etika kristen khusus

5
KULIAH KE 11 ETIKA KRISTEN KHUSUS Dasa titah diberikan Tuhan dalam konteks kebebasan! Fokusnya bukan pada larangannya, tapi pada kebebasan yang mendahuluinya. Kebebasan yang diberikan Allah mengajak manusia bebas tetap hidup dalam kontrol Allah. Kebebasan manusia berbatasan dengan peraturan Allah, untuk menuntun manusia tetap berjalan dengan mengikuti peta perjalanan, bukan berjalan sesuka hatinya. Setelah berbicara tentang relasi manusia dengan Allah di hukum 1-4. Perintah dalam dasa titah, ketika berbicara tentang kasih kepada sesama dimulai tentang kasih kepada orang tua (keluarga) sebelum menyentuh ke relasi manusia yang lain. Menghargai Kehidupan;Hukum “Jangan Membunuh” Jangan membunuh (hukum ke-6) ada di keli 20:13 dan Ul 5:17 Hukum yang paling mudah diterima oleh masyarakat dan negara. Didasari oleh prinsip iman bahwa Tuhan Allah adalah Sang pemberi kehidupan, sehingga hanya Allah saja yang berkuasa atas kehidupan. Konsekuensinya, manusia tidak berhak mencabut nyawa sesamanya. Kej 9:6 berkata: siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia. jadi hukum ke-6 ini secara khusus ditujukan kepada manusia, sehingga tidak dimaksudkan sebagai larangan untuk membunuh hewan atau makhluk hidup lain. Hukum ke-6 bukan tentang larangan pembunuhan dalam peperangan.(note. Peperangan di masa itu menjadi suatu hal yang lumrah untuk menunjukkan Allah siapa yang lebih berkuasa). Hukum ke-6 ini berlaku juga untuk euthanasia. Tidak boleh membunuh meskipun diminta oleh pasien. Catatan: dalam PB Tuhan Yesus menyebut kemarahan juga sebagai pembunuhan. (kata-kata bisa membunuh)

Upload: thomasags

Post on 25-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

rangkuman materi doang sih.

TRANSCRIPT

Page 1: Etika Kristen Khusus

KULIAH KE 11

ETIKA KRISTEN KHUSUS

Dasa titah diberikan Tuhan dalam konteks kebebasan! Fokusnya bukan pada larangannya, tapi pada kebebasan

yang mendahuluinya. Kebebasan yang diberikan Allah mengajak manusia bebas tetap hidup dalam kontrol

Allah. Kebebasan manusia berbatasan dengan peraturan Allah, untuk menuntun manusia tetap berjalan dengan

mengikuti peta perjalanan, bukan berjalan sesuka hatinya.

Setelah berbicara tentang relasi manusia dengan Allah di hukum 1-4. Perintah dalam dasa titah, ketika berbicara

tentang kasih kepada sesama dimulai tentang kasih kepada orang tua (keluarga) sebelum menyentuh ke relasi

manusia yang lain.

Menghargai Kehidupan;Hukum “Jangan Membunuh”Jangan membunuh (hukum ke-6) ada di keli 20:13 dan Ul 5:17

Hukum yang paling mudah diterima oleh masyarakat dan negara. Didasari oleh prinsip iman bahwa Tuhan Allah

adalah Sang pemberi kehidupan, sehingga hanya Allah saja yang berkuasa atas kehidupan. Konsekuensinya,

manusia tidak berhak mencabut nyawa sesamanya. Kej 9:6 berkata: siapa yang menumpahkan darah manusia,

darahnya akan tertumpah oleh manusia. jadi hukum ke-6 ini secara khusus ditujukan kepada manusia, sehingga

tidak dimaksudkan sebagai larangan untuk membunuh hewan atau makhluk hidup lain.

Hukum ke-6 bukan tentang larangan pembunuhan dalam peperangan.(note. Peperangan di masa itu menjadi

suatu hal yang lumrah untuk menunjukkan Allah siapa yang lebih berkuasa).

Hukum ke-6 ini berlaku juga untuk euthanasia. Tidak boleh membunuh meskipun diminta oleh pasien.

Catatan: dalam PB Tuhan Yesus menyebut kemarahan juga sebagai pembunuhan. (kata-kata bisa membunuh)

Jangan berzinah (hukum ke-7) ada di Kelu 20:14 dan Ulangan 5:18.

Maksud utama dari hukum ini adalah melindungi kebahagiaan pernikahan dan keluarga. Alikitab melihat

pernikahan sebagai sesuatu yang suci/sakral, sehingga perzinahan dianggap sebagai penodaan terhadap

kemurnian itu. Itulah sebabnya pernikahan sering dipakai sebagai simbol persekutuan atau perjanjian Allah

dengan umatNya. Misalnya dalam yeremia 2:2 berkata tentang Israel sebagai pengantin Tuhan.

Firman ke-7 ini juga berlaku bagi pelaku perzinahan dengan pelacur atau yang melacurkan diri. Juga bagi yang

melakukan hubungan seksual suka sama suka di luar pernikahan. Sebab hubungan semacam itu tidak didasari

cinta yang sejati tetapi hanya mengumbar hawa nafsu.

Korupsi; Hukum “Jangan Mencuri” dan “Jangan Mengingini Milik Sesamamu Manusia”

Menghindarkan diri dari korupsi adalah menghayati hukum ke-8 dan ke-9 dengan pemahaman sbb:

Jangan mencuri (hukum ke-8): Ada di Keluaran 20:15 dan Ulangan 5:19.

Prinsip yang berlaku di sini adalah: bahwa Tuhan yang memiliki segala milik dalam kehidupan, sebab itu milik

dalam hidup ini tidak pernah mutlak tetapi bersifat nisbi/telatif.

Artinya pencurian yang yang nyata atau terselubung itu pada hakikatnya merupakan tindakan mengambil milik

Allah sendiri.

Page 2: Etika Kristen Khusus

Jadi penting untuk menyadari bahwa tindakan yang tidak jujur bisa membawa saudara mengambil milik Allah

sendiri. Padahal apa yang kita miliki di dunia ini tidak pernah mutlak dan fana sifatnya.

Bagaimana ketika gaji tidak cukup? 2 pilihan:

1. Hiduplah lebih sederhana. (untuk diri sendiri, anak harus menjadi prioritas)

2. Mencari tambahan pendapatan di luar jam kerja (di dalam jam kerja sama saja korupsi waktu).

Mengelola keuangan harus dimulai dengan prinsip:

1. Bersyukur kepada Tuhan

2. Aturlah keuangan untuk segala kebutuhan hidup selama 1 bulan

3. Aturlah keuangan dengan menabung atau investasi yang sehat.

Jangan mengingini milik sesamamu (hukum ke-10) :Ada di keluaran 20:17 dan ulangan 5:21

Keinginan itu tanda kehidupan, tetapi ketika keinginan itu didapatkan dengan cara yang tidak tepat dan karena

hawa nafsu yang dituruti berarti itu sebuah kesalahan besar,

Tuhan Yesus berkata di markus 7:20-22 yang menajiskan adalah yang keluar.. waspada dengna yang keluar

dari hati kita. Fokus adalah: tidak melarang kita memiliki segala sesuatu, tetapi cara2 yang kita pakai untuk

memperoleh yang kit inginkan itu.

Sumpah dan Janji; Hukum“Jangan Menjadi Saksi Dusta”

Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu (hukum ke-9)

Ada di keluaran 20:16 dan ulangan 5:20

Konteks hukum ini adalah dunia pengadilan pada waktu itu seperti yang dikatakan dalam Injil matius 18:16

“bawalah seorang atau 2 orang lagi, supaya atas keterangan 2 atau 3 orang saksi, perkara itu tidak disangsikan”

Jadi kesaksian satu2nya sarana untuk menemukan kebenaran. Akibatnya, nyawa, nama baik dan milik

seseorang tergantung dari saksi ini. Tuhan Yesus sendiri disalibkan karena tuduhan2 palsu dari para saksi

bahwa ia menghujat Allah.

Jadi Perjanjian Lama berusaha menghalangi terjadinya tuduhan palsu yang dapat dilontarkan para saksi, maka

muncullah dasa titah yang ke-9 ini. Yang berarti jangan sampai umat Allah menjadi saksi dusta yang dapat

“membunuh” hidup sesamanya. Amsal 24:28 berkata: jangan menjadi saksi terhadap sesamamu tanpa sebab

dan menipu dengan bibirmu. Sebab kesaksian palsu (fitnah)dibenci oleh Allah. Tuhan Yesus juga pernah

berkata di Matius 5:37: hendaklah ya kamu katakan ya dan jika tidak kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari

pada itu berasal dari si jahat. Konteks dari Matius 5:37 ini dimulai dari Matius 5:33-37 yang hendak menekankan

larangan bersumpah palsu terlebih berani menyebut nama Tuhan atau menanggungkan sesuatu dalam dirinya,

misalnya: demi nyawaku, demi hidupku aku bersumpah. Tuhan Yesus mau menekankan bahwa tidak ada

seorang pun yang layak menyebut nama Tuhan dan menanggungkan sesuatu dalam dirinya demi sebuah

sumpah/kesaksian palsu. Hal ini senada dengan Yakobus 5:12 “Tetapi yang terutama, saudara-saudara,

janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya,

hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena

Page 3: Etika Kristen Khusus

hukuman.”

Bagaimana dengan Janji ?

Janji adalah sebuah kontrak psikologis antara 2 orang atau lebih, dimana terdapat interaksi adanya hak

dan kewajiban dan suatu tuntutan yang memiliki resiko dalam hubungan.

Dalam beberapa kesempatan, Rasul Paulus mengikatkan dirinya dalam sebuah perjanjian, seperti perkataannya,“Tetapi aku memanggil Allah sebagai saksiku…” (2 Kor. 1:23)“Sebab Allah adalah saksiku…” (Fil. 1:8)“Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta” (Gal. 1:20).Paulus di sini menekankan pentingnya BERBICARA dan BERKELAKUAN DENGAN BENAR!Karena setiap perkataan atau janji atau sumpah merupakan tindakan yang serius. Allah akan menuntut setiap perkataan yang main-main dan menyepelekan Allah yang Maha mengetahui.