Download - KEPERAWATAN MATERNITAS II OLHA.docx
KEPERAWATAN MATERNITAS II
INFEKSI PUERPERIUM
DISUSUN OLEH KELOMPOK II
1) ALVIA YOLA R.
2) ISRA WINNI
3) GUSTI RANDU EKA P.
4) LIZA NOVITA SARI
5) TIKA FAITURAHMI
6) MESSI ROSLAINA
7) MINDI CHANIA
8) SRI RAHAYU FATMA DEWINDA
DOSEN PEMBIMBING
NS. LEDIA RESTIPA, S.KEP
STIKES ALIFAH PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok pada mata kuliah
keperawatan maternitas II dengan tema “ Infeksi Puerperium ” .
Di samping itu juga kami kelompok mengharapkan kritik dan sarannya apabila ada kesalahan
kata ataupun cara penyusunan makalah ini sehingga dapat dijadikan perbaikan makalah
kedepan.
Akhirnya kami selaku penulis mengucapkan terima kasih atas segala upaya dari
semua pihak dari segi moril maupun materil, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya dan juga penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. ... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ........... ... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... ... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... ... 2
C. Tujuan............................................................................................... .............. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi.................................................................................................... .... 3
B. Etiologi................................................................................................... .... 3
C. Faktor-Faktor Predisposisi........................................................................ .... 4
D. Patofisiologi………..……………………………………………………………….....4
E. Gejala Klini……………………………………………………………………………6
F. Klasifikasi……………………………………………………………………………..6
G. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………………9
H. Penatalaksanaan………………………………………………………………………9
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian…………………………………………………………………………11
B. Diagnosa Keperawatan………………………….…………………………………14
C. NCP Keperawatan…………………………………………………………………14
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.............................................................................................18
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................24
C. NCP Keperawatan...................................................................................24
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
yang berlangusng kira-kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus
genitalis setelah persalinan (Saifuddin, 2006).
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan
nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000
perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas (Riswandi, 2005).
AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN yaitu AKI di Malaysia 41 per
100.000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup,
Vietnam 160 per 100.000, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data SDKI
(Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) AKI di Indonesia terus mengalami penurunan.
Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu
270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun
2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup. Target Millenium Development Goalds (MDGs) AKI di Indonesia tahun
2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata, 2008).
Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang obstetri adalah
perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%) (DepKes RI, 2007). Menurut data
kesehatan Propinsi Jawa Timur terakhir pada tahun 2009 Angka Kematian Ibu sebesar 260
per 100.000 kelahiran hidup dan tiga penyebab Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur
yaitu perdarahan (34,62%), pre eklampsia (14,01%) dan infeksi (3,02%) (DinKes Jatim,
2009).
Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Derajat
komplikasi masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama pasca persalinan (Saifuddin, 2006).
Penanganan umum selama masa nifas antara lain antisipasi setiap kondisi (faktor
predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit atau
komplikasi dalam masa nifas; memberikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu
yang mengalami infeksi nifas; melanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah
atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan maupun persalinan; jangan pulangkan
penderita apabila masa kritis belum terlampau; memberi catatan atau intruksi untuk asuhan
mandiri di rumah, gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera serta memberikan hidrasi oral atau IV secukupnya (Saifuddin, 2006).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengkajian pada ibu nifas dengan gangguan infeksi?
2. Bagaimana diagnosa keperawatan pada ibu nifas dengan gangguan infeksi?
3. Bagaimana rencana tindakan pada ibu nifas dengan gangguan infeksi?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengkajian pada ibu nifas dengan gangguan infeksi.
2. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada ibu nifas dengan gangguan
infeksi.
3. Untuk mengetahui rencana tindakan pada ibu nifas dengn gangguan infeksi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam
tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 ).
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu sekitar enam
minggu (Fairer, Helen, 2001:225)
Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira enam minggu (Wiknjosastro, Hanifa, 1999: 237)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu
(Mochtar, Rustam, 1998:115)
Infeksi Nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknnya kuman-
kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Ambarwati dan
Wulandari, 2009:122)
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan.
Suhu 38 °C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya empat kali sehari (Mochtar, Rustam, 1998:115).
Jadi yang di maksud infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, di tandai dengan kenaikan suhu hingga 38 C
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24
jam pertama.
B. ETIOLOGI
1. Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandung, yaitu :
a) Eksasogen : kuman datang dari luar.
b) Autogen : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh.
c) Endogen : dari jalan lahir sendiri
2. Berdasarkan dari kuman yang sering menyebabkan infeksi, yaitu :
a) Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling
berat, khusus nya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita
lain, alat atau kain yang tidak steril).
b) Staphylococcus aerus masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak di
temukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
c) Eschercia coli sering berasal dari kandung kemih atau rektum dan bisa
menyebabkan infeksi terbatas pada perinium, vulva dan endometrium.
d) Clostridium welchii, bersifat anaerob. Jarang di temukan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.
C. FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan,
anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya selaput plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah.
5. Proses persalinan bermasalah; partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan
traumatik, kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan,
dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas.
D. PATOFISIOLOGI
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka
berdiameter kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya vena
yang di tutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-
kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami
perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan tempat masuknya
kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di
luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan
kedalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal dari
hidung atau tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di ruangan
tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus di tutupi
dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki kamar
bersalin.
3) Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita
dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa di bawah melalui aliran udara
kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril dan alat-alat yang di
gunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika
menyebabkan pecahnya ketuban.
5) Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum basanya terjadi pada waktu partus
lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali di lakukan
pemeriksaan dalam. Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan
leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban
biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman
memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat
menimblkan infeksi pula pada janin
E. GEJALA KLINIS
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna kemerahan,
fungsi organ tersebut terganggu. manifestasi klinis infeksi nifas dapat berbentuk, yaitu :
1. Infeksi lokal
Pembekakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,
pengeluaran lhocea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri,
temperature badan dapat meningkat.
2. Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperature meningkat, tekanan darah menurun dan
nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan teras sesak, kesadaran gelisah
sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan
bernanah serta kotor
F. KLASIFIKASI
Infeksi puerperium dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
a. Infeksi perinium vulva dan serviks
Tanda dan gejalanya :
Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpa
distensi urine.
Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak.
Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar
38 C, dan nadi kurang dari 100x/menit.
Bisa luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak bisa keluar,
demam bisa meningkat hingga 39-40 C, kadang-kadang di sertai
menggigil.
b. Endometritis
Tanda dan gejalanya :
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan
suhu.
Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
2. Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan
permukaan endometrium.
a. Septikemia
Tanda dan gejalanya :
Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya
disertai menggigil.
Suhu sekitar 39-40 derajat selsius, keadaan umum cepat memburuk, nadi
cepat (140-160 kali per menit atau lebih).
Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
b. Piemia
Tanda dan gejalanya :
Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan
suhu agak meningkat.
Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah
kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil lalu diikuti oleh turunnya suhu.
Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
c. Peritonitis
Tanda dan gejalanya :
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit
muka dingin; terdapat fasies hippocratica.
Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonitis umum.
Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan
umum tidak baik.
Bisa terdapat pembentukan abses.
d. Selulitis pelvik
Tanda dan gejalanya :
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri
atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya
selulitis pelvika.
Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah
uterus.
Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang
mula-mula tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Jumlah sel darah putih (SDP)
2. Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada adanya anemia
3. Kultur ( aerobik / anaerobik ) dari bahan intra uterus atau intra servikal atau drainase
luka atau pewarnaan gram dari lokhia serviks dan uterus mengidentifikasi organisme
penyebab.
4. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih.
5. Ultrasonografi : menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan,
melokalisasi abses peritoneum. Sel darah putih : Normal/tinggi dengan pergeseran
difrensiasi ke kiri.
6. LED dan SDM : sangat meningkat
7. pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis, masa/ pembentukan
abses, atau adanya vena-vena dengan trombosis
8. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
a. selama kehamilan
pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain :
Perbaikan Gizi.
Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
Personal Hygine.
b. Selama persalinan
pencegahan infeksi selama persalinan antara lain :
Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilisasi yang baik.
Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci hama.
Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan di
bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa nifas.
Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-
alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus
steril.
Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus,
tidak tercampur dengan ibu sehat.
Tamu yang berkunjung harus di batasi.
2. Pengobatan
a. Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi
dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam
pengobatan.
b. Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat Karena hasil pemeriksaan
memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum luas menunggu hasil
laboratorium.
c. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus / transfusi darah
Perhatikan diet : TKTP.
d. Lakukan transfusi darah.
e. Pengobatan kemoterapi dan antibiotika .
Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4-6 jam
kemudian peroral, sediaan dapat berupa tablet biasa/force, bactrim.
Kemasan penisilin.
Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol.
Jangan diberikan politerapi antibiotika yang sangat berlebihan
Tidak ada gunanya memberikan obat-obatan yang mahal
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Data diri klien yang meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini :
pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam
bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu
postpartum.
Adanya leukore dan lochia berbau menyengat.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
mioma uteri, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta retensi sisa plasenta.
c. Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya,
keluhan waktu haid.
Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, usia mulai
hamil.
e. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi : waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus.
Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup atau mati,
BB dan panjang anak waktu lahir.
Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI cukup
atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
f. Riwayat kehamilan sekarang
Hamil muda : keluhan selama hamil muda.
Hamil tua : keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan, berapa kali, perawatan
serta pengobatannya yang didapat.
g. Riwayat persalinan sekarang
Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan
(misalnya : retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan), anak
lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
3. Pola kebiasaan
a.Istirahat
istirahat ibu nifas dengan SC biasanya kurang dari ibu nifas dengan spontan karena
rasa nyeri yang ada
b. Aktifitas
ibu nifas dengan SC biasanya kurang gerak dan lebih lambat untuk memulai
mobilisasi dini karena masih harus beradaptasi dengan keadaan dirinya
c.Personal Higine
Untuk mengetahui kebersihan alat reproduksi ibu dan apakah ibu sudah benar dalam
merawat alat reproduksinya terutama luka bekas operasi
d. Nutrisi
Untuk mengetahui asupan gizi nifas ,supaya ibu siap dalam menyusui dan untuk
perbaiakn kondisi ibu.
e.Eliminasi
Untuk mengetahui pola BAK dan BAB ibu,jika ibu jarang BAK akan mempengaruhi
kondisi ibu.
4. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Aktivitas istirahat
Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca partum multipel.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardi.
3) Penggunaan Obat-Obatan
Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis )
4) Status Psikologis
Tanda :
Anoreksia, mual / muntah.
Haus, membran mukosa kering.
Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
5) Neurosensori
Tanda : Sakit kepala.
6) Nyeri / Ketidaknyamanan.
Tanda :
Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen.
Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus serta nyeri
tekan dengan guarding (endometritis).
Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral ( salpingitis / ooferitis,
parametritis ).
7) Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ).
8) Keamanan
Suhu 104,40 F atau lebih tinggi pada 2 hari secara terus menerus, namun 24
jam pasca partum adalah tanda infeksi, namun suhu tinggi dari 1010 F (38,90 C)
pada 24 jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi.
b. Pemeriksaan khusus
1) Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
2) Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
3) Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan.
4) Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak.
5) Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses inflamasi sekunder trauma persalinan, jalan lahir.
2. Nyeri akut b.d infeksi pada organ reproduksi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat dan
anoreksia.
4. Infeksi b.d trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nosokomial.
5. Kurangnya perawatan diri: perineal hygiene b.d kurangnya pengetahuan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses inflamasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24 jam, hipertermi
hilang dan berkurang.
Kriteria Hasil
suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5C).
klien bebas dari menggigil
Intervensi RasionalPantau suhu tubuh Untuk mengetahui tingkat inflamasi pada
tubuh.
Pantau asupan makanan dan cairan serta pertahankan keadekuatan asupan cairan kurang lebih 2000 ml setiap hari
Peningkatan kalori dan cairan diperlukan untuk mempertahankan fungsi metabolik ketika terjadi demam
Gunakan pakaian yang tipis dan hindari menggunakan selimut yang tebal.
Penambahan pakaian atau selimut pada
seseorang akan menghambat kemampuan
alami tubuh untuk menurunkan suhu tubuh.
Hindari terpajannya bagian kepala, wajah, tangan, dan kaki pada lingkungan yang panas
Terpajannya bagian kepala, wajah, tangan, dan kaki dapat berpengaruh pada peningkatan suhu tubuh karena merupakan daerah vaskular
Berikan kompres hangat pada lipatan bagian tubuh (pada tengkuk, aksila)
Karena pada tengkuk terdapat hipotalamus (tempat pengaturan regulasi suhu tubuh)
KolaborasiBerikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Nyeri akut b.d infeksi pada organ reproduksi.
Tujuan
Dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil
Pasien menyatakan nyeri berkurang.
Skala nyeri 0-1 (0-5).
Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah.
Intervensi RasionalKaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri
Membantu dalam diagnosa banding
keterlibatan jaringan pada proses infeksi.
Berikan instruksi mengenai, membantu, mempertahankan, kebersihan dan kehangatan
Meningkatkan kesejahteraan klien dan pemulihan. Menghilangkan ketidaknyamann
Instruksi klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas pengalih.
Memfokuskan kembali perhatian klien,
meningkatkan prilaku yang positif dan
ketidaknyamanan
Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan. Karenanya anjurkan dan berikan instruksikan dalam penggunaan pompa payudara.
Mencegah ketidaknyamanan dari pembesaran payudara; meningkatkan keadekuatan suplai ASI pada klien menyusui.
KolaborasiBerikan analgesik atau antipiretik Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat, anoreksia,
mual, muntah, dan pembatasan medis.
Tujuan
menunjukkan status gizi baik.
Kriteria Hasil
Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan.
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
Nilai laboratorium dalam batas normal.
Melaporkan keadekuatan tingkat energi.
Intervensi RasionalAnjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi, dan vitamin C, bila masukkan oral dibatasi.
Protein membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi jaringan baru; zat besi perlu untuk sisntesis Hb; vitamin C memudahkan absorbsi zat besi dan perlu untuk sintesis dinding sel.
Tingkatkan masukan sedikitnya 2000ml/hari jus, sup, dan cairan lain.
Memberikan kalori dan nutrien lain untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Anjurkan istirahat/ tidur secukupnya. Menurunkan laju metabolisme, memungkinkan nutrien dan oksigen untuk digunakan untuk proses pemulihan
Dukung anggota keluarga untuk membawa
makanan kesukaan pasien dari rumah.
Pasien merasa nyaman dengan makanan yang
dibawa dari rumah dan dapat meningkatkan
nafsu makan pasien.
KolaborasiBerikan cairan atau nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
Mungkin perlu untuk mengganti dehidrasi dan memberikan nutrien yang perlu bila masukkan oral dibatasi
Berikan preparat zat besi dan/atau vitamin sesuai indikasi.
Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi bila ada
4. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nosokomial.
Tujuan
Dalam waktu 2x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan lunak dan tidak
terjadi infeksi.
Kriteria hasil
Pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka
perineum.
Leukosit dalam batas normal.
Ttv dalam batas normal.
Intevensi RasionalTinjau ulang catatan pranatal, intrapartum, dan pasca partum.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menempatkan klien pada kategori risiko tinggi terhadap terjadinya/penyebaran infeksi pascapartum.
Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung
Membantu mencegah kontaminasi silang.
Demonstrasikan/anjurkan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih dan defekasi, dan sering mengganti pembalut.
Pembersihan melepaskan kontaminan urinarius/fekal. Penggantian pembalut menghilangkan media lembab yang menguntungkan pertumbuhan bakteri.
Demonstrasikan masase fundus yang tepat. Tinjau ulang pentingnya dan waktu prosedure.
Meningkatkan kontraktilitas uterus; meningkatkan involusi dan jalan dari adanya fragmen plasenta yang tertahan.
Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Perhatikan adanya menggigil atau laporkan anoreksia atau malaise.
Peningkatan tanda vital menyertai infeksi; fluktuasi atau perubahan gejala menunjukkan perubahan kondisi klien.
Observasi/catat tanda infeksi lain. (mis. Lokhia atau drainase yang berbau busuk)
Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan; meningkatkan resolusi infeksi.
KolaborasiBerikan obat-obatan sesuai indikasi (antibiotik, oksitosik, antikoagulan).
Antibiotik: menyerang organisme patogen, membantu mencegah penyebaran infeksi dari jaringan sekitar dan aliran darahOksitosik: meningkatkan kontraktilitas miometrium untuk memundurkan penyebaran bakteriAntikoagulan: pada adanya tromboflebitis pelvis, antikoagulan mencegah atau menurunkan pembentukan trombus tambahan dan membatasi emboli septik.
5. Kurangnya perawatan diri: perineal hygiene b.d kurangnya pengetahuan.
Tujuan
perawatan diri: perineal hygiene adekuat.
Kriteria hasil
Klien dapat mendemonstrasikan pembersihan perineal dengan baik.
Klien dapat melakukan penggantian pembalut dengan
Intervensi RasionalAnjurkan pasien mengganti pembalut tiap kali selesai BAK
Penggantian pembalut menghilangkan media lembab yang menguntungkan pertumbuhan bakteri.
Demonstrasikan/ anjurkan pembersihan perineum dengan benar setelah berkemih dan defekasi (siram dari depan ke belakang)
Pembersihan melepaskan kontaminan urinarius/fekal sehingga bakteri dari fekal tidak masuk ke vagina
Anjurkan pasien mengeringkan daerah perineum tiap kali selesai BAK dan defekasi
Karena kondisi lembab menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana
tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan
E. EVALUASI
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Kasus
Ny. D usia 27 tahun. Primipara postpartum pervaginam hari ke- 8. Datang ke klinik
pada tanggal 2 februari 2015 dengan keluhan demam selama 4 hari dan pengeluaran
pervaginam mengeluarkan bau yang menyengat. Riwayat persalinan klien adalah melahirkan
pada usia kehamilan 37 minggu dengan vacum forsep akibat preeklamsia dan letak bayi
masih tinggi di sebuah klinik di daerah. Saat ini bayi dalam keadaan baik. Pengukuran suhu
oral 38,6C.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny. D
Usia : 27 tahun
Suku/ Bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Demam selama 4 hari dan pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau yang
menyengat.
b. Riwayat penyakit sekarang
Demam selama 4 hari dan pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau yang
menyengat. Riwayat persalinan klien adalah melahirkan pada usia kehamilan 37
minggu dengan vacum forsep akibat preeklamsia dan letak bayi masih tinggi di
sebuah klinik di daerah. Pengukuran suhu oral 38,6C .
c. Riwayat Kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
e. Riwayat Obstetri
Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 14 tahun.
Siklus : teratur tiap bulan.
Lama : Rata-rata 6-7 hari.
Dismenorhea : tidak ada.
f. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
G1P10001
Riwayat kehamilan sebelumnya : tidak ada.
Riwayat intrapartum : Riwayat persalinan klien adalah melahirkan pada
usia kehamilan 37 minggu dengan vacum forsep akibat preeklamsia dan
letak bayi masih tinggi.
3. Pola Kebiasaan
a. Pola Nutrisi
Anoreksia, mual / muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen,
kekakuan. Asupan makanan bergizi kurang. Pasien makan 3 kali sehari, pasien
hanya menghabiskan setengah dari porsi yang seharusnya, dan pasien suka pilih-
pilih makanan.
b. Pola Tidur/ Istirahat
Klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terjaga di malam hari karena nyeri
yang dirasakan bertambah buruk pada malam hari.
c. Pola aktivitas
Malaise, letargi, klien merasa aktivitasnya terbatas akibat dari ketidak
nyamanan pada area jahitan di perineum.
d. Pola eliminasi
BAB 1 hari sekali konsistensi lunak, BAK 3-4 kali sehari dengan konsistensi
kuning dan bau khas amoniak.
e. Kebersihan diri
klien mengatakan mandi sekali sehari pada sore hari di tempat tidur. Klien
gosok gigi 1 kali sehari dan selama di rumah sakit klien keramas 1 kali. Ganti
pembalut 2 kali sehari. Kebersihan perineum kurang, klien jarang berganti celana
dalam.
f. Pola koping
Pola koping klien kurang adekuat.
g. Konsep diri
Ansietas.
4. Pemeriksaan fisik
a. Observasi
Keadaaan umum : lemah suhu : 38, 60 C
Kesadaran umum : compos mentis pernafasan : cepat dan dangkal
BB : 62,5 kg, TB : 157 RR : 28x/menit
TD : 120/80 mmHg CRT : < 2 detik
Nadi : 98x/menit
b. Kepala
tidak ada masalah.
c. Mata
konjungtiva agak pucat
sklera putih
pupil isokor
d. Telinga dan hidung
tidak ada masalah.
e. Mulut dan gigi
membran mukosa kering
kebersihan mulut baik
f. Leher
tidak ada masalah.
g. Dada
pergerakan seimbang.
h. Payudara
konsistensi normal
hiperpigmentasi papila dan aerola mamae terlihat
puting menonjol
simetris
produksi ASI ada kolostrum.
i. Abdomen
fundus uteri 2 jari di bawah pusar
peristaltik 3x/menit
kekakuan pada pelvis.
j. Genitalia
pengeluaran pervaginam mengeluarkan bau yang menyengat
jahitan perineum merah, bengkak, dan sedikit terbuka
terasa panas dan nyeri di sekitar perineum.
k. Ekstrimitas
Tidak ada masalah.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a) Gol darah O
b) Hematologi
c) Kultur dari bahan intrauterus atau intraservical : ditemukan biakan Streptococus
hemoliticus aerobia.
d) USG pada abdomen dan pelvis memberikan gambaran normal .
e) Pemeriksaan biomanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis.
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
1. Hemoglobin
2. Leukosit
3. Hematokrit
4. Trombosit
12,5
27.500
36
264.000
13–18 gr / dl
3,8–10,6 ribu mm3
40–52 %
150–440 ribu mm3
Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS :
Pasien mengeluh sekujur
tubuh menggigil dan tidak
nyaman
DO:
Suhu : 38,6C
Infeksi puerperalis
↓
Proses inflamasi
↓
Meransang pusat
termoregulator di
hipotalamus
↓
Hipertermi
Hipertermi
DS :
Klien mengatakan :
1. Demam, luka perineum
terasa nyeri.
2. Pengeluaran pervaginam
berbau busuk.
3. Sakit kepala, sulit tidur,
tidak nafsu makan.
4. Pengkajian nyeri:
Terdapat luka episiotomi
hari ke-8.
5. Nyeri yang dirasakan
seperti di tusuk-tusuk.
6. Pasien melaporkan nyeri
di luka bekas episiotomi
dan daerah sekitar
perineum
7. Skala nyeri 3 (0-5).
8. Nyeri bertambah hebat
saat berkemih
Infeksi Puerperalis
↓
Adanya inflamasi pada
perineum
↓
Adanya respon mediator
inflamasi
↓
Nyeri pada perineum
Gangguan rasa nyaman nyeri
DO :
Nadi : 98 x/menit
RR : 28 x/menit
Temp : 38,60C
DS :
Pasien mengeluh tidak nafsu
makan dan hanya
menghabiskan sepertiga porsi
makannya.
Pasien makan 3x sehari.
DO :
1. BB mengalami
penurunan 2kg.
2. Hasil lab
Hb=12,5 gr/dl.
albumin=2,5g/dl.
Hematokrit=36%.
3. Clinis (yang dirasakan
pasien & kondisi fisik)
tidak nafsu makan, bibir
kering, mukosa kering
kondisi pasien lemah.
4. pasien hanya
menghabiskan setengah
porsi makanan, jenis
diet : diet tinggi protein
dan kalori
Infeksi puerperalis
(vaginitis)
↓
Respons inflamasi
↓
Rasa panas pada tubuh
↓
Penurunan nafsu makan
↓
Intake makanan tidak
adekuat
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS :
Pasien mengeluh sekujur
tubuhnya merasa panas
DO :
Persalinan menggunakan
vacum forsep
↓
Manipulasi jalan lahir
Infeksi
RR : 28 x/menit
Temp : 38,60C
Leukosit: 27.500mm3
↓
Masuknya
mikroorganisme ke
vagina
↓
Infeksi puerperalis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses inflamasi sekunder trauma persalinan, jalan lahir.
2. Nyeri akut b.d infeksi pada organ reproduksi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat dan
anoreksia.
4. Infeksi b.d trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nosokomial.
5. Kurangnya perawatan diri: perineal hygiene b.d kurangnya pengetahuan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses inflamasi.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24 jam, hipertermi
hilang dan berkurang.
Kriteria Hasil
suhu tubuh kembali normal (36,5-37,5C).
klien bebas dari menggigil
Intervensi RasionalPantau suhu tubuh Untuk mengetahui tingkat inflamasi pada
tubuh.
Pantau asupan makanan dan cairan serta pertahankan keadekuatan asupan cairan kurang lebih 2000 ml setiap hari
Peningkatan kalori dan cairan diperlukan untuk mempertahankan fungsi metabolik ketika terjadi demam
Gunakan pakaian yang tipis dan hindari menggunakan selimut yang tebal.
Penambahan pakaian atau selimut pada
seseorang akan menghambat kemampuan
alami tubuh untuk menurunkan suhu tubuh.
Hindari terpajannya bagian kepala, wajah, tangan, dan kaki pada lingkungan yang panas
Terpajannya bagian kepala, wajah, tangan, dan kaki dapat berpengaruh pada peningkatan suhu tubuh karena merupakan daerah vaskular
Berikan kompres hangat pada lipatan bagian tubuh (pada tengkuk, aksila)
Karena pada tengkuk terdapat hipotalamus (tempat pengaturan regulasi suhu tubuh)
KolaborasiBerikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.
2. Nyeri akut b.d infeksi pada organ reproduksi.
Tujuan
Dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil
Pasien menyatakan nyeri berkurang.
Skala nyeri 0-1 (0-5).
Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah.
Intervensi RasionalKaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri
Membantu dalam diagnosa banding
keterlibatan jaringan pada proses infeksi.
Berikan instruksi mengenai, membantu, mempertahankan, kebersihan dan kehangatan
Meningkatkan kesejahteraan klien dan pemulihan. Menghilangkan ketidaknyamann
Instruksi klien dalam melakukan teknik relaksasi, memberikan aktivitas pengalih.
Memfokuskan kembali perhatian klien,
meningkatkan prilaku yang positif dan
ketidaknyamanan
Anjurkan kesinambungan menyusui saat kondisi klien memungkinkan. Karenanya anjurkan dan berikan instruksikan dalam penggunaan pompa payudara.
Mencegah ketidaknyamanan dari pembesaran payudara; meningkatkan keadekuatan suplai ASI pada klien menyusui.
KolaborasiBerikan analgesik atau antipiretik Menurunkan ketidaknyamanan dari infeksi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat, anoreksia,
mual, muntah, dan pembatasan medis.
Tujuan
menunjukkan status gizi baik.
Kriteria Hasil
Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan.
Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
Nilai laboratorium dalam batas normal.
Melaporkan keadekuatan tingkat energi.
Intervensi RasionalAnjurkan pilihan makanan tinggi protein, zat besi, dan vitamin C, bila masukkan oral dibatasi.
Protein membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi jaringan baru; zat besi perlu untuk sisntesis Hb; vitamin C memudahkan absorbsi zat besi dan perlu untuk sintesis dinding sel.
Tingkatkan masukan sedikitnya 2000ml/hari jus, sup, dan cairan lain.
Memberikan kalori dan nutrien lain untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Anjurkan istirahat/ tidur secukupnya. Menurunkan laju metabolisme, memungkinkan nutrien dan oksigen untuk digunakan untuk proses pemulihan
Dukung anggota keluarga untuk membawa
makanan kesukaan pasien dari rumah.
Pasien merasa nyaman dengan makanan yang
dibawa dari rumah dan dapat meningkatkan
nafsu makan pasien.
KolaborasiBerikan cairan atau nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
Mungkin perlu untuk mengganti dehidrasi dan memberikan nutrien yang perlu bila masukkan oral dibatasi
Berikan preparat zat besi dan/atau vitamin sesuai indikasi.
Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi bila ada
4. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nosokomial.
Tujuan
Dalam waktu 2x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan lunak dan tidak
terjadi infeksi.
Kriteria hasil
Pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area luka
perineum.
Leukosit dalam batas normal.
Ttv dalam batas normal.
Intevensi RasionalTinjau ulang catatan pranatal, intrapartum, dan pasca partum.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menempatkan klien pada kategori risiko tinggi terhadap terjadinya/penyebaran infeksi pascapartum.
Pertahankan kebijakan mencuci tangan dengan ketat untuk staf, klien dan pengunjung
Membantu mencegah kontaminasi silang.
Demonstrasikan/anjurkan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih dan defekasi, dan sering mengganti pembalut.
Pembersihan melepaskan kontaminan urinarius/fekal. Penggantian pembalut menghilangkan media lembab yang menguntungkan pertumbuhan bakteri.
Demonstrasikan masase fundus yang tepat. Tinjau ulang pentingnya dan waktu prosedure.
Meningkatkan kontraktilitas uterus; meningkatkan involusi dan jalan dari adanya fragmen plasenta yang tertahan.
Pantau suhu, nadi, dan pernapasan. Perhatikan adanya menggigil atau laporkan anoreksia atau malaise.
Peningkatan tanda vital menyertai infeksi; fluktuasi atau perubahan gejala menunjukkan perubahan kondisi klien.
Observasi/catat tanda infeksi lain. (mis. Lokhia atau drainase yang berbau busuk)
Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan; meningkatkan resolusi infeksi.
KolaborasiBerikan obat-obatan sesuai indikasi (antibiotik, oksitosik, antikoagulan).
Antibiotik: menyerang organisme patogen, membantu mencegah penyebaran infeksi dari jaringan sekitar dan aliran darahOksitosik: meningkatkan kontraktilitas miometrium untuk memundurkan penyebaran bakteriAntikoagulan: pada adanya tromboflebitis pelvis, antikoagulan mencegah atau menurunkan pembentukan trombus tambahan dan membatasi emboli septik.
D. IMPLEMENTASI
Tanggal 2 februari 2015 Jam : 10.00
1. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri luka yaitu kurang bersih saat merawat
luka, kurang makan bergizi, dan kurang mobilisasi.
2. Menyarankan dan mengajari ibu untuk mengosongkan payudara minimal 2 kali
sehari atau jika ibu merasa payudara teraba keras agar tidak terjadi bendungan ASI.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG bila ada masalah infeksi lebih lanjut.
4. Melaksanakan terapi yang diberikan oleh dokter obgin secara intravena yaitu :
Ciprofloxacin 2x1
Natrium diklofenat 3x1
Cefixim 3x1
5. Melakukan observasi TTV dan k/u pasien setiap 8 jam sekali
6. Melakukan rawat luka 2 kali sehari tiap pagi dan sore yakni ganti balut kasa dan
disinfeksi dengan cairan garam fisiologik.
E. EVALUASI
Tanggal 2 Februari 2015 Jam : 15.00
1. Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh tenaga kesehatan tentang
pnyebab nyeri luka .
2. Ibu mengatakan masih nyeri pada luka bekas operasi.
3. Terapi yang diberikan oleh dokter obgin sudah dilaksanakan.
4. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 98x/menit
Suhu : 36,5 C
R : 22x/menit
5. Ibu mengatakan lebih nyaman setelah dilakukan perawatan luka dengan mengganti
balutan kasa.
6. Keadaan luka bersih dan tidak berbau setelah dilakukan perawatan luka