filsafat agamadigilib.uinsby.ac.id/44143/1/kasno_filsafat agama.pdf · 2020. 9. 21. · isi diluar...

148

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,
Page 2: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,
Page 3: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

FILSAFAT AGAMA

Page 4: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangHak penerbitan pada penerbitDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Ketentuan pidana pasal 72 UU no 19 tahun 20021. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagai-

mana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 19 ayat (1) dan ayat (2)dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan /ataudengan paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau penjara palinglama 7 (tujuh) tahuun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,-(lima milyar rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedar-kan atau menjual kepada umum suatu ciptaan barang hasil pelanggaran HAKCIPTA atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidanadengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyakRp. 500.000.000,000,- (lima ratus milyar rupiah)

Page 5: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kasno

FILSAFAT AGAMA

Penerbit

Page 6: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

KasnoFilsafat Agama / Kasno-- Surabaya : Alpha, 2018vii + 141 hlm; 16 x 24,5 cm

Bibliografi : hlm : 139

ISBN 978-602-6681-18-8

Isi diluar tanggungjawab Percetakan

Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, ataumemperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa

izin tertulis dari penerbit

Penerbit : aaaaaaaaaAnggota IKAPI : No. 174/JTI/2016

Jl. Keputran V - 23 SurabayaTelp. 031 532 7639 , 081 5501 3123

E-mail : [email protected]

Cetakan ke 1, Desember 2018

Judul :FILSAFAT AGAMA

Penulis :Dr. H. Kasno, M. Ag

Editor :Intan Salsabila

Lay out : FaridaDesign Cover : Tim alphaaaa

Dicetak : aaaaaaa

Page 7: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

KATA PENGANTARBismillahirrahmanirrahim

Kata Pengantar | v

Dengan menuji syukur kepada Allah subhanu wata’ala, ataspetunjuk dan bimbingan-melalui ajaran Rasul-Nya. Shalawat dansalam semoga tetap terlimpah kepada Nabiyullah MuhammadShalallahu ‘alaihi wasallam, para shahabat, tabi’in dan penerus ajarankerasulan sampai akhir zaman.

Atas bimbingan dan kemampuan yang diberikan oleh Allahsubhanahu wata’ala, naskah buku Filsafat Agama dapat diselesaikandan selanjutnya dicetak dan diterbitkan ”Alpha Surabaya”. Prosespenulisan buku ini memerlukan waktu yang cukup panjang karena,pada awalnya buku ini adalah teks buku ajar yang disempurnakan,melalui revisi dan perbaikan sesuai kebutuhan perkuliahan. Sejaktahun 2015 teks ini sudah menjadi buku ajar dalam mata kuliahFilsafat Agama, pada Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, UniversitanIslam Negeri (UIN) Sunan Ampel. Selanjunya, format tulisan danpengayaan materi dilakukan menyesuaikan dengan kebutuhan dantuntutan akademik keilmuan.

Dalam buku ini dikemas sebagai bacaan umum dan ilmiah, karenaitu materi buku Filsafat Agama diharapkan dapat memperluascakrawala dan wawasan mahasiswa, umat Islam dan para pembacapada umumnya. Sesuai tuntutan kebutuhan pembaca tersebut makabuku ini juga diharapkan sebagai jawaban terhadap fungsi bukusebagai jendela ilmu pengetahuan. Maka buku Filsafat Agama diharap-kan memberi jawaban terhadap pertanyaan masyarakat umumterhadap pemahamahan agama yang berorientasi pada permasalahanilmiah dan rasional. karena itu memberi jawaban dari tuntunantersebut maka insyaalah buku ini solusinya.

babagian atau bab, dengan uraian yang lebih luas. Selanjutnyabuku ini dijadikan pedoman bagi mahasiswa semester V khususnyadan bagi masyarakat umum yang memerlukannya. Uraian dalammasing-masing bab dibuat tuntas sehingga mudah difahami.

Page 8: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Diawali dari Bab pertama yang mengantarkan para pembacauntuk memahami apa itu filsafat dan bagaimana studi filsafat itu.Uraian selanjutnya membahas tentang kajian terhadap teori-teoriagama, yang diawali dari sejarah agama-agama dari bangsa-bangsa terdahulu, berikutnya membahas tentang aliran-aliran dalamagama-agama di dunia. Uraian yang benar-benar menyentuhpermasalahan filsafat agama adalah uraian tentang penolakanterhadap adanya Tuhan dan agama oleh tokoh-tokoh dalam filsafatbarat dan sebaliknya penerimaan adanya Tuhan dan agama oleh parafilosof barat dalam bentuk dalil-dalil pemikiran anatara lain :Ontologis, Cosmologis, Teleologis, argument moral, argumentpengalaman keindahan dan pengalaman sejarah.

Selanjutnya problem yang sangat mendasar terkait denganbahasan filsafat Agama adalah bahasan tentang dasar rasionaladanya Tuhan terkait dengan kemahakuasaan Tuhan, Keadilan Tuhandihubungkan adanya kejahatan (evil), kebebasan manusia dan keadilanTuhan, adanya banyak agama dan masalah roh dan adanyakehidupan kembali sesudah kemamatian di dunia kini. Masalah-masalah tersebut sangat penting, mendasar dan urgen dalam kajian-kajian filsafat agama, sehingga buku ini dicoba untuk membahasagak mandalam.

Demikian dengan pengantar ini diharapkan memberikangambaran kepada para pembaca tekait arah dan bahasan buku ini,selanjunya diharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca yangbudiman demi penyempurnaan buku ini.

Semoga bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuanbagi generasi ke depan.

Wassalamu’alaikum,

Surabaya, 30 April 2018

Penulis

vi | Filsafat Agama

Page 9: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. vDaftar Isi ........................................................................................................................... viiBAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1

A. Pengertian Agama .............................................................................. 2B. Pengertian Filsafat ............................................................................. 4C. Perbedaan dan persamaan Filsafat dan Agama ................ 7

BAB II Agama sebagai Obyek Study Filsafat Agama ............................ 13A. Pengertian Filsafat Agama .......................................................... 13B. Agama sebagai obyek study ........................................................ 15C. Perbedaan Pendekatan Teologis dan Filosofis ................... 17

BAB III Epistemologi dan Teori Kebenaran ................................................ 21A. Pengertian Epistemologi ................................................................ 22B. Teori dan tentang Kebenaran ..................................................... 23C. Agama Sebagai Kebenaran .......................................................... 28

BAB IV Konsep-konsep Ketuhanan ................................................................. 33A. Animisme dan Dinamisme ............................................................. 34B. Politeisme dan Henoteisme ........................................................ 36C. Monoteisme ........................................................................................ 39

BAB V Aliran-aliran dalam Konsep Ketuhanan ....................................... 41A. Teisme ..................................................................................................... 42B. Deisme ................................................................................................... 44C. Panteisme .............................................................................................. 45D. Panenteisme ......................................................................................... 47

BAB VI Berbagai Bentuk Penolakan Terhadap Agama ........................ 51A. Empirisme ............................................................................................. 52B. Positivisme .......................................................................................... 54C. Materialisme ...................................................................................... 55D. Freudiamisme ..................................................................................... 56

BAB VII Argumen-argumen tentang adanya Tuhan ................................ 59A. Argumen Pengalaman Rasional adanya Tuhan .................. 62

Daftar Isi | vii

Page 10: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Pengalaman moral adanya Tuhan .............................................. 65C. Pengalaman Keindahan adanya Tuhan .................................... 65D. Pengalaman Sejarah adanya Tuhan ........................................... 66

BAB VIII Tuhan sebagai Dzat yang Mutlak ...................................................... 71A. Tuhan Sebagai Dzat Personal ....................................................... 73B. Tuhan Bersifat Imanen Sekaligus Transenden ..................... 75

BAB IX Kekuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia ................................ 77BAB X Adanya Hidup sesudah Mati .............................................................. 87BAB XI Adanya Agama-agama di Dunia ........................................................ 99BAB XII Problem Adanya kejahatan (Evil) ...................................................... 107

A. Problem Dasar Kejahatan ............................................................... 108B. Problem Kejahatan dalam Berbagai Perspektif ................... 109C. Pendekatan Problem Kejahatan dan Keberadaan Tuhan 111

BAB XIII Agama dan Sains Modern ..................................................................... 115A. Perkembangan Sains Modern ........................................................ 116B. Tujuan Sains Modern ......................................................................... 120C. Pertentangan Agama dan Sains Modern ................................ 122D. Titik Temu Sains dan Agama ........................................................ 125

Daftar Pustaka ............................................................................................................... 139

viii | Filsafat Agama

-----ooo0ooo-----

Page 11: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Memahami istilah filsafat agama memang dituntut untukbisa mengerti terlebih dahulu apakah pengertian filsafat danagama sebagai dua kata. Dua kata ini meskipun mengesankansatu kesatuan utuh sebagai nama mata kuliah, tetapi sebenarnyamemuat berbagai dimensi makna yang satu dengan lainnya tampakberbeda baik dari sudut sumber pengetahuan maupun cara mem-peroleh pengetahuannya.

Filsafat dan agama malah sering dihadap-hadapkan satudengan lainnya sehingga terkesan keduanya tidak dapat bersatu.Filsafat merupakan pengetahuan yang dihasilkan dari olah pikiryang rasional dan bersifat spekulatif kebenarannya, sedangkanagama merupakan pengetahuan yang bersumber dari wahyu Tuhanyang kebenarannya diakui secara mutlak. Bahkan tidak jarangkedua instansi pengetahuan ini sering didudukkan sebagai kebenaranalternati dan opsional. Artinya, kalau sudah menyakini kebenaranwahyu Tuhan, maka kebenaran filsafat yang dihasilkan oleh akal dannalar manusia yang lemah harus ditinggalkan. Namun, sebaliknya darikubu yang berpegang pada kebenaran kefilsafatan juga tidakkalah sengitnya mempertahankan argumentasi bahwa kebenaranakal manusia juga merupakan kebenaran yang dikehendaki oleh Tuhanjuga. Untuk apa Tuhan menciptakan manusia dengan dilengkapioleh akal pikirannya kalau tidak dipergunakan untuk memahami danmencari kebenaran.

Kedua instansi pengetahuan manusia ini memang tidak dapatdipertentangkan satu dengan lainnya. Karena keduanya dapatdipergunakan oleh manusia untuk mencari kebenaran sesuaidengan amanah dari Tuhan sendiri. Oleh karena itu kedua

Pendahuluan | 1

BAB IPENDAHULUAN

Page 12: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pengetahuan seharusnya dapat dipergunakan secara bersama untukmemahami realitas kebenaran satu sama lainnya. Dengan, istilahfilsafat agama, maka yang dikehendaki adalah mempergunakanpendekatan kefilsafatan terhadap realitas atau hakekat agama yangtelah diyakini kebenarannya oleh penganutnya.

A.Pengertian AgamaIstilah Agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara

lain ; religio, religion, religi godsdienst, addien, dan lain-lain.1 Dalammasyarakat Arab, agama dikenal dengan istilah addien, yang berarti,menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan.2

Sedangkan kata religi berasal dari bahasa latin, yang berartimengumpulkan, membaca, dan kata agama berasal dari bahasaSansekerta, yang sering diartikan, A berarti tidak, Gama berarti kacauatau kocar kacir, jadi agama berarti tidak kacau atau tidak kocar-kacir.3

Menurut istilah para ahli memberikan definisi berbeda-beda,sesuai dengan visinya masing-masing antara lain :

Menurut Prof. Bouquet, agama adalah hubungan yang tetapantara manusia dengan yang bukan manusia yang bersifat suci danSupernatural, yang berada dengan sendirinya, dan yang mempunyaikekuasaan absolute yang disebut Tuhan.4. Menurut Prof. Mukti Ali, adatiga alasan kita dalam mendefinisikan agama, yaitu agama merupakanpengalaman batiniyah dan subyektif maka sangat individual, ketikaorang bicara agama, dan emosi sangat kuat, sehingga sulit untukmemberikan arti agama, dan konsep agama akan dipengaruhi olehtujuan orang yang memberi pengertian agama itu.5

Sementara itu menurut K.H.Thaib Thahir Abd. Mu’in, agamaadalah peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yangmempunyai akal dan memegang peraturan Tuhan itu dengankehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan dan kebahagaiaan

2 | Filsafat Agama

1 Aslam Hadi, Pengantar Filsafat Agama, CV. Rajawali, Jakarta, 1986, hal. 82 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, UI Press, 1985, hal.93 Sjamsul Arifin, Mini Ensiklopedia Idea Filsafat, Kepercayaan dan Agama, Surabaya,Bina Ilmu 1989, hal 24 Ibid, hal 25 Endang Saifuddin Anshari., Ilmu, Filsafat dan Agama., Surabaya, Bina Ilmu, 1991 hal119

Page 13: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kelak di akhirat.6 Sementara itu menurut KH, Azhar Basyir, agama itumempunyai unsur terpenting yakni keyakinan adanya kenyataan laindari kenyataan sekarang ini. Adanya unsur keyakinan bahwa dibalikkenyataan duniawi ini ada kenyataan lain yang lebih agung, lebihsuci tempat manusia bergantung dan berdasar untuk mendekatinya.7

Frans Dahler membuat definisi umum tentang agama, yaknihubungan manusia dengan kekuasaan suci yang lebih tinggi dari dia,dari mana ia merasa bergantung dan berusaha mendekatinya.8

Sementara itu Vergilius Ferm, seorang ahli Ilmu PengetahuanKeagamaan dan Perbandingan Agama, mengatakan bahwa agamaadalah seperangkat makna kelakuan yang berasal dari individu-individu yang religious.9 Sedangkan menurut Fachruddin Al Khahiriagama didefinisikan sebagai suatu peraturan yang mengatur keadaanmanusia maupun mengenai sesuatu yang ghaib ataupun mengenaibudi pekerti, pergaulan hidup bersama dan lain-lainnya.10

Dari beberapa pengertian agama sebagaimana dikemukakanpara ahli tersebut, maka agama dapat dipilah dalam dua katagorikandengan ciri masing-masing sebagai berikut :1. Agama Budaya ( Natural Religion ) dengan ciri-ciri antara lain :

a. Tidak disampaikan oleh Nabi atau Rasul Tuhan, dan tidak dapatdipastikan kapan lahirnya;

b. Tidak ada Kitab Suci yang diwariskan oleh Nabi/Rasul Tuhan.Kalaupun ada Kitab suci itu mengalami perubahan-perubahandalam perjalanan sejarah agama itu;

c. Sistem merasa dan berfikir agama inheren dengan system merasadan berfikir tiap segi kehidupan (fase kebudayaan ) masyarakat;

d. Berubah dengan perubahan mentalitas masyarakat yangmenganutnya;

e. Kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tersebut tidak tahandengan kritik akal mengenai alam ghaib, tidak termakan oleh akal;

f. Konsep Ketuhanannya bukan serba Esa Tuhan.

Pendahuluan | 3

6 K H Thaib Thahir Abd. Mu’in, Ilmu Kalam., Jakarta: Wijaya, 1985 hal. 1217 K.H. Ahmad Azhar Basyir, Refleksi atas Persoalan Keislaman., Bandung, Mizan, 1993,hal 2338 Ibid, 2339 H. Endang , Op.Cit, hal 12010 Ibid, hal. 122

Page 14: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4 | Filsafat Agama

2. Agama langit ( Revealed Religion ) dengan ciri-ciri sebagai berikut :a. Disampaikan oleh Rasul Tuhan (Utusan Tuhan ) sehingga dengan

pasti dapat dinyatakan lahirnya agama tersebut;b. Memiliki Kitab Suci yang diwariskan Rasul/Utusan Tuhan yang

tidak berubah-ubah (tetap);c. Sistem merasa dan pemikirannya tidak inheren dengan system

merasa dan berpikir tiap fase dan kehidupan makhluk ataumengarah pada system berpikir dan merasa agama;

d. Tidak berubahan dengan perubahan mentalitas masyarakatyang menganutnya, sebaliknya justru mengubah mentalitaspenganutnya;

e. Kebenaran prinsip-prinsip ajaran agama tahan terhadap kritikakal mengenai alam nyata, terbukti kebenaran ajaran itu

mengenai alam ghaib dapat ditrima oleh akal;f. Konsep ketuhanannya serba Esa Tuhan.

Adapun pengertian agama dalam pengertian ini yang maksudkanadalah sebagai suatu ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusiamelalui perantara Rasul sebagai UtusanNya untuk diyakini kebenaran-nya serta didayagunakan untuk mencapai keselamatan, bagi dirimereka dan masyarakat luas pada umumnya, saehingga agama yangdimaksud disini masuk dalam kategori agama langit.

B. Pengertian FilsafatDilihat dari istilah bahasa filsafat pertama kali digunakan oleh

bangsa Arab pada zaman penerjemahan, dari tahun 876 – 950 Masehi,yaitu falsafah sebagai terjemahan dari bahasa Yunani Philosophia, yangberasal dari dua kata yaitu ”philo” yang berarti cinta dan ”Sophia” yangberarti pengetahuan, hikmah atau kebenaran. Jadi philosophia berarticinta kebenaran atau cinta pada kebijaksanaan.11

Adapun secara praktis filsafat diartikan sebagai alam fikiranatau alam berfikir, jadi filsafat itu adalah berfikir secara mendalam dansungguh-sungguh, karenanya tidak semua berfikir itu berfilsafat.12

Harun Nasution memberikan pengertian filsafat sebagai berfikir

11 Abu Bakar Acer., Sejarah Filsafat Islam, Solo: Ramadhani, 1982, hal. 312 Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat. Yogyakarta, Rineka Cipta, 1960. Hal 43

Page 15: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pendahuluan | 5

menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi,dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehinggasampai kedasar-dasar persoalan.13 Para tokoh filsafat mendefinisi-kan filsafat berbeda-beda dari zaman ke zaman yang intinya bahwafilsafat adalah upaya manusia mendaya gunakan pemikirannya untukmencapai kebenaran, antara lain :

Plato (427-347 SM) mendefinisikan filsafat sebagai upaya”mencari dan mencapai hakekat kebenaran yang asli ataupenegetahuan tentang segala yang ada”14, sementara itu muridnya,Aristoteles, mendefinisikan bahwa filsafat adalah semacam ilmupengetahuan yang mengandung kebenaran mengenai ilmu-ilmumetafisika, logika, retorika, etika, estetika, ekonomi dan politik.Ilmu Filsafat adalah ilmu mencari kebenaran pertama, ilmu tentangmaujud, ilmu tentang segala yang ada, yang menunjukkan adanyayang mengadakan sebagai penggerak utama.15

Marcus Tullius Cicero (106 - 43 SM), politikus dan ahli pidatodari Romawi, merumuskan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentangsesuatau yang maha Agung dan usaha-usaha untuk mencapai-nya16. Sedang menurut Al-Farabi (870 - 950 M) seorang filosof muslim,filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud danbertujuan menyelidiki hakekat yang sebenarnya.17

Menurut Immanuel Kant (1724 – 1804 M) seorang filosofJerman, filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala ilmupengetahuan yang mencakup didalamnya terhadap empat persoalanpokok antara lain : a] apakah yang dapat kita ketahui ? (dijawab olehfisika); b] apakah yang boleh dikerjakan ? (dijawab oleh etika);c] apakah manusia ? (dijawab oleh antropologi); serta d] sampaidimanakah pengharapan kita ? (dijawab oleh agama).18

Sedangkan Prof. Fuad Hasan, guru besar psikologi menyatakanfilsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal, artinya mulai

13 Harun Nasution., Falsafat Agama., Jakarta. Bulan Bintang, 1975, hal 7-814 Abu Bakar Atjeh, Op. Cit15 ibid16 Poerwantana dkk., Seluk Beluk Filsafat Islam., Bandung Remaja Rosdakarya, 1991,hal.217 Abu Bakar Atjeh, Sejarah…, Op. Cit. hal 918 Poerwantana., Seluk…Op. Cit. hal 10

Page 16: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6 | Filsafat Agama

dari radiknya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendakdimasalahkan dan dengan jalan penjajakan yang radikal itufilsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulanyang universal.19 Sementara itu Hasbullah Bakry mengatakan filsafatadalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalammengenai ke-Tuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapatmenghasilkan penegtahuan tentang bagaimana sikap manusia ituseluruhnya setelah mencapai pengetahuan itu.20

Menurut Dr. Ahmad Fuad Al Ahwani, Guru Besar filsafatUniversitas Cairo Mesir, dalam bukunya Ma’ani falsafah menjelaskanbahwa filsafat adalah peninjauan yang lengkap dan dalam keseluruhan-nya mengenai hidup manusia. Filsafat adalah alat untuk menguraikankesulitan-kesulitan yang terletak diantara ilmu pengetahuan danagama. Dan filsafat adalah penggunaan pikiran yang dapat membawamanusia kepada amal dan kepada sesuatu tujuan tertentu.21

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa filsafatadalah :a. Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-

masalah yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan biasakarena permasalahan tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuanbiasa.

b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinyauntuk memahami atau mendalami secara radikal dan terintegrasiserta sistematis hakikat sarwa yang ada, yakni hakikat 1 Tuhan,hakikat alam semesta, dan hakikat manusia.

c. Filsafat terletak antara agama dan ilmu pengetahuan karenaagama mengandung perkara-perkara yang tidak dapat diketahui dandipahami sebelum diyakini kebenarannya, dan menyerupai ilmupengetahuan karena ia suatu hasil akal pikiran manusia yangtidak mendasar pada wahyu semata sehingga bersifat terbatasdengan daya jangkauan akal manusia.

Dengan demikian, filsafat adalah suatu ilmu untuk memahamiatau mendalami secara radikal dan integral serta sistematis tentang

19 Ibid., hal 1220 Abu Bakar Atjeh., Op. Cit , hal 1121 Abu Bakar Aceh., Ibid, al. 10

Page 17: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

hakikat sesuatu yang ada sejauh masih dalam jangkauan akalmanusia. Sehingga setelah mendapat pengetahuan filsafat, manusiadapat menentukan sikap yang lebih bijak dan sesuai apa yang telahdiyakini kebenarannya.

C. Perbedaan dan Persamaan Filsafat dan AgamaDari uraian terdahulu, dapatlah dilihat bahwa antara filsafat

dan agama terdapat titik-titik perbedaan yang membedakan dandemikian pula terdapat persamaan antara keduanya.1. Persamaan Antara Filsafat dan Agama

Yang menjadi persamaan antara filsafat dan agama adalah :a. Manusia adalah makhluk yang mencari kebenaran padahal

filsafat dan agama memiliki tujuan ingin mencari kebenaran sesuaidengan kapasitasnya.22

b. Menurut filsafat Islam, lapangan pembahasan agama dan filsafatadalah satu, yaitu mempersoalkan prinsip-prinsip yang gaib,jauh dari wujud yang dihadapi.23

c. Selain bertujuan mencari kebenaran, filsafat dan agama jugabertujuan membina kebahagiaan melalui iman dan amal baik.24

d. Filsafat dan agama merupakan sumber nilai, terutama nilai-nilaietika.25

e. Sebenarnya antara filsafat dan agama memiliki tujuan ideal,yaitu ingin memahami dunia.26

f. Filsafat dan agama meliputi bidang yang sama, yaitu bidangultimate; bidang terpenting yang menjadi soal hidup dan matinyaseseorang.27

2. Perbedaan Filsafat dan AgamaPerbedaan, dalam arti bukan pertentangan, antara filsafat danagama banyak dikemukakan oleh Dr. H. M. Rasjidi dalam bukunyaFilsafat Agama,28 antara lain :

Pendahuluan | 7

22 Endang Saifuddin Anshari., Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya, Bina Ilmu, 1991,hal 17323 Sidi Gazalba., Sistematika Filsafat, Jakarta, Bulan Bintang, 1990, hal. 7624 Ibid.,25 Ibid., 8526 Ibid., 8327H.M.Rasjidi, Filsafat Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1987, hal. 1028Ibid, hal. 10

Page 18: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8 | Filsafat Agama

Filsafat, dengan ciri-ciri sebagai berikut :1. Filsafat berarti berpikir, jadi yang terpenting ia dapat berpikir

secara mendalam.2. Menurut William Temple, filsafat menuntut pengetahuan untuk

memahaminya.3. C. S. Lewis membedakan enjoyment dan contemplation bila se-

seorang berfilsafat, contohnya : seorang laki-laki sedang mencintaiseorang wanita, maka pikiran si pecinta tentang rasa cinta itulahyang disebut dengan contemplation.

4. Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang.5. Filsafat dapat diumpamakan seperti air telaga yang tenang dan

jernih yang dapat dilihat dasarnya.6. Seorang ahli filsafat jika berhadapan dengan penganut aliran atau

faham lain, biasanya ia akan bersikap lunak.7. Filsafat walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya sering

mengeruhkan pikiran pemeluknya.8. Ahli filsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap-tiap pendiriannya

dan argumennya sendiri.9. Kebenaran filsafat bernilai spekulatif, yaitu dugaan yang tidak dapat

dibuktikan secara riset, empiris, dan eksperimen karena filsafatmencari kebenaran dengan mengembara atau mengelanakan akalbudi secara radikal, integral, universal, dan tidak terikat oleh apapunkecuali dengan tangannya sendiri yaitu logika29.

10. Filsafat dalam memahami dunia bertujuan cinta kepada pengetahuanyang bijaksana dengan hasil kediaman dankepuasan jiwa.30

11. Nilai-nilai etika filsafat berubah-ubah menurut ruang dan waktu,seirama dengan perubahan cara berpikir dan merasa manusia,sehingga bersifat nisbi.31

12. Memang keduanya mengabdi pada kebenaran, tetapi filsafat kebenarannya terletak di ujung yang dimulai dengan kesangsian, denganberpikir selangkah demi selangkah dengan teratur, sadar, dankonsisten, yang pada akhirnya baru mencapai kebenaran32.

13. Kesangsian di dalam filsafat malah menyuburkan karena kalau lenyapatau berhenti maka akan terhentilah kegiatan filsafat itu.33

29 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu.. Op. Cit, hal. 17330 Sidi Gazalba, Op. Cit, hal. 8331 Ibid, hal 86

Page 19: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Agama, yang membuatnya berbeda dengan filsafat, memilikiciri-ciri sebagai berikut :1. Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang penting adalah hidup

secara beragama, sesuai dengan aturan-aturan dalam agama tersebut.2. Agama menuntut pengetahuan untuk beribadah yang terutama

merupakan hubungan manusia dengan Tuhan.3. Agama dapat dikiaskan dengan enjoyment yaitu rasa pengabdian

atau rasa cinta seseorang terhadap s esuatu.4. Agama banyak berhubungan dengan hati.5. Agama dapat diumpamakan bagai air sungai yang terjun dari

bendungan dengan gemuruhnya.6. Agama oleh pemeluk-pemeluknya akan dipertahankan dengan habis-

habisan, sebab mereka telah terikat dan mengabdikan diri.7. Agama di samping memenuhi pemeluknya dengan semangat dan

perasaan pengabdian diri, juga mempunyai efek yang menenangkanjiwa pemeluknya.

8. Filsafat penting dalam mempelajari agama.9. Kebenaran agama bersifat absolut atau mutlak, karena di dalam

mencari jawaban tentang berbagai masalah asasi dari atau kepadakitab suci yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh zat yangMaha benar, Maha mutlak, Maha sempurna yaitu Allah SWTkepada manusia lewat utusan-Nya yaitu seorang Nabi34

10.Filsafat dalam memahami dunia bertujuan untuk kedamaian,keseimbangan, keselamatan. Di dalam islam semua itu dirangkumdengan satu istilah, yaitu Salam.35

11.Nilai-nilai etika a gama (agama langit) mengatasi ruang dan waktu,abadi, bahkan mengatasi peralihan dunia kepada akhirat. Bersifatmutlak karena dari yang Mahamutlak pula. Pembalasan tingkah lakuetika menurut agama sifatnya pasti.36

12.Kebenaran agama terletak di pangkal. Ia mulai dengan kepercayaan,setelah itu baru ia berpikir, dan berpikir tidak boleh lepas daripangkal.37

Pendahuluan | 9

32 Ibid, hal 8433 Ibid34 Ibid, hal 17335 Ibid, hal 82

Page 20: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10 | Filsafat Agama

36 Ibid, hal 8637 Ibid, hal 8438 Ibid

13. Kesangsian dalam agama sangatlah berbahaya karena akanberakibat meninggalkan kepercayaan itu.38

RangkumanDari uraian tersebut di atas maka dapat dirangkum beberapa

hal sebagai berikut :1. Istilah agama yang berasal dari kata ”a” yang berarti tidak dan ”gama”

yang berarti kacau atau kocar-kacir, yakni tidak kacau atau kocar-kacir, memiliki beragam pengertian sesuai dengan latar belakangserta visi yang memberikan pengertian tentangnya. Prof. Bouquet,agama adalah hubungan yang tetap antara manusia dengan yangbukan manusia yang bersifat suci dan Supernatural; sedangkan.Sedangkan Prof. Mukti Ali, memberikan definisi agama merupakanpengalaman batiniyah dan subyektif maka sangat individual. K.H.ThaibThahir Abd. Mu’in, agama adalah peraturan Tuhan yang mendorongjiwa seseorang yang mempunyai akal dan memegang peraturanTuhan itu dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikandan kebahagiaan kelak di akhirat, dan lain sebagainya.

2. Agama jika dilihat dari kategorinya ada dua, yakni : Agama Budaya(Natural religion) dan Agama Langit (Revealed Religion).

3. Sedangkan, Filsafat yang berasal dari kata ” philo” yang berarti cintadan ” Sophia” yang berarti pengetahuan, hikmah atau kebenaran, yakni,philosophia berarti cinta kebenaran atau cinta pada kebijaksanaan,dalam perkembangannya juga mengalami beragam pengertian.

4. Ada yang memberi pengertian filsafat adalah berfikir secara mendalamdan sungguh-sungguh, karenanya tidak semua berfikir itu berfilsafat.Harun Nasution memberikan pengertian filsafat sebagai berfikirmenurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi,dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampaikedasar-dasar persoalan, dan lain sebagainya.

5. Adapun persamaan dan perbedaan antara filsafat dan agama dapatdirangkum sebagai berikut :

Page 21: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari aspek persamaannya :a. Keduanya berusaha mencari kebenaran sesuai dengan kapasitasnyab. Keduanya berusaha membina kebahagiaan melalui iman dan amal

baik.c. Keduanya juga menjadi rujukan nilai-nilai etika;d. Keduanya juga menyangkut persoalan ultimate dan bertujuan

memahami dunia secara paripurna.

Dari Aspek Perbedaannya :a. Filsafat cenderung menggunakan proses berpikir semata dalam

mencapai pemahamannya, sehingga bersifat tenang dan bersifatakomodatif dengan pengetahuan yang lain; sedangkan,

b. Agama bersumber dari wahyu Tuhan, yang oleh karena bersifatmengabdi dan menuntut beribadah atau menjalin hubungan denganTuhan. Dan, karena pengetahuan yang dibangun berdasarkankeyakinan, maka agama bersifat eksklusif dan cenderung tidakakomodatif dengan pengetahuan lain terutama yang berseberangandengan keyakinan dan kebenarannya. []

Pendahuluan | 11

Page 22: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sesuai dengan namanya filsafat agama, maka kajian yangtermuat didalamnya adalah tentang hakekat agama atau hal-hal yangterkait secara substansial dengan agama dengan kerangka pendekatafilosofis. Dengan pengertian lain filsafat agama merupakan suatupendekatan kefilsafatan terhadap agama beserta dengankekayaan dimensinya. Oleh karena itu, sebagai pendekatan kajianyang mengambil agama sebagai obyek studi memang bukan tanparintangan. Selain, agama merupakan realitas yang sangat subyektifdan bahkan merupakan fakta metarasional bagi para pemeluknya,kefilsafatan sendiri dituntut untuk menjernihkan persoalan agamadengan cara rasional dan kritis sebagaimana operasionalitas metodedan prosedurnya. Disinilah krusialitas studi filsafat agama.

Dalam paket ini akan dieksplorasi tentang bagaimana filsafatagama dalam mendiskusikan obyeknya, yakni agama, serta bagaimanaperbedaan antara pendekatan kefilsafatan (filosofis) dan teologisdalam dalam mengkaji persoalan agama tersebut. Studi perbandinganini sangat penting karena, kedua disiplin pendekatan ini, yaknifilosofis dan teologis memiliki ciri khas dan prosedur tersendiri yangsatu dengan lainnnya sangat berbeda.

A.Pengertian Filsafat AgamaFilsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan radikal

juga memiliki obyek material dan obyek formal. Obyek material filsafatadalah segala yang ada (all the being). Segala yang ada meliputi”ada yang tampak” dan ”ada yang tidak tampak”. Ada yang tampakadalah dunia empiris, sedang yang tidak tampak adalah alammetafisika. Sebagian filasof membagi ada menjadi tiga yaitu ada

BAB II

Agama Sebagai Obyek Study Filsafat Agama | 13

AGAMA SEBAGAI OBYEK STUDYFILSAFAT AGAMA

Page 23: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dalam kenyataan, ada dalam pikiran da nada dalam kemungkinan.Adapun obyek formal filsafat adalah sudut pandang yangmenyeluruh, radikal dan obyektif tentang yang ada, agar dapatmencapai hakekatnya.1

Agama merupakan system kepercayaan kepada Tuhan yangdianut oleh sekelompok umat manusia, dimana manusia selalumengadakan ineraksi denganNya. Pokok permasalahan yang dibahasdalam agama adalah eksistensi Tuhan, manusia dan hubunganmanusia dengan Tuhan. Hubungan manusia dengan Tuhan masukdalam katagori metafisika sedangkan hubungan sesamanya danbenda lain masuk dalam katagori fisika. Dengan demikian filsafatmembahas agama masuk dalam katagori metafisika dan fisika. Makatatkala agama menjadi obyek kajian filsafat maka kajian itu berartimembahas dasar-dasar agama menurut logika dan secara bebas.2

Menurut Harun Nasution, pemikiran dimaksud dalam kajianfilsafat agama mengambi dua bentuk :a. Membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa terikat

pada ajaran-ajaran agama dan tanpa ada tujuan untuk menyatakankebenaran suatu agama;

b. Membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis, dengan maksuduntuk menyatakan kebenaran ajaran-ajaran agama, atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agamatidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dalampembahasan semacam ini orang masih terikat oleh ajaran-ajaranagama.3

Dasar-dasar agama yang menjadi pokok bahasan dalam filsafatagama meliputi: wahyu, pengiriman rasul dan nabi, ketuhanan, rohmanusia, keabadian hidup, hubungan manusia dengan Tuhan (dari artiapakah manusia merdeka dari atau terikat kehendak Tuhan), soalkejahatan, soal hidup kedua setelah hidup di dunia ini, dan lainsebagainya.

14 | Filsafat Agama

1 Amsal Bakhtiar., Filsafat Agama, Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1997, hal. 1-22 Harun Nasution, Falsafat Agama…, Op. Cit. hal. 83 Ibid., hal 8

Page 24: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Agama Sebagai Obyek Study Filsafat Agama | 15

B. Agama sebagai Obyek StudiPada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek, yaitu

obyek material dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatuyang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti peninggalan sejarahmanusia zaman dahulu menjadi obyek material dari ilmu antropologi.Adapun obyek formal adalah cara pandang tertentu tentangobyek material tersebut, misalnya cara-cara empiris mengukur usiafosil atau peninggalan dalam sejarah umat masa lalu dalam ilmuantropologi.

Agama sebagai sebagai obyek kajian, tentu sangat beda antarasatu ilmu dengan yang lainnya.

Harun Nasution mengemukakan delapan definisi untuk agama,yaitu :1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan

ghaib yang harus dipatuhi.2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.3. Mengikatkan diri kepada suatu bentuk hidup yang mengandung

pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia danyang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

4. Kepercayaan kepada sesuatu ikatan ghaib yang menimbulkan carahidup tertentu.

5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan ghaib.6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini

berasal dari suatu kekuatan gaib.7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah

dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapatdalam alam sekitar manusia.

8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melaluiseorang Rasul.4

Definisi yang dikemukakan Harun Nasution dapat disederhana-kan menjadi dua definisi saja. Dari nomor 1 sampai 7 dapat diketahuibahwa agama berkaitan dengan keterikatan manusia dengan kekuatangaib yang lebih tinggi dari manusia yang mendorong manusiauntuk berbuat baik, bisa yang berkekuatan ghaib itu dewa-dewa,

4 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Universitas IndonesiaPress, 1979, cet. ke-1, hlm. 11

Page 25: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

atau roh-roh yang dipercayai mempunyai kekuasaan luar biasamelebihi dari dirinya, sekalipun pada hakikatnya yang dipercayai ituadalah benda mati seperti berhala dalam zaman Jahiliah. Adapundefinisi nomor 8 terfokus kepada agama wahyu yang diturunkanmelalui nabi-nabi. Jika disimpulkan, definisi-definisi agama itumenunjuk kepada kuatan ghaib yang ditakuti, disegani oleh manusia,baik oleh kekuasaan maupun karena sikap pemarah dari yang ghaib itu.

Dari delapan difinisi di atas dapat diklasifikasikan bahwaterdapat empat hal penting dalam setiap agama, yaitu :

Pertama, Adanya kekuatan ghaib, manusia merasa dirinya lemahdan berhajat pada kekuatan ghaib itu sebagai tempat minta tolong.Oleh sebab itu, manusia merasa harus mengadakan hubungan baikdengan kekuatan ghaib tersebut. Hubungan baik itu dapat diwujud-kan dengan mematuhi perintah dan larangan kekuatan ghaib itu.

Kedua keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia inidan hidup akhirat tergantung pada adanya hubungan baikdengan kekuatan ghaib itu. Dengan hilangnya hubungan baik itu,kesejahteraan dan kebahagiaan, yang dicari akan hilang pula.

Ketiga respon yang bersifat emosionil dari manusia. Respon itubisa berupa rasa takut seperti yang terdapat dalam agama-agamaprimitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon mengambil bentukpenyembahan yang terdapat di dalam agama primitif, ataupemujaan yang terdapat dalam agama menoteisme. Lebih lanjutlagi respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagimasyarakat yang bersangkutan.

Keempat paham adanya yang kudus (sacred) dan suci dalambentuk kekuatan ghaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama itu dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.5

Agama sebagai obyek studi apabila dalam filsafat berbedadengan ilmu-ilmu lain seperti : ilmu agama, ilmu fiqih, sejarahagama, psikologi agama dan lain sebagainya. Ilmu Agama membicara-kan sebagai pengetahuan manusia, ilmu fiqih membahas tentangtata aturan dalam ajaran agama yang harus dikerjakan oleh pengikut-nya, sejarah agama berbicara tentang proses perjalanan agama dari

1Ibid., hal. 12

16 | Filsafat Agama

Page 26: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Agama Sebagai Obyek Study Filsafat Agama | 17

lahir, perkembangan jumlah pengikut sampai perkembangannyasampai saat ini. Sementara itu psikologi agama membahas tentangproses kejiwaan dari pengikut agama dan hubungan kejiwaan pengikutagama dengan ajaran yang dipelajarinya. Adapun agama dalamkajian filsafat agama, sebagaimana ciri filsafat sebagai kajiansistimatis dan mendalam, bebas tanpa terikat oleh ajara agamatertentu. Karena itu dalam kajian filsafat agama, bahasan terhadapagama antara lain :a. Tidak terbatas pada agama tertentu, tetapi semua bentuk keyakinan

yang dapat digolongkan sebagai agama;b. Tidak terikat oleh pola pikir, doktrin dan ajaran agama tertentu

dalam kajiannya;c. Tidak terikat oleh tradisi, norma yang berlaku dalam sesuatu

masyarakat, komunitas maupun suku bangsa tertentu;d. Benar-benar merupakan upaya sistematis berdasarkan hukum

logika untuk mencari kebenaran terhadap dasar-dasar agama, mulaidari wahyu, adanya Rasul, adanya hidup sesudah mati ataukeabadian hidup, roh manusia, hubungan manusia dengan Tuhan(dari arti apakah manusia merdeka dari atau terikat kehendakTuhan), soal kejahatan, dan lain sebagainya.6

Dengan demikian filsafat agama sangat beda kajiannya denganteologi, baik teologi tradisional, teologi liberal, maupun teologi naturalis.

C. Perbedaan Pendekatan Teologis dan filosofisBahasan tentang agama dapat dikaji dari berbagai sisi, selain

dikaji dari sisi pemikiran fisafat, juga agama sebagai ilmu secarasubstansial yaitu pembahasan terhadap isi doktrin ajaran agama.Teologi berasal dari kata theos yang berarti Tuhan dan logos artinyailmu. Jadi ilmu tentang ketuhanan. Fokus kajian ilmu ini adalahtentang Tuhan ( ma’rifat al mabda ), Rasul (ma’rifat al-wasithah ) dantentang hari kemudian ( ma’rrifat al-ma’ad ).7 Dari pengertian inipada dasarnya ada kesamaan pendekatan pembahasan filsafat agamadengan teologi.6 Harun Nasution., Filsafat Agama, Op. Cit.7 A.W Lane., Arabic – English Lecsicon, Cambridge-England : The Islamic SocietyTrust, Format in, 1984 (sebagaimana dikutip Syahrin Harahap dalam TeologiKerukunan, Jakarta. Prenada, 2007, hal. 15

Page 27: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dalam teologi tradisional, kalau filsafat agama tidak terikatpada dasar-dasar agama, filsafat agama juga bermaksud menyatakankebenaran atau ketidak benaran dasar-dasar itu. Sedang teologimenerima kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu sebagaisuatu kebenaran, tidak memikirkan lagi apa ajaran itu benar apa tidak.Teologi hanya ingin memberikan penjelasan atau interpretasitentang dasar-dasar itu.

Sedangkan teologi liberal adanya pada agama Protestan danYahudi membahas dasar-dasar agama yang bersangkutan secaraliberal, kritis, dan analitis. Teologi liberal dalam hal ini hampirsama dengan filsafat agama, hanya bedanya, kalau teologi dibatasioleh agama tertentu, misalnya Protestan, Yahudi dan lain-lain.

Adapun teologi Naturil tidak berdasar pada wahyu akan tetapiberdasarkan penalaran akal. Jadi adanya Tuhan, Tuhan Esa, keabadianhidup, dan sebagainya bukan didasarkan pada wahyu dariagama tertentu, tetapi atas dasar pembahasan akal. Akal sampaimenemukan kesimpulan demikian tidak karena pertolongan wahyu.Bedanya dengan filsafat agama, kalau filsafat agama membahaskebenaran dasar-dasar agama, sedangkan teologi naturalis tidakmembahas kebenaran dasar-dasar agama tetapi mewujudkan dasar-dasar ketuhanan dan hubungan manusia dengan Tuhan atas dasarpendapat akal, dengan demikian teologi naturalis sejalan denganfilsafat agama karena dalam pembahas teologi ini sama-sama berdasar-kan logika. Dengan demikian teologi naturalis merupakan hasilpembahasan filfasat.8

Dari uraian diatas, bisa ditari kesimpulan bahwa pendekatanfilsafat agama dan teologi terdapat beberapa perbedaan dan jugaada kesamaannya. Perbedaannya antara lain :a. Filsafat agama tidak terbatas pada sesuatu agama, sedang teologi

terikat oleh salah satu agama, misalnya ada teologi Islam, teologiKristen dan lain-lain;

b. Filsafat agama membahas dasar-dasar agama untuk menyatakankebenaran atau ketidak benaran dasar-dasar tersebut, sedangkanteologi sudah meyakini dasar-dasar tersebut sebagai kebenaran,teologi hanya menjelaskan dan menginterpretasikan dasar-dasar tersebut; Jadi filsafat agama berangkat dari keraguan, sedang

8 Harun Nasution, Ibid.

18 | Filsafat Agama

Page 28: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Agama Sebagai Obyek Study Filsafat Agama | 19

teologi berangkat dari keyakinan;c. Untuk teologi Naturalis tidak membahas dasar-dasar agama,

tetapi mewujudkan dasar-dasar suatu keyakinan adanya Tuhan danhubungan manusia dengan Tuhan.

Sementara itu teologi dan filsafat, mempunyai kesamaan antaralain ;a. Sama-sama membahas dasar agama atau keyakinan yang dikuti oleh

manusia ;b. Sama-sama menggunakan akal atau rasio manusia sebagai alat

pembuktian ;c. Sama-sama berbicara tentang kebenaran yaitu membuktikan adanya

kebenaran dalam agama itu.d. Dalam kajian filsafat agama berupaya untuk memberikan

penjelasan secara intelektual terhadap keyakinan sesuatu agama,mungkin belum tentu akan merubah keyakinan seseorang. Namunbisa jadi dari penjelasan rasional tersebut seseorang menjadibertambah mantap keyakinannya. Demikian pula teologi juga untukmemperkuat keyakinan seseorang yang kebiasaan hidupnyabergerak dibidang kegiatan intelektual.

RangkumanDari uraian tersebut di atas, maka dapat dirangkumkan beberapa

hal sebagai berikut :1. Filsafat agama merupakan gabungan dari dua istilah yakni, filsafat

dan agama. Filsafat sendiri berarti proses berpikir yang sistematisdan radikal juga memiliki obyek material dan obyek formal, sedang-kan agama merupakan sistem kepercayaan kepada Tuhan yangdianut oleh sekelompok umat manusia, dimana manusia selalumengadakan interaksi denganNya.

2. Dengan demikian filsafat agama, menurut Harun Nasution, adalah :[a]Membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpaterikat pada ajaran-ajaran agama dan tanpa ada tujuan untukmenyatakan kebenaran suatu agama; [b] Membahas dasar-dasaragama secara analitis dan kritis, dengan maksud untuk menyatakankebenaran ajaran-ajaran agama, atau sekurang-kurangnya untukmenjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil

Page 29: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dan tidak bertentangan dengan logika. Dalam pembahasansemacam ini orang masih terikat oleh ajaran-ajaran agama;

3. Agama sebagai obyek studi filsafat agama berarti kajian sistimatisdan mendalam, bebas tanpa terikat oleh ajaran agama tertentu.

4. Sedangkan perbedaan pendekatan filosofis dan teologis terhadapagama, bahwa[a] Filsafat agama tidak terbatas pada sesuatu agama, sedang

teologi terikat oleh salah satu agama, misalnya ada teologiIslam, teologi Kristen dan lain-lain;

[b] Filsafat agama membahas dasar-dasar agama untuk menyata-kan kebenaran atau ketidak benaran dasar-dasar tersebut,sedangkan teologi sudah meyakini dasar-dasar tersebut sebagaikebenaran, teologi hanya menjelaskan dan menginterpretasi-kan dasar-dasar tersebut; Jadi filsafat agama berangkat darikeraguan, sedang teologi berangkat dari keyakinan;

[c] Untuk teologi Naturalis tidak membahas dasar-dasar agama,tetapi mewujudkan dasar-dasar suatu keyakinan adanya Tuhan

dan hubungan manusia dengan Tuhan. []

20 | Filsafat Agama

Page 30: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Epistemologi dan Teori Kebenaran | 21

PendahuluanDalam dunia filsafat, kebenaran merupakan hal yang prinsif,

filsafat sendiri dari bahasa asalnya berarti cinta kebenaranatau kebijaksanaan. Kebenaran adalah tujuan yang dicarimanusia dalam filsafat maupun ilmu pengetahuan. Aristotelesseorang filosof Yunani yang amat terknal itu sangat menghormatidan kagum kepada gurunya Plato. Tetapi dia lebih menghormatikebenaran dari pada gurunya itu. Aristoteles pernah berkomentar”Plato benilai dan kebenaran juga bernilai, namun kebenaran lebihbernilai dari pada Plato”.1 Al-Ghazali seorang filosof muslim mencarikebenaran yang hakiki yaitu kebenaran yang tidak diragukan lagisampai mengalami keraguan yang sangat hebat, sehingga melemah-kan pisiknya.2

Orang-orang yang percaya kepada agama, terutama orang-orang materialis, menganggap bahwa pengetahuan agama adalahhasil khayalan dan illusi belaka. Misalnya adanya Tuhan, hari kiamat,hidup kedua sesudah mati, surga dan neraka dan lain sebagainya.Untuk membuktikan apakah pengetahuan yang diberikan agamaitu tak membawa keyakinan tentang kebenaran, maka menurutHarun Nasution, untuk membuktikan apakah tuduhan itu dapatdibuktikan maka kita perlu mendalami epistemologi.3

Paket berikut akan membahas persoalan epistemologidan teori kebenaran. Dengan pembahasan keduanya diharapkanmahasiswa memiliki pemahaman yang mendalam tentang

BAB IIIEPISTEMOLOGI DAN TEORI KEBENARAN

1 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama 1., Jakarta ; Logos Wacana Ilmu, 1997, Hal. 272 Ibid.3 Harun Nasution., Filsafat Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1975, hal. 10

Page 31: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

teori-teori pengetahuan dan kebenaran yang akan diterapkandalam filsafat agama.

A. Pengertian EpistemologiDalam Dictionary of Philosophy, Epistemologi berasal dari

kata episteme dan logos, theory. Dari kata tersebut, epistemologydirumuskan sebagai cabang dari filsafat yang menyelidikitentang keaslian pengertian, struktur, metode dan validitas ilmupengetahuan4. Epistemologi menurut Harun Nasution berartiilmu yang membahas tentang: a] apa itu pengetahuan, b] bagaimanacara memperoleh pengetahuan5.

Beberapa definisi epistemologi antara lain : Anton Suhario, menyatakan epistemology adalah teori mengenai

hakekat ilmu pengetahuan, yaitu bagian dari filsafat tentangrefleksi manusia atas kenyataan.6 Sementara itu menurut R.B.SPudyartanto, merumuskan bahwa epistemology berarti filsafattentang penngetahuan atau filsafat pengetahuan.7

A. H. Bakker, mempersamakan epistemology dengan metodologi.Metodolgi dapat difahami sebagai filsafat ilmu pengetahuan.Filsafat ilmu pengetahuan dimaksudkan ini menguraikanmetode ilmiah sesuai dengan hakekat pengertian manusia.Apat ditemukan kategori-kategori umum hakiki bagi segalapengertian, jadi berlaku pula bagi semua ilmu.8

Menurut The Liang Gie yang mengutip dari The Encyclopedia ofPhilosophy, menjelaskan bahwa Epistemologi adalah cabangdari filsafat yang bersangkutan dari sifat dasar dan ruanglingkup penegatahuan, praanggapan-praanggapan dan dasar-dasarnya serta reliabilitas umum dari tuntutan akan penegetahuan.9

4 Dagobert D. Runes. Dictionary of Philosophy, Totowa New Jersey: Adam & Co, 1971,hal 945 Harun Nasution, Op. Cit6 AMW. Pranaka dan A. Bakker., Epistemologi, Kebudayaan dan Pendidikan, Yogjakarta,Kelompok Studi Filsafat, 1979, hal 1327 RBS Pudyartanto., Epistemologi, Jilid I , Yogjakarta : Warawidyani, 1979, hal 88A.H. Bakker, Metode-Metode Filsafat., Yogjakarta : Yayasan Pembina Fakultas Filsafat,TT. Diktat, hal. 3

22 | Filsafat Agama

Page 32: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari beberapa definisi tersebut dapa disimpulkanbahwa epistemologi adalah sebagai cabang filsafat yangberusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan, atau jugasebagai metode yang bertujuan mengantarkan manusia untukmemperoleh kebenaran, atau sebagai system yang bertujuanmemperoleh realitas kebenaran pengetahuan itu sendiri.

B. Teori-teori tentang kebenaranKetika kita bicara tentang pengetahuan, maka kita harus

bertanya apa sebenarnya hakekat dari penegtahuan itu. Pengetahuanpada hakekatnya adalah keadaan menta (mental state). Mengetahuisesuatu adalah menyusun pendapat tentang sesuatu itu, dengankata lain, menyusun gambaran dalam akal tentang fakta yangada di luar akal. Permasalahannya adalah apakah gambaranitu sesuai dengan fakta (kenyataan) atau tidak ? Apakah gambaranitu benar, atau gambaran itu dekat dengan kebenaran atau jauhdari kebenaran ?

Menurut Harun Nasution, ada dua teori tentang hakekatkebenaran dalam filsafat yaitu teori realisme dan teori idealisme.Menurut teori Realisme pengetahuan adalah gambaran atau kopi yangsebenarnya dari apa yang adalam dalam alam nyata (dari faktaatau dari hakekat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalamakal manusia, adalah kopi dari yang asli yang terdapat di luarakal. Tidak ubahnya sebagai gambaran yang terdapat dalam gambarfoto. Menurut teori ini pengetahuan adalah benar dan tepat, sesuaidengan kenyataan10.

Teori kedua adalah idealism. Teori ini menyatakan mempunyaigambaran yang benar-benar tepat dan sesuai dengankenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-prosesmental atau proses psichologis, dan ini bisa bersifat subyektif.Oleh karena itu menurut penganut faham idealism, pengetahuanhanyalah merupakan gambaran subyektif dan bukan obyektif tentangkenyataan. Subyektif dipandang dari orang yang mengetahui, yaitu

9 The Liang Gie., Suatu Penertiban Kearah Bidang Filsafat, Ali Mudhofir (Penterj.)Yogjakarta, Karya Kencana, 1977. Hal. 9610 Harun Nasution, Op. Cit

Epistemologi dan Teori Kebenaran | 23

Page 33: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dari sudut yang membuat gambaran tersebut. Menurut teori inipengetahuan tidak memberi gamabaran yang tepat tentang hakekatyang ada diluar akal. Pengetahuan hanya memberikan gambaranmenurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui.11

Adapun berkaitan dengan jalan atau cara memperolehpengetahuan terdapat dua teori juga yaitu empirisme danrasionalisme. Menurut teori emprisme, pengetahuan diperolehdengan perantaraan panca-indra. Panca indra memperolehkesan-kesan dari apa yang ada di alam nyata dan kesan-kesan ituberkumpul dalam diri manusia. Pengetahuan terdiri daripenyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang berbagai rupa itu.

Sedangkan menurut teori rasionalisme, pengetahuan diperolehdari perantaraan akal. Memang benar dalam hal ini akal memerlukanbantuan pancaindra untuk memperoleh data-data itu darialam nyata, tetapi akallah yang menghubungkan data-data itusatu dengan yang lain, sehingga terdapat apa yang disebutpengetahuan. Dalam penyusunan ini akal mempergunakankonsep-konsep rasional atau idea-idea universal. Konsep-konsepdan idea-idea itu sendiri merupakan hakekat dan mempunyaiwujud dalam alam nyata, bukan dibuat oleh manusia, tetapibagian dari natur. Maksudnya adalah prinsip-priinsip yangterdapat dalam alam semesta atau hukum-hukum alam atauyang disebut sunnatullah, seperti hukum sebab akibat, misalnyaada alam yang bergerak pasti ada yang menyebabkan alam itu bergerak.12

Apabila terkait hakekat ada dua teori dan berkaitan denganjalan mendapatkan ilmu ada dua teori, maka gabungan keduanyatersebut disusun empat teori tentang ilmu pengetahuan antara lain :1. Empirical realism pengetahuan diperoleh melalui perantaraan

panca indra dan pengetahuan itu merupakan kopi yang sebenarnyatentang fakta-fakta yang ada diluar akal. Menurut teori inipengetahuan menggambarkan kebenaran. Teori ini lemah terhadapkritik bahwa pancaindra tidak selamanya memberikan gambaranyang benar tentang hakekat yang ada diluar akal. Pancaindraterkadang juga berbohong.

11Ibid ., hal 1112 Ibid ., 12

24 | Filsafat Agama

Page 34: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Empirical idealism; menurut teori ini, pengetahuan ini diperolehdengan panca indra tetapi pengetahuan itu tidak memberikan gambaranyang sebenarnya tentang hakekat. Menurut faham ini pengetahuantentang apa yang benar idak mungkin diperoleh.

3. Rasional idealism; pengetahuan diperoleh dengan perantaraanakal dan pancaindra, tetapi pengetahuan ini juga tidakmemberikan gambaran yang sebenarnya tentang hakekat. Sekurang-kurangnya manusia tidak akan bisa mengetahui apakah gambaranyang diberikan tentang hakekat itu sesuai atau tidak dengankenyataan. Pengetahuan tertinggi menurut teoriu ini hanyalahtentang wujud sesuatu bukan tentang hakekatnya.

4. Rasional realism; menurut teori ini pengetahuan diperoleh melaluiakal dan pancaindra. Dalam pemikirannya mengenai data-data yangdiberikan pancaindra, akal mempergunakan prinsip-prinsip universaldan hasil pemikiran ini merupakan copy yang benar tentanghakekat. Dalam hal ini kebenaran bukan berarti kebenaran yangmutlak tetapi kebenaran yang dekat pada hakekat yaitu menurutkesanggupan tertinggi dari akal dalam mendekati hakekat.13

Teori-teori tersebutlah yang digunakan dalam dunia ilmiah.Data yang digunakan adalah hasil observasi yang dikumpulkandari alam semesta dan itulah penegetahuan. Hanya permasalahan-nya adalah alam nya itu terlalu besar dan data yang bisa dikumpulkanmanusia hanyalah sebagian dan itupun data yang sudah terjadisementara data yang belum terjadi tidak dapat dijadikanbahan observasi. Karena itu pengetahuan yang diperoleh bukanlahpengetahuan yang lengkap, tetapi pengetahuan yang belumsempurna. Seorang saintis hanya bisa mengadakan hipotesa,dan hipotesa dipandang benar apabila data yang datingkemudian itu mendukung, tetapi apabila data yang datingkemudian berubah, maka hipotesa tersebut haruslah berubah.Dengan demikian pengetahuan-pengetahuan yang ada dalamlapangan ilmiah belum menggambarkan kebenaran yangsebenarnya.14

13 Ibid., hal. 12-1314 Ibid ., hal. 13-14

Epistemologi dan Teori Kebenaran | 23

Page 35: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Teori-teori kebenaran dalam filsafat tersebut telahdikritik dan dibuktikan oleh Prof. Harun Nasution, merupakan hasiltertinggi dari teori kebenaran ilmiah sampai dunia modernsaat ini. Teori-teori tersebut telah dirintis oleh Sokrates, dilanjutkanoleh Plato dan Aristoteles. Menurut Sokrates Kebenaran itu adadan bersifat universal, bukan individual dan dibawa sejaklahir. Etika menurutnya, bukan hal yang relative tetapi adalahsesuatu yang bisa dipelajari. Sokrates menyamakan kebenarandengan pengetahuan. Pengetahuan berasal dari akal. Karena itu,seorang berbuat jahat karena kebodohannya, sementara seseorangberbuat baik, itu karena dibimbing oleh pengetahuannya.15

Plato dan Aristoleles pada prinsipnya menyesuaikan pendapatSocrates, hanya saja Aristoteles pada pembahasan logikamembedakan antara kebenaran dan keshahihan. Kebenaran,lebih menekankan pada kandungan sillogisme, sedangkankesahihan pada keruntutan berpikir. Silogisme pada dasarnya lebihmementingkan kesahihan berpikir ketimbang isinya. Teori logikaAristoteles sangat berpengaruh pada abad pertengahan, tetapimulai digugat pada masa berikutnya misalnya oleh Copernicusdan Galilleo terkait dengan teori bumi sebagai pusat edar alam,namun hasil penelitiannya justru matahari yang dikelilingioleh bumi. Demikian juga Bertran Russel, yang mengkritik SilagismeAristoteles karena Silogisme tidak membawa hal yang baru.Lagi pula silogisme lebih mementingkan urutan proposisi yang sahdaripada mementingkan isi.16

Dalam istilah lain kajian tentang teori kebenaran memilahadanya empat teori kebenaran yaitu : Koherensi, Korespondensidan Pragmatis dan ilmu Hudhuri/Iluminasi.

Pertama, Teori Koherensi, adalah teori yang berdasarkan padacara berpikir deduktif yang bangun oleh Aristoteles. Menurutteori ini, pernyataan dianggap benar, bila pernyataan inibersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan- pernyataansebelumnya yang dianggap benar. Bila kita menganggap

15 Frederick Mayer., A. History of Ancient and Medieval Philosophy, New York : America,Book Company, 1950, hal. 97 ( sebagaimana dikutip Amsal Bakhtiar dalam FilsafatAgama, hal. 31 ).

26 | Filsafat Agama

Page 36: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bahwa pernyataan ”semua manusia pasti mati” adalah pernyataanyang benar, maka pernyataan bahwa ’si Fulan adalah seorangmanusia dan si Fulan pasti akan mati’ adalah benar pula. Sebabpernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan pertama.17

Teori koherensi menggunakan akal sebagai saranya atau logikadeduktif , menarik kesimpulan khusus dari hal yang bersifat umum.

Kedua, teori korespondensi, yang dipelopori oleh BertrandRussell. Menurut teori ini, suatu pernyataan itu benar jikamateri pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan ituberkorespondensi (berhubungan/cocok) dengan obyek yang ditujuoleh pernyataan itu. Contoh, Jika nada orang berkata ”IbukotaRepublik Indonesia adalah Jakarta, maka pernyataan itu adalahbenar, sebab pernyataan itu cocok dengan fakta obyektif, yaknimemang Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia”. Dan Jikaada orang lain yang mengatakan bahwa ibukota Republik Indonesiaadalah Bandung, maka pernyataan ini tidak sesuai dengan faktanya18,teori ini dalam dunia ilmiah sering disebut logika induktifatau pendekatan induktif, atau empiris yaitu menarik kesimpulanumum dari hal-hal khusus, dengan alat pembuktian bersifatfakta-fakta empiris.

Ketiga teori Pragmatis, teori yang dicetuskan olehCharles S. Peirce. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapaahli filsafat dari merika antara lain : William James, JohnDewey, George Herbert Mead dan C.I. Lewis. Menurut teoripragmatis, kebenaran pernyataan diukur dengan apakahpernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktisapa tidak. Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataanitu atau implikasinya mempunyai kegunaan praktis dalamkehidupan manusia. Misalnya, Agama dianggap benar karenamemberikan ketenangan pada jiwa dan ketertiban dalammasyarakat. Pegangan pragmatism adalah logika pengamatan.Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja membawaakibat yang praktis. Pengalaman-pengalaman pribadi diterimanyaasal bermanfaat, bahkan kebenaran mistis dipandang sebagai16 Amsal Bakhtiar ., Ibid.17 Ibid ., hal 3218 Ibid ., hal 33

Epistemologi dan Teori Kebenaran | 27

Page 37: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

berlaku juga, asal kebenaran mistis itumembawa akibat praktisyang bermanfaat.19

Keempat adalah teori yang lahir dari keraguan terhadappengetahuan empirik dan pengetahuan rasional, yaitu membangunteori kebenaran bertumpu pada obyek dalam diri sendiri. Teoriini disebut kebenaran iluminatif atau ilmu Hudhuri. MenurutMehdi Ha’iri Yazdi, seorang Profesor di Universitas Teheran,pencetus teori ini, bahwa ukuran kebenaran tidak hanyakoherensi, korespondensi, dan pragmatism, tetapi ada tambahannyayaitu ilmu Hudhuri/iluminasi. Menurut Mehdi, pengetahuandengan kehadiran karena ia ditandai oleh keadaan neotic danmemiliki obyek imanen yang menjadikannya pengetahuanswaobyektif. Ilmu Hudhuri ini berbeda dengan korespondensi,karena kalau korespondensi membutuhkan obyek diluar diri.Seperti meja dan kursi. Sedang ilmu Hudhuri tidak memiliki obyekdiluar dirinya, tetapi obyek itu sendiriada adalah obyek subyektifyang ada pada dirinya.20

Pengetahuan iluminasi ini umumnya diakui oleh para sufi,dan oleh sebagian sufi, iluminasi itu adalah pengetahuan diritentang diri yang berasal dari penyinaran dan anugerah Tuhan.Pengetahuan tersebut digambarkan dengan berbagai ungkapandan keadaan. Ada yang menyebutnya sebagai terbukanya hijabantara dirinya dengan Tuhan, sehingga pengetahuan danrahasianya dapat diketahui. Ada yang mengungkapkan denganrasa cinta yang mendalam, sehingga antara dia dan Tuhan tidakada rahasia lagi. Pengetahuan Tuhan adalah pengetahuannya.Ada juga yang mengungkapkan dengan kesatuan kesadaran(Ittihat/hulul) dalam kesatuan tersebut antara sufi dan Tuhantidak ada bedanya, termasuk pengetahuannya.21

C. Agama sebagai KebenaranPengalaman para sufi dalam mengalami hubungan dengan

Tuhan secara langsung dalam filsafat Barat disebut pengalaman

19 Harun Hadi Wijono., Sejarah Filsafat Barat Fisafat 2 , Yogyakarta, Yayasan Kanisius,1980, hal. 130-13120 Mehdi Ha’iri Yazdi., Ilmu Hudhuri , Bandung, Mizan, 1994, hal 73

28 | Filsafat Agama

Page 38: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

intuisi. Menurut Bergson, hanya dengan menggunakan intuisiseseorang dapat memperoleh pengetahuan ’tentang’ kejadian itu,yakni suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak, dan bukanpengetahuan yang nisbi. Menurutnya, intuisi mengatasi sifatlahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifatanalitis, menyeluruh, mutlak dan tanpa dibantu oleh penggambaransecara simbolik. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk mengetahuisecara langsung dan seketika. Analisis, atau pengetahuan lewatpelukisan tidak dapat menggantikan hasil pengenalan intuisi.22

Dalam tasawuf dikenal istilah makrifah, yaitu pengetahuanyang dating dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran.Dalam filsafat Barat, pengetahuan intuisi diperoleh melaluiperenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan makrifahdalam Islam diperoleh melalui perenungan dan penyinarandari Tuhan. Menurut Jalaluddin al-Rumi, untuk memperolehmakrifah atau penyinaran, seseoran disamping berusaha jugameyakini anugerah Tuhan. Sedangkan menurut Al-Ghazalipengetahuan yang paling benar adalah pengetahuan intuisiatau makrifah yang disinarkan oleh Allah secara langsung kepadaseseorang. Pengetahuan mistiklah yang membuat dirinya yakindan merasa tenang setelah dilanda oleh keraguan yang hebat.23

Menurut Mehdi Ha’iri Yazdi, pengetahuan intuisi ini dapatdianggap sebagai sumber pengetahuan. Kata Mehdi, pengetahuankorespondensi melibatkan obyek diluar dirinya, sedang pengetahuandengan pencerahan menyadarkan bahwa pengetahuan yangdiluar harus didahului pengetahuan tentang dirinya sendiri. Tidakmungkin seseorang mengetahui sesuatu obyek diluar dirinya,tanpa mengetahui terlebih dahulu pengetahuan yang ada dalamdirinya. Pengetahuan dalam dirinya diperoleh berkat anugerah Tuhan,baik sejak lahir maupun setelah dewasa. Menurut Mehdi, kalausemua orang mengetahui adanya pengetahuan tentang dirinya’mengetahui’ sebelum mengetahui yang lain, maka pengetahuaniluminasi adalah obyektif dan bisa diterima secara ilmiah.24

21 Amsal Bakhtiar., Op. Cit22 Louis O. Kattsoff., Pengantar Filsafat (terj.), Yogyakarta, Tiara Wacana, 1986, hal.14623 Amsal Bakhtiar., Op. Cit . 50-5124 Ibid ., 52-53

Epistemologi dan Teori Kebenaran | 29

Page 39: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Harun Nasution telah membuktikan bahwa hasil tertinggidari penyelidikan manusia dalam dunia ilmiah juga tidak membawakepada keyakinan. Pengetahuan empiris seperti yang didapat dalammetode ilmiah karena keterbatasan data yang diperoleh manusiadan kelemahan indra manusia. Kalau orang yang tidak percayakepada agama menuduh bahwa pengetahuan yang diberikanagama tidak menimbulkan keyakinan bagi mereka, pengetahuanyang diperoleh secara ilmiah sekalipun tidak pula membawakepada keyakinan yang sebenarnya. Kebenaran-kebenaran yangdihasilkan pemikiran diluar lapangan agama, bahkan yang dihasilkandalam lapangan ilmiah pun belumtentu benar.

Harun mengatakan pengetahuan-pengetahuan dibidangkeagamaan tidak hanya berdasarkan pada wahyu. Sebagaimanapengetahuan dilapangan ilmiah, pengetahuan agama jugadiperoleh dengan mempergunakan bukti-bukti historis, argument-argumen rasional dan pengalaman pribadi.25 Demikian jugawahyu dan Kitab suci Al-Qur’an dapat dijelaskan keberadaan-nya dengan argument rasional. Wahyu adalah kebenaran yanglangsung disampaikan oleh Tuhan kepada salah seorang hambanya.Dengan kata lain wahyu terjadi karena adanya komunikasi antaraTuhan dan manusia. Bagaimana komunikasi serupa bisa terjadi,dalam filsafat, Tuhan itu disebut Mind, Akal. Karena Tuhan adalahAkal, maka manusia yang mempunyai akal tidak mustahil dapatmengadakan komunikasi dengan Tuhan sebagai Akal. Kalaudalam kalangan Islam menyebut Tuhan sebagai ‘Akal’ kurangdapat diterima. Namun sekurang-kurangnya Tuhan sebagaiPencipta alam dan Pengatur alam yang beredar menurut peraturan-peraturan yang rapi ini, mestilah suatu substansi atau jauwharyang mempunyai daya pikir. Dengan demikian tidak mustahilbahwa daya piker manusia dapat mempunyai hubungankomunikasi dengan daya piker yang terdapat dalam substansi Tuhan.Kalau hal itu tidak mustahil, adanya wahyu tidaklah pula mustahil. 26

Adapun dalam Islam, keterangan-keterangan yang dimajukanuntuk membuktikan kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu antara lain :

25 Harun Nasution, Falsafat Agama., Op. Cit , hal. 14-1626 Ibid.,

30 | Filsafat Agama

Page 40: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1. Keadaan Al-Qur’an yang tidak dapat ditiru oleh manusia (Al-Qur’ansurah al-Baqarah 23-24)

2. Keadaan Hadis-Hadis Nabi dalam gaya dan bahasa tah dapatmenandingi ketinggian dan kemurnian gaya dan bahasa al-Qur’ansungguhpun kedua-duanya mengandung kata-kata yang diucapkanNabi;

3. Ramalan-Ramalan yang ada dalam Al-Qur’an ;

Banyak ayat yang mengandung keterangan-keteranganb tentangilmu Penegetahuan

RangkumanDari paparan di atas, maka pada bagian ini dapat difokuskan

dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Pengertian epistemologi sangat beragam sesuai dengan pendekatan

ahli yang memberikan definisi terhadapnya. Namun demikian secaraumum dapat dikatakan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yangberusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan, atau jugasebagai metode yang bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh kebenaran, atau sebagai system yang bertujuan memperolehrealitas kebenaran pengetahuan itu sendiri.

2. Dilihat dari hakekat pengetahuannya, menurut Harun Nasution adadua teori, yakni: realisme dan idealisme. Teori realisme menyatakanbahwa gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang adalamdalam alam nyata (dari fakta atau dari hakekat) . Pengetahuan ataugambaran yang ada dalam akal manusia, adalah kopi dari yang asliyang terdapat di luar akal. Sedangkan, Teori idealisme menyatakanpengetahuan hanyalah merupakan gambaran subyektif dan bukanobyektif tentang kenyataan. Pengetahuan adalah proses-prosesmental atau proses psikhologis, dan ini bisa bersifat subyektif.

3. Sedangkan dilihat dari cara memperoleh pengetahuan terdapat duateori, yakni empirisme dan rasionalisme. Menurut teori emprisme,pengetahuan diperoleh dengan perantaraan panca-indra. Sedangkanmenurut teori rasionalisme, pengetahuan diperoleh dari perantaraanakal (rasio).

Epistemologi dan Teori Kebenaran | 31

Page 41: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Teori kebenaran pada dasarnya ada empat, yakni : Koherensi,Korespondensi, Pragmatis dan iluminatif/hudhuri. Teori koherensiberpendirian bahwa pernyataan dianggap benar, bila pernyataan inibersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataansebelumnya yang dianggap benar; teori korespondensi menyatakanbahwa suatu pernyataan itu benar jika materi pengetahuan yangdikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan/cocok) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu; dan, teoripragmatik menyatakan bahwa kebenaran pernyataan diukur denganapakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupanpraktis apa tidak. Adapun teori iluminatif/hudhuri yang berusahamemadukan teori koherensi dan korespodensi menyatakan bahwabahwa pengetahuan diri tentang diri yang berasal dari penyinarandan anugerah Tuhan. Pengetahuan tersebut digambarkan denganberbagai ungkapan dan keadaan. Ada yang menyebutnya sebagaiterbukanya hijab antara dirinya dengan Tuhan, sehingga pengetahuandan rahasianya dapat diketahui.

5. Agama sebagai kebenaran bersifat mutlak dan intuitif. Kebenaranintuitif adalah pengetahuan yang langsung. Menurut sifatnyapengetahuan atau kebenaran intuitif mengatasi sifat lahiriyahpengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analitis,menyeluruh, mutlak dan tanpa dibantu oleh penggambaran secarasimbolik. Meskipun demikian, kebenaran agama menurut HarunNasution tidak hanya berdasarkan pada wahyu. Sebagaimanapengetahuan dilapangan ilmiah, pengetahuan agama juga diperolehdengan mempergunakan bukti-bukti historis, argument- argumenrasional dan pengalaman pribadi. []

32 | Filsafat Agama

Page 42: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IVKONSEP-KONSEP KETUHANAN

PendahuluanKonsep ketuhanan telah muncul sejak manusia ada di

dunia ini. Konsep ketuhanan ini meskipun mengalami berbagaiperkembangannya tetapi memiliki arah yang sama, yakni Dzatyang Maha Ghaib. Perkembangan awal konsep ketuhanan yangtelah lama dikenal adalah anismisme dan dinamisme. Konsepsiketuhanan ini memang tampak sederhana sesuai dengan kualitaspemikiran pada masa primitif. Eksistensi Tuhan disetarakan denganberbagai jenis keghaiban atau keganjilan yang ada di ruangkosmik ini.

Perkembangan selanjutnya manusia mengenal tingkatan atauhierarkhi pada struktur kemasyarakatannya. Dan, kondisi inikemudian diproyeksi ke dalam konsepsi ketuhanan yang mengenaladanya tingkatan pada jenjang ketuhanan. Konsepsi Tuhanmengalami diversifikasi menjadi politeisme. Tuhan dipahami tidaksekedar tunggal atau dzat tertentu tetapi telah memiliki strukturkekeluargaan atau kemasyarakatan sesuai dengan yang adadi masyarakat manusia. Dan, konsepsi ketuhanan ini akhirnyamengarah pada henoteisme yang menyatakan bahwa Tuhanmemiliki struktur pemerintahan yang mengarah pada kekuasaanpada dewa yang tertinggi. Konsepsi henoteisme ini pada akhirnyamengalami perkembangan yang terkemudian yang dinamakanmonoteisme, yakni Tuhan adalah dzat yang Maha Esa.

Berbagai konsep ketuhanan yang bersifat evolutif ini akandisajikan dalam paket berikut dengan harapan mahasiswadapat memahami corak dan pola perkembangan yang ada padakebudayaan dan peradaban manusia.

Konsep-konsep Ketuhanan | 33

Page 43: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

A.Animisme-Dinamisme1. Animisme

Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kataroh di sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalaudikembangkan, animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaanterhadap adanya makhluk halus atau roh-roh yang ada pada setiap bendabaik benda hidup atau benda mati sekalipun. Tidak hanya percaya, merekabahkan memuliakan roh-roh tersebut. Penghormatan ini dilakukan agartidak mendapat gangguan mereka tetapi justru mendapat keberuntungandari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh ini dapatmemberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintaipertolongan.

Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak samadengan pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belumbisa membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atasmateri yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk,umur, dan mampu makan. Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberi-kan masyarakat primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.

Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan olehTaylor, seorangsarjana aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwasegala sesuatu yang ada di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh).Dan roh-roh ini ada yang melekat pada diri manusia yang disebut jiwa,ada juga yang tidak melekat pada diri manusia atau terpisah dari badan,seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan lainnya. Kepercayaananimisme ini merupakan asas kepercayaan agama manusia primitif.

Meskipun masih belum diakui sepenuhnya sebagai agama, menurutTylor ada empat tahap proses yang dilalui animisme untuk bisa diakuisebagai agama primitif. Tahap pertama, masyarakat primitif mengkhayalkanadanya hantu jiwa (ghost- soul) orang mati yang mengunjungi orang hidup.Hantu jiwa inilah yang mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahapkedua, jiwa menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalammasyarakat tersebut bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap keempat, dariyang berjiwa itu ada yang menonjol, seperti pohon besar atau batu yanganeh. Akhirnya, yang paling menonjol dari kesemuanya itu disembah.1

34 | Filsafat Agama

1 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2009), 63

Page 44: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. DinamismeSecara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani

dynamis atau dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Darisini dapat diambil kata kunci dari dinamisme yaitu kekuatanatau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah pengertian makaaliran ini dapat diungkapkan sebagai kepercayaan akan adanyakekuatan atau gaib yang terdapat pada berbagai barang, baikyang hidup atau mati, dan kekuatan gaibnya dipercaya dapatmempengaruhi apa yang ada di sekitarnya.

Dalam Kamus Ilmiah Populer yang disusun Tim PustakaAgung Harapan,2 dinamisme diartikan sebagai kepercayaanprimitif dimana semua benda mempunyai kekuatan yangbersifat gaib. Dinamisme merupakan kepercayaan keagamaanprimitif yang ada pada zaman sebelum kedatangan agamaHindu di Indonesia. Dinamisme disebut juga dengan namapreanimisme, yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda ataumakhluk mempunyai daya dan kekuatan. Maksud dari arti tadi adalahkesaktian dan kekuatan yang berada dalam zat suatu benda dandiyakini mampu memberikan manfaat atau marabahaya. Kesaktianitu bisa berasal dari api, batu-batuan, air, pepohonan, binatang, ataubahkan manusia sendiri.

Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatangaib, dalam dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yangmemancarkan kekuatan gaib menjadi tiga bagian, sebagai berikut :3

a. Benda-benda keramatYang dimaksud benda-benda keramat bagi orang primitif ialah

benda yang memiliki kekuatan luar biasa dan jarang ditemukanbanding-nya sehingga bagi mereka terkesan gaib, seperti logam mas,perak, besi dan lainnya. Dan untuk menyatakan kekeramatannya, adaberbagai kriteria dengan masing-masing bagian mempunyai kesaktian-nya (makna) sendiri-sendiri. Misalnya ada kebiasaan di Goa untukmenimbang sepotong rantai dari emas pada tiap-tiap tahun. Kalau

Konsep-konsep Ketuhanan | 35

2 Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer (Pustaka Agung Harapan,Surabaya) 1033 Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hal. 35-39

Page 45: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

beratnya bertambah ada harapan baik bagi kerajaan. Sebaliknyajika berkurang maka berarti malapetaka.

b. Binatang-binatang keramatPada kepercayaan bangsa primitif, terdapat suatu anggapan

terhadap beberapa jenis binatang yang keramat. Binatang-binatang ini dilarang diburu kecuali pada waktu suci. Bahkanada binatang yang dianggap dapat menurunkan manusia.Pada umumnya binatang keramat ini dimiliki tiap-tiap klandan sangat dihormati. Selain itu, binatang ini dilarang dianiaya,diburu sewenang-wenang dan dimakan dagingnya dengansembarangan. Dan hanya dengan upacara-upacara resmi sajadiadakan penyembelihan hewan-hewan ini. Seperti buaya,harimau, perkutut dan lainnya.

c. Orang-orang keramatDalam masyarakat primitif ada kepercayaan bahwa beberapa

manusia ada yang dianggap suci, bertuah, keramat dan sebagai-nya. Mereka dihormati lebih dari yang lainnya, baik karena keturunan-nya maupun karena ilmunya. Menurut mereka, orang-orang tersebutmemiliki kekuatan ghaib. Misalnya dalam pewayangan. Kresna danRama dianggap penjelmaan Wisnu. Sehingga mereka diyakini sakti,berhak memerintah kerajaan dan mendapat kedudukan tinggidalam masyarakat. Selain itu, dalam zaman sekarang ada kiaidalam masyarkat pedesaan yang selalu didewakan seakan tidakpernah salah. Hal ini merupakan sisa-sisa dinamisme.

B. Politeisme dan Henoteisme1. Politeisme

Politeisme adalah kepercayaan terhadap makhluk-makhlukgaib yang disebut dewa. Dan, para dewa ini selain punya namasendiri-sendiri juga dipercaya mempunyai tugas masing-masingdalam mengatur jalannya roda kehidupan ini. Dalam fase kepercayaanini, istilah dewa sudah mengatasi istilah roh. Para dewa sudahmempunyai kekuasaan yang disembah secara umum oleh manusia,sedangkan roh tidak punya kekuasaan dan kemuliaan seperti dewa,dan biasanya hanya disembah oleh suku atau keluarga tertentu.Selain itu para dewa juga sudah diberikan atribut personifikasi

36 | Filsafat Agama

Page 46: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dari kekuatan alam. Dengan atribut personifikasi ini, maka masing-masing dewa mempunyai tugas tertentu dan memiliki sifat-sifatkepribadian yang jelas. Sebagai contoh; ada dewa yang tugasnyamenerangi alam, seperti Shamas dalam agama Babylonia, Ra dalamagama mesir kuno, Surya dalam agama veda, dan Mytra dalamagama Persia kuno.

Dalam kepercayaan ini hal-hal yang menimbulkanperasaan takjub dan dahsyat bukan lagi ditujukan pada roh-roh,tetapi pada para dewa. Disinilah perbedaan yang sangatmencolok antara paham atau kepercayaan animisme ataudinamisme dengan politeisme. Jika roh dalam animisme tidakdiketahui tugas-tugasnya, maka para dewa dalam politeisme telahmempunyai tugas-tugas tertentu. Ada dewa yang bertugas memberikancahaya dan panas ke permukaan bumi. Dewa ini dalam agama mesirkuno disebut Ra, dalam agama India Kuno disebut Surya, dan dalamagama Persia Kuno disebut Mithra. Ada pula dewa yang tugasnyamenurunkan hujan, yang diberi nama Indera dalam agama Mesir Kuno,dan Donnar dalam agama Jerman Kuno. Selanjutnya ada pula dewaangin yang disebut Wata dalam agama India Kuno, dan Wotan dalamagama Jerman Kuno.

Yang menarik dari perkembangan kepercayaan politeismeini adalah kenyataan bahwa para dewa ini pada awalnyamempunyai kedudukan yang sama, tetapi karena adanya hal-hal tertentu yang menuntut kemampuan dan kekuatan daridewa-dewa tertentu, maka beberapa diantaranya menjadilebih berkuasa dan dihormati daripada yang lainnya. Sepertidalam agama mesir kuno, dewa Anom menjadi lebih berkuasasetelah kota Thebes menjadi ibukota. Demikian juga DewaZeus dalam agama Yunani, dewa Jupiter dalam agama Roma sertaTrimurti dalam agama Hindu.

Dalam paham politeisme, tiga dari dewa-dewa yang banyakmeningkat ke atas dan mendapat perhatian dan pujaan yang lebihbesar dari yang lain. Dewa yang tiga itu mengambil bentuk Brahma,Wisnu, dan Syiwa. Dewa yang tiga ini dalam agama Veda disebutIndra, Vitra dan Varuna; dalam agama Mesir Kuno dikenal denganOsiris dengan istrinya Isis dan anaknya Herus; dan dalam agama ArabJahiliyah dikenal dengan al-Lata, al-Uzza, dan Manata. Selain itu,

Konsep-konsep Ketuhanan | 37

Page 47: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dalam paham politeisme, ada satu dari dewa-dewa itu yangmeningkat di atas segala dewa yang lain, seperti Zeus dalamagama Yunani Kuno, Yupiter dalam agama Rumawi, dan Amor dalamagama Mesir Kuno. Paham ini belum menunjukkan adanyapengakuan terhadap satu Tuhan, tetapi baru pada pengakuandewa terbesar di antara dewa yang banyak. Paham ini belummeningkat menjadi paham monoteisme, tetapi masih beradapada paham politeisme.

2. HenoteismeHenoteisme seperti halnya politeisme juga mempercayai

adanya makhluk ghaib yang disebut dewa, tetapi dalamhenoteisme yang dipercaya hanya satu dewa yang mempunyaikekuasaan terbesar dan dihormati oleh dewa-dewa yang lain.Dapat dikatakan bahwa dewa terbesar ini adalah raja bagi paradewa lainnya, sehingga dia juga disembah oleh dewa-dewa yanglain. Paham raja dewa ini juga berubah menjadi dewa satu. Tuhandari suku tertentu hilang diganti oleh Tuhan Nasional, yang satubagi bangsa yang bersangkutan. Tetapi meskipun politeismesudah mengakui dan mempercayai adalah satu dewa yang agungdan menguasai seluruh dewa-dewa lainnya, namun bukan dan belummenjadi kepercayaan yang bersifat monoteistik. Karena dalamkepercayaan henoteisme ini selain mereka menyembah Dewa atauTuhan yang satu, mereka juga mengakui Tuhan yang ada dalamsukunya dan suku yang lain. Contohnya adalah agama padabangsa Yahudi.

Dalam kaitannya dengan struktur kekuasaan dewa agungdalam kepercayaan Henoteisme dapat diungkapkan bahwakepercayaan satu dewa agung ini masih bersifat lokal ataunasional. Artinya, dalam kepercayaan henoteisme ini keberadaandewa agung yang satu itu hanya dipercayai oleh satu sukubangsa tertentu saja. Sedangkan untuk bangsa-bangsa laindipercaya juga memiliki dewa-dewa agungnya tersendiri yangdipercaya oleh bangsa itu secara nasional. Dengan demikian dapatdikatakan bahwa paham henoteisme hanya mempercayai Dewaatau Tuhan yang bersifat nasional.

38 | Filsafat Agama

Page 48: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. MonoteismeMonoteisme adalah kepercayaan yang menganggap Tuhan itu

hanya satu, Dia-lah yang mencipta, memelihara, dan kemudianmenghancurkan alam semesta ini. Dia adalah penguasa Tunggal yangberbeda dan berasal dari luar alam semesta ini.

Dalam masyarakat yang sudah maju, kepercayaan yang dianutbukan lagi dinamisme, animisme, politeisme, atau henoteisme, tetapikepercayaan monoteisme, baik monoteisme praktis, monoteismespekulatif, monoteisme teoritis, maupun monoteisme murni.

Monoteisme praktis adalah kepercayaan yang tidak mengingkaridewa-dewa lain, tetapi hanya satu Tuhan saja yang diarah dandipuja. Monoteisme spekulatif adalah kepercayaan yang terbentukkarena bermacam gambaran dewa-dewa lebur menjadi satugambaran yang akhirnya dianggap sebagai satu-satunyadewa. Monoteisme teoritis ialah paham yang mempercayai bahwaTuhan itu Esa dalam teori, tetapi dalam praktek dipercayai lebih darisatu Tuhan. Terakhir monoteisme murni adalah paham yangmenyatakan bahwa Tuhan itu Esa dalam jumlahnya dan sifat, dalamteori dan praktek, dan dalam pemikiran dan penghayatan.

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat

dirangkumkan sebagai berikut:1. Konsep ketuhanan secara evolusionistik pada dasarnya dimulai dari

tahapan : animisme, dinamisme, politeisme, henoteisme, dan akhirmonoteisme;

2. Animisme merupakan kepercayaan terhadap adanya makhluk halusatau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup ataubenda mati sekalipun. Sedangkan Dinamisme adalah kepercayaanakan adanya kekuatan atau ghaib yang terdapat pada berbagaibarang, baik yang hidup atau mati, dan kekuatan ghaibnya dipercayadapat mempengaruhi apa yang ada di sekitarnya;

3. Politeisme adalah kepercayaan terhadap makhluk-makhluk ghaibyang disebut dewa. Dan, para dewa ini selain punya nama sendiri-sendiri juga dipercaya mempunyai tugas masing-masing dalammengatur jalannya roda kehidupan ini. Sedangkan Henoteismejuga sama dengan kepercayaan politeisme, yakni percaya adanya

Konsep-konsep Ketuhanan | 39

Page 49: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pada dewa. Tetapi dalam henoteisme, dewa yang dipercaya adalahdewa terbesar sebagai pelindung dari suatu bangsa tertentu. Olehkarena itu dewa ini disebut sebagai dewa nasional.

4. Monoteisme adalah kepercayaan yang menganggap Tuhan itu hanyasatu, Dia-lah yang mencipta, memelihara, dan kemudian menghancur-kan alam semesta ini. Dia adalah penguasa Tunggal yang berbedadan berasal dari luar alam semesta ini. []

40 | Filsafat Agama

Page 50: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PendahuluanSebagaimana telah diuraikan dalam paket sebelumnya

bahwa evolusi pemikiran manusia pada dasarnya jugamempengaruhi perkembangan konsep ketuhanannya. Dalamsejarah yang ada perkembangan ketuhanan juga berawal darianimisme-dinamisme kemudian berkembang kearah politeisme-henoteisme dan dari politeisme-henoteisme menjadi monoteisme.

Dalam perkembangan konsep monoteisme pun juga mengalamiberbagai dinamika serta modifikasi konseptual berdasarkanpada tuntutan serta pluralitas pandangan manusia hinggajaman modern dewasa ini. Ada monoteisme yang berpegangpada konsep bahwa Tuhan itu bersifat imanen sekaligustranseden dengan alam semesta atau ciptaan-Nya. Ada yangberpaham bahwa Tuhan itu hanya bersifat transenden sematadan tidak bersifat imanen, sehingga Tuhan tidak mengetahuihal-hal yang detil yang ada dalam kehidupan manusia. Ada jugamenganggap sebaliknya bahwa Tuhan itu bersifat imanenterhadap alam ciptaan-Nya, dan bahkan bahwa alam ciptaan-Nya ini pada hakekatnya adalah wajah Tuhan sendiri.

Pada bab ini akan membahas berbagai corak aliran ketuhananyang ada pada jaman modern ini, seperti teisme, deisme, panteismedan panenteisme. Dengan pembahasan aliran serta corak pahammodern ketuhanan ini diharapkan mahasiswa memiliki pemahamanyang lebih luas dan mendalam tentang corak serta dinamikapemahaman ketuhanan pada jaman modern ini.

BAB VALIRAN-ALIRAN DALAM KONSEP

KETUHANAN

Aliran-aliran dalam Konsep Ketuhanan | 41

Page 51: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

A.TeismeTeisme berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Tuhan

yang tidak terbatas, antara Tuhan dan makhluk sangat berbeda.Menurut teisme, Tuhan disamping berada di alam (Imanen),tetapi dia juga jauh dari alam (Transenden). Ciri lain dari teismemenegaskan bahwa Tuhan setelah menciptakan alam, tetap aktifdan memelihara alam. karena itu, dalam teisme mukjizat yangmenyalai hukum alam diyakini kebenarannya, begitu juga do’aseorang akan digelar.

Ada beberapa tipe tentang teisme yaitu teisme rasional,dipelopori oleh Rene Descartes dan Leibnitz, teisme ekstensial,seperti Soren Kierkegaard, teisme fenomenologi seperti peterKoestenbaum, teisme empiris, seperti Thomas Reid dan sebagainya.Semua tipe tersebut berbeda pandangan dalam cara mendekatiTuhan.

Teisme juga bisa dibedakan dalam hal kepercayaan tentangTuhan dan hubungan-Nya dengan alam. Sebagian besar penganutteisme percaya bahwa materi alam adalah nyata, sedangkanyang lain mengatakan tidak nyata, itu hanya ekses dalampikiran dan idea. Sebagian teis berpendapat bahwa Tuhanmenciptakan alam dan selalu ada bersamannya, sementarayang lain yakin bahwa alam harus memiliki suatu permulaanyang berbeda. Perbedaan yang cukup menonjol dalam teismeadalah antara agama Yahudi dan Islam di satu pihak denganKristen Ortodok di pihak lain. Dalam keyakinan orang-orangYahudi dan Islam, Tuhan adalah dzat yang Esa, sedangkandalam Kristen yakin bahwa Tuhan adalah tiga pribadi (Trinitas).

Dalam agama Islam kejelasan tentang Tuhan adalah Esasekaligus transenden dan imanen. Ayat yang menunjukkankeesaan Tuhan berbunyi ”Qul Huwa Allahu Ahad” sedangkanTransendensi Tuhan dicantumkan dalam surat Al-A’raf ayat 54yang artinya, ”Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yangtelah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia ber-semayam diatas ‘Arsy”. Imanensi Tuhan dijelaskan dalam suratQaf ayat 16, yang artinya, ”Dan sesungguhnya dibisikkan oleh hati-nya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”.

42 | Filsafat Agama

Page 52: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Lebih lanjut konsep teisme dalam Islam dijelaskan oleh al-Ghozali.Menurutnya Allah adalah zat yang Esa dan pencipta alam sertaberperan aktif dalam mengendalaikan alam. Allah menciptakan alamdari tidak ada. Karena itu, menurut al-Ghozali mu’jizat adalah suatuperistiwa yang wajar karena Tuhan bisa mengubah hukum alam yangdianggap tidak bisa berubah. Menurut al-Ghozali, karena maha kuasadan berkehendak mutlak. Tuhan mampu mengubah segala ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak mutlak-Nya.

Dan tokoh Kristen yang pertama mengemukakan gagasanteisme adalah St. Agustinus. Menurutnya Tuhan ada dengansendirinya, tidak diciptakan, tidak berubah, abadi, bersifatpersonal dan maha sempurna, Tuhan adalah kekuatan yangpersonal, yang terdiri atas tiga person, yaitu Bapak, Anak,Roh Kudus, menurutnya Tuhan menciptakan alam, jauh dari alam,diluar dimensi waktu, tetapi Dia mengendalaikan setiap kejadiandalam alam, karena itu menurut Agustinus, mu’jizat adalahbenar-benar ada karena Tuhan selalu mengatur ciptaan-Nya.

Manusia, menurut Agustinus sama dengan alam, tidak abadi.Manusia terdiri atas jasad yang fana dan jiwa yang tidak mati.Setelah kematian jiwa menunggu penyatuan, baik denganjasad lain maupun dengan keadaan yang lebih tinggi yaitusorga atau neraka. Ketika dibangkitkan jiwa manusia akanmencapai kesempurnaan. Karena itu, hakikat yang sebenarnyadari manusia adalah jiwa, bukan jasadnya. Jiwa yang bersih akankembali ke penciptanya yaitu Tuhan.

Ibn maimun seorang filosof Yahudi yang berpaham teismemenyatakan, Tuhan meliputi semua posisi yang penting, tidak berjasaddan tidak berpotensi dan tidak menyerupai makhluk. Dalam hal iniTuhan sama sekali jauh dari pengetahuan dan pemahaman manusia.Bukti Tuhan memperhatikan nasib makhluknya ialah Dia memberikanni’mat kepada makhluk bertingkat tingkat.Kontribusi positif yang terdapat dalam teisme antara lain :

Pertama, hampir semua pemikir, baik ateisme maupunteisme mengakui adanya suatu realitas moral tertinggi yangperlu dianut. Namun, moral ateisme tidak bisa diidentifikasisecara jelas dan diusut asalnya, sedangkan, moral teismedapat diidentifikasikan dan diusut asalnya, yakni Tuhan.

Aliran-aliran dalam Konsep Ketuhanan | 43

Page 53: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Kedua, dalam kehidupan yang selalu berubah, teismemenawarkan suatu landasan yang kokoh. Teisme menegakkanstandar moral yang universal untuk semua manusia, bahkanuntuk semua ras. Standar nilai yang absolut ini mengunggulimoral dan tingkah laku yang dibuat oleh manusia yangbersifat relatif dan berubah.

Ketiga, sebagian besar aliran pemikiran menempatkan manusiadalam posisi tertinggi. Teisme meletakkan suatu dasar yangkokoh dalam menghargai manusia, dengan prinsip bahwamanusia adalah ciptaan Tuhan dan sekaligus wakilnya dimukabumi. Jadi, dasar ketinggian martabat manusia karena Tuhanmenciptakannya lebih tinggi daripada makhluk yang lain.

Keempat, ketika para penganut pendangan nihilisme yangmenyimpulkan bahwa hidup adalah sesuatu yang tidak bernilai, teismemenawarkan suatu tujuan tertinggi bagi kehidupan. Teismemempertegas keberadaan manusia di dunia, dari mana sedang kemanadan mau kemana. Utnuk itu, teisme menawarkan kehidupan yangabadi setelah mati.

B. DeismeKata deisme berasal dari bahasa Latin deus yang berarti

Tuhan dari akar kata ini kemudian menjadi dewa, bahkan kataTuhan sendiri masih dianggap berasal dari deus. Menurut fahamdeisme, Tuhan berada jauh dari luar alam. Tuhan menciptakanalam dan sesudah alam diciptakan, ia tidak memperhatikan danmemelihara alam lagi. Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaan.Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangatsempurna. Dalam paham deisme, Tuhan diibaratkan dengantukang jam yang sangat ahli, sehingga setelah jam itu selesaitidak membutuhkan si pembuatnya lagi. Jam itu berjalan sesuaidengan mekanisme yang telah tersusun dengan rapi.

Para penganut deisme sepakat bahwa Tuhan Esa dan jauhdari alam, serta maha sempurna. Mereka juga sepakatbahwa Tuhan tidak melakukan interbensi pada alam lewatkekuatan supernatural. Bagaimanapun, tidak semua penganutdeisme setuju tentang keterlibatan Tuhan dalam alam dan

44 | Filsafat Agama

Page 54: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kehidupan sesudah mati. Karena itu, atas dasar perbedaantersebut deisme dapat dibadi atas empat tipe yaitu:

Pertama, Tuhan tidak terlibaat dengan pengaturan alam.Dia menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya,tetapi dia tidak menghiraukan apa yang telah terjadi atau apayang akan terjadi. Kedua, Tuhan terlibat dengan kejadian-kejadianyang sedang terlangsung dialam, tetapi bukan mengenaiperbuatan moral manusia. Manusia memiliki kebebasan untukberbuat baik atau buruk, bermoral atau tidak bermoral, danjujur atau bohong, semuanya itu bukan urusan Tuhan. Ketiga,Tuhan mengatur alam dan sekaligus memperhatikan perbuatan moralmanusia. Sesungguhnya Tuhan ingin menegaskan bahwamanusia harus tunduk pada hukum moral yang telah diatetapkan dijagad raya. Bagaimanapun, manusia tidak akanhidup sesudah mati. Ketika seseorang mati, maka babak terakhirkehidupannya ditutup. Keempat, Tuhan mengatur alam dan mengharap-kan manusia mematuhi hokum moral yang berasal dari alam.Pandanganaini berpendapat bahwa ada kehidupan setelah mati.Seseorang yang berbuat baik akan dapat pahala dan yang berbuatjahat akan dapat hukuman. Pandangan tersebut berkembang danbanya dianut di Amerika dan Inggris.

Aspek positif dari deisme adalah peranan akal ditonjolkandalam deisme untuk memahami masalah-masalah agama sesecara lebih kritis. Kendati deime memberikan kotribusi yangpositif terhadap pemikiran keagamaan, namun disisi lain deismetidak luput dari kritikan dan kelemahan.

C. PanteismePanteisme terdiri dari tiga kata, yaitu Pan, berarti seluruh,

Theo, berarti Tuhan, dan Ism (Isme), berarti paham. Jadi,Pantheism atau Panteisme adalah Paham bahwa seluruhnyaTuhan. Panteisme berpendapat bahwa seluruh alam ini adalahTuhan dan Tuhan adalah seluruh alam. Tuhan dalam panteismeadalah satu dan sangat dekat dengan alam (imanen), hanyaTuhan mempunyai penampakan-penampakan atau cara beradaTuhan di alam. Tuhan dalam panteisme, disamping Esa jugaMaha Besar, dan tidak berubah. Alam indrawi adalah ilusi

Aliran-aliran dalam Konsep Ketuhanan | 45

Page 55: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

atau khayal belaka karena selalu berubah. Adapun, yang wujudhakiki hanya satu, yakni Tuhan.

Dalam Islam paham ini dikenal dengan nama Wahdat al- wujud(kesatuan wujud) yang dikemukakan oleh al-‘Arabi. Antarapaham Wahdat al- wujud dan Panteisme, disamping memilikipersamaan juga ada perbedaan. Dalam Panteisme alam adalahTuhan dan Tuhan adalah alam, sedangkan dalam Wahdat al-wujudalam bukan Tuhan, tetapi bagian dari Tuhan.

Konsep Panteisme yang paling kuno terdapat dalam agamaHindu. Agama Hindu hanya mengakui satu realitas yangtertinggi, yaitu Brahman. Brahman adalah Tuhan yang tidakdapat dilihat dengan mata, diraba dengan tangan, didengardengan telinga, dan diucapkan dengan lidah. Filosof modernyang mempelopori Panteisme adalah Benedict de Spinoza, danbeberapa tokoh mutaakhir, seperti Victor Ferkiss dan Mary Long.

Letak perbedaan antara Teisme dan Panteisme. Dalam TeismeTuhan adalah zat yang personal yang menciptakan alam,maka Tuhan dengan alam tidak sama, sebab Tuhan adalahpencipta dan alam adalah hasil ciptaan-Nya, tetapi Panteismemenganggap Tuhan adalah kesatuan umum (impersonal), yangmengungkapkan dirinya dalam alam. Dalam Panteisme segalasesuatu adalah Tuhan, tidak satu pun yang tidak tercakupdidalam-Nya dan tidak satu pun yang bisa berada tanpa Tuhan.

Sebagaimana Teisme dan Deisme, Panteisme juga memilikibeberapa kelebihan dan sekaligus kekurangan. Kelebihannya adalah:

Pertama, Panteisme diakui menyumbangkan suatu pemikiranyang menyeluruh (holistic) tentang sesuatu, tidak hanya bagiantertentu saja.

Kedua, Panteisme menekankan imanensi Tuhan, sehinggaseseorang selalu sadar bahwa Tuhan selalu dekat dengan dirinya.Dengan demikian, dia mampu mengontrol diri dan berusaha berbuatsesuai dengan ketentuan Tuhan.

Ketiga, Panteisme menegaskan bahwa seseorang tidakmampu memberi batasan terhadap Tuhan dengan bahasamanusia yang terbatas. Jika Tuhan tidak terbatas dan transenden,semua pembatasan / pengertian harus ditiadakan karena yang tidakterbatas tidak bisa ditangkap oleh sesuatu yang terbatas. Oleh

46 | Filsafat Agama

Page 56: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

karena, keberadaan Tuhan dalam alam adalah sekaligus untukmemudahkan pemahaman tentang Tuhan.

Kelemahan dari konsep Panteisme ini adalah:Pertama, Menurut panteisme yang radikal, manusia adalah

Tuhan, sedangkan Tuhan dalam pandangan ini tidak berubahdan abadi. Kenyataan manusia berubah dan tidak abadi. Karena itu,bagaimana manusia menjadi Tuhan, ketika manusia berubah,sedangkan Tuhan tidak.

Kedua, Panteisme mengatakan bahwa alam ini adalah mayabukan hakiki. Kalau ini dijadikan pegangan, maka bagaimanahalnya dengan lampu lalu lintas, apakah lampu itu maya atau benar-benar real. Kalau berpegang pada Panteisme lampu itu adalah fantasidan maya, begitu juga mobil-mobil.

Ketiga, Jika Tuhan adalah alam dan alam adalah Tuhan sebagai-mana ditegaskan oleh panteisme, maka tidak ada konsep kejahatanatau tidak ada kemutlakan kejahatan dan kebaikan.

Ada empat kemungkinan mengenai kejahatan dan kebaikan:1. Jika Tuhan sama sekali baik, tentu kejahatan berada diluar Tuhan,

tetapi hal ini mustahil karena tidak ada yang diluar Tuhan dan Tuhanadalah semuanya.

2. Jika Tuhan jahat, tentu kebaikan berada diluar Tuhan. Ini jugamustahil karena tidak ada yang diluar Tuhan dan Tuhan adalahsemuanya.

3. Tuhan adalah baik dan sekaligus jahat. Ini adalah kerancuan berpikirkarena ada dua hal yang bertentangan dalam waktu yang sama

4. Kebaikan dan kejahatan adalah ilusi. Kalau itu hanya ilusi, bagaimanaseseorang membedakan antara kesedihan dan kegembiraan, antaramemuji dan mencaci. Karena itu, moralitas dalam panteime tidakbermakna dan pondasi moral dalam panteisme tidak ada

D. PanenteismePanteisme berarti semua adalah Tuhan, tetapi Panenteisme

berarti semua dalam Tuhan. Ada beberapa perbedaan antaraTeisme klasik dan Panenteisme. Dalam Teisme Tuhan adalahpencipta dari tidak ada, berkuasa atas alam, tidak tergantungpada alam, tidak berubah, dan maha sempurna. Sedangkan

Aliran-aliran dalam Konsep Ketuhanan | 47

Page 57: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dalam Panenteisme, Tuhan adalah pengatur dari materi yangsudah ada, bekerja sama dengan alam, tergantung pada alam,berubah, dan menuju kesempurnaan.

Salah seorang pelopor Panenteisme adalah Alfred NorthWhitehead, dia seorang filosof dan ahli matematika dari Inggris.Menurut Whitehead, Tuhan bisa diklasifikasikan dalam tigakonsep yaitu :1. Konsep Asia Timur tentang tatanan yang imperasonal yang sejalan

dengan alam. Tatanan ini mengatur sendiri dalam alam; alam tidaktunduk pada suatu aturan. Konsep ini menegaskan imanensi Tuhan

2. Konsep Semit tentang suatu zat yang personal yang eksistensinyaadalah realitas metafisik yang tertinggi, absolut, dan mengatur alam.

3. Konsep Panteistik, yang sudah tergambar dalam konsep Semit.Namun, panteisme berbeda dalam memandang alam. Alam bagianyang terpisah dari Tuhan dan bersifat maya. Realitas hanya Tuhan dandalam beberapa hal, alam menampakkan diri Tuhan.

Whitehead menolak semua pandangan tersebut. Menurutnya,sebagian besar Gereja-gereja Kristen, adalah munafik karena akaldimodifikasi agar menyatakan kesatuan yang personal, disisilain ada desakan akan imanensi.

Sebagaimana konsep yang terdahulu, Panenteisme jugatidak luput dari kritikan dari penganut Teisme, antara lain adalah :1. Ide tentang satu Tuhan yang sekaligus terbatas dan tidak terbatas,

mungkin dan tidak mungkin, absolut dan relatif adalah kerancuanberpikir.

2. Ide tentang Tuhan sebagai wujud yang disebabkan oleh diri sendirimenimbulkan problem. Sulit untuk mengakui suatu wujud mampumenyebabkan dirinya sendiri.

3. Sulit untuk dimengerti bagaimana segala sesuatu yang relatif danselalu berubah, bisa diketahui kebenarannya. Mampukah seseorangmengetahui bahwa sesuatu berubah, tanpa adanya standar yang tidakberubah yang digunakan untuk mengukur perubahan ?

Para pendukung Panenteisme menghadapi suatu dilemma.Mereka meyakini Tuhan meliputi semua jagat raya dalam waktuyang sama. Namun, mereka juga meyakini Tuhan terbatas dalamwaktu dan ruang. Sesuatu yang terbatas oleh waktu dan ruang tidak

48 | Filsafat Agama

Page 58: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

mampu berfikir/mengetahui melebihi kecepatan cahaya. Karena jagatraya terlalu luas, maka seseorang yang ingin mengitarinya perluwaktu bertahun-tahun dengan kecepatan 186.000 mil per detik. Olehsebab itu, mustahil Tuhan yang terbatas oleh waktu dan ruang mampumeliputi semua jagat raya.

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat

dirangkumkan beberapa hal:1. Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa alam

diciptakan oleh Tuhan yang tidak terbatas, antara Tuhan danmakhluk sangat berbeda. Menurut teisme, Tuhan disampingberada di alam (Imanen), tetapi dia juga jauh dari alam(Transenden).

2. Deisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan beradajauh (transedens) dari alam ciptaan-Nya. Tuhan menciptakanalam dan sesudah alam diciptakan, Ia tidak memperhatikandan memelihara alam ciptaan-Nya lagi. Alam berjalan sesuaidengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketikaproses penciptaan.

3. Panteisme adalah aliran yang menyatakan bahwa seluruhalam ini adalah Tuhan dan Tuhan adalah seluruh alam. Tuhan dalampanteisme adalah satu dan sangat dekat dengan alam (imanen),hanya Tuhan mempunyai penampakan-penampakan atau caraberada tuhan di alam

4. Panenteisme adalah aliran atau paham yang menyatakanbahwa semua dalam Tuhan. Tuhan adalah pengatur dari materiyang sudah ada, bekerja sama dengan alam, tergantungpada alam, berubah, dan menuju kesempurnaan. []

Aliran-aliran dalam Konsep Ketuhanan | 49

Page 59: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sebagaimana dimaklumi bahwa jaman modern memilikikecenderungan terhadap kebebasan berpikir. Ilmu pengetahuandan logika menjadi pandu bagi perjalanan pemikiran orang modern.Sehingga tidak berlebihan jika jaman modern identik denganpemberontakan terhadap nilai atau ajaran agama. Kecenderunganini sebenarnya dapat dilacak pada sejarah ilmu pengetahuan itusendiri yang secara vis a vis dihadap mukakan dengan agama.Tonggak penting pemberontakan itu dimulai dari revolusi Kopernikandalam bidang astronomi. Dalam revolusi ini dikemukakanpandangan Nicolaus Copernicus yang dengan berani menentangparadigma geosentris (berpusat pada bumi) yang telah berabad-abad yang dipercayai pihak gereja dan memperkenalkanpandangan barunya heliosentris (berpusat pada matahari).Teori Copernicus tersebut memang pada mulanya tidak serta mertaditerima, namun sedikit demi sedikit mampu menarik perhatiansehingga muncul ilmuwan-ilmuwan lain yang mendukung teorinyaseperti Johannes Kepler dan Galileo Galilei.

Melemahnya otoritas gereja ditambah lagi denganmunculnya gerakan Protestan dan Calvinis, serta berbagaihukuman yang dilakukan oleh pihak gereja terhadap parailmuwan justru memperkuat dukungan masyarakat terhadappengetahuan ilmiah. Perkembangan di dunia sains berkembangsemakin cepat dan pesat sejurus dengan semakin runtuhnyaintegritas gereja dan para rohaniawan. Bahkan yang menarikperkembangan dalam dunia sains ini juga dipergunakan untukmemperkokoh klaim terhadap kebenaran ilmu pengetahuanatas kebenaran agama. Dari sinilah muncul berbagai penolakan

BAB VIBERBAGAI BENTUK PENOLAKAN

TERHADAP AGAMA

Berbagai Bentuk Penolakan terhadap Agama | 51

Page 60: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

terhadap agama, mulai dari Rasionalisme, empirisme, positivisme,materialisme bahkan dalam dunia psikologi seperti Freudianisme.Dalam paket ini akan diuraikan tentang aliran-aliran yangmenolak agama. Materi ini perlu disampaikan agar mahasiswamemiliki wawasan yang kritis terhadap perkembangan pemikiranmanusia terutama dibidang keagamaan dengan berbagai corakalirannya.

A.EmpirismeDavid Hume adalah tokoh fisafat Barat yang mengembangkan

filsafat empirisisme Locke dan Barkley secara konsekuen. MenurutDavid Hume manusia tidak membawa pengetahuan bawaandalam hidupnya. Sumber pengetahuannya dari pengamatan.Pengamatan memberikan dua hal yaitu :

1. Kesan –kesan ( Empressions )Kesan – kesan adalah pengamatan langsung yang diterima daripengalaman, baik pengalaman lahiriah atau batiniah, yang menampakkan diri dengan jelas, hidup dan kuat seperti merasakan tangan terbakar.

2. Idea –idea (ideas)Gambaran tentang pemgamatan yang redup, samar – samar yangdihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalamkesadaran kesan – kesan yang diterima dari pengalaman.

David Hume menegaskan bahwa pengalaman lebih memberikeyakinan disbanding kesimpulan logika atau kemestian sebab-akibat. Menurut Hume akal tidak bia bekerja tanpa bantuan pengalaman.Untuk pertama kali kita tidak mungkin menangkap idea sebab - akibatkarena kekuatan-kekuatan particular yang berjalan secara alamibelum tertangkap oleh inderanya. Begitu juga akal tidak mampusekaligus menyimpulkan berdasarkan satu peristiwa bahwa suatusebab menimbulkan akibat tertentu karena hubungan itu bias berubah –ubah dan kasuistis.

Dengan penolakan terhadap teori kausalitas, Hume menghujatargument ontologis dan kosmologis tentang keberadaan Tuhan dansekaligus membatasi kemampuan akal. Munculnya positivism yangdipelopori oleh Auguste Comte diwarnai oleh ide David hume, bahkan

52 | Filsafat Agama

Page 61: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

materialism yang biasa dikatakan sebagai puncak dari empirisismesangat terpengaruh oleh pandangan David Hume ini.

Para filosof sebelum Hume percaya bahwa alam adalahakibat (effect) dari Tuhan, Tuhan merupakan sebab (caused)alam. Menurut kategori logika, keberadaan sebab lebih dahuluketimbang akibat. Oleh karena itu, Tuhan sebagai sebab wajib ada,wujud-Nya mendahului alam, sedangkan alam sebagai akibatmungkin adanya wujud setelah Tuhan. Hume mulai menggugatdalil tersebut dengan menjungkilbalikkan teori kausalitas itu.

Menurut Hume ketika kita percaya kepada Tuhan sebagaipengatur alam ini berarti kita berhadapan dengan dilema,kita berfikir tentang Tuhan menurut pengalaman masing – masing.Hume tidak mampu membuktikan Tuhan kecuali Tuhan itu tidaksempurna seperti dunia ini. Agama berasal dari penghargaandan ketakkuatan manusia terhadap tujuan hidupnya. Itulahsebabnya manusia mengangkat dewa untuk disembah.

Hume meragukan eksistensi Tuhan karena tidak adaargument yang kuat untuk membuktikan adanya Tuhan baiksecara a posteriori maupun a priori. Kita hanya tahu alam iniadalah materi, jika kita mengasumsikan adanya kesejajaransebab akibat kita akan mengatakan bahwa alam ini disebabkanoleh sebab material, bukan sebab spiritual.

Menurutnya, sumber utama dari agama itu adalah tahayul.Manusia pertama kali menemukan cermin di alam kemudianmenciptakan Tuhan-Tuhan sesuai selera masing-masing.

Skeptisisme Hume terhadap agama juga berdasarkan determin-isme yang kaku ini. Jika Tuhan maha baik, kenapa tidak menghilang-kan kejahatan. Unutk masalah ini, dapat dijawab dengan kejahatanadalah bagian dari dunia yang tidak sempurna. Kekuasaan Tuhan tidakdiukur lewat entitas yang tidak memiliki kekuatan sama sekali ataulewat kekuatan natural. Tuhan memang berkuasa, manusia jugaberkuasa. Tuhan maha bebas, dan manusia juga bebas. Tetapikebebasan dan kekuasaan manusia lebih rendah tingkatannyaketimbang kebebasan dan kekuasaan Tuhan. Dengan demikiankesempurnaan kebebasan Tuhan diukur lewat kekurang bebasanmanusia.

Berbagai Bentuk Penolakan terhadap Agama | 53

Page 62: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. PositivismePositivisme adalah kelanjutan dari empirisme. Kalau empirisme

menekankan pada pengalaman saja dan merendahkan fungsiakal, adapun positivisme menggabungkan keduanya. Bagipositivisme, pengalaman perlu untuk mengumpulkan datasebanyak mungkin agar akal mendapatkan suatu hukum yangbersifat universal. Empisisme menerima pengalaman subjektif,sedangkan positivisme terbatas pada pengalaman yangobjektif saja.

Positivisme asal katanya adalah ”positif”, berarti yangdiketahui, yang faktual, dan yang positif. Segala uraian yangdi luar fakta atau kenyataan dikesampingkan. Oleh karenaitu, metafisika ditolak. Apa yang diketahui secara positif adalahsegala yang tampak dan yang dapat diukur. Dengan demikianpositivisme membatasi filsafat dan ilmu pada bidang gejala-gejalasaja. Gejala-gejala disusun dalam hukum-hukum tertentudengan melihat hubungan antara gejala tersebut. Setelah hukumitu tersusun, barulah seseorang melihat ke masa depan untukmengembangkan ilmu.

Positivisme memandang agama sebagai gejala peradabanmanusia yang primitive. August comte, tokoh positivisme, membagiumat sejarah manusia atas tiga tahap. Pertama, tahap teologis,yaitu manusia masih terpaku pada hakikat ‘batin’ segala sesuatu,sebab pertama, dan tujuan terakhir. Jadi seseorang masih percayakepada Yang Mutlak. Tahap ini terbagi lagi atas tiga tahap, yaituanimisme, politeisme, dan monoteisme. Kedua, tahap metafisika,yaitu perubahan bentuk saja dari zaman teologis. Kekuatan-kekuatan adikodrati yang berupa dewa diganti dengankekuatan yang abstrak lewat proses generalisasi. Ketiga, tahappositif, yaitu ketika orang sadar bahwa tidak ada gunanya untukberusaha mencapai pengenalan, baik teologis maupun metafisis.Zaman ini sesesorang tidak mau lagi meneliti awal dan tujuanalam semesta, tetapi berusaha menemui hukum-hukum kesamaanyang ada di belakang fakta lewat pengamatan dan akalnya.Tujuan tertinggi dari zaman ini akan tercapai, bilamana segalagejala telah dapat disusun dan diatur di dalam satu fakta yangumum saja.

54 | Filsafat Agama

Page 63: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Comte berpendapat bahwa tiga tahap perkembangan manusia tidaksaja berlaku bagi suatu bangsa atau suku, tetapi juga individu danilmu. Ketika masa kanak-kanak, seseorang menjadi teolog. Ketikaremaja, dia menjadi metafisikus, dan ketika dewasa dia menjadipositivis. Ilmu juga demikian , pada awalnya ilmu dikuasai oleh teologis,sesudah itu diabstraksikan oleh metafisika, dan akhirnya barudicerahkan oleh hukum-hukum positif.

Dengan demikian, seorang positivis membatasi duniapada hal-hal yang bisa dilihat, yang bisa diukur, dan yang bisadibuktikan kebenarannya. Karena agama maksudnya Tuhantidak bisa dilihat, diukur, dan dibuktikan, maka agama tidakmempunyai arti dan faedah. Suatu pernyataan dianggap benaroleh positivisme apabila pernyataan itu sesuai oleh fakta, contoh adabadak bercula satu di ujung kulon. Jika memang ada badak berculasatu disana berarti, pernyataan itu benar, dan jika sebaliknya, berartipernyataan itu salah.

Ukuran ini, dalam epistemologi, disebut dengan teorikorespondensi, yaitu suatu pernyataan dinyatakan benar apabilacocok dengan fakta empiris. Selain itu para positivismeberpendapat, menyibukkan diri dalm hal-hal yang demikian(eksistensi tuhan, agama) adalah sia-sia. Lebih baik menyibukkandiri pada hal-hal yang mungkin diketahui, yaitu gejala-gejalayang telah dikenal atau yang disajikan dengan panca indra.

C. MaterialismeMaterialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan

bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalahmateri. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semuafenomena adalah hasil interaksi material. Materi adalah satu-satunya substansi. Dalam memberikan penjelasan tunggal tentangrealitas, materialisme berseberangan dengan idealisme.

Materialisme tidak mengakui entitas-entitas nonmaterialseperti :  roh,  hantu,  setan  dan malaikat.  Pelaku-pelaku    immaterialtidak ada. T idak ada Allah atau dunia adikodrati/supranatural.Realitas satu-satunya adalah materi dan segala sesuatumerupakan manifestasi dari aktivitas materi. Materi danaktivitasnya bersifat abadi. Tidak ada Penggerak Pertama atau

Berbagai Bentuk Penolakan terhadap Agama | 55

Page 64: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sebab Pertama. Tidak ada kehidupan, tidak ada pikiran yangkekal. Semua gejala berubah, akhirnya melampaui eksistensi,yang kembali lagi ke dasar material primordial, abadi, dalam suatuperalihan wujud yang abadi dari materi.

1. Definisi materialismeKata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Dalam kamus

besar bahasa indonesia materi adalah bahan; benda; segala sesuatuyang tampak.

Masih dari kamus yang sama disebutkan bahwa materialis adalahpengikut paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkankebendaan(sepertihalnya harta,uang, dan lain sebagai).

Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segalasesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaansemata-mata dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasialam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika adakata benda berhubungan dengan kata isme maka artinya adalahpaham atau aliran.

2. Ciri-ciri paham materialismSetidaknya ada 5 dasar ideologi yang dijadikan dasar keyakinan

paham ini :a. Segala yang ada(wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi(ma’dah).b. Tidak meyakini adanya alam ghaibc. Menjadikan panca-indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmud. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan hukume. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq.

D. FreudianismeIstilah Freudianisme mungkin tidak lazim digunakan

dibandingkan dengan Marxisme. Freudianisme bukan merupakansebuah idiologi, tetapi lebih mendekati suatu paham atau aliran.Istilah Freudianisme tidak sepopuler Marxisme. Freudianismedigunakan dalam tulisan ini untuk menunjukkan pemikiran SigmundFreud yang berpengaruh pada agama, terutama tinjauannya dariaspek psikologi. Kendati Sigmund Freud berbeda dengan karlmarx dalam beberapa hal. Keduanya sama-sama menganut

56 | Filsafat Agama

Page 65: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

teori relativisme. Relativisme psikologi Freud memperkuat relativismesosiologi yang dikemukakan Marx. Baik Freud maupun Marxsebenarnya terpengaruh oleh Feurbach, terutama dalam konsepproyeksi. Namun, Freud menjadikan konsep proyeksi sebagai dasarajarannya.

Salah satu jasa Freud yang banyak diakui oleh para ahliadalah teori psikoanalisis yang berguna untuk merawat orangsakit jiwa. Adapun pandangannya tentang agama tercantumdalam t iga karyanya, yait u Totem and Taboo, The Future anillusion, dan Moses and Monotheism. Menurut Freud, hidupmanusia mengandung misteri dan penderitaan. Seseorangmerasakan penderitaan yang disebabkan oleh teman-temannya,penderitaan dari bencana alam, dan akhirnya penderitaanmengingat kematian, yang merupakan suatu misteri yang tidakmungkin diketahui artinya. Dalam keadaan yang amat sukar itulahmanusia ingin mencari pemecahan.

Langkah pertama untuk memecahkan problem ini, menurutFreud, adalah menganggap bahwa alam itu seperti manusia. Didalamalam ada kekuatan-kekuatan yang merupakan person. MenurutFreud, peristiwa seperti bencana alam adalah sesuatu yangjelas dan logis, semestinya manusia tidak lagi mencari sesuatudi balik itu. Menurut Sigmund Freud, kepercayaan keagamaan itutidak ada dasarnya sebab kepercayan tersebut dapat diterangkandari segi psikologi.

Manusia, menurut Sigmund Freud, pada hakikatnya merasaaman dikandungan ibunya. Setelah dia lahir, mulai merasakankenyamanan sehingga mulai terasing dan terpisah dari dunianyaman. Dari sini muncul konflik dalam dirinya, yaitu keinginanuntuk hidup nyaman dan tidak keterbedayaan untuk kembalipada dunia yang nyamn tersebut. Kemudian timbul kebimbangan.Kebimbangan ini mencari tempat yang aman,yaitu agama.Agamalah yang memberikan alternatif untuk itu. Artinya, orangyang beragama sama dengan orang yang putus asa dan lari darikenyataan untuk mencari perlindungan sebagaimana dia dalamkandungan.

Agama, demikian Freud, mengajarkan bahwa alam diciptakanoleh pencipta yang mirip manusia, tetapi lebih agung dan

Berbagai Bentuk Penolakan terhadap Agama | 57

Page 66: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

berkuasa dalam beberapa hal. Bahkan pencipta itu digambarkansebagai Tuhan Yang Esa, kendati dipercayai juga Tuhan yang banyak.Anehnya, Tuhan itu selalu digambarkan dengan laki-lakibukan perempuan.

Fungsi lain dari agama, menurut Freud adalah ajaranmoral yang dapat juga dihubungkan dengan masa kanak-kanak.Orang beragama, demikian Freud, tidak ubahnya seperti anakkecil yang perlu bimbingan tersebut. Tuhan menjalankandunia dengan memberikan aturan-aturan, pahala dan dosa.Sebagaimana Feurbach dan Marx, Freud menginginkan manusiakembali pada kesejatian dirinya, yaitu dengan meninggalkanilusi dan ketergantungan kepada Tuhan.

RangkumanDari uraian tersebut di atas, maka pada dapat dirangkumkan

beberapa hal terkait dengan bentuk aliran atau pemikiran yangmenolak Tuhan, yakni :1. Pemikiran atau aliran Empirisme menolak agama dari sudut teori

kausalitas. Berdasarkan teori ini kaum empirisme sampai padakesimpulan bahwa eksistensi Tuhan wajib diragukan karena tidakbukti baik a posteriori maupun a priori

2. Pemikiran atau aliran positivisme yang merupakan kelanjutan dariempirisme memiliki pandangan bahwa hanya pengalaman obyektifsajalah yang wajib dipercayai. Oleh karena itu positivisme sangatmenolak segala hal yang bersifat metafisik termasuk agama;

3. Pemikiran atau aliran materialisme lebih menekankan pandangannyaterhadap keberadaan yang bersifat material. Hal-hal yang bersifatbatiniah atau spiritual menurut aliran materialisme harus disingkirkan.

4. Pemikiran atau aliran Freudianisme menyatakan bahwa agamamerupakan hasil proyeksi semata dari kondisi psikologis manusia.Bahkan Freud menyatakan bahwa agama merupakan produk dari orang-orang tidak dewasa (infantil). Dan, jika disuatu masa psikologismasyarakat sudah dewasa dan matang, maka dengan sendirinyaagama akan hilang dengan sendirinya.

58 | Filsafat Agama

Page 67: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB VIIARGUMEN-ARGUMEN TENTANG ADANYA

TUHAN

PendahuluanKeyakinan dan kepercayaan akan keberadaan Tuhan, merupakan

pondasi dan asas yang paling penting bagi seluruh agama. Aturankeagamaan inilah yang melandasi segala aktifitas dan perilakumanusia yang beragama pada seluruh dimensi kehidupannya,inilah sebuah landasan kepercayaan akan eksistensi Tuhan.Semakin tinggi kepercayaan kepada Tuhan, semakin intens pulahubungan ia kepada-Nya, dan semakin sempurna pengamalanatas ajaran-ajaran agama.

Pengetahuan yang pasti akan wujud Tuhan, meniscayakanpengetahuan sempurna akan sifat-sifat-Nya. Salah satu sifatTuhan adalah Maha Mengetahui. Jadi, apabila manusia meyakiniakan wujud Tuhan -yang merupakan sebab hadirnya segalaeksistensi yang bergradasi dari yang paling tinggi hingga yangpaling rendah. Maka hal itulah yang menjadi konsekuensinya.kesadara bahwa yang paling mengetahui akan keberadaan dirinya,sifat-sifatnya dan kebutuhan substansialnya adalah Tuhan SangPencipta, akan muncul dengan sendirinya sebagai bias daripengetahuannya akan wujud Tuhan.

Dalam paket ini akan dibahas tentang bukti atau argumen-argumen tentang adanya Tuhan. Materi ini diberikan dengan tujuanagar mahasiswa memiliki wawasan yang mendalam tentang argumen-argumen adanya Tuhan sehingga dapat meningkatkan kualitaskeyakinan atau keimanannya.

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 59

Page 68: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ARGUMEN-ARGUMEN TENTANG ADANYA TUHANIstilah argumen atau argumentasi tentang adanya Tuhan

pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk membuktikankeberadaan Tuhan dalam melalui jalan pemikiran. Istilah inimemang sering diperdebatkan karena sifatnya teoritis dan abstrak.Namun istilah ini dipandang bersifat moderat oleh sebagaianpemikir atau teolog mengingat penggunaan istilah ”argumen”dapat menjembatani antara istilah ”bukti” dan ”jalan”. Hal ini dapatdimaklumi karena istilah ”bukti” dipandang oleh para pemikirkeagamaan atau teolog berbau saintis dan empiris. Sedangkanuntuk memahami Tuhan orang tidak perlu membuktikan-Nya.Tuhan sangat jelas bagi orang-orang yang mempercayainya. Olehkarena itu banyak pemikir ketuhanan atau teolog menyarankanistilah ”jalan”. Istilah ini menunjukkan pada dimensi perspektifalakal pikiran manusia bukan dalam kerangka untuk membuktikansecara empiris tetapi lebih bersifat pilihan dari pengalamanmanusia dalam bergaul dalam dimensi kehidupannya. Tetapi sekalilagi istilah ”jalan” seolah-olah menunjukkan kondisi pasif dari akalpikir manusia dalam upaya memahami adanya Tuhan. Makaistilah ”argumen” disini masih relevan untuk dipergunakan

A.Argumen Pengalaman Rasional Adanya TuhanArgumen Pengalaman rasional adanya Tuhan pada dasarnya

merupakan pengalaman akal manusia dalam rangka menemukankebenaran berdasarkan prosedur yang bersifat logis dansistematis. Argumen pengalaman rasional yang selama ini dikenaladalah : argumen ontologis, argumen kosmologis, dan argumen teleologis.

a. Argumen ontologisIstilah ontologis berasal dari kata ”ontos” dan ”logos”. ”ontos”

berarti ”sesuatu yang berwujud”, dan ”logos” adalah ilmu atauteori. Dengan demikian, ontologi dapat diartikan sebagai teori/ilmu tentang wujud atau hakikat yang ada. Argumen ini padadasarnya hendak menyatakan bahwa wujud Tuhan dapat dilacakdari wujud Alam ini. Artinya, jika wujud alam tidak sempurna danberubah-ubah dan tidak kekal, maka pasti ada suatu wujudyang sangat sempurna dan kekal sebagai dasar penciptaan

60 | Filsafat Agama

Page 69: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dan tujuan dari seluruh wujud alam yang tidak sempurna ini, itulahyang dinamakan wujud Tuhan.

Argumen ontologis ini dipelopori oleh Plato (428-348 SM)dengan teori idea-nya, yang menyatakan bahwa setiap yang adadi alam ini pasti ada idenya. Yang dimaksud dengan ide olehPlato adalah definisi atau konsep universal dari segalasesuatu yang ada. Sedangkan idea sendiri berada di luar alamyang tampak ini dan bersifat kekal. Ide yang bersifat kekaldan yang menjadi dasar bagi alam tampak itu dinamakanide kebaikan atau The Absolute Good (Yang Mutlak Baik).

Argumen Ontologis lainnya dikemukakan oleh Santo Agustinus(354-430 M). Menurut St. Agustinus, manusia dapat mengetahuidari pengalamannya bahwa di dalam alam ini terdapatkebenaran. Namun, pada saat yang sama, akal manusia juga dapatmeragukan akan kebenaran yang diketahuinya. Dari sini akalmanusia mengetahui bahwa pasti ada kebenaran tetap dantidak berubah-ubah yang menjadi sumber dan tujuan bagiakal manusia dalam mengetahui apa yang benar. Kebenarantetap dan kekal itu merupakan kebenaran mutlak dan kebenaranmutlak itu yang disebut dengan Tuhan.1

Selain kedua tokoh tersebut, yang juga mengajukanargumen ontologis adalah Al-Farabi (872-950), seorangfilosof muslim. Menurutnya, wujud yang sempurna dan palingawal mau tidak mau harus berwujud. Sebab, pada kenyatannyayang menjadi sebab dari segala yang eksis adalah unik danpertama. Yang unik ini adalah kebenaran yang pertama dantidak tergantung kepada wujud selain-Nya. Dengan kata lain,tidak ada wujud yang melebihi kesempurnaan-Nya dan lebihdahulu dari-Nya. Menurut Al-Farabi, Dia-lah kekal dan abadi.2

b. Argumen kosmologisArgumen Kosmologis ini disebut juga dengan argumen

sebab akibat. Argumen Kosmologis ini berasal dari Aristoteles(384-322 SM), yakni teori holymorphismenya. Menurut Aristoteles,

1 Nasution, Falsafat, hal. 542 M. Fakhry, ”The Ontological Argument in the Arabic Tradition: the Case ofAl-Farabi”, ’Studia Islamic’, (paris: G-P Miasonneuve-larose. MCMLXXXVI), hlm, 57

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 61

Page 70: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

setiap benda yang ditangkap oleh panca indera pasti terdiri darimateri (matter) dan bentuk (form). Bentuk (form) memberi hakekatpada materinya (matter). Materi dan Bentuk selamanya satu. Tidakada materi tanpa bentuk, sebaliknya juga demikian. Bentuklahyang membuat materi berubah dengan arti materi berubahuntuk mendapat bentuk tertentu.

Sebelum materi memperoleh bentuk tertentu, materimempunyai potensi untuk menjelma menjadi benda yangdimaksud. Potensi yang ada dalam materi menjelma menjadihakikat atau aktualitas karena bentuk. Oleh karena itu, materidisebut potensialitas dan bentuk aktualitas.

Dengan demikian antara materi dan bentuk terdapat hubungangerak. Bentuk memberikan gerak sedangkan yang digerakkanadalah materi. Materi adalah suatu potensialitas karena ituakan berubah dan bergerak. Sebaliknya, bentuk adalah aktualitasyang tidak bergerak dan kekal. Sebagai aktualitas bentukadalah sempurna, sedangkan materi sebagi potensial tidaksempurna. Gerak ini jika dirunut lebih lanjut akan berujungpada penggerak pertama yang tidak bergerak lagi. Penggerakpertama ini haruslah merupakan akal yang sempurna. Karenapenggerak pertama ini adalah sempurna tidak berhajat pada yanglain, maka arah pemikirannya adalah diri sendiri. Akal serupa iniadalah akal yang suci. Akal inilah Tuhan.

Dalam pandangan Aristoteles, Penggerak Yang Tidak Bergerakbukanlah zat personal, tetapi impersonal. Dan waktu itu tidakmenjadi masalah pokok benar, apakah Tuhan mengadakandari ada atau dari tidak ada. Yang jelas adalah bahwapenggerak pertama, adalah pengertian Aristoteles adalahzat yang immateri, abadi dan sempurna.

Argumen kosmologis ini juga dipergunakan oleh Al-K indi(769-873) dalam memberikan argument tentang adanyaTuhan. Menurutnya, alam ini diciptakan dan penciptanyaadalah Allah. Segala yang terjadi dalam alam mempunyaihubungan sebab akibat. Sebab mempunyai efek kepadaakibat rentetan sebab musabab ini berakhir pada suatusebab pertama, yaitu Allah pencipta alam. Pencipta alam,menurut al-kindi, esa dari segala bentuk dan Dia berbeda

62 | Filsafat Agama

Page 71: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dengan alam. Tiap-tiap benda, demikian al-K indi, memiliki duahakikat, yaitu hakikat partikular (juz’i) yang disebut aniah danhakikat universal (kulli), yang disebut mahiah, yaitu hakikat yangbersifat universal yang terdiri genus dan species.3

Sementara Ibn Sina menambahkan bahwa Tuhan wajibwujudnya sebagaimana bapak wajib wujudnya karena adaanaknya, dan begitu juga adanya pedang mewajibkan adanya pandaibesi. Wajib Wujud Esa, sempurna, sederhana, dan berpikir tentangdirinya. Karena itu Ibn Sina juga mengatakan Tuhan adalah pikiran,Karena itu, Ibn Sina juga mengatakan Tuhan adalah, yang memikirkan,dan yang dipikirkan. (‘aql, ‘aqil, ma’qul).

Dalam dunia pemikiran Kristen, argumen kosmologis inipernah dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-1274). Dan diamendasari argumennya pada kebenaran alam dengan menggunakandalil-dalil rasional. Karena itu, dia mengemukakan lima argumendalam membuktikan keberadaan Tuhan yaitu: Argumen pertama berdasarkan pada sifat gerak; terbukti dan

jelas dengan pancaindra kita bahwa alam bergerak. Dengandemikian, sesuatu yang digerakkan tentu digerakkan oleh yang lainkarena tidak ada sesuatu yang bergerak kecuali potensi menjadiaktus, sebab, gerak sendiri adalah suatu perubahan dari potensi keaktus.

Argumen kedua berdasarkan pada kausalitas. Di alam indrawi kitamenemui suatu petunjuk tentang sebab pembuat (efficient cause).Tidak ada peristiwa yang diketahui sesuatu menjadi sebab efisienbagi dirinya sendiri sebab itu harus lebih dahulu ketimbang dirinya.Sebab-sebab efisien tidak mungkin berlanjut tanpa batas karenadalam semua sebab efisien mengikuti aturan; yang pertama adalahsebab dari sebab perantara, dan sebab perantara adalah dari sebabtertinggi. Jadi, untuk menetapkan sebab harus pula mengakui akibat.

Argumen ketiga dibangun atas konsep kemungkinan dan kemestian.Kita menemukan di alam sesuatu mungkin terjadi dan mungkintidak terjadi karena sesuatu itu bertambah dan berkurang. Karenaitu, wajar saja kalau sesutu itu tidak ada (menjadi). Tetapi mustahiljuga baginya untuk selalu ada karena pada suatu saat pernah tidak

3 Nasution, Falsafat, hal. 53

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 63

Page 72: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ada. Jika setiap sesuatu tidak menjadi, kemudian pada suatu saattidak ada dalam eksistensi, sebab yang tidak ada dimulai adanyalewat sesuatu yang sudah pernah ada.

- Argumen keempat, berdasarkan pada konsep gradasi. Di alam nyata, dijumpai ada yang lebih dan ada yang kurang baik, benar, mulia, dansebagainya. Namun, lebih dan kurang adalah keterangan tentangsesuatu yang berbeda sesuai dengan keserupaannya dalam cara-cara yang berbeda, yaitu sesuatu yang maksimum, ketika sesuatudikatakan lebih panas menurut sesuatu yang hampir menyerupaiyang lebih panas; jadi, ada sesuatu yang paling panas, paling benar,paling baik, dan paling mulia sebagai alat ukur. Akibatnya, harusada sesuatu yang paling di atas itu senua. Dan itu harus palingtinggi dalam kebenaran dan paling besar dalam eksistensi.

- Argumen kelima dinyatakan lewat keteraturan dunia. Kita memerhati-kan sesuatu yang kurang, seperti benda-benda alam memilikiaktivitas dan tujuan. Dan ternyata aktivitsnya selalu dalam carayang sama atau hampir sama untuk meraih hasil yang terbaik.Karena itu, sangat tidak masuk akal kalau mereka mencapai tujuanitu secara kebetulan. Sesuatu yang cerdas harus ada karena semuamakhluk diarahkan untuk mencapai tujuan mereka; dan sesuatu itukita namakan Tuhan.

c. Argumen TeleologisArgumen ini didasarkan pada kenyataan alam semesta

ini sangat teratur. Logikanya, jika sesuatu tercipta karena kebetulan,maka tidak akan ada keteraturan. Alam ini dibuat teratur untukmenjadi sarana bagi manusia. Alam yang teleologis (Telos berartitujuan; teleologis berarti serba tuju) yaitu alam yang diatur menurutsesuatu tujuan tertentu. Dengan kata lain alam ini dalam keseluruhan-nya ber- evolusi dan beredar kepada suatu tujuan tertentu. Bagian-bagian dari alam ini mempunyai hubungan yang erat satu denganyang lain dan bekerjasama dalam menuju tercapainya sutu tujuantertentu, yaitu menuju kebaikan dunia dalam keseluruhan. Di duniaini manusialah makhluk yang tertinggi karena mempunyai akal-pikiran. Diantara segala makhluk yang ada di dunia ini manusialahyang dapat memikirkan kepentingan dan kebaikan untuk duniadalam keseluruhannya. Maka tujuan dari evolusi di dunia ini ialah

64 | Filsafat Agama

Page 73: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

terwujudnya manusia yang mempunyai akal yang lebih sempurnadan tinggi untuk dapat memikirkan dan mengusahakan kebaikandan kesempurnaan dunia ini dalam keseluruhan. Alam dan isinyaberedar dan berevolusi bukan dengan cara kebetulan semata, tetapiberedar dan berevolusi kepada tujuan tertentu, yaitu kebaikanuniversal di bawah pimpinan manusia yang bermoral tinggi, makamestilah ada suatu dzat yang menentukan tujuan itu dan membuatalam ini beredar dan berevolusi kearah tersebut. Dzat inilah yangdisebut Tuhan.

B. Pengalaman Moral Adanya TuhanArgument moral ini dipelopori pertamakali oleh Immanuel

Kant (1724-1804 M). Kant berpendapat bahwa manusiamempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa danhati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajibanuntuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk danmenjalankan perbuatan-perbuatan baik. Kant berpen dapatbahwa perbuatan baik menjadi baik tidak karena akibat-akibat baikyang timbul dari perbuatan itu dan tidak pula karena agama mengajar-kan bahwa perbuatan itu baik. Sesuatu perbuatan adalah baik, karenamanusia tahu dari perasaan yang tertanam dalam jiwanya bahwaia diperintahkan untuk mengerjakan yang baik itu. Perasaan manusiabahwa ia berkewajiban dan diperintah untuk berbuat baik danuntuk menjauhi perbuatan-perbuatan buruk, tidak diperolehdari pengalaman di dunia, tetapi dibawa manusia sejak lahir. Dengandemikian perintah tersebut berasal dari suatu dzat yang tahu akanbaik dan buruk. Dzat inilah yang disebut Tuhan.

Perbuatan baik dan buruk mengandung arti nilai-nilai. Nilai-nilaiitu bukan berasal dari manusia tetapi telah terdapat dalamdirinya. Nilai-nilai ini berasal dari luar manusia, dari suatudzat yang lebih tinggi dari manusia, dan dzat inilah yangdisebut Tuhan. Selanjutnya adanya nilai itu mengandung artiadanya pencipta nilai. Pencipta nilai itulah yang disebut Tuhan.

C. Pengalaman Keindahan Adanya TuhanArgumen pengalaman keindahan adanya Tuhan ini pada

dasarnya adalah pengembangan dari argumen teleologis dan

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 65

Page 74: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

argumen moral, yang menyatakan bahwa tantanan dunia dankeberadaan manusia sendiri telah menyiratkan tanda-tanda selainteratur dan serba menuju kearah kebaikan (Summun Bonum), jugamengisyaratkan adanya konfigurasikan yang sangat indah sekali.Manusia sangat menyadari bahwa keindahan yangada di dunia inisangatlah terbatas dan rapuh. Artinya, kualitas keindahan yang ada dialam nyata ini mudah sekali luntur dan pupus. Meskipun demikiankualitas keindahan itu tidak pernah hilang sama sekali. Dengandemikian, kualitas keindahan ini jika dirunut lebih mendalamtentu memiliki dasar pada keindahan yang sangat sempurna danunik, serta kekal.

Dengan kata lain, adalah mustahil kualitas keindahan itutidak memiliki hakekat tersendiri yang terlepas darikesementaraan keindahan yang ada ruang semesta ini.Prof. Rasyidi, dalam bukunya, Filsafat Agama (1978) pernahberujar, ”Kalau alam ini adalah ciptaan dari Dzat Yang TidakTerbatas (infinite mind), maka keindahan itu ada artinya.Dengan perkataan lain, kalau Tuhan ada maka pengalamankeindahan alam adalah suatu hal yang harus dirasakan”.Pengalaman estetis (keindahan) apapun bentuknya berasaldari Tuhan karena Tuhan adalah ”Seniman” Yang MahaSempurna. K ita bisa memandang keindahan dan merasakannyasebagai salah satu bukti adanya Tuhan. Rasa indah hadirkarena sense of art atau sense of beauty yang inhern dimilikimanusia. Sense of beauty inilah yang melahirkan ekspresirasa indah.4

D. Pengalaman Sejarah Adanya TuhanArgumen pengalaman sejarah sebenarnya pengembangan

dari argument teleologis, dimana dalam pengalaman danpergaulan manusia dengan alam semesta ini menemukanjejak dan struktur alam semesta yang secara tersirat memilikiarah dan tujuan. Artinya, struktur alam semesta dan dinamikayang ada di salam semesta ini bukan tidak memiliki tujuan

4 David Trueblood, Philosophy of Religion: Filsafat Agama , Terj. Rasjidi (Bulan Bintang:Jakarta,1986),hal.72

66 | Filsafat Agama

Page 75: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

atau bersifat acak (random), tetapi jika dicermati lebihmendalam akan terlihat bahwa alam semesta ini bergerakkearah atau tujuan tertentu. Dan, adalah mustahil jika alam inimemang tersusun dan memiliki struktur yang jelas sertamengarah ke arah tujuan tertentu tidak dicipta atau disengajatercipta.

Demikian juga jika kita melihat rekam atau jejak sejarahyang terjadi dalam kurun-kurun sejarah kehidupan manusia, makaakan jelas bahwa perjalanan hidup sejarah manusia ternyata tidakbersifat acak (random) tetapi memiliki logika atau arah tertentuyang seolah-olah ada yang menghendaki. Rasjidi, menyebut selainada logika, perjalanan sejarah ternyata juga memiliki rencara ataudesign yang sedemikian rupa sehingga perjalanan sejarah ini memilikiarti dan makna bagi kehidupan manusia sendiri (infinite purposed).5

Apalagi jika jejak dan rekam sejarah ini dikaitkan denganagama, maka kita melihat benar tujuan dan arah jelas bagidi lahirkannya agama-agama dalam kurun-kurun sejarah kemanusiaan.Dan, melalui sejarahlah Tuhan tampaknya berpartisipasi mengarahkanagar kehidupan manusia menjadi terpelihara serta berjalan sesuaidengan takdir hidupnya.

E. Pengalaman Keagamaan Adanya TuhanArgumen pengalaman keagamaan (religious expriences)

adalah argumen yang didasarkan pada pengalaman manusia ketikabertemu serta bergaul dengan Tuhan atau yang diyakininya sebagaiTuhan. Pengalaman keagamaan berbeda dengan pengalaman lainnya.Pengalaman keagamaan berhubungan dengan sesuatu yang sifatnyanon-materi atau eksistensi non-materi; misalnya pengalamankeagamaan dalam merasakan hadirnya Tuhan, nirwana, ataumerasakan manefestasi Tuhan pada sesuatu atau seseorang, sepertijika seseorang merasakan manifestasi hadhrat Isa yang hadirdalam diri seseorang, melihat malaikat atau berbicara dengannya.Pengalaman-pengalaman seperti ini biasanya disebut juga denganpengalaman mistis atau pengalaman sufistik.

Pengalaman keagamaan adalah sebuah pengalaman yang

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 67

5 Lihat: Rasjidi, Filsafat, hal. 73

Page 76: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dianggap oleh pelaku pengalaman tersebut sebagai pengalamankeagamaan, artinya bahwa pelaku pengalaman tersebut meyakinibahwa dalam menjelaskan pengalaman tersebut, tidak cukupdengan penjelasan-penjelasan seperti pada umumya, tapi harusdijelaskan dengan doktrin-doktrin agama. Pelaku pengalamantersebut tidak menerima jika pengalaman yang dialaminya disebab-kan oleh faktor-faktor physiology atau lingkungan yang ada disekitar-nya. Dia menganggap pengalaman yang dialaminya adalah hasil daridialog Tuhan atau pertemuan Tuhan dengannya, dan pengalaman-nya dia tafsirkan berdasarkan doktrin-doktrin agama. Namun hal inibukan berarti bahwa apa yang dialaminya betul-betul memilikirealitas, karena mungkin saja apa yang dialaminya telah bercampurdengan imajinasi-imajinasi dia sendiri, atau boleh jadi disesatkanoleh syaitan. Namun meskipun demikian halnya, pengalamannyamasih bisa disebut dengan pengalaman keagamaan.

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat

difokuskan dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.1. Argumen adanya Tuhan adalah proposisi yang berisi tentang bukti-

bukti atau dalil tentang adanya Tuhan. Argumen adanya Tuhanmemang banyak sekali, namun yang terkenal adalah argumentpengalaman rasional, pengalaman moral, pengalaman keindahan,pengalaman sejarah dan pengelaman keberagamaan;

2. Argumen pengamalan rasional adalah pengalaman akal manusiadalam rangka menemukan kebenaran berdasarkan prosedur yangbersifat logis dan sistematis. Argumen ini terdiri dari argumentontologis, argument kosmologis, dan argument teleologis;

3. Argumen pengalaman moral adalah argument yang didasarkanpada adanya perintah dalam hati nurani manusia untuk berbaik. Jadimenurut argumen ini orang menjalankan kebaikan bukan karenanilai atau perintah dari agama, tetapi karena dalam diri manusiatelah tertanam moral innate (moral bawaan) yang mengharuskanorang berbuat baik.

4. Argumen pengalaman keindahan adanya Tuhan ini pada dasar-nya adalah argumen yang menyatakan bahwa keindahan yang ada didunia ini sangatlah terbatas dan rapuh. Tapi kualitas keindahan itu

68 | Filsafat Agama

Page 77: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

tidak pernah hilang sama sekali. Dengan demikian, kualitas keindahanini jika dirunut lebih mendalam tentu memiliki dasar atau ber-sumber pada keindahan yang sangat sempurna, unik, dan kekal.

5. Argumen pengalaman sejarah adalah argument yang menyatakanbahwa dalam perjalanan sejarah menunjukkan jejak atau designyang memiliki tujuan yang sangat bermakna terutama bagikehidupan manusia sendiri;

6. Argumen pengalaman keagamaan (religious expriences) adalahargumen yang didasarkan pada pengalaman manusia ketika ber-temu serta bergaul dengan Tuhan atau yang diyakininya sebagaiTuhan. []

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 69

Page 78: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PendahuluanKeyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan sebagai Dzat

yang Maha Mutlak merupakan hal yang sangat penting ditanamkandalam diri seseorang. Dengan kepercayaan dan keyakinankepada Tuhan Dzat yang Maha Mutlak akan menyadarkan kitabahwa segala yang ada baik alam semesta maupun isinyaadalah bersumber dari Tuhan.

Berbeda dengan orang yang tidak memiliki kepercayaankepada Tuhan, hidupnya akan senantiasa di dera rasa ragu,bimbang, dan bahkan penuh dengan kekhawatiran kehidupannya.Karena keyakinan atau kepercayaan terhadap Tuhan, akan memberikanketeguhan dan mandirian sikap dalam menghadapi apa pundalam hidup dan kehidupannya. Demikian juga orang yangpercaya pada Tuhan akan memiliki kepasrahan dalam dirinya.Sehingga orang tersebut akan memiliki kepastian dalamhidupnya. Meyakini dan mempelajari sifat-sifat Tuhan yang serbamaha, akan menimbulkan perasaan dalam diri manusia akanserba keterbatasannya. Dengan keyakinan tersebut manusiaakan dapat memperkecil bahkan menghilangkan rasa egoisme yangsering menyesatkan hidupnya.

Dalam bab ini akan dibahas tentang Tuhan sebagai Dzatyang Mutlak, yang memberikan dasar bagi keyakinan ataukepercayaan hidup bagi manusia terutama dalam menghadapikehidupannya. Pembahasan tentang Tuhan sebagai Dzat yangMutlak diberikan kepada mahasiswa agar mahasiswa selaindapat memahami juga dapat membentuk sikap yang lebih realitisdalam menghadapi hidup dan kehidupannya.

BAB VIIITUHAN SEBAGAI DZAT YANG MUTLAK

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 71

Page 79: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

TUHAN SEBAGAI DZAT YANG MUTLAKSebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan

bahwa keyakinan atau kepercayaan (baca : Iman) kepada Tuhansebagai dzat yang Mutlak akan memberikan pengaruh yangsangat positif terhadap hidup kehidupan orang mempercayainya.Hal ini dapat dimaklumi mengingat dalam hidup dan kehidupanmanusia selalu berhadapan dengan permasalahan-permasalahanyang kadangkala tidak selamanya mendapat jawaban ataupenyelesaian dalam realitas kehidupannya.1 Bahkan, dalam kajiansosiologis ketika kehidupan manusia tidak dapat melepaskandiri dari tiga situasi kritis (breaking point), yakni : ketidak-mampuan, ketidakberdayaan dan kelangkaan, manusia akhirnyamentransendensikan pengalaman tersebut kearah institusiagama. Dari paparan ini, maka dapat dikatakan bahwa agama ataukepercayaan kepada Tuhan masih tetap relevan dalam kehidupanbermasyarakat.

Hanya saja pertanyaan yang harus dijawab sekarangadalah apa dan bagaimanakah Tuhan yang dipercaya dandiyakini oleh manusia itu sendiri ? Artinya, apakah jaminannyabagi manusia yang mempercayai bahwa Tuhan akan memberikanjawaban atau mengabulkan permintaan manusia untuk mengatasipermasalahan hidup dan kehidupannya ? Persoalan inilah yangsangat krusial dalam sejarah pemikiran keagamaan.

Dalam sejarah pemikiran manusia telah membuktikan bahwapercaya atau yakin kepada Tuhan bukan perkara yang mudah.Berbagai pemikiran yang muncul dari barisan kelompok ateismetelah banyak membuktikan. Sigmund Freud sendiri yang sejakawal tidak mempercayai adanya keyakinan terhadap Tuhanmenyatakan bahwa : ”Ide Tuhan adalah ide yang muncul daribayang-bayang orang mempercayainya, dan sungguh-sungguhtidak pernah ada secara obyektif Tuhan yang merekapercayai itu”.2 Sedangkan bagi aliran deisme dan panteisme, Tuhan

72 | Filsafat Agama

1 Permasalahan hidup manusia pada dasarnya dapat dipilah menjadi dua, yakni :permasalahan yang bersifat langsung (immediate problem) dan permasalahanyang bersifat mutlak, yang menyangkut hal-hal yang sangat azasi (ultimateproblem), seperti: kemana sebenarnya tujuan hidup kita ?, mengapa kita dilahirkandengan jenis kelamin tertentu ?, dan lain sebagainya.

Page 80: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

juga tidak merepresentasikan dzat yang jelas dan kabur. Tuhan dalampandangan deisme adalah first cause (sebab pertama). Tuhan hanyamerupakan sebab pertama yang diperlukan oleh akal manusiauntuk memahami mesin dunia, tetapi Tuhan semacam itu bukanfactor yang aktif dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan dalamkonsepsi seperti ini yakni sebab pertama tidak memungkinkanadanya mu’jizat, do’a dan inayah Ilahi.

Sementara, Tuhan dalam konsepsi panteisme juga tidakmerepresentasikan Tuhan yang hidup. Tuhan dalam panteismedigambarkan sedemikian lekat dengan dalam alam semesta ini.Tuhan dipersamakan dengan alam dan menghilangkan perbedaanantara Khalik (sang Pencipta) dan Makhluk (yang dicipta). Merekabersemboyan bahwa : ”kita tidak perlu menunjukkan buktitentang adanya Allah, sebab Allah dapat dilihat di segala tempatdan waktu”.3 Dengan konsepsi ini maka Tuhan itu dipercaya menjiwaidunia sebagaimana ”nyawa” saya menjiwai badan saya. DenganTuhan sebagai nyawa dunia, tak ada barang yang di luar Allahdan Tuhan tak berwujud terpisah dari wujud alam.

A.Tuhan sebagai Dzat PersonalBerbeda dengan kaum ateis dalam memahami kepercayaan

adanya Tuhan yang bersifat impersonal, kelompok umat beragamaatau orang-orang percaya dan yakin akan adanya Tuhan, percayadan yakin (baca: Iman) bahwa Tuhan adalah Dzat yang MahaSempurna dan Maha Kuasa. Tuhan juga diyakini memiliki sifat-sifatNya seperti Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Penyayang akanselalu menyertai umatnya terutama dalam menghadapi kesusahandan penderitaan dalam hidupnya. Tuhan dengan sifat-sifat-Nya inipada umumnya dipercaya dan diyakini oleh penganut agamasebagai Dzat Personal.

Tuhan yang personal ini memang banyak terdapat dalam pahamagama-agama semitik, seperti Yahudi, Kristen, dan Islam. KonsepTuhan dalam agama ini jelas identitas diri-Nya (setiap agama memilikinama Tuhan) dan aktif serta memiliki berbagai sifat kesempurnaan.

2 Lihat: Rasjidi,Filsafat, hal.1573 Rasjidi,Filsafat, 158

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 73

Page 81: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Yang jelas Tuhan personal bukan hasil ide atau pikiran manusia,tetapi didapati dari informasi wahyu yang dibawa oleh para utusanTuhan. Personifikasi Tuhan tercantum dalam Kitab Suci, yaitu Tuhanadalah pencipta alam semesta dan sekaligus pemeliharaannya.Tuhan juga dalam Kitab Suci disebut sebagai Maha Kuasa, MahaMendengar, Maha Tahu, dan sebagainya yang mana menunjukkankesempurnaan.

Pada prinsipnya, Tuhan yang personal yaitu :1] Tuhan personal menekankan pada identitas Tuhan sebagai zat yang

sempurna dan perlu disembah sebagai wujud pengabdian makhlukkepada penciptanya.

2] Tuhan personal berasal dari petunjuk Wahyu, oleh karena itu Tuhandalam agama adalah zat Pencipta, dan sekaligus pemelihara alam.

3] Tuhan personal mengakui bahwa Tuhan adalah Zat yang sama sekaliberbeda dengan makluk.

4] Tuhan personal menonjolkan perbedaan antara makhluk denganTuhan sebagai pencipta.4

Namun demikian, Tuhan personal tidak luput dari kritikandan kelemahan. Komentar datang dari para pemikir modern. Menurutpara pemikir modern, Tuhan personal cocok untuk masyarakatprimitif yang menganggap bahwa mereka saja yang berhak memilikiTuhan seperti yang mereka gambarkan sendiri. Tuhan yang demikiansudah ketinggalan zaman sebab Tuhan yang dibutuhkan sekarangadalah Tuhan yang universal dan tidak milik golongan tertentu.

Kierkegaard, tokoh eksistensialis abad ke-19, memandangTuhan personal dari perspektif yang berbeda. Dia beranggapanbahwa personifikasi Tuhan sesuai dengan kepentingan setiapindividu. Karena itu, dia menolak Tuhan yang supra-personal danTuhan yang objektif. Tuhan, demikian Kierkegaard, adalah subjektifbukan wujud yang objektif. Tuhan sesuai dengan apa yang digambarkanoleh kepentingan manusia.5

74 | Filsafat Agama

4 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata pemikiran dan Kepercayaan Manusia.

Page 82: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

B. Tuhan bersifat Imanen sekaligus TransendenSementara itu berbeda dengan pandangan deisme dan

panteisme yang merepresentasikan Tuhan yang tidak seimbang, yaknideisme menekankan pada transendensinya, sedangkanpanteisme menekankan pada imanensinya, maka kelompokteisme memahami bahwa Tuhan yang bersifat personal itu bersifatimanen sekaligus transenden. Dalam pengertian ini, Tuhansetelah menciptakan alam, tetap aktif dan memelihara alam. karenaitu, dalam teisme mukjizat yang menyalahi hukum alamdiyakini kebenarannya, begitu juga do’a seorang dipanjatkan. Jadiberbeda dengan paham deisme yang menyatakan bahwa Tuhansetelah menciptakan alam kemudian mengambil jarak transendensiseperti seorang tukang jam yang membuat jam, kemudian jam itu ber-jalan sesuai dengan hukum-hukum mekanis yang telah ditanam dijam tersebut.

Sebaliknya, dalam paham teisme Tuhan juga sangat dibedakandengan ciptaan-Nya. Tuhan diyakini dan dipercaya sangat berbedadengan alam yang telah diciptakannya ini.

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat

difokuskan dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan sebagai Dzat yang

Mutlak merupakan keniscayaan bagi seorang yang beragama ataumempercayai bahwa Tuhan memang Ada;

2. Tetapi pada kenyataan keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhanyang Maha Mutlak bukanlah persoalan yang mudah. Argumen danpemikiran kelompok ateisme dalam sejarah pemikiran keagamaanmembuktikan bahwa kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhansebagai Dzat yang Maha Mutlak bukan persoalan yang mudah.

3. Tuhan bagi penganut yang mempercayai dan meyakininya a dalahdzat personal yang dipercaya memiliki sifat-sifat personal dandapat diajak berdialog melalui do’a untuk dapat membantumengatasi atau menjawab persoalan hidup dan kehidupan manusia;

Argumen-argumen Tentang Adanya Tuhan | 75

5 Ibid, 202

Page 83: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Tuhan dalam pandangan penganut yang meyakini dan mempercayaiadalah Dzat yang bersifat Transenden sekaligus imanen denganalam ciptaan-Nya. []

76 | Filsafat Agama

Page 84: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PendahuluanDalam pembahasan terkait dengan Tuhan bersifat transenden

dan imanen, maka secara implisit memuat problem yangmengikutinya, yakni bagaimana dengan kebebasan manusia jikaTuhan bersifat imanensi dan trandensi dalam dunia ini. Katakanlahjika Tuhan bersifat imanen dalam kehidupan manusia, lantasbagaimanakah tindakan manusia ? Apakah perbuatan manusiabaik dan buruk adalah akibat langsung dari Tuhan, sebagaimanapaham Jabariah (predestination) ataukah sebaliknya dengan sifatTransenden-Nya apakah perbuatan manusia merupakan akibatlangsung dari tindakan manusia ?

Persoalan tentang kekuasaan Tuhan dan Kebebasan manusiamemang sangat menarik sekaligus sangat sulit untuk didiskusikandalam sejarah pemikiran keagamaan yang ada. Keduanya salingmemiliki pengaruh timbal balik secara logis. Artinya, jika kebebasanmanusia ditekankan, maka dengan sendirinya Kekuasaan Tuhan punmenjadi lemah, demikian juga sebaliknya. Jika kekuasaan Tuhanmendapatkan porsi yang kuat maka dengan sendiri kebebasanmanusia menjadi lemah. Terkait dengan permasalahan ini, HarunNasution memberikan deskripsi yang sebagai keyakinan padakesanggupan akal dan pada kebebasan manusia mempunyaipengaruh terhadap konsep kehendak mutlak Tuhan. Jika keyakinanpada kebebasan dan kesanggupan manusia membawa kepadaketidak-absolutan kehendak Tuhan, keyakinan pada ketergantungan

BAB IXKEKUASAAN TUHAN

DAN KEBEBASAN MANUSIA

Kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia | 77

Page 85: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

manusia sepenuhnya pada Tuhan membawa kepada keyakinankemutlakan kehendak Tuhan.1 Disinilah titik krusialitasnyapermasalahan ini.

Dalam bab ini akan dibahas permasalahan terkait dengankekuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia. Permasalahan diberikankepada mahasiswa dengan harapan mahasiswa memilikipengetahuan dan pemahaman yang memadai serta kritis terkaitdengan permasalahan tersebut.

KEKUASAAN TUHAN DAN KEBEBASAN MANUSIASebagaimana telah dikemukakan dalam pendahuluan bahwa

persoalan kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia memangsangat rumit untuk dibahas dan dipikirkan. Kedua persoalan itusaling terkait satu dengan lain membentuk korelasi yang bersifatcovalensi, artinya, ketika kita menekankan pada sisinya akan ber-akibat melemahkan pada sisi yang lain, demikian sebaliknya. Olehkarena itu pembahasan tentang kekuasaan Tuhan dan kebebasanmanusia harus didiskusikan secara simultan.

Sebagaimana dipahami bahwa keinginan manusia untukhidup dengan bebas merdeka merupakan salah satu keinginan insaniyang amat mendasar.2 Karena adanya naluri manusia yang tidakingin terikat oleh aturan-aturan yang menjadikan belenggukarena manusia memiliki potensi yang lebih tinggi dari padapotensi hewan. Potensi ini adakalanya tergolong potensi-potensiemosional dan kecenderungan insaniah yang tinggi atau kategoriindrawi yang kognusif. Potensi inilah yang merupakan kemampuanyang intrinsik dan kebutuhan manusia yang mendasar untukhidup bebas, bagaimana keadaan sekelilingnya, baik itu menekan,menonjolkan atau menenggelamkan individu oleh karena itu,kebebasan merupakan kebutuhan dasar manusia dan kebutuhanyang bersifat fundamen.

Titik tolak untuk mempersoalkan kebebasan manusiadan jawaban-jawaban yang diberikan terhadap persoalan itu bukan

78 | Filsafat Agama

1 Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Cet. Ke-1,(Universitas Indonesia Perss: Jakarta, 1987), hal. 472 Nico Syukur Dister OFM, Filsafat Kebebasan, Kanisius, Yogyakarta, 1988, hlm. 5

Page 86: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

saja sering kali tidak sama, bahkan tidak jarang saling bertentangan.Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pemikiran tentangkebebasan selalu mengandung kontroversi. 3

Perselisihan pendapat itu dapat dimengerti bila kita menyadaribahwa kebebasan manusia bukanlah kebebasan mutlak atau”murni” melainkan kebebasan yang relatif, karena dibatasioleh situasi dan kondisi manusia Sebagai kebebasan yangrelatif atau ”bersituasi”, kebebasan manusia selalu tercampurdengan ketidakbebasan.4 Akan tetapi sebagai situasi dan kondisimanusia bukanlah satu-satunya faktor yang menghalangi ataumembatasi kebebasan. Di luar situasi yang sifatnya tertentumanusia tidak mungkin bertindak bebas. Dengan kata lain, dalamkebebasan manusia terkandung berbagai aspek atau komponenyang saling mempengaruhi dan terjalin satu sama lain.

Sebagai contoh sebab terjadinya kontroversi tersebutterdapat dalam tubuh umat beragama, yang pada akhirnyamenimbulkan pula dua golongan atau aliran yang punya pendapatberlawanan tentang kebebasan ini, yaitu aliran fatalistis danpredistinasi dan aliran free will atau free act. Menurut aliranpertama, perbuatan bukanlah timbul dari daya dan kemampuanyang bebas dari manusia. Dalam aliran ini manusia tidakmempunyai kemerdekaan.

Menurut aliran kedua, manusia mempunyai kebebasan dalamkehendak dan dalam menentukan perbuatan-perbuatannya.Manusia secara merdeka berbuat apa yang dikehendakinya.Dalam hal perbuatan-perbuatannya tidak terikat pada kekuasaandan kehendak mutlak Tuhan.5 Dalam pada itu perlu ditegaskanbahwa kebebasan dalam Islam tidak bersifat absolut, dalamIslam yang mempunyai keabsolutan dan ketidakterbatasanhanyalah Allah sedangkan yang lain mempunyai terbatas .

Manusia sebagai makhluk individu dan kolektif selaluterdorong oleh kecenderungan yang tiada habisnya untukmerealisasikan diri. Tujuan kecenderungan ini adalah kemerdekaan

Kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia | 79

3 Franz Magnis-Suseno SJ., Pemikiran Soedjatmoko tentang Kebebasan,PT GramediaPustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. xvii4 Syukur Dister, Filsafat, hal. 65 Harun Nasution, Falsafat Agama, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1973, hlm. 102-103

Page 87: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

otonomi dan kedewasaan. Cita-cita kepribadian yang merdekadan berdiri sendiri inilah yang dimaksud dengan kemerdekaanatau kebebasan dalam artian yang luhur. Kebebasan sebagaiarah dan tujuan hidup kita selaku manusia adalah kepribadianatau kedirian yang sifatnya sedemikian rupa sehingga orangnyabebas dari beraneka ragam alienasi yang menekannya, dan bebaspula untuk kehidupan yang utuh, tak tercela, berdikari dan kreatif.Pendek kata : kebebasan sebagai kesempurnaan eksistensi kita.6

Kebebasan adalah fitrah manusia yang diberikan oleh Allah.7

Kebebasan itu merupakan tabiat manusia. Kebebasan juga suatuhal yang penting bagi setiap pribadi, sebagaimana pentingnyaudara bagi paru-paru dan sinar bagi penglihatan serta ruhbagi jasad manusia. Kedatangan agama Islam, memproklamasikankebebasan manusia dan menjaganya dari tekanan-tekanan, baikdalam kebebasan beragama, berpolitik, berpikir, berusaha, bertindakmaupun dalam mendapatkan kedudukan, dan lain-lainnya,sehingga terjaminlah kebebasan dan seluruh harkat hidup manusia.

Untuk melihat persoalan secara proporsional, perlu dianalisislebih dalam tentang hubungan kehendak dan kekuasaan mutlakTuhan dan kebebasan manusia. Kebebasan manusia tidak bersifatmutlak karena dirinya terbatas oleh materi. Seandainya kehendakmanusia bisa tidak terbatas, tetapi kemampuan dia untukmelakukan kehendak itu tetap terbatas oleh materi, ruang, danwaktu, serta dirinya sendiri. Jadi, tidak semua kehendak manusiadapat dilaksanakannya.8 Artinya, manusia terbatas ketikaberhadapan dengan bidang materi. Namun, dalam bidangmetafisika, terutama agama manusia lebih lebih bebas sebabyang membatasinya tidak ada dalam bentuk materi. Dia bebasuntuk percaya kepada Tuhan atau tidak sebab tindakan yangsemacam itu tidak ada hukum yang mampu membatasinya.

Dengan latar belakang tersebut maka kita dapat memposisikankedua pandangan tersebut sebagai hal yang menarik untukdiperbandingkan, yakni pandangan antara Jabariyah dan Qadariyah

80 | Filsafat Agama

6 Syukur Dister OFM, Filsafat, hal. 47-487 Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika Dalam Islam, PT Intermasa, Jakarta, 1981, hlm.1298 Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Agama I, Logos, Jakarta, 1997, hlm. 211

Page 88: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dalam kancah pemikiran tentang kebebasan manusia.Golongan Jabariyah sebagai pelanjut paham salah satu aliran

dalam teologi Islam yang pertama kali ditonjolkan oleh Alja’d ibnDirham dan disebarkan oleh Jahm ibn Safwan. Aliran ini berkembangpesat dalam kekuasaan Daulat Umayah (661-750 M). NamaJabariyah berasal dari kata Arab jabara yang berarti alzama hu bifi’lihi, yaitu berkewajiban atau terpaksa dalam pekerjaannya. Manusiatidak mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu ataumeninggalkan suatu perbuatan dengan kemauannya sendiri, tetapiharus mengikuti apa yang telah digariskan Tuhan. Manusia tidakmempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukankehendak atau melakukan perbuatannya. Sebaliknya ia terpaksamelakukan kehendak atau perbuatannya sebagaimana telah ditetap-kan Tuhan sejak zaman azali. Dalam filsafat Barat aliran ini disebutFatalism atau Predistination.9

Adapun ajaran-ajaran Jabariyah dapat  dibedakan menjadi  duakelompok, yaitu ekstrim dan moderat.

Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Jahm binShofwan dengan pendapatnya adalah bahwa manusia tidak mampuuntuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyaikehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahmtentang keterpaksaan ini lebih dikenal dibandingkan denganpendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuhan,meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga danneraka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan imandalam pengertianya adalah ma’rifat atau membenarkan denganhati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan olehkaum Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyaikeserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, danmelihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan indera matadi akherat kelak.Aliran ini dikenal juga dengan nama al-Jahmiyyah atau Jabariyah Khalisah.

Ja’ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokokdari Jabariyahadalah Alquran adalah makhluk dan sesuatu

9 Ali Mudhofir, Teori Dan Aliran Dalam Filsafat Dan Teologi, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta, 1996, hal. 117

Kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia | 81

Page 89: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada Allah. Allah tidakmempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara,melihat dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalamsegala hal.

Dengan demikian ajaran Jabariyah yang ekstrim mengatakan bahwamanusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dankehendak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebassebagaimana dimilki oleh paham Qadariyah. Seluruh tindakandan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari scenario dankehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterimaoleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakanketentuan Allah.

Kedua, ajaran Jabariyah yang  moderat  adalah  Tuhanmenciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif,tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yangdiciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkanperbuatannya. Manusia juga tidak dipaksa, tidak sepertiwayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadipencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatanyang diciptakan tuhan. Tokoh yang berpaham seperti ini adalahHusain bin Muhammad an-Najjar yang mengatakan bahwa Tuhanmenciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambilbagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itudan Tuhan tidak dapat dilihat di akherat. Sedangkan adh-Dhirar(tokoh jabariayah moderat lainnya) pendapat bahwa Tuhandapat saja dilihat dengan indera keenam dan perbuatan dapatditimbulkan oleh dua pihak.

Qadariyah adalah salah satu aliran dalam teologi Islamyang berpendirian bahwa manusia memiliki kemerdekaandan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Manusiamempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkanperbuatan-perbuatannya. Dengan demikian nama qadariyahberasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrahatau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukanberasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk

82 | Filsafat Agama

Page 90: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

pada qadar Tuhan. Dalam istilah Inggris faham ini dikenal dengannama free will dan free act.10

Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentangajaranQadariyah bahwa  manusia  berkuasa  atas  perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatanbaik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiripula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutanjahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Tokoh an-Nazzammenyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengandaya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya.

Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusiadilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyaikewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknyasendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karenaitu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannyadan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatanyang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakandengan balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa denganbalasan neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihanpribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Karena itu sangatpantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannyasesuai dengan tindakannya.

Faham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbedadengan konsep yang umum yang dipakai oleh bangsa Arabketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib manusiatelah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya, manusiahanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejakazali terhadap dirinya. Dengan demikian takdir adalah ketentuanAllah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruhisinya, sejak azali, yaitu hokum yang dalam istilah Alquran adalahsunnatullah.

Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memilikitakdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam demensi fisiknyatidak dapat bebruat lain, kecuali mengikuti hokum alam.Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai

Kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia | 83

10 Ibid, hal. 205

Page 91: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84 | Filsafat Agama

sirip seperti ikan yang mampu berenang di lautan lepas.Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan sepertigajah yang mampu membawa barang seratus kilogram.

Dengan pemahaman seperti ini tidak ada alasan untukmenyandarkan perbuatan kepada Allah. Di antara dalil yangmereka gunakan adalah banyak ayat-ayat Al Qur’an yangberbicara dan mendukung paham itu :

”Kerjakanlah apa yang kamu kehendaki sesungguhnya Iamelihat apa yang kamu perbuat”. (QS. Fush-Shilat [41] : 40).

”Katakanlah kebenaran dari Tuhanmu, barang siapa yang mauberiman maka berimanlah dan barang siapa yang mau kafir makakafirlah”. (QS. Al-Kahfi [18] : 29).

”...... dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperanganUhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipatkepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata:”Darimana datangnya (kekalahan) ini” ? Katakanlah : ”Itu dari(kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atassegala sesuatu”. (QS.Ali Imran [3] :165)

”Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehinggamereka merubah keadaan [Tuhan tidak akan merubah Keadaanmereka, selama mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduranmereka.] yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS.Ar-R’d [13] : 11)

Page 92: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dari uraian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa menurutpaham Jabariyah perbuatan manusia sangat ditentukan olehkekuasaan Allah semata, Manusia digambarkan sepertikapas yang melayang di udara yang tidak memiliki sedikit pun dayakecuali ditentukan dan digerakkan oleh arus angin. Sedangkan,paham Qadariyah sebaliknya  menyatakan  bahwa  perbuatanmanusia ditentukan dan dikerjakan oleh manusia, bukan Allah.Perbuatan manusia sepenuhnya tergantung pada kekuatandan kebebasannya.

Pada perkembangan selanjutnya, paham Jabariyah seringdisebut sebagai paham tradisional dan konservatif dalamIslam, sedangkan paham Qadariyah disebut sebagai pahamrasional dan liberal. Meskipun demikian kedua paham teologiIslam tersebut tetap berlandaskan diri pada dalil-dalil naqly (agama)dan aqly (argumen pikiran). Di negeri-negeri kaum Muslimin, sepertidi Indonesia, yang dominan adalah paham Jabariyah. OrangMuslim yang berpaham Qadariyah merupakan kalangan yangterbatas atau hanya sedikit dari mereka.

Kedua paham teologi Islam tersebut membawa pengaruhmasing-masing bagi penganutnya. Bagi penganut paham Jabariyah melihat peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya denganyang relative sederhana, karena semua peristiwa dipandangsudah kehendak dan ditentukan oleh Allah. Sedang, bagi penganutpaham Qadariyah, menyikapi  peristiwa  hidup  dengan  aktif  danmendalam, karena semua peristiwa yang berkaitan denganperbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan oleh manusiamelalui pertimbangan pikirnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalampaham Qadariyah  (Free will), selain manusia dinyatakan sebagaimakhluk yang merdeka, juga adalah makhluk yang harus bertanggungjawab atas perbuatannya. Sebaliknya dalam paham Jabariyah(Predestination), seluruh perbuatan manusia sudah dittentukanatau ditakdirkan oleh Allah.

Kekuasaan Tuhan dan kebebasan manusia | 85

Page 93: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

RangkumanDari paparan tersebut di atas, maka ada beberapa hal yang

perlu dirangkumkan sebagai berikut :1. Persoalan kekuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia merupakan

dua hal sisi mata uang yang satu dengan lainnya sangat terkait.Artinya, jika orang menekankan pada kekuasaan Tuhan maka dengansendirinya kebebasan manusia menjadi terbatas. Demikian sebalik-nya jika orang menekankan pada kebebasan manusia, makakekuasaan Tuhan juga menjadi terbatas.

2. Permasalahan kekuasaan Tuhan dan Kebebasan Manusia dalamkonteks kehidupan manusia akan menimbulkan persoalan, apakahperbuatan manusia itu bebas atau Free will, atau sebaliknyaperbuatan manusia sangat ditentukan oleh kehendak Allah(predestination) ?

3. Penganut Freewill menyatakan bahwa seluruh perbuatan manusiaadalah murni akibat dari kebebasan manusia dengan segalapert imb anga n da n keput usannya. Sed angka n p enga nutPredestination menganggap bahwa perbuatan manusia seluruhnyaditentukan oleh kehendak dan kekuasaan Allah.

4. Dalam teologi Islam persoalan Freewill atau Qadariah dan Jabariyah(Predestination) juga menjadi perdebatan yang sangat hangat, tetapiberbeda dengan perdebatan yang ada dikalangan filsafat agamaBarat, di dalam Islam persoalan Qadariah dan Jabariyah tetapmenggunakan landasan Naql dan Aqly Islami. []

86 | Filsafat Agama

Page 94: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PendahuluanMisteri kematian senantiasa menjadi pertanyaan sangat

menarik bagi manusia sepanjang sejarahnya. Semua manusiaingin mengetahui apa yang akan terjadi setelah kita mati. Adayang mengatakan bahwa mati itu akan membuat diri manusiaberganti substansi seperti halnya mahluk lainnya, yakni binatangdan tumbuh-tumbuhan, dan akan mengalami proses alamiahnyadimana badan atau tubuhnya akan membusuk, hancur danakhirnya akan musnah ditelan bumi. Namun, penjelasan ini rupanyatidak pernah dapat memuaskan sebagian besar manusia.Kebanyakan manusia akan berpikir, bahwa kalau dirinya matikelak meskipun badannya ini akan membusuk, hancur dan musnah,tetapi manusia yakin bahwa jiwanya yang tidak tunduk padahukum alam akan senantiasa hidup dan tidak menghilang begitu saja.

Jika demikian lantas, pertanyaannya adalah apa yangakan terjadi dengan jiwa manusia setelah mati ? Kalau memangjiwa manusia tidak hilang setelah kemantian, bagaimanakondisi jiwa kita setelah mati. Lalu, jika ada hidup setelah mati, bagai-mana bentuk serta kondisi kehidupan setelah mati itu ? Ini semuaselalu menjadi pikiran setiap manusia. Namun demikian bukanberarti semua orang terpesona dengan pertanyaan atau faktakematian, bahkan ada sebagian penganut ateisme menyangkalkehidupan setelah mati. Sigmund Freud, ahli psikoanalis, mengatakanbahwa yang paling ditakuti oleh manusia adalah kematian.Karena kematian itu tidak dapat ditolak, dia mencari perlindungan kepadahal yang bersifat supernatural, yaitu Tuhan. Tuhan adalah imajinasi

BAB XADANYA HIDUP SESUDAH MATI

Adanya hidup sesudah mati | 87

Page 95: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dia sendiri yang seakan-akan dapat membantu untukmenyelesaikan misteri yang paling ditakutinya. Jadi, menurutFreud, manusia yang percaya kepada Tuhan adalah manusiayang lemah dan butuh perlindungan kepada zat yang lebihbesar. Hal tersebut tidak ubahnya seperti anak kecil yang masihbutuh bimbingan orang tua. Sementara, Sartre, seorang tokoheksistensialis, yang sangat menekankan pada kebebasanmanusia, akhirnya ia mengakui bahwa manusia tidak bebas lagiketika menghadapi kematian. Bagi Sartre, maut adalah sesuatuyang absurd. karena kematian tidak bisa ditunggu, melainkanhanya bisa diharapkan akan datang.

Bab ini akan membahas persoalan hidup sesudah mati.Materi ini diberikan agar mahasiswa memiliki pengetahuan danpemahaman tentang konsep serta bukti-bukti adanya hidupsesudah mati. Dan dapat mengambil hikmah dari materi tentangadanya hidup sesudah mati.

ADANYA HIDUP SESUDAH MATISebagaimana dimaklumi bahwa manusia sebagai makhluk

yang memiliki eksistensi yang unik. Ia tidak seperti makhluklainnya, manusia ingin mengatasi wujudnya melalui aktualisasikongkrit. Dengan kata lain eksistensi manusia adalah prosesmengadanya di dunia ini. Oleh karena itu manusia selalu ingin”menjadi” sebagai kemungkinan ultimasinya. Yang menarik dalamproses ultimasinya, manusia sangat terpesona terhadap faktakematian. Dalam tradisi filsafat eksistensialis, kematian merupakansalah satu kemungkinan ultimasi yang paling menyita perhatiandibanding dengan tema-tema eksistensi lainnya dalam kehidupannya.

Kematian memberikan sejuta misteri yang tidak pernahselesai untuk digali dalam sejarah pemikiran manusia. Kematian bagisebagian orang memang sangat menakutkan karena ia akanmerampas seluruh hidup dan kehidupannya. Kematian akan”membendakan” dinamika kehidupan manusia. Ia akan menyekapmanusia dalam keheningan dan kebekuan yang panjang dan takterkirakan. Dengan kata lain, kematian adalah proses ultimasiyang sangat ekstrim mengakhiri aktualisasi total kehidupan

88 | Filsafat Agama

Page 96: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

manusia. Disanalah seluruh jalan menjadinya manusia berakhir.Namun demikian, kematian juga memberikan daya pesona yang

sangat luar biasa bagi manusia. Karena kematian adalah kerinduanyang paling mendalam bagi eksistensi untuk berlabuh dengantenang pada posisi terminal dan menentramkan. Kematian akanmembuktikan betapa perjalanan eksistensinya akan menjadibermakna. Itulah puncak ultimasi manusia dalam meraih maknadalam hidup dan kehidupannya. Ketegangan antara takut danpesona terhadap fakta kematian inilah yang membuat SigmundFreud sampai pada pernyataan : ”Dan akhirnya ada suatu teka-tekipenuh dengan rasa kesaktian, yaitu teka-teki mati. Teka-teki itutidak ada obatnya pada waktu ini, dan kiranya tidak akan adaobatnya di kelak kemudian hari”.1

Persoalan yang kemudian mengemuka sejurus denganfakta kematian adalah apakah kematian memang akanmerampas dan membekukan manusia dalam kemusnahantotal ? Bagaimanakah nasib jiwa manusia dengan hancurnyatubuh setelah mati ?, apakah ia juga akan musnah atau masihtetap ada menuju pada proses selanjutnya ? Pertanyaan-pertanyaanini sangat menggoda manusia untuk dijawab.

Para filosof sejak jaman dulu sudah berupaya untukmencari jawaban yang memadai tentang kematian, tetapisebagaimana nasib renungan spekulatif lainnya, uraian tentangkematian atau adanya kehidupan sesudah mati selalu mengalamipro dan kontra yang tidak pernah usai. Plato (427-347 S.M.)membahas kematian berdasarkan teori idea-nya, yakni berangkatdari dikotomi dunia menjadi dunia ruhani (dunia idea, duniaimmateri) dan dunia jasmani (dunia materi). Menurut Platosebelum seseorang lahir ke dunia dia berada dalam wujudsebagai jiwa murni dan hidup dalam kawasan yang lebihtinggi. Di kawasan ini dia dapat memandang suatu dunia ruhani.Di sinilah jiwa mengarungi pengetahuan tentang ide dalamcara hidup yang kontemplatif. Sejak dahulu jiwa telah beradadi kawasan itu dan oleh karena itu, menurut Plato, jiwa itu baka.Sebenarnya pandangan Plato yang demikian ini, merupakan

Adanya hidup sesudah mati | 89

1 Rasjidi, Filsafat, hal. 177

Page 97: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

warisan dari gurunya, Socrates. Bagi Socrates, jiwa manusiamerupakan bagian dari Tuhan yang membimbing manusia dalamsegala perbuatannya.

Selanjutnya Plato menyatakan, bahwa semenjak kelahiranjiwa terperosok masuk ke dalam tubuh. Tubuh yang merupakanunsur materi ini, menjadi penghalang bagi jiwa. Jiwa yangselalu bergerak terhalang olehnya dan dalam hal ini jiwabagaikan tahanan yang meringkuk dalam penjara tubuh.Pandangan jiwa menjadi terhalang. Pengamatan inderawimenghalangi pandangan jiwa dan mengakibatkannya semakinjauh dari kebenaran. Gerakan jiwa merupakan wujud darikeinginannya untuk lepas dari belenggu tubuh. Lalu, mengapajiwa menginginkan keluar dari belenggu tubuh? Hal itudisebabkan jiwa memiliki asal-usul yang lebih luhur daripadakenyataan dunia ini. Karena itu dia tidak tergantung padaproses perubahan terus menerus tetapi dia dekat dengan duniaabadi yang terdiri atas ide-ide. Dunia konkret ini hanyalahsekedar bayangan dari dunia abadi itu. Bila tubuh musnahmaka jiwa tetap hidup.2 Orientasi jiwa selalu ke dunia ruhani(dunia immateri), dia selalu memberontak terhadap tubuh danpada akhirnya dia berhasil keluar dari belenggu materi, kembalike asalnya yang baka. Keberhasilan jiwa lepas dari belanggutubuh, itulah kematian.

Dengan demikian menurut Plato, kematian adalahterpisahnya bagian ruhaniah, yaitu jiwa, dari bagian fisik,yaitu badan. Setelah terpisah dari tubuh, jiwa dapat berjumpa danbercakap-cakap dengan ruh orang lain yang telah meninggal,dan dibimbing oleh ruh pelindung melalui peralihan darikehidupan fisik ke dunia selanjutnya. Dia menyebutkanbagaimana beberapa orang mengharapkan dijemput olehsebuah perahu pada waktu kematian mereka, yang akanmembawa mereka mengarungi lautan menuju ”pantai seberang”.Lebih lanjut Plato menegaskan bahwa jiwa yang telah terpisahdari tubuh pada waktu kematian dapat berpikir dan memper-

90 | Filsafat Agama

2 van Peursen, 1988 : 42

Page 98: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

timbangkan segala sesuatunya dengan lebih jelas dari sebelum-nya. Segera setelah kematian—kata Plato, jiwa menghadapi”pengadilan” tempat suatu ”makhluk” Yang Agung memperlihat-kan di hadapannya semua yang telah dilakukannya, apakah itubaik atau buruk, dan memaksa jiwa menghadapinya.

Berbeda dengan Plato, sang murid, Aristoteles, dalammemahami manusia menempuh jalan sendiri. Dia tidak lagimembutuhkan dunia ide (dunia ruhani) untuk menjelaskanalam semesta termasuk manusia di dalamnya. Mengamatialam semesta dengan segala isinya, Aristoteles mengajukanpertanyaan, apakah segala sesuatu mengalami perubahanyang terus menerus atau tetap dengan kepasifannya ?Aristoteles sendiri kemudian memberikan jawaban bahwa segalasesuatu mengalami proses kelahiran, perubahan dan kebinasaanyang berlangsung tak henti-hentinya, namun ada juga yangtinggal tetap yakni perubahan itu sendiri sebagai subjek. 3

Dalam hal perubahan, Aristoteles membedakannya menjadidua jenis yakni aksidensial dan substansial. Perubahanaksidental adalah perubahan bentuk seperti yang terjadipada batu pualam kemudian dijadikan patung, sedangkanperubahan substansial adalah sebagaimana yang terjadipada saat manusia mati.4

Selanjutnya, Aristoteles menyatakan bahwa dalam dirimanusia terdapat psykhe (jiwa) dan nous (roh, rasio). Psykhe(jiwa) dan nous (roh, rasio) ini merupakan dua hal yangberbeda. Jiwa tidak lain merupakan prinsip hidup yang dimilikioleh manusia. Tentang keberadaan jiwa, Aristoteles tidakmengaitkannya dengan Tuhan, melainkan dengan perubahanyang muncul dari materi pertama. Ini yang membedakanpandangannya dari Plato. Mengenai nous, Aristoteles membaginyamanjadi dua, yaitu nous poietikos (ruh aktif) yang bersifatilahi atau yang ilahi dalam diri manusia, dan nous pathetikos(ruh pasif) yang bisa binasa serta muncul dari potensi

Adanya hidup sesudah mati | 91

3 Andarias Kabanga’, Manusia Mati Seutuhnya: Suatu Kajian Antropologi Kristen.(Yogyakarta: Media Pressindo 2002), hal. 1654 Ibid, hal. 166

Page 99: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

organisme manusia. Jika manusia mati, maka nous poietikosyang Ilahi pada manusia akan kembali bersama denganTuhan. Artinya, ketika manusia mati ada sesuatu yang tetapabadi yakni ruh aktif. Namun demikian, kehadiran nous poietikosini menyebabkan Aristoteles mengalami masalah dalammenerapkan prinsip hilemorfistis-nya untuk memahami manusiasecara utuh yang hingga kematiannya belum bisa terpecahkan.

Sedangkan Plotinos (204-270 S.M.) yang bertolak daripemikiran Plato tentang dunia idea, mengembangkan pemikirannyahingga kepada hal Yang Tak Terhingga karena dari sanalahsegala gejala itu bermula. Tatkala ditanya bagaimana diasampai kepada Yang Tak Terhingga, Plotinos menjawab denganmengenal To Hen (Yunani, artinya Yang Satu). To Hen bukanlahAda atau sesuatu yang ada, melainkan Adiada, Yang Mutlak,Yang Tak Terhingga. Mungkin yang dimaksudkan oleh Plotinosdengan Yang Satu itu adalah Allah.5

Dari To Hen mengalir secara emanasi apa yang dinamakandengan nous (ruh, rasio). Nous adalah Ada yang berpikir. Pemikiranyang berada dalam berpikir itu dia timba dari To Hen sebagaisumbernya. Dengan demikian, fungsi nous sama dengan apa yangdiistilahkan Plato dengan cosmos noetos (dunia yang tak terlihat,dunia yang dapat dipikirkan), hanya saja nous lebih dipersatukan.6

Dari nous ini kemudian memancar psykhe (jiwa), yakni Jiwa Dunia.Psykhe merupakan daya hidup bagi kehidupan organis dan kosmis.Psykhe yang menciptakan alam semesta, karena itu disebutJiwa Dunia. Dari Jiwa Dunia ini kemudian secara emanasimengalir jiwa-jiwa yang masuk ke dalam diri manusia sebagaidaya hidup baginya. Jiwa manusia itu—menurut Plotinos,bersifat ambivalen dan bipolar. Di satu pihak, jiwa itu mengalamidorongan ruhani untuk mengarahkan pikiran dan cintanyapada Jiwa Dunia sebagai asal mulanya; dan di pihak lain terdapat

92 | Filsafat Agama

5 Hal ini ditegaskan oleh Hatta dengan menyatakan bahwa Plotinos dalammelihat segala yang ada dalam kosmos bertolak dari pemikiran adanya Allahsebagai Yang Tak Terhingga, pangkal segala-galanya. Lihat: Muh. Hatta, AlamPikiran Yunani,(Jakarta: Tintamas, 1986) hal.1666 Lihat: P.A. van der Weij. Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia . (Yogyakarta:Kanisius.2000) Hal. 36

Page 100: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

suatu daya di dalam dirinya untuk berkiblat kepada duniayang lebih rendah.7

Apabila jiwa itu tetap bersatu dengan Jiwa Dunia maka akanterbebas dari penderitaan dan nafsu manusiawi. Namun, apabilasebaliknya, dia tenggelam dalam tubuh atau takluk padatubuh, akan sukar baginya untuk berpikir murni lagi dan akandiburu oleh asmara, nafsu serta penderitaan. Akibatnya, akansemakin jauhlah dia dari tempat asal-usulnya. Jiwa yangsudah jauh itu hanya akan dapat menyucikan diri dari segalakotoran duniawi bila suatu saat dia mendapatkan pencerahan(Kabanga’, 2002 : 168).

Dari pemikiran Plotinos yang telah diuraikan tersebut,kita bisa dapatkan pandangannya tentang kematian. Jiwa itubersifat Ilahiah karena berasal dari Yang Satu melaluiJiwa Dunia. Sedangkan tubuh berasal dari materi yang bisamenyebabkan jiwa dikuasai oleh nafsu dan penderitaan. Pada saatkematian manusia, maka jiwa berpisah dari tubuh. Jiwa meninggalkantubuh dan dengan tanpa wujud kembali ke Jiwa Dunia. Pada saatkematian, jiwa menyisihkan yang jasmani dan kembali kepadayang ideal dan ruhani. Mungkin akan muncul pertanyaan,bukankah hal itu juga bisa terjadi pada saat kontemplasi atausaat ekstase ? Plotinos membenarkan hal itu, namun sifatnyasementara atau tidak konstan. Lewat pintu kematian, jiwa menujukepada kemungkinan ultim-nya. Kemungkinan ultim ini terbukabagi setiap orang, sehingga pada saatnya semua makhlukyang berjiwa akan kembali kepada Yang Satu, yang oleh Plotinosdisebut dengan apokatastasis panton (Yunani, apokatastasis,artinya pemulihan; panton, artinya semua, seluruhnya). Kemungkinanultim manusia itu adalah manunggal dengan Yang Satu, dan menurutPlotinos hal itu hanya akan bisa dicapai secara konstan setelahkematian manusia.

Sementara dalam jajaran filosof modern, yang mendiskuikantentang kematian diantaranya adalah Rene Descartes (1596-1650).Menurut pendapatnya, jiwa dan tubuh adalah yang ruhanidan jasmani pada manusia. Tubuh dapat dilihat dalam bagian-

Adanya hidup sesudah mati | 93

7 Hatta, Alam Pikiran, hal. 171-172

Page 101: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bagiannya, sedangkan jiwa tidak. Jiwa adalah substansi yangtunggal, yang tidak bersifat bendawi dan tidak dapat mati.Pemikiran merupakan sifat asasi dari jiwa. Yang termasukpemikiran ialah segala sesuatu yang terjadi di dalam diri manusiadengan sepengetahuannya, yaitu segala perbuatan pengenalaninderawi, khayalan, akal, kehendak. Kesadaran menjadi sifathakiki dari pemikiran. Sementara itu, tubuh pun memiliki sifatasasinya, yakni keluasan. Segala perbuatannya disebabkanoleh sebab-sebab mekanisnya sendiri.

Di antara tubuh dan jiwa ada pertentangan yang tidak ter-jembatani. Kesatuan yang tampak menurut Descartes hanya bersifatlahiriah saja, karena sesungguhnya masing-masing mewujudkanhal yang berdiri sendiri-sendiri. Hakikat manusia ada pada jiwanyadan tubuh diperalat oleh jiwa. Kondisi tubuh yang diperalat olehjiwa dalam pikiran Descartes ini, digambarkan oleh Ryle sebagaithe ghost in the machine, hantu di dalam mesin.8

Walaupun tidak ada titik pertemuan antara pemikiran dankeluasan, namun antara jiwa dan tubuh terjadi salingmempengaruhi. Jiwa berada di dalam sebuah kelenjar kecilyang letaknya di bawah otak kecil (glandula pinealis). Secaratidak langsung jiwa mempengaruhi tubuh dengan mengambilalih gerak-gerak tubuh dengan perantaraan nafas hidup,yaitu bagian darah yang paling banyak geraknya, yangmengaliri semua syaraf dan otot. Berbagai rangsangandari indera dibawa oleh nafas hidup ke kelenjar kecil di bawahotak kecil tadi. Lalu gerak kelenjar ini ditangkap oleh jiwa yangmenjawabnya dengan pengamatan yang sesuai denganperangsang-perangsang itu. Sebaliknya jiwa juga dapatmenyebabkan adanya gerak di kelenjar kecil, yang akibatnya adaperubahan dalam jalan nafas hidup yang menggerakkansyaraf dan otot bagian tubuh yang beraneka jenis itu. Lebihlanjut Descartes menyatakan bahwa pengetahuan sejatitidak dapat dicapai pada saat terjadinya saling mempengaruhiantara jiwa dan tubuh. Pengetahuan sejati hanya bisa dicapai

94 | Filsafat Agama

Page 102: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

oleh jiwa karena jiwalah yang menemukan kebenaran. (K. Bertens,2000 : 24).

Dengan demikian, walaupun Descartes tidak berbicarasecara langsung tentang kematian, namun dari keterangantersebut dapat dipahami bahwa dia memaklumi ada yangabadi dalam diri manusia, yaitu jiwa. Jiwa tak berkeluasandan bebas dari ikatan tubuh. Ketika manusia mengalami kematian,unsur tubuh akan musnah tetapi jiwa akan tetap kekal danhanya jiwa yang akan dapat mencapai kebenaran tertinggi.Kebenaran tertinggi yakni kebenaran yang bukan merupakanhasil dari saling mempengaruhi antara jiwa dengan tubuh, melain-kan kebenaran yang hanya diketahui oleh jiwa karena ketidak-terikatannya terhadap tubuh.

Friedrich Nietzsche (1844-1900) memahami bahwa datangnyakematian itu sebagai sesuatu yang diputuskannya sendiri.Kedatangan maut adalah atas kehendaknya. Fuad Hassan(1992 : 59) mengutip kata-kata Nietzsche tentang kematian :”Kematian kupujikan, maut yang bebas dan datang padakuoleh karena aku yang menghendakinya. Bebas untuk mati danbebas dalam maut. Mampu berkata ‘tidak’ dengan ikhlasbilamana saat untuk berkata ‘ya’ telah lewat”.

Sementara itu, Martin Heidegger (1889-1976) menyatakanbahwa pada hakikatnya manusia memiliki keterbatasan dalamhal waktu. Terbukti dari kenyataan bahwa dia dilemparkantanpa pilihannya ke dalam kematian dan di belakangnya selalumenyertai bayangan akan ketiadaan-nya. ”Segera setelahkelahirannya”, kata Heidegger, ”manusia sudah cukup tua untukmengalami kematian”. Masa akhir kehidupannya persis denganpermulaan kehidupannya. Keberadaan manusia merupakankeberadaan menuju mati (being towards death). Bagi Heidegger,kematian seyogyanya tidak hanya diartikan sebagai berhentinyakehidupan, atau dalam proses menuju akhir. Proses kematianadalah cara berada yang diterima manusia segera setelahkelahirannya. Kematian bukan hanya urusan di masa mendatang,namun selalu hadir di setiap saat masa sekarang. Maka sikapyang paling baik terhadap kematian adalah secara sadar dandalam keputusan pribadi mempersiapkan diri sebaik-baiknya

Adanya hidup sesudah mati | 95

Page 103: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bagi kematian. Dengan demikian manusia menemukan dirinya yangutuh dan nyata.9

Berbeda dengan Heidegger yang meyakini bahwakehidupan bertolak dari kematian, Jean Paul Sartre (1905-1980)menegaskan, justru kematianlah yang bertolak dari kehidupan.Dia tidak sependapat dengan Heidegger yang mengatakanbahwa kehidupan merupakan persiapan bagi kematian. Kematian,menurut Sartre, adalah suatu kenyataan yang muncul secaratiba-tiba dan buta, sehingga manusia tidak akan mampu untukmemahami dan mengontrolnya. Dia datang tanpa waktuyang jelas, menerobos dengan kejam dan selalu menggagalkanmanusia dalam usahanya mengokohkan kehidupan. Kematianmenjadi akhir kehidupan manusia yang penuh dengan kesia-siaan. Disebabkan kematian, semua kemungkinan yang telah kitarealisasikan dalam kehidupan dimusnahkan. Kehidupan berubahmenjadi kepingan-kepingan tiada makna. Hidup menjadi sia-siabelaka di dalam kematian. Kematian menjadi sesuatu yangabsurd, karena kematian membuat kehidupan kita juga menjadiabsurd.

Tidak ada satu pun yang bisa dimutlakkan dalammemahami kehidupan dan kematian. Bila kehidupan yangdimutlakkan, maka tidak akan ada lagi pemahaman akanhal yang transenden, yang ada hanyalah eksistensi yangdiperpanjang hingga tanpa batas. Namun sebaliknya, bilakematian yang dimutlakkan, maka yang transenden akanterselubung, yang ada hanyalah kebinasaan. Maka jalansatu-satunya untuk memahaminya menurut Karl Jaspers(1883-1969), adalah dengan melibatkan suatu proses transendensi;kematian tidaklah seperti apa yang terlihat di dalam bendayang hidup dan mati atau di dalam jenazah yang tidakhidup lagi; hidup bukanlah sesuatu yang kelihatan sebagaikehidupan tanpa kematian atau kematian yang kelihatan sebagaitanpa kehidupan. Di dalam yang transenden kematian merupakanpemenuhan dari adanya sebagai hidup yang telah menjadi

96 | Filsafat Agama

9 Aholiab Watloli , Tanggung jawab pengetahuan: mempertimbangkanepistemologi secara kultural, (Yogyakarta Kanisius, 2001), hal. 29-30

Page 104: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

satu dengan ada. Kematian, sekalipun menjadi situasi batasyang paling dramatis namun akan memberikan keberaniandan intergritas sehingga pada akhirnya akan menyempurnakaneksistensi manusia.

Dari pandangan Karl Jaspers tersebut kita memahami bahwakematian sesungguhnya bukanlah sesuatu yang tanpa fungsi.Kematian membawa manusia kepada kesempurnaan eksistensinya.Selain sebagai penyempurna eksistensi manusia, kematianjuga memiliki berbagai fungsi yang lain. Emmanuel Levinas(1906-….) mengemukakan setidaknya terdapat lima fungsikematian, yaitu :1. Kematian mendorong manusia untuk menciptakan struktur

kehidupan, untuk menciptakan berbagai kemungkinan yang lebihmanusiawi. Dengan demikian, kematian mengandung nilai edukatifyakni mendorong manusia untuk bertindak, mengatasi danmembangun segala-galanya. Manusia ingin menunda kematian,maka dia perlu untuk menciptakan kondisi yang memungkinkankematian dapat dielakkan dalam arti penangguhan kejadiaannya.Manusia dapat menggunakan sisa-sisa hidupnya dengan melakukanberbagai tindakan yang baik.

2. Kematian akan merealisir, mengkomparasikan, mengaitkan denganbarang-barang yang ada di dunia ini. Jika manusia mati, tidaksatu pun barang-barang yang akan dibawa kecuali apabila itudisertakan oleh keluarganya ke liang kuburnya. Ketika manusiamati, maka segala yang dimiliki tidak akan berguna lagi danditinggalkan sebagai barang jarahan.

3. Kematian akan merealisir peranan manusia di dalam masyarakat.Kematian mengajarkan adanya kesamaan yang mutlak untuksetiap orang. Orang yang mati di tempat tidur yang empuk denganorang yang mati merana adalah sama. Kedua-duanya sama-samamati dengan terpisahnya jiwa sebagai substansi dengan tubuh.

4. Kematian menelanjangi manusia dari egoisme kekuasaan dankejayaannya. Maka pada dasarnya manusia adalah sama danhanya kematianlah yang dapat menunjukkan bahwa manusiamutlak sama. Adanya perbedaan kaya-miskin akan ditiadakanoleh kematian.

5. Kematian memberi makna bahwa manusia itu pada akhirnya

Adanya hidup sesudah mati | 97

Page 105: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

memberi arti total pada sejarah hidupnya. Bila manusia sudahmati maka dia tidak dapat lagi mengubah orientasi hidupnya.Berbagai uraian seputar kematian dalam persperktif filsafattersebut mengisyaratkan bahwa sesungguhnya kematian bukanmerupakan akhir eksistensi manusia. Kematian bukanlahperistiwa pasif yang terjadi pada manusia yang setelah itu takmemiliki makna apa pun lagi. Kematian hanyalah batas akhir darigaris waktu yang terbentang dalam sejarah hidupnya di dunia,setelah itu eksistensi manusia akan memasuki dimensi lainnya,yakni hidup dalam kehidupan yang abadi dalam alam kelanggengan.

Demikian beberapa pemikiran tentang adanya hidup sesudahmati, yang pada intinya para pemikir atau filosof sejak daridahulu sudah memperdebatkannya. Meskipun demikian, kebanyakkanpara pemikir atau filosof sepakat dengan cara serta pendekatannyasendiri-sendiri menyatakan bahwa kehidupan setelah kematian ituada. Terbukti pembahasan tentang jiwa manusia mengisyarat-kan bahwa jiwa manusia menurut para pemikir tersebut di atastetap eksis setelah terpisah dari tubuhnya.

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka dapat dirangkumkan

beberapa pemikiran, yakni :1. Kematian adalah proses natural yang harus terjadi pada manusia.

Yakni terpisahnya ruh dan tubuh.2. Para filosof sepakat bahwa antara tubuh dan ruh merupakan dua

substansi yang berbeda satu dengan lain, bahkan asal-usulnya punjuga berbeda.

3. Oleh karena itu dengan terpisahnya tubuh dan ruh, ternyata tidakmenghalangi ruh a tau jiwa melanjutkan perjalanan menuju padatahapan selanjutnya, yakni menuju kepada Dzat yang Maha Agung.

98 | Filsafat Agama

-----ooo0ooo-----

Page 106: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB XIADANYA AGAMA-AGAMA DI DUNIA

Adanya agama-agama di dunia | 99

PendahuluanManusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan

pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwaada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luarbiasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dansumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuaidengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God,Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nyasaja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi,De Weldadige dan lain-lain.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatandiri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnyadan yakin berasal dari Tuhan menaati segenap ketetapan, aturan,hukum dan lain-lain yang diyakini berasal dari Tuhan

Agama itu hubungan manusia Yang Maha Suci yang dinyatakandalam bentuk suci pula dan sikap hidup berdasarkan doktrintertentu. Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepadaTuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnyadengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertaliandengan kepercayaan tersebut.1

Agama itu kepercayaan kepada adanya kekuasan mengaturyang bersifat luar biasa, yang pencipta dan pengendali dunia,serta yang telah memberikan kodrat ruhani kepada manusiayang berkelanjutan sampai sesudah manusia mati. Dengandemikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa Agama itu

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997

Page 107: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertianagama terdapat 3 unsur, ialah Manusia, Penghambaan danTuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandungketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut Agama.

Dalam bab ini akan dibahas materi adanya agama-agamadi dunia. Pembahasan tentang adanya agama-agama di duniaini sebenarnya masih terkait dengan bukti tentang adanya Tuhan,yakni bahwa manusia dalam dirinya memiliki kecenderunganuntuk beragama atau bertuhan.

ADANYA AGAMA-AGAMA DI DUNIASebagaimana diketahui bahwa eksistensi agama dalam

masyarakat di dunia ini merupakan fakta yang tidak dapat dinafikan.Keberadaan agama sudah setua usia sejarah manusia sendiri.Begitu melekatnya keberadaan agama dalam kehidupan manusia,maka seorang antropolog terkemuka Mircea Eliade sampaipada kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk religius (Homoreligiosus). Kesimpulan ini didasarkan pada penemuan faktaantropologis bahwa manusia sejak zaman purba cenderungmengikatkan diri pada hal-hal yang sakral. Mulai dari menetapkantempat sakral; waktu-waktu sakral, sampai ritual yang juga sakral.

Menurutnya, ketika manusia generasi awal muncul ke dunia,pikirannya masih sederhana. Ia belum mengenal ilmu pengetahuanseperti kita sekarang ini. Semua gejala alam selalu dipahami danditerjemahkan sebagai aktivitas para dewa. Panen yang berhasildianggap sebagai kemurahan dari para dewa, oleh karena ituharus dirayakan lewat ungkapan syukur yang biasanyadiekspresikan dalam bentuk tari-tarian. Begitu juga jika merekaditimpa bencana alam seperti banjir dan petir atau gempamereka juga menganggap akibat dari marahnya para dewa.Untuk itu mereka perlu menyajikan bentuk ritual tertentu ataupemberian sesaji agar amarahnya para dewa menjadi reda. Darifakta ini dapat disimpulkan bahwa manusia sejak awal ingindapat bersentuhan dengan Zat Yang Maha Agung.

Bahwa manusia mempunyai hasrat untuk dapat bersentuhandengan Dzat Yang Lebih Tinggi adalah hal tidak dipungkiri.Secara psikologis manusia pastilah merasa mendapatkan

100 | Filsafat Agama

Page 108: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kemuliaan dan keberuntungan jika dapat berhubungan dengansang Penguasa alam. Oleh karena itu, tidak heran apabila padajaman kuno terdapat banyak versi mitos dewa-dewi dansesembahan. Sebab masing-masing berupaya mengekspresi-kan kecenderungan religius lewat caranya sendiri-sendiri.Sebagai contoh budaya Yunani Kuno menganggap Penghuni GunungOlympus sebagai sesembahan. Sementara suku Celtic di Britaniacenderung pagan yang dekat dengan alam. Adapun di Indiadan Cina, yang berkembang adalah keyakinan Timur sepertiTao, Buddhisme, dan Konfusianisme.

Boleh dibilang bahwa agama yang berbeda-beda ituialah perwujudan dari spirit religius manusia. Homo religiosusitu selalu mencari bentuk. Hanya saja karena lokasi dankulturnya berbeda-beda, cara mewujudkannya juga ikutberbeda. Menariknya, biarpun di atas dicontohkan bahwa Homoreligiosus mengekspresikan diri mereka lewat agama, tidaksemua orang menyatakan keimanan lewat agama. Ada jugabeberapa pemikir yang meyakini konsep supreme being lewatjalur filsafat.

Ada beberapa alasan mengapa para filsuf ini tidaktertarik pada ide ”Tuhan” berdasarkan kitab suci. Sebagianmerasa bahwa kitab suci itu diperuntukkan bagi generasisosial/budaya yang telah lewat. Sebagian lagi merasa bahwakejadian yang digambarkan dalam kitab suci itu bertentangandengan penemuan sains. Ada juga yang merasa bahwa Tuhan ituseharusnya universal; dapat dijangkau oleh orang dengan akalpikiran yang paling murni. Oleh karena itu para filsuf inimerumuskan keyakinannya sendiri-sendiri.

Thomas Paine, misalnya, dengan menilik berbagai problemlogika seperti problem of evil, sekaligus juga karena ilmupengetahuan bertentangan dengan Bibel, ia kemudian memutuskanuntuk menganut Deisme. Yakni, Tuhan diyakini telah men-ciptakan dunia ini dengan sempurna pada awal mulanya.Selanjutnya Tuhan tidak turut campur dalam urusan di duniasemua diserahkan pada hukum alam dan kehendak bebasmanusia. Tuhan di sini diilustrasikan sebagai pengamatpasif yang memperhatikan laju peristiwa di Bumi. Demikian,

Adanya agama-agama di dunia | 101

Page 109: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

juga Karl Jaspers, seorang teolog sekaligus psikiater asalJerman. Jaspers berpandangan bahwa Tuhan itu pada awalnyabersifat transenden. Namun, meskipun Tuhan bersifat transenden,Ia telah meletakkan jejaknya di alam ciptaan-Nya yang dapatkita persepsi. Apabila orang memperhatikan jejak penciptaan-Nya, yakni berupa tanda-tanda-Nya di dunia 2, maka akan mampumendekati hakikat Tuhan. Bagi Jaspers dunia ini ibaratnyaserangkaian chiffer metafisika yang membungkus Kebenaran.Hanya dengan memecahkan chiffer maka orang akan mampumendekat pada Tuhan; mencapai iman sejati.

Dan masih banyak lagi pemikir atau filosof yang memilikipemikiran yang menarik terkait dengan konsep ”Tuhan”.Beberapa diantaranya (untuk sekedar disebut) Blaise Pascal,Gottfried Leibniz, Rene Descartes dan lain sebagainya. Bahkanpemikiran-pemikiran mereka ada kalanya bersentuhandengan agama, namun tidak jarang juga yang berseberangandengan agama formal yang ada.

Bagaimana diskursus agama menurut para pemikir masakini yang lazim disebut sebagai postmodernisme ? Diskursusagama pada jaman post-modern tidak kalah semaraknyadengan abad modern. Pada jaman postmodernisme ini dis-kursus agama dibahas oleh berbagai kalangan dengan berbagaivariasi latarbelakang keilmuan mulai dari kalangan filosof,teolog, bahkan kalangan sosiolog, psychology, maupunantropolog. Deretan nama seperti : Akbar S Ahmed,3 ErnestGellner,4 David Griffin,5 and Huston Smith6, adalah sedikitcontoh dari mereka yang membahas masalah ini. Diskursusini menjadi marak bukan karena semakin meningkatnyaperan agama dalam kehidupan masyarakat post-modern,akan tetapi karena post-modernisme itu telah menjelma

102 | Filsafat Agama

2 Jaspers menyebut chiffer-chiffer atau tanda-tanda. Lihat. K. Bertens, Filsafat BaratAbad XX, Jerman (Yogyakarta:Kanisius,1996)3 Akbar S.Ahmed, Postmodernisme and Islam, Routledge, London, 1992.4 Ernest Gellner, Postmodernism, Reason and Religion, Routledge, London, 1992.5Griffin, David, God and Religion in Postmodern World, Albany, N.Y. State University ofNew York Press, 1989.6 Smith, Huston, Beyond The Post-Modern Mind, Quest Book, The Theosophical PublishingHouse, Wheaton, Illinois, USA, 1989.

Page 110: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

menjadi gerakan yang bermuatan ideology-ideologi tertentubaik yang berbasis politik maupun ekonomi. Namun, menurutErnest Gellner kajian postmodernisme telah mempengaruhikajian antropologi, kesusasteraan, filsafat dan agama.7

Memang untuk memahami corak pemikiran postmodern-isme terutama tentang makna agama tidak dapat dilepaskan daripemikiran modern yang mendahuluinya. Sebab, seperti yangdisinyalir Akbar, pemahaman kita tentang Barat modern merupakanpra-kondisi bagi pemahaman Barat post-modern.8 Bahkan bagiSilverman makna penting postmodernisme adalah memarginalkan(to marginalize), membatasi (delimit) dan mengesampingkan(decentre) kerja-kerja yang telah dilakukan oleh modernis.9 Olehsebab itu untuk memahami pemikiran post-modern diperlukankajian tentang pemikiran modernis, sebab pemikiran post-modernisitu ”menelan” pemikiran modernis. Konsekuensinya, untuk mengkajikonsep dan makna agama dalam pemikiran post-modernis perlumenelusur kembali pandangan pemikir yang post-modernyang dianggap telah menyerang pemikiran keagamaan modernBarat. Untuk itu akan dipaparkan disini pemikiran filosofpost-modern yang sangat berperan dalam meruntuhkantradisi keagamaan melalui wacana-wacana filsafat merekayang spekulatif itu. Filosof seperti Nietzsche (1884-1900),Wittgenstein (1889-1951) dan Heidegger (1889-1976), adalahtokoh penting yang memiliki pandangan cukup berpengaruhdimasa itu dan karena itu cukup representatif untuk dirujuk.

Namun terlepas keterkaitan antara postmodernismedan era modern, barangkali yang paling khas dari corakpemikiran postmodernisme adalah kecenderungan yang ekstremuntuk men-dekonstruksi kebenaran yang bersifat absolutuntuk diletakkan ke dalam semangat relatifitas epistemologisyang berupaya meniadakan kebenaran tunggal (claim truth)dari produk pengetahuan apa pun termasuk narasi agama.Dalam hal diskursus agama, para pemikir post-modern

Adanya agama-agama di dunia | 103

7 Ernest Gellner, Postmodernism, Reason and Religion, 23.8 Akbar S.Ahmed, Postmodernisme and Islam, 6.9 Hugh J.Silverman, ”The Philosophy of Postmodernism”, in Hugh J.Silverman (ed)Postmodernism-Philosophy and the Art, London, Routledge, 1990, 1.

Page 111: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

memfokuskan diri untuk berusaha mendekonstruksi keabsolutannilai agama. Program post-modernisme ini pada dasarnyaberupaya untuk penghapusan nilai (dissolution of value) danpenggusuran tendensi yang mengagungkan otoritas. Hal inidilakukan dengan mereduksi (baca : dekontruksi) makna nilaiyang dijunjung tinggi dan dinilai sebagai absolute olehagama dan masyarakat.10

Doktrin penghapusan nilai ini pertama kali dikumandangkanoleh Nietzsche (1844-1900) dalam doktrin nihilism-nya. Dalamkaryanya W ill to Power Nietzsche menggambarkan nihilismesebagai situasi dimana ”manusia berputar dari pusat kearah titik X”, artinya ”nilai tertinggi mengalami devaluasi dengansendirinya”.11 Kemudian Heidegger (1889-1976) dengan nadayang sama mendefinisikan nihilisme sebagai ”suatu prosesdimana pada akhirnya tidak ada lagi yang tersisa”.12 Keduanyamempunyai mindset dan kecenderungan yang sama saja. BagiNietzsche proses nihilisme pada dasarnya merupakan devaluasinilai tertinggi, yang membawa pada kesimpulan doktrin ”kematianTuhan”. Sementara, dalam pandangan Heidegger nihilismemenunjukkan penghapusan Being dengan sedemikian rupa sehinggamenjelma menjadi nilai. Disini realitas tidak lagi difahamsebagai bentuk hirarkhi dimana sang pencipta berada padapuncak tertinggi. Keduanya ingin mengarahkan pada suatutitik dimana manusia tidak lagi berpegang pada struktur nilai,bahkan nilai dianggap sudah tidak lagi mempunyai makna.Akibatnya konsep tentang apapun tidak lagi dapat didasarkanpada sesuatu yang hal yang bersifat metafisis, relijiusataupun mengandung unsur ketuhanan (divine). Inilah proyekkhas epistemologis yang dibangun pada jaman postmodernismeyang lazim dikenal sebagai European nihilism.

Meskipun mereka berusaha mendevaluasi seluruh nilaiabsolute, namun mereka masih menganggap upaya devaluasiini adalah alternative jalan baru dalam menentukan konsep

104 | Filsafat Agama

10 Gianni Vattimo, The End of Modernity, 167.11 Nietzsche, F, Will To Power, 8-9.12 Gianni Vattimo, The End of Modernity, 19.

Page 112: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

nilai yang berbeda dari kepercayaan dalam agama. Dengan caraini mereka masih mengakui adanya nilai tetapi nilai tidaklagi berkaitan dengan agama dan kepercayaan. Jadi nihilisme,kata Snyder, berhubungan dengan perubahan kebenaran kedalam nilai, tapi nilai yang telah diwarnai oleh kepercayaandan opini manusia.13 Dalam terminologi Nietzsche perubahankebenaran menjadi sekedar nilai berbentuk apa yang diaistilahkan ”will to power”. Dengan demikian proyek epistemologypostmodernisme ini menganggap bahwa filsafat nihilismbertujuan untuk mengkaji dan kemudian menghapuskan segalaklaim yang dilontarkan oleh pemikiran metafisika tradisionalpada khususnya dan agama pada umumnya.

Metafisika, dimana konsep Tuhan merupakan foundasipemikiran dan nilai dihilangkan atau disingkirkan. Sebab, sepertiyang dinyatakan oleh Nietzsche, ketika metafisika telahmencapai suatu poin dimana kebenaran telah dianggap sepertiTuhan, sebenarnya itu tidak lebih dari nilai-nilai yang subyektifyang boleh jadi salah seperti halnya kepercayaan dan opinimanusia yang lain. Baginya tidak ada perbedaan antara benar dansalah, keduanya hanyalah kepercayaan yang salah (delusory). Makadari itu, kalau kita menolak kesalahan kita juga harus menolakkebenaran. Membuang yang satu berarti juga harus membuangyang lain (to do away with one is to do away with other too).14

Berdasarkan pada doktrin ini maka Nietzsche mendefinisikanmetafisika secara pejoratif sebagai ”ilmu yang membahas tentangkesalahan manusia yang fundamental, seakan-akan semua itukebenaran yang fundamental”.15 Serangan doktrin nihilisme terhadapmetafisika ini menunjukkan dengan jelas sebagai serangan agamasebagai asas bagi moralitas.

Meskipun sebagian pemikir bebas (freethinker) berusahauntuk mengingkari kebenaran agama, tetapi pada kenyataannyakeberadaan agama masih tetap ada hingga dewasa ini.

Adanya agama-agama di dunia | 105

13 Jon R.Snyder, (trans.) in Gianni Vattimo, The End of Modernity, , xi.14 Nietzsche, Friedrich, Twilight of the Idol, trans. R.J. Hollingdale (Harmondsworth :Penguin, 1968), p.41. In his Will To Power, he says that ”Truth is the kind oferror”, see Nietzsche, Friedrich, The Will To Power, see section 493.15 Jon R.Snyder, in Gianni Vattimo, The End of Modernity, xii.

Page 113: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Keberadaan agama ternyata tidak pernah hilang ditengah-tengah masyarakat hingga dewasa sebagaimana pernahdiragukan oleh sebagian pemikiran terutama Sigmund Freud.Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan agama mengisyaratkanadanya kecenderungan manusia untuk beragama pada umumnyaserta bertuhan pada khususnya. Adanya Tuhan masih dipercayaioleh manusia dapat membawa ketenangan hatinya dalammengarungi hidup dan kehidupannya

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka pada bagian ini dapat

difokuskan dalam beberapa kesimpulan sebagai berikut.1. Adanya agama sudah setua umur manusia sendiri. Artinya,

keberadaan agama menurut penemuan antropologi telah ada sejakmanusia yang pertama sekali pun.

2. Keberadaan agama itu tidak dapat dilepaskan dari eksistensimanusia sendiri yang pada pada dasarnya cenderung percayaakan adanya Dzat yang Maha Tinggi, yakni Tuhan.

3. Meskipun demikian tidak selamanya keberadaan agama ini diakuioleh para pemikir atau filosof yang berpikiran liberal, seperti Nietzschemaupun Heiddeger. Dengan berbagai argumentasi terutama dalambasis pemikiran nihilism mereka berusaha mendevaluasi kebenarannilai-nilai agama menjadi tidak bermakna;

4. Namun yang menarik meskipun para pemikir liberal ini berusahameragukan atau meruntuhkan kebenaran agama, pada kenyataanagama tidak pernah dapat hilang dalam kehidupan manusia hinggadewasa ini.

106 | Filsafat Agama

-----ooo0ooo-----

Page 114: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PendahuluanKejahatan adalah satu dari sekian banyak kesulitan

yang berkaitan dengan persoalan keadilan Tuhan. Pembahasanini terasa sulit, karena ia memang bukan persoalan ilmiah yangdapat dijawab melalui eksperimen dan observasi, bukan pulamasalah praktis yang bisa diselesaikan dengan keputusandan tindakan. Tetapi, ia lebih merupakan problem filosofis yangmenghendaki suatu dalil pemikiran yang dapat menjelaskannyasecara proporsional. Begitu fundamentalnya persoalan ini,sehingga hampir semua ajaran yang bersifat keagamaan (teologis)maupun kefilsafatan merasa perlu memberikan tanggapandengan cara dan metodenya masing-masing.

Problem itu jika dinyatakan secara eksplisit akan bermuarapada pertanyaan : Jika Tuhan itu Maha Kuasa dan Maha Baik,mengapa dunia ciptaannya ini begitu buruk ? Jika Tuhan ituMaha Baik, Maha Bijaksana, Maha Kasih, Maha Adil, Maha Kuasa,dan memegang kendali atas segala sesuatu yang terjadi didunia ini, mengapa hasilnya ada yang menyedihkan ? Mengapabanyak terjadi hal-hal buruk pada orang-orang baik ? BahkanDavid Hume dalam karyanya Dialogues Concerning Natural Religionmengatakan hal serupa : ”Pertanyaan kuno Epikurus (filsuf Yunani)sampai sekarang belum terjawab”. Apakah Dia mau mencegahkejahatan, tapi tidak mampu ? Berarti Dia tidak Mahakuasa.Apakah Dia mampu, tetapi tidak mau ? Berarti Dia jahat. ApakahDia mampu dan mau ? Lalu dari manakah itu kejahatan ?

BAB XIIPROBLEM ADANYA KEJAHATAN (EVIL)

Problem adanya kejahatan ( Evil ) | 107

Page 115: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dalam bab ini akan dibahas sejumlah persoalan terkaitdengan adanya kejahatan (problem evil). Persoalan perludiberikan kepada mahasiswa agar mereka memiliki pengetahuanyang jernih tentang persoalan kejahatan yang ada di tengah-tengah masyarakat, apalagi jika problem kejahatan tersebutdikaitkan dengan keyakinan keagamaan.

PROBLEM ADANYA KEJAHATAN (EVIL)

Fakta adanya kejahatan dan penderitaan merupakan batusandungan paling berat bagi mereka yang mempercayai Tuhan. LouisLeahy berpendapat bahwa, fakta dalam dunia ada kejahatan danpenderitaan merupakan sebab utama orang menjadi ragu-raguapakah memang ada Tuhan yang baik, yang menciptakan danmemelihara alam raya dengan manusia yang ada di dalamnya.Sepanjang sejarah para teolog termasuk para filsuf disibukkandengan persoalan Itu. Para filsuf dan teolog yang beriman telahmencoba mencari penjelasan dan solusi yang tidak sederhana. 1

Sedangkan kaum Ateis, memiliki jalan keluar yang sederhanadengan menggunakan ”pisau cukur Occam” : Tuhan tidak ada,selesai. Sementara pemerhati korban ateis menyangkal eksistensiAllah, dengan pretensi membela korban; pemerhati teis membelaeksistensi dan keadilan (dike) Allah (theos) sambil berusahamenghibur korban dan mendamaikannya dengan kehendak Allahyang belum dipahaminya.

A.Problem Dasar KejahatanKata ’kejahatan’ selalu diperhadapkan kepada manusia lewat

peristiwa-peristiwa yang dikategorikan ke dalamnya, baikberupa peristiwa yang dialami sendiri oleh tiap orang, maupunlewat narasi yang disampaikan orang lain atau media masa.Masalah kejahatan dan penderitaan dapat muncul dalam berbagaibentuk. Bagi para filsuf agama, kategori umum yang seringdigunakan terhadap hal itu adalah kejahatan alam (natural evil)

1 Louis Leahy, ”Masalah Kejahatan dan Dampak Filosofisnya” dalam Orientasi Baru,Kanisius, Yogyakarta, 1990)2 Meister, C. V., Introducing Philosophy of Religion, (London ; New York, Routledge, 2009),hal. 129

108 | Filsafat Agama

Page 116: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dan kejahatan (moral evil). Menurut John Hick sebagaimanadisitir oleh Meister,2 penderitaan karena Kejahatan moral adalahapa yang berasal dari manusia seperti pikiran kejam danketidakadilan yang meresap ke dalam perbuatan.

Kejahatan moral dapat termasuk ”tindakan” sepertiberbohong, memperkosa. membunuh, dan lain sebagainya juga”karakter” seperti kedengkian, keserakahan, iri hati dan sebagainya.Penderitaan karena alam adalah sesuatu yang terlepas samasekali dari pikiran dan tindakan manusia. Hal itu dapat berupawabah penyakit, bencana alam, dan lain sebagainya. Walaupundemikian, ada juga penderitaan karena alam yang disebabkanoleh karena ulah manusia yang tidak diperhitungkan sebelumnyadan dapat dikategorikan sebagai kejahatan moral. Seperti telahdisebutkan di atas, dari semua serangan terhadap klaim-klaimtentang keberadaan Tuhan, masalah kejahatan menjadi fokusargumentasi yang kuat. Artinya, masalah kejahatan tidak bisadiabaikan, bahkan oleh para penganut kepercayaan kepadaTuhan karena realitas kejahatan telah menjadi masalah sejakmunculnya teisme itu sendiri. Realitas itu pula yang menjadisenjata andalan para penganut ateisme untuk berargumentasidan menyerang klaim-klaim keberadaan Tuhan.

B. Problem kejahatan Dalam Berbagai Perspektif1. Kejahatan dari perspektif ilmiah

Dalam ilmu-ilmu sosial, kejahatan diartikan sebagai gejalasosial yang lahir dalam konteks ketidakadilan struktural atauperwujudan kebhinekaan perilaku manusia yang merupakan reaksi-reaksi atas kondisi kelas sosial ekonomi seseorang atau kelompokmasyarakat. Kejahatan selalu dikaitkan dan diartikan sebagai gejalapolitik. Pendapat ini antara lain diutarakan oleh Quiney. MenurutQuiney (1970), kejahatan adalah suatu ketentuan mengenaiperilaku manusia yang diciptakan oleh golongan berkuasa dalammasyarakat yang secara otomatis terorganisir. 3

Dalam perkembangan ilmu-ilmu sosial, kejahatan memperoleharti yang semakin luas yang tidak semata-mata terbatas pada

3 Quinney, R., the Social Reality of Crime, ( Brown and Company, Boston, 1970)

Adanya agama-agama di dunia | 109

Page 117: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

tindakan pelanggaran terhadap hukum atau pelanggaran terhadapbatas toleransi masyarakat. Kejahatan tidak lagi hanya diukurberdasarkan functional imperatives of social institutionsebagai kriteria moral, melainkan juga diukur oleh nilai kerugianyang diakibatkan terhadap masyarakat sebagai keseluruhan; bahkanjuga terkait dengan pelanggaran terhadap hak-hak asasimanusia. Muncullah kemudian di dalam ilmu-ilmu sosial disiplinViktologi (ilmu mempelajari korban kejahatan atau akibat kejahatan).4

2. Kejahatan dari perspektif teologiMasalah kejahatan dalam teologi menunjukkan kontradiksi

antara realitas kejahatan dan kepercayaan religius akan kemaha -kuasaan Tuhan. Dalam setiap klasifikasi umum bidang teologimenawarkan tiga macam pemecahan. Pertama, monisme dariajaran Vedanta Hinduisme yang menyatakan bahwa kejahatanadalah suatu ”maya” atau ilusi. Gema pemikiran ini nampak jugadalam kepercayaan Kristiani melalui karya Marry Bakker Edy : Scienceand Wealth (1934) yang menyatakan bahwa kejahatan adalahsuatu ilusi ; kejahatan tidak memiliki dasar yang real; kejahatanadalah sebuah kepercayaan yang keliru. Kedua, pemecahan dualismemisalnya nampak dalam Zoroastrianisme kuno yang memper-tentangkan antara kebaikan dan kejahatan, Ahura Mazda danAngra Mainyu. Dualisme ini nampak dalam pemikiran Plato : Timaeus;juga nampak dalam pemikiran filsuf modern, misalnya J.S. Milldalam There Essays in Religion (1874) dan Edgar Brigman dalamA Philosophy of Religion (1940). Ketiga, kombinasi antara monismedan dualisme, merupakan bentuk etika dualisme dalam metafisikamonis. Pemecahan ini dikembangkan dalam tradisi pemikiranKristiani.5 Tokoh aliran baru yang paling banyak menjadi referensiadalah Agustinus dan Thomas Aquinas. Agustinus menjelaskanbahwa kejahatan itu semacam privation (hal yang melekat).Kejahatan bukan suatu eksistensi yang bebas, tetapi bersifatparasitis (menempel dan menggerogoti) pada kebaikan, ia adalahaspek atas etnis aktual. Setiap ciptaan pada dasarnya baik, tetapi

4 Kusumah, Mulyana, 1982, “Realitas Sosial Kejahatan” dalam Prisma, LP3ES, Jakarta,No 5 tahun ke-XI5 Lihat: Hick, J., 1966, Evil and the God of Love, the Macmillan Press Ltd., London

110 | Filsafat Agama

Page 118: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

karena kebaikan itu dikorupsi dan dirampas karena kebebasanyang dimiliki manusia, maka manusia menjadi berdosa; dosa mem-buat manusia cenderung menjauhi kebaikan tertinggi.

3. Kejahatan dari perspektif filsafatProblem kejahatan dari sudut pandang filsafat, berakar pada

empat persoalan dasar. Pertama, persoalan tentang eksistensiTuhan sebagai pencipta segala sesuatu. Kedua, persoalantentang eksistensi kejahatan sebagai tragedi realitas. Ketiga,persoalan tentang eksistensi manusia yang bebas, sekaligus sebagaiagen tanggung jawab. Keempat, persoalan tentang eksistensi alamyang dinamis dengan hukum-hukum dan perkembangannyasendiri.6 Dari keempat persoalan itu kemudian muncul pertanyaanfilosofis mendasar tentang kejahatan : Darimana asal-usulkejahatan ? Apakah kejahatan berdimensi transenden atauimanen ? Apa kejahatan itu bersifat objektif, relatif atau relasional?Dalam mencari solusi atas problem kejahatan salah satu tugasfilsafat adalah membongkar ketidaksehatan penalaran yangmendasari argumentasi-argumentasi tertentu. Filsafat menyiap-kan jalan pemahaman yang lebih baik dengan alasan-alasanyang positif. Sebab, sebagai ilmu kritis, filsafat dalam mengembang-kan kriteria material untuk pemahaman dan pemecahanmasalah kejahatan tidak dapat membatasi diri hanya secaradogmatik pada premis-premis suatu tradisi tertentu atau padadiskusi formil inter ilmu pengetahuan.

Walaupun dalam pemikiran kefilsafatan terdapat bermacam-macam sikap, penangkapan, dan penguasaan atas kejahatan;dari bentuk modern yang optimis sampai bentuk pesimismemetafisik; tetapi selalu terbuka adanya sarana dan jalan untukpenguasa atau paling sedikit pengurangan akan hal kejahatan.

C. Pendekatan Problem Kejahatan dan Keberadaan TuhanYang menjadi fokus perhatian penting kaum teistis atau yang

mengakui keberadaan Tuhan adalah bagaimana mendamaikan fakta-fakta kejahatan di dalam dunia dengan eksistensi Tuhan yang

6 Lihat: Kopt, R.W., 1983, Evil and Evolution, Associated University Press,England

Problem adanya kejahatan ( Evil ) | 111

Page 119: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

diakui sebagai Mahakuasa, Mahabaik dan Mahatahu. Jawaban-jawaban filosofis terhadap masalah kaum teistis itu telah diberikanoleh para filsuf agama baik lewat argumentasi kehendak bebasmanusia maupun di bidang teodise.

a. Secara logisMasalah kejahatan dalam perdebatan filsafat agama, juga

filsafat ketuhanan bukanlah sesuatu yang sederhana, tetapiberagam dan kompleks. Namun demikian, masalah-masalah itumuncul dari dua keyakinan : [1] Tuhan yang Mahakuasa, Maha baikdan Mahatahu eksis; [2] Kejahatan dengan segala manifestasi-nya dalam kehidupan eksis. Ketika kedua premis itu diperhadapkansatu sama lain, maka muncul permasalahan logika. Terhadapkenyataan adanya premis-premis itu, David Hume mengemukakanargumentasinya lewat dialog antara Demea, Philo dan Cleanthes.7

Dalam bacaan yang hati-hati terhadap dialog mereka, dapatditemukan bahwa menurutnya klaim-klaim tentang ”Tuhan itueksis” dan ”kejahatan itu eksis” secara logis tidak kompatibelatau bertentangan. Oleh karena itu, ketika diperhadapkan denganrealitas bahwa ”kejahatan itu eksis”, maka secara logis ”Tuhantidak eksis”. Kalaupun klaim-klaim bahwa ”Tuhan itu eksis” dan”kejahatan itu eksis” secara logis kompatibel atau tidakbertentangan, maka kebenaran klaim ”kejahatan itu eksis” lebih kuatdan dapat dibuktikan secara empiris, namun belum dapat menjadidasar evidensial untuk menolak klaim bahwa ”Tuhan itu eksis”.

b. Secara evidensialDikenal dengan istilah masalah kejahatan yang probabilistis.

Jenis argumentasi ini bersifat induktif, a posteriori dan berdasarkanevidensi. Struktur umum dari argumentasi masalah kejahatanprobabilistis adalah sebagai berikut 8:1. Jika Tuhan eksis, maka Tuhan adalah Mahakuasa, Mahabaik dan

Mahatahu.

7 Peterson, M. L., et.al., Philosophy of Religion: Selected Readings, (New York: OxfordUniversity Press, 1996), hal.234-2428 Meister, Introducing, 135

112 | Filsafat Agama

Page 120: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Sesuatu yang Maha kuasa, Maha baik dan Maha tahu dapat mencipta-kan dunia yang secara logis tepat.

3. Jika Sesuatu yang Maha kuasa, Maha baik dan Maha tahu itumenciptakan suatu dunia, maka dunia yang diciptakan itu adalahdunia yang terbaik di antara kemungkinan yang ada.

4. Sesuatu yang Maha kuasa, Maha baik dan Maha tahu itumemiliki kekuatan, pengetahuan dan kehendak untuk mencegahkejahatan dan penderitaan di dalam dunia paling baik darisemua kemungkinan dunia yang dapat diciptakannya.

5. Oleh karena itu, adalah mustahil bagi dunia yang eksis (dalamhal ini dunia kita) yang dipenuhi dengan kejahatan yang besardan luar biasa, adalah dunia yang terbaik di antara duniaciptaannya.

6. Oleh karena itu, adalah mustahil bagi Tuhan, yang disebut Mahakuasa, Maha baik dan Maha tahu itu, untuk eksis.

c. Secara eksistensialMasalah kejahatan secara eksistensial cukup sulit untuk

didefinisikan. Hal itu disebabkan karena sangat berhubungandengan perasaan. Secara eksistensial, masalah kejahatanberhubungan dengan masalah keagamaan, moral, pendampingan,psikologi dan emosional. Hal sederhana yang dapat dikatakandari itu adalah bahwa kejahatan secara eksistensial dapatmembawa pada ketidakpercayaan kepada Tuhan atau kepadasuatu agama secara umum.9

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka dapat dirangkumkan

beberapa hal sebagai berikut :1. Kejahatan adalah fakta humanitas yang tidak bisa dimungkiri.

Kejahatan membuat penderitaan bagi pelaku maupun korbannya.Kejahatan tidak semata-mata berisiko individual tetapi juga sosial;

2. Kejahatan pada dasarnya dapat dipilah menjadi dua, yakni kejahatanmoral (moral evil) dan kejahatan alam (natural evil).

9 Meister, Introducing, hal. 138

Problem adanya kejahatan ( Evil ) | 113

Page 121: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. Problem kejahatan yang paling menyita perhatian seluruh pemikiradalah jika kejahatan dikaitkan dengan keberadaan Tuhan. Dari sinibanyak para pemikir berbeda pendapat satu dengan lainnya.

4. Bagi kalangan agamawan, adanya kejahatan justru membuktikankeberadaan Tuhan, karena kejahatan selalu menyisakan penyesalanbagi siapa pun terutama bagi pelaku yang merasa bahwa dirinyatelah jauh dari nilai-nilai kebaikan yang secara fitrah ada dalam dirisetiap manusia.

114 | Filsafat Agama

-----ooo0ooo-----

Page 122: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PendahuluanSebagaimana dimaklumi bahwa hubungan antara sains

dan agama mengalami pasang surut dalam sejarah perkembanganperadaban manusia. Sains sebagaimana wataknya memulaidengan observasi empiris dan meneliti obyeknya tanpa dibebanidengan nilai-nilai apa pun selain pada nilai kebenaran positif yangdiperoleh berdasarkan data-data obyektifnya. Sementaraagama dibangun dengan dasar kebenaran imani yang bersifatabsolut dan bersifat subyektif. Selain itu Agama mengasumsikanatau melihat suatu persoalan dari segi normatif (bagaimana seharus-nya) sedangkan sain meneropongnya dari segi objektifnya (bagai-mana adanya). Agama melihat problematika dan solusinyamelalui petunjuk Tuhan, sedangkan sains melalui eksperimen danratio manusia. Karena ajaran agama diyakini sebagai petunjukTuhan, kebenarannya dinilai mutlak, sedangkan kebenaran sainsbersifat relatif. Agama banyak berbincang tentang yang gaib,sementara sains hanya berbicara mengenai hal yang empiris.1

Keduanya tampak memiliki paradigma yang berbeda satu denganlainnya, akibatnya sering membuat agama dan sains tidak dapatdipertemukan. Apalagi dengan perkembangan sains modern dewasaini, maka agama dan sains sering harus berlomba-lomba meyakinkankebenaran yang diembannya masing-masing.

Namun sebenarnya jika diamati lebih cermat, bahwapersaingan antara sains dan agama akan bermuara pada kerugian

BAB XIIIAGAMA DAN SAINS MODERN

1 Poejawijatna, 1983 : 62-73; Hatta, 1979 : 40-41 ; dan Russel, 1953 : 7-18

Agama dan Sains Modern | 115

Page 123: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bagi manusia sendiri. Sebagaimana kita ketahui Seiring dengankemajuan sains dan teknologi di Barat, nilai-nilai agama secaraberangsur-angsur juga bergeser bahkan berseberangan denganilmu. Bagi kalangan ilmuan di Barat, agama adalah penghalangkemajuan. Karena itu, mereka beranggapan, jika ingin maju,agama tidak boleh lagi mengurusi masalah-masalah yangberkaitan dengan dunia, seperti politik dan sains. Para pemikirdan saintis sering mengemukakan nada minor terhadap agama,baik pada awal munculnya era industrialisasi maupun padadecade belakangan ini. Proses sekularisasi terus berlanjutsepanjang abad ke-20 sejalan dengan perkembangan industrialisasiyang cepat, disebabkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi sertapersaingan ekonomi yang semakin luas. Karena itu, HendrikKramer, sebagaimana dikutip oleh Sutan Takdir Alisyahbana,mengatakan bahwa semua agama modern sedang mengalamisuatu krisis yang amat mendalam. Setiap orang dizaman kitayang melihat dan mengamati kehidupan serta perkembanganagama dengan berbagai macam aliran-alirannya, kesangsiannya,dan pertentangan diantara pengikut-pengikutnya, tak dapatdengan jujur berkata lain daripada itu.

Oleh karena itu jikalau kehidupan manusia dapatketentraman lahir dan batin, maka mau tidak mau sains dan agamaharus mengemban bersama untuk mengarahkan kehidupanmanusia semakin imbang dalam menyikapi hidup dan kehidupannya.Sains dan agama harus memikul tanggung jawab bersama gunamemanusiakan manusia sendiri dalam mengembangkan peradabanyang lebih beradab dan bernilai luhur.

Bab ini akan membahas tentang agama dan sains modern.Materi ini diberikan kepada mahasiswa agar memiliki wawasanyang luas tentang posisi serta hubungan korelatif antara agamadan sains. Sehingga tidak lagi menimbulkan polemic tentangstatus kebenaran dari agama dan sains.

A.Perkembangan Sains ModernDampak dari perkembangan sains modern sungguh menakjub-

kan. Sains modern telah mengubah cara manusia dalam menjalanihidup, berkomunikasi, melahirkan anak, memproduksi bahan

116 | Filsafat Agama

Page 124: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

makanan, pakaian, dan perumahan serta dalam menjalani berbagaikegiatan rutin dalam kehidupannya sehari-hari. Ini tidakhanya mewarnai kehidupan orang-orang Barat saja, namunkeberadaan sains modern telah diakui secara mendunia dansains modern telah hidup dan menguasai semua lini kehidupandalam berbagai budaya, seperti budaya Hindu, Cina danbudaya bangsa-bangsa di belahan dunia lainnya, termasuk didalamnya budaya Islam yang juga turut serta berpartisipasidengan penuh gairah dalam mengkonsumsi hasil perkembangansains modern.

Dalam sejarah sains, semua capaian sains modern saat ini,berawal dari berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alamsemesta; kemegahan langit malam, terjadinya siang danmalam serta berbagai fenomena alam, telah memunculkan berbagaipertanyaan: mengapa ada alam semesta ini ? Mengapa alamsemesta seperti ini ? Kapan ia berawal dan akankah berakhir ?Berbagai instrumen telah dicoba guna mengetahui asal mula,keberadaan serta kemungkinan kehancuran alam semesta. Halini telah dilakukan oleh manusia sejak dahulu kala, yaitudengan mengkaji gerakan-gerakan bintang di langit yang disebutdengan ilmu astronomi dan merumuskan berbagai teoritentang alam semesta yang kemudian dikenal dengan kosmologi,yang pada gilirannya nanti keduanya menjadi cabang dari sainsmodern yang khusus mengkaji tentang ilmu perbintangan dan asalasul alam semesta.

Dalam langkah majunya, kajian tentang alam telah melaluidan mengalami banyak revolusi. Sebagai misal, dalam rentangwaktu satu abad, revolusi Copernicus tahun 1543 M yangdikumandangkan oleh seorang astronom fisikawan JermanJohannes Kepler (1571-1630 M) dan seorang ilmuwan dan filosofItalia Gelilei Galileo (1564-1642 M)yang terjadi setelah kematianCopernicus mampu meneguhkan sistem heliosentris (mataharisebagai pusat benda-benda luar angkasa, sedangkan bumi hanyalahsalah satu planetnya). Penemuan ini cukup mengguncangkanfondasi pandangan dunia geosentris, yaitu bumi sebagai pusatalam semesta, yang sebelumnya telah berurat akar selama kuranglebih 1300 tahun. Kepler dengan tiga hukumnya yang berhubungan

Agama dan Sains Modern | 117

Page 125: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dengan orbit-orbit berbagai planet, dan Galileo dengan temuanmutakhirnya, yaitu sebuah teleskop kecil sehingga dapat melihatgerakan-gerakan benda langit yang belum pernah dilihat sebelum-nya : satelit-satelit Yupiter, dan mengetahui bahwa benda-bendalangit tidaklah sempurna dan bahkan serupa saja dengan bumi. Halini telah membawa perubahan dalam tata cara mengkaji danmenjawab berbagai pertanyaan tentang fenomena alam. Sejak saatitu, kajian tentang alam harus didasarkan pada eksperimen, observasi,analisis kuantitatif dan pertimbangan kualitatif, penjelasankausal dan deskripsi fenomenologis.

Penemuan dan cara baru ini berbeda dengan langkah-langkahpara filsuf zamannya yang cenderung mencari jawaban atasmasalah-masalah fisika dengan merujuk ke teks masa lampau.Perbedaan ini ternyata menuai konflik yang berkepanjanganantara sains dan agama. Penemuan Galileo mengguncangotoritas ilmiah Aristoteles yang mendukung astronomiPtolemeus yang telah diterima secara luas di Eropa sejakabad ke-12. Lebih-lebih otoritas kitab suci saat itu meyakinibumi sebagai pusat alam semesta. Galileo dengan berpegangteguh pada hasil penelitiannya secara terang-terangan menentangotoritas gereja, sehingga pada tahun 1633 Galileo diadili olehgereja, ia disumpah untuk meninggalkan pendapat sesat,yang tak lain sistem heliosentris Copernicus. Moment bersejarahini diabadikan dalam sebuah lukisan Galileo yang sedangberlutut di hadapan Inkuisitor Gereja Katolik, berjubah terdakwa,satu tangan diletakkan di atas Injil.

Peristiwa Galileo tidak menjadikan para penerusnyamenjadi ciut, akan tetapi kajian tentang alam semesta terusmelangkah maju jauh meninggalkan para pendahulunya. Misalnyasaja setelah Galileo meninggal pada tahun 1642 M, Isaac Newton(642-1727 M) berhasil membuat pandangan yang benar-benar barutentang alam semesta, penemuannya tentang adanya gaya gravitasiyang nantinya menjadi salah satu dari ladasan teori relativitasyang konon terinspirasi dari sebuah peristiwa jatuhnya Apel diatas kepala Newton saat ia sedang duduk di bawah pohon Apel,telah membawa perubahan besar terhadap pandangan manusiatentang materi. Ia mampu menjelaskan hukum-hukum fisika

118 | Filsafat Agama

Page 126: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

dengan cara yang mudah dimengerti oleh manusia yang belumbisa dilakukan oleh William Harvey (1578-1657 M) dan RenéDescartes (1596-1650 M) yang juga telah mengadakan percobaansebelumnya.

Tidak hanya itu, pada dua abad berikutnya Sains modernberkembang begitu pesat. Ia menemukan jutaan fakta baru,menyusun ribuan teori baru dan melayani manusia dengancara yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Penemuan AlbertEinstein (1879-1955 M) misalnya, ia berhasil merumuskanteori relativitas, dan berdampak penting pada pemahamanmanusia atas ruang, waktu, energi dan materi, serta menjadicikal bakal lahirnya kosmologi modern, yang memunculkanberbagai gagasan tentang model alam semesta. Bahkan sainsmodern mampu merumuskan teologinya sendiri tentang alam,yaitu dengan memperlakukan materi sebagai unit otonom,yang dengan cara tertentu eksis dan hidup selamanya di alamsemesta, serta menjalankan fungsinya tanpa membutuhkan Tuhan.Ia juga merumuskan asumsi dasar bahwa kosmos hanyalahkumpulan materi yang berjalan berdasarkan hukum tertentu yangbisa dipahami melalui metode ilmiah. Begitu dipahami, hukumini kemudian bisa digunakan untuk menjelaskan segalasesuatu tanpa merujuk kepada apapun selain kepada sains.Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa sains akanmemunculkan berbagai gagasan, persepsi atau teori yang tidaksesuai atau bahkan bertolak belakang dengan pandanganreligius atau yang memunculkan pertanyaan tentang kemaha-kuasaan dan kebebasan Tuhan, sebab, sains tidak memiliki komitmenapapun terhadap agama manapun.

Meski demikian, segala penemuan sains modern membutuh-kan sebuah perenungan religius dalam konteks kehidupanberagama. Karena bagaimanapun, meski penemuan sains modernbebas nilai serta tidak terikat dengan agama manapun, akan tetapiia tidak akan bisa lari dan akan tetap bersinggungan dengankehidupan keagamaan, paling tidak dengan manusia yangberagama. Proses ini memang telah terjadi di Barat yang banyakdilakukan oleh jajaran teolog dari semua madzhab ’dalamagama Kristen’ dan para filosof serta saintis terkemuka guna

Agama dan Sains Modern | 119

Page 127: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

merenungkan implikasi penemuan ilmiah atas iman mereka.Diantara semua agama di dunia, Kristenlah yang harus

berhadapan langsung dengan serangan saintisme, sebab di duniaKristen sains modern lahir dan berkembang, dan menurutparadigma kehidupan dan pemikiran Kristen abad pertengahan,sains modern harus ditolak dan dikeluarkan.

Mungkin bukan suatu yang mengherankan ketika konflikantara sains dan agama di dunia Kristen dan Barat ini terjadi.Jika kita melihat sejarah lahirnya agama Kristen di Barat, hal itutelah menjadi cikal bakal adanya dikotomisasi antara kebenaranakal dan kebenaran wahyu. Selain itu juga tindakan gerejayang begitu keras memberangus dan memasung pemikiran-pemikiran dan teori-teori ilmiah, serta menjatuhkan hukumanterhadap si empunya apabila berseberangan dengan pendapatresmi gereja, hal ini menimbulkan keinginan untuk melakukankudeta terhadap gereja dengan menjadikan temuan ilmiahnyasebagai senjata paling ampuh untuk menyerang otoritas gerejadan menolak keberadaan dan campur tangan Tuhan dalamkehidupan manusia.

B. Tujuan Sains Dan AgamaSebagaimana dimaklum bahwa antara agama dan sains

memiliki perbedaan yang sangat jauh dan sukar dipertemukan.Bidang kajian agama adalah alam metafisik, sedangkan bidangkajian sains adalah alam empiris. Sumber agama dari Tuhansedangkan sains dari alam. Perbedaan agama deduktif emosionalsedangkan sains induktif rasional. Agama bersifat subjektifsedangkan sains bersifat obyektif. Ukuran agama adalahmukmin atau kafir, sedangkan sains adalah benar atau salah.Anggapan para sainstis yang demikian menunjukkan bahwatitik singgung antara agama dan sains hampir tidak ada, dankalau pun ada itu terletak pada hal yang umum sekali, yaitubaik agama maupun sains, subyeknya sama-sama manusia.

Namun, kalau diamati secara lebih dalam, terutama dalamsegi asal-usul dan tujuan agama dan ilmu, akan tampak titikpersamaan antara sains dan agama, kalau sainstis sekuler

120 | Filsafat Agama

Page 128: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

mengatakan bahwa sumber sains adalah alam empiris, makadari mana sumber alam empiris itu ? Mendapat pertanyaanseperti ini biasanya dia mengatakan bahwa alam empiristerjadi sendirinya, tanpa pencipta. Toh kalaupun ada pencipta,maka dia tidak dapat diketahui dengan jelas dan kehadirannyatidak membawa manfaat bagi kehidupan manusia. Jawabanyang demikian terlihat tidak logis karena tidak ada sesuatu yangdisebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal sainstis sangatmengagungkan sekali teori sebab akibat- suatu akibat pastiada sebab yang berasal dari luar dirinya. Dari sini terlihatkalau diusut lebih jauh lagi, para sainstis, baik yang sekuler,yang agnotis mengakui adanya sebab dibalik alam nyata ini,bagi kalangan agamawan sebab itu dinamakan pencipta, bukansekedar sebab saja atau asal usul.

Dari segi tujuan, agama berfungsi membimbing umatmanusia agar hidup tenang dan bahagia di dunia dan di akhirat.Adapun sains dan tekhnologi berfungsi sebagai saranamempermudah aktivitas manusia di dunia. Di sini tampak lebihjelas titik singgung antara agama dan sains. Kebahagiaan di dunia,menurut agama adalah prasyarat untuk mencapai kehidupanakhirat. Sains adalah sarana untuk membahagiakan danmempermudah aktivitas manusia di dunia. Dengan tekhnologimobil, dia dapat dengan cepat sampai pada tujuan yang jauh.Dengan tekhnologi arsitektur, dia mampu membangun rumahyang nyaman dan indah. Semua itu dalam pandangan agama,adalah penting dan perlu sebab ketenangan dan kebahagiaantersebut membuat dia leluasa menjalankan ajaran-ajaranagama yang mengantarkan kebahagiaan di akhirat.

Sains, tujuannya adalah untuk mempermudah aktivitasmanusia di dunia dan dengan sains posisi manusia lebih tinggidiri pada makhluk-makhluk lain, bahkan lebih tinggi dari malaikat.Sebagaimana agama, sains juga bertujuan untuk menyenangkansekaligus membahagiakan manusia.

Pelaku kegiatan sains dan agama adalah sama-sama manusia.Agama dan sains sama-sama mengakui bahwa manusia merupakanmakhluk yang tertinggi tingkatannya di bandingkan denganmakhluk lain. Dalam konsep Islam manusia di anggap sebagai

Agama dan Sains Modern | 121

Page 129: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

khalifah di bumi, yakni pengganti Allah.Dalam beberapa agama dan sains sebenarnya saling membutuh-

kan. Agama membutuhkan penjelasan sains tentang fakta-fakta yangdi alam, sebagai mana termaktub dalam kitab suci. Al-Qur’anmenegaskan agar selalu meneliti peredaran planet-planet danmeneliti kejadian bumi dan langit. Sebaliknya, ilmu membutuhkanagama dalam memberikan dasar moral bagi penerapan dan kegunaansains tersebut bagi kehidupan umat manusia dan lingkungan.Keterjalinan antar agama dan sains inilah yang akan merupakankunci kesuksesan dan kebahagiaan di dunia.

C. Pertentangan Agama dan Sains ModernPada abad ke-20 konflik hubungan sains dan agama menjadi

sebuah kajian yang tak pernah tuntas dibahas. Selama 40tahun terakhir, minat kuat dalam hubungan sains dan agama telahmenghasilkan banyak tanggapan dan interaksi kesarjanaanyang berusaha menjembatani sains dan teologi Kristen. Salahsatu inti permasalahan yang kemudian membawa padakonflik yang berkepanjangan adalah masalah penciptaan danmodel alam semesta yang diajukan oleh kosmologi modern.

Sekarang, kosmologi bukan lagi sekadar teori teori spekulatiftentang asal usul, evolusi, komposisi, dan struktur alam semesta ini.Ia sudah merupakan ilmu pengetahuan yang didukung beragamhasil observasi astronomis, juga hasil-hasil eksperimen fisikayang berkaitan. Bahkan, sebagian kalangan ahli kosmologimengatakan, saat ini adalah eranya kosmologi presisi (ketepatan),yaitu era ketika data-data astronomis melimpah dengan tingkatkepresisian yang semakin tinggi.

Banyak hasil observasi yang mendukung teori-teori yangdiajukan. Ada juga yang masih menjadi rahasia tak terungkapsehingga alam semesta ini belum sepenuhnya terpahami, danmendorong para ilmuwan untuk terus memformulasikan aturanatau teori-teori yang memberikan alam semesta ini.

Kosmologi modern pada abad ke-19 hingga abad ke-20telah mengajukan berbagai gagasan mengenai model alamsemesta. Namun tinjauan terhadap semua teori ini mengungkapkan

122 | Filsafat Agama

Page 130: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

bahwa pada intinya hanya terbagi dua, yaitu :1. Gagasan yang umum di abad ke-19 adalah gagasan yang diusung

oleh kaum Materialisme seperti Karl Marx dan Friedrich, yangmengatakan bahwa alam semesta merupakan kumpulan materiberukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala, tidak berawaldan akan terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijakbagi paham materialis, pandangan ini menolak keberadaan sangPencipta dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawaldan tidak berkhir. Jelas telihat bahwa paham ini berakar darikebudayaan Yunani kuno. Pada abad ke-20, konsep ini kemudiandilanjutkan oleh seorang ahli astronomi Inggris ternama, Sir FredHoyle dengan teori ”Steady-state”- nya.

2. Gagasan yang mengatakan bahwa alam semesta diciptakan danmemiliki awal, yang dikenal dengan model Big Bang. Modelkosmologi ini pertama kali diajukan seorang ilmuwan Rusia, A. A.Friedmann (1922 M), dan secara terpisah oleh seorang pendetailmuwan Belgia, G. Lemaitre. Model kosmologi yang mereka ajukanmerupakan salah satu solusi teori relativitas umum Einstein. Dalamteorinya ini, Einstein menyatakan hubungan kelengkungan ruangwaktu dengan sumber medan yang mengisi ruang-waktu tersebut.Model ini kemudian dikuatkan oleh hasil observasi Edwin Hubble(1929 M) di observatorium Mount Wilson Caliofornia. Ketikamengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemu-kan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai denganjaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini bergerakmenjauhi kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui,spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekatipengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhipengamat cenderung ke warna merah.Selama pengamatan oleh Hubble, cahaya dari bintang-bintangcenderung ke warna merah. Ini berarti bahwa bintang-bintang initerus menerus bergerak menjauhi kita. Jauh sebelumnya, Hubbletelah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksibergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama-sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alamsemesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu samalain adalah bahwa ia terus menerus mengembang. Mengembangnya

Agama dan Sains Modern | 123

Page 131: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerakmundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titiktunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa titik tunggal ini yang berisisemua materi alam semesta haruslah memiliki volume nol, dankepadatan tak hingga. Alam semesta telah terbentuk melaluiledakan titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan raksasa yangmenandai permulaan alam semesta ini yang kemudian dikenalsebagai model Big Bang.

Kalau dicermati dari awal lahirnya kosmologi hingga padakosmologi modern, kita akan melihat bahwa keberadaan Tuhanbenar-benar menjadi sebuah permainan, yang akan dihapusketika tidak dibutuhkan dan demikian pula akan dipanggilkembali ketika observasi mengatakan bahwa Tuhan itu ada;abad ke-2 masehi hingga abad ke-15 masehi sistem Ptolemaikbercokol dan langit menjadi objek pemujaan. Abad ke-17 lahirlahempat raksasa peruntuh langit spiritual, yaitu Copernicus,Kepler, Galileo dan Newton. Kosmologi tak lagi ada, yang adahanyalah ilmu Astronomi. Hal ini kemudian yang menjadilandasan pemahaman tentang model alam semesta kekalpada abad ke-19 masehi, yang diajukan oleh paham materialismeyang diusung oleh Karl Marx. Paham ini mendapat penerimaanyang meluas bahkan sampai abad ke-20. Kemudian pada tahun1929 M observasi Hubble yang mengatakan bahwa alam semestamengembang dan menguatkan teori Big Bang. Ini adalahpenemuan penting dalam astronomi, karena memungkinkankembalinya kosmologi sebagai sains dan kembali bisa memberiruang pada keberadaan Tuhan. Namun lagi-lagi Tuhan digusurpada tahun 1981 M oleh Stephen Hawking dalam konferensiVatikan tentang kosmologi. Ia menyampaikan sebuah teoriyang tidak beda jauh dengan gagasan Guth tentang teori

Inflasi untuk menjelaskan mengembangnya alam semesta.Hal inilah yang kemudian selalu menjadi kajian yang tak pernahtuntas dibahas, dan menjadi konflik berkepanjangan antara kaummaterialisme yang tetap bersikukuh bahwa tidak ada campur tanganTuhan di alam semesta dengan kaum teistik yang meyakini bahwaTuhan adalah kausal final dari alam semesta.

124 | Filsafat Agama

Page 132: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Titik Temu Sains dan AgamaPertemuan sains dan agama pada dasarnya tidaklah selalu

mengkerucut ke dalam anggapan akan pertemuan dua ranah yangberbeda, sebab keduanya seolah membaur dalam keseharian yanghampir tidak dapat dicerna secara terpilah. Bahkan untuk menentu-kan manakah dari keduanya yang lebih dulu merasuki kehidupanmanusia, juga tidaklah pernah mendapat jawabannya yang pasti.Dalam hal ini tentu istilah sains dan agama sendiri lebih dirujukkanpada pengertian awalnya yakni; yang pertama, penyelidikan danpenafsiran atas semesta hingga bisa diketahui jawaban daripelbagai fenomena yang terjadi, dan yang kedua sikap dan pemikiranyang menempatkan rasa ketuhanan dalam kehidupan. Namun,membahas sains dan agama dengan melibatkan seluruh historiografipengetahuan dan religiusitas manusia, tentu di sini bukanlah tempatyang tepat mengingat banyaknya data yang dibutuhkan untukmelengkapi penelitian ini.

Henry Smith Williams dalam ”A History of Science”,misalnya, telah menunjukkan pada kita bahwa sains dalampengertian itu sebenarnya telah ada dalam masa yang hampirtidak bisa dipastikan usulnya, terkecuali dengan mengadakanpemotongan data historis tentang perkembangan mula sains.Mengingat bahwa istilah sains sendiri adalah istilah yang selaluberdengung dalam keseharian kita, meskipun belum tentu setiaporang bisa menjelaskannya dengan baik, maka uraian tentangistilah sains sendiri mutlak diperlukan.

Melacak perkembangan keduanya dalam pengertianyang jauh, pada akhirnya akan menyeret kita pada logika sederhanapertautan perenungan kosmologis dan teologis. Hal inilahyang sekiranya tampak pada masa keramaian pembongkaranmitos di Yunani oleh filsafat. Masyarakat yang mulanya terbiasaberpikir mitis pada akhirnya dibongkar paksa kejumudannyaoleh tradisi baru berpikir logis yakni, Filsafat. Thales, Empidocles,Heraclitus, Plato, Aristoteles, Socrates dan banyak lagi namalainnya adalah sedikit dari orang-orang yang telah mengenalkantradisi baru tersebut. Paradigma mitologis yang mengolahdaya pikir masyarakat dalam melihat fenomena hanya sebataspenerimaan atas warisan dongeng dan takhayul, diganti dengan

Agama dan Sains Modern | 125

Page 133: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

paradigma kosmologis yang berusaha menjejaki seluruh fenomenalewat analisa rasional, koheren dan logis. Efek dari hal ini tentu sajaadanya perubahan konsepsi secara mendasar orang-orangtentang alam, kedirian, dan Tuhan. Ketegangan yang terjadi puntidak hanya berkisar pada ranah politis, epistemologis, ataupunsosiologis, akan tetapi juga pada ranah teologis. Hanya saja jalinancerita perjalanan upaya manusia menyibak rahasia semestatersebut, tidak selalu tampil dalam kondisi yang diwarnai adanyakonflik antara pemikiran filosofis di satu sisi, dan keyakinanteologis di sisi lain.

Tradisi baru ini pun menyebar ke berbagai pelosok danberhasil membawa angin segar bagi perkembangan intelektualitasmasyarakat di segala bidang. Hal ini bisa kita lihat pada duniaArab-Islam dengan keunggulan peradaban dan tradisi pemikiranfilosofis-teologisnya. Ada banyak ilmuwan yang lahir dari rahimpenggabungan dua tradisi ini. Al Kindi, Ibn Sina, Al Farabi, hinggaIbn Rusyd dalam bidang religio-filosofis. Serta Al Biruni, Jabir ibnHayyan, Ibn Rabban al Tabari, Al Khawarizmi, hingga Al Battaniyang secara gemilang telah membuat penemuan dan terobosanbaru, khususnya dalam ranah ”sains”.

Kemunculan Darwin pada abad 19 dengan teori evolusinyaadalah persoalan yang paling mendapatkan sorotan dalamkerangka pertemuan sains dan agama. Sebab, apa yang dikemukakanoleh evidensi empiris Darwin benar-benar mengguncang hampirkeseluruhan kerangka doktrinal agama. Dalam hal ini, Ian G.Barbour sendiri menyebutkan bahwa ada 3 isu utama yangberkembang seiring dengan kelahiran teori evolusi Darwin yaitu : 1]tantangan terhadap literalisme biblikal; 2] tantangan terhadapmartabat manusia, dan; 3] tantangan atas desain ilahi. Pada yangpertama, teori evolusi dijelaskan sebagai pandangan yangmengandung gagasan semisal tentang adanya perubahanevolusioner dalam perjalanan penciptaan alam semesta yangmemakan kurun waktu yang lama (jutaan tahun) dan tentu sajaberlawanan dengan doktrin kitab suci yang menyatakan bahwapenciptaan dilangsungkan dalam hitungan saat yang sebentar :tujuh hari.

Beberapa kecenderungan yang mulai lahir di masyarakat

126 | Filsafat Agama

Page 134: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

modern, bahkan merupakan terusan penting penyikapan atasfenomena modernitas yang digugat. Bangkitnya jenis-jenisspiritualitas baru hingga diliriknya bentuk-bentuk kearifan dan ajaran-ajaran kuno (juga dalam kalangan ilmuwan sendiri), adalah rentetanupaya manusia modern untuk mengobati perihal krisis yang telahdisebabkan oleh cara pandang paradigma modern. Point-pointpenting dari fenomena-fenomena tersebut yang perlu digarisbawahi kemudian adalah : a] timbulnya gugatan atas paradigmamodern; b] adanya perkembangan baru dalam hubungan sains danagama disebabkan beberapa temuan baru dalam dunia sainsseolah mengisyaratkan dikembalikannya Tuhan dalam sains modern;serta; c] mulai dirumuskannya bentuk-bentuk teologi yanglebih berafiliasi dengan interpretasi filosofis sains modern.

Berkaitan dengan persoalan bagaimana terusan nasibhubungan antara sains dan agama, maka adanya pelbagairekonstruksi konsep filosofis dari sains modern dan teologi sendiri,seolah membuka cakrawala baru bagi semakin tersedianyaruang dialog antar keduanya. Sebab, formula filosofis baru yangditawarkan oleh sains modern serta perkembangan pemikiranteologis, memang menuai karakteristik yang saling memper-timbangkan. Meskipun disamping itu, tentu saja kita juga tidakbisa melepaskan perhatian akan tetap adanya sikap memper-tahankan materialisme-ateistis dalam penafsiran para ilmuwandalam sains modern, serta konservatisme sebagian kalanganteolog dalam memandang logika keduanya. Namun, secaraumum kecenderungan yang terjadi mengarah pada sisi positifhubungan keduanya.

RangkumanDari uraian tersebut di atas, maka dapat dirangkumkan beberapa

hal sebagai berikut :1. Membicarakan sains modern memang tidak dapat dilepaskan

sejarah panjang perkembangan dari sains sendiri. Dalamperkembangannya sains selamanya tidak selalu sesuai denganajaran agama, terutama pada awal abad pertengahan dimanateosentrisme menjadi doktrin resmi pihak gereja.

Agama dan Sains Modern | 127

Page 135: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Tujuan sains dan agama adalah saling melengkapi. Jika agamaberfungsi membimbing umat manusia agar hidup tenang danbahagia di dunia dan di akhirat. Maka sains dan tekhnologi ber-fungsi sebagai sarana mempermudah aktivitas manusia di dunia.

3. Pertentangan agama dan sains modern tidak pernah tuntas sejakawal perkembanan sains dengan pihak gereja. Sains telahmengembangkan berbagai penemuan yang kadangkala berbedadengan pandangan agama, misalnya tentang kosmologi modernyang dilandasi dengan teori steady-state dan Big-Bang yang padaintinya teori keduanya tidak menyisakan ruang bagi keberadaanTuhan sang Pencipta alam semesta.

4. Titik temu agama harus dimulai dengan sikap moderasi, yangpertama bahwa penyelidikan dan penafsiran atas alam semestahingga bisa diketahui jawaban dari pelbagai fenomena yang terjadi,dan, yang kedua sikap dan pemikiran yang menempatkan rasaketuhanan dalam kehidupan. []

128 | Filsafat Agama

-----ooo0ooo-----

Page 136: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB XIVANTARA NATURALISME DAN

SUPERNATURALISME

Antara Naturalisme dan Supernaturalisme | 129

PendahuluanDalam diskusi tentang sains dan agama sebagaimana telah

diuraikan pada bab sebelumnya memang masih menyisakanbeberapa permasalahan, salah satunya adalah tentangperbedaan paradigma yang dipergunakan oleh keduanya. Sainsyang oleh karena didasarkan pada data obyektif dan empiris, makavaliditas kebenarnya bersifat positif, obyektif dan empiris.Untuk mengokohkan bangunan epistemologisnya, maka sainsharus berpijak pada keajegan alam sebagai prasyarat bagi validitasbangunan ilmiahnya. Dengan kata lain, sains sebenarnya memilikiparadigma naturalism. Yakni, meletakkan keajegan alam besertahukum-hukumnya menjadi dasar bagi kebenaran ilmiahnya.

Sementara, agama yang didasarkan pada informasi wahyuyang lebih menekankan pada aspek normatifitas. Oleh karenaitu kebenaran agama selalu bersifat absolut. Untuk mengokohkanbangunan epistemologisnya, agama pada umumnya didasarkanpada otoritas Tuhan sebagai Dzat yang Maha Benar. Penyandaranpada kekuasaan Tuhan yang bersifat metafisika atau supranaturalinilah yang menjadi paradigma agama dalam rangka untukmemperbaiki tingkah laku manusia serta memberikan informasisekaligus ketentraman bagi kehidupan manusia di dunia akhirat nanti.

Persoalan yang segera muncul terkait dengan keduaparadigm ini adalah bagaimana penganut agama atau seorangsaintis mencoba menggunakan kedua paradigma tersebutdalam hidup dan kehidupannya ? Sebab, kita tentu menyadaribahwa kedua institusi peradaban manusia itu selalu hadir dan saling

Page 137: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

mengkait di dalam kehidupan manusia. Sains dan agamamerupakan instrument kebudayaan manusia yang salingmenopang satu dengan lainnya dalam rangka mengarahkankehidupan manusia menjadi lebih baik dan bermartabat. Namunbagaimana mungkin jika kedua paradigma keduanya salingmengalahkan satu dengan lainnya. Paradigma naturalisme di dasarkanpada keajegan alam beserta hukum-hukumnya, sedangkan paradigmasupernaturalisme didasarkan pada otoritas Tuhan yang bersifatmetafisika. Bisakah kedua paradigma tersebut dapat ditemukandalam pemahaman yang lebih komprehensif ? Dalam paket ini akandibahas lebih mendalam tentang kedua paradigma tersebutserta kemungkinan-kemungkinan paradigma keduanya dapatdisatukan.

ANTARA NATURALISME DAN SUPERNATURALISMESebagaimana dimaklumi bahwa terdapat perbedaan yang

sangat sigfikan antara sains dan agama jika ditinjau dari paradigm.Paradigma adalah acuan fundamental atau basis daripengetahuan tertentu yang memberikan arah serta landasannilai kebenarannya. Jika dikaitkan dengan sains maka paradigmaadalah acuan atau basis pengetahuan bagi sains yang memberikanarah serta landasan bagi nilai kebenaranya yang ingin dicapai.Dengan demikian kalau dikemukakan bahwa paradigma sainsadalah naturalisme, itu berarti sains menggunakan fakta alam ataunatural beserta dengan hukum-hukumnya (yang dikenal denganhukum alam) sebagai acuan atau basis bagi sains yang mem-berikan arah serta landasan nilai kebenaran yang ingin dicapai. Sedang-kan paradigma supernaturalisme yang dipergunakan oleh agamadapat dimaknai sebagai acuan atau basis supranatural besertadengan otoritasnya untuk dijadikan landasan nilai kebenaran yangingin dicapai.

A.Pengertian Naturalisme Dan SejarahnyaIstilah naturalisme berasal dari kata ”nature”. Kadang pengertian

”nature” hanya disandarkan pada makna dunia fisik material saja,sedangkan sebaliknya yang bersifat non fisik sering diistilahkan

130 | Filsafat Agama

Page 138: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

”supranatural”. Tetapi dalam realita, alam terdiri dari alammaterial dan alam spiritual, masing-masing dengan hukumnyasendiri. Era Pencerahan, misalnya, memahami alam bukansebagai keberadaan benda-benda fisik tetapi sebagai asal danfondasi kebenaran. Ia tidak memperlawankan material denganspiritual, istilah itu mencakup bukan hanya alam fisik tetapi jugaalam intelektual dan moral.

Naturalisme merupakan teori yang menerima ”nature”(alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah ”nature” telahdipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulaidari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepadasistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalahdunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilahnaturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalismeyang mengandung pandangan dualistik terhadap alamdengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam.

Istilah naturalism sering dinisbahkan dengan suatualiran dalam filsafat, yakni filsafat naturalisme. Kalau dilacaklebih jauh, aliran filsafat naturalisme lahir sebagai reaksiterhadap aliran filasafat pendidikan Aristotalian-Thomistik.Naturalisme diperkirakan lahir pada abad ke 17 dan mengalamiperkembangan pada abad ke 18. Kemudian naturalismeberkembang dengan cepat di bidang sains, terutama akibat dariadagiumnya ”Learned heavily on the knowledge reported byman’s sense”.

Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besaryaitu realisme, empirisme dan rasionalisme. Pada dasarnya, semuapenganut naturalisme merupakan penganut realisme, tetapi tidaksemua penganut realisme merupakan penganut naturalisme.Sehingga wajar jika ada yang menyebutkan bahwa realismemerupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunyaadalah nilai estetis dan etis dapat diperoleh dari alam, karena dialam tersedia kedua hal tersebut.

Namun terlepas dari definisinya, istilah naturalisme memangtidak dapat dipisahkan dengan fakta alam semesta ini. Dan,salah satu ciri yang paling menakjubkan dari alam semesta

Antara Naturalisme dan Supernaturalisme | 131

Page 139: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

adalah keteraturan atau keajegan. Pikiran manusia sejak dulusudah menangkap keteraturan ini. Terbit dan tenggelamnyamatahari, peredaran planet-planet dan susunan bintang-bintangyang bergeser teratur dari malam ke malam sejak pertamakali manusia menyadari keberadaannya di dalam alam semesta,hanya merupakan contoh-contoh sederhana. Ilmu pengetahuanitu sendiri hanya menjadi mungkin karena keteraturan tersebutyang kemudian dibahasakan lewat hukum-hukum matematika.Tugas ilmu pengetahuan umumnya dapat dikatakan sebagaimenelaah, mengkaji, menghubungkan semua keteraturan yangteramati. Ilmu pengetahuan bertujuan menjawab pertanyaanbagaimana dan mengapa. Namun khusus untuk kosmologi,pertanyaan ‘mengapa’ ini di titik tertentu mengalami kesulitan yangluar biasa.

B. Pengertian Supernaturalisme dan SejarahnyaSedangkan supernaturalisme dalam kamus ilmiah populer

berarti bentuk kepercayaan kepada hal-hal yang diluar ataujauh dari jangkauan dunia empiris; atau suatu angapan bahwadi at as alam ini ada kekuat an yang lebih t ingi. 1 Supernatural-isme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alamdengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam.Sedangkan, Yuyun Sunasumantri (1997 : 64) mengartikan super-naturalisme merupakan pandangan yang mengatakan bahwa didalam alam ini terdapat wujud-wujud yang bersifat ghaibyang bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dari pada alam nyatawujud-wujud ini yang mengatur kehidupan alam sehinggamenjadi alam yang ditempati sekarang ini. Kepercayaan animismemerupakan kepercayaan yang berpangkal pada paham super-naturalisme ini, di mana manusia percaya terhadap adanya roh-rohyang bersifat ghaib yang berada pada benda-benda di lingkunganmereka sekitarnya seperti batu, air terjun, dan pohon-pohon besar,serta mempunyai kekuatan untuk mengatur kehidupan di alam ini(dinamisme). Kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan

132 | Filsafat Agama

1 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer ,  (Surabaya  :ARKOLA,1994)

Page 140: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

kepercayaan yang paling tua usianya dalam sejarah perkembangankebudayaan manusia yang berpangkal pada paham super-naturalisme dan masih dianut oleh beberapa masyarakat dimuka bumi ini.

Keberadaan aliran supernaturalisme juga di kaitkandengan ilmu metafisika, yang memiliki tafsiran mengenaibeberapa tafsiran metafisika dalam menafsirkan hal ini,manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiranmetafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan olehmanusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-halgaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggiatau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiranseperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sinilahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.

Sejarah supernaturalisme sebenarnya sudah setua umurkeberadaan manusia sendiri di dunia ini. Jejak supernaturalismesudah ditemukan pada masa pra-sejarah dimana zamanbelum mengenal tulisan dan masih menggunakan bahasaisyarat sebagai alat komunikasi. Meskipun zaman itu masyarakatbelum mengenal agama dan belum mengerti tentang baikdan buruk. Demikian juga mereka belum mengerti tentangaturan hidup karena tidak ada kitab suci atau undang-undangyang menuntun kehidupan mereka. Namun, yang menarikmereka sudah memiliki kepercayaan primitif. Dalam kajianantropologi, yakni tentang asal usul agama primitif banyaksekali teori atau pendekatan yang telah memaparkan tentangasal usul manusia primitive. Ada yang menyatakan bahwaasal-usul kepercayaan primitive berasal dari kesalahan bahasa,sebagaimana yang telah dilakukan oleh Max Muller. Ada yangmenyatakan bahwa asal usul kepercayaan primitive berasaldari diri hantu (Ghost theory) seperti EB Taylor, dan sebagainya.

Jadi, awal munculnya supernaturalisme terjadi akibatkepercayaan manusia terhadap alam bahwa terhadap hal-halgaib yang lebih kuasa dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggiatau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.karena adanya kekuasaan yang lebih tinggi itu roh-roh tersebutmempunyai kekuatan yang dasyat dan mempunyai kehendak,

Antara Naturalisme dan Supernaturalisme | 133

Page 141: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

sehingga kalau marah bisa membahayakan manusia dan kalugembira bisa menguntungkan manusia. Maka aliran supernatural-isme itu muncul dikalangan mereka.

C. Pertentangan paradigma Naturalisme dan SupernaturalismeSebagaimana diungkapkan oleh Rasjidi di dalam bukunya

Filsafat agama bahwa kesulitan yang sudah lama dirasakan dalamfilsafat agama adalah tentang pertentangan antara sains danagama pada dasar paradigmanya. Pokok daripada persoalan ituialah bahwa sains menghendaki naturalism, sedangkan agamamenghendaki supernaturalisme dan kedua hal itu kelihatannya takdapat disesuaikan.2

Sebagaimana dimaklumi bahwa sains tidak dapat tersusunkecuali dengan dasar bahwa dalam alam ada hukum alam (naturallaw). Dan, hukum ini harus berjalan secara ajeg atau selaludalam kondisi konstan (uniformity of nature) dimana dan kapanpun. Inilah sebabnya mengapa sains harus bersandar pada prinsiphukum alam, sebab jika alam tidak memiliki hukum-hukumnya,(misalnya hukum kausalitas) maka niscaya sains tidak dapatmempelajari apa pun tentang alam ini. Namun, apakah agamajuga dapat hidup dan berjalan dalam dunia atau alam seperti itu ?Dengan demikian, baik sains dan agama sebenarnya tidakakan pernah dapat berjalan sesuai dengan prinsip-prinsipnyamasing jika tidak mengakui alam merupakan fakta yang sama.Dengan kata lain, perbedaan antara sains dan agama dalammemahami alam sebenarnya bersifat perpektifal semata, bukanprincipal. Sains hanya alam sebagai fakta tunggal yang bersifatempiris dan obyektif, sementara agama memahami alamsebagai bukti adanya Dzat yang Maha Agung yang berada di luaralam ini, jadi bersifat metafisika atau supranatural.

Namun, pertentangan antara agama dan sains itu tidakhanya pada tingkat epistemologis semata, tetapi juga masukpada wilayah praksis kehidupan manusia. Misalnya, terhadapmasalah do’a yang bagi penganut agama memiliki prinsip

2 Rasjidi,Filsafat, hal. 123

134 | Filsafat Agama

Page 142: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

yang sama dengan prinsip uniformitas pada sains. Karena jikado’a hilang sama halnya prinsip keajegan (uniformity natureprinciple) tidak lagi berfungsi pada sains. Dalam agama apa pundo’a merupakan hal yang sangat utama, namun jika do’a itudisingkirkan karena tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yangbekerjanya alam semesta, maka disinilah timbul pertentangannya.

Selain do’a, yang tidak kalah pentingnya dalam sudutpertentangan ini adalah tentang mu’jizat. Mu’jizat sebagaimanado’a juga merupakan hal yang sangat esensial bagi agama.Mu’jizat bagi agama merupakan keajaiban yang terjadi padanabi-nabi untuk menunjukkan kebenaran agama sepertitongkat Musa yang menjadi ular, atau nabi Isa menghidupkanorang yang telah mati, dan lain sebagainya.Oleh karena itu, jikaMu’jizat harus disingkirkan karena tidak sesuai dengan hukumalam, maka kedua sudut pertentangan paradigmatik itu tidak akandapat ditemukan sampai kapan pun.

D. Titik Temu Naturalisme dan SupernaturalismeSebagaimana dikemukakan di atas bahwa perbedaan pendapat

antara naturalisme dan supernaturalisme sebenarnya berakardari perbedaan pendekatan dan perspektif tentang keberadaan darialam ini. Sains yang berpijak pada konsep naturalisme berpendapatbahwa alam ini memiliki susunan yang bersifat mekanis dan sudahpasti berjalan ajeg (uniform) dimana saja dan kapan saja. Pandanganini menyatakan prinsip bahwa di dalam alam ini hanya ada hukumkausalitas (sebab-akibat) saja (mechanical order). Sedangkan jikadilihat dari sudut pandang ontologis, maka konsep mekanis tentanghukum alam ini merupakan konsep monistic, artinya tidak ada Dzatdi luar yang memelihara atau mengurus alam ini. Sebaliknyasupernaturalisme berpandangan bahwa keberadaan alam besertadengan susunannya merupakan hal yang sengaja diciptakan untuktujuan-tujuan tertentu sesuai dengan sang Pencipta sendiri (purposiveorder). Konsep ini berbeda dengan naturalism yang monistic,supernaturalisme berpijak pada konsep dualistic, yakni percayaadanya Dzat yang ada di luar alam ini yang mengatur sertamemiliharanya.

Agar kedua pandangan ini dapat dipertemukan maka konsep

Antara Naturalisme dan Supernaturalisme | 135

Page 143: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

terhadap alam ini juga seyogyanya juga harus dirubahsehingga dapat diterima oleh kedua belah pihak, yakni sains danagama. Oleh karena itu tawaran konsep yang sebenarnya bisadiakui oleh keduanya adalah meletakkan konsep bahwa alam inibukan merupakan susunan mekanis yang berjalan otomatis sesuaidengan prinsip-prinsip alam bersifat anonym, tetapi juga alamini bukan berjalan sesuai dengan maksud yang telah ditentukansebelumnya oleh sang Pencipta (seperti kepercayaan deisme),namun alam ini memang ada dan terselenggara secarateratur serta dipelihara oleh Dzat yang ada di luar alam semestaini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa alam ini memangsengaja dicipta dengan maksud tertentu oleh sang Penciptanyadan sekaligus sang Pencipta memeliharanya. Hal ini telah dapatdibuktikan dalam pengalaman moral sehari-hari, yakni tentangprediksi perbuatan baik seseorang.

Kita mengetahui bahwa setiap orang memiliki karakteryang berbeda satu dengan yang lainnya, hamper pasti bahwatidak orang memiliki kepribadian dan karakter yang sama. Tentukita menyadari bahwa unsur-unsur kepribadian atau karaktermanusia memiliki dimensi yang sangat komplek sehinggafleksibilitas juga sangat variatif. Dalam fakta seperti ini kitaakan sangat kesulitan memprediksi tindakan-tindakan morilseseorang segampang kita memprediksikan cuaca. Yang menarikdalam kaitan ini meskipun kita kesulitan memprediksikantindakan moral, kalau seseorang memiliki budi pekerti danwatak yang dapat dipercaya, meskipun kita dapat mengetahuiapa yang akan dipilih diantara kemungkinan bertindaknya,akan tetapi kita dapat merasa yakin dan tentram bahwa dia takmemilih hal yang tidak baik. Hal itu disebabkan karena tindakanmoril tidak disebabkan oleh hukum kausalitas.

Berdasarkan pada contoh pengalaman moril terutamaterhadap prediksi tindakan seseorang berdasarkan pilihanmoralnya, sebenarnya merupakan bukti yang sangat memadai(adequate) tentang adanya ”susunan yang teratur, tetapitidak bersifat mekanis”. Dalam kaitan ini A.O. Lovejoy, menyatakandalam bukunya The Discontinuities of Evolution, bahwa ”Adanyakejadian-kejadian dalam evolusi menunjukkan bahwa sesungguh-

136 | Filsafat Agama

Page 144: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

nya peraturan-peraturan alam itu tidak sempir akan tetapi sebalik-nya luas dan mengandung kemungkinan-kemungkinan yang merupakantindakan-tindakan sesuatu Dzat yang mempunyai maksud”.3

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat dikemukakan bahwakonsepsi yang menyatakan bahwa susunan alam ini memangsengaja diciptakan dengan maksud tertentu oleh Sang Penciptanyamerupakan hipotesa yang sangat efektif untuk menemukanpertentangan antara pandangan naturalisme yang dipegang olehsains dan pandangan supernaturalisme yang diyakini oleh agama.Karena hipotesa ini berpegang pada pernyataan bahwa keseragaman(regularity) dalam alam dapat ditafsirkan dengan adanya Tuhanyang mempunyai sifat yang tetap dan segala tindakan-Nyamerupakan tindakan Dzat yang bijaksana.

RangkumanDari berbagai paparan di atas, maka dapat beberapa hal sebagai

berikut :1. Naturalisme adalah paham yang berpandangan bahwa alam

semesta merupakan fakta kongkrit yang bersifat obyektif danempiris serta memiliki hukum-hukumnya yang ajeg dan teratur.Oleh karena itu yang dapat dijadikan bijakan untuk mencarikebenaran adalah alam.

2. Supernaturalisme sebaliknya adalah paham yang berpandanganbahwa alam semesta ini bukan fakta utama tetapi merupakanbukti semata bagi adanya Dzat sang Pencipta secara sengajadengan maksud-maksud yang dikehendak oleh-Nya sendiri, yangmengatur serta memelihara alam ciptaan-Nya.

3. Pertentangan antara paham naturalisme dan supernaturalismeterutama pada praktek do’a dan mu’jizat sebagai pijakanesensial bagi agama. Menurut paham naturalism do’a danmu’jizat tidak mempunyai tempat pada alam yang bersifatmekanis dan ajeg. Sebaliknya, supernaturalisme menyatakanbahwa banyak fenomena alam ternyata tidak tunduk pada hukumhukum kausalitas, sehingga sains sendiri tidak dapat menjelaskansecara memadai

3 Lihat: Rasjidi, Filsafat, 129

Antara Naturalisme dan Supernaturalisme | 137

Page 145: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Titik temu pertentangan antara naturalisme dan super-naturalisme dapat dilakukan dengan menemukan titikkesepahaman dalam melihat keberadaan alam semesta itusendiri. Yakni, alam harus dipahami bukan sebagai suatu susunanyang mekanis sekaligus bukan dikendalikan oleh hukum-hukum mekanis alam, tetapi keberadaan alam harus dipahamisebagai susunan yang sedemikian teratur dan sengajadiciptakan, serta dipelihara sendiri oleh sang Penciptanya. []

138 | Filsafat Agama

-----ooo0ooo-----

1

Page 146: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Aceh., Sejarah Filsafat Islam, Solo: Ramadhani, 1982Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991),Akbar S.Ahmed, Postmodernisme and Islam, Routledge, London, 1992.Aslam Hadi, Pengantar Filsafat Agama, CV. Rajawali, Jakarta, 1986,Ali Mudhofir, Teori Dan Aliran Dalam Filsafat Dan Teologi, Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta, 1996Amsal Bakhtiar., Filsafat Agama, Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1997Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan

Manusia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009)Andarias Kabanga’, Manusia Mati Seutuhnya: Suatu Kajian Antropologi

Kristen. (Yogyakarta: Media Pressindo 2002)A.W Lane., Arabic – English Lecsicon, Cambridge-England : The Islamic

Society Trust, Format in, 1984 (sebagaimana dikutip SyahrinHarahap dalam Teologi Kerukunan, Jakarta. Prenada, 2007, hal. 15

A.H. Bakker, Metode-Metode Filsafat., Yogjakarta : Yayasan PembinaFakultas Filsafat, TT. Diktat

Aholiab Watloli, Tanggung jawab pengetahuan: mempertimbangkanepistemologi secara kultural, (Yogyakarta Kanisius, 2001)

AMW. Pranaka dan A. Bakker., Epistemologi, Kebudayaan dan Pendidikan,Yogjakarta, Kelompok Studi Filsafat, 1979,

Chad Meister, Introducing : Philosophy of Religion,Routledge, London,2009

Dagobert D. Runes. Dictionary of Philosophy, Totowa New Jersey: Adam& Co, 1971

David Trueblood, Philosophy of Religion : Filsafat Agama , Terj. Rasjidi(Bulan Bintang : Jakarta, 1986)

Endang Saifuddin Anshari., Ilmu, Filsafat dan Agama., Surabaya, BinaIlmu, 1991

Daftar Pustaka | 139

1

Page 147: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Ernest Gellner, Postmodernism, Reason and Religion, Routledge, London,1992.

Franz Magnis-Suseno SJ., Pemikiran Soedjatmoko tentang Kebebasan,PTGramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993

Frederick Mayer., A. History of Ancient and Medieval Philosophy, NewYork : America, Book Company, 1950,

Gianni Vattimo: The End of Modernity: Nihilism and Hermeneutics in Post-modern Culture, Publisher Wiley, 1992

Griffin, David, God and Religion in Postmodern World, Albany, N.Y. StateUniversity of New York Press, 1989.

Harun Nasution., Filsafat Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1975,Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta, UI Press,

1985Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah,

Cet. Ke-1, (Universitas Indonesia Pers: Jakarta, 1987)Harun Hadi Wijono., Sejarah Filsafat Barat Fisafat 2 , Yogyakarta, Yayasan

Kanisius, 1980Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern,( Jakarta, Gramedia,

1990)H.M. Rasjidi, Filsafat Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1987Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat. Yogyakarta, Rineka Cipta, 1960. Hick, J., 1966, Evil and the God of Love, the Macmillan Press Ltd., LondonHugh J.Silverman, ”The Philosophy of Postmodernism”, in Hugh J.Silverman

(ed) Postmodernism-Philosophy and the Art, London, Routledge,1990

Jaspers menyebut chiffer-chiffer atau tanda-tanda. Lihat. K. Bertens,Filsafat Barat Abad XX, Jerman (Yogyakarta : Kanisius,1996)

K H Thaib Thahir Abd. Mu’in, Ilmu Kalam., Jakarta: Wijaya, 1985K.H. Ahmad Azhar Basyir, Refleksi atas Persoalan Keislaman., Bandung,

Mizan, 1993Kopt, R.W., 1983, Evil and Evolution, Associated University Press, EnglandKusumah, Mulyana, 1982, ”Realitas Sosial Kejahatan” dalam Prisma,

LP3ES, Jakarta, No 5 tahun ke-XILouis O. Kattsoff., Pengantar Filsafat (terj.), Yogyakarta, Tiara Wacana,

1986Louis Leahy, ”Masalah Kejahatan dan Dampak Filosofisnya” dalam

Orientasi Baru, Kanisius, Yogyakarta, 1990)

140 | Filsafat Agama

Page 148: FILSAFAT AGAMAdigilib.uinsby.ac.id/44143/1/Kasno_Filsafat Agama.pdf · 2020. 9. 21. · Isi diluar tanggungjawab Percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Meister, C. V., Introducing Philosophy of Religion, (London ; New York,Routledge, 2009),

Muh. Hatta, Alam Pikiran Yunani,(Jakarta: Tintamas, 1986)M. Fakhry, ”The Ontological Argument in the Arabic Tradition : the Case

of Al-Farabi”, ’Studia Islamic’, (paris : G-P Miasonneuve-larose.MCMLXXXVI),

Mehdi Ha’iri Yazdi., Ilmu Hudhuri, Bandung, Mizan, 1994,Nico Syukur Dister OFM, Filsafat Kebebasan, Kanisius, Yogyakarta, 1988Nietzsche, Friedrich, Twilight of the Idol, trans. R.J. Hollingdale

(Harmondsworth : Penguin, 1968), p.41. In his Will To Power, hesays that ”Truth is the kind of error”, see Nietzsche, Friedrich, TheWill To Power, see section 493.

Peterson, M. L., et.al., Philosophy of Religion: Selected Readings, (NewYork: Oxford University Press, 1996)

P.A. van der Weij. Filsuf-Filsuf Besar tentang Manusia. (Yogyakarta:Kanisius. 2000)

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer ,(Surabaya : ARKOLA,1994)

Poerwantana dkk., Seluk Beluk Filsafat Islam., Bandung RemajaRosdakarya, 1991

RBS Pudyartanto., Epistemologi, Jilid I , Yogjakarta : Warawidyani, 1979Sayid Sabiq, Unsur-Unsur Dinamika Dalam Islam, PT Intermasa, Jakarta,

1981Smith, Huston, Beyond The Post-Modern Mind, Quest Book, The

Theosophical Publishing House, Wheaton, Illinois, USA, 1989.Sidi Gazalba., Sistematika Filsafat, Jakarta, Bulan Bintang, 1990Sjamsul Arifin, Mini Ensiklopedia Idea Filsafat, Kepercayaan dan Agama,

Surabaya, Bina Ilmu 1989Syukur Dister OFM, FilsafatTim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer (Pustaka Agung

Harapan, Surabaya) 103The Liang Gie., Suatu Penertiban Kearah Bidang Filsafat, Ali Mudhofir

(Penterj.) Yogjakarta, Karya Kencana, 1977.Quinney, R., the Social Reality of Crime, ( Brown and Company, Boston,

1970)

Daftar Pustaka | 141