¨اكز يكزي ىكز thoharoh - wahid hasyimeprints.unwahas.ac.id/980/3/bab ii.pdf · 2018. 7....
TRANSCRIPT
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Umum Tentang Zakat
1. Pengertian Zakat Secara Umum
Zakat menurut etimologi (bahasa) merupakan masdar dari
madhi Zakka ( ‟thoharoh (kesucian), nama ,( ةزكى, يزكي, زكا
(kesuburan), barakah (keberkahan)1, dan berarti juga tazkiyah tathier
(mensucikan), tumbuh berkembang dan berkah. Sedangkan menurut
terminologi zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu.2 Zakat adalah bagian
dari harta yang wajib di berikan oleh setiap muslim yang telah
memenuhi syarat yang di berikan kepada orang yang berhak
menerimanya.
Menurut syara‟ menggunakan dua arti ini, di namakan
pengeluaran harta itu dengan zakat, pertama adalah karena zakat
merupakan suatu sebab yang diharapkan mendatangkan kesuburan atau
menyuburkan pahala. Kedua adalah zakat merupakan suatu pensucian
jiwa dari kekikiran dan kedosaan.3
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan istilah,
sangat nyata dan erat sekali hubungnnya, Yaitu bahwa harta yang di
keluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan
1 Hasbi Asshiddiqy, Pedoman Zakat, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999, hlm. 3. Lihat
juga Sayyid Sabiq, Fiqus Sunnah, Terj. Mahyuddin Syaf ― Fiqhus Sunnah 3, Bandung: PT. Al-
Maarif, 1985, hlm. 5. Lihat juga, Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „Ala Mazahib Al-Arba‟ah,
Beirut: Dar Al-Fikri, t.th. hlm. 537
2 Muhammad Ali Hasan, Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan, (Jakarta :Raja Graja
Grafindo Persada, 1996, hlm. 1
3 Hasbi Asshiddiqy, Op.cit., hlm. 3
16
zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan
bertambah, suci dan beres, (baik).4
Zakat sebagai kewajiban di bidang harta yang tidak terlepas dari
kemungkinan cacat dan cela pada saat memperolehnya, maka zakat
sebagai alat pensuci harta kekayaan tersebut sehingga harta itu menjadi
bersih, suci dan berkah.5
اتم ق د الص ذ خ أم ي و ه اد ب ع نم ع ة ب وم الت ل ب قم ي و ى الل ن ا ا وم م ل عم ي ل م ا Tidakkah mereka ketahui bahwa Allah menerima taubat
dari hamba-hambanya dan mengambil zakat. (Q.S. at-taubah: 104)6
2. Pengertian Zakat Menurut Pandangan Ulama‘
Adapun zakat menurut syara‟ berarti hak yang wajib di keluarkan
dari harta. Madzhab Maliki mendefinisikan zakat dengan,
ااب ص ن غ ل ب ال م نم م ص وم ص م م ء زم ج ج را خم ا
“Mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula
yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang mewajibkan zakat)
kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq)-nya.
Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun),
bukan barang tambang dan bukan pertanian.7
Sedangkan Madzhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan,
4 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam dan & Tata Hukum Islam di Indonesia (Jakarta:
Rajawali Pers 2012) ,hal.26
5 Abdurrochman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001) hal 70
6 Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Op.Cit, hal. 10
7 Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, juz II, 642. Lihat juga Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai
Madzhab, terj. Op.Cit. hal.83
17
, ع ي ن و الش ار ع ص وم ص م م ص خم س ل ص وم ص م م ال م نم م ص وم ص م م ال م ء زم ج ك يم ل ت م
و الل ت ع ال ل و جم
“menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang
khusus sebagai milik orang yang khusus”, yang ditentukan oleh
syari‟at kerena Allah SWT.8
Dan menurut Madzhab Syafi‘I, zakat adalah:
ص وم ص م م و جم ى و ل ع ن د ب و ال م نم ع ج ر ا ي م م ل م سم ا ا ه ن ا
sebuah ungkapan (sebutan) untuk barang yang keluar dari harta
atau tubuh sesuai dengan cara yang khusus.
Sedangkan menurut madzhab Hanbal,
م ب اج و ق ا ح ه ن ا م ة ص وم ص م م ة ف ائ ط ل ص وم ص م م ال م ف ص وم ص م م ت قم و ف
zakat ialah hak yang wajib (di keluarkan) dari harta yang khusus
untuk kelompok yang khusus pula.9
Demikian pengertian zakat menurut definisinya, yang diambil dari
istinbat materi Al-Qur'an, Al Hadits dan beberapa pendapat para ahli
fikih yang bila mana pengertian-pengertian tersebut di analisa
mempunyai prinsip yang sama. Bahwa zakat adalah sebagian dari harta
benda orang kaya yang di keluarkan kepada pihak-pihak tertentu
menurut aturan-aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur'an dan As-
sunnah sebagai pengikat batin antara golongan yang kaya atau pemberi
kepada golongan yang miskin atau yang menerima.
8 Ibid.
9 Ibid, hal.84. Lihat juga Hasan Sulaiman al-Nawawy dan ‗Alwi Abbas al-Maliky, kitab
Ibanatul Ahkam, Al-Haromain Indonesia, cet.18, t.t,; 1969; juz II hal.280
18
3. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu Rukun Islam yang berjumlah 5
(lima), ia merupakan pilar utama ajaran Islam ketiga setelah dua
kalimat Syahadat dan sholat. Zakat hukumnya fardhu ‗ain bagi siapa
saja yang telah memenuhi syarat wajibnya yang kewajiibannya telah di
tetapkan berdasarkan, al-Qur‘an, As-Sunnah dan Ijma‘.10
Adapun dasar hukum zakat dari Al-Qur‘an, banyak sekali ayat
yang membahasnya, sampai-sampai di sejajarkan dengan sholat dan di
sebutkan dalam Al-Qur‘an secara bersamaan pada 82 (delapan puluh
dua) ayat Al-Qur‘an, diantaranya adalah:
ف وم ر عم م الم ا ب وم ر م ا و اة ك ا الز وم ت ا و وة ل الص اوم ام ق ا ض رم ام ف مم ه ن ك م نم ا ن يم ذ ل ا
(٤۱. )الحج: ر وم م الم ة ب اق ع و ل ل و ر ك نم م الم ن ا ع وم ه ن و
Orang-orang yang bila kami beri kekuasaan di muka bumi
mereka mendirikan sholat dan membayarkan zakat, menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran . dan hanya
kepada Allah juga terserah hasil segala sesuatu.11
... اة ك االز وم ت ا و واة ل ا الص وم م يم ق ا و
Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat…(Q.S.Al-Baqarah :43
...مم ه يم ك ز ت و مم ى ر ه ط ت ة ق د ص مم ال و مم ا نم م ذم خ
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan menyucikan mereka…(Q.S. 9: 103)
10 Syaikh Abu Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, Ensiklopedia Puasa dan Zakat, Cet.II,
solo; 2013, Roemah Buku Sidowayah, hal.143
11
Sayyid Sabiq, Op.Cit, hal.09
19
Kata ذخ adalah berupa am‟r yang mana am‟r tersebut memiliki
arti perintah dengan kekuatan bilwujub. Jadi perintah mengambil
zakat dari sebagian harta para aghniya‟ adalah suatu kewajiban.
Sebagaimana firman Allah;
م و م وم ر حم م الم و ل ائ لس ل ق ح مم ال و مم ا ف
Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak orang-
orang miskin (yang meminta-meminta) dan orang-orang miskin
(yang tidak mendapat bagian). (QS. Adz-dzaariaat: 19)12
adalah sesuatu yang harus di penuhi. Maka wajib bagi yang قح
membawa hak tersebut untuk memberikan pada yang memilikinya.
Jika hak tersebut tidak diberikan, maka bagi yang memiliki hak boleh
mengambilnya secara paksa.
Sedangkan hadist yang menjadi dasar hukum atas diwajibkannya
zakat adalah banyak sekali, diantaranya adalah bahwa Zakat menjadi
pilar utama di dirikannya agama islam (Rukun Islam);
, الل ل وم س ار د م م ن ا و الل ل ا و ل ا ل نم ا ة اد ه : ش س ى خ م ل ع م ل سم الم ن ب خار و مسلم()رواه الب ت يم ب الم ج ح , و ان ض م ر م وم ص , و اة زك ال اء ت ي م ا , و ة ل الص ام ق ا و
Islam di dirikan atas lima perkara : bersaksi bahwa tidak ada
tuhan selai Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan
Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Baitullah. (H.R Bukhori dan
Muslim)13
12 Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, juz II, 643. Lihat juga Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian
Berbagai Madzhab, terj. Op.Cit. hal.86
13
Hadist ini – diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurayrah yang mengatakan
bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW, pernah duduk dan didatangi oleh seseorang yang
kemudian berkata, ―wahai Rasulullah, Apakah Islam itu ?‖ Rasulullah SAW menjawab, ―Islam itu
20
Dan hadits Rasulullah SAW, yang lain :
ط هم ر ة المف طم ر ز ك اة وس لم علي و الل ص لى الل س ول ر ف ر ض : ق ال ، ع ب اس اب ن عن ز ك اة ف ه ي الص ل ة ق بم ل أ د اى ا م نم للمم س اك ، ، و ط عمم ة و الر ف الل غم و م ن ل لص ائم ب ول ة ، ق ة ف ه ي الص ل ة ب عمد أ د اى ا و م نم م قم ماجو وابن داود ابى اهرو ) . الص د ق ات م ن ص د
(الحاكم وصححو
Dari Ibnu Abas r.a. berkata : Rasulullah wajibkan zakat fitrah
sebagai pensuci puasa dari perkataan yang tidak berguna dan
perkataan keji, dan sebagai makanan untuk orang-orang miskin,
barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat, maka itulah
adalah zakat yang di terima Allah, dan barangsiapa yang
menunaikan sesudah shalat, maka itu adalah suatu sedekah dari
sedekah-sedekah biasa,. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan
dibenarkan oleh Al Hakim)14
Adapun dalil berupa Ijma‟ ialah adanya kesepakatan semua
(ulama‘) umat Islam di semua Negara kesepakatan bahwa zakat
adalah wajib. Bahkan, para sahabat Nabi SAW. Sepakat untuk
membunuh orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat. Dengan
demikian, barang siapa mengingkari kefardhuannya, berarti dia kafir
atau – jika sebelumnya dia merupakan seorang Muslim yang di
besarkan pula di daerah Muslim, menurut kalangan para ulama‘, –
murtad, kepadanya pula diterapkan hukum-hukum orang murtad.15
Barang siapa mengingkari kefardhuan zakat karena tidak tahu,
baik karena baru memeluk Islam maupun karena dia hidup di daerah
ialah menyembah Allah dan tidak menyekutukannaya dengan suatu apapun. Engkau mendirikan
Shalat fardhu, menunaikan zakat fardhu, dan melakukan puasa di bulan Ramadhan‖. Seseorang itu
adalah Jibril a.s.
14
Imam Al Hafidz Abi Dawud Sulaiman bin Asy‘ats bin Ishaq, Sunan Abi Daud, Juz I,
Beirut: Dar Al-Khotob Al-Ilmiyah, 1992, hlm 473.
15
Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, juz II, 646. Lihat juga Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian
Berbagai Madzhab, terj. Op.Cit. hal.90-91
21
yang jauh dari tempat ulama‘, hendaknya dia di beritahu tentang
hukumnya. Dan dia tidak di hukumi sebagai orang kafir, sebab dia
memiliki udzur.16
4. Rukun dan Syarat Wajib Zakat
Rukun zakat ialah, mengeluarkan sebagian dari nishab (harta),
dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, dan menjadikannya
sebagai milik orang fakir miskin, dan menyerahkannya kepadanya atau
harta tersebut disetahkan kepada wakilnya ; yakni imam atau orang
yang bertugas untuk memungut zakat.17
Zakat memiliki beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut
kesepakatan ulama‘, syarat sahnya zakat adalah niat yang disertai
dengan pelaksanaan zakatnya.
Adapun syarat wajib zakat ( zakat mal ), yakni kefardhuannya,
adalah sebagai berikut :
a) Merdeka.
Berarti memiliki kebebasan untuk melaksanakan dan
menjalankan seluruh Syati‘at Islam. Menurut kesepakatan ulama‘,
zakat tidak wajib atas hamba sahaya karena hamba sahaya tidak
mempunyai hak milik, tuannya lah yang memiliki apa yang ada di
tangan hambanya.18
Madzhab maliki berpendapat bahwa tidak ada
kewajiban zakat pada harta milik seorang hamba sahaya, baik atas
nama hamba sahaya itu sendiri maupun atas nama tuannya, Karena
harta milik hamba sahaya tidak sempurna (naqish), padahal zakat
pada hakikatnya hanya diwajibkan pada harta yang dimiliki secara
penuh. Selain itu, tuan dari hamba sahaya tidak berhak memiliki
harta hamba sahayanya.19
16 ibid, hal.91
17
ibid, hal.98.
18
Wahbah Az-Zuhaili, Ibid, juz II, 649. Lihat juga Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai
Madzhab, terj. Ibid. hal.98
19
Wahbah Az-Zuhaili, Ibid. hal.99
22
b) Islam.
Menurut ijma‟, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat
merupakan ibadah mahdlah yang suci, sedangkan orang kafir bukan
orang yang suci. Mazhab Syafi‘i berbeda dengan mazhab-mazhab
lainnya, Syafi‘i mewajibkan kepada orang-orang murtad untuk
mengeluarkan zakat harta sebelum riddahnya terjadi.20
Yakni harta
yang di milikinya ketika dia masih menjadi seorang Muslim.
c) Baligh dan berakal.
Keduanya di pandang sebagai syarat oleh madzhab Hanafi,
dengan demikian zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan
orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang
yang wajib ibadah. Sedangkan menurut jumhurul ulama‟, keduanya
bukan termasuk syarat, oleh karenanya zakat tetap wajib di
keluarkan dari harta anak kecil dan orang gila.21
Namun
pelaksanaanya di lakukan oleh walinya, pendapat ini menggunakan
dasar hadist ;
ة ق د الص و ل ك أم ت ت ح و كم ر ت م ي ل , و و ل رم ج ت ي لم ف ال م و ا ل م يم ت ي ل و نم م Barang siapa menjadi wali seorang anak yatim yang
mempunyai harta, hendaknya dia memperdagangkannya untuknya.
Dia tidak boleh membiarkan harta tersebut habis dimakan (di
keluarkan) zakatnya.22
20 Menurut Imam Abu Hanifah murtad adalah menggugurkan kewajiban zakat, sebab orang
murtad sama dengan orang kafir. Adapun harta yang dimiliki saat masih dalam keadaan murtad –
jika dia kembali ke agama islam, sedangkan hartanya pada saat murtad masih ada dan melebihi
nishab, maka zakat diwajibkan atas hartanya. Ibid..
21
ibid hal.100
22
Hadist ini dhoif. Diriwayatkan oleh al-Turmudzi, al-Bayhaqi dari ‗Amr bin Syu‘ayb, dari
bapaknya, dar kakeknya. Diriwayatkan oleh al-Syafi‘I dan al-Bayhaqi dengan sanad yang sohih
dari Yusuf bin mahik dari nabi SAW. Hadist ini statusnya mursal. Diriwayatkan oleh al-Bayhaqi
dari Umar, bahwa hadist ini adalah hadist mawquf. Dia mengatakan bahwa sanad hadist ini sohih.
Lihat juga dalam, Syaikh Abu Malik Kamal Bin As-Sayyid Salim, Op.Cit, hal.159, Sayyid Sabiq,
Op.Cit, hal.23
23
Wahbah az-Zuhaili berpendapat ―anak kecil dan orang gila
termasuk juga orang yang berhak mendapatkan pahala dan
membuktikan rasa solidaritas mereka. Maka atas dasar ini,
menurutnya lebih baik sebab didalamnya terkandung upaya untuk
merealisasikan kemaslahatan oaring – orang fakir memenuhi
kebutuhan mereka, menjaga harta diri rongrongan orang-orang yang
mengincarnya, menyucikan jiwa, dan melatih sifat suka menolong
dan dermawan.23
d) Harta yang berkembang (an-Nama‟).
Harta yang di zakati disyaratkan produktif, yakni berkembang
sebab salah satu makna zakat adalah ( berkembang, dan ( النمو
produktifitas tidak di hasilkan kecuali dari barang-barang yang
produktif. Yang di maksud dengan berkembang disini bukan berarti
berkembang yang sebenarnya, tetapi maksudnya berkembang adalah
bahwa harta tersebut disiapkan untuk di kembangkan, baik melalui
perdagangan maupun —kalau berupa binatang – di ternakkan. Oleh
karena itu, tidak di wajibkan zakat atas barang-barang kebutuhan
primer yang tidak dapat berkembang.
Hikmah dari persyaratan ini adalah bahwa Islam
memperhatikan ketetapan nilai dari sebuah komoditas, properti atau
aset tetapi dari sebuah roda usaha yang dijalankan umat muslim agar
dapat memberikan dorongan dalam merealisasikan pertumbuhan
ekonomi. Syarat ini juga mendorong setiap Muslim untuk
memproduktifkan semua harta yang dimilikinya. Harta yang di
produktifkan akan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Harta ini
sejalan dengan salah satu makna zakat secara bahasa, yaitu an-
Nama‟ berkembang dan bertambah.24
23 Wahbah Az-Zuhaili, Ibid. hal. 101
24
Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani Pers, 2002
hlm. 22. Yusuf Qardhawi, mengambil suatu kesimpulan bahwa setiap harta yang berkembang atau
24
e) Mencapai Nishab.
Nisab adalah ukuran yang telah di tentukan oleh syara‟
sebagai tanda bahwa seseorang yang memiliki harta sudah melebihi
nisab di kenai hukum wajib zakat. Adapun ukuran nisab untuk zakat
mal dan perdagangan adalah 20 (dua puluh) mitsqal atau dinar, atau
setara dengan emas 84-85 gram emas.
Jumhur Ulama sepakat bahwa nishab adalah wajib bagi zakat
kekayaan yang biasa tumbuh dari hasil tanah atau bukan, dengan
alasan bahwa harta tersebut dapat dianalogikan dengan ternak, uang,
dan barang dagangan.25
Oleh karena itu, Islam mensyaratkan dalam
pelaksanaan zakat agar aset yang di zakati harus mencapai nishab
tertentu. Dengan kata lain hanya aset lebih saja yang menjadi objek
zakat. Sebab tidak mungkin zakat di ambil dari orang fakir dan di
berikan pada fakir lainnya.
f) Milik penuh.
Madzhab Maliki berpendapat, bahwa yang di maksud dengan
harta yang dimiliki secara penuh adalah harta yang di miliki secara
asli dan hak pengeluarannya berada di tangan pemiliknya. Madzhab
Syafi‘i berpendapat, bahwa yang di maksud dengan harta yang di
miliki secara penuh adalah harta yang di miliki secara asli, penuh
dan ada hak untuk mengeluarkannya.26
g) Melebihi Haul.
Pendapat ini merupakan ijma‘ dari tabi‘in dan para fuqaha,
bahwa syarat harta wajib di zakati adalah yang sudah mencapai
umur satu tahun islam (Qomariyah). dengan dasar hadit nabi SAW.
berpotensi untuk dikembangkan, termasuk dalam subjek atau objek adalah sebagai sumber zakat.
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, Terj. Salman Harun, ―Hukum Zakat‖, Cet.VI, Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2002, hlm. 145
25
Ibid. hlm. 24. Lihat juga, Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, Ibid., hlm. 149
26
Madzhab Hanafiyah berpendapat bahwa yang dimaksud ―milik penuh‖ adalah harta yang
dimiliki secara utuh dan berada di tangannya sendiri, maka harta yang sedang di wakafkan tidak
wajib di ambil zakatnya. Karna harta tersebut sedang tidak menjadi hak miliknya. Wahbah Az-
Zuhaili, Op.Cit. hal. 108
25
م اة ك ز ل ت ح ال م ف ل وم الحم و يم ل ع ل وم Tidak ada zakat dalam suatu harta sampai kepemilikannya
mencapai umur setahun (hijriyah).27
Menurut madzhab Syafi‘I dan Maliki, sampainya masa setahun
(haul) menjadi syarat dalam zakat uang, perdagangan, dan binatang.
Tetapi ia tidak menjadi syarat bagi zakat buah-buahan, tanaman,
barang tambang, dan barang temuan.28
Sebagian besar muslim
masih beranggapan bahwa setiap ada pemasukan atau penghsilan
yang besarannya diluar kebiasaan, harus langsung di keluarkan
zakatnya sebesar 2.5%. persepsi ini menyalahi prinsip hukum zakat,
dimana tidak seharusnya zakat tersebut langsung di keluarkan.
h) Tidak berhutang.
Yaitu adanya terhitung sudah melebihi nisab yang telah
ditetapkan oleh syari‘at adalah bersih (selamat) dari berhutang.
Madzhab Hanafi memandangnya sebagai syarat dalam semua zakat
selain zakat harts (tanaman dan buah-buahan). Sedangkan madzhab
Hanbali memandangnya sebagai syarat dalam semua harta yang
akan di ambil zakatnya. Madzahab Maliki berpendapat bahwa syarat
tersebut di tujukan untuk zakat emas dan perak, bukan untuk harts,
binatang ternak, dan barang tambang. Adapun madzhab Syafi‘I,
berpendapat bahwa hal di atas tidak termasuk syarat.29
Pendapat madzhab selain Syafi‘iyah adalah berlandaskan pada
atsar dari sahabat Utsman bin Affan yaitu ―Bulan ini adalah bulan
(di keluarkannya) zakat kalian., dengan demikian barang siapa
memiliki utang, lunasilah sebelum kalian mengeluarkan zakat
27 Status hadist ini adalah Hasan, yang diriwayatkan dari ‗Ali oleh Abu Dawud. Dan juga
diriwayatkandari Ibn Umar dan Anas oleh al-Daraqutni, yang menurutnya hadist ini bisa jadi
adalah hadist dha‟if atau mauquf. Juga diriwayatkan dari aisyah oleh Ibn Majah, yang mengatakan
bahwa hadist ini dha‟if. Ibid. hal.106
28
Wahbah Az-Zuhaili, Idid. hal. 108.
29
Ibid. hal.111
26
kalian‖.30
Dalam sebuah riwayat yang lain disebutkan ―Barang siapa
memiliki utang, hendaknya dia melunasi utangnya dan
meninggalkan sisa hartanya‖.
Pernyataan ini di kemukakan oleh Utsman bin Affan di depan
para sahabat dan tidak di sangkal oleh mereka. Oleh karenanya,
pernyataan Utsman bin Affan itu menunjukkan bahwa para sahabat
menyepakati hal tersebut (ijma‟).
i) Melebihi kebutuhan pokok.
Ibn Malik menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan
kebutuhan pokok adalah harta yang secara pasti bisa mencegah
seseoarang dari kebinasaan, misalnya nafkah, tempat tinggal, --
pakaian yang diperlukan untuk melindungi panas dan dingin, dan
pelunasan utang.
5. Hikmah Zakat
Pembahasan yang cukup menarik dari masalah-masalah zakat,
yaitu hubungan ―kewajiban‖ dan ―hak‖ atas manusia. Zakat sebagai
suatu kewajiban bagi orang-orang yang mampu telah di kemukakan
dalam surah At-Taubah;103, tapi zakat juga adalah hak bagi orang-
orang yang tidak berpunya (fakir-miskin) atas orang-orang kaya.31
sebagaimana keterangan di dalam surah At-Taubah ;60
م و مم ه ب وم ل ق ة ف ل ؤ م الم ا و ه ي م ل ع ،م ل ام ع الم و ،م اك س م الم و اء ر ق ف لم ل ت اق د ا الص ن ا ف
م و ،م م ار غ الم و اب ق الر م يم ك ح م يم ل ع الل و الل ن م ة ض يم ر ف ل يم ب الس ن ابم و الل ل يم ب س ف
Sesungguhnya zakat-zakat itu ditujukan kepada orang-orang
yang fakir, orang yang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdakakan budak)orang-
orang yang berhutang,untuk perjuangan di jalan Allah, dan orang-
30 diriwayatkan oleh Abu ‗Ubayd di dalam al-Amwal. Ibid. hal.112
31
Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung; PT.Al-ma‘arif, 1989 cet.10, hal. 190
27
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah adalah dzat yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Taubah:60).32
Menurut pendapat Muhammad Said Wahbah yang dikutip Dr.
Abdurrachman Qadir, M.A.33
menguraikan tujuan zakat bagi
kepantingan sosial, sebagai berikut :
a. Menggalang jiwa dan semangat saling menunjang dan solidaritas
sosial dikalangan masyarakat Islam.
b. Merapatkan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial
ekonomi dalam masyarakat.
c. Menanggulangi pembiayaan yang timbul akibat berbagai bencan
seperti bencana alam dan sebagainya.
d. Menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan
biaya hidup para gelandangan, para penganggur dan para tuna
sosial lainnya.
Dari pemaparan di atas, ajaran zakat telah menghidupkan
perasaan cinta mencintai dan hidup sama rasa diantara fakir miskin
dengan orang-orang kaya yang membentuk seluruh dunia Islam di
satukan di bawah naungan satu rumah tangga, dimana orang-orang
kaya membimbing orang-orang fakir miskin, melapangkan
kesempitannya dan mengurangi golongan peminta-minta dalam
kalangan mereka dan ditimbulkan semangat gotong royong serta saling
menolong.
Dari segi sosial menurut ajaran Islam yang berdasarkan Al-
Qur'an dan Al-Hadits, zakat merupakan unsur yang bisa mengikat
rohaniah dan jasmaniah yang sekaligus merupakan pelajaran dan
pendidikan Islam bagi segenap umat manusia dalam proses hidup
bermayarakat dimana manusia dijadikan oleh Allah SWT. Di tentukan
32 Ibid. hal. 189. Lihat juga, Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit. hal. 84
33
Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Madhah dan Sosial, Op,Cit, hlm. 76.
28
rizqinya, ada yang kaya, ada yang tidak kaya serta ada yang menjadi
majikan dan ada pula yang menjadi buruh.
Adapun Hikamah Zakat itu adalah sebagai berikut:
1. Zakat menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan
para pendosa dan pencuri. Nabi SAW. Bersabda:
اء ع الد ء ل ب لم ل ا وم د ع ا , و ة ق د الص ب مم اك ض رم ا م وم او د , و اة ك الز ب مم ك ال و مم ا ا وم ن ص ح Peliharalah harta-harta kalian dari dengan zakat. Obatilah
orang-orang sakit kalian dengan sedekah. Dan persiapkanlah do‟a
untuk (menghadapi mala petaka)34
2. Zakat merupakan pertolongan bagi orang-orang fakir dan orang-
orang yang sangat memerlukan bantuan.— dengan tindakan ini,
masyarakat akan terlidungi dari penyakit kemiskinan. Dan Negara
akan terpelihara dari penganiayaan dan kelemahan.35
م ،م م ل سم م الم اء ي ن غم ى الم ل ع ض ر ف الل ن ا ع س ي يم ذ ال ر دم ق ب مم ال و مم ا ف
, مم ى اؤ ي ن غم ا ع ن صم ا ي ل ا ا وم ر ع وم ا ا وم اع ا ج ذ ا اء ر ق ف الم د ه ي م نم ل , و مم ى اء ر ق ف
.ام يم ل ا ا اب ذ ع مم ه ب ذ ع ي و , اد يم د ا ش اب س ح مم ه ب اس الل ن ا و ل ا
Sesungguhnya Allah SWT, mewajibkan orang-orang
Muslim yang kaya untuk (menafkahkan) harta-harta mereka
dengan kadar yang mencukupi orang-orang Muslim yang fakir.
Sungguh, orang-orang fakir sekali-kali tidak akan lapar atau
bertelanjang kecuali karena perbuatan orang-orang yang kaya.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT akan menghisab mereka
34 Diriwayatkan oleh Thabrani, dan Abu Nu‘aym dalam al-Hilyah wa al-Khathib, dari Ibn
Mas‘ud. Hadist ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud (secara mursal) dari al-Hasan; dan hadist
ini dianggap dha‟if. Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit. hal. 86
35
Ibid. hal. 87
29
dengan hisab yang keras dan menyiksa mereka dengan siksaan
yang pedih.36
3. Zakat mendidik manusia menyucikan rohani dan jiwanya dari
penyakit kikir, bakhil dan rakus. Sebaliknya mendidik manusia
menjadi dermawan, pemurah, latihan disiplin dalam menunaikan
―kewajiban dan amanah‖ kepada yang berhak dan yang
berkepentingan. Sehingga zakat menghubungkan tali kasih sayang
antara golongan berpunya dengan golongan yang tidak berpunya.37
4. Zakat diwajibkan sebagai manifestasi rasa syukur dan pernyataan
termakasih hamba kepada sang Khaliq yang telah
menganugerahkan rahmat dan nikmatNya berupa harta kekayaan.
5. Ajaran zakat menunjukkan bahwa kemiskinan adalah musuh yang
harus dilenyapkan, islam memandang kemiskinan sebagai sumber
kejahatan dan kekufuran, sebab itu kemiskinan harus dilawan.38
Nabi Muhammad SAW bersabda:
.رواه ابو نعيم. ار فم ك ن وم ك ي نم ا ر قم ف الم اد ك
―kemelaratan mendekatkan kepada kekufuran‖
ل و ◌ م يم ت ي الم ع د ي يم ذ ال ك ال ذ ف ◌ ن يم الد ب ب ذ ك ي يم ذ ال ت يم ا ر ا ى ل ع ض
۳-۱ الماعون : .،م ك سم م الم ام ع ط
“Tiadakah engkau tahu tentang orang yang mendustakan
agama,? Dia itu adalah orang yang membiarkan (menelantarkan)
anak yatim, dan tidak mendorong untuk member makan kepada
orang yang miskin”.39
6. Zakat menjadi alat untuk menghilangkan jurang pemisah (gap)
antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin, antara si kuat dan
36 Diriwayatkan oleh Thabrani dari ‗Ali, hadist ini dianggap dhaif (lihat Majmu‟ al-Zawaid,
juz III, hal. 62) Ibid.
37
Nasruddin Razak, Op.cit, hlm. 193
38
Ibid. hal 194
39
Ibid. hal 195
30
si lemah. Zakat juga berfungsi menghilangkan perbedaan sosial
yang tajam. Seperti yang di gambarkan Nabi dalam hadistnya:
رواه البخاري .ا ض عم ب و ض عم ب د ش ي ان ي ن م ب الم ك ن م ؤم م لم ل ن م ؤم م لم ا
“orang mu‟min terhadap orang mu‟min yang lain
diibaratkan seperti satu bangunan yang tiap-tiap bagiannya saling
menguatkan”.
B. Pengertian Investasi
Dalam hal ini investasi yang dalam bahasa arabnya الاستثمار memiliki
beberapa pengertian diantaranya adalah:
1. Pengertian umum
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Investasi merupakan hal
yang umum dilakukan masyarakat untuk mengembangkan dana yang
dimilikinya. Investasi adalah suatu kegiatan penempatan dana pada
sebuah atau sekumpulan aset selama periode tertentu dengan harapan
dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi.
Salah satu investasi yang populer dan umum dilakukan adalah investasi
saham dan properti, sesuai yang tercantum dalam Bapepam.40
Menurut Yusuf al-Qardhawi ―Kekayaan yang di manfaatkan untuk
dieksploitasi dengan yang di manfaatkan untuk perdagangan itu
berbeda, bahwa yang di perdagangkan adalah keuntungan yang di
peroleh melalui perpindahan materi kekayaan itu dari tangan ke tangan,
sedangkan yang dieksploitasi materinya tetap, tetapi keuntungannya
berjalan terus‖.41
Investasi merupakan suatu penanaman modal atau uang dalam
proses produksi dengan membeli gedung-gedung, mesin-mesin, bahan-
bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya.
40 Natica Ardani, Werner R. Murhadi dan Deddi Marciano , Investasi: Komparasi Strategi Buy
and Hold dengan Pendekatan Teknikal, PT CB Capital, email: [email protected] 2 Jurnal
Universitas Surabaya, email: [email protected]; [email protected], hal. 2
41
Yusuf Qardhawi, Fiqih Zakat, Op.Cit., hlm. 458
31
Dalam hal ini cadangan modal barang di perbesar selama tidak ada
modal barang yang harus di ganti.42
Wahbah Az-Zuhailai menjelaskan bahwa invetasi adalah ―
menginvestasikan harta pokok (uang) dengan tanpa keuntungan untuk
pekerja (pengelola investasi), di karnakan dia melakukan perdagangan
dengan uang orang lain. 43
2. Pendapat pakar ekonomi
Istilah investasi merupakan kata dari bahasa Inggris, yaitu
investment. Kata invest merupakan kata dasar dari investment, yang
memiliki arti ―menanam‖. Menurut Wirasasmita, kata investasi
diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan
atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.44
Tandalilin, dalam Huda dan Edwin Nasution mengemukakan,
investasi di artikan sebagai komitmenatas sejumlah dana atau sumber
daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh
keuntungan dimasa akan datang. Pendapat lain di kemukakan oleh
Ahmad, bahwa investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan
harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas
uang atau dana tersebut.45
C. Pengertian Properti
1. Pengertian Properti
Dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah harta berupa tanah
dan bangunan serta sarana prasarana yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari tanah dan atau bangunan yang di maksudkan. Dalam
42 http//id.m.ensiklopediaindonesia.org, diakses tanggal, 29 Desaember 2017, Jam 20;15
43
Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, juz VIII, 470. Yusuf Qardhawi dalam fiqh zakat, menyatakan
bahwa hal ini diistilahkan dengan nama al-mustaghallat atau investasi, baik untuk disewakan
maupun untuk kegiatan produksi yang kemudian dijual, beliau memberikan contoh perumahan,
alat transportasi yang disewakan, bahkan juga pabrik-pabrik yang memproduksi berbagai
komoditas untuk dijual di pasar-pasar. Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat,….. Op.Cit., hlm. 458.
investasi digolongkan ke dalam kekayaan yang berkembang, maka dikenai zakat. investasi di sini
adalah kekayaan tetap berupa gedung dan lainnya yang diusahakan unutk disewakan.
44
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, cet.II, Bogor; Ghalia Indonesia
2017 hal.235
45
Ibid
32
pengertian properti ada dua konsep yang perlu diungkapkan yaitu real
property dan personal property:
1. Real Property menurut Jeremo Dasso, dalam buku Fundamentals of
Real Principles, maupun menurut Floyd dan Allen dalam buku Real
Estate Principles secara umum adalah hak untuk memiliki,
menggunkan, dan menikmati manfaat dari tanah atau harta, atau sesuatu
perwujudan hak yang tidak bisa diganggu gugat.
2. Personal property adalah hak untuk memiliki, menggunakan, dan
menikmati manfaat dari berbagai macam properti lainnya tetapi yang
bukan tanah dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tanah, maka
personal property adalah properti yang bergerak (moveable property)
misalnya : mobil, furniture.46
Dalam hal ini properti yang dalam bahasa arabnya العقار memiliki
beberapa pengertian diantaranya adalah :
Ulama‘ Hanafiyah berpendapat bahwa:
ة اص خ ض رم الم ل إ ل م شم ي ل ة ي ف ن الحم د نم ع ار ق ع الم ف Property menurut hanafiyah adalah hanya ditujukan kepada
tanah saja.
Perlu dicatat bahwa konstruksi, pepohonan dan penanaman di tanah
bukan merupakan real estat. Jika lahan itu dibangun, dihuni atau di
budidayakan, ketentuan properti tersebut diterapkan pada apa yang
mengikuti tanah konstruksi dan sejenisnya.47
Az-Zuhaili juga ikut menjelaskan pengertian properti dalam
kitabnya Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, dengan:
46 Nur Heri Cahyana, APLIKASI PENGAMBILAN INVESTASI PROPERTI DENGAN
METODA PROMETHEE, Seminar Nasional Informatika 2011 (semnasIF 2011) ISSN: 1979-2328
UPN ‖Veteran‖ Yogyakarta, 2 Juli 2011, hal 2
47
Wahbah Az-Zuhaili, ibid, juz IV, 404
33
ر خخ ل إ ان ك م نم ل م صم أ و ل ي م و ت م و و ل قم ن ن ك م ل يم ذ ل ا ت اب الث و : ى ار ق ع الم و
يم اض ر الم و ر وم الد ك
Properti adalah suatu barang tetap yang tidak dapat
dipindahkan dan dikonversikan dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya seperti rumah dan tanah.48
2. Pembagian Properti
Properti adalah menunjukkan kepada sesuatu yang biasanya
dikenal sebagai entitas dalam kaitannya dengan kepemilikan seseorang
atau sekelompok orang atas suatu hak eksklusif. Bentuk yang utama
dari properti ini adalah termasuk bagiannya diantaranya adalah:
Real property (tanah), seperti yang telah di definisikan oleh
madzhab Hanafiyah dan juga di kemukkan oleh Wahbah Az-
Zuhaili diatas.
kekayaan pribadi (personal property), yaitu (kepemilikan
barang secara fisik lainnya), dan kekayaan intelektual. Seperti
pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi bahwa,
―barang-barang seperti mesin produksi, dan alat transportasi‖
yang memiliki produktifitas dalam menghasilkan dana adalah
termasuk Properti dan juga harus di kenakan zakatnya.49
Hak dari kepemilikan adalah terkait dengan properti yang
menjadikan sesuatu barang menjadi "kepunyaan seseorang" baik pribadi
maupun kelompok, menjamin si pemilik atas haknya untuk melakukan
segala suatu terhadap properti sesuai dengan kehendaknya, baik untuk
menggunakannya ataupun tidak menggunakannya, untuk mengalihkan hak
kepemilikannya. Beberapa ahli filosofi menyatakan bahwa hak atas
48 ibid,
49
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat Op.Cit., hlm. 458
34
properti timbul dari norma sosial. Beberapa lainnya mengatakan bahwa
hak itu timbul dari moralitas atau hukum alamiah (natural law)50
Wahbah Az-Zuhaili, menjelaskan secara rinci pembahasan tentang
properti serta kewajiban mengeluarkan zakat atasnya dalam kitabnya Al-
Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, yang terdiri dari 10 (sepuluh) juz, dimana
didalam pembahasan terkait dalam judul skripsi ini, sedikit banyak
terdapat pada beberapa juz diantaranya juz 2, 3, 4, 5, 6, 8 dan 10, atau dari
pencarian pada Maktabah Syamilah, dari 170 pembahasan tentang
properti, sekitar 10% yang terkait dengan pembahasan pelaksanaan
zakatnya.
D. TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT HASIL INVESTASI
PROPERTI
Pada zaman sekarang ini orang yang mempunyai dana disamping
disimpan di bank ada juga yang menginvestasikan dananya itu pada
bangunan seperti rumah, toko, industri, tanah, perhiasan dan masih banyak
lagi ragamnya.51
Pertemuan Cendikiawan Muslim Kedua, yakni seminar mengenai
pengkajian masalah-masalah keislaman kedua, yang diadakan pada 1385
H./ 1965 M., memutuskan bahwa harta kekayaan yang tumbuh dan
berkembang, yang belum ada nash atau ketentuan fiqih tentang yang
mewajibkan untuk di keluarkan zakatnya, maka hukumnya adalah – tidak
di wajibkan untuk di keluarkan zakatnya yang diambil dari bagian benda-
bendanya, akan tetapi keuntungan bersihnya lah yang perlu dizakati, jika
keuntungan tersebut sudah mencapai nishabnya.52
50 https://id.wikipedia.org/wiki/Properti, diakses pada tanggal, 23,01,2018. 08.00
51
Wahbah Zuhaily, menyatakan bahwa pada saat ini modal dalam bentuk uang tidak hanya
dikonsentrasikan pada pengelolaan tanah dan perdagangan saja, akan tetapi modal tersebut sudah
diarahkan kepada pendirian bangunan-bangunan untuk disewakan, pabrik-pabrik, sarana
transportasi dan lain sebagainya. Wahbah Zuhaili, op.cit, hlm. 273. Yusuf Qardhawi dalam fiqh
zakat, menyatakan bahwa hal ini diistilahkan dengan nama al-mustaghallat atau investasi, baik
untuk disewakan maupun untuk kegiatan produksi yang kemudian dijual, beliau memberikan
contoh perumahan, alat transportasi yang disewakan, bahkan juga pabrik-pabrik yang
memproduksi berbagai komoditas untuk dijual di pasar-pasar. Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat,…..
op. cit., hlm. 458.
52
Wahbah Zuhaily, Ibid, hal. 775. -274
35
Hal ini dikuatkan dengan keputusan Lembaga Fiqh Islam dalam
konferensi keduanya, tanggal 10 – 16 R. Akhir 1406H/22 – 28 Desember
1985, yang menyatakan zakat tersebut tidak diwajibkan kepada pokok
properti dan lahan sewaan, tetapi zakat hanya wajib pada produknya, yaitu
2,5% setelah melewati haul (1 tahun) sejak hari transaksi.53
Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait (29 Rajab
1404.) Namun para ulama berbeda tentang kewajiban pengeluaran
zakatnya. Pendapat pertama yang di kemukakan oleh Syeikh
Abdurrahman Isa dalam kitabnya ―al-Muamalah al-Haditsah wa
Ahkmuha‖ mengatakan bahwa yang harus diperhatikan sebelum
pengeluaran zakat adalah status perusahaannya, di mana:
1. Jika perusahaan tersebut hanya bergerak di bidang layanan jasa,
misalnya biro perjalanan, biro iklan, perusahaan jasa angkutan
(darat, laut, udara), perusahaan hotel, maka sahamnya tidak wajib
dizakati. Hal ini dikarenakan saham-saham itu terletak pada alat-
alat, perlengkapan, gedung-gedung, sarana dan prasarana lainnya.
Namun keuntungan yang di peroleh di masukkan ke dalam harta
para pemilik saham tersebut, lalu zakatnya di keluarkan bersama
harta lainnya jika telah mencapai haul dan nishab (jangka waktu
dan jumlah tertentu).
2. Jika perusahaan tersebut adalah perusahaan dagang murni yang
melakukan transaksi jual beli komoditi tanpa melakukan proses
pengolahan, seperti perusahaan yang menjual hasil-hasil industri,
perusahaan dagang dalam negeri, perusahaan ekspor-impor, dan
lain lain, maka saham-saham perusahaan tersebut wajib di
keluarkan zakatnya di samping zakat atas keuntungan yang di
peroleh. Caranya adalah dengan menghitung kembali jumlah
keseluruhan saham kemudian di kurangi harga alat-alat, barang-
53 Diambil dari website Syaikh abdul kariem Al Khudair di:
http://www.khudheir.com/text/4312, diakses tanggal 29 Desember 2017 jam.21.15
36
barang ataupun inventaris lainnya. Besarnya kadar zakat adalah
2,5 persen dan bisa di keluarkan setiap akhir tahun.
3. Jika perusahaan tersebut bergerak di bidang industri dan
perdagangan sekaligus, artinya melakukan pengolahan suatu
komoditi dan kemudian menjual kembali hasil produksinya,
seperti perusahaan Minyak dan Gas (MIGAS), perusahaan
pengolahan mebel, marmer dan sebagainya, maka sahamnya wajib
dizakatkan dengan mekanisme yang sama dengan perusahaan
kategori kedua.54
Yusuf Qardhawi berpendapat ―Kekayaan yang dimanfaatkan untuk
dieksploitasi dengan yang dimanfaatkan untuk perdagangan itu berbeda,
bahwa yang diperdagangkan adalah keuntungan yang diperoleh melalui
perpindahan materi kekayaan itu dari tangan ke tangan, sedangkan yang
dieksploitasi materinya tetap, tetapi keuntungannya berjalan terus‖.55
Jika melihat dari karakteristik investasi, biasanya modal tidak
bergerak dan tidak terpengaruh terhadap hasil produksi, maka zakat
investasi lebih dekat ke zakat pertanian. Pendapat ini diikuti oleh ulama
modern seperti Yusuf Qordhowi, Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahab
Khalaf, Abdurahman Hasan. Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan
pada saat menghasilkan sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat
yang dikeluarkan adalah sebesar 5 % atau 10 %, 5 % untuk penghasilan
kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.56
Adanya perbedaan tersebut menurut penulis adalah penting untuk
menentukan status hasil eksploitasi terutama pada masa sekarang ini, jenis
kekayaan berkembang dan tidak lagi hanya terbatas pada binatang ternak,
hasil tanah, perdagangan, dan uang. Dalam konteks ini terdapat dua
pendapat yaitu ;
54 ibid
55
Yusuf Qardhawi, op. cit., hlm. 27
56
Ibid, hlm. 470
37
1. Pendapat golongan yang tidak mewajibkan zakat investasi properti
didasarkan alasan:
a. Pada masa Rasulullah tidak dikenal adanya pungutan zakat atas
rumah dan sebagainya, kecuali yang telah disebutkan dalam hadis
beliau.
b. Hal itu didukung oleh kenyataan, bahwa sekiranya benar ada
kewajiban mengeluarkan zakat atas harta tersebut, tentu sampai
kepada kita secara berantai, tetapi kenyataannya tidak demikian.
Pendapat tersebut telah dikemukakan oleh ulama‟ salaf yang didukung
oleh mazhab Zahiri (Ibnu Hazm) yang tidak menerima Qiyas. Tetapi
hanya melihat pada lahiriah nash. 57
2. Sedangkan golongan yang modern (seperti Mazhab Maliki dan
Hanbali, ulama‘-ulama‘ Hadawiya dari Mazhab Zaidiah, Abu Zahra,
Khalaf, dan Abdur Rahman Hasan) yang mewajibkan harta tersebut
untuk dizakati dengan alasan-alasan sebagai berikut58
:
a. Bahwa dalam harta yang dimiliki seseorang terdapat hak orang
lain, baik itu pengeluarannya dalam bentuk zakat, infak atau
shadaqah, sebagaimana firman Allah :
م و م وم ر حم م الم و ل ائ لس ل ق ح مم ال و مم ا ف
Artinya; dan pada harta-harta mereka ada hak orang-orang miskin
(yang meminta-minta) dan orang-orang miskin (yang tidak
mendapat bagian). (Addzariyat: 19)59
b. Menggunakan metode Qiyasy, yaitu – memandang bahwa zakat
untuk harta kekayaan seperti itu perlu dikeluarkan zakatnya,
karena adanya sifat (illat) yang sama, yaitu adanya pertumbuhan
57 Ibid., hlm. 459. Lihat juga, M Ali Hasan, op. cit., hlm. 46
58
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, op. cit., hlm. 460-461
59
Departemen Agama Republik Indonesia, op. cit., hlm. 859
38
dan pertambahan pada harta kekayaan tersebut. ―hukum selalu di
kenakan atas sesuatu yang memiliki illat yang sama‖.60
Sebagian ulama berpendapat,bahwa penanaman modal dalam
berbagai bentuk kegiatan di kenakan zakatnya, karena hal itu merupakan
kekayaan dan setiap kekayaan ada hak lain di dalamnya. Pendapat ini di
anut oleh ulama-ulama Mazhab Maliki, Hanbali dan Mazhab Zaidiyah,
Ulama-ulama Muatakhirin, seperti Abu Zahrah, Abd.Wahab Khallaf dan
Abd. Rahman Hasan sependapat pula dengan pendapat yang kedua ini.61
Karena sebagai landasannya kita dapat melihat kembali dalil-dalil yang di
kemukakan diatas terdahulu,seperti surat At-taubah ayat 103.
Sedangkan kelompok Sahabat dan Tabi‘in dan ulama setelahnya
seperti Ibnu Abbas, Ibnu Mas‘ud, Mu‘awiyyah, Nashir, Baqir, Daud,
Umar Bin Abdul Aziz, Hasan Bashri, Zuhri, Makhul, dan Auza‘i
berpendapat bahwa dikeluarkan zakatnya pada saat diterima tanpa
menunggu satu tahun, zakat dipungut dari keuntungan yang diperoleh dari
investasi. Dan ada yang menambahkan bahwa properti yang disewakan
dan diinvestasikan dianalogkan dengan barang yang untuk dijual. Barang-
barang yang disewakan bila sewanya mencapai 200 dirham setahun, maka
zakatnya adalah 2.5%. Sedangkan pendapat mutakhir,62
seperti Abu Zahra,
Abdul Wahab Khalaf, dan Abdurrahman Hasan menyetujui pendapat di
atas, tetapi tidak sependapat tentang besar yang harus dikeluarkan,
menurut pendapat mutakhir, besar zakat adalah 10% atau 5% berdasar
penganalogian dengan tanah pertanian dan buah-buahan.
60 Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, …….. op. cit., hlm. 476. Lihat juga Wahbah Zuhaily, Zakat
Kajian Berbagai Madzhab, terj. Op.Cit. hal.273
61
Wahbah Zuhaily, Zakat kajian….Op.Cit, hal.274
62
Ibid