final report capacity flores pos 07

39
F I N A L R E P O R T Peningkatan Kapasitas Harian Umum Flores Pos Periode November 2006 – Oktober 2007 Untuk diberikan kepada SWISSCONTACT Contact Information: Pantau Ende Jl Eltari Ende

Upload: wijanarkobagus

Post on 13-Jun-2015

306 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

penjelasan tentang Final Report Capacity Flores Pos 07

TRANSCRIPT

Page 1: Final Report Capacity Flores Pos 07

F I N A L R E P O R T

Peningkatan Kapasitas Harian Umum Flores Pos

Periode November 2006 – Oktober 2007

Untuk diberikan kepada

SWISSCONTACT

Contact Information:Pantau EndeJl Eltari Ende

Tel. +62 381 22138, Fax. +62 381 22373http://www.pantau.or.id

Page 2: Final Report Capacity Flores Pos 07

Laporan Akhir ProgramPeningkatan Kapasitas Harian Umum Flores Pos

Periode : November 2006 – Oktober 2007Sponsor : SwisscontactSubjek Program : Flores PosPelaksana Program : PantauProgram Officer : Esti Wahyuni

Budget Total : IDR 150,000,000

Penulis Laporan : Eva Danayanti Esti Wahyuni

Editor : Andreas Harsono

Tanggal Laporan dibuat : 1 Oktober 2007

2

Page 3: Final Report Capacity Flores Pos 07

D A F T A R I S I

EXECUTIVE SUMMARY ......................................................................................... 4

LATAR BELAKANG ................................................................................................. 5

TUJUAN ...................................................................................................................... 6

SUBJEK ....................................................................................................................... 6

MATERI ..................................................................................................................... 7

METODE .................................................................................................................... 9Assessment ...................................................................................................... 9Pendampingan Langsung ................................................................................ 9Pelatihan ......................................................................................................... 9Evaluasi ........................................................................................................... 10

INSTRUKTUR ........................................................................................................... 10

IMPLEMENTASI ....................................................................................................... 11Mencari Peluang Iklan dan Strategi Membudayakan Iklan ............................ 11Bagaimana Menulis Sebuah Berita ................................................................. 12Menulis Berita Ekonomi ................................................................................. 13Disain untuk Surat Kabar ................................................................................ 15Bagaimana Mengetahui Potensi Pasar ............................................................ 15Fellowship untuk Wartawan Flores Pos ........................................................ 17

OUTCOMES & OUTPUT ........................................................................................... 17Iklan Baris dan Strategi Door to Door ............................................................ 17Pendapatan Iklan dan Penjualan Flores Pos....................................................... 18Peningkatan Kapasitas Redaksi Flores Pos .................................................... 20Perubahan Tampilan Koran Flores Pos .......................................................... 22

PEMBIAYAAN ........................................................................................................... 23

EVALUASI .................................................................................................................. 24

KESIMPULAN ............................................................................................................ 25

REKOMENDASI ......................................................................................................... 26

LAMPIRAN ................................................................................................................. 27

3

Page 4: Final Report Capacity Flores Pos 07

EXECUTIVE SUMMARY

Pantau bekerjasama dengan Swisscontact-LED NTT membuat program Peningkatan Kapasitas Harian Umum Flores Pos. Program berlangsung selama satu tahun, dimulai sejak November 2006 hingga Oktober 2007, meliputi asistensi marketing, redaksi, dan disain.

Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas Flores Pos dalam hal redaksi, sales dan marketing, distribusi, iklan dan disain surat kabar agar lebih ‘friendly’ bagi pembaca. Tujuannya, membantu Flores Pos lebih siap menyambut kedatangan kelompok media besar di Flores. Brand image tentu lebih sulit dikalahkan jika Flores Pos kuat di benak pembacanya.

Peningkatan kapasitas Flores Pos dilakukan melalui rangkaian kegiatan assessment, pendampingan langsung, pelatihan, dan evaluasi.

Swisscontact mengalokasikan budget sebesar 150 juta rupiah untuk mensupport 61% dari total pembiayaan program ini. Sisa pembiayaan sebesar 39% dibebankan pada Flores Pos. Beberapa partner juga ikut membantu dalam membiayai kontribusi program ini, seperti Bank BRI, SVD Provincial, PT Ani, Investor Dailly.

Program pendampingan ini terlihat dampaknya di bagian redaksi, baik dari sisi pemahaman kemampuan jurnalistik maupun tampilan koran. Mengambil momentum ulang tahunnya pada 9 September 2006, Flores Pos hadir dengan disain baru. Oktober 2006, byline mulai digunakan, frekuensi berita yang menggunakan prosedur cek dan ricek serta cover both side, meningkat dari tahun sebelumnya. Terjadi juga peningkatan frekuensi rata-rata berita tentang persoalan ekonomi lokal Flores dan pemberitaan mengenai UKM.

Beberapa terobosan baru mengenai sistem dalam distribusi maupun periklanan sudah muncul dan terlihat. Efisiensi terhadap distribusi produk telah dilakukan. Ini dilihat melalui peningkatan persentase penjualan Flores Pos terhadap oplah selama masa pendampingan. Tetapi, penambahan wilayah baru distribusi Flores Pos belum terjadi hingga saat ini.

Sistem kerja marketing mulai diatur sejak Januari 2007 ketika mulai dialokasikan ruang untuk iklan baris. Ini adalah salah satu yang paling menonjol dari pelatihan bidang marketing. Bulan Desember 2006, saat masa pendampingan marketing berlangsung, pendapatan iklan mencapai level tertinggi selama periode November 2006 hingga Oktober 2007.

Secara umum, peningkatan bidang usaha bersifat jangka panjang. Analisis terhadap pendapatan iklan pun baru bisa dilakukan dengan data hingga pertengahan tahun 2007. Pastinya akan ada banyak perubahan nantinya. Namun, beberapa kendala yang terjadi selama masa pendampingan juga jadi catatan kami dalam evaluasi program ini.

4

Page 5: Final Report Capacity Flores Pos 07

1. LATAR BELAKANG

Pada awal tahun 2007 telah diadakan survey media untuk mengetahui bagaimana masyarakat Flores mengonsumsi media, baik cetak maupun audio. Survey dilakukan atas kerjasama Yayasan Pantau dan Lembaga Penelitian Universitas Flores yang dibiayai oleh Swisscontact. Survei ini menunjukkan hanya 34.2% masyarakat di wilayah Flores Timur, Ende, Sikka dan Ngada yang menonton televisi, 36.7% mendengarkan radio dan 21% membaca suratkabar.

Ada sejumlah suratkabar yang beredar di empat kabupaten tersebut, misalnya Pos Kupang, Timor Ekspress, Flores Pos, mingguan Dian, dan sebagainya. Dari semua pembaca suratkabar, sebanyak 86.1% pernah tahu adanya Pos Kupang dan 84.7% tahu adanya Flores Pos. Keduanya adalah dua suratkabar yang paling banyak dibaca di Flores Timur, Ende, Sikka dan Ngada.

Flores Pos menarik perhatian Yayasan Pantau sebagai salah satu koran lokal yang masih tetap bertahan di tengah persaingan antargrup media besar. Tidak banyak media massa yang berhasil bertahan di tengah hiruk pikuk jaringan media ‘Jawa’. Flores adalah satu-satunya pulau besar di Indonesia yang belum dilirik oleh media besar seperti Jawa Pos atau Kelompok Kompas Gramedia.

Flores Pos penting karena ia harian independen. Ia bukan milik konglomerat media di Jawa Media di Indonesia kebanyakan pemiliknya orang Jakarta. Lebih dari 90 persen isi berita mereka, dari Sabang sampai Merauke, ditentukan oleh media yang siaran atau terbitannya, dimiliki orang Jakarta. Harian ini hanya terbit 16 halaman tapi mengisinya dengan 80 persen berita lokal. Ia punya enam biro, masing-masing dua reporter. Total ada 16 wartawan. Ini usaha luar biasa (walau ia masih curi-curi berita nasional dari internet).

Di Indonesia, bisa dihitung dua tangan, harian lokal tapi milik Jakarta, yang mengisi beritanya seperti Flores Pos. Kebanyakan hanya mengambil bahan berita dari induk mereka di Jakarta atau Surabaya, lalu membayar empat atau lima wartawan, guna mengisi halaman lokal. Disain pun sama, dari Jawa Pos di Surabaya hingga Cenderawasih Pos di Jayapura. Bayangkan isi Flores Pos kalau jumlah reporter dan redakturnya cuma lima orang?

Di sisi lain Swisscontact – LED NTT sedang menjalankan program pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), yang salah satu komponennya adalah access to information. Tujuan komponen tersebut adalah meningkatkan kemampuan media untuk lebih fokus terhadap isu-isu ekonomi dan bisnis yang terjadi di kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Pada 2002, Badan Pusat Statistik mencatat ada 11767 UKM di NTT. Sebagian besar berada di Kota Kupang sebanyak 2737 (23.28%), sementara Kupang 550 UKM (4.67%) dan Ende 501 UKM (4.26%). Ironisnya, geliat ekonomi sektor UKM itu justru tidak tersentuh oleh media melalui pemberitaannya. Padahal pengembangan sektor UKM membutuhkan dukungan media. Media dapat mengangkat persoalan-persoalan yang dihadapi UKM dan memberikan informasi yang mereka butuhkan. Tema ini kalah menarik dibanding berita politik dan kriminalitas, yang dinilai lebih disukai khalayak media di sana.

Selain itu media punya kendala internal: sumber daya manusia dan manajemen. Persoalan kualitas wartawan yang tak memahami isu UKM menjadi kendala minimnya berita tentang UKM. Pengembangan kapasitas redaksi dan jurnalis perlu ditingkatkan. Ini bisa melalui pelatihan berupa kursus singkat reportase, penulisan, dan editing, pengiriman wartawan ke kursus-kursus yang diadakan lembaga lain, serta menempatkan beberapa wartawan untuk magang di media yang telah memiliki rubrik UKM. Peningkatan kualitas akan sangat terasa dan mengena melalui penempatan konsultan editor, foto, disain, dan marketing selama jangka waktu tertentu di media bersangkutan.

Pantau bekerjasama dengan Swisscontact-LED NTT membuat program Peningkatan Kapasitas Harian Umum Flores Pos. Program berlangsung selama satu tahun, dimulai sejak November 2006, meliputi asistensi marketing, redaksi, dan disain.

5

Page 6: Final Report Capacity Flores Pos 07

2. TUJUAN

Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas Flores Pos dalam hal redaksi, sales dan marketing, distribusi, iklan dan disain surat kabar agar lebih ‘friendly’ bagi pembaca. Tujuannya, membantu Flores Pos lebih siap menyambut kedatangan kelompok media besar di Flores. Brand image tentu lebih sulit dikalahkan jika Flores Pos kuat di benak pembacanya.

Pantau mengharapkan Flores Pos bisa tampil sebagai suratkabar yang lebih baik, dari segi editorial, bisnis maupun disain. Dan Swisscontact ingin membantu Flores Pos memberikan informasi yang lebih bermutu kepada warga Flores.

Program peningkatan kapasitas ini akan lebih memantapkan peran Flores Pos sebagai media lokal yang aktif turut serta mengembangkan ekonomi lokal di Flores, dengan semakin variatif memunculkan liputan-liputan dari pelaku-pelaku ekonomi setempat.

Secara khusus program ini bertujuan:1. Meningkatkan pendapatan dan keuntungan Flores Pos2. Memperluas wilayah sirkulasi Flores Pos3. Meningkatkan diversifikasi distribusi Flores Pos4. Meningkatkan kemampuan jurnalistik serta pemahaman kode etik jurnalistik5. Menempatkan rubrik ekonomi lokal di Flores Pos6. Meningkatkan mekanisme yang lebih efektif bagi interaksi dan diskusi dengan pembaca

Flores Pos7. Meningkatkan dan diversifikasi isi Flores Pos sesuai dengan demand dan interest

pembacanya8. Memperbaiki disain dan layout Flores Pos secara khusus di halaman atau rubrik ekonomi.

3. SUBJECT

Flores Pos, harian lokal yang mulai diterbitkan pada 9 September 1999 milik SVD. Flores Pos menempati bangunan di Ende dengan luas lahan 240 meter persegi. Halaman kantornya luas, satu pohon besar dan rindang, biasanya digunakan untuk tempat parkir tamu. Kantornya dibagi menjadi ruang redaksi, tempat para redaktur dan wartawan bekerja.

Di setiap kabupaten, Flores Pos membentuk biro-biro khusus untuk menjangkau berita sedaratan Flores. Biro Ngada, Manggarai Barat, Sikka dan Flores Timur, masing-masing diisi oleh 2 reporter yang merangkap menjadi sirkulasi, distribusi dan iklan. Jadi mereka selain bekerja mencari berita, mereka juga mencari iklan dan mendistribusikan koran setiap hari. Ini bukan praktek yang ideal.

Dari keseluruhan wartawan yang bekerja di Flores Pos, baik di biro-biro daerah dan di mabes (mabes adalah sebutan para wartawan untuk ruang redaksi), ada 22 orang yang menjadi reporter. Dari jumlah itu yang S2 1 orang, S1 13 orang, sedangkan tamatan SMA 8 orang.

Flores Pos dicetak pada percetakan Arnoldus Nusa Indah milik SVD. Mesin cetak yang digunakan adalah mesin tipe offset dan tergolong sudah tua. Dengan mesin offset, Flores Pos tidak bisa dicetak warna. Mesin paling baru di Flores Pos adalah mesin untuk melipat koran, buatan tahun 1977 merek Stahl. Celakanya, mesin lipat ini juga sering tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, Flores Pos sering terlambat terbit, bahkan distribusinya ke kabupaten yang jauh dari Ende terpaksa digabung dengan edisi keesokan harinya.

Flores Pos dicetak sebanyak 5000 eksemplar pada keadaan tertentu. Biasanya dicetak 3200 eks – 3700 eks. Ia didistribusikan ke seluruh daratan Flores, dari Lembata hingga ke Ruteng. Dari 5000 eksemplar, 80% nya terjual, lewat 30 pegawai di seluruh biro-biro yang bekerja untuk menyebarkan koran ini. Rata-rata eceran antara 750 eks – 1250 eks. Jumlah ini hanya untuk penjualan dalam kota Ende.

6

Page 7: Final Report Capacity Flores Pos 07

Secara fisik Flores Pos berukuran tabloid. Tulisan sekaligus logo Flores Pos terlihat cukup mencolok. Di bawah logo Flores Pos terdapat tulisan berbunyi “Membangun Manusia Pembangun.” Ini adalah visi dan misi Flores Pos, yang juga visi dan misi SVD. Kecuali halaman tersendiri untuk masing-masing kabupaten yang ada di Flores, rubrikasi yang ada pada Flores Pos terbagi sembilan kelompok utama, yaitu rubrik Umum, Ekonomi dan Bisnis, Bentara, Opini, Senggol, Kupang/Nasional, Nasional/Internasional, Tokoh, dan Olahraga. Berita-berita yang terjadi di masing-masing kabupaten, ditempatkan di halaman kabupaten. Sedangkan berita-berita dari luar Flores, ditempatkan pada rubrik yang sesuai dengan tipe atau jenis beritanya.

Flores Pos terbit enam kali dalam seminggu, Senin hingga Sabtu. Sedangkan hari Minggu digantikan oleh mingguan Dian. Untuk hari Senin hingga Kamis, Flores Pos terbit 16 halaman. Sedangkan hari Jumat dan Sabtu 12 halaman.

Isi masthead Flores Pos:

Pemimpin Umum : Gerinus SandaPemimpin Redaksi : Frans AngalRedaktur Pelaksana : Frans Obon, Stef Tupeng WitinRedaktur Tamu : Leo Kleden, Gaspar P Ehok, Domi Nong, Aaron Mbete, Johny G Plate,

Amatus WoiStaf Redaksi : Petronela Mada, Anton HarusReporter Ende : Hieronimus Bokilia (Koordinator), Hubertus UmanReporter Labuan Bajo : Christo Lawudin (Koordinator), Andre DurungReporter Ruteng : Anton Pandong (Koordinator), Paulus J BataonaReporter Bajawa : Marianus Ritan (Koordinator), Philipus SuriReporter Maumere : Walburgus Abulat (Koordinator), Syarif LamabelawaReporter Larantuka : Frans Kolong Muda (Koordinator), Petrus P LamanepaReporter Lewoleba : Maxi Gantung (Koordinator) Reporter Kupang : Leo L. RitanJakarta : Hila JapiDesainer : Blasius Tabur, Oswaldus BambutPemimpin Perusahaan : Gerinus SandaManajer Sirkulasi/Iklan : Inno MakingWakil Manajer Sirkulasi: Kornelis BharaWakil Manajer Iklan : Emanuel PagaManajer Keuangan : Wilfrid KromenLitbang : Marsel AnjelisPersonalia : Markus TuluKepala Biro Bisnis Labuan Bajo: Milianus L NeluKepala Biro Bisnis Ruteng : Nobertus GamurKepala Biro Bisnis Bajawa : Andreas LaweKepala Biro Bisnis Maumere : Ferdinandus NagoKepala Biro Bisnis Larantuka : M David MbonggiKepala Biro Bisnis Lewoleba : Agnus Dei Parera

4. MATERI

Pada peningkatan kapasitas Flores Pos, materi yang diberikan dikelompokkan berdasarkan bidang kerja, yaitu marketing, redaksi, dan disain.

Berikut adalah topik-topik dan materi pelatihan yang telah disampaikan:

a. Marketing

7

Page 8: Final Report Capacity Flores Pos 07

Iklan- Wawasan tentang media periklanan- Tujuan periklanan serta detil-detil iklan internasional dan iklan nasional- Bagaimana menggali potensi iklan lokal- Bagaimana mencari peluang iklan untuk Flores Pos - Strategi membudayakan iklan bagi masyarakat Flores- Bagaimana menarik iklan lokal yang mudah dan murah- Bagaimana menggunakan iklan baris yang murah dan mudah

Pemasaran- Dasar-dasar mengembangkan pemasaran di tingkat lokal- Pemasaran dari pintu ke pintu dalam kota Ende- Program injak bumi yang bisa dilakukan oleh semua staf pemasaran

Umum- Membuat media kit atau rencana bisnis yang murah dan mudah- Bagaimana mengetahui potensi pasar- Evaluasi manajemen kerja perusahaan

b. Redaksi

Materi dasar- Sembilan Elemen Jurnalisme oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel- Bagaimana menggunakan byline dan fire wall- Tujuh kriteria sumber anonim- Menentukan liputan-liputan mendalam- Mengembangkan ide-ide liputan - Pentingnya rapat redaksi- Wawancara dan menembus narasumber- Bagaimana menulis berita dengan standar jurnalisme yang benar- Bagaimana berita yang enak dibaca- Struktur tulisan berita yang baik- Bagaimana membuat judul berita yang menarik, dan juga lead atau alinea pertama

dalam berita- Bagaimana membuat isi berita lebih beragam- Bagaimana seharusnya isi berita Flores Pos - Konsistensi dalam penulisan berita di Flores Pos - Editing berita- Bahasa jurnalistik media

Penulisan berita ekonomi- Apa itu berita ekonomi- Dasar tentang kriteria berita ekonomi - Perbedaan antara berita umum dan berita ekonomi- Bagaimana membedakan berita ekonomi dengan berita politik- Kriteria berita ekonomi yang layak muat - Dasar tentang penulisan berita ekonomi- Bagaimana menulis berita ekonomi- Bagaimana membuat berita ekonomi tidak seperti turun dari langit- Bagaimana mengelola berita ekonomi - Apa saja potensi berita ekonomi di Ende - Pentingnya membangun jaringan dan kerjasama

Materi Praktek- Sistem kerja dan organisasi newsroom- Sistem reportase - Prosedur kerja jurnalisme- Pembangunan database pemberitaan

8

Page 9: Final Report Capacity Flores Pos 07

- Pengembangan tulisan kreatif- Pengembangan sistem editing skeptis - Penerapan byline dan fire wall.

c. Disain

Prinsip-prinsip dasar disain suratkabar Program-program dasar dalam disain Review dan disain ulang tatamuka atau perwajahan suratkabar Kualitas tampilan fisik dan artistik suratkabar, serta disain font dan logo

5. METODE

Peningkatan kapasitas Flores Pos dilakukan melalui rangkaian kegiatan assessment, pendampingan langsung, pelatihan, dan evaluasi.

AssessmentProses ini dilakukan sebelum masa pendampingan dimulai, dimaksudkan untuk mengetahui keadaaan Flores Pos terkini sebagai arahan awal bagi konsultan yang akan ditempatkan untuk memperbaiki mutu Flores Pos. Assessment juga dilakukan setelah satu orang konsultan menyelesaikan masa tugasnya. Hasilnya digunakan konsultan berikutnya untuk membuat perencanaan atas kerja-kerja yang perlu ia lakukan.

Pendampingan LangsungProses pendampingan dilakukan melalui pengiriman delapan orang yang berpengalaman dengan bidang yang akan ditanganinya untuk ditempatkan di Flores Pos selama beberapa bulan, sebagai instruktur sekaligus konsultan secara bergantian.

Enam orang konsultan didatangkan untuk membantu bagian redaksi: Georgia Scott (The New York Times), Andreas Harsono (Pantau), Budi Setiyono (Pantau), Primus Dorimulu (The Investor Daily), Michael Ferdin (The Investor Daily), serta Yusuf (Destinasian). Dua orang konsultan marketing, RTS Masli (Strategy Advertising) dan Nur Iskandar (Borneo Tribune), didatangkan untuk membantu melihat sistem distribusi dan marketing.

Selama masa penempatan, instruktur berinteraksi langsung dengan awak-awak Flores Pos. Ikut terlibat dalam rapat-rapat redaksi atau usaha untuk memberikan saran atau pendapat, berdiskusi secara informal, serta melakukan pembimbingan langsung praktek lapangan. Durasi masa penempatan setiap konsultan tergantung pada lingkup bidang yang diberikan. Namun secara umum masing-masing berlangsung dua pekan. Kami memberikan masa jeda antar satu konsultan dengan konsultan berikutnya dimaksudkan agar mereka bisa menyerap informasi-informasi yang baru.

Pelatihan

Bentuk pelatihan yang diterapkan adalah in house training, general workshop, dan fellowship. In house training diadakan khusus untuk internal Flores Pos. Setiap konsultan bertindak menjadi instrukturnya. Ini merupakan bentuk pelatihan dimana jumlah peserta dibatasi untuk efisiensi arus penyampaian materi. Pembahasan juga lebih spesifik pada materi yang diperlukan awak Flores Pos dalam rangka peningkatan kapasitasnya. Instruktur menyusun materi berdasarkan permintaan awak dan assessment yang dibuat.

Dalam General Workshop peserta tidak terbatas pada awak Flores Pos saja, tetapi juga kalangan wartawan di luar Flores Pos. Ini diadakan untuk memanfaatkan kedatangan para konsultan agar bisa sharing informasi dengan pihak selain Flores Pos, untuk pengembangan jurnalisme di Flores secara keseluruhan.

9

Page 10: Final Report Capacity Flores Pos 07

Di masa pendampingan ini, tiga orang awak redaksi Flores Pos --Stef Tupeng Witin, Frans Obon dan Frans Anggal- mengikuti pelatihan di luar Flores. Pantau bekerja sama dengan beberapa patner, mensponsori mereka seperti pendaftaran, tiket pesawat, penginapan, biaya kursus, transport lokal, dan akomodasi. Masing-masing dipilih lewat prosedur internal Flores Pos.

Evaluasi

Ini dilakukan terhadap instruktur dan Flores Pos. Kami mewawancarai atau berdiskusi dengan setiap konsultan atau instruktur pada saat maupun setelah masa pendampingan. Untuk menanyakan langsung pendapat mereka mengenai jalannya program kapasitas Flores Pos serta dampaknya. Sebelum masa pendampingan berakhir, salah satu konsultan melakukan evaluasi akhir dengan mendata kelebihan maupun kekurangan Flores Pos. Ini penting untuk melihat perkembangan dari hasil pendampingan melalui kacamata awak Flores Pos sendiri. Kami juga membuat analisis isi serta perbandingan pendapatan iklan dan distribusi koran Flores Pos. Hasilnya digunakan untuk membantu menjelaskan dampak atas program ini terhadap subjeknya.

6. INSTRUKTUR

Georgia Scott, art director Sunday Styles dari The New York Times, bekerja sejak 1993, penulis buku Headwraps: A Global Journey, tentang orang-orang yang menggunakan penutup kepala karena mode, agama, atau tradisi. Scott juga menulis untuk Essence, EssenceOnline dan Choices, majalah terbitan United Nations Development Program. Scott berasal dari St. Louis, dan lulusan sarjana dari Journalism/Visual Communications, Grambling State University. Dia disponsori Knight International Fellowship untuk datang ke Indonesia, termasuk Ende.

RTS Masli, pendiri dan pemilik perusahaan periklanan Strategi Jakarta. Sebelumnya ia adalah Ketua Umum Persatuan Periklanan Indonesia, selama dua periode, 1999- 2005. Semasa kuliah di Bandung, Masli memimpin sejumlah penerbitan pers, antara lain suratkabar Integrasi yang dibredel pemerintah Soeharto dalam rangkaian Malari 1974.

Andreas Harsono, ketua Yayasan Pantau, anggota International Consortium for Investigative Journalists. Tahun 1999, mendapatkan Nieman Fellowship dari Harvard University. Harsono pernah bekerja untuk The West Australian (Perth), The Nation (Bangkok) serta The Star (Kuala Lumpur), dan memimpin majalah Pantau. Kini ia menyelesaikan buku From Sabang to Merauke: Debungking the Myth of Indonesia Nationalism yang membahas kompleksitas hubungan antara kekerasan media, etnik dan agama dengan nasionalisme Indonesia.

Budi Setiyono, sekretaris Yayasan Pantau, editor sejumlah buku. Pernah bekerja di Cempaka Minggu dan Suara Merdeka CyberNews di Semarang, majalah Pantau di Jakarta, serta menjadi wartawan lepas di beberapa media. Setiyono mengelola lembaga nirlaba Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah, dan pada 2005 menyunting Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat, serta buku Kumpulan Pidato Politik Soekarno pada 2003.

Primus Dorimulu, pemimpin redaksi The Investor Daily. Dorimulu lahir di Mbay Bajawa, memulai karir sebagai wartawan ekonomi lebih dari lima belas tahun lalu.

Michael Ferdin, kelahiran Manggarai, memiliki pengalaman sebagai wartawan ekonomi lebih dari sepuluh tahun. Ia kini redaktur ekonomi untuk desk perdagangan saham The Investor Daily.

Yusuf, disainer majalah Destinasian, pernah mendisain majalah Pantau.

Nur Iskandar, pemimpin redaksi harian Borneo Tribun di Pontianak, pernah menjadi redaktur pelaksana harian Equator, anak perusahaan Kelompok Jawa Pos.

10

Page 11: Final Report Capacity Flores Pos 07

7. IMPLEMENTASI

Mencari Peluang Iklan dan Strategi Membudayakan Iklan

Bulan Oktober 2006, dilakukan assessment awal untuk mengetahui keadaaan Flores Pos sebelum program pendampingan. Tanggal 4 Desember 2006 RTS Masli sudah berada di Ende untuk melakukan pendampingan marketing hingga 10 Desember 2006.

Sebelum berangkat ke Ende, Masli meminta data-data rencana bisnis Flores Pos. Sayangnya data tersebut belum dimiliki Flores Pos, sehingga Masli memfokuskan pelatihannya pada cara membangun sistem marketing, iklan, dan distribusi yang baik. Ia mengupas dua hal pokok di bidang marketing suratkabar, yaitu dasar-dasar mengembangkan pemasaran di tingkat lokal dan bagaimana menarik iklan lokal yang mudah dan murah.

Masli memulai proses pendampingan dengan sebuah in house training. Materi diberikan dengan metode diskusi. Setiap peserta bebas bertanya apa saja. Flores Pos menyediakan OHP di ruang marketing. Formasi kelas disusun melingkar membentuk huruf U, sehingga memudahkan Masli mengenal tiap peserta. Hari pertama pelatihan, tanggal 4 Desember 2006, berlangsung sejak pagi hingga sore. Peserta mempelajari tentang apa itu iklan dan bagaimana memahami pembaca lewat iklan. Ini pengetahuan dasar bagi mereka untuk mengetahui mengapa iklan itu penting bagi kelancaran bisnis klien.

Kelas terasa lebih hidup dengan sajian beberapa gambar iklan yang menarik dari luar negeri. Peserta nampak antusias mengikuti sesi ini. Banyak pertanyaan muncul, dari soal budaya iklan yang sangat rendah di Ende dan daratan Flores lainnya, hingga bagaimana strategi menembus pasar iklan. Masli memberikan contoh-contoh pada beberapa perusahaan suratkabar. Misalnya, bagaimana Kompas memulai iklan baris. Bagaimana sebuah pernikahan bisa menjadi potensi iklan yang besar, asalkan diolah secara kreatif.

Masli menguasai kelas dengan baik. Setiap peserta bertanya tanpa malu-malu. Namun, ketika mendapat contoh-contoh iklan dari Jakarta, mereka merasa pesimis bisa menerapkannya di Flores. Menurut mereka Masli belum memahami dengan baik kondisi Flores. Perbedaan antara Jakarta dan Flores sangat jauh. Meskipun demikian, pelatihan ini memberikan semangat baru bagi staf marketing untuk bekerja mencari pelanggan baru dengan strategi door to door dalam menarik sebanyak mungkin orang untuk berlangganan Flores Pos atau Dian atau juga Kunang-Kunang.

Hari kedua in house training membahas bagaimana mencari dan melihat peluang iklan. Instruktur memberikan contoh di mana saja peluang iklan di kota Ende. Bagaimana membuat Hotel Mentari yang merasa tidak perlu beriklan karena sudah terkenal akhirnya merasa harus memasang iklan. Bagaimana menyakinkan klien tentang pentingnya iklan di suratkabar.

Di hari ketiga, pelatihan melibatkan awak redaksi Flores Pos. Ini dilakukan setelah instruktur mendengar keluhan staf marketing yang kadang tidak sejalan dengan wartawan. Diskusi melibatkan wartawan ini intinya mengupas soal apa itu liputan independen dan bagaimana orang marketing memahami sistem kerja wartawan.

Di luar jadwal pelatihan Masli menyempatkan berkeliling kota Ende. Masuk pasar, toko, restaurant, hotel, dan lain sebagainya. Ia ingin melihat di mana saja produk-produk dengan brand name nasional dan lokal dijual. Ia juga ingin tahu tentang potensi-potensi yang ada di Ende, seperti yang dilaporkan dalam hasil riset khalayak yang diberikan oleh Pantau dan Swisscontact.

Menurut Masli, salah satu yang paling penting namun terlupakan oleh Flores Pos adalah adanya rencana bisnis yang jelas. Flores Pos bahkan tidak memiliki angka pasti jumlah pembaca. Apalagi data-data demografis seperti usia pembaca, pekerjaan, penghasilan, dan lainnya. Data-data ini merupakan data dasar yang seharusnya sudah dimiliki, karena dari data inilah bagian pemasaran bisa membuat panduan untuk menjual Flores Pos terutama kepada produsen dan pengiklan potensial. Ketiadaan data ini berarti Flores Pos telah kehilangan peluang mendapatkan iklan nasional maupun lokal. Oleh karena itu, hal yang harus dikerjakan manajemen Flores Pos adalah

11

Page 12: Final Report Capacity Flores Pos 07

membuat riset pembaca. Riset pembaca ini menurut Masli penting sebagai bahan untuk menentukan bagaimana seharusnya menjalankan bisnis suratkabar.

Bagaimana Menulis Sebuah Berita

Andreas Harsono tinggal selama dua minggu di Ende, 13-24 Desember 2006. Sedangkan Budi Setiyono datang tiga bulan kemudian, 5-17 Maret 2007.

Harsono memberikan dasar tentang bagaimana menulis berita dengan standar jurnalisme yang benar. Peserta pelatihan adalah wartawan dari delapan perwakilan biro Flores Pos. Setiyono masuk lebih jauh, yakni bagaimana seharusnya isi berita Flores Pos dan bagaimana membuat isi berita lebih beragam. Wartawan yang ia latih khusus wartawan yang ada di biro Ende.

Selama dua minggu pelatihan, Andreas Harsono dan Budi Setiyono memberikan kesempatan untuk berdiskusi sebelum rapat redaksi dimulai, pada pukul 5 sore. Diskusi dalam kelas hanya berlangsung dua hari, selebihnya mereka terlibat langsung dalam pekerjaan di ruang redaksi.

Kedua instruktur ini melihat langsung kinerja redaksi, mulai dari proses reportase pagi hingga masuknya berita dari semua biro. Mereka menyaksikan kesulitan yang dihadapi redaktur ketika mengedit laporan dari tulisan tangan yang dikirim melalui faximili, juga keterbatasan ruang redaksi dalam memproduksi berita.

Andreas Harsono mengusulkan dalam rapat redaksi agar Flores Pos menggunakan seperangkat kriteria pada penulisan referensi kedua. Ia memberikan contoh bagaimana referensi kedua diletakkan dalam berita. Misalnya pada berita dari Maumere, “Dua Ribu Warga Pruda Makan Kacang Hutan”. Wall Abulat wartawan yang menulis berita ini mengganti Alosia Marni dengan Alosia pada referensi kedua, dan Frans Juking dengan Frans. Di biro Ende, penulisan referensi kedua juga tidak jelas pertimbangannya. Hieronimus Bokilia dalam berita “Lima Pemuda Perkosa Gadis 18 Tahun” menggunakan sebutan Gebi sebagai referensi kedua untuk Gabriel D. Ema. Menurut Harsono, sebaiknya referensi kedua ini diganti menggunakan nama keluarga, yaitu Ema.

Argumentasi yang digunakan Harsono adalah tradisi nama keluarga digunakan oleh penduduk setempat. Flores Pos hendaknya menghormati tradisi ini dan perlu mengikuti seperangkat kaidah yang memang ada di pulau Flores, Lembata, dan Adonara. Penduduk biasanya menggunakan nama marga untuk menyebut nama orang. Adapun nama depan bisa dipakai pada penulisan cerita yang santai, informal.

Selain memperbaiki editing berita, Andreas Harsono juga melatih Hieronimus Bokilia melakukan reportase kriminalitas. Bagaimana menembus narasumber di kepolisian, keluarga korban, serta tersangka pemerkosaan. Harsono ikut mendampingi dan membimbing Bokilia melakukan reportase di tempat kejadian perkara di Lapangan Marilonga. Bokilia mengatakan, ia kini mengerti bagaimana reportase, wawancara, dan menggali lebih mendalam berita kriminalitas setelah mendapat bimbingan dari Harsono.

Budi Setiyono membantu mengedit tulisan yang masuk dan berdiskusi dengan redaktur Frans Obon, karena Frans Anggal saat itu berangkat ke Korea mengikuti pelatihan. Menurut Budi Setiyono, denyut kehidupan warga Flores kurang terasa di koran Flores Pos. Memang, ada beberapa berita politik dan bencana longsor di Ruteng, sedikit berita tentang kriminalitas, gagal panen, juga berita mengenai hasil kegiatan diskusi. Namun semua itu belum menggambarkan secara utuh denyut kehidupan warga Flores.

Berita ringan seperti kepala desa yang mengganti stafnya, kegiatan LSM, perusahaan atau UKM yang meluncurkan produk baru dan lain sebagainya, mungkin bukan berita besar. Tapi ini perlu karena pembaca ingin mengetahui kegiatan yang berlangsung di sekitarnya. Flores Pos tidak pernah atau jarang sekali memuat berita semacam ini. Karena itu, menurut Setiyono, Flores Pos perlu menyediakan kolom kecil untuk berita-berita seperti ini, sebagai tempat warga saling mengetahui kegiatan masing-masing.

12

Page 13: Final Report Capacity Flores Pos 07

Kolom khusus untuk berita-berita singkat seperti itu mungkin cocok, atau bisa saja tidak cocok, bagi Flores Pos. Tapi sebagai informasi, ia penting. Biasanya di media lain berita-berita singkat ini mereka sebut sebagai Lintas Daerah, Selintas Info, Info Singkat, dan lain sebagainya. Isinya umumnya acara-acara seremonial. Meskipun demikian, koran-koran ini berhasil mendekatkan dirinya dengan komunitas atau masyarakat sekitar.

Media adalah ruang bagi banyak aspek kehidupan. Jurnalisme menyajikan gagasan dan peristiwa – tren sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan. Ia mengingatkan pembaca pada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka, kesehatan, kemakmuran, juga kesadaran mereka akan nilai-nilai. Ia memberikan informasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Ia juga memberikan kegembiraan, hiburan, pendidikan, mengingatkan rasa kemanusian (human interest), serta fungsi lain dari jurnalisme.

Flores Pos seringkali menurunkan berita hasil diskusi, misalnya diskusi mengenai kegiatan semenisasi jalan secara swadaya oleh sebuah RW. Berita semacam ini mungkin penting untuk diketahui pembaca. Tapi bisa juga mubazir. Kolom berita singkat mungkin menjadi tempat yang tepat. Apalagi tidak mungkin halaman Flores Pos dipenuhi berita-berita seremonial semacam ini.

Pembaca ingin mengetahui besok akan ada seminar di gedung ini atau laporan singkat tentang diskusinya, kuliah kerja lapangan kampus X, anak sekolah pentas musik, atau bahkan kegiatan RT-RW atau kelompok pengajian. Semua kegiatan ini menggambarkan denyut kehidupan masyarakat Flores. Boleh jadi ada acara menarik, sehingga pembaca tergerak ke sana.

Bisa saja informasi datang dari pembaca. Di banyak media, setiap hari ada saja undangan, fax, dan email masuk. Redaksi bisa menindaklanjutinya jika menganggap ada yang manarik. Atau, kalau ada kiriman naskah dan foto yang bagus, redaksi bisa menjadikannya berita “besar”. Tentu setelah melalui proses verifikasi. Dengan begitu isi Flores Pos menjadi kaya, halamannya menjadi lebih beragam.

Budi Setiyono melakukan banyak perubahan mendasar dalam ruang redaksi. Ia menjelaskan dengan detil mengenai struktur tulisan berita yang baik, bagimana membuat judul berita yang menarik, dan juga lead atau alinea pertama dalam berita. Setiyono memberikan contoh cara praktis membuat lead berita dengan tidak mengobral kata-kata.

Soal editing juga menjadi perhatian Setiyono. Ia mengingatkan redaktur bahwa naskah berita dari wartawan seringkali bukan berita jadi. Artinya, masih harus melewati proses editing yang ketat. Redaktur perlu berkomunikasi dengan wartawannya jika menemukan data yang kurang lengkap atau tidak akurat, nama atau jabatan yang kurang jelas, dan sebagainya. Ini terutama untuk berita yang ditulis tangan dan atau dikirim melalui faks.

Yang juga masih sering dijumpai adalah salah ejaan. Bahkan tidak jarang terjadi kesalahan pilihan kata. Kata yang tidak tepat digunakan dalam konteks yang tidak tepat, sehingga bisa menimbulkan salah pengertian. Kalimat rancu, berbelit-belit, dan tidak efisien masih sering dijumpai dalam berita Flores Pos.

Setiyono membuat catatan dan masukan cukup rinci mengenai hal-hal teknis dan nonteknis yang harus diperhatikan dalam menulis berita. Secara umum, konsistensi dalam penulisan berita di Flores Pos belum tercapai. Hal ini bisa dipecahkan dengan menyiapkan stylebook.

Menulis Berita Ekonomi

Primus Dorimulu dan Mikhael Ferdin dari Investor Dailly datang secara bergantian untuk konsultasi penulisan berita ekonomi. Dorimulu bertugas lebih dulu pada 5-14 April 2007. Ferdin tiba di Ende 2 Juli 2007.

Primus mengampu in-house training untuk wartawan Flores Pos yang bertujuan meletakkan dasar kriteria berita ekonomi. Selama empat hari di ruang redaksi Flores Pos, Dorimulu mengajak reporter dan redaktur mendiskusikan bagaimana mengelola berita ekonomi dan apa saja potensi berita ekonomi di Ende. Ia juga menjelaskan visi tentang pentingnya membangun jaringan dan

13

Page 14: Final Report Capacity Flores Pos 07

kerjasama dengan dinas-dinas di daerah, atau dengan lembaga-lembaga yang punya konsentrasi mengembangkan usaha kecil, seperti Swisscontanct. Jaringan ini, menurut Dorimulu, diperlukan untuk memberi informasi tentang kegiatan UKM, kesulitan UKM, narasumber, dan lainnya. Informasi inilah yang kemudian digunakan wartawan Flores Pos untuk menulis berita ekonomi. Salah satu contoh adalah berita tentang desa Ile Padung, yang menjadi percontohan untuk tanaman mete organik dan telah mengekspor produknya hingga ke luar negeri.

Dorimulu menjelaskan tentang kriteria berita ekonomi yang layak muat dan bagaimana membuat berita ekonomi tidak seperti turun dari langit. Berita, menurut Dorimulu, harus diciptakan, dipilih, dan dipertegas dengan riset yang mendalam. Misalnya, tentang pisang berangga Ende yang sudah diakui sebagai varietas unggul, atau kacang mete yang diekspor hingga ke Swiss dan Ghana. Berita tentang pisang berangga dan kacang mete ini adalah bagian dari berita ekonomi dan diperlukan masyarakat Flores. Berita semacam ini harus dibuat melalui wawancara yang cukup dan riset mendalam.

Dorimulu juga menyarankan kepada perusahaan agar mengadakan rapat bisnis dengan para pelaku usaha di Ende. Hasil rapat hendaknya diteruskan ke biro-biro. Rapat ini untuk mengikat para pebisnis lokal dengan suratkabar, sekaligus mendengar ide-ide segar mereka tentang bisnis di Ende. Ujungnya, pendapatan iklan bisa dipacu dengan cara ini. Karena itu manajemen Flores Pos sebaiknya membuat rencana bisnis atau media kit yang bisa menjadi panduan marketing.

Dorimulu juga mengampu general workshop pada tanggal 12 – 13 April 2007 yang diikuti oleh wartawan dari Ende, Labuan Bajo, Ruteng, Bajawa, Flores Timur, Lembata, Humas Pemda Ende. Workshop menulis berita ekonomi yang diadakan oleh Perhimpunan Wartawan Flores ini, berlangsung dua hari. Pada sesi pertama Dorimulu menjelaskan tentang apa itu berita ekonomi, dan bagaimana membedakan berita ekonomi dengan berita politik. Sebab ada banyak berita politik yang juga menulis tentang angka-angka dalam rupiah, angka dalam grafik, dan lain-lain.

Di sesi kedua dibahas bagaimana menulis berita ekonomi. Dorimulu memberikan ilustrasi pengalamannya selama menjadi wartawan ekonomi. Ia juga menjelaskan cara membangun jaringan dengan narasumber, belajar dari narasumber, dan bagaimana memahami simbol-simbol dan arti-arti dalam dunia ekonomi. Dorimulu menutup sesi ini dengan memberikan pekerjaan rumah kepada para wartawan, yaitu menulis berita ekonomi. Tulisan ini akan menjadi bahan untuk dibahas pada sesi keesokan harinya.

Tiga bulan setelah kedatangan Dorimulu, Mikhael Ferdin tiba Ende. Ferdin mendampingi dua wartawan Flores Pos, yang nantinya diandalkan menulis berita ekonomi. Dua wartawan tersebut adalah Hieronimus Bokilia dan Philipus Suri. Selama seminggu, keduanya menjadi reporter Mikhael Ferdin. Mereka mengikuti cara kerja Ferdin dalam mencari isu ekonomi di Ende. Dua wartawan itu mengerti setelah ditunjukkan Ferdin bahwa berita ekonomi ternyata ada di sekeliling mereka. Aktivitas pengusaha dan warga, pergerakan harga barang, adalah berita ekonomi yang seringkali luput dari pengamatan mereka sehari-hari.

Selama memberikan pendampingan, Ferdin membuat catatan dan masukan mengenai naskah-naskah berita ekonomi Flores Pos. Seperti berita pada edisi 3 Juli 2007 tentang “Proyek Ubi Aldira di Mabar Terancam Gagal.” Naskah asli berita ini tak mengangkat angle seperti yang dijelaskan dalam judul. Repoter Flores Pos justru menjelaskan tentang pemanggilan Kadis Pertanian Manggarai Barat oleh Kejaksaan.

Sepanjang tulisannya, repoter tidak menjelaskan keterkaitan pemanggilan itu dengan proyek ubi aldira yang terancam gagal. Kalimat yang menjelaskan terancam gagalnya proyek tersebut justru terselip di akhir tulisan. Menurut Ferdin, angle-nya sebetulnya menarik karena proyek tersebut dibiayai APBD sebesar Rp 2 miliar. Berita semacam ini seharusnya bisa terus dipantau karena bisa jadi telah terjadi korupsi dalam proyek ini.

14

Page 15: Final Report Capacity Flores Pos 07

Disain untuk Suratkabar

Konsultasi disain sudah dimulai sebelum periode pendampingan ini berlangsung. Sejak Pantau mendatangkan Georgia Scott, art director The New York Times, pada bulan Agustus 2006. Selama hampir satu minggu Georgia berada di Ende khusus untuk mengubah disain Flores Pos. Hasilnya adalah tampilan Flores Pos saat ini.

Konsultan disain kembali didatangkan pada periode pendampingan. Untuk menyelaraskan perubahan disain baru dengan berbagai input baru dari konsultasi redaksi dan usaha yang sudah berlangsung sebelumnya. Ini diikuti oleh mereka yang sehari-hari bekerja mendisain Flores Pos, Kunang Kunang,dan Dian.

Yusuf tiba di Ende pada 6-17 Mei 2007. Kesulitan utama Yusuf dalam memberikan pelatihan adalah keterbatasan infrastruktur, terutama komputer dan pendukungnya untuk disain. Para pekerja disain di Flores Pos bekerja otodidak. Mereka menyukai dunia disain grafis, kemudian bekerja untuk Flores Pos. Pengetahuan mereka tentang teori-teori dasar disain sangat minim.

Yusuf membawa beragam keping CD program untuk para pekerja disain Flores Pos. Namun tidak bisa digunakan karena komputer yang ada di Flores Pos tidak mampu menjalankan program aplikasi untuk CD tersebut. Dua komputer yang biasa dipergunakan untuk disain Flores Pos, spesifikasinya tergolong tua. Yusuf terpaksa menurunkan level program desainnya agar peserta bisa belajar.

Namun muncul kendala lain. Para pekerja disain Flores Pos ternyata tidak mengenal program-program dasar disain. Selama ini mereka mengerjakan disain Flores Pos dengan cara manual yang sudah lama sekali ditinggalkan. Pengetahuan mereka tentang prinsip-prinsip dasar disain suratkabar juga minim. Akibatnya komunikasi dan transfer pengetahuan oleh Yusuf berjalan kurang lancar.

Kesulitan lain yang juga sangat mengganggu adalah hanya ada satu komputer di Flores Pos yang bisa bertukar data lewat flash disk. Selebihnya, termasuk komputer untuk disain, masih menggunakan media disket. Ini menyulitkan, karena semua program dan materi pengajaran disain ada di laptop milik Yusuf. Tidak jarang terjadi kegagalan transfer ke disket yang akan digunakan di komputer disain. Akibatnya, Yusuf harus mengulang proses dari awal, mulai dari memindahkan dengan flash disk bagian per bagian dari laptopnya, untuk selanjutnya data ini disimpan ke satu-satunya komputer yang bisa membaca flash disk. Dari komputer ini data tersebut dipindahkan lagi ke disket agar bisa dibaca dan disimpan di komputer disain.

Selama seminggu pelatihan, Yusuf tidak melakukan perubahan pada disain suratkabar Flores Pos. Ini karena disain baru Flores Pos yang dibuat Georgia Scott belum setahun. Konsentrasi Yusuf karena itu lebih pada memperbaiki dan mengubah disain font dan logo mingguan Dian. Perubahan ini mestinya juga diikuti perubahan isi berita, sehingga dampak perubahannya bisa lebih dirasakan pembaca.

Bagaimana Mengetahui Potensi Pasar

Nur Iskandar datang di akhir masa satu tahun pendampingan. Selama satu minggu, 12–18 Juli 2007, ia berada di Ende. Nur Iskandar menindaklanjuti hasil pelatihan marketing oleh RTS Masli. Ia membuat in-house training selama dua hari di Flores Pos. Selebihnya ia ikut membantu marketing mencari peluang iklan, mengikuti rapat dengan tim iklan, dan mencari perbandingan potensi iklan di Maumere.

Hari pertama pelatihan, Nur Iskandar menyampaikan materi tentang bagaimana mengetahui potensi pasar. Ia juga mengajak tim marketing dari biro Ende untuk mendiskusikan kesulitan yang dihadapi dan cara mengatasinya. Diskusi ini kemudian diikuti diskusi dengan koordinator biro Maumere dan Bajawa –dua kota yang punya potensi iklan di luar Ende.

15

Page 16: Final Report Capacity Flores Pos 07

Berikut adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi marketing Flores Pos:

Tarif iklan Flores Pos terlalu mahal, tidak sesuai kemampuan ekonomi masyarakat Flores dan sekitarnya.

Penyebaran Flores Pos ke seluruh wilayah di Flores terbentur sulitnya transportasi dan juga sopir yang kadang kurang bertanggungjawab.

Pimpinan Flores Pos kurang energik, kurang konsep atau wawasan terhadap pengembangan usaha.

Pucuk pimpinan kurang memberikan perhatian terhadap karyawan yang dianggap berprestasi.

Tidak ada keseimbangan antara volume kerja dengan upah (upah lembur tidak dibayar).

Hari kedua, Nur Iskandar memberikan pelatihan kepada tim marketing dari Ende, Maumere, dan Bajawa. Materi pelatihan adalah mencari jalan keluar dari kesulitan yang sudah didiskusikan pada hari sebelumnya. Sayangnya diskusi dalam pelatihan ini tidak didukung data-data valid mengenai profil pembaca Flores Pos.

Berikut beberapa langkah yang menurut Nur Iskandar bisa dilakukan Flores Pos:

Setiap pemimpin, manajer (redaksi, iklan, pemasaran, administrasi, percetakan, maupun investor) hendaknya bisa membuat program aksi sekaligus teladan dalam menjalankan misi mencapai cita-cita Flores Pos.

Harus ada blueprint atau cetak biru yang bisa dijadikan rujukan atau referensi dalam pengembangan perusahaan.

Visi yang jelas akan meningkatkan kemampuan seluruh divisi, di mana setiap orang harus mampu berperan sebagai agen pemasaran.

Pola komunikasi yang efektif dalam bentuk meeting atau rapat dapat diprogram demi tercapainya cita-cita bersama yang diidam-idamkan.

Peserta pelatihan juga diajak mengenal lebih dalam perusahaan PT Arnoldus Nusa Indah untuk menguatkan kembali ikatan bahwa perusahaan bukan hanya sebagai tempat kerja namun juga tempat mengasah kreativitas, serta mencoba ikut merasakan kesulitan yang dihadapi perusahaan. Nur Iskandar meminta empat peserta maju ke depan. Dua orang di antara mereka menutup mata dua rekannya. Keduanya lalu menuntun dan meminta dua orang yang ditutup matanya mengambil buku serta gelas kotor di ruang makan di lantai dua.

Simulasi ini ingin mengatakan bahwa semua karyawan hendaknya mengerti dan percaya kepada pemimpin perusahaan untuk membawa mereka menuju kesejahteraan bersama. Tugas karyawan adalah bekerja dengan kreatifitas tinggi untuk mendukung kinerja para pemimpinnya. Toleransi, kerjasama, saling percaya dan saling dukung antar karyawan dan pemimpin perusahaan menjadi landasan kerja yang harus terus dibangun dan dikembangkan di dalam perusahaan.

Mensi, salah seorang karyawan marketing, menilai simulasi ini contoh yang bagus untuk melihat hubungan antara karyawan dan pemimpin perusahaan. Menurutnya, hubungan antara karyawan dan pemimpin perusahaan saat ini biasa saja. Sebagai karyawan mereka hanya mengetahui bekerja dengan baik dan mendapatkan gaji setiap bulannya. Tidak ada konflik. Semua berjalan biasa-biasa saja.

Memang tidak semua hal bisa diakomodir perusahaan. Namun, menurut Nur Iskandar, kerjasama antara redaksi, marketing, administrasi, percetakan, hingga pemimpin perusahaan, harus terus dijaga dan diperkuat. Nur Iskandar melihat usia sembilan tahun Flores Pos malah mengalami penurunan oplah dan omzet iklan. Karena itu Flores Pos harus melakukan perubahan dan perbaikan, sehingga mampu beradaptasi dan tidak tertinggal dalam iklim kompetisi yang semakin keras. Itulah pentingnya menjaga hubungan antara pimpinan perusahaan dan karyawan untuk bisa mencapai manfaat bersama.

Nur Iskandar bersama Esti Wahyuni dari Pantau membuat survey sebagai simulasi pelatihan dengan menjadikan peserta pelatihan sebagai responden. Dari survey ini muncul beragam

16

Page 17: Final Report Capacity Flores Pos 07

pemikiran yang dapat menjadi masukan penting bagi perusahaan, bagian marketing, dan juga redaksi. Dari survey kecil antarkaryawan tersebut, dapat dibayangkan betapa luas dan pentingnya informasi yang bisa diperoleh jika survey dilakukan dengan melibatkan pembaca. Informasi dari pembaca adalah informasi primer yang sangat vital bagi peningkatan kinerja redaksi, marketing, dan juga perusahaan.

Fellowship untuk Wartawan Flores Pos

Selama program pendampingan, Pantau dan Flores Pos juga mengupayakan Stef Tupeng Witin, koordinator liputan, mengikuti pelatihan jurnalisme sastrawi, yang diadakan oleh Pantau di Jakarta, selama dua minggu Januari 2007. Ini merupakan pelatihan menulis dengan gaya narasi.

Di bulan Juni 2007, Frans Obon, redaktur pelaksana, juga mendapat kesempatan mengikuti pelatihan serupa di Jakarta. Pelatihan ini diadakan dua kali dalam setahun dengan pengampu Janet E. Steele dari George Washington University.

Frans Anggal berangkat ke Melbourne, Australia, pada September 2007 untuk mengikuti pelatihan “Leadership Fellowship on Reporting the Economy” yang diselenggarakan oleh Asia Pacifik Journalism Center selama dua bulan. Pelatihan ini dibuat dengan sponsor Ausaid. Programnya, liputan bisnis dan ekonomi. Pesertanya dari negara-negara Pacifik macam Papua Nieuw Guinea, Vanuatu, Fiji, Papua dan Indonesia. Materinya, termasuk liputan soal UKM. Andreas Harsono ikut mengusulkan liputan UKM untuk program ini. John Wallace dari APJC menerimanya dengan gembira. Isu UKM sangat relevan untuk negara-negara Pasifik. Wallace pada November 2006 datang ke Ende dan Maumere guna melihat Flores Pos.

Frans Anggal juga diundang serta presentasi makalah dalam “Conference of the Representatives of Catholic Newspapers in Asia” di Seoul, 22-23 Maret 2007. Anggal membuat makalah yang jelas sekali soal masalah dan tantangan yang dihadapi Flores Pos. Ini pertemuan pertama. Anggal ikut membentuk tradisi pertemuan dua tahunan untuk perkumpulan surat kabar ini. Harsono membantu menerjemahkan makalah Anggal dari bahasa Melayu ke bahasa Inggris.

Anggal juga melamar untuk mendapatkan bantuan dari Australian Volunteers International di Sydney. Nicky Lumb dari AVI Jakarta, bersama John Wallace, datang ke Ende pada November 2006 guna melihat Flores Pos langsung. AVI akan mengirimkan bantuan fotografer Liz Hunter, serta bantuan kamera, kepada Flores Pos.

8. OUTCOMES & OUTPUT

Iklan Baris dan Strategi Door to Door

Sistem kerja marketing mulai diatur sejak Januari 2007 ketika ruang untuk iklan baris sudah dialokasikan. Ini adalah salah satu yang paling menonjol dari pelatihan bidang marketing. Dua halaman penuh terisi berbagai macam iklan baris, mulai dari iklan sepatu, salon, bengkel, hingga penjualan handphone dan voucher. Minat masyarakat untuk ikut beriklan gratis selama bulan Januari sungguh luar biasa.

Hasyim, warga Jalan Melati Bawah, mengirim sms minta Flores Pos menghentikan iklan menjual sepeda motor Honda miliknya karena akan dimuat tiga hari berturut-turut. Padahal sejak hari pertama motor itu sudah laku tujuh juta rupiah. Ini membuat Hasyim kewalahan karena calon pembeli tetap menghubunginya.

Iklan di Flores Pos kini lebih jelas. Sudah ada standar ukuran dan harga iklan atau rate card (lihat lampiran 5) yang bisa digunakan oleh setiap pelanggan atau calon pengiklan yang ingin beriklan di Flores Pos. Harga iklan sewaktu-waktu bisa mendapatkan diskon, tergantung momentumnya seperti perayaan keagamaan, hari raya kemerdekaan, serta acara-acara adat pada tiap kabupaten.

17

Page 18: Final Report Capacity Flores Pos 07

Di sisi lain, strategi mempromosikan Flores Pos, Dian, dan Kunang-Kunang secara door to door kepada masyarakat kota Ende menunjukkan hasil. Lima puluh satu pelanggan Flores Pos, 8 pelanggan Dian, dan 6 pelanggan Kunang-Kunang diperoleh dari strategi ini. Dua puluh tenaga marketing, yang turun ke lapangan, mengatakan bisa menjalin komunikasi dengan calon pelanggan. Mereka mendatangi keluarga-keluarga, yang mereka anggap mampu berlangganan Flores Pos. Data keluarga-keluarga ini mereka ambil dari buku telpon. Menurut mereka, keluarga-keluarga yang memiliki telepon tentu berpenghasilan cukup.

Pendapatan Iklan dan Penjualan Flores Pos

Selama masa pendampingan, pendapatan iklan Flores Pos belum menunjukkan hasil yang signifikan. Berikut adalah data pendapatan iklan Flores Pos selama periode 2005-2007:

Month Pre Activities, 2005-2006 Post Activities, 2006-2007Nov   32,557,506   34,279,629Dec   74,045,817   95,946,310Jan   34,464,452   22,346,590Feb   24,774,269   29,576,923Mar   49,581,985   29,235,769Apr   114,070,664   49,859,725May   32,522,822   50,189,927Jun   37,241,157   32,442,579Jul   52,730,852   54,052,025Aug   54,914,981   42,264,769Sep   35,120,685   30,648,305Oct   47,363,332   47,180,946Total 589,388,522 518,023,497Rata-rata 49,115,710 43,168,625

Pendapatan Iklan Flores Pos

0

20,000,000

40,000,000

60,000,000

80,000,000

100,000,000

120,000,000

Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct

Pre Activities, 2005-2006 Post Activities, 2006-2007

Pendapatan iklan secara keseluruhan selama masa pendampingan (November 2006-Oktober 2007) mengalami penurunan, jika dibandingkan dengan pendapatan iklan periode sebelumnya (November 2005-Oktober 2006). Meski kenaikan pendapatan iklan yang cukup besar sempat terjadi di bulan Desember 2006, ketika pendampingan marketing berlangsung. Saat itu pendapatan iklan mencapai level tertinggi selama periode November 2006 hingga Oktober 2007. Hal ini disebabkan bulan Desember adalah bulan Natal, maka iklan ucapan selamat Natal banyak sekali.

Kenaikkan pendapatan iklan di Flores Pos biasa terjadi bersamaan dengan perayaan atau moment tertentu. Ini terjadi juga pada periode sebelumnya. Bulan April 2006, jumlah pendapatan iklan

18

Page 19: Final Report Capacity Flores Pos 07

Flores Pos mencapai level tertinggi pada periode November 2005-Oktober 2006. Bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan iklan bulan Desember 2006. Bulan April 2006 bertepatan dengan perayaan Paskah. Di bulan itu pula ada seorang uskup yang meninggal dunia, sehingga banyak pemasang iklan untuk ungkapan belasungkawa.

Dari segi penjualan Flores Pos juga sangat berfluktuasi. Selama periode November 2006-Juli 2007, penjualan Flores Pos mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Namun, penjualan selama periode pendampingan justru turun di periode akhir pendampingan (Agustus-Oktober 2007), jika dibandingkan dengan penjualan periode Agustus-Oktober 2005.

Data Penjualan Flores Pos 2005-2007Month Pre Activities, 2005-2006 Post Activities, 2006-2007

 Nov   55920   72797Des   57065   62505Jan   50728   60174Feb   52171   63425Mar   58383   67168Apr   47087   60740Mei   56018   67910Jun   58120   64584Jul   57495   60926Ags   70911   51899Sep   78569   49588Okt   68173   51992Total   710640   733708

Penjualan Flores Pos 2005-2007

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

Pre Activities, 2005-2006 Post Activities, 2006-2007

Hal yang cukup menarik ditemukan pada saat menganalisis rincian distribusi koran Flores Pos. Selama periode November 2006-Juli 2007, persentase penjualan Flores Pos terhadap total oplahnya, justru trennya meningkat. Terjadi semacam efisiensi distribusi produk dalam hal ini.

Dalam setiap oplahnya, Flores Pos selalu mengalokasikan untuk penjualan sebagian besar, promosi, pembagian gratis, dan ada pula yang dikembalikan atau retur. Naiknya persentase penjualan yang disertai penurunan oplah ini menunjukkan bahwa Flores Pos semakin efisien dalam distribusi produknya dengan pengurangan jumlah koran yang retur.

19

Page 20: Final Report Capacity Flores Pos 07

% Penjualan Flores Pos

81.082.0

83.084.0

85.086.087.0

88.089.0

90.091.0

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

Month Oplah Penjualan Retur % Penjualan

Nov 86162 72797 7025 84.5

Des 72741 62505 5149 85.9

Jan 69944 60174 4563 86.0

Feb 72855 63425 3650 87.1

Mar 77661 67168 5010 86.5

Apr 69230 60740 3771 87.7

Mei 77974 67910 4902 87.1

Jun 72600 64584 3520 89.0

Jul 67391 60926 1883 90.4Total 666558 580229 39473  

Peningkatan Kapasitas Redaksi Flores Pos

Setelah pergantian pemimpin redaksi dari August Alfons Duka kepada Frans Anggal, ruang redaksi juga ikut berubah. Sebelumnya, jabatan Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi dijabat oleh August Alfons Duka. Kini antara pemimpin umum dan pemimpin redaksi dipisah, tidak dijabat oleh satu orang. Pemisahan ini dilakukan dalam konteks pembenahan PT. ANI, yang juga menjadi payung bagi delapan unit usaha lain seperti bengkel kayu, bengkel motor, percetakan, dan toko buku. Direktur utama perusahaan otomatis menjadi Pemimpin Umum Dian dan Flores Pos yang saat ini dijabat oleh Gerinus Sanda. Perubahan ini memberi ruang bagi pemimpin redaksi Frans Anggal, untuk lebih berkonsentrasi mengembangkan tugas dan fungsinya untuk peningkatan kapasitas Flores Pos.

Oktober 2006, byline, pencantuman nama penulis di bawah judul tulisan, mulai digunakan disertai dengan nomor handphone. Ini terobosan baru di dunia jurnalisme yang menunjukkan sikap transparansi, responsibilitas, dan akuntabilitas. Biasanya, nama wartawan dilengkapi alamat email. Sebelumnya mereka hanya menggunakan inisial untuk nama penulis. Namun ada pemahaman baru mengenai etika sebagai jurnalis. Disadari penggunaan byline adalah penting agar wartawan bertanggung jawab dengan berita yang ditulisnya. Ini membuat mereka lebih berhati-hati dan memastikan terhadap kebenaran berita yang ditulisnya.

Berbagai kisah dialami oleh wartawan Flores Pos sebagai dampak dari penerapan byline. Paul J. Bataona wartawan Flores Pos,Biro Ruteng, Kabupaten Manggarai, pernah menerima SMS melalui nomor handphone-nya sehubungan dengan tulisannya tentang kasus pembunuhan di Ponggeok, Kecamatan Satarmese. Ia dinilai tidak profesional dan tidak cermat dalam mengulas kronologi

20

Page 21: Final Report Capacity Flores Pos 07

penangkapan terhadap pelaku oleh polisi. Melalui SMS dari pembaca itu ia disarankan lebih banyak membaca. Cerita lainnya dialami oleh Wal Abulat dari Biro maumere, Kabupaten Sikka. Ia pernah langsung ditelepon oleh pembaca karena melakukan kesalahan dalam menuliskan nama narasumber. Silahkan baca lampiran 11 pada laporan ini untuk kisah lengkap seputar penerapan byline.

Di saat yang sama pagar api atau fire wall juga diberlakukan. Ini untuk menyadarkan jurnalis, dan juga pembaca, tentang batas tegas antara bagian redaksi yang seharusnya independen dan bagian bisnis yang harus mencari keuntungan. Redaksi melarang reporter menulis narasumber anonim walaupun beritanya sensasional dan menguntungkan. Nama sumber berita harus disebutkan lengkap dan jelas. Tidak pula menggunakan inisial bagi para tersangka. Sumber anonim dapat digunakan hanya untuk wanita dan anak korban tindakan amoral serta anak pelaku tindakan kriminal (inisial dan identitasnya tidak boleh disebutkan).

Redaksi melarang reporter meliput hanya dengan satu narasumber. Ini untuk menegakkan asas verifikasi dan menghindarkan reporter dari kecendrungan berpihak atau mengkultuskan individu tertentu dan tidak memberi ruang bagi orang-orang yang bertentangan dalam berita tersebut.

Perkembangan sisi lain dari redaksi dilihat dari hasil analisis terhadap kualitas berita ekonomi Flores Pos (lihat lampiran 2). Frekuensi berita yang menggunakan prosedur cek dan ricek serta cover both side, meningkat dari tahun sebelumnya. Ini terlihat dari grafik di bawah ini.

Pada tahun 2006, frekuensi rata-rata per bulan untuk berita yang menggunakan proses cek dan ricek adalah 13, dan meningkat di tahun 2007 menjadi 76. Sedangkan yang tanpa cek dan ricek frekuensi rata-ratanya 45 di tahun 2006, dan menurun menjadi 10 di tahun 2007. Saat ini, berita dari wartawan Flores Pos tidak akan dimuat jika berasal dari satu narasumber. Jika ada berita sensasional sekalipun dan sudah dimuat pada Pos Kupang dan menggunakan satu narasumber, Flores Pos lebih menahan diri untuk tidak mengikutinya. Ini untuk menjaga agar kredibilitas. Selama ini memang Flores Pos sudah memiliki rubrik ekonomi dan bisnis, namun asal berita dan tema liputannya sebagian besar berasal dari Jakarta. Isu-isu lokal masih sedikit yang tergali, padahal ini cukup penting untuk konsumsi pembaca.

21

Page 22: Final Report Capacity Flores Pos 07

Berdasarkan grafik di atas, terjadi peningkatan frekuensi rata-rata berita tentang persoalan ekonomi lokal Flores, dari 27 per bulan di tahun 2006 menjadi 52 per bulan di tahun 2007.

Mengingat jumlah UKM di NTT yang terbilang besar, Badan Pusat Statistik mencatat ada 11767, maka peningkatan diversifikasi isi Flores Pos banyak pada pemberitaan soal UKM.

Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan pemberitaan mengenai UKM. Pemberitaan tersebut biasanya seputar kegiatan yang dilakukan UKM, kesulitan yang mereka hadapi, dan kinerja UKM itu sendiri.

Terbukanya ruang redaksi Flores Pos dengan masyarakatnya juga sudah dimulai sejak Desember lalu, Flores Pos membuat diskusi tematik secara reguler. Peserta diskusinya berasal dari para pelanggan Flores Pos. Para pelanggan mulai dari pengusaha, aktivis politik, ibu rumah tangga, intelektual, birokrat hingga mahasiswa. Isu diskusinya beragam. Mulai dari soal politik hingga pemberdayaan ekonomi lokal. Ini menjadi sebuah mekanisme yang efektif bagi interaksi Flores Pos dengan pembacanya.

Selain itu, di tahun 2007 ini, Flores Pos mulai memberikan ruang bagi siapapun untuk saling memberi argumentasi serta pendapatnya dalam satu berita. Hak jawab diberikan dan dimuat serta tidak ada keberpihakan pada pemerintah daerah yang sedang berkuasa di Flores.

Perubahan Tampilan Koran Flores Pos

Mengambil momentum ulang tahun pada 9 September 2006, Flores Pos hadir dengan desain baru (lihat lampiran 1). Disain dikerjakan art director The New York Times Georgia Scott. Menurut Ibu Bernadeth Diaz Viera atau sering dipanggil Oma Deti, salah seorang pembaca setia Flores Pos di Jalan Rambutan Ende, Flores Pos terasa lebih ringan dan mudah dibaca terutama oleh orang tua seperti Oma Deti. Besar font judul berita, dan tata letaknya, lebih tertata dibanding desain Flores Pos sebelumnya.

22

Page 23: Final Report Capacity Flores Pos 07

Bentuk logo dan ukuran font Flores Pos tidak berubah. Ini untuk menghindari kemungkinan pembaca setia Flores Pos terkejut dengan perubahan disain yang terlalu ekstrim. Visi dan misi Flores Pos berubah menjadi “Dari Nusa Bunga Untuk Nusantara.”

Pada kuping kanan atas, tidak ada lagi kotak kecil berita nasional. Kotak kecil ini hanya muncul sesekali, jika ada permohonan maaf atas keterlambatan cetak. Gambar utama ditempatkan tepat di bawah logo dan tengah-tengah koran. Berita penunjang ada di kiri dan kanan gambar serta berita utama. Besar font huruf pada headline lebih menonjol dibandingkan disain lama.

Ada lima berita pada halaman depan. Kolom kanan bawah dikhususkan untuk feature ekonomi. Jika feature ekonomi tidak ada, redaksi akan memuat berita dari sindikasi Pantau atau tulisan dari kontributor, para pastor SVD, yang sedang tugas belajar di luar negeri atau yang sedang mengabdikan diri bagi masyarakat dunia.

Masing-masing halaman dalam diisi tiga atau empat berita. Tiap halaman punya satu berita utama. Gambar diletakkan di sudut kiri atau kanan berita. Nama fotografer diletakkan pada sudut kanan gambar. Tidak ada lagi arsiran abu-abu pada tiap halaman. Penempatan tiap berita dibuat lebih longgar.

Saat ini berita-berita tentang ekonomi lokal di Flores Pos tidak hanya berada di rubrik ekonomi bisnis. Akan tetapi tersebar di halaman-halaman daerah. Ini tentu disesuaikan dengan daerah asal berita maupun wilayah liputannya, seperti yang tersaji pada tabel di bawah ini.

Kota Liputan untuk Berita Ekonomi

WilayahFrekuensi Frekuensi

Jan 06

Feb 06

Tot Jan 07

Feb 07

Tot

Bajawa 6 8 14 10 0 10

Ende 7 11 18 9 1 10Labuan Bajo 3 17 20 19 1 20Larantuka 6 5 11 5 0 5Lewoleba 1 0 1 0 0 0Maumere 1 12 13 13 1 14Nangapanda 1 0 1 0 0 0Ngada 1 0 1 0 0 0Lembata 0 8 8 9 0 9Ruteng 0 8 8 7 0 7Mangarai 0 1 1 0 0 0Kupang 0 5 5 5 0 5Jakarta 52 11 63 9 1 10Total Frekuensi 78 86 164 86 4 90

9. PEMBIAYAAN

Swisscontact mengalokasikan budget sebesar 150 juta rupiah untuk mensupport 61% dari total pembiayaan program ini. Sisa pembiayaan sebesar 39% dibebankan pada Flores Pos dan beberapa partner juga ikut membantu dalam membiayai kontribusi program ini, seperti Bank BRI, SVD Provincial, PT Ani, Investor Dailly.

Swisscontact menanggung pembiayaan transport dan honorarium instruktur serta staf program, biaya operasional meliputi komunikasi dan administrasi, juga managemen fee untuk lembaga pelaksana dan penanggung jawab program.

23

Page 24: Final Report Capacity Flores Pos 07

Flores Pos membiayai sebagian biaya transport instruktur yang tidak dicover oleh Swisscontact. Juga menyediakan penginapan bagi setiap konsultan yang tiba di Ende dan sebuah kantor untuk program ini beroperasi.

Bank BRI membantu membiayai beasiswa pelatihan Jurnalisme Sastrawi untuk Stef Tupeng Witin. SVD Provincial memberikan transport lokal dan PT ANI membiayai penerbangan kedua fellowship Jurnalisme Sastrawi.

Investor Dailly membantu dengan mengirimkan dua orang awaknya untuk menjadi konsultan dan trainer di Flores Pos. Primus Dorimulu juga mengupayakan bantuan tiga buah komputer baru dan satu buah server untuk Flores Pos.

10. EVALUASI

Program pendampingan ini terlihat dampaknya di bagian redaksi, baik dari sisi pemahaman kemampuan jurnalistik maupun tampilan koran. Beberapa trobosan baru mengenai sistem dalam distribusi maupun periklanan diterapkan. Namun, pendapatan iklan Flores Pos selama masa pendampingan (November 2006-Oktober 2007) cenderung menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya (November 2005-Oktober 2006).

Di sisi lain persentase penjualan Flores Pos terlihat meningkat meskipun belum begitu tinggi peningkatannya. Tetapi, penambahan wilayah baru distribusi Flores Pos belum terjadi hingga saat ini.

Secara umum, peningkatan bidang usaha bersifat jangka panjang. Analisis terhadap pendapatan iklan pun baru bisa dilakukan dengan data hingga pertengahan tahun 2007. Pastinya akan ada banyak perubahan nantinya. Namun, beberapa kendala yang terjadi selama masa pendampingan juga jadi catatan kami dalam evaluasi program ini karena berpengaruh ke peningkatan kapasitas Flores Pos secara keseluruhan.

Hambatan paling utama yang dihadapi Flores Pos adalah infrastruktur untuk mendukung kerja marketing, redaksi, hingga percetakan sudah banyak yang rusak dan usang. Mesin-mesin percetakan sudah tua, komputer pun demikian. Tidak ada kamera untuk redaksi. Ini sangat mempengaruhi kecepatan dan kualitas hasil kerja awak Flores Pos. Hambatan juga datang dari luar seperti listrik sering padam. Redaksi tidak memiliki peralatan pengaman, sehingga jika listrik padam redaksi praktis kehilangan semua data. Alhasil, produksi berita harus dimulai dari awal lagi. Ujungnya, Flores Pos terlambat terbit.

Kecepatan kerja redaksi juga kerap terganggu oleh jaringan internet yang lambat. Flores Pos masih menggunakan sambungan dial up lewat telepon. Untuk download satu kiriman berita dari biro Maumere, Ruteng, dan Bajawa, butuh waktu lama. Biro-biro lain mengirim berita lewat faximili. Wartawannya menulis dengan tangan. Kadang tulisan tangan sulit terbaca, di samping memang burem karena kualitas penerimaan faksimili tidak bagus. Malah tidak jarang fax-nya terpotong-potong sehingga pengiriman harus diulang kembali.

Kekurangan orang mengharuskan wartawan kerja rangkap. Ini menyebabkan berita yang dihasilkan tidak dalam, dan kadang hanya muncul dari satu pihak saja, terutama pemerintah daerah. Liputan ke luar kota kabupaten kadang juga sulit dilakukan karena perlu dana tidak sedikit.

Keadaan geografi Flores juga mendatangkan kendala tersendiri, terutama dalam distribusi suratkabar. Jika bergerak ke timur setelah biro Ende, Flores Pos baru tiba di Maumere paling cepat pukul 12.00 siang, dan di Larantuka pukul 18.00 sore. Pulau-pulau kecil seperti Solor, Adonara, dan Lembata, paling cepat baru menerima Flores Pos pada keesokan hari. Ke daerah barat Ende juga demikian. Di Bajawa, Flores Pos paling cepat datang antara pukul 10.00 – 12.00 siang, dan sampai di biro Ruteng menjelang pukul 18.00 sore. Sedangkan Labuan Bajo keesokan harinya.

24

Page 25: Final Report Capacity Flores Pos 07

Hampir semua jalur distribusi ditempuh dengan transportasi umum seperti bus antar kota yang berangkat paling pagi di atas pukul 06.00. Kecuali untuk biro Maumere menggunakan ojek langganan. Perjalanan ke Maumere bisa ditempuh 5–6 jam tanpa berhenti. Biasanya ojek langganan berangkat dari percetakan Ende antara pukul 04.00–05.00 pagi, kalau tidak terjadi keterlambatan cetak.

Redaksi bukan sekali dua menerima keluhan pembaca mulai dari Labuan Bajo hingga Lembata karena suratkabar datang terlambat. Keluhan ini sudah sering sekali terjadi. Terang saja Flores Pos sulit bersaing dengan suratkabar yang lebih cepat dan terjamin tiba di tangan pembaca.

Tapi yang cukup mendasar adalah Flores Pos tidak memiliki data pasar yang dapat menjadi panduan dalam menjalankan bisnis suratkabar. Redaksi tidak mengetahui seberapa banyak pembaca yang menyukai rubrik tertentu, dan bagaimana membuat mereka lebih menyukai lagi membaca berita pada rubrik tersebut.

Tentu sulit bagi redaksi, dan terutama juga marketing, bisa melakukan proyeksi ke depan atau menyusun rencana bisnis jika tidak punya minimal data demografis pembaca. Biasanya, dalam media kit yang disiapkan untuk mempromosikan dan menjual suratkabar, dijelaskan tentang data-data dan jenis rubrik yang disukai, klasifikasi dan data usia pembaca, juga informasi detil tentang hal-hal yang pembaca sukai.

Menurut hasil pelatihan marketing Nur Iskandar, karyawan marketing tidak bisa bekerja ketika mencoba menawarkan iklan kepada pengusaha lokal. Mereka tidak mengetahui data dan angka yang pasti untuk menjual Flores Pos. Mereka bingung dan malu jika muncul pertanyaan dari pengusaha tentang jumlah pembaca atau usia pembaca Flores Pos yang paling banyak.

Wartawan juga kadang meliput tanpa mempertimbangkan pembaca. News judgement mereka masih rendah. Mereka tidak bisa merumuskan kebutuhan dan keinginan pembaca akan suatu berita. Jika ada hasil survey pembaca, mungkin ini memberi jalan bagi redaktur dalam merencanakan isi berita dan mengarahkan reporter di lapangan.

Kendala lainnya adalah, marketing dan redaksi berjalan sendiri-sendiri. Ada upaya untuk saling bekerja sama namun acapkali gagal. Flores Pos tiap bulan rugi 26 juta. Ini tentu menghambat kerja redaksi dan menurunkan semangat kerjasama. Menurut Pater Marsel Anjelis, SVD sebagai pemilik suratkabar sering kali harus menutup kerugian Flores Pos. Ketika karyawan sudah mendapatkan gajinya, mereka sudah merasa tenang dan aman.

11. KESIMPULAN

Agenda kerja yang jelas antara redaksi dan marketing harus dibuat dan sama-sama dijalankan. Agenda antara marketing dan redaksi sebaiknya dibuat secara tertulis, kemudian diadakan pertemuan rutin membahas langkah-langkah operasionalnya. Rumusan hasil pertemuan ini harus diteruskan ke biro-biro.

Meningkatkan oplah merupakan salah satu upaya menyelamatkan Flores Pos dari kemungkinan ditutup oleh perusahaan. Perusahaan sebaiknya juga mulai mengadakan rapat bisnis dengan para pelaku usaha yang ada di Ende, juga dengan pengusaha di ke kota-kota lainnya. Rapat ini untuk mengikat para pebisnis lokal dengan suratkabar, serta mendengar ide-ide segar dari mereka. Ada banyak potensi pasar yang belum tersentuh oleh pemasaran. Potensi di tiap kecamatan sebaiknya juga diperhatikan.

Harus diciptakan suasana kompetisi yang sehat di dalam ruang redaksi. Reporter yang menunjukan prestasi harus dihargai. Bagaimana dan kapan mereka bisa mendapatkan promosi atau reward dalam bentuk yang lain, itu diketahui secara terbuka oleh semua awak redaksi. Kompetisi antarbiro juga mungkin perlu. Biro mana yang menjadi terbaik setiap tahunnya. Ini juga akan meningkatkan kinerja karyawan pada tiap biro.

25

Page 26: Final Report Capacity Flores Pos 07

Kalau jumlah editor memadai, mobilitas reporter di lapangan bisa lebih ditingkatkan. Sebab, mereka hanya menyiapkan bahan mentah tulisan, selebihnya editor yang akan menyelesaikan. Tapi jika reporter juga dituntut untuk menulis laporan jadi, maka editor harus bisa mengawasi dan mengarahkan dengan benar. Hasilnya reportase harus sesuai penugasan editor. Cara ini memungkinkan tercapainya peliputan berita ekonomi yang terencana dan mendalam.

Sebaiknya Flores Pos membuat kolom kecil untuk menangkap denyut kehidupan masyarakat Flores. Ruang ini bisa dimanfaatkan untuk kegiatan seremonial atau agenda kegiatan yang sedang dan akan berlangsung di instansi pemerintah, lembaga pendidikan, LSM, dan sebagainya. Kolom singkat ini juga bisa dimanfaatkan untuk menampung sisa berita yang tidak termuat dalam edisi hari itu.

Penting bagi Flores Pos untuk mempunyai dewan pembaca yang akan mengawasi berita-berita yang diturunkan. Dewan pembaca dipilih dari pelanggan Flores Pos yang mewakili tokoh masyarakat, akademisi, warga biasa, guru, petani, mahasiswa, dan lain sebagainya. Penilaian dari dewan pembaca akan memberi arahan tentang apa yang sebaiknya dilakukan Flores Pos. Adanya penilaian langsung oleh masyarakat ini akan meningkatkan kinerja perusahaan dan redaksi. Terdapat saling ketergantungan antara pembaca dan redaksi.

Perlu agenda yang jelas bagaimana mengantisipasi keterlambatan datangnya koran di tangan pembaca. Ini penting agar pembaca tidak terus menerus menelpon redaksi ketika ada keterlambatan cetak. Jika di Maumere tiba di atas pukul 12.00, sebaiknya dibuat dengan pasti pukul berapa koran bisa diterima pembaca di sana. Boleh terlambat asalkan jadwalnya tidak berubah setiap hari. Pembaca di luar Ende lebih banyak berlangganan daripada membeli eceran. Jadi, konsistensi waktu tiba menjadi penting untuk para pelanggan.

12. REKOMENDASI

Beberapa hal yang perlu kami rekomendasikan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut atas program ini:

- Pembuatan membuat media kit atau rencana bisnis. Riset mengenai kebutuhan pembaca atas rubrikasi, jumlah berita, foto, kualitas bahasa, kualitas cetak warna atau hitam putih, ukuran koran, hingga harga per eksemplar, harus dilakukan untuk menjadi bahan kajian dan bahan menyusun rencana bisnis.

- Pendampingan untuk peningkatan kapasitas mingguan Dian. Awak Flores Pos dan mingguan Dian perlu dipisah. Ini supaya ada kompetisi di antara kedua penerbitan. Jika kompetisi ini dijalankan, maka mingguan Dian tidak lagi menggangu proses kerja redaksi Flores Pos. Kelak, Dian akan mempunyai pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, dan editor yang terpisah dari Flores Pos. Mutu mingguan Dian akan naik dan bisa mengulang sirkulasi tertingginya pada saat Dian menjadi primadona para petani, guru, dan anak sekolah.

- Jaringan yang sudah dirintis antara Flores Pos dengan beberapa pihak di luar Pulau Flores harus dikembangkan, bahkan dilembagakan, termasuk dengan diaspora Flores di Pulau Jawa, jaringan surat kabar Kristen di Seoul, jaringan wartawan di daerah Pasifik dan sebagainya. Jaringan ini bakal menguntungkan Flores Pos.

26

Page 27: Final Report Capacity Flores Pos 07

LAMPIRAN

Lampiran 1. Flores Pos Dulu dan SekarangLampiran 2. Analisis Pemberitaan Flores Pos tentang Liputan Ekonomi 2006 – 2007 Lampiran 3. Data Distribusi Flores Pos 2006 – 2007Lampiran 4. Pendapatan Iklan Flores Pos 2005 – 2007Lampiran 5. Rate Card Iklan Flores PosLampiran 6. Daftar Peserta WorkshopLampiran 7. Evaluasi Kinerja Flores Pos oleh Nur IskandarLampiran 8. Naskah Andreas Harsono “Jungkir Balik di El Tari”Lampiran 9. Komentar Seputar Byline Lampiran 10. Rekomendasi disain Dian oleh YusufLampiran 11. Paper Frans Anggal dalam seminar di Seoul

27