edisi 5 - seorang anak kepada orang tuanya
DESCRIPTION
ÂTRANSCRIPT
ni kisah biasa. Diceritakan dengan Icara biasa. Pak Munajat dan Bu Warni
adalah sepasang petani kecil. Mereka
hanya punya lahan seperempat hektar.
Anaknya tiga, Imam, Subhan, dan Lastri.
Di antara ketiga anaknya, hanya Imam
yang kuliah. Subhan lulusan STM, lalu
bekerja menjadi satpam di sebuah bank.
Lastri begitu lulus SMA bekerja di pabrik
sepatu.
Pasangan itu banting tulang agar
Imam bisa lulus sarjana. Pak Munajat
kadang menjadi kuli bangunan. Bu
Warni menjadi tukang masak di sebuah
warung milik tetangganya.
Imam anak yang cerdas. Ia lulus
tepat waktu dan kemudian bekerja di
sebuah perusahaan mobil ternama. Ia
menikah, istrinya bekerja di sebuah
perusahaan elektronika. Pasangan ini
dikaruniai dua anak, laki-laki (5 tahun)
dan perempuan (2 tahun). Keluarga
Buletin SANTRI Edisi 05Jum’at, 20 Maret 2015 1Buletin SANTRI Edisi 05
Jum’at, 20 Maret 20154
Edisi 05/2015
Seorang Anak
kepada Orang TuanyaOleh Puthut EA
Hadirilah Rutinan Majlis Sholawat Gusdurian
Rabu, 25 Maret 2015 di Pendapa Hijau Yayasan LKIS.
Jl. Pura No. 203 Surowajan, yogyakarta.
Terbuka untuk umum. Ajak sanak dan keluarga terdekat.
Jawaban: Dalam tafsir-tafsir AlQuran, ulama dalam menafsirkan QS. Al-Isra: 32 berkata
bahwa Allah melarang zina dan hal-hal yang dapat menjadi pendorong serta permulaan zina.
Diantara pendorong dan permulaan zina (muqaddimatuzina) adalah khalwah, yakni berdua-
duaan layaknya yg dilakukan muda-mudi zaman sekarang.
Dalam Islam, jatuh cinta tidak dilarang. Bahkan jatuh cinta akan menjadi terpuji jika
mendorong orang yg sedang dimabuk cinta semakin dekat dengan Allah SWT. Dalam kitab
al-Tawwabin dikisahkan, bahwa Fudhail bin Iyyad adalah pembegal kelas kakap yang sangat
ditakuti bertaubat karena cinta. Suatu hari ia jatuh cinta pada wanita cantik nan shalihah. Pada
suatu malam, Fudhail memanjat tembok agar bisa mengintip pujaan hatinya. Saat itu, sang
pujaan hati sedang membaca Al-Quran: "Belumlah datang waktunya bagi mereka yang
beriman untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah (QS. AL-Hadid: 16). Ayat yang
dibaca oleh sang pujaan hati tersebut menembus relung hati Fudhail lalu ia bertaubat. Di sini
kita melihat cinta tidak membuat Fudhail lupa pada Allah SWT. Cinta Fudhail tidak
mendorongnya melanggar larangan Allah SWT. Justru cintanya menjadi jalan pertaubatan.
Inilah cinta yang mulia.
Pertanyaan: Assalamualaikum Ustadz. Benarkah Pacaran adalah bahasa modern dari Zina,
yg artinya QS Al Isro' ayat 32, juga boleh diartikan jangan dekati pacaran, sesungguhnya
pacaran adalah perbuatan keji dan jalan buruk?
Mobare, Papringan.
Pacaran adalah Zina?
memperbolehkan. Kali ini, Pak Munajat
tetap bersikukuh dengan sikapnya, dia
tetap ingin melanjutkan acara doa
bersama sampai 7 hari. Bu Warni
dengan bersimbah airmata pun
m e m o h o n a g a r I m a m
memperbolehkan ritual
i t u . To h m e r e k a
m e m a k a i u a n g
mereka sendir i ,
bukan uang dari
Imam atau dari
siapapun. Imam
marah luarbiasa.
Dia tunjuk muka
kedua orangtuanya
yang masih berduka
itu dan bilang: kalian
kafir!
Malam itu, sampai
menjelang subuh, Pak Munajat dan
Bu Warni masih menangis di dalam
kamar. Di atas sajadah mereka
menangis. Mereka tidak menyesal telah
menyekolahkan Imam hingga menjadi
sarjana. Mereka bersyukur karir Imam
cemerlang dan dianugerahi keluarga
yang sejahtera. Tapi mereka berdua
tidak bisa mengerti, setiap hal yang
m e n d a m a i k a n m e r e k a , y a n g
m e n e n a n g k a n m e r e k a , y a n g
menyenangkan mereka, harus diakhiri
dengan tiga kata: bid'ah, haram, dan
bahkan kafir. Mereka tidak bisa
mengerti kenapa anak yang begitu
disayangi tega mengatakan kafir
kepada orangtuanya padahal mereka
merasa tidak pernah menyembah
apapun selain Allah.
Malam itu, mereka
berdua terisak. Tak tahu
a p a y a n g a k a n
dilakukan. Tak bisa
menerima apa yang
t e l a h t e r j a d i .
Mereka hanya bisa
menangis di depan
Allah.
Sekarang ini
ada banyak sekali
orang yang mengalami
seperti apa yang dialami
oleh Pak Munajat. Ada banyak
sekali orang yang berperilaku seperti
Imam.
Subuh ini, saya menangis untuk
mereka.
Yogyakarta, 1 Februari 2015
Penulis adalah seorang sastrawan yang
tinggal di Yogyakarta.
yang sempurna. Pak Munajat dan Bu
Warni sangat bangga dengan anak
pertama mereka.
Hingga tiba suatu saat, Imam
melarang bapaknya pergi ke langgar
sebelum salat Magrib dimulai. Karena
Pak Munajat sering ikut pujian, ritual
nyanyian yang dilakukan di antara
waktu usai azan sampai sebelum
iqomah. Ketika Pak Munajat bertanya
kenapa, Imam menjawab: Itu bid'ah. Pak
Munajat tidak berani membantah
anaknya. Dia kalah pintar. Dia tidak tahu
banyak soal Al Quran dan Hadist.
Akhirnya Pak Munajat mengalah. Ia
hanya bergegas ke langgar ketika
iqomah sudah diserukan.
Tidak lama kemudian, Imam
melarang Pak Munajat melakukan
Yas inan ber sama orang-orang
kampungnya di malam Jumat. Padahal
acara itu sangat ditunggu oleh Pak
Munajat karena di forum Yasinan itulah,
dia bisa berkumpul dan bercengkerama
dengan tetangga-tetangganya, berbagi
kabar, dan sering mendapatkan ilmu
baru. Ketika Pak Munajat bertanya
kenapa, Imam menjawab: itu bid'ah.
Imam juga melarang Pak
Munajat merokok. Haram, kata Imam.
Padahal merokok bagi Pak Munajat
mungkin satu dari sedikit kesenangan
yang dimilikinya. Selain itu, merokok
juga penting kalau sedang ngobrol
dengan tetangga atau ketika datang ke
sebuah hajatan. Sebetulnya Pak
Munajat hendak membantah. Tapi
karena diancam jika masih merokok
tidak boleh mendekati kedua cucunya,
terpaksa Pak Munajat menghentikan hal
yang disukainya itu.
Imam juga melarang Pak
Munajat datang ke berbagai kendurian
yang biasa dihelat di kampungnya.
Mulai dari tasyakuran, manakiban,
khataman dll. Lagi-lagi Pak Munajat
tidak bisa membantah. Dia kalah pintar.
Suatu saat, emak Pak Munajat
meninggal dunia. Sebagaimana biasa,
digelar ritual doa bersama tetangga
selama 7 hari di rumahnya, kelak
dilanjut 40 hari, 100 hari, 1.000 hari dst.
Baru berjalan semalam, Imam kemudian
melarang acara itu diteruskan. Bid'ah,
katanya. Kal i ini , Pak Munajat
membantah. Dia bilang, sosok yang
barusan meninggal adalah emak yang
sangat disayangi dan dicintainya. Orang
y a n g m e n g a n d u n g d i r i n y a ,
melahirkannya, merawatnya dan
membesarkannya seorang diri karena
bapaknya meninggal saat dia berumur
10 tahun. Pak Munajat hanya ingin
berdoa, ingin tetangga-tetangganya
ikut berdoa. Dia hanya ingin menjadi
anak yang berbakti. Pak Munajat
memohon betul agar kali ini Imam
memperbolehkannya melakukan ritual
yang sangat penting itu.
I m a m t e t a p t i d a k
Buletin SANTRI Edisi 05Jum’at, 20 Maret 2015
Buletin SANTRI Edisi 05Jum’at, 20 Maret 2015
“Mereka tidak bisa
mengerti kenapa anak
yang begitu disayangi tega
mengatakan kafir kepada
orangtuanya padahal mereka
merasa tidak pernah
menyembah apapun
selain Allah.”
memperbolehkan. Kali ini, Pak Munajat
tetap bersikukuh dengan sikapnya, dia
tetap ingin melanjutkan acara doa
bersama sampai 7 hari. Bu Warni
dengan bersimbah airmata pun
m e m o h o n a g a r I m a m
memperbolehkan ritual
i t u . To h m e r e k a
m e m a k a i u a n g
mereka sendir i ,
bukan uang dari
Imam atau dari
siapapun. Imam
marah luarbiasa.
Dia tunjuk muka
kedua orangtuanya
yang masih berduka
itu dan bilang: kalian
kafir!
Malam itu, sampai
menjelang subuh, Pak Munajat dan
Bu Warni masih menangis di dalam
kamar. Di atas sajadah mereka
menangis. Mereka tidak menyesal telah
menyekolahkan Imam hingga menjadi
sarjana. Mereka bersyukur karir Imam
cemerlang dan dianugerahi keluarga
yang sejahtera. Tapi mereka berdua
tidak bisa mengerti, setiap hal yang
m e n d a m a i k a n m e r e k a , y a n g
m e n e n a n g k a n m e r e k a , y a n g
menyenangkan mereka, harus diakhiri
dengan tiga kata: bid'ah, haram, dan
bahkan kafir. Mereka tidak bisa
mengerti kenapa anak yang begitu
disayangi tega mengatakan kafir
kepada orangtuanya padahal mereka
merasa tidak pernah menyembah
apapun selain Allah.
Malam itu, mereka
berdua terisak. Tak tahu
a p a y a n g a k a n
dilakukan. Tak bisa
menerima apa yang
t e l a h t e r j a d i .
Mereka hanya bisa
menangis di depan
Allah.
Sekarang ini
ada banyak sekali
orang yang mengalami
seperti apa yang dialami
oleh Pak Munajat. Ada banyak
sekali orang yang berperilaku seperti
Imam.
Subuh ini, saya menangis untuk
mereka.
Yogyakarta, 1 Februari 2015
Penulis adalah seorang sastrawan yang
tinggal di Yogyakarta.
yang sempurna. Pak Munajat dan Bu
Warni sangat bangga dengan anak
pertama mereka.
Hingga tiba suatu saat, Imam
melarang bapaknya pergi ke langgar
sebelum salat Magrib dimulai. Karena
Pak Munajat sering ikut pujian, ritual
nyanyian yang dilakukan di antara
waktu usai azan sampai sebelum
iqomah. Ketika Pak Munajat bertanya
kenapa, Imam menjawab: Itu bid'ah. Pak
Munajat tidak berani membantah
anaknya. Dia kalah pintar. Dia tidak tahu
banyak soal Al Quran dan Hadist.
Akhirnya Pak Munajat mengalah. Ia
hanya bergegas ke langgar ketika
iqomah sudah diserukan.
Tidak lama kemudian, Imam
melarang Pak Munajat melakukan
Yas inan ber sama orang-orang
kampungnya di malam Jumat. Padahal
acara itu sangat ditunggu oleh Pak
Munajat karena di forum Yasinan itulah,
dia bisa berkumpul dan bercengkerama
dengan tetangga-tetangganya, berbagi
kabar, dan sering mendapatkan ilmu
baru. Ketika Pak Munajat bertanya
kenapa, Imam menjawab: itu bid'ah.
Imam juga melarang Pak
Munajat merokok. Haram, kata Imam.
Padahal merokok bagi Pak Munajat
mungkin satu dari sedikit kesenangan
yang dimilikinya. Selain itu, merokok
juga penting kalau sedang ngobrol
dengan tetangga atau ketika datang ke
sebuah hajatan. Sebetulnya Pak
Munajat hendak membantah. Tapi
karena diancam jika masih merokok
tidak boleh mendekati kedua cucunya,
terpaksa Pak Munajat menghentikan hal
yang disukainya itu.
Imam juga melarang Pak
Munajat datang ke berbagai kendurian
yang biasa dihelat di kampungnya.
Mulai dari tasyakuran, manakiban,
khataman dll. Lagi-lagi Pak Munajat
tidak bisa membantah. Dia kalah pintar.
Suatu saat, emak Pak Munajat
meninggal dunia. Sebagaimana biasa,
digelar ritual doa bersama tetangga
selama 7 hari di rumahnya, kelak
dilanjut 40 hari, 100 hari, 1.000 hari dst.
Baru berjalan semalam, Imam kemudian
melarang acara itu diteruskan. Bid'ah,
katanya. Kal i ini , Pak Munajat
membantah. Dia bilang, sosok yang
barusan meninggal adalah emak yang
sangat disayangi dan dicintainya. Orang
y a n g m e n g a n d u n g d i r i n y a ,
melahirkannya, merawatnya dan
membesarkannya seorang diri karena
bapaknya meninggal saat dia berumur
10 tahun. Pak Munajat hanya ingin
berdoa, ingin tetangga-tetangganya
ikut berdoa. Dia hanya ingin menjadi
anak yang berbakti. Pak Munajat
memohon betul agar kali ini Imam
memperbolehkannya melakukan ritual
yang sangat penting itu.
I m a m t e t a p t i d a k
Buletin SANTRI Edisi 05Jum’at, 20 Maret 2015
Buletin SANTRI Edisi 05Jum’at, 20 Maret 2015
“Mereka tidak bisa
mengerti kenapa anak
yang begitu disayangi tega
mengatakan kafir kepada
orangtuanya padahal mereka
merasa tidak pernah
menyembah apapun
selain Allah.”
ni kisah biasa. Diceritakan dengan Icara biasa. Pak Munajat dan Bu Warni
adalah sepasang petani kecil. Mereka
hanya punya lahan seperempat hektar.
Anaknya tiga, Imam, Subhan, dan Lastri.
Di antara ketiga anaknya, hanya Imam
yang kuliah. Subhan lulusan STM, lalu
bekerja menjadi satpam di sebuah bank.
Lastri begitu lulus SMA bekerja di pabrik
sepatu.
Pasangan itu banting tulang agar
Imam bisa lulus sarjana. Pak Munajat
kadang menjadi kuli bangunan. Bu
Warni menjadi tukang masak di sebuah
warung milik tetangganya.
Imam anak yang cerdas. Ia lulus
tepat waktu dan kemudian bekerja di
sebuah perusahaan mobil ternama. Ia
menikah, istrinya bekerja di sebuah
perusahaan elektronika. Pasangan ini
dikaruniai dua anak, laki-laki (5 tahun)
dan perempuan (2 tahun). Keluarga
Buletin SANTRI Edisi 05Jum’at, 20 Maret 2015 1Buletin SANTRI Edisi 05
Jum’at, 20 Maret 20154
Edisi 05/2015
Seorang Anak
kepada Orang TuanyaOleh Puthut EA
Hadirilah Rutinan Majlis Sholawat Gusdurian
Rabu, 25 Maret 2015 di Pendapa Hijau Yayasan LKIS.
Jl. Pura No. 203 Surowajan, yogyakarta.
Terbuka untuk umum. Ajak sanak dan keluarga terdekat.
Jawaban: Dalam tafsir-tafsir AlQuran, ulama dalam menafsirkan QS. Al-Isra: 32 berkata
bahwa Allah melarang zina dan hal-hal yang dapat menjadi pendorong serta permulaan zina.
Diantara pendorong dan permulaan zina (muqaddimatuzina) adalah khalwah, yakni berdua-
duaan layaknya yg dilakukan muda-mudi zaman sekarang.
Dalam Islam, jatuh cinta tidak dilarang. Bahkan jatuh cinta akan menjadi terpuji jika
mendorong orang yg sedang dimabuk cinta semakin dekat dengan Allah SWT. Dalam kitab
al-Tawwabin dikisahkan, bahwa Fudhail bin Iyyad adalah pembegal kelas kakap yang sangat
ditakuti bertaubat karena cinta. Suatu hari ia jatuh cinta pada wanita cantik nan shalihah. Pada
suatu malam, Fudhail memanjat tembok agar bisa mengintip pujaan hatinya. Saat itu, sang
pujaan hati sedang membaca Al-Quran: "Belumlah datang waktunya bagi mereka yang
beriman untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah (QS. AL-Hadid: 16). Ayat yang
dibaca oleh sang pujaan hati tersebut menembus relung hati Fudhail lalu ia bertaubat. Di sini
kita melihat cinta tidak membuat Fudhail lupa pada Allah SWT. Cinta Fudhail tidak
mendorongnya melanggar larangan Allah SWT. Justru cintanya menjadi jalan pertaubatan.
Inilah cinta yang mulia.
Pertanyaan: Assalamualaikum Ustadz. Benarkah Pacaran adalah bahasa modern dari Zina,
yg artinya QS Al Isro' ayat 32, juga boleh diartikan jangan dekati pacaran, sesungguhnya
pacaran adalah perbuatan keji dan jalan buruk?
Mobare, Papringan.
Pacaran adalah Zina?