111. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Kerangka teori akan memberikan gambaran secara garis besar peristiwa-
peristiwa yang tejadi pada masyarakat. Melalui teori dapat diketahui hubungan
sebab - akibat dari peristiwa-peristiwa tersebut, dan dapat meramallcan puistiwa
atau keadaan yang m u w n akan teijadi dimasa datang. Walaupm studi ini
bersifat empirik, teori-tmri yang digambadcan berikut ini menrpakan suatu
prosedur sebagai basis dari tindakan yang alcan dilakukan.
Pada bab ini akan diuraikan terlebih dahulu pengertian wilayah, baik
wilayah perkotartn maupun wilayah perdesaan. Pengertian dm bentuk-bentuk
keterkaitan perkotaan - perdesaa~~, dan tKbcrapa teori keterkaitan perk- - perdesaan
Selanjutnya dijelaskan konsepsi pemikiran serta pendekatan model analisis
keterkaitan perkotaan - perdesaan antar wilayah dan intra wilayah.
3.1.1. Pcngerthn W i i a h
Berbagai defhki mengenai wilayah telah diberikan oleh para ahli perencana
wilayah. Mwutrt Giassol1(1974), wilayah merclpah area yang kodm yang
terletak mtara tingkat low dan tingkat nasional. Dinyatakan pula pendefiniian
wilayah itu sendki bergantung pada tyjuan d s i s atau tujuan perurnman
kebijaksanan pengembangan wilayah yang skan dimsun. Hal hi didukung oleh
pernyataan m i l l a (1981), yaqg tnenyatakan pilihan mengmai wilayah selaiu
menjadi persoahn bagi para pamcana -pun pmgambil keputusan. Perhatian
yang berbeda dari b e h g a ~ disiplin, sering merighasilkan kepentingan yang tidak
jelas, yang sulit untuk dipenuhi.
Menurut Haruo ( 2 0 , penggambaran wilayah dqat dilihat dalam dua tip,
ripe perfam yang sering diprakt* oleh geografer dan planner, berusaha
membatasi wilayah badadcan satu set Icriteria yang dapat diukur. Kriteria
terd~ut ditmtukan badasarkan tujuan penggambaran wilayah fipe M u
pnggambaran wilayah dilalarkan berdnsarkan batas administrasi.
Di Indonesia, pengertian wilayah telah didefinisikan dalam W no24 tahun
1992 tentang penataan ruang, yaitu wilayah adalah mang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan
sistemny a ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek hngsional
(W No.24 tahun 1992). Wilayah juga dapat diartikan sebagai luasan geogcaf~s
beserta segenap unsur y ang terkait padanya yang mempunyai batasan-batasan
sesuai dengan lingkup pengamatm tertentu.
Jelaslah, pengertian wiiayah ditentuh berdasarkan tujuan dan kepent ingan
pendefinisian wilayah itu sendiri ha1 ini mengingat setiap disiplin ilmu akan
memberikan peddaan pengertian wilayah sesuai tujuannya. Oleh karena itu
sesuai dengan tujuan penelitian ini pengertian wilayah akan mencakup pengertian
keterkaitan perkotaan - perdesaan.
DaIam penelitian ini akan melihat wilayah dalam bentuk wilayah perkotaan
dan wilayah perdesaan, serta wilayah ymg melinglapi kdunya, untuk kemudian
menentukan keterkaitan pu-kdaan - perdeam. Sehingga pengertian wilayah
d a b penelitian ini dapat d i a r t i sebagai luasan geografis ~ESHU segenap
unsur yang t-t padanya, merupakan media tempat segda m t u berlokasi dan
rnehhkan interaksi. Wilayah mernpunyai ciri tertentu, dimam urmk medukung
tujuan penelitian ini sistemnya ditentukan berdasarkan batas administrasi dan
3.1.2. W h y r h Perkohan
Seperti halnya pengertian wilayah, pengertian wi1ayah perkotaan juga dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandang., tetapi pada dasarnya w e r t i a n kota dapat
didekati dari segi fisik, sosial dan ekonomi. Secara fisik, kota merupakan area
terbangun dengan intensitas yang ti&., yang terus mewrun menjauhi wilayah
pusat kotanya. Hal ini seperti dinyatakan Branch (1 995), bahwa kota adalah
komunitas secara fisik, merupakan area-area terbangun di perkotaan yang terletak
saling berdekatan, yang meluas hingga ke daerah pingguan kota.
Dari segi sosial, kota dapat dilihat berdasarkan jumlah penduduk dan
kegiatan sosial di ddamnya. Suatu kota akan merupakm ternpat konsenirasi
penduduk dalam jumlah besar, yang rnembentuk Icepadatan penduduk yang tinggi,
sehingga hirarki kota dapat ditentukan melalui jumlah penduduknya. Kegiatan
soski yang terjadi sangat b e W a dengan desa, karena kegiatannya bersifat
heterogen clan bertujuan untu k mendapatkan keuntungan sebagai dampak dari
aglomerasi dan konsentrasi secara spasial. Ini seperti dinyatakan Hamiiton (1994),
bahwa salah satu jawaban kenapa ada wilayah kota dalah karena orang-orang
menemukan keuntungan untuk melanjutkan berbagai aktivitas daiam suatu cara
konsentrasi yang bersi fat spasial .
Hal ini mendukung pengertian kota dari segi ekonorni, dimana kota
merupakan komentrasi kegiatan secara spasial, brtujuan meningkatkan
produktivitas, selanjutnya memunglunkan te jadinya anekaragam budaya,
intelektuai, dan segala kegiatan ekonorni, untuk mendukung kehidupan
penduduknya secara berkelanjutan.
Berkait dengan jumlah penduduk, yang kemudian dig& sebagai d .
penenturn hirarki kota, di Indonesia telah dilakukan kbagai studi seperti
National Urban Development Study/NUDS (2000) meagldasifikasih tingkat
perkembangan kota berdadcan besaran penduduknya, sebagai berikut :
(1) Kota kecil, adalah kota dengan jumiah penduduk di kwah 100.000
j iwa.
(2) Kota sedang, adalah koia dengan jumhh penduduk antrua 100.000 -
500.000 jiwa
(3) Kota bsm, arlala)l kota d m jumlah penduduk antma 500.001 -
1 .OOO.OOO jiwa.
(4) Kota metropolitan, adalah kota dengan jumlah penduduk di atas
1.000.000 jiwa.
tingkatan ulnrran perkembangan kota ini digunakan sebagai @man oleh
pemerintah Indonesia d h menenhikin kebijdcm perkotaannya.
Lebih jauh NUDS(2000) menjelaslran d a h sistem pkmutn @mmy,
besaran kota pada peringkat satu adaiah minimal 3 kali lebih besar dari besaran
kota pada peringkat dua.
Berdasarkan berbagai pengertian kota yang dijelaskan di atas, maka wilayah
perkotaan menlpakan wilayah dengan ko-i penduduk d m konsentrasi
bsngunan f sik yang semakin menurun intensitasnya dari pusat sampai ke pinggir
kota, konsentrasi kegiasan sosial-ekonomi y ang mempunyai kegiatan utama b h n
pertmian dm bersifat heterogen. Dengan struktur ruang sebagai tempat
pemukiman dan jasa pelayanan sosial, ekonomi dm pemerintahan. Hal ini seperti
tertuang ddam W no. 22 tahun 1999 dimana pengertian kawamn perkotaan
adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertaniaq dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
Berbda dengan hirarki kota yang disebutkan di atas, wilayah perkotaan
yang mencakup berbagai ukuran kota dan wilayah beiakangnya dm membentuk
kesatuan yang kompak, akan merupakan sum kawasan perkotaan yang sangat
besar disebut megaurban. Megaurban &pat mewpalcan satu kota utama dengan
kota-kota kecil di sekitarnya, tetapi dapat pula terdiri atas kota metropolitan,
beberapa kota besar, d a n g dan kecil. Kota-kota tersebut dihubungkan oleh
jaringan tramportasi yang efisien yang mendukung kegiatan di dalamnya.
Seperti dinyatakan Mc.Gee (1991), dalam e x t e d d metropIis
rnenggambtukan megaurban d a g a i model ekonomi ruang (wtiuI-emmy),
yang terdiri atas lima wilayah utama (Ii hat Gambar 2) :
(1) Koh-kota uhma dalam suatu hirsFki pdotaan., ymg A n g sangat
dominan, dapat texdki atas satu atm dua km-kota yang sangat k.
(2) Wilayah peri-urban (dekat kota), y h wilayah sew kota-kota yang
dapai dicapsri dengan k m t e r seam harian Ice kota inti (kota utama)
Di bekapa b e a n Asia, wihyah ini dapt terhtaag sampai 30 km
dari kots inti.
(3) Wilayah yang disebut desa kotq yaitu witayah dimma kegiaian
pertanitin dan nonpertanian h m p u r seam intensif. Wilayah ini
sering tetbentang sqmjang koridor antam kota-kota inti yang besar.
Wilayah ini sebelumnya dicirikan adanya penduduk padat
d i g a h n g h dalam pertaniarr @iasanya pertanian padi sawah).
(4) Penduduk padat di wilayah rural, yang terjadi di banyak negara Asian,
khususnya yang mana kegiatannya pertanian padi sawah
(5) Tdchir, wilayah perbatasan (frontier) yang penduduknya terpencar
ditemukan di banyak n q Asia ymg menawarkan kernpatan untuk
kolonisasi lahan dm berbagai bentuk pengembangan pertanian.
141 -tar& rural (51 b u l c l r rtmtier Srru4- c i r k wwr t w m C o r n m u m k c i o n m t r s
Gambar 2. Model Konfigurasi Hipotetis Mega Urban di Asia S u m k : Mc.Gee (1991)
Lebih jauh Mc.Gee menyatakan, ada tiga tipe transisi ekonomi ruaog yang
tejadi di wilayah-wilayah Asia. P e m addah wilayah yang terjadi p u n m a n
pada perrnukiman pwdamnm penggunaan lahan, dan penduduk m a n
kareaa penduduk pindah ke pusat-pusat perkotaan. Tipe yaitu
di r ikan d a g a i wilayah yang p a t a s n y a dicapai dari kegiatan
pertanian dm i nb t r i . Terjadi pergeseran dari kegiatan @an ke kegiatan
nonpertanian yang difokuh pda kota-kota inti dm wilayah yaag k w h e l d u .
Perubahan yang teajadi dikaitCcan dengan kemikan pendapatan rumah tangga,
pamghhn karh i&n tmqmrtasi dan peningkatan i n h t d t w . Juga tejadi
pertumbuhan e k d yang sangat -at dibandinglran dengan daerah lain di
negara temht .
Tipe btigu, wilayah dengan kepadatm tinggi tetapi pertumbuhan ekonomi
lambat. Wilayah y m g dicirikan dekat dengan pwat perkotaan sekunder yang
mempunyai pertumbuhan ekormomi yang lambat dm pertumbuhan pduduk yang
tingi dan terus menerw, surplus t e q a kerja, dm produktifitas rendah yang term
menerus baik kegiatan @an maupun non pertanian. Dari ketiga tipe tersebut,
megaurban Jalmdetakk termasuk dalarn kategori t i p kedusr.
3.1.3. W ilaya h Perdmran
Desa dengan wilayah perdesaan, rnempunyai pengertian yang berbeda.
Surianingrat (1 985) menyatakan bahwa istilah desa berasal dari bahasa Sansekerta
sebagai sebutan untuk tempat tinggal, kelompok-kelompok rumah rakyat. Istilah
desa ti& berasal dari 1uar Indonesia, tetapi asli dan murni dari Indonesia yaitu
ke tompok tempat tinggal bersama.
Bintarto (1989) memandang desa drui segi geografi, adahh suatu hasil
perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkung annya. Hasil dari
perpaduan itu ialah suatu wujud kenampaka di muka bumi yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi dan kultural yang saling berinteraksi
antara unsur tersebut dan juga drrlam hubungannya dengan k a h d a m h lain.
Dalam W no. 32 tahun 2004 diberikan p e n g d n desa yaitu suatu
kesatuan rnasyamkat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang kwewng
untuk mengatur dan mengurus Irepenthgan masyankat setempat, berdasarkan
ad-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dm dihormati dalarn sistem
Pemerhtahan Negara Kaat tm republik Indonesia. Sedmg m e m t UU no. 22
tahun 1999, kelurahan srclalah wilayah keja lurah pemqkat k a h
kabupaten dadatstu daerah kota di bawah kecamatan.
Berdasarkan bebmpa pengertian daa, j e W desa rnaupakan wilayah
geogds tempat tin@ sekelompok matlusia yang mmpakm ktsatuan
masyarakat h h yang memiIiki Wnaagan wrPuk mengatur dan mengurus
kepent ingannya sendii, berdasarkan asal - usul dan adat istiadat setempat.
Berbeda dengan mat ian desa, yang lebih r n m e h h pads koadisi 6sik
dan sosiaI ekonomi, pengertian wilayah perdesaan lebih memandang desa dari
segi kegiatan utama yang wadi di wilayah M t . Hal ini s e p d dinyatakan
dalam W no. 22 tahun 1999, tentang pengertian Kawas~pl P e & m yaitu
kawasan yang rnempunyai kegiatan utama perhian, termasuk pengelohan
sumberdaya dam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
pedesaan, pelayanan jasa pemerintahm, playanan sosial dan kqyatan ekonomi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelaslah kehidupan di desa pada
dasarnya berbeda dengan kehidupan di kota, dimma mayoritas mempakan
golongan rnenengah ke bawah8 dengan jenis kegiatan utama yang reIatif sama
(homogen), seperti pertanian, nelayan dan sebagainya yang berorientasi pada
pengelolaan sumberdaya alam, dengan struktur wilayah antara lain tempat
permukiman perdesaan clan tata kehidupan masyarakat desa yang sifatnya
homogen, ierdiri atas pelayanm jasa pemerintahan, petayanan sosial dan kegiatan
ekonomi. Sedang untuk melaksadan kegiatannya selalu berkaitan dengrtn
wilayah perkotaaq yang intensitasnya bergantung pada fasilitas ketahtitan yang
t ersedia .
3.2.1. Pengerthn bterkaitan Pcrkotaan - Perdturn
Setiap b e a n wilayah mempunyai faktor e h m e n f yang khas dalam
bmtuk sumberdaya aiam maupun sumberdaya manusia. Untulc memenuhi
Irebutdm hidup, penduduk daiam wilayah tersebut sering harus mmenuhinya
dari d a y a h lain, oleh lrarena itu penduduk trarus melabkan pexjahm ke
wilayah lain sehingga membeivtuk hubungan antar wilayah. hbungan atau
kootak ini seam elcornmi dapat digambarkan sebagai proses permintaan - antar wilayah dapat & i t Jebagai k a & n fldng~s) antar
wilayah. K O I W atau hartrungan antar wilayah tmebut dapat juga diartikan
sebagai inter&. Secara harfiah imraksi dspat diartilurn sebagai 'hal yang saling
mempengaruhi ' . M e m t Rondinelli, proses-proses in tdcs i dibentulc oleh k e t e h h -
32.2. Konsep Keterkaitan Perkohan - Perdesaaa
WiIayah dici ptakan dengan sumberdaya yang sangat berbeda, terdapat
wilayah yang kaya sumberdaya alam atau sumkdaya manusia, wilayah yang
miskin sumberdaya dam maupun miskin dari segi kemampuan atau U i t a s
sumberdaya manusia. Terdapat wilayah yang mempun yai kekayaan sumberdaya
alam berlimpah, tetapi h l i t a s sumberdaya manusia yang ada h a n g mampu
memanfaatkannya, sehingga sumberdaya dam twsebut larang mempunyai ndai
tambah.
Sebaliknya terdapat wilayah miskin sumberdaya dam, t&qi lcualitas
sumberdaya marmsia cukup baik. Bahkan dapat terjadi wilayah yang sama sekaIi
miskin baik sumberdaya darn maupun manus* dm kaya baik sumberdaya dam
maupun sumberdaya manusia.
Berpijak adanya pemenuhan kebuhhm hidup dan dispfitas wilayah seperti
digambarkan di atas, maka a h teijadi hubungan timbal bali k antar wilayah yang
&pat disebut keterkaim antar wilayah Wilayah itu sendiri dapat merupakm
wilayah perkotaan maupun wilayah perdaam
Fu (1981), m e q g m h r h keterkaaan antar wilayah sebagai akibstt
ketimpmgan dan kerniskinan. L juga menjelasksm terdapat tiga hubungan
dualistik dalam ~~ antar wilayah, y a h :
(1) Utm - Selatan, menggambarkan ke teh i tm antar d a y a h &lam suatu
negtuaymgmeqgmb~dua lrutub
(2) perkohm-perdesaan, menggambarkrtn ketmhitan intra wilayah
(3) formal-inford, ~~ keterkaitan antar wilayah yang
rnenehkm pada kegkhmya
ketiga huhngan duaiistik t&ut dihulmqk dan diiotegrasitl ddam suatu
tingkah lala yang kompleks, yang berbeda antara satu negara dengan negara lain
bergantung pada ernpat dominan faktoc dan sejarah masing-masing negara. Ke
empat faktor dominan tersebut adalah :
(1) resource eractowment : mineral dan sumber daya alam
lainnya;
(2) ~ e r i s t i k &mgr;rifi : kqadaian penduduk, tingkat p a t u m b u h
dm tingkat urbanisasi
(3) feknologr : tipe-tipe teknologi yang diadopsi dan pembangunan modal
sumberdaya manusia; dm
(4) cieveloprnent i&oIqgy : ideologi daIam pembangunan negaranya.
Keterkaitan antar wilayah tidak dapat terjalin bi1a tidak didukung prasarana
dan sarana pmghubung antar kedua wiIayah yang saling berinteraksi. Dukungan
tersebut &pat rnerupakan prasarana dan sarana transportasi, dapat pula dalam
bentuk lain. Oleh karma itu keterbtan (linkages) antar wilayah adalah bentukan
dari proses interaksi antar wilayah yang diakibatkan adanya hubungan suppb
l i e d , yang didukung oleh kemudahan perhubungan antara kedllanya, m a
&pat menguntungkan, merugkan maupun saling menduhng salah satu maupun
kedua wilayah yang berinteraksi tersebut.
Menurut Pradhan (2003) keterkaitan perkotaan - perdesaan akm me1iputi
tiga elemen penting, yaitu wiIayah perkohm, wilayah pedesam dan bbungan
keterkaitan tersebut. Wilayah perdesaan meaupakan tempat dihasilkannya bahan
m e w produksi perhim, kmjinan tangan, tenaga kerja dan modal, sedang wilayah perkotaatl menrpakaa tempat pradulcsi bnrrang, playanan, thologi, ide-
ide dan t d a n y a m a a n . Uatuk menghubm&n wilayatt perkotaa~ dan
peadesaan tessedia jaringan jalan dan tmnsportasi serta sistem kelernbagaan.
Secara keselumh elmeo-clemen tersebut digambarkan pnda Gnmbar 3.
Gambar 3. Hubungan Perkotaan - Perdesaan dan Elemen-elemennya Sumber : Pradhan (2003)
Ditinjau secara zuang, keterkaitan antar wilayah dapat merupakan hubungan
daIam lingkup luas maupun terbatas. Keterkaitan antar wilayah mempakan
ketdaitan dalam lingkup luas, dalam hal ini wilayah perkotaan dan perdesaan
biia ditinjau sesuai batas adrninisirasi dapat setingkat kota atau kabupaten. Sedang
dalam lingkup tdatas, keterkaitan perkotaan - perdesaan merupakan keterkaitan
intra wilayah, bila ditinjau sesuai batas administrasi yaitu keterkaitan desa - koia
&lam lingkup wilayah di atas.
Sdah satu bentuk keterkaitan antar witayah adalah keterkaitan p e r k o m -
perdesaan. Adanya disparitas arrtara wilayah perlrotaan dan wilayah perdam,
rnaka keterbitan perkotaan - perdesaan dapat terjadi secara vertical dan
MzonQZ. Bila dilihat berdasarkan batas administrasi, bentuk keterkaitan secara
vertikal berarti keterkaitan yang tejadi antara wilayah perlcotam yang
mempunyai hiradci lebih tinggi, dan perdesaan yang mernpunyai hirarki lebih
rendah. Sedang bila dilihat berdasarkan pemanfaatan sumberdaya, keterkaitan
vwtikal dapi berarti wilayah yang lebih tinggi (wilayah perk-) meIakukan
ebpIoitasi terhadap wilayah perdesaan. Keterkaitan secara horizontal dapat
berarti ketdaitan yang terjadi antm wiIayah perk- - perdesaan d i n g
mendukung.
Keterkaitan perkotaan - perdesaan yang selama ini terjalin lebih banyak
terjadi secara vertikal, dimam wifayah perk- melalcukan penyapuan
sumberdaya @ackn& eflecr) di wilayah IhinterIbmihya atau wilayab perdesaan di
sekhmya, hal ini terlihat dari hasiI keterlrah tersebut secara fisik dimana
perkman menjadi semakin meluas, pmbadngan jurnlah penduduk wilayah
pdcotaan semakjn besar dibanding wilayah perdesaan, sehingga pada gilirannya
ahin rnenimbulkan masalah pada kedua wilayah tmtht.
Apabila ket&tan antar wiIayah saling rnenduhng atau saling
memperlruat (muhailly reinj4~cirrg)~ atau gmmtiPO atau dishn partisipatif
(komp1ernenter), maka kedua wilayah tersebut &an mendapat htungan a m
d a a t d q adanya hubungan tcsebut. Tetapi bila ketdciitan antar dayah
D w g l a s s ( l ~ ) , ~ f u n & s i d ~ m k ~ - k a c a p o d a h a m n i r ~ e r m g w i l a y a h ~ g d a l a h b a s i I d a r i ~ ~ s e b a g s i ~ s e b a b - a E o ' b a t y a n g W s ; r t u a a h H d m g a n ~ - p r d c s s a a d a p t d i h U ~ " ~ a U n g ~ atau rnuluuIiy minfming, dam dapet "Saiing atau muhI ly &pn&rnt.
lo H a r r i s d a n H a d ( 1 9 8 4 ~ ~ 2 0 0 3 ) mejnbagihubmgmkotadanpedamdi ~ d s h m d u a t i p e , ' ~ d i m a n s ~ ~ ~ m a r ~ ~ s r n p l u s hmsmi yang pentiag mtuk medorong pumdnhm &ommi di wilayah Makangnya. Tipe kulua mengihrti keterhitra 'dqdoiW yailu pusat pasar p a d k terbdap alam kraut oderung rtalnm wilapbya biayanya mengpub sumbwdaya slam di wihyah beJahgnya.
lebih berbentuk eksploitatif atau p ~ i t i k " maka a h terjadi suatu wilayah ymg
sernalcin kaya dan sernakin miskin.
3.2.3. Struktur Keterkaitrm Perkotrm - Perdesun
Pola keterkaitan perdesaan-perkotaan antara wilayah yang satu dengan yang
lainnya berbeda- beda tergantung kondisi alam, teknologi, sosial budaya dan
politik. Secara garis besar terdapat dm poIa keterkaitan perkotaan-perdesaan
digambarkan dalam struktur keterkaitan perkotaan-perdesaan pada Gambar 4
(Saefulhakim, 2004). Masing-masing dari pola tersebut menghadirkan impIikasi
yang berbeda dalam suatu wilayah.
PoIa keterkaitan pertama adalah pola asimetris. Dalarn pola keterkaitan
asimetris terjadi suatu bentuk eksploitasi kota-kota sebagai bagian di atas dari
hirarki terhadap dcsadesa sebagai bagian h i d di bawahnya. Tejadi ekspbrasi
dan penyapuan sumber daya alam ( b r s c b h eflect) besar-besaran di wilayah
hinterlandnya tanpa adanya timbal balik yang mernberikan keuntungan di
~ilayah~wilayah perdewan dibawahnya. Pola asimetris adalah suatu proses
eksploitatif yang lebih benifkt simbiosis parasitisma yang menguntungkan satu
pihak dan merugikan pihalc lain Suatu keadaan yang menciptaLan pembangunan
yang tidak berimbang, saling m e l d dan tidak MeIanjutan.
Pola k ~ ~ t a n kdua addah pola simetris yang memberikan proses
konrglernentatif antam kota-ba d a b him teratas deagan desadesa dalarn
hirarki di bawahnya- Terdapt suatu proses ymg h i f a t simbiosis mutualisma
yang memberih keuntungan di kedua belah pihak. Pola simetris ini &an
menciptakan pembangu~n yang bairnbang, saling mernperkuat (ntfltwl
s&ertgriaening) dan berkelanjutan.
3.2.4. Tipe-tipe Keterkaitan Perkotaan - Perdesaan
Berbagai tipe keterkaitan perkotaan - perdesaan telah berkembang
yang diciptakan sesuai dengan tujuan keterlcaitan itu sendiri. Preston (1975,
dalam Pradhan, 2003) menggambarkan kategori utama interaksi aniara kota dm
perdesaan ada lima tipe :
(1) perpindahan penduduk atau migrasi - baik untuk jangka pendek
rnaupun jangka panjang
(2) arus barang, pelayanan dan energi
(3) perpindahan keuangan meldui perdapgan, pajak dm pengeluaran
dana negara bagian
(4) perpindab asset - halt kepemilikan alohi investasi negara bagim,
modal dalam bentuk-bentuk lain
(5 ) arus informasi - info& &is dan ide-ide sasid
Terlihat interaksi yang terjadi menekadm pada pergerakan penduduk
barang dan jasa, ekonomi keuangan dan inhrmasi. Pemilcim Preston h i
selanjutnya digunakan sebagai kenrnglra keterkaitan perkotaan - perdesam urrtuk
andisis lebih lanjut.
Menurut Rondinelli (1985), d a m pubangunan spasial, jenis-jenis
kettxkaitan y q utama dapat diLelompoWcan dalam 7 (tujuh) tipe, seperti terlihat
pada Tabel 6.
Bila m e l i hasil penikkm Preston di atas, maka hasil pemikiran
ketdaitan perkotaan - p e r d m oleh RondineIli rnenrpakan hasil penjabaran
pemikirm Preston, yang mana Rondinelli telah membagi keterkaitan dalarn tipe-
tipe fisik, ekonomi, pmgerakan penduduk, teknologi, in-I sosial, pelayam,
politilq administmi dau organisasi. Keterkaitan tekdogi yang sebelumnya tidak
tergambar, diperjelas dengan penggambmn yang lebih rinci.Demikian pda
keterkaitan politik, administrasi dan organisasi.
Pradhan (2003) menggambarkan ketedcaitan perk- dan perdesaan lebih
terperinci. Ia mernberilran 8 (delapan) tipe k e t d t a n perkohm - perdesaan
seperti terlihat psda Tabel 7.
Tabel 6. Keterkaitan Utarna Dalam Pembangunan Spasial
Tipe Elernenelemen
1 . Keterkaitan Fisik Jaringan jalan Jaringan transportasi sungai dan air Jaringan Kereta api Kekrgammgan ekologis
2. Keterkaitan Ekonomi Pola-pola Pasar ~ r u s aha an Baku dan Barang anfara Arus Modal Keterkaitan P d u k s i - BQckward, forward dan Icrteral Pola Konsumsi dm Belanja Arus Pendapatan Arus komditi Sehoral dan Inferregimi "Cross Li&es"
3. Keterkaitan Migrasi- temporer dm pamanen Perp;erakan Penduduk Perjalanan kerja
4. Keterkaitan Teknologi Kebergantungan Teknologi Sistem - S istem TeIekomuni kasi
5 . Keterkaitan Pola Visiting Sosial Pola Kimhip
Kegiatan Rites, R i d s dan Keagamaan Interaksi Kelompok Sosial
6. Keterkaitan Deliwry Anrs dan laringan Energi Jari ngan KredS dm ~i&nsial Keterkaitan Pendidilran, training dan pengembangan System LkIiwety Pelayamn Kesehatan Pola Pelayamn h h i o d , Kommial dm Tehik Sistem Pelayanan Trmspomsi
7. K e t d t s n PoIitilq Hubungan Stndaral Administrasi dan Orgmisasi
Arus ~ " d ~ e t Pmerintah Ke- Organisasi Pola Otoritas-Approval-S~~~si Pola Tmmabi Inter-Ywidiksi
M a dengan Rondinelli, kategori ketdcaitan perkotaan - perdewan o1eh
Pradhan membagi atas spasidfisik, dimana bila melihat penjeiasan lebih rinci
dari segi transportasi Zarrang jeIas. Mengingat transportasi dap& m p a k a n
transportasi darat, laut dm udm. keterkaitau ekonomi. Dari penjelasan tersebut,
Pradhan lebi h menekankan pada keterkaitan sosial dan ekonomi .
Tabel 7, Tipologi Keterkaitan Perk- - Perdesaan
Tipe-tipe Ket erangan 1 . SpriaU permukiman dengan berbagai ukuran
PhysicaI jaringan jalan dan jaringan kereta api linkages kebergantunpran ekologi
2. Economic pols P= linkages keterkaitan produksi
arus bahan balry barang-bamg, kendaraan dan modal pola belanja
3 . k i o - c u f tural migrasi penduduk linkages I pola-pola kedatangan dan perjalanan b e k e a
I upacara keagamaan (riies), kegiatan agama dan festival-festival kelompok sosial, kegiatan-kegiatan & pola-pala kidhip sewa menyewa Man,
4. Techraologv linkages sistem irigasi sistem telekomunikasi m s e w g i dan jaringan
5 . FimciaZ arus capital dan anus income
wgmpim3m keberp-1 lznhges arus anggmn belanja pemerintah
8. firvice &livery ketehitan pendidikan, kursus dan tambahan linkages mla2 amber hfomasi dan mvebaran
B d m r k m perkembangan p e r n i b tiptipe ketcrkaitan yang dijelahn
berdasarkan permasalahan, kondisi wilayah dan tujuan penelititin itu sendiri.
Dari gambaran keterkaitan antar wilayah dalam pembangunan spasial yang
dibeFikan oleh Rondinelli maupun Pradhan yang terdiri atas berbagai je&h pads
dasarnya keterkaitan antar wilayah dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) jenis
ketdcaitan, yaitu keterlcaitan fisik, ekonomi, sosial dan kdembagaan serta
teknologi. Keterkaitan fisik mempakan gambaran hubungan fisik antar wilayah
perkotaan - perdesaan. Keterkaitan ekonorni memberi gambaran hubungan
ekonomi, sedang keterkaitan sosial dan kelembagaan memberikan gambaran
hubungan sosial dan kelembagaan antar wilayah perkotaan - perdesaan.
Keterkaitan teknologi memberi gambaran hubungan teknologi antar wilayah
perkotaan - perdew.
Dari selwuh keterkaitan perk- - perdesaan, kemudahan hubungan fisik
pada sektor transportasi akan meningkatkan intensitas hubungan antar wilayah
perkotaan - perdesaan. Sehingga keterkaitan jenis ini merupakan pdorong
te rjdinya keterkaitan lainnya.
3.2.5. Keterkaitan Perkohan - Perdesun Selctor Trrasportrsi
Disparitas wilayah dm kebergantungan antar wilayah menciptakan
keterkaitan antar wilayah. Ketedcaitan antar wilayah tidak dapat tejalin bila tidak
didukung hubungan antar kedua wilayah yang saling berintdsi . Hubungan
tersebut dapat merupakan prasarana dan sarana transportasi.
Prasarana dan sarana transportasi dapat mencakup sistem jdngan
transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut dan sisrem jaringan
transportasi udara Sistem jaringaa transportasi d m t d i r i dapat mencakup
jaringm j jaringan re\ jaringan transportasi sungai, danau dan
sungai juga memegang peran pencing, terutama pada wilayah yang tidalc tasedia
jaringan jalan darat.
Anwar (1997) mengembkm bafiwa hilitas i n h s t d f m scperti jdan,
jembatm, transportasi, Iromunikasi, pasar, sekolah serta air bersih merupakan
unsur-unsur p i n g sebaq l a n h prime mowr &lam rnedhng
pembangunan wi layah12.
Rietveld dm Nijkamp (2000) menyabhn bahwa pembangunan wilayah
dapat dikenali tidak hanya merupakan hasil dari kombinasi faktar-&tor prnduksi
yang tepat, seperti tenaga kerja dan modal, tetapi juga intiastruldur secant umum,
I2~ada d a s a r n y a ~ a d a h h m p r o s e s ~ h r a l i t a s ~ ~ ~ ~ d i n i l a i k b i h l m i k d a r i ~ DalPlnpembsoguoanwilayahschin- t a r a f h i d u p ~ j u g a ~ ~ l ~ Sehingga- wiIayah m q m y a i arti lebih luas dalam mcndulnnrg tujuan pernbangunan.
dan khususny a infrastruktur transportasi. Peningkatan infrastmkhu tnrnsportasi
akan membawa pada peningkatan produktifitas dari faktor-faktor prduksi swasta.
Sebali kn ya pengwangan infrastruktur akan rnembawa penurunan produlctifitas
dari berbagai faktor produksi.
m a h i t a n antara pelayanan i m , pertumbuhan clan m a n f a win1
dihubungkan dalam berbagai ketehitan seperti digambarkan pada Gambar 5
(Prud'homme, 2004 dalarn Briceno et.al., 2004). f i k a h h bahwa infmitmhr
akan m e n h i manfaat terfradap rumahtangga dm perusaham. Bagi rumah tangga
akan meningkatkan kesejahtertlan dm perluasan pasar, d m g bagi perusaham
=lain meningkatkan pasar juga menurunkan biaya. Kedua ha1 itu &an
menciptakan pertumbuhm yang pula akhirnya alum meningkath kesejahteraan
pada rumah t-.
Gambar 5 . Pmgmh Mmtnhr T d a d q Pembrurgunm Sumber : Briceno et.al. (2004)
Dari pernyataan para p a h di atas, dapat ditarik kesimpulan infrastruktur
transportasi mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan wilayah
dm keterkaitan perkotaan - perdean. Kemudahan hubungan antar wilayah
memicu terjadinya interaksi antar wilayah. Kondisi sektor transportasi &pat
secara nyata menggambarkan hubungan antar wilayah.
3.3. Kemngka Taori Kctcrkaitm Perkohan - Perdesaan Beberapa teori dan model-model empiris telah dibangun untuk
menjelaskan keterkaitan perkotaan - perdesam, utamtinya dikaitkan dengan sektor
transportasi.
3.3.1, Permintarn dan Whyah Pasar
Menurut Blair (1991) daerah pasar adalah wilayah dimana h i 1 produksi
d i j d . Secara alamiah k a h p a w dapat dimarkan daim bentuk ruang.
Permintam p m secrua tradisiod digambarktin bahwa hrva pennintaan
menunjukkan k d t a s bar- yang akan dikonsumsi dm memungkinkan untuk
dibeli pada hare tertentu pada jmghm h q a sehma +ode d d u tertentu.
T i kestabilan p m h m bergantug pads (I) cita konsumn, (2)
penclapatan, (3) harga d i k d h d q a n p d k (komplementer dm substitusi), (4)
ukuPao pasar, dm (5) d a i harapam B*h salah satu dari faktor tmdmt, h a
pemdmm a h bergesa. Lebih jauh, nihi matu produk diketahui mempunyai
u t i l h tempt dan dan.
Berkaitan dengan utilitas tempat, dapat memberikan gambaran kaitan
permintaan pasar dalam rung, d i t u q j h oleh hrva pada Gambar 6. Bila
produk tidak dipeagaruhi oleh ongkos tramport d k h t 'pee on h r d ' (FOB),
rnaka bag^ konsumen yang berada pada pada jamk "d" dari iohi pabri4
permintaannya (sebesar Qd = A - b(P + dr)) h Iebih rendah dmipada
kowmen yang berada pada Iokasi produksi (Qd = A - bP).
Semakin jauh jarak konsumen dari Iokasi produksi, maka harga akan
semaIrin ti@ seperti digambarkan pada Gambar 7a. Dimana P 1 merupakan
FOB. Dengan memutar garis jarak-harga ke segala arah, akan dapat d i t e n k n
cerobong dari harga. Dimana pada garis Iinghan d m cerobng akan
menrpakan wilayah dimana pada jar& yang sarna akan mempunyai harga yang
m a .
Gambr 6 Permintaan d m g m dan taapa Biaya T m Sumber : Blair (1 991)
~ a r 7 ~ a n a n t a r a H a r g a d a n J a t a k Surnk : Blair (1991)
B e r e gainbaran pamintam clan wiIayah pasar, maka kbaaP8
pabrik yang berlokasi pada suatu tempat, akan rne~nkmuk suatu koasentmi
wiIayah pasar, y m g airan d i i M okh konsmtrasi k e a t a n dam kon-
jumlah penduduk sehingga tercipta wilayah perkotaaa
Gambar 8. Ambang dan LingtrUp Pasar S u m k : Blair (1991)
33.2. S k m Hirarki Kota-kota
Anww (1996) menyatakan provinsi yang M u clan h y a munpunyai sistem
kota-kota yang lebih terstnrlccur deagaa baik, dimana banyak dui kw-h yang
terdapat di p m W ini uhrrannya lebii besar dari ibukota pro* yang miskin
dan tedAahg Lebii jauh Anwar menyatahn, uktuat~ rrurtu ibubta pusat
k o t a u t a x n a ~ t a n d ~ ~ y a d e q m uhmmjumlahpenduduk
dm smktu ekonomi nasiod.
Lebih lanjut Anwar (1996) mmyatbu pesencrna dan perancasg kota
se-ya harus dapat memu bcrbagai unaur yang b d a b secm kompleks
dan dinamis yamg secs~s terus menerw rnqyhni p e r u b . Unsm-wmr
tersebut secara dinamik perlu dimdisis dan dipertimbansknrn untuL dimaddm
ke dalam suatu sistem tatakota yaag menyelumh Ummr-unsur i d h t n h w fisik
dari rarrrtu kota dapat dibagi ke dalam 4 (exupat) gdongan h, yaitu :
I) jaringan-jsringan jalan dan re1 kexeta api
2) b a n g u n m - w v- m-1 P=l-- - kawasm industri
3) tempat nraa% khuka (aylcn -1 4) a d perliadungan ymg perlu dikonservasi seperti jalur hijau atau h u m
kota serta tman relaeasi.
Menurut Blair (1 9911, kombinasi wilayah paar akan membentuk kota dan
sistem perkotaan. Begitu produksi terkonsentrasi pada satu pusat pada wifayah
p a w tertentu, a h tdmtuk kota. Beberapa kegiatan ekonomi membentuk kota
kecil, karena hany a beberapa produksi dengan sedi kit skah ekonomi, Tetapi lebi h
jauh la@, kekuatan ekonomi dapat m e m a k h terjadinya susunan ukuran,
distribusi ruang dm hubungan antar kota-kota. Teori tempat sentral
menggambarb sistem pakoban dimaksud.
Tern' Tempt Senpal (Central Place ?hemy)
Twri ini bermaksud menghubungkan tempat sentml atau pusat dengan
wilayah beldtangny a, dan mendeftnisi kan tempat sentral sebagai sebagai suatu
pemukiman yang menyedialan jasa-jasa penduduk daerah klakaagnya. Teori
tempat sentral diintis oleh Christaller, kemudian dikembangkan oleh Dickinson,
Losch, Berry dan Garrison (Gbssun, 1974).
Komponen dasar dari system tempat sentral adalah h h k i , penduduk
ambang dan lingkup pasar. Peoduduk ambang addah jumlah minimum penduduk
yting harus rrda untuk dapat menopang kegiatm j a . Linglrup pasar :dari suatu
kq&m jaw adalah jar& yang ditempuh oieh peduduk m t d c mnm.pai tempat
penjuah jasa tersebut, dengan catatm~ bahwa penempuban jarak itu atas
W i a a n orang yang bersangbtan Tingkat tempat sentral b e r m pada jasa
yang t d di lohi t d u f sehingga m e m b m k "ti- rendah" sampai
tin@. Bila digambarkan dapat diIihat pads Gadar 9.
B e r d d c M ahernatif dari hirarki permukimm diorgmisasi dalam 3
(ti& prinsip. Pada prinsip p m m a m (K = 3), setiap perrnukimrtn inelayani diri
s e d i dan 2 (dua) pendciman di wilayah belakangnya yaag mempunyai ukuran
yang sama. Jadi rata-rats 1/3 dari setiap permukimttn yang lebih kecil
memanfaatIan setiap permukiman besar. Sehingga nilainya = 1 + 6 x 113 = 3.
Pads prinsip penganglcutan,rata-rata '/2 dari setiap perrnukiman yang lebi h
kecil memanfaatIan setiap permukiman besar. Sehingga nilainya = 1 + 6 x '/z =
4. P d a prinsip administrasi setiap permukiman yang lebih kecil rnemanfaatkan
setiap permdciman bew di d d n y a . Sehingga nil Jnya 1 + 6 = 7.
Ketamgan : - C=ibukota(qiw - M - kota metropolitan (metropolis) - T=km(tawm) - V = desa (village)
Gambar 10. Distribusi Spasid Kota-kota Surnber : Blair (1985)
3.3.3. Agiomemi E konom i (AggIodon Economim)
Menurut Blair (1991), aglomerasi ekonomi blah b e r b g n y a biaya yang
te jadi karma kegiatan ekonomi di bawa pada satu t empat. Terdapat k h p a tipe
ag lomerasi , sepert i mi sal n ya aglomerasi ekonomi i n t d , keterkaitan antar
industri dan ekonomi lokalisasi.
Aglomerasi ekonorni internal dimaksudkan sebagai pengurangan per unit
biaya (cost) yang akan menambah keuntungan pada suatu pemsahaan yang
mengembangkan kegiatannya pada satu titik tat&. Berbagai alasan di lalarkan
agiomerasi, diantaranya penghematan bia y a tetap bila output ditingkatkan,
peningkatan divisi tenaga kerja, m e m a t a n pembel ian barang, potensi
penggunaan thologi , dan penghematan pemanfaatan waktu para pimpinan
p e r t d u n .
Bila dua permahaan melakukan perdagangan satu sarna lain dan terjadi
saling menguntungkan akibat berada pada satu l o h i t a r t a m d a r n ha1
penghernatan biay a transport dan komuni kasi, maka terjadi aglomerasi . Keterkaitan antar industri dimaksudkan sebagai k d e f l l n g a n pepusahaan-
p e r u b n yang melakukan perdagangan d e w perusahan laimya berlokasi
pada satu wihyah. Aglomerasi antar industii tqadi meldui keterkaitan
kebelnrkang (&hard iinhges) dm keterkaitan kedepan (fd Iinhges).
Ketekaitan k-an melibatkam suppliers m d k pembeli, k e t a k a h
W a k a n g pembeli r n e e suppIiers (Blair, 1995).
Anwar (19%) menyatakirn yang mempmyai akses kepada pwa&pus& paw berkemzlngkinafl u& lebih p M f dibandingh
dengan perusabtran yang berlokasi di wilayab yang rekif jauh Selanjutnya
dengm lebih baiknya ~~ dan aksmiibilitas dari mal mendorong
intemksi dan q i l h r peng- antara ~~ maupun antam
p e r u h dan pusat-pusat penelitim, ditambah kedekatm dengan pemerimhm
dan institusi pe- dan lain-hiin mah psudum menjadi lebih produktif.
Anwar ( 1 996) juga menyatahn, dengan memmnnya biaya-biaya transport,
paduan-- mempunyai matu insentif untuk berkonsentrai kegiatm
produksinya dalam lohi - lohi yang jumlahnya sedikit, agar &pat mengurangi
biya-biya tetap (fixed cost). Hubungan antara ke1uasan konsentrasi spatial dan
biaya-biaya transport t a b t u k sepwti berupa bentuk lonceng (bell s+) atau
sejmb bentuk huruf U terbdik sepwti tedihat pada -bar 1 1 .
/ Biaya transport -1
Se&ngkm ekommi lokdistrsi tejsdi bila matu kelompk p a d m n yang
beds p d a suah tempat meningkatkan output menyebabkm biaya (cost) yang
I e b i rendah bag pentsahaan-pmwhaan di 1- tmht. Anwar (1996)
menyntaJran d e w bdokasi yang mm ( d m ) dmi pamaha+
perwahsrandirlalamin~yangsamamembuat~itasyangmeaiagkatkan
produktivitas dari semua pem- di dahm idwtri M t .
Kumtmgm- ini meliputi be&@ tmaga keja tempi1 ymg kbllWlS
(~peci)5c dilled -1, M a g i secant dm-dim (facir) dsrn mematat
pengetahuan, kderkah intra-imhh, dan kesempatan uatuk mmbut mb-
kontrak Selanjutnya, mencolok kommasi yaag tin@ dari pawham-
~ d i d a l a m i n d u s t r i y a n g ~ a k a n m m h & a t b k e t m ~
kemungkinan untuk mmbuat hubungm lobby regwhbr atau berebut tawar
(@pining) --harp dari produk-produk inkme&&. Sehingga lokasi
berbasis extenalities ini menganduog orrti bahwa p a d a a n -
berkemwgkmm mendapat keuntungan dari pmeqabmya yang deb dengan
k o m i - k ~ ~ bcsar dari p e n r s a h n - p m ~ & ~ ~ ~ Iain dalam i n d u e
mereka sendiri.
33.4. Model Pengcmbmgan Spuirrl
Kump Kutub Perturnbuh (Growth Pole)
Konsep h t u b peraunbuhan (g'uwth pole) bersumber dari faktor-fsktor
aglomerasi dan teori-teori lokasi terdahulu (Glasson, 1977), dengan dasar utarna
konsentrasi pertumbuhan ekonomi pa& spnsial (ruang) tertentu.
Inti konsep growth pole adalah kemajuan ekonomi tidak terjadi dimana-
mna padit w a b yang sama, tetapi muncul den- kekmtan besar membentuk
konsentrasi spasial untulr peralmbuhan ekonorni di sekitar satu titik awa1.
Dipercaya bahwa pembangunan menyebar ke seIumah wilayah sew hasil
pertumbuhan di pusatnya (Pradhaq 2003).
Dalam ketdcaitan perkohan - pwdesaan, konsep htub pertwnbuhan,
menunjukkan dalam suatu wiiayah terdapat tit* pusat sebagai wilayah @atam
dan wilayah bhhgnya, sebagai wihyab padesann. Dampak penetesan
kesejahteraan ke wilayah di sekitarnya ( fnck &wn eflect) yang diharapkan,
memmjukkm konsep hi sesuai dengan kddaitan perkotasn - perdesaan.
MdIAgropoIikm
Menurut Pradhan (2:2003), pende&an model ~~ perdesaaa di
China dimtllJ oleh Mao Tse Tung pada awal hhm l%Oan. Pnda dasarnya model
a g r ~ ~ t a n ~ ~ meletakkan pembasgunan wilayah teajadi pada wilayah teritaid,
rnisalnya d k i k agropolitan, daa me~)lak konsep witayah sebqai sistem yang
terbuka Peataaian rnenjadi amber utama dari kehidupan p d w h h y a
Agropolitan naerupalcan distrik pdudulr padat masyardcat pertanian, dicirikan
o l e h ~ n s m o o J i a l y a q g l a m b a t , ~ ~ p e n d u d u l c t i n g g i
perkotaan yang didasarkan industri yaag baru dimulai, &anal
ysng tioggi dan indeks kdakmmataan yang meniqgknt. Appolitan ini
menggambdm sk im tata rung wiIayah bejeyang, dimulai dari wilayah
perdesaan kota MI- agropolitan - selmjutnya kota besar.
Salah satu tujuaa penenrpan konsep 'mi adahh d a m memenuhi kebutuhan
hidupnyh p u h h k p e r h lebih berarientaJi pada kota-kota agqmlitan
di wihyahnya, termasuk dalm penyediaan bahan b a h agroindustri. K d i s i ini
akan mengurangi pergemkan penduduk perdesaan ke kota besar. Akan terjadi
pemberdayaan wilayah perdesaan sekaligus rnemecahlran permasalahan di
perkatam. Di samping hirarki perkotaan akan menjadi semakin jelas, sehingga
permasalahan kota-kota besar dapat dikurangi dengan berkumngnya pergerakan
penduduk rnenuju ke kota besar melalui pergerakan menuju kota agropolitan.
33.5. Game Theory
Menurut Anwar (2002) teori pamainan (game h w y ) merupakan
penehahan mendasar yang m e n y a w interalrsi antara para pengambilan
keputusan terutama yang menyangkut intesaksi-irrtmibi stmegik yang tejadi
antara para peserta ekonomi. Teori ini menjadi penting karma dapat memberikan
landasan fundamental bagi setiap interaksi hubungan-habungan sosial dan
ekonomi antar manusia.
Lebih jauh Anwar (2002) menyatakan bahwa secara gauis besar, permainan
(gme) dapat dibag~ menjadi dua, y a h permahan yang tidnk bekerja sama (non
cooperafive) clan permainan yang bekerja sama ( q m ' w ) . Pesmainan
"Dilana Nampidana" merupakan kategori permainan yang tidak bekerja s a n q
yang diasumsikan kedua narapidana tidak rnehkukm interaLsi atau komunikasi
sebelumya, sampai tejadinya. peaemuaa. Dalam dilema mrapidma, untuk
mengah mehupaIcan suatu strategi. domi- clan apabih ksdw Narapidana
mengab, ha1 itu menrpaIcan suatu abmimxnt &- equilhintn .OM karena itu
kedua narapidana taebut tqmngkap pala suatu keadaan yang disebut
keseirnbangan strategi dominan" (him straiegy e q u i i i h ) .
Nash qulibriwn juga merupakan permainan yang ti& Merja sama (non
q&). fib ada w s dntegi-shtegi yrng v y a i kadteristik
dimana tidak satupun dari pemain yang dapat benmtmg d e w mefllbah
" ~ A n w ; r r ( 2 0 0 2 ) d c 6 n i s i ~ d r m i n r r ~ : ~ ~ ~ ~ dalam mengcvrluasi secam tnpisah uauk secipp k m & d sbrtegi-smegi yang d h b p y a , d a n d ~ L o m b i u a s i t m s d w t d i a m e m i l i b d a r i ~ ~ y a i t u ~ y a n g ~ ~ t g b e i k J i i ~ ~ s a m a t e l a t t d i p i l J l ~ ~ ---~ang--mdapatmcagCrdqribahwasbategi t e r s e k d ~ s u a d u U d a m i m s h u l l l e g ) r ~ g e m P i a ~ p a d a p a m r i o a n ~ ~ d c d n i s i ~ s t r a b e g i ~ ( ~ n u n f ~ c g u i i i ~ ) , j i k a A a l a m ~ ~ s e t i a p p e m a i n ~ a i d o ~ ~ , d a n s e t i a p p e e e r t r m c m a i n k m ~ ~ b e t . m a i n i & u n i m m t ~ , m o b k o m b i n r s i d p r i d o m i n r a t ~ d m ~ y a n g berkaim &qamya d i e diminant sfr&egye~ilibriurn untuk permainan e d n t
strateginya, sementara pernain lain-lainnya juga tetap mempertahankan (tidak
rnengubah) strategi mereka, maka gugus strategi itu dan pahala yang berkaitan
dengannya disebut keseirnbangan Nash (Nasli EipiIibrium ). h g a n demikian
masing-masing strategi dari pemain (yang temmal kan) harus merupakan response
terbaik kepada strate-strategi teramalkan dari pihak-pihak pemain lainnya.
Ramalan tersebut dapat disebut sebagai megi yang stabil (strutegical& stable)
atau strategi yang dapat berjalan dengan seneiiiya (serf-e@ming), lcarena tidak
ada seorang dari pernain manapun yang mau bedah dari strategi seperti yang
telah diramalkann ya. (Anwar 2002).
Permainan rebut-tam (bargaining gmne) dari Nash adalah permainan dari
dua-pemain yang tidak bekerjasama (rrarr w w v), dimana kedua
pemain men& membagi sebuah barang. J i i permintaannya Mesesuaian
(-ti&), masing-masing pemain akan m d m a barang s e s d yang
dhintanya; namun bila tidak, set* pomaia tid& akan memima apapun Bentuk
sederfiana dari permainan bargaining dari Nash mengiwmsilcbn adanya fbngsi
utiJiq untuk masing-masing pemain yang bermtuknya disederhanakan sebagai
fUngJi bier dsri sejumiah barang yang mrcka perale& J d i selain sezam iatuisi
pwmhan hi meru* sesuatu ymg miod dapat dilahhm (rasional berarti
h y m n attilig bagi dkbya), tetnpi juga sebagsi se~uatu yang
dipandang diI untuk dilakukm o&r).
~~ peamainan Yaqg M&- (cmrperartive IF=), -n
landasan pareto optimum, yaitu jika suatu hasil ti& dapat diperbaiki kesdllannya
Metlurut p g e r h tessebuf d e q p peslEaurn lain jib tidak ada seseoFang yang
dapat dibuat lebih baik keadaaanya tanpa membuat w s e m q Inin menjadi febih
jelek maka kits dapat m t q a t a h bahwa hasil tersebut mmpkan matu pateto
qtimaI; yaitu matu keadanu yang talc dapat diperbaiki lagi dalam pengertian
Meria pareto. Apabila terjadi penrbahan dari krsAnnn pareto optima& m d u ini
akan tejadi kerugian untuk keselwhannya. (Anwar 2002).
Be& game ekstensif (mm farm game) menpakan satah satu dari
permainan yang bekeaja sama (capedive game). Menurut Anwar (2002)
representasi dari suatu bentuk pesmainan yang ekstensif mempunyai kekhususan
yaitu :
1) ada pemain-pemain &lam permainan
2) bilamana masing-masing pemain berg& apa yang dapat diperbuat
oleh masing-masing pernain daiam kesempatannya untuk bergerak, apa
yang diketahui oleh masing-rnasing pemain pada kesempatannya untuk
bergerak
3) pahala Q ~ Y offs) y an8 diterima oleh masing-masing pemain untuk setiap
kombinasi gerakan-gerakan yang dapat dipiiih oleh pemain.
3.4. Koagepsi Pemikiraa
Keanekaragaman potensi dm sumberdaya darn yang dimiliki suatu negara
dengan lokasi yang ~ e d a ~ rnenciptdtan disparitas antar wilayafi pada
negara tersebut. Demikian pula negara h d o ~ ~ ~ i a , sebagai negara berkembang
yang mempunyai cakupan wilayah yang luas dan potensi lokasi sumberdaya
alam dan manusia yang tersebar tidak merata, telah meociptakan wilayahnya
menjadi wihyah y q maju m p a i wilayah yang rnengalarni tekauan (mi)
atau t&l&ang.
Terciptanya wilayah tetbelakang pada audu negara, d a i n disebabh oleh
m k k h y a sumber daya dam dm marmsia, dapat pula disebabh oleh kebijdm
p e m w n m Yang diterapkan w negara - =&@ k n g
ditemui suatu wilayah yang rnempunyai kekayaan sumber daya dam melimpah,
tetapi tingkst k e s e j a h t m waraka t rendah, d k b a b h mssyamkst
tidak dapat memanfaatkan atau menihati potensi wilayahnya
Adanya usaha untuk memenuhi kebutuhm hidup, d a a h terjadi
pergerakan dari wilayah miskin ke wilayah kaya dm d i k n y a , sehingga
menciptah keterkaitan (lirtkages) antar dayah, sedang k e t d a i h n itu sendiri
dapat m t u k kompiemerrter atau kompetitif.
Apabila dua wilayah sama iarat yang berkaitan secara kompetitif; rnaka
kedua wilayah tersebut akan saling menunjang menuju kemajuan bersama,
misalnya tejadi kornpetitif market, yang berarti mengarah pula kesejahtmm
optimal dari para peserta ekonomi tersebut.
Sistem p e m e r i n h s e d i s t i k dagai warisan kolonid dan dilanjutkan
pada masa orde lama dan orde barn, telah menciptaht kota-kota unggul (primate
city) dan wi1ayah sekitamya (hinkrhd), seperti Kota J W a , Kota Surabaya,
Kota Bandung dan Magai kota lainnya. Strategi rung yang diterapkan sehingga
menjadi kota-kata unggul adalah konsep growthpole, diharapkan akan terjadi
penetesan (tricRIe chwn e&ct) kesejahtwaan dari kutub pwkunbuhan (gmwth
pole) ygtu kota-kota primat tcrhadap wilayah belakangnya, yaitu @esmn di
sekitarnya. Tetapi ternyata yang terjadi adalah penyapan sumberdaya di wi1ayah
blakangnya ( ~ h ~ efect). Wmgan antara pusat dm wilayah belakangnya
seperti d i g a m b h di atas, menrpah ketdmitan perkotaan - perde588n
bdentuk eksploitatif.
Selain faktor e h m e n t , keterksitan antar dan intm wilayah tmcipta oleh
dukungan penyediaan fasilitas transportasi ptnghubung antar wilayah
yang ding berkaitan tessebut. Penyediaan fasilitas transporhsi berupa jaringan
jdan, &an melahirkan hubuogan pakotaan - pcrdesaan yang saling diummgkm
dan dinrgikan.
Bila jalan utama (jalan uteri) tersedh di wilayab t- yang bafungsi
sebagai penghubuq antar dua pusat wilayab, maka dapat diduga damp& pasitif
pada wilayah sekitu jaian tersebYt relatif kccil, karma lalu lintas nneaorus
(thwgh W c ) yang terjadi alcan memberi mnbt pada pusat-pusat 'yang
dihubungkaq sedang wilayab yaag ditnluinya memberi dampak nc@f ltbih
besar dengan terjadinya kmwd Iaban ylns cepat dari peasgtuuuur lahan
peatanian kepada non pertaniaa Kondisi ini b u d h akan diilarti okhphrismi
lahan dm-- lahan, sebagai &bat pentbahaa kepemililmn l a b (land
y a n g ~ ~ - P - h .
Bagi wilayah yang kmdia jarhqan j h pengumpan @bder mod) biasanya menrpah jaIan k o b nuupla jalrn lM, yang b d n g s i
r n e ~ b u ~ wilayah p d - d q m jalau utama, pada awalnya akan
memberi dampak positif bagi petmi ymg bemda di s c k h jdan t&,
mengingat ongkos -tan sarana produksi dm hasil panen alcan berhuan& tetapi pada gilirannya dapat memberilcan damp& aegatic begitu laban praduktif
yang dimirilri petani berpindah kepemilikamya (Ihd temne). Ma@ alcibatnya
penduduk desa akm kehilangan surnba mata pencahsrian, yang bdampak pada
migrasi desa - kota ssbagar upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Muncul
pamadahan di perkatam seperti meluasnya wilayah launuh, kriminaiitas,
kernacetan Mu lintas dan lain-lain.
Salah satu altematif pemecahan permasalahan prdesaan - perkotaan
sebagai akibat adanya keterkaitan yang berbentuk eksploitatif adalah
pembangunan agropotitan, yaitu membangun kota-kota menengah yang diber i
fasilitas sekelas kota menengah uee&r rmd, p a w low, jasa keuangan/Bank,
sekolah setingkat SLTA, rumah sakit tipe C dan lain-lain). Agropolitan tersebut
yang dilingkupi oleh wilayah perdesaan, akan mernberdayakan masyarakat
perdesaan melalui peningkatan prduhivitas rnelalui peningkat. nilai tambah
hasil produksi pada desadesa di wilayah sekitarnya. Sehingga diharaphn terjadi
pembangunan ymg lebih merata antara wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan,
serta dapat memecahkan persoalan pada kedua wiIayah baik wilayah perkotaan
maupun wilayah perdesaan itu sendiri. Karena penduduk desa tidak perlu
me1dak.n migrasi ke wilayah perkotaan, sebagai akibat terpenuhinya kebutuhan
hidup di sekitar desanya (di kota agropolitm).
Badasadan teori dan konsepsi p e m i b keterkaitan pmbtaan -
p e r d m m a h dapat dimmuskan hipotesa Wai berilrut :
(1) Intensitas keterkaitan antar wilayah akan berpmgmb t-p
pengembangan wilayah kmg&an.
(2) Pada wilayrth yang belum berkembaag, ketekaitatl antar wilayah
bwgmtmg pada ketersediaan prasarana dan sarana pemmjang
ketdaitan tersebut serta jmk antar wiiayah yang d i n g melakukan
keterkaitan, tetapi pada wilayah yang lebih mju, kgantung pada
besamya hubungan (k-) antar wilayah yang melahkan
ketakaitan.
(3) W i a m jarhgm jalm utmu (art&) yang rnenghuhgkm antar
wilayah, memberikan pngaruh y m g lebih kecil tmhdap wihyah
sekitmya dibanding jaringan jdan low (fee& rmd).
Dari urtiian di atas, maka disusun Diagram Air Kerangka M k i r seperti
terlihat pada G-mbar 12.
Osrnbar 12. Diagram AIIr Kerangka Btrf ikir
Ktterkaitan fisikl Transportasi
- r
Ktterkeitan sosint - ekonomi
Ketcrkahrn fbikf
Kebijoksnnaan b ) Pernbangunm Wilayah
KondtPi Wilayah ptnelitian
Petmnsntahan d l ptrkotran dan
perdewan
splsL1
- I
rnsial u
Kettrkaitan sorial - budnya
-
Ketttkmtnn ekonorni
Y
7
7
Keterkmtan Politik
-
Keetkaitan Teknologl
- -
- *-
Keterkaban ptlaynnan
Ktttrkailnl~ Admlnhtrlsidan
Orgnnlsasi
Kttcrkaitnn
3.4. Pendekatrn Model Anrlisis Keterkaitan Perkotman - Perdtsran
Untuk melakukan kajian keterkaitan peekotaan - perdesaan di Jawa Barat
langkah-langkah yang akan dilakukan adala h sebagai M k u t :
1) Gam baran Umum Wilayah Penctitian
S&lum melakukan analisis ddam rangka mengetahui keterkaitan
perk- - perdaaan di wilayah penelitian, perlu diketahui gambam umum
wilayah penelitian. Hal-ha1 yang diteliti adalah kondisi fisik, ekonorni dan sosial
kemasyarakatan di wilayah penelitian.
2) T i m Wilayah
Tipoiogi wilayah di wiIayah penelitian &an dilakukan dengan
menggunakan dua model analisis. Perttuna adalah r n a g p d c a n model analisis
M i o n Qmtzent (LQ) dengan m e n g g u h data PDRB kabupatenlkota.
Hasilnya &an dgunakan dalam d i s i s h e h i t a n perk- - perdestlan secara
wdanintertrksispasiat.
Wilayah ~~ Jawa Barat meliprti Provhsi Jawa Barat, h v i n s i
Banten dan M n s i DKI Jakarta. Terdiri atas 7374 k a , 578 kecanmtm dan 3 1
kabupaten/kota. &iap dem, keamatm maupw kabupatdkota mempunyai
karmrkteristik tersendiri yang berbeds satu sama lain P d d a a n t& tidak
dapai dhngbm gatu pwsaty tautma mhdc tujuan p e d k ini. Oleh
-ya diperluh suatu pengelompoldclrn wilayah, yang bertujuan
menyederhamkan perbedsan yang mrda, tetapi tidak menghilatigkan -ik
kbas masing-masing wilayah terrebut. Pek~aan ini disebut tipologi wilayah.
Untuk metalarkan tipologi wihyah di whyah penelitb, merode analids
yang digunakan adalah mult ikafe W s , sedang data yang digunakan adalah
data lcecamatan b d s a d m data Potensi Desa (PODES). Melalui proses
ini akan dapat dikenali wilayah perdesaan dan pako$am di wilayah penelitian.
3) Keterkritm Antar Sektor
Untuk mmgetahui ket&tm perk- - p e r d e w seam agregat yaitu
basis perekonomian utama penduduk di wilayah pewtitian &an dilahkan
dengan analisis keterkaitan antar sektor, utamanya dalam huhngannnya dengan
&or transportasi. Digumkan met& Sislem Neraca Sosial Ekor#lmi (SNSE)
atau met& SmiaI Accounting Matrice (SAM) sehingga dapat diketahui
keterkaitan antar sektor secara garis besar, baik faktor produksi, institusi clan
sektor produksi. Menggunakan indeks daya penyebaran dan indeks deraj at
k e p e h n , akan diketahi sektor-sektor yang mempunyai pengaruh besar tu-hadap
perkembangan &or lain dan sebaliknya, sektor-sektor yang peka terhadap
perkembangan sektor lain. A d i s i s mItipZier digunah untuk mengenali
dampak injeksi setiap sektor terfittdap *or laimya, utamanya sinjeksi &or
transporhsi.
Untuk mendukung adisis keterkaitan institusi, akan diiakukan adisis
kelembagaan yang bersumber dari yang diberhkukan di Indonesia
yang berpengm~h tehdap ketalcitm p a b h m - perdesaan.
4) Kctdtaitan Antar Wilayah
Setelah dilalarlcan analisis ket- antar s&or yang mernberi gambaran
ketahitanperkotaan - ~ s e c a r r r ~ ~ k ~ e k o n o m i
utarna penduduk, dan melihat &pan wilayah peditian yang admp lua$ maka
tabp k h t n y a adahh mel- hian k e t a h h perkotaan - p i e a m
secanr spasid, yaitu aatar kabupatealkota. Untuk tujuan terrebut akan dilakukan
kajian perkotaan - perdesaan autar wilayah dari qi fisik tmqmtmi
Magingat sthap wilayah b p a t m tlkemputrfai do- kegiatm ekooomi
utolma tertetltu, m a h d h h b n dmgm basil d h i i keterkaitan pabtaan - perdesaan antar wilayah di rltas, dilakukan adisis s e k t o r d dominan ymg
berpengarufi-hitas-tersebut
Model analisis yang lrkan dig& addah d l enircrpi i r r t m k i
+ d e w data d-tujm pxjdam hngkat bhptdkota Akan dtlpat
tergambar intensitas hubungan antar kabupatennGoPa melalui data -1-tujuan
pejdanan barsag dan penurnpan& kendamn barang dm ketmdaroran
penurnpang. Berilartnya dengan menggunakan data keterdiaan prasarana
jariqan jdaq a h d- keta-sedkn fasilim peoghubung antar wilayah
tersebut.
Untuk mengetahui selaor-sektor dominan yang diduga mendukung
keterkaitan antar wilayah akan digunakan m&l Location Quotient (LQ. Data
yang digunakan adalah PDRB pada masing-masing kabupaten.
Suatu wilayah perdesaan a h tajadi keterkaitan dengan wilayah perk-
bila tmsedia prasarana perhubungan antara kedua wilayah tersebut. SaIah satu cara
identifikasi keterkaitan dengan menggunakan prasarana perhubungan adalah
dengan melihat dampak ketersedkn jaringan jalan di wiiayah perdesaan dan
jaringan jalan penghbung Ire wilayah perktaau. Oleh karena itu identifikasi
ketersediam jaringan jalan akan dilalahm dalam pendekatan penelitian ini.
K e t e r b intm wilayah pada desadesa yang di pilih sebagai desa sampel
dilafatkan dengan pendebtan pilihan bed+ jenis desa dikaitkan dengan
ketersediaan pmarma dm sarana trmsporhsi (khwmsnya jaringan jalan). Akan
dapat dikenali intensitas keterkaitan intra wilayah. Menggumh MultnumiaI
togit M d l a h dapat dirrrmalka~ pmhbi&tas yang akan wadi antar desa - kbta ?embut.
B a h h y a , d s i s Gaaae 27wwy afran dilduhn dalam m g k a
mendapatkan bagian kcuangan dari Pemaidah pusat tehadap wilayah kabupaten
yang mempunyai PDRB/kapita terendah sebagai w a n dari penqmian tujun
pmmataan Iresejshteraau di wilayah penelitiao.
Dari langkah-langlah tersebut di stas, mala G a m k 13 d i j p m b h Alur
Kemgka Penelitim .
mrpatllll den m
E M (SNSE}
/- rn w a r n -\ - urbmlwi
-MbW k a - k o t e \ --uImQ-dk )
4 Mo6sl P l H M W : Model
mfi 4
I- J-mm muargsl -w p d r m - trnpltat padldllcan - P- pw umrga
\ m /
- DEPPERHUB - DEPKIMPRA8Wlt
SUMBER DATA (a