BAB III
GAMBARAN KEADAAN GEOGRAFI, DEMOGRAFI
DAN KEGIATAN KEAGAMAAN DI DESA TELOK
MANOK
A. Keadaan Umum Telok Manok
Dalam gambaran umum masyarakat Muslim Telok manok Narathiwat
Selatan Thailand penulis memaparkan letak geografis mata pencaharian /
pekerjaan dan kehidupan keagamaan.
1. Letak Geografis
Telok Manok merupakan nama daerah yang ada di masyarakat
Melayu Muslim Narathiwat Selatan Thailand. Telok manok merupakan
sebuah wilayah untuk pemeluk agama Islam Narathiwat Selatan Thailand.
Pada umumnya masyarakat muslim melayu yang merupakan penduduk
asli Selatan Thailand akan memanggil daerah ini dengan muslim Telok
manok Selatan Thailand. Begitulah Telok Manok yang artinya berupa
sebuah penghormatan terhadap masyarakat muslim Selatan Thailand
Letak geografis Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand adalah sebagai
berikut :
Kampung Telok Manok adalah salah satu perkampungan yang
terletak dikaki banjaran bukit budor dalam Wilayah Narathiwat, yaitu
salah satu banjaran bukit yang besar dan utama yang terletak memanjang
dari pohon jerai (thai : ton sai) disebelah utara hingga kejeringa (thai :
yingo) disebelah selatan. Arah ketimur terbentang tanah sawah yang luas,
manakala dibahagian barat pula, perlahan-lahan meninggi bamjaran bukit
budor terma’lum. Ditengah perkampungan mengalir sebuah carak air yang
menuruni bukit, langsung kesawah. Tampak Masjid dan rumah-rumah
kampung terletak disebelah utara carak, sementara disebelah selatan
terdapat kawasan tanah pekuburan yang luas tanpa semak.
Jarak desa dari kota kabupaten Bachok 4 km, jarak menuju Ibu
Kota Propinsi Narathiwat 28 Km, jarak menuju Ibu Kota Propinsi Patani
32 Km, jarak menuju Ibu kota Propinsi Yala 52 Km, jarak dari Ibu Kota
Negara (Bangkok) 1,000 km.
Adapun jumlah penduduk Malayu Muslim merupakan golongan
minoritas yang paling besar di Narathiwat Selatan Thailand yaitu 75 %
dari jumlah penduduknya.1
2. Keadaan Demografis
Sifat yang paling disenangi di kalangan orang Melayu Muslim
Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand adalah kesalehan orang
Muslim. Itulah sebabnya para pemuka agama sangat dihormati oleh
pendukuk. Para Iman dan Haji sangat dihormati dan mereka bertindak
sebagai penasehat rohani bagi penduduk. Walaupun Kamnan (RW) dan
Naiban (RT) dihormati karena kedudukan dan hubungannya dengan para
pejabat pemerintah, namun mereka tidak dapat menandingi Imam dan
rekan-rekannya yang taat kepada agama, dalam hal penghargaan yang
diberikan oleh penduduk. Agama, yakni Islam, mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam kehidupan sosial penduduk. Tujuan hidup yang
paling tinggi adalah untuk mencapai semua keutamaan keagamaan yang
dilembanggakan dengan istilah orang baik (baik dari segi moral) atau al-
insan as-shaleh.2
Narathiwat adalah wilayah dibagian Pathani Raya. Keterangan
awal yang berhubungan dengan bumi semenanjung ini banyak ditemui
dari sumber-sumber Cina. Dari dahulu Patani dikenal sebagai
semenanjung perdagangan yang ramai. Banyak muncul bandar-bandar
perdagangan yang ramai. Bandar-bandar kecil inilah yang berkembang
menjadi negara-negara kota. Para ahli sejarah menyebut dengan
“Langkasuka” yang meliputi daerah (yang sekarang propinsi) Narathiwat,
Pathani, Yala, Stun dan Songkhla.
1 . Wawancara dengan Ahmad Daud bin Nawawi, selaku pimpinan Daerah Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand, 17-03-2006
2 . Surin Pitsuwan, Islam Di Muang Thai, Penerbit LP 3 ES, Jakarta, 1989, hlm.19
Kedudukan negara-negara kota tersebut begitu penting sebagai
pelabuhan strategis dalam perdagangan barang-barang India-Cina. Banyak
kapal-kapal berlayar hilir mudik. Para pedagang menganggap kawasan ini
sebagai tumpuan utama ekonomi dan geo-politik dibanding dengan
kawasan lain di Asia Tenggara.
Negara Langkasuka adalah merupakan kerajaan terbesar yang
menguasai daerah utara patani timur semenanjung Melayu. Belakangan ini
banyak dibicarakan oleh para ahli sejarah tentang letak sebenarnya. Dua
pakar sejarah terkemuka, Paul Wheatley dan Rolland Braddell telah
menyatakan berdasarkan penelitian mereka bahwa Langkasuka yang kaya
ini terletak di daerah Jering-Patani.3
Kedatangan Islam di Patani mengganti kepercayaan masyarakatnya
yang menyembah pohon-pohon, hewan maupun tempat-tempat keramat.
Bukti ini ditemukan berapa batu nisan Raja Patani yang pertama beragama
Islam yang bentuknya sama dengan batu nisan Raja Samudra Pasai yang
pertama yaitu Sultan Malik As-salleh pada 1297 M sebagai bukti awal
Islam masuk ke Nusantara.4
Dengan dasar tersebut maka terbukti bahwa kemungkinan
Langkasuka jauh lebih awal masuk ketimbang Islam di Nusantara.
Kedatangan Islam juga telah membawa banyak perubahan atas aqidah,
pimikiran, kebudayaan, bahasa dan sosial politik masyarakat melayu di
Patani. Sifat-sifat umat Islam serta peranan Patani sebagai pusat
pendidikan dan peradaban Islam pada abad berikutnya adalah sebagai
tanda keunggulan Islam di bumi Patani sejak sekian lama. Dengan
demikian jelas bahwa masuknya agama Islam di Patani jauh lebih awal di
bandingkan kenyataan sejarah penyebaran Islam di semenanjung Melayu
sendiri.
Sedangkan Narathiwat adalah termasuk bagian dari wilayah negara
Patani sejak zaman dahulu. Patani dimasa ini dekenal oleh dunia
3 . Moh. Zamberi A Malek, Umat Islam Patani-sejarah dan politik, Hizbi Shah Alam, Malaysia, 1993, hlm. 2
4 .Ibid, hlm. 22
internasional tidak lebih dari hanya sebagai sebuah propinsi dari 76
propinsi di Thailand, terletak di Thailand bagian selatan.
Namun, dalam perspektif historis, Patani yang penulis maksudkan
dalam penelitian ini adalah Patani yang meliputi suatu wilayah yang terdiri
atas daerah-daerah propinsi Narathiwat, Patani, Yala, Stun dan sebagian
Songkhla.
Patani terletak di antara 6 s.d. 10 derajat utara khatulistiwa.
Lokasinya ada di antara Patani Timur Semenanjung Tanah Melayu yang
luasnya kurang lebih 16.000 kilometer. Disebelah Timur dibatasi dengan
laut Cina Selatan, di sebelah Barat dibatasi dengan laut Andaman. Sebelah
selatannya berbatasan dengan Malaysia dan sebelah Utara berbatasan
dengan Thailand.5
Walaupun dalam wilayah tidak luas, propinsi-propinsi yang
didominasi oleh golongan Melayu itu kekayaan alam merupakan
cadangan-cadangan mineral, perairan yang banyak ikannya di sepanjang
pantai laut China Selatan di Timur dan sepanjang pantai laut Andaman di
Barat serta banyak daratan rendah pesisir dan lembah-lembah, kaya
dengan bahan pertambangan terutama Timah, Emas dan Gas alam.
Penduduk Melayu Muslim sekitar 70 % bekerja di bidang
pertanian dan perkebunan karet (getah) dan sawah padi, secara merata
mereka memiliki lahan sendiri yang cukup kecil dan hasilnya pun cukup
untuk sekedar hidup.6
Orang-orang Melayu Muslim di bagian Selatan Muang Thai
merupakan golongan minoritas yang paling besar di negara itu. Jumlah
penduduk mereka meliputi 75 % dari penduduk keempat provinsi
perbatasan; Narathiwat, Patani, Yala, Stun. Yang sisanya dari orang-orang
Thai Buda dan China.7
5 . Wawancara dengan Tuan Mahmud bin Tuanlah, selaku ketua pimpinan Daerah Telok
Manok Narathiwat Selatan Thailand, 18-03-2006 6 .Wawancara dengan Haji Bidi bin Haji Mahmud selaku Pimpinan Daerah Telok Manok
Narathiwat Selatan Thailand, 20-03-2006 7 .Wawancara dengan Nasee bin Damiden, selaku siswa Daerah Telok Manok Narathiwat
Selatan Thailand, 21-03-2006
Orang-orang Melayu Muslim Telok Manok Narathiwat
kebanyakan Sunni dari Mazhab Syafi’i yang merupakan Mazhab yang
paling besar dikalangan umat Melayu Muslim dan ada juga Wahabiyah,
Syi’ah, Arqam.8
Adapun jumlah penduduk di Desa Telok Manok Narathiwat
Selatan Thailand adalah sebagai berikut :
Laki-laki = 1,265 jiwa
Perempuan = 1,554 jiwa
2,819 jiwa
Untuk mengetahui lebih jelas akan di jelaskan dalam Tabel berikut ini
Tabel I
Sarana Pemerintah di Desa Telok Manok
No. Sarana Jumlah
1.
2.
Balai Desa
Kantor Desa
1 Buah
1 Buah
. Jumlah 2 buah
Tabel II
Jumlah Peduduk di Desa Telok Manok
No. Umur Jumlah
1.
2.
3
4
5
6
7
8
9
0-4 Tahun
8-9 Tahun
10-14 Tahun
15-19 Tahun
20-24 Tahun
25-29 Tahun
30-34 Tahun
35-39 Tahun
40-Keatas
223 Orang
245 Orang
274 Orang
239 Orang
324 Orang
346 Orang
236 Orang
212 Orang
720 Orang
Jumlah 2,819 Orang
8 .Wawancara dengan Ahmad bin Hajimaket, selaku siswa Daerah Telok Manok
Narathiwat Selatan Thailand, 21-03-2006
3. Keadaan Sosial Ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan sosial ekonomi disini adalah
keadaan penduduk Telok Manok dilihat dari segi sosialnya seperti
pekerjaannya, apa saja yang mereka kerjakan dalam melaksanakan
kehidupan sehari-hari umumnya di kalangan masyarakat dikenal adanya
keadaan sosial.
Maka dalam hal ini kaitannya dengan kehidupan rakyat sendiri.
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi adalah mata pencahaiannya,
yaitu lapangan atau bidang pekerjaan yang menjadi sumber penghasilan
dalam mencukupi atau memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Sehubungan dengan keadaan sosial ekonomi maka mata
pencaharian yang menjadi sumber penghidupan desa Telok Manok ada
beberapa lapangan pekerja, sebagian besar penduduknya adalah bertani
kebun karet (getah), sawah padi dan berdagangan dan sebagian kecil
pegawai negeri, guru-guru pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tebel dibawah ini
Tabel III
Jenis Mata Pencaharian di Desa Telok Manok
No. Jenis Pekerjaan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petani
Pedagang
Pensiunan
Pegawai Pemerintah
Tentara
Guru
Pertukangan
1,245 Orang
224 Orang
35 Orang
45 Orang
25 Orang
67 Orang
75 Orang
Jumlah 1,716 Orang
Desa Telok Manok merupakan desa swasembada, karena desa
tersebut memang pantas menyandang gelar tersebut karena terbukti
masyarakat didesa tersebut memanfaatkan potensi alam yang ada,
kehidupan mereka rata-rata menengah keatas, terbukti mereka mampu
membiayai hidupnya dan menyekolahkan anak-anak-nya, pendidikan
masyarakat Telok Manok rata-rata tamat SLTA (Mathayom Pelaey).
Di desa Telok Manok sarana pendidikannya boleh dikatakan
lengkap, karena di desa itu sarana pendidikannya mulai dari TK SD/MI
MTS dan Madrasah Aliyah/SLTP (Mathayom Ton) SLTA (Mathayom
Pelaey) sudah tersedia dengan gedung yang bagus. Disamping pendidikan
yang sifatnya umum tadi masih ada pendidikan yang sifatnya khusus
(agama), yaitu Madrasah Ma’had Muhammadiyah yang masuknya sore
hari dan satu Pondok pesantren yang berdiri disana.
Penduduk desa Telok Manok terdiri 6 RT dan 1 RW, sebagian
besar hasil umatnya adalah pertanian seperti padi. Namun dengan sistim
pertanian yang sangat sederhana, maka kadang-kadang hasilnya kurang
memuaskan, disamping hasil bercocok tanam tersebut mereka juga ada
yang membuka warung atau kios didepan rumah mereka untuk
mendapatkan hasil tambahan.
Permasalahan yang dihadapi oleh penduduk desa Telok Manok ini
mungkin sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh desa-desa yang
lain, yaitu masalah lapangan kerja terutama untuk para remajanya yang
setelah selesai dari sekolah dan mau melanjutkan ke bangku kuliah mereka
tidak mampu lagi, karena faktor keuangan yang kurang menguntungkan.
Meskipun demikian mereka mau bekerja apa adanya walaupun hanya
membantu orang tua, akan tetapi mereka masih mengharapkan pekerjaan
yang relatif lebih baik yang sesuai dengan keahlian dan keilmuan mereka.
4. Keadaan Sosial Budaya
Keadaan sosial budaya suatu daerah, dapat dilihat dari beberapa
segi antara lain : Bagaimana sikap mereka hidup sehari-hari, bagaimana
cara mereka berpakaian, tradisi pergaulan dan sebagainya.
Timbulnya, kebudayaan akan sangat dipengaruhi oleh tradisi
tingkat pendidikan agama, kondisi maupun lingkungan daerah. Sedangkan
wujud dari sosial budaya tersebut antara lain bisa berupa : cara dan gaya
hidup sehari-hari, cara melaksanakan suatu kepercayaan atau agama yang
dianut, tradisi atau adat istiadatnya.
Kondisi sosial budaya desa Telok Manok tidak berbeda jauh
dengan desa-desa yang lain pada umumnya, yaitu mempunyai sifat
tradisional religius. Hal ini karena masyarakat Melayu Muslim pada masa
dahulu adalah masyarakat yang mengakui adanya kekuatan dibalik alam
yang biasanya disebut dengan dinamisme.
Kondisi yang demikian masih sering dijumpai di desa Telok
Manok terutama dalam hal : gotong-royong, upacara-upacara selamatan,
kelahiran dan kematian, syawalan, mendak (peringatan si mati) dan
sebagainya.
Masyarakat desa Telok Manok sangat menjunjung tinggi gotong-
royong itu merupakan ciri khas masyarakat desa pada umumnya yang
mempunyai rasa sosial lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat kota.
Di desa Telok Manok gotong-royong antara yang satu dengan yang lain
baik untuk kepentingan bersama maupun untuk kepentingan pribadi.
Seperti mendirikan rumah (sambatan), setiap ada yang meninggal dunia,
melahirkan dan sebagainya. Bentuk gotong-royong ini tidak sampai di situ
saja, apabila ada tetangga yang mempunyai hajad mereka memberikan
berapa materi, seperti beras, gula dan sebagainya sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masing dan sesuai dengan adat kebiasaan
mereka.
Sosial budaya di desa Telok Manok adalah hidup kebersamaan
dalam segala hal, sehingga rapat atau musyawarah warga desa untuk
menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi, hal itu berlaku dari tingkat
RT, RW sampai tingkat desa (musyawarah bersama).
5. Keadaan Sosial Keagamaan
Penduduk desa Telok Manok secara keseluruhan (100 %)
beragama Islam, dimana jumlah penduduknya yaitu 2,819 Orang. Dan
sesuai dengan data yang ada di Kantor Kepala Desa bahwa tidak ada
agama lain yang hidup disana. Namun dengan demikian walau mereka
diantara warganya tidak ada yang memeluk agama selain agama Islam,
mereka tetap menghargai dan menghormati terhadap pemeluk agama lain.
Dari kenyataan mereka dalam beragama dipengaruhi oleh faktor
keturunan.
Secara kuantitas, jumlah umat Islam didesa Telok Manok memang
sangat membanggakan, akan tetapi kalau dilihat dari kualitas pengalaman
dan kesadaran beragama sangat kurang, terutama pada generasi mudanya,
segingga masih perlu pembinaan yang intensif dari para tokoh agama atau
Kyai yang ada disana.
Keadaan kehidupan keagamaan baik yang bersifat individu atau
kemasyarakatan masih sangat kuat, seperti :
-Jamaah shalat lima waktu / Jum’at
-Jamaah pengajian
-Jamaah tahlil dan yasinan
-Jamaah berjanji ( sholawatan ), dan lain-lain.
Adapun sarana penunjang pelaksanaan ibadah didesa Telok Manok
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel IV
Sarana Pelaksanaan Ibadatan di Desa Telok Manok
No. Sarana Jumlah
1.
2.
3.
4.
Masjid
Musholla
Madrasah
Pondok Pesantren
1 Buah
4 Buah
1 Buah
1 Buah
Jumlah 7 Buah
Tabel V
Sarana Pendidikan Umum dan Khusus di Desa Telok Manok
No. Pendidik Umum/Khusus Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TK
SD (Pra’Thum)
SLTP (Mathayom Ton)
SLTA (Mathayom Pelaey)
Pondok Pesantren
Madrasah
2 Gedung
1 Gedung
1 Gedung
1 Gedung
1 Gedung
1 Gedung
Jumlah 7 Gedung
B. Remaja dan Pelaksanaan Pembinaan Mental Keagamaan Remaja dalam
Aktifitasnya
1. Pengertian Remaja
Banyak sekali para ahli yang menjelaskan tentang pengertian
remaja. Kadang juga ada sedikit perbedaan sudut pandang. Masalahnya
seperti dibawah ini.
a. Batasan remaja menurut WHO
Ada tiga kriteria untuk membatasinya, yakni meliputi : biologis,
psikologis dan sosial ekonomi. Secara lengkap yang dimaksud remaja
adalah suatu masa dimana :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.
WHO menetapkan batasan usia remaja-remaja pada usia 10-20 tahun.9
9 . Sarlito Wiwawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta, Rajawali Pers, 2004, hlm. 9
b. Remaja menurut hukum
Hukum perdata memberikan batasan usia 21 tahun (atau kurang dari
itu asalkan sudah menikah).hukum pidana memberi batasan usia 18
tahun (atau kurang dari itu tetapi sudah menikah).
c. Menurut. Zakiah Dr Daradjat, memberi batasan pengertian tentang
remaja sebagai berikut :
“Remaja adalah suatu tingkat umur, dimana anak tidak lagi anak, akan tetapi belum dapat dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang menjembatani antara umur anak-anak dan umur dewasa.”10
Ditilik dari pendapat-pendapat di atas penulis mencoba
menyimpulkan bahwa yang dikatakan remaja yakni masa peralihan dari
anak menjelang dewasa dengan dipengaruhi oleh perkembangan
psikologis, biologis dan sosial ekonomi, tergantung pada manusia-manusia
individu dalam lingkungan damai ia tinggal.
Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono ada tiga tahap
perkembangan remaja yaitu seperti berikut :
a. Remaja awal ( early adolesence )
Pada tahap ini seorang remaja masih terheran-heran akan perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendidri dan dorongan-dorongan
yang menyertai perubahan itu.
b. Remaja madya ( middle adolescence )
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang
kalau banyak teman yang menyukainya. Ia ada kecenderungan
“narcistik” yaitu mencintai diri sendiri.
c. Remaja akhir ( late adolescence )
Tahap ini adalah masa konsoltasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal, yaitu :
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek,
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
10 . Zakiah Darajdat, Pembinaan Remaja, Bulan Bintang, Jakarta, 1976, hal.28
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi,
4. Egosentrisme ( terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri )
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain,
5. Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya ( private self ) dan
masyarakat umum ( the public ).11
2. Pelaksanaan Pembinaan Mental Keagamaan Remaja dalam Aktifitas
Sehari-hari di desa Telok Manok
Masyarakat desa Telok Manok adalah masyarakat santri. Sebutan
ini agaknya tidaklah berlebihan, mengingat gerak dan denyut nadi ke
Islaman memang sangatlah terasa. Hal ini padat dilihat pada gelora yang
terpancar dari ruh atau semangat pencarian ilmu yang berterusan.
Sebagai masyarakat sendiri, sudah barang tentu mereka tidak asing
terhadap dunia pesantren, sesuai dengan jenjangnya, berturut-turut mereka
hampir semua dapat dikatakan pernah mencicipi dunia pesantren seperti di
madrasah Ma’had Muhammadiyah.
Lebih dari itu, mereka juga sangat karib dan akrab dengan pondok
pesantren, lebih-lebih lagi para remaja. Pada usia-usia tersebutlah mereka
mulai masuk secara intens kedalam kehidupan pondok pesantren.
Bersamaan itu pulalah kemudian mereka mendapat julukan santri kalong
atau santri kampung, yakni santri yang tidak menetap di pondok pesantren,
akan tetapi tetap di rumah.
Kendatipun hanya sekedar santri kalong atau santri kampong, akan
tetapi mereka sangat aktif dalam mengikuti menu-menu yang disajikan
dalam pengajian atau pengajian di pondok pesantren. Menu-menu itu,
sebagaimana lazimnya pondok-pondok pesantren, mengaji dan mengkaji
kitab-kitab salaf seperti Jawahirul Kalamiah, Khusnul Hamadiyah ( tauhid ),
Al—Jalalain, Al-Ibriz ( tafsir ), Al-Arbian Nawawi, Bulughul Maram,
Jawahirul Bukhari, Al- Bukhari ( hadits ), Ghoyah Wat-Takrip, Fathul
Qorib, Fathul Wahab, Fathul Mu’min ( fiqih ), At-Tashrif, Amtsilatul
11 . Sarlito Wirawan Sarwono, op. cit., hlm, 24
Tashrif, Qawa’idul I’lai ( sharaf ), dan Al- Jurumiyah, Mutammimah, Al-
Umrithi, Alfian Ibnu Malik ( nahwu ).12
Dengan keterlibatannya secara langsung kedalam atmosfer pondok
pesantren, sudah barang tentu hal ini akan memberi imbas positif dalam
kerangka pikir dan sikap mental bagi remaja itu sendiri, yang pada
gilirannya akan muncul ke permukaan melalui refleksi aktivitas amaliah
ubudiyah sehari-hari.
Adapun beberapa kegiatan keagamaan remaja di desa Telok
Manok adalah sebagai berikut :
a. Sosial Keagamaan
1. Shalat Jama’ah
Dalam masyarakat agamis, nafas-nafas keagamaan senantiasa
mewarnai gerak amaliah ubudiah dalam kehidupan sehari-harinya.
Begitu pula halnya dengan pelaksanaan shalat jama’ah. Shalat jama’ah
dipahami betul sebagai kesunnah-muakkadan, sehingga memberi
motivasi tersendiri bagi terselenggaranya. Shalat jama’ah baik oleh
kalangan tua pada umumnya dan remaja pada khususnya.
Di desa Telok Manok, hal itu dapat terlihat pada keberadaan
musholla-musholla yang hampir meliputi setiap gang.
2. Tahlil dan Yasinan
Paham ke-Islaman masyarakat Telok Manok adalah ahlusunnah
wal jama’ah ( baca : Nahdlatul Ulama ). Sehingga pengamalan tahlil
dan yasin, yang nota benar berkaitan dengan arwah orang yang telah
meninggal, yang oleh sementara kalangan dianggap bid’ah, merupakan
hal yang halal, sah dan banyak dilakukan di hampir setiap kesempatan
termasuk para remaja.
Biasanya tahlil dan yasin tetap dikumadangkan pada hari kamis
sore, kamis malam, atau di berbagai jam’iyah yang mengambil hari
berbeda-beda, seperti senin, selasa, rabu, dan kamis.
12 . Wawancara, dengan Ahmad Daud bin Nawawi, selaku pimpinan Daerah Telok
Manok Narathiwat Selatan Thailand, 22-03-2006
3. Dziba’an dan Barzanjian
Pembacaan Dziba’ atau Barzanji merupakan budaya yang tumbuh
dan subur di kalangan masyarakat Telok Manok. Dengan bacaan Dziba’
atau Barzanji diharapkan dapat menumbuhkan rasa mahabbah terhadap
Rasulullah SAW, serta untuk memperoleh syafa’atnya di hari
pembalasan kelak.
Kegiatan Dziba’an atau Barzanjian dilaksanakan di mushalla-
mushalla dan masjid, setiap malam jum’at, serta pada bulan Rabi’ul awal
( tanggal 1-12 ). Kesempatan lain yang tak pernah lepas dari pembacaan
Dziba’an atau Barzanji adalah pada saat walimatul tasmiyah ( penebalan
nama ).
4.Perayaan hari Besar Islam
-Tahan Baru Hijriah
Gaung peralihan tahun baru hijriah acap kali tak sesanter
tahun baru masehi. Namun, hal itu tidak berlaku bagi masyarakat
Telok Manok. Kehadiran tahun baru hijiriah disambut berbagai
aktivitas Islamiah. Puasa pada 10 hari pertama, ditekankan lagi pada
hari kesembilan ( tasua ) dan hari kesepuluh ( asura ) merupakan
aktivitas yang relatif membudaya. Suasana tahun baru jelas terasa.
Lebih-lebih ditunjang dengan aktivitas remaja yang dengan suka cita
mengadakan berbagai perlombaan yang bernafaskan agama
dikalangan anak usia sekolah. Perlombaan itu antara lain meliputi
adzan, baca terjemah al-Qur’an, cerdas tangkap agama, baca Dziba’ (
berzanji ).
-Maulid Nabi Muhammad SAW
Perayaan hari maulid Nabi Muhammad SAW. Bukanlah
monopoli komunitas-komunitas kota. Bagi masyarakat Telok
Manok, datangnya bulan Rabi’ul awal pertama-tama
pembacaandziba’ ( barzanji ) selama 12 hari disetiap musholla. Dan
klimaksnya ( tanggal 12 ), puncak peringatan dilakukan di masjid, ini
lengkap dengan ceramah agama, serta diikuti seluruh masyarakat.
Dalam serangkaian penyambutan dan peringatan tersebut, peran
remaja tidak bisa dinafikan begitu saja. Mengingat pembacaan dziba’
biasanya merekalah pembawanya.
-Isra’ Mi’ raj
Sebagaimana layaknya masyarakat Islam di seluruh pelosok
tanah air, peringatan Isra’ Mi’raj sudah merupakan upacara ritual
yang membudaya. Begitu pula hanya dengan masyarakat Telok
Manok. Dengan pemusatan di masjid, peringatan Isra’ dan Mi’raj
telah di agenda rutinkan setiap 27 rajab, yang kemudian lazim
disebut Rajaban. Dengan acara ceramah agama. Peran remaja
terhadap terselenggaranya Rajaban sangatlah dominan.
-Idul Fitri
Setelah sebulan utuh melaksanakan puasa, datangnya Idul
Fitri wajar jika mendatangkan kesukacitaan tersendiri. Bukan karena
terbebasnya diri dari kekangan makan minum, melainkan lebih
dikarenakan syukur atas kemenangan mencapai fitrah. Bagi
masyarakat Telok Manok, kesyukuran itu segera terwujud melalui
refleksi pengumandangan takbir mursal. Takbir mursal tidak saja
dikumandangkan di musholla-musholla atau di masjid, akan tetapi
turun ke jalan-jalan mengelilingi desa. Arak-arakan ini didominasi
oleh remaja. Bahkan lebih semarak. Kesemarakan ini tidak lepas dari
peran para musyayikh ( kyai ) sebagai motifator serta inspirator. Para
masyayikh tidak hanya berpangku tangan atau cukup puas
memandang dari kejauhan terhadap pelaksanaan arak-arakan takbir
mursal, melainkan mereka tak segan mengambil bagian turun-turun
ke jalan berbaur dengan masyarakat banyak. Sikap yang demikian ini
tidak saja memberikan keteladanan, tetapi juga akan munumbuhkan
rasa sungkan atau segan bagi anggota masyarakat untuk tidak ikut
melibatkan diri di dalamnya.
Akan tetapi, keberhasilan remaja dalam mendominasi arak-
arakan takbir mursal tidak diikuti keberhasilan lain dalam upaya
pengumpulan zakat fitrah dari para muzki. Di sini remaja mengalami
kegagalan. Hal ini karena berbenturan dengan pandangan kalangan
elit agama ( kyai ). Dikatakan, konon zakat fitrah itu bersifat nafsiah,
sehingga tidak diutamakan dibentuk badan semacam keamilan.13
-Idul Adha
Penyambutan dan perayaan Idul Adha, di Telok Manok,
tidaklah segegap gempita penyambutan dan perayaan dalam Idul
Fitri. Tidak ada pelaksanaan takbir mursal berkeliling desa. Akan
tetapi hal bukan berarti penyambutan dan perayaan Idul Adha.
Mengingat, peringatan tersebut, peran remaja tidak bisa dinafikan
begitu saja. Mengingat pembacaan dziba’ biasaanya merekalah
pembawanya.
b. Pembinaan Moral Remaja
Secara umum, keadaan moral remaja Telok Manok dapat dikatakan
relatif baik. Apalagi bila dihadapkan pada gambaran umum moral
remaja dewasa ini, yang menurut sinyalemen sementara kalangan
terkena dekadensi moral.
Namun, keadaan demikian tidak lantas dan tak perlu mendapat
perhatian. Apabila di tengah era globalisasi semacam ini. Transformasi
budaya dari barat atau kota, melalui sarana telekomunikasi yang semakin
canggih, begitu mudah menjangkau berbagai segi kehidupan masyarakat
desa, termasuk budayanya. Hal ini tentu sangat riskan bagi
perkembangan mental dan moral remaja desa.
Melihat gelagat kurang menguntungkan tersebut, kalangan umara
bersama-sama ulamat (kyai) segera mengadakan langkah antisipasif-
preventif. Umara dipegang oleh aparatur desa, khususnya kepala desa,
sedangkan kyai disosoki oleh mereka yang tua atau dituakan, yang
memiliki kharisma atau kewibawaan, dan yang lebih penting lagi adalah
yang memiliki kelebihan dalam penguasaan ilmu-ilmu agama. Pada
13 .Wawancara, dengan Tuan Mahmud bin Tuanlah, selaku ketua pimpinan Daerah Telok Manok Narathiwat Selatan Thailand, 22-03-2006
umumnya mereka menduduki posisi penting di tengah kalangan
masyarakat, seperti pemangku atau pengasuh pondok pesantren, atau
setidak-tidaknya sebagai imam ratib musholla.
Ada belasan kyai yang dikyaikan di Telok Manok, seperti Kyai H.
Haji Pakda bin Doromee, K.H. Haji Mukhtar, K.H. Ibrahum, Ustad Haji
Abdurrahman bin Abdushamad, Ustad Syafi’I bin Cekloh, Ustad Haji
Samat bin Do Samat, Ustad Haji Ibrahim bin Likhat, Ustad Ramli bin
Haji Ahmad (Imam ratib masjid Telok Manok), Ustad Ahmad bin Haji
Seaming, Ustad Ramli bin Haji Isma’il Tokoh Ulama Daerah Telok
Manok Narathiwat). Tuan Mahmud bin Tuanlah, Haji Zaibidin bin Haji
Mahmud, Abdul Rasyid bin Halus, Mahmud bin Belok, Wanhasan bin
Samee, Haji Abdullatif, Haji Mahamad, Haji Abdullah, Haji Zakariya,
Ustad Qasim (kegiatan pengasuh pondok pesantren), Haji Abdullah bin
Ibrahin, Haji Zakariya, Ustad Yusuf, Ustad Abdul Wahab, Ustad
Razalee Ustad Abdurrahman bin Deramee, Ustad Abdul Muthalib bin
Likad, Ustad Ahmad bin Ramli Ustad Abdurrahman bin Haji Abdullah,
Wanhusain bin Samee, Haji Shalih bin Yasee-ngo, Haji Ya’qob bin
Isma’il, Haji Harun bin sama’il, Haji Wan Hasaein, Isma’il bin Ahmad,
Pa’dik, Paksu Ali, Cheknah bin abdullatif, Sanang bin Ishaq, Mansur bin
Hawan (kesemuanya imam ratib mushalla dan sekaligus seabagai
pimpinan pembinaan mental remaja Telok Manok).
Sementara itu, dalam kerangka pembinaan moral terhadap remaja,
melalui forum-forum non formal seperti dalam acara selamatan,
kendurian, walimatul maulid, walimatul khitan, para masyakin tidak
henti-hentinya menyisihkan pesan-pesan moral yang selaras dengan
norma-norma agama. Sedangkan melalui forum formal, secara rutin, tiap
Jum’at dan Selasa pagi, oleh K.H. H. Haji Pakda bin Doromee digelar
pengajian umum (pembacaan kitab yang terbuka untuk semua kalangan)
yang mengkaji Al-Qur’an (tafsir Nur-ihsyan) dan (hadits al-
Bukhari&Muslim).
Melalui beberapa forum inilah fatwa demi fatwa, sedikit demi
sedikit dapat diterima dan tersosialisasi secara positif. Tradisi pentas
wayang kulit yang diganti dengan tahtiman Al-qur’an dalam acara
“Sedekah Bumi” merupakan contoh kongkrit. Tahtiman Al-Qur’an
dipandang sangat lebih Islami dari pada pentas wayang kulit. Sedangkan
sedekah bumi tidak lagi dimikian sebagai ungkapan terima kasih
terhadap yang mahu rekso bumi, tetapi ungkapan rasa syukur terhadap
Tuhan rabbul alamin atas rahmat yang telah disebarkan di atas bumi.
Begitu juga mengenai pandangan masyarakat yang selalu menghalalkan
kemudian memabukan hal-hal yang banyak mengundang madlarat,
seperti pementasan dangdut (Chonsed), karaoke, pemutaran video/vcd.
Tabel VI
Pembianaan Mental Remaja Telok Manok dalam Aktivitas keagamaan
sehari-hari
No Variabel Indikator Frekwensi %
1. Keaktifan (rajin)shalat
Fardlu
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
11
8
6
-
36,7 %
26,7 %
20 %
-
2. Tujuan shalat Fardlu a. mendapatkan
pahala
b. Menghapus
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
21
2
2
-
70 %
6,7 %
6,7 %
-
3. Keaktifan (rajin)
shalat Sunnah
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
-
6
16
-
20 %
53,3 %
d. Tidak aktif 3 10 %
4. Tujuan shalat Sunnah a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
17
4
4
-
56,7 %
13,3 %
13,3 %
-
5. Keaktifan (rajin)
shalat berjamaah
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
4
10
11
-
13,3 %
33,3 %
36,7 %
-
6. Tujuan shalat
berjamaah
a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
18
2
5
-
60 %
6,7 %
16,7 %
-
7. Keaktifan (rajin)
shalat Jum’at
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
11
4
3
7
36,7 %
13,3 %
10 %
23,3 %
8. Tujuan shalat Jum’at a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
12
5
3
-
40 %
16,7 %
10 %
-
9. Keaktifan (rajin)
berpuasa Ramadlan
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
17
6
2
-
56,7 %
20 %
6,7 %
-
10. Tujuan berpuasa
Ramadlan
a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
20
3
2
-
66,7 %
10 %
6,7 %
-
11. Keaktifan (rajin)
Puasa Sunnah
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
2
3
20
-
6,7 %
10 %
66,7 %
-
12. Tujuan Puasa Sunnah a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
14
7
4
-
46,7 %
23,3 %
13,3 %
-
13. Keatifan (rajin) Zakat
Fitrah
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
17
7
1
-
56,7 %
23,3 %
3,3 %
-
14. Tujuan Zakat Fitrah a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
13
7
43,3 %
23,3 %
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
5
-
16,7 %
-
15. Keaktifan (rajin)
membaca al-Qur’an
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
5
14
6
-
16,7 %
46,7 %
20 %
-
16. Tujuan membaca Al-
Qur’an
a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
10
3
12
-
33,3 %
10 %
40 %
-
17. Keaktifan (rajin)
berdo’a
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
8
10
7
-
26,7 %
33,3 %
23,3 %
-
18. Tujuan berdo’a a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
4
20
1
-
13,3 %
66,7 %
3,3 %
-
19. Keaktifan (rajin)
Tahlil & Yasinan
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
-
11
14
-
-
36,7 %
46,7 %
-
20. Tujuan Tahlil & a. Mendapatkan 16 53,3 %
Yasinan pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
4
5
-
13,3 %
16,7 %
-
21. Keaktifan (rajin)
melaksanakan Ratiban
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
5
12
8
-
16,7 %
40 %
26,7 %
-
22. Tujuan melaksanakan
Ratiban
a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
12
10
3
-
40 %
13,3 %
10 %
-
23. Keaktifan
Pelaksanakan hari
besar Islam
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
4
5
16
-
13,3 %
16,7 %
53,3 %
-
24. Tujuan Pelaksanakan
hari besar Islam
a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
14
1
10
-
46,7 %
3,3 %
13,3 %
-
25. Keaktifan (rajin)
mengikuti pengajian
a. Sangat aktif
b. Aktif
2
11
6,7 %
36,7 %
Kitab c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
12
-
40 %
-
26. Tujuan mengikuti
pengajian Kitab
a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
16
1
8
-
53,3 %
3,3 %
26,7 %
-
27. Keaktifan (rajin)
mengajian di Masjid
atau di Mushalla
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
14
9
2
-
46,7 %
30 %
6,7 %
-
28. Tujuan mengikuti
pengajian di Masjid
atau di Mushalla
a. Mendapatkan
pahala
b. Menghapuskan
dosa
c. Menenteramkan
jiwa
d. Ikut-ikutan
16
-
9
-
53,3 %
-
30 %
-
29. Keaktifan (rajin)
Dziba’an atau
Barzanjian
a. Sangat aktif
b. Aktif
c. Kurang aktif
d. Tidak aktif
12
12
1
-
40 %
40 %
3,3 %
-
30. Tujuan Dziba’an atau
Barzanjian
d. Mendapatkan
pahala
e. Menghapuskan
dosa
f. Menenteramkan
jiwa
10
4
11
13,3 %
13,3 %
36,7 %
d. Ikut-ikutan - -
Berdasarkan dari matrik tersebut di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa remaja Telok Manok Amphoe Bachok Cangwat
Narathiwat Selatan Thailand cukup aktif dalam melaksanakan
keagamaan dengan motifasi untuk mendapatkan pahala. Kondisi yang
cukup agamis ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan orang
tuanya, pengarahan orang tua serta lingkungan yang mendukung bagi
terciptanya kondisi yang cukup agamis tersebut.
C. Motivasi Kegiatan Keagamaan Remaja Di Desa Telok Manok
Yang dimaksud motivasi di sini adalah, dorongan yang
menyebabkan para remaja Telok Manok untuk ikut serta dalam
melaksanakan aktivitas keagamaan. Adapun yang mendorong kegiatan
keagamaan ini meliputi :
1. Dorongan Intern
a. Orang tua
Seorang remaja yang taat beragama biasanya selalu taat dan
patuh terhadap kedua orang tuanya. Pada waktu masih kanak-
kanak kita telah dididik untuk selalu bersikap sopan santun,
menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih tua serta
menghargai terhadap sesamanya.
Setiap orang tua menginginkan agar anak-anaknya menjadi
orang yang baik dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang
terpuji, orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam
hidup seorang anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup
mereka baik langsung maupun tidak langsung akan ditiru oleh
anak sedang tumbuh menjadi dewasa.
Pada umumnya para orang tua di desa Telok Manok sangat
senang melihat anak-anaknya aktif melakukan kegiatan
keagamaan yang ada di desanya. Para remaja merasa lebih
bersemangat ketika aktivitas mereka tidak ditentang dan dilarang
oleh orang tuanya.
b. Peran Guru, Alim Ulama’ serta Penguasa setempat
Untuk keberhasilan bagi remaja maka seorang pendidik
harus mempunyai karakteristik-kerakteristik tertentu, diantaranya
seorang pendidik harus cerdas, kritis dalam menanggapi
permasalahan bagi anak didiknya, sabar dan ikhlas serta mampu
melayani hak-hak setiap anak didiknya secara merata. Remaja
Telok Manok sebagian besar nendapatkan apa yang selayaknya
mereka dapatkan. Kondisi keluarga yang tenang dan tenteram
jauh dari pergunjingan, pendidikan serta pengajar yang cukup
memadai pula walaupun mereka mendapatkan pendidikan yang
sangat sederhana.
2. Dorongan Extern
Dorongan extern yang mendorong bagi terciptanya
kehidupan kegiatan keagamaan di Telok Manok antara lain :
a. Rata-rata masyarakat Telok Manok mempunyai radio atau televisi.
Melalui media tersebut mereka mendapatkan tembahan
pengetahuan tentang agama dari siaran-siaran media tersebut.
b. Didatangkannya pencaramah dalam acara-acara hari besar Islam
dan sebagainya.
c. Remaja Telok Manok yang meneriama ilmu keagamaan ke
pondok-pondok pesantren dan ditempat pengajian di Masjid,
Mushalla.