fenomena globalisasi dalam adab ar-rihlah era awal hingga

20
65 | Jilid Kedua Fenomena Globalisasi dalam Adab ar-Rihlah: Era Awal hingga Digital Hindun [email protected] Pengantar Globalisasi telah lama dilakukan oleh berbagai bangsa dalam aktivitas kehidupan mereka. Giddens (1990) yang mengatakan bahwa globalisasi adalah adanya saling ketergantungan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain, antar manusia dengan manusia yang lain melalui perdagangan, perjalanan, pariwisata, budaya, informasi, dan interaksi yang luas hingga batas-batas negara menjadi semakin sempit. Di sisi lain, Tomlinson (1999) mendefinisikan globalisasi sebagai suatu penyusutan jarak yang ditempuh dan pengurangan waktu yang diambil dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari, baik secara fisik maupun secara perwakilan. Globalisasi mengacu pada keterhubungan antar banyak negara dan bangsa dan keterhubungan ini tentunya akan berdampak pada perubahan berpikir dan berperilaku seperti yang dikatakan oleh Held dan McGrew (2002:2) bahwa globalisasi: “the widening, deepening and speeding up of world-wide interconnectedness in all aspects of contemporary social life, from the cultural to the criminal, the financial to the spiritual”. Para pengelana dan penjelajah Arab yang telah memulai petualangannya pada abad ke-9 ketika para Pembesar Arab menginginkan hubungan yang kuat antara Arab dengan bangsa yang lain dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam hal ini adalah perjalanan yang dilakukan oleh Salam at-Tarjuman yang diutus oleh Khalifah al-Wasiq

Upload: others

Post on 02-Apr-2022

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

65 | J i l i d K e d u a

Fenomena Globalisasi dalam Adab ar-Rihlah: Era Awal hingga Digital

Hindun [email protected]

Pengantar

Globalisasi telah lama dilakukan oleh berbagai bangsa dalam

aktivitas kehidupan mereka. Giddens (1990) yang mengatakan bahwa

globalisasi adalah adanya saling ketergantungan antara satu bangsa

dengan bangsa yang lain, antar manusia dengan manusia yang lain

melalui perdagangan, perjalanan, pariwisata, budaya, informasi, dan

interaksi yang luas hingga batas-batas negara menjadi semakin sempit.

Di sisi lain, Tomlinson (1999) mendefinisikan globalisasi sebagai suatu

penyusutan jarak yang ditempuh dan pengurangan waktu yang diambil

dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari, baik secara fisik

maupun secara perwakilan. Globalisasi mengacu pada keterhubungan

antar banyak negara dan bangsa dan keterhubungan ini tentunya akan

berdampak pada perubahan berpikir dan berperilaku seperti yang

dikatakan oleh Held dan McGrew (2002:2) bahwa globalisasi: “the

widening, deepening and speeding up of world-wide interconnectedness in

all aspects of contemporary social life, from the cultural to the criminal,

the financial to the spiritual”.

Para pengelana dan penjelajah Arab yang telah memulai

petualangannya pada abad ke-9 ketika para Pembesar Arab

menginginkan hubungan yang kuat antara Arab dengan bangsa yang lain

dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam hal ini adalah perjalanan yang

dilakukan oleh Salam at-Tarjuman yang diutus oleh Khalifah al-Wasiq

66 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

bin Mu’tasim yang berkuasa antara tahun 824-847. At-Tarjuman

ditugaskan ke Cina untuk melihat ditugaskan untuk melihat sebuah dam

yang dibangun oleh Iskandar Zulkarnain di wilayah Ya’juj Ma’juj untuk

dikisahkan kembali kepada bangsa Arab (Husain, 1983:13). Perjalanan

yang lain adalah perjalanan keagamaan seperti yang dilakukan oleh al-

Muqtadir yang berkuasa pada tahun 908-932 yang mengutus para ahli

agama ke Bulgaria oleh permintaan penguasa di sana karena banyaknya

orang Bulgaria yang masuk Islam. Perjalanan keagamaan yang lain

adalah perjalanan para pengelana ketika menempuh perjalanan

menunaikan ibadah haji yang tertuang dalam tulisan-tulisan mereka. Hal

yang menonjol dalam keterhubungan masyarakat Arab dengan bangsa-

bangsa lain adalah gerakan manusia dalam beribadah umroh dan haji ini.

Perjalanan jenis lain yang tidak kalah pentingnya adalah perjalanan para

pedagang atas pengalaman-pengalamannya mengunjungi berbagai

tempat dan budayanya. Huntington (1996) dalam teorinya yang terkenal

clash of civilisation memprediksi adanya kemunculan dua peradaban

penting di dunia, yaitu kemunculan masyarakat Asia dan kemunculan

Islam. Dari berbagai prespektif tersebut dapat dikatakan bahwa

sesungguhnya proses globalisasi itu telah ada jauh sebelum istilah

globalisasi itu diperkenalkan. Hasil dari globalisasi masyarakat Arab ini

menjadi cikal bakal lahirnya jenis sastra Arab yang disebut adab ar-

rihlah.

Adab ar-Rihlah adalah jenis sastra yang ditulis oleh para

sastrawan penjelajah dan pengelana Arab dalam rangka mengungkap

tempat-tempat yang belum diketahui banyak orang sebelumnya,

menceritakan orang-orang dari berbagai bangsa yang ditemuinya,

67 | J i l i d K e d u a

mendeskripsikan adat istiadatnya, dan juga sejarahnya dengan

ungkapan yang sedapat mungkin mendekati kenyataannya, tetapi tidak

menghilangkan sisi estetisnya sebagai karya sastra. Akan tetapi, karya

awal yang dianggap sebagai adab ar-Rihlah adalah hasil petualangan

para ahli geografi yang menghasilkan peta-peta wilayah yang baru

ditemukan. Sejak Ibnu Batutah menceritakan petualangannya dalam

sebuah karya tulis, adab ar-Rihlah terus berkembang dari masa ke masa.

Kelahiran karya demi karya dalam genre adab ar-Rihlah menceritakan

aktivitas sosial masyarakat suatu wilayah yang dikunjungi para

pengelana dan penjelajah genre ini.

Era Awal Penjelajahan

Adab ar-rihlah bukanlah genre yang baru dalam kesusasteraan

Arab. Genre ini dalam kesusasteraan Arab muncul seiring dengan

perjalanan penyebaran Islam ke wilayah-wilayah luar Semenanjung

Arab. Para penjelajah ini mula-mula bertumpu pada pengetahuan para

ilmuwan Yunani tumbuh dan dikenal para ahli geografi dan para penemu

melangkahkan kaki melakukan penjelajahan di luar wilayah domisilinya.

Mereka membuat laporan atas perjalanannya yang wujud awalnya

adalah peta yang merupakan jejak terhadap penemuan-penemuan

wilayah yang belum banyak dikenal sebelumnya. Para tataran awal, para

pengelana berpegang pada penemuan-penemuan awal yang ditulis oleh

para ilmuwan Yunani. Ptolemeus misalnya mempengaruhi pengelana

Arab pertama, yaitu Ibnu Khurdazbih (820-912 M) dan al-Khawarizmiy

(780-850 M) yang keduanya hidup di masa Abbasiyah. Ibnu Khurdazbih

seorang ahli geografi, sejarah, dan musik, sementara al-Khawarizmiy

adalah seorang ahli geografi meskipun lebih terkenal dengan ilmu

68 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

aljabarnya sehingga namanya diabadikan dengan nama “algorithm”.

Pada periode ini hasil perjalanan para pengelana adalah peta wilayah

yang dikunjungi. Pada abad ke-10 telah dikenal nama-nama Ibnu Hauqal,

al-Mufdisiy, Istakhriy, Abu Zaid al-Balkhiy, dan al-Ma’udiy. Masa ini

disebut sebagai masa klasik dalam ilmu geografi Arab sehingga pada

abad ke-11 lahir penjelajah besar, yaitu al-Biruniy (Husain, 1983:14)

yang nantinya disebut sebagai penjelajah yang berorientasi pada ilmu

pengetahuan.

Selanjutnya adalah periode yang menyatakan bahwa perjalanan

yang dilakukan para sastrawan adalah perjalanan untuk mendapatkan

pengetahuan yang berkaitan dengan masyarakat. Yang pertama adalah

Al-Biruniy (973-1048), yang bernama lengkap Abu ar-Raihan

Muhammad Ibn Ahmad al-Biruni adalah seorang astronom, fisikawan,

ahli farmasi, sejarawan, dan ahli geografi. Bukunya yang berkaitan

dengan adab ar-Rihlah adalah Tahqiqu Ma li al-Hindi min Maqulatin

Ma’qulatin fi al-Aqli am Marzulah atau sering disebut ar-Rihlah yang

membicarakan agama dan filosofi orang India. Buku ini sebagai hasil

lawatan ilmiahnya ke India selama empat puluh tahun. Waktu yang

sangat lama untuk melakukan sebuah observasi. Perjalanan genre sastra

ini dilanjutkan oleh Ibnu Bujair (1076-1148 M) yang mendapat gelar

Sang Pelopor dalam genre ini karena ia adalah guru bagi para penulis

dan penjelajah terkenal seperti Ibnu Khaldun (1332-1406), al-Maqriy,

dan Ibnu Batutah. Hasil perjalanan dan pengamatan Ibnu Khaldun

adalah bukunya berjudul “Muqaddimah” yang dianggap sebagai induk

buku sejarah dan sosiologi modern.

69 | J i l i d K e d u a

Ibnu Batutah adalah nama yang tidak bisa ditinggalkan ketika

berbicara tentang adab ar-rihlah dalam kesusasteraan Arab karena ia

adalah pengelana yang meninggalkan jejak melalui cerita-cerita

perjalanan dan petualangannya mengelilingi dunia dalam buku yang

ditulis oleh Ibnu Juzzay. Tujuan pertama perjalanannya adalah ibadah

haji. Para penulis dan sastrawan yang menunaikan ibadah haji atau para

pedagang yang bepergian ke tempat-tempat yang jauh, mereka

menuliskan hal-hal yang dijumpainya. Dalam perjalanan menuju Mekah,

mereka menuliskan pengalaman-pengalaman selama melintasi negara,

kota, dan desa serta mencatat budaya-budaya masyarakat yang

dilaluinya. Demikian juga ketika mereka melaksanakan serangkaian

ritual ibadah haji, mereka melaporkan seluruh ritual yang dilakukannya

sekaligus pertemuannya dengan berbagai bangsa dan etnis dari seluruh

dunia.

Dalam menempuh perjalanan menuju Mekah dan Madinah ini

Ibnu Batutah menceritakan ketika ia berangkat dari Tangier Maroko

menuju Mekah dan Medinah. Ia mengatakan waktu keberangkatannya,

yaitu Kamis tanggal 2 Rajab tahun 725 H/14 Juni 1435,

كان خروجي من طنجة مسقط رأس ي في يوم الخميس الثاني من شهر رجب

الفرد عام خمسة و عشرين و سبعمائة معتمدا حج بيت الله الحرام و

. -عليه أفضل الصلة و السلم -زيارة قبر الرسول (Ibnu Batutah via Utaibah)

Keberangkatan pada bulan Rajab dengan tujuan haji, maka

perkiraan perjalanan Tangier ke Mekah adalah 5-6 bulan. Ia

menceritakan perjalanannya dari Tangier dan beberapa hari kemudian

ia bertemu dengan Syekh Abu Abdullah dan Ibnu Qadi sehingga ia

70 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

bersama mereka melanjutkan perjalanan hingga kota Bejaia Aljazair. Ia

mengatakan:

وصلنا مدينة الجزائر، و أقمنا بخارجها أياما إلى أن قدم الشيخ أبو عبد

الله و ابن القاض ي فتوجهنا جميعا على منبجة إلى جبل الزان، ثم وصلنا

إلى مدينة بجاية. (Ibnu Batutah via Utaibah)

Sebuah perjalanan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan

seperti nama-nama tempat atau keadaannya, melainkan juga pengalam

ruhani yang tidak bisa dilupakan oleh orang yang mengalaminya. Ibnu

Batutah menceritakan ketika ia jatuh sakit dalam perjalanan, yaitu

ketika ia sampai kota Bejaia,

حمى فأشار علي أبو عبد الله و لْا وصلنا إلى بجاية كما ذكرته أصابتني ال

الزبيدي بالإقامة فيها حتى يتمكن البرء مني، فأبيت و قلت: إن قض ى الله

بالْوت فتكون وفاتي بالطريق و أنا قاصد أرض الحجاز. فقال -عز و جل–

لي: إما أن عزمت فبع دابتك و ثقل الْتاع و أنا أعيرك دابة و خباءو تصبحنا

وف غارة العرب في الطريق. ففعلت هذا خفيفا. فإننا نجد السير خ

وأعارني ما وعده به جزاه الله خيرا. وكان ذلك أول ما ظهرلي من الْلطاف

الإلهية في تلك الوجهة الحجازية.

(Ibnu Batutah via Utaibah)

Hatinya tersentuh ketika Ali Abu Abdillah az-Zubaidiy yang

menjadi teman seperjalanannya mengusulkan agar ia menjual kuda dan

barang-barangnya agar perjalanan menjadi ringan. Untuk itu, az-

Zubaidiy meminjamkan kuda dan kemah untuknya. Kebaikan hati yang

71 | J i l i d K e d u a

diterima dari teman seperjalanan yang ia temui di tengah perjalanan

adalah pengalaman ruhani yang tidak diperkirakan sebelumnya.

Selanjutnya, Ibnu Batutah dalam perjalanannya melalui

berbagai negeri dan kota yang dapat diketahui dari ungkapannya,

و سرنا إلى أن وصلنا مدينة قسطنطينة ... و رحلنا إلى أن وصلنا مدينة

بونة .... إلى أن وصلنا مدينة تونس ... ثم وصلنا إلى مدينة قابس ... وصلنا

إلى مدينة طرابليس ... ثم وصلنا إلى مدينة الإسكندرية ... قصدت الْنار. (Ibnu Batutah via Utaibah)

Kota-kota yang dilalui meliputi Kostantin dan Bunah di Aljazair,

lalu sampai Tunis dilanjutkan ke kota Qabis Tunisia hingga sampai di

kota Tripoli Libya. Seterusnya sampai di al-Iskandariyah dan

melanjutkan perjalanan hingga al-Manar, yaitu bagian kota Kairo,

Ibukota Mesir. Dari Mesir ia tidak dapat melanjutkan perjalannya

langsung ke Mekah karena keadaan tidak aman. Ia melanjutkan

perjalanannya menyeberangi Sinai menuju Palestina lalu ke Damaskus.

Dari sana, ia baru menuju Jazirah Arab dengan tujuan kota Madinah baru

kemudian ke Mekah untuk menunaikan haji.

Kalau diperhatikan dari nama kota-kota yang disebutkan dalam

kutipan di atas, maka Ibnu Batutah menempuh perjalanan melalui rute

pantai. Kemungkinan hal itu karena untuk menghindari penjahat atau

perampok yang banyak terdapat di gurun atau karena perjalanan

menjadi lebih mudah karena tidak terhalang bukit atau lembah. Ibnu

Batutah selama perjalanannya telah mengunjungi 44 yang meliputi

wilayah pantai sepanjang Afrika bagian utara, yaitu Maroko, Mauritania,

Aljazair, Tunisia, Libya, dan Mesir. Ibnu Batutah lalu melanjutkan ke

wilayah Syam dan barulah menuju Jazirah Arab yang setelah

menunaikan haji ia berkunjung ke negara Irak, Oman, dan Yaman.

72 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Negara-negara lain yang ia kunjungi adalah wilayah Asia Tengah, yaitu

daerah Khawarizm, lalu ke Persia, Afganistan, Pakistan, India, dan

sebagian Indonesia.

Tulisan tentang pengembaraan Ibnu Batutah yang

menceritakan pertemuannya dengan berbagai bangsa dan budayanya

selanjutnya menjadi role-model bagi penulis-penulis adab ar-rihlah

selanjutnya.

Perjalanan di Era Modern dan Kemudahan di Era Digital

Masuknya era modern pada abad ke-20 yang menyediakan

sarana kemudahan dan lahirnya teknologi informasi pada abad ke-21

keduanya menjadi sarana yang memudahkan orang melakukan

perjalanan, baik secara fisik maupu pikiran, gairah untuk melakukan

penjelajahan di segala penjuru dunia. Hal itu dapat dilakukan karena

informasi yang berkaitan dengan alat transportasi, akomodasi, maupun

tujuan dapat dijumpai dengan mudah dan cepat di jaringan internet.

Hadirnya novel-novel genre adab ar-Rihlah ini membuktikan bahwa

perjalanan terus-menerus dilakukan oleh para sastrawan Arab dari

generasi ke generasi. Kemudahan yang dirasakan oleh para sastrawan

pengelana ini juga dirasakan oleh pembacanya. Para penulis Arab dan

juga penerbitnya tidak segan untuk mengunggah karya-karya itu di

internet. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh karya sastra

genre ini dengan mudah dan murah.

Berikut adalah novel-novel yang termasuk dalam adab ar-

Rihlah yang ditulis oleh para sastrawan Arab di masa Modern dan

Kontemporer. Pada generasi era sastra Arab Modern dapat dilihat novel-

73 | J i l i d K e d u a

novel karya Najib al-Kailaniy (1931-1995) yang karyanya dapat

dimasukkan sebagai karya sastra bergenre adab ar-rihlah. Novel-

novelnya adalah Amaliqatu asy-Syimal yang bercerita tentang revolusi di

Nigeria, az-Zillu al-Aswad tentang Ethiopia, Damun li Fatiri Suhyuniyyi

dan Ala Aswari Dimasyqa tentang Damaskus Syria, Azra` Jakarta tentang

masa-masa penumpasan Komunis di Indonesia, dan Layali Turkistan

tentang jatuhnya Komunis yang telah berkuasa selama 30 tahun di

Turkistan.

Novel Haula al-Alam 200 Yauman ‘Dua Ratus Hari Mengelilingi

Dunia’ ditulis oleh Anis Mansur (1942-2011). Novel ini menceritakan

perjalanannya ke India dan mengenal adat-istiadatnya, serta hal-hal

yang dianggap aneh dan mistis. Perjalanan dilanjutkan ke Ceylon Sri

Lanka ketika dia mengunjungi kebun teh dan mencari tahu seluk beluk

penanaman teh hingga pengiriman hasilnya ke seluruh dunia.

Dilanjutkan perjalanan ke Jepang. Terakhir ke Hawai. Perjumpaannya

dengan berbagai bangsa memperkaya pengetahuan Anis Mansour dan

mengubah cara pandangnya. Ia menceritakan bahwa ia telah

menggunakan beragam alat transportasi, mencicipi berbagai makanan,

dan mencoba berbagai pakaian. Dikatakannya,

بت البغال في أعالي هيمالّيا و ركبت الغيل و ركبت زورقا رك

وظلت واقفا ست ساعات، فقد كانت الْياه مليئة بالْفاعي و التماسيح في

أقص ى جنوب الهند. و أكلت الْوز بالشطة في سنغافورة، وشربت الشاي

بالْلح في أندونيسيا، و أكلت الْناناس مع الغربان في سيلن. و أكلت الخبز

لْصنوع من السمك في جزيرة بالي. و أكلت الضفادع و الثعابين البرية في ا

هونج كونج، و أكلت البيض و هو ملي بالكتاكيت في الفلبين. و ارتديت

74 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

الدوتى في كرالّ، و لبست الكيمونو في طوكيو، ومشيت ربع عريان في

هونولولو. (Mansour via [email protected])

Ia naik bighal di puncak Himalaya, berdiri selama enam jam

ketika naik sampan di sungai yang penuh ular besar dan buaya di India

Selatan. Ia mencoba makan pisang dengan sambal di Singapura, minum

teh dengan garam di Indonesia, makan nanas bersama gagak di Ceylon

atau Sri Lanka, makan roti ikan di Bali, makan katak dan ular di

Hongkong, makan telur yang sudah ada embrio anak ayam atau bebek

(biasa disebut balut) di Filipina. Ia mencoba pakaian dhoti di Kerala

India, kimono di Jepang, dan baju hampir telanjang di Honolulu.

Pengalaman yang dialami Anis Mansour dalam perjalanannya yang

panjang seringkali mengusik perasaannya atau menimbulkan

keterkejutan karena adanya gegar budaya ketika bertemu dengan

budaya yang asing baginya.

Puisi-puisi yang ditulis oleh Amiru asy-Syu’ara, pemimpin para

penyair Arab Modern, Ahmad Syauqi (1868-1932) termasuk dalam adab

ar-rihlah. Puisinya termasuk dalam genre ini karena banyak puisinya

menceritakan keadaan, kejadian-kejadian, atau bahkan sejarah bangsa

tertentu. Ia menulis perjalanan hajinya dalam puisi “Ila Arafāti” yang

ditulis pada akhir tahun 1900 dengan bait-bait berikut.

عليك سلم الله في عرفات الله إلى عرفات الله يا خيـــــــر زائر

ن غربة و شتاتإليك انتهوا م أرى الناس أصنافا ومن كل بقعة

لديك و لّ الْقـــــدار مختلفات تساووا فل الْنساب فيها تفاوت

75 | J i l i d K e d u a

Dalam bait-baitnya, Syauqi menuliskan pengalamannya dalam

beribadah haji dan berkunjung ke makam Rasulullah, juga

pertemuannya dengan berbagai bangsa yang disebutkan mempunyai

derajat dan kedudukan yang sama di hadapan Allah.

Puisi-puisi Ahmad Syauqi yang termasuk dalam genre adab ar-

rihlah adalah “Abu al-Haul”, “Rahhalatu asy-Syarq”, “al-Andalusu al-

Jadidatu”, “ar-Rihlah ila Andalus”, “Kuk Su”, “Baris”, “Tokyo”,

“Dimasyqa”, “Shakespeare”, “Masjidu Aya Sofia” , “Gabu Bolonia” dan

juga perjalanan yang ia lakukan di dalam negeri Mesir sendiri seperti

“Kibaru al-Hawadisi fi Wadi an-Nil”, “Tut Ankh Amun”, “ar-Rabi’ wa Wadi

an-Nil”, “Misru”. Karya Syauqi adalah sedikit dari adab ar-rihlah di masa

modern yang berjenis puisi. Ungkapan-ungkapan dalam puisi “Misru”

adalah sebagai berikut.

ـــــيـق أيهـــــــــا الكاتب الْصور صور ـــــــ مصر بالْنظر الْنــــ

ـــق إن مصرا روايـــــــة الدهر فاقرأ عبرة الدهر في الكتاب العتيــ

ــــاء عليهملعب مثل القض ـــ ـــــ ـــــق( ــ في صبا الدهر آية )الصديـ

و التجاء )البتول( في وقت ضيق و امحاء )الكليم: آنس نـــــــــــارا

نين فالقيــــــــصرين )فالفاروق( و منايا )منا( )فكسرى( )فذي القر

قخلف متر من الزمان رقـــــــي دول لم تبـــــــــــد و لكن توارت

ـــق حــــلها روضتي ازينت وأبدت حين قالوا ركابكم في الطريـ

بشـــــــــــروها بزورة البطريق مثل عذراء من عجائز )رومــا(

قابــــــــــلته الغصون بالتصفيق عليـــها ضحك الْاء و الْقاحي

نحو ركبيـكما خفوف الْشــــوق زرنها و الربيع فصــــل فخفت

ــــــــا وقوف خد الشقيق فانزلّ في عيون نرجسها الغض ــ صيانـ

(Syauqi, tt:79-80)

76 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Syauqi menceritakan negerinya, Mesir, yang mempunyai sejarah yang

panjang sejak zaman Nabi Yusuf, zaman Nabi Musa, zaman Nabi Isa

ketika Maryam pernah mengungsi ke sana, zaman Fir’aun-firaun, zaman

Kisra, zaman Zulqarnain, hingga zaman kekhalifahan Umar Ibn al-

Khattab. Ia menggambarkan Mesir bagaikan gadis Romawi yang cantik,

bunga-bunga aqahi dan narjis bermekaran di musim semi.

Perjalanan haji juga ditulis dalam novel berjudul at-Tariqu ila

al-Ka’bah ‘Perjalanan Menuju Ka’bah’ karangan Mustafa Mahmud (1921-

2009) yang terbit tahun 1971. Dia memulai tulisannya dengan “al-Jum’ah

... asy-Syamsu tanhadiru ila al-magribi ala jabali al-Arafati” ‘Jumat ...

Matahari turun ke barat di Gunung Arafah’ yang menunjukkan hajinya

haji akbar karena wukufnya di hari Jumat dan dia merasa bahwa ia

termasuk orang yang beruntung karena berhaji di haji akbar. Seperti

Syauqi, dia juga menyebutkan bahwa ketika itu semua yang

melaksanakan haji yang berasal dari berbagai bangsa, bahkan orang

Jawa, Somalia, Indonesia, Zanzibar pun berbahasa satu dan

mengucapkan ungkapan yang sama .. Labbaik Allahumma Labbaik.

Setelah menyebutkan pengalamannya menyempurnakan ibadah haji, ia

menceritakan ketika berada di Madinah dan berziarah ke makam

Rasulullah SAW. Ketika sampai ke makam Rasul ia mengatakan

perasaannya (Mahmud, 1971:19):

هذا إذن محمد

و نحن في غرفته

ومن هذا الباب كان يأتيه جبريل

وفي هذا الْحراب كان يسجد

77 | J i l i d K e d u a

وفي هذه البقعة كان يسجد

Ungkapan yang seakan mewakili setiap muslim berziarah ke makam

Rasulullah dan merasakan kehadiran Rasul di tempat itu dengan

membayangkan hal-hal yang pernah dilakukan Rasul.

Penyebutannya terhadap berbagai bangsa menunjukkan bahwa

peristiwa haji telah mempertemukan bangsa-bangsa di dunia yang

menimbulkan efek positif pada berbagai bidang, lahirnya perkumpulan-

perkumpulan baru karena bertemunya berbagai pemikiran, tumbuhnya

sistem pariwisata karena para tamu Allah ini membutuhkan akomodasi,

dan pesatnya perputaran perekonomian karena kebutuhan para hujjaj

dan berputarnya perdagangan dari seluruh dunia, baik oleh hujjaj

sendiri maupun atas pengiriman barang dari negara-negara lain, baik

dari negara-negara Islam maupun lainnya.

Novel berikutnya adalah al-Jasadu Haqibatu as-Safar ‘Tubuh

adalah Koper untuk Bepergian’ terbit tahun 1979 dan tahun 2006 karya

Gadah as-Samman (lahir 1942). Novel ini berisi kejadian-kejadian yang

tidak menyenangkan yang dialami Gadah as-Samman selama melakukan

perjalanan ke Zurich, Roma, Paris, Vienna, juga London. Dia bertemu

dengan seseorang yang tidak tahu di mana letak Suriah dan negara Arab

lainnya, tetapi ia fasih menceritakan keindahan Israel yang telah

dikunjunginya sehingga dikatakan as-syamsu tasyruqu min Israel

‘mentari muncul dari Israel’. Orang barat kenyataannya hanya tahu

Israel dan tidak peduli akan negara Arab yang menderita karena

kekejaman Israel. Ia juga mendengar di metro yang menyanyikan lagu

yang sepertinya sudah ia ketahui dan segera ia menyadari itu lagu sedih

orang-orang Yahudi yang merindukan tanah Israel. Ketika mengunjungi

Paris, ia merasakan bahwa Arab itu berada dalam bayangan zionisme

78 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

Eropa. Perjalanan yang dialami Gadah adalah kenyataan yang

menyakitkan bagi dirinya sebagai orang Arab dan Suriah khususnya.

Novel-novel lainnya adalah Ta’ih fi London ‘Orang yang Tersesat

di London’ karya Muhammad Afifi (1922-1981); Kitabu al-Asfari ‘Buku

Petualangan’ karya Jamal al-Ghitani (1945-2015) yang berisi

pengalaman perjalanan penulisnya ke berbagai tempat di dunia; Aina

Tazhabu Tuyuru al-Muhit min al-Iskandariyyah ila Moskow ‘Ke mana

Burung-burung Laut Tengah Pergi dari Iskandariyah ke Moskow’ terbit

tahun 2009 karya Abrahim Abdul Majid (1946); Januban wa Syarqan:

Rihlatun wa Ru’an ‘Selatan dan Timur: Perjalanan dan Pandangan’ karya

Muhammad al-Makhzanjiy (1950) tentang pengalaman perjalanannya

ke berbagai penjuru dunia, baik mengenai tempat maupun orang-orang

yang ia jumpai. Judulnya Januban wa Syarqan menunjukkan jauhnya

perjalanan yang telah ia tempuh bukanlah tujuan yang biasa ditempuh

para pengelana karena biasanya tujuannya ke negara-negara maju yang

disimbolkan utara dan barat; Nahrun ala Safar 'Sungai pada Perjalanan’

terbit tahun 2015 karya Asyraf Abu al-Yazid (1963) yang menulis

perjalanannya karena ia juga seorang jurnalis. Novelnya ini sebenarnya

telah publikasikan secara berkala di sebuah majalah al-Arabiy di Kuwait.

Novel ini menceritakan budaya tempat-tempat yang dikunjungi

penulisnya. Ia mengunjungi berbagai negara di Eropa, Amerika, juga

Asia; Rihlatun ila 30 Yauman fi al-Mustaqbal ‘Perjalanan 30 Hari ke Masa

Depan’ karya Mustafa Ubadah; Asatiru as-Safar as-Sab’ah ‘Tujuh (2018)

karya Syirin Adil (1988) seorang aktris Mesir terkenal yang

menceritakan bagaimana berkeliling dunia dengan biaya murah.

79 | J i l i d K e d u a

Penghargaan Ibnu Batutah mulai diberikan kepada para penulis

terpilih sejak tahun 2003. Di antara karya yang memperoleh

penghargaan tersebut adalah Marahu Alihah 40 Yauman fi al-Hindi

‘Keagungan Tuhan-tuhan 40 Hari di India’ (terbit 2017) karya Mahdi

Mubarak (lahir 1993) seorang jurnalis penerima Penghargaan Ibnu

Batutah. Buku ini asalnya adalah tulisan yang dimuat berkala di koran

tentang perjalannnya yang dimulai tahun 2016. Ia menceritakan

keanehan-keanehan di India itu terletak pada pada orang-orangnya.

Menurutnya, masing-masing orang India hidup dalam dirinya sendiri. Ia

menjumpai orang yang hampir tidak berpakaian di metro dan hanya

menggunakan rantai-rantai di tubuhnya dan yang lain menyematkan

pisau lipat di kepalanya. Yang kedua adalah Fi Biladi Samba ‘Di Negeri

Samba’ (terbit 2019) karya Mukhtar Sa’d Syahatah (lahir 1974) seorang

kritikus, sastrawan, wartawan Mesir penerima Penghargaan Ibnu

Batutah 2019 yang menulis perjalanannya ke Brazil. Ia ingin

membandingkan antara berita-berita di media dengan kenyataan yang

ia saksikan tentang Brazil. Ia menyaksikan karnaval yang diadakan

setiap bulan Februari di Rio de Janero dan Salvador, tarian samba di

kabaret-kabaret, nyanyian-nyanyian tradisional Brazil. Penerima

Penghargaan Ibnu Batutah 2019 juga adalah Khulud Syaraf dengan

novelnya Rihlatu al-Audati ila al-Jabali ‘Perjalanan Kembali ke Gunung’.

Ia mengatakan bahwa perjalanan dalam novel ini merupakan titik balik

dari kehidupannya. Ia kembali ke kehidupan masa kecilnya di kota

Suwaida’, sementara ketika dewasa ia tinggal di kota besar Damaskus

dan saat ini ia tinggal di Eropa. Selain judul-judul di atas, judul lain dapat pula ditemukan di

internet. Penerbit al-Hindawiy bermurah hati memberikan novel-novel

80 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

terbitannya kepada pembaca melalui unggahan pdf-nya di internet. Di

antaranya adalah (1) Hadaratu al-Islam fi Dar as-Salam ‘Peradaban Islam

di Negeri Damai’ karya Jamil Nakhlah al-Mudawwar (1916-1988) adalah

seorang penulis yang lahir di Homs (Khimsa) Syria (Yunus, 2019).

Novelnya yang berisi surat-surat pada masa-masa kekhalifahan

Abbasiyah Ia menuliskan kembali khazanah peradaban Islam yang perlu

diketahui generasi berikutnya. (2) Siyahah fi ar-Rusiya ‘Wisata di Rusia’

terbit tahun 2012 karya Rasyad Bik menggambarkan perjalanan dari

Mesir ke Rusia dengan Rute Mesir menuju kota Odessa Ukraina, lalu ke

Tbilisi (Talvis) Georgia, lalu ke negara-negara Syarakisah (wilayah utara

Kaukasus), lalu ke Dagistan, ke Kaukasus, ke Tatar, lalu ke Peterburg. (3)

Al-Magribu al-Aqsa ‘Maroko Negeri Terjauh’ karya Amin ar-Raihaniy

diterbitkan oleh al-Hindawi pada tahun 2017. Sebagaimana diketahui ar-

Raihaniy adalah salah satu sastrawan mahjar yang telah hidup di New

York Amerika Serikat sejak umur 10 tahun. Oleh karena itu, setelah

perjalanannya ke banyak tempat di dunia ini ia ingin mengunjungi

negara Arab yang letaknya di ujung barat, yaitu Maroko. Ia berkunjung

ke sana sebagai orang Arab bukan Amerika. Ar-Raihaniy mengatakan

bahwa dalam dirinya tetap mengalir darah Arab, pemikiran Arab, dan

hati yang Arab. Perjalanannya ke Maroko ini membangkitkan rasa

nasionalismenya sebagai orang Arab meskipun orang tuanya berasal

dari Lebanon. (4) Rihlati fi al-Alam ‘Perjalananku Keliling Dunia’ karya

Nawal as-Sa’dawiy diterbitkan oleh al-Hindawi pada tahun 2017. Novel

ini menceritakan perjalanan Nawal pertama kali ke luar negeri, ke

Aljazair. Perjalanan yang diceritakan tidak hanya perjalanan secara fisik,

tetapi yang lebih penting adalah perjalanan pemikirannya. Sejak kecil

81 | J i l i d K e d u a

Nawal melihat ketidakberdayaan perempuan Mesir dibandingkan

dengan laki-laki. Tidak ada kebebasan bagi perempuan sehingga

diumpamakan seperti penjajahan. Ternyata ia melihat perempuan di

Aljazair juga demikian adanya. Selanjutnya ia ke Paris tempat yang selalu

didengungkan oleh ayahnya sejak ia kecil bahwa mahasiswa yang

berprestasi akan dikirim ke Paris, tetapi itu hanya untuk laki-laki. Ini

adalah hal lain yang menjadi perhatiannya karena dibedakannya hak

laki-laki dengan perempuan. Sekarang justru dia, seorang perempuan,

orang yang pertama dalam keluarganya yang pergi ke Paris. Perjalanan

Nawal tidak hanya perjalanan secara fisik, tetapi perjalanan intelektual

ketika ia berinteraksi dengan berbagai bangsa dengan beragam

pemikiran, baik yang ia setujui maupun yang tidak.

Penutup

Kekayaan adab ar-Rihlah selain sebagai karya estetis yang telah

jelas diakui sebagai khazanah kesusasteraan Arab, juga dapat dijadikan

sumber pengetahuan yang meliputi kewilayahan dengan petanya

sehingga pembaca dapat mengikuti perjalanan penulis ke negara, kota-

kota, bahkan kota kecil atau desa di seluruh dunia. Adab ar-Rihlah juga

mengandung catatan sejarah atau budaya suatu bangsa, bahkan berisi

catatan-catatan tentang hal-hal yang dianggap remeh oleh sebagian

orang, tetapi sesungguhnya merupakan hal penting yang perlu diketahui

dan dipahami. Adab ar-Rihlah adalah tidak hanya berupa catatan

perjalanan biasa, tetapi juga perjalanan pemikiran yang dibawa para

pengelana sehingga akan timbul pemikiran baru yang bermanfaat. Adab

ar-rihlah ini juga merupakan perjalanan interaksi budaya berbagai

bangsa dan ini sesuai dengan teori globalisasi bahwa dunia semakin

82 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban

sempit, tetapi dapat memberikan keluasan pengetahuan akan budaya

bangsa lain serta dapat pula melahirkan budaya baru atas pertemuan

antar budaya tersebut.

Daftar Acuan:

Abdul Majid, Abrahim. 2009. Aina Tazhabu Tuyuru al-Muhit min al-

Iskandariyyah ila Moskow

Abu al-Yazi, Asyraf. 2015. Nahrun ala Safar. Mamlakatu al-Kutub al-

Hasriyyah.

Adil, Sirin. 2018. Asatiru as-Safar as-Sab’ah. kutubnapdf.com

Afifi, Muhammad. 2016. Ta’ih fi London. Makatabtu Tariqi al-Ilmi.

Al-Aryan, Muhammad Abdul Mun’im. 1987. Rihlatu Ibni Batutah: Tuhfatu

an-Nazzar fi Gara`ibi al-Amsar wa Aja`ibi al-Asfar. Beirut: Dar

Ihya` al-Ulum.

Bik, Rasyad. 2014. Siyahah fi ar-Rusia. Mu`assasah Hindawi.

[email protected]

Giddens, A. (1990). The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity

Press.

Al-Ghitaniy, Jamal. Kitabu al-Asfari. Rabit Mukhtasar li al-Kitab.

http://kutub.me/mYkHBF

Held, A. & McGrew, D. (2002). Governing Globalization: Power, Authority

and Global Governance. New Jersey: Wiley-Blackwell.

Huntington, Samuel P. 1996. The Clash of Civilizations. Foreign Affairs.

83 | J i l i d K e d u a

Mahmud, Mustafa. 1971. At-Tariqu ila al-Ka’bati. Cetakan Pertama.

Beirut: Dar al-Audati.

Mansour, Anis. 1964. Haula al-Alami fi 200 Yaumin.Cetakan Pertama.

Diunggah di internet oleh [email protected]

Diunduh 12 September 2019.

al-Makhzanjiy, Muhammad. 2013. Januban wa Syarqan: Rihlatun wa

Ru’an. Al-Maktabah al-Arabiyyah.

Mubarak, Mahdi. 2017. Marahu Alihah 40 Yauman fi al-Hindi

Al-Mudawwar, Jamil Nakhlah. 2017. Hadaratu al-Islam fi Dari as-Salam.

Mu`assasah Hindawi. [email protected]

Ar-Raihaniy, Amin. 2017. Al-Magribi al-Aqsa. Mu`assasah Hindawi.

[email protected]

As-Sa’dawiy, Nawal. 2017. Rihlati fi al-Alam. Mu`assasah Hindawi.

[email protected]

As-Samman, Gadah. 1979. al-Jasadu Haqibatu as-Safar. Muntada Hadisu

al-Matabi’ mauqi’u as-Syakhir. www.elsakher.com

Syahatah, Mukhtar Sa’d. 2019. Fi Biladi Samba. Alamu al-Kutub.

Syaraf, Khulud. 2019. Rihlatu al-Audati ila al-Jabali. Al-Mua`ssasah al-

Arabiyyah li Ad-Dirasat wa an-Nasyr.

Syauqi, Ahmad. Tt. Asy-Syauqiyyat. Al-Juz’u al-Awwalu. Beirut: al-

Maktabatu at-Tijariyyatu al-Kubra.

Tomlinson, J. (1999). Globalization and Culture. Cambridge. Polity Press.

Ubadah, Mustafa. Rihlatun ila 30 Yauman fi al-Mustaqbal.

Utaibah, Munir. 2007. Min Adabi Ar-Rihlati Rihlatu Ibni Batutah.

Majmu’ah Mawaqi’i Midad. www.midad.com

Yunus, Khuzaifah. 2019. Asy-Syaikh Jamil Mudawwar Rahimahu Allah.

Rabitah al-Ulama’ as-Suriyyin. http//islamsyria.com

84 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban