain meningkatkan daya jangkau perpustakaan dengan mengembangkan perpustakaan umum hingga di tingkat kecamatan, meningkatkan daya tarik perpustakaan melalui penerapan standar nasional perpustakaan, perubahan paradigma, melakukan stimulasi dalam bentuk memberi manfaat praktis, ekonomis dan prestise, dan mengaitkan perpustakaan sebagai komponen penting dalam penilaian kemajuan suatu daerah; mengupayakan anggaran yang memadai, memprakarsai terbentuknya organisasi pecinta perpustakaan untuk melakukan promosi dan lobi dan melakukan evaluasi atas penerapan aturan 5 % dari anggaran BOS bagi pengembangan perpustakaan sekolah.

4.2. Saran

Sebagai bagian dari kecintaan atas pengembangan perpustakaan, maka berikut ini adalah beberapa hal yang disarankan :

(1) Perlunya Perpusnas membuat perencanaan strategis pengembangan perpustakaan yang mencakup aspek kualitatif maupun kuantitatif, terutama dalam mempromosikan gemar membaca, hingga anggaran dana yang diperlukan.

(2) Perlunya upaya terus-menerus untuk memperoleh alokasi dana yang memadai dari APBN bagi pengembangan perpustakaan nasional.

(3) Perlunya IPI dan Perpusnas lebih pro aktif dalam memprakarsai pendirian organisasi pecinta perpustakaan.

Page 25: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

25

DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, 2003, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta : RajaGrafindo Persada

Kartajaya, Hermawan, 2003, Marketing Plus 2000, Siasat Memenangkan

Persaingan Global, Jakarta : Gramedia.

Koentjaraningrat, 1985, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta :

Gramedia

Koswara, E, dkk (Editor)., 1998, Dinamika Informasi Dalam Era Global, Bandung :

Remaja Rosdakarya

Muchyidin, Suherlan & Sasmitamihardja, Iwa D., 2008, Panduan

Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, Bandung : Puri Pustaka

Nasution, Zulkarimein, 1989, Teknologi Komunikasi dalam Perspektif Latar

Belakang dan Perkembangannya, Jakarta : Lembaga Penerbitan FE UI

Sidi, Indra Djati, 2002, Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas Paradigma Baru

Pendidikan, Jakarta : Paramadina & Logos Wacana Ilmu

Sulistyo-Basuki, 1994, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Sutarno NS, 2006, Perpustakaan dan Masyarakat, Jakarta : Sagung Seto

Tim Penyusun Kamus, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, 2007, Jakarta

: Setneg RI.

Watt, W. Montgomery, 1995, Islam dan Peradaban Dunia, Terjemahan, Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

Zahara, Zurni, 2003, Organisasi dan Administrasi Perpustakaan sekolah,

Makalah, Medan : USU Digital Library.

Page 26: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

26

Page 27: Fungsi Ideal Perpustakaan Nasional, Bagaimana ?

27

BBBIIIOOODDDAAATTTAAA

SSSRRRIII EEENNNDDDAAANNNGGG SSSUUUSSSEEETTTIIIAAAWWWAAATTTIII

Sri Endang Susetiawati, Dra. adalah guru PNS di SMPN

1 Kalimanggis Kabupaten Kuningan Jawa Barat, sekaligus

merangkap sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah di lembaga

yang sama. Ia adalah anak pertama dari enam bersaudara, yang

lahir di Cirebon 04 Mei 1969. Sejak kecil, ia sudah suka

membaca buku sejarah, buku cerita atau sajak yang terdapat

di sebuah koran atau majalah. Ia pun suka membaca buku

novel, terutama yang bertemakan cinta, misteri ataupun sejarah.

Pendidikan SD, SMP dan SMA ia tempuh di kota Kuningan. Kemudian, pada tahun

1988 ia melanjutkan kuliah di Jurusan Pendidikan Sejarah Strata 1 (S-1) IKIP Bandung.

Saat kuliah inilah, bakat menulisnya mulai terasah, hingga beberapa kali, tulisannya yang

berupa artikel sempat dimuat pada harian umum lokal di Bandung. Termasuk pernah

memenangkan sebuah lomba penulisan karya ilmiah tentang lingkungan hidup yang

diselenggarakan oleh Balai Sejarah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 1995. Kegiatan

menulisnya, khususnya berupa Artikel dan Cerpen dikirim ke sejumlah harian atau

majalah.

Sebelum mengajar di SMPN 1 Kalimanggis, ia pernah mengajar di SMA Angkasa

Lanud Husein Sastranegara Bandung (1992-1998) dan SMA PGII 1 Bandung (1994-

2002). E-mail : [email protected]. Blog Pribadi : Blogguru-

srie.blogspot.com